Tugas IV (Reviev UU No 13 Thn 2003)

6
Aspek Hukum Dalam Pembangunan Civil Engineering 2012 Universitas Tadulako AGOES CANDRA / F 111 09 027 ASPEK HUKUM DALAM PEMBANGUNAN Civil Engineering 2012

description

tugas ??

Transcript of Tugas IV (Reviev UU No 13 Thn 2003)

Aspek Hukum Dalam Pembangunan

Aspek Hukum Dalam Pembangunan

Civil Engineering 2012

Universitas Tadulako

ReviewUU No. 13 Tahun 2003

Tentang

KETENAGAKERJAAN

Dengan membaca UUD No. 13 Tahun 2003, secara pribadi saya tidak melihat adanya kelemahan karena butuh pengetahuan lebih mengenai hukum dan aturan perundang-undangan serta pengalaman di bidangketenagakerjaan. Tapi setelah saya mencoba mencari dan mempelajari kelemahan UU tersebut dari teman-teman diskusi forum khususnya forum Review UU No. 13 Tahun 2003 saya dapat mengetahui beberapa kelemahan yang ada dalam UU tersebut.

Setidaknya terdapatdua kelemahan UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang mengakibatkan hubungan industrial tidak berjalan optimal. Dua kelemahan itu adalah tak tegasnya pengaturan outsourcing dan perjanjian kerja waktu tertentu (PKWT).

Ada yang salah dengan pelaksanaan UU Ketenagakerjaan yang didalamnya mengatur pemberlakuan sistem kerja outsourcing hanya pada posisi-posisi tertentu di perusahaan namun diselewengkan oleh pemiliki usaha. Selain itu tentang standar Kebutuhan Hidup Layak dalam Permennakertrans 17/2005, kurang mencukupi kebutuhan hidup buruh terutama yang sudah berkeluarga karena nilai tercantum hanya cukup bagi pekerja lajang.

Jikagaji pekerja tidak dibayar selama tiga bulan berturut-turut atau lebih, maka pekerja atau buruh bersangkutan berhak menuntut pemutusan hubungan kerja (PHK) ke perusahaannya.Demikian keputusan majelis hakim Mahkamah Konstitusi (MK) terkait judicial review atau uji materi Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan yang diajukan seorang buruh yang bekerja disalah satu perusahaan dalam negeri.MK mengabulkan permohonan pemohon seluruhnya. Menyatakan Pasal 169 ayat (1) huruf c Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan dengan UUD 1945 dan tidak berkekuatan hukum tetap.

MK dalam pertimbangannya menyatakan, membayar upah pekerja merupakan kewajiban hukum pengusaha, karena upah merupakan balasan atas prestasi pekerja yang diberikan secara seimbang. Kelalaian pengusaha membayar upah pekerja dapat menimbulkan hak pekerja untuk menuntut pengusaha memenuhi kewajibannya. Jika tidak, pekerja dapat meminta PHK sebagaimana diatur Pasal 169. Jika tidak membayar upah pekerja tiga bulan berturut-turut, menurut majelis hakim MK, pengusaha telah melakukan pelanggaran atas hak-hak pekerja yang berimplikasi luas, terutama hak konstitusionalnya untuk mendapatkan imbalan dan perlakuan yang adil dalam hubungan

kerja sebagaimana diatur dalam Pasal 28D ayat (2) UUD 1945. Sebab, upah bagi pekerja adalah penopang bagi kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Lewatnya waktu pembayaran upah tiga bulan berturut-turut, maka sudah cukup alasan menurut hukum bagi pekerja untuk meminta PHK kepada pengusaha.

Selain poin-poin di atas, persolan anak dalam ketenagakerjaan juga menjadi masalah.

Pada pasal 69 ayat 2 undangundang nomor 13 tahun 2003 berisikan tentang syarat syarat pengusaha yang memperkerjakan anak pada pekerjaan ringan, syaratsyarat itu adalah izin tertulis dari orang tua atau wali; perjanjian kerja antara pengusaha dengan orang tua atau wali; waktu kerja maksimum 3 (tiga) jam; dilakukan pada siang hari dan tidak mengganggu waktu sekolah; keselamatan dan kesehatan kerja; adanya hubungan kerja yang jelas; dan menerima upah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Syaratsyarat tersebut juga padaimplementasinya belum benarbenar terlaksana dengan baik. Walaupun isi dari syaratsyarat tersebut sudah baik.

Hal ini terlihat dari adanya kasus yang terjadi di PT Royal Karawang yang dilansir oleh Suara Merdeka bahwa adanya laporan orangtua korbanke Komisi Nasional perlindungan Anak (Komnas PA), Selasa (1/11). Dalam laporannya, Awar (32) orang tua dari Supi (16) yang meninggal dunia akibat kecelakaan kerja meminta pertanggung jawaban PT Royal Karawang, perusahaan minyak goreng yang memperkerjakan anaknya. Ironisnya tidak ada pertanggungjawaban dari perusahaan, Bantuan hanya diberikan dari kantung pribadi perwakilan pengurus perusahaan sebesar tiga ratus ribu rupiah. Berkaca dari kasus tersebut, mungkin masih banyak lagi kasuskasus yang merugikananak, padahal dalam undangundang sudah diatur dengan jelas hak perlindungan terhadap Anak dalam bekerja. Jadi memang implementasi dari pasal tersebut harus lebih di tegakkan, sehingga anak yang dipekerjakan tidak dirampas hakhaknya.

Kelebihannya dari undang-undang tenaga kerja ini antara lain tersaringnya pada tenaga kerja lokal yang hidupnya masih menggantung, karena sebagai penghidupan kebutuhan keluarga, selain itu angka pengangguran di Indonesia dapat diminimalisir, terutama usiaSMA yang tidak dapat melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi. Sekalipun melihat faktor person-nya itu kurang memiliki skill atau ketrampilan yang cukup.

Disini, walaupun dalam realitasnya lebih banyak kelemahan, karena beberapa hal.

Namun budaya hukum yang secara lokal atau kearifan lokal, itu semestinya juga di dengar oleh para wakil rakyat dan diperhatikan hak-haknya.

Karena pada masyarakat lokal inilah, nilai-nilai, budaya-budaya atau harapan-harapan yang sangat tinggi itu mampumenyentuh perundang-undangan di Indonesia (dalam konteks ini undang-undang perburuhan) sebagai feetback dari grassroot (akar rumput).

Inilah yang terpenting.

Daftar Pustaka

UU No. 13 Tahun 2003

http://www.suarakarya-online.com/

http://www.suaramerdeka.com/v1/index.php

Forum DiskusiYahoo Group dan Kaskus

ASPEK HUKUM DALAM

PEMBANGUNAN

Civil Engineering

2012

1

2

3

AGOES CANDRA / F 111 09 027