Tugas individu

83
TUGAS INDIVIDU TAHAP PERKEMBANGAN ORDE BARU

Transcript of Tugas individu

Page 1: Tugas individu

TUGAS INDIVIDU

“TAHAP PERKEMBANGAN ORDE BARU”

Page 2: Tugas individu

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.wb

Segala puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat

dan ridha-Nya sehingga penulis bisa menyusun tugas ini dengan judul “ Tahap perkembangan

orde baru” sebagai tugas matakuliah yang diberikan oleh Dr.H.SAKDANUR NA,MS.

Makalah ini dibuah sebagai salah satu tugas yang harus dibuat oleh mahasiswa manajemen

pendidikan untuk memenuhi standar penilaian dalam kurikulum perguruan tinggi program

studi magister manajemen pendidikan.

Penulis berharap semoga dengan disusunnya makalah ini tentu ada terdapat

kekurangan dan kelemahan, karena keterbatasan pengetahuan yang penulis miliki, sehingga

penulis menerima kritik dan saran atas segala kekurangan demi kesempurnaan makalah ini.

Wassalamualaikum Wr.wb

Pekanbaru, 29 Oktober 2014

Penulis

Page 3: Tugas individu

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Proses Lahirnya Orde baru| Sejarah lahirnya orde baru merupakan sebuah

kebangkitan bangsa indonesia. Orde baru merupakan peralihan dari orde baru ke orde

lama, didalam peralihan tersebut banyak yang melatar belakangi lahirnya baru, didalam

lahirnya orde terdapat berbagai rancangan-rancangan pembangunan dalam perkembangan

orde baru serta kebijakan-kebijakan dalam orde baru dimana semua hal tersebut telah

menjadi sejarah kebangkitan bangsa indonesia, Orde baru merupakan masa untuk

mengembalikan Pancasila dan UUD sebagai tatanan bangsa indonesia, Untuk mengetahui

lebih jelas, Marilah kita kilas balik tentang Sejarah lahirnya orde baru dengan melihat 3

point yaitu :  Latar belakang lahirnya orde baru, Perkembangan orde baru dan

Kebijakan orde baru. yaitu sebagai berikut :

SEJARAH LAHIRNYA ORDE BARU

Setelah G3OS / PKI berhasil ditumpas dan berbagai bukti-buktl yang berhasil

dikumpulkan Menujukan kepada  Partai Komunis Indonesia (PKI ), Akhirnya diambil

sebuah kesimpulan bahwa Partai Komunis Indonesia (PKI) melupakan dalang daring

gerakang ini, Partai Komunis indonesia (PKI) yang melatar belakangi terjadi peristiwa

G30S/PKI. Gerakan ini pun menyebabkan rakyat marah terhadap PKI  yang diikuti dengan

berbagai demonstrasi menuntut pembubaran PKI beserta organisasi massanya (ormasnya)

dan tokoh-tokohnya diberikan sebuah sanksi dengan diadili. Panglima Kostrad /

Pangkopkamtib Mayor Jenderal Soeharto yang diangkat sebagai Menteri! Panglima

Angkatan Darat melakukan tindakan-tindakan pembersihan terhadap unsur-unsur PKI dan

ormasnya.

Dukungan dari berbagai Kalangan Seperti :

Berbagai Partai politik,  Berbagai Organisasi massa

Perorangan, 

Berbagai Pemuda, 

Berbagai mahasiswa, 

Page 4: Tugas individu

Berbagai pelajar, 

Berbagai kaum wanita 

Berbagai kalangan-kalangan ini bersama-sama mendirikan satu kesatuan aksi dalam

bentuk Front Pancasila untuk menghancurkan para pendukung G3OS/PKI  Front Pancasila

menduga bahwa PKI adalah dalang dari semua ini dan Front Pancasila juga menuntut untuk

dilakukannya penyelesaian politis terhadap mereka yang terlibat dalam gerakan itu. 

Berbagai Aksi  yang datang yang menjadi Satu bertujuan menentang G30S/PKI

atau Gerakan 30 September 1965 itu di antaranya Kesatuan:

   1. Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI),   2. Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia (KAPI),   3. Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia (KAPPI).   4. Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia (KASI) dan lain-lain. 

Berbagai kalangan yang menjadi sebuah kesatuan yang tergabung dalam Fron

Pancasila  kemudian lebih dikenal dengan sebutan Angkatan 66.

Mereka yang tergabung dalam Front Pancasila mengadakan demonstrasi di berbagai

tempat terutama di Jalan yaitu jalan raya.Front Pancasila atau Anggaktan  66 melanjutkan

aksinya diGedung Sekretariat Negara Pada Tanggal 8 Januari 1966 dengan mengajukan

penyataan bahwa kebijakan ekonomi pemeritahan tidak boleh di dilaksanakan atau

dibenarkan Lalu Pergerakan Front Pancasila Berlanjut ke Halaman Gedung DPR-GR yakni

12 Januri 1966 untuk mengajukan Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai

berikut.

 

Tri Tuntutan Rakyat (Tritura) yang isinya sebagai berikut:  Pembubaran PKI beserta organisasi massanya Pembersihan Kabinet Dwikora

Penurunan harga-harga barang.

Pada tanggal 15 Januari 1966 diadakan sidang paripurna Kabinet Dwikora dalam

sebuah tempat di bogor tepatnya di istana Bogor yang di hadiri oleh wakil-wakil mahasiswa.

Presiden Republik Indonesia yaitu Presiden Ir.Soekarno berfikiran timbulnya berbagai

gerakan para mahasiswa itu didalangi oleh CIA (Central Intelligence Agency) yang

lembaga ini bertempat di negara Amerika tepatnya Amrika serikat. Presiden Republik

Page 5: Tugas individu

indonesia Ir. Soekarno menyatakan perombakan kabinetnya yakni pada tanggal 21 Februari

tetapi itu tak ada perubahan yang membuat hati rakyat senang dikarenakan masih banyak

anggota kabinetnya berada dalam G30S/PKI, Kabinet baru tersebut atau dikenal dengan

sebutan Seratus Menteri.

Pada saat pelantikan Kabinet berbagai kalangan hadir seperti mahasiswa, pelajar, dan

pemuda mengisi jalan yang tujuan jalan tersebut menuju ke Istana Merdeka, Aksi tersebut

terjadi Pada tanggal 24 Februani 1966, Gerakan-Gerakan Berbagai kalangan ditahan Pasukan

yaitu Pasukan Cakrabirawa yang menyebabakan timbulanya bentrokan dari kedua belah

pihak yakni Pasukan Cakrabirawa dengan Demonstran, dalam peristiwa itu merenggut nyawa

seorang mahasiswa yang bernaung di Universitas Indonesia yakni Arief Rahman yang gugur

dalam bentrokan tersebut.

PERKEMBANGAN KEKUASAAN ORDE BARU :

Dengan Surat perintah 11 Maret 1966 (Supersemar) Soeharto mengatasi keadaan

yang serba tidak menentu dan keadaan ini sangat tak terkendali. Setelah peristiwa G3OS/

PKI, negara Republik Indonesia dilanda instabilitas politik akibat tidak tegasnya keputusan

keputusan yang diambil dalam perstiwa itu oleh dalam Kepemimpinan Presiden Soekarno

dan terpecah belahnya berbagai partai politik menjadi sebuah kelompok-kelompok yang

saling bersiteru antara Pro terhadap presiden dan kontra terhadap kebijakan presiden atau

yang mendukung presiden dan yang menentang presiden, situasi ini semkian membahayakan

persatuan bangsa indonesia.

Page 6: Tugas individu

 

                               (Surat perintah 11 maret 1966 (supersemar) 

Melihat situasi konflik antara pendukung Orde Lama dengan Orde Baru semakin

bertambah gawat DPR-GR berpendapat bahwa situasi konflik harus segera diselesaikan

secara konstisional. Pada tanggal 3 Februari 1967 DPR- GR menyampaikan resolusi dan

memorandum yang berisi anjuran kepada Ketua Presidium Kabinet Ampera agar

diselenggarakan  Sidang Istimewa MPRS.

 "(Proses Penyerahan Surat perintah 11 maret 1966 kepada Mayor jendral soeharto)"

Pada tanggal 20 Februari 1967, Presiden Soekarno menyerahkan kekuasaannya

kepada Soeharto untuk menggantikan dalam Pemerintahannya. Penyerahan kekuasaan dan

Presiden Soekarno kepada Soeharto dikukuhkan di dalam Sidang Istimewa MPRS. MPRS

dalam Ketetapannya No. XXXIIIIMPRS/1967 mencabut kekuasaan pemerintahan negara

Page 7: Tugas individu

dan Presiden Soekarno dan mengangkat Soeharto sebagai Pejabat Presiden Republik

Indonesia. Dengan adanya Ketetapan MPRS itu, situasi konflik yang merupakan sumber

instabilitas politik telah berakhir secara konstitusional Sekalipun situasi konflik itu dapat

tanggulangi tetapi kristalisasi orde baru belum selesai . Untuk menjadikan indonesia kembali

normal dilakukan berbagai cara yang baik dan wajar sehingga mampu mempercepat dan

mendorong pembangunan, hal ini yang pertama kali dilakukan dalam bidang politik untuk

berlandaskan Pancasila UUD 1945.

Telah bergantinya kekuasaan atau kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto

Sebagai pemegang kekuasaan dalam Pemerintahan indonesia itu maka muncullah

babak baru dalam sejarah orde baru.

Pada hakikatnya , Orde Baru merupakan tatanan dalam kehidupan rakyat

indonesia ,bangsa dan negara yang diletakkan sebagai mana mestinya dalam edeologi negara

yaitu  Pancasila dan kembali menyacu kepada UUD 1945 untuk perbaikan-perbaikan

terhadap penyelewengan-penyelewengan yang telah terjadi pada masa lampau dan

membangun kembali kekuatan bangsa indonesia dengan menumbuhkan kembali,

mempercepat pembangunan-pembangunan bangsa indonesia, serta mengembalikan bangsa

indonesia ke jalan yang lurus yang terselewengkan dengan tuntunan yang dikenal sebagai Tri

Tuntutan rakyat  (Tritura).

Tri Tuntutan Rakyat (Tritura). Pada hakikatnya tuntutan itu mengungkapkan

Keinginan keinginan rakyat yang mendalam untuk melaksanakan kehidupan bernegara sesuai

dengan aspirasi kehidupan dalam situasi yang kongkret.

Jawaban dan tuntutan itu terdapat dalam ketetapan sebagai berikut.

1. Pengukuhan tindakan Pengemban Surat Perintah Sebelas Maret yang membubarkan

PKI beserta organisasi massanya pada sidang MPRS dengan Ketetapan MPRS No.

IV/MPRS/ 1966 dan Ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966.

2. Pelarangan faham dan ajaran Komunisme / Marxisme-Lenimisme di Indonesia

dengan Tap MPRS No. XXV / MPRS /1966.

3. Pelurusan kembali tertib konstitusional berdasarkan Pancasila dan tertib hukum

dengan Tap MPRS No. XX!MPRS/1966.

Usaha penataan kembali kehidupan politik ini dimulai pada awal tahun 1968 dengan

penyegaran DPR-GR. Penyegaran ini bertujuan untuk menumbuhkan hak-hak demokrasi dan

mencerminkan kekuatan – kekuatan yang ada di dalam masyarakat. Komposisi anggota DPR

Page 8: Tugas individu

terdiri dan wakil-wakil partai politik dan golongan karya. Tahap selanjutnya adalah

penyederhanaan kehidupan kepartaian kehormatan dan kekaryaan dengan cara

Pengelompokkan partai-partai politik dan golongan karya. Usaha ini dimulai tahun 1970

dengan mengadakan serangkaian konsultasi dengan pimpinan Partai-partai politik.

 Lahirlah tiga kelompok di DPR yaitu:

1. Kelompok Demokrasi Pembangunan yang terdiri dan partai-partai PNI, Parkindo, Katolik IPKI, serta Murba.

2. Kelompok Persatuan Pembangunan yang terdiri dan partai-partai NU, Partai Muslimin Indonesia, Ps11 dan Perti.

3. Sedangkan kelompok organisasi profesi seperti organisasi buruh, organisasi pemudaorganisasitani dan nelayan organisasi seniman dan lain-lain tergabung dalam kelompok Golongan Karya.

KEBIJAKAN PEMERINTAH ORDE BARU :

Setelah berhasil memulihkan kondisi politik bangsa Indonesia yang kini mengambil

langkah selanjutnya yang dilaksanakan dalam Pembangunan-Pembangunan diseluruh

kawasan Republik Indonesia yang atau dapat dikatakan berskala Nasional. Dalam

Pembangunan  berskala Nasional yang diharuskan terealisasi pada zaman orde baru melalui

Pembangunan Dalam waktu yang lama atau panjang dan pembangunan yang singkat atau

dalam jangka pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (Pelita). Setiap pelita

memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan bangsa Indonesia.

Untuk memberikan arah dalam usaha mewujudkan tujuan nasional tersebut maka

MPR telah menetapkan Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973.

Pada dasarnya GBHN merupakan pola umum pembangunan nasional dengan rangkaian

berbagai program. GBHN direncanakan dalam pembangunan lima tahun (Repelita) yang

berisi program-program konkret yang akan dilaksanakan dalam kurun waktu lima tahun.

Pelaksanaan Repelita yang bertujuan untuk Pembangunan yang berskala nasional atau

diseluruh wilayah Republik indonesia yang dimulai sejak tahun 1969. Pembangunan tersebut

tidak lepas dalam Trilogi Pembangunan, berikut Trilogi pembangunan.

Trilogi Pembangunan sebagai berikut:

A.Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju padaB.terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.

Page 9: Tugas individu

C. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.D.Stabilitas Nasional yang sehat dan dinamis.

Selain itu dikumandangkan juga bahwa pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi

sebagai akibat pelaksanaan pembangunan tidak akan bermakna apabila tidak diiringi dalam

memeratakan pembangunan di indonesia, Oleh karna itu dicetuskanlah Pelita III  yang  isinya

sebagai berikut.

              Pelita III  dalam pemerintahan Orde baru terdiri atas Delapan Jalur Pemerataan yaitu:

A.Pemerataan pemenuhan kebutuhan utama rakyat yakni kebutuhan pangan, sandang dan kebutuhan tempat tinggal atau perumahan

B.  Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.C.  Pemerataan pembagian pendapatan.D.  Pemerataan kesempatan kerja.E.  Pemerataan kesempatan berusaha.F.   Pemerataan kesempatan berpartisipasi dibidang pembangunan terhadap generasi-generasi

bangsa yakni generasi muda dan generasi kaum wanita.G. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.H.  Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan.

PERISTIWA-PERISTIWA POLITIK PENTING PADA MASA ORDE BARU:

a. Mengakhiri Konfrontasi dengan Malaysia

Pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, dibentuk Dwikora (Dwi Komando

Rakyat) dengan alasan untuk membantu perjuangan rakyat Kalimantan Utara. Dwikora

langsung berada di bawah komando Presiden Soekarno. Dwikora mempunyai tugas

membantu rakyat serta memerangi neokolonialisme dan neoimperialisme. Namun, gerakan

itu belum berhasil terlaksana, karena bangsa Indonesia dikejutkan dengan meletusnya

peristiwa G3OS/PKI. Peristiwa G3OS/PKI menyebabkan pusat perhatian pemerintah

Indonesia tertuju pada penyelesaian masalah dalam negeri.

Ketika pemerintahan Indonesia berada di tangan Jenderal Soeharto, zaman sejak itu

dimulai masa pemerintahan Orde Baru. Pada masa pemerintahan Soeharto sebagai Pejabat

Presiden hubungan diplomatik dengan Malaysia melalui kembali dijalin. Normalisasi

hubungan Indonesia—Malaysia berhasil dicapai guna dengan ditandatanganinya Jakarta

tanggal 11 Agustus 1966. Hal ini dilanjutkan dengan penempatan perwakilan pemerintahan

di masing-masing negara.

Page 10: Tugas individu

b. Kembalinya menjadi anggota PBB

Selama masa kekuasaan Presiden Soekarno, Indonesia menyatakan keluar dari

keanggotanan Perserikatan bangsa-bangsa akibat dari terpilihnya Malaysia sebagai calon

kuat Dewan Keamanan PBB padahal Malaysia merupakan negara boneka Inggris. Maka

dengan itu Indonesia mengancam akan keluar jika PBB tetap mencalonkan Malaysia menjadi

anggota dewan Keamanan.

Setelah masa pemerintahan berada dibawah kendali pemerintahan Soeharto,

Indonesia menyatakan kembali menjadi anggota PBB dan melaksanakan tugas serta

kewajiban yang diberikan oleh PBB yaitu pada tanggal 28 september 1966.

c. Pendirian ASEAN

Negara Indonesia perlu menjalin hubungan kerja sama dengan negara lain secara

regional maupun global dengan melalu Organisasi ASEAN.

Tujuan awalnya didirikan ASEAN adalah untuk membendung paham komunis. Dan

hubungan kerja sama yang dijalin antar negara anggota ASEAN yang hampir merambah

sektor ekonomi, politik, sosial dan budaya.

d. Integrasi Timor Timur ke dalam wilayah Republik Indonesia             

Wilayah timor timur merupakan koloni portugas sejak abad ke 16 namun demikian

jaraknya yang cukup jauh maka wilayah Timor Timur tidak diperhatikan oleh pemerintahan

portugis . dan pada tahun 1975 terjadi kekacauan dimana tidak jelasnya pemerintahan untuk

meredakan kekacauan yang terjadi di Tmor timur sebagaian masyakarat timor-timur

menginginkan bergabung dengan idneonsia dan para partai politik di Timor-timur oleh

karnanya itu Timor-timor secara resmi bergabung di republic indonesia pada bulan juli 1976

pada masa pemerintahan presiden soeharto.

Namun demikian ada juga partai politik yang tidak setuju yaitu fretilin yang terus

memperjuangkan hak-haknya. Dan ketika presiden habibie menjabat sebagai presiden RI

1999, ia mreasa bahwa Timor-timur merupakan duri dalam daging yang memberikan 2

pilihan yaitu bersatu atau berpisah. Denga digelarnya ajak pendapat. Dan pada akhirnya

Page 11: Tugas individu

Timor-timur resmi menjadi keluar dari negara kesatuan republic Indonesia dan membentuk

sendiri dengan nama Republik Demokrasi Timor Lorose atau Timor timur.

1.2. Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah di atas, terdapat beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini, yaitu:

Bagaiman latar belakang lahirnya orde baru ?

Bagaimana politik dalam negri pada masa orde baru ?

  Bagaimana kehidupan bidang ekonomi pada masa orde baru ?

Bagaimana perkembangan social budaya pada masa orde baru ?

1.3. Tujuan

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka tujuanannya adalah sebagai berikut:

A. Untuk mengetahuin sejarah lahirnya Orde baruB. Untuk mengetahui bagaimana kondisi politik masa Orde baruC. Untuk mengetahui apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde baruD. Untuk mengetahui apa saja tindakan sosial pada masa orde baru

1.4. Manfaat

Berdasarkan uraian yang saya buat, maka manfaatnya adalah sebagai berikut:

A. Memahami sejarah lahirnya Orde baruB. Memahami kondisi politik masa Orde baruC. Memahami apa saja yang ada dalam kehidupan ekonomi masa Orde baruD. Memahami tindakan sosial atau kehidupan sosial masa Orde baru

Page 12: Tugas individu

BAB II

PEMBAHASAN

Tokoh dalam Orde baru:

1. Soeharto

Soeharto presiden kedua Indonesia lahir pada 8 Juni 1921, di sebuah dusun yamg ada

di Sedayu , Kabupaten Bantul, Yogyakarta. Karier Soeharto menjelit sejak sukses

membongkar aksi PKI menggulingkan Soekarno serta menculik jenderal-jenderal TNI Ad

Jakarta dan Yogyakarta. Setelah Orde lama berakhir pada 12 Maret 1967 , Soeharto dilantik

menjadi pejabat presiden guna menggantikan Soekarno yang lengser karena sakit. Setahun

kemudian atas perintah MPR , Soeharto dilantik menjadi presiden kedua Indonesia. Setelah

resmi menjadi presiden Indonesia, pak HArto merencanakan pembangunan lima tahun atau

Page 13: Tugas individu

Pelita I. Wakil Presiden pada waktu itu adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Pembangunan di masa pak Harto lebih ditekankan pada swasembada pangan dan

pembangunan infrastruktur dalam pertanian. Pak Soeharto sukses memakmurkan rakyatnya

dengan program swasembada pangan dan Keluarga Berencana atau KB. Poplasi penduduk

berhasil ditekan dan pendidikan dsar dijadikan pendidikan wajib. Namun di sisi lain ,

kebebasan pers dikekan pada masa pemerintahannya. Kebebasan pers dikekang selama 35

tahun sehingga terjadi KKN dalam birokrasi pemerintahan Indonesia. Maka Soeharto

diturunkan dari jabatannya oleh kekuatan masyarakat pada tahun 1998.

2. Adam malik

Adam Malik merupakan seorang warga Negara yang berhasil menghilangkan nilai

tawar Indonesia di mata Negara-negara lain. Adam Malik lahir pada 22 Juli 1917 di

Pematang Siantar, Sumatera Utara. Awal karier Adam Malik di mulai pada saat dia menjadi

jurnalis dan sering mengikuti kegiatan – kegiatan menuju kemerdekaan bersama para

pemuda. Perjuangan Adam MAlik ditulis dalam sebuah bentuk tulisan. Adam Malik turut

merintis Antara, kantor berita nasional. Adam Malik aktif dalam kegiatan menuju

kemerdeklaan, salah satunya dia bersama para pemuda melakukan penculikan kepasa

Soekarono-Hatta ke Rengasdengklok. Adam Malik juga terjun ke dalam dunia politik dan

menjabat sebagai ketua Partai Gerindo Pematar Siantar. Karier politiknya membawa dia

menjadi tokoh politik Indonesia. Di cabinet Soeharto, Adam MAlik menjadi menteri luar

Page 14: Tugas individu

negri. Dan kemudian I diangkat menjadi wakil presiden ketiga setelah Sri Sultan

Hamengkubuwono.

3. Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Sri Sultan merupakan orang yang berjasa bagi kemerdekaan Indonesia. Ia adalah

orang pertama yang mendukung kemerdekaan Indonesia. Sri Sultan memberikan dana

pribadinya untuk membayar para tentara Indonesia dan memberikan sebuah ruangan kosong

di keratin utnutk menjadi tempat persembunyian tentara Indonesia dari Belanda. Ketika

pemerintahan Soeharto, Sri Sultan di angkat menjadi wakil presiden kedua setelah Hatta.

Sebelumnya , Sri Sultan adalah Menteri Utama Bidang Ekonomi dan Keuangan. Setelah

turun dari jabatannya Sri Sultan menjadi Gubernur di daerah Istimewa Yogyakarta sampai

akhir khayatnya, Sri Sultan meninggal di Amerika Serikat pada 1998 pada saat pengobatan

dan dikuburkan di Imogiri.

4. Ali murtopo

Ali Murtopo ladir pada 23 September 1924 di Blora, Jawa Tengah. Semasa hidupnya,

Ali Murtopo menjadi tangan kananya Soeharto dalam mengurusi politik, telik sandi maupun

stabilitas dalam negri. Ali Murtopo memulai kariernya sejak bergabung BKR. Setelah TNI

terbentuk , Ali Murtopo bertugas di Kodam Diponegoro , Jawa Tengah. Tugas operasi

lapangannya antara lain adalah operasi pembasmian oemberontakan Darul Islam, pimpinan

Kartusuwiryo, operasi intelijen pemberontakan PKI. Dalam Kabinet Soeharto, Ali Murtopo

menduduki sebagai Mentri Penerangan Indonesia. Tapi sebelumnya, dia pernah menjabat

Page 15: Tugas individu

sebagai Deputi Kepala Badan Koordinasi Intelijen Negara. Ali Murtopo merupakan orang

yang berjasa membangun unstitusi intilijen modern di Indonesia. Dia adalah tokoh politik

Indonesia baik di depan atu nelakang panggung.

2.1. Pengertian Masa Pemerintahan Orde Baru

Orde Baru adalah suatu tatanan seluruh perikehidupan rakyat, bangsa dannegara yang

diletakkan kembali kepada pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945secara murni dan

konsekuen. Dengan kata lain, Orde Baru adalah suatu ordeyang mempunyai sikap dan tekad

untuk mengabdi pada kepentingan rakyatdan nasional dengan dilandasi oleh semangat dan

jiwa Pancasila serta UUD1945.

2.1.2 Latar Belakang Lahirnya Orde Baru

Orde baru lahir karena dilatarbelakangi oleh beberapa hal, antara lain :

1.    Terjadinya peristiwa Gerakan 30 September 1965.

2.   Keadaan politik dan keamanan negara menjadi kacau karena peristiwa Gerakan 30 September

1965 ditambah adanya konflik di angkatan darat yang sudah berlangsunglama..

3.   Keadaan perekonomian semakin memburuk dimana inflasi mencapai 600% sedangkanupaya

pemerintah melakukan devaluasi rupiah dan kenaikan harga bahan bakar menyebabkan

timbulnya keresahan masyarakat.

4.   Reaksi keras dan meluas dari masyarakat yang mengutuk peristiwa pembunuhan besar-

besaran yang dilakukan oleh PKI. Rakyat melakukan demonstrasi menuntut agar PKI berserta

Organisasi Masanya dibubarkan serta tokoh-tokohnya diadili.

5.   Kesatuan aksi (KAMI,KAPI,KAPPI,KASI,dsb) yang ada di masyarakat

bergabungmembentuk Kesatuan Aksi berupa ³Front Pancasila´ yang selanjutnya lebih

dikenaldengan ³Angkatan 66´ untuk menghacurkan tokoh yang terlibat dalam Gerakan

30September 19656.

6.   Kesatuan Aksi ³Front Pancasila´ pada 10 Januari 1966 di depan gedung DPR-GR

mengajukan tuntutan’’TRITURA(Tri Tuntutan Rakyat).

7.   Upaya reshuffle kabinet Dwikora pada 21 Februari 1966 dan Pembentukan KabinetSeratus

Menteri tidak juga memuaskan rakyat sebab rakyat menganggap di kabinettersebut duduk

tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965.

8.   Wibawa dan kekuasaan presiden Sukarno semakin menurun setelah upaya untuk mengadili

tokoh-tokoh yang terlibat dalam peristiwa Gerakan 30 September 1965 tidak berhasil

dilakukan meskipun telah dibentuk Mahkamah Militer Luar Biasa(Mahmilub)

Page 16: Tugas individu

9.    Sidang Paripurna kabinet dalam rangka mencari solusi dari masalah yang sedang bergejolak

tak juga berhasil. Maka Presiden mengeluarkan Surat Perintah Sebelas Maret 1966

(SUPERSEMAR) yang ditujukan bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang

dianggap perlu untuk mengatasi keadaan negara yang semakin kacau dan sulit dikendalikan.

2.1.3 Upaya menuju pemerintahan Orde Baru

Setelah dikelurkan Supersemar maka mulailah dilakukan penataan pada kehidupan

berbangsa dan bernegara sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945. Penataan dilakukan

didalam lingkungan lembaga tertinggi negara dan pemerintahan. Dikeluarkannya Supersemar

berdampak semakin besarnya kepercayaan rakyat kepada pemerintah karena Suharto berhasil

memulihkan keamanan dan membubarkan PKI. Munculnya konflik dualisme kepemimpinan

nasional di Indonesia. Hal ini disebabkan karena saat itu Soekarno masih berkuasa sebagai

presiden sementara Soeharto menjadi pelaksana pemerintahan. Konflik Dualisme inilah yang

membawa Suharto mencapai puncak kekuasaannya karena akhirnya Sukarno mengundurkan

diri dan menyerahkan kekuasaan pemerintahan kepada Suharto.Pada tanggal 23 Februari

1967, MPRS menyelenggarakan sidang istimewa untuk mengukuhkan pengunduran diri

Presiden Sukarno dan mengangkat Suharto sebagai pejabatPresiden RI.

Dengan Tap MPRS No. XXXIII/1967 MPRS mencabut kekuasaan pemerintahan

negara dan menarik kembali mandat MPRS dari Presiden Sukarno. Tanggal 12Maret 1967

Jendral Suharto dilantik sebagai Pejabat Presiden Republik Indonesia. Peristiwa ini

menandai berakhirnya kekuasaan Orde Lama dan dimulainya kekuasaan Orde Baru.

PadaSidang Umum bulan Maret 1968 MPRS mengangkat Jendral Suharto sebagai Presiden

Republik Indonesia.

Tujuan perjuangan Orde Baru adalah menegakkan tata kehidupan bernegara yang

didasarkan atas kemurnian pelaksanaan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Sejalan

dengan tujuan tersebut maka ketika kondisi politik bangsa Indonesia mulai stabil untuk

melaksanankan amanat masyarakat maka pemerintah mencanangkan pembangunan nasional

yang diupakan melalui program pembangunan jangka pendek dan pembangunan jangka

panjang.

Pemerintahan Orde Baru senantiasa berpedoman pada tiga konsep pembangunan

nasional yang terkenal dengan sebutan Trilogi Pembangunan, yaitu : (1) pemerataan

pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh

Page 17: Tugas individu

rakyat; (2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi; dan (3) stabilitas nasional yang sehat

dan dinamis.

2.1.4 Proses Menguatnya Peran Negara Pada Masa Orde Baru

Berkuasanya Orde Baru ternyata menimbulkan banyak perubahan yang dicapai

bangsa Indonesia melalui tahapan pembangunan di segala bidang. Pemerintahan Orde Baru

berusaha meningkatkan peran negara dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga

langkah-langkah yang diambil adalah mencapai stabilitas ekonomi dan politik.

Merujuk hasil Sidang Umum IV MPRS yang mengambil suatu keputusan untuk

menugaskan Jenderal Soeharto selaku pengembang Surat Perintah Sebelas Maret yang sudah

ditingkatkan menjadi ketetapan MPRS No. IX/MPRS/1966 untuk membentuk kabinet baru.

Kabinet baru diberi nama Kabinet Ampera yang merupakan singkatan dari Kabinet Amanat

Penderitaan Rakyat selanjutnya diberi tugas untuk menciptakan stabilitas politik dan ekonomi

sebagai persyaratan dalam melaksanakan pembangunan nasional. Tugas ini yang dikelak

terkenal dengan sebutan ”Dwi Darma Kabinet Ampera”. Sedangkan program kerja terkenal

dengan sebutan Catur Karya Kabinet Ampera, yaitu: (1) memperbaiki kehidupan rakyat

terutama dibidang sandang dan pangan; (2) melaksanakan pemilihan umum dalam batas

waktu seperti yang tercantum dalam ketetapan MPRS No. XI/MPRS/1966 yaitu pada 5 Juli

1968;(3) Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional,

sesuai dengan Tap No. XI/MPRS/1966; (4) melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan

kolonialisme dalam segala bentuk dan manifestasinya.

Pada 21 Maret 1968 Jenderal Soeharto selaku Pejabat Presiden menyampaikan

laporan kepada Sidang Umum V MPRS Tahun 1968 tentang pelaksanaan Dwi Darma dan

Catur Karya Kabinet Ampera, yang dilaporkan pertama kali bahwa telah dilaksanakan usaha

mendudukkan kembali posisi, fungsi, dan hubungan antar lembaga negara tertinggi sesuai

dengan yang diatur dalam UUD 1945.

2.1.5 Kondisi Politik Masa Orde Baru

Politik dalam negeri era order baru:

A.Pembentukan Kabinet Pembangunan Kabinet

Awal pada masa peralihan kekuasaan (28 Juli 1966) adalah Kabinet AMPERA

dengan tugas yang dikenal dengan nama Dwi Darma Kabinet Amper yaitu untuk

menciptakan stabilitas politik dan ekonomi sebagai persyaratan untuk melaksanakan

Page 18: Tugas individu

pembangunan nasional. Program Kabinet AMPERA yang disebut Catur Karya Kabinet

AMPERA adalah sebagai berikut.

1)   Memperbaiki kehidupan rakyat terutama di bidang sandang dan pangan

2)   Melaksanakan pemilihan Umum dalam batas waktu yakni 5 Juli 1968.

3)   Melaksanakan politik luar negeri yang bebas aktif untuk kepentingan nasional.

4)   Melanjutkan perjuangan anti imperialisme dan kolonialisme dalam segala bentuk dan

manifestasinya.

B. Penyederhanaan dan Pengelompokan Partai Politik

Setelah pemilu 1971 maka dilakukan penyederhanakan jumlah partai tetapi bukan berarti

menghapuskan partai tertentu sehingga dilakukan penggabungan (fusi) sejumlah partai.

Sehingga pelaksanaannya kepartaian tidak lagi didasarkan pada ideologi tetapi atas

persamaan program. Penggabungan tersebut menghasilkan tiga kekuatan sosial-politik, yaitu:

1)  Partai Persatuan Pembangunan (PPP) merupakan fusi dari NU, Parmusi, PSII, danPartai

Islam Perti yang dilakukan pada tanggal 5 Januari 1973 (kelompok partai politik Islam).

2)     Partai Demokrasi Indonesia (PDI), merupakan fusi dari PNI, Partai Katolik, PartaiMurba,

IPKI, dan Parkindo (kelompok partai politik yang bersifat nasionalis).

3)     Golongan karya (golkar)

C. Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru

Pemilihan umum pada masa orde baru diadakan setiap lima tahun sekali dan telah

dilaksanakan sebanyak enamkali. Tujuan pemilu tersebut untuk memilih anggota MPR, DPR,

DPRD 1 dan 11. Keanggotaan MPR, yaitu seluruh anggota DPR, utusan daerah dan

golongan. Setiap lima tahun sekali MPR mengadakan sidang umum. MPR berwenang

memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden. Presiden dan kabinetnya berkewajiban

menjalankan tugasnya sesuai dengan UUD 1945 melaksanakan GBHN,

mempertanggungjawabkan tugasnya tersebut pada akhir masa jabatannya. DPR bertugas

mengawasi jalannya pemerintahan/tugas presiden. Mekanisme tugas dan kerja lembaga

negara lain menyesuikan UUD 1945 dan UU yang mengaturnya.

Pada masa orde baru kehidupan politiknya diatur dalam UU berikut ini.

1.    UU No.1 Tahun 1985 tentang pemilihan umum.

2.    UU No.2 Tahun 1985 tentang susunan dan kedudukan MPR dan DPR.

3.    UU No.3 Tahun 1985 tentang partai politik dan golongan karya.

4.    UU No.4 Tahun 1985 tentang preferendum.

5.    UU No.5 Tahun 1985 tentang organisasi kemasyarakatan (Ormas).

Page 19: Tugas individu

Sistem politik yang adalah otoriter dan tidak demokratis, dimana kekuasaan eksekutif

terpusat dan tertutup dibawah kontrol lembaga kepresidenan, dalam penyelenggaraan negara

dan pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN. Pemerintahan orde baru pimpinan soekarto

berlangsung selama 32 tahun namun kehidupan politik pada waktu itu dinilai gagal. Sistem

politik yang berlaku adalah oteriter dan tidak demokratis dimana kekuasaan eksekutif terpesat

dan tertutup dibawah kontro lembaga kepresidenan dalam penyelenggaraan negara dan

pembangunan ekonomi banyak terjadi KKN. Selanjutnya pemerintahan orde baru juga dinilai

gagal karena telah menciptakan pemerintahan yang sentralistik yaitu mekanisme hubungan

pusat dan daeraah cenderung menganut sentralisasi kekuasaan sehingga menyebabkan

kesenjangandan ketidakadilan antara pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah

Pemilihan Umum Selama masa Orde Baru telah berhasil melaksanakan pemilihan

umum sebanyak enam kali yang diselenggarakan setiap lima tahun sekali, yaitu: tahun 1971,

1977,1982, 1987, 1992, dan1997.

1. Pemilu 1971

a.       Pejabat negara harus bersikap netral berbeda dengan pemilu 1955 dimana para pejabat

negara termasuk perdana menteri yang berasal dari partai peserta pemilu dapat ikut menjadi

calon partai secara formal.

b.      Organisasai politik yang dapat ikut pemilu adalah parpol yang pada saat pemilu sudah ada

dan diakui mempunyai wakil di DPR/DPRD.

c.       Pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776pemilih untuk memilih 460 orang anggota DPR dimana

360 orang anggota dipilih dan 100 orang diangkat.

d.      Diikuti oleh 10 organisasi peserta pemilu yaitu Partai Golongan Karya (236 kursi), Partai

Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia

(20 kursi), Partai Kristen Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2

kursi), Partai Murba dan Partai IPKI (tak satu kursipun).

2. Pemilu 1977

Sebelum dilaksanakan Pemilu 1977 pemerintah bersama DPR mengeluarkan UU

No.3 tahun 1975 yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai sehingga ditetapkan

bahwa terdapat 2 partai politik (PPP dan PDI) serta Golkar. Hasil dari Pemilu 1977 yang

Page 20: Tugas individu

diikuti oleh 3 kontestan menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP dan 29

kursi untuk PDI.

3. Pemilu 1982

Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya perolehan suara Golkar

secara nasional meningkat. Golkar gagal memperoleh kemenangan di Aceh tetapi di Jakarta

dan Kalimantan Selatan Golkar berhasil merebut kemenangan dari PPP. Golkar berhasil

memperoleh tambahan 10 kursi sementara PPP dan PDI kehilangan 5 kursi.

4. Pemilu 1987

Pemilu tahun 1987 dilaksanakan pada tanggal 23 April 1987. Hasil dari Pemilu 1987

adalah:

a.     PPP memperoleh 61 kursi mengalami pengurangan 33 kursi dibanding dengan pemilu

1982 hal ini dikarenakan adanya larangan penggunaan asas Islam (pemerintah mewajibkan

hanya ada satu asas tunggal yaitu Pancasila) dan diubahnya lambang partai dari kabah

menjadi bintang.

b.    Sementara Golkar memperoleh tambahan 53 kursi sehingga menjadi 299 kursi.

c.     PDI memperoleh kenaikan 40 kursi karena PDI berhasil membentuk DPP PDI sebagai

hasil kongres tahun 1986 oleh Menteri Dalam Negeri Soepardjo Rustam.

5. Pemilu 1992

Pemilu tahun 1992 diselenggarakan pada tanggal 9 Juni 1992 menunjukkan perubahan

yang cukup mengagetkan. Hasilnya perolehan Golkar menurun dari 299 kursi menjadi 282

kursi, sedangkan PPP memperoleh 62 kursi dan PDI meningkat menjadi 56 kursi.

6. Pemilu 1997

Pemilu ke enam dilaksanakan pada 29 Mei 1997. Hasilnya:

1. Golkar memperoleh suara mayoritas perolehan suara mencapai 74,51 % dengan perolehan

kursi 325 kursi.

2. PPP mengalami peningkatan perolehan suara sebesar 5,43 % dengan perolehan kursi 27

kursi.

3. PDI mengalami kemerosotan perolehan suara karena hanya mendapat 11 kursi di DPR. Hal

ini disebabkan karena adanya konflik internal dan terpecah antara PDI Soerjadi dan PDI

Megawati Soekarno Putri.

Page 21: Tugas individu

Penyelenggaraan Pemilu yang teratur selama Orde Baru menimbulkan kesan bahwa

demokrasi di Indonesia sudah tercipta. Apalagi pemilu itu berlangsung secara tertib dan

dijiwai oleh asas LUBER(Langsung, Umum, Bebas, dan Rahasia).

Kenyataannya pemilu diarahkan pada kemenangan peserta tertentu yaitu Golongan

Karya (Golkar) yang selalu mencolok sejak pemilu 1971-1997. Kemenangan Golkar yang

selalu mendominasi tersebut sangat menguntungkan pemerintah dimana terjadi perimbangan

suara di MPR dan DPR. Perimbangan tersebut memungkinkan Soeharto menjadi Presiden

Republik Indonesia selama enam periode pemilihan. Selain itu, setiap Pertangungjawaban,

Rancangan Undang-undang, dan usulan lainnya dari pemerintah selalu mendapat persetujuan

dari MPR dan DPR tanpa catatan.       

                        

D. Mengadakan Penentuan Pendapat Rakyat (Perpera) di Irian Barat pada tanggal 2

Agustus 1969.

Kebijakan lain yang di ambil pemerintah Orde baru adalah menetapkan peran

ganda ABRI yang di kenal dengan Dwifungsi ABRI.ABRI tidak hanya berperan dalam

bidang pertahanan dan keamanan Negara tetapi juga berperan di bidang politik.Hal terbukti

dari banyaknya anggota ABRI yang ternyata memegang jabatan sipil seperti walikota,bupati

dan gubenur bahkan ABRI memiliki jatah di keanggotaan MPR/DPR.Alasan yang mendasari

kebijakan tersebut tertuang dalam pasal 27 ayat (1)UUD 1945. Pasal tersebut

mengemukakan bahnwa “segala warga Negara bersama kedudukankannya di dalam hukum

dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya.Bukan hanya pada bidang politik

pemerintahan,ternyata kedudkan ABRI dalam masyarakat Indonesia juga merambat di sector

ekonomi.Banyak anggota ABRI menjadi kepala skepala BUMN maupun komisaris di

berbagai perusahaan swasta .

2.1.6 Upaya-Upaya Pembaruan Politik Luar Negeri

Di samping membina stabilitas politik dalam negeri, pemerintah Orde Baru juga

mengadakan perubahan-perubahan dalam politik luar negeri. Berikut ini upaya-upaya

pembaruan dalam politik luar negeri.

1. Indonesia Kembali Menjadi Anggota PBB

Pada tanggal 28 September 1966 Indonesia kembali menjadi anggota PBB.

Sebelumnya pada masa Demokrasi Terpimpin Indonesia pernah keluar dari PBB sebab

Malaysia diterima menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Keaktifan Indonesia

Page 22: Tugas individu

dalam PBB ditunjukkan ketika Menteri Luar Negeri Adam Malik terpilih menjadi ketua

Majelis Sidang Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.

2. Membekukan hubungan diplomatik dengan Republik Rakyat Cina (RRC)

Sikap politik Indonesia yang membekukan hubungan diplomatik dengan RRC

disebabkan pada masa G 30 S/PKI, RRC membantu PKI dalam melaksanakan kudeta

tersebut. RRC dianggap terlalu mencampuri urusan dalam negeri Indonesia.

3. Normalisasi hubungan dengan Malaysia

Pada tanggal 11 Agustus 1966, Indonesia melaksanakan persetujuan

normalisasi hubungan dengan Malaysia yang pernah putus sejak tanggal 17 September 1963.

Persetujuan normalisasi ini merupakan hasil Persetujuan Bangkok tanggal 29 Mei sampai

tanggal 1 Juni 1966. Dalam pertemuan tersebut, delegasi Indonesia dipimpin oleh Menteri

Luar Negeri Adam Malik, sementara Malaysia dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri/Menteri

Luar Negeri Tun Abdul Razak. Pertemuan tersebut menghasilkan keputusan yang disebut

Persetujuan Bangkok (Bangkok Agreement), isinya sebagai berikut.

a. Rakyat Sabah dan Serawak diberi kesempatan untuk menegaskan kembali keputusan yang

telah mereka ambil mengenai kedudukan mereka dalam Federasi Malaysia.

b. Pemerintah kedua belah pihak menyetujui pemulihan hubungan diplomatik.

c. Tindakan permusuhan antara kedua belah pihak akan dihentikan.

4. Berperan dalam Pembentukan ASEAN

Peran aktif Indonesia juga ditunjukkan dengan menjadi salah satu negara

pelopor berdirinya ASEAN. Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bersama menteri

luar negeri/perdana menteri Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand menandatangi

kesepakatan yang disebut Deklarasi Bangkok pada tanggal 8 Agustus 1967. Deklarasi

tersebut menjadi awal berdirinya organisasi ASEAN.

2.1.7 Dampak Positif dan Negatif Kebijakan Politik Pemerintahan Orde

Baru

A. Dampak Positif Dari Kebijakan Politik Pemerintahan Orba:

Pemerintah mampu membangun pondasi yang kuat bagi kekuasaan lembaga kepresidenan

yang membuat semakin kuatnya peran Negara dalam masyarakat. Situasi keamanan pada

masa ORBA relatif aman dan terjaga dengan baik karena pemerintah mampu mengatasi

Page 23: Tugas individu

semua tindakan dan sikap yang dianggap bertentangan dengan Pancasila. Dilakukan

peleburan partai dimaksudkan agar pemerintah dapat mengontrol parpol.

B. Dampak Negatif dari Kebijakan Politik Pemerimtah ORBA:

Terbentuk pemerintahan orde baru yang bersifat otoriter, dominatif, dan sentralis.

a. Otoritarianisme merambah segenap aspek kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara

termasuk kehidupan politik yang sangat merugikan rakyat.

b. Pemerintah Orde Baru gagal memberikan pelajaran berdemokrasi yang baik dan benar

kepada rakyat Indonesia. Golkar menjadi alat politik untuk mencapai stabilitas yang

diinginkan, sementara 2 paratai lainnya hanya sebagai boneka agar tercipta citra sebagai

Negara demokrasi.

c. Sistem perwakilan bersifat semu bahkan hanya dijadikan topeng untuk melanggengkan

sebuah kekuasaan secara sepihak. Dalam setiap pemilihan presiden melalui MPR Suharto

selalu terpilih.

d. Demokratisasi yang terbentuk didasarkan pada KKN (Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme)

sehingga banyak wakil rakyat yang duduk di MPR/DPR yang tidak mengenal rakyat dan

daerah yang diwakilinya.

e. Kebijakn politik teramat birokratis, tidak demokratis, dan cenderung KKN.

f. Dwifungsi ABRI terlalu mengakar masuk ke sendi-sendi kehidupan bebangsa dan benegara

bahkan pada bidang-bidang yang seharusnya masyarakat yang berperan besar terisi oleh

personel TNI dan Polri. Dunia bisnis tidak luput dari intervensi TNI/Polri.

g. Kondisi politik lebih payah dengan adnya upaya penegakan hukum yang sangat lemah.

Dimana hukum hanya diciptakan untuk keuntungan pemerimtah yang berkuasa sehingga

tidak mampu mengadili para konglomerat yang telah menghabisi uang rakyat.

Page 24: Tugas individu

2.1.8 Keadaan Ekonomi Masa Orde Baru

Pada masa Demokrasi Terpimpin, Negara bersama aparat ekonominya mendominasi

seluruh kegiatan ekonomi sehingga mematikan potensi dan kreasi unit-unit ekonomi swasta.

Sehingga, pada permulaan Orde Baru program pemerintah berorientasi pada usaha

penyelamtan ekonomi nasioanl terutama pada usaha mengendalikan tingkat inflasi,

penyelamatan keuangan Negara dan pengamanan kebutuhan pokok rakyat . Tindakan

pemerintah ini dilakukan karena adanya kenaikan harga pada awal tahun 1966 yang

menunjukkan tingkat inflasi kurang lebih 650 % setahun. Hal itu menjadi penyebab kurang

lancarnya program pembangunan yang telah direncanakan pemerintah.Oleh karena itu

pemerintah menempuh cara sebagai berikut :

Stabilisasi dan Rehabilitasi Ekonomi

Ekonomi yang kacau sebagai peninggalan masa Demokrasi terpimpin, pemerintah

menempuh cara:

a. Mengeluarkan Ketetapan MPRS No.XXIII/MPRS/1966 tentang pembangunan.

b. MPRS mengeluarkan garis program pembangunan, yakni program penylematan, program

stabilitas dan rehabilitasi, serta program pembangunan.

Program pemerintah diarahkan pada upaya penyelamatan ekonomi nasional terutama

stabilisasi dan rehabilitasi ekonomi. Stabilisasi berarti mengendaliakan inflasi agar harga

barang-barang tidak melonjak terus. Sedangkan Rehabilitasi adalah perbaikan secara fisik

sarana dan prasarana ekonomi. Hakikat dari kebijakan ini adalah pembinaan sistem ekonomi

berencana yang menjamin berlangsungnya demokrasi ekonomi kearah terwujudnya

masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.Langkah-langakah yang diambil Kabinet

pada saat itu yang mengacu pada Tap MPRS tersebut adalah sebagai berikut:

1. Mendobrak kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan

kemacetan, seperti :

a. rendahnya penerimaan Negara

b. tinggi dan tidak efisiennya pengeluaran Negara

c. terlalu banyak dan tidak produktifnya ekspansi kredit bank

d. terlalu banyak tunggakan hutang luar negri

Page 25: Tugas individu

e. penggunaan devisa bagi impor yang sering kurang berorientasi pada kebutuhan prasarana.

Debirokrtisasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian

Berorientasi pada kepentingan produsen kecil

Untuk melaksanakan langkah-langkahpenyelamatan tersebut maka ditempuh cara:

a. mengadakan operasi pajak

b. cara pemungutan pajak baru bagi pendapatan perorangan dan kekayaan dengan

menghitung pajak sendiri dan menghitung pajak orang

c. penghematan pengeluaran pemerintah (pengeluaran konsumtif dan rutin), serta

menghapuskan subsidi bagi perusahaan Negara

d. membatasi kredit bank dan menghapuskan kredit impor

Program stabilisasi dilakukan dengan cara membendung laju inflasi.Hasilnya

bertolak belakang dengan perbaikan inflasi sebab harga bahan kebutuhan pokok melonjak

namun inflasi berhasil dibendung (pada tahun 1967- awal 1968). Sesudah kabinet

pembangunan dibentuk pada bulan juli 1968 berdasarkan Tap MPRS NO.XLI/MPRS/1968,

kebijakn ekonomi pemerintah dialihkan pada pengendalian yang ketat terhadap gerak harga

barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valas. Sejak saat itu kestabilan ekonomi

nasional relatif tercapai sebab sejak 1966 kenaikan harga bahan-bahan pokok dan valas dapat

diatasi.

Program rehabilitasi dilakukan dengan berusaha memulihkan kemampuan

berproduksi. Selam 10 tahun mengalami kelumpuhan dan kerusakan pada prasarana ekonomi

dan sosial. Lembaga perkreditan desa, gerakan koperasi, perbankan disalahgunakan dan

dijadikan alat kekuasaan oleh golongan dan kepentingan tertentu. Dampaknya lembaga tidak

dapat melaksanakan fungsinya sebagai penyusun dan perbaikan tata hidup masyarakat.

1. Kerja Sama Luar Negri

Keadaan ekonomi Indonesia paska Orde Lama sangat parah,hutangnya mencapai 2,3-

2,7 miliar sehingga pemerintah Indonesia meminta Negara-negara kreditor untuk dapat

menunda pembayaran kembali utang Indonesia. Pemerintah mengikuti perundingan dengan

Negara-negara kreditor di Tokyo Jepang pada 19-20 September 1966 yang menanggapi baik

usaha pemerintah Indonesia bahwa devisa ekspornya akan digunakan untuk pembayaran

Page 26: Tugas individu

utang yang selanjutnya akan dipakai untuk mengimpor bahan-bahan baku. Perundingan

dilanjutkan di Paris, Perancis dan dicapai kesepakatan sebagai berikut:

a. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun 1968 ditunda pembayarannya

hingga tahun 1972-1979

b. Utang-utang Indonesia yang seharusnya dibayar tahun1969 dab 1970 dipertimbangkan

untuk ditunda juga pembayarannya.

Kemudian kerundingan dilanjutkan di Amsterdam, Belanda pada tanggal 23-24

Februari 1967. Perundingan itu bertujuan membicarakan kebutuhan Indonesia akan bantuan

luar negri serta kemungkinan pemberian bantuan dengan syarat lunak yang selanjutnya

dikenal dengan IGGI (Inter Governmental Group for Indonesia). Melalui pertemuan itu

pemerintah Indonesia berhasil mengusahakn bantuan luar negri. Indonesia mendapatkan

penangguhan dan keinginan syarat-syarat pembayaran utangnya.

1. Pembangunan Nasional

Dilakukan pembangunan nasional pada masa orde baru dengan tujuan terciptanya

masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Arah dan

kebijaksanaan ekonominya adalah pembangunan pada segala bidang. Pedoman pembangunan

nasional adalah Trilogi Pembangunan dan Delapan Jalur Pemerataan. Inti dari kedua

pedoman tersebut adalah kesejahteraan bagi semua lapisan masyarakat dalam suasana politik

dan ekonomi yang stabil. Isi trilogi Pembangunan adalah sebagai berikut :

a.Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan sosial

bagi seluruh rakyat Indonesia.

b. Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.

c. Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis

Sedangkan pelaksanannya pembanguanan nasional dilakukan secara bertahap yaitu:

a.  Jangka panjang mencakup periode 25 sampai 30 tahun.

b. Jangka pendek mencakup periode 5 tahun(pelita / pembangunan lima tahun), merupakan

jabaran lebih rinci dari pembangunan jangka panjang sehingga tiap pelita akan selalu saling

berkaitan/berkesinambunagn. Selama periode Orde Baru terdapat 6 pelita, yaitu :

Page 27: Tugas individu

1)  Pelita I

Dilaksanakan pada 1 April 1969 hingga 31 Maret 1974 yang menjadi landasan awal

pembanguna ORBA. Tujuan Pelita I : untuk meningkatkan taraf hidup rakyat dan sekaligus

meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan dalam tahap berikutnya. Sasaran Pelita I : pangan,

sandang, perbaikan prasarana,perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan

rohani.

Titik Berat Pelita I : pembanguan bidang pertanian sesuai dengan tujuan untuk

mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, karena

mayoritas penduduk Indonesia masih hidup dari hasil pertanian.

Muncul peristiwa marali (malapetaka limabelas januari) terjadi pada tanggal 15-16 Januari

1974 bertepatan dengan kedatangan PM Jepang Tanaka ke Indonesia. Peristiwa ini

merupakan kelanjutan demonstrasi para mahasiswa yang menuntut Jepang agar tidak

melakukan dominasi ekonomi di Indonesia sebab produk barang Jepang terlalu banyak

beredar di Indonesia. Terjadilah pengrusakan dan pembakaran barang-barang buatan Jepang.

2)  Pelita II

Pelita II dilaksanakan pada tanggal 1 April 1974 hingga 31 Maret 1979. Sasaran

Utamanya adalah tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana dan prasarana,

mensejahterakan rakyat dan memperluas kesempatan kerja. Pelaksanaan Pelita II cukup

berhasil, pertimbuhan ekonomi rata-rata mencapai 7 % per tahun. Pada awal pemerintahan

Orde Baru laju inflasi mencapai 60 % dan pada akhir Pelita I laju inflasi turun menjadi 47 %.

Selanjutnya pada tahun keempat Pelita II, inflasi menjadi 9,5 %.

3) Pelita III

Pelita III dilaksanakan pada tanggal 1 April 1979 hingga 31 Maret 1984. Pelita III

pembangunan masih berdasarkan pada Trilogi Pembangunan dengan penekanan lebih

menonjol pada segi pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, yaitu:

a. Pemerataan pemenuhan kebutuhan pokok rakyat, khususnya sandang, pangan, dan

perumahan

b. Pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan dan pelayanan kesehatan.

c. Pemerataan pembagian pendapatan

d. Pemerataan kesempatan kerja

e. Pemerataan kesempatan berusaha

Page 28: Tugas individu

f. Pemerataan kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan khususnya bagi generasi muda

dan kaum perempuan.

g. Pemerataan penyebaran pembangunan di seluruh wilayah tanah air.

h. Pemerataan kesempatan memperoleh keadilan

4)  Pelita IV

Pelita IV dilaksanakan pada tanggal 1 April 1984 hingga 31 Maret 1989. titik

beratnya adalah sektor pertanian menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri

yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri. Terjadi resesi pada awal tahun 1980 yang

berpengaruh terhadap perekonomian Indonesia. Pemerintah akhirnya mengeluarkan

kebijakan moneter dan fiskal sehingga kelangsungan pembangunan ekonomi dapat

dipertahankan.

5) Pelita V

Pelita V dilaksanakan pada tanggal 1 April 1989 hingga 31 Maret 1994. Titik

beratnya pada sektor pertnian dan industri. Indonesia memiliki kondisi ekonomi yang cukup

baik dengan pertumbuhan rata-rata 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negri

memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding

sebelumnya.

6) Pelita VI

Pelita VI dilaksankan pada tanggal 1 April 1994 hingga 31 Maret 1999. Titik beratnya

pada pembangunan pada sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta

pembanguan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya. Pada

periode ini terjadi krisis moneter yang melanda Negara-negara Asia Tenggara termasuk

Indonesia. Karena krisis moneter dan peristiwa plitik dalam negri yang mengganggu

perekonomian menyebabkan rezim Orde Baru runtuh.

2.1.9 Keadaan Sosial Masa Orde Baru

Orde Baru harus mengahadapi masalah-maslah sosial yang lebih besar daripada yang

dihadapi para reformis dimasa politik Etis. Hal ini terjadi sebagian karena Belanda gagal

menyelesaikan masalah-masalah ini beberapa dekade sebelumnya, dan sebagian lagi karena

berlalunya waktu dan pergolakan yang terjadi sejak penahlukan Jepang membuat masalah

Page 29: Tugas individu

tersebut kin kompleks. Belanda gagal memenuhi kesejahteraan bangsa yang pada tahun 1930

berpenduduk 60,7 juta. Karena kelalaian selama beberapa dekade lalu dan mndesaknya

kebutuhan untuk lebih dahulu mengendalikan ekonomi bangsa ditahun-tahun setelah 1965,

maka mungkin tak mengejutkan jika pemerintahan Orde Baru awalnya tidak mampu

berkontribusi banyak dalam memenuhi kesejahteraan penduduknya, yang pada sensus tahun

1971 telah mencapai 119,2 juta jiwa dan 147,3 jutapada tahun 1980.

Standar kesehatan dan pendidikan masih rendah, tetapi jauh lebih baik daripada di

zaman Belanda. Pada tahun 1974, trdapat 6.221 dokter. Di Jawa terdapat satu dokter untuk

setiap 21,7 ribu penduduk dan diluar pulau Jawa terdapat satu dokter untuk setiap 17,9 ribu

( angka ini tidak berarti akses untuk mendapatkan dokter lebih mudah disana, karena

penduduk tersebar ditempat yang saling berjauhan). Sensus tahun 1971 menunjukkan bahwa

tingkat melek huruf bagi anak yang berusia 10 tahun adalah 72% dikalangan laki-laki dan

50,3% pada perempuan. Tetapi secara umum kualitas sistem sekolah telah menurun sejak

tahun 1950-an, sehingga angka melek huruf ini tidak bisa dianggap sebagai bukti bhwa

pendidikan formal sudah cukup tersedia. Pada tahun 1973, walaupun 57% (11,8 juta) dari

penduduk yang berusia 7-12 tahun duduk disekolah dasar, namun masih tersisa sekitar 8.9

juta dalam kelompok ini ynag tidak berpendidikan. Pada tingat perguruan tinggi,

pemerintahan ndonesia mampu melampaui rekor yang dicapai Belanda. Namun, pada tahun

1973, hanya sekitar seperempat dari 1% penduduk (329.300) yang terdaftar dilembaga

perguruan tinggi negeri dan swasta, 117.600 diantaranya terdaftar di Universitas atau

lembaga perguruan tinggi negeri. Jumlah ini agak rendah, tetapi jumlah lulusannya lebih

banyak daripada yang bisa dipekerjakan negara, kerena faktanya tingkat pengangguran bagi

lulusan kian bertambah. Kualitas pendidikan pada tingkat perguruan tinggi ini juga menuai

kririk. Pemerintah baru mampu membuat kemajuan besar dibidang kesehatan dan pendidikan

dipertengahan tahun 1970-an.

Masalah sosial bangsa semakin rumit dengan berlanjutnya urbanisasi. Pada ahun

1971, sebanyak 17,3% dari penduduk Indonesia tinggal dikota bandingkan dengan 14,8%

Pada tahun 1962 dan 3,8% pada tahun 1930/. Pada tahun 1971,penduduk Jakarta sudah

melampaui 4,5 juta jiwa. Jawa tetap tecatat sebagai pulau dengan jumlah populasi tersebar di

Indonesia (60,4% pada ahun 1971). Orde Baru, seperti juga Belanda, gagal memindahkan

penduduk dipulau Jawa keluar pulau dalam proporsi yang signifikan. Kebijakan

memindahkan penduduk dari tempat yang padat ke tempat yang jarang ini kini disebut

dengan “transmigrasi”.

Page 30: Tugas individu

Masa Orde Baru diakui telah banyak mencapai kemajuan dalam proses untuk

mewujudkan cita-cita nasional. Dalam kehidupan sosial budaya, masyarakat dapat

digambarkan dari berbagai sisi. Selama dasawarsa 1970-an laju pertumbuhan penduduk

mencapai 2,3% setiap tahun. Dalam tahun tahun awal 1990-an angka tadi dapat diturunkan

menjadi sekitar 1,6% setiap tahun. Jika awal tahun 1970-an penduduk Indonesia mempunyai

harapan hidup rata-rata sekitar 50 tahun maka pada tahun 1990-an harapan hidup lebih dari

61 tahun. Dalam kurun waktu yang sama angka kematian bayi menurun dari 142 untuk setiap

1000 kelahiran hidup menjadi 63 untuk setiap 1000 kelahiran hidup. Hal ini antara lain

dimungkinkan makin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Sebagai contoh

adanya Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) dan Pos Pelayanan Terpadu sampai di

tingkat desa atau RT.

Dalam himpunan Tap MPR Tahun 1993 di bidang pendidikan, fasilitas pendidikan

dasar sudah makin merata. Pada tahun 1968 fasilitas sekolah dasar yang ada hanya dapat

menampung sekitar 41% dari seluruh anak yang berumur sekolah dasar. Fasilitas sekolah

dasar yang telah dibangun di pelosok tanah air praktis mampu menampung anak Indonesia

yang berusia sekolah dasar. Kondisi ini merupakan landasan kuat menuju pelaksanan wajib

belajar 9 tahun di tahun-tahun yang akan datang. Sementara itu, jumlah rakyat yang masih

buta huruf telah menurun dari 39% dalam tahun 1971 menjadi sekitar 17% di tahuan1990-an.

Dampak dari pemerataan pendidikan juga terlihat dari meningkatnya tingkat pendidikan

angkatan kerja. Dalam tahun 1971 hampir 43% dari seluruh angkatan kerja tidak atau belum

pernah sekolah. Pada tahun 1990-an jumlah yang tidak atau belum pernah sekolah menurun

menjadi sekitar 17%. Dalam kurun waktu yang sama angkatan kerja yang berpendidikan

SMA ke atas adalah meningkat dari 2,8% dari seluruh angkatan kerja menjadi hampir 15%.

Peningkatan mutu angkatan kerja akan mempunyai dampak yang luas bagi laju pembangunan

di waktu-waktu yang akan datang.

Page 31: Tugas individu

BAB III

KONSEP TENTANG ORGANISASI, ADMINISTRASI, DAN MANAJEMEN

3.1. Konsep organisasi

Suatu saat, di sekitar tahun 1980-an akhir, Menteri Dalam Negeri Rudini mengatakan:

“Biarkan rakyat desa tenteram sebagaimana adanya.” Rudini mengutarakan hal itu ketika

muncul kritik dari kalangan intelektual dan para politisi agar rezim Orde Baru mengakhiri

kebijakan massa mengambang alias floating mass. Ketika itu, Rudini mewanti-wanti bahwa

pemerintah tidak mau ambil resiko. Dengan kata lain, desa tetap dijauhkan dari hingar-bingar

politik. Memang, semenjak kemenangan Orde Baru menggulingkan Orde Lama, ada

semacam asumsi bahwa sebab kuat dari konflik-konflik politik pada masa lalu adalah karena

ada sistem multi partai dan polarisasi ideologi. Maka, yang ditempuh rezim Soeharto

kemudian adalah proses de-ideologi. “Politik no, ekonomi yes,” begitulah.Ungkapan ini

kemudian diperkuat oleh serangkaian kebijaksanaan stabilitas politik yang dibuat oleh

pemerintah demi merehabilitasi perekonomian. “Untuk itu dilakukan upaya-upaya supaya

tidak ada sikap kritis dari masyarakat. Rakyat dibungkam,” kata sejarawan dan peneliti LIPI

Asvi Warman Adam, dalam wawancara dengan wartawan BBC Indonesia, Heyder Affan,

Page 32: Tugas individu

awal November 2013.Untuk itu dilakukan upaya-upaya supaya tidak ada sikap kritis dari

masyarakat. Rakyat dibungkam.

Ada sejumlah kebijakan yang kemudian dilahirkan. Salah-satunya, menjelang Pemilu

1977, seperti dikemukakan Nazaruddin Sjamsuddin dalam buku Integrasi Politik di

Indonesia (1989), pemerintah memutus mata rantai ideologi yang menghubungkan rakyat

pedesaan dengan ideologi-ideologi partai politik. Konsep massa mengambang, itulah

perwujudannya yang dikonsepsikan pada 1971. Artinya: pembebasan rakyat di daerah

pedesaan terhadap kegiatan-kegiatan politik, memutuskan hubungan mereka dengan partai

politik, kecuali di saat pemilu. Dalam kerangka ini, PPP dan PDI saat itu dilarang mendirikan

kantor ranting di desa-desa, seperti yang pernah dipraktekkan di zaman Orde Lama. Konsep

‘menelanjangi’ desa dari jubah ideologi demi stabilitas politik, hanyalah salah-satu dari

kebijakan Orde Baru yang sejak awal berorientasi menjauhkan masyarakat dari politik.

A. Asas tunggal

Selain itu, rezim Orde Baru juga menyeragamkan azas semua kekuatan politik di

Indonesia, yang ditandai pidato Presiden Suharto di depan Sidang Papipurna DPR pada 16

Agustus 1982. Menurut M Rusli Karim, dalam buku Nuansa Gerak politik era 80-an di

Indonesia (1992), penyeragaman asas ini – yang dikenal dengan sebutan asas tunggal

Pancasila -- merupakan ‘keampuhan’ Orde Baru dalam menghadapi kekuatan politik,

terutama yang beraspirasikan Islam.Suharto (kiri) membatasi masyarakat dari politik

kekuasaan. Pemerintah Orba, menurut Rusli Karim, “tidak ingin memberi peluang bagi

kekuatan mana pun untuk menjadi kekuatan yang mampu menyaingi partai yang didukung

pemerintah.” Pencanangan Pancasila sebagai satu-satunya azas organisasi politik, menurut

Nazarudin Syamsudin (1989), merupakan langkah pemerintah Orba untuk “menghindari

perpecahan di kalangan elit politik”. Namun jauh sebelumnya, yaitu pada 1967, pemerintahan

Suharto melakukan apa yang disebut Harold Crouch dalam buku Militer dan Politik di

Indonesia (1986), sebagai “pengebirian partai-partai politik”. Pemerintah Orba tidak ingin

memberi peluang bagi kekuatan mana pun untuk menjadi kekuatan yang mampu menyaingi

partai yang didukung pemerintah. Saat itu, menurut Crouch, rezim melakukan langkah-

langkah yang nantinya menjamin bahwa partai-partai akan dipimpin oleh orang-orang yang

“bersedia patuh dan erat bekerja sama dengan pemerintah.” Di sinilah, pemerintah kemudian

Page 33: Tugas individu

“mencampuri” internal PNI, Masyumi (yang kemudian dipaksa menjelma menjadi Partai

Muslimin Indonesia), serta NU sebelum Pemilu 1971. Melalui “campur tangan melalui Opsus

yang dipimpin Ali Murtopo”, menurut Crouch, Golongan Karya – yang didukung secara

penuh oleh pemerintah Orba – meraih suara lebih dari 68 persen dalam pemilu 1971. Tidak

lama setelah Pemilu 1971, pemerintah menyederhanakan partai- partai politik alias

penggabungan (fusi) menjadi tiga kekuatan sosial politik: PPP, Golkar dan PDI.

B.Dwi Fungsi ABRI

Setelah reformasi 1998, konsep dan implementasi Dwi Fungsi ABRI dikritik habis-

habisan dan akhirnya “dicabut”. Padahal, di masa Orde Baru, konsep ini sepenuhnya

dilaksanakan, walaupun implementasinya dinilai kelewatan ketimbang konsep awalnya.

Sebutlah: hampir semua pejabat daerah dikuasai oleh perwira TNI, adanya kursi TNI di DPR

hingga di kursi menteri, serta di perusahaan-perusahaan. Presiden Suharto (kanan) bersama

Wapres BJ Habibie dan Try Sutrisno. Padahal, menurut mantan Kepala Staf Angkatan Darat

(KSAD) Abdul Haris Nasution, yang juga dikenal sebagai konseptor “Dwi Fungsi ABRI”,

konsep “jalan tengah ABRI” itu intinya “peran ABRI... sebagai kekuatan pertahanan dan

keamanan dan peran yang sifatnya non-militer (sosial dan politik)”. “Pikiran saya cuma satu,

kita perlu mengadakan kerja sama. Kita menganggap kekuatan diri kita juga adalah kekuatan

politik,” kata AH Nasution, dalam buku Jenderal tanpa pasukan, politisi tanpa partai,

perjalanan hidup AH Nasution (1998). Karena ada rekayasa politik, partai-partai tidak punya

pembina di tingkat bawah. Tapi Golkar sampai memiliki anggota yang jadi kepala desa.

ABRI sampai ke Babinsa... Ini namanya permainan. Karena itulah, dia mengaku kaget

dengan penerapan “jalan tengah” ABRI di masa Orde Baru, yang ditandai antara lain

“banyaknya orang-orang militer yang ditempatkan di berbagai perusahaan. Baginya,

penempatan itu tidak tercakup dalam pemahaman Dwifungsi. Lebih lanjut, Nasution

mengatakan, konsep Dwifungsi sekarang (saat Orde Baru) telah bergeser. Menurut mantan

Gubernur Lembahanas Letjen (purnawirawan) Hasnan Habib, dalam wawancara dengan

harian NUSA (20 September 1999), pelaksanaan konsep Dwi Fungsi ABRI dalam

perjalanannya mengalami “pelencengan”. “Karena ada rekayasa politik, partai-partai tidak

punya pembina di tingkat bawah. Tapi Golkar sampai memiliki anggota yang jadi kepala

desa. ABRI sampai ke Babinsa... Ini namanya permainan,” kata Hasnan Habib, saat itu.

C.Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila

Page 34: Tugas individu

Sampai di situ upaya sistematis rezim Orde Baru untuk menjauhkan masyarakat dari

"penyakit" Orde Lama? Tunggu dulu. Di masa Orde Baru, anda tentu masih ingat, setiap

siswa sekolah atau mahasiswa baru wajib mengikuti “indoktrinasi” penanaman nilai-nilai

Pancasila, sebagai syarat penting yang harus diikuti. Setelah Presiden Suharto tidak berkuasa,

berbagai kebijakannya dikoreksi. Indoktrinasi ideologi resmi Pancasila ini digelar secara

sistematis oleh rezim Orde Baru, karena didasarkan asumsi bahwa Pancasila telah

diselewengkan pada masa Orde Lama. Nazaruddin Sjamsuddin (1989) mengatakan,

sosialisasi nilai-nilai Pancasila, seperti melalui penataran P4 (Pedoman Penghayatan dan

Pengamalan Pancasila), merupakan "salah-satu cara terbaik untuk membuat masyarakat

menyadari, mengetahui dan menghayati ideologi negara." Demi stabilitas politik, utamanya

untuk menghadapi bahaya laten Komunisme, indoktrinasi Pancasila ini didahului kebijakan

penerapan azas tunggal Pancasila di semua organisasi masyarakat dan parpol. Demi stabilitas

politik, utamanya untuk menghadapi bahaya laten Komunisme, indoktrinasi Pancasila ini

didahului kebijakan penerapan azas tunggal Pancasila di semua organisasi masyarakat dan

parpol, Klaim seperti ini terus dihidupkan, sehingga orang-orang atau kelompok yang

berseberangan dengan pemerintah dianggap anti atau “merongrong” Pancasila. . Di luar

kebijakan dan konsep massa mengambang, penerapan azas tunggal, Dwi Fungsi ABRI,

hingga penataran P4, tentu saja ada beberapa istilah lainnya yang diidentikan dengan Orde

Baru. Apa itu? Sebutlah istilah: modernisasi, pertumbuhan ekonomi, demi pembangunan,

ekstrim kanan-kiri, gerombolan pengacau keamanan (GPK), atau anti Pancasila. Namun

semenjak reformasi 1998 digulirkan, istilah-istilah Orde Baru seperti menjadi barang usang,

dan terkadang menjadi bahan olok-olok, walaupun ada pula kebijakan seperti Keluarga

Berencana (KB) dan Posyandu, yang dianggap berhasil dan kini akan dihidupkan lagi.

3.2. Konsep Administrasi

Indonesia adalah sebuah negara yang wilayahnya terbagi atas daerah-daerah Provinsi.

Daerah provinsi itu dibagi lagi atas daerah Kabupaten dan daerah Kota. Setiap daerah

provinsi, daerah kabupaten, dan daerah kota mempunyai pemerintahan daerah yang diatur

dengan undang-undang. Seiring berkembangnya zaman system pemerintahan daerah pun

mulai mengalami perubahan dari era orde baru, era reformasi hingga sekarang. Baik pada

Undang-Undang, Pengertian-pengertian, Pemilihan anggota DPRD, Pelaksanaan Otonomi

Daerah serta Ketetapan Peraturan Daerah.

Page 35: Tugas individu

Sesuai dalam UU No. 32 Tahun 2004, Pemerintahan Daerah adalah

penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan DPRD menurut asas

otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan

prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945.

Pemerintahan daerah provinsi, kabupaten, dan kota memiliki Dewan Perwakilan Rakyat

Daerah  yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum. Gubernur,  Bupati,

dan Walikota  masing - masing sebagai Kepala Pemerintah Daerah  Provinsi, Kabupaten dan

Kota dipilih secara demokratis.

Hubungan wewenang antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah provinsi,

kabupaten, dan kota atau antara provinsi dan kabupaten dan kota, diatur dengan undang-

undang dengan memperhatikan kekhususan dan keragaman daerah. Hubungan keuangan,

pelayanan umum, pemanfatan sumber daya alam dan sumber daya lainnya antara pemerintah

pusat dan pemerintahan daerah diatur dan dilaksanakan secara adil dan selaras berdasarkan

undang-undang.

            Pemerintah daerah memperoleh pelimpahan wewenang pemerintahan umum dari

pusat.

Perbandingan Sistem Administrasi Pemerintahan Daerah pada Orde Baru, Reformasi dan Reformasi Ke-2 :

Istilah Orde Baru Reformasi Reformasi Ke-2

UU UU No. 5/1974 UU No.22/1999 UU No.32/2004

Pemerintah Pusat

Perangkat Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri dari Presiden beserta pembantu-pembantunya

Perangkat NKRI yang terdiri dari presiden beserta para menteri menurut asas desentralisasi

Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam UUD 1945

Desentralisasi Penyerahan urusan pemerintah dari Pemerintah atau Daerah tingkat atasnya kepada daerah menjadi urusan

Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam kerangka NKRI

Penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom untuk

Page 36: Tugas individu

rumah tangganya mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dalam sistem NKRI

Dekonsentrasi Pelimpahan wewenang dari Pemerintah atau Kepala Wilayah atau Kepala Instansi Vertikal tingkat atasnya kepada pejabat- pejabatnya di daerah

Pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau perangkat pusat di daerah

Pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal wilayah tertentu

Tugas pembantuan

Tugas untuk turut serta dalam melaksanakan urusan pemerintah yang ditugaskan kepada Pemerintah Daerah oleh Pemerintah atau pemerintah Daerah tingkat atasnya dengan kewajiban mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskannya

Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan desa, dari daerah ke desa untuk melaksanakan tugas tertentu yang disertai pembiayaan, sarana, dan prasarana serta SDM dengan kewajiban melaporkan pelaksanaannya dan mempertanggungjawabkan kepada yang menugaskan

Penugasan dari pemerintah kepada daerah dan/atau desa dari pemerintah provinsi kepada kabupatean/kota dan/atau desa serta dari pemerintah kabupatean/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu

Otonomi daerah

Hak, wewenang dan kewajiban dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

Kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasar aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan

Daerah otonom

Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik

Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu, berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam NKRI

Kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintaha dan kepentingan masyarakat setempat

Page 37: Tugas individu

Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam NKRI

Wilayah admininstrasi

Lingkungan kerja perangkat Pemerintah yang menyelenggarakan pelaksanaan tugas pemerintahan umum di daerah

Wilayah kerja Gubernur selaku wakil pemerintah

Kelurahan Wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan

Pemerintah daerah

Kepala Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Kepala daerah beserta perangkat daerah otonom yang lain sebagai badan eksekutif daerah

Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara Pemda

Pemerintahan daerah

Dalam menyelenggarakan pemerintahan Daerah dibentuk Sekretariat Daerah dan Dinas - Dinas Daerah

Penyelenggaraan Pemda otonom oleh Pemda dan DPRD dan/ atau daerah kota di bawah kecamatan

Penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem prinsip NKRI

Desa Kesatuan wilayah masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur menurut asas desentralisasi

Kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan

Page 38: Tugas individu

Republik Indonesia.

Pemilihan anggota DPRD

Dipilih oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah

Dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum.

Dipilih secara demokratis melalui pemilihan umum.

Pelaksanaan Otonomi Daerah

Dalam Undang-undang Nomor  5 Tahun 1974 pelaksanaan otonomi daerah lebih mengedepankan otonomi daerah sebagai kewajiban daripada hak,

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 menekankan arti penting kewenangan daerah dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat melalui prakarsanya sendiri.

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 menekankan bahwa Pemerintah Daerah berhak mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan

Ketetapan Peraturan Daerah

Peraturan Daerah ditetapkan disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Peraturan Daerah ditetapkan oleh Kepala Daerah dengan persetujuan DPRD sesuai pedoman yang ditetapkan Pemerintah, dan tidak perlu disahkan oleh pejabat yang berwenang.

Perda  ditetapkan  oleh   kepala  daerah  setelah   mendapat persetujuan bersama DPRD.

UU No.32 tahun 2004 mengatur hal-hal tentang; pembentukan daerah dan kawasan

khusus, pembagian urusan pemerintahan, penyelenggaraan pemerintahan, kepegawaian

daerah, perda dan peraturan kepala daerah, perencanaan pembangunan daerah, keuangan

daerah, kerja sama dan penyelesaian perselisihan, kawasan perkotaan, desa, pembinaan dan

pengawasan, pertimbangan dalamkebijakan otonomi daerah.

Menurut UU No.32 tahun 2004 ini, negara mengakui dan menghormati satuan-satuan

pemerintah daerah yang bersifat khusus dan istimewa. Sehubungan dengan daerah yang

bersifat khusus dan istimewa ini, kita mengenal adanya beberapa bentuk pemerintahan yang

lain, seperti DKI Jakarta, DI Aceh, DI Yogyakarta, dan provinsi-provinsi di Papua.

Di daerah perkotaan, bentuk pemerintahan terendah disebut “kelurahan”. Desa yang ada di

Kabupaten/Kota secara bertahap dapat diubah atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan

sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa, bersama Badan Permusyawaratan Desa yang

ditetapkan dengan perda. Desa menjadi kelurahan tidak seketika berubah dengan adanya

Page 39: Tugas individu

pembentukan kota, begitu pula desa yang berada di perkotaan dalam pemerintahan

kabupaten.

3.3. Konsep manajemen

Peristiwa yang lazim disebut Gerakan 30 September/Partai Komunis Indonesia

(G30S/PKI) menandai pergantian orde dari Orde Lama ke Orde Baru. Pada tanggal 1 Maret

1966 Presiden Soekarno dituntut untuk menandatangani sebuah surat yang memerintahkan

pada Jenderal Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang perlu untuk keselamatan

negara dan melindungi Soekarno sebagai Presiden.  Surat yang kemudian dikenal dengan

sebutan Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar) itu diartikan sebagai media pemberian

wewenang kepada Soeharto secara penuh.

Pada masa Orde Baru pula pemerintahan menekankan stabilitas nasional dalam

program politiknya dan untuk mencapai stabilitas nasional terlebih dahulu diawali dengan

apa yang disebut dengan konsensus nasional.

Pada era Orde Baru ini, pemerintahan Soeharto menegaskan bahwa kerdaulatan dalam

politik, berdikari dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam bidang sosial budaya.

Tekad ini tidak akan bisa terwujud tanpa melakukan upaya-upaya restrukturisasi di bidang

politik (menegakkan kedaulatan rakyat, menghapus feodalisme, menjaga keutuhan teritorial

Indonesia serta melaksanakan politik bebas aktif), restrukturisasi di bidang ekonomi

(menghilangkan ketimpangan ekonomi peninggalan sistem ekonomi kolonial, menghindarkan

neokapitalisme dan neokolonialisme dalam wujudnya yang canggih, menegakkan sistem

ekonomi berdikari tanpa mengingkari interdependensi global) dan restrukturisasi sosial

budaya (nation and character building, berdasar Bhinneka Tunggal Ika dan Pancasila serta

menghapuskan budaya inlander).

Pada masa ini juga proses pembangunan nasional terus digarap untuk dapat

meningkatkan kapasitas masyarakat dan menciptakan lapangan kerja. Pendapatan perkapita

juga meningkata dibandingkan dengan masa orde lama.

Kesemuanya ini dicapai dalam blueprint nasional atau rencana pembangunan

nasional. Itulah sebabnya di jaman orde lama kita memiliki rencana-rencana pembangunan

lima tahun (Depernas) dan kemudian memiliki pula Pembangunan Nasional Semesta

Page 40: Tugas individu

Berencana Delapan-Tahun (Bappenas). Di jaman orde baru kita mempunyai Rencana

Pembangunan Lima Tahun (Repelita) I, Repelita II, Repelita III, Repelita IV, Repelita V,dan

Repelita VII (Bappenas).

Penyebab utama runtuhnya kekuasaan Orde Baru adalah adanya krisis moneter tahun

1997. Sejak tahun 1997 kondisi ekonomi Indonesia terus memburuk seiring dengan krisis

keuangan yang melanda Asia. Keadaan terus memburuk. KKN semakin merajalela,

sementara kemiskinan rakyat terus meningkat. Terjadinya ketimpangan sosial yang sangat

mencolok menyebabkan munculnya kerusuhan sosial. Muncul demonstrasi yang digerakkan

oleh mahasiswa. Tuntutan utama kaum demonstran adalah perbaikan ekonomi dan reformasi

total. Demonstrasi besar-besaran dilakukan di Jakarta pada tanggal 12 Mei 1998. Pada saat

itu terjadi peristiwa Trisakti, yaitu me-ninggalnya empat mahasiswa Universitas Trisakti.

Keempat mahasiswa yang gugur tersebut kemudian diberi gelar sebagai “Pahlawan

Reformasi”. Menanggapi aksi reformasi tersebut, Presiden Soeharto berjanji akan

mereshuffle Kabinet Pembangunan VII menjadi Kabinet Reformasi. Selain itu juga akan

membentuk Komite Reformasi yang bertugas menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian,

UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli, dan UU Antikorupsi. Dalam

perkembangannya, Komite Reformasi belum bisa terbentuk karena 14 menteri menolak untuk

diikutsertakan dalam Kabinet Reformasi. Adanya penolakan tersebut menyebabkan Presiden

Soeharto mundur dari jabatannya.

Page 41: Tugas individu

BAB IV

ANALISIS MENGENAI MANAJEMEN PENDIDIKAN

TERHADAP KEBIJAKAN NEGARA

Awal dari orde baru pun bergulir di bawah kepemimpinan Jenderal Soeharto, nama

orde baru diciptakan demi membedakan dengan pemerintahan orde lama di bawah Presiden

Soekarno. Perbedaan nama rezim itu bukan saja secara harfiah, maupun perbedaan sang

pemimpin orde. Tapi juga berimplikasi kepada pergeseran secara fundamental misi dari

pemerintah serta metode yang tepat untuk mencapai misi tersebut. Radius Prawiro yang

mantan Deputi menteri untuk urusan Bank Sentral merangkap Gubernur Bank

Indonesia(1966-1973), dalam bukunya Pergulatan Indonesia Membangun Ekonomi

menyatakan bahwa, misi orde baru dapat disarikan sebagai pembangunan ekonomi.

Orde Baru memilih perbaikan dan perkembangan ekonomi sebagai tujuan utamanya

dan menempuh kebijakannya melalui struktur administratif yang didominasi militer namun

dengan nasehat dari ahli ekonomi didikan Barat. Dalam pencapaian misi tersebut, disiplin

ilmu ekonomi - termasuk alat analisis ekonomi makro dan mikro - menjadi ujung tombak,

padahal di zaman orde lama ekonomi dianaktirikan, tanpa kebijakan ekonomi yang jitu dan

terencana, mustahil ekonomi Indonesia bisa sehat kembali. Faktor politik, budaya dan sosial

juga berperan penting dalam membangun budaya ekonomi baru itu.

Page 42: Tugas individu

Kabinet Pembangunan Pertama : Menekankan Rekayasa Sosial

Pada Maret 1967, Majelis Permusyawaratan Rakyat Sementara (MPRS),

memilihSoeharto sebagai pejabat Presiden. Setahun kemudian MPRS memilih Soeharto

sebagai presiden. Pada Juni 1968, presiden Soeharto mengangkat kabinet baru. R.E. Elson

dalam bukunya Soeharto, Sebuah Biografi Politik menuliskan bahwa diantara tugas-tugas

pertamanya sebagai presiden adalah membentuk kabinet baru, yang diberi nama Kabinet

Pembangunan Pertama untuk membedakan kabinet itu dari kabinet-kabinet sebelumnya yang

menekankan berbagai aspek rekayasa sosial yang berorientasi ideologi.

Presiden Soeharto mendukung penuh tim ekonomi pemerintah dan rekomendasi

mereka sekalipun kebijakan yang diambil tidak populer secara politis. Staf ahli ekonomi

Presiden Soeharto terkenal sebagai para teknokrat atau sering disebut “mafia Berkeley”

karena beberapa anggotanya alumni University of California at Berkeley. Tim ini terpisah

dari kabinet yang anggotanya terdiri dari Widjojo Nitisastro, Ali Wardhana, Mohammad

Sadli, Subroto, dan Emil Salim. Selanjutnya beberapa tim menyusul seperti Rachmat Saleh,

Arifin Siregar, J.B. Sumarlin dan Radius Prawiro.

Orde baru berlangsung dari tahun 1968 hingga 1998, dan dapat dikatakan sebagai era

pembangunan nasional. pendidikan orde baru mengusung ideologi “keseragaman” sehingga

memampatkan kemajuan dalam bidang pendidikan. EBTANAS, UMPTN, menjadi seleksi

penyeragaman intelektualitas peserta didik. Selain itu, masa ini juga diwarnai dengan

ideologi militeralistik dalam pendidikan yang bertujuan untuk melanggengkan status quo

penguasa. Pendidikan militeralistik diperkuat dengan kebijakan pemerintah dalam penyiapan

calon-calon tenaga guru negeri.

Soeharto mempercayakan Widjojo Nitisastro sebagai pemimpin informal dari tim

ekonomi ini. Radius Prawiro menyatakan ada 3 hal nilai yang menonjol dalam menciptakan

tatanan ekonomi baru, yaitu gotong royong, trilogi pembangunan, dan Pragmatisme. Banyak

cara gotong royong yang telah diterjemahkan ke dalam tindakan politik dan kebijakan

lainnya. Dalam masa sulit, pemerintah telah mengimbau warga negara untuk mendukung

kebijakan yang merupakan langkah terbaik bagi kepentingan nasional meskipun kebijakan

tersebut menuntut pengorbanan dari banyak individu. Terutama saat awal orde baru, gotong

royong punya dua arti praktis. Pertama, konsep ini merupakan alternatif budaya terhadap

paham komunisme.

Page 43: Tugas individu

Gotong royong menjadi basis ideologi yang berakar pada budaya bangsa untuk

memajukan kebijakan ekonomi yang bertanggung jawab secara sosial, toleran terhadap

kesejahteraan individu, dan tidak bertentangan dengan ekonomi pasar bebas. Kedua, gotong

royong punya pengaruh memoderatkan proses perumusan kebijakan di Indonesia. Hal ini

disebabkan oleh hubungan erat antara gotongroyong dengan dua konsep budaya Indonesia

lainnya; musyawarah yang berarti dialog,dan mufakat yang berarti konsensus.

Pemerintahan Orde Baru yang dipimpin Soeharto mengedepankan moto “membangun

manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia”. Pada tahun 1969-1970 diadakan

Proyek Penilaian Nasional Pendidikan (PPNP) dan menemukan empat masalah pokok dalam

pendidikan di Indonesia: pemerataan, mutu, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Dan hasilnya

digunakan untuk membentuk Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan dan

Kebudayaan (BP3K).

Depdiknas di bawah Menteri Wardiman Djojohadiningrat (kabinet pembangunan VI)

mengedepankan wacana pendidikan “link and match" [17] sebagai upaya untuk memperbaiki

pendidikan Indonesia pada masa itu.

Ideology Pendidikan : Pendidikan sentralistik dan mentalitas pragmatis

Sense of education ala Soekarno kemudian dilanjutkan lebih inovatif lagi pada

periodesasi kepemimpinan Soeharto. Di zaman pemerintah Orde Baru misalnya, pendidikan

diwarnai oleh politik yang bersifat sentralistik, dengan titik tekan pada pembangunan

ekonomi yang ditopang oleh stabilitas politik dan keamanan yang didukung oleh kekuatan

birokrasi pemerintah, angkatan bersenjata, dan konglomerat. Dengan politik yang bersifat

sentralistik ini, seluruh masyarakat harus menunjukkan monoloyalitas yang tinggi, baik

secara ideologis, politis, birokrasi, maupun hal-hal yang bersifat teknis.

Dari sisi ideologi, pendidikan sebenarnya telah cukup mendapat tempat dari pendiri

bangsa. Terbukti dengan dimasukkannya pendidikan sebagai salah satu prioritas utama dalam

Pembukaan UUD 1945, yang notabene tak dapat diubah dan dianggap sebagai landasan

perjuangan bangsa yang sakral. Sebelum pemerintahan Presiden Soeharto,sebenarnya

masalah pendidikan nasional telah memperoleh cukup banyak perhatian dari elite politik

yang ada. Jika kita melihat sejarah, proklamator Bung Hatta merupakan salah satu tokoh yang

gencar menyuarakan pentingnya pendidikan nasional bagi kemajuan bangsa sejak zaman

kolonialisme. Sebagai pendiri Partai Nasional Indonesia (PNI baru) sejak tahun 1931 (PNI

lalu pecah menjadi Partai Sosialis dan Partai Sosialis Indonesia), konsep pentingnya

pendidikan telah diajukan Hatta dalam Pasal 4 Konstitusi PNI, yaitu untuk mencerdaskan

Page 44: Tugas individu

rakyat dalam hal pendidikan politik, pendidikan ekonomi, dan pendidikan sosial (pidato Bung

Hatta dalam reuni Pendidikan Nasional Indonesia yang diterbitkan di Bogor tahun 1968).

Namun, sejalan dengan pemerintahan Soeharto yang otoriter, tampaknya isu tentang

pendidikan mulai dikesampingkan, terutama mungkin terkait dengan kekhawatiran akan

timbulnya gejolak apabila pendidikan politik benar-benar dilakukan sepenuhnya. Sejak saat

itu kita lebih melihat pendidikan digunakan sebagai kendaraan politik bagi pemerintahan

soeharto untuk melakukan indoktrinasi.

Kita masih ingat bagaimana, khususnya dalam sejarah, berbagai macam pelajaran

sejarah yang ada secara tumpang tindih diberikan berkali-kali, dari SD, SMP, dan SMA,

bahkan perguruan tinggi dalam bentuk P4. Masalahnya, isi pelajaran sejarah yang ada tidak

lebih dari justifikasi mengenai G30-S-PKI, Serangan Fajar, atau berbagai pembenaran

konstitusional terhadap kebijakan pemerintah saat itu.

Tidak heran apabila sistem pendidikan yang adadi Indonesia amat tersentralisasi

dengan 80 persen dari kurikulum yang ada ditentukan oleh pusat (Ibrahim, 1998). Contoh

lain, dalam hal dana instruksi presiden (inpres) Yang lebih memprihatinkan, pendidikan

dinilai hanya dijadikan sebagai alat untuk melanggengkan kekuasaan melalui berbagai

polarisasi, indoktrinasi, sentralisasi, dan regulasi yang tidak memihak rakyat. Keluaran

pendidikan tidak digembleng untuk mengabdi kepada rakyat, tetapi telah dipola dan dibentuk

untuk mengabdi kepada kepentingan kekuasaan an-sich.

Dalam konteks demikian, pendidikan kita setidaknya telah melahirkan manusia-

manusia berkarakter oportunis, hipokrit, hedonis, dan besar kepala, tanpa memiliki

kecerdasan emosional dan spiritual yang memadai.

Makna pendidikan substansial, yaitu memberikan ruang kesadaran kepada peserta

didik untuk mengembangkan jati dirinya secara “utuh”dan “paripurna” melalui sebuah proses

yang dialogis, interaktif, efektif, menarik, dan menyenangkan, nyaris tak pernah bergaung

dalam dunia pendidikan kita. Dari tahun ketahun, atmosfer pembelajaran di sekolah tak lebih

“memenjarakan” peserta didik untuk bersikap serba patuh, pendiam, miskin inisiatif dan

kreativitas

Pragmatisme Pendidikan : prioritas uniformitas

Sebagaimana sistem politik yang ada pada era ini, maka manajemen pendidikan

dilaksanakan secara sentralistis. Semua kebijakan sampai detail ditentukan oleh pusat.

Sekolah sebagai lembaga yang langsung melaksanakan proses pembelajaran tidak memiliki

Page 45: Tugas individu

kewenangan yang memadai. Kebijakan ini memiliki implikasi perencanaan dan upaya

peningkatan mutu bersifat top-down. Akibatnya, peningkatan mutu tidak ada disekolah-

sekolah, dan hanya ada di pusat. Namun sejauh itu, sampai orde baru berakhir diganti orde

reformasi peningkatan mutu juga belum terujud. Karena peningkatankualitas sekolah tidak

bisa dilaksanakan dengan pendekatan fungsi produksi.

Peningkatan mutu sekolah bersifat interaktif dan kontekstual, yang sangat terpengaruh

oleh kondisi sekolah sebagai suatu entitas yang utuh dan mandiri.Sejalan dengan

pemerintahan Soeharto yang otoriter, tampaknya isu tentang pendidikanmulai

dikesampingkan, terutama terkait dengan kekhawatiran akan timbulnya gejolak apabila

pendidikan politik benar-benar dilakukan sepenuhnya. Sejak saat itu kita lebihmelihat

pendidikan digunakan sebagai kendaraan politik bagi pemerintahan Soehartountuk

melakukan indoktrinasi terhadap rakyat. Dalam konteks ini, sudah saatnya para pelaku dan

pemerhati pendidikan perlu mencoba menyelami dunia politik dan seluk beluknya.

Maksudnya, masyarakat pendidikan harus aktif untuk memengaruhi para pengambil

keputusan (politikus) di bidang pendidikan.

Dengan begitu kaum pendidik tidak lagi menjadi objek politisasi pendidikan dan

terkungkung dalam dunianya,melainkan memiliki ruang gerak yang lebih leluasa dan ikut

menjadi agen perubahan. Rezim Orde Baru amat yakin akan terjadi mukjizat yang

meneteskan hasil pembangunan kepada rakyat miskin (trickle down effects).

Kejayaan politik dan ekonomi ternyata tak langgeng karena modal utama

pembangunan, yaitu manusia, terabaikan. Kondisi itu berlanjut hingga kini karena bangsa kita

kurang memiliki modal manusia berkualitas yang diperlukan guna menopang pertumbuhan

dan kemajuan ekonomi. Sepertinya, pemerintah selama ini tetap tak sadar akan fungsi

ekonomi politik pendidikan. Sehingga, akses terhadap pendidikan dan kesehatan amat buruk

dan ini membuat sepertiga atau separuh penduduk Indonesia masih rentan terhadap masalah

kemiskinan, kesehatan dan korupsi.

Kebijakan pendidikan pada masa Orde Baru diarahkan pada penyeragaman. Tilaar

(2002:3) menjelaskan pendidikan di masa ini diarahkan kepada uniformalitas atau

keseragaman di dalam berpikir dan bertindak. Pakaian seragam, wadah-wadah tunggal dari

organisasi sosial masyarakat, semuanya diarahkan kepada terbentuknya masyarakat yang

homogen. Pada masa ini tidak ada tempat bagi perbedaan pendapat, sehingga melahirkan

disiplin semu dan melahirkan masyarakat peniru.Pada masa ini pertumbuhan ekonomi yang

dijadikan panglima.

Page 46: Tugas individu

Pembangunan tidak berakar pada ekonomi rakyat dan sumber daya domestik,

melainkan bergantung pada utang luar negeri sehingga melahirkan sistem yang tidak peka

terhadap daya saing dantidak produktif. Berbagai layanan publik tidak mempunyai

akuntabilitas sosial olehkarena masyarakat tidak diikutsertakan di dalam manajemennya.

Bentuk pembangunan pada saat itu mengingkari kebhinekaan serta semakin

mempertajam bentuk primordialisme. Penerapan pendidikan tidak diarahkan lagi pada

peningkatan kualitasmelainkan pada target kuanti

System Pendidikan : korporatisme kampus

Dalam sistem pendidikan yang ada, berkembanglah ideologi pasar sebagai

konsekuensi Indonesia berada dalam peta kapitalisme global. Pendidikan direndahkan

posisinya sebagai alat elevasi sosial untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. Ilmu

direndahkan menjadi deretan angka-angka indeks prestasi (IP). Akses masuk semakin

terbatas karena formasi sosial tidak memungkinkan warga masyarakat kebanyakan (miskin)

menginjak bangku sekolah yang lebih tinggi. Kecenderungan mahasiswa berasal dari

kalangan menengah ke atas terus meningkat dari tahun ke tahun.

Penelitian majalah Balairung UGM pada tahun 2000 membuktikan terjadi tren

penurunan anak buruh, petani, dan anak guru yang menginjak bangku kuliah di UGM.

Karena pada saat yang sama indoktrinasi dari negara juga berlangsung, muncul kritik-kritik

dari kalangan pengamat pendidikan yang kritis namun liberal yang memandang terjadinya

paradoks dalam dunia pendidikan karena sama sekali tidak sesuai dengan perkembangan

zaman. Banyak muncul ketidakpuasan dan perlawanan dari dalam kalangan akademisi

pendidikan terhadap intervensi negara dalam kurikulum pendidikan. Ketidakpuasan muncul

karena mereka menganggap tidak efisien. Ketidakpuasan dan perlawanan dari dalam kampus

ini menyemai bibit perlawanan mahasiswa.

Pada tahun 1994 misalnya berdiri Dewan Mahasiswa UGM yang tegas menolak

korporatisme negara terhadap kampus. Langsung atau tidak langsung,. Demonstrasi

mahasiswa pada tahun 1998 merupakan imbas dari kebijakan pendidikan yang korporatis dan

tidak demokratis di perguruan-perguruan tinggi. Kemandirian suatu bangsa tidak bisa

ditawar-tawar. Bangsa yang tidak mandiri dalam banyak hal, akan sulitmaju, terutama

menyangkut kebutuhan pokok suatu bangsa. Masalah ketidak mandirian itu pula yang

membuat bangsa Indonesia tetap tidak stabil, terutama dari sisi ekonomi.

Page 47: Tugas individu

Dari sisi ideologi, pendidikan sebenarnya telah cukup mendapat tempat dari pendiri

bangsa. Terbukti dengan dimasukkannya pendidikan sebagai salah satu prioritas utamadalam

Pembukaan UUD 1945, yang notabene tak dapat diubah dan dianggap sebagai landasan

perjuangan bangsa yang sakral. Di awal pemerintahannya, Soeharto ketika itu

memprioritaskan pertumbuhan ekonomi sebagai pokok tugas dan tujuan utama pemerintah.

Standar Pendidikan : menekankan kuantitas

Dalam era ini dikenal sebagai era pembangunan nasional. Dalam bidang

pembangunan pendidikan, khususnya pendidikan dasar terjadi suatu loncatan yang sangat

signifikan dengan adanya INPRES Pendidikan Dasar. Tetapi sayang sekali INPRES

Pendidikan Dasar belum ditindaklanjuti dengan peningkatan kualitas tetapi baru kuantitas.

Dalam era pembangunan nasional selama lima REPELITA yang ditekankan ialah

pembangunan ekonomi sebagai salah satu dari TRILOGI pembangunan. Maka kemerosotan

pendidikan nasional telah berlangsung. Selain itu sistem ujian negara (EBTANAS) telah

berubah menjadi bumerang yaitu penentuan kelulusan siswa menurut rumus-rumus tertentu.

Akhirnya di tiap-tiap lembaga pendidikan sekolah berusaha untuk meluluskan siswanya

100%. Hal ini berakibat pada suatu pembohongan publik dan dirinya sendiri dalam

masyarakat. Oleh sebab itu era Orde Baru pendidikan telah dijadikan sebagai indikator palsu

mengenai keberhasilan pemerintah dalam pembangunan. Dari hasil manipulasi ujian nasional

sekolah dasar kemudian meningkat ke sekolah menengah dan kemudian meningkat ke

sekolah menengah tingkat atas dan selanjutnya berpengaruh pada mutu pendidikan tinggi.

Walaupun pada waktu itu pendidikan tinggi memiliki otonomi dengan mengadakan ujian

masuk melalui UMPTN, tetapi hal tersebut tidak menolong.

Pada akhirnya hasil EBTANAS juga dijadikan indikator penerimaan di perguruan

tinggi. Untuk meningkatkan mutu pendidikan tinggi maka pendidikan tingginegeri mulai

mengadakan penelusuran minat dari para siswa SMA yang berpotensi. Cara tersebut

kemudian diikuti oleh pendidikan tinggi lainnya. Di samping perkembangan pendidikan

tinggi dengan usahanya untuk mempertahankandan meningkatkan mutunya pada masa Orde

Baru muncul gejala yaitu tumbuhnya perguruan tinggi swasta dalam berbagai bentuk. Hal ini

berdampak pada mutu perguruan semakin menurun walaupun dibentuk KOPERTIS-

KOPERTIS sebagai bentuk birokrasi baru.

Page 48: Tugas individu

Kebijakan Pendidikan :

Ada beberapa kebijakan pokok dalam pendidikan pada masa orde baru, yaitu :

1. Relevansi Pendidikan

Yaitu penyesuaian isi pendidikan dengan kebutuhan pembangunan terhadap sumber

dayamanusia yang diperlukan. Kebijakan ini secara eksplisit muncul pada pelita I, II, III, I

dan V.

Setelah perluasan kesempatan belajar, sasaran perbaikan bidang pendidikan

selanjutnya adalah pemberantasan buta aksara. Kenyataan bahwa masih banyak penduduk

yang buta huruf ditanggapi pemerintahan Soeharto dengan pencanangan penuntasan buta

huruf pada 16 Agustus 1978. Tekniknya adalah dengan pembentukan kelompok belajar atau

”kejar”. Kejar merupakan program pengenalan huruf dan angka bagi kelompok masyarakat

buta huruf yang berusia 10-45 tahun. Tujuannya, mereka akan mampu membaca serta

menulis huruf dan angka Latin.

Tutor atau pembimbing setiap kelompok adalah siapa saja yang berpendidikan

minimal sekolah dasar. Jumlah peserta dan waktu pelaksanaan dalam setiap kejar bersifat

fleksibel. Hingga saat ini program kejar yang sudah semakin berkembang masih tetap

dijalankan.Keberhasilan program kejar salah satunya terlihat dari angka statistik penduduk

buta huruf yang menurun. Pada sensus tahun 1971, dari total jumlah penduduk 80 juta

jiwa,Indonesia masih memiliki 39,1 persen penduduk usia 10 tahun ke atas yang berstatus

butahuruf. Sepuluh tahun kemudian, menurut sensus tahun 1980, persentase itu

menurunmenjadi hanya 28,8 persen.

Hingga sensus berikutnya tahun 1990, angkanya terus menyusut menjadi 15,9

persen.Sasaran yang terungkap dalam lima Pelita dalam PJPT I menunjukkan runtutan

sasaranyang sistematis; dimulai dengan sektor agraris dan secara bertahap sampai dengan

sektor industri. Sayangnya, dalam prakteknya, sektor agraris seakan-akan ditinggalkan

begitusaja, dan diganti sepenuhnya dengan industrialisasi. Tampak pemerintah begitu

berambisimengikuti pola Barat, yaitu industrialisasi. Perjalanan dunia pendidikan

Indonesiaternyata kembali terulang pada masa pemerintahan

Rezim Orde Baru, dimana terjadi Liberalisasi Ekonomi tahap kedua. Focus

pembangunan lebih diarahkan kepada pembangunan ekonomi daripada pembangunan

manusia. Departemen Pendidikan pun tumbuh menjadi kementerian yang termarjinalisasi

Page 49: Tugas individu

dibandingkan dengan departemen lain. Rosser (2002) mencatat, padatahun 1980-an Menteri

Sekretaris Negara (saat itu dipimpin Sudharmono dan Ginandjar Kartasasmita) dan Menteri

Riset dan Teknologi (saat itu dipimpin BJ Habibie) merupakan kementerian yang memegang

peran utama dalam perencanaan pembangunan.

Corak politik pemerintah yang demikian itu selanjutnya menimbulkan paling kurang

enam masalah pendidikan :

1. Masih banyak rakyat Indonesia yang belum memperoleh pendidikan.

2. . Mutu lulusan pendidikan di Indonesia tergolong rendah dibandingkan dengan mutu

lulusan pendidikan di negara lain.3. Pendidikan diIndonesia belum menjadi

pranata sosial yang kuat dalam memberdayakan sumber daya manusia Indonesia.

3. Pendidikan di Indonesia belum berhasil melahirkan lulusan yang mengamalkan

keimanan, ketakwaan, aklak mulia dan budi pekerti luhur.

4. Pendidikan belum mampu mendorong lahirnya masyarakat belajar (learning society)

dalam rangka pelaksanaan konsep belajar seumur hidup.

5. Dunia pendidikan kurang sejalan dengan tuntutan dunia kerja dan kebutuhan lokal.

Dahulu kualitas pendidikan bangsa kita itu diatas negara-negara tetangga seperti

Malaysia, tapi saat ini menapa justru terjadi sebaliknya. Sudah dari zaman Soeharto

sebenarnya bukannya sekarang. Pak Soeharto kan yang pertama kali mengadakan SPP.Jadi

seolah pendidikan itu tanggung jawab bersama pemerintah, masyarakat, dan orang yang

mampu.

2. Pemerataan Pendidikan.

Sejak pelita I disadari pentingnya memberikan kesempatan yang sama dan lebih luas

tentang pendidikan untuk semua warga negara. Kebijakan pemerataan dan perluasan

pendidikan dilaksanakan melalui wajib belajar Sekolah Dasar. Sejak awal

kekuasaannyasebagai Presiden RI, Soeharto berupaya menggarap pendidikan sebagai hal

yang harus dibenahi secara serius. Tiga hal yang cukup populer di masyarakat adalah

program wajib belajar, pembangunan SD inpres, dan pembentukan kelompok belajar atau

kejar.

Page 50: Tugas individu

Dengan mencanangkan “wajib belajar 9 tahun”, termasuk juga yang tak kalah populer

adalahdibukanya program SD Inpres untuk daerah-daerah terpencil dan terisolir diberbagai

belahan daerah di Indonesia. Program wajib belajar dicanangkan pada 2 Mei 1984, diakhir

Pelita (Pembangunan Lima Tahun) III.

Dalam sambutannya saat itu, Soeharto menyatakan, kebijakan ini bertujuan untuk

memberikan kesempatan yang sama dan adil kepada seluruh anak usia 7-12 tahun di belahan

bumi Indonesia mana pun dalammenikmati pendidikan dasar.

Seremonial pencanangan dilakukan secara besar-besaran diStadion Utama Senayan,

Jakarta.Program ini memang telah direncanakan saat Pelita II. Tidak murni seperti

kebijakanwajib belajar di negara lain yang memiliki unsur paksaan dan ada sanksi bagi

yangmengabaikan.

Pemerintah hanya mengimbau orangtua agar memasukkan anaknya yang sudah cukup

umur ke sekolah. Negara bertanggung jawab terhadap penyediaan saranadan prasarana

pendidikan yang dibutuhkan, seperti gedung sekolah, peralatan sekolah, disamping tenaga

guru dan kepala sekolah. Karena tidak ada sanksi, dalam prosesnyahingga kini, masih

ditemukan anak-anak pada kelompok usia pendidikan dasar yang tidak bersekolah.

Upaya pelaksanaan wajib belajar 9 tahun pada kelompok usia 7-15 tahun dimulai

saatdiresmikannya Pencanangan Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun pada 2 Mei

1994.Kebijakan ini diperkuat dengan dikeluarkannya Instruksi Presiden (Inpres) Nomor

1Tahun 1994. Program wajib belajar yang dimulai Soeharto di akhir Pelita III diakui

telahmeningkatkan taraf pendidikan masyarakat Indonesia saat itu. Fokus utama ketika itu

adalah peningkatan angka-angka indikator kualitas pendidikan dasar.Sebelum wajib belajar

dicanangkan, upaya peningkatan kualitas pendidikan dasar didahului dengan dikeluarkannya

Inpres No 10/1973 tentang Program Bantuan Pembangunan Gedung SD. Tujuan penerbitan

kebijakan ini adalah untuk memperlua

3. Peningkatan Mutu Guru atau Tenaga Kependidikan

Barangkali tidak semua kita masih ingat bagaimana, Bank Dunia pada tahun-tahun

akhir 1970-an dan awal tahun 1980-an memberikan resep untuk meningkatkan efektivitas

pendidikan guru dengan merombak kurikulum IKIP yang semula mirip kurikulum

Universitas menjadi khas IKIP, dimana kurikulum baru ini terlalu berlebih-lebihan

menekankan pembelajaran dan mengurangi secara besar-besaran materi bidang studi. Para

pedagog yang tidak sefaham dengan resep ini dengan sinis mengatakan bahwa “di kurikulum

IKIP yang baru ini, “bagaimana cara memegang kapur pun diajarkan”.

Page 51: Tugas individu

Dari kebijakan ini hasilnya luar biasa, mutu guru lulusan IKIP merosottajam. Guru

menguasai berbagai pendekatan dan metodologi mengajar, tetapi tidak menguasai apa yang

harus diajarkan.Kebijakan ke dua dalam peningkatan mutu pendidikan adalah dengan

meningkatkan kualitas guru lewat projek peningkatan mutu guru yang dilakukan dengan

model pelatihan guru yang sangat terencana mulai dari teori, praktik sampai on the job

training di sekolah-sekolah masing-masing.

Mereka yang dilatih di pusat menjadi guru inti, yang bertugas mengembangkan

pelatihan bagi para guru di daerah masing-masing. Proses ini, berhasil melatih dan

meningkatkan kualitas kemampuan professional ribuan guru.Sayangnya, ketika beberapa

tahun proyek telah usai dan evaluasi dilakukan oleh lembagaindependen, kesimpulan sangat

menarik. Yakni, pelatihan telah berhasil meningkatkankualitas profesional guru tetapi tidak

berhasil meningkatkan mutu siswa. Karena peningkatan kualitas kemampuan professional

guru belum menjamin peningkatan kualitas pembelajaran. Terdapat faktor sekolah sebagai

suatu entitas yang utuh.

4. Mutu pendidikan.

Sejak pelita I s.d pelita V mutu pendidikan terus-menerus dijadikan salah satu

kebijakan pokok. Peningkatan mutu pendidikan di era orde baru cenderung secara

patuhmelaksanakan kebijakan Bank Dunia.(Zamroni, 2009). Atmosfer pembelajaran

dalamdunia persekolahan kita terpasung dalam situasi monoton, kaku, dan

membosankan,sehingga gagal melahirkan generasi bangsa yang cerdas, terampil, dan

bermoral sepertiyang didambakan oleh masyarakat.

Paling tidak ada dua argumen yang dapat dikemukakan. Pertama, diterapkannya

sistem single-track yang “membutakan” peserta didik dari persoalan-persoalan riil yang

dihadapi masyarakat dan bangsanya, sehingga tidak memiliki sikap kritis dan responsif

terhadap persoalan-persoalan hidup. Kedua, para pengambil kebijakan menjadikan dunia

pendidikan meminjam istilah Zamroni sebagai engine of growth; penggerak dan loko

pembangunan. Agar proses pendidikan efisien dan efektif, pendidikan harus disusun dalam

struktur yang bersifat rigid, manajemen bersifat sentralistis, kurikulum penuh dengan

pengetahuan danteori-teori.Namun, disadari atau tidak, kebijakan semacam itu justru

membikin dunia pendidikan menjadi penghambat pembangunan ekonomi dan teknologi

denganmunculnya berbagai kesenjangan kultural, sosial, dan kesenjangan vokasional yang

ditandai dengan melimpahnya pengangguran terdidik. dalam upaya peningkatan mutu

Page 52: Tugas individu

sekolah di era orde baru juga menekankan ketersediaan fasilitas, seperti pergedungan dan

ruang kelas, laboratorium, dan buku teks disamping pembaharuan kurikulum.

5. Pendidikan Kejuruan

Sesuai dengan gerakan pembangunan telah disadari sejak pelita I akan langkanya

tenaga-tenaga terampil. Oleh karena itu, pengembangan pendidikan kejuruan mendapat

prioritassejak pelita I s.d pelita V. Hingga awal tahun 90-an menurut Dody Heriawan

Priatmoko, paling tidak ada 3 permasalah pendidikan di Indonesia, yakni : Pertama,

adalahkurangnya pemerataan kesempatan pendidikan. Kesempatan memperoleh

pendidikanhanya terbatas pada tingkat Sekolah Dasar. Kedua, adalah rendahnya tingkat

Relevansi pendidikan dengan kebutuhan. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya lulusan

yangmenganggur. Data BAPPENAS yang dikumpulkan sejak 1990 menunjukan angka

penganggur terbuka yang di hadapi oleh lulusan SMU sebesar 25,47 %, Diploma.

Page 53: Tugas individu

RANGKUMAN

Lahirnya orde baru dilatarbelakangi oleh terjadinya G30S 1965, diikuti dengan

kondisi politik, keamanan dan ekonomi yang kacau (inflasi tinggi). Wibawa presiden

Sukarno semakin menurun setelah gagal mengadili tokoh-tokoh yang terlibat G30S. Presiden

mengeluarkan SUPERSEMAR 1966 bagi Letjen Suharto guna mengambil langkah yang

dianggap perlu untuk memperbaiki keadaan negara. Akhirnya Presiden

Sukarnomengundurkan diri dan digantikan oleh Presiden Suharto.

Perkembangan politik pada masa orde baru diawali dari penataan politik dalam negeri

yaitu setelah sidang MPRS 1968 menetapkan Suharto sebagai presiden dan dibentuklah

Kabinet Pembangunan, penyederhanaan dan pengelompokan partai politik, pemilihan umum

serta mengadakan Perpera di Irian Barat pada 2 Agustus 1969. Kedua, melakukan penataan

politik luar negeri yaitu dengan kembali menjadi anggota PBB serta normalisasi hubungan

dengan beberapa negara.

Pada masa awal Orde Baru pembangunan ekonomi di Indonesia maju pesat mulai dari

pendapatan perkapita, pertanian, pembangunan infrastruktur dll. Upaya

pembangunanekonomi dilaksanakan melalui REPELITA (Rencana Pembangunan Lima

Tahun) yangdimulai pada tanggal 1 April 1969. Namun pada akhir tahun 1997 Indonesia

dilandakrisis ekonomi. Kondisi kian terpuruk ditambah dengan KKN yang merajalela.

Dalam bidang social budaya pada masa orde baru telah mengalami kemajuan. Antara

lainmakin meningkatnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat dan fasilitas pendidikan

dasar sudah makin merata dengan adanya program wajib belajar 9 tahun. Ditetapkan tentang

Page 54: Tugas individu

P-4 yaitu Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (Eka Parasetia Pancakarsa)untuk

menuju masyarakat yang adil dan makmur.

Selanjutnya rangkuman tentang Orde baru adalah sebagai berikut:

1. Orde Baru adalah suatu orde yang mempunyai sikap dan tekad untuk mengabdi pada

kepentingan rakyat dan nasional dengan dilandasi jiwa dan semangat Pancasila serta

UUD 1945

2. Tindakan pemerintah Orde Baru di dalam negeri pada awal pemerintahan didasarkan

pada usaha perbaikan ekonomi yang dilakukan dengan pembangunan nasional

3. Tindakan pemerintah Orde Baru yang ditujukan ke luar negeri pada awal

pemerintahan adalah berusaha melaksanakan politik luar negeri bebas aktif sesuai

amanat Pancasila dan UUD 1945

4. Bukti konkret pelaksanaan politik bebas aktif, antara lain kembali menjadi anggota

PBB, menghentikan konfrontasi dengan Malaysia, membentuk organisasi ASEAN,

dan bergabung dengan lembaga-lembaga dunia lainnya

5. Setelah pelaksanaan Pemilu 1971, pemerintah Orde Baru berusaha meningkatkan

peran dalam setiap aspek kehidupan masyarakat

6. Pemerintah Orde Baru dengan menggunakan jargon politik berupa

pembangunan, stabilitas, atas nama rakyat, dan pertumbuhan untuk mengontrol

aktivitas masyarakat

Page 55: Tugas individu

7. Pancasila dijadikan landasan dan tameng pembenaran dalam mengambil

tindakan pada kehidupan masyarakat

8. Golongan Karya dan ABRI menjadi motor penggerak pelanggeng kekuasaan

Orde Baru

9. Munculnya kepincangan dalam menikmati hasil pembangunan menjadi salah

satu pemicu awal terhadap tuntutan koreksi pada pemerintahan Orde Baru

10.Parlemen yang dipilih dalam Pemilu tidak mencerminkan sebagai wakil rakyat, tetapi

sebaliknya kelihatan sebagai kepanjangan tangan para penguasa

11. Pemerintahan Orde baru berusaha memperbaiki sektor pertanian dengan

memanfaatkan pengembangan Revolusi Hijau

12. Industrialisasi yang turut dikembangkan pemerintah Orde Baru selain

menyejahterakan ternyata juga menyengsarakan rakyat