Tugas Kelompok 1 Kdk
description
Transcript of Tugas Kelompok 1 Kdk
MAKALAH MALPRAKTEK DALAM KEPERAWATAN
DI SUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH KONSEP DASAR KEPERAWATAN (KDK)
Disusun oleh :
ADE CANDRA
AHMAD YASIN FATAH
ATIK LESTIAWATI
ITA YULIANTI
STIKES WIDYA HUSADA SEMARANG TAHUN 2015
1
TUGAS KELOMPOK 1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan
(KDK) Mengenai “Malpraktek dalam Keperawatan’’.
Makalah ini disusun agar pembaca dapat mengetahui “Malpraktek Dalam
Keperawatan”. Yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai sumber. Makalah
ini di susun oleh penyusun dengan berbagai rintangan. Baik itu yang datang dari diri
penyusun maupun yang datang dari luar. Namun dengan penuh kesabaran dan terutama
pertolongan dari Tuhan akhirnya makalah ini dapat terselesaikan
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh sebab itu
penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini.
Harapan penulis semoga makalah ini berguna bagi para pembaca dalam rangka
menambah khasanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang kesehatan.
Semarang, Febuari 2015
Penulis
2
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................ii
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................3
D. Manfaat ..................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Definisi Malpraktek..................................................................................................7
1.2 Malpraktek Dalam Keperawatan..............................................................................9
1.3 Contoh Malpraktek Dalam Keperawatan ................................................................ 11
1.4 Dampak-dampak Kelalaian ..................................................................................... 13
1.5 Etika Profesi Keperawatan ..................................................................................... 14
1.6 Regulasi Dalam Prakrek Keperawatan ................................................................... 16
1.7 Bagaimana Mencegah Tuntutan Malpraktik .......................................................... 18
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................................... 21
B. Saran .................................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia telah mengalami perubahan yang sangat pesat
menuju perkembangan keperawatan sebagai profesi. Proses ini merupakan suatu perubahan
yang sangat mendasar dan konsepsional, yang mencakup seluruh aspek keperawatan baik
aspek pelayanan atau aspek-aspek pendidikan, pengembangan dan pemanfaatan ilmu
pengetahuan dan teknologi, serta kehidupan keprofesian dalam keperawatan.
Undang-undang No. 23 Tahun 1992 telah memberikan pengakuan secara jelas terhadap
tenaga keperawatan sebagai tenaga profesional sebagaimana pada Pasal 32 ayat (4), Pasal 53
ayat (I) dan ayat (2). Selanjutnya, pada ayat (4) disebutkan bahwa ketentuan mengenai
standar profesi dan hak-hak pasien sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah.
Perkembangan keperawatan menuju keperawatan profesional sebagai profesi di
pengaruhi oleh berbagai perubahan, perubahan ini sebagai akibat tekanan globalisasi yang
juga menyentuh perkembangan keperawatan professional antara lain adanya tekanan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan yang pada hakekatnya harus
diimplementasikan pada perkembangan keperawatan professional di Indonesia. Disamping
itu dipicu juga adanya UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan dan UU No. 8 tahun 1999
tentang perkembangan konsumen sebagai akibat kondisi sosial ekonomi yang semakin baik,
termasuk latar belakang pendidikan yang semakin tinggi yang berdampak pada tuntutan
pelayanan keperawatan yang semakin berkualitas.
Jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas hanya dapat diperoleh dari tenaga
keperawatan yang profesional. Dalam konsep profesi terkait erat dengan 3 nilai sosial yaitu:
1) Pengetahuan yang mendalam dan sistematis
2) Ketrampilan teknis dan kiat yang diperoleh melalui latihan yang lama dan teliti.
3) Pelayanan atau asuhan kepada yang memerlukan, berdasarkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan teknis tersebut dengan berpedoman pada filsafat moral yang diyakini yaitu
“Etika Profesi”.
4
Dalam profesi keperawatan tentunya berpedoman pada etika profesi keperawatan yang
dituangkan dalam kode etik keperawatan.Sebagai suatu profesi, PPNI memiliki kode etik
keperawatan yang ditinjau setiap 5 tahun dalam MUNAS PPNI.Berdasarkan keputusan
MUNAS VI PPNI No. 09/MUNAS VI/PPNI/2000 tentang Kode Etik Keperawatan
Indonesia.Bidang Etika keperawatan sudah menjadi tanggung jawab organisasi keprofesian
untuk mengembangkan jaminan pelayanan keperawatan yang berkualitas dapat diperoleh
oleh tenaga keperawatan yang professional.
Dalam menjalankan profesinya sebagai tenaga perawat professional senantiasa
memperhatikan etika keperawatan yang mencakup tanggung jawab perawat terhadap klien
( individu, keluarga, dan masyarakat ).selain itu , dalam memberikan pelayanan keperawatan
yang berkualitas tentunya mengacu pada standar praktek keperawatan yang merupakan
komitmen profesi keperawatan dalam melindungi masyarakat terhadap praktek yang
dilakukan oleh anggota profesi dalam hal ini perawat.
Dalam menjalankan tugas keprofesiannya, perawat bisa saja melakukan kesalahan yang
dapat merugikan klien sebagai penerima asuhan keperawatan,bahkan bisa mengakibatkan
kecacatan dan lebih parah lagi mengakibatkan kematian, terutama bila pemberian asuhan
keperawatan tidak sesuai dengan standar praktek keperawatan.kejadian ini di kenal dengan
malpraktek.
Di dalam setiap profesi termasuk profesi tenaga kesehatan berlaku norma etika dan
norma hukum. Oleh sebab itu apabila timbul dugaan adanya kesalahan praktek sudah
seharusnyalah diukur atau dilihat dari sudut pandang kedua norma tersebut. Kesalahan dari
sudut pandang etika disebut ethical malpractice dan dari sudut pandang hukum disebut
yuridical malpractice. Hal ini perlu dipahami mengingat dalam profesi tenaga perawatan
berlaku norma etika dan norma hukum, sehingga apabila ada kesalahan praktek perlu dilihat
domain apa yang dilanggar.
5
B. Rumusan Masalah
1) Definisi Malpraktek
2) Malpraktek dalam Keperawatan
3) Pembuktian Malpraktek di Bidang Pelayanan Kesehatan
4) Kajian hukum tentang malpraktek
5) Upaya Pencegahan Malpraktek
C. Tujuan Penulisan
1) Untuk mengetahui tentang definisi malpraktek
2) Untuk mengetahui ruang lingkup malpraktek keperawatan
3) Mengetahui macam-macam atau contoh malpraktek keperawatan
4) Dampak-dampak kelalaian
5) Etika profesi keperawatan
6) Regulasi dalam pratek keperawatan
7) Mengetahui bagaimana mencegah tuntutan malpratek
D. Manfaat Penulisan
Makalah ini disusun agar mahasiswa dapat memahami tentang Malpraktek yang terjadi di
bidang kesehatan serta untk mengetahui hukum yang mengatur tentang malpraktek.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Pengertian
Malpraktek merupakan istilah yang sangat umum sifatnya dan tidak selalu berkonotasi
yuridis. Secara harfiah “mal” mempunyai arti salah sedangkan “praktek” mempunyai arti
pelaksanaan atau tindakan, sehingga malpraktek berarti pelaksanaan atau tindakan yang
salah. Meskipun arti harfiahnya demikian tetapi kebanyakan istilah tersebut dipergunakan
untuk menyatakan adanya tindakan yang salah dalam rangka pelaksanaan suatu profesi.
Sedangkan definisi malpraktek profesi kesehatan adalah kelalaian dari seorang dokter atau
perawat untuk mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu pengetahuan dalam mengobati
dan merawat pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien atau orang yang terluka
menurut ukuran dilingkungan yang sama. Malpraktek juga dapat diartikan sebagai tidak
terpenuhinya perwujudan hak-hak masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang baik, yang
biasa terjadi dan dilakukan oleh oknum yang tidak mau mematuhi aturan yang ada karena
tidak memberlakukan prinsip-prinsip transparansi atau keterbukaan,dalam arti, harus
menceritakan secarajelas tentang pelayanan yang diberikan kepada konsumen, baik
pelayanan kesehatan maupun pelayanan jasa lainnya yang diberikan.Dalam memberikan
pelayanan wajib bagi pemberi jasa untuk menginformasikan kepada konsumen secara
lengkap dan komprehensif semaksimal mungkin. Namun, penyalahartian malpraktek
biasanya terjadi karena ketidaksamaan persepsi tentang malpraktek.
Dalam suatu kasus di California tahun 1956 (Guwandi, 1994) mendefinisikan
Malpraktik adalah kelalaian dari seorang dokter atau perawat untuk menterapkan tingkat
ketrampilan dan pengetahuannya di dalam memberikan pelayanan pengobatan dan
perawatan terhadap seorang pasien yang lazim diterapkan dalam mengobati dan merawat
orang sakit atau terluka di lingkungan wilayah yang sama (Malpractice is the neglect of a
physician or nuse to apply that degree of skil and learning on treating and nursing a patient
which is customarily applied in treating and caring for the sick or wounded similiarly in the
same community).
Ellis dan Hartley (1998) mengungkapkan bahwa malpraktik merupakan batasan yang
spesifik dari kelalaian (negligence) yang ditujukan kepada seseorang yang telah terlatih atau
berpendidikan yang menunjukkan kinerjanya sesuai bidang tugas/pekejaannya. Terhadap
7
malpraktek dalam keperawatan maka malpraktik adalah suatu batasan yang dugunakan untuk
menggambarkan kelalaian perawat dalam melakukan kewajibannya.
Ada dua istilah yang sering dibicarakan secara bersamaan dalam kaitan malpraktik
yaitu kelalaian dan malpratik itu sendiri. Kelalaian adalah melakukan sesuatu dibawah
standar yang ditetapkan oleh aturan/hukum guna melindungi orang lain yang bertentangan
dengan tindakan-tindakan yang tidak beralasan dan berisko melakukan kesalahan (Keeton,
1984 dalam Leahy dan Kizilay, 1998).
Menurut Hanafiah dan Amir (1999) mengatakan bahwa kelalaian adalah sikap yang
kurang hati-hati, yaitu tidak melakukan apa yang seseorang dengan sikap hati-hati
melakukannya dengan wajar, atau sebaliknya melakukan apa yang seseorang dengan sikap
hati-hati tidak akan melakukannya dalam situasi tersebut.
Guwandi (1994) mengatakan bahwa kelalaian adalah kegagalan untuk bersikap hati-
hati yang umumnya seorang yang wajar dan hati-hati akan melakukan di dalam keadaan
tersebut , ia merupakan suatu tindakan yang seorang dengan hati-hati yang wajar tidak akan
melakukan di dalam keadaan yang sama atau kegagalan untuk melakukan apa yang seorang
lain dengan hati-hati yang wajar justru akan melakukan di dalam keadaan yang sama.
Dari pengertian di atas dapat diartikan bahwa kelalaian lebih bersifat ketidaksengajaan,
kurang teliti, kurang hati-hati, acuh tak acuh, sembrono, tidak peduli terhadap kepentingan
orang lain, namun akibat yang ditimbulkan memang bukanlah menjadi tujuannya. Kelalaian
bukanlah suatu pelanggaran hukum atau kejahatan, jika kelalaian itu tidak sampai membawa
kerugian atau cedera kepada orang lain dan orang itu dapat menerimanya (Hanafiah & Amir,
1999). Tetapi jika kelalaian itu mengakibatkan kerugian materi, mencelakakan bahkan
merengut nyawa orang lain, maka ini dklasifikasikan sebagai kelalaian berat (culpa lata),
serius dan kriminal.
Malpraktek tidaklah sama dengan kelalaian. Malpraktik sangat spesifik dan terksait
dengan status profesional dari pemberi pelayanan dan standar pelayanan profesional.
Malpraktik adalah kegagalan seorang profesional (misalnya dokter dan perawat) melakukan
sesuai dengan standar profesi yang berlaku bagi seseorang yang karena memiliki ketrampilan
dan pendidikan (Vestal,K.W, 1995). Hal ini bih dipertegas oleh Ellis & Hartley (1998) bahwa
malpraktik adalah suatu batasan spesifik dari kelalaian. Ini ditujukan pada kelalaian yang
dilakukan oleh yang telah terlatih secara khusus atau seseorang yang berpendidikan yang
ditampilkan dalam pekerjaannya. Oleh karena itu batasan malpraktik ditujukan untuk
menggambarkan kelaliaian oleh perawat dalam melakukan kewjibannya sebagai tenaga
keperawatan.
8
Kelalaian memang termasuk dalam arti malpraktik, tetapi didalam malpraktik tidak
selalu harus ada unsur kelalaian. Malpraktik lebih luas daripada negligence. Karena selain
mencakup arti kelalaian, istilah malpraktik pun mencakup tindakan-tindakan yang dilakukan
dengan sengaja (criminal malpractice) dan melanggar Undang-undang. Didalam arti
kesengajaan tersirat ada motifnya (guilty mind) sehingga tuntutannya dapat bersifat perdata
atau pidana.
Dapat ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan malpraktik adalah :
1. Melakukan suatu hal yang seharusnya tidak boleh dilakukan oleh seorang tenaga
kesehatan.
2. Tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan atau melalaikan kewajibannya
(negligence)
3. Melanggar suatu ketentuan menurut atau berdasarkan peraturan perundang-undangan.
1.2 Malpraktik Dalam Keperawatan.
Banyak kemungkinan yang dapat memicu perawat melakukan kelalaian atau
malpraktik. Perawat dan masyarakat pada umumnya tidak dapat membedakan antara
kelalaian dan malpraktik. Walaupun secara nyata jelas penbedaannya sebagaimana telah
diuraikan terdahulu. Malpraktik lebih spesifik dan terkait dengan status profesional seseorang
misalnya perawat, dokter atau penasehat hukum.
Menurut Vestal, K.W. (1995) mengatakan bahwa untuk mengatakan secara pasti malpraktik
apabila penggugat dapat menunjukkan dibawah ini :
1. Duty - Pada saat terjadinya cedera, terkait dengan kewajibanya yaitu kewajiban untuk
mempergunakan segala ilmu dan kepandaiannya untuk menyembuhkan atau setidak-
tidaknya meringankan beban penderitaan pasiennya berdasarkan stadar profesi. Hubungan
perawat-klien menunjukkan bahwa melakukan kewajiban berdasarkan standar
keperawatan.
2. Breach of the duty - pelanggaran terjadi sehubungan dengan kewajibannya artinya
menyimpang dari apa yang seharusnya dilakukan menurut standar profesinya. Pelanggaran
yang terjadi terhadap pasien (misalnya kegagalan dalam memenuhi standar keperawatan
yang ditetapkan sebagai kebijakan rumah sakit.
3. Injury – Seseorang mengalami injury atau kerusakan (damage) yang dapat dituntut secara
hukum (misalnya pasien mengalami cedera sebagai akibat pelanggaran. Keluhan nyeri,
atau adanya penderitaan atau stress emosi dapat dipertimbangkan sebagai akibat cedera
hanya jika terkait dengan cedera fisik).
9
4. Proximate caused - pelanggaran terhadap kewajibannya menyebabkan/terkait dengan
injury yang dialami (misalnya cedera yang terjadi secara langsung berhubungan dengan
pelanggaran terhadap kewajiban perawat terhadap pasien).
Jenis-jenis pelanggaran :
1. Pelanggaran etika profesi. Terhadap pelanggaran ini sepenuhnya oleh organisasi profesi
(Majelis Kode Etik Keperawatan) sebagaimana tercamtum pada pasal 26 dan 27
Anggaran Dasar PPNI. Sebagaimana halnya doter, maka perawat pun merupakan tenaga
kesehatan yang preofesional yang menghadapi banyak masalah moral/etik sepanjang
melaksanakan praktik profesional. Beberapa masalah etik yang sering terjadi pada tenaga
keperawatan antara lain moral unpreparedness, moral blindness, amoralism, dan moral
fanatism. Untuk menangani masalah etika yang terjadi pada tenaga keperawatan dilakukan
organisasi profesi keperawatan (PPNI) melalui Majelis Kode Etik Keperawatan.
2. Sanksi administratif. Berdasarkan Keppres No.56 tahun 1995 dibentuk Majelis Disiplin
Tenaga Kesehatan (MDTK) dalam rangka pemberian perlindungan yang seimbang dan
objetif kepada tenaga kesehatan dan masyarakat penerima pelayanan kesehatan. MDTK
bertugas meneliti dan menentukan ada atau tidaknya kesalahan atau kelalaian dalam
menerapkan standar profesi yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Berdasarkan hasil pemeriksaan MDTK akan dilaporkan kepada
pejabat kesehatan berwenang untuk mengambil tindakan disiplin terhadap tenaga
kesehatan dengan memperhatikan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Tindakan
sebagaimana yang dimaksud tidak mengurangi ketentuan pada : pasal 54 ayat (1) dan
ayat (2) UU No.23 tahun 1992 tentang Kesehatan, yaitu : (1). Terhadap tenaga kesehatan
yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melaksanakan profesinya dapat
dikenakan tindakan disiplin. (2). Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian
sebagaimana dimaksud dalam ayat ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
Keanggotaan MDTK terdiri dari unsur Sarjana Hukum, ahli kesehatan yang diwakili
organisasi profesi di bidang kesehatan, ahli agama, ahli psikologi, dan ahli sosiologi.
Organisasi ini berada baik di tingkat pusat, juga ditingkat Propinsi. Sejauh ini di Sulawesi
Selatan belum terbentuk MDTK.
10
3. Pelanggaran hukum. Pelanggaran dapat bersifat perdata maupun pidana. Pelanggaran
yang bersifat perdata sebagaimana pada UU No.23 tahun 1992 pada pasal 55 ayat (1) dan
ayat (2) berbunyi:
(1) Setiap orang berhak atas ganti rugi akibat kesdalahan atau kelalaian yang dilakukan
tenaga kesehatan,
(2) Ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku..
Hal yang berhubungan dengan ganti rugi dapat bersifat negosiasi atau diselesaikan
melalui pengadilan. Pelanggaran yang bersifat pidana sebagaimana pada UU No.23
tahun 1992 pada Bab X (Ketentuan Pidana) berupa pidana penjara dan atau pidana
denda, atau sebagimana pada pasal 61 dan 62 UU No. 8 tahun 1999 tentang
Perlindungan Konsumen, berbunyi :
Pasal 61 : Penentuan pidana dapat dilakukan terhadap pelaku usaha dan/atau pengurusnya
Pasal 62 :
(1). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8, pasal 8,
Pasal 10, Pasal 13 ayat (2), Pasal 17 ayat (1) huruf a, huruf b, huruf c, huruf e, ayat (2),
dan Pasal 18 dipidana dengan penjara paling lama 5 (lima) tahun atau pidana denda
paling banyak Rp.2.000.000.000.00 (dua miliar rupiah).
(2). Pelaku usaha yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11, Pasal
12, Pasal 13 ayat (1) huruf d dan huruf f dipidana dengan pidana penjara paling lama 2
(dua) tahun atau pidana denda banyak Rp. 500.000.000.00 (lima ratus juta rupiah).
(3). Terhadap pelanggaran yang mengakibatkan luka berat, sakit berat, cacat tetap atau
kematian diberlakukan ketentuan pidana yang berlaku.
1.3 Contoh Malpraktek Keperawatan Dan Kajian Etika Hukum
Pasien usia lanjut mengalami disorientasi pada saat berada di ruang perawatan.
Perawat tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan mempertahankan
keamanan pasien dengan memasang penghalang tempat tidur. Sebagai akibat disorientasi,
pasien kemudian terjatuh dari tempat tidur pada waktu malam hari dan pasien mengalami
patah tulang tungkai
Dari kasus diatas , perawat telah melanggar etika keperawatan yang telah
dituangkan dalam kode etik keperawatan yang disusun oleh Persatuan Perawat Nasional
Indonesia dalam Musyawarah Nasionalnya di Jakarta pada tanggal 29 Nopember 1989
11
khususnya pada Bab I, pasal 1, yang menjelaskan tanggung jawab perawat terhadap klien
(individu, keluarga dan masyarakat). Dimana perawat tersebut tidak melaksanakan tanggung
jawabnya terhadap klien dengan tidak membuat rencana keperawatan guna memantau dan
mempertahankan kemanan pasien dengan tidak memasang penghalang tempat tidur.
Selain itu perawat tersebut juga melanggar bab II pasal V,yang bunyinya
Mengutamakan perlindungan dan keselamatan klien dalam melaksanakan tugas, serta matang
dalam mempertimbangkan kemampuan jika menerima atau mengalih-tugaskan tanggung
jawab yang ada hubungan dengan keperawatan dimana ia tidak mengutamakan keselamatan
kliennya sehingga mengakibatkan kliennya terjatuh dari tempat tidur dan mengalami patah
tungkai.
Disamping itu perawat juga tidak melaksanakan kewajibannya sebagai perawat
dalam hal Memberikan pelayanan/asuhan sesuai standar profesi/batas kewenangan.
Dari kasus tersebut perawat telah melakukan kelalaian yang mengakibatkan
kerugian seperti patah tulang tungkai sehingga bisa dikategorikan sebagai malpraktek yang
termasuk ke dalam criminal malpractice bersifat neglegence yang dapat dijerat hukum antara
lain :
1. Pasal-pasal 359 sampai dengan 361 KUHP, pasal-pasal karena lalai menyebabkan mati atau
luka-luka berat.Pasal 359 KUHP, karena kelalaian menyebabkan orang mati :Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan mati-nya orang lain, diancam dengan pidana penjara
paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.
2. Pasal 360 KUHP, karena kelalaian menyebakan luka berat:Ayat (1) Barangsiapa karena
kealpaannya menyebakan orang lain mendapat luka-luka berat, diancam dengan pidana
penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun.Ayat (2) Barangsiapa
karena kealpaannya menyebabkan orang lain luka-luka sedemikian rupa sehinga
menimbulkan penyakit atau alangan menjalankan pekerjaan, jabatan atau pencaharian selama
waktu tertentu, diancam de¬ngan pidana penjara paling lama sembilan bulan atau denda
paling tinggi tiga ratus rupiah.
3. Pasal 361 KUHP, karena kelalaian dalam melakukan jabatan atau pekerjaan (misalnya:
dokter, bidan, apoteker, sopir, masinis dan Iain-lain) apabila melalaikan peraturan-peraturan
pekerjaannya hingga mengakibatkan mati atau luka berat, maka mendapat hukuman yang
lebih berat pula.Pasal 361 KUHP menyatakan:Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini
di-lakukan dalam menjalankan suatu jabatan atau pencaharian, maka pidana ditambah dengan
pertiga, dan yang bersalah dapat dicabut haknya untuk menjalankan pencaharian dalam mana
dilakukan kejahatan dan hakim dapat memerintahkan supaya putusnya di-umumkan.
12
Pertanggung jawaban didepan hukum pada criminal malpractice adalah bersifat
individual/personal dan oleh sebab itu tidak dapat dialihkan kepada orang lain atau kepada
rumah sakit/sarana kesehatan.
Selain pasal tersebut diatas, perawat tersebut juga telah melanggar Pasal 54 :
1. Terhadap tenaga kesehatan yang melakukan kesalahan atau kelalaian dalam melak-sanakan
profesinya dapat dikenakan tindakan disiplin.
2. Penentuan ada tidaknya kesalahan atau kelalaian sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (1)
ditentukan oleh Majelis Disiplin Tenaga Kesehatan.
1.4 Dampak – Dampak Kelalaian
Dampak dari kelalaian secara umum dapat dilihat baik sebagai pelanggaran etik
dan pelanggaran hukum, yang jelas mempunyai dampak bagi pelaku, penerima, dan
organisasi profesi dan administrasi.
a. Terhadap Pasien
i. Terjadinya kecelakaan atau injury dan dapat menimbulkan masalah keperawatan baru
ii. Biaya Rumah Sakit bertambah akibat bertambahnya hari rawat
iii. Kemungkinan terjadi komplikasi/munculnya masalah kesehatan/keperawatan lainnya.
iv. Terdapat pelanggaran hak dari pasien, yaitu mendapatkan perawatan sesuai dengan
standar yang benar.
v. Pasien dalam hal ini keluarga pasien dapat menuntut pihak Rumah Sakit atau perawat
secara peroangan sesuai dengan ketententuan yang berlaku, yaitu KUHP.
b. Perawat sebagai individu/pribadi
i. Perawat tidak dipercaya oleh pasien, keluarga dan juga pihak profesi sendiri, karena
telah melanggar prinsip-prinsip moral/etik keperawatan, antara lain:
1. Beneficience, yaitu tidak melakukan hal yang sebaiknya dan merugikan pasien
2. Veracity, yaitu tidak mengatakan kepada pasien tentang tindakan-tindakan yang
harus dilakukan oleh pasien dan keluarga untuk dapat mencegah pasien jatuh dari
tempat tidur
3. Avoiding killing, yaitu perawat tidak menghargai kehidupan manusia, jatuhnya
pasien akan menambah penderitaan pasien dan keluarga.
4. Fidelity, yaitu perawat tidak setia pad komitmennya karena perawat tidak
mempunyai rasa “caring” terhadap pasien dan keluarga, yang seharusnya sifat caring
ini selalu menjadi dasar dari pemberian bantuan kepada pasien.
ii. Perawat akan menghadapai tuntutan hukum dari keluarga pasien dan ganti rugi atas
kelalaiannya. Sesuai KUHP.
13
iii. Terdapat unsur kelalaian dari perawat, maka perawat akan mendapat peringatan
baik dari atasannya (Kepala ruang – Direktur RS) dan juga organisasi profesinya.
c. Bagi Rumah Sakit
i. Kurangnya kepercayaan masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas pelayanan
kesehatan RS
ii. Menurunnya kualitas keperawatan, dan kemungkinan melanggar visi misi Rumah
Sakit
iii. Kemungkinan RS dapat dituntut baik secara hukum pidana dan perdata karena
melakukan kelalaian terhadap pasien
iv. Standarisasi pelayanan Rumah Sakit akan dipertanyakan baik secara administrasi dan
prosedural
d. Bagi profesi
i. Kepercayaan masyarakat terhadap profesi keperawatan berkurang, karena menganggap
organisasi profesi tidak dapat menjamin kepada masyarakat bahwa perawat yang
melakukan asuhan keperawatan adalah perawat yang sudah kompeten dan memenuhi
standar keperawatan.
ii. Masyarakat atau keluarga pasien akan mempertanyakan mutu dan standarisasi perawat
yang telah dihasilkan oleh pendidikan keperawatan
1.5 Etika Profesi Keperawatan
1. Otonomi (Autonomy)
Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis dan
mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang harus
dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap seseorang, atau
dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi
merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri. Praktek
profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien dalam membuat
keputusan tentang perawatan dirinya.
2. Berbuat baik (Beneficience)
Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan kesehatan,
terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
14
3. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain yang
menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan dalam
prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum, standar
praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh ekualitas pelayanan kesehatan.
4. Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
5. Nilai dan Norma Masyarakat
Dalam menjalani kehidupan bermasyarakat nilai dan norma masyarakat sangat penting dan
perlu ada pada diri masing-masing. Malah masyarakat yang sedar tentang nilai dan norma
masyarakat berusaha keras dalam mengukuhkan nilai-nilai masyarakat.
Setiap individu tidak boleh hidup bersendirian, oleh itu seseorang itu perlu bergaul bagi
memenuhi keperluan dalam kehidupan. Oleh itu seseorang itu perlu bersedia agar dapat
bertindak dan berfungsi dalam masyarakat. Bagi seseorang itu dapat berfungsi dan bertindak
dalam masyarakat seseorang itu perlu memahami nilai- nilai masyarakat dan kelakuan norma
masyarakat yang telah disahkan masyarakat itu sendiri. Nilai Keyakinan seseorang tentang
sesuatu yang berharga, kebenaran atau keinginan mengenai ide-ide, objek, atau perilaku
khusus. Individu tidak lahir dengan membawa nilai-nilai (values). Nilai-nilai ini diperoleh
dan berkembang melalui informasi, lingkungan keluarga, serta budaya sepanjang perjalanan
hidupnya. Mereka belajar dari keseharian dan menentukan tentang nilai-nilai mana yang
benar dan mana yang salah. Untuk memahami perbedaan nilai-nilai kehidupan ini sangat
tergantung pada situasi dan kondisi dimana mereka tumbuh dan berkembang.
Malpraktek mengacu pada tindakan kelalaian yang dilakukan oleh seseorang
yang terlibat dalam proses atau pekerjaan yang sangat membutuhkan keterampilan tehnis atau
profesional. Unsur bukti malpraktik keperawatan adalah (1) tugas perawat terhadap klien
untuk memberikan perawat dan mengikuti standar yang dapat diterima, (2) pelanggaran tugas
yang dilakukan oleh perawat, (3) cedera yang terjadi pada klien, dan (4) hubungan kausal
antara pelanggaran tugas dan cedera yang disebabkan oleh pelanggaran tersebut. Seorang
perawat dapat dituntut melakukan malpraktik jika perawat melakukan klien saat melakukan
prosedur dengan cara yang berbeda dari cara yang akan dilakukan perawat lain.
Tuntutan malpraktik dapat disebabkan oleh hasil akhir pasien yang tidak
diharapkan atau cedera yang terjadi akibat pasien jatuh, kesalahan dikamar operasi, kesalahan
pengobatan, atau tindakan pengabaian lainnya yang dilakukan oleh pemberi perawatan
kesehatan. Menurut institute of medicene (IOM), 44.000 sampai 98.000 kematian terjadi
15
karena kesalahan medis tiap tahunnya. (kohn, 2000). Laporan ini menyarangkan
pembentukan sistem laporan kesalahan medis yang dimandatkan termaksud pusat keamanan
pasien nasional. Sistem pelaporan dan pusat keamanan akan bekerja sama untuk mengurangi
kesalahan sistem. Untuk menciptakan sistem ini, kesalahan harus didefinisikan IOM
mendefinisikan kesalahan sebagai kegagalan menyelesaikan tindakan perencana sesuai yang
diharapkan atau penggunaan rencana yang salah untuk mencapai suatu tujuan (kohn 2000)
dalam persidangan, kesalahan tidak selalu disamakan dengan liyabilitas legal. Oleh karena
itu, kesalahan penilaian tidak harus memiliki untuk mengabaikan profesional.
Perawat bertanggung jawab atas tindakan mereka sendiri, mereka adalah
praktisi independen ataupun pegawai dari suatu institusi kesehatan. Deskripsi malprakrik
tidak menyeutkan tentang maksud yang baik; perawat tidak bermaksud menjadi lalai adalah
hal yang tidak relevan. Jika seorang perawat memberikan obat yan tidak benar, meskipun
dengan maksud yang baik, fakta bahwa perawat gagal membaca label dengan benar dengan
mengindekasikan malpraktik jika semua kondisi pengabaian terpenuhi.
Tindakan keperawatan yang melindungi perawat dan klien :
a. Ketahui deskripsi kerja anda
b. Ikuti kebijakan dan produser di institusi tempat anda bekerja
c. Selalu mengidentifikasikan klien sebelum mengimplementasikan tindakan keperawatan
d. Laporkan semua kejadian atau kecelakaan yang terkait dengan klien
e. Pertahankan potensi kliniks anda
f. Kenali kekuatan dan kelemahan anda
g. Pertanyakan setiap program yang dipertanyakan klien
h. Pertanyakan setiap program jika kondisi klien telah berubah sejak program tersebut ditulis
i. Pertanyakan dan catat program lisan untuk menghindari kesalahan komunikasi
1.6 Regulasi Dalam Praktik Keperawatan
1. Yang Mendasari Pentingnya Regulasi
Agar melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena
Konsil Keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU praktik keperawatan akan
menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi
pemberian kewenangan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yan
mempunyai pengetahuan yang dipersyaratkan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan
sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik
keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
16
Masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang bermutu sebagai bagian integrar dari
pelayanan kesehatan, dan memperoleh kepastianhukum kepada pemberian dan
penyelenggaraan pelayanan keperawatan.
2. Tujuan Regulasi
Adapun tujuan dari regulasi adalah sebagai berikut :
a) Agar perawat semakin profesional dan proporsional sesuai dengan tanggung jawab
yang harus dipenuhi.
b) Diharapkan tidak terjadi adanya overlap.
c) Menghindari terjadi malpraktik yang kemungkinan dapat terjadi.
d) Meningkatkan mutu pelayanan profesinya dengan mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi melalui pendidikan dan pelatihan sesuai dengan bidang.
3. Komponen Regulasi
Pertama, keperawatan sebagai profesi memiliki karakteristik yaitu adanya
kelompok pengetahuan (body of Knowledge) yang melandasi keperampilan untuk
menyelesaikan masalahg dalam tatanan praktik keperawatan; pendidikan yang memenuhi
standard an diselenggarakan diperguruan tinggi; pengendalian terhadap stndar praktik;
bertanggung jawab dan bertangguang gugat terhadap tindakan yang dilakukan; memilih
profesi keperawatan sebagai karir seumur hidup; dan memperoleh pengakuan masyarakat
karena fungsi mandiri dan kewenangan penuh untuk melakukan pelayanan dan asuhan
keperawatan yang berorientasi pada kebutuhan system klien (individu, keluarga, kelompok
dan komunitas).
Kedua, kewenangan penuh untuk bekerja sesuai dengan keilmuan keperawatan
yang dipelajari dalam suatu system pendidikan keperawatan yang formal dan terstandar
menurut perawat untuk akuntabel terhadap keputusan dan tindakan yang dilakukannya.
Kewenangan yang dimiliki berimplikasi terhadap kesediaan untuk digugat, apabila perawat
tidak bekerja sesuai standar dan kode etik. Oleh karena itu, perlu diatur system registarasi,
lisensi dan sertifikasi yang ditetapkan denga nperaturan dan perundang-undangan. Sistem ini
akan melindungi masyarakat dari praktik perawat yang tidak kompeten, karena konsil
keperawatan Indonesia yang kelak ditetapkan dalam UU praktik keperawatan akan
menjalankan fungsinya. Konsil Keperawatan melalui uji kompetensi akan membatasi
pemberian kewenagan melaksanakan praktik keperawatan hanya bagi perawat yang
mempunyai pengetahuan yang dipersyaratakan untuk praktik. Sistem registrasi, lisensi dan
17
sertifikasi ini akan meyakinkan masyarakat bahwa perawat yang melakukan praktik
keperawatan mempunyai pengetahuan yang diperlukan untuk bekerja sesuai standar.
Ketiga, perawat telah memberikan konstibusi besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan. Perawat berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan mulai dari layanan
pemerintah dan swasta, dari perkotaan hingga pelosok desa terpencil dan perbatasan. Tetapi
pengabdian tersebut pada kenyataannya belum diimbangi dengan pemberioan perlindungan
hukum, bahkan cendrung menjadi objek hukum. Perawat juga memiliki kompetensi
keilmuan, sikap rasional, etis dan professional, semangat pengabdian yang tinggi, berdisiplin,
kreatif, terampil, berbudi luhur, dan dapat memegang teguh etika profesi. Disamping itu, UU
ini memiliki tujuan lingkup profesi yang jelas, kemutlakan profesi, kepentingan bersama
berbagai pihak (masyarakat, profesi, pemerintah dan pihak terkait lainnya), keterwakilan
yang seimbang, optimalisasi profesi, fleksibilitas, efisiensi dan keselarasan, universal,
keadilan, serta kesetaraan dan kesesuaian interprofesioan (WHO, 2002).
Keempat, kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan
keperawatan semakin meningkat. Hal ini karena adanya pergeseran paradigm dalam
pemberian pelayanan kesehatan, dari model medical yang menitikberatkan pelayanan pada
diagnosis penyakit dan pengobatan, ke paradigm sehat yang lebih holistic yang melihat
penyakit dan gejala sebagai informasi dan bukan sebagai focus pelayanan (Cohen, 1996).
Disamping itu, masyarakat membutuhkan pelayanan keperawatan yang mudah dijangkau,
pelayanan keperaweatan yang bermutu sebagai bagian yang integrar dari pelayanan
kesehatan, dan memperoleh kepastian hukum kepada pemberian dan penyelenggaraan
pelayanan keperawatan.
1.7 Bagaimana mencegah adanya tuntutan malpraktik
Sangat perlu bagi seorang perawat berupaya melakukan sesuatu guna mencegah terjadinya
tuntutan malpraktik yaitu upaya mempertahankan standar pelayanan/asuhan yang berkualitas
tinggi. Hal ini dilakukan dalam pekerjaan sebagai perawat yaitu meningkatkan kemampuan
dalam praktik keperawatan dan menciptakan iklim yang dapat mendorong peningkatan
praktik keperawatan., yaitu :
1. Kesadaran diri (self-awareness):
Yaitu mengidentifikasi dan memahami pada diri sendiri tentang kekutan dan kelamahan
dalam praktik keperawatan. Bila terindentifikasi akan kelemahan yang dimiliki maka
berusahalah untuk mencari penyelesaiannya. Beberapa hal yang dapat dilakukan yaitu
melalui pendidikan, pengalaman langsung, atau berdiskusi dengan teman sekerja/kolega.
18
Apabila berhubungan seorang supervisor, sebaiknya bersikap terbuka akan
kelemahannnya dan jangan menerima tanggung jawab dimana perawat yang bersangkutan
belum siap untuk itu. Jangan menerima suatu jabatan atau pekerjaan kalau menurut kriteria
yang ada tidak dapat dipenuhi.
2. Beradaptasi terhadap tugas yang diemban
Tenaga keperawatan yang diberika tugas pada suatu unit perawatan dimana dia merasa
kurang berpengalaman dalam merawat pasien yang ada di unit tersebut, maka sebaiknya
perawat perlu mengikuti program orientasi/program adaptasi di unit tersebut. Perawat
perlu berkonsultasio dengan perawat senior yang aa diunit terbut
3. Mengikuti kebijakan dan prosedur yang ditetapkan
Seorangmperawat dalam melaksanakan tugasnya harus sealu mempertimbangkan
kebijakan dan prosedur yang berlaku di unit tersebut. Ikuti kebijakan dan prosedur yang
berlaku secara cermat, misalnya kebijakan/prosedur yang berhubungan dengan pemberian
obat pada pasien.
4. Mengevaluasi kebijakan dan prosedur yang berlaku
Ilmu pengetahuan dan tehnologi keperawatan bersifat dinamis artinya berkembang secara
terus menerus. Dalam perkembangannya, kemungkinan kebijakan dan prosedur yang ada
diperlukan guna menyesuaikan dengan perkembangan yang terjadi. Oleh krena itu itu ada
kebutuhan untuk menyeuaikan kebijakan dan proseudr atau protokol tertentu. Untuk itu
merupakan tanggung jawab perawat profesional bekerja guna mempertahankan mutu
pelayanan sesuai dengan tuntutan perkembangan.
5. Pendokumentasian
Pencatatan perawat dapat dikatakan sesuatu yang unit dalam tatanan pelayanan kesehatan,
karena kegiatan ini dilakukan selama 24 jam. Aspa yang dicatat oleh perawat merupakan
faktor yang krusial guna menghindari suatu tuntutan. Dokumentasi dalam suatu pencatatan
adalah laporan tentang pengamatan yang dilakukan, keputusan yang diambil, kegiatan
yang dilakukan, dan penilaian terhadap respon pasien.
Oleh karena setiap kasus ditentukan adanya fakta yang mednkung suatu tuntutan, maka
diperlukan pencatatan yang jelas dan relevan. Pencatatan diperlukan secara jelas, benar,
dan jelas sehingga dapat dipahami.
Vestal, K.W (1995) memberikan pedoman guna mencegah terjadinya malpraktik, sebagai
berikut :
19
1. Berikan kasih sayang kepada pasien sebagaimana anda mengasihi diri sendiri. Layani
pasien dan keluarganya dengan jujur dan penuh rasa hormat.
2. Gunakan pengetahuan keperawatan untuk menetapkan diagnosa keperawatan yang
tepat dan laksanakan intervensi keperawatan yang diperlukan. Perawat mempunyai
kewajiban untuk menyusun pengkajian dan melaksanakan pengkajian dengan benar.
3. Utamakan kepentingan pasien. Jika tim kesehatan lainnya ragu-ragu terhadap tindakan
yang akan dilakukan atau kurang merespon terhadap perubahan kondisi pasien,
diskusikan bersama dengan tim keperawatan guna memberikan masukan yang
diperlukan bagi tim kesehatan lainnya.
4. Tanyakan saran/order yang diberikan oleh dokter jika : Perintah tidak jelas,masalah itu
ditanyakan oleh pasien atau pasien menolak, tindakan yang meragukan atau tidak tepat
sehubungan dengan perubahan dari kondisi kesehatan pasien. Terima perintah dengan
jelas dan tertulis.
5. Tingkatkan kemampuan anda secara terus menerus,sehingga pengetahuan/kemampuan
yang dimiliki senantiasa up-to-date. Ikuti perkemangan yang terbaru yang terjadi di
lapangan pekerjaan dan bekerjalah berdasarkan pedoman yang berlaku.
6. Jangan melakukan tindakan dimana tindakan itu belum anda kuasai.
7. Laksanakan asuhan keperawatan berdasarkan model proses keperawatan. Hindari
kekurang hati-hatian dalam memberikan asuhan keperawatan.
8. Catatlah rencana keperawatan dan respon pasien selama dalam asuhan keperawatan.
Nyatakanlah secara jelas dan lengkap. Catatlah sesegera mungkin fakta yang anda
observasi secara jelas.
9. Lakukan konsultasi dengan anggota tim lainnya. Biasakan bekerja berdasarkan
kebijakan organisasi/rumah sakit dan prosedur tindakan yang berlaku.
10. Pelimpahan tugas secara bijaksana, dan ketahui lingkup tugas masing-masing. Jangan
pernah menerima atau meminta orang lain menerima tanggung jawab yang tidak dapat
anda tangani.
20
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas menjadi jelas bahwa masalah malpraktik bersifat sangat
kompleks karena berbagai faktor yang terkait didalamnya. Sebagai perawat profesional
dituntut untuk selalu meningkatkan kemampuannya dengan mengikuti perkembangan yang
terjadi baik oleh karena perkembangan IPTEK khususnya IPTEK keperawatan, tuntutan dan
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat.
Saat ini perawat diperhadapkan pada berbagai tuntutan pelayanan profesional melalui
peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang apabila melakukan kesalahan dan
kelalaian akan diperhadapkan pada suatu tuntutan baik dari organisasi profesi, organisasi
pelayanan kesehatan, dan tututan hukum.
Perawat di Indonesia sangat berisiko melakukan malpraktik karena tidak didukung oleh
kemampuan yang memadai (profesional dalam bidangnya), banyak mengerjakan tindakan
kolaboratif/tindakan invasif yang mungkin bukan bidang pekerjaannya sebagai layaknya
seorang perawat profesional. Sehingga untuk masalah ini diperlukan pembinaan dari semua
pihak yang terkait.
Organisasi profesi sebagai wadah para anggotanya bertanggung jawab untuk
meningkatkan mutu tenaga keperawatan sebagai konsekuensi perannya untuk meningkatkan
mutu pelayanan kesehatan dan kesejahteraan anggotanya. Operasionalisasi kegiatan
organisasi PPNI terjadi disemua tingkat organisasi baik di Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota,
dan Komisariat
Instituasi pendidikan sebagai lembaga yang menghasilkan tenaga keperawatan
profesional bertanggung jawab menyelenggarakan pendidikan secara berkualitas dengan cara
mengembangkan dan mengorganisasikan kurikulum nasional kedalam kurikulum institusi,
menyediakan segala sumber daya yang dapat mendukung sepenuhnya kegiatan pendidikan.
Demikian pula perlu didukung tersedianya lahan praktik yang memungkinkan
mengimplementasikan teori-teori kedalam situasi nyata, serta berbagai kebijakan yang
mendukung.
21
B. Saran
1. Dalam memberikan pelayanan keperawatan , hendaknya berpedoman pada kode etik
keperawatan dan mengacu pada standar praktek keperawatan
2. Perawat diharapkan mampu mengidentifikasi 3 area yang memungkinkan perawat berisiko
melakukan kesalahan, yaitu tahap pengkajian keperawatan (assessment errors),
perencanaan keperawatan (planning errors), dan tindakan intervensi keperawatan
(intervention errors) sehigga nantinya dapat menghindari kesalahan yang dapat terjadi
3. Perawat harus memiliki kredibilitas tinggi dan senantiasa meningkatkan kemampuannya
untuk mencegah terjadinya malpraktek
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Rahajo J.Setiajadji. 2002. Aspek Hukum Pelayanan Kesehatan Edisi 1. Jakarta:EGC
http://keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/keperawatan-//
keperawatanadil.blogspot.com/2007/11/kredensial-praktek-keperawatan.html:
//www.sukabumikota.go.id/perizinan/Izin_Praktek_Perawat.aspmy.opera.com/
ramzkesrawan/blog/show.dml/3792983
2. http://andez-azkha.blogspot.com/2011/11/makalah-malpraktek-keperawatan.html
3. https://irh4mgokilz.wordpress.com/2011/02/19/makalah-malpraktek-dalam-keperawatan/
23