tugas gulma

8
Nama : Desti Diana Putri NPM : 1214121050 Tugas Mata Kuliah Pengendalian Gulma Perkebunan PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN KARET ( Hevea brassiliensis ) Karet salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet sendiri baru diintroduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet Indonesia telah mencapai 3.262.291 hekter. Dari total areal perkebunan karet Indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% yang merupakan miliki negara (Ditjenbun, 2002). Dalam peningkatkan produksi hasil perkebunan sering kali ditemui berbagai kendala, diantaranya semakin

description

tugas gulma

Transcript of tugas gulma

Nama : Desti Diana PutriNPM : 1214121050Tugas Mata Kuliah Pengendalian Gulma Perkebunan

PENGENDALIAN GULMA DI PERKEBUNAN KARET ( Hevea brassiliensis )

Karet salah satu komoditi pertanian yang penting baik untuk lingkup internasional dan teristimewa bagi Indonesia. Indonesia merupakan Negara dengan perkebunan karet terluas di dunia, meskipun tanaman karet sendiri baru diintroduksi pada tahun 1864. Dalam kurun waktu sekitar 150 tahun sejak dikembangkan pertama kalinya, luas areal perkebunan karet Indonesia telah mencapai 3.262.291 hekter. Dari total areal perkebunan karet Indonesia tersebut 84,5% diantaranya merupakan kebun milik rakyat, 8,4% milik swasta, dan hanya 7,1% yang merupakan miliki negara (Ditjenbun, 2002).

Dalam peningkatkan produksi hasil perkebunan sering kali ditemui berbagai kendala, diantaranya semakin berkurangnya ketersediaan tenaga kerja yang berdampak pada peningkatan permintaan upah terutama pada saat pengolahan tanah. Gulma yang tumbuh bersama-sama dengan tanaman karet dapat menyebabkan kerugian terhadap karet tersebut akibat adanya kompetisi antara tanaman dengan gulma dalam memanfaatkan sarana tumbuh seperti air, unsur hara, cahaya matahari dan ruang tumbuh. Menurut Wiroatmodjo at al. (1992) gulma atau tumbuhan yang tidak diinginkan keberadaannya menjadi pesaing utama tanaman utama pada saat pertumbuhan tanaman.Kerugian yang ditimbulkan akibat gulma di pertanaman karet, antara lain, (1) pertumbuhan dan matang sadap terhambat hingga tiga tahun, (2) terjadinya penurunan produksi lateks hingga 5%, (3) menyulitkan operasional kebun seperti pemupukan dan penyadapan,(4) mendorong perkembangan penyakit akar putih (mouldy root), serta (5) resiko bahaya kebakaran. Biaya pengendalian gulma pada karet TBM adalah sebesar 83.56% dari seluruh biaya pemeliharaan, sedang pada saat TM mencapai 46.47% (Soedarsan dan Soehendar,1977).

1. Pengendalian Gulma di PembibitanPengendalian gulma di areal pembibitan untuk lahan kurang dari 5 ha dapat dilakukan dengan cara manual, namun untuk luasan lebih 5 ha dilakukan dengan herbisida. Apabila dengan cara manual untuk luasan lebih dari 5 ha, maka tidak efektif dan efisien karena membutuhkan waktu yang lama dalam pengendalian. Pengendalian secara manual yaitu dengan cara mencabut (mengkoret) gulma. Sebelum tajuk menutup rotasi penyiangan dilakukan 2 minggu sekali, sedangkan setelah tajuk menutup rotasi dilakukan satu kali sebulan. Pengendalian secara kimia menggunakan herbisida predan post emergence dengan norma kerja 4 HK/ha. Aplikasi herbisida pre emergence (pratumbuh) dapat bertahan hingga 3-4 hari. Untuk pengendalian dengan herbisida post emergence (pascatumbuh) dilakukan ketika bibit berusia 4-5 bulan dimana batang karet telah berwarna cokelat dengan ketinggian semprot 30 cm diatas permukaan tanah.

Semai (10 hari)Bibit Tanam Benih Karet

H-1Tanah disemprot herbisida

1. Pengendalian Gulma di Areal TBMPengendalian gulma di TBM salah satunya dilakukan dengan penanaman Legum Cover Crop (LCC). Benih LCC yang lazim digunakan adalah Centrosema pubescens(Cp), Calopogonium mucunoides(Cm), dan Pueraria javanica(Pj). Fungsi LCC adalah selain untuk mengendalikan gulma, terutama alang-alang, adalah untuk menambahkan bahan organik pada tanah, serta sebagai pencegah erosi.

Dosis benih LCC yang biasa digunakan, untuk Cp adalah 8 kg/ha, Cm 8 kg/ha, serta Pj sebanyak 4 kg/ha. Benih tersebut ditanam dalam lubang sepanjang jalur yang terpisah. Benih LCC dicampur dengan 15 kg RP, kemudian ditabur. Setelah benih tumbuh, dilakukan pemupukan 30 kg urea + 15 kg SP-36 + 10 kg KCl per ha. Aplikasi pupuk disebar disamping barisan. Pada gambar A, pembersihan LCC dapat dilakukan secara kimia atau manual, sedangkan diantara kelompok jalur (3 jalur) dilakukan dengan herbisida pasca tumbuh.

Pengendalian gulma secara manual di perkebunan karet areal TBM dilakukan dengan menggunakan kored atau cangkul. Apabila ada aplikasi pra tumbuh maka 3-4 bulan pertama tidak ada penyiangan.

Pengendalian secara kimia diawali dengan pemurnian LCC dengan menggunakan herbisida selektif. Aplikasi dilakukan dengan menggunakan knapsack sprayer dengan volume semprotan 600 l/ha. Norma kerja adalah 4 HK/ha. Pengendalian gulma di jalur atau piringan karet pada TBM 1 dilakukan secara manual dengan babat merah, sedangkan pada TBM 2 dilakukan dengan kombinasi manual dan herbisida pascatumbuh. Untuk penyemprotan piringan atau jalur, dikenakan faktor semprotan (spray factor) sebesar . Herbisida yang umum digunakan Glifosat 0.6-1.0 %, Paraquat 0.6 %, Paraquat+Diuron 0.4-0.6 %, Amitrole+Diuron+MCPA 0.6 %.

2. Pengendalian Gulma di Areal TBMGulma yang ada pada areal TM umumnya adalah gulma tahan naungan seperti Axonopus compressus (alang-alang), Mikania micrantha (sembung rambat), Nephrolepis bisserata (pakis kinca), Cyclossorus aridus (pakis kadal). Tujuan pengendalian gulma pada jalur TM, adalah (1) menjaga keseimbangan persaingan antara tanaman dengan gulma, (2) memudahkan pengumpulan lateks, (3) memudahkan pemupukan, dimana pupuk segera terserap oleh tanaman, serta (4) memudahkan pengawasan.

Pengendalian gulma dilakukan dengan kombinasi cara manual dan herbisida. Herbisida yang lazim digunakan antara lain Paraquat(kontak dan non sistemik) serta Glifosat (sistemik dan non selektif ). Pada tanaman TBM, rotasi sempro akan lebih sering karena tajuk tanaman belum menutup sehingga masuknya sinar matahari akan memicu pertumbuhan gulma.

DAFTAR PUSTAKADitjenbun, 2007. Statistik Perkebunan: Karet. Jakarta.

Soedarsan, A. clan Soehendar. 1977. Evaluasi Beberapa Jenis Herbisida terhadap Gulma di Larikan Tanaman Karet. Menara perkebunan 45(5):245-254.

Wiroatmodjo, et al. 1992.Pengelolaan Gulma Di Perkebunan. PT Gramedia. Jakarta.