Tugas Individu: Judul : Pertimbangan Untung Ruginya ... · PDF filemempunyai keahlian untuk...
Transcript of Tugas Individu: Judul : Pertimbangan Untung Ruginya ... · PDF filemempunyai keahlian untuk...
1
Tugas Individu:
Judul : “ Pertimbangan Untung Ruginya menggunakan Pendekatan In-sourcing,
Out-sourcing, dan Co-sourcing dalam mengembangkan Sistem Informasi dan
Teknologi Informasi di Industri Farmasi.”
Pemakalah : Priyudi Astrakusuma, S.F., Apt.
NIM:P056121122.44E
Dosen Pembimbing Prof.Dr.Ir. Arif Imam Suroso, M.Sc
E-44 MB IPB
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan dari penulisan paper/ makalah ini adalah untuk mengetahui
pertimbangan untung ruginya menggunakan Pendekatan In-sourcing, Out-sourcing, dan
Co-sourcing dalam mengembangkan Sistem Informasi (SI) dan Teknologi informasi (
TI) di Industri Farmasi, terutama ditinjau dari kelemahan dan kelebihan dari masing-
masing sistem tersebut dan keunikan yang dimiliki Industri Farmasi dibanding industri
lainnya.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Hingga Saat ini ada 3 Acuan utama Pelaksanaan GMP ( Good Manufacturing
Practices) di Indonesia yang diratifikasi oleh badan Pengawas Obat dan Makanan di
Indonesia (BPOM RI) yaitu :
1. Pedoman CPOB 2006 (Pedoman cara pembuatan obat yang baik versi
2006) ,
2. Petunjuk Operasonal Penerapan Cara Pembuatan Obat yang baik versi
tahun 2006 , edisi cetakan 2009,
3. Supplemen I 2009 Pedoman CPOB 2006
Mengenai sistem komputerisasi atau penggunaan otomatisasi sistem secara
elekronis telah di atur pada CPOB terkini ( CPOB versi tahun 2006), yang menjadi acuan
bagi Industri Farmasi di Indonesia menerapkan teknologi informasi khususnya komputer,
PLC maupun logical data analog lainnya sebagai bagian dari sistem industri farmasi. Hal
ini harus diatur, dikontrol, dan divalidasi penerapannya, jika menggantikan Sistem
manual yang ada. Pengaturannya sebagaimana yang kami kutip dari CPOB 2006 , Aneks
7 ( Sistem Komputerisasi ) dan Bab 10.8 (dokumentasi) berikut penjelasannya :
Petunjuk Operational Penerapan Cara Pembuatan Obat yang baik 2006 adalah
sebagai berikut :
Penggunaan sistem komputerisasi ke dalam sistem pembuatan obat, termasuk
penyimpanan, distribusi dan pengendalian mutu tidak mengubah kebutuhan untuk
memperhatikan prinsip yang relevan dalam pedoman CPOB ini.Sistem komputerisasi
yang menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan penurunan mutu
produk penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan resiko hilangnya
beberapa aspek dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan keterlibatan
operator.
1. Personil :
2
Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan
sistem komputer adalah esensial. Personil penanggung jawab hendaklah
diberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola dan menggunakan sistem
yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan hendaklah dipastikan
mempunyai keahlian untuk menangani aspek desain,validasi,instalasi dan
pengoperasian sistem komputer.
2. Validasi.
Cakupan validasi tergantung pada sejumlah faktor termasuk sistem yang akan
dipakai, apakah prospektif atau retrospektif dan kemungkinan adanya unsur baru
yang digunakan. Validasi hendaklah dipertimbangkan sebagai bagian dari seluruh
siklus sistem komputer. Siklus tersebut mencakup tahap perencanaan, spesifikasi,
pembuatan program, pengujian, “commisioning”, dokumentasi, pengoperasian,
pemantauan dan perubahan.
3. Sistem.
3.1. Penempatan peralatan hendaklah memperhatikan kondisi yang sesuai dimana
faktor luar tidak dapat mempengaruhi sistem.
3.2.Hendaklah dibuat dan selalu dimuthairkan deskripsi tertulis yang rinci dari
sistem (termasuk diagram sesuai kebutuhan). Deskripsi tersebut hendaklah
menjelaskan prinsip, tujuan, tindakan, pengamanan dan ruang lingkup sistem
serta ” fitur “ utama cara penggunaan komputer dan interaksi dengan sistem
dan prosedur lain.
3.3.Perangkat lunak merupakan komponen yang kritis dari sistem komputerisasi.
Pengguna perangkat lunak hendaklah mengambil langkah yang rasional untuk
memastikan bahwa perangkat tersebut disiapkan sesuai dengan sistem
pemastian mutu.
3.4.Sistem hendaklah meliputi, di mana diperlukan, program terpasang untuk
memeriksa ( build in Checks) ketepatan pemasukan dan pengolahan data.
3.5.Sebelum sistem komputerisasi digunakan, hendaklah diuji secara menyeluruh
dan dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang diinginkan. Jika akan
menganti sistem manual, kedua sistem tersebut hendaklah berjalan bersamaan
dalam kurun waktu tertentu, yakni sebagai bagian dari pengujian dan validasi.
3.6.Pemasukan atau perubahan data hanya dilakukan oleh personil yang
berwewenang untuk itu. Hendaklah ada cara yang tepat untuk mencegah
pemasukan data yang tidak sah termasuk penggunaan kunci kartu “pas” ( Pass
card), kode pribadi dan akses terbatas untuk masuk ke terminal komputer.
Hendaklah ditetapkan prosedur untuk penerbitan, pembatalan dan
Pengubahan otorisasi untuk memasukkan dan mengubah data, termasuk
pengantian kata sandi pribadi ( personal password). Hendaklah
dipertimbangkan pengadaan suatu sistem untuk mencatat usaha mengakses
sistem oleh personil yang tidak berwenang.
3.7.Apabila data kritis dimasukkan secara manual (misalnya : berat, dan No.
Batch bahan awal selama proses penimbangan), hendaklah dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk ketepatan catatan yang dibuat. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan oleh operator kedua atau dengan cara elektronis yang
tervalidasi.
3.8.Sistem hendaklah mencatat identitas operator yang memasukkan atau
mengkonfirmasi data kritis. Otorisasi perubahan data yang dimasukkan
hendaklah terbatas pada personil yang ditunjuk. Semua perubahan data kritis
3
yang dimasukkan hendaklah diotorisasi dan dicatat dengan mencantumkan
alasan perubahan. Hendaklah dipertimbangkan agar sistem dapat membuat
catatan lengkap mengenai semua pemasukan dan perubahan data ( Audit
Trial).
3.9.Perubahan terhadap sistem atau program komputer hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Yang mencakup ketentuan
untuk melakukan validasi, pemeriksaan, pengesahan, dan melaksanakan
perubahan. Perubahan hanya dapat diterapkan setelah mendapat persetujuan
dari personil yang bertanggung jawab atas sistem tersebut. Perubahan
hendaklah dicatat. Tiap Perubahan hendaklah divalidasi.
3.10. Untuk keperluan Audit, data yang disimpan secara elektronis hendaklah
dapat dicetak.
3.11. Data hendaklah diamankan secara elektronis atau fisik untuk
mengantisipasi kerusakan yang sengaja atau tidak disengaja. Hal ini sesuai
dengan Prinsip CPOB 10.8 yang berbunyi : Data dapat dicatat dengan
menggunakan sistem pengolahan data elekronis, cara fotografis atau cara lain
yang dapat diandalkan, namum prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang
digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila
dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data
elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh mengentri atau
memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan
penghapusannya dicatat; akses hendaklah dibatasi dengan penggunaan kata
sandi (password) atau cara lain, dan hasil entri data kritis hendaklah dicek
secara independen. Catatan batch produksi yang disimpan secara elektronis
hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung/ cadangan ( back up
transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah
sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan.
3.12. Aksesabilitas ketahanan dan ketepatan data tersimpan hendaklah
diperiksa. Jika ada usul perubahan terhadap peralatan komputer atau
programnya, pemeriksaan tersebut di point : 3.11 hendaklah dilakukan pada
frekuensi yang sesuai dengan medium penyimpanan yang digunakan.
3.13. Data hendaklah diproteksi dengan membuat data cadangan ( back up data)
secara berkala dan teratur. Data Cadangan hendaklah disimpan selama masih
diperlukan dilokasi terpisah dan aman.
3.14. Hendaklah tersedia sistem alternatif yang memadai untuk dioperasikan
apabila terjadi kerusakan atau gangguan terhadap sistem yang ada. Waktu
yang diperlukan untuk penggunaan sistem alternatif tersebut hendaklah
disesuaikan dengan tingkat urgensi penggunaannya. Contoh : Informasi yang
dibutuhkan untuk penarikan kembali/ “Product recall” harus tersedia secara
cepat.
3.15. Prosedur yang diberlakukan jika terjadi kerusakan atau kegagalan pada
sistem hendaklah dietapkan dan divalidasi. Tiap kegagalan dan tindakan
perbaikan yang dilakukan hendaklah dicatat.
3.16. Hendaklah dibuat prosedur untuk mencatat dan menganalisa kekeliruan,
serta untuk menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan.
3.17. Jika servis komputer memakai jasa agen dari luar perusahaan hendaklah
dibuat perjanjian resmi yang mencakup pernyataan yang jelas mengenai
tanggung jawab agen jasa tersebut.
3.18. Bila pelulusan “Batch” untuk dijual atau diedarkan menggunakan sistem
komputerisasi,maka sistem tersebut hendaklah memperhitungkan bahwa
4
hanya kepala bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu) yang boleh
meluluskan batch. Sistem hendaklah secara jelas mengidentifikasi dan
mencatat Personil yang meluluskan batch.
4. Siklus Sistem komputerisasi terdiri dari :
4.1.Fase Ruang Lingkup
Fase ini mencakup antara lain: Rencana proyek, penyusunan Rencana Induk
Validasi ( RIV) Sistem komputerisasi, yang dapat dibuat terpisah atau sebagai
bagian / supplemen dari RIV (utama), termasuk jadwal validasi, penentuan
dan penetapan validasi, penentuan spesifikasi kebutuhan pengguna,
Pengkajian resiko dan Penilaian Pemasok.
4.2.Fase Desain.
Fase ini mencakup antara lain : Penentuan spesifikasi fungsi dan spesifikasi
desain yang disiapkan.
4.3.Fase Konstruksi ( Build Phase)
Yang mencakup antara lain :pengembangan piranti lunak, pengujian
pengembangan, instalasi teknis dan pengkondisian “Commisioning”.
4.4. Fase Pengujian.
Fase ini mencakup antara lain : Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional
dan Kualifikasi Kinerja.
Yang dimaksud dengan kualifikasi Instalasi adalah
4.5.Fase Pengerahan/ “Deploy Phase”/ Fase Komisi.
Mencakup antara lain : Penyiapan dan penyelesaian laporan rangkuman
validasi yang menetapkan pelulusan sistem komputerisasi untuk digunakan.
4.6.Fase Penggunaan.
Mencakup antara lain : manajemen konfigurasi, pengendalian perubahan,
penanganan insiden, kesalahan dan penyimpangan, pemantauan dan
pemeriksaan secara periodis.
4.7.Fase Pemensiunan/ Dekomisi/ Decommisioning Phase.
Mencakup Rencana dekomisi, migrasi data, laporan dekomisi, piranti aplikasi
dan pengarsipan dokumen.
5. Validasi sistem komputerisasi adalah suatu persyaratan umum CPOB ( Cara
Pembuatan Obat yang Baik). Oleh sebab itu kebijakan tentang pemenuhan /
kepatuhan terhadap aturan ini di industry farmasi perlu dipastikan. Terlepas dari
Sistem Komputerisasi ini di develop secara internal ( In sourcing) maupun secara
external ( Exsourcing) atau gabungan antara internal dan external ( Co-ourcing).
Tanggu jawab akhir tetap ada pada owner proses/ Quality person dari perusahaan
itu sendiri.
6. Development Sistem Informasi yang baik disemua lini Produksi, Distribusi dan
Pemasaran Industri Farmasi sebaiknya melewati semua tahap/ Siklus kegiatan
komputerisasi. Pedoman berupa : “Standard Operating Prosedure ( SOP)/ IK (
Instruksi Kerja) perlu di buat dan disetujui oleh “Quality Person”/ Personel Kunci
Pemastian Mutu.
7. Singkatnya Tahapan Pengembangan Sistem Informasi harus melewati tahap-
tahap sebagai berikut :
7.1.Pembuatan Rancang Bangun Sistem Informasi/ Sistem komputerisasi,
Pembuatan URS ( user requirements spesification : misal komputerisasi di
Spektometer UV, Climatic Chamber, Purifed Water System, Chiller unit,
Tablet Machine, Blistering Machine, ERP System / enterprise resource
Planning system, dll) ,
5
7.2. Pelaksanaan Kualifikasi Desain (mulai dari pembuatan Protokol kualifikasi,
Pelaksanaan, Penyusunan Laporan kualifikasi) ,
7.3.Pelaksanaan Kualifikasi Instalasi sistem informasi ( SI) ,
7.4.Pelaksanaan Kualifikasi Operasional sistem informasi (SI),
7.5.Pelaksanaan Kualifikasi Kinerja dari sistem informasi ( SI) ,
7.6.Pelaksanaan Kontrol Penggunaan SI,
7.7.Kontrol Penanganan Penyimpangan SI,
7.8.Mekanisme Kontrol Perubahan SI, Mekanisme Pemensiunan SI.
(CPOB : 2006).
Informasi tidak hanya sekedar produk sampingan, namun sebagai bahan yang
menjadi faktor utama yang menentukan kesuksesan atau kegagalan, oleh karena itu
informasi harus dikelola dengan baik. Informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk
yang lebih berguna, lebih berarti dan bermanfaat bagi penggunanya. Sebelum menjadi
informasi, data yang berkualitas, kemudian diolah melalui suatu model untuk
menghasilkan informasi. Model yang digunakan untuk mengolah data tersebut disebut
model pengolahan data atau dikenal dengan siklus pengolahan data (siklus informasi).
Kualitas informasi tergantung pada empat hal yaitu akurat, tepat waktu, relevan
dan ekonomis. Informasi harus bebas dari kesalahan-kesalahan dan tidak menyesatkan
bagi pengguna yang menerima dan memanfaatkan informasi tersebut. Akurat juga berarti
informasi harus jelas mencerminkan maksudnya. Dalam prakteknya, mungkin dalam
penyampaian suatu informasi banyak terjadi gangguan (noise) yang dapat merubah atau
merusak isi dari informasi tersebut. Informasi dikatakan akurat jika mengandung
komponen, yaitu sebagai berikut :
Completeness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus
memiliki kelengkapan yang baik, karena bila informasi tidak lengkap akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan.
Correctness, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus
memiliki kebenaran.
Security, berarti informasi yang dihasilkan atau dibutuhkan harus memiliki
keamanan.
Informasi yang diterima harus tepat pada waktunya, informasi yang usang
(terlambat) tidak mempunyai nilai yang baik bagi pengguna tertentu, sehingga bila
digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan akan berakibat fatal. Saat ini
mahalnya nilai informasi disebabkan harus cepatnya informasi tersebut didapat, sehingga
diperlukan teknologi mutakhir untuk mendapatkannya, mengolah dan mengirimkannya.
Informasi harus mempunyai relevansi atau manfaat bagi si pengguna. Relevansi
informasi untuk satu pengguna tertentu dengan yang lainnya berbeda. Informasi yang
dihasilkan mempunyai manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan biaya
mendapatkannya. Sebagian besar informasi tidak dapat tepat ditaksir keuntungannya
dengan satuan nilai uang tetapi dapat ditaksir nilai efektivitasnya.
Penggunaan internet dan jaringan serta teknologi informasi lainnya bagi
perusahaan atau organisasi adalah suatu keniscayaan .untuk mendukung komunikasi dan
kerjasama perusahaan, dan berbagai proses yang dijalankan baik di jaringan perusahaan
ataupun dengan pelanggan dan mitra bisnis. Perusahaan mengembangkan aplikasi lintas
fungsi perusahaan secara terintegrasi yang melintasi batas fungsi tradisional bisnis agar
dapat merekayasa ulang dan meningkatkan proses bisnis di semua lintas fungsi
perusahaan. Software-software yang banyak dipakai adalah ERP, CRM dan SCM dari
SAP, Peoplesoft atau Oracle. Software ini berfokus untuk mendukung proses bisnis
terintegrasi yang terlibat dalam operasional bisnis.
Arsitektur aplikasi perusahaan menggambarkan hubungan antar aplikasi
perusahaan lintas fungsi yang memberikan kerangka kerja konseptual untuk
6
membayangkan berbagai komponen dasar proses dalam interface dari e-business. ERP
(Enterprise Resource Planning) berfokus pada efisiensi produk internal perusahaan,
distribusi dan proses keuangannya. CRM (Customer Relationship Management) berfokus
pada proses dan mendapatkan dan mempertahankan pelanggan yang berharga meliputi
pemasaran, penjualan dan layanan. PRM (Partner Relationship Management) bertujuan
mendapatkan dan memelihara para mitra untuk meningkatkan penjualan dan ditribusi
produk. SCM (Supply Chain Management) fokus pada pengembangan resources dan
proses mendapatkan yang efisien dan efekif. Knowledge Management berfokus pada alat
untuk mendukuing kerja sama kelompok dan pengambilan keputusan.
Teknologi Informasi (TI), atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah
Information technology (IT) adalah istilah umum yang menjelaskan teknologi apa pun
yang membantu manusia dalam membuat, mengubah, menyimpan, mengomunikasikan
dan/atau menyebarkan informasi. TI menyatukan komputasi dan komunikasi
berkecepatan tinggi untuk data, suara, dan video. Contoh dari Teknologi Informasi bukan
hanya berupa komputer pribadi, tetapi juga telepon, TV, peralatan rumah tangga
elektronik, dan peranti genggam moderen (misalnya ponsel/ HP)
Bersamaan dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat banyak
perusahaan semakin berlomba-lomba untuk menggunakan teknologi maju sebagai salah
satu strategi perusahaan untuk tetap bertahan dan memenangkan persaingan di pasar.
Penggunaan komputer dan internet telah mengalami perkembangan yang luar biasa di
bidang bisnis terutama pada perusahaan atau instansi skala besar. Sejak ditemukannya
teknologi internet pada tahun 1990-an penggunaannya meluas karena dipandang
memberikan manfaat yang sangat besar bagi kelancaran proses-proses bisnis termasuk di
dunia perbankan.
Penggunaan internet akan mendominasi seluruh kegiatan yang ada di
perusahaan yang akan menjadi alat persaingan antara perusahaan yang satu dengan yang
lainnya. Hal ini akan membawa dampak yang sangat besar bagi setiap perusahaan.
Dampak pada aspek persaingan adalah terbentuknya tingkat kompetisi yang
semakin tajam.Globalisasi ekonomi juga membuat perubahan menjadi konstan, pesat,
radikal, serentak, dan pervasif. Sehingga perusahaan harus memiliki kemampuan yang
cepat untuk beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi sehingga perusahaan akan
mampu bersaing dengan para kompetitornya. Penggunaan teknologi diharapkan dapat
memberikan manfaat yang besar terhadap dunia bisnis yang kompetitif tersebut.
Perusahaan yang mampu bersaing dalam kompetisi tersebut adalah perusahaan yang
mampu mengimplementasikan teknologi ke dalam perusahaannya.
Salah satu jenis implementasi teknologi dalam hal meningkatkan persaingan
bisnis adalah dengan menggunakan electronic business (e-bussiness) untuk seluruh
kegiatan perusahaannya.
Dalam penggunaan teknologi tersebut, berbagai pihak yang terkait dengan
perusahaan seperti investor, konsumen, pemerintah akan ikut berperan.
Banyak perusahaan berlomba-lomba untuk terus mengembangkan bisnisnya melalui e-
business. Perbankan merupakan salah satu institusi yang bergerak di bidang jasa yang
juga menggunakan sistem e-business untuk mendukung proses bisnisnya. Penggunaan
sistem e-bussiness dalam dunia perbankan merupakan kebutuhan yang sangat penting
karena hampir seluruh perbankan yang ada di indonesia memiliki cabang yang tersebar
diseluruh indonesia sehingga penggunaan e-bussiness sangat membantu dalam proses
penyaluran informasi dan pelayanan terhadap nasabah.
Saat ini kebutuhan di bidang networking sudah merupakan hal yang umum di
tengah perkembangan teknologi informasi, termasuk bagi perusahaan.Penggunaan
internetworking dapat berupa internet, intranet ataupun ekstranet.Trend penggunaan
7
internet telah mengalami lonjakan yang cukup signifikan.Berdasarkan Gambar 1 di
bawah, pada tahun 2009, pengguna internet di dunia telah mencapai 27,1% dari seluruh
total penduduk dunia, dimana sekitar sepertiga dari pengguna tersebut adalah penduduk
Indonesia.
Gambar 1 Pengguna Internet dalam Bentuk Persentase Populasi
Sumber: Bank Dunia, Indikator Pembangunan Dunia, Update tanggal 27 April 2011
Jaringan Internet dan teknologi sudah menjadi kebutuhan bagi banyak
perusahaan. Kegiatan operasional dalam sebuah perusahaan tidak hanya melibatkan
jaringan internet saja, tetapi sebuah perusahaan yang telah menerapkan teknologi
informasi secara menyeluruh umumnya telah membangun jaringan intranet dan ekstranet
yang sangat baik. Dengan demikian ketiga jaringan tersebut dapat dimanfaatkan untuk
mempermudah komunikasi para stakeholder perusahaan dengan perusahaan itu sendiri.
Sebagai seorang pebisnis di bidang agrobisnis, perlu Anda ketahui bahwa Para
Ilmuwan, Insinyur dan tenaga-tenaga lain dalam bidang teknologi termasuk teknologi
informasi cenderung lebih fokus pada fitur ketimbang Manfaat. TI adalah fitur bukan
manfaat nyata. TI adalah Alat/ Tolls yang sangat baik, tetapi jangan sampai TI
menghilangkan kebaikan dari ide Internal yang ada pada diri Anda. Kenapa para
Ilmuwan, Insinyur dan tenaga-tenaga lain dalam bidang teknologi termasuk teknologi
informasi cenderung lebih fokus pada fitur ketimbang manfaat ? Jawabannya adalah
karena fiturlah yang harus mereka temukan, desain, dan bangun. Mereka hidup dengan
teknologi dari hari kehari. Jadi Penerjemahan dari fitur ke manfaat terlihat jelas bagi
mereka.
Beberapa pekerjaan yang sering di-outsource kan oleh suatu perusahaan adalah
bidang teknologi informasi (TI). Hasil penelitian Benko (1992) dalam Fowler dan Jeffs
(1998), yang dikutip oleh Prapti (2007), menemukan bahwa kapital perusahaan yang
diinvestasikan dalam teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI) akan naik
sebesar 40 %.
Beberapa pelaku bisnis tidak terlalu puas dengan hasil kembalian yang diterima
dari invenstasi tersebut. Biaya SI internal meningkat dengan pesat, teknologi juga
berubah dengan sangat cepat namun konsumen kadang tidak menerima pelayanan seperti
yang diharapkan dengan sistem yang ada saat ini. Akibatnya, banyak perusahaan
memilih melakukan outsourcing, akibatnya pasar outsourcing tumbuh dengan cepat
terutama di Indonesia setelah dilegalkan berdasarkan UU Tenaga kerja yang berlaku saat
ini.
Mc Leod (1996), berpendapat bahwa Toll manufacture/ kontrak outsourcing
dapat melibatkan sejumlah besar uang. Suatu perjanjian antara General Dynamics dan
Computer Sciences Corporation (CSC) bernilai $3 milyar, dan konrak EDS dengan
8
Continental Airlines bernilai $2,1 milyar. Namun, kontrak yang mengejutkan di industri
komputer dimulai oleh Kodak. Pada tahun 1989, Kodak melakukan outsourcing
komputernya ke IBM, pengembangan aplikasinya ke Andersen Consulting, serta
manajemen telekomunikasi dan jaringannya ke Digital Equipment Corporation.
Menurut definisi dari Maurice Greaver yang dikutip oleh Yasar (2008),
outsourcing dipandang sebagai tindakan mengalihkan beberapa aktivitas perusahaan dan
hak pengambilan keputusannya kepada pihak lain (outside provider), dimana tindakan
ini terikat dalam suatu kontrak kerjasama. Dapat juga dikatakan outsourcing sebagai
penyerahan kegiatan perusahaan baik sebagian ataupun menyeluruh kepada pihak lain
yang tertuang dalam kontrak perjanjian. Penyerahan kegiatan ini dapat meliputi bagian
produksi, beserta tenaga kerjanya, fasilitas, peralatan, teknologi, dan asset lain serta
pengambilan keputusan dalam kegiatan perusahaan. penyerahan kegiatan ini kepada
pihak lain merupakan hasil dari keputusan internal perusahaan yang bertujuan
meningkatkan kinerja agar dapat terus kompetitif dalam menghadapi perkembangan
ekonomi dan teknologi global. Menurut Yasar (2008), seringkali outsourcing disamakan
dengan jasa penyalur tenaga kerja. Sebenarnya outsourcing adalah pemindahan fungsi
pengawasan dan pengelolaan suatu proses bisnis kepada perusahaan penyedia jasa. Ada
tiga unsur penting dalam outsourcing, yaitu :
1. Pemindahan fungsi pengawasan
2. Pendelegasian tanggung jawab atau tugas suatu perusahaan
3. Menitikberatkan pada hasil atau output yang ingin dicapai oleh perusahaan
Currie dan Wilcocks (1998) dalam Prapti (2007), membagi outsourcing menjadi
empat tipe yaitu : total outsourcing, multiple-supplier sourcing, joint venture/strategic
alliances sourcing, dan insourcing.
1. Total outsourcing, lebih dari 70%-80% fasilitas TI di-outsource, biasanya untuk
supplier tunggal. Kontrak berkisar antara 5-10 tahun. Asumsi yang mendasari
adalah partnership antara klien dan supplier (Henderson, 1990 dalam Currie dan
Wilcocks, 1998 dalam Prapti, 2007).
2. Multiple-supplier sourcing, merupakan kesepakatan dengan suppliernya mengenai
prosedur dan kebijkan bagaimana masing-masing pihak bekerjasama, biasanya
tidak lebih dari 5 tahun.
3. Joint venture/strategic alliances sourcing. Joint venture didasarkan pada
pembagian risiko atau reward, meliputi seleksi terhadap supplier TI. Keuntungan
joint venture adalah mengurangi risiko dari supplier tunggal atau kontrak
outsourcing dengan multiple-supplier.
4. Insourcing. Pilihan ini untuk mempertahankan sentralisasi departemen IT dan
manajemen insource serta kapabilitas teknikal berkenaan dengan meningkatnya
pekerjaan IT. Lama kontrak yang terjadi mungkin hanya berkisar 3 bulan hingga
satu tahun.
9
Tabel 1. Karakteristik kunci mengenai IT Sourcing
Total Outsourcing
Mengembangkan partnership
dengan supplier tunggal
Kontrak jangka panjang dengan
supplier
Fokus pada core bisnis
TI yang diterima sebagai fungsi
pendukung/pelayanan
Mengurangi biaya TI
Berbagi resiko/reward dengan
supplier
Mengurangi fungsi/masalah TI
Akses keahlian teknikal/manajerial
Mempertahankan pengendalian
strategik
Multiple-Supplier Sourcing
Menciptakan persaingan diantara
supplier
Standarisasi/koordinasi operasi
Fokus pada core bisnis
Merumuskan kerangka kesepakatan
Memelihara aliansi dengan supplier
Mengembangkan kontrak jangka
pendek dengan supplier
Supplier memberikan tanggungjawab
manajemen
Transfer biaya tetap ke biaya variabel
Mempertahankan pengendalian
strategis.
Joint Venture/strategis alliance
sourcing
Menerima 49 % kepemilikan saham
dari supplier
TI supplier mungkin perusahaan
baru/yang sudah eksis
Perbedaan core competencies antara
klien dan supplier TI
Berbagi risiko dan reward
Mengembangkan pengetahuan
sektor khusus
Melahirkan kesempatan bisnis baru
Mengakses keahlian teknik khusus
Mempertahankan pengendalian dan
pengaruh yang lebih pada
outsourcing
Insourcing
TI sebagai core bisnis
Tingkat tinggi pada keahlian teknik
in-house
Sentralisasi departemen TI
Kondisi pasar/supplier tidak tepat
Sinergi antara bisnis/teknologi
Kurangnya kepercayaan mengenai
motivasi supplier
Mengelola kontraktor sebagai staf
tetap
Mempertahankan keahlian teknik
yang up to date
Mengelola peningkatan pekerjaan IT.
Sistem Informasi Manajemen (SIM) menurut O’Brien (2002) dikatakan bahwa
SIM adalah suatu sistem terpadu yang menyediakan informasi untuk mendukung
kegiatan operasional, manajemen dan fungsi pengambilan keputusan dari suatu
organisasi. Sistem Informasi Manajemen (SIM) merupakan sistem informasi yang
menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan
berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan
manajemen (Wikipedia, 2010).
\
10
BAB III
PEMBAHASAN
Sumber daya Manusia adalah salah satu faktor kunci dalam organisasi
berproduksi/ beraktivitas menghasilkan produk ( baca : bagi perusahaan/ Industri
Farmasi menghasilkan Obat ), Tentu hal ini tidak bermaksud mengecilkan peran dari
faktor Produksi lainnya seperti : Sumber daya Alam ( material bahan baku, bahan
pengemas), fasilitas & utilitas ( mesin), financial/ uang. Dari sumber daya manusia lahir
kekuatan enabler/ koordinator berupa manajemen yang menjalankan fungsi koordinasi
dari suatu Perusahaan/ organisasi.
Akan tetapi Perusahaan farmasi juga diikat dengan aturan sosial dan norma
hukum , sebagai contoh : sebuah industry farmasi selain diikat oleh syarat internal
organisasi , Industry tersebut harus patuh juga terhadap syarat-syarat produk yang
ditetapkan oleh pelanggannya, maupun persyaratan yang ditetapkan oleh pemerintah
melalui undang-undang kesehatan, keputusan/ InstruksiMen.Kes, Keputusan/Instruksi
Kepala badan Pengawas Obat & Makanan ( BPOM RI) , kewajiban melaksanakan GMP/
Good Manufacturing Practices.
Di Indonesia GMP yang diterapkan/ Local GMP yang diterapkan dikenal
dengan istilah Cara Pembuatan Obat yang baik ( CPOB). CPOB terkini adalah versi
tahun 2006.
3 Prinsip dasar dari CPOB 2006 adalah :
Tulis apa yang akan dikerjakan.
Kerjakan apa yang telah tertulis.
Dokumentasikan apa yang telah dilakukan.
Apabila ke-3 Butir tersebut tidak saling bertentangan maka sistem dikatakan
valid. Apabila tidak maka dikatakan Sistem mengalami penyimpangan. Setiap
penyimpangan dalam CPOB harus ditangani dengan baik, harus dikontrol.salah satu
caranya adalah dengan melakukan kajian resiko/ risk Assessment. Apabila diperlukan
suatu penyimpangan yang terkontrol akan ditindak lanjuti dengan tindakan koreksi atau
pencegahan yang berupa Perubahan System. Setiap perubahan sistem termasuk sistem
informasi di Industri Farmasi harus dikontrol dengan suatu mekanisme kontrol
perubahan.
Bagaimana memilih model Pengembangan SI dan TI, apakah secara Insourcing
, outsourcing,Co-sourcing di Industri farmasi ? Pada Prinsipnya harus tetap sesuai
dengan 3 prinsip CPOB . Detilnya sebagai berikut :
Penggunaan Sistem komputerisasi ke dalam sistem pembuatan obat, termasuk
penyimpanan, distribusi dan pengendalian mutu tidak mengubah kebutuhan untuk
memperhatikan prinsip yang relevan dalam pedoman CPOB ini.Sistem komputerisasi
yang menggantikan sistem manual hendaklah tidak mengakibatkan penurunan mutu
produk penerapan sistem pemastian mutu. Hendaklah dipertimbangkan resiko hilangnya
beberapa aspek dari sistem sebelumnya yang disebabkan pengurangan keterlibatan
operator.
1. Personil :
11
Kerjasama yang erat antara personil utama dengan personil yang terlibat dengan
sistem komputer adalah esensial. Personil penanggung jawab hendaklah
diberikan pelatihan yang memadai untuk mengelola dan menggunakan sistem
yang dipakai dalam lingkup tanggung jawabnya dan hendaklah dipastikan
mempunyai keahlian untuk menangani aspek desain,validasi,instalasi dan
pengoperasian sistem komputer.
2. Validasi.
Cakupan validasi tergantung pada sejumlah faktor termasuk sistem yang akan
dipakai, apakah prospektif atau retrospektif dan kemungkinan adanya unsur baru
yang digunakan. Validasi hendaklah dipertimbangkan sebagai bagian dari seluruh
siklus sistem komputer. Siklus tersebut mencakup tahap perencanaan, spesifikasi,
pembuatan program, pengujian, “commisioning”, dokumentasi,pengoperasian,
pemantauan dan perubahan.
3. Sistem.
3.1. Penempatan peralatan hendaklah memperhatikan kondisi yang sesuai dimana
faktor luar tidak dapat mempengaruhi sistem.
3.2.Hendaklah dibuat dan selalu dimuthairkan deskripsi tertulis yang rinci dari
sistem (termasuk diagram sesuai kebutuhan). Deskripsi tersebut hendaklah
menjelaskan prinsip, tujuan, tindakan, pengamanan dan ruang lingkup sistem
serta ” fitur “ utama cara penggunaan komputer dan interaksi dengan sistem
dan prosedur lain.
3.3.Perangkat lunak merupakan komponen yang kritis dari sistem komputerisasi.
Pengguna perangkat lunak hendaklah mengambil langkah yang rasional untuk
memastikan bahwa perangkat tersebut disiapkan sesuai dengan sistem
pemastian mutu.
3.4.Sistem hendaklah meliputi, di mana diperlukan, program terpasang untuk
memeriksa ( build in Checks) ketepatan pemasukan dan pengolahan data.
3.5.Sebelum sistem komputerisasi digunakan, hendaklah diuji secara menyeluruh
dan dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang diinginkan. Jika akan
menganti sistem manual, kedua sistem tersebut hendaklah berjalan bersamaan
dalam kurun waktu tertentu, yakni sebagai bagian dari pengujian dan validasi.
3.6.Pemasukan atau perubahan data hanya dilakukan oleh personil yang
berwewenang untuk itu. Hendaklah ada cara yang tepat untuk mencegah
pemasukan data yang tidak sah termasuk penggunaan kunci kartu “pas” ( Pass
card), kode pribadi dan akses terbatas untuk masuk ke terminal komputer.
Hendaklah ditetapkan prosedur untuk penerbitan, pembatalan dan
Pengubahan otorisasi untuk memasukkan dan mengubah data, termasuk
pengantian kata sandi pribadi ( personal password). Hendaklah
dipertimbangkan pengadaan suatu sistem untuk mencatat usaha mengakses
sistem oleh personil yang tidak berwenang.
3.7.Apabila data kritis dimasukkan secara manual (misalnya : berat,dan No.
Batch bahan awal selama proses penimbangan), hendaklah dilakukan
pemeriksaan tambahan untuk ketepatan catatan yang dibuat. Pemeriksaan ini
dapat dilakukan oleh operator kedua atau dengan cara elektronis yang
tervalidasi.
3.8.Sistem hendaklah mencatat identitas operator yang memasukkan atau
mengonfirmasi data kritis. Otorisasi perubahan data yang dimasukkan
hendaklah terbatas pada personil yang ditunjuk. Semua perubahan data kritis
12
yang dimasukkan hendaklah diotorisasi dan dicatat dengan mencantumkan
alasan perubahan. Hendaklah dipertimbangkan agar sistem dapat membuat
catatan lengkap mengenai semua pemasukan dan perubahan data ( Audit
Trial).
3.9.Perubahan terhadap sistem atau program komputer hendaklah dilakukan
sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Yang mencakup ketentuan
untuk melakukan validasi, pemeriksaan, pengesahan, dan melaksanakan
perubahan. Perubahan hanya dapat diterapkan setelah mendapat persetujuan
dari personil yang bertanggung jawab atas sistem tersebut. Perubahan
hendaklah dicatat. Tiap Perubahan hendaklah divalidasi.
3.10. Untuk keperluan Audit, data yang disimpan secara elektronis hendaklah
dapat dicetak.
3.11. Data hendaklah diamankan secara elektronis atau fisik untuk
mengantisipasi kerusakan yang sengaja atau tidak disengaja. Hal ini sesuai
dengan Prinsip CPOB 10.8 yang berbunyi : Data dapat dicatat dengan
menggunakan sistem pengolahan data elekronis, cara fotografis atau cara lain
yang dapat diandalkan, namum prosedur rinci berkaitan dengan sistem yang
digunakan hendaklah tersedia, dan akurasi catatan hendaklah dicek. Apabila
dokumentasi dikelola dengan menggunakan metode pengolahan data
elektronis, hanya personil yang diberi wewenang boleh mengentri atau
memodifikasi data dalam komputer dan hendaklah perubahan dan
penghapusannya dicatat;akses hendaklah dibatasi dengan penggunaan kata
sandi (password) atau cara lain, dan hasil entri data kritis hendaklah dicek
secara independen. Catatan batch produksi yang disimpan secara elektronis
hendaklah dilindungi dengan transfer pendukung/ cadangan ( back up
transfer) menggunakan pita magnet, mikrofilm, kertas atau cara lain. Adalah
sangat penting bahwa data selalu tersedia selama kurun waktu penyimpanan.
3.12. Aksesibilitas ketahanan dan ketepatan data tersimpan hendaklah
diperiksa. Jika ada usul perubahan terhadap peralatan komputer atau
programnya, pemeriksaan tersebut di point : 3.11 hendaklah dilakukan pada
frekuensi yang sesuai dengan medium penyimpanan yang digunakan.
3.13. Data hendaklah diproteksi dengan membuat data cadangan ( back up data)
secara berkala dan teratur. Data Cadangan hendaklah disimpan selama masih
diperlukan dilokasi terpisah dan aman.
3.14. Hendaklah tersedia sistem alternatif yang memadai untuk dioperasikan
apabila terjadi kerusakan atau gangguan terhadap sistem yang ada. Waktu
yang diperlukan untuk penggunaan sistem alternatif tersebut hendaklah
disesuaikan dengan tingkat urgensi penggunaannya. Contoh : Informasi yang
dibutuhkan untuk penarikan kembali/ “Product recall” harus tersedia secara
cepat.
3.15. Prosedur yang diberlakukan jika terjadi kerusakan atau kegagalan pada
sistem hendaklah dietapkan dan divalidasi. Tiap kegagalan dan tindakan
perbaikan yang dilakukan hendaklah dicatat.
3.16. Hendaklah dibuat prosedur untuk mencatat dan menganalisa kekeliruan,
serta untuk menetapkan tindakan perbaikan yang dilakukan.
3.17. Jika servis komputer memakai jasa agen dari luar perusahaan hendaklah
dibuat perjanjian resmi yang mencakup pernyataan yang jelas mengenai
tanggung jawab agen jasa tersebut.
3.18. Bila pelulusan “Batch” untuk dijual atau diedarkan menggunakan sistem
komputerisasi,maka sistem tersebut hendaklah memperhitungkan bahwa
13
hanya kepala bagian Manajemen Mutu ( Pemastian Mutu) yang boleh
meluluskan batch. Sistem hendaklah secara jelas mengidentifikasi dan
mencatat Personil yang meluluskan batch.
4. Siklus Sistem komputerisasi terdiri dari :
4.1.Fase Ruang Lingkup
Fase ini mencakup antara lain: Rencana proyek, penyusunan Rencana Induk
Validasi ( RIV) Sistem komputerisasi, yang dapat dibuat terpisah atau sebagai
bagian / supplemen dari RIV (utama), termasuk jadwal validasi, penentuan
dan penetapan validasi, penentuan spesifikasi kebutuhan pengguna,
Pengkajian resiko dan Penilaian Pemasok.
4.2.Fase Desain.
Fase ini mencakup antara lain : Penentuan spesifikasi fungsi dan spesifikasi
desain yang disiapkan.
4.3.Fase Konstruksi ( Build Phase)
Yang mencakup antara lain :pengembangan piranti lunak, pengujian
pengembangan, instalasi teknis dan pengkondisian “Commisioning”.
4.4. Fase Pengujian.
Fase ini mencakup antara lain : Kualifikasi Instalasi, Kualifikasi Operasional
dan Kualifikasi Kinerja.
Yang dimaksud dengan kualifikasi Instalasi adalah
4.5.Fase Pengerahan/ “Deploy Phase”/ Fase Komisi.
Mencakup antara lain : Penyiapan dan penyelesaian laporan rangkuman
validasi yang menetapkan pelulusan sistem komputerisasi untuk digunakan.
4.6.Fase Penggunaan.
Mencakup antara lain : manajemen konfigurasi, pengendalian perubahan,
penanganan insiden, kesalahan dan penyimpangan, pemantauan dan
pemeriksaan secara periodis.
4.7.Fase Pemensiunan/ Dekomisi/ Decommisioning Phase.
Mencakup Rencana dekomisi, migrasi data, laporan dekomisi, piranti aplikasi
dan pengarsipan dokumen.
5. Validasi sistem komputerisasi adalah suatu persyaratan umum CPOB ( Cara
Pembuatan Obat yang Baik). Oleh sebab itu kebijakan tentang pemenuhan /
Kepatuhan terhadap aturan ini di Industry Farmasi perlu dipastikan. Terlepas dari
Sistem Komputerisasi ini di develop secara internal ( In sourcing) maupun secara
external ( Exsourcing) atau gabungan antara internal dan external ( Co-ourcing).
Tanggu jawab akhir tetap ada pada owner proses/ Quality person dari perusahaan
itu sendiri.
6. Development Sistem Informasi yang baik disemua lini Produksi, Distribusi
dan Pemasaran Industri Farmasi sebaiknya melewati semua tahap/ Siklus
kegiatan komputerisasi. Pedoman berupa : “Standard Operating Prosedure (
SOP)/ IK ( Instruksi Kerja) perlu di buat dan disetujui oleh “Quality Person”/
Personel Kunci Pemastian Mutu.
7. Singkatnya Tahapan Pengembangan Sistem Informasi harus melewati tahap-
tahap sebagai berikut :
7.1.Pembuatan Rancang Bangun Sistem Informasi/ Sistem komputerisasi,
Pembuatan URS ( user requirements spesification : misal komputerisasi di
Spektometer UV, Climatic Chamber, Purifed Water System, Chiller unit,
Tablet Machine, Blistering Machine, ERP System / enterprise resource
Planning system, dll) ,
14
7.2. Pelaksanaan Kualifikasi Desain (mulai dari pembuatan Protokol kualifikasi,
Pelaksanaan, Penyusunan Laporan kualifikasi) ,
7.3.Pelaksanaan Kualifikasi Instalasi sistem informasi ( SI) ,
7.4.Pelaksanaan Kualifikasi Operasional sistem informasi (SI),
7.5.Pelaksanaan Kualifikasi Kinerja dari sistem informasi ( SI) ,
7.6.Pelaksanaan Kontrol Penggunaan SI,
7.7.Kontrol Penanganan Penyimpangan SI,
7.8.Mekanisme Kontrol Perubahan SI, Mekanisme Pemensiunan SI.
(CPOB 2006)
Pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia secara umum, secara khusus Indonesia
dibandingkan wilayah lain seperti Eropa dan Amerika merupakan faktor pendorong
utama perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih. Hal ini kemudian
menimbulkan dampak ikutan yang signifikan terhadap kegiatan perusahaan di Indonesia,
termasuk di Industri Farmasi. Persaingan di Industri Farmasi menjadi semakin ketat
dimana semua perusahaan berlomba-lomba untuk saling menonjolkan kemampuannya
agar dapat bersaing dengan para pesaingnya.
Dua hal utama untuk memenangkan persaingan di era seperti ini adalah “cost
effective management” dan pemberdayaan revolusi berikutnya dari revolusi Industri,
yaitu teknologi informasi, khususnya penemuan Internet. Di revolusi kedua ini, terjadi
akselerasi gerak, dari gerak fisik ke gerak elektronis ( from Phsical movement to
electronic movement).
Kondisi ini / situasi pasar farmasi yang sangat bersaing ini menuntut dunia
usaha Farmasi untuk dapat menyesuaikan dengan tuntutan pasar yang memerlukan
respons yang jauh lebih cepat dan fleksibel dalam meningkatkan pelayanan terhadap
pelanggan. Istilah Persaingan saat ini bergeser dari Perusahaan yang besar menelan
Perusahaan kecil menjadi Perusahaan yang paling cepat merespon permintaan pasar
menelan perusahaan yang lambat. Robohnya Industri Electronic seperti Sony, Sanyo,
Nokia oleh Samsung mungkin dapat menggambarkan benarnya hal ini.
Kegiatan Toll Manufacture / Outsourcing ini tidak sekadar mengontrakkan
secara biasa, tetapi jauh melebihi itu, hal ini bahkan di atur di bab tersendiri CPOB 2006
( Bab 12, mengenai Pekerjaan Kontrak dan Analisa berdasarkan kontrak). Di samping
Secara Spesifik terkait IT/ Komputerisasi tercantum di Aneks 7 CPOB 2006.
Beberapa pekerjaan yang sering di-outsource kan oleh suatu perusahaan adalah
bidang teknologi informasi (TI). Hasil penelitian Benko (1992) dalam Fowler dan Jeffs
(1998), yang dikutip oleh Prapti (2007), menemukan bahwa kapital perusahaan yang
diinvestasikan dalam teknologi informasi (TI) dan sistem informasi (SI) akan naik
sebesar 40 %.
Beberapa pelaku bisnis tidak terlalu puas dengan hasil kembalian yang diterima
dari invenstasi tersebut. Biaya SI internal meningkat dengan pesat, teknologi juga
berubah dengan sangat cepat namun konsumen kadang tidak menerima pelayanan seperti
yang diharapkan dengan sistem yang ada saat ini. Akibatnya, banyak perusahaan
memilih melakukan outsourcing, akibatnya pasar outsourcing tumbuh dengan cepat
terutama di Indonesia setelah dilegalkan berdasarkan UU Tenaga kerja yang berlaku saat
ini.
Mc Leod (1996), berpendapat bahwa Toll manufacture/ kontrak outsourcing
dapat melibatkan sejumlah besar uang. Suatu perjanjian antara General Dynamics dan
Computer Sciences Corporation (CSC) bernilai $3 milyar, dan konrak EDS dengan
Continental Airlines bernilai $2,1 milyar. Namun, kontrak yang mengejutkan di industri
komputer dimulai oleh Kodak. Pada tahun 1989, Kodak melakukan outsourcing
15
komputernya ke IBM, pengembangan aplikasinya ke Andersen Consulting, serta
manajemen telekomunikasi dan jaringannya ke Digital Equipment Corporation.
Salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang penting adalah legalisasi penerapan
kebijakan outsourcing di hampir semua negara termasuk Indonesia. Bahkan, praktek
outsourcing sudah terjadi lebih dari dua dekade lalu. Di Indonesia terjadi dibawah
kepemimpinan President Megawati dengan Jacob Nuawea sebagai Menteri Tenaga
Kerja.
Dalam menghadapi persaingan Industri Farmasi yang ketat, Industri diharuskan
melakukan peningkatan tata kelola organisasi atau perusahaan.Persoalan ini membuat
Industri Farmasi harus mampu mengelola organisasinya seefektif dan seefisien mungkin.
Organisasi selalu berusaha untuk menggunakan sumber daya seminimal mungkin untuk
mencapai hasil yang maksimal ( konsep lean manufacturing).
Hal ini tidak terlepas dari penggunaan SDM yang ada. Kecenderungan saat ini
perusahaan berusaha agar tenaga kerja inti yang ada di lingkungan organisasi tersebut
fokus untuk menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business). Hal ini
menyebabkan pekerjaan yang sifatnya penunjang untuk diserahkan kepada pihak lain.
Hal inilah yang disebut dengan outsourcing.
Kebalikan dari outsourcing adalah insourcing. Umumnya pekerja akan lebih
memilih model ini karena dianggap lebih berpihak kepada mereka. insourcing adalah
suatu usaha pengembangan SI dan IT dalam perusahaan yang hanya melibatkan sumber
daya di dalam suatu organisasi atau suatu perusahaan dengan membentuk divisi khusus
yang berkompeten di bidangnya, seperti departemen EDP (Electronic Data
Processing). In-sourcing merupakan model pengembangan dan dukungan sistem
teknologi informasi yang dilakukan oleh para pekerja di suatu area fungsional dalam
organisasi (misalnya Akunting, Keuangan, dan produksi) dengan sedikit bantuan dari
pihak spesialis sistem informasi atau tanpa sama sekali. Model ini dikenal juga dengan
istilah end-user computing atau end-user development.
Untuk menentukan strategi mana yang akan digunakan dalam suatu perusahaan,
sangat tergantung dari situasi yang ada. Tentu saja dengan mempertimbangkan pula
keunggulan dan kelemahan serta manfaat dan resiko yang mungkin dialami oleh
perusahaan. Misalnya: outsourcing dapat dijadikan pilihan jika dibutuhkan waktu yang
cepat dalam pengembangan aplikasi atau jika perusahaan memiliki sejumlah proses
bisnis non-inti yang memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk
dilaksanakan. Outsourcing dalam hal ini, akan membantu menghemat waktu, usaha,
tenaga kerja dan juga akan membantu pengiriman yang lebih cepat untuk pelanggan
perusahaan. Sebaliknya, insourcing lebih tepat untuk dipilih jika suatu aplikasi
merupakan inti bisnis perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam
perusahaan yang ahli dalam suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya
dan perusahaan memiliki kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan.
Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi terpenting. Dilihat dari sisi
penawaran, umumnya hampir di setiap negara menunjukkan perkembangan yang terus
meningkat dari tahun ke tahun sehingga diperlukan kebijakan-kebijakan yang mampu
mendorong pertumbuhan produksi dengan tujuan agar dapat menyerap angkatan
kerja. Salah satu kebijakan ketenagakerjaan yang penting adalah legalisasi penerapan
kebijakan outsourcing di hampir semua negara. Bahkan, praktek outsourcing sudah
terjadi lebih dari dua dekade lalu. Dalam menghadapi persaingan dunia usaha yang ketat,
organisasi dituntut untuk melakukan peningkatan manajemen organisasi atau perusahaan.
Hal ini membuat organisasi harus mampu mengelola organisasinya secara efektif dan
efisien. Organisasi selalu berusaha semaksimal mungkin untuk menggunakan sumber
daya seminimal mungkin untuk mencapai hasil yang maksimal.
16
Hal ini tidak terlepas dari penggunaan tenaga kerja yang ada. Kecenderungan
saat ini perusahaan berusaha agar tenaga kerja inti yang ada di lingkungan organisasi
tersebut fokus untuk menangani pekerjaan yang menjadi bisnis inti (core business). Hal
ini menyebabkan pekerjaan yang sifatnya penunjang untuk diserahkan kepada pihak lain.
Hal inilah yang disebut dengan outsourcing.
Kompetisi yang keras di Industri Farmasi saat ini telah memaksa banyak
perusahaan untuk berkonsentrasi pada rangkaian proses atau aktivitas penciptaan produk
dan jasa yang terkait dengan kompetensi Intinya (core-competency). Dengan melakukan
pemfokusan tersebut, niscaya akan dapat dihasilkan produk dan jasa yang memiliki
kualitas yang lebih andal dan memiliki daya saing tinggi di pasar global dengan dasar
pemikiran berfokus pada keunggulan komperatif. Efek dari Pemfokusan tersebut adalah
keputusan pimpinan perusahaan atau manajemen untuk mengalihdayakan atau
menyerahkan proses-proses yang bukan merupakan core competence perusahaan tersebut
kepada pihak lain. Dari Sini muncullah istilah outsourcing, yaitu upaya untuk
mengontrakkan/ memaklonkan suatu kegiatan pada pihak eksternal Industri untuk
memperoleh layanan pekerjaan/ produk yang diperluka. Outsourcing/ Toll-out ini adalah
alternatif dalam melakukan pekerjaan internal yang secara perhitungan berdasarkan
keunggulan komperatif dengan penerima kontrak adalah menguntungkan.
Menguntungkan di sini dari sisi biaya marginal.
Pendekatan sebaliknya dari outsourcing adalah insourcing. Umumnya karyawan
akan lebih memilih model ini karena dianggap lebih menguntungkan bagi mereka. Yang
dimaksud dengan istilah Insourcing pada makalah ini adalah suatu usaha pengembangan
Sistem Informasi (SI) dan Information technology (IT) dalam perusahaan yang hanya
melibatkan sumber daya internal atau SDM di dalam suatu organisasi. Dengan kata lain
Perusahaan dengan membentuk divisi khusus yang berkompeten di bidang IT dan SI,
seperti departemen EDP (Electronic Data Processing) atau seperti diperusahaan kami
ICT Department (Information Comunication Technology Department).
Untuk menentukan strategi mana yang akan digunakan dalam suatu Industri
Farmasi, sangat tergantung dari situasi yang ada. Tentu saja dengan mempertimbangkan
pula keunggulan dan kelemahan serta manfaat dan resiko yang mungkin dialami oleh
perusahaan dan keharusan menjalankan CPOB terkini ( CPOB 2006) terkait Sistem
Informasi ( anneks 7, CPOB 2006). Apabila outsourcing yang dijadikan pilihan
berdasarkan prinsip marginal yg kita pelajar di mata kuliah teori ekonomi ataupun
ekonomi manajerial, akan dimungkinkan adanya keunggulan komperatif berperan
penting menjadi suatu keunggulan di model outsourcing, sehingga hanya dibutuhkan
waktu yang singkat dalam pengembangan aplikasi SI ataupun IT. Adalah logis apabila
secara umum berlaku perusahaan yg memiliki sejumlah proses bisnis non-inti yang
memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk
melaksanakan Outsourcing dalam hal ini. Ini dikarenakan oursourcing akan membantu
menghemat waktu, usaha, tenaga kerja dan juga akan membantu Proses produksi ,
pengiriman yang lebih cepat, efektif dan efesien untuk pelanggan perusahaan tersebut.
Sebaliknya, insourcing lebih tepat untuk dipilih jika suatu aplikasi merupakan inti bisnis
perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam perusahaan yang ahli dalam
suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya dan perusahaan memiliki
kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004), Insourcing adalah kebalikan dari
outsourcing, dimana perusahaan bukan menyerahkan aktivitas pada perusahaan lain yang
lebih kompeten, namun justru mengambil sendiri kerja tersebut atau dengan menerima
pekerjaan dari perusahaan lain dengan berbagai motivasi. Salah satu motivasi yang
penting adalah menjaga tingkat produktivitas dan penggunaan aset secara maksimal agar
biaya satuannya dapat ditekan dimana hal ini akan meningkatkan keuntungan
perusahaan. Dengan demikian kompetensi utamanya tidak hanya digunakan sendiri
tetapi juga dapat digunakan oleh perusahaan lain dengan imbalan tertentu
17
Pendekatan In-Sourcing Pada Industri Farmasi ?
Insourcing adalah mengoptimalkan karyawan dalam perusahaan untuk
dipekerjakan di luar perusahaan berdasarkan kompetensi dan minat karyawan itu sendiri
dan difasilitasi oleh perusahaannya. Insourcing bisa dalam bentuk bekerja di luar
perusahaan secara full time, fifty-fifty atau temporary. Kompensasi yang diterima juga
mengikuti pola tersebut. Artinya mereka akan dibayar secara penuh oleh perusahaan
yang menggunakannya, atau sharing dengan perusahaan asalnya atau perusahaan asal
hanya menanggung selisih gaji (Zilmahram, 2009). Insourcing juga dapat didefinisikan
sebagai transfer pekerjaan dari satu organisasi ke organisasi lain yang terdapat di dalam
negara yang sama. Selain itu, Insourcing dapat pula diartikan dengan suatu organisasi
yang membangun fasilitas atau sentra bisnis baru yang mengkhususkan diri pada layanan
atau produk tertentu (en.wikipedia.org). Dalam kaitannya dengan TI, Insourcing atau
Contracting merupakan delegasi dari suatu pekerjaan ke pihak yang ahli (spesialis TI)
dalam bidang tersebut dalam suatu perusahaan.
Pendekatan in-sourcing merupakan kebalikan dari out-sourcing. Jika out-
sourcing melimpahkan pengerjaan proyek pada pihak ketika, in-sourcing
mengembangan proyek dengan memanfaatkan spesialis IT dalam perusahaan tersebut.
Contohnya perusahaan tekstil dari Jepang membuka perusahaan di Indonesia dengan
alasan karena gaji orang Indonesia dapat lebih rendah dari gaji pegawai Jepang. Pada
kasus ini perusahaan di Jepang melakukan out-sourcing sedangkan perusahaan Jepang
yang ada di Indonesia melakukan in-sourcing. Menurut Mary Amiti dan Shang-Jin Wei
berdasarkan penelitiannyanya mengatakan bahwa untuk di negara Amerika dan negara-
negara industri lainnya perusahaan yang memakai insourcing lebih banyak daripada
perusahaan yang menggunakan tenaga outsourcing, karena walaupun tenaga outsourcing
berdasarkan hasil survey banyak perusahaan yang menggunakannya dan angkanya terus
meningkat tetap saja masih lebih rendah di bandingkan dengan insourcing. Berdasarkan
Rudy dan Mary di dalam www.accessmylibrary.com ada 4 pola dasar dari pada
insourcing :
1. Eksekutif senior menyuruh internal manager IT untuk memotong biaya. Inilah
yang menjadi tekanan yang menakutkan dalam suatu perusahaan, ketika eksekutif
senior menyuruh mencari cara lain untuk mengurangi biaya termasuk di
dalamnya biaya IT. Eksekutif senior selalu mempertanyakan apa keuntungan
yang di dapat ketika meningkatnya IT di dalam perusahaannya dan menyurh IT
manager untuk mengurangi biayanya. Dan IT manager selalu mengatakan
pembelaannya bahwa user selalu menolak taktik pihak IT dalam mengurangi
biaya. Internal IT selalu berulangkali berusaha untuk mengurangi biaya dengan
mengkonsolidasikan tiga data utama mereka, tetapi unit manager bisnis
menolaknya. Karena itulah pihak IT manager mempersiapkan suatu team. Team
ini mempersiapkan penawaran data yang kuat dalam cara mengurangi
biaya.termasuk konsolidasi data utama. Departemen internal IT memutuskan
tawaran dan mengkonsolidasi data center, menginstal automation di dalam tape
library, mengatur ulang work flows, menstadarisasikan perangkat lunak,
mengadakan system chargeback baru yang mengurangi permintaan user yang
terlalu banyak. Tactic ini dapat mengurangi headcount sebesar 51 & dan biaya
sebesar 43 %.
2. Pihak IT Manager memutuskan kontrak outsourcing yang banyak memiliki
kekurangan. Ada saatnya seperti dalam kasus yang ada, ketika senior
management membuat suatu kontrak dengan pihak outsourcing dimana senior
18
management menggunakan 80% biaya outsourcing IT dan menggunakan konrak
jangka panjang. Tetapi karena di dukung dengan negosiasi yang buruk membuat
biaya untuk IT menjadi meningkat, dan pelayanan semakin memburuk. Karena
itulah pihak senior IT mengambil langkah untuk segera menghentikan kontrakdan
membangun internal IT didalam perusahaannya. Dan akhirnya senior
management dan para pengguna ICT setuju dan mendukung rencana senior IT
tersebut. Sehingga pihak IT senior membangun suatu internal IT departemen
yang dimana kegiatannya, membeli mesin yang baru, membeli paket software,
memperkerjakan 40 analyst programmer dari pihak vendor outsource. Sehingga
pihak pengguna senang dengan pelayanan yang ada, dan biaya IT lebih rendah
daripada nilai kontrak yang pernah ada.
3. IT Manager mempertahankan insourcing. Ada saatnya ketika pihak IT Manager
harus mempertahankan untuk melakukan insourcing. Kelihatan di beberapa kasus
yang ada, ketika pihak direktur IS menginvestigasi pihak outsourcing saat para
pengguna mengadukan ke pihak senior management mengenai adanya
kekurangan layanan pada area aplikasi mereka. Pihak direktur IS mengatakan
bahwa adanya permintaan para pengguna yang jauh melewati dari sumber yang
ada, mengarah kepada penyimpanan aplikasi yang besar. Setelah melewati
beberapa analisa, pihak direktur IS pun membuat suatu laporan yang berisikan
mengapa perusahaan tersebut harus tetap menggunakan insourcing, dan
menerangkan bahwa menggunakan insourcing akan jauh mengurangi biaya di
bandingkan menggunakan outsourcing.
4. Eksekutif senior menegaskan nilai dari IT. Ini adalah pola dasar yang
mengindentifikasi di mana insourcing tidak menghasilkan hasil yang signifinakan
di mana dapat mengurangi biaya IT tetapi keputusan untuk mengambil langkah
insourcing masih di pertimbangkan berhasil karena di perusahaan di berlakukan
lagi dan legitimasi lebih jauh ke internal sourcing.
Suatu organisasi biasanya memilih untuk melakukan Insourcing antara lain
dalam rangka mengurangi biaya tenaga kerja dan pajak. Organisasi yang tidak puas
dengan Insourcing kemudian memilih Insourcing sebagai penggantinya. Beberapa
organisasi merasa bahwa dengan Insourcing mereka dapat memiliki dukungan pelanggan
yang lebih baik dan kontrol yang lebih baik atas pekerjaan mereka daripada dengan
meng- outsourcing-nya (www.outsource2india.com).
Keuntungan pengembangan sistem informasi atau proyek lain dengan
menggunakan pendekatan in-sourcing adalah :
1. Perusahaan dapat mengontrol sistem informasinya sendiri (High degree of
control)
2. Biaya untuk pekerja dalam perusahaan biasanya lebih kecil daripada biaya untuk
pekerja outsource
3. Mengurangi biaya operasional perusahaan, seperti transport, dan lain-lain
4. Memiliki kemampuan untuk melihat secara keseluruhan dari proses
5. Lebih ekonomis dalam hal ruang lingkup dan ukuran
6. Sistem Informasi yang dibuat dapat direncanakan secara terstruktur sesuai dengan
kebutuhan perusahaan.
7. Mudah untuk melakukan modifikasi dan pemeliharaan (maintenance) terhadap SI
karena proses pengembangannya dilakukan oleh internal perusahaan tersebut.
8. Lebih mudah dalam mengintegrasikan SI yang dikembangkan oleh perusahaan
dengan sistem yang sudah ada.
19
9. Proses pengembangan sistem dapat dikelola dan dimodifikasi serta dikontrol
keamanan aksesnya (security acces).
10. Dapat dijadikan sebagai keunggulan kompetitif (competitive advantage)
perusahaan dibandingkan pesaing.
Selain keuntungan diatas, terdapat beberapa kelemahan menggunakan in-
sourcing, yaitu :
1. Perusahaan perlu memperhatikan masalah investasi dari pengembangan sistem
informasi, jangan sampai pengembangan memakan waktu terlalu lama yang akan
memakan biaya lebih tinggi lagi.
2. Mengurangi fleksibilitas strategi.
3. Membutuhkan investasi yang tinggi karena biaya pembuatan sistem harganya
sangat mahal.
4. Supplier yang berpotensi memberikan produk dan layanan yang mahal.
5. Adanya communication gap antara IT Specialist dan user.
6. Kesulitan dalam menyatakan kebutuhan users sehingga menyulitkan spesialis TI
dalam memahaminya dan seringkali hal ini menyebabkan SI yang dibuat kurang
memenuhi kebutuhan user.
7. Adanya resiko yang harus ditanggung sendiri oleh perusahaan jika terjadi
masalah atau kesalahan dalam pendefinisian kebutuhan data dan informasi.
8. Kurangnya tenaga ahli (expert) di bidang SI/TI yang kompeten dan memiliki skill
yang memadai dapat menyebabkan kesalahan/resiko yang harus ditanggung
sendiri oleh perusahaan.
Dari sisi spesifiknya dan banyaknya aturan GMP/ CPOB dan kerahasiaan
Formulasi Industri Farmasi Sepintas cocok dengan metode Insourcing ini dalam
mengembangkan SI dan TI di organisasinya. Akan tetapi mempertimbang aspek
lambatnya, serta terbatasnya SDM terkait TI, bisa jadi prosesnya akan lama, mengingat
TI juga bukan core bisnis dari Industri Farmasi seperti halnya IBM, Nokia dll. Maka
Perlu dicari model lain untuk optimasi biaya dan terjaminnya pelaksanaan aturan CPOB
dan kerahasiaan formulasi obat di suatu industri Farmasi, dalam mengembangkan sistem
informasi maupun teknologi informasinya.
Pendekatan In-Sourcing Pada Industri Farmasi ?
Indrajit dan Djokopranoto (2004), dalam bukunya yang berjudul Proses Bisnis
Outsourcing mendefinisikan outsourcing sebagai penyerahan aktivitas perusahaan pada
pihak ketiga dengan tujuan untuk mendapatkan kinerja pekerjaan yang profesional dan
berkelas dunia. Oleh karena itu, pemilihan pemberi jasa merupakan hal yang sangat vital.
Diperlukan pihak pemberi jasa yang menspesialisasikan dirinya pada jenis pekerjaan atau
aktivitas yang akan diserahkan. Dengan demikian, diharapkan bahwa kompetensi
utamanya juga berada di jenis pekerjaan tersebut. Disertai pengendalian yang tepat,
pemberi jasa diharapkan mampu memberikan kontribusi dalam meningkatkan
keunggulan kompetitif perusahaan. oleh karena itu, outsourcing merupakan langkah
strategis bagi perusahaan dalam arti mempunyai kontribusi dalam menentukan hidup
matinya dan berkembang tidaknya perusahaan.
Indrajit dan Djokopranoto (2004), dalam bukunya yang berjudul Proses Bisnis
Outsourcing merinci mengenai alasan-alasan yang mendasari perusahaan untuk
melakukan outsourcing. Melalui studi para ahli manajemen yang dilakukan sejak tahun
1991, termasuk survey yang dilakukan terhadap lebih dari 1.200 perusahaan,
Outsourcing Institute mengumpulkan sejumlah alasan mengapa perusahaan-perusahaan
melakukan outsourcing terhadap aktivitas-aktivitasnya dan potensi keuntungan apa saja
20
yang diharapkan diperoleh darinya. Potensi keuntungan atau alasan-alasan tersebut
antara lain untuk :
1. Meningkatkan fokus perusahaan
2. Memanfaatkan kemampuan kelas dunia
3. Mempercepat keuntungan yang diperoleh dari reengineering
4. Membagi risiko
5. Sumberdaya sendiri dapat digunakan untuk kebutuhan-kebutuhan lain
6. Memungkinkan tersedianya dana capital
7. Menciptakan dana segar
8. Mengurangi dan mengendalikan biaya operasi
9. Memperoleh sumberdaya yang tidak dimiliki sendiri
10. Memecahkan masalah yang sulit dikendalikan atau dikelola.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004), outsourcing adalah alat strategis
manajemen berjangka panjang. Apabila mendapatkan keuntungan dalam waktu yang
singkat ingin lebih ditonjolkan dan diutamakan, seringkali perusahaan akan kecewa. Alas
an-alasan nomor 1 sampai dengan 5 di atas merupakan target jangka panjang dan bersifat
strategis. Alasan-alasan nomor 6 sampai dengan nomor 10 lebih bersifat taktis atau yang
mempengaruhi operasi dan bisnis perusahaan sehari-hari. Dari studi yang dilakukan
terbukti bahwa langkah outsourcing dapat bermanfaat bagi suatu perusahaan secara
maksimal apabila dilihat sebagai langkah strategis jangka panjang.
Menurut Indrajit dan Djokopranoto (2004) Co-Sourcing adalah jenis hubungan
pekerjaan dan aktivitas, dimana hubungan antara perusahaan dan rekanan lebih erat dari
sekedar hubungan outsourcing biasa. Ini misalnya terjadi dalam hal staf spesialis
perusahaan diperbantukan kepada rekanan pemberi jasa karena langkanya keahlian yang
diperlukan atau karena perusahaan tidak mau kehilangan staf spesialis tersebut. Dengan
cara ini, keberhasilan pekerjaan seakan-akan menjadi tanggung jawab bersama, termasuk
juga risiko ketidakberhasilan.
Berikut ini akan diuraikan mengenai tujuan dari outsourcing dan risiko yang
mungkin dihadapi dengan penerapan outsourcing (Indrajit dan Djokopranoto, 2004).
Tabel 2. Tujuan dan Risiko Outsourcing
Tujuan Outsourcing Risiko Outsourcing
Mempercepat keuntungan
reenginering
Keuntungan tidak diperoleh secara cepat,
tidak diperoleh dalam jumlah yang cukup
signifikan
Mendapatkan akses pada
kemampuan kelas dunia
Akses tidak diperoleh karena pemberi jasa
tidak menunjukkan kinerja perusahaan kelas
dunia
Memperoleh suntikan kas Suntikan kas ternyata seret atau tidak
diperoleh sama sekali karena perusahaan
pemberi jasa mengalami kesulitan keuangan
Membebaskan sumber daya
untuk kepentingan lain
Sumber daya mungkin harus ditransfer ke
atau diperlukan oleh perusahaan pemberi jasa,
shg tetap kekurangan sumber daya
Membebaskan diri dari fungsi
yang sulit dikelola atau
dikendalikan
Perusahaan mungkin tidak dapat bebas
seluruhnya dari kesulitan yang sebetulnya
ingin dihindari
Memperbaiki fokus perusahaan Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai,
tidak sepenuhnya didapat, maka fokus core
business mgk tidak tercapai
Memperoleh dana kapital Karena perusahaan pemberi jasa mengalami
kesulitan keuangan, maka mungkin tambahan
dana tidak ada
21
Mengurangi biaya operasi Biaya sesudah outsourcing mungkin tidak
berkurang, tetapi tetap atau bahkan
bertambah.
Mengurangi resiko usaha Karena berbagai tujuan yg ingin dicapai tidak
sepenuhnya diperoleh, mgk risiko usaha tetap
saja besar
Memperoleh sumber daya yg
tidak dimiliki di dalam
perusahaan
Karena perusahaan pemberi jasa juga tidak
memiliki sumber daya yang diperlukan, maka
tujuan ini tidak tercapai
Dari sisi keunggulan model ini yaitu memperoleh SDM expert di
permasalahan SI dan TI serta percepatan dari sisi reenginering kelebihan Outsourcing
tersebut ditambah dengan TI juga bukan core bisnis dari Industri Farmasi seperti halnya
IBM, Nokia dll , sepintas model ini cocok dengan Industri Farmasi untuk
mengembangkan SI dan TI di organisasinya. Akan tetapi mempertimbang aspek
spesifiknya pelaksanaan Aturan CPOB dan kerahasiaan formulasi obat di suatu industri
Farmasi, dalam mengembangkan sistem informasi maupun teknologi informasinya.
Sampai saat ini belum ada IT yang fokus di Industri Farmasi, sehingga sistem ERP
seperti : SAP, EXACT, ORACLE tetap saja harus dicustomise saat implementasinya.
Dan proses customisasi ini menggunakan SDM Depatement SI & TI Internal Industri
Farmasi juga pada akhirnya. Karenanya Kombinasi Insourcing dan Outsorcing atau yang
dikenal dengan istilah Co-sourcing merupakan pendekatan yang lebih optimal sejauh ini
bagi Industri Farmasi yang padat dengan aturan spesifik, serta memiliki banyak rahasia
formulasi yang spesifik diketahui hanya oleh Farmasis-Farmasis. Di sisi lain Farmasis
tersebut sangat kurang kompeten dipermasalahan TI. Juga mengingat TI bukan Core
bisnis dari Industri Farmasis.
Pendekatan Cosourcing di Industri Farmasi.
Pada era global yang menempatkan persaingan secara fair, maka tidak ada jalan
lain kecuali terus mencari keunggulan. Untuk mendapatkan keunggulan tersebut, seperti
dikatakan Porter, pebisnis harus bisa menciptakan perbedaan, baik produk maupun
prosesnya. Salah satu cara untuk membuat perbedaan tersebut adalah dengan
menerapkan outsourcing. Perusahaan pengguna outsourcing bisa memenangkan
persaingan, karena outsourcing bisa melahirkan dua keunggulan, yaitu menurunkan
biaya produksi dan memaksimalkan kapabilitas. Sebanyak 21 % perusahaan-perusahaan
di AS dan 31 % dari Kanada telah melakukan outsourcing dan telah merasakan betapa
nikmatnya memenangkan persaingan dengan memanfaatkan kedua keunggulan itu.
Sangat disayangkan, berdasarkan hasil survei yang dilakukan Institute of
Internal Auditors (AS) pada awal 1998, menunjukkan bahwa 35 % hingga 40 %
perusahaan-perusahaan di AS dan Kanada merencanakan tidak akan melakukan
outsourcing. Hal ini karena dengan outsourcing manajemen kehilangan kontrol sehari-
hari terhadap bidang yang dioutsourcingkan. Kedua, outsourcing bisa membuka rahasia
perusahaan. Sebagai gantinya, mulai dipertimbangkan cosourcing.
Co-sourcing merupakan cara untuk membuat perbedaan, guna mendapatkan
keunggulan dalam bersaing yang datangnya lebih belakangan dibanding outsourcing.
Definisi operasional co-sourcing adalah perusahaan melakukan partnership dengan
profesional di luar perusahaan. Dalam penyerahan pekerjaan kepada outsider itu,
perusahaan tidak serta merta menyerahkan seluruh pekerjaan kepada profesional dan
memberhentikan kayawan tetapnya. Perusahaan tetap menyertakan karyawannya, untuk
secara bersama-sama menjalankan pekerjaan, sekalipun pekerjaan itu membutuhkan
keahlian yang spesifik.
22
Perbedaan model ini dengan outsourcing adalah pada co-sourcing karyawan
tetap yang dipartnerkan dengan profesional terlibat aktif dalam pekerjaan sejak
perencanaan, pengambilan keputusan, dan ada kemungkinan berpartisipasi dalam
membuat laporan. Sebaliknya, pada outsourcing profesional datang dengan keahlian
yang spesifik, merencanakan, mengerjakan, mengambil keputusan dan membuat laporan
secara independen. Dengan cara melibatkan atau menempatkan pekerja tetap
mendampingi profesional, maka perusahaan berharap bisa ikut mengontrol
perkembangan pekerjaan dari waktu ke waktu dan menjaga agar rahasia perusahaan tidak
bocor. Tentu saja dengan munculnya co-sourcing, tidak berarti outsourcing ditinggalkan
begitu saja. Co sourcing hanya menguntungkan untuk dilakukan pada bidang-bidang
pekerjaan yang mengandung rahasia perusahaan. Sedang untuk bidang-bidang pekerjaan
lain, keunggulan outsourcing masih dapat bekerja.
Model ini adalah kombinasi antara Insourcing dan Outsourcing, dimana
kombinasi antara Internal SDM yang mengerti User requrements specification yang
spesifik di Industri farmasi akan bekerjasama dengan SDM TI external yang benar-benar
faham mengenai revolusi movement fisik ke movement elektronic. Sinergi kedua SDM ini
akan menghasilkan kecepatan maksimal, dengan biaya optimal serta kerahasian dan
kontrol ketat tetap dapat dijalankan industri farmasi.
23
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN:
1. Outsourcing menjadi pilihan utama jika dibutuhkan waktu yang cepat dalam
pengembangan aplikasi atau jika perusahaan memiliki sejumlah proses bisnis
non-inti yang memerlukan banyak waktu, usaha, dan sumberdaya untuk
dilaksanakan. Outsourcing dalam hal ini, akan membantu menghemat waktu,
usaha, tenaga kerja dan juga akan membantu pengiriman yang lebih cepat untuk
pelanggan perusahaan.
2. Insourcing menjadi pilihan utama jika suatu aplikasi merupakan inti bisnis
perusahaan atau jika telah ada suatu divisi khusus dalam perusahaan yang ahli
dalam suatu bidang tertentu. Hal ini akan dapat menghemat biaya dan perusahaan
memiliki kontrol yang lebih baik atas pekerjaan yang dilakukan. Perusahaan tidak
harus memilih outsourcing atas insourcing atau sebaliknya.
3. Suatu perusahaan dapat melakukan outsourcing dan insourcing pada saat yang
sama. Dengan outsourcing dan insourcing secara bersamaan, maka perusahaan
akan dapat memiliki apa yang terbaik dari yang ditawarkan kedua strategi di atas
dan bisnis akan mendapatkan keuntungan kompetitif.
4. Industri Farmasi memiliki kekhasan aturan berhubung obat adalah komoditas
yang higly regulated karena berhubungan dengan kemanusiaan, juga perusahaan
yang tetap pula berorientasi bisnis di sisi lainnya, karenanya selama belum ada
keyakinan terhadap kerahasiaan formulasi dari SDM External perusahaan bercore
bisnis pengembangan TI & SI, dan belum ada Perusahaan bercore bisnis
pengembangan TI & IT Industri Farmasi maka Co-sourcing menjadi pilihan
paling optimal bagi Industri Farmasi untuk mengembangkan SI dan TI-nya.
Dengan outsourcing dan insourcing secara bersamaan, maka perusahaan akan
dapat memiliki apa yang terbaik dari yang ditawarkan kedua strategi di atas dan
bisnis akan mendapatkan keuntungan kompetitif
SARAN:
Perlu dikembangkan perusahaan bercore bisnis pengembangan TI & IT
spesialisasi pada implementasi SI dan TI pada Industri Farmasi. Perusahaan ini akan
selalu up date terhadap aturan keahasiaan formula, up date perkembangan di dunia
kefarmasian, up date terhadap perkembangan CPOB terkini, serta up date pula terhadap
perkembangan dunia Tenologi Informasi dan Sistem Informasi Dunia.
24
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006. Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang Baik 2006.Badan Pengawas Obat
dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 2009. Suplemen I 2009 Pedoman Cara Pedoman Cara Pembuatan Obat Yang
Baik 2006.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim, 2009. Petunjuk Operasional Penerapan Cara Pedoman Cara Pembuatan Obat
Yang Baik 2006.Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia, Jakarta
Indrajit, R. E. dan Djokopranoto, R. 2004. Proses Bisnis Outsourcing. Penerbit PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.
Yasar, I. 2008. Sukses Implementasi Oursourcing. Penerbit PPM, Jakarta.
Mc Leod Jr, Rymond. 1996. Sistem Informasi Manajemen. Edisi Bahasa Indonesia Jilid
2. PT Ikrar Mandiriabadi, Jakarta.
Prapti, MS. 2007. Lebih dari Sekedar Outsourcing : Pengelolaan Teknologi Informasi
sebagai Value Center. Manajemen Usahawan Indonesia, Volume XXXVI No 2, Februari
2007, Hal 49-55.
O’Brien, JA . Marakas, george. 2009. Management Information sistem. Ninth edition.
Mc Graw Hill. Inc Boston
25
DAFTAR GAMBAR & TABEL
Daftar Gambar
1. Pengguna Internet dalam Bentuk Persentase Populasi
Daftar Tabel Tabel
1. Tabel 1. Karakteristik kunci mengenai IT Sourcing.
2. Tujuan dan Risiko Outsourcing