Tugas ISBD Manusia Dalam Entitas Sosial
-
Upload
wisnu-aditya-nugraha -
Category
Documents
-
view
47 -
download
0
Embed Size (px)
Transcript of Tugas ISBD Manusia Dalam Entitas Sosial

MAKALAH ISBD
Manusia dalam Entitas Sosial
Disusun oleh :
Imas Weni Andriani B41112147
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
2013

KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat
menyelesaikan Makalah Ilmu Sosial dan Budaya yang berjudul “Manusia
dalam Entitas Sosial”.Dalam penulisan makalah ini, penulis menyadari
masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik mengenai materi maupun
sistematika penulisan. Hal ini disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan
penulis sendiri. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan proposal penelitian di masa yang akan datang.
Pontianak, 30 Oktober 2013
Penulis

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang........................................................ 1
B. Rumusan Masalah .................................................. 1
C. Tujuan .................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Manusia Sebagai Mahluk sosial ............................. 2
B. Manusia mahluk Berbudaya.................................... 8
C. Hubungan manusia dan budaya ............................ 13
D. Aplikasi SWOT dalam Masyarakat.............................................
............................................................................14
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................... 15
B. Kritik dan Saran...................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia merupakan makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna karena memiliki
akal dan budi. Manusia sebagai mahkluk sosial juga menciptakan budaya mereka masing-
masing sebagai ciri khas dan warisan turun-temurun. Manusia dan kebudayaan merupakan
dua hal yang sangat erat terkait satu sama lain.
Pada hakekatnya manusia sama saja dengan makhluk lainnya, yaitu memiliki hasrat
dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan
kesadarannya. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran
dan keunggulan yang dimiliki manusia dibandingkan dengan makhluk lain. Letak perbedaan
antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam melahirkan sebuah kebudayaan.
Kebudayaan hanya manusia saja yang menciptakan dan memilkinya sedangkan binatang
hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Atau yang kita bisa sebut
sebagai insting.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud manusia sebagai makhluk sosial ?
2. Apa yang dimaksud manusia sebagai makluk berbudaya ?
3. Memahami hubungan budaya dalam kehidupan manusia dan
bermasyarakat
4. Menerapkan SWOT dalam bermasyarakat
C. Tujuan
Adapun tujuan penulis dala makalah adalah untuk mengetahui lebih
jauh seperti apa manusia sebagai makhluk sosial dan berbudaya dalam
kehidupan sehari-hari. Dan mengetahui cara penerapan SWOT dalam
kehidupan besosial dan berbudaya.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Manusia sebagai makhluk sosial
a. Alasan manusia makhluk sosial
Secara kodrati, manusia merupakan makhluk monodualistis, artinya selain
sebagai makhluk individu, manusia juga berperan sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia dituntut untuk mampu bekerjasama dengan orang lain
sehingga tercipta sebuah kehidupan yang damai. Tanpa bantuan manusia lainnya,
manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain,
manusia bisa makan menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensinya kemanusiaannya. Seseorang memiliki sikap
sosial apabila ia memperhatikan atau berbuat baik terhadap orang lain.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa sikap sosial merupakan beberapa
tindakan menuju kebaikan terhadap sesamanya. Selain itu, Manusia dikatakan sebagai
mahkluk sosial karena pada diri manusia ada dorongan untuk berinteraksi dengan
orang lain. Manusia memiliki kebutuhan mencari kawan. Kebutuhan untuk berteman
dengan orang lain, sering kali didasarkan kepentingan dan persamaan ciri.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan sebagai mahkluk sosial dengan
beberapa alasan, yaitu:
· Ada dorongan untuk berinteraksi.
· Manusia tunduk pada aturan norma sosial.
· Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan satu sama lain.
· Potensi manusia akan benar-benar berkembang apabila ia hidup ditengah-tengah
manusia.

b. Pengertian dan definisi makhluk sosial
· Menurut KBBI :
Makhluk social adalah manusia yang berhubungan timbal balik dengan manusia lain.
· Menurut Elly M. Setiadi :
Makhluk social adalah makhluk yang didalam hidupnya tidak bias melepaskan diri
dari pengaruh orang lain.
· Menurut Dr. Johannes Garang :
Makhluk social adalah makhluk berkelompok dan tidak mampu hidup menyendiri.
· Menurut Aristoteles :
Makhluk sosial merupakan zoon politicon, yang berarti menusia dikodratkan untuk
hidup bermasyarakat dan berinteraksi satu sama lain
· Menurut Liturgis :
Makhluk sosial merupakan makhluk yang saling berhubungan satu sama lain serta
tidak dapat melepaskan diri dari hidup bersama.
c. Proses sosialisasi
Menurut George Herbert Mead
George Herbert Mead berpendapat bahwa sosialisasi yang dilalui seseorang dapat
dibedakan menlalui tahap-tahap sebagai berikut.
Tahap persiapan (Preparatory Stage)
Tahap ini dialami sejak manusia dilahirkan, saat seorang anak mempersiapkan diri
untuk mengenal dunia sosialnya, termasuk untuk memperoleh pemahaman tentang
diri. Pada tahap ini juga anak-anak mulai melakukan kegiatan meniru meski tidak
sempurna.
Contoh: Kata "makan" yang diajarkan ibu kepada anaknya yang
masih balita diucapkan "mam". Makna kata tersebut juga belum dipahami tepat oleh
anak. Lama-kelamaan anak memahami secara tepat makna kata makan tersebut
dengan kenyataan yang dialaminya.
Tahap meniru (Play Stage)
Tahap ini ditandai dengan semakin sempurnanya seorang anak menirukan peran-
peran yang dilakukan oleh orang dewasa. Pada tahap ini mulai terbentuk kesadaran
tentang anma diri dan siapa nama orang tuanya, kakaknya, dan sebagainya. Anak
mulai menyadari tentang apa yang dilakukan seorang ibu dan apa yang diharapkan
seorang ibu dari anak. Dengan kata lain, kemampuan untuk menempatkan diri pada

posisi orang lain juga mulai terbentuk pada tahap ini. Kesadaran bahwa dunia sosial
manusia berisikan banyak orang telah mulai terbentuk. Sebagian dari orang tersebut
merupakan orang-orang yang dianggap penting bagi pembentukan dan bertahannya
diri, yakni dari mana anak menyerap norma dan nilai. Bagi seorang anak, orang-orang
ini disebut orang-orang yang amat berarti (Significant other)
Tahap siap bertindak (Game Stage)
Peniruan yang dilakukan sudah mulai berkurang dan digantikan oleh peran yang
secara langsung dimainkan sendiri dengan penuh kesadaran. Kemampuannya
menempatkan diri pada posisi orang lain pun meningkat sehingga memungkinkan
adanya kemampuan bermain secara bersama-sama. Dia mulai menyadari adanya
tuntutan untuk membela keluarga dan bekerja sama denganteman-temannya. Pada
tahap ini lawan berinteraksi semakin banyak dan hubunganya semakin kompleks.
Individu mulai berhubungan dengan teman-teman sebaya di luar rumah. Peraturan-
peraturan yang berlaku di luar keluarganya secara bertahap juga mulai dipahami.
Bersamaan dengan itu, anak mulai menyadari bahwa ada norma tertentu yang berlaku
di luar keluarganya.
Tahap penerimaan norma kolektif (Generalized Stage/Generalized other)
Pada tahap ini seseorang telah dianggap dewasa. Dia sudah dapat menempatkan
dirinya pada posisi masyarakat secara luas. Dengan kata lain, ia dapat bertenggang
rasa tidak hanya dengan orang-orang yang berinteraksi dengannya tapi juga dengan
masyarakat luas. Manusia dewasa menyadari pentingnya peraturan, kemampuan
bekerja sama--bahkan dengan orang lain yang tidak dikenalnya-- secara mantap.
Manusia dengan perkembangan diri pada tahap ini telah menjadi warga masyarakat
dalam arti sepenuhnya
B. Manusia sebagai makhluk berbudaya
a. Pengertian Manusia sebagai mahkluk berbudaya
Manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti
berpikir, berakal budi atau makhluk yang berakal budi (mampu menguasai makhluk
lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Budaya atau kebudayaan dalam Bahasa Belanda di istilahkan dengan kata
culturur. Dalam bahasa Inggris culture. Sedangkan dalam bahasa Latin dari kata
colera. Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama

oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Budaya
terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk sistem agama dan politik, adat
istiadat, bahasa, perkakas, pakaian, bangunan, dan karya seni.
Berikut ini adalah beberapa pengertian budaya berdasarkan para ahli:
E.B. Taylor: 1871 berpendapat bahwa budaya adalah: Suatu keseluruhan
kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni, kesusilaan, hukum, adat
istiadat, serta kesanggupan dan kebiasaan lainnya yang dipelajari manusia sebagai
anggota masyarakat.
Koentjaraningrat: 1979 yang mengartikan budaya dengan: Keseluruhan sistem
gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat
yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.
Kebudayaan adalah sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan
meliputi sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga
dalam kehidupan sehari-hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan
kebudayaan adalah benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai makhluk yang
berbudaya, berupa perilaku dan benda-benda yang bersifat nyata, misalnya pola-pola
perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
kesemuanya ditujukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Manusia sebagai Makhluk Berbudaya berarti manusia adalah makhluk yang
memiliki kelebihan dari makhluk – makhluk lain yang diciptakan di muka bumi ini
yaitu manusia memiliki akal yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan ide dan
gagasan yang selalu berkembang seiring dengan berjalannya waktu. Oleh karena itu
manusia harus menguasai segala sesuatu yang berhubungan dengan
kepemimpinannya di muka bumi disamping tanggung jawab dan etika moral harus
dimiliki, menciptakan nilai kebaikan, kebenaran, keadilan dan tanggung jawab agar
bermakna bagi kemanusiaan. Selain itu manusia juga harus mendayagunakan akal
budi untuk menciptakan kebahagiaan bagi semua makhluk Tuhan di muka bumi ini.
b. Kaitan Antara Manusia dengan Kebudayaan
Budaya sebagai sistem gagasan menjadi pedoman bagi manusia dalam bersikap
dan berperilaku. Seperti apa yang dikatakan Kluckhohn dan Kelly bahwa “Budaya
berupa rancangan hidup” maka budaya terdahulu itu merupakan gagasan prima yang

kita warisi melalui proses belajar dan menjadi sikap perilaku manusia berikutnya yang
kita sebut sebagai nilai budaya.
Berdasarkan penjelasan di atas, kaitan antara manusia dan kebudayaan manusia
adalah kebudayaan adalah hasil dari ide, gagasan dan pemikiran baik nyata ataupun
abstrak dan juga sebagai rancangan hidup masa depan.. Jadi dapat diartikan pula
bahwa semakin tinggi tingkat kebudayaan manusia, semakin tinggi pula tingkat
pemikiran manusia tersebut. Dan kebudayaan itu digunakan untuk melangsungkan
kehidupan bermasyarakat antar manusia karena sifat manusia yaitu makhluk sosial
yaitu manusia tidak dapat hidup sendiri melainkan harus hidup dengan manusia
lainnya.
c. Perwujudan kebudayaan
JJ. Hogman dalam bukunya “The World of Man” membagi budaya dalam tiga
wujud yaitu: ideas, activities, dan artifacts. Sedangkan Koencaraningrat, dalam buku
“Pengantar Antropologi” menggolongkan wujud budaya menjadi:
a. Sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan
dan sebagainya.
b. Sebagai suatu kompleks aktifitas serta tindakan berpola dari manusia dalam
masyarakat
c. Sebagai benda-benda hasil karya manusia
Berdasarkan bentuknya, budaya dapat dibagi menjadi 2 yaitu budaya yang bersifat
abstrak dan budaya yang bersifat konkret atau nyata:
o Budaya yang bersifat abstrak: budaya yang tidak dapat dilihat secara kasat mata
karena bearada dalam pemikiran manusia. Contohnya yaitu ide, gagasan, cita-cita dan
lain sebagainya.
o Budaya yang bersifat konkret: budaya yang berpola dari tindakan atau peraturan
dan aktivitas manusia di dalam masyarakat yang dapat diraba, dilihat, diamati,
disimpan atau diphoto. Koencaraningrat menyebutkan sifat budaya dengan sistem
sosial dan fisik, yang terdiri atas: perilaku, bahasa dan materi.
Perilaku adalah cara bertindak atau bertingkah laku dalam situasi tertentu. Setiap
perilaku manusia dalam masyarakat harus mengikuti pola-pola perilaku (pattern of
behavior) masyarakatnya.

Bahasa adalah sebuah sistem simbol-simbol yang dibunyikan dengan suara
(vokal dan ditangkap dengan telinga (auditory). Ada pula yang berpendapat bahwa
bahasa adalah suatu perjanjian tidak tertulis yang telah kita tandatangani dan berlaku
seumur hidup. Dengan bahasa, manusia dapat berkomunikasi satu sama lain sehingga
manusia dapat saling bertukar pikiran sehingga hasil dari pertukaran tersebut adalah
budaya yang semakin kaya dan kebudayaan yang berkembang dan semakin maju
seiring dengan perkembangan zaman.
Budaya materi adalah hasil dari aktivitas atau perbuatan manusia. Bentuk materi
misalnya pakaian, perumahan, kesenian, alat-alat rumah tangga, senjata, alat produksi,
dan alat transportasi. Substansi utama budaya adalah sistem pengetahuan, pandangan
hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan. Tiga unsur yang terpenting adalah
sistem pengetahuan, nilai, dan pandangan hidup.
C. Hubungan budaya dalam kehidupan manusia dan masyarakat
a. Hubungan manusia dan sosial
Manusia dan kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat,
dan hampir semua tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan.
Manusia mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
Penganut kebudayaan,
Pembawa kebudayaan,
Manipulator kebudayaan, dan
Pencipta kebudayaan.
Disamping itu, kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa
kita sebut dengan suatu seni. Keindahan atau seni dibutuhkan oleh setiap manusia
agar kehidupan yang dijalaninya menjadi lebih indah.
Manusia dan keindahan atau seni memang tidak bisa dipisahkan sehingga
diperlukan pelestarian bentuk keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk
kesenian (seni rupa, seni suara maupun seni pertunjukan) yang nantinya menjadi
bagian dari kebudayaannya yang dapat dibanggakan.

Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut
sub-kultur), yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal
perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur
disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas,
kelas, aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
b. Manusia Sebagai Pencipta Dan Pengguna Kebudayaan
Budaya tercipta atau terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia
dengan segala isi yang ada di bumi ini. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan
dibekali oleh akal pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan
secara hakikatnya menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga
memiliki akal, intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan semua kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa
menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan.
Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk
kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya
dan manusia dapat hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan
terus hidup manakala ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil
karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam
melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki
peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak dan berprilaku
didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat
dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.

7. Sebagai modal dasar pembangunan.
c. Contoh-Contoh Hubungan Antara Manusia dengan Kebudayaan
1) Kebudayaan-kebudayaan khusus atas dasar faktor kedaerahan
Contoh: Adat-istiadat melamar di Lampung dan Minangkabau. Di
Minangkabau biasanya pihak permpuan yang melamar sedangkan di
Lampung, pihak laki-laki yang melamar.
2) Cara hidup di kota dan di desa yang berbeda ( urban dan rural ways of life)
Contoh: Perbedaan anak yang dibesarkan di kota dengan seorang anak yang
dibesarkan di desa. Anak kota bersikap lebih terbuka dan berani untuk
menonjolkan diri di antara teman-temannya sedangkan seorang anak desa
lebih mempunyai sikap percaya pada diri sendiri dan sikap menilai ( sense of
value )
3) Kebudayaan-kebudayaan khusus kelas sosial
Di masyarakat dapat dijumpai lapisan sosial yang kita kenal, ada lapisan sosial
tinggi, rendah dan menengah. Misalnya cara berpakaian, etiket, pergaulan,
bahasa sehari-hari dan cara mengisi waktu senggang. Masing-masing kelas
mempunyai kebudayaan yang tidak sama, menghasilkan kepribadian yang
tersendiri pula pada setiap individu.
4) Kebudayaan khusus atas dasar agama
Adanya berbagai masalah di dalam satu agama pun melahirkan kepribadian
yang berbeda-beda di kalangan umatnya.
5) Kebudayaan berdasarkan profesi
Misalnya: kepribadian seorang dokter berbeda dengan kepribadian seorang
pengacara dan itu semua berpengaruh pada suasana kekeluargaan dan cara
mereka bergaul. Contoh lain seorang militer mempunyai kepribadian yang
sangat erat hubungan dengan tugas-tugasnya. Keluarganya juga sudah biasa
berpindah tempat tinggal.

D. Penerapan Swot dalam kehidupan bermasyarakat
Sebagaimana kita ketahui bahwa Analisis SWOT (SWOT Analysis) merupakan
suatu pedoman bagi perusahan dalam menentukan suatu strategi. Meskipun
demikian,Analisis SWOT (SWOT Analysis) tidak hanya dapat diterapkan dalam suatu
perusahaan, namun dapat jugaditerapkan pada suatu keluarga. Adapun contoh
penerapan Analisis SWOT (SWOT Analysis) pada keluarga sebagai berikut :
1. Kekuatan (Strengths)
Kehidupan keluarga sudah mapan (sudah memiliki rumah danmobil)
Penghasilan keluarga cukup besar karena bapak dan ibu bekerja di kantor dan
mempunyai gaji yang besar
Jumlah anak dalam keluarga hanya dua sehingga biaya pengeluaran relative lebih
rendah.
Tabungan keluarga cukup besar
Pendidikan orang tua cukup tinggi, yaitu setingkat sarjana
2. Kelemahan (Weaknesses)
Pemberian kasih sayang orang tua terhadap anak kurang, karena kedua orang tua
masing-masing bekerja
Perhatian dan pengawasan orang tua terhadap anak kurang karena masing-masing
orangtua bekerja dan hanya diasuh dan dijaga oleh pembantu rumah tangga.
3. Peluang (Opportunities)
Lahan rumah cukup luas dan dijadikan tempat berjualan kebutuhan bahan pokok dan
kebutuhan lainnya dalam rangka menambah penghasilan keluarga atau sebagai jaminan
bila orang tua kena PHK secara mendadak
Penduduk di sekitar rumah cukup ramai, sehingga dapat menunjang kelancaran
usaha.sampingan keluarga
Lokasi rumah sangat dekat dengan pasar sehingga dapat memudahkan dan menungang
kelancaran usaha sampingan keluarga
4. Ancaman (Threats)

Adanya pengaruh pihak ketiga (perselingkuhan) karena orang tua lebih banyak
menghabiskan waktunya di tempat bekerja
Adanya niatkejahatan (penculikan atau traffickking) pada anak karena kurangnya
pengawasan orang tua, meskipun sudah dijaga oleh pembantu rumah tangga.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa alasan manusia
dikatakan sebagai makhluk sosial karena:
Ada dorongan untuk berinteraksi
Manusia tunduk pada aturan, norma social
Manusia memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
Manusia tidak dapat hidup sebagai manusia jika tidak ada di tengah-tengah
manusia.
Ada beberapa faktor yang mendasari terjadinya interaksi sosial, yaitu: imitasi, sugesti,
identifikasi, dan simpati. Media (agen) sosialisasi utama yang menjadi wahana di mana
individu akan mengalami sosialisasi untuk mempersiapkan dirinya masuk ke dalam
masyarakat sepenuhnya antara lain:
Keluarga
Teman Sepermainan (Kelompok Sebaya)
Sekolah
Lingkungan Kerja
Media Massa
Manusia dan budaya tidak dapat dipisahkan. Budaya merupakan perwujudan dari ide dan
gagasan manusia. Sedangkan kebudayaan adalah kristalisasi dari berbagai pemikiran manusia.
Sehingga tingkat kebudayaan suatu bangsa akan berbanding lurus dengan tingkat pemikiran dan
peradaban bangsa tersebut. Karena manusia juga merupakan khalifah (pemimpin) dimuka bumi ini,
manusia harus menguasai segala sesuatu untuk memimpin bumi ini kearah yang lebih baik. Di sinilah

peran kebudayaan sebagai hasil atau perwujudan dari berbagai gagasan manusia di bumi ini dalam
tugasnya sebagai seorang pemimpin.
B. Kritik dan Saran
Apabila didalam penulis makalah ini masih terdapat kekurangan dan
kesalahan mohon dimaafkan, penulis sangat mengharapkan kritik dan
sarannya dari pembaca demi perbaikan makalah ini dan kami ucapkan
terima kasih.
DAFTAR FUSTAKA
http://mpith-v3-mpith.blogspot.com/2011/03/manusia-sebagai-makhluk-sosial.html
http://ridwan202.wordpress.com/2008/10/16/manusia-sebagai-makhluk-budaya/
http://id.wikipedia.org/wiki/Budaya
http://id.wikipedia.org/wiki/Manusia
http://id.wikipedia.org/wiki/Analisis_SWOT