tugas kba

4
Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya. Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi. Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman. Beberapa cara mengekstraksi senyawa metabolit sekunder, yaitu: 1. Maserasi Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani, 2014). Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat “tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut organik). Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar. Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih, maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%, sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi, larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi RIZKY DAYU UTAMI 1112016200070 PENIDIDIKAN KIMIA 6B

description

kimia

Transcript of tugas kba

Page 1: tugas kba

Metabolit sekunder yang diproduksi oleh berbagai organisme memang tidak memiliki

peran yang cukup signifikan terhadap keberlangsungan hidup dari organisme penghasilnya.

Namun, metabolit sekunder tersebut diketahui memiliki berbagai aktivitas biologi yang dapat

dimanfaatkan oleh manusia. Berbagai aktivitas biologis dari metabolit sekunder antara lain

antikanker, antibakteri, antioksidan dan antifungi.

Pemanfaatan metabolit sekunder yang terdapat dalam tanaman dapat dilakukan dengan

mengkonsumsi langsung tanaman penghasil metabolit sekunder atau melakukan isolasi

terhadap metabolit sekunder yang memiliki aktivitas biologis. Teknik mengisolasi senyawa

metabolit sekunder dari suatu bahan alam dikenal sebagai ekstraksi. Ekstraksi merupakan salah

satu proses pemisahan zat yang diinginkan dari suatu material tanaman. Beberapa cara

mengekstraksi senyawa metabolit sekunder, yaitu:

1. Maserasi

Maserasi adalah salah satu jenis metoda ekstraksi dengan sistem tanpa pemanasan

atau dikenal dengan istilah ekstraksi dingin, jadi pada metoda ini pelarut dan sampel tidak

mengalami pemanasan sama sekali. Sehingga maserasi merupakan teknik ekstraksi yang

dapat digunakan untuk senyawa yang tidak tahan panas ataupun tahan panas (Hamdani,

2014).

Prinsip maserasi adalah pengikatan/pelarutan zat aktif berdasarkan sifat

kelarutannya dalam suatu pelarut (like dissolved like). Langkah kerjanya adalah

merendam simplisia dalam suatu wadah menggunakan pelarut penyari tertentu selama

beberapa hari sambil sesekali diaduk, lalu disaring dan diambil beningannya. Selama ini

dikenal ada beberapa cara untuk mengekstraksi zat aktif dari suatu tanaman ataupun

hewan menggunakan pelarut yang cocok. Pelarut-pelarut tersebut ada yang bersifat “bisa

campur air” (contohnya air sendiri, disebut pelarut polar) ada juga pelarut yang bersifat

“tidak campur air” (contohnya aseton, etil asetat, disebut pelarut non polar atau pelarut

organik).

Metode Maserasi umumnya menggunakan pelarut non air atau pelarut non-polar.

Teorinya, ketika simplisia yang akan di maserasi direndam dalam pelarut yang dipilih,

maka ketika direndam, cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam

sel yang penuh dengan zat aktif dan karena ada pertemuan antara zat aktif dan penyari

itu terjadi proses pelarutan (zat aktifnya larut dalam penyari) sehingga penyari yang

masuk ke dalam sel tersebut akhirnya akan mengandung zat aktif, katakan 100%,

sementara penyari yang berada di luar sel belum terisi zat aktif (0 %) akibat adanya

perbedaan konsentrasi zat aktif di dalam dan di luar sel ini akan muncul gaya difusi,

larutan yang terpekat akan didesak menuju keluar berusaha mencapai keseimbangan

konsentrasi antara zat aktif di dalam dan di luar sel. Proses keseimbangan ini akan

berhenti, setelah terjadi keseimbangan konsentrasi (istilahnya “jenuh”). Dalam kondisi

RIZKY DAYU UTAMI

1112016200070

PENIDIDIKAN KIMIA 6B

Page 2: tugas kba

ini, proses ekstraksi dinyatakan selesai, maka zat aktif di dalam dan di luar sel akan

memiliki konsentrasi yang sama, yaitu masing-masing 50%.

Kelebihan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:

a) Unit alat yang dipakai sederhana, hanya dibutuhkan bejana perendam

b) Biaya operasionalnya relatif rendah

c) Prosesnya relatif hemat penyari dan tanpa pemanasan

Kelemahan dari ekstraksi dengan metode maserasi adalah:

a) Proses penyariannya tidak sempurna, karena zat aktif hanya mampu terekstraksi

sebesar 50% saja.

b) Prosesnya lama, butuh waktu beberapa hari.

2. Perkolasi

Perkolasi adalah metoda ekstraksi cara dingin yang menggunakan pelarut mengalir

yang selalu baru. Perkolasi banyak digunakan untuk ekstraksi metabolit sekunder dari

bahan alam, terutama untuk senyawa yang tidak tahan panas.

Prinsip perkolasi adalah sebagai berikut: Serbuk simplisia ditempatkan dalam suatu

bejana silinder, yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari dialirkan dari

atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel

yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh. Gerak ke bawah disebabkan oleh kekuatan

gaya beratnya sendiri dan cairan di atasnya., dikurangi dengan daya kapiler yang

cenderung untuk menahan. Kekuatan yang berperan pada perkolasi antara lain: gaya

berat, kekentalan, daya larut, tegangan permukaan, difusi, osmosa, adesi, daya kapiler

dan daya geseran (friksi).

Kelebihan dari metode perkolasi adalah:

1. Tidak terjadi kejenuhan

2. Pengaliran meningkatkan difusi (dengan dialiri cairan penyari sehingga zat

seperti terdorong untuk keluar dari sel)

Kekurangan dari metode perkolasi adalah:

1. Cairan penyari lebih banyak

2. Resiko cemaran mikroba untuk penyari air karena dilakukan secara terbuka

3. Sokhletasi

Sokhletasi adalah suatu metode pemisahan suatu komponen yang terdapat dalam

sampel padat dengan cara penyarian berulang–ulang dengan pelarut yang sama, sehingga

semua komponen yang diinginkan dalam sampel terisolasi dengan sempurna. Pelarut

yang digunakan ada 2 jenis, yaitu heksana (C6H14) untuk sampel kering dan metanol

(CH3OH) untuk sampel basah. Jadi, pelarut yang dugunakan tergantung dari sampel alam

yang digunakan. Nama lain yang digunakan sebagai pengganti sokletasi adalah

pengekstrakan berulang–ulang (continous extraction) dari sampel pelarut.

Kelebihan metode sokhletasi yaitu:

Page 3: tugas kba

a) Dapat digunakan untuk sampel dengan tekstur yang lunak dan tidak tahan

terhadap pemanasan secara langsung.

b) Digunakan pelarut yang lebih sedikit.

c) Pemanasannya dapat diatur

Kekurangan metode sokhletasi yaitu:

a) Karena pelarut didaur ulang, ekstrak yang terkumpul pada wadah di sebelah

bawah terus-menerus dipanaskan sehingga dapat menyebabkan reaksi peruraian

oleh panas.

b) Jumlah total senyawa-senyawa yang diekstraksi akan melampaui kelarutannya

dalam pelarut tertentu sehingga dapat mengendap dalam wadah dan

membutuhkan volume pelarut yang lebih banyak untuk melarutkannya.

c) Bila dilakukan dalam skala besar, mungkin tidak cocok untuk menggunakan

pelarut dengan titik didih yang terlalu tinggi

4. Kromatografi

Kromatografi merupakan ilmu yang mempelajari pemisahan molekul berdasarkan

perbedaan struktur. Dalam kromatografi, suatu senyawa kompleks dapat dipisahkan

dengan suatu penyangga, senyawa tersebut akan terpisah melalui interaksi yang berbeda

terhadap penyangga tersebut. Jadi berdasarkan interaksi yang berbeda ini (lebih kuat atau

lebih lemah) dengan penyangga, kompleks akan bergerak dengan cepat atau sebaliknya.

Dengan cara ini suatu molekul yang mirip sekalipun dapat dipisahkan antara satu dengan

yang lain. Pemisahan dengan kromatografi dapat menggunakan penyangga yang

bervariasi, seperti kertas (paper chromatography, PC), silika pada plat gelas (thin-layer

chromatography, TLC), gas volatil (gas chromatography, GC), dan cair (liquid

chromatography, LC). Dalam semua jenis kromatografi terdapat fasa gerak dan fasa

diam. Pada PC dan TLC, fasa geraknya adalah pelarut, sedangkan fasa diam adalah

selembar kertas (untuk PC) atau plat berlapis silika (untuk TLC).

Kromatografi Lapis Tipis (KLT) merupakan teknik kromatografi yang

menggunakan lembaran tipis sebagai fasa diam, plat ini digunakan sebagai adsorben yang

pada umumnya berupa kaca atau plat alumina. Faktor yang mempengaruhi permisahan

suatu komponen campuran adalah plat yang bersifat polar, faktor polaritas dari

komponen yang saling bercampur, dan pelarut yang digunakan sebagai fasa gerak.

Metode lain dari kromatografi adalah kromatografi kolom (KK). Metode ini

digunakan untuk memisahkan dan memurnikan komponen pada suatu campuran. Fasa

diam yang digunakan adalah adsorben bubuk yang ditempatkan pada kolom kaca

vertikal. Campuran yang akan dianalisis ditempatkan pada lapisan atas kolom. Fasa gerak

yang berupa pelarut murni ataupun campuran beberapa pelarut dituangkan di atas sampel.

Pelarut akan mengalir ke bawah dan menyebabkan komponen campuran terdistribusi di

antara adsorben bubuk dan pelarut yang digunakan, pemisahan terjadi saat pelarut

membawa komponen melalui ujung bawah dari kolom, beberapa komponen akan keluar

lebih dahulu dan ada beberapa komponen yang keluar di akhir proses.

Laju elusi yang terjadi dipengaruhi juga oleh gaya gravitasi, oleh karena itu

kromatografi kolom biasa disebut juga kromatografi kolom gravitas (KKG). KK dapat

disesuaikan dengan jumlah sampel, jika sampel banyak dan kompleks, pada sistem KK

Page 4: tugas kba

dapat digunakan kolom dengan diameter yang besar yang disertai dengan pompa vakum,

tujuannya adalah untuk mempercepat laju elusi, metode ini disebut kromatografi vakum

cair (KVC). Sebelum menggunakan KK, biasanya sebagian kecil sampel dipisahkan

menggunakan KLT terlebih dahulu untuk mengetahui pelarut yang cocok digunakan.

5. Destilasi

Destilasi adalah suatu metode pemisahan campuran yang didasarkan pada perbedaan

tingkat volalitas (kemudahan suatu zat untuk menguap) pada suhu dan tekanan tertentu.

Pada prinsipnya pemisahan dalam suatu proses destilasi terjadi karena penguapan

salah satu komponen dari campuran, artinya dengan cara mengubah bagian-bagian yang

sama dari keadaan cair menjadi berbentuk uap. Dengan demikian persyarannya adalah

kemudahan menguap ( volatilitas ) dari komponen yang akan dipisahkan berbeda satu

dengan yang lainnya. Pada campuran bahan padat dalam cairan, persyaratan tersebut

praktis selalu terpenuhi. Sebaliknya, pada larutan cairan dalam cairan biasanya tidak

mungkin dicapai sempurna, karena semua komponen pada titik didih campuran akan

mempunyai tekanan uap yang besar. Destilat yang murni praktis hanya dapat diperoleh

jika cairan yang sukar menguap mempunyai tekanan uap yang kecil sekali sehingga dapat

diabaikan.

6. Fraksinasi

Fraksinasi adalah proses pemisahan suatu kuantitas tertentu dari campuran (padat,

cair, terlarut, suspensi atau isotop) dibagi dalam beberapa jumlah kecil (fraksi) komposisi

perubahan menurut kelandaian. Pembagian atau pemisahan ini didasarkan pada bobot

dari tiap fraksi, fraksi yang lebih berat akan berada paling dasar sedang fraksi yang lebih

ringan akan berada diatas. Fraksinasi bertingkat biasanya menggunakan pelarut organik

seperti eter, aseton, benzena, etanol, diklorometana, atau campuran pelarut tersebut.

Asam lemak, asam resin, lilin, tanin, dan zat warna adalah bahan yang penting dan dapat

diekstraksi dengan pelarut organik.

Fraksinasi bertingkat umumnya diawali dengan pelarut yang kurang polar dan

dilanjutkan dengan pelarut yang lebih polar. Tingkat polaritas pelarut dapat ditentukan

dari nilai konstanta dielektrik pelarut. Emapat tahapan fraksinasi bertingkat dengan

menggunakan empat macam pelarut yaitu (1) ekstraksi aseton, (2) fraksinasi n-heksan,

(3) fraksinasi etil eter, dan (4) fraksinasi etil asetat.

Sumber:

http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/33554195/ekstraksi_metabolit_sekunder.

docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1429733174&Signature=

Obv6vP8st01N1IZUzig48LyOc88%3D

http://digilib.unila.ac.id/116/8/BAB%20II.pdf

http://www.ilmukimia.org/2014/05/fraksinasi-minyak-bumi.html

http://www.ilmukimia.org/2013/05/destilasi.html