TUGAS GILUT

download TUGAS GILUT

of 44

description

gilut

Transcript of TUGAS GILUT

1. Anatomi gigi serta jaringan pendukungnya

Lapisan Gigi:1. Enamel/Email Lapisan terluar gigi, tersusun dari sel ameloblast (penghasil matriks email) Bagian tubuh yang terkeras Rentan terhadap serangan asam (makanan atau sisa metabolisme bakteri) Tidak mengandung persyarafan Tersusun atas 96% lapisan anorganik (garam kalsium, hidroksiapatit), 1% lapisan organik, dan sisanya air2. Dentin Struktur penyusun gigi terbesar Lebih lunak daripada email karena tersusun atas 20% lapisan organik, 10% air, dan 70% lapisan anorganik Matriks organik dihasilkan odontoblast Atap bagi rongga pulpa3. Pulpa Terdiri atas jaringan ikat longgar Unsur utama: odontoblast, fibroblast, serabut kolagen halus, dan glikosaminoglikan Pulp cavity: berisi jaringan ikat, pembuluh darah, dan syaraf Pulp canal: mentransmisikan syaraf dan pembuluh ke dan dari pulp cavity menuju apical foramen

Lapisan jaringan pendukung gigi:1. Gingival membran mukosa, tersusun atas epitel berlapis gepeng melekat pada email gigi oleh kutikula yang menyerupai lamina basal tebal dan membentuk perlekatan epitel Gottlieb melindungi jaringan ikat di bawahnya selama proses mastikasi epitelnya menghubungkan epitel pada mulut dengan gigi2. Periodontal Ligament Terdiri atas sejenis khusus jaringan ikat padat Fiber yang menghubungkan tulang dan cementum Serat-seratnya tersusun demikian rupa sehingga dapat menahan tekanan saat mengunyah3. Alveolar Bone Bagian dari tulang mandibular dan maksila yang mengelilingi dan menyokong gigi Tulang dari jenis belum dewasa, seratnya tidak tersusun membentuk pola berlamel khas

4. Cementum Komposisinya serupa tulang, tidak memiliki pembuluh darah dan system Havers Pada apical radiks menebal, berisi sementosit (sel mirip osteosit) Menghubungkan fiber ligament periodontal ke permukaan gigi

Vaskulatur Gigi: arteri alveolar inferior dan superior = cabang dari arteri maksila vena alveolar pembuluh limfatik dari gigi dan gusi menuju ke submandibular lymph nodes

Innervasi Gigi: Gigi atas: CN V2 (maxillary nerve) Gigi bawah: CN V3 (mandibular nerve)

2. Periodontitis

Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila proses berlanjut maka akan menginvasi struktur di bawahnya sehingga akan terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus dicabut. Karekteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva, pembentukan poket periodontal, kerusakan ligamen periodontal dan tulang alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.

DefinisiPeriodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi (= jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalah gusi,tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligamen periodontal (selapis tipis jaringan ikat yang memegang gigi dalam kantongnya dan juga berfungsi sebagai media peredam antara gigi dan tulang).Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antara jaringan periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (= tulang yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.Periodontitis dapat berkembang dari gingivitis (peradangan atau infeksi pada gusi) yang tidak dirawat. Infeksi akan meluas dari gusi ke arah tulang di bawah gigi sehingga menyebabkan kerusakan yang lebih luas pada jaringan periodontal.

EtiologiPeriodontitis umumnya disebabkan oleh plak. Plak adalah lapisan tipis biofilm yang mengandung bakteri, produk bakteri, dan sisa makanan. Lapisan ini melekat pada permukaangigi dan berwarna putih atau putih kekuningan. Plak yang menyebabkan gingivitis dan periodontitis adalah plak yang berada tepat di atas garis gusi. Bakteri dan produknya dapat menyebar ke bawah gusi sehingga terjadi proses peradangan dan terjadilah periodontitis.

Etiologi Periodontitis Secara UmumTerutama disebabkan oleh mikroorganisme dan produk-produknya yaitu: plak supra dan sub gingiva. Faktor predisposisi atau faktor etiologi sekunder dari periodontitis dapat dihubungkan dengan adanya akumulasi, retensi dan maturasi dari plak, kalkulus yang terdapat pada gingiva tepi dan yang over kontur, impaksi makanan yang menyebabkan terjadinya kedalaman poket. Faktor sistemik juga dapat berpengaruh pada terjadinya periodontitis, meskipun tidak didahului oleh proses inflamasi. Tekanan oklusal yang berlebihan juga dapat memainkan peranan penting pada progresivitas penyakit periodontitis dan terjadinya kerusakan tulang (contohnya: pada pemakaian alat ortodonsi dengan tekanan yang berlebihan).

Karekteristik klinisGingiva biasanya mengalami inflamasi kronis. Penampakan luar sangat bervariasi tergantung dari lamanya waktu terjadinya penyakit dan respons dari jaringan itu sendiri. Warna gingiva bervariasi dari merah sampai merah kebiruan. Konsistensinya dari odem sampai fibrotik. Teksturnya tidak stippling, konturnya pada gingiva tepi membulat dan pada interdental gingiva mendatar. Ukurannya rata-rata membesar, junctional epithelium berjarak 3-4 mm kearah apikal dari CEJ. Tendensi perdarahan banyak, pada permukaan gigi biasanya terdapat kalkulus diikuti dengan adanya eksudat purulen dan terdapat poket periodontal yang lebih dari 2 mm, terjadi mobilitas gigi.

Mekanisme Kerusakan Jaringan Periodontal Osteoklas dan fagositosis mononukklear merupakan suatu peningkatan produk pada jaringan periodontal selama terjadinya inflamasi periodontal. Keduanya dapat mengakibatkan resopsi tulang dengan cara menghilangkan meneral dan kemudian memaparkan kolagen. Berikut ini adalah faktor-faktor yang menunjukan stimulasi pada peningkatan osteoklas1. Produksi osteoklas- faktor aktivasi dari leukosit distimulasi oleh antigen dari plak gigi2. Peningkatan vaskularitas dihubungkan dengan inflamasi.3. Endotoksin dari mikroorganisme bacteriodes melaninogeniccus.Faktor lain yang dihubungkan dengan resorpsi tulang adalah ekstrak glandula paratiroid, fragmen tumor, heparin, prostaglandin, kolagenase, hyaluronidase dan tekanan yang berlebihan pada bagian oklusal. Resorpsi tulang pada penyakit periodontal bukan merupakan proses nekrosis, tetapi merupakan suatu proses yang dapat merusak sel-sel tulang.

Histopatologi dan PatogenesisPeriodontitis dimulai dengan gingivitis dan bila kemungkinan terjadi proses inflamasi, maka pada kebanyakan pasien, tetapi tidak semua pasien terjadi proses inflamasi secara bertahap dan akan memasuki jaringan periodontal yang lebih dalam. Bersama dengan proses inflamasi akan timbul potensi untuk menstimulasi resorpsi jaringan periodontal dan pembentukan poket periodontal.

Tipe poket periodontalPoket periodontal merupakan suatu pendalaman sulkus gingiva dengan migrasi apikal dari apitelium junction dan rusaknya ligamen periodontal serta tulang alveolar.

Ada dua tipe poket periodontal yang didasarkan pada hubungan antara epitelium junction dengan tulang alveolar.1. Poket periodontal suprabony yaitu dasar poket merupakan bagian koronal dari puncak tulang alveolar.2. Poket periodontal infrabony yaitu dasar poket merupakan bagian apikal dari puncak tulang alveolar.

Pembentukan poket periodontalPoket periodontal adalah sulkus gingiva yang mengalami pendalaman karena migrasi apikal junctional epithelium dan kerusakan ligamen periodontal serta tulang alveolar. Pembesaran gingiva juga berperan dalam meningkatkan kedalaman poket .Sementara mekanisme yang pasti dari pembentukan poket belum diketahui secara lengkap. Page dan Schoeder, dua orang ahli patologis yang terkemuka, membuat klasifikasi tahap patogenesis sebagai berikut:1. Permulaan terjadinya lesi :Karekteristik dari permulaan lesi adalah vaskulitis pembuluh-pembuluh darah yang mengarah ke dalam junctional epithelium, meningkatnya aliran cairan gingiva, gerakan leukosit ke dalam junctional epithelium dan sulkus gingiva, protein serum ekstraseluler, perubahan aspek koronal dari junctional epithelium, dan hilangnya serabut-serabut kolagen disekitar pembuluh darah gingiva.2. Lesi tingkat awal : Lesi awal terlihat dimulai dengan karakteristik permulaan lesi dalam jumlah yang besar, munculnya sel-sel limfoit di bawah junctional epithelium dimana ada konsentrasi akut, perubahan fibroblas, serabut-serabut kolagen gingiva mengalami kerusakan yang lebih parah, dan proliferasi awal sel-sel basal pada junctional epithelium.3. Lesi yang telah terbentuk :Dengan adanya lesi yang telah terbentuk manifestasi inflamasi akut akan bertahan;didominasi oleh sel-sel plasma; akumulasi immunoglobulin di bagian ekstravaskular;kerusakan serabut-serabut kolagen terus berlanjut; proliferasi, migrasi apikal dan terlihat perluasan junctional epithelium ke lateral; dan ada kemungkinan pembentukan poket periodontal awal, tetapi tidak terjadi kerusakan tulang yang cukup besar.4. Lesi tingkat lanjut : Lesi tingkat lanjut adalah tipikal dari periodontitis dan mempunyai karakteristik sebagai kelanjutan dari gambaran lesi yang telah terbentuk, penyebaran lesi ke dalam tulang alveolar dan ligamen periodontal yang mengakibatkan kerusakan tulang, hilangnya serabut-serabut kolagen yang berdekatan dengan poket epithelium, fibrosis pada daerah yang lebih periferal, adanya sel-sel plasma yang telah berubah, pembentukan poket periodontal, periode eksaserbasi dan periode aktifitas patologis yang sangat kecil, perubahan sumsum tulang menjadi jaringan fibrous, dan secara umum terlihat adanya reaksi jaringan inflamasi dan immunopatologis.

GejalaKadang pasien tidak merasakan rasa sakit ataupun gejala lainnya. Biasanya tanda-tanda yang dapat diperhatikan adalah : Gusi berdarah saat menyikat gigi. Gusi berwarna merah, bengkak, dan lunak. Terlihat adanya bagian gusi yang turun dan menjauhi gigi. Terdapat nanah di antara gigi dan gusi. Gigi goyang.

PemeriksaanDokter gigi biasanya akan melakukan pemeriksaan klinis pada jaringan gusi dan melihat apakah ada gigi-gigi yang mengalami kegoyangan. Hubungan antara gigi-gigi rahang atas dan bawah saat menggigit juga akan diperiksa.Kemudian dokter gigi akan melakukan pemeriksaan yang disebut periodontal probing, yaitu teknik yang digunakan untuk mengukur kedalaman poket (kantong yang terbentuk di antara gusi dan gigi). Kedalaman poket ini dapat menjadi salah satu petunjuk seberapa jauh kerusakan yang terjadi. Sebagai tambahan, pemeriksaan radiografik (x-rays) juga perlu dilakukan untuk melihat tingkat keparahan kerusakan tulang.

PenatalaksanaanPerawatan periodontitis dapat dibagi menjadi 3 fase, yaitu:Fase I : fase terapi inisial, merupakan fase dengan cara menghilangkan beberapa faktor etiologi yang mungkin terjadi tanpa melakukan tindakan bedah periodontal atau melakukan perawatan restoratif dan prostetik. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase I :1. Memberi pendidikan pada pasien tentang kontrol plak.2. Scaling dan root planning

3. Perawatan karies dan lesi endodontik4. Menghilangkan restorasi gigi yang over kontur dan over hanging5. Penyesuaian oklusal (occlusal ajustment)6. Splinting temporer pada gigi yang goyah7. Perawatan ortodontik8. Analisis diet dan evaluasinya9. Reevaluasi status periodontal setelah perawatan tersebut diatas

Fase II : fase terapi korektif, termasuk koreksi terhadap deformitas anatomikal seperti poket periodontal, kehilangan gigi dan disharmoni oklusi yang berkembang sebagai suatu hasil dari penyakit sebelumnya dan menjadi faktor predisposisi atau rekurensi dari penyakit periodontal. Berikut ini adalah bebertapa prosedur yang dilakukun pada fase ini:1. Bedah periodontal, untuk mengeliminasi poket dengan cara antara lain: kuretase gingiva, gingivektomi, prosedur bedah flap periodontal, rekonturing tulang (bedah tulang) dan prosedur regenerasi periodontal (bone and tissue graft)2. Penyesuaian oklusi3. Pembuatan restorasi tetap dan alat prostetik yang ideal untuk gigi yang hilangFase III: fase terapi pemeliharaan, dilakukan untuk mencegah terjadinya kekambuhan pada penyakit periodontal. Berikut ini adalah beberapa prosedur yang dilakukan pada fase ini:1. Riwayat medis dan riwayat gigi pasien2. Reevalusi kesehatan periodontal setiap 6 bulan dengan mencatat scor plak, ada tidaknya inflamasi gingiva, kedalaman poket dan mobilitas gigi3. Melekukan radiografi untuk mengetahui perkembangan periodontal dan tulang alveolar tiap 3 atau 4 tahun sekali4. Scalling dan polishing tiap 6 bulan seksli, tergantung dari evektivitas kontrol plak pasien dan pada kecenderungan pembentukan kalkulus5. Aplikasi tablet fluoride secara topikal untuk mencegah karies

PencegahanPencegahan penyakit periodontal antara lain dengan cara : 1. Menyikat gigi setiap habis makan dengan pasta gigi yang mengandung fluoride 2. Membersihkan sela-sela antara gigi dengan dental floss, dental floss ini gunanya untuk mengangkat sisa makanan yang terdapat di leher gigi dan di bawah gusi 3. Saat ini sudah banyak di produksi "dental water jet" yang terbukti lebih efektif menghilangkan perdarahan gusi di bandingkan dental floss4. Makanan bergizi yang seimbang 5. Mengunjungi dokter gigi secara teratur untuk dilakukan pemeriksaan rutin dan cleaning

3.Proses terjadinya caries gigiUmumnya, penyakit yang menyerang gigi dimulai dengan adanya plak gigi. Plak timbul dari sisa makanan yang mengendap pada lapisan gigi yang kemudian berinteraksi dengan bakteri yang banyak terdapat dalam mulut, sepertiStreptococcus mutans. Plak akan melarutkan lapisan email pada gigi yang lama kelamaan lapisan tersebut menipis. Terjadinya plak sangat singkat, yaitu hanya 10-15 menit setelah makan. Plak yang menumpuk kemudian membentuk karies gigi yang akhirnya merusak email hingga melubangi gigi (Besford, 1996).Karies gigi adalah suatu proses kronis regresif yang dimulai dengan demineralisasi (larutnya mineral email) dan terus berjalan ke bagian yang lebih dalam dari gigi sehingga terjadi kavitasi (pembentukan lubang) yang tidak dapat diperbaiki kembali oleh tubuh melalui proses penyembuhan, sebagai akibat terganggunya keseimbangan antara email dan sekelilingnya yang disebabkan oleh pembentukan asam mikrobial dari substrat (medium makanan bagi bakteriStreptococcus mutansdanLactobacillus acidophilus) (Schuurs, 1993).Karies gigi adalah penghancuran terlokalisasi dari jaringan gigi oleh mikroorganisme (Pine, 1997). Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin, dan sementum yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang dapat diragikan (Kidd & Bechal,1991).Newburn dalam Darwita (2004) mendefinisikan karies gigi sebagai penyakit bakterial yang menyerang gigi dimana bagian organik dari gigi mengalami destruksi, sedangkan bagian anorganiknya mengalami dekalsifikasi.Karies gigi adalah penyakit multifaktor yang merupakan hasil kombinasi dari 4 faktor utama yaitu inang dan gigi, mikroorganisme di dalam plak, substrat danwaktu (Pine, 1997).

Proses terjadinya karies gigi dimulai dengan adanya plak di permukaan gigi, sukrosa (gula) dari sisa makanan dan bakteri berproses menempel pada waktu tertentu yang berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis (5,5) yang akan menyebabkan demineralisasi email berlanjut menjadi karies gigi (Schuurs, 1993). Biasanya karies terlihat berwarna cokelat kehitaman atau noda-noda putih yang bila diraba dengan sonde, email belum tersangkut. Secara perlahan-lahan demineralisasi interna berjalan ke arah dentin melalui lubang fokus tetapi belum sampai kavitasi (pembentukan lubang). Kavitasi akan timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Lama-kelamaan bagian karies ini akan terasa kasar serta diikuti dengan tertahannya sonde. Namun kadang-kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah rusak secara mekanis, yang menghasilkan kavitasi yang makroskopis dapat dilihat. Karies yang berwarna cokelat kehitaman lebih lama menimbulkan lubang pada gigi sedangkan noda yang berwarna putih lebih cepat menimbulkan lubang (Tarigan, 1995).

4. GingivitisPeriodontal ini ringan, biasanya gigi bewarna merah dan mudah berdarah. Gejala yang timbul biasanya terjadi perdarahan saat sikat gigi,gusi mudah berdarah bila tersentuh sikat gigi, atau tusuk gigi bahkan dengan kumur-kumur air saja kadang berdarah,kadang menimbulkan bau mulut.Hal ini perlu diperhatikan, sehingga perlunya pemeliharaan gigi secara baik dan benar salah satunya yaitu dengan menggosok gigi sehari 3 kali, minimal 2 kali sehari, setelah makan pagi dan sebelum tidur malam. Dianjurkan tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan manis/lengket.Pada keadaan yang lebih berat dapat terjadi kerusakan tulang pendukung gigi dan juga abses periodontal.Bentuk anatomis gigi permukaannya tidak rata / berbonjol-bonjol, sehingga memudahkan berbagai jenis makanan menempel atau melekat erat pada permukaannya yang lambat laun akan menjadi plak yang lama kelamaan akan mengeras sehingga timbul pula yang dinamakan karang gigi. Plak ini akan mengiritasi gusi sehingga timbulah apa yang disebutgingivitis.

Gingivitas merupakan suatu kondisi inflamasi yang melibatkan gingiva. Adapun karateristik klinis dari gingivitis dapat dilihat dari :1. Warna gingiva, terjadi perubahan dari warna pink (merah muda) ke warna merah, merah tua, merah kebiruan pada gingval tepit an meluas sampai gingival cekat.2. Kontur gingiva, terjadi perubahan bentuk gingiva dari bentuk normal seperti kerah baju (lancip) menjadi membulat dan datar.3. Tekstur gingiva, terjadi pengurangan stippling (gambaran seperti kulit jeruk).4. Konsistensi, terjadi perubahan kekenyalan gingiva dari kenyal, lunak (odematus) menjadi fibrotik.5. Ukurangingiva, dari yang normal sampai membesar dan menyebabkan terjadinya proliferasi jaringan (didukung dengan hasil radiograf).6. Tendensi perdarahan, dapat diliat pada saat gigi, bila berdarah maka terdapat proses inflamasi.7. Rasa sakit, terjadi bila ada pembengkakan.Etiologi :Penyebab lokal :1. maloral hygiene / kesehatan mulut yang jelek (banyak calculus, gangren pulpa / radix, causa dentis)2. kebiasaan makan sebelah, sebab adanya gigi yang caries sehingga gigi yang tidak untuk makan menjadi kotor3. adanya caries yang besar dengan tepi yang tajam4. calculus5. adanya tambalan, jacket crown maupun prothesa yang kurang sempurna6. tidur dengan mulut terbuka maupun bernafas dengan mulut7. kebiasaan menusuk gigiPenyebab umum:1. gangguan kelenjar endokrin (waktu hamil, menopause)2. avitaminosis vitamin C3. defisiensi vitamin A, B, C4. penyakit sifilis5. rheumatik6. nefritis7. anemia8. diabetes mellitus9. alkoholisme10. acut fever yang tinggi11. obat-obatan yang mengandung Hg, J, Bi, dosis terlalu tinggi akan menyebabkan ekskresi dari darah12. beladona dosis tinggi, saliva kurang,self cleaning tidak adaProses terjadinya gingivitisPlak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang terlindung, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Pada lesi awal perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil, di sebelah apikal dari epithelium fungsional khusus yang merupakan perantara hubungan antara gingiva dan gigi yang terletak pada dasar leher gingiva), tidak terlihat adanya tanda-tanda klinis dari perubahan jaringan pada tahap ini. Bila deposit plak masih ada perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva.Pada tahap ini tanda-tanda klinis dari inflamasi makin jelas terlihat. Papilla interdental menjadi sedikit lebih merah dan bengkak serta mudah berdarah pada sondase, dalam waktu dua sampai seminggu akan terbentuk gingivitis yang lebih parah. Gingiva sekarang berwarna merah, bengkak dan mudah berdarah.

Akibat gingivitisMenurut Be Kien Nio (1987), Anonim (2010), apabila gingivitis tidak segera ditangani maka akan mengakibatkan hal-hal sebagai berikut : Sulcus gingiva akan tampak lebih dalam dari keadaan normal, akibat pembengkakan gingival ,gingiva mudah berdarah, gingiva berwarna merah, nafas bau busuk, dan gigi goyang.

Pencegahan gingivitisMenurut Depkes RI. (2002), untuk mencegah terjadinya gingivitis, kita harus berusaha agar bakteri dan plak pada permukaan gigi tidak diberi kesempatan untuk bertambah dan harus dihilangkan, sebenarnya setiap orang mampu, tetapi untuk melakukannya secara teratur dan berkesinambungan diperlukan kedisiplinan pribadi masing-masing. Caranya : Menjaga kebersihan mulut, yaitu : sikatlah gigi secara teratur setiap sesudah makan dan sebelum tidur. Mengatur pola makan dan menghindari makan yang merusak gigi, yaitu makanan yang banyak gula. Periksalah gigi secara teratur ke dokter gigi, Puskesmas setiap enam bulan sekali.Perawatan gingivitisMenurut J.D. Manson dan B.M. Eley (1998), Mediresource clinical team (2010), perawatan gingivitis terdiri dari tiga komponen yang dapat dilakukan bersamaan yaitu : Interaksi kebersihan mulut Menghilangkan plak dan calculus dengan scaling Memperbaiki faktor-faktor retensi plak.Ketiga macam perawatan ini saling berhubungan. Pembersihan plak dan calculus tidak dapat dilakukan sebelum faktor-faktor retensi plak diperbaiki. Membuat mulut bebas plak ternyata tidak memberikan manfaat bila tidak dilakukan upaya untuk mencegah rekurensi deposit plak atau tidak diupayakan untuk memastikan pembersihan segera setelah deposit ulang.

Indeks untuk mengukur gingivitisGingivitis diukur dengan gingival indeks. Indeks adalah metoda untuk mengukur kondisi dan keparahan suatu penyakit atau keadaan pada individu atau populasi. Indeks digunakan pada praktek di klinik untuk menilai status gingiva pasien dan mengikuti perubahan status gingiva seseorang dari waktu ke waktu, pada penelitian epidemiologis, gingiva indeks digunakan untuk membandingkan prevalensi gingivitis pada kelompok populasi, dan untuk menilai efektivitas suatu pengobatan atau alat. Gingiva indeks pertama kali diusulkan pada tahun 1963 untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya inflamasi gingiva pada seseorang atau pada subjek dikelompok besar populasi. Menurut metoda ini keempat area gingiva pada masing-masing gigi (fasial,mesial, distal dan lingual), dinilai tingkat inflamasinya dan diberi skor dari 0 sampai 4.

Penilaiannya adalah ;0 = Gingiva normal, tidak ada keradangan, tidak ada perubahan warna dantidak ada perdarahan.1 = Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna dan sedikitedema, tetapi tidak ada perdarahan saat probing.2 = Peradangan sedang : warna kemerahan, adanya edema, dan terjadiperdarahan saat probing3 = Peradangan berat : warna merah terang, atau merah menyala, adanyaedema, ulserasi, kecenderungan adanya perdarahan spontan.

5. Nervus trigeminus.Saraf Trigeminal merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang berulang. Disebut Trigeminal neuralgia, karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal.Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan membawa sensasi dari wajah ke otak.Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.Serangan neuralgia Trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik.Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada wanita per satu juta populasi.Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun.Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak.Neuralgia Trigeminal merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif.Obat ini akan memblokade sinyal nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak mengetahui dan menyalahartikan Neuralgia Trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.

N. ophthalmicusMerupakan cabang utama dan terkecil dari N. trigeminus yang keluar dari pars anterosuperior ggl. trigeminus lalu memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior. N. ophthalmicus akan mengurus persyarafan dari :1. Duramater.2. Bulbus aculi.3. Conjunctiva.4. Cornea.5. Ggl. lacrimalis.6. Palpebra.7. Kulit hidung.8. Kening (regio frontalis).9. Mucosa frontalis (mukosa sinis frontalis).10. Scalp (kulit kepala).11. Sinus paranasalis (sinus frontalis, sinus sphenoidalis, dan sinus ethmoidalis).

Cabang-cabangnya adalah :1. N. lacrimalis :Memasuki orbita melalui bagian lateral fissura orbitalis superior lalu terletak di sepanjang tepi atas m. Rectus lateralis.2. N. frontalis :Memasuki orbita melalui fissura orbitalis superior di atas otot-otot bola mata. Cabang-cabangnya adalah :2.1. N. supratrochlearis2.2. N. supraorbitalisN. supratrochlearis pergi ke anteromedial sedangkan N. supraorbitalis berjalan ke depan di antara m. Levator palpebra superior dan atap orbita. 3. N. nasociliaris :Terletak lebih dalam dan menyilang N. opticus menuju medial dimana dia selanjutnya akan dinamakan N. ethmoidalis anterior. Cabang-cabangnya adalah:3.1. N. ciliaris longus untuk m. Dilatator pupillae.3.2. N. infratrochlearis.3.3. N. ethmoidalis posterior (tidak terdapat pada 30% cadaver).N. maxillaris

Keluar dari bagian medial ggl. semilunare Gasseri lalu meninggalkan cavum cranii melalui foramen rotundum menuju fossa pterygopalatina N. maxillaris akan berhubungan dengan ggl. pterygopalatina (syaraf parasymphatis yang menerima serabut-serabut preganglioner dari N. facialis). Selanjutnya N. maxillaris akan memasuki orbita melalui fissura orbitalis inferior dan meninggalkan orbita melalui foramen infraorbitale sebagai N. infraorbitale. N. maxillaris akan mengurus persyarafan dari :

1. Palpebrae inferior.2. Kulit pelipis.3. Pipi bagian atas.4. Sisi hidung yang berdekatan.5. Labium oris superior.6. Membrana mucosae nasopharynx.7. Sinus maxillaris.8. Sinus ethmoidalis.9. Sinus sphenoidalis.10. Palatun molle.11. Tonsilla palatina.12. Rahang atas.

Cabang-cabangnya adalah :1. N. zygomaticus.Memasuki orbita melalui fisurra orbitalis inferior lalu berjalan di sepanjang dinding lateral orbita.2. N. alveolares superiores; yang terdiri atas :2.1. R. alveolaris superior anterior.2.2. R. alveolaris superior medius.2.3. R. alveolaris superior posterior.3. N. pterygopalatinus (N. sphenopalatina).

N. mandibularisMerupakan cabang terbesar dari N. trigeminus dan keluar fossa infratemporalis. N. mandibularis merupakan syaraf campuran yang dibentuk oleh :1. Radix sensorik yang besar yang berasal dari angulus inferior ganglion semilunare Gasseri.2. Radix motorik yang merupakan seluruh radix motorik N. trigeminus.Serabut-serabut sensorik N. mandibularis akan mengurus persyarafan dari :1. Kulit regio temporalis.2. Auricula.3. Meatus acusticus externus.4. Pipi.5. Lidah (lingua).6. Cellulae mastoidea.7. Rahang bawah.8. Artic. Temporomandibularis.9. Sebagian dari duramater dan tengkorak.

Serabut-serabut motorik N. mandibularis akan mengurus persyarafan dari :1. Mm. Masticatoris (otot-otot pengunyah) yang terdiri atas mm. masseter, temporalis et pterygoidea.2. M. Mylohyoideus.3. Venter anterior m. Digastricus.4. Mm. tensor tympany et tensor veli palatini.

Kedua radices sensorik et motorik baru bersatu membentuk N. mandibularis setelah di luar tengkorak. Cabang-cabangnya adalah :1. R. meningeus (N. spinosus, R. recurrens) :Memasuki cavum cranii kembali melalui foramen spinosum bersama-sama dengan A. Meningea media. N. spinosus ini akan mempersyarafi duramater.2. N. pterygoideus medialis (N. pterygoideus internus) :Merupakan cabang kecil yang menembus ggl. oticum untuk mempersyarafi m. Pterygoideus internus. Dari N. pterygoideus medialis akan dipercabangkan:2.1. N. tensor veli palatini untuk m. Tensor veli palatini.2.2. N. tensor tympani untuk mengurus m. Tensor tympani.

3. N. massetericus :Berjalan ke lateral di atas m. Pterygoideus lateralis melalui incisura mandibularis untuk mempersyarafi m. Masseter.

4. Nn. Temporales profundi :Biasanya ada 2 (anterior dan posterior). N. temporalis profunda anterior seringkali dipercabangkan dari N. buccalis.

5. N. pterygoideus lateralis (N. pterygoideus externus) :Mengurus persyarafan m. Pterygoideus lateralis dan seringkali dipercabangkan bersama-sama dengan N. buccalis.

6. N. buccalis (N. buccinatorius, N. buccalis longus) :Berjalan ke depan di antara kedua caput m. Pterygoideus externus untuk mempersyarafi m. Buccinatorius, dimana dia akan mengadakan hubungan dengan N. facialis.

7. N. auriculotemporalis : Berhubungan dengan N. facialis dan ggl. oticum.

8. N. lingualis :Merupakan syaraf sensorik untuk 2/3 anterior lidah, dasar mulut dan ginggiva mandibularis.9. N. alveolaris inferior (N. dentalis inferior) :Memasuki canalis mandibularis melalui foramen mandibulare dan berjalan di bawah gigi geligi. Cabang-cabangnya adalah :9.1. N. mylohyoidea, yang dipercabangkan tepat sebelum memasuki foramen mandibulare.9.2. Rr. Dentales inferiores.9.3. N. incisivum, yang dipercabangkan di foramen mentale.9.4. N. mentalis, sekaligus merupakan lanjutan dari N.alveolaris inferior setelah meninggalkan foramen mentale.

6. Dental Health Education

Dental Health Education atau Pendidikan Kesehatan Gigi adalah suatu proses belajar yang ditujukan kepada individu dan kelompok masyarakat untuk mencapai derajat kesehatan gigi yang setinggi-tingginya. A. Menurut Prof. Soeria Soemantri Pendidikan kesehatan gigi adalah suatu usaha atau aktivitas yang mempengaruhi orang-orang untuk bertingkah laku sedemikian rupa sehingga baik untuk kesehatan gigi dan mulut pribadi maupun masyarakat. B. Menurut Bastian. Semua aktivitas yang membantu menghasilkan penghargaan masyarakat akan kesehatan gigi dan memberikan pengertian akan cara-cara bagaimana memelihara mulut.Adapun tujuannya adalah:1. Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut sedini mungkin untuk mencegah timbulnya penyakit gigi dan mulut.2.Agar dapat merubah sikap dan perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut sehingga mampu berprilaku sesuai dengan pola kesehatan yang diharapkan.

Tahapan DHEa. Plak Kontrol- Pengertian :Tindakan untuk memeriksa bersih tidaknya gigi dengan menggunakan bahan pewarna plak.- Maksud :1. Untuk menunjukkan gigi sudah bersih atau masih kotor.2. Untuk melihat apakah cara menyikat gigi sudah baik dan benar

- Pelaksanaan:1. Bila bahan pewarna berupa cairan, teteskan di ujung lidah dan dengan lidah dioleskan ke seluruh gigi.2. Bila bahan pewarna berupa tablet, kunyahlah dan ratakan dengan lidah keseluruh pemukaan gigi.- PenilaianMelalui cermin dapat dilihat keadaan gigi yang masih kotor : Bagian gigi yang masih berwarna merah menunjukkan adanya plak. Bahan pewarna plak ada beberapa bentuk yaitu : berupa cairan, tablet, bubuk (sumbah kue).

b. Cara Sikat GigiMenggosok gigi tiap hari dengan cara yang salah tidaklah membantu dalam mengurangi akumulasi plak pada gigi. Metode penyikatan gigi harus dapat membersihkan semua permukaan gigi, khsususnya daerah leher gingiva dan daerah interdental. Gerakan sikat gigi tidak boleh melukai jaringan lukank maupun jaringan keras. Metode harus tersusun dengan baik sehingga setiap bagian gigi geligi dapat disikat bergantian dan tidak ada daerah yang terlewatkan.Beberapa metode penyikatan gigi yang dapat digunakan adalah sebagai berikut :1. Tekhnik HorizontalSemua permukaan gigi di gogok dengan maju mundur seperti menggosok lantai. Teknik ini biasanya dianjurkan pada anak-anak.

2. Teknik FoneGigi dalam keadaan okulasi, bulu sikat ditekan kuat-kuat dan digerakan melingkar selebar mungkin. Untuk permukaan oklusal, lingual digosok dengan gerakan maju mundur. Teknik ini baik untuk gigi yang lengkap dan memiliki oklusi yang baik.

3. Teknik CharterBulu-bulu sikat mengarah ke permukaan oklusal membentuk sudut 45, sikat ditekan sehingga serabut-serabutnya melengkung dengan ujung ditekan diantara kedua gigi kemudian dengan gerakan memutar pada gagangnya, ujung sikat dipertahankan pada posisi ini. Tehnik ini dianjurkan untuk pendertia dengan daerah interdental yang terbuka.

4. Teknik RollTehnik roll sangat bermanfaat bila digunakan pada gingival yang sensitive. Bagian samping sikat diletakkan berkontak dengan bagian samping gigi dengan bulu sikat mengarah ke apikal dan sejajar terhadap sumbu gigi. Sikat kemudian diputar perlahan-lahan ke bawah pada rahang atas dan keatas pada rahang bawah sehingga bulu sikat menyapu daerah gusi dan gigi. Permukaan oklusal dapat disikat dengan gerakan rotasi.

5. Teknik StillmanPosisi bulu sikat sama dengan tehnik roll tetapi dekat dengan mahkota gigi, digerakan maju mundur, Tehnik ini dilakukan sebanyak delapan kali tiap daerah interproksimal, membersihkan dan memijat.

6. Teknik FisiologikMenggunakan bulu sikat yang halus, digerakkan dari arah servical ke oklusal dengan gerakan untuk memijat gusi. Tehnik ini tidak dianjurkan karena dapat menyebabkan penurunan gusi.

7. Teknik BassTehnik lain yang dapat digunakan adalah tehnik Bass. Tehnik ini baik digunakan bila gingival dalam keadaan sehat, karena tehnik ini dapat menimbulkan rasa sakit bila digunakan pada jaringan yang terinflamasi dan sensititf. Pada tehnik ini ujung sikat harus dipegang sedemikian rupa sehingga bulu sikat terletak 45 derajat terhadap sumbu gigi, dengan ujung bulu sikat mengarah ke leher ginggiva. Sikat kemudian ditekan kearah ginggiva dan digerakkan dengan gerakan memutar yang kecil sehingga bulu sikat masuk ke daerah leher ginggiva dan juga terdorong masuk diantara gigi.

c. EdukasiPersiapan :1) Identifikasi masalah2) Pendekatan pada tokoh masarakat3) menyiapkan jadwal penyuluhan4) Menentukan metode penyuluhan5) Menyiapkan materi dan alat peraga.

Pelaksanaan :Dapat dilaksanakan di TK, SD, Pos Yandu atau pada pertemuan pertemuan keluarga, PKK

Materi penyuluhan :Disesuaikan dengan sasaran dan keadaan.

Metode penyuluhan :- Ceramah / tanya jawab- Demonstrasi sikat gigi.- Diskusi.- Konseling / konseling pribadi.

Pemilihan metode disesuaikan dengan jenis dan jumlah kelompok sasaran dan tempat pelaksanaan.

Alat peraga :Alat peraga yang dapat digunakan adalah :- Alat peraga utama : gigi geligi masing masing yang dapat diliat melalui cermin.- Alat peraga menurut sifatnya :Visual Audial Audio visual

- Poster- Flipchart- Booklets- Pamflets- Models- Dan lain-lain Tape recorder- Piringan hitam- Telepon- Radio- Mikropon- Dan lain-lain Televisi- Vidio tape / film- Simulasi-Sandiwara

Pendekatan : Pendekatan langsung : Petugas berhadapan langsung dengan sasaran Pendekatan tak langsung: Petugas tidak langsung berhadapan dengan sasaran, sasaran dapat diberi penyuluhan melalui poster atau alat bantu lainnya.

Evaluasi : Mengamati serta memperhatikan sasaran selama penyampaian penyuluhan Tanya jawab Kuensioner Penilaian terhadap perubahan prilaku dari hasil penyuluhan dilakukan enam bulan sekali disesuaikan dengan tenaga yang ada.

d. Macam-Macam Perawatan GigiSikat gigi masal / bersama .1. Pengertian : ialah kegiatan menyikat gigi yang dilakukan bersama sama di bawah bimbingan instruktur (guru, petugaskesehatan, kader)2. Maksud :- Melatih sasaran agar dapat melakukan sikat gigi dengan cara yang baik dan benar.- Meningkatkan kebersihan gigi dan mulut.3. Persiapan :- Menentukan waktu pelaksanaan.- Menyiapkan bahan yang diperlukan : ( bahan pewarna plak, cermin, air bersih, gelas, sikat gigi, pasta gigi berflour).4. Pelaksanaan :- Memberikan instruksi tentang cara menyikat dengan benar- Pemeriksaan plak dengan bahan pewarna.

Menyikat gigi :- Ada beberapa metoda cara menyikat gigi seperti telah dijelaskan diatas, salah satu cara yang mudah dilakukan ialah sebagai berikut :1. Siapkan sikat gigi dan pasta gigi yang mengandung flour, banyaknya pasta gigi sebesar butir kacang tanah.2. Kumur kumur sebelum menyikat gigi.3. Sikatlah semua permukaan gigi dengan gerakan maju mundur pendek-pendek selama 2 menitdan sedikitnya 8 gerakan setiap permukaan.4. Sikatlah pemukaan gigi yang menghadap pipi dan bibir.5. Sikatlah permukaan gigi yang yang menghadap langit-langit dan lidah.6. Sikatlah gigi yang digunakan untuk mengunya.7. Setelah semua selesai disikat, berkumurlah 1 kali saja dan bersikan sikat gigi dengan air dan simpanlag sikat gigi dalam posisi tegak, kepala sikat berada di atas

Skaling supragingiva1. Pengertian :Pembersihan atau pembuangan karang gigi yang terlatak pada permukaan gigi diatas gigi (supra gingiva)2. Untuk mencegah terjadinya gingivitis.3. Persiapan :- Menyiapkan alat-alat : alat diagnostic, alat-alat scalling.- Menyiapkan alat-alat :desinfektan, bahan polesing.4. Pelaksana :- Sasaran duduk dengan posisi pemeriksa.- Pembersihan karang gigi dilakukan prerkwadran.- Dilakukan pemolesan.- Dilakukan desinfekta.- Penyuluhan kesehatan gigi.5. Tindak lanjut :Pemeriksaan berkala setiap 6 bulan.

Pencegahan Karies Dengan Flour :a. Kumur-kumur dengan larutan flour Pengertian : Kumur-kumur dengan larutan flour (NaF, 0,2%) Maksudnya : Untuk mencegah terjadinya karies gigi. Persiapan : menentukan jadwal. Menyediakan gelas plastik kumur. Menyediakan bahan flour dengan kepekatan 0,2% NaF. Kumur-kumur dilakukan setelah gosok denganbaik dan bebas dari sisa makanan serta karang gigi. Pelaksanaan :- Posisi kepala anak harus tunduk, gelas dipegang setinggi dada.- Guru / petugas memberi aba-aba mulai berkumur selama kurang lebih 3 menit.- Kumur-kumur larutan flour di ulangi 1 kali dalam 2mingguselama 2 tahun minimal 20 kali per tahun.

b. Pengolesan Flour Pada Gigi. Pengertian : tindakan pengolesan flour pada gigi geligi. Tujuan :- Untuk mencegah terjadinya karies- Menghentikan perjalanan karies yang masih dini. Persiapan :- Menyiapkanalat-alat diagnostic, chip blower, kapas, kain kasa gulung, kapas butir- Menyiapkan bahan NaF 2% / SnF 8% /ApF 1,23% Pelaksanaan :- Mendeteksi adanya karies dini.- Membersikan permukaan gigi- Blokir daerah sekitar gigi perkwadran yang akan dioles dengan flour.- Gigi-gigi harus dalam keadaan kering.- Oleskan dan basahi gigi dengan larutan flour. NaF2% dibiarkan selama 2-3 menit SnF8% dibiarkan selama 2-3 menitHanya setalah dioles penderita tidak diperbolehkan makan atau sikat gigi selama 3 jam. AFF1,2% dibiarkan selama 4menit.

e. Makanan/Nutrisi Untuk Kesehatan GigiPada dasarnya karbohidrat dalam makanan merupakan substrat untuk bakteri, yang melalui proses sintesa akan diubah menjadi zat-zat yang merusak jaringan mulut. Adapun makanan yang dianjurkan adalah makanan yang banyak mengandung serat dan air, Jenis makanan ini memiliki efek cleansing yang baik serta vitamin yang terkandung didalamnya akan memberi daya tahan pada jaringan peyangga gigi.

Pola makan yang sehatPengertian :- Mengatur dan memilih jenis makanan yang berguna bagi kesehatan umum termasuk gigi.Maksud :- Untuk mengetahui kegunaan dan jenis makanan yang menyehatkan tubuh (4 sehat sempurna)- Untuk mengetahui jenis makan yang menguntungkan dan merugikan bagi kesehatan gigi- Untuk mengetahui jenis dan frekuensi makanan diluar makanan pokok- Untuk mengetahui penggunaan makanan supleman yang tepat.Persiapan :- Menyiapkan materi penyuluhan mengenai pola makan sesui sasarsn ( bumil dan menyusui , balita ,anak sekolah)- Menyiapkan alat peragaPelaksanaan :- Mengumpulkan sasaran- Penyuluhan dan demonstrasi khusus mengenai pola makan dan jenis makanan.- Memperlihatkan jenis makanan yang dapat merugikan gigi termasuk: permen, coklat, dll)- Menganjurkan mengatur waktu makan, pada waktu waktu tertentu saja.- Ajuran menggosok gigi selesai makan , minimal lakukan berkumur.Evaluasi : tanya-jawab sebelum dan setelah penyuluhan

f. Pemeriksaan BerkalaSalah satu hal yang wajib dilakukan dan sangat penting untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut adalah memeriksakan dan membersihkan gigi secara teratur. Hal ini bisa mencegah karang gigi, gusi sakit, gigi berblubang, kangker mulut, dan penyakit gigi lainnya. Lakukan kunjungan ke dokter gigi setiap enam bulan sekali untuk mengetahui kelainan dan penyakit gigi dan mulut yang mungkin terjadi secara dini.7. Pencabutan gigi (eksodonsia)

Eksodonsia adalah salah satu cabang ilmu bedah mulut yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan pathologisnya dari dalam socket gigi serta menanggulangi komplikasi yang mungkin timbul. Eksodonsia yang sempurna menunjukan bahwa bagian gigi dan jaringan pathologisnya yang melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dari dalam socket.Sisa akar gigi granuloma apikalis dan serpihan jaringan gigi serta tulang alveolar harus diangkat keluar socket.

TujuanEksodonsia merupakan tindak bedah mulut yang bertujuan untuk mengeluarkan seluruh bagian gigi bersama jaringan patologisnya dari dalam soket gigi serta menanggulangi komplikasi yang mungkin ditimbulkannya. Eksodonsia yang sempuma menunjukkan bahwa bagian gigi dan jaringan patologis yang melekat seluruhnya harus ikut terambil keluar dan dalam soket. Sisa akar gigi, granuloma apikalis dan serpihan jaringan gigi serta tulang tulang alveolar harus diangkat keluar soket. c. Prinsip eksodonsia Prinsip kerja eksodonsia pada hakekatnya mengikuti tahapan kerja tindak bedah pada umumnya yang harus melalui 3 tahapan pokok, yaitu tahap pra bedah, merupakan persiapan untuk eksodonsia, tahap bedah merupakan langkah kerja untuk melakukan eksodonsia dan tahap pasca bedah langkah kerja untuk yang ditujukan untuk penyembuhan luka pasca eksodonsia sampai penanggulangan komplikasinya. Pemeriksaan penderita dan diagnose Tahap pra bedah meliputi: pemeriksaan penderita dan diagnosis. Penderita eksodonsia pertama-tama harus diperiksa kesehatannya untuk menentukan diagnosis penyakit yang sedang diderita. Hasil pemeriksaan akan dicatat pada lebar kertas status presen yang berguna sebagai dokumen. Pekerjaan pra-bedah ini termasuk : (1) Mengerjakan anamnesa yang runtut dan benar untuk mendapatkan deferensial diagnosis yang akhirnya dapat ditentukan diagnosis penyakit yang tepat. (2) Melengkapi pemeriksaan dengan gambar Roentgen untuk membantu menegakkan diagnosis; (3) Pemeriksaan badan penderita lebih lanjut bila dicurigai adanya penyakit sistemik atau lokal yang dapat mengganggu tindakan eksodonsia; (4) data laboratorium diperlukan jika terdapat hal yang mencurigakan pada anamnesis dan pemeriksaan badan. Tahapan pemeriksaan penderita yang harus dicatat selangkah demi selangkah sehingga dapat dicatat suatu riwayat kasus penderita atau disebut anamnesa. Tahapan tersebut adalah: a. Keluhan utama (chief complaint): Keluhan utama adalah simptoma hingga durasi penyakit yang diutarakan oleh penderita secara singkat dengan memakai kata-katanya sendiri. b. Riwayat penyakit yang dikeluhkan (present illness): yang dikeluhkan dan pertama dirasakan sampai saat ini, tentang gejala , rasa sakit (jenis, durasi, intensitas), pengobatan yang pernah dilakukan untuk penyakitnya tersebut dan yang lain yang ada hubungannya dengan keluhan utama. c. Past dental history ( riwayat gigi): termasuk disini adalah riwayat tentang penyakit gigi dan mulut yang pernah diderita beserta perawatan yang pernah dijalani, selain dan keluhan utama. d. Past medical history merupakan riwayat tentang penyakit-penyakit sistemik yang pemah atau sekarang diderita dan perawatan medis yang pernah dijalani. e. Family history adalah merupakan penelusuran adanya riwayat penyakit yang herediter atau menular f. Review of sistem penelusuran riwayat untuk mendeteksi adanya penyakit pada sistema tubuh (cardiovaskuler, genitourinaria, respirasi, hematopoetik, gastrointestinal, musculoscietal, syaraf dan lainnya) Pengamatan gigi pra eksodonsia Tujuan utama pengamatan gigi pra eksodonsia adalah untuk menentukan teknik eksodonsia yang akan dilakukan dengan prinsip eksodonsia atraumatika. Pengamatan gigi pra eksodonsia ditempuh melalui pemeriksaan: a. Fisik. Pemeriksaan fisik pada gigi yaitu inspeksi (warna, luas kerusakan gigi, posisi, lokasi), perekusi (luksasi, perluasan radang misalnya perindontitris, periodontokiasia, pyorrhoe alveolaris), palpasi ( perluasan radang misalnya absers sub periosteal, periostitis, abses submukosa, dan ketebalan tulang). b. Foto Rontgen. Untuk mengamati jaringan gigi atau akar gigi dan tulang pendukungnya misalnya adanya ankylosis akar gigi, hipersemtosis, anomali akar, divergensi akar, hubungan gigi dengan sinus maksilaris, apikal patosis dan lainnya.

Pengamatan pra eksodonsia akan menentukan: teknik eksodonsia yang dipilih macam alat yang akan dipakai adakah indikasi odontektomi? Adakah indikasi untuk melakukan odontektomi dan seksioning? Mungkinkah akan terjadi suatu fraktura gigi/akar gigi, fraktura mandibula atau tulang alveolar dan kerusakan dasar sinus maksilans?

Indikasi Eksodonsia 1. Gigi yang sudah karies dan tidak dapat diselamatkan dengan perawatan apapun.2. Pulpitis atau gigi dengan pulpa non-vital yang harus dicabut jika perawatan endodontic tidak dapat dilakukan.3. Periodontitis apical. Gigi posterior non-vital dengan penyakit periapikal sering harus dilakukan pencabutan4. Penyakit periodontal. Sebagai panduan, kehilangan setengah dari kedalaman tulang alveolar yang normal atau ekstensi poket ke bifurkasi akar gigi bagian posterior atau mobilitas yang jelas berarti pencabutan gigi tidak bias dihindari lagi.5. Gigi pecah atau patah. Dimana garis pecah setengah mahkota dari akar.6. Rahang pecah. Jika garis gigi peca mungkin harus dilakukan pencabutan untuk mencegah infeksi tulang.7. Untuk perawatan ortodonsi8. Supernumerary teeth atau gigi yang berlebih yang tumbuh secara tidak normal9. Gigi yang merusak jaringan lunak, jika pengobatan atau terapi lainnya tidak mecegah trauma atau kerusakan.10. Salah tempat dan dampaknya. Harus dilakukan pencabutan ketika gigi menjadi karies, menyebabkan nyeri, atau kerusakan batas gigi.11. Gigi yang tidak dapat disembuhkan dengan ilmu konservasi12. Gigi impaksi dan gigi non erupsi (tidak semua gigi impaksi dan non erupsi dicabut)13. Gigi utama yang tertahan apabila gigi permanen telah ada dan dalam posisi normal.14. Persiapan radioterapi. Sebelum radiasi tumor oral, gigi yang tidak sehat membutuhkan pencabutan, atau pengangkatan untuk mereduksi paparan radiasi yang berhubungan dengan osteomelitis.

Kontraindikasi Pasien dengan kontraindikasi yang bersifat sistemik memerlukan pertimbangan khusus untuk dilakukan eksodonsi. Bukan kontraindikasi mutlak dari eksodonsi. Faktor-faktor ini meliputi pasien-pasien yang memiliki riwayat penyakit khusus. Dengan kondisi riwayat penyakit tersebut, eksodonsi bisa dilakukan dengan persyaratan bahwa pasien sudah berada dalam pengawasan dokter ahli dan penyakit yang menyertainya bisa dikontrol dengan baik. Hal tersebut penting untuk menghindari terjadinya komplikasi sebelum pencabutan, saat pencabutan, maupun setelah pencabutan gigi.

Kontraindikasi tersebut antara lain :a. Diabetes MellitusMalfungsi utama dari diabetes melitus adalah penurunan absolute atau relative kadar insulin yang mengakibatkan kegagalan metabolisme glukosa. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, yang sering disebabkan oleh karena sulit mendapatkan insulin, harus dijadikan terkontorl lebih dahulu sebelum dilakukan pembedahan. Ini biasanya memerlukan rujukan dan kemungkinan pasien harus rawat inap.Diabetes yang terkontrol dengan baik tidak memerlukan terapi antibiotik profilaktik untuk pembedahan rongga mulut. Pasien dengan diabetes yang tidak terkontrol akan mengalami penyembuhan lebih lambat dan cenderung mengalami infeksi, sehingga memerlukan pemberian antibiotik profilaksis. Responnya terhadap infeksi tersebut diduga akibat defisiensi leukosit polimorfonuklear dan menurunnya atau terganggunya fagositosis, diapedisis, dan khemotaksis karena hiperglikemi. Sebaliknya, infeksi orofasial menyebabkan kendala dalam pengaturan dan pengontrolan diabetes.

b. Kehamilan Kehamilan bukan kontraindikasi terhadap pembersihan kalkulus ataupun ekstraksi gigi, karena tidak ada hubungan antara kehamilan dengan pembekuan darah. Perdarahan pada gusi mungkin merupakan manifestasi dari pregnancy gingivitis yang disebabkan peningkatan atau ketidakseimbangan hormon selama kehamilan. Yang perlu diwaspadai adalah sering terjadinya kondisi hipertensi dan diabetes mellitus yang meskipun sifatnya hanya temporer, akan lenyap setelah melahirkan, namun cukup dapat menimbulkan masalah saat dilakukan tindakan perawatan gigi yang melibatkan perusakan jaringan dan pembuluh darah. Jadi, bila ada pasien dalam keadaan hamil bertujuan untuk scaling kalkulus atau ekstraksi, sebaiknya di refer dulu untuk pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah, dan kadar gula darahnya serta mengukur tekanan darah pasien. Jika memang ada gigi yang perlu diekstraksi (dimana hal itu tidak bisa dihindari lagi, pencabutan gigi (dan juga tindakan surgery akut lainnya seperti abses,dll) bukanlah suatu kontraindikasi waktu hamil. Hati-hati bila pada 3 bulan pertama. rontgen harus dihindari kecuali kasus akut (politrauma, fraktur ,dll). Hati-hati bila menggunakan obat anastesi dan antibiotik. Jika memang harus dicabut giginya atau scalling pada ibu hamil, waspada dengan posisi tidurnya jangan terlalu berbaring, karena bisa menyebabkan kompresi vena cava inferior.

c. Penyakit KardiovaskulerJika ditemukan pasien dengan tanda-tanda sesak napas, kelelahan kronis, palpitasi, sukar tidur dan vertigo maka perlu dicurigai bahwa pasien tersebut menderita penyakit jantung. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan lanjut yang teliti dan akurat, misalnya pemeriksaan tekanan darah. Hal ini dimaksudkan untuk mendukung diagnosa sehingga dapat menyusun rencana perawatan yang tepat dan tidak menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi meningkat, tekanan darah meningkat menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong sehingga terjadi perdarahan.Pasien dengan penyakit jantung termasuk kontraindikasi eksodonsia. Kontraindikasi eksodonsia di sini bukan berarti kita tidak boleh melakukan tindakan eksodonsia pada pasien ini, namun dalam penangannannya perlu konsultasi para ahli, dalam hal ini dokter spesialis jantung. Dengan berkonsultasi, kita bisa mendapatkan rekomendasi atau izin dari dokter spesialis mengenai waktu yang tepat bagi pasien untuk menerima tindakan eksodonsia tanpa terjadi komplikasi yang membahayakan bagi jiwa pasien serta tindakan pendamping yang diperlukan sebelum atau sesudah dilakukan eksodonsi.Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor, pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat, pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi.

Komplikasi dari Eksodonsia:1. Fraktur akar :Keadaan ini sering terjadi pada pencabutan dengan tang, pada gigi yang mati oleh karena rapuh, akar gigi yang bengkok, atau adanya hipercementosis dll. Bila akar yang fraktur amat kecil dan letaknya jauh terbenam dalam tulang dapat dibiarkan dengan catatan penderita diberitahu keadaan tersebut.

2. Fraktur tulang alveolarDapat terjadi pada waktu pencabutan gigi yang sukar. Bila terasa bahwa terjadi fraktur tulang alveolar sebaiknya giginya dipisahkan terlebih dahulu dari tulang yang patah, baru dilanjutkan pencabutan.3. Fraktur dari tuberositas maxilarisTerjadi pada waktu pencabutan gigi molar tiga rahang atas. Perlu dihindari oleh karena tuberositas diperlukan sebagai retensi pada pembuatan gIgi palsu.4. Perforasi Sinus MaxilarisTerjadi pada pencabutan gigi-gigi premolar atau molar rahang atas. Keadaan ini lebih mudah terjadi pada gigi dengan keadaan adanya infeksi pada apikal karena tulang antara akar dan sinus terlibat keradangan kronis sehingga rusak.Biasanya hal ini ditandai dengan adanya cairan yang keluar melalui hidung bilamana penderita kumur atau minum, kadang kala saat pencabutan tidak diketahui baik oleh dokter ataupun penderita kalau terjadi perforasi.Bila terjadi segera diatasi dengan menutup socket dengan jahitan yang rapat bila perlu tulang bagian bukal dikurangi sehingga dapat dilakukan tarikan pada mukosa dari bukal untuk menutup.Penderita dianjurkan tidak meniup-niup hidung kurang lebih selama satu minggu, jangan kumur terlalu keras.5. Terdorongnya akar pada Sinus MaxillarisBila terjadi dapat dicoba untuk mengambil frakmen tersebut dengan jalan :Penderita disuruh meniup dengan lubang hidung ditutup. Diambil dengan ujung alat penghisap ( suction tip ) pada socket. Bila tidak berhasil perlu dilakukan tindakan pembedahan dengan merujuk penderita ke dokter ahli.6. PerdarahanKadang kala dapat terjadi pada saat dilakukan pencabutan, hal ini diatasi dengan pemberian tekanan pada daerah tersebut.7. Subcutan emphysemaJarang terjadi, biasanya terjadi karena adanya tekanan udara yang masuk jaringan ikat atau spacia pada wajah dari pemakaian hand piece dengan tekanan udara tinggi.Terjadi amat cepat, terdapat pembengkakan, akan sembuh dalam 1 sampai 2 minggu tanpa pengobatan.

8. Teknik anastesi

Injeksi Supraperiosteal:Keringkan membran mukosa dan olesi dengan antiseptik. Pasien dilarang menutup mulut sebelum injeksi dilakukan. Dengan menggunakan kassa atau kapas yang diletakkan di antara jari dan membran mukosa mulut, tariklah pipi atau bibir serta membran mukosa yang bergerak ke arah bawah untuk rahang atas dan ke arah atas untuk rahang bawah, untuk memperjelas daerah lipatan mukobukal atau mukolabial.

Untuk memperjelas dapat diulaskan yodium pada jaringan tersebut. Membran mukosa akan berwarna lebih gelap, suntiklah jaringan pada lipatan mukosa dengan jarum mengarah ke tulang dengan mempertahankan jarum sejajar bidang tulang. Lanjutkan tusukan jarum menyelusuri periosteum sampai ujungnya mencapai setinggi akar gigi. Untuk menghindari gembungan pada jaringan dan mengurangi rasa sakit, obat dikeluarkan secara perlahan. Anestesi akan terjadi dalam waktu 5 menit.

Submucosal injectionJarum diinsersikan dan cairan anestesi dideponir ke dalam jaringan di bawah mukosa sehingga larutan anestesi mengadakan difusi pada tempat tersebut.

Paraperiosteal injectionJarum diinsersikan sampai mendekati atau menyentuh periosteum, dan setelah diinjeksikan larutan anestesi mengadakan difusi menembus periosteum dan porositas tulang alveolar.

Intraosseous injectionInjeksi dilakukan ke dalam struktur tulang, setelah terlebih dahulu dibuat suatu jalan masuk dengan bantuan bur.

Interseptal injectionTeknik ini merupakan modifikasi dari teknik intraosseous, dimana jarum disuntikkan ke dalam tulang alveolar bagian interseptal diantara kedua gigi yang akan dianestesi. Teknik ini biasanya dilakukan untuk mempermudah pelaksanaan injeksi intraosseous.

Intraperiodontal injectionJarum diinjeksikan langsung pada periodontal membran dari akar gigi yang bersangkutan.

Pappilary InjectionTeknik ini sebenarnya termasuk teknik submukosa yang dilakukan pada papila interdental yang melekat dengan periosteum. Teknik ini diindikasikan terutama pada gingivectomy, yang memerlukan baik efek anestesi maupun efek hemostatis dari obat anestesi.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Gingivitis, Periodontitis. Available at (online): http://www.totalkesehatananda.com/Gingivitis 1htlm (7 Juli 2014).Fitz Gerald, M.T.J, 1985, Neuroanatomy basic and applied, Bailliare Tindall, East Sussex. P.238-243. Hashanur, I.W. 1991. Anatomi Gigi. EGC p. 6, Jakarta.Heimer, L, 1995, The human brain and spinal cord, 2nd edition, Springer Verlag, New York, p.247-249. MediResource Clinical Team. 2010. Gingivitis. Available at (online): http://jdr.sagepub.com/content/66/5/989.abstract (7 Juli 2014).Nield, J.S. 2003. DE Foundation of Periodontitis for Dental Hygienist .Philadelpia: Lippincott, Williams and Wilkins.Sea, F. 2000. Buku Ajar ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. p.5, Poltekkes Kemenkes Denpasar.Situmorang, N. 2010. Profil Penyakit Periodontal Penduduk di Dua Kecamatan Kota Medan tahun 2004 dibandingkan dengan Kesehatan mulut tahun 2010. Bagian Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan/Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat. Sriyono, Widayanti N. 2005. Pengantar Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Cetakan ke 1 p.34, Jogyakarta Medika, Fakultas Kedokteran Gigi, UGM.Ubertalli, J.T. 2008. Gingivitis, Available at (online): http://www.merck.com/mmpe/sec08/ch095c.htm (21 Agust 2010).Wahyukundari, M.H. 2008. Perbedaan Kadar Matix Metalloproteinase-8 Setelah Scaling dan Pemberian Tetrasiklin pada Penderita Periodontitis Kronis. Departemen Periodonsia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga Surabaya-Indonesia.