Tugas I Pengolahan Air Bersih

23
1. Saringan Pasir Lambat Konvensional Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih . Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan dengan bahan kimia. Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol. Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni : Saringan pasir lambat dengan kontrol pada inlet (Gambar 1). Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet. (Gambar 2). Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow). Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Transcript of Tugas I Pengolahan Air Bersih

Page 1: Tugas I Pengolahan Air Bersih

1. Saringan Pasir Lambat Konvensional

Secara umum, proses pengolahan air bersih dengan saringan pasir lambat konvensional terdiri atas unit proses yakni bangunan penyadap, bak penampung, saringan pasir lambat dan bak penampung air bersih .

Unit pengolahan air dengan saringan pasir lambat merupakan suatu paket. Air baku yang digunakan yakni air sungai atau air danau yang tingkat kekeruhannya tidak terlalu tinggi. Jika tingkat kekeruhan air bakunya cukup tinggi misalnya pada waktu musim hujan, maka agar supaya beban saringan pasir lambat tidak telalu besar, maka perlu dilengkapi dengan peralatan pengolahan pendahuluan misalnya bak pengendapan awal dengan atau tanpa koagulasi bahan dengan bahan kimia.

Umumnya disain konstruksi dirancang setelah didapat hasil dari survai lapangan baik mengenai kuantitas maupun kualitas. Dalam gambar desain telah ditetapkan proses pengolahan yang dibutuhkan serta tata letak tiap unit yang beroperasi. Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan.

Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Untuk sistem saringan pasir lambat konvensional terdapat dua tipe saringan yakni :

Saringan pasir lambat dengan kontrol pada inlet (Gambar 1). Saringan pasir lambat dengan kontrol pada outlet. (Gambar 2).

Kedua sistem saringan pasir lambat tersebut mengunakan sistem penyaringan dari atas ke bawah (down Flow).

Kapasitas pengolahan dapat dirancang dengan berbagai macam ukuran sesuai dengan kebutuhan yang diperlukan. Biasanya saringan pasir lambat hanya terdiri dari sebuah bak yang terbuat dari beton, ferosemen, bata semen atau bak fiber glass untuk menampung air dan media penyaring pasir. Bak ini dilengkapi dengan sistem saluran bawah, inlet, outlet dan peralatan kontrol.

Gambar. Komponen Dasar Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Inlet

Page 2: Tugas I Pengolahan Air Bersih

Keterangan : A. Kran untuk inlet air baku dan pengaturan laju penyaringan B. Kran untuk penggelontoran air supernatant C. Indikator laju air D. Weir inlet E. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih F. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor G. Kran distribusi H. Kran penguras bak air bersih

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada sistem saringan pasir lambat antara lain yakni :

Bagian Inlet

Struktur inlet dibuat sedemikian rupa sehingga air masuk ke dalam saringan tidak merusak atau mengaduk permukaan media pasir bagian atas. Struktur inlet ini biasanya berbentuk segi empat dan dapat berfungsi juga untuk mengeringkan air yang berada di atas media penyaring (pasir).

Lapisan Air di Atas media Penyaring (supernatant)

Tinggi lapisan air yang berada di atas media penyaring (supernatant) dibuat sedemikian rupa agar dapat menghasilkan tekanan (head) sehingga dapat mendorong air mengalir melalui unggun pasir. Di samping itu juga berfungsi agar dapat memberikan waktu tinggal air yang akan diolah di dalam unggun pasir sesuai dengan kriteria disain.

Gambar 2 Komponen Dasa Saringan Pasir Lambat Sistem Kontrol Outlet.

Keterangan :

A. Kran untuk inlet air baku B. Kran untuk penggelontoran air supernatant C. Kran untuk pencucian balik unggun pasir dengan air bersih D. Kran untuk pengeluaran/pengurasan air olahan yang masih kotor E. Kran pengatur laju penyaringan F. Indikator laju alir G. Weir inlet kran distribusi H. Kran distribusi I. Kran penguras bak air bersih

Page 3: Tugas I Pengolahan Air Bersih

2. Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Aerasi Kontak

           Proses ini merupakan pengembangan dari proses lumpur aktif dan proses biofilter. Pengolahan air limbah dengan proses aerasi kontak ini terdiri dari dua bagian yakni pengolahan primer dan pengolahan sekunder.

Pengolahan Primer

           Pada pengolahan primer ini, air limbah dialirkan melalui saringan kasar (bar screen) untuk menyaring sampah yang berukuran besar seperti sampah daun, kertas, plastik dll. Setelah melalui screen air limbah dialirkan ke bak pengendap awal, untuk mengendapkan partikel lumpur, pasir dan kotoran lainnya. Selain sebagai bak pengendapan, juga berfungasi sebagai bak pengontrol aliran.

Pengolahan sekunder 

           Proses pengolahan sekunder ini terdiri dari bak kontaktor anaerob (anoxic) dan bak kontaktor aerob. Air limpasan dari bak pengendap awal dipompa dan dialirkan ke bak penenang, kemudian dari bak penenang air limbah mengalir ke bak kontaktor anaerob dengan arah aliran dari bawah ke atas (Up Flow). Di dalam bak kontaktor anaerob tersebut diisi dengan media dari bahan plastik atau kerikil/batu split. Jumlah bak kontaktor anaerob ini bisa dibuat lebih dari satu sesuai dengan kualitas dan jumlah air baku yang akan diolah. Air limpasan dari bak kontaktor anaerob dialirkan ke bak aerasi. Di dalam bak aerasi ini diisi dengan media dari bahan pasltik (polyethylene), batu apung atau bahan serat, sambil diaerasi atau dihembus dengan udara sehingga mikro organisme yang ada akan menguraikan zat organik yang ada dalam air limbah serta tumbuh dan menempel pada permukaan media. Dengan demikian air limbah akan kontak dengan mikro-orgainisme yang tersuspensi dalam air maupun yang menempel pada permukaan media yang mana hal tersebut dapat meningkatkan efisiensi penguraian zat organik. Proses ini sering di namakan Aerasi Kontak (Contact Aeration). 

           Dari bak aerasi, air dialirkan ke bak pengendap akhir. Di dalam bak ini lumpur aktif yang mengandung massa mikro-organisme diendapkan dan dipompa kembali ke bagian inlet bak aerasi dengan pompa sirkulasi lumpur. Sedangkan air limpasan (over flow) dialirkan ke bak khlorinasi. Di dalam bak kontaktor khlor ini air limbah dikontakkan dengan senyawa khlor untuk membunuh micro-organisme patogen. Air olahan, yakni air yang keluar setelah proses khlorinasi dapat langsung dibuang ke sungai atau saluran umum. Dengan kombinasi proses anaerob dan aerob tersebut selain dapat menurunkan zat organik (BOD, COD), cara ini dapat menurunkan konsentrasi nutrient (nitrogen) yang ada dalam air limbah. Dengan proses ini air limbah rumah sakit dengan konsentrasi BOD 250 -300 mg/lt dapat di turunkan kadar BOD nya menjadi 20 -30 mg/lt. Skema proses pengolahan air limbah rumah sakit dengan sistem aerasi kontak dapat dilihat pada gambar III.5. Surplus lumpur dari bak pengendap awal maupun akhir ditampung ke dalam bak pengering lumpur, sedangkan air resapannya ditampung kembali di bak penampung air limbah.

Gambar III.5 : Diagram proses pengolahan air limbah dengan proses aerasi kontak. 

Keunggulan Proses Aerasi Kontak  Pengelolaannya sangat mudah. Biaya operasinya rendah.

Dibandingkan dengan proses lumpur aktif, Lumpur yang dihasilkan relatif sedikit.

Dapat menghilangkan nitrogen dan phospor yang dapat menyebabkan euthropikasi.

Page 4: Tugas I Pengolahan Air Bersih

Suplai udara untuk aerasi relatif kecil.

Dapat digunakan untuk air limbah dengan beban BOD yang cukup besar

Page 5: Tugas I Pengolahan Air Bersih

3. Pengolahan Air Limbah Dengan Proses Biofilter "Up Flow"

           Proses pengolahan air limbah dengan biofilter "up flow" ini terdiri dari bak pengendap, ditambah dengan beberapa bak biofilter yang diisi dengan media kerikil atau batu pecah, plastik atau media lain. Penguraian zat-zat organik yang ada dalam air limbah dilakukan oleh bakteri anaerobik atau facultatif aerobik Bak pengendap terdiri atas 2 ruangan, yang pertama berfungsi sebagai bak pengendap pertama, sludge digestion (pengurai lumpur) dan penampung lumpur sedangkan ruang kedua berfungsi sebagai pengendap kedua dan penampung lumpur yang tidak terendapkan di bak pertama, dan air luapan dari bak pengendap dialirkan ke media filter dengan arah aliran dari bawah ke atas.

           Setelah beberapa hari operasi, pada permukaan media filter akan tumbuh lapisan film mikro-organisme. Mikro-organisme inilah yang akan menguraikan zat organik yang belum sempat terurai pada bak pengendap. Air luapan dari biofilter kemudian dibubuhi dengan khlorine atau kaporit untuk membunuh mikroorganisme patogen, kemudian dibuang langsung ke sungai atau saluran umum. Skema proses pengolahan air limbah dengan biofilter "Up Flow" dapat dilihat seperti terlihat dalam Gambar III.6.

           Biofilter "Up Flow" ini mempunyai 2 fungsi yang menguntungkan dalam proses pengolahan air buangan yakni antara lain :

Adanya air buangan yang melalui media kerikil yang terdapat pada biofilter lama kelamaan mengakibatkan timbulnya lapisan lendir yang menyelimuti kerikil atau yang disebut juga biological film. Air limbah yang masih mengandung zat organik yang belum teruraikan pada bak pengendap bila melalui lapisan lendir ini akan mengalami proses penguraian secara biologis. Efisiensi biofilter tergantung dari luas kontak antara air limbah dengan mikro-organisme yang menempel pada permukaan media filter tersebut. Makin luas bidang kontaknya maka efisiensi penurunan konsentrasi zat organiknya (BOD) makin besar. Selain menghilangkan atau mengurangi konsentrasi BOD cara ini dapat juga mengurangi konsentrasi padatan tersuspensi atau suspended solids (SS) dan konsentrasi total nitrogen dan posphor.

Biofilter juga berfungsi sebagai media penyaring air limbah yang melalui media ini. Sebagai akibatnya, air limbah yang mengandung suspended solids dan bakteri E.coli setelah melalui filter ini akan berkurang konsentrasinya. Efesiensi penyaringan akan sangat besar karena dengan adanya biofilter up flow yakni penyaringan dengan sistem aliran dari bawah ke atas akan mengurangi kecepatan partikel yang terdapat pada air buangan dan partikel yang tidak terbawa aliran ke atas akan mengendapkan di dasar bak filter. Sistem biofilter Up Flow ini sangat sederhana, operasinya mudah dan tanpa memakai bahan kimia serta tanpa membutuhkan energi. Poses ini cocok digunakan untuk mengolah air limbah dengan kapasitas yang tidak terlalu besar.

Gambar III.6. : Diagram proses pengolahan air limbah dengan sisten biofilter "Up Flow".

Kriteria Perencanaan 

Kriteria Perencanaan Bak Pengendap

Page 6: Tugas I Pengolahan Air Bersih

Bak pengendap harus memenuhi persyaratan tertentu antara lain: Bahan bangunan harus kuat terhadap tekanan atau gaya berat yang mungkin timbul dan harus tahan terhadap 

asam serta harus kedap air. Jumlah ruangan disarankan minimal 2 (dua) buah.

Waktu tinggal (residence time) 1s/d 3 hari.

Bentuk Tangki empat persegi panjang dengan perbandingan panjang dan lebar 2 s/d 3 : 1.

Lebar Bak minimal 0,75 meter dan panjang bak minimal 1,5 meter.

Kedalaman air efektif 1-2 meter, tinggi ruang bebas air 0,2-0,4 meter dan tinggi ruang 

Untuk penyimpanan lumpur 1/3 dari kedalaman air efektif (laju produksi lumpur sekitar 0,03 - 0,04 M3/orang /tahun ).

Dasar bak dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur.

Pengurasan lumpur minimal dilakukan setiap 2 - 3 tahun.

Kriteria Perencanaan Biofilter "Up Flow" 

Untuk merencanakan biofilter "Up Flow" harus memenuhi beberapa persyaratan, yakni : 

Bak biofilter terdiri dari 1 (satu) ruangan atau lebih. Media filter terdiri dari kerikil atau batu pecah atau bahan plastik dengan ukuran diameter rata-rata 20 -25 mm , 

dan ratio volume rongga 0,45.

Tinggi filter (lapisan kerikil) 0,9 -1,2 meter.

Beban hidrolik filter maksimum 3,4 M3/m2/hari.

Waktu tinggal dalam filter 6 -9 jam (didasarkan pada volume rongga filter).

Page 7: Tugas I Pengolahan Air Bersih

4. TEKNOLOGI PENGOLAHAN AIR LIMBAH TAHU-TEMPE DENGAN SISTEM KOMBINASI BIOFILTER ANAEROB-AEROB

Salah satu cara untuk mengatasi masalah air limbah industri tahu-tempe tersebut adalah dengan kombinasi proses pengolahan biologis anaerob dan aerob. Secara umum proses pengolahannya dibagi menjadi dua tahap yakni pertama proses penguraian anaerob (Anaerobic digesting), dan yang ke dua proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter anaerob-aerob. Secara garis besar proses pengolahan air limbah industri tahu dan tempe ditunjukkan seperti pada Gambar 4.

4.1. Penguraian Anaerob

4.1.1 Pengolahan

Air limbah yang dihasilkan dari proses pembuatan tahu-tempe kumpulkan melalui saluran air limbah, kemudian dilairkan ke bak kontrol untuk memisahkan kotoran padat. Selanjutnya, sambil di bubuhi dengan larutan kapur atau larutan NaOH air limbah dialirkan ke bak pengurai anaerob. Di dalam bak pengurai anaerob tersebut polutan organik yang ada di dalam air limbah akan diuraikan oleh mikroorganisme secara anaerob, menghasilkan gas methan yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Dengan proses tahap pertama konsentrasi COD dalam air limbah dapat diturukkan sampai kira-kira 600 ppm (efisiensi pengolahan 90 %). Air olahan tahap awal ini selanjutnya diolah dengan proses pengolahan lanjut dengan sistem biofilter aerob.

Gambar 4 : Diagram proses pengolahan air limbah industri tahu-tempe dengan sistem kombinasi biofilter "Anareb-Aerob".

Keunggulan proses anaerobik dibandingkan proses aerobik adalah sebagai berikut (Lettingan et al, 1980; Sahm, 1984; Sterritt dan Lester, 1988; Switzenbaum, 1983) :

Proses anaerobik dapat segera menggunakan CO2 yang ada sebagai penerima elektron. Proses tersebut tidak membutuhkan oksigen dan pemakaian oksigen dalam proses penguraian limbah akan menambah biaya pengoperasian.

Penguraian anaerobik menghasilkan lebih sedikit lumpur (3-20 kali lebih sedikit dari pada proses aerobik), energi yang dihasilkan bakteri anaerobik relatif rendah. Sebagian besar energi didapat dari pemecahan substrat yang ditemukan dalam hasil akhir, yaitu CH4. Dibawah kondisi aerobik 50% dari karbon organik dirubah menjadi biomassa, sedangkan dalam proses anaerobik hanya 5% dari karbon organik yang dirubah menjadi biomassa. Dengan proses anaerobik satu metrik ton COD tinggal 20 - 150 kg biomassa, sedangkan proses aerobik masih tersisa 400 - 600 kg biomassa (Speece, 1983; Switzenbaum, 1983).

Proses anaerobik menghasilkan gas yang bermanfaat, metan. Gas metan mengandung sekitar 90% energi dengan nilai kalori 9.000 kkal/m3, dan dapat dibakar ditempat proses penguraian atau untuk menghasilkan listrik. Sedikit energi terbuang menjadi panas (3-5%). Pruduksi metan menurunkan BOD dalam Penguraian lumpur limbah.

Page 8: Tugas I Pengolahan Air Bersih

Energi untuk penguraian limbah kecil.

Penguraian anaerobik cocok untuk limbah industri dengan konsentrasi polutan organik yang tinggi.

Memungkinkan untuk diterapkan pada proses Penguraian limbah dalam jumlah besar.

Sistem anaerobik dapat membiodegradasi senyawa xenobiotik (seperti chlorinated aliphatic hydrocarbons seperti trichlorethylene, trihalo-methanes) dan senyawa alami recalcitrant seperti liGnin.

Beberapa kelemahan Penguraian anaerobik:

Lebih Lambat dari proses aerobik Sensitif oleh senyawa toksik

Start up membutuhkan waktu lama

Konsentrasi substrat primer tinggi

Page 9: Tugas I Pengolahan Air Bersih

5. Pengolahan Air Bersih Dengan Cara membuat "Penangkap Air Hujan"

Penangkap air hujan ini jika dilihat sepintas akan memiliki kesamaan dengan sumur tampung, yaitu sama-sama memanfaatkan air hujan. Namun penangkap air hujan ini memiliki cara kerja yang berbeda dan lebih panjang daripada sumur tampung. Penangkap air hujan juga digunakan saat musim hujan tiba dimana hujan datang sangat sering sehingga air bersih menjadi kotor. Jika kita lihat kurang lebih benilah cara kerja penangkap air hujan:

Cara kerja penangkap air hujan yaitu air hujan yang turun akan terperangkap diwadah perangkap air. Kemudian air hujan akan turun mengikuti saluran air dan akan masuk ke tank penyaringan. Didalam tank penyaringan kita bisa mengisinya dengan beberapa barang seperti pasir, kerikil dan lain sebagainya. Dari dalam tank penyaringan air hujan secara otomatis akan terpisah dengan kotoran yang ada dan masuk kedalam tank penampung. Setelah masuk ke tank penampung air akan disedot menggunakan pompa penyedot air dan akan dimasukan kedalam penampung akhir melalui keran air yang telah disediakan.

Sama halnya dengan sumur tampung, penangkap air hujan ini sangat berguna dan sangat membantu masyarakat. Dengan adanya penangkap air hujan ini maka masyarakat bisa mendapatkan air bersih walau pun sedang musim penghujan. Namun lagi-lagi cara ini akan lebih efektif jika dibuat dengan ukuran besar dan dengan dukungan masyarakat banyak supaya air bersih hasil proses ini bisa digunakan oleh warga lain yang kesulitan menemukan air bersih.

Page 10: Tugas I Pengolahan Air Bersih

6. TEKNIK-TEKNIK PENGOLAHAN AIR ASIN MENJADI AIR TAWAR

Proses mengolah air asin/payau menjadi air tawar atau sering dikenal dengan istilah desalinasi dapat

dikelompokkan menjadi 3 (tiga) macam yaitu:

1.      Proses destilasi (suling)

Proses destilasi memanfaatkan energi panas untuk menguapkan air asin. Uap air tersebut selanjutnya didinginkan

menjadi titik-titik air dan hasil ditampung sebagai air bersih yang tawar.

2.      Proses penukar ion

Pada tahun 1852, Way menemukan bahwa menghilangkan ammonia dalam larutan air yang meresap melalui

tanah sesungguhnya berupa pertukaran ion dengan kalsium yang terkandung di dalam sejenis silica tertentu dalam tanah.

Dewasa ini penukaran ion sudah menjadi proses konversi kimia yang sangat bermanfaat. Proses ini digunakan secara luas

dan skala besar di industry (Nur Alimah, 2008)

Teknik penukar ion memanfaatkan proses kimiawi untuk memisahkan garam dalam air. Pada proses ini ion garam

(Na Cl) ditukar dengan ion seperti Ca+2 dan SO4-2. Materi penukar ion berasal dari bahan alam atau sintetis. Materi penukar

ion alam misalnya zeolit sedangkan yang sintetis resin (resin kation dan resin anion).

Proses pertukaran ion merupakan reaksi kimia yang ionnya terhidrata dan bersifat mobil bergerak di dalam zat

padat, dipertukarkan atas dasar ekuivalen dengan ion yang bermuatan sama yang terdapat di dalam larutan. Zat padat

mempunyai struktur seperti jala terbuka dan ion yang bergerak itu menetralisir muatan, atau muatan potensial, gugus yang

terpasang di dalam matriks zat padat itu disebut penukar ion.

a) Pertukaran kation

Pertukaran kation berlangsung bila kation yang bergerak dan bermuatan posirif terikat pada gugus yang bermuatan

negative di dalamnya penukar ion saling bertukar dengan kation lain terdapat di dalam larutan.

b) Pertukaran anion

Proses pertukaran ion berlangsung bila anion bergerak, bermuatan negatif yang melekat pada gugus bermuatan positif di

dalam resin, penukar kalor saling bertukar dengan anion di dalam larutan.

3.      Proses filtrasi.

Proses ketiga ini lebih dikenal dengan sistem osmose balik (Reverse Osmosis). Reverse Osmosis adalah salah

satu teknologi pengolahan air asin menjadi air tawar yang paling sering digunakan untuk memenuhi kebutuhan air minum.

Keistimewaan dari proses ini adalah mampu nyaring molekul yang lebih besar dari molekul air.

Dalam proses filtrasi atau teknologi membran dikenal elektrodialisis dan reverse osmosis. Dari dua teknologi

membran tersebut reverse osmosis yang paling sering dipakai saat ini.

Pada tahun 1748, Ilmuwan Perancis Abbe Nollett, menemukan peristiwa osmosis yang alami. Proses ini terjadi

ketika aliran cairan melalui suatu membran semi-permeable ke larutan konsentrat yang kemudian airnya menjadi tawar.

Lebih dari 200 tahun kemudian, peristiwa ini telah dikenali sebagai cara untuk mengolah air asin, air payau, atau air yang

berwarna.

Cara Kerja Reverse Osmosis: Daya penggerak di belakang reverse osmosis memberikan tekanan hidrostatik

yang berbeda. Tanpa adanya pengaruh dari tekanan luar, air asin seperti yang terlihat pada gambar akan menerobos

membran untuk menetralkan/menawarkan air yang mengandung garam melalui proses osmosis. Perbedaan pada

Page 11: Tugas I Pengolahan Air Bersih

permukaan air dalam kaitan dengan perpindahan ini disebut dengan osmotic pressure head, dan tekanan hidrostatik yang

menyebabkan kenaikan pada permukaan air adalah osmotic pressure. Dalam beberapa kasus air laut yang mempunyai

kandungan garam tinggi, tekanan osmotis dapat menjadi sebesar 1000 psi.

C. MESIN YANG DIGUNAKAN DALAM PENGOLAHAN AIR ASIN MENJADI AIR TAWAR

Evaporator

Perusahaan industri berat mengembangkan mesin uap(evaporator) terbesar untuk pabrik unutk mengolah air laut

menjadi air tawar. Doosan, perusahaan Industri berat dan konstruksi, menyelesaikan proyek pembangunan pabrik itu dan

mengadakan upacara untuk meresmikan pengakutan evaporator ke Kuweit dengan kapal pada tanggal 9 Mei. Doosan

berhasil memproleh pesanan sebesar 370 juta dolar melalui kontrak dengan departmen energi di Saniya, Kuweit untuk

menyuplai evaporator untuk pabrik pengolah air tawar.

Evaporator itu berukuran : lebarnya 104 M, panjang 25 M, tinggi 9.2 M dan beratnya 3,630 ton.

Apakah evaporator untuk mengolah air.

Pengolah air tawar : Evaporator adalah sistem utama bagi pabrik untuk mengolah air laut menjadi air tawar.

Ladang garam memproduksi garam melalui proses penguapan air laut. Sebaliknya, air bersih akan diproduksi, dengan

menghilangkan garam dari air laut. Evapotrator untuk mengolah air laut dirancangan untuk mengumpulkan uap yang terjadi

di dalam proses penguapan. Untuk produksi garam, air akan dikumpulkan dan dikeringkan saja di halaman terbuka. Tetapi

pengolahan air laut untuk menjadi air tawar adalah proses rumit yang membutuhkan fasilitas raksasa.

Pengumpulan air

Penguapan dengan multi guna : Air laut akan direbuskan untuk penguapan. Uap itu akan terkumpul maka menjadi

air tawar. Teknologi itu biasanya digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala besar.

Cara tekanan peresapan (osmosis) dengan arah balik: Cara untuk mengurangi dan menghapus rasa asin air laut.

Teknologi ini digunakan untuk pabrik pengolah air laut sekala menengah dan kecil.

Skema Pengolahan Air Laut (Asin) Menjadi Air Bersih (Tawar)

Page 12: Tugas I Pengolahan Air Bersih

Keterangan :

P1 : Pompa 1 (Sumur) P2 : Pompa 2 (Tangki)P3 : Pompa FlushSF : Sand FiterCF1 : Cartridge Filter 5 mikronCF2 : Cartridge Filter 10 mikronR/O : Mesin Utama (Type PTS 10.000 SW)

Cara Kerja Air dari sumur utama yang merupakan air asin di hisap menggunakan pompa 1 (sumur) melewati Sand Filter 1 untuk proses penyaringan pertama kemudian di tampung ke tangki 1. Dari tangki 1 ini air masih berupa air asin disedot menggunakan pompa 2 dan melalui Sand Filter 2 untuk proses penyaringan kedua, berikutnya air melewati Cartridge Filter 5 mikron sebanyak dua buah dan Cartridge Filter 10 mikron 1 buah untuk proses penyaringan lebih lanjut, disini air sudah terlihat bersih namun masih terasa asin. Selanjutnya air masuk ke R/O Unit, disinilah air asin diproses menjadi air tawar, sistemnya menggunakan sistem membran, yaitu pemisahan air asin dan air tawar. Perbandingan antara air tawar dan air asin yang diproses adalah 1:5, 1 liter air bersih : 5 liter air asin. Air bersih berupa air tawar yang dihasilkan R/O di tampung kedalam tangki 2, dan air tawar siap untuk dikonsumsi. Pada sistem ini bagian dalam R/O harus tetap dibersihkan yaitu dengan di Flush. Air yang digunakan harus air bersih (tawar), dan ini di suply dari tangki 2 yang berupa air tawar hasil dari pengolahan R/O dan melalui Cartridge Filter 10 mikro, sistem pembersihannya menggunakan sistem otomatis, yaitu sekitar 10 detik saat awal pengoperasian R/O dan 4 jam sekali selama R/O dioperasikan. Selanjutnya air asin yang sudah dipisahkan dari R/O kemudian di alirkan ke sumur resapan.

Instalasi Pipa dan Alat-Alat

Instalasi yang dilakukan dilapangan yaitu alat-alat tersebut diletakkan diatas Land berukuran (aduh berapa yea…. Lupa gan,) kurang lebih 5x5 m (tergantung kebutuhan aja dah), dan diletakkan didalam box (Silter Box) berukuran 2X2 m.

O.. iya, pada saat instalasi dilapangan terdapat tambahan tangki kecil dengan kapasitas sekitar 250 liter yang berfungsi sebagai persediaan air bersih untuk melakukan proses Flush yaitu proses pembersihan bagian dalam R/O. Penambahan ini dimaksudkan agar proses Flush bisa berjalan lebih mudah tanpa terpengaruh dari kondisi tangki 2 (dua) yang sewaktu-waktu bisa kosong, karena jika persediaan air untuk melakukan Flush tidak ada maka air yang di suply ke R/O adalah berupa angin, dan ini dapat menyebabkan R/O mengalami kerusakan.

Page 13: Tugas I Pengolahan Air Bersih

7. MEMBUAT INSTALASI PENJERNIHAN AIR SKALA RUMAH TANGGASumber: Widarto, 1996

Bahan:1. Pasir, Kerikil, Ijuk, Arang Karbon Aktif2. Kaporit 0,01%, Tawas 0,10% dan Batu Kapur 0,10%3. Drum air penampung4. Drum air penyaringan/pengolahan

Page 14: Tugas I Pengolahan Air Bersih

8. PENGOLAHAN AIR KOTOR SUMUR

Bahan:1. Pasir2. Pipa Pralon

Page 15: Tugas I Pengolahan Air Bersih

9. PENGOLAHAN AIR DENGAN PENYULINGAN

Tujuan1. Memisahkan racun bahan kimia (insektisida & limbah industri)2. Memisahkan unsur radioaktif (Ra dan Plutonium)3. Memisahkan mineral tidak diperlukan (Mercuri, arsenik dan timah hitam)4. Membunuh organisme merugikan (bakteri, virus dan parasit)Bahan1. Tangki pemanas listrik2. Kumparan kondensor3. Penyaring karbon aktif4. Wadah penampung airCara Kerja Alat1. Air ledeng dimasukkan dalam tangki pemanas2. Pada titik didih normal 100 ۫ C bakteri dan virus mati3. Air mendidih berubah jadi uap, menyisakan zat padat yang tidak larut, logam atau lainnya dalam tangki4. Uap menjadi tetesan air suling murni5. melewati saringan karbon aktif untuk menghilangkan bau, warna dan rasa6. Ditampung dalam wadah plastik7. Langsung diminum tanpa direbus

Keterangan:1. Penutupa) Kumparan kondensorb) Kipas anginc) Penguapand) Karbon aktif diletakkan pada ujung penetes2. Tangki pemanasa) Lempengan pemanasb) Tombol resetc) Kabel penutup3. Wadah Plastik penampung air sulinga) Tutup berlobang sebesar ujung penetes dipakai pada saat alat bekerjab) Tutup bulat rapat dipakai sewaktu menyimpan air

Page 16: Tugas I Pengolahan Air Bersih

10. PENGOLAHAN AIR KOTOR DENGAN SARINGAN PASIR (AERASI DAN FILTRASI)

Tujuan:Menurunkan Fe (besi) Mn (mangan) AL (alumunium)Bahan: Pasir Kerikil Sirtu

Page 17: Tugas I Pengolahan Air Bersih

11. PENGOLAHAN AIR GAMBUT (pH 2-5)

Ada 2 tahap pengolahan:1. Koagulasi, Flokulasi, Absorbsi dan Sedimentasi2. Penyaringan/Filtrasi

Page 18: Tugas I Pengolahan Air Bersih

muara = tempat berakhirnya aliran sungai di laut, danau, atau sungai lain; sungai yg dekat dng laut