Tugas hukum pidana

12
1). Menjelaskan alasan penghentian penyelidikan yaitu : a) Tidak diperoleh bukti yang cukup. Artinya penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka jika diajukan ke depan pengadilan. Atas dasar inilah kemudian penyidik berwenang menghentikan penyidikan. b) Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana. Apabila dari hasil penyidikan dan pemeriksaan, penyidik berkesimpulan bahwa apa yang disangkakan terhadap tersangka bukan merupakan perbuatan yang melanggar hukum atau tindak kejahatan maka penyidik berwenang menghentikan penyidikan. c) Penghentian penyidikan demi hukum. Penghentian atas dasar alasan demi hukum pada pokoknya sesuai dengan alasan hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana. d) Asas nebis in idem. Yaitu seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya atas dasar perbuatan yang sama, dimana atas perbuatan itu telah diputus oleh pengadilan yang berwenang untuk itu dan memperoleh kekuatan hukum tetap. e) Apabila tersangkanya meninggal dunia. f) Karena kadaluarsa. Tenggang waktu itu, menurut KUHP: o Lewat masa satu tahun terhadap sekalian pelanggaran dan bagi kejahatan yang dilakukan dengan alat percetakan. o Lewat masa 6 tahun bagi tindak pidana yang dapat dihukum dengan pidana denda, kurungan atau penjara, yang tidak lebih dari hukuman penjara selama tiga tahun. o Lewat tenggang waktu 12 tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan hukuman penjara lebih dari 3 tahun. o Lewat 18 tahun bagi semua kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman pidana mati atau penjara seumur hidup. o Atau bagi orang yang pada waktu melakukan tindak pidana belum mencapai umur 18 tahun, tenggang waktu kadaluarsa yang disebut pada poin 1 sampai 4, dikurangi sehingga menjadi sepertiganya. 2). Menjelaskan alasan penangkapan, cara penangkapan dan batas waktu penangkapan yaitu : a. Alasan Penangkapan Mengenai alasan penangkapan atau syarat penangkapan tersirat dalam Pasal 17 KUHAP: o Seorang tersangka diduga keras melakukan tindakan pidana,

Transcript of Tugas hukum pidana

Page 1: Tugas  hukum pidana

1). Menjelaskan alasan penghentian penyelidikan yaitu :

a) Tidak diperoleh bukti yang cukup.

Artinya penyidik tidak memperoleh cukup bukti untuk menuntut tersangka atau bukti

yang diperoleh penyidik tidak memadai untuk membuktikan kesalahan tersangka jika

diajukan ke depan pengadilan. Atas dasar inilah kemudian penyidik berwenang

menghentikan penyidikan.

b) Peristiwa yang disangkakan bukan merupakan tindak pidana.

Apabila dari hasil penyidikan dan pemeriksaan, penyidik berkesimpulan bahwa apa yang

disangkakan terhadap tersangka bukan merupakan perbuatan yang melanggar hukum atau

tindak kejahatan maka penyidik berwenang menghentikan penyidikan.

c) Penghentian penyidikan demi hukum.

Penghentian atas dasar alasan demi hukum pada pokoknya sesuai dengan alasan

hapusnya hak menuntut dan hilangnya hak menjalankan pidana.

d) Asas nebis in idem. Yaitu seseorang tidak dapat dituntut untuk kedua kalinya atas dasar

perbuatan yang sama, dimana atas perbuatan itu telah diputus oleh pengadilan yang

berwenang untuk itu dan memperoleh kekuatan hukum tetap.

e) Apabila tersangkanya meninggal dunia.

f) Karena kadaluarsa. Tenggang waktu itu, menurut KUHP:

o Lewat masa satu tahun terhadap sekalian pelanggaran dan bagi kejahatan yang

dilakukan dengan alat percetakan.

o Lewat masa 6 tahun bagi tindak pidana yang dapat dihukum dengan pidana denda,

kurungan atau penjara, yang tidak lebih dari hukuman penjara selama tiga tahun.

o Lewat tenggang waktu 12 tahun bagi semua kejahatan yang diancam dengan

hukuman penjara lebih dari 3 tahun.

o Lewat 18 tahun bagi semua kejahatan yang dapat diancam dengan hukuman pidana

mati atau penjara seumur hidup.

o Atau bagi orang yang pada waktu melakukan tindak pidana belum mencapai umur 18

tahun, tenggang waktu kadaluarsa yang disebut pada poin 1 sampai 4, dikurangi

sehingga menjadi sepertiganya.

2). Menjelaskan alasan penangkapan, cara penangkapan dan batas waktu penangkapan

yaitu :

a. Alasan Penangkapan

Mengenai alasan penangkapan atau syarat penangkapan tersirat dalam Pasal 17

KUHAP:

o Seorang tersangka diduga keras melakukan tindakan pidana,

Page 2: Tugas  hukum pidana

o Dan dugaan yang kuat itu, didasarkan pada permulaan bukti yang cukup.

Yang dimaksud dengan bukti permulaan yang cukup menurut penjelasan Pasal 17

KUHAP ialah bukti permulaan untuk menduga adanya tindak pidana sesuai dengan

bunyi Pasal 1 butir 14 KUHAP. Selanjutnya penjelasan Pasal 17 KUHAP

menyatakan: ”Pasal ini menunjukkan bahwa perintah penangkapan tidak dapat

dilakukan dengan sewenang-wenang, tetapi ditujukan kepada mereka yang betul-

betul melakukan tindak pidana”.

Pengertian “bukti permulaan yang cukup” dari pendekatan teori dan praktek,

masih dapat diperdebatkan. Sekalipun pengertian permulaan bukti yang cukup dicoba

mengaitkan dengan bunyi penjelasan Pasal 17 KUHAP maupun pengertian itu

dihubungkan dengan ketentuan Pasal 1 butir 14 KUHAP, masih belum mampu

memberi pengertian yang jelas dan mudah ditangkap. Sebab apa yang dijelaskan

pada Pasal 1 butir 14 KUHAP, hanya berupa ulangan dari bunyi penjelasan Pasal 17

KUHAP. Atau sebaliknya, pengertian permulaan bukti yang terdapat pada Pasal 17

KUHAP hanya merupakan ulangan dari Pasal 1 butir 14 KUHAP.

Sebagai pegangan, tindakan penangkapan baru dapat dilakukan oleh penyidik

apabila seseorang itu: “diduga keras melakukan tindak pidana, dan dugaan itu

didukung oleh permulaan bukti yang cukup”. Mengenai apa yang dimaksud dengan

permulaan bukti yang cukup, pembuat undang-undang menyerahkan sepenuhnya

kepada penilaian penyidik. Akan tetapi, sangat disadari cara penerapan demikian,

bisa menimbulkan “kekurangpastian” dalam praktek hukum serta sekaligus

membawa kesulitan bagi Praperadilan untuk menilai tentang ada atau tidak

permulaan bukti yang cukup.

Syarat lain, untuk melakukan penangkapan harus didasarkan untuk kepentingan

penyelidikan atau penyidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 16 KUHAP. Oleh

karena penangkapan juga dimaksudkan untuk kepentingan penyelidikan, mesti tetap

ditegakkan prinsip: harus ada dugaan keras terhadap tersangka sebagai pelaku tindak

pidananya, serta harus didahului adanya bukti permulaan yang cukup. Juga penting

untuk diingat, supaya alasan untuk kepentingan penyelidikan dan kepentingan

penyidikan jangan diselewengkan untuk maksud lain diluar kepentingan

penyelidikan dan penyidikan.

b.Cara penangkapan

o Penangkapan dengan Surat Perintah Penangkapan

o Penangkapan dapat dilakukan oleh Penyidik/Penyidik Pembantu yang namanya

tercantum dalam Surat Penangkapan.

o Apabila Penangkapan dilakukan oleh Penyelidik atas Perintah Penyidik, maka

penangkapan selain dengan Surat Perintah Penangkapan juga harus dilengkapi

dengan Surat Perintah Tugas dari Penyidik yang memerintahkan.

Page 3: Tugas  hukum pidana

o Penangkapan dikenakan terhadap seseorang yang namanya/identitasnya tercantum

didalam Surat Perintah Penangkapan.

C. batas waktu penangkpan

Berdasar ketentuan Pasal 19 ayat (1) KUHAP, telah ditentukan batas waktu lamanya

penangkapan, tidak boleh lebih dari “satu hari”. Lewat dari satu hari, berarti telah terjadi

pelanggaran hukum, dan dengan sendirinya penangkapan dianggap “tidak sah”.

Konsekuensinya, tersangka harus “dibebaskan demi hukum”. Atau jika batas waktu itu

dilanggar, tersangka, penasehat hukumnya, atau keluarganya dapat meminta pemeriksaan

kepada praperadilan tentang sah atau tidaknya penangkapan dan sekaligus dapat menuntut

ganti rugi.

Mengenai pembatasan masa penangkapan yang singkat ini, dapat menimbulkan

kesulitan dan permasalahan dalam praktek, disebabkan beberapa factor. Antara lain factor

“geografi” yang dijumpai pada beberapa tempat di kepulauan Indonesia seperti daerah

Maluku, Irian Jaya dan Kalimantan, tidak mungkin diselesaikan dalam satu hari mulai dari

tindakan penangkapan dan seterusnya dilanjutkan dengan pemeriksaan pada hari itu juga.

Coba bayangkan bagaimana mungkin hal itu bisa terjadi jika penangkapan dilakukan pada

pulau terpencil lantas tempat kedudukan penyidik/penyidik pembantu terletak di pulau lain

yang harus ditempuh dalam waktu seminggu atau sebulan dengan sampan atau perahu

kecil. Atau bagaimana mungkin hal ini dapat dilaksanakan didaerah yang sama sekali tidak

ada saran komunikasi dan transportasi? Disana antara suatu desa dengan ibukota

kecamatan tempat kedudukan penyidik pembantu, harus ditempuh berminggu-minggu.

Barangkali hambatan geografis dan komunikasi bukan hanya terdapat didaerah yang

disebut diatas. Untuk mengatasi hambatan permasalahan ini, agar penangkapan

mempunyai arti untuk kepentingan penyelidikan atau penyidikan, tapi sekaligus tidak

melanggar hukum, dapat disetujui alternatif yang digariskan pada buku pedoman KUHAP

yang memberi jalan keluar atas hambatan tersebut:

o Penangkapan supaya dilaksanakan sendiri atau dipimpin oleh penyidik, sehingga

segera dapat dilakukan pemeriksaan di tempat yang terdekat;

o Apabila penangkapan dilakukan oleh penyelidik, pejabat penyidik mengeluarkan

surat perintah kepada penyelidik untuk membawa dan menghadapkan orang yang

ditangkap kepada penyidik.

Apabila orang itu melawan perintah dan diperlukan upaya paksa, bisa dilakukan

pembatasan tertentu, misalnya membawanya dengan diborgol. Jadi, yang dikeluarkan oleh

penyidik jangan perintah penangkapan, melainkan surat perintah membawa dan

menghadapkan seseorang kepada penyidik (Pasal 5 ayat (1) huruf b angka 4 KUHAP).

Alternatif yang digambarkan diatas, jika tersangka yang hendak ditangkap bertempat

tinggal di daerah yang sangat terpencil dan sarana tempat itu tidak memungkinkan untuk

membawa tangkapan pada hari itu juga, sebaiknya dipergunakan dulu ketentuan Pasal 5

Page 4: Tugas  hukum pidana

ayat (1) huruf b angka 4 KUHAP, yakni penyidik mengeluarkan perintah kepada petugas

Polri untuk membawa dan menghadapkan tersangka ke hadapan penyidik. Surat perintah

penangkapan baru dikeluarkan setelah tersangka berada di hadapan penyidik.

Tetapi, alternatif inipun mengandung kesulitan, sehubungan dengan masalah

kewajiban penyidik untuk menyampaikan tembusan surat perintah penangkapan kepada

keluarga tersangka. Sebab pemberian tembusan surat penangkapan menurut Pasal 18 ayat

(3) KUHAP harus diberikan segera setelah penangkapan dilakukan. Berarti pada saat

dikeluarkan surat penangkapan, keluarga tersangka harus mendapat tembusan. Dan rasio

keharusan penyampaian tembusan itu dengan segera, dimaksudkan agar pada saat

dilakukan penangkapan sudah tahu kemana dan dimana tersangka dibawa dan diperiksa.

Jadi, alternatif yang kita kemukakan sama sekali belum bisa menghilangkan hambatan

secara tuntas. Namun demikian alternatif itulah jalan tengah yang paling dapat

dipertahankan dari segi hukum dan kepastian hukum.

3). Menjelaskan dasar penahanan, tatacara penahanan, dan batas waktu penahanan yaitu

a. dasar penahanan

Unsur Objektif/Yuridis:

– Tindak pidana yg disangkakan diancam dgn 5 (lima) tahun penjara atau lebih.

– Pidana dlm psl 282/3(kesusilaan), 296(perbuatan cabul), 335/1(perbuatan tdk

menyenangkan, pencemaran nama baik), 351/1(penganiayaan berat kecuali percobaan

penganiayaan), 372(penggelapan), 378(penipuan), 379a(penipuan), 453, 454, 455, 459,

480 dan 506 KUHAP, 25 dan 26 stbld 1931 no. 471 (pelanggaran terhadap ordonansi

beacukai), psl 1, psl 2 dan psl 4 UU TP Imigrasi.

Unsur Subjektif:

Adanya keadaan yang menimbulkan kekhawatiran tersangka atau terdakwa melarikan

diri, merusak atau menghilangkan barang bukti, atau dikhawatirkan akan mengulangi

tindak pidana (psl 21/1 KUHAP).

b. Tata cara penahanan

dengan surat perintah penahanan dari penyidik/penuntut umum/hakim yg berisi:

– identitas tersangka,

– menyebut alasan penahanan,

– uraian singkat kejahatan yg disangkakan,

– menyebut dgn jelas ditempat mana tersangka ditahan. (psl 21/2)

menyerahkan tembusan surat perintah penahanan kepada keluarga tersangka.

c. batas waktu penahanan

o penyidik = berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi

kepentingan penyidikan dapat diperpanjang selama 40 hari

Page 5: Tugas  hukum pidana

o penuntut umum = berwenang untuk menahan tersangka selama 20 hari dan demi

kepentingan pemeriksaan yanmg belum selesai dapat diperpanjang selama 30 hari

o hakim pengadilan negeri = berwenang untuk mengeluarkan surat perintah

penahanan terhadap tersangka untuk paling lama 30 hari dan guna kepentingan

pemeriksaan dapat diperpanjang selama 60 hari.

Artinya adalah ketika dalam tiap tingkat pemeriksaan tersangka atau terdakwa tidak

terbukti dan atau masa penahanan untuk kepentingan pemeriksaan sudah lewat waktu nya

maka tersangka atau terdakwa harus dikeluarkan dalam tahanan demi hukum.

Rincian penahanan dalam hukum acara pidana Indonesia sebagai berikut:

a) Penahanan oleh penyidik atau pembantu penyidik 20 hari

b) Perpanjangan oleh penuntut umum 40 hari

c) Penahanan oleh penuntut umum 20 hari

d) Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 30 hari

e) Penahanan oleh hakim pengadilan negeri 30 hari

f) Perpanjangan oleh ketua pengadilan negeri 60 hari

g) Penahanan oleh hakim pengadilan tinggi 30 hari

h) Perpanjangan oleh ketua pengadilan tinggi 60 hari

i) Penahanan oleh Mahkamah Agung 50 hari

j) Perpanjangan oleh ketua Mahkamah Agung 60 hari

Jadi, seseorang tersangka atau terdakwa dari pertama kali ditahan dalam rangka penyidikan

sampai pada tingkat kasasi dapat ditahan paling lama 400 hari.

Pejabat yang berwenang memperpanjang penahanan sesuai dengan pasal 29 ayat

3.Menurut pasal 30 KUHAP, apabila tenggang waktu penahanan sebagaimana tersebut

pada pasal 24, pasal 25, pasal 26, pasal 27 dan pasal 28 atau perpanjangan penahanan

sebagimana tersebut pada pasal 29 ternyata tidak sah, tersangka atau terdakwa berhak

minta ganti kerugian sesuai dengan ketentuan yang dimaksud dalam pasal 95 dan 96.

4). Menjelaskan terjadinya penangguhan penahanan, syarat penangguhan penahanan, dan

jaminan penangguhan penahanan yaitu :

a. terjadinya penangguhan penahanan

permintaan dari tersangka/terdakwa

permintaan disetujui oleh instansi yang menahan dengan syarat dan jaminan yang

ditetapkan

ada persetujuan dari tersangka/terdakwa yang ditahan untuk mematuhi syarat dan

jaminan yang ditetapkan

Page 6: Tugas  hukum pidana

B. syarat penangguhan penahanan

wajib lapor

tidak keluar rumah

tidak keluar kota

c. jaminan penangguhan penahanan

Jaminan Uang yang ditetapkan secara jelas dan disebutkan dalam surat perjanjian

penangguhan penahanan. Uang jaminan tersebut disimpan di kepaniteraan Pengadilan

Negeri yang penyetorannya dilakukan oleh tersangka/terdakwa atau keluarganya atau

kuasa hukumnya berdasarkan formulir penyetoran yang dikeluarkan oleh instansi yang

menahan. Bukti setoran tersebut dibuat dalam rangkap tiga dan berdasarkan bukti setoran

tersebut maka instansi yang menahan mengeluarkan surat perintah atau surat penetapan

penangguhan penahanan.

Penyetoran uang tanggungan baru bisa dilaksanakan apabila

o a.tersangka/terdakwa melarikan diri

o b.setelah tiga bulan tidak diketemukan

o c.penyetoran uang tanggungan ke kasn negara dilakukan oleh orang yang

menjamin melalui kepaniteraan Pengadilan Negeri

o d.pengeluaran surat perintah penangguhan didasarkan atas jaminan dari si

penjamin

Jaminan orang, maka si penjamin harus membuat pernyataan dan kepastian kepada

instansi yang menahan bahwa penjamin bersedia bertanggung jawab apabila

tersangka/terdakwa yang ditahan melarikan diri. Untuk itu harus ada surat perjanjian

penangguhan penahanan pada jaminan yang berupa orang yang berisikan identitas orang

yang menjamin dan instansi yang menahan menetapkan besarnya jumlah uang yang harus

ditanggung oleh penjamin (uang tanggungan)

5). Penjelasan tentang penggeledahan, pejabat yang berwenang menggeleda, waktu

penggeledahan, dan penggeledahan di luar daerah hukum yaitu :

a. penggeledahan

menurut M.Yahya Harahap, penggeledahan adalah adanya seorang atau beberapa orang

petugas mendatangi dan menyuruh berdiri seseorang. Lantas petugas tadi memeriksa segala

sudut rumah ataupun memeriksa sekujur tubuh orang yang digeledah.

Page 7: Tugas  hukum pidana

untuk kepentingan penyidikan, penyidik dapat melakukan penggeledahan rumah atau

penggeledahan pakaian atau penggeledahan badan menurut tatacara yang ditentukan

dalam UU ini (pasal 32 KUHAP).

b. Pejabat yang Berwenang Melakukan Penggeledahan

o Penyidik dan penyidik pembantu (Pasal 7 ayat (1) jo pasal 32 KUHAP)

o Penyelidik atas perintah penyidik (Pasal 5 ayat (1) huruf b)

Wewenang tindakan penggeledahan oleh penyidik tidak seratus persen berdiri sendiri.

Penyidik diawasi dan dikaitkan dengan Ketua Pengadilan Negeri dalam melakukan setiap

penggeledahan. (M. Yahya, 2002 : 268) Pada setiap tindakan penggeledahan, penyidik pada

asasnya wajib memperoleh terlebih dahulu izin dari Ketua Pengadilan Negeri setempat,

sebagaimana diatur dalam Pasal 33 KUHAP.Sedangkan dalam “keadaan luar biasa” dan

“mendesak” penyidik dapat melakukan penggeledahan tanpa lebih dulu dapat surat izin dari

Ketua Pengadilan Negeri. Namun demikian, segera sesudah penggeledahan, penyidik wajib

meminta “persetujuan” Ketua Pengadilan Negeri setempat.

c. waktu penggeledahan

Dalam tempo paling lama 2 hari sesudah penggeledahan, penyidik membuat berita acara

yang berisi jalannya penggeledahan dan hasil penggeledahan.

Berita acara dibacakan lebih dulu pada yang bersangkutan;

Diberi tanggal;

Ditanda tangani penyidik dan tersangka serta keluarganya, jika mereka tidak mau

menanda tangani, penyidik membuat catatan tentang itu serta menyebut alasannya;

Turunan berita acara disampaikan kepada pemilik atau penguin rumah yang

bersangkutan;Misal : tersangka digeledah dan ditangkap dalam sebuah hotel, maka

turunan berita acara penggeledahan disampaikan kepada pemilik hotel.

D. Penggeledahan di Luar Daerah Hukum

ditinjau secara “kasuistis” atas dasar pertimbangan cara mana yang paling berfaedah

menghadapi peristiwa ini, penyidik dapat memilih alternative yang dirumuskan Pasal 36

KUHAP :

Penyidik Dapat Melakukan Sendiri Penggeledahan Sekalipun tindakan di luar wilayah

hokum kekuasaannya, penggeledahan harus tetap mengikuti ketentuan yang digariskan

dalam Pasal 33 KUHAP. Tata cara dan prosedur penggeledahan di luar daerah hukum,

dimana penyidik melakukan penggeledahan di atur dalam Pasal 36 KUHAP yang

menggariskan bahwa :

o Surat izin penggeledahan harus dimintakan dari Ketua Pengadilan Negeri di tempat

wilayah hukum kekuasaan penyidik yang bersangkutan.

Page 8: Tugas  hukum pidana

o Dengan surat izin penggeledahan itu, penyidik melapor kepada Ketua Pengadilan

Negeri di daerah tempat di manapenggeledahan akan dilaksanakan.

o Dalam pelaksanaan penggeledahan didampingi olehpenyidik dari daerah hukum di

mana penggeledahan itu dilakukan.

Tetapi apabila penggeledahan dilakukan dalam keadaan yang sangat mendesak,

penyidik tidak diwajibkan melapor dan memberitahu Ketua Pengadilkan Negeri di daerah

hukum di mana penggeledahan dilakukan serta tidak perlu didampingi oleh penyidik dari

daerah hukum dimanapenggeledahan dilakukan. Sedangkan pelaporan serta pemberitahuan

kepada Ketua Pengadilan Negeri yang bersangkutan baru disampaikan setelah penggeledahan

selesai.

Penggeledahan Didelegasikan Penyidik tidak langsung datang melakukan

penggeledahan di luar daerahnya sendiri, tapi minta bantuan penyidik di daerah mana

penggeledahan dilakukan. Makam penyidik yang bersangkutan mengirimkan surat permintaan

bantuan sekaligus “surat izin” penggeledahan Ketua Pengadilan Negeri setempat. Berdasarkan

surat izin itu penyidik diminta bantuan memberitahukan penggeledahan kepada Ketua

Pengadilan Negeri di tempat di mana penggeledahan kepada Ketua Pengadilan Negeri.

Penyidik yang dimintai bantuan harus mengeluarkan

perintah tertulis penggeledahan, maupun pengadaan saksisaksi yang menghadiri

penggeledahan. Dan juga pembuatan berita acara, diselesaikan penyidik yang dimintai

bantuan selambat-lambatnya “2 hari” serta menyampaikan turunan berita acara tersebut pada

penghuni rumah yang digeledah.

Setelah semua selesai dilakukan oleh penyidik yang dimintai bantuan, segera mungkin

hasil dan berita acara disampaikan kepada penyidik yang mendelegasikan. Bila dalam

penggeledahan tersangka ditangkap sesuai dengan maksud dan izin penggeledahan yang

dikeluarkan pengadilan, tersangka segera diantar ke tempat penyidik yang bersangkutan atau

memberitahukan agar tersangka yang ditangkap segera diambil untuk dibawa ke tempat

penyidik yang minta bantuan (yang mendelegasikan).

6). Menjelaskan tujuan penyitaan,yang berwenang menyita, bentuk dan tatacara

penyitaan, benda yang dapat di sita serta penyimpanannya yaitu :

a. tujuan pexitaan

tujuan Penyitaan, adalah untuk kepentingan pembuktian , terutama ditujukan sebagai barang

bukti dimuka sidang pengadilan.

B. tata cara penyitaan

berdasarkan surat ijin ketua pengadilan negeri kecuali tertangkap tangan hanya atas

benda bergerak. (Pasal 38 KUHAP).

Page 9: Tugas  hukum pidana

penyitaan oleh penyidik terlebih dahulu menunjukan tanda pengenal (Pasal 128

KUHAP).

penyitaan disaksikan oleh kepala desa atau kepala lingkungan dan dua orang saksi

(Pasal 129 ayat 1).

penyidik membuat berita acara yang dibacakan, ditandatangani serta salinannya

disampaikan kepada atasan penyidik, orang yang disita , keluarganya dan kepala desa.

(Pasal 129 ayat 2,3 dan 4 KUHAP).

benda sitaan dibungkus, dirawat, dijaga, serta dilak dan cap jabatan. (pasal 130 KUHAP

(1) ).

c. benda yang dapat disita dan penyimpananya

Benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagai diduga diperoleh

dari tindak pidana atau sebagian hasil dari tindak pidana;

Benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau

untuk mempersiapkannya;

Benda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan tindak pidana;

Benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak pidana;

Benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan.

7). Menjelaskan tentang pra penuntutan dan tujuannya yaitu :

a. prapenuntutan

Prapenuntutan adalah Petunjuk Penuntut Umum kepada Penyidik untuk menyempurnakan

hasil penyidikan (berkas perkara) apabila ada kekurangan dan kewajiban Penyidik untuk

segera melakukan penyidikan tambahan sesuai dengan petunjuk dari penuntut umum.

b. tujuan pra penuntutan

Dalam sebuah pelaksanaan prapenuntutan, proses prapenuntutan selain dapat memacu

terhindarinya rekayasa penyidikan juga dapat mempercepat penyelesaian penyidikan juga

menghindari terjadinya arus bolak - balik perkara. Proses prapenuntutan selain dapat

menghilangkan kewenangan penyidikan oleh penuntut umum dalam perkara tindak pidana

umum juga dalam melakukan pemeriksaan tambahan bilamana penyidik Polri menyatakan telah

melaksanakan petunjuk penuntut umum secara optimal namun penuntut umum tidak dapat

melakukan penyidikan tambahan secara menyeluruh artinya penuntut umum hanya dapat

melakukan pemeriksaan tambahan terhadap saksi - saksi tanpa dapat melakukan pemeriksaan

terhadap tersangka.

8) penjelasan tentang penuntutan dan penghentian tuntutan yaitu :

a.Pengertian

Sebagaimana di ungkapkan pada pendahuluan bahwa penuntutan adalah tindakan Penuntut

Page 10: Tugas  hukum pidana

Umum (PU) untuk melimpahkan perkara pidana ke Pengadilan Negeri (PN), yang

berwenang dalam hal dan menurut cara yang diatur dalam UU dengan permintaan supaya

diperiksa dan diputus oleh hakim dalam persidangan. Menurut pasal 137 KUHAP yang

berwenang untuk melakukan penuntutan ialah penuntut umum (PU).

b. alasan penghentian tuntutan

Ditutup demi kepentingan hukum Karena tidak cukup bukti. Contohnya: tidak mencapai

minimal dari alat bukti yang diharuskan seperti disebut dalam pasal 183 KUHAP, alat

bukti yang ada tidak sah menurut hukum, tidak terpenuhinya unsur delik dari pasal yang

didakwakan.

9). Penjelasan surat dakwaan dan bagaiman dengan surat dakwaan yang tidak memenuhi

syarat yaitu :

a.surat dakwaan

Surat Dakwaan adalah sebuah akta yang dibuat oleh penuntut umum yang berisi perumusan

tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa berdasarkan kesimpulan dari hasil penyidikan.

Surat dakwaan merupakan senjata yang hanya bisa digunakan oleh Jaksa Penuntut Umum

berdasarkan atas asas oportunitas yang memberikan hak kepada jaksa penuntut umum sebagai

wakil dari negara untuk melakukan penuntutan kepada terdakwa pelaku tindak pidana.

b. surat dakwaan tidak memenuhi syarat

surat dakwaan tidak terang seperti yang telah dijelaskan, syarat materiil surat dakwaan

harus memuat dengan lengkap unsure-unsur tindak pidana yang didakwakan. Kalau usur-

unsur tindak pidana yang didakwakan tidak dijelaskan secara keseluruhan, terdapat

kekaburan dalam surat dakwaan. Bahkan pada hakikatnya surat dakwaan yang tidak

memuat secara jelas yang lengkap unsure-unsur tindak pidana yang didakwakan, dengan

sendirinya mengakibatkan tindak pidana yang didakwakan kepada terdakwa bukan

merupakan tindak pidana. Surat dakwaan yang tidak jelas dan tidak terang, merugikan

kepentingan terdakwa mempersiapkan pembelaan.

surat dakwaan mengandung pertentangan antara yang satu dengan yang lain

pertentangan isi surat dakwaan menimbulkan “keraguan” bagi terdakwa tentang

perbuatan atau tindakan mana yang didakwakan kepadanya. Surat dakwaan harus jelas

memuat semua unsure tindak pidana yang didakwakan (voldoende en duidelijke opgave

van het feit). Disamping itu, surat dakwaan harus merinci secara jelas.

10). uraian dan penjelasan bentuk surat dakwaan

Page 11: Tugas  hukum pidana

Dakwaan Tunggal

Dakwaannya hanya satu/tunggal dan tindak pidana yang digunakan apabila berdasarkan hasil

penelitian terhadap materi perkara hanya satu tindak pidana saja yang dapat didakwakan. Dalam

dakwaan ini, terdakwa hanya dikenai satu perbuatan saja, tanpa diikuti dengan dakwaan-

dakwaan lain. Dalam menyusun surat dakwaan tersebut tidak terdapat kemungkinan-

kemungkinan alternatif, atau kemungkinan untuk merumuskan tindak pidana lain sebagai

penggantinya, maupun kemungkinan untuk mengkumulasikan atau mengkombinasikan tindak

pidana dalam surat dakwaan. Penyusunan surat dakwaan ini dapat dikatakan sederhana, yaitu

sederhana dalam perumusannya dan sederhana pula dalam pembuktian dan penerapan

hukumnya.

Dakwaan Alternatif

Dalam bentuk dakwaan demikian, maka dakwaan tersusun dari beberapa tindak pidana yang

didakwakan antara tindak pidana yang satu dengan tindak pidana yang lain bersifat saling

mengecualikan. Dalam dakwaan ini, terdakwa secara faktual didakwakan lebih dari satu tindak

pidana, tetapi pada hakikatnya ia hanya didakwa satu tindak pidana saja. Biasanya dalam

penulisannya menggunakan kata “atau”. Dasar pertimbangan penggunaan dakwaan alternatif

adalah karena penuntut umum belum yakin benar tentang kualifikasi atau pasal yang tepat untuk

diterapkan pada tindak pidana tersebut, maka untuk memperkecil peluang lolosnya terdakwa dari

dakwaan digunakanlah bentuk dakwaan alternatif. Biasanya dakwaan demikian, dipergunakan

dalam hal antara kualifikasi tindak pidana yang satu dengan kualifikasi tindak pidana yang lain

menunjukkan corak/ciri yang sama atau hampir bersamaan, misalnya:pencurian atau penadahan,

penipuan atau penggelapan, pembunuhan atau penganiayaan yang mengakibatkan mati dan

sebagainya. Jaksa menggunakan kata sambung “atau”.

Dakwaan Subsidiair

Bentuk dakwaan ini dipergunakan apabila suatu akibat yang ditimbulkan oleh suatu tindak

pidana menyentuh atau menyinggung beberapa ketentuan pidana. Keadaan demikian dapat

menimbulkan keraguan pada penunutut umum, baik mengenai kualifikasi tindak pidananya

maupun mengenai pasal yang dilanggarnya. Dalam dakwaan ini, terdakwa didakwakan satu

tindak pidana saja. Oleh karena itu, penuntut umum memilih untuk menyusun dakwaan yang

berbentuk subsider, dimana tindak pidana yang diancam dengan pidana pokok terberat

ditempatkan pada lapisan atas dan tindak pidana yang diancam dengan pidana yang lebih ringan

ditempatkan di bawahnya. Konsekuensi pembuktiannya, jika satu dakwaan telah terbukti, maka

dakwaan selebihnya tidak perlu dibuktikan lagi. Biasanya menggunakan istilah primer, subsidiair

dan seterusnya. Meskipun dalam dakwaan tersebut terdapat beberapa tindak pidana, tetapi yang

dibuktikan hanya salah satu saja dari tindak pidana yang didakwakan itu.

Page 12: Tugas  hukum pidana

Dakwaan Kumulatif

Bentuk dakwaan ini dipergunakan dalam hal menghadapi seorang yang melakukan beberapa

tindak pidana atau beberapa orang yang melakukan satu tindak pidana. Dalam dakwaan ini,

terdakwa didakwakan beberapa tindak pidana sekaligus. Biasanya dakwaan akan disusun

menjadi dakwaan satu, dakwaan dua dan seterusnya. Jadi, dakwaan ini dipergunakan dalam hal

terjadinya kumulasi, baik kumulasi perbuatan maupun kumulasi pelakunya. Jaksa menerapkan

dua pasal sekaligus dengan menerapkan kata sambung “dan”.

Dakwaan Campuran/Kombinasi

Bentuk dakwaan ini merupakan gabungan antara bentuk kumulatif dengan dakwaan alternatif

ataupun dakwaan subsidiair. Ada dua perbuatan, jaksa ragu-ragu mengenai perbuatan tersebut

dilakukan. Biasanya dakwaan ini digunakan dalam perkara narkotika.