tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

49
PSIKOSOSIAL PENDEKATAN TEORI PSIKOANALISA,BELAJAR SOSIAL,BIOLOGIK,EKOLOGIK DAN PENDEKATAN TEORI KOGNITIF OLEH : DARA MAHASIKA FANSISKA WIDIA HAPSARI

description

- Pendekatan teori psikoanalisa, pendekatan teori belajar sosial, pendekatan teori biologik, pendekatan teori ekologik, dan pendekatan teori kognitif

Transcript of tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Page 1: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

PSIKOSOSIAL

PENDEKATAN TEORI PSIKOANALISA,BELAJAR SOSIAL,BIOLOGIK,EKOLOGIK DAN PENDEKATAN TEORI KOGNITIF

OLEH :

DARA MAHASIKA

FANSISKA WIDIA HAPSARI

FAKULTAS PSIKOLOGIUNIVERSITAS MERCU BUANA

MENTENG

Page 2: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………...

A. Latar Belakang……………………………………………………………….

B. Rumusan Masalah……………………………………………………………

C. Tujuan ……………………………………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………………….

PENUTUP …………………………………………………………………………..

Page 3: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatka kepada Tuhan Yang Maha Esa atass rahmatnya kami dapat

menyusun makalah ini tepat waktu.Makalah ini membahas tentang Memori.Dalam

penyusunan makalah ini tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak

yang membantu dalam proses pengerjaan makalah.Kami menyadari bahwa makalah ini masih

jauh dari sempurna baik dalam bentuk penyusunannya maupun dalam isi pembahasan

materinya.Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan masukan dari pembaca untuk

menyempurnakan makalah kami selanjutnya.

Terima kasih.

Page 4: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah mahluk yang senantiasa berkembang seiring dengan perkembangan

jaman.Banyak teori psikologi yang mempelajari tentang tingkah laku manusia yang

pendekatanya dengan berbagai disiplin ilmu,seperti biologi,etimologi dll

Perkembangan Manusia bisa dipandang berbeda,tergantung dari pendekatan mana yang kita

pilih.oleh karena itu kami akan memapakrkan pengenai pendekatan teori psikologi.

B. RUMUSAN MASALAH

Dari penjelasaan di atas tentang pendekatan teori tentang manusia maka rumusan masalah

kami uraikan sebagai berikut :

1. Bagaimana pemaparan teori psikoanalisa?

2. Bagaimana teori pendekatan belajar ?

3. Apa yang dimaksud dengan pendekatan teori biologik ?

4. Apa yang dimaksud pendekatan teori ekologik ?

5. Apa yang dimaksud dengan pendekatan teori kognitif?

C. TUJUAN

Untuk pengertian,pendekatan teori psikologi untuk pemahaman di mata pelajaran Psikososial.

Page 5: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

BAB II

PEMBAHASAN

A.Teori Psikoanalisa

Pengertian psikoanalisa menurut para tokoh :

Ruth berry (2001: 2) Psikoaanalisa adalah sistem menyeluruh dalam psikologi yang dikembangkan oleh freud secara berlahan ketika ia menangani orang yang mengalami neurosis dan masalah mental lainnya.

Teori Kepribadian Psikoanalisa merupakan salah satu aliran utama dalam sejarah psikologi. Psikoanalisa adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis Psikoanalisa adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Yang kedua adalah behaviorisme, sedangkan yang ketiga adalah psikologi eksistensial-humanistik.

Menurut Freud, lapisan kesadaran jiwa itu kecil, dan analisis terhadapnya tidak dapat menerangkan masalah tingkah laku seluruhnya. Freud juga berpendapat bahwa energi jiwa itu terdapat didalam ketidaksadaran, yang berupa insting-insting atau dorongan-dorongan (Fudyartanta, 2005: 89).Freud membandingkan jiwa dengan gunung es dimana bagian lebih kecil yang muncul di permukaan air menggambarkan daerah kesadaran, sedangkan massa yang jauh lebih besar di bawah permukaan air menggambarkan daerah ketidaksadaran (Koswara, 1991: 60). Di dalam daerah ketidaksadaran itu ditemukan dorongan-dorongan, nafsu-nafsu, ide-ide, dan perasaan-perasaan yang ditekan.

A.    Tingkat Kehidupan MentalMenurut freud dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 22), kehidupan mental dibagi menjadi dua tingkatan yaitu alam bawah sadar (unconscious) dan alam sadar (conscious). Alam sadar sendiri memiliki dua lagi tingkatan yang berbeda, yakni alam bawah sadar sesungguhnya dan ambang-kesadaran (preconscious).Latipun (2010; 47) menyatakan bahwa tingkat kehidupan mental dapat disebut juga teori topografi  yaitu merupakan teori psikonalisis yang menjelaskan tentang kepribadian manusia yang terdiri dari sub-subsistem. Bagi freud kepribadian manusia berhubungan dengan alam kesadaran (awareness). Alam kesadaran terbagi dalam tiga tingkatan, yaitu:

1. Alam sadar adalah bagian kesadaran yang memiliki fungsi mengingat, menyadari dan merasakan sesuatu secara sadar. Alam sadar ini memiliki ruang yang terbatas dan saat individu menyadari berbagai rangsangan yang ada di sekitar kita.2. Alam prasadar yaitu bagian dasar yang menyimpan ide, ingatan dan perasaan yang berfungsi mengantarkan ide, ingatan dan perasaan tersebut ke alam sadar jika kita berusaha mengingatnya kembali.

Page 6: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

3. Alam bawah sadar adalah bagian dari dunia kesadaran yang terbesar dan sebagian besar yang terpenting dari struktur psikis, karena segenap pikiran dan perasaan yang dialami sepanjang hidupnya yang tidak dapat disadari lagi akan tersimpan didalamnya.B.     Struktur KepribadianDalam teori psikoanalisa, kepribadian dipandang sebagai stuktur yang terdiri dari tiga unsur atau sistem, yaitu id, ego, dan superego (Supratiknya, 1993: 32). Ketiga unsur atau sistem tersebut adalah sebagai berikut :

IdId (istilah Freud: das Es) adalah sistem kepribadian yang paling dasar, sistem yang didalamnya terdapat naluri-naluri bawaan. Untuk dua sistem yang lainnya, id adalah sistem yang bertindak sebagai penyedia atau atau penyalur energi yang dibutuhkan oleh sistem-sistem tersebut untuk operasi-operasi atau kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

EgoEgo adalah sistem kepribadian yang bertindak sebagai pengarah individu kepada  dunia objek dari kenyataan, dan menjalankan fungsinya berdasarkan prinsip kenyataan. Apabila dikaitkan dengan contoh orang yang sedang lapar, maka bisa diterapkan bahwa ego bertindak sebagai penunjuk atau pengarah kepada orang yang sedang lapar ini kepada makanan. SuperegoSuperego (istilah Freud: das Ueberich) adalah sistem kepribadian yang berisikan nilai-nilai dan aturan-aturan yang sifatnya evaluatif (menyangkut baik-buruk). Menurut Freud, superego terbentuk melalui internalisasi nilai-nilai atau aturan-aturan oleh individu dari sejumlah figur yang berperan, berpengaruh, atau berarti bagi individu tersebut seperti orang tua dan guru (Supratiknya, 1993: 35).

Adapun fungsi utama dari superego adalah sebagai berikut :

1)      Sebagai pengendali dorongan-dorongan atau impuls-impuls naluri id agar impuls-impuls tersebut disalurkan dalam cara atau bentuk yang dapat diterima oleh masyarakat.

2)      Mengarahkan ego pada tujuan-tujuan yang sesuai dengan moral ketimbang dengan kenyataan.

3)      Mendorong individu kepada kesempurnaan.

C.    Dinamika KepribadianDorongan-Dorongan ( Drives )Menurut Freud  ( 1933/1964 ) dalam buku Theorys of Personality (Feist, Jess dan Gregory J. Feist, 2008: 29), beragam dorongan dapat dikelompokkan menjadi dua kubu utama : seks atau Eros, dan agresif, distraksi atau Thanatos. Dorongan-dorongan ini berakar dalam Id. Namun, mereka tunduk pada pengontrolan Ego. Dorongan memiliki bentuk energy psikisnya

Page 7: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

sendiri : Freud menggunakan kata Libido untuk energy dorongan seksual. Namun, energy bagi dorongan agresif masih belum dinamainya.

SeksTujuan dari dorongan seksual adalah kesenangan namun, kesenangan ini tidak terbatas hanya pada kesenangan genital semata. Tujuan akhir dorongan seksual ( pengurangan tegangan seksual ) tidak dapat diubah namun, jalan untuk mencapai tujuan ini bisa beragam.

Fleksibilitas objek seksual atau pribadi seksual dapat mengenakan samara Eros yang lebih jauh. Objek erotis dapat ditransformasikan atau dipindahkan dengan mudah. Sebagai contoh, seorang bayi yang dipaksa terlalu cepat untuk lepas dari putting ibunya sebagai objek seksual mungkin akan menggantinya dengan jempol tangan sebagai objek kesenangannya. Namun, seks sendiri dapat mangambil banyak bentuk yang lain, seperti Narsisisme, cinta, sadisme, dan masokhisme. Dua yang terakhir ini memiliki komponen dorongan agresif.

AgresiTujuan dari dorongan destruktif, menurut Freud, adalah mengembalikan organism pada kondisi anorganis. Dorongan agresif juga menjelaskan kebutuhan atas penghalang-penghalang yang sudah dibangun manusia untuk mengendalikan agresi.

Contohnya perintah seperti “kasihilah sesamamu seperti kamu mengasihi dirimu sendiri”.

Kecemasan ( anxiety )Kecamasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Freud ( 1933/1964 ) menekankan bahwa ini adalah kondisi yang tidak menyenangkan, bersifat emosional, dan sangat terasa kekuatannya, disertai sebuah sensasi fisik yang memperingatkan seseorang terhadap bahaya yang sedang mendekat.

Ada tiga macam kecemasan :

Kecemasan NeurotisKecemasan neurotis adalah ketakutran terhadap tidak terkendalinya naluri-naluri yang menyebabkan seseorang melalkukan suatu tindakan yang bisa mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri. Contohnya adalah seseorang akan mengalami kecemasan ini karena kehadiran seorang guru, majikan, atau figure otoritas lain.

Kecemasan MoralistisKecemasan moralistis adalah katekutan terhadap hati nurani sendiri. Kecemasan ini bersal dari konflik antara ego dan superego. Kecemasan moralistis contohnya, akan muncul dari godaan seksual jika seorang anak percaya bahwa menyerah pada godaan akan membuat dirinya keliru secara moral. Namun, kecemasan moralistis juga bisa muncul akibat kegagalan

Page 8: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

untuk bersikap secara konsisten dengan apa yang dianggap benar secara moral, contohnya gagal merawat orang tua yang sudah lanjut usia.

Kecemasan RealiatisKecamasan realistis adalah ketakutan terhadap bahaya dari dunia eksternal, dan taraf kecemasannya sesuai dengan derajat ancaman yang ada. Contohnya, kita dapat mengalami kecemasan realistis ketika berkendara di lalu lintas yang padat dan bergerak cepat di sebuah kota yang belum kita kenal. Kecemasan realistis ini berbeda dari rasa takut karena rasa takut tidak perlu malibatkan suatu objek spesifik yang menakutkan, contohnya jika sepeda motor kita tiba-tiba terpeleseta dan lepas kendali di atas sebuah jalan tol yang bersalju.

Kecemasan berfungsi  sebagai mekanisme penjagaan ego karena dia memberi sinyal bahwa bahaya tertentu sedang mendekat ( Freud, 1933/1945 ). Contohnya, sebuah mimpi kecemasan yang memberi sinyal kepada sensor kita mengenai bahaya yang sedang mendekat akan mengambil bentuk samaran imaji-imaji mimpi sebaik-baiknya

 D.    Mekanisme Pertahanan EgoMekanisme pertahanan merupakan suatu cara ekstrem yang ditempuh oleh ego untuk menghilangkan tekanan kecemasan yang berlebihan-lebihan. Pertahanan-pertahanan pokok tersebut adalah represi, proyeksi, pembentukan reaksi, fiksasi, dan regresi (Anna Freud, 1946). Menurut Supratiknya (1993: 86), semua mekanisme pertahanan tersebut mempunyai dua ciri umum yaitu :

1) Mereka menyangkal, memalsukan, atau mendistorsikan kenyataan.

2)      Mereka bekerja secara tak sadar sehingga orangnya tidak tahu apa yang sedang terjadi.

Dalam Latipun (2010; 51) Freud mengemukakan banyak bentuk mekanisme pertahanan diri yang dimanifestasikan dalam perilaku dan bentuknya bermacam-macam. Adapun bentuk-bentuk mekanisme pertahanan diri tersebut sebagai berikut:

1. Distorsi merupakan pertahanan yang dilakukan dengan melakukan penyangkalan terhadap kenyataan hidupnya dan tujuan untuk menghindari kecemasannya.

2. Proyeksi merupakan upaya menyalahkan orang lain atas kesalahan dirinya sendiri atau melemparkan keinginannya yang tidak baik kepada orang lain.

3. Regresi adalah secara tidak sadar memunculkan periaku yang tiak matang, yaitu mundur ke fase perkembangan yang sebelumnya dipandang tidak terlalu berat tuntutannya.

4. Rasionalisai artinya membuat-buat alasan yang tampak masuk akal guna membenarkan tindakanya yang salah atau meminimalkan konsekuensi kejiwaan yang didapat karena

Page 9: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

kesalahannya, sehingga apa yang dialami dapat diterima orang lain dan terhindar dari rasa cemas.

5. Sublimasi merupakan mengganti dorongan-dorongan yang tidak dapat diterima secara sosial ke bentuk yang bisa diterima secara sosial.

6. Salah sasaran (displacement) merupakan menggantikan perasaan bermusuh atau agresivitasnya dari sumber-sumber aslinya ke orang atau obyek lain yang biasanya kurang penting.

7. Identifikasi merupakan menambah harga diri dengan cara menyamakan dirinya dengan orang lain yang mempunyai nama.

8. Kompensasi yaitu menutupi kelemahan dengan jalan memuaskan atau menunjukkan sifat tertentu secara berlebihan karena frustasi dalam bidang lain.

 

E.     Perkembangan KepribadianTahap-tahap perkembangan menurut Freud ada empat, yaitu (Supratiknya, 1993: 90) :

Tahap OralPada tahap ini berlangsung kira-kira selama satu tahun. Mulut merupakan daerah pokok

kegiatan dinamik. Sumber kenikmatan pokok yang berasal dari mulut adalah makanan.

Makan meliputi stimulasi sentuhan terhadap bibir dan rongga mulut, serta menelan atau jika

makanan itu tidak menyenangkan, maka memuntahkan keluar. Kemudian setelah gigi tumbuh

maka mulut dipakai untuk menggigit dan mengunyah. Dua macam aktifitas oral ini, yaitu

menelan makanan dan menggigit merupakan prototipe bagi banyak ciri karakter yang

berkembang di kemudian hari.

Tahap Anal

Setelah makanan dicernakan, maka sisa-sisa makanan menumpuk diujung bawah dari usus

dan secara refleks akan dilepaskan keluar apabila tekanan pada otot lingkar dubur mencapai

taraf tertentu. Pengeluaran feses menghilangkan sumber ketidaknyamanan dan menimbulkan

perasaan lega. Ketika pembiasaan akan kebersihan dimulai, biasanya selama umur dua tahun,

anak mendapatkan pengalaman pertama yang menentukan tentang pengaturan atas suatu

impuls instingtual oleh pihak luar. Hal ini tergantung pada cara-cara khusus pembiasaan akan

kebersihan yang diterapkan ibu. Apabila cara-cara ibu sangat keras, anak bisa menahan

fesesnya dan mengalami sembelit. Atau karena himpitan cara yang represif itu, anak bisa

melampiaskan kemarahannya dengan membuang feses pada saat-saat yang tidak tepat.

Page 10: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Tahap Phalik

Selama tahap perkembangan kepribadian ini yang menjadi pusat dinamika adalah perasaan-

perasaan seksual dan agresif berkaitan dengan mulai berfungsinya organ-organ genital.

Tingkah laku anak pada tahap ini yaitu usia tiga sampai lima tahun banyak ditandai oleh

bekerjanya kompleks Oedipus. Kompleks Oedipus meliputi kateksis seksual terhadap orang

tua yang berlainan jenis serta kateksis permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak laki-laki

ingin memiliki ibunya dan menyingkirkan ayahnya sedangkan anak perempuan ingin

memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya. Perasaan-perasaan ini menyatakan diri dalam

khayalan pada waktu anak melakukan masturbasi dan dalam bentuk pergantian antara sikap

cinta dan sikap melawan terhadap kedua orang tuanya. Tahap-tahap oral, anal, dan phalik,

disebut dengan tahap-tahap pragenital.

Tahap laten

Tahapan ini berlangsung antara kira-kira usia 6 tahun dan masa pubertas. Merupakan tahap

yang paling baik dalam perkembangan kecerdasan (masa sekolah), dan dalam tahap ini

seksualitas seakan-akan mengendap, tidak lagi aktif dan menjadi laten.

Tahap Genital

Anak memasuki periode laten yang cukup lama, yang secara dinamis disebut tahun-tahun

yang tenang. Selama periode ini, impuls-impuls cenderung berada dalam keadaan

direpresikan. Munculnya kembali dinamika pada masa adolesen yang dinamis mengaktifkan

kembali impuls-impuls pragenital, apabila impuls-impuls ini berhasil dipindahkan dan

disublimasikan oleh ego maka sampailah orang pada tahap kematangan yang merupakan

tahap akhir, yaitu tahap genital. Fungsi biologis pokok dari tahap genital ini adalah ialah

reproduksi. Aspek-aspek psikologis membantu mencapai tujuan ini dengan cara memberikan

stabilitas dan keamanan sampai batas tertentu.

B.TEORI BELAJAR SOSIAL

Teori Pembelajaran Sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional

(behavioristik)1. Teori pembelajaran social ini dikembangkan oleh Albert Bandura (1986).

Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip – prinsip teori – teori belajar perilaku, tetapi

memberikan lebih banyak penekanan pada kesan dan isyarat – isyarat perubahan perilaku,

dan pada proses – proses mental internal. Jadi dalam teori pembelajaran social kita akan

Page 11: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

menggunakan penjelasan – penjelasan reinforcement eksternal dan penjelasan – penjelasan

kognitif internal untuk memahami bagaimana belajar dari orang lain. Dalam pandangan

belajar social “ manusia “ itu tidak didorong oleh kekuatan – kekuatan dari dalam dan juga

tidak dipengaruhi oleh stimulus – stimulus lingkungan.

Teori belajar social menekankan bahwa lingkungan – lingkungan yang dihadapkan pada

seseorang secara kebetulan ; lingkungan – lingkungan itu kerap kali dipilih dan diubah oleh

orang itu melalui perilakunya sendiri. Menurut Bandura, sebagaimana dikutip oleh

(Kard,S,1997:14) bahwa “sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif

dan mengingat tingkah laku orang lain”. Inti dari pembelajaran social adalah pemodelan

(modelling), dan pemodelan ini merupakan salah satu langkah paling penting dalam

pembelajaran terpadu.

Ada dua jenis pembelajaran melalui pengamatan ,Pertama. Pembelajaran melalui pengamatan

dapat terjadi melalui kondisi yang dialami orang lain,Contohnya : seorang pelajar melihat

temannya dipuji dan ditegur oleh gurunya karena perbuatannya, maka ia kemudian meniru

melakukan perbuatan lain yang tujuannya sama ingin dipuji oleh gurunya. Kejadian ini

merupakan contoh dari penguatan melalui pujian yang dialami orang lain. Kedua,

pembelajaran melalui pengamatan meniru perilaku model meskipun model itu tidak

mendapatkan penguatan positif atau penguatan negatif saat mengamati itu sedang

memperhatikan model itu mendemonstrasikan sesuatu yang ingin dipelajari oleh pengamat

tersebut dan mengharapkan mendapat pujian atau penguatan apabila menguasai secara tuntas

apa yang dipelajari itu. Model tidak harus diperagakan oleh seseorang secara langsung, tetapi

kita dapat juga menggunakan seseorang pemeran atau visualisasi tiruan sebagai model (Nur,

M,1998.a:4).

Seperti pendekatan teori pembelajaran terhadap kepribadian, teori pembelajaran social

berdasarkan pada penjelasan yang diutarakan oleh Bandura bahwa sebagian besar daripada

tingkah laku manusia adalah diperoleh dari dalam diri, dan prinsip pembelajaran sudah cukup

untuk menjelaskan bagaimana tingkah laku berkembang. Akan tetapi, teori – teori

sebelumnya kurang memberi perhatian pada konteks social dimana tingkah laku ini muncul

dan kurang memperhatikan bahwa banyak peristiwa pembelajaran terjadi dengan perantaraan

orang lain. Maksudnya, sewaktu melihat tingkah laku orang lain, individu akan belajar

Page 12: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

meniru tingkah laku tersebut atau dalam hal tertentu menjadikan orang lain sebagai model

bagi dirinya.

C. Teori Peniruan ( Modeling )

Pada tahun 1941, dua orang ahli psikologi, yaitu Neil Miller dan John Dollard dalam laporan

hasil eksperimennya mengatakan bahwa peniruan ( imitation ) merupakan hasil proses

pembelajaran yang ditiru dari orang lain. Proses belajar tersebut dinamakan “ social learning

“ – “pembelajaran social “ . Perilaku peniruan manusia terjadi karena manusia merasa telah

memperoleh tambahan ketika kita meniru orang lain, dan memperoleh hukuman ketika kita

tidak menirunya. Menurut Bandura, sebagian besar tingkah laku manusia dipelajari melalui

peniruan maupun penyajian, contoh tingkah laku ( modeling ). Dalam hal ini orang tua dan

guru memainkan peranan penting sebagai seorang model atau tokoh bagi anak – anak untuk

menirukan tingkah laku membaca.

Dua puluh tahun berikutnya ,” Albert Bandura dan Richard Walters ( 1959, 1963 ) telah

melakukan eksperimen pada anak – anak yang juga berkenaan dengan peniruan. Hasil

eksperimen mereka mendapati, bahwa peniruan dapat berlaku hanya melalui pengamatan

terhadap perilaku model (orang yang ditiru) meskipun pengamatan itu tidak dilakukan terus

menerus. Proses belajar semacam ini disebut “observationallearning” atau pembelajaran

melalui pengamatan. Bandura (1971), kemudian menyarankan agar teori pembelajaran sosial

diperbaiki memandang teori pembelajaran sosial yang sebelumnya hanya mementingkan

perilaku tanpa mempertimbangan aspek mental seseorang.

Menurut Bandura, perlakuan seseorang adalah hasil interaksi faktor dalam diri(kognitif) dan

lingkungan. pandangan ini menjelaskan, beliau telah mengemukakan teori pembelajaran

peniruan, dalam teori ini beliau telah menjalankan kajian bersama Walter (1963) terhadap

perlakuan anak-anak apabila mereka menonton orang dewasa memukul, mengetuk dengan

palu besi dan menumbuk sambil menjerit-jerit dalam video. Setelah menonton video anak-

anak ini diarah bermain di kamar permainan dan terdapat patung seperti yang ditayangkan

dalam video. Setelah anak-anak tersebut melihat patung tersebut,mereka meniru aksi-aksi

yang dilakukan oleh orang yang mereka tonton dalam video.

Berdasarkan teori ini terdapat beberapa cara peniruan yaitu meniru secara langsung.

Contohnya guru membuat demostrasi cara membuat kapal terbang kertasdan pelajar meniru

secara langsung. Seterusnya proses peniruan melalui contoh tingkah laku. Contohnya anak-

anak meniru tingkah laku bersorak dilapangan, jadi tingkah laku bersorak merupakan contoh

Page 13: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

perilaku di lapangan. Keadaan sebaliknya jika anak-anak bersorak di dalam kelas sewaktu

guru mengajar,semestinya guru akan memarahi dan memberi tahu tingkahlaku yang

dilakukan tidak dibenarkan dalam keadaan tersebut, jadi tingkah laku tersebut menjadi contoh

perilaku dalam situasi tersebut. Proses peniruan yang seterusnya ialah elisitasi. Proses ini

timbul apabila seseorang melihat perubahan pada orang lain. Contohnya seorang anak-anak

melihat temannya melukis bunga dan timbul keinginan dalam diri anak-anak tersebut untuk

melukis bunga. Oleh karena itu, peniruan berlaku apabila anak-anak tersebut melihat

temannya melukis bunga.

Perkembangan kognitif anak-anak menurut pandangan pemikir islam yang terkenal pada abad

ke-14 yaitu Ibnu Khaldun perkembangan anak-anak hendaklah diarahkan dari perkara yang

mudah kepada perkara yang lebih susah yaitu mengikut peringkat-peringkat dan anak-anak

hendaklah diberikan dengan contoh-contoh yang konkrit yang boleh difahami melalui

pancaindera. Menrut Ibnu Khaldun, anak-anak hendaklah diajar atau dibentuk dengan lemah

lembut dan bukannya dengan kekerasan. Selain itu, beliau juga mengatakan bahwa anak-anak

tidak boleh dibebankan dengan perkara-perkara yang di luar kemampuan mereka. Hal ini

akan menyebabkan anak-anak tidak mau belajar dan memahami pengajaran

yang disampaikan.

D. Unsur Utama dalam Peniruan (Proses Modeling/Permodelan)

Menurut teori belajar social, perbuatan melihat saja menggunakan gambaran kognitif dari

tindakan, secara rinci dasar kognitif dalam proses belajar dapat diringkas dalam 4 tahap ,

yaitu : perhatian / atensi, mengingat / retensi, reproduksi gerak , dan motivasi.

1) Perhatian (’Attention’)

Subjek harus memperhatikan tingkah laku model untuk dapat mempelajarinya. Subjek

memberi perhatian tertuju kepada nilai, harga diri, sikap, dan lain-lain yang dimiliki.

Contohnya, seorang pemain musik yang tidak percaya diri mungkin meniru tingkah laku

pemain music terkenal sehingga tidak menunjukkan gayanya sendiri. Bandura &

Walters(1963) dalam buku mereka “Sosial Learning & Personality

Development”menekankan bahwa hanya dengan memperhatikan orang lain pembelajaran

dapat dipelajari.

Page 14: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

2) Mengingat (’Retention’)

Subjek yang memperhatikan harus merekam peristiwa itu dalam sistem ingatannya. Ini

membolehkan subjek melakukan peristiwa itu kelak bila diperlukan atau

diingini. Kemampuan untuk menyimpan informasi juga merupakan bagian penting dari

proses belajar.

3) Reproduksi gerak (’Reproduction’)

Setelah mengetahui atau mempelajari sesuatu tingkahlaku, subjek juga dapat menunjukkan

kemampuannya atau menghasilkan apa yang disimpan dalam bentuk tingkah laku.

Contohnya, mengendarai mobil, bermain tenis. Jadi setelah subyek memperhatikan model

dan menyimpan informasi, sekarang saatnya untuk benar-benar melakukan perilaku yang

diamatinya. Praktek lebih lanjut dari perilaku yang dipelajari mengarah pada kemajuan

perbaikan dan keterampilan.

4) Motivasi

Motivasi juga penting dalam pemodelan Albert Bandura karena ia adalah penggerak

individu untuk terus melakukan sesuatu.

Jadi subyek harus termotivasi untuk meniru perilaku yang telah dimodelkan.

E. Ciri – ciri teori Pemodelan Bandura

1. Unsur pembelajaran utama ialah pemerhatian dan peniruan

2. Tingkah laku model boleh dipelajari melalui bahasa, teladan, nilai dan lain – lain

3. Pelajar meniru suatu kemampuan dari kecakapan yang didemonstrasikan guru sebagai

model

4. Pelajar memperoleh kemampuan jika memperoleh kepuasan dan penguatan yang positif

5. Proses pembelajaran meliputi perhatian, mengingat, peniruan, dengan tingkah laku atau

timbal balik yang sesuai, diakhiri dengan penguatan yang positif

F. Eksperimen Albert Bandura

Eksperimen yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak –

anak meniru seperti perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya.

Albert Bandura seorang tokoh teori belajar social ini menyatakan bahwa proses pembelajaran

dapat dilaksanakan dengan lebih berkesan dengan menggunakan pendekatan “permodelan “.

Beliau menjelaskan lagi bahwa aspek perhatian pelajar terhadap apa yang disampaikan atau

dilakukan oleh guru dan aspek peniruan oleh pelajar akan dapat memberikan kesan yang

optimum kepada pemahaman pelajar.

Eksperimen Pemodelan Bandura :

Page 15: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Kelompok A = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa memukul, menumbuk,

menendang, dan menjerit kearah patung besar Bobo.

Hasil = Meniru apa yang dilakukan orng dewasa malahan lebih agresif

Kelompok B = Disuruh memperhatikan sekumpulan orang dewasa bermesra dengan patung

besar Bobo

Hasil = Tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif seperti kelompok A

Rumusan :

Tingkah laku anak – anak dipelajari melalui peniruan / permodelan adalah hasil dari

penguatan.

Hasil Keseluruhan Eksperimen :

Kelompok A menunjukkan tingkah laku yang lebih agresif dari orang dewasa. Kelompok B

tidak menunjukkan tingkah laku yang agresif

Gambar Pemodelan Albert Bandura:

G. Jenis – jenis Peniruan (modelling)

Jenis – jenis Peniruan (modeling):

1. Peniruan Langsung

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teori pembelajaran social Albert Bandura.

Ciri khas pembelajaran ini adalah adanya modeling , yaitu suatu fase dimana seseorang

memodelkan atau mencontohkan sesuatu melalui demonstrasi bagaimana suatu ketrampilan

itu dilakukan.

Meniru tingkah laku yang ditunjukkan oleh model melalui proses perhatian. Contoh : Meniru

gaya penyanyi yang disukai.

2. Peniruan Tak Langsung

Peniruan Tak Langsung adalah melalui imaginasi atau perhatian secara tidak langsung.

Contoh : Meniru watak yang dibaca dalam buku, memperhatikan seorang guru mengajarkan

rekannya.

3. Peniruan Gabungan

Peniruan jenis ini adalah dengan cara menggabungkan tingkah laku yang berlainan yaitu

peniruan langsung dan tidak langsung. Contoh : Pelajar meniru gaya gurunya melukis dan

cara mewarnai daripada buku yang dibacanya.

4. Peniruan Sesaat / seketika.

Tingkah laku yang ditiru hanya sesuai untuk situasi tertentu saja.

Contoh : Meniru Gaya Pakaian di TV, tetapi tidak boleh dipakai di sekolah.

Page 16: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

5. Peniruan Berkelanjutan

Tingkah laku yang ditiru boleh ditonjolkan dalam situasi apapun.

Contoh : Pelajar meniru gaya bahasa gurunya.

Hal lain yang harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan mempunyai prinsip –

prinsip sebagai berikut :

1. Tingkat tertinggi belajar dari pengamatan diperoleh dengan cara mengorganisasikan sejak

awal dan mengulangi perilaku secara simbolik kemudian melakukannya. Proses mengingat

akan lebih baik dengan cara perilaku yang ditiru dituangkan dalam kata – kata, tanda atau

gambar daripada hanya melihat saja. Sebagai contoh : Belajar gerakan tari dari pelatih

memerlukan pengamatan dari berbagai sudut yang dibantu cermin dan seterusnya ditiru oleh

para pelajar pada masa yang sama, kemudian proses meniru akan efisien jika gerakan tari tadi

juga didukung dengan penayangan video, gambar, atau kaedah yang ditulis dalam buku

panduan.

2. Individu lebih menyukai perilaku yang ditiru jika sesuai dengan nilai yang dimilikinya.

3. Individu akan menyukai perilaku yang ditiru jika model tersebut disukai dan dihargai serta

perilakunya mempunyai nilai yang bermanfaat.

Teori belajar social dari Bandura ini merupakan gabungan antara teori belajar behavioristik

dengan penguatan dan psikologi kognitif, dengan prinsip modifikasi tingkah laku. Proses

belajar masih berpusat pada penguatan, hanya terjadi secara langsung dalam berinteraksi

dengan lingkungannya. Sebagai contoh : Penerapan teori belajar social dalam iklan sabun

ditelevisi. Iklan selalu menampilkan bintang – bintang yang popular dan disukai masyarakat,

hal ini untuk mendorong konsumen agar membeli sabun supaya mempunyai kulit seperti para

“bintang “.

Motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan

karakteristik modelnya. Ciri – cirri model seperti usia, status social, seks, keramahan, dan

kemampuan, penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak – anak lebih senang meniru

model seusianya daripada model dewasa. Anak – anak juga cenderung meniru model yang

sama prestasinya dalam jangkauannya. Anak – anak yang sangat dependen cenderung imitasi

model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri

model dengan observernya.

Page 17: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

H. Kelemahan Teori Albert Bandura

Teori pembelajaran Sosial Bandura sangat sesuai jika diklasifikasikan dalam teori

behavioristik. Ini karena, teknik pemodelan Albert Bandura adalah mengenai peniruan

tingkah laku dan adakalanya cara peniruan tersebut memerlukan pengulangan dalam

mendalami sesuatu yang ditiru.

Selain itu juga, jika manusia belajar atau membentuk tingkah lakunya dengan hanya melalui

peniruan ( modeling ), sudah pasti terdapat sebagian individu yang menggunakan teknik

peniruan ini juga akan meniru tingkah laku yang negative , termasuk perlakuan yang tidak

diterima dalam masyarakat.

I. Kelebihan Teori Albert Bandura

Teori Albert Bandura lebih lengkap dibandingkan teori belajar sebelumnya , karena itu

menekankan bahwa lingkungan dan perilaku seseorang dihubungkan melalui system kognitif

orang tersebut. Bandura memandang tingkah laku manusia bukan semata – mata reflex atas

stimulus ( S-R bond), melainkan juga akibat reaksi yang timbul akibat interaksi antara

lingkungan dengan kognitif manusia itu sendiri.

Pendekatan teori belajar social lebih ditekankan pada perlunya conditioning ( pembiasan

merespon ) dan imitation ( peniruan ). Selain itu pendekatan belajar social menekankan

pentingnya penelitian empiris dalam mempelajari perkembangan anak – anak. Penelitian ini

berfokus pada proses yang menjelaskan perkembangan anak – anak, faktor social dan

kognitif.

C.PENDEKATAN TEORI BIOLOGIK

Perspektif/pendekatan biologis yaitu sebuah pendekatan psikologi yang menekankan pada

berbagai peristiwa yang berlangsung dalam tubuh mempengaruhi perilaku, perasaan dan

pikiran seseorang. Perspektif Biologis memunculkan psikologi evolusi yaitu suatu bidang

psikologi yang nenekankan pada mekanisme evolusi yang membantu menjelaskan kesamaan

di antara manusia dalam kognisi, perkembangan, emosi praktek-praktek sosial, dan area-area

lain dari perilaku. Kita bisa terima pendapat dari  Charles Darwin (1859) untuk menunjukkan

dalam gagasan bahwa genetika dan evolusi memainkan peran dalam mempengaruhi perilaku

manusia melalui seleksi alam .

• Teori dalam perspektif biologi yang mempelajari perilaku genomik yang

mempertimbangkan bagaimana gen mempengaruhi perilaku. 

Page 18: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

•  Pendekatan biologis berpendapat bahwa perilaku sebagian diwariskan dan memiliki

fungsi (atau evolusi) adaptif. Misalnya, dalam minggu-minggu segera setelah kelahiran anak,

tingkat testosteron pada ayah hampir lebih dari 30 persen. Pendekatan biologi (biological

approach) memusatkan pada tubuh, terutama otak dan sistem saraf.

• Kelemahan teori ini nampak dalam penelitian anak-anak kembar. Anak kembar yang

identik (satu telur) yang dibesarkan dalam milieu (lingkungan ) yang berbeda, mengalami

proses perkembangan yang beda pula.

Kelemahan teori yang berorientasi biologis itu juga kita jumpai pada waktu anak dalam satu

kondisi tertentu mampu melaksanakan tingkah laku operasi, yaitu melakukan tingkah laku

intelektual pada waktu yang lebih awal dari pada stadium perkembangannya, misalnya anak

bisa membaca pada waktu yang sangat awal.

D.PENDEKATAN EKOLOGI

Teori Ekologi.Ekologi adalah cabang sains yang mengkaji habitat dan interaksi di antara benda hidup

dengan alam sekitar. Ekologi berasal dari oikos yaitu habitat dan logos yaitu ilmu. Kini,

istilah ekologi telah digunakan secara meluas dan merujuk kepada kajian saling hubungan

antara organisme dengan sekitar dan juga salinh hubungan di kalangan organisme itu sendiri.

Penyelidikan ekologi biasanya menumpu pada jumlah organisme dan bagaimana saling

mempengaruhi ciri dan sifat alam sekitar, juga pengaruh alam sekitar terhadap organisme

tersebut. Dalam psikologi teori ekologi dengan tokohnya Urie Bronfenbrenner yang

berparadigma lingkungan  menyatakan bahwa perilaku seseorang ( contoh perilaku malas

belajar pada anak ) tidak berdiri sendiri, melainkan dampak dari interaksi orang yang

bersangkutan dengan lingkungan di luarnya. Saat ini kita merasakan perubahan lingkungan

dengan sangat  cepat dan drastis disegala macam aspek. Para ilmuwan, setelah menganalisis

situasi yang dahsyat di seluruh dunia menyimpulkan bahwa saat ini kita sedang memasuki era

Postmodemism.  Dalam zaman ini tidak ada lagi pusat-pusat kekuasaan. Tidak ada tokoh,

aliran, partai politik, ideologi dan sebagainya yang mampu menonjol atau menonjol atau

dominan dalam waktu yang cukup lama. Perubahan – perubahan ini mempengaruhi

perkembangan seseorang. Adapun lingkungan diluar diri yang mempengaruhi pribadi

seseorang terdiri dalam berbagai lingkaran yang berlapis-lapis.

Pandangan Teori Ekologi terhadap perkembangan sosioemosional anak.

Page 19: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Teori ekologi berbeda dengan teori yang lain. Teori ekologi menempatkan tekanan yang kuat

pada landasan perkembangan biologis. Teori ini mengajukan suatu pandangan bahwa

lingkungan sangat kuat mempengaruhi perkembangan.  Teori ekologi ( ecological theory)

ialah pandangan sosio kultural tentang perkembangan yang terdiri dari lima sistem

lingkungan mulai dari masukan interaksi langsung dengan agen-agen sosial (social agent)

yang berkembang baik hingga masukkan kebudayaan yang berbasis luas. Kelima sistem

dalam teori ekologi Bronfenbrenner ialah mikrosistem, mesosistem, ekosistem, makrosistem,

dan kronosistem.

Mikrosistem (micrisystem) dalam teori ekologi Bronfebrenner  ialah setting dalam dimana

individu hidup. Mikrosistem adalah yang paling dekat dengan pribadi anak yaitu meliputi

keluarga, guru, individu, teman-teman sebaya, sekolah, lingkungan dan sebagainya yang

sehari-hari ditemui anak. Dalam mikrositem inilah  interaksi yang paling langsung dengan

agen-agen sosial berlangsung, misalnya; dengan orang tua, teman sebaya dan guru. Individu

tidak dipandang sebagai penerima pengalaman yang pasif dalam setting ini, tetapi sebagai

seseorang yang menolong membangun setting. Bronfrenbrenner menunjukkan bahwa

kebanyakan penelitian tentang dampak-dampak sosiokultural  berfokus pada mikrosistem.

Pengaruh mikrosistem (keluarga) terhadap perkembangan Sosioemosional umur 2-5 tahun:

Gaya Pengasuhan & Tipe pengasuhan:

·  Pengasuhan Otoriter ialah suatu gaya membatasi dan menghukum yang menuntut anak

untuk mengikuti perintah-perintah orang tua dan menghormati pekerjaan dan usaha. Orang

tua yang otoriter menetapkan batas-batas yang tegas dan tidak memberi peluang yang besar

pada anak-anak untuk berbicara. Pengasuhan yang otoriter diasosiasikan dengan

inkompetensi sosial anak-anak.

·   Pengasuhan Otoritatif mendorong anak-anak agar mandiri tetapi masih menetapkan batas-

batas dan pengendalian atas tindakan-tindakan mereka. Musyawarah verbal yang ekstensif

dimungkinkan, dan orang tua memperlihatkan kehangatan serta kasih sayang kepada anak-

anak. Pengasuhan yang otoritatif diasosiasikan dengan kompetensi sosial anak-anak.

 •  Pengasuhan Permisif:

- Permisif indifferent yaitu suatu gaya di mana orang tua sangat tidak terlibat dalam

kehidupan  anak. Tipe pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak

khususnya kurang kendali diri.

- Permisif indulgent yaitu suatu gaya pengasuhan dimana orang tua sangat terlibat dalam

kehidupan anak-anak mereka tetapi menetapkan sedikit batas atau kendali terhadap mereka.

Page 20: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Pengasuhan ini diasosiasikan dengan inkompetensi sosial anak khususnya kurangnya kendali

diri.

Mesosistem adalah interaksi antar faktor-faktor dalam sistem mikro meliputi hubungan

antara beberapa mikrosistem atau beberapa konteks misal hubungan orang tua-guru, orang

tua-teman, antar teman, guru-teman, dapat juga hubungan antara pengalaman sekolah dengan

pengalaman keluarga, pengalaman sekolah dengan pengalaman keagamaan dan pengalaman

keluarga dengan pengalaman teman sebaya. Misalnya anak-anak yang orang tuanya menolak

mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan hubungan positif dengan guru. Para

developmentalis semakin yakin pentingnya mengamati perilaku dalam setting

majemuk untuk memperoleh gambaran yang lebih lengkap tentang perkembangan individu.

Pengaruh Mesosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun:

· Relasi yang baik antar teman sebaya melalui permainan dapat mempengaruhi

perkembangan sosial anak. Permainan dapat meningkatkan afiliasi dengan teman sebaya,

mengurangi tekanan, meningkatkan perkembangan kognitif, memberi tempat berteduh yang

aman bagi prilaku yang secara potensial berbahaya, meningkatkan bahwa anak akan

berbicara dan berinteraksi satu sama lain, anak-anak memperaktikkan peran yang mereka

akan laksanakan dalam hidup masa depannya.

Anak-anak yang orang tuanya menolak mereka dapat mengalami kesulitan mengembangkan

hubungan positif dengan guru.

   Eksosistem dalam teori Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam

setting sosial lain – dimana individu tidak memiliki peran yang aktif – mempengaruhi apa

yang individu alami dalam konteks yang dekat. Atau sederhananya  menurut eksosistem

melibatkan pengalaman individu yang tak memiliki peran aktif di dalamnya. Misalnya,

pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan

anaknya. Seorang ibu dapat menerima promosi yang menuntutnya melakukan lebih banyak

perjalanan yang dapat meningkatkan konflik perkawinan dan perubahan pola interaksi orang

tua-anak. Maka diketahui bahwa eksosistem tidak langsung menyentuh pribadi anak akan

tetapi masih besar pengaruhnya  seperti koran, televisi, dokter, keluarga besar, dll.

Pengaruh Eksosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun:

·  Pengalaman kerja seorang ibu dapat mempengaruhi perkembangan sosial anaknya, ibu

yang banyak 

Page 21: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

   bekerja diluar rumah biasanya menitipkan anaknya pada pembantu rumah tangga (baby

sitter). Perubahan   

   pola interaksi antara orang tua dan anak.

· Televisi dapat memberikan dampak negatif terhadap perkembangan anak dengan

menjauhkan mereka dari

  pekerjaan rumah, mengajarkan mereka berbagai meodel agresi yang penuh kekerasan,

memberi

  pandangan-pandangan yang tidak realistis terhadap dunia. Walau demikian televisi juga

dapat memberi

  program-program yang mengandung nilai-nilai edukatif, menambah informasi anak-anak

tentang dunia diluar

  lingkungan dekat mereka dan memberi model-model prilaku prososial. Oleh karena itu

orang tua harus

  selektif dalam menentukan program yang boleh ditonton oleh anak.

Makrosistem meliputi kebudayaan dimana individu hidup. Kita ketahui bahwa kebudayaan

mengacu pada pola prilaku, keyakinan, dan semua produk lain dari sekelompok manusia

yang diteruskan dari generasi ke generasi. Kita ketahui pula bahwa studi lintas budaya –

perbandingan antara satu kebudayaan dengan satu atau lebih kebudayaan lain – memberi

informasi tentang generalitas perkembangan. Makrosistem terdiri dari ideologi negara,

pemerintah, tradisi, agama, hukum, adat istiadat, budaya, dll.

Pengaruh makrosistem terhadap perkembangan Sosio emosional umur 2-5 tahun:

· Kebijakan pemerintah dalam bidang pendidikan, misalnya mengurangi anggaran

pendidikan  akan mempengaruhi perkembangan anak yang dapat dilihat dari kurangnya

sarana dan prasarana pendidikan(misalnya sarana permainan yang dapat meningkatkan relasi

teman sebaya).

·  Anak yang hidup di daerah yang masih banyak dipengaruhi adat istiadat, maka akan

mempengaruhi perilaku anak dalam bersosialisasi.

Kronosistem , dalam teori ekologi Bronfenbrenner meliputi pemolaan peristiwa-peristiwa

lingkungan dan transisi sepanjang rangkaian kehidupan dan keadaan sosiohistoris. Misalnya

dalam mempelajari dampak perceraian terhadap anak-anak, Para peneliti menemukan bahwa

dampak negative sering memuncak pada tahun pertama setelah perceraian dan bahwa

dampaknya lebih negatef bagi anak laki-laki daripada anak perempuan. 2 tahun setekah

perceraian interaksi keluarga tidak begitu kacau lagi dan lebih stabil dengan

mempertimbangkan keadaan-keadaan sosiohistoris, dewasa ini, kaum perempuan tampaknya

Page 22: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

sangat didorong untuk meniti karir dibandingkan pada 20 atau 30 tahun yang lalu. Dengan

cara seperti ini, kronosistem memiliki dampak yang kuat pada perkembangan kita.

E.TEORI KOGNISI

Prinsip-prinsip dasar teori kogitif :

• Teori kognitif berpendapat bahwa belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara

stimulus dan respon. Lebih dari itu belajar adalah melibatkan proses berpikir yang sangat

kompleks.

• Kemampuan memproses informasi tergantung kepada faktor kognitif yang

perkembangannya berlangsung secara bertahap sejalan dengan tahapan usianya.

• Ilmu pengetahuan dibangun dalam diri seseorang melalui proses interaksi yang

bersinambungan dengan lingkungan.

TEORI KOGNISI PIAGET

A.    Pengertian Kognitif

Kognitif adalah salah satu ranah dalam taksonomi pendidikan. Secara umum kognitif

diartikan potensi intelektual yang terdiri dari tahapan : pengetahuan (knowledge),

pemahaman (comprehention), penerapan (aplication), analisa (analysis), sintesa

(sinthesis), evaluasi (evaluation). Kognitif berarti persoalan yang menyangkut

kemampuan untuk mengembangkan kemampuan rasional (akal).

Teori kognitif lebih menekankan bagaimana proses atau upaya untuk mengoptimalkan

kemampuan aspek rasional yang dimiliki oleh orang lain. Oleh sebab itu kognitif

berbeda dengan teori behavioristik, yang lebih menekankan pada aspek kemampuan

perilaku yang diwujudkan dengan cara kemampuan merespons terhadap stimulus yang

datang kepada dirinya. 

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mendengar kata kognitif. Dari aspek tenaga

pendidik misalnya. Seorang guru diharuskan memiliki kompetensi bidang kognitif.

Artinya seorang guru harus memiliki kemampuan intelektual, seperti penguasaan

materi pelajaran, pengetahuan mengenai cara mengajar, pengetahuan cara menilai siswa

Page 23: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

dan sebagainya

B.    Perkembangan Kognitif

Teori perkembangan kognitif Piaget adalah salah satu teori yang menjelasakan

bagaimana anak beradaptasi dengan dan menginterpretasikan objek dan kejadian-

kejadian sekitarnya. Bagaimana anak mempelajari ciri-ciri dan fungsi dari objek-

objek seperti mainan, perabot, dan makanan serta objek-objek sosial seperti diri,

orangtua dan teman. Bagaimana cara anak mengelompokan objek-objek untuk

mengetahui persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaannya, untuk memahami

penyebab terjadinya perubahan dalam objek-objek dan perisiwa-peristiwa dan untuk

membentuk perkiraan tentang objek dan peristiwa tersebut.

Piaget memandang bahwa anak memainkan peran aktif dalam menyusun

pengetahuannya mengenai realitas. Anak tidak pasif menerima informasi. Walaupun

proses berfikir dalam konsepsi anak mengenai realitas telah dimodifikasi oleh

pengalaman dengan dunia sekitarnya, namun anak juga berperan aktif dalam

menginterpretasikan informasi yang ia peroleh melalui pengalaman, serta dalam

mengadaptasikannya pada pengetahuan dan konsepsi mengenai dunia yang telah ia

punya.

Piaget percaya bahawa pemikiran anak-anak berkembang menurut tahap-tahap atau

priode-periode yang terus bertambah kompleks. Menurut teori tahapan Piaget, setiap

individu akan melewati serangkaian perubahan kualitatif yang bersifat invariant,

selalu tetap, tidak melompat atau mundur. Perubahan kualitatif ini terjadi karena

tekanan biologis untuk menyesuaikan diri dengan lingkunagn serta adanya

pengorganisasian struktur berfikir. Sebagai seorang yang memperoleh pendidikan

dasar dalam bidang eksakta, yaitu biologis, maka pendekatan dan uraian dari

teorinya terpengaruh aspek biologi.

Teori Piaget merupakan akar revolusi kognitif saat ini yang menekankan pada proses

mental. Piaget mengambil perspektif organismik, yang memandang perkembangan

kognitif sebagai produk usaha anak untuk memahami dan bertindak dalam dunia

mereka. Menurut Piaget, bahwa perkembangan kognitif dimulai dengan kemampuan

bawaan untuk beradaptasi dengan lingkungan. Dengan kemampuan bawaan yang

bersifat biologis itu, Piaget mengamati bayi-bayi mewarisi reflek-reflek seperti

reflek menghisap. Reflek ini sangat penting dalam bulan-bulan pertama kehidupan

mereka, namun semakin berkurang signifikansinya pada perkembangan selanjutnya.

Page 24: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Pertumbuhan atau perkembangan kognitif terjadi melalui tiga proses yang saling

berhubungan, yaitu:

1.    Organisasi.

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk mengintegrasikan pengetahuan

kedalam system-sistem. Dengan kata lain, organisasi adalah system pengetahuan atau

cara berfikir yang disertai dengan pencitraan realitas yang semakin akurat.

Contoh: anak laki-laki yang baru berumur 4 bulan mampu untuk menatap dan

menggenggam objek. Setelah itu dia berusaha mengkombunasikan dua kegiatan ini

(menatap dan menggenggam) dengan menggenggam objek-objek yang dilihatnya.

Dalam sistem kognitif, organisasi memiliki kecenderungan untuk membuat struktur

kognitif menjadi semakin komplek. Struktur-struktur kognitif disebut skema. Skema

adalah pola prilaku terorganisir yang digunakan seseorang untuk memikirkan dan

melakukan tindakan dalam situasi tertentu. Contoh: gerakan reflek menyedot pada bayi

yaitu gerakan otot pada pipi dan bibir yang menimbulkan gerakan menarik.

2.    Adaptasi.

Merupakan cara anak untuk memperlakukan informasi baru dengan

mempertimbangkan apa yang telah mereka ketahui. Adaptasi ini dilakukan dengan dua

langkah, yaitu:

a.    Asimilasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada peleburan informasi baru

kedalam struktur kognitif yang sudah ada. Seorang individu dikatakan melakukan

proses adaptasi melalui asimilasi, jika individu tersebut menggabungkan informasi baru

yag dia terima kedalam pengetahuan mereka yang telah ada.

Contoh asimilasi kognitif: seorang anak yang diperlihatkan segi tiga sama sisi,

kemudian setelah itu diperlihatkan segitiga yang lain yaitu siku-siku. Asimilasi terjadi

jika si anak menjawab bahwa segitiga siku-siku yang diperlihatkan adalah segitiga

sama sisi.

b.    Akomodasi

Merupakan istilah yang digunakan Piaget untuk merujuk pada perubahan yang terjadi

pada sebuah struktur kognitif dalam rangka menampung informasi baru. Jadi, dikatakan

akomodasi jika individu menyesuaikan diri dengan informasi baru. Melalui akomodasi

ini, struktur kognitif yang sudah ada dalam diri seseorang mengalami perubahan sesuai

dengan rangsangan-rangsangan dari objeknya.

Page 25: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Contoh: si anak bisa menjawab segitiga siku-siku pada segitiga yang diperlihatkan

kedua.

c.    Ekuilibrasi

Yaitu istilah yang merujuk pada kecenderungan untuk mencari keseimbangan pada

elemen-elemen kognisi. Ekuilibrasi diartikan sebagai kemampuan yang mengatur

dalam diri individu agar ia mampu mempertahankan keseimbangan dan menyesuaikan

diri terhadap lingkungannya. Agar terjadi ekuilibrasi antara diri dengan lingkungan,

maka peristiwa asimilasi dan akomodasi harus terjadi secara terpadu, bersama-sama

dan komplementer.

Contoh: bayi yang biasanya mendapat susu dari payudara ibu ataupun botol, kemudian

diberi susu dengan gelas tertutup (untuk latihan minum dari gelas). Ketika bayi

menemukan bahwa menyedot air gelas membutuhkan gerakan mulut dan lidah yang

berbeda dari yang biasa dilakukannya saat menyusu dari ibunya, maka si bayi akan

mengakomodasi hal itu dengan akomodasi skema lama. Dengan melakukan hal itu,

maka si bayi telah melakukan adaptasi terhadap skema menghisap yang ia miliki dalam

situasi baru yaitu gelas. Dengan demikian asimilasi dan akomodasi bekerjasama untuk

menghasilkan ekuilibrium dan pertumbuhan.

C.    Tahap-Tahap Perkembangan Kognitif

Menurut Piaget, pikiran anak-anak dibentuk bukan oleh ajaran orang dewasa atau

pengaruh lingkungan lainnya. Anak-anak memang harus berinteraksi dengan

lingkungan untuk berkembang, namun merekalah yang membangun struktur-struktur

kognitif baru dalam dirinya. Piaget juga yakin bahwa individu melalui empat tahap

dalam memahami dunia. Masing-masing tahap terkait dengan usia dan terdiri dari cara

berfikir yang khas/berbeda.

Tahapan perkembangan kognitif menurut Piaget adalah sebagai berikut:

1.    Tahap Sensori Motor.

Tahap ini merupakan tahap pertama. Tahap ini dimulai sejak lahir sampai usia 2 tahun.

Pada tahap ini, bayi membangun suatu pemahaman tentang dunia dengan

mengkoordinasikan pengalaman-pengalaman sensor (seperti melihat dan mendengar)

dengan tindakan-tindakan fisik.

Dengan berfungsinya alat-alat indera serta kemampuan kemampuan-kemampuan

Page 26: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

melakukan gerak motorik dalam bentuk refleks ini, maka seorang bayi berada dalam

keadaan siap untuk mengadakan hubungan dengan dunianya.

Piaget membagi tahap sensori motor ini kedalam 6 periode, yaitu:

Periode 1: Penggunaan Refleks-Refleks (Usia 0-1 bulan)

Refleks yang paling jelas pada periode ini adalah refleks menghisap (bayi otomatis

menghisap kapanpun bibir mereka disentuh) dan refleks mengarahkan kepala pada

sumber rangsangan secara lebih tepat dan terarah. Misalnya jika pipi kanannya

disentuh, maka ia akan menggerakkan kepala kearah kanan.

Periode 2: Reaksi Sirkuler Primer (Usia 1-4 bulan)

Reaksi ini terjadi ketika bayi menghadapi sebuah pengalaman baru dan berusaha

mengulanginya. Contoh: menghisap jempol.

Pada contoh menghisap jempol, bayi mulai mengkoordinasikan 1). Gerakan motorik

dari tangannya dan 2). Penggunaan fungsi penglihatan untuk melihat jempol.

Periode 3: Reaksi Sirkuler sekunder (Usia 4-10 bulan)

Reaksi sirkuler primer terjadi karena melibatkan koordinasi bagian-bagian tubuh bayi

sendiri, sedangkan reaksi sirkuler sekunder terjadi ketika bayi menemukan dan

menghasilkan kembali peristiwa menarik diluar dirinya.

Periode 4: Koordinasi skema-skema skunder (Usia 10-12 bulan)

Pada periode ini bayi belajar untuk mengkoordinasikan dua skema terpisah untuk

mendapatkan hasil. Contoh: suatu hari Laurent (anak Piaget) ingin memeluk kotak

mainan, namun Piaget menaruh tangannya ditengah jala. Pada awalnya Laurent

mengabaikan tangan ayahnya. Dia berusaha menerobos atau berputar mengelilinginya

tanpa menggeser tangan ayahnya. Ketika Piaget tetap menaruh tangannya untuk

menghalangi anaknya, Laurent terpaksa memukul kotak mainan itu sambil

melambaikan tangan, mengguncang tubuhnya sendiri dan mengibaskan kepalanya dari

satu sisi ke sisi lain. Akhirnya setelah beberapa hari mencoba, Laurent berhasil

menggerakkan perintang dengan mengibaskan tangan ayahnya dari jalan sebelum

memeluk kotak mainan. Dalam kasus ini, Laurent berhasil mengkoordinasikan dua

skema terpisah yaitu: 1). Mengibaskan perintang 2). Memeluk kotak mainan.

Page 27: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Periode 5: Reaksi Sirkuler Tersier (Usia 12-18 bulan)

Pada periode 4, bayi memisahkan dua tindakan untuk mencapai satu hasil tunggal. Pada

periode 5 ini bayi bereksperimen dengan tindakan-tindakan yang berbeda untuk

mengamati hasil yang berbeda-beda. Contoh: Suatu hari Laurent tertarik dengan meja

yang baru dibeli Piaget. Dia memukulnya dengan telapak tangannya beberapa kali.

Kadang keras dan kadang lembut untuk mendengarkan perbedaan bunyi yang

dihasilkan oleh tindakannya.

pada periode 6 bayi kelihatannya mulai memikirkan situasi secara lebih internal

sebelum pada akhirnya bertindak. Jadi, pada periode ini anak mulai bisa berfikir.dalam

mencapai lingkungan, pada periode ini anak sudah mulai dapat menentukan cara-cara

baru yang tidak hanya berdasarkan rabaan fisis dan internal, tetapi juga dengan

koordinasi internal dalam gambaran atau pemikirannya.

2.    Tahap Pemikiran Pra-Operasional

Tahap ini berada pada rentang usia antara 2-7 tahun. Pada tahap ini anak mulai

melukiskan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar atau simbol. Menurut Piaget,

walaupun anak-anak pra sekolah dapat secara simbolis melukiskan dunia, namun

mereka masih belum mampu untuk melaksanakan “ Operation (operasi) ”, yaitu

tindakan mental yang diinternalisasikan yang memungkinkan anak-anak melakukan

secara mental yang sebelumnya dilakukan secara fisik.

Perbedaan tahap ini dengan tahap sebelumnya adalah “ kemampuan anak

mempergunakan simbol”.

Penggunaan simbol bagi anak pada tahap ini tampak dalam lima gejala berikut:

a.    Imitasi tidak langsung

Anak mulai dapat menggambarkan sesuatu hal yang dialami atau dilihat, yang sekarang

bendanya sudah tidak ada lagi. Jadi pemikiran anak sudah tidak dibatasi waktu

sekarang dan tidak pula dibatasi oleh tindakan-tindakan indrawi sekarang.

Contoh: anak dapat bermain kue-kuean sendiri atau bermain pasar-pasaran. Ini adalah

hasil imitasi.

Page 28: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

b.    Permainan Simbolis

Sifat permainan simbolis ini juga imitatif, yaitu anak mencoba meniru kejadian yang

pernah dialami.

Contoh: anak perempuan yang bermain dengan bonekanya, seakan-akan bonekanya

adalah adiknya.

c.    Menggambar

Pada tahap ini merupakan jembatan antara permainan simbolis dengan gambaran

mental. Unsur pada permainan simbolis terletak pada segi “kesenangan” pada diri anak

yang sedang menggambar. Sedangkan unsur gambaran mentalnya terletak pada “usaha

anak untuk memulai meniru sesuatu yang riel”.

Contoh: anak mulai menggambar sesuatu dengan pensil atau alat tulis lainnya.

d.    Gambaran Mental

Merupakan penggambaran secara pikiran suatu objek atau pengalaman yang lampau.

Gambaran mental anak pada tahap ini kebanyakan statis. Anak masih mempunyai

kesalahan yang sistematis dalam mengambarkan kembali gerakan atau transformasi

yang ia amati.

Contoh yang digunakan Piaget adalah deretan lima kelereng putih dan hitam.

e.    Bahasa Ucapan

Anak menggunakan suara atau bahasa sebagai representasi benda atau kejadian.

Melalui bahasa anak dapat berkomunikasi dengan orang lain tentang peristiwa kepada

orang lain.

3.    Tahap Operasi berfikir Kongkret

Tahap ini berada pada rentang usia 7-11 tahun.tahap ini dicirikan dengan

perkembangan system pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan yang logis. Anak

sudah mengembangkan operasi logis.

Proses-proses penting selama tahapan ini adalah:

a.    Pengurutan

Yaitu kemampuan untuk mengurutkan objek menurut ukuran, bentuk, atau ciri lainnya.

Contohnya, bila diberi benda berbeda ukuran, mereka dapat mengurutkannya dari

benda yang paling besar ke yang paling kecil.

Page 29: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

b.    Klasifikasi 

Kemampuan untuk memberi nama dan mengidentifikasi serangkaian benda menurut

tampilannya, ukurannya, atau karakteristik lain, termasuk gagasan bahwa serangkaian

benda-benda dapat menyertakan benda lainnya ke dalam rangkaian tersebut. Anak tidak

lagi memiliki keterbatasan logika berupa animisme (anggapan bahwa semua benda

hidup dan berperasaan).

c.    Decentering

Anak mulai mempertimbangkan beberapa aspek dari suatu permasalahan untuk bisa

memecahkannya. Sebagai contoh anak tidak akan lagi menganggap gelas lebar tapi

pendek lebih sedikit isinya dibanding gelas kecil yang tinggi. 

d.    Reversibility

Anak mulai memahami bahwa jumlah atau benda-benda dapat diubah, kemudian

kembali ke keadaan awal. Untuk itu, anak dapat dengan cepat menentukan bahwa 4+4

sama dengan 8, 8-4 akan sama dengan 4, jumlah sebelumnya.

e.    Konservasi

Memahami bahwa kuantitas, panjang, atau jumlah benda-benda adalah tidak

berhubungan dengan pengaturan atau tampilan dari objek atau benda-benda tersebut.

Sebagai contoh, bila anak diberi gelas yang seukuran dan isinya sama banyak, mereka

akan tahu bila air dituangkan ke gelas lain yang ukurannya berbeda, air di gelas itu

akan tetap sama banyak dengan isi gelas lain.

f.    Penghilangan sifat Egosentrisme

Kemampuan untuk melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain (bahkan saat orang

tersebut berpikir dengan cara yang salah). Sebagai contoh, Lala menyimpan boneka di

dalam kotak, lalu meninggalkan ruangan, kemudian Baim memindahkan boneka itu ke

dalam laci, setelah itu baru Lala kembali ke ruangan. Anak dalam tahap operasi konkrit

akan mengatakan bahwa Lala akan tetap menganggap boneka itu ada di dalam kotak

walau anak itu tahu bahwa boneka itu sudah dipindahkan ke dalam laci oleh Baim

4. Tahap operasi Formal

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam teori

Page 30: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Piaget. Tahap ini mulai dialami anak dalam usia 11 tahun dan terus berlanjut sampai

dewasa. Karakteristik tahap ini adalah diperolehnya kemampuan untuk berpikir secara

abstrak, menalar secara logis, dan menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia.

Dalam tahapan ini, seseorang dapat memahami hal-hal seperti cinta, bukti logis, dan

nilai. Dilihat dari faktor biologis, tahapan ini muncul saat pubertas (saat terjadi berbagai

perubahan besar lainnya), menandai masuknya ke dunia dewasa secara fisiologis,

kognitif, penalaran moral, perkembangan psikoseksual, dan perkembangan sosial.

Beberapa orang tidak sepenuhnya mencapai perkembangan sampai tahap ini, sehingga

ia tidak mempunyai keterampilan berpikir sebagai seorang dewasa dan tetap

menggunakan penalaran dari tahap operasional konkrit. 

Pada tahap ini, remaja telah memiliki kemampuan untuk berpikir sistematis, yaitu bisa

memikirkan semua kemungkinan untuk memecahkan suatu persoalan. Contoh: ketika

suatu saat mobil yang ditumpanginya mogok, maka jika penumpangnya adalah seorang

anak yang masih dalam tahap operasi berpikir kongkret, ia akan berkesimpulan bahwa

bensinnya habis. Ia hanya menghubungkan sebab akibat dari satu rangkaian saja.

Sebaliknya pada remaja yang berada pada tahap berfikir formal, ia akan memikirkan

beberapa kemungkinan yang menyebabkan mobil itu mogok. Bisa jadi karena businya

mati, atau karena platinanya, dll. 

Seorang remaja pada tahap ini sudah mempunyai ekuilibrum yang tinggi, sehingga ia

dapat bepikir fleksibel dan efektif, serta mampu berhadapan dengan persoalan yang

kompleks. Remaja dapat berfikir fleksibel karena dapat melihat semua unsur dan

kemungkinan yang ada. Dan remaja dapat berfikir efektif karena dapat melihat

pemikiran mana yang cocok untuk persoalan yang dihadapi.

DAFTAR PUSTAKA

Page 31: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Mukhlis, Hirmaningsih, 2010, Teori Psikologi Perkembangan, Pekanbaru. Penerbit:

Psikologi Press

Anita Woolfolk, Educational Psychology, Active Learning Edition, Bagian Pertama,

Edisi Bahasa Indonesia. (Yogyakarta : Pustaka Pelajar : 2009)

Santrock, John. 2002. Life Span Development: Perkembangan Masa Hidup Jilid 1 Edisi

5. Jakarta: Erlangga

PENUTUP

Page 32: tugas kelompok 4 psikososial (UMB MENTENG)

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan

dalam makalah ini,tentunya masih banyak kelemahan dan kekurangan.Karena

terbatasnya pengetahuan maupun rujukan atau referensi menganai judul makalah ini.

Untuk itu kami sangat berterima kasih apabila pembaca berkenan memberikan saran

dan kritik untuk perbaikan makalah kami selanjutnya

Terima Kasih.