Tugas Kel. ABI 2011

38
MAKALAH INDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Bahan Industri Semester Genap Disusun Oleh : Dwi Surya Atmaja J2C 008 087 Ina Noprastika J2C 008 0 Noermala Syari Rosdiana J2C 008 046 Sapto Adi Wibowo J2C 008 062 Yeni Setyaningsih J2C 008 076 Diah Kurnia Sari J2C 008 087 Mike L.T J2C 006 034

Transcript of Tugas Kel. ABI 2011

Page 1: Tugas Kel. ABI 2011

MAKALAH

INDUSTRI MINYAK KAYU PUTIH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Analisis Bahan Industri

Semester Genap

Disusun Oleh :

Dwi Surya Atmaja J2C 008 087

Ina Noprastika J2C 008 0

Noermala Syari Rosdiana J2C 008 046

Sapto Adi Wibowo J2C 008 062

Yeni Setyaningsih J2C 008 076

Diah Kurnia Sari J2C 008 087

Mike L.T J2C 006 034

JURUSAN KIMIA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

MEI, 2011

Page 2: Tugas Kel. ABI 2011

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanaman kayu putih (Malaleuca leucadendron L) telah tersebar secara alami

di kepulauan Indonesia dan berkembang secara luas di Indonesia, terutama di pulau

Jawa dan Maluku dengan memanfaatkan daunnya untuk disuling menjadi minyak

atsiri yang bernilai ekonomi tinggi yang disebut minyak kayu putih, yang warna

minyaknya dari warna kekuning-kuningan sampai kehijau-hijauan. Daun yang telah

disuling menjadi minyak kayu putih memiliki beberapa kegunaan sebagai : anti

rematik, menghilangkan nyeri pada tulang dan syaraf (neuralgia), menghilangkan

sakit karena radang usus, diare, perut kembung, menghilangkan radang kulit,

menghilangkan Ezkema (sakit kulit karena elergi), dll. Karena pada daun yang

disuling mengandung : minyak atsiri, yang terdiri dari sineol 50%-65%, Alfa-

terpineol, valeraldehida, dan benzaldehida. Karena penggunaan minyak kayu putih

yang luas itu, minyak kayu putih yang dijual dipasaran perlu mendapat perhatian. Dan

lahirlah standar nasional minyak kayu putih sesuai dengan SNI 06-3954-2001.

Standar tersebut menetapkan istilah dan definisi, syarat mutu, cara uji, pengemasan,

dan penandaan minyak kayu putih yang digunakan sebagai pedoman pengujian

minyak kayu putih yang diproduksi di Indonesia. Mutu minyak kayu putih

diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu utama (U), dan mutu pertama (P). Keduanya

dibedakan oleh kadar sineol yang terkandung. Sineol merupakan senyawa kimia

golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu

putih. Minyak kayu putih (U) mempunyai kadar sineol ≥ 55%, sedangkan mutu (P)

kadar sineolnya kurang dari 55%.

Secara umum minyak kayu putih dikatakan bermutu apabila mempunyai bau

khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada suhu 15oC sebesar

0,90-0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20oC berkisar antara 1,46-1,47 dan putaran

optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o-0o. Indeks bias adalah bilangan yang

Page 3: Tugas Kel. ABI 2011

menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan sinus sudut bias cahaya,

sedangkan yang dimaksud dengan putaran optik adalah besarnya pemutaran bidang

polarisasi suatu zat. Disamping itu, minyak kayu putih yang bermutu akan jernih

apabila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu dalam perbandingan 1:1,

1:2, dan seterusnya sampai 1:10. Dalam minyak kayu putih tidak diperkenankan

adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak merupakan minyak yang

berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi dan minyak kelapa, yang

mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam minyak kayu putih. Demikian

juga minyak pelican yang ditambahkan yang merupakan golongan minyak bumi

seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin yang digunakan sebagai bahan pencampur

minyak kayu putih, sehingga merusak minyak kayu putih tersebut.

Bagian terpenting dalam standard tersebut, selain penetapan mutu diatas,

adalah cara uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di

dalam dokumen maupun kemasan. Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara

uji visual dan cara uji laboratorium. Cara uji visual dilakukan dengan cara uji bau

sedangkan cara uji laboratorium dilaksanakan untuk menguji kadar sineol, berat

jenis, indeks bias, putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak

lemak, dan kandungan minyak pelican. Dalam makalah ini akan dibahas mengenai

proses produksi dan cara menganalisis minyak kayu putih secara garis besarnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan minyak kayu putih dan apa saja senyawa kimia

yang terkandung di dalamnya ?

2. Apa saja khasiat yang dimiliki oleh minyak kayu putih ?

3. Bagaimana proses produksi minyak kayu putih yang berjalan dalam pabrik ?

4. Bagaimana analisis minyak kayu putih yang sesuai dengan standard mutu

minyak kayu putih ?

5. Bagaimana cara pengolahan limbah minyak kayu putih yang dihasilkan ?

Page 4: Tugas Kel. ABI 2011

1.3 Tujuan

1. Mengetahui pengertian minyak kayu putih dan kandungan senyawa kimia

yang terkandung di dalamnya.

2. Mengetahui khasiat yang dimiliki oleh minyak kayu putih.

3. Mengetahui proses produksi minyak kayu putih yang berjalan di dalam pabrik.

4. Mengetahui cara menganalisis minyak kayu putih yang sesuai dengan

standard mutu.

5. Mengetahui cara pengolahan limbah minyak kayu putih yang dihasilkan.

Page 5: Tugas Kel. ABI 2011

BAB II

ISI

2.1 Tanaman Kayu Putih

Gelam atau Kayu putih (Melaleuca leucadendra syn. M. leucadendron) meru-

pakan pohon anggota suku jambu-jambuan (Myrtaceae) yang dimanfaatkan sebagai

sumber minyak kayu putih (cajuput oil). Minyak diekstrak (biasanya disuling dengan

uap) terutama dari daun dan rantingnya. Namanya diambil dari warna batangnya 

yang memang putih. Tumbuhan ini terutama tumbuh baik di Indonesia bagian timur

dan Australia bagian utara, namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah

lain yang memiliki musim kemarau yang jelas.

Tanaman minyak kayu putih berupa pohon tinggi lebih kurang 10 m. Batang

berkayu, bulat, kulit mudah mengelupas, bercabang, warna kuning kecokletan. Daun

tunggal, bentuk lanset, ujung dan pangkal runcing, tepi rata, permukaan berbulu, per-

tulangan sejajar, warna hijau. Bunga majemuk, bentuk bulir, panjang 7-8 cm,

mahkota 5 helai, warna putih. Buah kotak, beruang tiga, tiap ruang terdapat banyak

biji.

Gambar Tanaman Kayu Putih

Page 6: Tugas Kel. ABI 2011

Tanaman ini tumbuh di daerah berawa-rawa bahkan dalam air, dataran rendah

ataupun di pegunungan. Kandungan kimia dari minyak kayu putih adalah minyak at-

siri (Kayuputol, terpineol) dan Tanin.

2.2 Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal

luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih

(Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga

banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama

ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk

memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.

Minyak kayu putih mengandung eukaliptol (1,8-cineol) (komponen paling

banyak, sekitar 60%, α-terpineol dan ester asetatnya, α-pinen, dan limonen.

Tumbuhan ini terutama tumbuh di Indonesia bagian timur dan Australia bagian utara,

namun demikian dapat pula diusahakan di daerah-daerah lain yang memiliki musim

kemarau yang jelas. Minyak kayu putih mudah menguap. Pada hari yang panas orang

yang berdekatan dengan pohon ini akan dapat membauinya dari jarak yang cukup

jauh.

Mutu minyak kayu putih diklasifikasikan menjadi dua, yaitu mutu Utama (U)

dan mutu Pertama (P). Keduanya dibedakan oleh kadar cineol, yaitu senyawa kimia

golongan ester turunan terpen alkohol yang terdapat dalam minyak atsiri seperti kayu

putih. Minyak kayu putih mutu U mempunyai kadar cineol ≥ 55% sedangkan mutu P

kadar cineolnya kurang dari 55%. Secara umum, kayu putih dikatakan bermutu apa-

bila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang diukur pada

suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20oC berkisar antara

1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o – 0o. Indeks bias

adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut datang dengan

sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik adalah besarnya pe-

mutaran bidang polarisasi suatu zat.

Page 7: Tugas Kel. ABI 2011

2.3 Khasiat Tanaman Kayu Putih

Kayu putih telah dimanfaatkan sejak zaman nenek moyang sebagai bahan

yang digunakan untuk mengatasi aneka gangguan kesehatan. Daun kayu putih

misalnya, sejak dulu dimanfaatkan untuk mengurangi rasa sakit maupun bengkak

akibat gigitan serangga. Daunnya yang telah dijadikan ekstrak atau dikeringkan biasa

dimanfaatkan untuk ramuan penambah stamina.

Minyak kayu putih (Cajuput oil, Oleum-melaleuca-cajeputi, atau Oleum

cajeputi) dihasilkan dari hasil penyulingan daun dan ranting kayu putih (M.

Leucadendra). Minyak atsiri ini dipakai sebagai minyak pengobatan, dapat

dikonsumsi per oral (diminum) atau, lebih umum, dibalurkan ke bagian tubuh.

Khasiatnya adalah sebagai penghangat tubuh, pelemas otot, dan mencegah perut

kembung. Minyak kayu putih banyak menjadi komponen dalam berbagai salep dan

campuran minyak penghangat.  Salep macan dan minyak telon diketahui

menggunakan minyak kayu putih sebagai penyusunnya. Sebagai tumbuhan industri,

kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan usaha (agroforestri).

2.4 Industri Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih merupakan salah satu produk kehutanan yang telah dikenal

luas oleh masyarakat. Minyak atsiri hasil destilasi atau penyulingan daun kayu putih

(Melaleuca leucadendron Linn.) ini memiliki bau dan khasiat yang khas, sehingga

banyak dipakai sebagai kelengkapan kasih sayang ibu terhadap anaknya, terutama

ketika masih bayi. Minyak kayu putih digosokkan hampir di seluruh badan untuk

memberikan kesegaran dan kehangatan pada si jabang bayi.

Minyak kayu putih merupakan komponen utama dalam pembuatan berbagai

salep dan campuran minyak penghangat. Salep macan dan minyak telon diketahui

menggunakan minyak kayu putih sebagai penyusunnya. Minyak kayu putih yang

bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%, yaitu

dalam perbandingan 1 : 1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam minyak kayu putih

tidak diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak

Page 8: Tugas Kel. ABI 2011

merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi

dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam

minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang merupakan golongan minyak

bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin biasa digunakan sebagai bahan

pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.

Bagian terpenting dalam standar tersebut, selain penetapan mutu di atas,

adalah cara uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, baik yang tercantum di

dalam dokumen maupun kemasan. Pengujian dilakukan dengan dua cara, yaitu cara

uji visual dan cara uji laboratories. Cara uji visual dilakukan untuk uji bau, sedangkan

uji laboratories dilaksanakan untuk menguji kadar cineol, berat jenis, indeks bias,

putaran optik, uji kelarutan dalam alkohol 80%, kandungan minyak lemak dan

kandungan minyak pelican.

Sebagai tumbuhan industri, kayu putih dapat diusahakan dalam bentuk hutan

usaha (agroforestri). Perhutani memiliki beberapa hutan kayu putih untuk

memproduksinya. Minyak kayu putih yang diambil dari penyulingan biasa dipakai

sebagai minyak balur atau campuran minyak pengobatan lain (seperti minyak telon)

atau campuran parfum serta produk rumah tangga lain.

2.5 Produksi Minyak Kayu Putih

Minyak kayu putih dapat dibuat dengan proses penyulingan atau destilasi

tanaman minyak kayu putih.

Penyulingan dengan Uap

Penyulingan minyak atsiri secara langsung dengan uap memerlukan biaya

yang cukup besar karena harus disiapkan dua buah ketel dan sebagian peralatan yang

terbuat dari stainless stell (SS) atau mild stee (MS). Walaupun memerlukan biaya

yang besar tetapi kualitas minyak atsiri yang dihasilkan memang jauh lebih sempurna.

Prinsip kerja penyulingan ini hampir sama dengan cara menyuling dengan air

dan uap (indirect distillation), tetapi antara ketel uap dan ketel penyulingan harus

terpisah. Ketel uap yang berisi air dipanaskan, lalu uapnya dialirkan ke ketel

Page 9: Tugas Kel. ABI 2011

penyulingan yang berisi bahan baku. Partikel-partikel minyak pada bahan baku

terbawa bersama uap dan dialirkan ke alat pendingin. Di dalam alat pendingin itulah

terjadi proses pengembunan, sehingga uap air yang bercampur minyak akan

mengembun dan mencair kembali. Selanjutnya dialirkan ke alat pemisah yang akan

memisahkan minyak atsiri dengan air.

Cara ini biasanya dilakukan oleh perusahaan atau perorangan yang kaya

karena proses ini membutuhkan modal yang besar. Kualitas produk minyak atsiri

yang dihasilkan jauh lebih sempurna dibandingkan dengan kedua cara lainnya

sehingga harga jual minyaknya pun jauh lebih tinggi.

Salah satu kelebihan model ini antara lain sebuah ketel uap dapat melayani

beberapa buah ketel penyulingan yang dipasang sehingga proses produksi akan

berlangsung lebih cepat. Namun sayangnya proses penyulingan dengan model ini

memerlukan kontruksi ketel yang lebih kuat. Alat-alat pengaman yang lebih baik dan

sempurna, serta biaya yang diperlukan pun lebih mahal (Santoso, 1992).

2.6 Analisis Minyak Kayu Putih

Satu masalah penting yang perlu mendapat pengawasan lebih terhadap

komoditas minyak atsiri yaitu adanya kemungkinan praktek pemalsuan. Oleh karena

itu perlu adanya suatu pengujian yang akurat mengenai tingkat kemurnian minyak

atsiri yang bersangkutan dan hendaknya disesuaikan dengan mutu baku skala

internasional.

Dahulu, pengujian mutu bagi minyak atsiri hanyalah dilakukan secara visual.

Selanjutnya berkembang dengan diterapkannya pengujian melalui metode analisis

kimia biasa dan menggunakan alat kromatografi gas. Hasilnya tentu saja kurang atau

bahkan tidak memuaskan sehingga para konsumen minyak atsiri diberbagai negara

mencari metode pengujian lain yang lebih akurat.

Alat yang paling mutakhir untuk menguji kemurnian minyak atsiri dengan

ketelitian lebih tinggi yaitu kromatografi gas-cairan atau GLC. Alat gas kromatografi

Page 10: Tugas Kel. ABI 2011

berbeda dengan gas liquid chromatography. Perbedaan ini terletak pada fasa yang

digunakan : pada alat kromatografi gas tanpa adanya fasa cair, sedangkan alat

kromatografi gas-cairan dengan fasa cair. Alat penguji mutu minyak atsiri ini antara

lain diproduksi oleh Amerika Serikat, Inggris, dan Jepang.

Alat gas liquid chromatography (GLC) beredar dengan merk seperti “Varian”

dan “Hitachi”. Alat ini dapat dioperasikan dengan cara yang sangat mudah. Pada

dasarnya alat ini terdiri dari dua komponen utama. Kromatografi sebagai bagian

utama dilengkapi dengan recorder yang berfungsi sebagai pencatat sinyal-sinyal hasil

analisis, sedangkan bagian lainnya berupa automatic sampler yang boleh dipakai

tetapi boleh juga tidak. Sampler biasanya baru digunakan apabila jumlah sampel yang

dianalisis cukup banyak dan biasanya alat ini bekerja secara otomatis.

Selain recorder, bagian lain yang terdapat pada kromatografi ialah detektor,

untuk mendeteksi komponen minyak yang dianalisis, ada dua macam yaitu TDC

(detektor hantaran panas) atau FUID (detektor nyala ionisasi). Komponen lain yang

terdapat di dalam kromatografi ini diantara carier gas yang berfungsi sebagai

pembawa gas, injection port (penyimpan alat injeksi) dan amplifier yang berperan

sebagai penguat sinyal.

Uji untuk mengetahui mutu minyak kayu putih, dilakukan dengan dua cara,

yaitu cara uji visual dan cara uji laboratories. Cara uji visual dilakukan untuk uji bau,

penentuan warna, sedangkan uji laboratories dilaksanakan untuk menguji kadar

cineol, berat jenis, indeks bias, putaran optik, uji kelarutan dalam etanol, kandungan

minyak lemak dan kandungan minyak pelican.

1. Klasifikasi mutu

Mutu minyak kayu putih dapat diklasifikasikan menjadi 2 (dua) kelas mutu,

sebagaimana disajikan dalam Tabel 1.

Page 11: Tugas Kel. ABI 2011

Tabel 1  Klasifikasi mutu

No Klasifikasi mutu Tanda mutu

Dokumen Kemasan

1 Utama U U

2 Pertama P P

2. Persyaratan mutu

2.1       Persyaratan umum

2.1.1       Mempunyai bau khas minyak kayu putih

2.1.2       Berat jenis pada 15oC                      :  0,90    -   0,93.

2.1.3       Indeks bias pada 20oC                    :  1,46    -   1,47.

2.1.4       Putaran optik pada suhu 27,5oC    :  (- 4)o    -   0o.

2.1.5       Uji kelarutan dalam alkohol 80 %  :

1 : 1  jernih,

            1 : 2  jernih,

            1 : 3  dan seterusnya sampai dengan

1 : 10 jernih.

2.1.6       Minyak lemak                                    :  tidak diperkenankan.

2.1.7       Minyak pelikan                                  :  tidak diperkenankan.

2.2             Persyaratan khusus

2.2.1   Kadar cineol mutu Utama (U)          :  > 55 %

2.2.2   Kadar cineol mutu Pertama (P)       :  < 55 %

3. Cara pengambilan contoh

Contoh uji diambil dengan alat penarik contoh secara acak sebanyak

akar pangkat dua dari jumlah jerigen yang berisi minyak kayu putih yang telah

diaduk isinya sedemikian rupa sehingga mewakili isi seluruhnya.

Page 12: Tugas Kel. ABI 2011

Dari setiap jerigen diambil sebanyak 250 ml dengan alat penarik con-

toh, dan dicampurkan.

Kemudian diambil contoh uji sebagaimana ditentukan pada Tabel 2.

Tabel 2    Jumlah contoh uji

No. Jumlah populasi Jumlah contoh uji

1

2

3

4

≤  5 jerigen

6  -  25  jerigen

26 -  50  jerigen

>  50  jerigen

1    contoh

2        contoh

3        contoh

4        contoh

Keterangan :

-  volume 1 (satu) contoh uji adalah 250 ml

-  berat minyak kayu putih  1 (satu) jerigen adalah 25 kg.

4. Cara uji

4.1       Cara uji visual

4.1.1 Uji bau

Metode ini menggunakan indra penciuman langsung terhadap contoh

minyak kayu putih dengan menggunakan kertas uji (test paper).

a. Peralatan

Peralatan yang dipakai untuk uji bau adalah pipet dan tabung reaksi.

b. Prosedur kerja

Ambil contoh uji dengan pipet sebanyak 20 ml, kemudian masukkan

ke dalam tabung reaksi 25 ml.

Dekatkan mulut tabung reaksi ke hidung dan gerak-gerakkan tangan di

atas mulut tabung reaksi sampai tercium bau minyak kayu putih.

Page 13: Tugas Kel. ABI 2011

4.1.2 Uji Penentuan Warna

Metode ini didasarkan pada pengamatan visual dengan menggunakan

indra penglihatan langsung, terhadap contoh minyak kayu putih.

a. Peralatan

b. Cara Kerja

c. Penyajian Hasil Uji

4.2       Cara uji laboratories

4.2.1 Uji Penentuan Kadar Sineol menggunakan Kromatografi Gas

Sineol dan komponen-komponen minyak kayu putih dipisahkan

dengan teknik kromatografi gas.

a. Bahan Kimia

Bahan pembanding standar.

b. Peralatan

Page 14: Tugas Kel. ABI 2011

c. Kondisi analisis

d. Cara Kerja

e. Penyajian Hasil Uji

Kadar sineol dinyatakan dalam persen.

4.2.2 Uji Berat Jenis

Perbandingan antara berat minyak dengan berat air pada volume dan

suhu yang sama.

a. Peralatan

Page 15: Tugas Kel. ABI 2011

b. Cara Kerja

c. Penyajian Hasil Uji

4.2.3 Uji Penentuan Indeks Bias

Metode ini didasarkan pada pengukuran langsung sudut bias minyak

yang dipertahankan pada kondisi suhu yang tetap.

a. Bahan Kimia

Air Suling

b. Peralatan

Refraktometer

c. Cara Kerja

Page 16: Tugas Kel. ABI 2011

d. Penyajian Hasil Uji

4.2.4 Uji Putaran Optik

Metode ini didasarkan pada pengukuran sudut bidang dimana sinar

terpolarisasi diputar oleh lapisan minyak yang tebalnya 10 cm pada suhu

tertentu.

a. Bahan kimia

Air suling

b. Peralatan

c. Cara kerja

d. Penyajian hasil uji

Putaran optis harus dinyatakan dalam derajat lingkar sampai mendekati

Page 17: Tugas Kel. ABI 2011

0,010. Putaran optic dekstro harus diberi tanda positif (+) dan putaran optic

levo harus diberi tanda negative (-).

4.2.5 Uji Kelarutan dalam Etanol

Kelarutan minyak kayu putih dalam etanol absolute atau etanol yang

diencerkan yang menimbulkan kekeruhan dan dinyatakan sebagai larut

sebagian atau larut seluruhnya. Berarti bahwa minyak tersebut membentuk

larutan yang bening dan cerah dalam perbandingan – perbandingan seperti

yang dinyatakan.

a. Bahan

a) Etanol 70%

b) Larutan pembanding untuk kekeruhan yang baru saja dibuat dengan

menambahkan 0,5 ml larutan perak nitrat 0,1 N kedalam 50 ml larutan

natrium klorida 0,0002 N dan dikocok. Tambahkan satu tetes asam ni-

trat encer (25%) dan amati setelah 5 menit. Lindungi terhadap sinar

matahari langsung.

b. Peralatan

a) Labu ukur 50 ml

b) Gelas ukur bertutup 10 ml atau 25 ml

c. Cara kerja

d. Penyajian hasil uji

Hasil uji dinyatakan sebagai berikut:Kelarutan dalam etanol 70% = 1 volume dalam Y volume, menjadi keruh dalam Z volume. Bila larutan trsebut tidak sepenuhnya bening, catat

Page 18: Tugas Kel. ABI 2011

apakah kekeruhan tersebut “lebih besar dari pada”, “sama” atau “lebih kecil dari pada” kekeruhan larutan pembanding.

4.2.6 Uji Kandungan Minyak Lemak

Pipet 1 ml contoh ke dalam tabung reaksi.

Tambahkan 9 ml alkohol  80 &percnt; sedikit demi sedikit sambil

dikocok.

Masukkan tabung reaksi ke dalam termos yang berisi campuran es dan

garam dapur dengan perbandingan 3 : 1 selama sedikitnya 12 jam.

Selanjutnya amati perubahan yang terjadi.

Jika terdapat endapan putih pada dasar tabung, maka minyak kayu

putih tersebut mengandung minyak lemak.

4.2.7 Uji Kandungan Minyak Pelican

20 ml minyak kayu putih contoh disuling secara vaccum (± 12 mmHg)

dengan dipanaskan perlahan-lahan dengan api bebas.

Suhu tekanan pertama dan terakhir dicatat. Ambil  ± 1 ml sulingan

minyak dan dinginkan, kemudian api dimatikan.

Jika pada suhu 150oC/50 mmHg tidak terdapat sulingan, maka tidak

terdapat minyak pelikan.

Uji indeks biasnya (indeks biasnya berkisar 1,42 – 1,45).

Tambahkan 2 ml - 3 ml H2SO4 pekat dalam corong pemisah, kemudian

dikocok.

Diamkan selama 2 jam sehingga terbentuk 2 lapisan, kemudian lapisan

bawah di buang, selanjutnya tambahkan 2 – 3 ml H2SO4 pekat ke

dalam lapisan atas yang masih tertinggal di dalam corong pemisah dan

dikocok.

Jika lapisan atas berwarna jernih atau kuning muda, maka terdapat

minyak pelikan.

Page 19: Tugas Kel. ABI 2011

2.7 Syarat Lulus Uji Produk

Minyak kayu putih dianggap lulus uji apabila hasil ujinya sesuai dengan

persyaratan umum dan persyaratan khusus. Secara umum, kayu putih dikatakan

bermutu apabila mempunyai bau khas minyak kayu putih, memiliki berat jenis yang

diukur pada suhu 15oC sebesar 0,90 – 0,93, memiliki indeks bias pada suhu 20oC

berkisar antara 1,46 – 1,47 dan putaran optiknya pada suhu 27,5oC sebesar (-4)o – 0o. 

Indeks bias adalah bilangan yang menunjukkan perbandingan antara sinus sudut

datang dengan sinus sudut bias cahaya, sedangkan yang dimaksud putaran optik

adalah besarnya pemutaran bidang polarisasi suatu zat. Disamping itu, minyak kayu

putih yang bermutu akan tetap jernih bila dilakukan uji kelarutan dalam alkohol 80%,

yaitu dalam perbandingan 1 : 1, 1 : 2, dan seterusnya s.d. 1 : 10. Dalam minyak kayu

putih tidak diperkenankan adanya minyak lemak dan minyak pelican. Minyak lemak

merupakan minyak yang berasal dari hewan maupun tumbuhan, seperti lemak sapi

dan minyak kelapa, yang mungkin ditambahkan sebagai bahan pencampur dalam

minyak kayu putih. Demikian juga minyak pelican yang merupakan golongan minyak

bumi seperti minyak tanah (kerosene) dan bensin biasa digunakan sebagai bahan

pencampur minyak kayu putih, sehingga merusak mutu kayu putih tersebut.

Page 20: Tugas Kel. ABI 2011

2.8 Pengolahan Limbah Minyak Kayu Putih

Limbah minyak kayu putih dapat dimanfaatkan sebagai kompos. Kompos

adalah bahan-bahan organik (sampah organik) yang telah mengalami proses pela-

pukan karena adanya interaksi antara mikroorganisme (bakteri pembusuk) yang bek-

erja didalamnya. Bahan-bahan organik tersebut seperti dedaunan, rumput, jerami,

sisa-sisa ranting, dahan, kotoran hewan, rerontokan kembang, air kencing, dll. Ada-

pun kelangsungan hidup mikroorganisme tersebut didukung oleh keadaan lingkungan

yang basah dan lembab.

Di alam terbuka, kompos bisa terjadi dengan sendirinya, lewat proses alamiah.

Namun, proses tersebut berlangsung lama sekali, dapat mencapai puluhan tahun,

bahkan berabad-abad. Padahal kebutuhan akan tanah yang subur sudah mendesak.

Oleh karenanya, proses tersebut perlu dipercepat dengan bantuan manusia.

Penggunaan kompos sebagai pupuk sangat baik karena dapat memberikan

beberapa manfaat sebagai berikut :

Menyediakan unsur hara mikro bagi tanaman

Menggemburkan tanah

Memperbaiki struktur dan tekstur tanah

Meningkatkan porositas, aerasi, dan komposisi mikroorganisme tanah.

Meningkatkan daya ikat tanah terhadap air.

Memudahkan pertumbuhan akar tanaman.

Menyimpan air tanah lebih lama.

Mencegah lapisan kering pada tanah

Mencegah beberapa penyakit akar

Menghemat pemakaian pupuk kimia dan atau pupuk buatan

Menyediakan makanan bagi plankton yang menjadi makanan udang atau ikan.

Menigkatkan efisiensi pemakaian pupuk kimia

Menjadi salah satu alternatif pengganti pupuk kimia karena harganya lebih

murah, berkualitas, dan ramah lingkungan.

Bersifat multi lahan karena bisa digunakan di lahan pertanian, perkebunan,

Page 21: Tugas Kel. ABI 2011

reklamasi lahan kritis, padang golf, dll.

Kompos dan Kesuburan Tanah

Salah satu unsur pembentuk kesuburan tanah adalah bahan organik (salah

satunya kompos). Oleh karenannya, penambahan bahan organik ke dalam tanah amat

penting. Bahan organik yang berasal dari sisa-sisa tanaman dan kotoran hewan, sisa

jutaan mahluk-mahluk kecil dan sebagainya mengalami proses perubahan dahulu agar

dapat digunakan oleh tanaman. Tanpa perubahan, unsur hara dalam bahan-bahan

tersebut tetap dalam keadaan terikat sehingga tidak bisa diserap oleh tanaman. Selama

proses perubahan dan penguraian bahan organik, unsur hara mengalami pembebasan

dan menjadi bentuk larut yang bisa diserap tanaman. Proses perubahan ini disebut

pengomposan.

Perubahan Hayati

Didalam timbunan bahan-bahan organik pada pembuatan kompos, terjadi

aneka perubahan hayati yang dilakukan oleh jasad-jasad renik. Perubahan yang

penting sebagai berikut :

1. Penguraian hidrat arang, selulosa, hemiselulosa dan lain-lain menjadi CO2 dan

air.

2. Penguraian zat lemak dan lilin menjadi CO2.

3. Penguraian zat putih telur, melalui amida-amida dan asam-asam amino

menjadi amoniak, CO2, dan air.

4. Terjadi pengikatan beberapa jenis unsur hara didalam tubuh jasad renik,

terutama nitrogen (N), fosfor (P), dan kalium (K). Unsur-unsur tersebut akan

terlepas kembali bila jasad-jasad tersebut mati.

5. Pembebasan unsur-unsur hara dan senyawa-senyawa organik menjadi

senyawa anorganik yang berguna bagi tanaman.

Akibat dari perubahan tersebut, berat dan isi bahan kompos menjadi sangat

Page 22: Tugas Kel. ABI 2011

berkurang. Sebagian senyawa zat arang akan hilang, menguap ke udara. Kadar

senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Peningkatan ini tergantung pada

perbandingan C/N bahan asal. Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti

bahan tersebut mendekati C/N tanah. Idealnya, C/N bahan sedikit lebih rendah

disbanding C/N tanah. Dalam pengomposan, kadar abu dan humus makin meningkat.

Pada perubahan selanjutnya (diakhir pembuatan kompos), akan diperoleh bahan yang

berwarna merah kehitaman. Bahan dengan kondisi semacam itu sudah siap digunakan

sebagai pupuk. Adanya perubahan–perubahan hayati jasad renik tersebut akibat

banyak hal. Di antaranya adalah terjadinya penguraian bahan-bahan organik didalam

pembuatan kompos. Penguraian itu juga dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya

sebagai berikut :

1. Kandungan lignin, malam (wax), dammar, dan senyawa sejenis dalam bahan

asal. Jika bahan asal makin banyak mengandung zat-zat tersebut, akan makin

cepat penguraiannya dan makin banyak bagian yang menjadi kompos.

2. Sifat dan ukuran bahan asal

Makin halus dan kecil bahan baku kompos maka penguraiannya akan makin

cepat dan hasilnya lebih banyak. Dengan semakin kecilnya bahan, bidang

permukaan bahan yang terkena bakteri pengurai akan semakin luas sehingga

proses pengomposan dapat berlangsung lebih cepat. Sebaliknya bila bahan

baku berukuran besar, permukaan yang terkena bakteri lebih sempit sehingga

proses pengomposan berlangsung lebih lama. Itulah sebabnya kita harus

memotong atau mencacah-cacah bahan baku yang digunakan.

3. Kandungan Nitrogen (N) bahan asal

Makin banyak kandungan senyawa N, bahan baku akan makin cepat terurai.

Hal ini disebabkan jasad-jasad renik pengurai bahan ini memerlukan senyawa

nitrogen untuk perkembangannya. Bisa dipahami dalam pembuatan kompos

diperlukan tambahan pupuk kandang atau pupuk N buatan secukupnya.

Page 23: Tugas Kel. ABI 2011

4. Kadar pH pada timbunan kompos

Makin tinggi kadar pH dalam timbunan kompos maka akan makin cepat

terjadi penguraian bahan. Untuk memperoleh kadar pH tinggi, timbunan

kompos perlu ditambah dengan kapur atau abu.

5. Air dan Udara (O2)

Apabila kurang mengandung air, timbunan bahan akan mudah bercendawan.

Hal ini jelas merugikan karena penguraian bahan menjadi lambat dan tidak

sempurna. Namun, jika kandungan airnya berlebihan, juga tidak baik karena

keadaan menjadi anaerob. Keadaan seperti ini tidak menguntungkan bagi

kehidupan jasad renik pengurai. Jadi, kelembaban timbunan bahan kompos

harus dijaga agar seimbang, tidak terlalu becek dan tidak terlalu kering. Secara

menyeluruh, keadaan timbunan harus mencapai 40-60oC.

6. Variasi bahan

Makin bervariasi bahan baku yang digunakan dalam pembuatan kompos,

maka penguraiannya relatif lebih cepat dibandingkan bahan baku yang sejenis.

7. Suhu

Timbunan bahan kompos akan lebih cepat mengalami penguraian bila

suhunya tepat. Suhu ideal untuk proses pengomposan adalah 30-45oC.

Pembuatan Kompos secara umum

1. Persiapan

Bahan-bahan organik yang akan dikomposkan dipotong atau dicacah

agar proses pengomposan berlangsung lebih cepat. Selain itu, untuk

mempercepat pengomposan diperlukan juga pupuk kandang. Karena bahan-

bahan ini nantinya ditumpuk sehingga perlu disiapkan tempatnya. Tempat

yang sederhana adalah di tanah. Untuk menjaga agar tidak tergenang sewaktu

hujan, dibuat bendungan dengan ukuran sesuai kondisi lahan. Untuk

menghindari curah hujan juga, dapat dibuat naungan dengan atap dan genting,

rumbia dan bahan lainnya. Bila tidak memakai naungan maka dapat digunakan

Page 24: Tugas Kel. ABI 2011

plastik atau daun pisang untuk menutup tumpukan bila hujan turun.

2. Tahapan Pembuatan Kompos

Ada enam langkah yang perlu ditempuh dalam pembuatan kompos, yaitu :

a. Penyusunan Tumpukan

Bahan kompos ditumpuk di atas bilah-bilah bambu atau kayu. Selama satu

dua hari dipercikkan air sampai lembab, tetapi tidak becek.

b. Pemantauan Suhu dan Kelembaban tumpukan

Dan hari ke -4 hingga ke-40, tumpukan, dijaga agar suhunya 45-65oC dan

kelembabannya sekitar 50 %. Secara sederhana, kelembaban dapat diukur

dengan cara memasukkan tongkat kayu ke dalam tumpukan kompos, lalu

mengeluarkannya. Bila tongkat kering maka kelembabannya kurang,

sehingga perlu dibalik dan disiram. Bila kelembabannya terlalu berlebihan,

maka tumpukan perlu dibalik.

c. Pembalikkan dan Penyiraman

Pembalikkan tumpukkan dilakukan jika terjadi salah satu atau beberapa

keadaan berikut. Suhu tumpukkan diatas 65oC atau dibawah 45oC,

tumpukan terlalu basah atau kering. Apabila suhu masih 45oC-60oC dan

kelembaban 50 %, maka kompos belum waktunya dibalik.

d. Pematangan

Hari ke-45, biasanya tumpukan telah memasuki masa pematangan.

Kompos yang matang ditandai dengan suhu tumpukan yang menurun

mendekati suhu ruang, tidak berbau busuk, bentuk fisik menyerupai tanah

dan berwarna kehitam-hitaman. Pematangan ini bisa berlangsung selama

14 hari. Selama itu tetap dilakukan pemantauan suhu dan kelembaban

tumpukan serta bila perlu dlakukan pembalikkan.

e. Pengayakan Kompos

Tujuan dilakukan pengayakan kompos yaitu agar diperoleh ukuran

kompos yang dikehendaki, memilah bahan yang belum terkomposkan

secara sempurna, dan mengendalikan mutu kompos.

Page 25: Tugas Kel. ABI 2011

f. Pengemasan dan penyimpanan

Kompos yang sudah disaring, dikemas kedalam kantung dan karung.

Setelah itu disimpan ditempat yang kering dan aman, atau diletakkan

diatas papan. (Murbandono, 2002)

EM 4 adalah hasil pembiakkan campuran dari mikroorganisme yang

menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman terdiri dari sebagian besar

mikroorganisme Lactobacillus sp., Streptomyces sp., serta ragi. Mikroorganisme ini

bekerja secara efektif dalam memfermentasikan bahan organik. Selain berfungsi

dalam proses fermentasi dan dekomposisi bahan organik. EM 4 juga mempunyai

manfaat yang lain seperti :

Memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah

Menyediakan unsur hara yang dibutuhkan tanaman

Menyehatkan tanaman, meningkatkan produksi tanaman dan

menjaga kestabilan produksi

Kompos yang dihasilkan melalui fermentasi dengan pemberian EM-4

dinamakan bokashi, diambil dari bahasa jepang yang berarti bahan organik yang

terfermentasi. Oleh orang Indonesia kata “Bokashi” dipanjangkan menjadi bahan

organik kaya akan sumber kehidupan.

BAB III

Page 26: Tugas Kel. ABI 2011

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran