tugas kba
-
Upload
rizky-dayu-utami -
Category
Documents
-
view
5 -
download
2
description
Transcript of tugas kba
Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki
peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya.
Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat
dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain
antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi.
Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan
mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi
terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa
metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah
satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman. Beberapa cara
mengekstraksi senyawa metabolit sekunder, yaitu:
1. Maserasi
Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan
atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak
mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang
dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani,
2014).
Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat
kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah
merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama
beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini
dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun
hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa
campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat
“tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut
organik).
Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.
Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih,
maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam
sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari
itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang
masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,
sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya
perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi,
larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan
konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan
berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi
RIZKY DAYU UTAMI
1112016200070
PENIDIDIKAN KIMIA 6B
ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan
memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.
Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam
b) Biaya operasionalnya relatif rendah
c) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan
Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:
a) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi
sebesar 50% saja.
b) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.
2. Perkolasi
Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir
yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari
bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas.
Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu
bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari
atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel
yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan
gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya., dikurangi dengan daya kapiler yang
cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya
berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler
dan daya geseran (friksi).
Kelebihan dari metode perkolasi adalah:
1. Tidak terjadi kejenuhan
2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat
seperti terdorong untuk keluar dari sel)
Kekurangan dari metode perkolasi adalah:
1. Cairan penyari lebih banyak
2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka
3. Sokhletasi
Sokhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam
sampel padat dengan cara penyarian berulang–ulang dengan pelarut yang sama, sehingga
semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut
yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol
(CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam
yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah
pengekstrakan berulang–ulang (continous extraction) dari sampel pelarut.
Kelebihan metode sokhletasi yaitu:
a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan
terhadap pemanasan secara langsung.
b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit.
c) Pemanasannya dapat diatur
Kekurangan metode sokhletasi yaitu:
a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah
bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian
oleh panas.
b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya
dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan
membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.
c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan
pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi
4. Kromatografi
Kromatografi merupakan ilmu yang mempelajari pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan struktur. Dalam kromatografi, suatu senyawa kompleks dapat dipisahkan
dengan suatu penyangga, senyawa tersebut akan terpisah melalui interaksi yang berbeda
terhadap penyangga tersebut. Jadi berdasarkan interaksi yang berbeda ini (lebih kuat atau
lebih lemah) dengan penyangga, kompleks akan bergerak dengan cepat atau sebaliknya.
Dengan cara ini suatu molekul yang mirip sekalipun dapat dipisahkan antara satu dengan
yang lain. Pemisahan dengan kromatografi dapat menggunakan penyangga yang
bervariasi, seperti kertas (paper chromatography, PC), silika pada plat gelas (thin-layer
chromatography, TLC), gas volatil (gas chromatography, GC), dan cair (liquid
chromatography, LC). Dalam semua jenis kromatografi terdapat fasa gerak dan fasa
diam. Pada PC dan TLC, fasa geraknya adalah pelarut, sedangkan fasa diam adalah
selembar kertas (untuk PC) atau plat berlapis silika (untuk TLC).
Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang
menggunakan lembaran tipis sebagai fasa diam, plat ini digunakan sebagai adsorben yang
pada umumnya berupa kaca atau plat alumina. Faktor yang mempengaruhi permisahan
suatu komponen campuran adalah plat yang bersifat polar, faktor polaritas dari
komponen yang saling bercampur, dan pelarut yang digunakan sebagai fasa gerak.
Metode lain dari kromatografi adalah kromatografi kolom (KK). Metode ini
digunakan untuk memisahkan dan memurnikan komponen pada suatu campuran. Fasa
diam yang digunakan adalah adsorben bubuk yang ditempatkan pada kolom kaca
vertikal. Campuran yang akan dianalisis ditempatkan pada lapisan atas kolom. Fasa gerak
yang berupa pelarut murni ataupun campuran beberapa pelarut dituangkan di atas sampel.
Pelarut akan mengalir ke bawah dan menyebabkan komponen campuran terdistribusi di
antara adsorben bubuk dan pelarut yang digunakan, pemisahan terjadi saat pelarut
membawa komponen melalui ujung bawah dari kolom, beberapa komponen akan keluar
lebih dahulu dan ada beberapa komponen yang keluar di akhir proses.
Laju elusi yang terjadi dipengaruhi juga oleh gaya gravitasi, oleh karena itu
kromatografi kolom biasa disebut juga kromatografi kolom gravitas (KKG). KK dapat
disesuaikan dengan jumlah sampel, jika sampel banyak dan kompleks, pada sistem KK
dapat digunakan kolom dengan diameter yang besar yang disertai dengan pompa vakum,
tujuannya adalah untuk mempercepat laju elusi, metode ini disebut kromatografi vakum
cair (KVC). Sebelum menggunakan KK, biasanya sebagian kecil sampel dipisahkan
menggunakan KLT terlebih dahulu untuk mengetahui pelarut yang cocok digunakan.
5. Destilasi
Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan
tingkat volalitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan tekanan tertentu.
Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan
salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang
sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyarannya adalah
kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu
dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut
praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak
mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan
mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh
jika cairan yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat
diabaikan.
6. Fraksinasi
Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,
cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi
perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot
dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih
ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik
seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.
Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat
diekstraksi dengan pelarut organik.
Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan
dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan
dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Emapat tahapan fraksinasi bertingkat dengan
menggunakan empat macam pelarut yaitu (1) ekstraksi aseton, (2) fraksinasi n-heksan,
(3) fraksinasi etil eter, dan (4) fraksinasi etil asetat.
Sumber:
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33554195/ekstraksi_metabolit_sekunder.
docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1429733174&Signature=
Obv6vP8st01N1IZUzig48LyOc88%3D
http://digilib.unila.ac.id/116/8/BAB%20II.pdf
http://www.ilmukimia.org/2014/05/fraksinasi-minyak-bumi.html
http://www.ilmukimia.org/2013/05/destilasi.html