Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

120
LATAR BELAKANG Laut kaya akan sumberdaya biotik dan abiotik. Sumber daya biotik di lautan lebih banyak daripada di daratan karena luas lautan yang mencapai 70% dari luas bumi (Venugopal, 2010). Lingkungan lautan dikenal kaya akan keanekaragaman sumberdaya hayati yang mempunyai potensi yang besar untuk aplikasi bioteknologi, obat obatan dan pangan (Larsen et al., 2011; Venugopal, 2010). Pembagian biota pesisir yang penting antara lain terumbu karang (corals), padang lamun (seagrasses), rumput laut (seaweeds). Keanekaragaman hayati bioata laut meliputi kelompok utama seperti molusca (kerang – kerangan), ikan, krustasea, karang, sponge, tumbuhan, ekhinodermata, burung, mamalia laut, dan hewan reptilian.

Transcript of Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Page 1: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

LATAR BELAKANG

Laut  kaya  akan  sumberdaya  biotik  dan  abiotik. Sumber 

daya  biotik  di  lautan  lebih  banyak  daripada  di daratan 

karena  luas  lautan  yang  mencapai  70%  dari  luas  bumi 

(Venugopal,  2010).  Lingkungan  lautan  dikenal 

kaya akan keanekaragaman  sumberdaya  hayati  yang 

mempunyai potensi yang besar untuk aplikasi bioteknologi, obat

– obatan dan pangan (Larsen et al., 2011;  Venugopal, 2010). 

Pembagian biota pesisir yang penting antara lain terumbu

karang (corals), padang lamun (seagrasses), rumput laut

(seaweeds). Keanekaragaman hayati bioata laut meliputi

kelompok utama seperti molusca (kerang – kerangan), ikan,

krustasea, karang, sponge, tumbuhan, ekhinodermata, burung,

mamalia laut, dan hewan reptilian.

Menurut  data  FAO  tahun  2008,  pada  tahun 2006 

sekitar  110  juta 

ton ikan baik dari laut maupun budidaya masuk di pasaran dunia 

dan di konsumsi

oleh 2,9 miliar orang dengan animal protein intake sedikitnya 15 

%. Hal  tersebut 

menujukkan potensi yang besar dari ikan sebagai sumber protein 

hewani.  

Page 2: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Diperkirakan  saat ini  jumlah  organisme  yang  hidup 

di lautan 

mencapai 13.000 spesies ikan, 50.000 spesies moluska dan 1.000 

spesies chephalopoda (Venugopal, 2010). Organisme  lautan 

termasuk  ikan  dan  invertebrata  laut mengandung  senyawa   

nutrisi  dan  fungsional  yang baik untuk  kesehatan  (Larsen  et 

al.,  2011).  Senyawa  -senyawa  tersebut  antara  lain  protein, 

lemak, 

vitamin, mineral, karotenoid, omega3, taurine, dll (Soccol and Oe

tterer, 2003; 

Venugopal, 2010; Kadam and Prabhasankar, 2010; Larsen et al., 

2011).  Senyawa   fungsional pada ikan banyak  dimanfaatkan 

dalam  pangan  fungsional  dalam 

bentuk makanan dan minuman.     

Pangan  fungsional  merupakan  makanan 

yang bermanfaat  bagi  kesehatan  di  luar  nutrisi  dasar 

atau bermanfaat  bagi  kesehatan di  luar  zat  gizi  yang 

tersedia (de Roos,  2004).  Shahidi  (2009)  menambahkan 

definisi  pangan  fungsional  menurut  Health  Canada  adalah 

produk  yang  menyerupai  makanan  tradisional  tetapi 

bermanfaat  bagi  kesehatan.  Pangan  fungsional 

yang diperkaya dengan

vitamin, serat, dan asam lemak atau makanan yang didesain 

Page 3: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

rendah  Na  dan  lemak,  dapat  dimanfaatkan  oleh  konsumen 

untuk meningkatkan status gizi mereka (de Roos, 2004). 

Ikan  kaya  akan  gizi  utamanya  protein,  mineral 

dan lemak,  serta  penghasil  terbesar  asam  lemak  ω  -3 

(PUFA)  khususnya,  eicosapentaenoic  (EPA) 

dan docosahexaenoic  (DHA),  yang bermanfaat  bagi  kesehatan 

(Soccol  and  Oetterer,  2003).  Mengkonsumsi 

seafood dapat mencegah  timbulnya  berbagai  penyakit  di 

banyak  negara industri.  Penelitian  menunjukkan  bahwa 

makanan  dari  laut membawa  nutrisi  yang  bermanfaat  bagi 

kesehatan 

(Larsen et al., 2011). Saat ini, beberapa senyawa fungsional dari i

kan telah  banyak  dimanfaatkan  dalam  pangan  fungsional 

antara lain ω -3 (PUFA) ,C

a dari tulang ikan, karotenoid, dan vitamin D. 

Pada  review  ini  akan  diifokuskan  pada  jenis 

dan sumber  senyawa  fungsional  dari  ikan dan hasil laut

lainnya, serta manfaat senyawa

senyawa  tersebut, aplikasinya pada produk pangan dan tren pe

manfaatan  senyawa  fungsional  dari  ikan. 

Senyawa  fungsional  dari  ikan  yang  dibahas  antara  lain  ω-3 

(PUFA), protein  dan  peptida  dari  ikan,  taurine,  vitamin  A 

dan  D, mineral (Ca, Se), dan karotenoid. 

Page 4: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

1. TERIPANG

Klasifikasi dan Morfologi Teripang

Klasifikasi teripang pasir (Holothuria spp.) menurut

Barnes (1968); (Martoyo et al. 2007) adalah sebagai

berikut :

Filum : Echinodermata

Sub filum : Echinozoa

Kelas : Holothuroidea

Sub kelas : Apidochirotacea

Ordo : Aspidochirotida

Famili : Holothuridae

Genus : 1. Holothuria

Spesies :Holothuria argus, Holothuria

vacabunda, Holothuria impatiens,

Holothuria scabra, Holothuria

marmorata, Holothuria edulis

2. Muelleria

Spesies : Muelleria lecanora

3. Stichopus

Spesies : Stichopus ananas, Stichopus

chloronatus, Stichopus variegatus

Page 5: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

4.Bahasa lokal : yaitu teripang pasir,

teripang hitam

Martoyo et al., (2000) menyatakan bahwa jenis

teripang yang dapat dimakan dan mempunyai nilai

ekonomis penting terbatas pada Famili Aspidochirotae dan

hanya Genus Holothuria, Muellaria, dan Stichopus. Di

perairan Indonesi hanya Genus Holothuria, Muellaria, dan

Stichopus yang ditemukan. Dari ketiga Genus tersebut

diidentifikasi 23 spesies, tetapi baru 5 spesies (dari Genus

Holothuria) yang dieksploitasi dan telah memiliki nilai

ekonomis penting. Kelima spesies tersebut adalah

teripang putih atau teripang pasir (Holothuria scabra),

teripang hitam (Holothuria edulis), teripang getah atau

keling (Holothuria vacabunda), teripang merah (Holothuria

vatiensis), dan teripang coklat (Holothuria marmorata).

Teripang putih atau teripang pasir adalah jenis yang paling

banyak dibudidayakan di Indonesia.

Gambar. Teripang Putih dan Teripang Hitam

Page 6: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Gambar. Teripang Getah, Teripang Merah dan Teripang Coklat

Teripang merupakan hasil laut yang mempunyai nilai

ekonomis penting dan sebagai komoditi ekspor sub sektor

perikanan yang cukup potensial. Pemanfaatan teripang di

Indonesia sebagai bahan pangan dibanding produk

perikanan lainnya tergolong rendah dan kurang populer,

disebabkan teripang memiliki nilai estetika yang rendah

dilihat dari bentuk fisik teripang yang terkesan menjijikkan,

namun demikian teripang dapat dijadikan sebagai sumber

biofarmaka potensial dan makanan kesehatan dengan

kandungan gizi yang tinggi terutama kandungan

proteinnya, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan baku

berbagai industri di berbagai negara (Karnila, 2011).

Komposisi Kimia, Senyawa Bioaktif, dan Manfaat

pada Teripang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan

protein teripang dalam kondisi basah adalah 44-55% (Dewi,

Page 7: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

2008) dan pada kondisi kering adalah 82% (Martoyo et al.

2004). Kandungan protein teripang yang cukup tinggi ini

menunjukkan bahwa teripang memiliki nilai gizi yang baik

sebagai makanan. Protein pada teripang mempunyai asam

amino yang lengkap, baik asam amino essensial maupun

asam amino non essensial. Asam amino sangat berguna

dalam sintesa protein pada pembentukan otot dan dalam

pembentukan hormon androgen, yakni testosteron, yang

berperanan dalam reproduksi baik untuk meningkatkan

libido maupun pembentukan spermatozoa.

Etnis Cina tercatat mengenal teripang sebagai

makanan berkhasiat medis sejak dinasti Ming (Wibowo et

al., 1997 dan Martoyo et al., 2000). Tubuh dan kulit

teripang Stichopus japonicus banyak mengandung Asam

Mukopolisakarida yang bermanfaat untuk penyembuhan

penyakit ginjal, anemia, diabetes, paru-paru basah,

antitumor, anti-inflamasi, pencegahan penuaan jaringan

tubuh dan mencegah arterioklerosis, sedangkan ekstrak

murninya cenderung menghasilkan Holotoksin yang

efeknya sama dengan antimisin dosis 6,25-25µg/ml.

Nilai gizi teripang secara umum terdiri dari protein

(44%), karbohidrat (3-5%), dan lemak 1,5 % (Anonim,

2004). Dharmananda (1998) menyebutkan bahwa

Page 8: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

kandungan protein teripang sebesar 55 %. Sedangkan

menurut Martoyo et al., (2000) kandungan gizi teripang

kering adalah protein 82%, lemak 1,7%, air 8,9%, abu 8,6%

dan karbohidrat 4,8%.

Teripang juga mengandung asam lemak tidak jenuh,

asam amino esensial, kolagen, vitamin E, zat-zat mineral

seperti khromium, ferum, kadmium, mangan, nikel, kobalt

dan seng. Kandungan asam lemak tidak jenuh dalam

teripang seperti EPA (asam eikosapentaenoat) dan

DHA (asam dekosaheksaenoat) merupakan jenis asam

lemak yang dikenal memainkan peranan penting sebagai

agen penyembuh luka, anti thrombotik (mengurangi

pembekuan darah di dalam salura darah) dan

memperlambat proses degenerasi sel yang berfungsi

membantu mengurangi penyakit stroke, jantung dan

memperlambat proses penuaan (Anonim, 2004). Teripang

juga dipercaya memiliki khasiat untuk mempertahankan

kesegaran tubuh dan vitalitas jika dikonsumsi secara

teratur. Beberapa kajian juga menunjukkan potensi

teripang sebagai anti-tumor dan memberi positif terhadap

penyakit AIDS (Scheur, 1995; Anonim 2003; Anonim 2004).

Beberapa senyawa bioaktif yang dikandung teripang

memiliki fungsi sebagai antioksidan yang membantu

Page 9: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

mengurangi kerusakan sel dan jaringan tubuh, antibakteri

dan antifungi yang dapat digunakan untuk tujuan

perawatan kulit (Kaswandi et al., 2000 dan Lian et al.,

2000). Teripang juga menghasilkan bioaktif yang memiliki

efek antinosiseptif (penahan sakit) dan anti-inflamasi

(melawan radang dan mengurangi pembengkakan)

(Wibowo et al., 1997).

Steroid adalah salah satu jenis asam lemak berupa

hormon turunan kolesterol dengan struktur kimia terdiri

dari 27 atom karbon. Steroid dihasilkan oleh kelenjar yang

terdapat di dalam testis, ovarium, korteks adrenalis dan

plasenta.

Senyawa toksis yang terdapat pada echinoderms

dikenal sebagai saponin, yaitu merupakan senyawa yang

komplek terdiri dari gula dan steroid atau triterpenoid

(Hashimoto, 1979). selanjutnya nama umum dari senyawa

aktif tersebut yang terdapat pada teripang disebut

holoturin (Goad, 1978; Hashimoto, 1979).

Page 10: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Produk Olahan dari Teripang

1.Jely Gamat

Jelly gamat luxor mengandung Glikosida &

Holothurine yang bersifat anti kanker dan antitumor

dan mampu menghambat dan membunuh

perkembangan sel kanker maupun tumor, kandungan

pada Obat Herbal Jelly Gamat dapat merontokan sel

tumor tanpa merusak jaringan sekitarnya juga memiliki

kemampuan memblokir pertumbuhan sel tumor, selain

itu gamat juga memiliki kandungan mineral selenium

yang mampu meningkatkan daya tahan tubuh,

kandungan omega 3 yang mampu mencegah terjadinya

penggumpalan darah dan mengurangi kekentalan darah.

Untuk mengetahui senyawa aktif yang berpengaruh,

seorang peneliti bernama Jamie mengekstrak 300

Page 11: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

teripang dalam metanol. Sehabis dikeringkan tersisa 79

ekstrak teripang bubuk. Ekstrak itu kemudian

dimasukkan ke alat kromatografi. Diperolehlah 0.93 g

glikosida. Glikosida merupakan senyawa alami yang

terdapat dalam tumbuhan bersifat antitumor dan

antikanker.

Setelah dimasukkan ke alat rekromatografi DCCC,

terlihat kandungan glikosida berupa 40 mg

holothurinoside A, 9 mg holothurinoside B, 15 mg

holothurinoside C, 10 mg holothurinoside D, dan 20 mg

des-holothurin A. Kelima senyawa itulah yang terbukti

efektif menggempur segala tumor.

Selain itu, Jelly Gamat ini berguna sebagai obat

Penyakit Asma diaman, dan khasiat jelly gamat luxor ini

sebagai obat penyakit asma tradisional bisa dilihat dari

kandungannya, yaitu protein 86,8%, kolagen 80%,

Omega 3, Mineral, Mucopolysacarida, Condroitin Sulfat

dan Glukosamin, Bio Active Element dan masih banyak

lagi kandungannya. Berdasar pada kandungan ini sudah

dapat disimpulkan tentang khasiat dari gamat. Protein

sebagai pengganti dan memperbaharui sel, kolagen

merupakan suatu protein yang dibutuhkan manusia

sebagai penyusun tubuh, sebagai penyusun struktur

Page 12: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

tulang, gigi, otot dsb. Omega 3 adalah jenis lemak yang

dibutuhkan untuk proses pencernaan, mineral adalah

bentuk pengkristalan dari campuran unsur garam dan

unsur lain yang diperlukan oleh tubuh. Serta kandungan

lainnya yang memiliki khasiat untuk kesehatan tubuh

manusia.

2.Kerupuk Teripang

3.Masakan

Page 13: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

4.Kapsul Obat Teripang

2. RUMPUT LAUT

Klasifikasi dan Morfologi Rumput Laut

Rumput laut adalah bentuk poliseluler dari ganggang

(algae) yang hidup di laut dan tergolong dalam divisi

Thallophyta. Tanaman ini tidak mempunyai akar, batang

dan daun seperti lazimnya tanaman tingkat tinggi. Struktur

tanaman secara keseluruhan merupakan batang yang

dikenal sebagai thallus (Guhardja, 1981). The International

Code of Botanical Nomenclatur membagi ganggang

menjadi 4 kelas, yaitu ganggang hijau (Chlorophyceae),

ganggang biru (Cyanophyceae), ganggang merah

(Rhodophyceae) dan ganggang coklat (Phaeophyceae).

Dari ke 4 kelas tersebut, hanya ganggang merah dan

coklat yang mempunyai nilai ekonomi cukup berarti dalam

perdagangan.

Page 14: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Gambar Menyajikan Klasifikasi Rumput Laut Dengan Hasil Ekstraksinya.

Jenis rumput laut coklat yang terdapat di perairan

Indonesia ada 28 species yang berasal dari 6 genus yaitu

Sargassum, Turbinaria, Padina, Dictyota, Hormophysa dan

Hydroclathrus. Sedangkan jenis yang potensial sebagai

penghasil alginat di Indonesia adalah jenis-jenis Sargassum

polycystum J.G.Agardh, Sargassum crassifolium J.A.

Agardh, Turbinaria conoides (J.C.A.G) Kuetzing dan

Hormophysa triquetra (Yunizal, 2004).

Gambar 03. Berbagai Jenis Rumput Laut

Komposisi Kimia dan Senyawa Bioaktif Rumput

Laut

Page 15: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Winarno (1990) menyatakan komposisi kimia rumput

laut bervariasi tergantung pada spesies, tempat tumbuh

dan musim. Sebagai sumber gizi, rumput laut memiliki

kandungan karbohidrat (gula atau vegetable gum), protein,

sedikit lemak dan abu yang sebagian besar merupakan

senyawa garam natrium dan kalium. Vegetable gum yang

dikandungnya merupakan senyawa karbohidrat yang

banyak mengandung selulosa dan hemiselulosa yang tidak

dapat dicerna seluruhnya oleh enzim dalam tubuh,

sehingga dapat menjadi makanan diet dengan sedikit kalori

(Suwandi et al. 2002).

Kandungan air rumput laut segar, sama seperti

tanaman pada umumnya, yaitu sekitar 80 – 90 % dan

setelah pengeringan dengan udara menjadi 10 – 20 % (Ito

et al. 1989). Komposisi kimia Eucheuma cottonii dalam

keadaan segar menurut Astawan et al. (2004) dan Ristanti

(2003) dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan kandungan

kimia tepung rumput laut Eucheuma cottonii menurut

Ristanti (2003) dan Sihombing (2003) disajikan pada Tabel

3. Jenis alga merah lainnya yaitu Glacilaria sp, komposisi

kimia disajikan pada Tabel 4. Dalam penggunaannya, jenis

rumput laut ini dapat digunakan sendiri atau dicampur

Page 16: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

dengan Glacilaria tambak (budidaya) untuk mendapatkan

hasil ekstrak agar yang lebih baik.

Selain kandungan gizi, menurut Winarno (1990),

rumput laut merah sangat kaya akan trace element

terutama iodium. Kandungan iodium bervariasi antar

spesies dan habitat rumput laut. Secara umum, konsentrasi

Page 17: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

trace element dari rumput laut lebih tinggi daripada

tumbuhan (Ito et al. 1989). Menurut Rai (1996) kandungan

iodium tumbuhan laut umumnya tinggi yaitu sekitar 2.400

sampai 155.000 kali lebih banyak dibandingkan kandungan

iodium sayur-sayuran yang tumbuh di daratan.

Menurut Suryaningrum (1988), rumput laut

Eucheuma cottonii potensial sebagai penghasil karagenan

dan dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan.

Karagenan terdiri dari 2 senyawa utama, yaitu senyawa

sulfat yang bersifat hidrophilik dan mampu membuat

cairan menjadi kental, dan senyawa 3,C-6 anhidrogalaktosa

yang mampu membentuk gel dan bersifat hidrophobik.

Jenis karagenan yang dihasilkan adalah kappa-karagenan,

dengan sifat-sifatnya antara lain yaitu garam natriumnya

akan larut seluruhnya dalam air dingin, larut pada suhu 70

oC, membentuk gel dengan ion kalium, stabil pada pH

netral dan alkali, sedangkan pada pH asam akan

terhidrolisa dan larut dalam susu panas (Istini et al. 1986).

Senyawa kimia yang banyak terdapat pada rumput

laut coklat adalah alginat, sedangkan senyawa kimia lain

dalam jumlah yang relatif sedikit diantaranya laminaran,

fukoidin, selulosa, manitol dan senyawa bioaktif lainnya.

Senyawa komplek diterpenoid dan terpenoidaromatik

Page 18: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

juga terdapat pada rumput laut coklat jenis Sargassum

natans. Meskipun tidak sama tetapi secara kimiawi kedua

senyawa tersebut sama dan dinamakan sarganin A dan

sarganin B yang keduanya bercampur membentuk

kompleks sarginin. Berdasarkan hasil uji sensitifitasnya,

senyawa ini tergolong dalam antimikroba spektrum luas.

Genus-genus alga coklat yang telah diketahui kelimpahan

dan penyebarannya sebagai penghasil zat antibakteri

adalah Cystoseira, Dictyota, Sargassum dan semua species

lumut besar dan lumut batu di peraitan dingin. Disamping

itu rumput laut coklat juga mengandung protein, lemak,

serat kasar, vitamin dan zat anti bakteri serta mineral

(Yunizal, 2004). Tabel 5 menyajikan komposisi kimia

rumput laut jenis Sargassum sp.

Setiap jenis rumput laut mempunyai pigmen khlorofil

a dan beta-karoten, serta pigmen khasnya. Pada rumput

laut coklat terdapat pigmen santofil, violasantin,

Page 19: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

fukosantin, flavosantin, neosantin A dan B. keberadaan

pigmen fukosantin pada rumput laut coklat menutupi

pigmen lainnya dan memberikan warna coklat (Yunizal,

2004).

Pemanfaatan rumput laut sangat luas, yaitu sebagai

makanan (pangan dan gizi), farmasi, kosmetika, pakan,

pupuk dan industri lainnya. Senyawa bioaktif dari rumput

laut telah banyak diekstraksi, diidentifikasi dan

dieksplorasi. Hasil riset bahan alam dari laut tahun 1977–

1987, menunjukkan bahwa 30 % dari 2500 produk alam

laut yang bersifat bioaktif merupakan produk dari rumput

laut (Ireland et al.1993 dalam Januar et al. 2004).

Metabolit sekunder rumput laut berupa senyawa

bioaktif telah lama dikembangkan dan dimanfaatkan

sebagai obat. Pada awalnya pemanfaatan rumput laut

masih cukup terbatas, diantaranya sebagai antipiretik,

sebagai obat cacingan (antihelmintik), sebagai obat

bronkhitis, asma dan batuk, sebagai obat sembelit dan

gangguan pencernaan, serta dimanfaatkan sebagai obat

bisul, pendarahan hidung dan mimisan serta pemeliharaan

kulit (Anggadireja, 1993). Seiring dengan penerapan

industri ekstraksi memberikan kemungkinan untuk isolasi

metabolit sekunder dari rumput laut. Hal ini mendorong

Page 20: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

meluasnya pemanfaatan senyawa bioaktif dari rumput laut

diantaranya sebagai antimikroba, antioksidan dan

antikanker.

Pada umumnya rumput laut menghasilkan senyawa

fenol sebagai salah satu cara mempertahankan diri dari

lingkungan ekstrim. Senyawa fenol tersebut dapat

berfungi sebagai antioksidan. Jenis rumput laut Coulerpa

sertularoides dan Coulerpa racemosa diketahui

mengandung senyawa fenol (gallokatekin, epikatekin

dan katekin galat) serta memiliki aktivitas antioksidan

(Santoso, 2002).

Produk Olahan Rumput Laut

1.Keragenan

Karagenan alga merah digunakan sebagai pasta

gigi karena fiskositasnya tinggi dan strukturnya lebih

lentur dan lembut. Hidrokoloid rumput laut jenis ini

memiliki kemampuan yang unik dalam membentuk gel

yang bertekstur pendek sesuai untuk pasta gigi.

Page 21: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Penggunaan karaginan ini sekarang mulai menggeser

bahan baku xanthangum untuk pasta gigi.

Karagenan merupakan salah satu substansi yang

terbuat dari ganggang merah yang terutama ditemukan

di dekat pantai Irlandia.

Seperti produk ganggang lainnya, karagenan

digunakan sebagai bahan dalam produk makanan

seperti es krim, milkshake, dan saus untuk

meningkatkan viskositas.

Pada banyak bagian Eropa, bir lokal dan produsen

minuman beralkohol menggunakan karagenan sebagai

penghilang protein. Produsen daging kaleng dan daging

olahan menggunakannya sebagai pengganti lemak.

Selain itu, karagenan juga digunakan pada shampoo,

pasta gigi, diet soda, makanan hewan, dan susu kedelai.

2.Agar

Page 22: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Agar-agar merupakan produk yang terbuat dari

ganggang. Agar-agar populer dijadikan sebagai makanan

pencuci mulut yang populer di banyak kawasan. Makanan ini

secara komersial diproduksi dengan bantuan spesies

ganggang merah yang disebut Gelidium amansii.

Agar-agar efektif digunakan sebagai pencahar dan

sekaligus sebagai pengganti gelatin. Industri kertas dan

bir juga memanfaatkan agar-agar sebagai salah satu

komponen yang penting.

3.Alginat

Page 23: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Alginat merupakan konstituen dari dinding sel

pada alga yang banyak dijumpai pada alga coklat

(Phaeophycota). Senyawa ini merupakan

heteropolisakarida dari hasil pembentukan rantai

monomer mannuronic acid dan gulunoric acid.

Kandungan alginat dalam alga tergantung pada jenis

alganya. Kandungan terbesar alginat (30-40 erat kering)

dapat diperoleh dari jenis Laminariales sedangkan

Sargassum Muticum, hanya mengandung 16-18 erat

kering. Pemanfaatan senyawa alginat didunia industri

telah banyak dilakukan seperti natrium alginat

dimanfaatkan oleh industri tektil untuk memperbaiki dan

meningkatkan kualitas bahan industri, kalsium alginat

digunakan dalam pembuatan obat-obatan. Senyawa

alginat juga banyak digunakan dalam produk susu dan

makanan yang dibekukan untuk mencegah

pembentukan kristal es. Dalam industri farmasi, alginat

digunakan sebagai bahan pembuatan pelapis kapsul dan

tablet. Alginat juga digunakan dalam pembuatan bahan

biomaterial untuk tehnik pengobatan seperti micro-

encapsulation dan cell transplantation.

cvdxxxxxxxxxddddddddddd

Page 24: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Khasiat biologi dan kimiawi senyawa alginat juga

dimanfaatkan pada pembuatan obat antibakteri,

antitumor, penurun tekanan darah tinggi, dan mengatasi

gangguan kelenjar. Hal itu karena unsur-unsur mineral

yang terkandung di dalamnya seperti iodium, seng, dan

Page 25: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

selenium. Unsur seng dan selenium diketahui dapat

mencegah kanker. Kandungan seng dalam rumput laut

diperkirakan 100 kali lebih tinggi dibandingkan yang

ditemukan pada air laut.

Ganggang berguna pula dalam pembuatan asam

alginat. Asam alginat merupakan substansi kenyal mirip

permen karet yang berasal dari ganggang.

Asam alginat digunakan sebagai aditif dalam

produk dehidrasi sekaligus merupakan bahan yang

sangat penting dalam pembuatan kertas dan tekstil.

Karenanya sifatnya yang kenyal mirip permen

karet, asam alginat digunakan untuk pembuatan

material serta tekstil tahan air dan tahan api. Bidang lain

yang juga memanfaatkan asam alginat adalah

pembuatan prostetik dan kedokteran gigi. Berbagai

industri pengolahan pangan juga menggunakan zat ini

sebahai salah satu bahan sup dan jeli.

4.Bahan Bakar Dari Ganggang

Page 26: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Krisis energi yang melanda dunia dalam beberapa

dekade terakhir telah memicu penelitian untuk

menemukan bahan bakar biologis (bio-fuel). Alga oleum

merupakan salah satu produk generasi ketiga bio-fuel

yang berasal dari ganggang. Berbagai produk yang bisa

dihasilkan dari ganggang antara lain minyak goreng,

biodiesel, bio-ethanol, bio-gasoline, dll.

Ganggang adalah salah satu contoh terbaik dari

sumber daya ramah lingkungan karena tidak ada produk

yang berasal dari ganggang dianggap sebagai polutan.

Biofuel sendiri adalah cairan yang berasal dari

biomassa, terutama dari bahan nabati. Biofuel

merupakan bahan bakar yang dihasilkan dari bahan-

bahan organik baik dalam bentuk padatan, cairan

maupun gas. Bentuk biofuel yang paling populer adalah

biodiesel dan bioetanol. Banyak orang melihat biofuel

sebagai pengganti sempurna untuk bahan bakar fosil,

karena biofuel lebih ramah lingkungan daripada bahan

bakar fosil.

Biofuel baru-baru ini mendapatkan popularitas di

berbagai belahan dunia. Ada tiga generasi biofuel:

biofuel generasi pertama (terbuat dari gula, tepung,

minyak makan, atau lemak hewan), biofuel generasi

Page 27: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

kedua (terbuat dari non-tanaman pangan), dan biofuel

generasi ketiga (terbuat dari ganggang).

Pada kesempatan kali ini kita akan membahas

lebih jauh mengenai biofuel generasi ketiga berbasis

ganggang (alga).

Alga atau yang biasa dikenal sebagai rumput laut

adalah tumbuhan laut yang tidak dapat  dibedakan

antara bagian akar, batang, dan daun. Bagian dari

rumput laut disebut thallus.

Alga merupakan sumber energi terbarukan yang

bersih dan tidak habis-habisnya dan potensi terbesar

untuk memutuskan ketergantungan akan persediaan

minyak. Alga dikenal secara luas sebagai sumber

biomassa paling produktif yang berasal dari alam.

Bakteri pada Alga kemungkinan akan menjadi

sumber energi terbaik pada masa datang. Kandungan

minyak dalam Alga bisa mencapai lebih dari 50%, yang

bisa digunakan sebagai bahan baku biodiesel.

Alga menawarkan banyak manfaat dibanding

sumber energi terbarukan lain seperti jagung dan kedelai

yang digunakan sebagai bahan baku biofuel.

Page 28: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Mikroalga, khususnya, memiliki beberapa

karakteristik menarik dalam konteks energi dan

biofuel:

Mereka memberikan hasil panen yang jauh lebih

tinggi dari biomassa dan bahan bakar lainnya, 10-100

kali lebih tinggi dibandingkan dengan hasil panen

tanaman penghasil energi lainnya.

Mereka dapat tumbuh di bawah kondisi yang tidak

cocok untuk memproduksi tanaman-tanaman

konvensional.

Mikroalga mampu memperbaiki CO2 di atmosfer,

sehingga memfasilitasi pengurangan peningkatan kadar

CO2 di atmosfer, yang sekarang dianggap sebagai

masalah global.

Biofuel alga tidak beracun, tidak mengandung

belerang, dan sangat biodegradable.

Sejauh ini biofuel dari alga dipandang sebagai

alternatif yang paling ramah lingkungan. Parameternya

adalah ekstraksi minyak dari alga tidak bersaing dengan

pemenuhan kebutuhan manusia.

Pembudidayaan alga tidak membutuhkan

pembukaan hutan atau lahan subur. Instalasi ladang alga

bisa dilakukan di gurun pasir sekalipun. Kemudian air

Page 29: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

yang dibutuhkan untuk budidaya alga relatif hemat dan

bisa didaur ulang.

Menariknya produktivitas alga jauh melampaui

sumber-sumber biofuel lain. Sebagai perbandingan,

untuk budidaya di atas lahan satu hektar selama satu

tahun, jagung menghasilkan 172 liter biodisel, sawit

menghasilkan 5.900 liter biodisel, dan alga

menghasilkan 58.700 liter biodisel.

Jenis rumput laut (alga) yang akan dimanfaatkan

untuk pengembangan biodisel yakni varietas Geladine

yang saat ini telah dibudidayakan di Maluku seluas 20

ribu hektar (ha), Belitung Timur 10 ribu ha serta Lombok.

Secara umum, potensi alga untuk menghasilkan

biodiesel sangat besar dan jauh lebih besar

dibandingkan tumbuhan penghasil minyak lainnya

seperti kelapa sawit, jarak pagar, dan lain sebagainya.

Hal ini akan memberikan peluang yang besar untuk

dapat mengganti dan memutuskan ketergantungan

kebutuhan akan minyak yang terbuat dari fosil.

5.Seasaned Laver (Nori)

Page 30: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Nori, lembar sayuran laut gelap yang digunakan

untuk membungkus gulungan nasi yang lezat khas

Jepang, kandungan protein di dalamnya bisa setinggi 25-

50% dari beratnya saat kering – yang tertinggi dari

setiap sayuran laut. Makanan mengandung kaya akan

vitamin A yang direkomendasikan untuk menjaga

kesehatan mata.

Nori adalah ganggang merah dari jenis Porphyra,

yang dalam catatan sejarah diketahui telah dikonsumsi

sejak berabad lamanya. Nori kaya kandungan nutrisi,

seperti protein, serat, karoten, dan vitamin A, B, C, E. 

Selain itu, ada juga iodium, kalsium, dan zat besi yang

jumlahnya cukup signifikan. Biasanya, nori diolah

menjadi bentuk lembaran berwarna hijau dalam berbagai

ukuran. Salah satu bentuk olahan nori adalah onigiri.

Makanan ini terbuat dari nasi yang dibungkus nori

dengan isi yang bervariasi, seperti ikan tuna, telur,

Page 31: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

daging, dan lain-lain. Jadi, mirip sekali dengan jajanan

lemper dari Indonesia.

Adapun komposisi kimiawi dari nori kering ini

adalah sebagai berikut: Kelembaban udara sekitar 16 %,

Kandungan proteinnya kurang lebih 25-30 %, Kandungan

karbohidratnya berkisar 7-18 %.

Selain kandungan yang telah disebutkan di atas,

nori juga mengandung vitamin A, B, C dan D. Nori

mengandung vitamin C  di atas 140 mg per 100 g dari

berat basahnya. Rumput laut ini baik juga untuk diet

karena mengandung Iodine, yang dibutuhkan untuk

fungsi normal dari kelenjar thyroid dalam tubuh. Nori

juga memiliki kualitas baik kualitas tinggi dan rendah.

Nori yang berkualitas tinggi biasanya berwarna hitam

kehijauan, sedangkan nori berkualitas lebih rendah

berwarna hijau hingga hijau muda.

6.Kombu

Page 32: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Bentuknya seperti pita besar, berwarna hijau tua

agak kehitaman dan aromanya agak anyir khas aroma

laut. Rumput laut yang dikeringkan ini merupakan bahan

utama pembuat kaldu khas Jepang atau dashi. Karena

merupakan tanaman laut, kombu sangat kaya akan

vitamin, mineral terutama yodium. Biasanya di

permukaan kombu terdapat bintik-bintik putih seperti

jamur, jangan mengelap atau membersihkan atau

mencucinya. Cukup rendam kombu dalam air dingin

selama 45 menit hingga lunak. Kombu siap diolah untuk

kaldu atau sup. Agar tahan lama, taruh kombu dalam

wadah tertutup dan simpan di tempat kering yang bebas

sinar matahari langsung. Kombu dijual dalam bentuk

kering dalam kemasan plastik di pasar swalayan besar

atau di toko bahan makanan Jepang.

7.Makanan Olahan

Page 33: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

8.Furcelaran

Furcelaran biasanya digunakan sebagai alat

kosmetik yang membantu untuk mneghentikan

hilangnya kelembaban pada kulit. Selain itu, dapat pula

dimanfaatkan sebagai edible film.

3. UDANG, KEPITING DAN LOBSTER

Page 34: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Udang adalah binatang yang hidup di perairan, khususnya

sungai, laut, atau danau. Udang dapat ditemukan di hampir semua

"genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau,

maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan

hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Udang biasa

dijadikan makanan laut (seafood).

Udang sangat digemari oleh konsumen negara maju

dan termasuk komoditas ekspor andalan bagi negara

Indonesia. Namun demikian, tidak semua hasil panen udang

memenuhi syarat untuk diekspor, masih banyak yang tersisa

yang dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan

udang. Beberapa produk olahan udang tersebut di antaranya

kerupuk udang, dendeng udang, awetan udang dalam

botol/kaleng, ebi, udang gerinting, grago, krese/kresekan,

petis udang, dan terasi udang.

Semua jenis produk olahan udang tersebut tidak

membutuhkan udang yang berukuran besar dan mahal

harganya. Udang yang kecil-kecil atau yang sangat kecil

sekaliptin, bahkan yang berupa limbah pun hisa diolah menjadi

petis, krese, dan terasi.

Cita rasa udang sangat lezat. Sementara, kadar

kolesterolnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan

hewan mamalia. Sekalipun di Indonesia harga udang cukup

Page 35: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

tinggi, namun karena jenis, ukuran, dan nilainya bermacam-

macam maka masyarakat kecil pun masih dapat turut

menikmatinya.

Udang

Penggolongan udang vannamei menurut tseng (1987)

diacu dalam Pranoto (2007), adalah :

Filum : Anthropoda

Kelas : Crustacea

Subkelas : Eumalacostraca

Ordo : Decapoda

Famili : Penaidae

Genus : Litopenaeus

Spesies : Litopnaeus vannamei

Lobster

Berdasarkan klasifikasi tradisional, lobster laut termasuk

ke dalam Subordo Macrura Bouvier, 1917 yang merupakan

satu dari empat subordo anggota Ordo Decapoda Latreille,

1802. Decapoda adalah salah satu anggota Kelas Crustacea,

Brünnich, 1772. Menurut Holthuis (1991) lobster merupakan

hewan anggota Subordo Reptantia yang terbagi ke dalam 10

familia yang dibedakan atas dasar karakter morfologinya dan

memiliki kedudukan dalam taksonomi sebagai berikut:

Filum : Arthropoda

Page 36: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Kelas : Crustacea

Ordo : Decapoda

Sub Ordo : Reptantia

Familia : Thaumastochelidae, Nephropidae, Polychelidae,

Glypheidae, Palinuridae, Synaxidae, Scyllaridae,

Thalassinidae, Upogebiidae, Callianassidae.

Jenis-jenis udang

Jenis udang ada bermacam-macam. Berdasarkan

tempat hidupnya, udang terdiri atas dua kelompok, yaitu

udang air tawar (Macrobrachium sp.) dan udang laut

(Penaeus sp.). Udang air tawar biasanya berukuran kecil-

kecil, sedangkan udang laut jauh lebih besar. Namun, cita

rasa keduanya sama-sama enak.

Berdasarkan ciri-ciri fisiknya, udang dibedakan

menjadi beberapa jenis. Jenis-jenis udang tersebut adalah

sebagai berikut:

1. Udang putih.

Udang putih memiliki nama udang jerbung, udang

peci, dan udang berat. Udang putih ada yang

Page 37: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

dibudidayakan di tambak, namun ada pula yang hidup di

laut, termasuk di antaranya udang rebon yang digunakan

sebagai bahan baku terasi. Udang rebon adalah udang

putih yang berukuran sangat kecil (+-1 cm) dan tidak

dapat tumbuh menjadi besar. Udang rebon hidup

berkelompok-kelompok dalam jumlah yang sangat banyak

dan muncul secara berkala pada bulan-bulan tertentu

(musim rebon).

2. Udang galah.

Udang galah berkulit biru kehijau-hijauan, namun

kadang kala ditemukan juga udang yang warna kulitnya

kemerah-merahan. Salah satu kakinya sangat panjang

(sehingga disebut udang galah). Udang galah hidup di air

tawar, meskipun ketika masih kecil (larva) hidup di air

payau. Udang jenis ini banyak dibudidayakan di kolam-

kolam rakyat. Nama lain dari udang galah adalah udang

sarong atau udang kali.

3. Udang windu.

Page 38: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Udang windu berwarna biru kehitam-hitaman,

dengan garis-garis putih tebal melintang pada bagian

kepala dan badan. Tubuh udang windu agak melengkung

(bongkok) dan relatif keras karena kulit tubuhnya banyak

mengandung kalsium dan khitin. Tubuh terdiri atas tiga

bagian, yaitu bagian kepala, badan (tiga ruas), dan ekor

(dua ruas). Benih udang windu berasal dari laut, yakni di

daerah muara sungai dan pantai. Selanjutnya, udang

windu dibudidayakan di tambak (air payau). Di antara

jenis udang yang berasal dari laut, udang windu paling

disukai. Di samping rasanya paling enak, ukurannya dapat

mencapai 34 cm.

4. Udang dogol.

Page 39: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Udang dogol berkulit tebal dan berbintik-bintik

kuning dengan ekor kebiru-biruan.

5. Udang belang.

Kulit udang belang berwarna merah jambu, tebal, dan

kasar.

6. Udang barong (lobster).

Udang barong dapat mencapai bobot 300 g/ekor.

Jenis udang ini berkulit kasar dan keras.ood). Dalam

bahasa Banjar disebut hundang.

Komposisi Kimia dan Senyawa Bioaktif Udang dan

Lobster

a. Udang

Page 40: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Semua macam jenis produk perairan memiliki

karakteristik dalam komposisi kimia. Dibawah ini

tabel komposisi kimia pada udang vannamei

(Litopenaeus vannamei).

Tabel 1. Komposisi kimia udang vannamei

Senyawa Jumlah (%)

Air 78,2

Abu 1,5

Lemak 0,8

Protein 18,1

Karbohidrat 1,4

Sumber : Hadiwiyoto (1993)

Udang termasuk rendah lemak dan kalori, tapi

tinggi kolesterol diantara seafood lainnya. Kandungan

gizi udang segar dalam 100 gram berat :

Senyawa Jumlah

Protein 21 g

Lemak 0,2 g

Karbohidrat 0,1 g

Kalsium 136 mg

Besi 8,0 mg

Sumber : Andryan (2007)

Komposisi kimia bahan makanan merupakan

hal penting yang dapat meningkatkan nilai kompetitif

penjualan jenis makanan di pasaran. Pada tabel di

Page 41: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

atas, komposisi kimia pada udang vannamei

(Litopenaeus vannamei) berupa air didapat sebesar

78,2%, abu sebesar 1,5%, lemak sebesar 0,8%,

protein sebesar 18,1%, dan karbohidrat sebesar

1,4%. Menurut Hirota (1990) diacu dalam Yoo TW

(2009), protein dalam daging udang mengandung

asam amino esensial cukup lengkap.

Produk perairan umumnya memiliki kandungan

asam lemak tak jenuh yang baik antar lain omega-3.

Omega-3 merupakan senyawa asam lemak tak

jenuh ganda yang diketahui mempunyai manfaat

bagi kesehatan, yaitu dapat menurunkan tekanan

darah bagi penderita hipertensi, menurunkan resiko

terkena kanker, memperbaiki kesehatan bagi

penderita diabetes dan secara khusus pada balita

adalah sebagai komponen pertumbuhan jaringan

otak serta meningkatkan kandungan omega-3 dalam

air susu ibu (ASI) (Cherian dan Sim, 1994).

b. Kepiting

Page 42: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Kepiting adalah binatang anggota krustasea

berkaki sepuluh dari upabangsa (infraordo)

Brachyura, yang dikenal mempunyai "ekor" yang

sangat pendek (bahasa Yunani: brachy = pendek, ura

= ekor), atau yang perutnya (abdomen) sama sekali

tersembunyi di bawah dada (thorax). Tubuh kepiting

dilindungi oleh kerangka luar yang sangat keras,

tersusun dari kitin, dan dipersenjatai dengan

sepasang capit. Ketam adalah nama lain bagi

kepiting.

Kepiting terdapat di semua samudra dunia. Ada

pula kepiting air tawar dan darat, khususnya di

wilayah-wilayah tropis. Rajungan adalah kepiting

yang hidup di perairan laut dan jarang naik ke pantai,

sedangkan yuyu adalah ketam penghuni perairan

tawar (sungai dan danau).

Klasifikasi ilmiahKerajaa

n:Animalia

Filum: ArthropodaUpafilu

m:Crustacea

Kelas: Malacostraca

Ordo: DecapodaUpaordo

:Pleocyemat

aInfraord Brachyura

Page 43: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

o: Linnaeus, 1758

Adapun Manfaat Kandungan Nutrisi Kepiting

1. Kandungan protein yang tinggi berfungsi vital bagi

tubuh sebagai pembentuk enzim, pembentukan sel

organ dan otot, pembentuk hormon, perbaikan sel

yang rusak, pengatur metabolisme, dan

pembentuk sistem kekebalan tubuh.

2. Kandungan vitamin B12 sangat baik untuk

menghasilkan energi dan pertumbuhan,

meningkatkan metabolisme asam amino dan asam

lemak, produksi sel darah merah, serta

meningkatkan kesehatan syaraf dan kulit.

3. Asam lemak omega-3 dalam kepiting berfungsi

menurunkan kadar kolesterol jahat dalam darah

sehingga mencegah penyakit kardiovaskular

(jantung), meningkatkan kekebalan tubuh,

meningkatkan fungsi sistem syaraf dan kesehatan

mata, dan meningkatkan kecerdasan otak bila

diberikan sejak dini.

4. Mineral selenium berperan sebagai antioksidan

untuk mencegah kerusakan sel dari radikal bebas

penyebab kanker dan penyakit jantung. Selenium

Page 44: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

diyakini berperan dalam mencegah kanker dan

pengrusakan kromosom, juga meningkatkan daya

tahan tubuh terhadap infeksi virus dan bakteri

serta mencegah peradangan. Mineral copper

berfungsi sebagai komponen enzim redox,

pembentukan selda rah merah, otot, syaraf, tulang

dan otak, serta mencegah penyakit tulang dan

syaraf.

5. Mineral zinc berfungsi untuk komponen pembentuk

enzim-enzim tubuh, sel darah merah, sistem

kekebalan tubuh, mencegah pembesaran prostat,

mencegah kerontokan rambut.

6. Kerang sangat cocok untuk menu diet yang tinggi

protein karena mengandung lemak jenuh yang

sangat rendah hanya 0,2 gram/ 100gram.

c. Lobster

Kandungan Gizi Lobster Air Laut, yaitu :

1.Omega-3 (fat) : Omega-3 yang merupakan

kombinasi dari EPA dan DHA sangat bermanfaat

sebagai antidepresan (penghilang rasa stress).

Lemak ini dikenal sangat baik bagi perkembangan

sel otak dan meningkatkan kemampuan otak.

Lemak ini sangat cocok diberikan pada saat fase

Page 45: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

pertumbuhan baik balita atau remaja. Dikenal

dapat menurunkan kadar kolesterol dan menceah

penyakit jantung, mengurangi risiko pembekuan

darah, dan mengurangi rasa nyeri saat datang

bulan.

2.Thiamin (Vitamin B1) : Vitamin ini berperan penting

dalam menjaga kesehatan kulit serta proses

metabolisme protein dan lemak.

3.Riboflavin (Vitamin B2) : Vitamin ini sangat

berperan dalam pembentukan sel darah merah,

glikogen, molekul steroid dan menyokong berbagai

pertumbuhan organ tubuh.

4.Niasin (Vitamin B3) : Vitamin ini bermanfaat

sebagai antioksidan. Vitamin ini membantu

meningkatkan kesehatan system pencernaan dan

mengurangi gangguan pada perut dan usus.

5.Vitamin B6 : Vitamin ini dikenal juga dengan istilah

Piridoksin yang sangat bermanfaat bagi

pertumbuhan tubuh. Vitamin ini memegang

peranan penting dalam proses sintesis lemak dan

produksi antibodi bagi pertahanan tubuh.

Page 46: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

6.Vitamin B12 : Vitamin ini sangat berperan dalam

kesehatan sel saraf. Berperan sangat penting

dalam pembuatan DNA dan RNA manusia.

7.Vitamin E : Vitamin E sangatlah berperan dalam

menjaga jaringan dalam tubuh manusia seperti

kulit, mata, sel darah merah, hingga hati.

8.Calcium : Mineral ini sangat berguna bagi

metabolisme tubuh, penghubung antar saraf, kerja

jantung, pergerakan otot, menjaga keseimbangan

cairan tubuh, mencegah osteoporosis,

menyeimbangkan tingkat keasaman darah,

mengatasi kencing manis (dengan mengaktifkan

pankreas), dan masih banyak lagi.

9.Zat besi (iron) : Zat ini dikenal sebagai mineral

utama pembentuk sel darah merah. Selain itu

mineral ini memiliki fungsi utama lain yaitu untuk

mengontrol transportasi oksigen dalam peredaran

darah kita. Mineral ini juga sangat membantu

dalam menjaga kekebalan tubuh.

10. Folate : Mineral ini berperan aktif dalam proses

pengolahan informasi dan daya ingat. Kekurangan

mineral ini dapat menyebabkan anemia

Page 47: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

(kekurangan darah). Mineral ini juga sangat

bermanfaat bagi kesehatan janin dalam rahim ibu.

11. Fosfor : Fungsi utama mineral ini adalah

pemberi energi dan kekuatan dalam proses

metabolisme lemak dan pati. Mineral ini sangat

penting dalam menjaga kesehatan gigi dan gusi,

serta sintesa DNA dan penyerapan kalsium bagi

tubuh.

12. Magnesium : Mineral ini dikenal sebagai

mineral anti stress. Mineral ini berpengaruh dalam

proses pembekuan darah, menurunkan tekanan

darah, membantu memelihara kekuatan tulang

dan membatasi efek dari radikal bebas.

13. Seng (zinc) : Mineral ini dikenal dekat oleh

kalangan pria karena mampu meningkatkan

produksi dan kualitas sperma pada pria. Mineral ini

juga mampu menghilangkan disfungsi seksual bagi

pria. Selain itu mineral ini berguna untuk

kesehatan kulit, menjaga level gula dalam darah

dan sangat penting bagi perkembangan anak.

Page 48: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Ternyata dari keduanya dapat disimpulkan bahwa pada

berat dan ukuran yang sama satu ekor Lobster Air Laut dan

satu Lobster Air Tawar memiliki perbedaan kandungan gizi

yang cukup terlihat, untuk Lobster Air Tawar memiliki

kandungan gizi yang lebih beragam dibandingkan dengan

Lobster Air Laut. Tetapi pada dasarnya kandungan protein

pada Lobster Air Laut tetap lebih besar. Hal ini dapat terjadi

karena kemungkinan adanya perbedaan kandungan mineral

dalam makanan yang dapat mereka temui berbeda. Dapat

sangat jelas terlihat bahwa kandungan mineral garam daerah

habitat masing masing memiliki perbedaan yang sangat jauh

sehingga makanan yang masing masing mereka temui

dapatlah sangat berbeda.

Page 49: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Produk-Produk Olahan Udang, Kepiting dan Lobster

1.Kitin dan Khitosan

Senyawa kitooligosakarida (oligomer kitosan)

yang berasal dari dari limbah senyawa berkitin

belakangan ini telah menarik perhatian industri karena

manfaatnya untuk pangan dan medis menunjukkan nilai

ekonomis yang cukup tinggi. Harga jual produk

kitooligosakarida di pasar internasional saat ini telah

mencapai US$ 60.000 per ton (Sandford, 2003). Hal ini

sangat pening untuk usaha peningkatan nilai tambah

Page 50: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

limbah berkitin khususnya untuk produksi senyawa

bioaktif oligomer kitosan yang dapat diaplikasi sebagai

pangan fungsional dan neutraceutical.

Beberapa penelitian melaporkan potensi anti kanker

senyawa kitooligosakarida yang berasal dari bahan

berkitin, antara lain : Yeon et al., (2004) melaporkan

bahwa heksa N-asetil chitoheksaose dan

chitoheksaose memiliki pengaruh menghambat

pertumbuhan sel tumor Meth A-solid. Semenuk et al

(2001) melaporkan aktivitas kitooligomer sebagai

antitumor. Pae (2001) melaporkan terjadinya induksi

granulositik pada sel promyelocytic leukimia (HL-60) oleh

water-soluble choitosan oligomer (WSCO). Shen (2002)

juga melaporkan kitosan larut air (WSC) secara signifikan

menghambat proliferasi sel kanker ASG. Aktivitas

oligomer kitosan sebagai senyawa bioaktif juga

dilaporkan oleh beberapa peneliti, antara lain : Rhoades &

Roller (2000), Shahidi et al., (1999), dan Meidina (2005)

melaporkan oligomer kitosan dapat berfungsi sebagai

anti bakteri. Goosen (1997), Dadone & Vilivalam (1998)

melaporkan oligomer kitosan berat molekul rendah

(8000-10.000 dalton) berperan aktif sebagai anti

kolesterol. Berdasarkan data-data tersebut maka

Page 51: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

senyawa-senyawa kitooligomer yang berasal dari limbah

berkitin merupakan senyawa kitooligosakarida yang

memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai material

anti kanker.

Limbah yang mengandung kitin (kepala udang,

cangkang, kepiting dan lain-lain) di Indonesia pada tahun

2002 dihasilkna sekitar 112.208 ton (Anonim b, 2004).

Limbah ini belum termanfaatkan secara baik dan berdaya

guna, bahkan sebagian besar merupakan buangan yang

turut mencemari lingkungan. Oleh karena itu, perlu

diproses menjadi bahan yang bermanfaat seperti kitin,

khitosan dan selulase yang bermanfaat bagi manusia.

Penelitian Purnamawati (1997) memberi informasi bahwa

kitosan dapat dijadikan sebagai sumber serat makanan.

Penambahan khitosan 10,50% dalam minuman sari buah

nenas dapat meningkatkan total serat minuman hingga

mencapai 23,75%. Hasil penelitian tersebut menunjukkan

kitosan berpotensi digunakan sebagai pangan fungsional.

Kitooligosakarida dapat diproduksi secara enzimatik

dari senyawa kitin dengan menggunakan enzim kitinase,

kitin deasetilase dan kitonase. Kitin deasetilase

memodifikasi kitin menjadi kitosan. Kitosenase

Page 52: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

menguraikan kitosan menjadi oligomer kitosan atau

kitooligomer.

2.Nuget Udang

3.Kerupuk udang

4.Terasi Udang

5.Petis Udang

Page 53: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

4. SOTONG, CUMI – CUMI DAN UBUR –

UBUR

Sotong

Klasifikasi dan Morfologi

Sotong merupakan komoditas perikanan yang

tersebar di sepanjang perairan pantai Indonesia. Sotong

memiliki ukuran yang pendek, sirip daging melingkari

seluruh badan, bagian belakang bundar dengan punggung

yang keras karena di dalam dagingnya terdapat kerangka

dari kapur yang bentuknya lonjong dan berwarna putih.

Sekitar mulut terdapat 8 tangan yang pendek dan 2 tangan

yang panjang. Tangan yang pendek dilingkari dengan alat

pengisap sepanjang tangan sedangkan tangan yang

Page 54: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

panjang hanya terdapat pada ujungnya. Warna bervariasi

tetapi umumnya coklat atau kuning kecoklatan tergantung

dari warna dasar perairan. Sepia recurvirostra dewasa

mencapai ukuran maksimum mantel 17 cm dan berat 0,4

kg. Spesies ini merupakan jenis sotong ekonomis penting

terutama di Hongkong (Jereb dan Roper 2005).

Klasifikasi sotong menurut Jereb dan Roper (2005)

sebagai berikut:

Kerajaan : Animalia

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

Superordo : Decapodiformes

Ordo : Sepiida

Famili : Sepiidae

Genus : Sepia

Spesies : Sepia recurvirostra Steenstrup, 1875

Cumi - Cumi

Klasifikasi dan Morfologi

Page 55: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Cumi-cumi (Loligo sp.) termasuk organisme pelagik,

tetapi kadang-kadang digolongkan demersal karena sering

terdapat di dasar perairan, pergerakan yang dilakukannya

diurnal yaitu pada siang hari akan berkelompok dekat

dasar perairan dan malam hari akan menyebar pada kolom

perairan. Cumi-cumi termasuk karnivora dan bersifat

fototaksis positif tertarik terhadap cahaya. Cumi-cumi

adalah binatang yang termasuk golongan Mollusca atau

bertubuh lunak, kelas Cephalopoda yang menggunakan

kepala untuk bergerak, kepala dikelilingi 8 atau 10

tentakel, dalam mulut terdapat bentuk seperti paruh

burung yang kuat dan terdapat gigi kecil yang runcing dan

tajam pada lidahnya (Johnson et al., 1977)

Klasifikasi cumi-cumi sebagai berikut : (Hegner dan

Engemann, 1968)

Filum : Mollusca

Kelas : Cephalopoda

Subkelas : Coleoidea

Ordo : Decapoda

Subordo : Teuthoidea

Famili : Loliginidae

Page 56: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Genus : Loligo

Spesies : Loligo sp.

Komposisi Kimia dan Senyawa Bioaktif

1. Sontong

Komposisi kimia ikan bervariasi tergantung dari

spesies, jenis kelamin, umur, musim penangkapan,

kondisi ikan, dan habitat (Zaitsev et al. 1969).

Komposisi kimia sotong (Sepia pharaonis) per 100 gram

daging basis basah dapat dilihat pada Tabel 1.

Penggolongan ikan berdasarkan kandungan protein dan

lemaknya terdiri atas 4 tipe (Tabel 2). Sotong termasuk

golongan berprotein dan lemak rendah karena sotong

memiliki kandungan protein 11,90–14,90% dan lemak

0,47–0,52%.

Senyawa flavonoid adalah senyawa polifenol yang

mempunyai 15 atom karbon, terdiri dari dua cincin

benzena yang dihubungkan menjadi satu oleh rantai

Page 57: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

linier yang terdiri dari tiga atom karbon. Kerangka ini

dapat ditulis sebagai sistem C6-C3-C6 (Manitto 1981).

Flavonoid terdiri atas beberapa kelas antara lain

antosianin, flavonol, flavon, glikoflavon, biflavonil,

flavanon, kalkon dan auron, serta isoflavon (Harborne

1987).

Senyawa flavonoid dapat mencegah penyakit

kardivaskuler dengan cara menurunkan laju oksidasi

lemak. Beberapa penelitian menunjukan bahwa

flavonoid dapat menurunkan hiperlipidemia pada

manusia. Proses penghambatan oksidasi LDL pada

kasus penyakit jantung oleh flavonoid dapat mencegah

pembentukan sel-sel busa dan kerusakan lipid (Astawan

dan Kasih 2008). Flavonoid juga memiliki fungsi

sebagai antibakteri, anti-inflamasi, antitumor,

antialergi, dan mencegah osteoporosis.

Triterpenoid adalah senyawa yang kerangka

karbonnya berasal dari enam satuan isoprena dan

secara biosintesis diturunkan dari hidrokarbon C30

asiklik, yaitu skualena. Triterpenoid dapat dibedakan

menjadi empat golongan senyawa yaitu triterpena

sebenarnya, steroid, saponin, dan glikosida jantung.

Triterpenoid berupa senyawa tanpa warna, berbentuk

Page 58: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

kristal, mempunyai titik leleh tinggi dan optik aktif

(Harborne 1987). Beberapa triterpena dikenal dengan

rasanya, terutama rasa pahit (Sirait 2007). Steroid

merupakan golongan dari senyawa triterpenoid. Steroid

merupakan golongan triterpena yang tersusun atas

sistem cincin cyclopetana perhydrophenanthrene.

Steroid pada mulanya dipertimbangkan hanya sebagai

komponen pada substansi hewan saja (sebagai hormon

seks, hormon adrenal, dan asam empedu), akan tetapi

akhir-akhir ini steroid juga ditemukan pada jaringan

tumbuhan (Harborne 1987). Prekursor pembentukan

steroid adalah kolesterol atau fitosterol. Menurut Bose

et al. (1997), profil steroid yang terdapat pada Achatina

fulica yang merupakan salah satu jenis gastropoda,

meliputi progesterone, 17-β-estradiol, testosterone, 4-

androstene-dione dan cortisol. Steroid juga diduga

memiliki efek peningkat stamina tubuh (aprodisiaka)

dan anti-inflamasi.

Saponin merupakan senyawa aktif yang bersifat

seperti sabun, dapat dideteksi berdasarkan

kemampuannya membentuk busa dan menghemolisis

sel darah (Harborne 1987). Beberapa jenis saponin

dapat digunakan sebagai obat karena berkhasiat

Page 59: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

sebagai stimulant, flavor, diaphoretic, dan emulsion

stabilizer. Ada dua jenis saponin, yaitu glikosida

triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid

tertentu yang mempunyai rantai samping spiroketal.

Kedua jenis ini larut dalam air dan etanol tetapi tidak

larut dalam eter. Aglikonnya yang disebut sapogenin

diperoleh dengan hidrolisis dalam suasana asam atau

hidrolisis memakai enzim, dan tanpa bagian gula ciri

kelarutannya sama dengan ciri sterol lain (Robinson

1995). Saponin dapat dimanfaatkan sebagai prekursor

hormon steroid (Sirait, 1997). Saponin juga

memberikan rasa pahit pada bahan pangan nabati.

Flavonoid merupakan golongan fenol terbesar,

selain itu juga terdapat fenol monosiklik sedarhana,

fenilpropanoid, dan kuinon fenolik. Peranan beberapa

golongan senyawa fenol sudah diketahui (misalnya

lignin sebagai bahan pembangun dinding sel,

antosianin sebagai pigmen bunga), sedangkan peranan

senyawa yang termasuk golongan lain masih

merupakan hasil dugaan sementara (Harborne 1987).

Kuinon adalah senyawa berwarna dan memiliki

kromatofor dasar. Kuinon dapat dibedakan menjadi

empat kelompok yaitu benzokuinon, naftokuinon,

Page 60: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

antrakuinon, dan kuinon isoprenoid. Senyawa kuinon

yang terdapat sebagai glikosida mungkin larut sedikit

dalam air, tetapi umumnya kuinon lebih mudah larut

dalam lemak dan akan terekstraksi dalam tumbuhan

bersama-sama dengan karotenoid dan klorofil. Reaksi

yang khas adalah reduksi bolak-balik yang mengubah

kuinon menjadi senyawa tanpa warna, kemudian warna

kembali lagi bila terjadi oksidasi oleh udara. Reduksi

dapat dilakukan menggunakan natrium borohidrida

(Harbone 1987).

2. Cumi – cumi

Cumi-cumi mengandung sekitar 80% protein

miofibril, 12-20% protein mioplasma dan 2-3% protein

miostroma. Tingginya kandungan protein miofibril pada

cumi-cumi memungkinkan untuk membekukan produk

sehingga memudahkan dalam proses diversifikasi

produk cumi-cumi. Hal ini disebabkan jaringannya tidak

rusak dalam keadaan beku. Selain kaya akan protein,

cumi-cumi juga kaya akan kandungan vitamin. Vitamin

yang terdapat pada cumi-cumi berdasarkan

kelarutannya terbagi menjadi vitamin larut air dan

vitamin larut lemak. Vitamin larut air yang terkandung

pada cumi-cumi adalah vitamin B1, B2, B6 dan vitamin

Page 61: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

C. Vitamin larut lemak yang terkandung pada cumi-

cumi adalah vitamin A, D, E dan K (Okuzumi dan Fujii,

2000).

3. Ubur – Ubur

Indonesia memiliki potensi perikanan yang sangat

baik dalam menyokong kebutuhan gizi masyarakat.

Salah satu biota perairan yang bernilai ekonomis tetapi

belum banyak dimanfaatkan di Indonesia adalah ubur-

ubur (Aurelia aurita). Ubur-ubur diduga memiliki

Page 62: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

kandungan nilai gizi yang cukup tinggi, meliputi protein,

asam amino, asam lemak, vitamin, dan mineral.

Ubur-ubur yang terdapat di beberapa lokasi

penangkapan ikan di Indonesia masih menjadi

komoditas by catch sehingga diperlukan adanya

penelitian lebih lanjut agar dapat menjadi bahan

pangan bermanfaat. Salah satu kandungan gizi yang

khas pada ubur-ubur adalah asam lemak tidak jenuh.

Asam lemak merupakan komponen rantai panjang

hidrokarbon yang menyusun lipid. Asam lemak memiliki

fungsi yang penting bagi tubuh manusia, antara lain

linolenat (omega-3), linoleat (omega-6), dan oleat

(omega-9) yang bermanfaat untuk menjaga bagian-

bagian struktural dari membran sel, serta mempunyai

peranan penting dalam perkembangan otak.

Asam lemak omega-3 dapat mencegah

aterosklerosis, kanker, diabetes dan memperkuat

sistem kekebalan tubuh. Menurut tingkat

kejenuhannya, asam lemak dapat dibedakan menjadi

asam lemak jenuh (saturated fatty acid/ SAFA) dan

asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid). Asam

lemak jenuh memiliki titik cair lebih tinggi daripada

asam lemak tak jenuh, sehingga sifat ini digunakan

Page 63: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

sebagai dasar untuk menentukan sifat fisik lemak dan

minyak.

Dari suatu penelitian disebutkan bahwa daging

ubur-ubur ternyata mengandung beberapa jenis asam

lemak, yang sebagiannya terdapat dalam jumlah tinggi.

Komposisi kandungan asam lemak ubur-ubur, antara

lain asam laurat, miristat, palmitat dan stearat (asam

lemak jenuh), asam palmitoleat dan oleat (asam lemak

tak jenuh tunggal), serta linoleat, linolenat, arakhidonat

dan EPA (asam lemak tak jenuh majemuk).

Oleh karena itu, ubur-ubur sangat bermanfaat

sekali untuk meningkatkan kesehatan tubuh. Dengan

kandungan lemaknya yang tidak terlalu tinggi ubur-

ubur sangat berpotensi dimanfaatkan sabagai bahan

baku fungsional atau makanan konsumsi yang sehat.

Hasil Pengolahan

1. Sotong dan Cumi – Cumi

Page 64: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

2. Cumi – Cumi

3. Ubur – Ubur

Page 65: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

5. Bekicot

Klasifikasi dan Morfologi Bekicot

Kingdom : Animalia

Phylum : Mollusca

Class : Schapopoda

Genus : dentalium

Spesies : dentalium

Bagian tubuh bekicot dan fungsinya, Cangkang

berbentuk taring atau terompet sehingga di kenal dengan

kerang terompet.Kedua ujungnya terbuka , dan panjang

cangkang sekitar 3-6 cm.Tubuh dilengkapi dengan tentakel

kecil yang di kenal dengan nama kaptakuala.

Bekicot merupakan sumber gizi hewani yang cukup

tinggi.Creswell dan Kopiang (1981) merinci komposisi kimia

Page 66: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

bekicot, ternyata dagingnya memang kaya protein.

Cangkang bekicot kaya kalsium, dan dalam daging

tersebut masih terdapat banyak asam-asam amino.

Sementara itu sumber data lain menunjukkan, protein yang

terkandung sekitar 12 gram per 100 gram dagingnya.

Kandungan lain adalah lemak 1%, hidrat arang 2%, kalsium

237 mg, fospor 78 mg, Fe 1,7 mg serta vitamin B komplek

terutama vitamin B2.

Selain itu kandungan asam amino daging bekicot

cukup menonjol. Dalam 100 gr daging bekicot kering

antara lain terdiri atas leusin 4,62 gr, lisin 4,35 gr, arginin

4,88 gr, asam aspartat 5,98 gr, dan asam glutamat 8,16

gr.

Ciri-ciri dari bekicot ini yaitu hidup di laut,

Cangkang berbentuk taring atau terompet sehingga di

kenal dengan kerang terompet.

Kedua ujungnya terbuka , dan panjang cangkang sekitar 3-

6 cm.

Tubuh dilengkapi dengan tentakel kecil yang di kenal

dengan nama kaptakuala.

Hasil Pengolahan dari Bekicot

Page 67: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

6. IKAN AIR LAUT

   Banyak  manusia  mulai  sadar  bahwa  ada  hubungan 

antara  makanan  dan  kesehatan.  Manusia  telah  mengetahui 

bahwa  ikan  merupakan  hewan  yang mempunyai nutrisi  tinggi 

dan  dikenal  sebagai  sumber  protein,  lemak  dengan  omega-3 

yang  bermanfaat  untuk  menurunkan  resiko  cardiovascular 

disease  (CvD),  mineral,  dll  (Kadam  and  Prabhasankar,  2010). 

Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa 

konsumsi ikan dapat melindungi manusia dari penyakit yang 

disebabkan  karena  perubahan  gaya  hidup  di  banyak  negara 

industri di dunia (Larsen et al., 2011).  

  Ikan  diketahui  sangat  bermanfaat  bagi  ibu-ibu  hamil, 

bayi  dalam  kandungan  dan  bayi.  Makan  ikan  2-3  kali  dalam 

seminggu  dapat  menjaga  kesehatan  anak-anak  dan  wanita 

serta  keluarga  secara  keseluruhan.  Ikan  memberi  kontribusi 

terhadap  180  kcal  per  orang  per  hari  bagi  energi  dalam 

makanan (Venugopal, 2010).  Berbagai  penelitian 

Page 68: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

menunjukkan  bahwa  dengan  mengkonsumsi  ikan 

bermanfaat  bagi  kesehatan  dan  penurunan  resiko 

penyakit  jantung  koroner,  diabetes,  kesehatan  anak,  ibu 

hamil,  artritis,  kanker,  dll  (Larsen  et  al., 

2011; Patel et al., 2009; Rosell et al., 2009, Szymanski et al., 

2010).

Konsumsi  ikan  1  – 2 kali perminggu, khususnya  ikan

yang  mengandung  EPA  dan  DHA  yang  tinggi  dapat 

EPIC) menunjukkan bahwa orang-orang Inggris yang mengkon

sumsi ikan  berdaging  putih  dan  oily  fish dapat 

mereduksi resiko penyakit diabetes (Patel et al., 2009). 

Peningkatan  konsumsi  EPA  dan  DHA  juga  dapat 

mereduksi  dan  mencegah  beberapa  penyakit  antara  lain 

arthritis,  inflamasi,  kanker,  dan  kondisi  psikologis  (Larsen 

et  al., 2011).  mereduksi  resiko  penyakit  jantung  hingga 

36  %  (de  Liris  et  al.,  2009).  Data  dari  European 

Prospective  Investigation  of 

Cancer (Cancer (EPIC) menunjukkan bahwa orang-

orang Inggris yang  mengkonsumsi  ikan  berdaging  putih 

dan  oily  fish dapat 

mereduksi resiko penyakit diabetes (Patel et al., 2009).  

Peningkatan  konsumsi  EPA  dan  DHA  juga  dapat

mereduksi  dan  mencegah  beberapa  penyakit  antara  lain 

Page 69: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

arthritis,  inflamasi,  kanker,  dan  kondisi  psikologis  (Larsen 

et al., 2011).  

Senyawa Fungsioal dari Ikan Laut

Ikan mengandung Berbagai senyawa yang

bermanfaat bagi kesehatan antara lain protein, lemak

dengan omega 3, vitamin, mineral, taurine dsb. Protein

yang mengandung asam amino mempunyai daya cerna

yang tinggi dan berkualitas tinggi, peptida dari organ

pencernaan ikan bermanfaat bagi kesehatan, demikian

juga vitamin dan mineral (Larsen et al., 2011). Sumber,

mekanisme serta aktivitas senyawa‐senyawa tersebut akan

dijelaskan pada bagian dibawah ini.

Page 70: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Asam Lemak Omega-3 3 (ω-3(PUFA))

Ikan dikenal sebagai penghasil asam lemak ω-3

(Tabel 2.). Asam lemak ω-3 terutama EPA dan DHA banyak

ditemukan pada ikan yang berlemak antara lain ikan

herring, makerel, sardin dan salmon (Gunstone 1996 dalam

Sijtsma, 2004).), daging ikan-ikan tersebut biasanya

mengandung lemak yang tinggi. Komposisi asam lemak

dari ikan, organisme laut pada umumnya rendah Saturated

Fatty Acid (SFA). SFA mempunyai hubungan yang erat

dengan timbulnya penyakit CvD. Senyawa yang

bermanfaat bagi kesehatan adalah n-3-PUFA, khususnya

EPA dan DHA.

Page 71: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Sumber terbesar asam lemak ω-3/n‐3‐PUFA

ditemukan di ikan laut daripada hewan lainnya, selain ikan,

tiram juga merupakan sumber ω‐3. Ikan air tawar

diketahui hanya sedikit mengandung ω‐3. Jumlah asam

lemak di ikan berkisar antara 8 hingga 12% EPA dan 10

hingga 20% DHA (Badolato et al., 1994). Sementara ikan

yang hidup di perairan Inggris (perairan sub tropis) lebih

kaya akan kandungan PUFA dibandingkan dengan perairan

iklim tropis, seperti Brasil (Wang et al., 1990 in Soccol and

Oetterer, 2003).

Selain terkandung dalam ikan, asam lemak ω‐3 (EPA

dan DHA) juga terkandung pada beberapa minyak ikan

(Tabel 3.). Cara kerja asam lemak ω‐3 pada tubuh manusia

adalah sebagai berikut. Dalam tubuh manusia, asam lemak

ω-3 dapat dikonversi menjadi jenis asam lemak ω‐3 lainnya,

tetapi asam lemak ω‐3 tidak dapat dikonversi menjadi

asam lemak ω-6 dan sebaliknya. Akan tetapi keberadaan

sama lemak ω‐3 pada organisme berpengaruh terhadap

konsentrasi asam lemak ω‐6 dan sebaliknya. Sebagai

contoh, asam arakidonat, yang merupakan derivat dari

asam

Linoleat ω-6, ditemukan pada jaringan lemak, dan

konsentrasinya menurun seiring dengan dengan konsumsi

Page 72: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

EPA (20C:5 ω-3). Sama halnya, kemampuan manusia

untuk mensintesis DHA (22C:6 ω‐3) dapat dihambat oleh

tingginya asam linoleat ω‐6 (Soccol and Oetterer, 2003).

Sintesis asam lemak secara organik dilakukan di dalam sel

khususnya di extra-mitokondria oleh sejumlah enzim

komplek yang dipicu oleh acetyl-coenzyme‐A (Belda and

Pourchet-Campos, 1991). Keseimbangan rasio antara ω‐6

dan ω‐3 diperlukan agar terjadi keseimbangan fisiologi

pada manusia.

Asam lemak ω‐3 (n-3 LC PUFA) dikenal dapat

mencegah timbulnya penyakit Cardiovascular (CvD).

Mekanisme n-3 LC PUFA untuk mencegah CvD adalah

sebagai berikut n-3 LC PUFA mereduksi jumlah triglyceride

dengan cara memperendah hepatic triglyceride synthesis

dan menurunkan triglyceride-rich very low-density

lipoproteins (VLDLs) di dalam darah. Tingginya kadar

triglyceride dalam plasma darah menandakan resiko akan

penyakit jantung. Hipertensi merupakan efek lain dari

penyakit jantung, tingginya n-3 LC PUFA dapat mengurangi

tekanan darah tinggi, sehingga dapat menyebabkan

fluiditas membran dan keseimbangan prostanoids yang

mengontrol kondisi arteri kecil yang sempit dan arterioles

(Jacobsen, 2004).

Page 73: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Efek lain dari konsumsi asam lemak ω‐3, EPA and

DHA, adalah sifat inflammatory dan yang menghambat

produksi mediator seperti prostaglandin E2 dan leukotrine

B4 dari leukosit dan aktivasi makrofage. Karena sifat ini, n-

3 LC PUFA dapat membantu mencegah atau mereduksi

gejala rheumatoid arthritis dan Crohn's disease (Jacobsen,

2004).

n-3 LC PUFA dalam minyak ikan mempunyai

berbagai fungsi yang baik bagi kesehatan. Fungsi-fungsi

tersebut antara lain mereduksi jumlah serum lemak dan

menkonversinya ke dalam senyawa eicosanoids, yang

berdampak langsung pada fisiologi and sistem vascular

(Murphy, 1990), sistem kekebalan tubuh dan efek anti-

inflamasi, khususnya pada penyakit asma, rematik dan

penyakit autoimmune (Pigott and Tucker, 1987; Horrocks

and Yeo, 1999; Simopoulos, 2002; Shapiro, 2003). Hasil

penelitian Singer et al. (1985), menunjukkan bahwa EPA

dan/DHA dari ikan makerel efektif untuk mereduksi

tekanan darah pada pasien di Jerman timur (Soccol and

Oetterer, 2003). Selain itu, asam linoleat ω-6 dapat

mereduksi tumbuhnya tumor dalam hubungannya sebagai

antioksidan (Soccol and Oetterer, 2003).

Page 74: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Selain bermanfaat untuk menjaga kesehatan jatung,

n-3 LC PUFA sangat penting bagi otak, retina and jaringan

syaraf. Oleh karena itu otak and retina tergantung dari

DHA suplai. DHA penting bagi pengembangan sistem

syaraf bayi pada trimester ketiga pada saat wanita hamil,

dan juga pada saat bayi dan anak‐anak. Oleh karena itu,

wanita hamil disarankan untuk meningkatkan asupan DHA

dan susu formula yang mengandung DHA dalam jumlah

yang mencukupi (Jacobsen, 2004).

Protein dan Peptida dari Ikan Laut

Ikan merupakan hewan laut yang kaya akan protein.

Menurut Venugopal (2010), menyatakan bahwa jumlah

kandungan protein pada daging ikan mencapai 17-22%,

dengan rata‐rata 19%, sementara tuna yang dimasak

mengandung protein sebesar 30%. Fungsi protein tersebut

antara lain digunakan sebagai pembangun struktur utama

dalam sel, enzim dalam membran, hormon dan alat

pembawa. Dilihat dari sisi nutrisi, protein merupakan

sumber energi dan asam amino, yang penting untuk

pertumbuhan dan perbaikan sel.

Selama ini ikan dikenal sebagai sumber protein

yang murah. Protein dari ikan merupakan sumber yang

Page 75: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

bagus dari sisi fungsional dan nutrisi untuk memenuhi

kebutuhan nutrisi manusia. Sifat fungsional protein

didefinisikan sebagai karakteristik fisiko-kimia dan

perhitungan perubahan dalam sistem makanan selama

persiapan, proses, penyimpanan, dan konsumsi

(Venugopal, 2010).

Selain sebagai sumber protein, ikan merupakan

sumber bioaktif peptida. Senyawa bioaktif peptida banyak

ditemukan pada daging ikan dari berbagai macam spesies

(Kadam and Prabhasankar, 2010). Venugopal (2010),

menambahkan bahwa limbah pengolahan ikan dan ikan

ekonomis rendah merupakan sumber terbaik senyawa

bioaktif peptida. Sumber terbaik peptida pada ikan laut

terdapat pada ikan sardin (Sardina pilchardus) yang

mengandung fraksi lipipeptic dan peptidic. Selain itu

protein hydrolyzate dari ikan sardin masak yang diproduksi

dengan enzim proteinase dan alkalase.

Page 76: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)
Page 77: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Manusia membutuhkan protein dari jaringan protein

sebagai sumber nitrogen. Dalam setiap hari kita

membutuhkan asupan 0,8 g/kg berat badan dalam setiap

hari. Sedangkan, seorang atlet membutuhkan asupan

prtein 2 g/kg setiap berat badan. Sementara seorang

wanita pada umur 19 –70 tahun membutuhkan 46 g protein

dalam setiap hari (Venugopal, 2010).

Selama proses pencernaan protein, banyak peptida

yang diproduksi. Peptide berfungsi sebagai pembawa

pesan biologi, menstimulasi respon fisiologi. Peptida

didapatkan dari protein makanan yang berfungsi untuk

Page 78: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

menjaga kesehatan dan mencegah terjadinya penyakit

jantung, syaraf, sistem kekebalan dan nutrisi disamping

sebagai sumber energi dan asam amino (Venugopal,

2010). Menurut Larsen et al. 2011, sulit mengenali

bioaktif yang berasal dari protein dan peptida, karena

banyak peptida yang melekat dan mengenkripsi protein

dan diedarkan dan diserap selama proses pengolahan dan

pencernaan makanan.

Senyawa protein pada organisme lautan terdiri dari

rangkaian bioaktif peptida, yang dapat menunjukkan efek

fisiologi dalam tubuh. Beberapa diantaranya diidentifikasi

bermanfaat bagi kesehatan manusia dan dapat digunakan

untuk mengurangi kemungkinan timbulnya penyakit

jantung (Ngo et al., 2011).

Peptida bioaktif biasanya terdiri dari 3‐20 asam

amino, dan aktivitas bioaktif peptida tersebut tergantung

dari komposisi asam amino dan susunannya (Pihlanto-

Leppala, 2001). Peptida dari organisme laut terdiri dari

enzim terhidrolisa protein laut serta mempunyai beberapa

fungsi fisiologis antara lain sebagai antioksidan (Kim et al.,

2007), anti koagulan (Rajapakse et al., 2005) anti-

hipertensi (Yokoyama, et al., 1992), dan anti-bakteri (Liu et

al., 2008).

Page 79: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Biopeptida laut yang berfungsi sebagai antioksidan

mempunyai potensi yang besar sebagai nutraeutical dan

pangan fungsional.

Vitamin dan Mineral

Hewan laut banyak mengandung vitamin dan

mineral. Organisme lautan banyak mengandung vitamin A

dan D. Selain banyak mengandung vitamin, organisme

lautan juga kaya akan mineral. Mineral penting lebih

banyak terdapat pada dari hewan laut bila dibandingkan

dari organisme darat. Selain itu limbah hasil perikanan

merupakan sumber mineral yang bagus karena kandungan

mineral yang tinggi (Venugopal, 2010).

1. Vitamin

a) Vitamin A

Minyak ikan dari laut kaya akan vitamin A,D,

dan E. Vitamin A banyak terdapat pada hati minyak

ikan. Sementara hati ikan Halibut dan Cod kaya akan

vitamin A dan D. Ikan sardine mengandung 4500 IU

vitamin A and up to 500 IU vitamin D tiap 100 g

daging. Dengan rata‐rata 125 μg/g ikan. Vitamin A

banyak ditemukan dispesies ikan kecil (Venugopal,

2010).

b) Vitamin D

Page 80: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Salah satu sumber vitamin D dari organisme

perairan adalah ikan salmon. Ikan salmon terdiri dari

25 % protein dan 12% lemak. 3,5 oz daging

mengandung 90% kebutuhan vitamin D. Selain itu

ikan herring, mackerel, dan trout merupakan sumber

vitamin D (Venugopal, 2010). Kekurangan akan

vitamin D berdampak pada ostephotosis, kelemahan

jaringan, dan penurunan sistem kekebalan tubuh.

Diet vitamin D dapat mencegah penyakit kanker

usus. Selain itu, vitamin D juga dapat mengurangi

resiko kanker pankreas dan kanker usus (Venugopal,

2010). Vitamin D juga bagus untuk mengurangi

resiko penyakit jantung (Larsen et al., 2011).

2. Mineral

Mineral merupakan senyawa organik yang

tersimpan dalam makanan. Mineral dibagi menjadi

beberapa senyawa antara lain mayor mineral dan trace

elemen. Mayor mineral dalam tubuh manusia tersedia

lebih dari 5 g termasuk diantaranya adalah Ca, F, K, S,

Na, Cl, dan Mg. Dan banyak lagi trace mineral yang

ada lama tubuh manusia. Jumlah mineral yang ada

pada ikan seperti K, Ca, Mg dan P dan mikromineral

seperti Se, F, I, Co, dan Mn secara keseluruhan

Page 81: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

mencapai 0.6–1.5% dari berat basah. Fe, Zn dan Se

merupakan trace mineral yang kaya di ikan (Venugopal,

2010).

Kerang umumnya kaya akan mineral dua kali

lebih banyak dibandingkan dengan ikan pada

umumnya. Kerang kaya akan Zn, Fe, dan Cu.

Sedangkan udang banyak mengandung Ca daripada

ikan dan daging. Sementara ikan segar banyak

mengandung Na. Na pada produk olahan dan produk

ikan (beku, kaleng, asap, dan asin) pada umumnya

tinggi berkisar antara 300 hingga 900 mg/100 g

(Venugopal, 2010).

Selenium dan Yodium

Pada umumnya beberapa mineral terkandung

dalam jumlah yang besar di organisme laut dan ikan

daripada hewan darat. Selenium dan yodium lebih banyak

terkandung dalam ikan dibandingkan dengan hewan darat

(Larsen et al., 2011). Ikan umumnya tuna kaya akan

selenium. Tetapi pada umunya Selenium banyak terdapat

pada produk kekerangan dari pada ikan. Sementara ikan

laut dan kekerangan kaya akan yodium. Oysters kaya

akan yodium diikuti dengan remis, lobster, udang, udang

karang, dan ikan laut (Venugopal, 2010).

Page 82: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Konsumsi selenium dapat menghambat tumbuhnya

kanker. Laporan American Institute of Cancer Research

(AICR) menyatakan bahwa selenium dapat mencegah

kanker kulit, dan kanker paru‐paru. Keberadaan selenium

dalam tubuh berdampak pada penyakit jantung dan syaraf

(Larsen et al., 2011).

Konsumsi yodium yang dianjurkan untuk orang

dewasa adalah 150 μg/hari. Selama hamil ditambahkan

sebanyak 25 μg/hari dan menyusui 50 μg/hari anjuran

konsumsi yodium dianjurkan. Kekurangan yodium dapat

menyebabkan fenomena kerusakan otak dan penurunan

mental (Venugopal, 2010).

Kalsium

Ikan dikenal sebagai penghasil kalsium yang

penting bagi tubuh untuk fungsi fisiologis tubuh. Ikan laut

merupakan sumber kalsium, dengan variasi Antara 6‐120

mg/100 g tergantung dari spesies ikan. Kandungan Ca

mungkin lebih rendah 15 mg di mackerel, 15‐50 di ikan

mayung, haddok dan tiram dan 100 mg pada ikan salmon,

trout dan alaska pollack (Venugopal, 2010). Selain itu

tulang ikan juga bermanfaat sebagai sumber kalsium

(Kadam and Prabhasankar, 2010). Tulang ikan terdiri dari

senyawa kalsium dan fosfor yang seimbang. Ikan‐ikan

Page 83: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

kecil merupakan sumber kalsium yang bagus (Venugopal,

2010). Konsumsi ikan‐ikan tersebut dapat bermanfaat bagi

konsumen yang membutuhkan asupan kalsium.

Kalsium digunakan untuk membentuk dan menjaga

kekuatan tulang. Kekurangan kalsium dapat menyebabkan

penyakit mal nutrisi kalsium. Jika kalsium tidak tersedia

dalam makanan, maka tubuh akan menggunakan kalsium

dalam tulang (Venugopal, 2010).

Menurut Venugopal 2010, kandungan Ca dan P pada

tulang ikan Cod dan Alaska Pollack lebih besar bila

dibandingkan dengan kandungan Ca pada hewan darat.

Karatenoid

Senyawa fungsional lain yang terdapat pada ikan

dan organisme lautan adalah karotenoid. Karotenoid

merupakan kelompok senyawa fat‐soluble yang

menyediakan warna merah dan oranye pada tanaman,

alga, ikan dan cyanobacteria. Karotenoid di alam dibagi

Page 84: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

menjadi dua yaitu β-carotene and xanthophylls. Hewan

perairan kaya akan karotenoid, khususnya warna merah‐

orange, astaxanthin. Umumnya sumber utama karotenoid

pada ikan dan shellfish adalah didapat dari algae, yang

merupakan sumber makanannya serta konsumsi

fitoplankton. Karotenoid pada hewan perairan dtemukan

pada udang, kepiting, dan crayfish. Pada udang jumlah

terbesar karotenoid adalah Astaxanthin dan mono-and

diesters dan produk oksidasinya β‐carotene. Sementara

ikan salmon dan crustaceae mempunyai jumlah

astaxanthin and canthaxanthin yang signifikan (Venugopal,

2010). Astaxanthun banyak ditemukan pada beberapa

karotenoid yang terdapat pada red kelp crab, Taliepes

nuttulli, snow crab Chinocets opilio, hermit crab,

Paralithodes brevipes, dan blue crab (Sachindra et al.,

2005).

Fungsi karotenoid digunakan untuk antioksidan.

Diet karotenoid bermanfaat bagi pencegahan penyakit

diantaranya adalah penyakit kanker dan kerusakan mata.

Astasanthin bermanfaat untuk mengurangi penyakit

jantung, antikanker, mencegah katarak, untuk

meningkatkan sistem kekebalan. Astaxanthin digunakan

untuk mereduksi stres pada tikus. Efek ini dapat digunakan

Page 85: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

untuk menghambat stress sebagai akibat reaksi

peroksidasi pada tubuh manusia. Astasantin bersama-

sama dengan Catasantin digunakan sebagai sumber

pigmen pada kuning telur dan kulit kuning pada kulit bebek

(Venugopal, 2010).

Ngo et al.(2011), menambahkan bahwa karotenoid

bermanfaat untuk kesehatan dalam mencegah penyakit

pada manusia antara lain jantung, kanker dan penyakit

kronis. Menurut Kadam and Prabhasankar (2010),

astasantin sangat potensial sebagai antioksidan. Aktivitas

antioksidannya lebih tinggi dibandingkan dengan jenis

antioksidan yang lain antara lain vitamin E dan β-karoten.

Fungsi astasanthin antara lain sebagai respon kekebalan

tubuh, fungsi hati dan mata, tulang sendi, postat, dan

penyakit jantung.

Taurin

Ikan merupakan sumber taurin yang potensial.

Molekul taurin terdiri dari kelompok asam sulfonat,

daripada carboxylic acid moiety. Taurin merupakan asam

amino bebas yang banyak terdapat pada tulang, jaringan

jantung dan otak. Taurin banyak ditemukan di ikan jenis

Page 86: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

cod, mackerel, salmon hasil budidaya dan liar, tuna

albakor, ikan pari, hiu, whiting dan beberapa jenis

Ikan lainnya. Taurin banyak dimanfaatkan untuk

mereduksi tekanan darah, meningkatkan kesehatan

jantung, dan mereduksi kolesterol dalam darah (Kadam

and Prabhasankar, 2010).

Diet taurin dihubungkan dengan pencegahan

terhadap penyakit kardiovaskuler, diabetes, dan

Tekanan darah tinggi. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa taurin dapat mengurangi tingkat trigeliserida dalam

darah dan indek aterogenik (Larsen et al., 2011)

Aplikasi Dalam Pangan

Senyawa‐senyawa fungsional yang terdapat pada

ikan di atas telah banyak diaplikasikan dalam pangan, baik

makanan maupun minuman. Meningkatnya kesadaran

konsumen terhadap kesehatan, membuat mereka mulai

menkonsumsi pangan fungsional. Pangan fungsional

tersebut sebagian diantaranya memanfaatkan senyawa

fungsional dari ikan dan hewan laut lainnya.

n‐3 LC PUFA sangat bermanfaat bagi kesehatan

manusia. Keberadaannya dalam ikan dan minyak ikan

telah digunakan sebagai bahan pangan fungsional.

Misalnya minyak ikan dapat digunakan sebagai ingredient

Page 87: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

pangan fungsional karena memberikan efek untuk

mencegah timbulnya penyakit cardiovaskuler. Saat ini

minyak ikan yang mengandung n‐3 LC PUFA difortifikasikan

dalam berbagai produk antara lain margarin, produk susu,

sosis, daging and french onion dip, bread, mayonnaise,

salad, es krim, susu dan susu formula (de Roos, 2004;

Jacobsen, 2004).

Omega-3 juga dimanfaatkan dalam pembuatan telur

ayam yang kaya akan omega‐3, produk hewani kaya

omega‐3 antara lain susu lemak, dan telur bebek.

Pengkayaan tersebut dilakukan dengan cara

mencampurkan omega-3 pada pakan hewan dan tepung

ikan. Alternatif pengkayaan tersebut dapat digunakan

untuk menambah asupan omega-3 pada konsumen yang

tidak menyukai ikan laut (de Roos, 2004; Jacobsen, 2004).

Rasio konsumsi ω-3 dan ω‐6 adalah 0.2. Beberapa

senyawa fungsional ω-3 LC PUFA telah dimanfaatkan pada

beberapa produk pangan (Tabel 8 dan 9).

Page 88: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)
Page 89: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Selain ω‐3 PUFA, sifat fungsional protein dari ikan

telah banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk pangan

(Tabel 10.). Senyawa bioaktif peptida dari ikan juga

banyak dimanfaatkan dalam berbagai produk pangan.

Aktivitas antibakteri dari senyawa peptida telah banyak

dimanfaatkan untuk mengurangi bakteri pathogen pada

makanan dan meningkatkan shelf‐life produk pangan.

Selain itu, antibakteri dari peptida ikan digunakan untuk

mencegah tumbuhnya spora bakteri Clostridium botulinum

pada produk keju. Selain itu, peptida dari organisme

lautan tersebut digunakan pada daging yang dimasak

untuk menghambat Listeria monocytogenes (Venugopal,

2010).

Page 90: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Namun dalam penerapannya terdapat beberapa

hambatan pemanfaatan peptida dari ikan dan organisme

laut pada ikan yaitu rasanya yang pahit (Ngo et al., 2011).

Dalam penelitiannya Shahidi et al.(1995), telah melakukan

treatmen terhadap fish protein hydrolysate (FPH) dengan

karbon aktif untuk menghilangkan rasa pahit peptida.

Rasa pahit pada peptida disebabkan oleh formasi peptida

yang mempunyai berat molekul rendah yang terdiri dari 2–

23 asam amino dengan berat molekul antara 500–3000 Da,

yang dominan terdiri dari composed asam amino hidrofobik

(Venugopal, 2010).

Bioaktif peptida dari ikan berperan penting dalam

pengembangan rasa produk pangan yang kaya akan

protein. FPH telah diterapkan dalam produk pangan antara

lain kecap, keju, dan produk fermentasi atau produk olahan

daging. Peptida, Glu‐Asp‐Glu, Asp‐Glu‐Ser, and Ser‐Glu‐Glu

telah ditemukan dalam FPH yang mempunyai sifat seperti

asam glutamat (Venugopal, 2010).

Mineral yang terkandung pada ikan telah banyak

dimanfaatkan dalam produk pangan diantaranya Ca. Ca

banyak terkandung dalam tepung tulang ikan. Tepung

tulang ikan dapat dimanfaatkan untuk fortifikasi produk

surimi (Kadam and Prabashankar, 2010). Tepung tulang

Page 91: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

ikan yang mengandung Ca digunakan untuk suplement.

Selain itu juga digunakan dalam kue, beverages, susu, dan

sereal dalam bentuk kalsium karbonat (Venugopal, 2010).

DAFTAR PUSTAKA

Astawan M, Koswara S, Herdiani F. 2004. Pemanfaatan Rumput Laut (Eucheumacottonii) untuk Meningkatkan Kadar Iodium dan Serat Pangan pada Selai dan Dodol. Jurnal Teknologi dan Industri pangan. XV (1) : 61.

Astawan M dan Kasih AL. 2008. Khasiat Warna-Warni Makanan. Jakarta: PT Gramedia

Bose R, Majumdar C, Bhattacharya S. 1997. Steroids in Achatina fulica (Bowdich): steroid profile in haemolymph and in vitro release of steroids from endogenous precursors by ovotestis and albumen gland. Comp Biochem Physiol 116C(3):179-182.

Page 92: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Dharmananda S. 1998. Sea Cucumber; Food and Medicine. http://www.itmonline.org/arts/seacuke.htm

De‐Roos, N. M. 2004. The potential and limits of functional foods in preventing cardiovascular disease. In: Functional foods, cardiovascular disease and diabetes. Edited by: A. Arnoldi. 2004. CRC Press. Boca Raton. Pp. 1‐9

Dewi KH. 2008. Kajian ekstraksi steroid teripang pasir (Holothuria scabra J) sebagai sumber testosteron alami [disertasi]. Bogor. Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Fredalina BD, Ridzwan BH, Abidin AAZ., Kaswandi MA, Zaiton H, Zali I, Kittakoop P, dan Mat Jais AM., 1999. Fatty acid composition in local sea cucumber; Stichopus chloronatus, for woum healing. General Pharmacology 3;337-340.

Goal. L.J., 1978. Produk Alami Lautan, dari segi Kimiawi dan Biologi. Academic Press. Inc. Jakarta.

Guhardja E. 1981. Algae dalam Botani Umum. Departemen Botani, IPB.

Harborne JB. 1987. Metode Fitokimia: Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: Phytochemical Methods.

Hashimoto, Y., 1979. Marine toxins and other bioactive marine metabolites. Japan Scientific Societies Press, Tokyo.

Hegner, R.W. dan J.G. Engemann. 1968. Invertebrates Zoology. 2nd Ed. Mac

Milan Publishing Company. New York.

Horrocks, L. A. And Yeo, Y. K. 1999. Health Benefits of Docosahexaenoic Acid (DHA). Pharmacol. Res., 40, 211‐225.

Page 93: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Istini S, Zatnika A, Suhaimi, Anggadireja J. 1986. Manfaat dan Pengolahan Rumput Laut. Jurnal Penelitian. BPPT, Jakarta.

Ito K and Hori K. 1989. Seaweed : Chemical Composition and Potential Uses. Food Reviws International. 5 (10) : 101 – 144.

Januar HI, Wikanta T, Nursid M. 2004. Metode Uji Radikal Bebas 2,2 Difenil Pikril Hidrasil (DPPH) Dalam Eksplorasi Bioaktivitas Antioksidan dari Rumput Laut. Warta Penelitian Perikanan Indonesia. 10 (7) : 5 -9.

Jacobsen, C. 2004. Developing polyunsaturated fatty acids as functional ingredients. In: Functional foods, cardiovascular disease and diabetes. Edited by: A. Arnoldi. 2004. CRC Press. Boca Raton. Pp. 308 – 322.

Jereb P dan Roper CFE. 2005. Cephalopods of the world. FAO Species Catalogue for Fishery Purpose 4(1):114-115.

Johnson, W. H., E. Louis, Delaney, C. E. Williams, Thomas Cole A.. 1977. Principle of Zoology. Holt, Rinehart and Winston Inc. New York.

Jung, W-K, Shahidi, F., and Kim, Se‐Kwon. 2009. Calcium from Fish Bone and Other Marine Resources. In: Marine nutraceutical and Functional Foods Edited by: Barrow and Shahidi. CRC Press. Pp. 419‐430.

Kadam, S.U dan Prabhasankar, P. 2010. Marine food as functional ingredients in bakery and pasta products. Food Research International 43. Pp: 1975-1980.

Karnila R, Made A, dan Tutik W. 2011. Potensi Ekstrak, Hidrolisat dan Isolat Protein Teripang Pasir (Holothuria scabra J.) untuk Menurunkan Kadar Glukosa Darah dan Memperbaiki Profil Sel Beta Pankreas Tikus Diabetes Mellitus. Laporan Hasil Penelitian. Hibah Bersaing 2010. Universitas Riau.

Larsen, R, Eilersten, K.E., and Elvevoll, E.O. 2011. Health benefits of marine foods and ingredients. Biotechnology Advaces 29: pp: 508--‐518.

Page 94: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Martoyo J, Aji N dan Winanto Tj. 2004. Budidaya Teripang. Penebar Swadaya. Jakarta.

Murphy, M. G. (1990), Dietary fatty acids and membrane protein function. The journal of Nutrition Biochemical, 1, 68-79.

Ngo, D.H., Wijesekara, I., Vo, T.S., Ta, Q.V., Kim, S.K. 2011. Marine food‐derived functional ingredients as potential antioksidan in the food industry: an overview, Food Research International.

Okuzumi, M. dan Fujii T. 2000. Nutritional and Functional Properties of Squid and Cuttlefish. National Cooperative Association of Squid Processor. Tokyo.

Pigott, G. M. And Tucker, B. W. 1987. Science opens new horizons for marine lipids in human nutrition. Food Review International, 3, 105‐108.

Rai NK. 1996. Peranan Ikan dalam Pola Konsumsi Penduduk Indonesia. Makalah

pada Seminar Hari Pangan Sedunia XVI. Jakarta 9 Oktober 1996.

Ristanti. 2003. Pembuatan Tepung Rumput Laut (Eucheuma cottonii) Sebagai Sumber Iodium dan Dietary Fiber. Skripsi. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor, Indonesia.

Page 95: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Robinson T. 1995. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Padmawinata K, penerjemah. Bandung: Institut Teknologi Bandung. Terjemahan dari: The Organic Constituents of Higher Plants.

Sachindra, N. M., Bhaskar, N. & Mahendrakar, N. S. 2005. Karotenoids in crabs from marine and fresh waters of India. LWT‐ Food Science and Technology, 38, 221−225.

Scheur PJ. 1995. Marine Natural Products. Penerjemah ; Koesoemardiyah, IKIP Semarang Press, Semarang.

Shapiro, H. 2003. Could n-3 polyunsaturated fatty acids reduce pathological pain by direct actions on the nervous system?. Prostaglandins Leukot Essent fatty Acids, 68, 219‐224.

Sihombing ABH. 2003. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Pangan Dalam Ransum Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus Percobaan. Skripsi. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi. IPB, Bogor, Indonesia.

Simopoulos, A. P. 2002. Omega‐3 fatty acids in inflammation and autoimmune disease. The American Journal of Clinical Nutrition, 21, 495‐505.

Page 96: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)

Sirait M. 2007. Penuntun Fitokimia dalam Farmasi. Bandung: Institut Teknologi Bandung.

Soccol, M.C.H. and Oetterer, M. 2003. Seafood as Functional Foods. Brazilian Archives of Biology and Technology. An International Journal. 46:443-454.

Suryaningrum TD. 1988. Kajian sifat-sifat Mutu Komoditi Rumput Laut Budidaya Jenis Eucheuma cottonii dan Eucheuma spinosum. Tesis. IPB, Bogor, Indonesia.

Suwandi R, Iriani S, Bambang R dan Uju S. 2002. Rekayasa Proses Pengolahan dan Optimasi Produksi Hidrokoloid Semi Basah (Intermediate Moisture Food) Dari Rumput Laut. Laporan Akhir Penelitian Hibah Bersaing PT Tahun Anggaran 2001/2002. IPB. Bogor.

Thanonkaew A, Benjakul S, Visessanguan W. 2006. Chemical composition and Thermal property of cuttlefish (Sepia pharaonis) muscle. Journal of Food Composition and Analysis 19(2):127-133.

Wibowo S, Yunizar, Setiabudi E, Erlina MD dan Tazwir. 1997. Teknologi Penangan dan pengolahan Teripang (Holothuridea). IPPL Stipi, Jakarta.

Winarno FG.1990. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Sinar Pustaka Harapan. Jakarta.

Young, G. And Conquer, J. 2009. Omega‐3s and their impact on brain health. In: Marine nutraceutical and Functional Foods Edited by: Barrow and Shahidi. CRC Press. Pp. 63‐92.

Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Pusat Riset Pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan, Jakarta.

Page 97: Tugas Ke 2 Komponen Bioaktif Pada Sea Food (ISI)