Tugas Individu Mandas

download Tugas Individu Mandas

of 5

Transcript of Tugas Individu Mandas

TUGAS INDIVIDURESUME FILM MANAJEMEN DAS (DAERAH ALIRAN SUNGAI)

Oleh:Nama: Gema JunyoNIM: 125040 200 111 089Kelas: ADosen:

PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGIFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG2015

Film 1Pada film pertama dijelaskan bahwa DAS mulai dikenal di indonesia pada tahun 1970an, dengan sistem one catchment and one management, namun selogan tersebut masih hanya omong kosong saja atau bisa dikatakan tanpa hasil. Pada film pertama dijelaskan bahwa definisi DAS ialah cekungan di bumi yang berisi hutan, manusia, hewan dll, yang dibatasi oleh punggung-punggung bukit dan menuju kedanau atau kelaut. Hal itu sejalan dengan pendapat para ahli tentang DAS, dimana definisi mengenai DAS yang relatif beragam, sesuai tujuan masing-masing, menurut Dixon dan Easter (1986) DAS berarti suatu area yang dibatasi secara topografis oleh punggung bukit dan air hujan yang jatuh teratuskan oleh suatu sistem sungai. Menurut Wiersum (1979), dan Seyhan (1990), DAS adalah suatu wilayah daratan yang dibatasi oleh batas alam berupa topografi yang berfungsi untuk menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang diterima menuju ke sistem sungai terdekat yang selanjutnya bermuara di waduk atau danau atau laut. Definisi lain menyatakan DAS adalah wilayah yang terletak di suatu titik pada suatu sungai yang oleh batas-batas topografi mengalirkan air yang jatuh di atasnya ke dalam sungai yang sama dan melalui titik yang sama pada sungai tersebut (Brookset al., 1992; Arsyad, 2010). Das itu sangat lah terstruktur, dari satu DAS dibagi menjadi Sub Sungai, dari Sub sungai dibagi-bagi lagi menjadi Sub-Sub Sungai, dan dibagi kembali menjadi aliran mikro. Kita bisa menentukan arah DAS dengan melihat kelerengan dan batas-batas DAS tersebut yang berupa punggung-punggung bukit. Bagian DAS tediri atas tiga bagian, yaitu Hulu DAS, Tengah DAS, dan Hilir DAS. Permasalahan yang berada di DAS ini sangat kompeks. Karena semua menjadi satu bagian. Seperti contoh jika terjadi erosi pada bagian hulu DAS maka sedimentasi akan berada pada bagian hilir, dan hal itu akan menimbulkan banjir. Sehingga menurut film tersebut penanganan DAS seharusnya bukan berdasarkan wilayah yang dilewati, melainkan kerjasama antara daerah yang berada pada hulu, tengah dan hilir, sehingga perawatan DAS menjadi satu jalan. Hal itu diperkuat oleh Haeruman (1979), yang mana pengelolaan terpadu pada dasarnya merupakan pengembangan keserasian tujuan antar berbagai sistem pengelolaan sumberdaya alam. Bilamana suatu obyek dikelola oleh banyak pengelola sesuai dengan keterkaitan dan kepentingannya terhadap obyek yang dikelola itu. Lebih lanjut Haeruman mengatakan, bahwa keterpaduan di dalam pengelolaan kegiatan harus dapat terciptakan:

(1) terkoordinasinya para pengelola suatu obyek saling kait-mengkait dalam suatu sistem untuk mencapai suatu kerasian tujuan; (2) memadukan setiap usaha pemanfaatan penataan, pemeliharaan, pengawasan dan pengendalian serta pengembangan yang didasarkan pada unsur keterkaitan atau ketergantungan dari obyek yang dikelola. Notohadiprawiro (1985) berpendapat bahwa pengelolaan DAS harus diselenggara-kan secara terpadu, karena : (1) adanya keterkaitan antara berbagai kegiatan dalam pengelolaan sumberdaya alam dan pembinaan aktivitas manusia dalam penggunaannya; (2) dari segi jenis ilmu yang mendasarinya, pengelolaan DAS bercirikan multidisiplin; (3) penyelenggaraan pengelolaan DAS bersifat lintas sektoral, sehingga tidak ada instansi yang mempunyai kewenangan secara utuh..

FILM 2Indonesia merupakan paru-paru dunia, namun sekarang indonesia menjadi sorotan karena kapasitasnya sebagai paru-paru dunia mulai dipertanyakan setelah banyak lahan di indonesia yang terdegradasi (penurunan kualitas lahan). Selanjutnya ialah DAS yang mana merupakan daerah aliran sungai. Yang memiliki jalur serta dibatasi oleh punggung-pungung bukit. Tak bisa dipungkiri bahwa kehidupan manusia sangat bergantung pada DAS, namun sekarang banyak DAS yang rusak seperti adanya sampah serta membawa sedimentasi. Hal itu bisa dilihat dari berbagai indokator, yang paling mudah ialah dengan melihat tingkat kekeruhan air. Hal itu bisa terjadi karena pengelolaan DAS yang salah, serta tidak terpadu. Bahkan ada sistem pengelolaan DAS yang bertolak belakang antara wilayah satu dengan wilayah yang lain. Namun semua permasalahan pada DAS bisa diselesaikan dengan 1 kata yaitu Teradu artinya pengelolaan dilakukan bersama-sama mulai dari hulu sampai dengan hilir. Pada film tersebut diambil di daerah DAS Cidanau, antusias masyarakat disana sangatlah baik dalam pengelolaan DAS terpadu. Hal itu terjadi karena mereka memanfaatka DAS untuk pembuatan hidro mikro listrik. Upaya yang mereka lakukan ialah dengan menanam pohon disekitar DAS dalam upaya pengendalian Erosi.

Kondisi DAS Cidanau

DAFTAR PUSTAKAArsyad, S. 2010. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.Brooks, K. N., P. F. Folliott, H. M. Gregersen, and J.L Thames. 1992. Hydrology and the Management of Watersheds. Iowa State University Press, Ames. USA.Dixon, JA and KW Easter. 1986. Integrated Watershed Management An Approach to Resource Management. In Watershed Resource Management. An Integrated Framework with Studies from Asia and The Pacific. Studies in Water Policy Management No. 10. East-West Center. HawaiHaeruman H. (1979). Perencanaan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sekolah Pasca Sarjana, Jurusan PSL, IPB, Bogor.Notohadiprawiro T., (1988). Tanah, Tataguna Lahan dan Tata Ruang dalam Aanalisis Dampak Lingkungan. PPLH-UGM, Yogyakarta Seyhan. 1990. Dasar-dasar Hidrologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press Yogyakarta.Wiersum, K. F. 1979. Introduction to Principles of Forest Hydrology and Erosion. Institute of Ecology. Bandung: Universitas Pajajaran.