Tugas Final akLan

117
1 BAB VII PENJUALAN KONSINYASI Konsinyasi merupakan suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi (tertentu). Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat. Sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee, factor, commission merchant atau komisioner. Dari segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut sebagai “Barang- barang Konsinyasi” (Consignment out). Sedang bagi komisioner untuk barang-barang yang diterimanya itu disebut sebagai “Barang- barang Komisi” (Consignment In). Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan transaksi konsinyasi, yaitu dalam hubungannya dengan perpindahan hak milik atas barang-barang yang bersangkutan. Dalam transaksi penjualan “hak milik” atas barang berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi penyarahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti (tidak berarti) adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan. Terdapat 4 hal yang pada umumnya merupakan karakteristik dari transaksi konsinyasi itu, yang sekaligus merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan, yaitu : 1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee). 2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai criteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat

Transcript of Tugas Final akLan

Page 1: Tugas Final akLan

1

BAB VII

PENJUALAN KONSINYASI

Konsinyasi merupakan suatu perjanjian di mana salah satu pihak yang memiliki barang menyerahkan sejumlah barang kepada pihak tertentu untuk dijualkan dengan memberikan komisi (tertentu).

Pihak yang menyerahkan barang (pemilik) disebut consignor atau pengamanat. Sedangkan pihak yang menerima barang disebut consignee, factor, commission merchant atau komisioner.

Dari segi pengamanat (consignor) transaksi pengiriman barang-barang kepada komisioner, biasa disebut sebagai “Barang-barang Konsinyasi” (Consignment out). Sedang bagi komisioner untuk barang-barang yang diterimanya itu disebut sebagai “Barang-barang Komisi” (Consignment In). Terdapat perbedaan prinsipal antara transaksi penjualan dengan transaksi konsinyasi, yaitu dalam hubungannya dengan perpindahan hak milik atas barang-barang yang bersangkutan. Dalam transaksi penjualan “hak milik” atas barang berpindah kepada pembeli pada saat penyerahan barang, dan keadaan itu di dalam akuntansi dipakai sebagai dasar pengakuan terhadap timbulnya pendapatan. Di dalam transaksi konsinyasi penyarahan barang dari pengamanat kepada komisioner tidak diikuti (tidak berarti) adanya penyerahan hak milik atas barang yang bersangkutan.

Terdapat 4 hal yang pada umumnya merupakan karakteristik dari transaksi konsinyasi itu, yang sekaligus merupakan perbedaan perlakuan akuntansinya dengan transaksi penjualan, yaitu :

1. Karena hak milik atas barang-barang masih berada pada pengamanat, maka barang-barang konsinyasi harus dilaporkan sebagai persediaan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak boleh diperhitungkan sebagai persediaan oleh pihak komisioner (consignee).

2. Pengiriman barang-barang konsinyasi tidak mengakibatkan timbulnya pendapatan dan tidak boleh dipakai sebagai criteria untuk mengakui timbulnya pendapatan, baik bagi pengamanat maupun bagi komisioner sampai dengan saat barang dapat dijual kepada pihak ketiga.

3. Pihak pengamanat sebagai pemilik tetap bertanggung jawab sepenuhnya terhadap semua biaya yang berhubungan dengan barang-barang konsinyasi sejak saat pengiriman sampai dengan saat komisioner berhasil menjualnya kepada pihak ketiga. Kecuali ditentukan lain dalam perjanjian di antara kedua belah pihak yang bersangkutan.

4. Komisioner dalam batas kemampuannya mempunyai kewajiban untuk menjaga keamanan dan keselamatan barang-barang komisi yang diterimanya itu. Oleh sebab itu administrasi yang tertib harus diselenggarakan sampai dengan saat ia berhasil menjual barang tersebut dengan pihak ketiga.

Alasan-alasan bagi pengamat (consignor) untuk mengadakan perjanjian konsinyasi

1. Konsinyasi merupakan suatu cara untuk lebih memperluas pasaran yang dapat dijamin oleh seorang produsen, pabrikan atau distributor, terutama apabila :

Page 2: Tugas Final akLan

2

a. Barang-barang yang bersangkutan baru diperkenalkan, permintaan produk tidak tertentu dan tidak terkenal.

b. Penjualan pada masa-masa yang lalu dengan melalui dealer tidak menguntungkan.c. Harga barang menjadi mahal dan membutuhkan investasi yang cukup besar bagi

pihak dealer apabila ia harus membeli barang-barang yang bersangkutan.

2. Risiko-risiko tertentu dapat dihindarkan oleh pengamanat. Barang-barang konsinyasi tidak ikut disita apabila terjadi kebangkrutan pada diri komisioner. Jadi lain sifatnya dengan perjanjian keagenan atau dealer.

3. Mungkin pengamanat ingin mendapatkan penjual khusus (specialist) salam perdagangan barang-barangnya terutama untuk ternak, hasil pertanian, dan lain-lain.

4. Harga eceran barang-barang yang bersangkutan tetap dapat dikontrol oleh pengamanat; demikian pula terhadap jumlah barang-barang yang siap dipasarkan dan stock barang-barang tersebut.

Alasan-alasan komisioner menerima perjanjian konsinyasi, antara lain :

1. Komisioner dilindungi dari kemungkinan risiko gagal untuk memasarkan barang-barang tersebut atau keharusan menjual dengan rugi.

2. Risiko rusaknya barang dan adanya fluktusi harga dapat dihindarkan.

3. Kebutuhan akan modal kerja dapat dikurangi, sebab adanya barang-barang konsinyasi yang diterima atau dititipkan oleh pengamanat.

Hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berhubungan dengan perjanjian konsinyasi

Ketentuan-ketentuan dalam perjanjian konsinyasi pada umumnya dinyatakan secara tertulis yang menekankan sifat hubungan kerjasama antara kedua pihak. Selai ketentuan-ketentuan yang diatur secara spesifik di dalam perjanjian, hubungan kerjasama di dalam transaksi konsinyasi juga berlaku ketentuan-ketentuan umum yang diatur oleh Undang-undang (hukum) yang berlaku di dalam dunia perdagangan, antara lain :

1. Tentang hak-hak komisioner

a) Komisoner berhak untuk menjual barang titipan tersebut, sesuai dengan jumlah yang diatur dalam perjanjian di antara kedua pihak.

b) Dalam batas-batas tertentu biasanya kepada komisioner diberikan hak untuk memberikan jaminan (garansi) terhadap kualitas barang yang dijualnya.

c) Untuk menjamin pemasaran barang yang bersangkutan komisoner berhak memberikan syarat-syarat pembayaran kepada langganan seperti yang berlaku pada umumnya untuk barang-barang yang sejenis, meskipun pengamanat dapat mengadakan pembatasn-pembatasan yang harus dinyatakan dalam perjanjian.

Page 3: Tugas Final akLan

3

2. Tentang kewajiban-kewajiban komisioner

a) Melindungi keamanan dan keselamatan barang-barang yang diterima dari pihak pengamanat.

b) Mematuhi dan berusaha semaksimal mungkin untuk menjual barang-barang milik pengamanat sesuai dengan ketentuan-ketentuan yang diatur dalam perjanjian.

c) Mengelola secara terpisah baik dari segi phisik maupun administratip terhadap barang-barang milik pengamanat, sehingga identitas barang-barang tersebut dapat diketahui setiap saat.

d) Membuat laporan secara periodic tentang barang-barang yang diterima, barang-barang yang berhasil dijual dan barang-barangyang masih dalam persediaan serta mengadakan penyelesaian keuangan seperti dinyatakan dalam perjanjian.

Masalah akuntansi bagi komisioner

Prosedur akuntansi yang diikuti oleh komisioner tergantung kepada :

(1) Apakah transaksi-transaksi konsinyasi dicatat secara terpisah sehingga pendapatan dan laba dari konsinyasi ditentukan secara terpisah dari laba (rugi) dari kegiatan penjualan reguler.

(2) Transaksi-transaksi konsinyasi tidak dicatat secara terpisah dari transaksi-transaksi penjualan reguler dari perusahaan komisioner, sehingga tidak dibedakan antara laba konsinyasi dengan laba (rugi) dari penjualan reguler.

Apabila terhadap transaksi konsinyasi diselenggarakan pembukuan secara terpisah, maka komisioner harus membentuk rekening “Barang-barang Komisi” atau “Consigment-In” untuk setiap perjanjian konsinyasi yang diadakan.

Apabila dianggap perlu buku-buku tambahan (pembantu) dapat diselenggarakan untuk menampung perincian transaksi konsinyasi dengan tiap-tiap pengamanat misalnya. Buku tambahan itu akan merupakan sumber informasi di dalam penyusunan laporan periodik kepada masing-masing pengamanat.

Dalam hal transaksi konsinyasi tidak tercatat secara terpisah dari tarnsaksi penjualan reguler, maka terhadap penjualan barang titipan dibukukan dalam rekening “Hasil Penjualan”. Akan tetapi sebagai konsekuensinya pengakuan terhadap “Pembelian atau Harga Pokok Penjualan” harus segera dilakukan setiap komisioner berhasil menjual barang-barang konsinyasi tersebut.

Pencacatan dalam bentuk memorandum biasanya diselenggarakan pada Buku Memo tersendiri. Apabila dikehendaki memorandum tersebut dapat juga disusun jurnalnya dengan membentuk “rekening antara” atau “rekening neutral”.

Masalah akuntansi bagi pengamat (consignor)

Prosedur akuntansi yang akan diikuti oleh pihak pengamanat tergantung pada :

Page 4: Tugas Final akLan

4

Rekening-rekening pembukuan atas transaksi konsinyasi (Hasil penjualan, Harga pokok Penjualan dan Biaya-biaya yang bersangkutan) itu diselenggarakan; dalam hal ini terdapat dua alternatip sebagai berikut :

(1) Diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler.(2) Tidak diselenggarakan secara terpisah dari transaksi penjualan reguler.

Metode administrasi barang-barang dagangan; dalam hal ini juga terdapat dua alternatip sebagai berikut :

(1) Metode perpetual(2) Metode phisik

Masalah akuntansi untuk perjanjian penjualan konsinyasi yang belum selesai

Apabila jangka waktu perjanjian konsinyasi barlangsung dan melampaui akhir peiode akuntansi, sedang belum seluruhnya barang-barang konsinyasi berhasil dijual oleh komisioner maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap biaya-biaya yang bersangkutan dan terikat pada produk yang belum terjual (inventory cost). Biaya-biaya yang terikat pada sebagian produk yang belum terjual baik yang berasal dari pihak pengamanat sendiri maupun biaya yang dibebankan oleh komisioner harus ditangguhkan pembebanannya dari pendapatan dalam periode akuntansi yang bersangkutan. Contoh biaya-biaya demikian itu antara lain adalah : biaya pengiriman, biaya pengepakan, biaya asuransi dan ongkos angkut. Biaya-biaya demikian itu harus dialokasikan kepada seluruh unit produk yang dikirim kepada komisioner.

Pencacatan pada buku-buku pengamanat

Prosedur pembukuan pada waktu pengiriman barang-barang maupun pembayaran ongkos angkut dan biaya pengepakan, pada prinsipnya sesuai dengan metodenya masing-masing. Akan tetapi prosedur pembukuan selanjutnya dalam hubungannya dengan tujuan penutupan buku pada akhir bulan desember; terlebih dahulu harus dialokasikan beberapa macam biaya yang inventoriable terhadap barang yang belum terjual sebagai berikut :

(a) Transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah

Apabila transaksi penjualan konsinyasi dicatat secara terpisah, maka berdasar perhitungan penjualan atas barang yang dibuat, dicatat sebagai berikut :

Kas xxxBarang-barang konsinyasi (ongkos angkut) xxxKomisi penjualan xxxBiaya perakitan xxx

Penjualan konsinyasi xxx

Pencatatan dan pengakuan atas hasil penjualan konsinyasi itu, kemudian diikuti dengan pencatatan terhadap harga pokok penjualan dan biaya yang bersangkutan dengan barang-barang konsinyasi, atas dasar alokasi seperti disebut di atas sebagai berikut :

Page 5: Tugas Final akLan

5

Harga pokok penjualan konsinyasi xxxBiaya-biaya penjualan konsinyasi xxx

Barang-barang konsinyasi xxx

(b) Transaksi penjualan konsinyasi tidak dicatat secara terpisah

Pencacatan pada buku-buku komisioner

Bagi komisoner pencatatan secara formal terbatas terhadap barang-barang yang telah berhasil dijual kepada pihak ketiga dan biaya-biaya yang telah dikeluarkannya. Bagi komisioner semua biaya yang telah dikeluarkan baik untuk barang yang telah maupun belum terjual dikurangkan terlebih dahulu dari hasil penjualannya. Penerimaan hasil penjualan setelah dikurangi dengan keseluruhan biaya-biaya tersebut merupakan jumlah yang terhutang baginya.

Proses pencatatan selanjutnya, yaitu penutupan rekening-rekening nominal ke rekening Rugi-Laba serta pemindahan saldo laba atau rugi ke laba Yang Ditahan dilakukan seperti biasa.

Barang-barang konsinyasi yang dikembalikan

Apabila barang-barang konsinyasi dikembalikan kepada pengamanat, maka rekening barang-barang konsinyasi harus dikredit dengan harga pokok barang-barang yang bersangkutan. Biaya-biaya yang berhubungan dengan aktivitas untuk menjual barang tersebut, harus dibebankan kepada pendapatan untuk periode yang bersangkutan. Dalam hal barang-barang dikembalikan karena rusak sehingga manfaatnya tidak lagi sebanding dengan harga pokoknya, maka penurunan nilai itu harus diakui sebagai kerugian. Jika biaya-biaya perbaikan diperlukan untuk dapat menjual barang-barang tersebut, maka biaya perbaikan demikian harus diakui sebagai biaya periode yang bersangkutan.

Uang muka dari komisioner

Perjanjian konsinyasi kemungkinan disertai dengan persyaratan akan adanya uang muka yang harus dibayar komisioner untuk barang-barang komisi yang diterimanya.

Penyajian laba (rugi) penjualan konsinyasi di dalam laporan perhitungan Rugi-Laba

Laba (rugi) penjualan konsinyasi dapat disajikan di dalam Laporan Perhitungan Rugi-Laba bagi pengamanat, dengan cara menggabungkan data hasil penjualan; harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dengan data yang sama untuk transaksi penjualan reguler. Akan tetapi apabila transaksi penjualan konsinyasi merupakan bagian yang cukup penting dalam kegiatan distribusinya, maka data hasil penjualan, harga pokok penjualan dan biaya-biaya penjualan yang bersangkutan dapat dilaporkan secara terpisah dan sejajar dengan data penjualan reguler.

Kemungkinan lain untuk menyajikan data transaksi penjualan konsinyasi di dalam Laporan Perhitungan Rugi Laba adalah melaporkan sebesar laba (rugi) penjualan konsinyasi tanpa menyajikan data penjualan dan biaya-biaya yang bersangkutan.

Page 6: Tugas Final akLan

6

BAB VIII

HUBUNGAN KANTOR PUSAT (I)

Perkembangan pembentukan agen dan cabang

Di dalam perkembangan usahanya, perusahaan dapat beroperasi tidak saja di dalam lingkungan suatu kota tetapi dapat juga beroperasi ke luar kota, ke luar daerah dan bahkan ke luar negeri.

Pada umumnya sebagai titik tolak perkembangan tersebut adalah perluasan daerah pemasaran. Meluasnya daerah pemasaran ini menimbulkan problema bagi pimpinan perusahaan untuk mencari cara-cara paling efektip dan ekonomis dalam melakukan penjualan barang-barangnya.

Berbagai macam cara dapat ditempuh antara lain dengan mengangkat pedagang keliling atau petugas bagian penjualan yang langsung mendatangi langganan, penggunaan katalogus dengan pengiriman pesanan per pos; dengan sistem penjualan konsinyasi dan lain-lain.

Tetapi cara-cara tersebut kadang-kadang tidak memenuhi harapan pimpinan berhubung sangat besarnya perkembangan daerah pemasaran. Untuk mengatasi hal tersebut maka dapat dibentuk pusat-pusat penjualan di daerah-daerah tertentu yang dapat merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pemasaran. Pusat-pusat penjualan yang dibentuk itu dapat berupa “agen” atau “cabang”.

Dalam perkembangan selanjutnya bentuk agen ataupun cabang dapat pula diserahi fungsi selain penjualan juga fungsi pembelian dan lain-lain.

Perbedaan karakteristik agen dan kantor cabangAgen Kantor Cabang

1 Agen adalah suatu bentuk organisasi 1 Kantor cabang adalah suatu bentukyang hanya diberi fungsi untuk menerima organisasi yang menjual barang-barangpesanan barang-barang dan bekerja di dari persediaan yang dibentuknya (baikbawah pengawasan langsung oleh kantor dikirim dari kantor pusat maupun dibelipusat. Sedang transaksi dengan pihak sendiri) dan diberi wewenang untukketiga dilaksanakan secara langsung oleh melaksanakan transaksi-transaksi dengankantor pusat. pihak ketiga, sehingga berfungsi sebagai

unit usaha yang berdiri sendiri.2 Agen tidak memiliki persediaan untuk 2 Kantor cabang mengadakan persediaan

barang-barang yang akan dijual, akan untuk barang-barang dagangannya yangtetapi hanya berupa monster (contoh- pada umumnya sebagian besar dikirimcontoh/samples). Barang-barang akan dari kantor pusatnya. Namun demikiandikirim langsung oleh kantor pusat sampai dengan batas-batas tertentukepada langganan yang bersangkutan. kantor cabang juga membeli sendiri

Page 7: Tugas Final akLan

7

3 Persetujuan terhadap syarat-syarat 3 Kantor cabang memberikan persetujuanpenjualan terletak sepenuhnya pada tentang syarat-syarat penjualan,kantor pusat. Administrasi terhadap menyelenggarakan administrasi piutangpiutang yang timbul dari penjualan dan yang timbul dari penjualan tersebut danpengumpulan piutang yang bersangkutan mengurus pengumpulan piutang yangdiselenggarakan oleh kantor pusat. bersangkutan.

4 Modal kerja untuk biaya-biaya operasi 4 Kantor cabang mengelola uang tunai dariagen diberikan oleh kantor pusat. Agen hasil pengumpulan piutangnya dantidak mengurus uang tunai selain modal melaksanakan transaksi-transaksikerja yang diberikan. pembayaran atas inisiatip sendiri.

Hubungan kantor pusat dan agen Usaha dari suatu agen

Agen yang bekerja sebagai suatu unit organisasi penjualan local berada di bawah pengawasan kantor pusat dan biasanya tidak mengadakan persediaan selain dari contoh-contoh atau monster daripada barang-barang yang akan ditawarkan untuk dijual.

Pesanan-pesanan yang diterima oleh agen dikirimkan langsung ke kantor pusat untuk dimintakan persetujuan. Jika harga dan syarat-syarat pembayaran dapat diterima, maka kantor pusat dapat mengirimkan barang-barang langsung kepada langganan dengan faktur penjualannya sekaligus.

Pembukuan untuk suatu agen

Akuntansi terhadap usaha keagenan tidak membutuhkan penyusunan buku-buku secara lengkap.

Pada umumnya agen cukup menyelenggarakan buku kas untuk mencatat penerimaan modal kerja dari kantor pusat, dan pengeluaran-pengeluaran untuk berbagai macam biaya. Pengeluaran kas biasanya dicatat dalam bentuk rangkap dengan cara membuat tembusannya.

Pembukuan pada kantor pusat

Pembukuan transaksi-transaksi dengan agen, yang akan diselenggarakan oleh kantor pusat, tergantung pada tujuan yang dikehendaki, yaitu mengenai laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen tersebut.

Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen (tiap-tiap agen) tidak ditentukan secara terpisah.Pada cara ini laba (rugi) yang didapat dari penjualan melalui agen akan dilaporkan tergabung dengan transaksi penjualan reguler.

Laba (rugi) yang didapat dari aktivitas penjualan melalui agen ditentukan secara terpisah.Pada cara ini rekening-rekening pembukuan khusus untuk agen, terutama untuk pendapatan dan biaya-biaya yang bersangkutan harus diselenggarakan.

Page 8: Tugas Final akLan

8

Hubungan kantor pusat dan cabang

Pada mulanya operasi cabang lebih banyak berhubungan dengan aktivitas penjualan, namun demikian pada akhir-akhir ini nampak adanya gejala untuk semakin memperluas aktivitas yang dapat dicakup oleh suatu kantor cabang.

Apapun sifat dan jenis usahanya operasi kantor cabang, biasanya berada di bawah pengelolaan seorang manajer cabang yang bertanggung jawab langsung kepada top manajemen di kantor pusat. Manajer cabang harus melaporkan informasi tentang volume aktivitas dan hasil usaha cabang kepada kantor pusatnya, karena data demikian penting untuk analisa dan pengambilan keputusan.

Meskipun cabang berusaha dan bekerja sebagai unit yang berdiri sendiri, tetapi tetap dikontrol oleh kantor pusat. Tingkat kebebasan berdiri sendiri yang diberikan kepada suatu cabang ditetapkan oleh kantor pusat.

Kebijaksanaan umum dan standar pelaksanaan yang biasa berlaku bagi dunia usaha, juga dilaksanakan terhadap cabang-cabang yang dibentuk oleh kantor pusat. Garis besar bekerjanya suatu cabang adalah sebagai berikut :

- Cabang diberi modal kerja, baik berupa uang kas, barang-barang dagangan maupun aktiva lainnya oleh kantor pusat.

- Cabang dapat membeli barang dagangan dari pihak ketiga untuk memenuhi kebutuhan permintaan barang-barang lokal yang tidak dapat dipenuhi oleh kantor pusat atau apabila pembelian itu dapat dipertanggung-jawabkan secara ekonomis.

- Cabang melakukan aktivitas penjualan; mulai dari usaha-usaha untuk mendapatkan pembeli; mengirimkan barang atau menyerahkan jasa-jasa kepada langganan, membuat faktur penjualan, menagih piutang dan menyimpan uangnya di dalam rekening banknya sendiri.

Sistem akuntansi untuk operasi kantor cabang

Sistem sentralisasi

Apabila system sentralisasi dilaksanakan, maka pembukuan terhadap transaksi-transaksi yang terjadi di kantor cabang diselenggarakan sepenuhnya oleh kantor pusat. Pada cara ini kantor cabang cukup mengumpulkan dokumen-dokumen dasar, seperti faktor penjualan, catatan waktu kerja, voucher-voucher pengeluaran kas, dan bukti-bukti lainnya yang mendukung terjadinga transaksi.

Sistem desentralisasi

Pada cara ini setiap cabang menyelenggarakan pembukuan atas transaksi-transaksi yang terjadi pada cabang yang bersangkutan secara lengkap. Apabila system desentralisasi dilaksanakan, biasanya susunan dan klasifikasi rekening-rekening pembukuan pada tiap-tiap kantor cabang mengikuti dan sesuai dengan susunan dan klasifikasi yang dipakai pada kantor pusatnya.

Page 9: Tugas Final akLan

9

Proses akuntansi pada kantor cabang diselenggarakan seperti halnya pada perusahaan yang berdiri sendiri, kecuali bahwa kantor cabang tidak menyelenggarakan rekening modal.

Hasil akhir dari proses akuntansi pada kantor cabang ini akan tercermin di dalam laporan keuangan kantor cabang secara individual. Sedang proses penyusunan laporan keuangan periodic pada kantor cabang juga dilaksanakan seperti biasanya pada perusahaan-perusahaan yang berdiri sendiri.

Prinsip-prinsip pelaksanaan sistem desentralisasi

Ciri pokok yang menghubungkan pembukuan di kantor cabang dan kantor pusatnya ialah rekening “R/K-kantor pusat” di dalam rekening-rekening pembukuan kantor cabang dan “R/K-kantor cabang” di dalam rekening-rekening pembukuan kantor pusat. Kedua rekening tersebut merupakan rekening proforma.

Diselenggarakannya rekening-rekening aktiva; hatuang; pendapatan dan biaya-biaya kecuali untuk rekening modal di kantor cabang, dapat diambil kesimpulan mengenai adanya hubungan antara rekening-rekening pembukuan di kantor cabang dengan rekening-rekening pembukuan di kantor pusat. Aktiva yang ditempatkan di cabang adalah sebagian dari aktiva yang dimiliki oleh perusahaan sebagai satu kesatuan usaha.

Transaksi-transaksi intern pada kantor cabang atau transaksi antara kantor cabang dengan pihak ketiga, oleh karena tidak mempengaruhi jumlah penanaman modal di kan tor cabang dicatat oleh kantor cabang pada rekening-rekening yang bersangkutan. Kantor pusat sebagai konsekuensi dari system desentralisasi tidak perlu melakukan pencatatan terhadap perubahan bentuk atau komposisi terhadap investasinya di kantor cabang.

Sebagai unit usaha yang berdiri sendiri cabang mengeluarkan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan. Di dalam akuntansi pengaruh dari pendapatan dan biaya-biaya itu terhadap modal yang ditanamkan, akan dikumpulkan selama satu periode akuntansi melalui ikhtisar perhitungan rugi-laba.

Dalam hal modal itu ditanamkan oleh kantor pusat di cabang, maka pengaruh perubahan jumlah modal yang berasal dari pendapatan dan biaya yang terjadi di cabang akan diikhtisarkan dalam laporan perhitungan rugi-laba cabang yang bersangkutan. Pendapatan dan biaya-biaya yang terjadi di cabang sebagai unit usaha yang berdiri sendiri dianggap sebagai transaksi intern pada kantor cabang. Secara periodik laba atau rugi usaha kantor cabang diperhitungkan dengan jumlah investasi kantor pusat di cabang.

Pada perusahaan-perusahaan dagang, semua atau sebagian besar dari barang dagangan yang dijual oleh cabang itu dikirim langsung dari kantor pusatnya. Pengiriman barang oleh kantor pusat kepada cabangnya, berarti menambah jumlah investasi di cabang.

Agar supaya kantor pusat tetap dapat mengawasi barang-barang dagangannya yang dijual melalui kantor cabangnya sedang perusahaan menggunakan metode phisik untuk barang-barang dagangannya maka pengiriman barang tersebut dicatat kredit pada “pengiriman barang ke cabang” saldo rekening pengiriman barang ke cabang merupakan

Page 10: Tugas Final akLan

10

kontra rekening yang mengurangi harga pokok barang yang tersedia untuk dijual pada kantor pusat.

Modifikasi teknik pencatatan

Agar supaya data dan laporan keuangan lebih informative maka untuk kepentingan analisa laporan keuangan hendaknya ada pemisahan di dalam pencatatan penanaman modal yang bersifat permanen dan penanaman modal oleh kantor pusat di cabang yang bresifat sementara.

Berdasarkan pokok pemikiran tersebut di atas, maka baik pada buku-buku kantor pusat maupun buku-buku kantor cabang perlu diadakan pemisahan antara :

Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat sementara, dengan

Rekening kantor pusat maupun kantor cabang yang bersifat sementara, dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang lancar antara pusat dan cabang.

Rekening kantor pusat dan kantor cabang yang bersifat permanen

Rekening-rekening kantor pusat maupun kantor cabang yang bersifat permanen, dipakai untuk menampung transaksi-transaksi yang mengakibatkan hutang-piutang tetap antara pusat dan cabang.

Laporan keuangan gabungan untuk kantor pusat dan kantor cabang

Secara periodic baik kantor cabang maupun kantor pusat menyusun neraca laporan keuangannya secara individual.

Meskipun laporan keuangan individual itu dapat menunjukkan informasi-informasi yang penting, baik untuk kantor cabang maupun kantor pusat, tetapi laporan-laporan itu tidak dapat menggambarkan posisi keuangan dan hasil usaha kantor pusat dan cabangnya sebagai satu kesatuan ekonomis.

Oleh karena laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya, dimaksudkan untuk memberikan gambaran tentang posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan sebagai satu kesatuan ekonomis yang bulat, maka di dalam penyusunannya harus memperhatikan hal-hal yang berikut :

a. Di dalam neraca hanya disajikan aktiva dan hak-hak yang ada pada perusahaan dan hutang-hutang atau kewajiban perusahaan yang lain kepada pihak-pihak di luar perusahaan.

b. Di dalam laporan perhitungan rugi-laba harus dihindarkan adanya perhitungan ganda terhadap suatu pendapatan dan biaya yang sama.

Dengan demikian langkah-langkah yang diperlukan di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan dari kantor pusat dan cabangnya dirumuskan sebagai berikut :

Page 11: Tugas Final akLan

11

Penyusunan neraca gabungan, dilakukan dengan langkah-langkah yang terdiri dari :

(1) Menghapuskan saldo rekening “R/K-kantor pusat” dengan “R/K-kantor cabang” dan saldo rekening “hutang” dengan “piutang kepada” antar kantor pusat dan cabang, yang ada di dalam neraca individual kantor pusat maupun kantor cabang.

(2) Menjumlahkan saldo rekening-rekening aktiva, dan rekening-rekening hutang yang terdapat dalam neraca individual kantor pusat dan cabangnya, sesuai dengan kelompok masing-masing.

Penyusunan laporan perhitungan rugi-laba gabungan, diperlukan langkah-langkah sebagai berikut :

(1) Menghapuskan saldo rekening “pengiriman barang dari kantor pusat” dengan “pengiriman barang ke kantor cabang” dan saldo rekening-rekening pendapatan dengan biaya-biaya yang bersangkutan = yang diakui di dalam laporan perhitungan rugi-laba individual kantor pusat dan cabang, sebagai akibat kebijaksanaan system desentralisasi yang dilaksanakan.

(2) Menjumlahkan saldo rekening-rekening pendapatan dan laba di luar usaha, rekening-rekening biaya dan rugi di luar usaha yang terdapat dalam laporan rugi-laba individual kantor pusat dan cabang, sesuai dengan kelompok masing-masing.

Daftar lajur penyususnan laporan keuangan gabungan

Untuk mempermudah penggabungan saldo rekening-rekening pembukuan yang ada baik di pusat maupun cabang-cabangnya, biasanya disusun suatu kertas kerja yang berupa “daftar lajur penyusunan laporan keuangan gabungan”. Daftar lajur itu memuat kolom-kolom saldo rekening-rekening pembukuan kantor pusat, cabang-cabang, debit dan kredit untuk penyesuaian dan eliminasi dan kolom untuk neraca atau laporan rugi-laba gabungan. Di dalam daftar lajur itu telah dilakukan penggolongan rekening-rekening pembukuan yang sama dengan mudah dapat dilaksanakan.

Daftar lajur dibuat semata-mata untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan, oleh karena itu jurnal penyesuaian dan eliminasi tidak perlu dibukukan ke rekening-rekening yang bersangkutan baik di pusat maupun cabang.

Page 12: Tugas Final akLan

12

BAB IX

HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG (II)

“PERSOALAN-PERSOALAN KHUSUS”

Persoalan-persoalan khusus di dalam akuntansi biasanya timbul, apabila hubungan antara kantor pusat dengan cabang-cabangnya itu menyangkut hal-hal berikut :

1. Pengiriman (transfer) uang antar cabang.

2. Pengiriman barang-barang antar cabang.

3. Barang-barangyang dikirimkan ke cabang dinota dengan harga di atas harga pokoknya yaitu dengan tambahan % tertentu di atas harga pokoknya, atau dinota dengan harga penjualan eceran.

Pengiriman uang antar cabang

Pengiriman uang antar cabang ini terjadi, apabila perusahaan mempunyai cabang lebih dari satu. Untuk mengendalikan aktivitas tiap-tiap cabangnya, biasanya kantor pusat mengadakan pembatasan-pembatasan yang menyangkut hubungan antara cabang tertentu dengan cabang lainnya. Pembatasan yang diadakan itu berhubungan dengan otorisasi terhadap transaksi yang terjadi antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tersebut.

Rekening “Proforma” antara cabang tertentu dengan cabang lainnya tidak perlu diselenggarakan. Sedangkan untuk menampung transaksi antar cabang berdasar otorisasi dari kantor pusat harus diperhitungkan oleh masing-masing cabang dengan kantor pusat.

Contoh : Suatu perusahaan yang berkantor pusat di Yogyakarta memerintahkan kepada cabang bandung untuk mengirimkan uang sebesar Rp 100.000 kepada cabang semarang.

Sesuai dengan uraian tersebut di atas, maka pencatatan yang diperlukan oleh masing-masing pihak yang terlihat dalam transaksi ini adalah sebagai berikut :

Buku-buku Kantor Pusat Cabang Bandung Cabang Semarang

R/K Kantor cabang- R/K Kantor 100,000.00 Kas (D) 100,000.00

Semarang 100,000.00 Pusat (D) R/K Kantor

R/K Kantor ca- Kas (K) 100,000.00 pusat 100,000.00

bang Bandung 100,000.00

Pengiriman barang antar cabang

Dalam hal pengiriman barang antar cabang, maka otorisasi terjadinya transaksi tersebut, biasanya ada pada kantor pusatnya. Terdapat persoalan tersendiri apabila terjadi pengiriman barang dari cabang tertentu kepada cabang lainnya.

Apabila terjadi pengiriman barang-barang untuk cabang atas perintah kantor pusat, maka perlakuan terhadap ongkos angkut diatur sebagai berikut :

Page 13: Tugas Final akLan

13

a. Ongkos angkut barang-barang dari cabang tertentu ke cabang yang lain itu dibayar lebih dulu oleh cabang yang mengirim dan natinya akan diperhitungkan sebagai beban kantor pusat.

b. Pembebanan ongkos angkut untuk cabang yang menerima barang-barang kiriman itu diperhitungkan sesuai dengan ongkos angkut apabila kantor pusat mengirimkan langsung kepada cabang penerima.

c. Dalam buku-buku kantor pusat, selisaih yang terjadi dalam perhitungan pembebanan ongkos angkut antar cabang itu diperlakukan sebagai : “selisih ongkos angkut barang-barang antar cabang”.

Barang-barang untuk cabang dinota di atas harga pokok

Barang-barang yang dikirim oleh kantor pusat ke cabang-cabang yang dinota di atas harga pokoknya, biasanya dilakukan salah satu dari dua macam harga yang berikut :

Dinota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok

Dinota dengan harga jual eceran

Barang-barang untuk cabang dinota dengan tambahan % tertentu di atas harga pokok. Tujuan penentuan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya antara lain :

a. Untuk dapat mengontrol/mengendalikan para pejabat di cabang, sehingga dapat diperoleh gambaran yang konkrit tentang hasil-hasil usahanya.

b. Untuk dapat menutup sebagian ongkos-ongkos pengurusan dan pengawasan serta administrasi yang menyangkut hubungan antara kantor pusat dan cabang.

Dengan menentukan harga barang-barang untuk cabang di atas harga pokoknya, sebenarnya bahwa laba yang dilaporkan adalah lebih rendah dari yang sesungguhnya terjadi.

Barang-barang untuk cabang dinota dengan harga jual eceran

Tujuan pokok daripada teknik penentuan harga untuk cabang dengan harga-harga penjualan ecaran antara lain adalah :

Untuk lebih memperketat control dan mendapatkan informasi yang lengkap tentang hasil-hasil operasi cabang.

Oleh karena harga jual eceran telah ditetapkan, maka apabila ada laporan penjualan dari cabang, dapat segera diperkirakan saldo persediaan yang ada di cabang tanpa menunggu sampai dengan laporan tentang persediaan itu dibuat.

Mempermudah untuk pencocokan di dalam mengadakan inventarisasi phisik barang di cabang, di mana jumlah persediaan phisik harus sama dengan perbedaan antara harga yang dinota oleh kantor pusat dikurangi penjualan bersih yang dilaporkan.

Page 14: Tugas Final akLan

14

Melaksanakan kebijaksanaan harga jual yang sama terhadap beberapa daerah pemasaran tertentu.

Laporan keuangan gabungan apabila barang-barang cabang dinota di atas harga pokok

Penyusunan laporan keuangan gabungan untuk barang yang dikirimkan antar cabang dicatat dengan harga pokoknya, relatip lebih mudah seperti dijelaskan pada bab sebelumnya.

Apabila barang-barang untuk cabang dinota dengan harga yang berbeda dari harga pokoknya, maka akan timbul persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan.

Persoalan-persoalan khusus yang perlu diperhatikan antara lain :

Persediaan akhir barang-barang pada neraca kantor cabang yang nilainya berbeda dari harga pokok sebenarnya, harus dinyatakan kembali dalam nilai harga pokok semula agar memungkinkan penyusunan neraca gabungan.

Persediaan awal dan akhir barang-barang pada laporan perhitungan rugi-laba cabang harus dinyatakan kembali dalam harga pokok yang sebenarnya.

Untuk mempermudah penyusunan laporan keuangan gabungan biasanya daftar lajur dibuat atas dasar data neraca sisa dari pusat dan cabangnya.

Page 15: Tugas Final akLan

15

BAB X

HUBUNGAN KANTOR PUSAT DAN CABANG III

(CABANG-CABANG DI LUAR NEGERI)

Masalah nilai kurs mata uang

Ada beberapa macam jenis kurs yang dikenal di dalam dunia perdagangan, yaitu :

Nilai kurs yang didasarkan langsung atas relatip emas murni yang terdapat di dalam satu kesatuan mata uang tertentu dan dikenal dengan sebutan : “mint par rates of exchange”.

Nilai kurs yang didasarkan atas hokum permintaan dan penawaran yang berlaku dan dikenal dengan sebutan : “free market rate of exchange”.

Nilai tukar tidak langsung

Nilai tukar tidak langsung menyatakan nilai kesatuan mata uang dalam negeri dalam persamaannya dengan mata uang asnig.

Misalnya : Rp 1,00 = 0,000925 £Rp 1,00 = 0,002410 US $

Jual beli dengan pihak luar negeri

Dalam transaksi jual beli dengan pihak luar negeri, harga beli atau harga jual barang-barang dapat dinyatakan dalam mata uang asing dan atau mata uang dalam negeri. Akan tetapi pembukuan terhadap transaksi-transaksi tersebut tetap harus dinyatakan dengan satuan mata uang dalam negeri.

Di dalam akuntansi laba atau rugi karena perubahan-perubahan kurs dicatat dalam rekening “selisih (beda) kurs”.

Agar supaya lebih jelas dan terperinci, biasanya selisih kurs yang terjadi dibedakan ke dalam 2 macam rekening, yaitu ;

a. Untuk selisih kurs yang menguntungkan dicatat dalam rekening “Laba selisih kurs”.b. Untuk selisih yang merugikan dicatat dalam rekening “Rugi selisih kurs”.

Masalah penjabaran nilai mata uang

Perhitungan penjabaran mata uang harus memperhatikan dasar hitungan mata uang yang bersangkutan. Apabila nilai tukar suatu mata uang dinyatakan dalam dasar hitungan decimal, penjabarannya ke dalam mata uang tertentu relatip lebih mudah.

Dan hampir semua kesatuan mata uang Negara-negara besar di dunia, dewasa ini sudah mempergunakan system decimal currency system.

Page 16: Tugas Final akLan

16

Rekening-rekening yang dinyatakan dalam uang asing

Apabila suatu perusahaan mendirikan cabang atau mempunyai perusahaan anak di luar negeri, maka laporan keuangan individual dari cabang atau perusahaan anak tersebut akan dinyatakan dalam satuan mata uang di Negara di mana unit usaha itu bertempat kedudukan sehingga berbeda dari laporan keuangan individual kantor pusat atau perusahaan induknya.

Ketentuan-ketentuan umum untuk menjabarkan rekening-rekening mata uang asing ke dalam rupiah ini di Indonesia telah diatur di dalam prinsip akuntansi Indonesia, seperti pada prinsip 1.3.

Adapun isi pokok dari ketentuan penjabaran tersebut adalah sebagai berikut :

Rekening-rekening Neraca : seperti Aktiva lancar, Aktiva tidak Lancar, Hutang lancar, Hutang tidak lancar, dan Modal saham.

Rekening-rekening Rugi-Laba : seperti Pendapatan dan Biaya-biaya, serta Penyusutan Aktiva Tetap.

Penyusunan laporan keuangan gabungan kantor pusat dan kantor cabang di luar negeri

Langkah-langkah di dalam penyusunan laporan keuangan gabungan antara kantor pusat dan kantor cabang di luar negeri, adal sebagai berikut :

1. Atas dasar laporan keuangan individual dari cabang, terlebih dahulu harus diadakan penjabaran terhadap saldo rekening-rekening pembukuan kantor cabang menjadi saldo-saldo yang dinyatakan dalam mata uang dalam negeri yang dipakai kantor pusat.

2. Proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang, sebaiknya dimulai dengan mengambil dari angka-angka yang terdapat pada neraca saldo yang dipakai sebagai dasar penyusunan neraca lajur.

3. Apabila hasil penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan secara keseluruhan tidak seimbang, maka selisihnya ditampung dalam rekening “penyesuaian kurs”.

4. Sesudah proses penjabaran terhadap saldo rekening pembukuan cabang selesai, kemudian menyusun “working papers”.

5. Berdasar dari daftar lajur gabungan tersebut nomor 4, baru disusun “neraca dan perhitungan rugi-laba gabungan antara kantor pusat dan cabang”.

Penyusutan aktiva tetap

Dalam saldo rekening biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, termasuk unsure biaya penyusutan alat-alat perlengkapan kantor dan gedung yang seharusnya dijabarkan tersendiri sesuai dengan kurs pada saat terjadinya transaksi aktiva tetap itu didapat. Jika kurs rata-rata sama dengan kurs pada saat pembelian aktiva-aktiva tersebut,

Page 17: Tugas Final akLan

17

maka penjabaran terhadap unsure biaya penyusutan dalam biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum dapat disatukan.

Selisih penyesuaian kurs

Pada umumnya selisih yang terjadi di dalam penjabaran mata uang asing ke dalam mata uang dalam negeri dapat nerakibat menguntungkan atau merugikan.

Apabila selisih penyesuaian kurs menunjukkan saldo sebelah “debit” berarti merugikan dan apabila menunjukkan saldo sebelah “kredit” berarti menguntungkan.

Laba atau rugi karena selisih penyesuaian kurs dapat diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode yang bersangkutan.

Akan tetapi ada pendapat lain yang menyatakan bahwa laba atau rugi dalam penjabaran mata uang asing tersebut, sebenarnya belum terjadi atau belum direalisasi. Oleh karena itu laba atau rugi yang diperhitungkan tadi tidak seharusnya diperlakukan sebagai laba atau rugi untuk periode yang berjalan. Akan tetapi laba atau rugi itu harus diperlakukan sebagai laba yang masih akan diterima atau sebaliknya sampai dengan jumlah itu disetor atau ditransfer ke kantor pusat.

Page 18: Tugas Final akLan

18

BAB XI

PENGGABUNGAN BADAN USAHA

(BUSINESS COMBINATIONS)

Pengertian Umum

Penggabungan badan usaha adalah usaha untuk menggabungkan suatu perusahaan dengan satu atau lebih perusahaan lain ke dalam satu kesatuan ekonomis.

Dari segi organisasinya usaha mengembangkan perusahaan, dapat dilakukan melalui salah satu dari dua jalan sebagai berikut :

Mengadakan ekspansi (perluasan usaha) dari usaha yang telah ada atau Internal business expansions.

Dalam hal ini dapat dilakukan dengan hanya memperluas usaha yang telah ada, tanpa melibatkan unit-unit usaha di luar (organisasi) perusahaan.

Mengadakan penggabungan badan usaha atau External business expansion.

Dalam hal ini untuk mengembangkan usahanya, suatu perusahaan mengadakan penggabungan sumber-sumber ekonomis yang dimiliki oleh perusahaan lainnya.

Dilihat dari segi cara terbentuknya pengembangan badan usaha melalui “external business expansion” ini dapat dibedakan ke dalam 2 cara sebagai berikut :

Penggabungan badan usaha.

Menggabungkan beberapa perusahaan yang telah ada sebelumnya menjadi satu perusahaan yang baru, atau berfusinya beberapa perusahaan ke dalam satu perusahaan yang baru.

Pemilikan sebagian besar saham–saham perusahaan lain.

Dengan dimilikinya sebagian besar sahamsaham perusahaan lain, berarti berhak untuk sepenuhnya mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut.

Bentuk-bentuk Penggabungan Badan Usaha

Tergantung dari sudut pandangan masing-masing, bentuk-bentuk penggabungan badan usaha dapat dibedakan ke dalam berbagai macam bentuk sebagai berikut :

Dari segi jenis usaha perusahaan yang bergabung.

Bentuk penggabungan badan usaha dilihat dari segi jenis usaha perusahaan-perusahaan yang bergabung dibedakan ke dalam tiga macam bentuk sebagai berikut :

Penggabungan Horizontal

Page 19: Tugas Final akLan

19

Penggabunagn horizontal terjadi apabila perusahaan-perusahaan yang bergabungan menjalankan fungsi produksi dan penjualan barang-barang yang sejenis.

Penggabungan Vertikal

Apabila perusahaan yang semula merupakan langganan terhadap produk (jasa) yang dihasilkan oleh perusahaan lain, atau sebaliknya perusahaan lain itu adalah supplies bahan baku baginya dan kemudian mengadakan penggabungan perusahaan; maka penggabungan demikian disebut penggabungan vertikal.

Penggabungan Konglomerat (Conglomerat Combinations)

Penggabungan konglomerat terbentuk apabila perusahaan-perusahaan yang bergabung bukan perusahaan-perusahaan sejenis dan tidak pula mempunyai hubungan langganan-supplier.

Dilihat menurut kejadian hukumnya.

Dari segi kejadian hukumnya, bentuk-bentuk penggabungan badan usaha dapat dibedakan ke dalam :

Merger

Merger adalah penggabungan perusahaan dengan jalan pemilikian langsung oleh suatu perusahaan terhadap harta milik dari satu atau lebih perusahaan lain yang digabungkan.

Konsolidasi

Penggabungan perusahaan disebut konsolidasi, jika dalam proses penggabungan itu dibentuk sebuah perusahaan baru dengan tujuan khusus untuk membeli (mengambil alih) harta milik dan mengakui hutang-hutang dari dua atau lebih perusahaan yang telah ada.

Persoalan yang Timbul dalam Penggabungan Perusahaan

Masalah yang timbul di dalam proses penggabungan perusahaan dapat bersifat komplek, tetapi juga dapat bersifat sederhana. Sebagai contoh; penentuan jumlah yang harus dibayar dan syarat-syarat pembayaran dalam penggabungan perusahaan dalam hal pembayarannyaberbentuk uang tunai relatip lebih sederhana jika dibanding dengan penggabungan perusahaan di mana pembayarannya berbentuk surat-surat berharga, yang harga pasarnyapun tidak mudah dapat ditentukan.

Masalah Kontribusi Relatip Perusahaan Yang Bergabung

Jika perusahaan yang baru dibentuk dalam Konsolidasi akan mengeluarkan modal saham sebagai alat pembayaran kepada perusahaan-perusahaan yang digabung, dapat dipakai dua cara (pendekatan) di dalam menentukan banyaknya saham yang harus diserahkan kepada masing-masing perusahaan yang digabung.

Page 20: Tugas Final akLan

20

Kontribusi relatip dari kekayaan bersih

Penentuan besarnya jumlah kekayaan bersih relatip seringkali diperlukan bantuan dari akuntan dan orang yang ahli dibidang menaksir harga-harga pasar. Laporan keuangan dari masing-masing pihak harus disusun atas dasar harga pasarnya (harga yang disetujui oleh semua pihak).

Tiap-tiap pos dari laporan keuangan harus diperiksa dan dianalisa secara khusus oleh akuntan yang independen, dan jika dirasa perlu akuntan dapat menyusun kembali laporan keuangan tersebut agar supaya lebih informatip dan dapat diperbandingkan, serta sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim.

Kontribusi relatip dari laba yang diproyeksikan

Penentuan besarnya kontribusi relatip dari rata-rata keuntungan kepada perusahaan yang baru dibentuk, memerlukan juga bantuan dari orang yang ahli dibidang ini. Laporan perhitungan Rugi-Laba dari perusahaan yang digabung juga harus disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim, seperti halnya pada neraca.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Dasar yang akan Dipakai di dalam Menentukan Besarnya Kontribusi Relatip dari Masing-masing Pihak

Ada dua faktor yang harus dipertimbangkan di dalam memilih dasar yang akan dipakai untuk menentukan besarnya kontribusi masing-masing pihak yang mengadakan penggabungan badan usaha, yaitu :

Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan satu jenis atau golongan surat berharga (modal saham) saja.

Apakah perusahaan yang baru dibentuk akan mengeluarkan dua atau lebih jenis (golongan) surat berharga (modal saham).

Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan satu Jenis Modal Saham

Jika kemampuan untuk memperoleh labaari masing-masing perusahaan yang bergabung relatip sama dan satu jenis modal saham dikeluarkan untuk maksud penggabungan perusahaan, maka modal saham tersebut akan dibagikan sesuai dengan jumlah kekayaan bersih yang diserahkan. Akan tetapi jika kemampuan untuk memperoleh laba berbeda-beda dari perusahaan yang satu ke perusahaan lainnya dan satu jenis modal akan dikeluarkan, maka cara membagikan modal saham kepada masing-masing pihak harus didasarkan di samping kekayaan bersih riil yang diserahkan perlu diperhitungkan juga adanya kemampuan lebih untuk mendapatkan keuntungan dari masing-masing pihak.

Penggabungan Perusahaan dengan Mengeluarkan dua atau lebih Jenis Modal Saham

Jika dikehendaki agar proporsi pemilikan dan hak-hak dari masing-masing pihak dapat dipertahankan dalam perusahaan yang baru, maka perlu dikeluarkan lebih satu jenis saham.

Page 21: Tugas Final akLan

21

Cara mengalokasikan modal saham tersebut, jika dikeluarkan lebih dari satu jenis diatur sebagai berikut :

(1) Keuntungan relatip dari masing-masing pihak harus dikapitalisasikan dengan suatu tingkat atau prosentase tertentu.

(2) Saham prioritas harus dikeluarkan dan dibagikan kepada masing-masing pihak, sesuai dengan jumlah kekayaan bersih riil yang diserahkan.

(3) Saham biasa yang dikeluarkan adalah sebesar selisih antara modal saham yang harus dikeluarkan (sebagaimana perhitungan sub 1), dikurangi dengan jumlah modal saham prioritas sebagaimana dijelaskan pada sub (2).

Preferensi saham prioritas terhadap kekayaan, dimaksudkan agar klaim terhadap kekayaan dalam perusahaan yang baru sama dengan kekayaan riil yang diserahkannya. Sedang saham prioritas juga harus berpartisipasi penuh, dimaksudkan agar ratio pembagian laba tetap dapat dipertahankan.

Di dalam prakteknya tingkat kapitalisasi yang dipakai untuk menentukan kontribusi relatip kekayaan bersih dari perusahaan-perusahaan yang digabungkan dapat berbeda antara sejumlah laba normal dengan jumlah laba di atas normal.

Tingkat kapitalisasi dan hak prioritas pembagian laba dari saham prioritas yang akan dikeluarkan di dalam penggabungan badan usaha merupakan factor penting yang harus diperhitungkan, agar klaim terhadap kekayaan bersih dan hak atas pembagian laba dari perusahaan terdahulu tetap dapat dijamin kesesuaiannya dengan kontribusi relatipnya baik terhadap kekayaan bersih maupun keuntungan pada saat terjadinya (transaksi) penggabungan badan usaha.

A. Tingkat kapitalisasi laba adalah 6% sama dengan prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas).

Pembagian laba akan senantiasa berada pada perimbangan yang sama, sejak tingkat laba yang didapat oleh perusahaan gabungan mencapai jumlah laba yang diproyeksikan.

B. Tingkat kapitalisasi laba sebesar 8%, di atas prosentase hak prioritas yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas).

Pada cara ini komposisi pembagian laba tetap dapat dipertahankan seperti keadaan sebelum terjadinya penggabungan. Akan tetapi apabila tingkat kapitalisasi laba lebih besar dari hak prioritas atas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen atas prosentase itu tidak jauh lebih besar dari rate of return terendah di antara perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka komposisi pembagian laba dapat dipertahankan sejak tingkat laba yang didapat oleh perusahaan yang baru dibentuk sama dengan hak prioritas saham preferen.

C. Tingkat kapitalisasi laba sebesar 5%, lebih rendah dari hak prioritas pembagian laba yang diberikan kepada Pemegang Saham Preferen (Prioritas).

Page 22: Tugas Final akLan

22

Pada cara ini komposisi pembagian laba itu akan mencapai komposisi seperti keadaan sebelum penggabungan.

D. Kapitalisasi laba sebesar 10%, lebih besar dari tingkat laba yang paling rendah di antara perusahaan-perusahaan yang bergabung.

Pada cara ini pembagian laba oleh perusahaan yang baru, tidak akan pernah mencapai komposisi semula pada saat sebelum terjadi penggabungan. Meskipun dalam penggabungan ini, misalnya goodwill yang dibentuk tetapi selama tingkat kapitalisasi laba adalah lebih besar dari tingkat laba paling rendah di antara perusahaan yang bergabung, maka komposisi keseimbangan pembagian laba itu tidak pernah dapat dicapai.

Tingkat Kapitalisasi Laba Normal berbeda dengan Laba di atas Normal

Penentuan jumlah modal saham yang harus dikeluarkan oleh perusahaan yang baru dibentuk sebagai pembayaran atau kekayaan bersih yang diserahkan oleh perusahaan-perusahaan terdahulu seperti dihitung dengan mengkapitalisasikan laba yang diproyeksikan untuk masing-masing perusahaan dengan suatu prosentase (tingkat) tertentu. Prosentase (tingkat) kapitalisasi itu diperlakukan sama untuk keseluruhan laba yang diharapkan, tanpa dibedakannya kemampuan untuk memperoleh laba di atas normal dari masing-masing perusahaan.

Di dalam kenyataannya perusahaan yang sejenis, dan dengan jumlah investasi yang sama besarnya, dapat memiliki kemampuan untuk memperoleh laba yang berbeda karena beberapa faktor tertentu.

Apabila dua tingkat macam kapitalisasi digunakan, maka tingkat kapitalisasi untuk laba normal harus sama dengan hak prioritas atas pembagian laba yang diberikan kepada saham preferen (prioritas).

Seperti halnya pada cara-cara lain yang telah dikemukakan sebelumnya, factor kecermatan dan ketepatan di dalam memproyeksikan kemampuan laba dari masing-masing perusahaan, sangat menentukan dapat dan tidak dapatnya dipertahankan ratio pembagian laba itu setelah diadakannya penggabungan.

Masalah Akuntansi Dalam Penggabungan Badan Usaha

Dilihat dari segi akuntansinya, apabila dua atau lebih badan usaha diselenggarakan bersama atau digabungkan, dengan tujuan untuk melanjutkan usaha-usahanya yang terdahulu, sebagai akibat adanya kombinasi tersebut dibedakan ke dalam dua macam cara (prosedur) pencatatan, sebagai berikut :

(1) Pembelian (by purchase)

(2) Penyatuan kepentingan (by pooling interest)

Page 23: Tugas Final akLan

23

Penggolongan tersebut didasarkan oleh bagaimana keadaan yang sebenarnya; yaitu tergantung dari luas dan sampai seberapa besar bagian penting dari pemilikan semula itu akan dieliminasikan atau apakah begian penting dari pemilikan tersebut akan diteruskan.

Penggabungan Badan Usaha atas dasar Pembelian (By Purchase)

Apabila di dalam suatu kombinasi usaha dari dua tau lebih badan usaha, di mana bagian yang terpenting dari pemilikan perusahaan atau perusahaan-perusahaan yang diperoleh itu dieliminasikan. Atau apabila penggabungan badan usaha tersebut berakibat para pemilik perusahaan yang bergabung tidak lagi ikut berpartisipasi secara substansiil di dalam perusahaan tunggal yang dibentuk. Dengan lain perkataan sebagai akibat kombinasi usaha itu terjadi (timbul) suatu pemilikan baru. Penggabungan demikian tersebut sebagai penggabungan atas dasar pembelian.

Prosedur Akuntansi Penggabungan Badan usaha atas dasar “Pembelian” (by Purchase)

Apabila suatu kombinasi usaha dianggap suatu “pembelian” maka harta kekayaan yang diperoleh dalam transaksi penggabungan harus dicatat dalam buku-buku usaha yang memperolehnya atas dasar harga peolehannya yang diukur dengan uang. Atau dalam hal pembayarannya tidak dilakukan secara tunai, harus diukur dengan menilainnya secara wajar sesuai dengan kejadiannya, atau dengan nilai yang wajar dari harta kekayaan yang bersangkutan, mana yang paling jelas dapat dibuktikan.

Bagi peusahaan-perusahaan terdahulu, pencatatan yang perlu dengan tejadinya penggabungan usaha tersebut adalah yang bersangkutan paut dengan penerimaan saham-saham dari perusahaan yang dibentuk atau perusahaan yang tetap melanjutkan usahanya, serta membagikan saham-saham itu kepada para pemilik (pemegang saham0. Jika dasar pertukaran kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan selain daripada nilai bukunya, maka laba (rugi) yang timbul dalam pertukaran harus diakui dan dicatat untuk menentukan hak-hak para pemegang sahamnya.

Penggabungan Badan Usaha atas dasar Penyatuan Kepentingan (by Pooling Interest)

Dari segi akuntansi penggabungan badan usaha atas dasar penyatuan kepentingan (by pooling of interest) terjadi apabila :

Pada suatu kombinasi usaha dari dua atau lebih badan usaha, di mana pemegang-pemegang dari bagian penting atas pemilikan masing-masing badan usaha itu menjadi pemilik dari badan usaha yang kemudian memiliki harta kekayaan dan usaha-usaha dari perusahaan-perusahaan yang digabung, baik secara langsung atau melalui satu atau lebih anak perusahaan.

Beberapa faktor lain yang merupakan petunjuk adanya penggabungan badan usaha yang bersifat penyatuan kepentingan dapat dikemukakan sebagai barikut :

a) Badan usaha yang tunggal itu dapat berupa satu di antara perusahaan yang bergabung atau badan usaha yang tunggal itu dapat berupa suatu badan usaha yang dibentuk sama sekali baru.

Page 24: Tugas Final akLan

24

b) Sesudah kombinasi usaha dilakukan, kekayaan bersih dari semua badan usaha yang bergabung (pada umumnya) akan dipegang oleh badan usaha tunggal tersebut.

Prosedur akuntansi-Penggabungan Badan Usaha atas dasar “Penyatuan Kepentingan” (Pooling of Interest)

Apabila kombinasi usaha dianggap sebagai suatu “pooling of intensif” maka tidak diperlukan dasar-dasar baru tentang accountabilitynya.

Dalam hal ini harta kekayaan yang diperoleh dari badan-badan usaha yang bergabung jika telah dinyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi dan telah diadakan penyesuaian dengan tepat (bila dianggap perlu) untuk menempatkan suatu aktiva pada suatu dasar pencatatan akuntansi yang uniform harus diteruskan pada buku-buku badan usaha yang memperoleh aktiva tarsebut.

Menurut konsep pooling of interest, badan usaha yang baru dianggap sebagai kelanjutan dari semua badan usaha yang bergabung, baik dalam bentuk suatu badan usaha yang tunggal maupun sebagai induk perusahaan dengan satu atau beberapa anak perusahaan.

Oleh sebab itu apabila ada satu atau lebih dari badan usaha yang bergabung itu tetap melanjutkan eksistensinya dalam suatu bentuk hubungan afiliasi dan terdapat persyaratan-persyaratan untuk adanya pooling of interest; maka gabungan atas Saldo Laba Yang Tidak Dibagi di dalam neraca konsolidasi adalah merupakan keharusan.

Apabila diperhatikan prosedur pencatatan terhadap penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai penyatuan kepentingan, maka ada beberapa hal yang secara prinsipal berbeda dengan prosedur pencatatan yang berlaku pada penggabungan badan usaha yang dinyatakan sebagai pembelian.

Akan tetapi apabila jumlah modal yang ditetapkan dalam perusahaan gabungan tidak sama dengan modal yang ditetapkan oleh perusahaan-perusahaan terdahulu, maka diperlukan adanya penyesuaian terhadap saldo Agio Saham dan Laba Yang Ditahan sebagaimana dilakukan apabila suatu perusahaan mengadakan perubahan terhadap besarnya modal yang ditetapkan (stated capital).

Pada umumnya penggabungan yang dinyatakan sebagai pooling of interst hamper selalu menetapkan besarnya modal yang berakibat mengurangi saldo Laba Yang Ditahan secara total dan sebaliknya tidak pernah berakibat bertambahnya saldo Laba Yang Ditahan secara total dari perusahaan-perusahaan yang terdahulu.

Perbedaan di antara kedua metode pencatatan itu antara lain sebagai berikut :

(1) Pada penggabunagn by purchase digunakan dasar pencatatan yang sama sekali baru (accountability yang baru). Oleh sebab itu juga tidak mengakui adanya (saldo) Laba Yang Ditahan bagi perusahaan yang baru dibentuk dan belum menjalankan operasinya.

(2) Apabila modal statutair perusahaan yang baru lebih besar dari modal statutair yang ada berarti harus dipenuhi dengan jalan mengkapitalisasikan sebagian atau seluruh komponen

Page 25: Tugas Final akLan

25

hak pemegang saham selain modal statutair. Sebaliknya apabila terjadi pengurangan modal statutair maka selisih lebih modal statutair lama harus diakui sebagai bagian dari hak pemegang saham yang dalam hal ini sebagai Agio Saham, yaitu bagian modal yang berasal dari pemilik karena disetor lebih besar dari nilai nominal/nilai yang ditetapkan.

Akibat-akibat Adanya Prosedur penggabungan Badan Usaha Yang Alternatip

Adanya dua prosedur penggabungan di mana masing-masing mempunyai konsekuensi khususnya terhadap dasar pencatatannya yang satu sama lain berbeda tersebut, akan mengakibatkan (mengahsilkan) pula posisi keuangan perusahaan gabungan yang berbeda-beda pada masing-masing cara. Sebagai akibat lanjut perbedaan di dalam posisi keuangan ini adalah perbedaan terhadap hasil usahanya apabila perusahaan gabungan sudah memulai aktivitasnya.

Pada penggabungan by purchase, dimana dipakai dasar pencatatan aktiva (accountability) yang baru, maka pencatatan terhadap kekayaan bersih yang diserahkan oleh masing-masing perusahaan terdahulu tidak sama dengan apa yang dilaporkan oleh perusahaan terdahulu (pada umumnya di atas nilai bukunya). Apabila di dalam penggabungan tersebut modal saham perusahaan baru dinilai dan dikeluarkan atas dasar tingkat keuntungan tertinggi yang dikapitalisasikan, maka bi9sa berakibat nilai modal saham lebih besar dari seluruh nilai pasar aktiva berwujud.

Di lain pihak pada penggabungan by pooling of interest, di mana perusahaan yang baru tetap menggunakan dasar accountability dari perusahaan asal (yaitu pencatatan yang didasarkan atas nilai bukunya), tidak perlu lagi adanya Aktiva Tak Berwujud yang harus diakui dalam proses penggabungan badan usaha. Pada cara ini penyerahan kekayaan bersih diikuti pula dengan penyerahan modal saham yang sama nilainya.

Page 26: Tugas Final akLan

26

BAB XII

LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI HUBUNGAN

PERUSAHAAN INDUK DAN PERUSAHAAN ANAK

Suatu perusahaan yang memiliki saham-saham perusahaan lain di atas 50% dari jumlah modal saham yang beredar, praktis memiliki hak untuk memilih dan menentukan manajemen dari perusahaan lain tersebut. Dengan demikian berarti pula berhak untuk mengendalikan operasi dan policy dari perusahaan yang bersangkutan.

Dengan pemilikan sebagian besar dari modal saham, masalah-masalah yang dihadapi akan relatip sederhana dan lebih sedikit disbanding dengan merger atau konsolidasi. Merger dan konsolidasi, memerlukan investasi yang besar jumlahnya, karena dilakukan sekali dan tidak dapat diangsur. Sedang dengan pemilikan modal saham diperlukan investasi relatip lebih kecil karena posisi control ini dapat dicapai secara bertahap.

Pengendalian terhadap perusahaan melalui pemilikan saham

Untuk mengendalikan manajemen dan operasi perusahaan lain dapat dilakukan dengan jalan pemilikan sebagian besar dari atau seluruh modal sahamnya, meskipun perusahaan lain yang dimaksud masih tetap melanjutkan usaha dan mempertahankan identitasnya.

Dari segi ekonomis keadaan demikian itu sama seperti halnya pada merger atau konsolidasi; Karena dengan adanya pemilikan terhadap sebagian besar saham-saham, berarti kekayaan dan sumber-sumber dan perusahaan yang bersangkutan berada di bawah pengelolaan satu manajemen.

Akan tetapi dari segi yuridis, terlepas dari beberapa besarnya pemilikan saham tersebut, masing-masing perusahaan masih harus dipandang sebabagi unit usaha yang berdiri sendiri.

Perusahaan induk dan Holding company

Suatu perusahaan yang memiliki sebagian besar dari atau seluruh modal saham yang beredar dari peusahaan lain, sehingga berhak untuk mengendalikan operasi dan manajemen perusahaan lain tersebut disebut dengan “Perusahaan Induk”.

Apabila suatu perusahaan dibentuk dengan tujuan umum untuk memiliki saham-saham dan mengendalikan operasi perusahaan lain, maka perusahaan itu disebut sebagai Holding company. Sumber pendapatan utama bagi Holding Company adalah berupa deviden dari saham-saham yang dimilikinya, sedang biaya-biaya operasi seluruhnya berupa biaya administratip sifatnya.

Sedangkan perusahaan-perusahaan yang manajemen dan operasinya dikendalikan baik oleh perusahaan induk maupun holding company disebut sebagai Perusahaan Anak. Hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak, dinamakan hubungan affiliasi. Perusahaan yang memiliki sebagian besar dari atau seluruh modal saham perusahaan anak

Page 27: Tugas Final akLan

27

disebut dengan Controlling Interest dan pemilik saham selebihnya disebut sebagai Minority Interest. Controlling interest, yang memiliki seluruh modal saham perusahaan affiliasinya disebut dengan “Wholly Owned Subsidiary”.

Pencatatan investasi pada perusahaan anak

Pemilikan saham-saham oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain dapat dilakukan dengan berbagai cara. Di antara cara-cara yang paling sering dijumpai adalah; pembelian langsung, pertukaran dengan kekayaan lainnya atau memperoleh saham-saham tersebut.

Dalam hal saham-saham diperoleh dengan jalan membeli secara tunai, investasi tersebut dicatat sebesar harga perolehannya yaitu sebesar jumlah uang yang diperlukan untuk memperoleh saham-saham tersebut.

Sifat-sifat laporan keuangan yang dikonsolidasikan

Neraca perusahaan induk yang melaporkan pemilikan saham pada perusahaan anak sebagai investasi dan perusahaan anak yang melaporkan hak-hak perusahaan induk atas perusahaannya sebagai modal saham, kedua-duanya menunjukkan laporan keuangan dan perusahaan affiliasi sebagai unit usaha yang terpisah.

Dalam hal laporan konsolidasi antara peusahaan induk dan anaknya akan disusun, maka prosedur penyusunannya dilaksanakan sama dengan penyususnan laporan gabungan antara kantor pusat dan cabangnya. Untuk ini perusahaan anak diperlakukan sama dengan kantor cabang. Dengan prosedur itu berarti aktiva dan hutang-hutang dari perusahaan anak digabungkan dengan aktiva dan hutang-hutang perusahaan induk sesuai dengan kelompok masing-masing aktiva atau hutang yang bersangkutan, sedang pos-pos yang sifatnya timbale balik yang menyebabkan gambaran adanya satu kesatuan itu tidak Nampak lagi harus dieliminasi.

Untuk mempermudah penyusunan laporan gabungan, dapat dibuat suatu daftar lajur untuk penyusunan neraca gabungan. Di dalam lajur disediakan kolom eliminasi untuk menetralkan saldo rekening-rekening timbale balik. Neraca gabungan untuk kantor pusat dan kantor cabangnya adalah sebagai berikut :

Page 28: Tugas Final akLan

28

PT X

Neraca Gabungan Kantor Pusat dan Cabang

Per I Januari 1977

Aktiva

Aktiva Lancar

Kas Rp 300,000.00

Piutang dagang Rp 400,000.00

Persediaan barang Rp 1,900,000.00

Jumlah Aktiva lancar Rp 2,600,000.00

Aktiva Tetap (Neto) Rp 2,400,000.00

Jumlah aktiva Rp 5,000,000.00

Hutang dan Modal

Hutang

Hutang dagang Rp 300,000.00

Modal

Modal saham Rp 3,000,000.00

Agio saham Rp 1,000,000.00

Laba yang ditahan Rp 700,000.00

Rp 4,700,000.00

Jumlah Hutang dan Modal Rp 5,000,000.00

Masalah-masalah umum yang dihadapi dalam penyususnan laporan konsolidasi

Ada beberapa masalah umum yang senantiasa timbul di dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi. Masalah-masalah tersebut antara lain timbul dan dipengaruhi oleh :

1. Periode di mana laporan/neraca konsolidasi tersebut disusun.

2. Jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan induk, dan harga perolehan yang telah dikeluarkan untuk memperoleh saham tersebut.

Pemilikan saham dari suatu perusahaan yang sudah berjalan

Dalam hal pemilikan saham kurang dari 100% modal saham yang beredar, maka eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham dilakukan tidak dari seluruh modal saham, melainkan sesuai dengan prosentase pemilikannya. Sdangkan jumlah selebihnya tetap dilaporkan dalam neraca konsolidasi sebagai ‘hak para pemegang saham minoritas”.

Page 29: Tugas Final akLan

29

Masalah lain yang mungkin timbul di sini ialah bahwa pemilikan saham-saham tersebut bisa terjadi kurang, lebih atau persis sama dengan nilai buku saham-saham yang bersangkutan.

Untuk itu penyusunan neraca konsolidasi harus dilakukan analisa secara teliti. Oleh karena hal ini menyangkut masalah perlakuan dan penyajian dari perbedaan jumlah tersebut di dalam neraca konsolidasi.

Contoh : Penyusunan neraca konsolidasi, jika perusahaan tidak memiliki sebagian besar (kurang dari 100%) saham-saham perusahaan anak sebesar/sesuai dengan nilai bukunya. (perusahaan anak dalam keadaan surplus).

PT Dani membeli 200 lembar saham-saham PT Prambini dengan harga Rp 30.000.000 dan pada tanggal 1 januari 1976, setelah terjadinya transaksi tersebut disusun neraca konsolidasi, maka daftar lajur untuk penyususnan neraca konsolidasi Nampak sebagai berikut :

PT Dani dan Perusahaan anaknya (PT Prambini)

Daftar Lajur untuk Penyusunan Neraca konsolidasi

per 1 Januari 1976

Rekening-rekening PT Dani PT Prambini Eliminasi Neraca Konsolidasi

Neraca D K D K

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Debit

Investasi saham-saham

PT Prambini Rp 30,000,000.00 - - - - -

Eli 80% Modal saham - - - Rp 20,000,000.00 - -

Elim 80% Laba yang ditahan - - - Rp 10,000,000.00 - -

Macam-macam aktiva Rp 57,500,000.00 Rp 45,000,000.00 - - Rp 102,500,000.00 -

Rp 87,500,000.00 Rp 45,000,000.00 - - - -

Kredit

Macam-macam hutang Rp 12,500,000.00 Rp 7,500,000.00 - - - Rp 20,000,000.00

Modal saham, PT Dani Rp 50,000,000.00 - - - - Rp 50,000,000.00

Laba yang ditahan PT Dani Rp 25,000,000.00 - - - - Rp 25,000,000.00

Modal saham, PT Prambini - Rp 25,000,000.00 - - - -

Elim 80% - (1) Rp 20,000,000.00 - - -

Pem. Saham minoritas 20% - - - - - Rp 5,000,000.00

Laba yang ditahan

PT Prambini - Rp 12,500,000.00 - - - -

Elim 80% - (2) Rp 10,000,000.00 - - -

Pem. Saham minoritas 20% - - - - - -

Penjelasan daftar lajur :

Page 30: Tugas Final akLan

30

1. Jika tidak seluruh saham-saham perusahaan anak dimiliki oleh perusahaan induk dan oleh karena pada prinsipnya penyusunan neraca konsolidasi adalah penggabungan dari aktiva dan hutang dari perusahaan-perusahaan afiliasi tersebut, maka di dalam neraca konsolidasi harus pula dilaporkan secara lengkap “Hak-hak pemegang saham minoritas” sebagai imbangan dari sebagian haknya atas kekayaan bersih yang digabungkan tersebut.

2. Dalam neraca konsolidasi disusun dan pemilikan oleh perusahaan induk atas saham-saham perusahaan anak kurang dari 100%, maka eliminasi yang dilakukan terbatas hanya sebesar pemilikannnya saja.

3. Ada beberapa cara melaporkan hak-hak pemegang saham minoritas di dalam neraca konsolidasi. Di dalam prakteknya hak-hak pemegang saham minoritas dapat dilaporkan sebagai sebagian daripada hutang.

4. Perusahaan berafiliasi, dilihat sebagai satu kesatuan ekonomi mempunyai kewajiban kaepada pemegang saham minoritas sama seperti halnya dengan para pemegang saham pada umumnya.

Pemilikan terhadap saham-saham perusahaan anak dengan harga di atas nilai bukunya

Ada beberapa faktor yang menyebabkan pemilikan terhadap saham-saham perusahaan lain dilakukan/terjadi tidak sama dengan nilai bukunya, yang secara umum dapat digolongkan ke dalam 3 faktor sebagai berikut :

1. Kesalahan dalam melaporkan kekayaan bersih perusahaan anak pada saat pemilikan saham terjadi. Kekayaan bersih dilaporkan terlalu besar atau terlalu kecil dari jumlah yang semestinya.

2. Adanya motivasi tertentu dalam rangka penggabungan perusahaan.

3. Kombinasi dari kedua faktor yang tersebut di atas.

Oleh karena pada prinsipnya, perlakuan akuntansi dan penyajian terhadap “selisih labih atau selisih kurang antara harga perolehan dengan nilai buku saham-saham perusahaan anak” tergantung pada faktor-faktor penyebab terjadinya selisih tersebut.

Page 31: Tugas Final akLan

31

PT PI dan Perusahaan anaknya (PT PA)

Neraca Konsolidasi, per 1 Januari 1976

Aktiva

Kas Rp 100,000.00

Piutang dagang Rp 350,000.00

Persediaan barang dagangan Rp 550,000.00

Aktiva tetap Rp 1,750,000.00

Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku, saham-saham PT PA Rp 75,000.00

Jumlah aktiva Rp 2,825,000.00

Hutang dan Modal

Hutang dagangan Rp 350,000.00

Hak-hak pemegang saham minoritas

Modal saham (25 lb) Rp 187,500.00

Laba yang ditahan Rp 37,500.00

Rp 225,000.00

Perusahaan induk :

Modal saham (200 lb) Rp 2,000,000.00

Laba yang ditahan Rp 250,000.00

Rp 2,250,000.00

Rp 2,475,000.00

Jumlah Hutang dan Modal Rp 2,825,000.00

Penjelasan daftar lajur :

1. Di dalam neraca konsolidasi tidak tampak lagi rekening “investasi saham-saham PT PA” yang pada saat pemilikannya oleh PT PI dicatat dengan jurnal sebagai berikut :

Investasi saham-saham PT PA Rp 750.000

Kas Rp 750.000

2. Eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham-saham, PT PA, tidak seluruhnya ditutup oleh nilai bukunya, sehingga masih terdapat sisa yang tercantum dalam neraca konsolidasi sebagai selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham,PT PA sebesar Rp 75.000.

3. Di dalam neraca konsolidasi saldo atau jumlah investasi PT pi pada PT PA sebesar Rp 750.000 tidak lagi dinyatakan secara eksplisit dalam rekening investasi.

Page 32: Tugas Final akLan

32

Cara lain pembuatan daftar lajur untuk menyusun neraca konsolidasi

Ada cara lain yang dapat digunakan/dipakai dalam membuat daftar lajur untuk penyusunan neraca konsolidasi, yaitu dengan mengeliminasi sekaligus saldo rekening investasi saham pada perusahaan anak dengan rekening lawan seluruh jumlah/saldo hak-hak pemegang saham perusahaan anak; menentukan bagian penyertaan dari pemegang saham minoritas dan selisihnya ditampung dalam rekening selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham perusahaan anak atau selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham perusahaan anak.

Dengan demikian pada cara ini, jurnal eliminasi yang dibuat apabila pemilikan saham-saham perusahaan anak kurang dari 100%, masing-masing dengan harga di atas dan dibawah nilai buku saham;serta perusahaan anak dalam keadaan surplus dan defisit adalah:

(Transaksi) Pemilikan Saham

Perusahaan Anak dalam keadaan surplus Perusahaan Anak dalam keadaan defisitPerusahaan Anak sebesar 75%

dari jumlah yang beredar

1. Pemilikan saham-saham Modal saham, Perusahaan Anak Modal saham, perusahaan Anak

Perusahaan Anak dengan harga 100%) Rp xxx 100%) Rp xxx

di atas nilai bukunya Laba yang ditahan, Perusahaan Selisih lebih harga perolehan di

Anak (100%) Rp xxx atas nilai buku saham Perusa-

Selisih lebih harga perolehan di haan Anak Rp xxx

atas nilai buku saham-saham,

Perusahaan Anak

- Investasi saham-saham - Investasi saham-saham,

Perusahaan Anak Rp xxx Perusahaan Anak

- Hak pemegang saham mi- - Defisit, Perusahaan Anak

noritas (25% x jumlah 100%)

hak-hak pemegang saham - Hak pemegang saham mi-

Perusahaan Anak) Rp xxx noritas (25% x jumlah hak

para pemegang saham

Perusahaan Anak)

2. Pemilikan saham-saham Modal saham, Perusahaan Anak Modal saham, perusahaan Anak

perusahaan Anak dengan harga 100%) Rp xxx 100%) Rp xxx

di bawah nilai bukunya Laba yang ditahan, Perusahaan

Anak (100%) Rp xxx

- Investasi saham-saham, - Investasi saham-saham,

Perusahaan Anak Rp xxx Perusahaan Anak

- Hak pemegang saham mi- - Defisit, Perusahaan Anak

noritas (25% x jumlah 100%)

hak-hak pemegang saham - Hak pemegang saham mi-

Perusahaan Anak) Rp xxx noritas (25% x jumlah hak

- Selisih lebih nilai buku di para pemegang saham

atas harga perolehan Perusahaan Anak)

saham-saham Perusahaan - Selisih lebih nilai buku di

Anak Rp xxx atas harga perolehan

saham-saham Perusahaan

Page 33: Tugas Final akLan

33

BAB XIII

LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI

(INVESTASI DICATAT DENGAN METODE EQUITY)

Dalam hal investasi saham pada perusahaan anakn, selalu diadakan penyesuaian terhadap adanya perubahan yang terjadi dalam perusahaan anak, sehingga rekening investasi saham senantiasa mengikuti perkembangan yang terjadi pada perusahaan anak maka prosedur pencacatan itu disebut dengan “Metode Equity”.

Dalam rangka penyusunan laporan/neraca konsolidasi pada dasarnya pengertian terhadap metode dan prosedur pencacatan investasi saham tersebut adalah penting. Hal ini berhubungan erat dengan sifat dan dasar dari titik tolak untuk eliminasi yang diperlukan terhadap pos-pos/rekening-rekening yang timbale balik di antara perusahaan induk dan perusahaan anak.

Metode Equity

Pencatatan investasi saham pada perusahaan anak dengan metode equity, didasarkan pada suatu anggapan investasi pada perusahaan anak sejajar dan sama dengan investasi pada perusahaan-perusahaan cabangnya.

Alasan diterapkannya metode equity juga didasarkan atas suatu fakta bahwa perusahaan induk dan perusahaan anaknya merupakan bagian-bagian dari satu kesatuan usaha, seperti halnya hubungan antara kantor pusat dan cabang-cabangnya. Secara garis besar hal-hal penting yang harus diperhatikan dalam prosedur pencatatan terhadap investasi saham pada perusahaan anak dengan menggunakan metode equity adalah :

1. Rugi dan laba bersih dari perusahaan anak

Laba keuntungan bersih, akan menaikkan kekayaan dan laba yang ditahan dari perusahaan anak; sedang rugi usaha sebaliknya mengakibatkan berkurangnya kekayaan di satu pihak dan laba yang ditahan dipihak yang lain. Oleh karena keuntungan yang didapat dan rugi yang diderita berakibat terjadinya perubahan yang dimaksud, maka terhadap keuntungan yang diperoleh dan atau rugi yang diderita oleh perusahaan anak, harus diakui dan dicatat oleh perusahaan induk.

2. Dividen yang dibagikan oleh perusahaan anak

Sama halnya dengan para pemegang saham pada umumnya, realisasi keuntungan yang didapat bagi perusahaan induk terjadi pada saat pembagian dividen dilakukan oleh perusahaan anak.

Dilihat dari segi perusahaan anak, pembagian dividen ini akan berakibat berkurangnya saldo laba yang ditahan di satu pihak dan menaikkan jumlah hutang lancar atau mengurangi jumlah uang kas di pihak lain.

Dari segi perusahaan induk, oleh karena pencatatan dan pengakuan terhadap laba perusahaan anak terjadi pada saat perusahaan anak melaporkan adanya laba tersebut,

Page 34: Tugas Final akLan

34

maka dengan dibagikannya seluruh atau sebagian keuntungan itu tidak berakibat bertambah atau berkurangnya hak-hak perusahaan induk atas pemilikannya pada perusahaan anak.

Contoh : Berikut ini diberikan contoh menganai prosedur-prosedur pencacatan dan penyusunan laporan konsolidasinya, jika metode equity dipakai.

Hubungan kantor pusat dengan kantor cabang

“Buku-buku kantor pusat”

Kantor Cabang Laba yang ditahan

1. Investasi pada 3. Rugi kantor 3. Rugi kantor 1. Laba operasi

kantor cabang cabang cabang kantor pusat

2. Laba kantor 4. Penyelesaian 2. Laba kantor

cabang oleh kantor cabang cabang

Hubunagn antara perusahaan induk dengan perusahaan anak

“Buku-buku perusahaan induk”

Kantor Cabang Laba yang ditahan

1. Investasi saham 3. Bagian atas rugi 3. Bagian atas rugi 1. Laba operasi

pada perusahaan perusahaan anak perusahaan anak perusahaan induk

anak

2. Bagian atas laba 4. Pembagian deviden 2. Bagian atas laba

Modifikasi daripada Metode Equity

Prosedur pencatatan di mana perusahaan induk mencatat dan mengakui bagian atas laba atau rugi perusahaan anak yang ditampung dalam rekening investasi saham dan mengikuti pembagian deviden dari perusahaan anak sebagai realisasi dari/pencarian dari sebagian investasi/penanaman modal pada perusahaan anak disebut dengan metode yang konvensional. Dengan prosedur demikian, rekening investasi saham meliputi jumlah investasi mula-mula ditambah/dikurangi dengan bagian atas pemilikan perusahaan induk terhadap perubahan yang terjadi atas kekayaan bersih dan perusahaan anak sejak pemilikan terjadi. Metode equity yang diterapkan dengan cara tersebut, didasarkan atas pendekatan/pandangan dari segi ekonomis.

Dari segi ekonomis ini laba yang didapat oleh perusahaan anak juga harus diakui dan tercermin dalam laporan keuangan perusahaan induk demikian sebaliknya rugi operasi dari perusahaan anak harus pula Nampak dan dinyatakan dalam hasil usaha perusahaan induk.

Page 35: Tugas Final akLan

35

Akan tetapi dalam kenyataannya, yaitu dilihat dari segi yuridis laba dan rugi periodik dari perusahaan anak tidak mempengaruhi jumlah kekayaan dan tidak berakibat sebagai keharusan untuk membagikan atau tidak membagikan deviden bagi perusahaan induk kepada para pemiliknya.

Bagian laba atas perusahaan anak diakui sebagai kenaikan dari investasi saham-saham perusahaan anak dengan prosedur sebagai berikut :

Rekening investasi saham didebit sebesar bagian atas laba tersebut dengan rekening lawan “Modal penilaian”. Dengan demikian sebaliknya terhadap bagian atas kerugian yang diderita oleh perusahaan anak.

Pada metode penilaian ini, untuk menampung dan mengikhtisarkan hasil usaha perusahaan anak, dipakai rekening Modal Penilaian dan Laba Yang Ditahan.

Bagian keuntungan dari perusahaan anak yang tidak/belum dibagikan secara deviden diakui oleh perusahaan induk sebagai kenaikan Modal Penilaian.

Sedang keuntungan yang telah dibagikan sebagai deviden diakui sebagai bagian saldo laba yang ditahan. Meskipun pada kedua cara berakibat besarnya total aktiva perusahaan induk sama, namun pada metode penilaian menghasilkan informasi yang lengkap. Karena di sini dijelaskan perbedaan antara pengakuan pendapatan yang sudah direalisasikan sebagai benar-benar laba yang ditahan dan pendapatan yang belum direalisasikan diperlakukan sebagai kenaikan di dalam Modal-Penilaian.

Dalam hal saldo debit rekening modal penilaian tersebut dirasakan sangan material dibandingkan dengan saldo/jumlah investasi saham-saham perusahaan anak dan diperkirakan akan relatip permanen, maka diperkenankan untuk menghapuskannya dengan dibebankan pada rekening laba yang ditahan.

Jika metode konvensional yang dipakai dan keuntungan yang berasal dari perusahaan anak tidak dipisahkan dengan keuntungan yang didapat oleh perusahaan induk serta diikhtisarkan dalam rekening Laba Yang Ditahan, maka perubahan yang terjadi pada saldo rekening investasi harus dianalisa lebih lanjut untuk menentukan besarnya laba dari perusahaan induk yang benar-benar dapat dibagikan sebagai deviden.

Hutang piutang antar Perusahaan Afiliasi

Neraca konsolidasi adalah neraca gabungan dari beberapa perusahaan afiliasi yang dipandang sebagai satu kesatuan ekonomis. Oleh sebab itu di dalam neraca yang dikonsolidasikan tidak lagi dibenarkan melaporkan hak-hak dari perusahaan yang satu atas perusahaan lain yang berafiliasi atau sebaliknya kewajiban-kewajiban dari suatu perusahaan kepada perusahaan lain yang berafiliasi tersebut. Transaksi-transaksi antar perusahaan yang berafiliasi sering mengakibatkan timbulnya piutang dari satu pihak dan hutang bagi pihak lain, dalam perusahaan-perusahaan yang berafiliasi tersebut. Saldo rekening-rekening timbale balik yang timbul dapat berasal dari transaksi-transaksi : penjualan, pemberian uang muka/piutang di antara perusahaan afiliasi, pembagian deviden oleh perusahaan anak dan sebagainya. Saldo rekening-rekening timbale balik tersebut, harus dieliminasikan di dalam

Page 36: Tugas Final akLan

36

neraca konsolidasi. Eliminasi dilakukan hanya dalam daftar lajur, dengan mendebit rekening hutang dan kredit pada rekening piutang atau aktiva.

Jumlah hak dan kewajiban antar perusahaan afiliasi merupakan satu-satunya faktor yang harus dipertimbangkan di dalam proses eliminasi terhadap hutang-piutang antar perusahaan afiliasi.

Masalah eliminasi terhadap wesel tagih dan atau wesel bayar yang telah didiskontokan

Jika hutang-piutang antar perusahaan yang berafiliasi berupa wesel tagih dan atau wesel bayar, maka selama wesel tagih atau wesel bayar masih tetap berada di tangan perusahaan yang berafiliasi tidak menimbulkan masalah di dalam prosedur eliminasi atau penyelesaiannya dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi.

Akan tetapi akan menjadi lain halnya apabila wesel tagih atau wesel bayar tersebut telah didiskontokan oleh salah satu pihak perusahaan yang berafiliasi kepada pihak lain di luar perusahaan afiliasi.

Dilihat sebagai satu kesatuan usaha bagi perusahaan-perusahaan yang berafiliasi, dengan didiskontokannya wesel tersebut berarti timbulnya kewajiban untuk membayar wesel tersebut pada saat jatuh tempo kepada pihak di luar perusahaan afiliasi. Oleh sebab itu proses penyusunan neraca konsolidasi mengikuti ketentuan sebagai berikut :

1. Langkah pertama adalah menghapuskan rekening-rekening wesel bayar pada perusahaan afiliasi.

2. Langkah kedua menghapuskan rekening wesel tagih yang didiskontokan dengan rekening lawan “wesel bayar” yang berarti timbulnya kewajiban kepada pihak luar.

Dilihat dari segi satu kesatuan usaha hak atas tagihan wesel kepada langganan tetap saja jumlahnya. Oleh karena itu di dalam penyusunan neraca konsolidasi, eliminasi dilakukan hanya dengan menghapuskan rekening wesel tagih pada pihak yang mendiskontokan. Dengan demikian selanjutnya apabila oleh pihak yang mendiskonto kemudian didiskontokan lagi kepada bank atau pihak di luar afiliasi, maka tidak mempengaruhi jumlah hak tagih atas wesel kepada langganan. Akan tetapi dalam hal yang terakhir ini harus diingat bahwa dengan demikian tetap harus diakui adanya jumlah kemungkinan yang menjadi kewajiban untuk membayar jika pada saat jatuh temponya kelak langganan tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Contoh : Jika PT A memegang 2 lembar wesel tagih dari langganannya sebesar nominal @ Rp 1.000.000. Sebelum jatuh tempo wesel-wesel tersebut didiskontokan/dijual kepada PT H, dan oleh karena sesuatu hal 1 lembar di antaranya oleh PT H dijual kembali kepada bank setempat. Terlepas dari beberapa besarnya kurs penjualan wesel-wesel tersebut, maka proses eliminasi dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi sesudah terjadinya transaksi tersebut adalah sebagai berikut :

Page 37: Tugas Final akLan

37

Rekening-rekening Neraca PT H PT AEliminasi Neraca Konsolidasi

D K D K

Debit

Wesel tagih Rp 2,000,000 Rp 2,000,000 - Rp 2,000,000 Rp 2,000,000 -

Kredit

Wesel tagih yang didiskontokan Rp 1,000,000 Rp 2,000,000 Rp 2,000,000 - - Rp 1,000,000

Dari kolam konsolidasi dapat dilihat bahwa jumlah tagihan atas wesel kepada langganan tetap sebasar Rp 2.000.000. tetapi di lain pihak diakui pula kemungkinan timbulnya kewajiban untuk membayar kepada bank jika pada saat jatuh tempo kelak langganan yang bersangkutan tidak dapat memenuhi kewajibannya.

Dengan demikian atas tagihan wesel kepada langganan adalah 1 lembar sebesar nominal Rp 1.000.000. Akan tetapi sesuai dengan azas konservatip maka terhadap hak tersebut disajikan sebagai berikut :

Wesel Tagih (debit) Rp 2.000.000Wesel Tagih Yang Didiskontokan (kredit) (Rp 1.000.000) Hak atas tagihan Wesel yang sebenarnya Rp 1.000.000

Masalah penyesuaian dan koreksi sebelum penyusunan neraca konsolidasi

Berhubung dengan satu atau beberapa hal tertentu rekening-rekening timbale balik pada perusahaan yang berafiliasi pada tanggal atau saat tertentu tidak menunjukkan jumlah yang sama. Perbedaan ini disebabkan oleh adanya beberapa hal yang pada prinsipnya dapat dikelompokkan ke dalam 2 macam sebagai berikut :

1) Tidak tercatatnya oleh salah satu pihak dari perusahaan-perusahaan yang berafiliasi terhadap informasi keuangan tertentu.

2) Adanya pos-pos yang masih dalam proses, sehingga suatu informasi telah dicatat oleh satu pihak akan tetapi belum dicatat oleh pihak yang lain berhubung dengan faktor waktu.

Oleh sebab itu jika terdapat perbedaan jumlah/saldo dalam rekening-rekening yang bersifat timbale balik, sebelum eliminasi terhadap rekening-rekening tersebut dilakukan dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi, terlebih dahulu harus dilakukan beberapa koreksi dan penyesuaian daripadanya.

Tidak dicatatnya oleh salah satu pihak dari perusahaan-perusahaan yang berafiliasi terhadap informasi keuangan tertentu.

Apabila salah satu pihak di antara perusahaan yang berafiliasi berhubung sesuatu hal belum mencatat suatu informasi keuangan dalam hubungannya dengan transaksi antar kedua pihak, maka informasi tersebut harus dicatat dulu dan disajikan dalam laporan keuangannya, sebelum dibuat neraca konsolidasi.

Karena dengan demikian berarti laporan keuangan tersebut tidak lengkap sebelum pengaruh antar transaksi itu ikut serta disajikan dalam laporan keuangan.

Page 38: Tugas Final akLan

38

Adanya transaksi yang masih dalam proses.

Transaksi yang masih dalam proses di sini adalah, apabila salah satu pihak telah mencatat di dalam rekening timbale balik suatu informasi keuangan tertentu, sedang pihak lain belum mencatatnya sampai dengan informasi tersebut diterima. Hal ini akan mengakibatkan rekening timbal balik tidak menunjukkan saldo yang sama.

Contoh : PT Dani memiliki masing-masing 90% saham-saham yang beredar dari PT Dina dan 80% saham-saham beredar dari PT Dona yang semuanya dibeli dari para pemegang saham sebelumnya pada tanggal dan dengan harga sebagai berikut :

1 Oktober 1976, membeli 900 lembar saham-saham PT Dina dengan harga @ Rp 15.000 per lembar = Rp 13.500.000

1 Juli 1976, membeli 800 per lembar saham-saham PT Dona dengan harga @ Rp 7.500 per lembar = Rp 6.000.000

Adapun posisi modal dari masing-masing perusahaan pada tanggal 31 Desember 1975, serta laba (rugi) dan deviden yang dibagikan selama periode tahun buku 1976 dan 1977 adalah sebagai berikut :

KeteranganPT Dani PT Dina PT Dona

(Rp) (Rp) (Rp)

- Modal saham, nominal @ Rp 10.000 Rp 25,000,000.00 Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00

- Laba yang ditahan (defisit)

31 Desember 1975 Rp 5,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp (10,000,000.00)

- Pembagian deviden, 30 Desember

1976 dibayar bulan Januari 1978 Rp 1,000,000.00 - Rp 500,000.00

- Laba bersih (rugi) tahun 1976 Rp 2,500,000.00 Rp (1,000,000.00) Rp 1,500,000.00

- Pembagian deviden 30 Desember

1977, dibayar bulan Januari 1978 Rp 1,000,000.00 - Rp 500,000.00

- Laba (rugi) bersih tahun 1977 Rp (1,250,000.00) Rp (500,000.00) Rp 3,000,000.00

Pada metode equity hasil usaha perusahaan anak selalu diikuti perkembangannya oleh perusahaan induk. Pada dasarnya hanya bagian atas laba (rugi) sejak terjadinya pemilikan saham-saham perusahaan yang bersangkutan yang dapat diakui. Oleh sebab itu timbul masalah di dalam menentukan besar laba (rugi) perusahaan anak tersebut apabila pemilikan saham terjadi dalam tahun yang sedang berjalan, khususnya jika perusahaan anak tidak membuat laporan keuangan interim.

Masalah selisih harga perolehan dari nilai buku saham

Selisih lebih dan atau selisih kurang harga perolehan dari nilai buku saham-saham perusahaan anak timbul atau terjadi pada saat pemilikan saham-saham tersebut. Jumlah selisih lebih atau selisih kurang tersebut tetap tidak akan berubah selama saham-saham perusahaan anak masih tetap dimilki dan tidak ada kebijaksanaan untuk menghapuskan atau diamortisasi secara periodik.

Page 39: Tugas Final akLan

39

Pada metode equity eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham-saham perusahaan anak. Selisih antara hak-hak pemegang saham yang dieliminasi dengan saldo debit rekening “investasi saham perusahaan anak” merupakan “selisih lebih atau selisih kurang harga perolehan dari nilai buku saham”.

Untuk menguji kebenaran jumlah selisih harga perolehan dari nilai buku saham pada prinsipnya harus dibandingkan dengan penentuan jumlah “selisih” itu apabila bertitik tolak pada posisi keuangan pada saat terjadinya pemilikan saham-saham perusahaan anak.

Contoh : selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham PT Dina sebesar Rp 2.925.000 dan selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham-saham PT Dona sebesar Rp 1.800.000 dapat dibuktikan dengan cara sebagai berikut :

PT Dina PT Dona

(Rp) (Rp)

Harga Perolehan saham-saham.

- 900 lembar @ Rp15.000 per lembar Rp 13,500,000.00

- 800 lembar @ Rp 7.500 per lembar - Rp 6,000,000.00

Nilai buku saham-saham pada saat

terjadinya pemilikan saham :

- Modal saham Rp 10,000,000.00 Rp 1,000,000.00

- Laba yang ditahan (defisit) Rp 1,750,000.00 Rp (250,000.00)

Saldo hak pemegang saham Rp 11,750,000.00 Rp 9,750,000.00

Nilai buku saham yang dibeli :

- PT Dina = 90% x Rp 11.750.000 Rp 10,575,000.00

- PT Dona = 80% x Rp 9.750.000 - Rp 7,800,000.00

BAB XIV

Page 40: Tugas Final akLan

40

LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI

(INVESTASI DICATAT DENGAN METODE HARGA PEROLEHAN)

Metode harga perolehan (cost method)

Apabila metode “harga perolehan” diikuti untuk mencatat investasi saham-sahamperusahaan anak, maka deviden atas saham-saham tersebut yang diakui sebagai pendapatan oleh perusahaan induk. Sebaliknya laba atau rugi atas pemilikan modal hanya timbul apabila sebagian atau seluruh jumlah saham yang dimiliki itu dijual. Kedua hal tersebut merupakan perbedaan principal antara kedua metode pencatatan investasi saham-saham perusahaan anak. Pada metode equity pendapatan atas investasi diakui pada saat perusahaan anak melaporkan adanya keuntungan usaha.

Pada metode “harga perolehan” sebaliknya, saldo rekening investasi saham penjualan anak; selalu tetap jumlahnya, kecuali apabila terjadi penjualan atau pembelian tambahan atas saham-saham yang dimiliki, karena “harga perolehan” hanya terjadi sekali pada saat pemilikan. Pada metode harga perolehan, perushaan induk tidak mencatat atas bagian laba yang diperoleh perusahaan anak sampai dengan laba tersebut dibagikan sebagai deviden. Oleh sebab itu laporan rugi-laba perusahaan induk tidak mencantumkan “pendapatan dan atau kerugian” atas investasi pada perusahaan anak.

Contoh : Pada tanggal 1 Januari 1980 PT PI membeli 80% saham-saham PT PA dengan harga seluruhnya Rp1.000.000. Pada saat itu modal saham PT PA yang beredar sebesar nominal Rp 1.000.000 sedang rekening Laba yang ditahan mempunyai salso kredit sebesar Rp 200.000. Untuk 6 bulan pertama tahun 1980 PT PA memperoleh laba sebesar Rp 200.000. Sedang untuk 6 bulan kedua dalam tahun yang sama rugi sebesar Rp 50.000. Pada tanggal 10 Desember 1980 PT PA mengumumkan pembagian deviden sebesar Rp 100.000 sedang realisasi pembayarannya baru terjadi pada tanggal 20 Desember. Dalam operasinya selama tahun buku 1980 PT PI memperoleh laba sebesar Rp250.000.

a) Neraca konsolidasi per 1 Januari 1980 (sesaat setelah terjadi pemilikan saham-saham perusahaan anak)

Untuk mudahnya terlebih dahulu dibuatkan daftar lajurnya. Adapun bentuk daftar lajur, yang dibuat sesaat setalah terjadinya pemilikan saham baik pada metode harga perolehan maupun pada metode equity adalah sama. Hal ini disebabkan konsepsi yang mendasari dan syarat-syarat penyusunan neraca konsolidasi sama pada kedua metode tersebut.

b) Jurnal-jurnal yang harus dibuat PT PI dalam hubungannya dengan pemilikan saham-saham PT PA selama tahun buku 1980, disajikan dalam bentuk perbandingan dengan metode equity sebagai berikut :

Page 41: Tugas Final akLan

41

TransaksiMetode Harga Perolehan

Metode Equity(Cost Method)

30 Juni 1980

PT PA melaporkan laba PT PI tidak mencatat Investasi saham-saham,

sebesar : Rp 200.000 PT PA Rp 160,000.00

Rugi-Laba, PT A Rp 160,000.00

10 Desember 1980

PT PA mengumumkan Piutang deviden Rp 80,000.00 Piutang deviden Rp 80,000.00

deviden sebesar : Penghasilan deviden Rp 80,000.00 Investasi saham-

Rp 100.000 saham, PT PA Rp 80,000.00

20 Desember 1980

Pembayaran deviden Kas Rp 80,000.00 Kas Rp 80,000.00

oleh PT PA Piutang deviden Rp 80,000.00 Piutang deviden Rp 80,000.00

31 Desember 1980

PT PA melaporkan rugi PT PI tidak mencatat Rugi-Laba, PT PA Rp 40,000.00

c) Penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1980, mengikuti prosedur sebagai berikut :

Eliminasi terhadap saldo rekening investasi saham-saham, PT PA dengan saldo modal PT PA dilakukan dengan bertitik tolak dari posisi pada saat pemilikan saham terjadi. Selisih antara saldo rekening investasi saham-saham PT PA, dengan bagian pemilikannya atas hak-hak pemegang saham merupakan selisih lebih atau kurang harga peolehan dari nilai buku saham. Sedang sisa kredit hak-hak pemegang saham PT PA setalah diseliminasi bagian pemilikan perusahaan induk merupakan saldo hak-hak pemegang saham minoritas.

Alternatip teknik-teknik penyusunan neraca konsolidasi dengan metode harga perolehan

Meskipun di dalam buku-buku perusahaan induk tidak dilakukan pengakuan terhadap bagian laba perusahaan anak yang belum direalisasikan, namun demikian di dalam neraca yang dikonsolidasikan jumlah tersebut harus diakui pula sebagai kanaikan atas salso laba yang ditahan. Sebagai konsekuensinya pada metode harga perolehan seperti telah dikemukakan pada contoh di atas, eliminasi terhadap bagain kepemilikan pada perusahaan anak di dalam daftar lajur neraca konsolidasi didasarkan pada posisi keuangan perusahaan anak, pada saat terjadinya pemilikan saham-saham oleh perusahaan induk.

Pada cara ini yang merupakan modifikasi daripada metode harga perolehan, dilakukan dengan cara menambahkan kolom “penyesuaian” sebelum proses eliminasi dilakukan pada daftar lajur penyusunan neraca konsolidasi. Kolom “penyesuaian” dipergunakan untuk menyesuaikan kenaikan atas hak-hak pemilikan pada perusahaan anak. Penyesuaian tersebut adalah yang berhubungan dengan pemilikan saham-saham perusahaan anak, khususnya terhadap saldo rekening investasi saham-saham perusahaan anak, dengan saldo laba yang ditahan.

Pembagian deviden dari saldo laba yang ditahan sebelum saat pemilikan saham

Page 42: Tugas Final akLan

42

Di dalam metode harga perolehan penghasilan atas invstasi saham-saham pada perusahaan anak timbul apabila perusahaan anak membagikan laba yang diperoleh, sebagai deviden. Namun demikian sangan dimungkinkan terjadinya pembagian deviden oleh perusahaan anak atas laba yang diakumulasikan sebelum pemilikan saham-saham oleh perusahaan induk terjadi.

Oleh sebab itu deviden yang dibagikan oleh perusahaan anak atas laba yang diakumulasikan sebelum terjadinya pemilikan saham, harus dicatat sebagai pengurangan terhadap “nilai” investasi saham, seperti halnya deviden likuidasi. Dalam hal penurunan kekayaan bersih pada perusahaan anak, harus pula diakui sebagai penurunan investasi saham-saham pada perusahaan anak. Hal ini sesuai dengan anggapan bahwa tidak ada saldo laba bagi perusahaan yang baru dibentuk dan belum melakukan operasinya. Dengan demikian pada perusahaan yang baru dibentuk membagikan sebagian harta miliknya kepada para pemegang saham berarti harus diakui sebagai penarikan kembali dari sebagian atas penanaman modalnya. Dengan anggapan seperti tersebut di atas, maka apabila dalam pembagian deviden ternyata ada sebagian diantaranya merupakan laba yang diakumulasikan sebelum terjadinya pemilikan saham, harus dipisahkan secara tegas berhubung masing-masing harus diperlakukan berbeda satu sama lain.

Agar lebih jelasnya berikut ini diberikan contohnya sebagai berikut : Berikut ini adalah neraca singkat PT Dani dan PT Dian pada tanggal 1 Juli 1977, yaitu sesaat setelah PT Dani membeli 750 lembar saham-saham PT Dian dengan harga @ Rp 15.000 per lembar.

PT Dani PT Dian

Aktiva

- Investasi saham-saham, PT Dian Rp 11,250,000.00 -

- Macam-macam Aktiva Rp 13,750,000.00 Rp 15,000,000.00

Jumlah Aktiva Rp 25,000,000.00 Rp 15,000,000.00

Hutang dan Modal

Macam-macam hutang Rp 7,500,000.00 Rp 2,000,000.00

Modal saham (1.000 lembar @

Rp 10.000) Rp 10,000,000.00 Rp 10,000,000.00

Laba yang ditahan Rp 7,500,000.00 Rp 3,000,000.00

Jumlah Hutang dan Modal Rp 25,000,000.00 Rp 15,000,000.00

Dalam operasinya untuk periode 1 juli sampai dengan 31 Desember 1977 masing-masing perusahaan memperoleh laba sebagai berikut :

PT Dani Rp 1.250.000 PT Dian Rp 750.000

PT Dian membagiakn deviden sebesar Rp 1.000.000 untuk tahun 1977 pada akhir bulan Desember 1977.

Dalam hubungannya dengan pembagian deviden tersebut, maka oleh PT Dani dicatat:

Page 43: Tugas Final akLan

43

Kas Rp 750,000.00

Investasi saham-saham, PT Dian Rp 187,500.00

Penghasilan deviden Rp 562,500.00

Perhitungan :

Laba PT Dian 1 Juli sampai dengan 31

Desember 1977 dibagikan sebagai

deviden (maksimum) Rp 750,000.00

- Bagian deviden PT Dani

75% x rp 750.000 Rp 562,500.00

- Jumlah laba sebelum pemilikan saham

yang dibagikan sebagai deviden tahun

1977

75% x (1.000.000-750.000) Rp 187,500.00

Penjelasan pos-pos daftar lajur yang disusun, sesudah pembagian deviden :

1. Saldo rekening investasi saham-saham, PT Dian sebesar Rp 11.062.500 berasal dari saldo awal Rp 11.250.000 dikurangi dengan penarikan kembali sebagian investasi sebesar Rp 187.500 (75% x Rp 250.000) atau pembagian laba yang diakumulasikan sebelum terjadi pemilikan saham-saham.

2. Eliminasi hak-hak pemilikan pada perusahaan anak, dilakukan dengan bertitik tolak pada posisi keuangan pada saat terjadi pemilikan saham-saham. Dengan demikian s”elisih harga perolehan di atas nilai buku saham-saham, PT Dian”, tetap sama dengan neraca konsolidasi yang disusun sebelum terjadi pembagian deviden oleh PT Dian. Adapun bunyi jurnal eliminasniya adalah sebagai berikut :

Modal saham, PT Dian Rp 7.500.000Laba yang ditahan, PT Dian Rp 2.062.500Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 1.500.000

Investasi saham-saham, PT Dian Rp 11.062.500

3. Macam-macam aktiva, masing-masing PT Dani sebesar : Rp 15.750.000 dan PT Dian sebesar Rp 14.750.000 terdiri dari :

PT Dani :

Saldo awalDitambah : Laba operasi sendiri Rp 13.750.000 Penghasilan deviden dan penarikan kembali Rp 1.250.000

Sebagian investasi pada PT Dian Rp 750.000 Saldo per 31 Des. 1977 Rp 15.750.000

PT Dian :

Page 44: Tugas Final akLan

44

Saldo awal Rp 15.000.000Ditambah dengan :Laba operasi Rp 750.000

Rp 15.750.000Dikurangi dengan :Pembagian deviden Rp 1.000.000 Saldo per 31 Des. 1977 Rp 14.750.000

4. Macam-macam hutang, untuk menyederhanakan pada contoh ini dianggap saldonya sama dengan saldo pada awal periode, yaitu masing-masing PT Dani sebesar Rp 7.500.000 dan PT Dian sebesar Rp 2.000.000.

5. Laba yang ditahan PT Dani sebesar Rp 9.312.500 terdiri dari :

Saldo awal Rp 7.500.000Ditambah dengan :Laba operasi sendiri Rp 1.250.000Penghasilan deviden, atas nilai investasi pada PT Dian Rp 562.500 Saldo per 31 Desember 1977 Rp 9.312.500

Laba yang ditahan PT Dian (sebelum eliminasi) sebesar Rp 2.750.000 terdiri dari :

Saldo awal Rp 3.000.000Ditambah dengan :Laba operasi Rp 750.000

Rp 3.750.000

Dikurangi dengan :Deviden yang dibagikan Rp 1.000.000Saldo per 31 Desember 1977 Rp 2.750.000

Apabila diperhatikan, posisi keuangan dalam neraca konsolidasi yang disusun dengan bertitik tolak atau berdasar pada metode harga perolehan tersebut sama dengan neraca konsolidasi yang disusun atas dasar metode equity seperti dijelaskan pada bab sebelumnya. Di dalam neraca yang dikonsolidasi ini pada akhirnya oleh perusahaan induk diakui adanya perubahan kekayaan bersih pada anak perusahaan. Oleh sebab itu apabila pencatatan terhadap investasi saham-saham perusahaan anak diselenggarakan dengan benar, terlepas dari metode yang dipakai harus mengahsilkan posisi keuangan yang sama, pada saat yang sama pula.

Penyajian-penyajian rekening investasi dalam laporan keuangan perusahaan induk

Di dalam neraca konsolidasi, tidak ada perbedaan lagi antara metode pencatatan terhadap investasi saham-saham perusahaan anak baik pada metode harga perolehan, atau pada metode equity. Kedua metode pencatatan tersebut, menghasilkan neraca yang menunjukkan posisi keuangan yang sama. Akan tetapi kedua metode tersebut menghasilkan saldo dalam rekening investasi saham dan rekening laba yang ditahan pada buku-buku perusahaan induk yang berlainan. Hal ini mengakibatkan posisi kauangan dan hasil usaha

Page 45: Tugas Final akLan

45

yang berbeda-beda dalam laporan keuangan individual perusahaan induk. Sehingga di dalam menginterpretasikan laporan keuangan tersebut; sangat dipengaruhi oleh metode pencatatan yang dipakai, khususnya terhadap informasi yang berhubungan dengan pemilikan saham-saham perusahaan anak.

Evaluasi terhadap metode equity dan metode harga perolehan (cost method)

Metode harga perolehan, merupakan metode yang pada umumnya dipakai sebagai dasar pencatatan maupun dasar penyusunan laporan keuangan individual, dalam hubungannya dengan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak. Hal ini disebabkan disamping metode harag perolehan dianggap sebagai metode yang konsisten dengan metode pencacatan yang dipakai pada jenis-jenis investasi yang lain dan sesuai dengan ketentuan-ketentuan yuridis, juga adanya beberapa ketentuan yang sering timbul sebagai akibat dari penggunaanmetode equity tersebut antara lain ialah :

a) Metode equity menyimpang dari praktek-praktek akuntansi yang lazim, khususnya di dalam masalah pengakuan penghasilan.

b) Saldo rekening investasi saham, sebagai akibat mekanisme pencatatan tidak bisa menunjukkan berapa besarnya/jumlahnya baik “harga perolehan” saham maupun “nilai” saham-saham yang dimiliki tersebut.

c) Metode quity, memerlukan analisa dan penyesuaian/koreksi secara khusus terhadap rekening-rekening yang terlibat dalam hubungannya dengan pemilikan saham perusahaan anak tersebut; apabila perusahaan induk ingin mengetahui besarnya saldo laba yang harus dan tersedia untuk dibagikan sebagai deviden; serta dalam rangka menentukan basarnya laba yang dapat dikenakan pajak.

Laporan keuangan perusahaan anak yang tidak dikonsolidasikan di dalam neraca konsolidasi

Meskipun dalam banyak hal metode harga perolehan memiliki kelebihan disbanding dengan metode equity, namun demikan akan timbul persoalan apabila metode harga perolehan tersebut dipakai, dan ada satu atau lebih investasi pada perusahaan anak tidak ikut dikonsolidasi di dalam neraca konsolidasinya; yaitu harus tetap disajikan menurut “harga perolehan”nya atau harus disesuaikan juga dengan perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak para pemegang saham dari perusahaan anak.

Tujuan utama dari penyusunan laporan keuangan yang dikonsolidasi adalah untuk menunjukkan posisi keuangan dan hasil usaha dari berbagai perusahaan afiliasi, yang secara ekonomis merupakan satu kesatuan. Oleh sebab itu pengakuan terhadap laba perusahaan anak sejak saat terjadinya pemilikan saham-saham dan kemudian menggabungkannya menjadi saldo dalam rekening-rekening pembukuan yang bersangkutan dalam hubungannya dengan perusahaan yang berafiliasi merupakan suatu keharusan.

Bagian laba yang telah dibagikan kepada perusahaan yang dikonsolidasi oleh perusahaan yang tidak ikut dikonsolidasi harus dinyatakan secara jelas dan terinci. Secara umu, apabila keseluruhan pengaruh dari investasi pada perusahaan anak yang tidak ikut

Page 46: Tugas Final akLan

46

dikonsolidasi dianggap material dalam hubungannya dengan posisi keuangan dan hasil usaha yanag dikonsolidasikan, maka ikhtisar tentang aktiva, hutang, modal serta hasil usaha dari perusahaan yang tidak ikut dikonsolidasi tersebut, dapat disajilan baik dalam bentuk footnote maupun laporan tersendiri.

BAB XV

Page 47: Tugas Final akLan

47

LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI

(PERSOALAN-PERSOALAN KHUSUS)

Adapun persoalan-persoalan khusus tersebut, ialah :

1. Pembelian saham langsung dari perusahaan anak.

2. Perusahaan anak memiliki lebih dari satu jenis atau golongan saham yang beredar.

3. Saham bonus dari perusahaan anak.

4. Laba (rugi) dari transaksi antar perusahaan yang berafiliasi.

5. Pemilikan obligasi antar perusahaan yang berafiliasi.

Pembelian saham langsung dari perusahaan anak

Untuk memperoleh posisi control pada perusahaan lain melalui pemilikan saham-sahamnya, selain dengan cara membeli saham-saham tersebut dari para pemegang saham dapat dilakukan dengan cara membeli sebagian atau seluruhnya langsung dari perusahaan yang bersangkutan pada waktu saham-saham dikeluarkan.

Adapun bentuk saham-saham yang dijual oleh perusahaan berupa saham dalam portepel maupun saham-saham yang dikeluarkan dalam rangka terjadi emisi saham.

Apabila hal ini terjadi maka saldo modal perusahaan anak bertambah dengan jumlah harga yang dibayar untuk saham-saham yang dijual tersebut. Oleh sebab itu apabila neraca konsolidasi disusun oleh perusahaan induk, maka eliminasi terhadap hak-hak pemilikan pada perusahaan anak bertitik tolak dari saldo modal setelah terjadinya penjualan saham terakhir itu.

Contoh : Berikut ini adalah struktur permodalan PT PA pada tanggal 31 Desember 1977 :

Modal saham (10.000 lembar tanpa nilai nominal) Rp 100.000.000Laba yang ditahan Rp 25.000.000

Rp 125.000.000Dikurangi :Saham yang ditarik kembali dari peredaran,2800 lembar @ Rp 12.500 Rp 35.000.000 Jumlah Rp 190.000.000

Pada tanggal 1 Januari 1978 PT PI membeli 6.000 lembar dari pemegang saham PT PA di pasar modal dengan harga @ Rp 15.000 dan seluruh saham yang ditarik kembali dari peredaran dengan harga yang sama setiap lembarnya.

Dalam hal ini transaksi jual-beli saham tidak saja mempunyai akibat financial pada PT PI melainkan juga kepada PT PA. Akibat financial tersebut pada masing-masing perusahaan akan dicatat sebagai berikut :

Page 48: Tugas Final akLan

48

Transaksi PT PI PT PA

1. PT PI membeli 6.000 Investasi saham-saham,

lembar saham-saham PT PA Rp 90,000,000

PT PA dengan pemegang Kas Rp 90,000,000

saham.

2. PT PI membeli 2.000 Invesatsi saham-saham, Kas Rp 30,000,000

lembar saham-saham PT PA Rp 30,000,000 Saham ditarik dari

treasury dari PT PA Kas Rp 30,000,000 peredaran Rp 25,000,000

dengan harga @ Modal penjualan

Rp 15.000/lbr kembali saham di

atas harga perole-

hannya Rp 5,000,000

Dengan adanya transaksi itu struktur permodalan PT PA berubah pada tanggal 1 Januari 1978 menjadi sebagai berikut :

Modal saham, 10.000 lembar tanpa nilai nominal Rp 100.000.000Modal-penjualan kembali sahan di atas hargaPerolehannya Rp 5.000.000Laba yang ditahan Rp 25.000.000 Jumlah Rp 130.000.000

Perusahaan anak memiliki lebih dari satu jenis (golongan) saham

Apabila posisi control terhadap perusahaan anak dicapai melalui pemilkan saham-sahamnya, dan perusahaan anak memiliki lebih dari satu jenis saham, maka harus dibedakan besarnya bagian hak-hak pemegang saham menurut jenisnya masing-masing. Penentuan besarnya hak pemegang saham sesuai dengan jenis saham dilakukan sejak saat posisi control diperoleh dan pada setiap saat laporan keuangan konsolidasi akan disusun. Hal ini diperlukan agar eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk dapat dilaksanakan secara tepat, dan mutasi dari tiap kelompok pemegang saham dapat diikuti secara tepat pula di dalam neraca yang dikonsolidasi.

Saham prioritas memiliki hak-hak preferensi terhadap kekayaan bersih dalam hal terjadi likuidasi sebesar nilai nominalnya. Di samping jumlah tersebut apabila ada hak-hak prioritas lain yang ditentukan maka hak-hak tersebut harus diperhitungkan lebih dulu.

Ada beberapa jenis modal saham prioritas, yang satu sama lain mempunyai akibat yang berbeda-beda khususnya dilihat dari segi hak-hak penyerahannya :

(a) Saham prioritas, tidak komulatip dan tidak berpartisipasi

Page 49: Tugas Final akLan

49

Hak pemilikan atau klaim terhadap kekayaan bersih perusahaan dari saham prioritas jenis ini terbatas hanya sebesar nilai nominal; sedang saldo laba yang ditahan seluruhnyamerupakan bagian dari para pemegang saham biasa.

(b) Saham prioritas, komulatip tidak berpartisipasi

Saham prioritas ini memiliki hak/klaim terhadap kekayaan bersih sebesar nilai nominal jika semua deviden yang menjadi haknya sampai dengan tanggal terakhir telah dibagikan.

(c) Saham prioritas, tidak komulatip berpartisipasi penuh

Saham prioritas jenis ini memiliki hak/klaim terhadap kekayaan bersih sebesar nilai nominal. Hak deviden hanya diperoleh apabila perusahaan mndapatkan laba, sedangkan jika perusahaan menderita rugi tidak mempunyai hak atas deviden dalam tahun buku yang bersangkutan.

(d) Saham prioritas, komulatip berpartisipasi penuh

Saham prioritas jenis ini memiliki hak/klaim terhadap kekayaan bersih seperti halnya saham-saham prioritas yang lain, juga memiliki hak atas laba yang komulatip serta mempunyai hak atas partisipasinya di dalam jumlah modal yang ditetapkan terhadap sisa laba jika ada.

Contoh : Berikut ini struktur pemodalan PT PA pada tanggal 31 Desember 1977 :

6% saham prioritas, 5000 lembar nominal@ Rp 10.000 Rp 50.000.000Saham biasa 10.000 lembar nominal@ Rp 10.000 Rp 100.000.000Agio saham biasa Rp 5.000.000Laba yang ditahan Rp 45.000.000

Saldo modal tersebut dapat dikelompokkan sesuai dengan jenis saham sebagai berikut :

Jenis saham prioritas Jumlah ModalHak pemegang Hak pemegang

saham prioritas saham biasa

1. Tidak komulatip tidak berpartisipasi Rp 20,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 150,000,000.00

2. Komulatip, tidak berpartisipasi

penuh deviden, menunggak tahun

1976 dan 1977 Rp 200,000,000.00 Rp 56,000,000.00 Rp 144,000,000.00

3. Tidak komulatip, berpartisipasi

penuh deviden, menunggak tahun Rp 20,000,000.00 Rp 65,000,000.00 Rp 135,000,000.00

4. Komulatip berpartisipasi penuh,

deviden menunggak tahun 1975

sampai dengan 1977 Rp 20,000,000.00 Rp 69,000,000.00 Rp 131,000,000.00

Page 50: Tugas Final akLan

50

Contoh : Pada tanggal 1 Januari 1978 PT PI membeli saham-saham PT PA di pasar modal masing-masing sebagai berikut :

2.000 lembar saham prioritas dengan kurs 120

8.000 lembar saham biasa dengan kurs 125

Posisi modal PT PA pada tanggal 31 Desembar 1977 adalah sebagai berikut :

6% saham prioritas, 5000 lembar nominal@ Rp 10.000 Rp 50.000.000Saham biasa, 10.000 lembar, nominal@ Rp 10.000 Rp 100.000.000Agio saham biasa Rp 5.000.000Laba yang ditahan Rp 45.000.000 Jumlah Rp 200.000.000

Saham prioritas adalah komulatip tidak berpartisipasi. Meskipun dalam dua tahun terakhir PT PA memperoleh keuntungan, akan tetapi mengingat kebutuhan modal kerja dalam rangka ekspansinya direksi dan para pemegang sahammemutuskan untuk tidak membagikan deviden. Apabila pada tanggal 1 Januari 1978 di saat setelah terjadi pemilikan saham-saham oleh PT PI kemudian disusun neraca konsolidasi, maka alokasi hak-hak para pemegang saham, pada tanggal tersebut adalah sebagai berikut :

Elemen modal Jumlah Saham prioritas Saham biasa

Nominal saham Rp 150,000,000.00 Rp 50,000,000.00 Rp 100,000,000.00

Agio saham Rp 5,000,000.00 - Rp 5,000,000.00

Laba yang ditahan Rp 45,000,000.00 - -

- Untuk saham prioritas - - -

- Deviden tahun 1976 dan 1977

(2 x 6% x 50.000.000) - Rp 6,000,000.00 -

- Sisa untuk saham biasa - - Rp 39,000,000.00

Saldo per 1 Januari 1978 Rp 200,000,000.00 Rp 56,000,000.00 Rp 144,000,000.00

Metode harga perolehan

Jika metode harga perolehan dipakai, maka tidak ada mutasi apapun yang dicatat oleh PT PI, selama PT PA tidak membagikan deviden. Namun demikian untuk penyusunan neraca konsolidasinya, saldo laba yang ditahan PT PA pada tanggal 31 Desember 1978 tetap harus dialokasikan. Hal ini diperlukan untuk menentukan besarnya kenaikan saldo laba yang ditahan sejak terjadinya pemilikan saham oleh PT PI.

Metode equity

Pada contoh ini hubungan afiliasi antara PT PI dengan PT PA, timbul sebagai akibat pemilikan sebagian besar saham biasa seperti PT PA oleh PT PI. Namun demikian dimungkinkan pula untuk melakukan pencatatan terhadap investasi saham-saham prioritas seperti pada umumnya metode-metode pencatatan terhadap saham-saham perusahaan anak.

Page 51: Tugas Final akLan

51

Adapun jurnal untuk mencatat pengakuan rugi dan bagian deviden tersebut adalah sebagai berikut :

(1) Investasi saham-saham prioritas, PT PA Rp 1.200.000Rugi-Laba, PT PA Rp 1.200.000[40% x (65 x Rp 50.000.000)]

(2) Rugi-Laba PT PA Rp 26.400.000Investasi saham-saham biasa, PT PA Rp 26.400.000[80% x (Rp 30.000.000 + Rp 3.000.000)]

Saham bonus (stock deviden) yang dibagikan oleh perusahaan anak

Apabila saham bonus dibagikan oleh perusahaan anak, maka pada perusahaan anak menjadi perubahan posisi modalnya, karena hal ini berarti terjadi perubahan status dari sebagian saldo laba yang ditahan menjadi modal statutair. Namun demikian dilihat dari perusahaan induk dan para pemegang saham lainnya pembagian bonus saham ini tidak mempengaruhi proporsi pemilikannya, kecuali terhadap adanya tambahan jumlah lembar saham yang dimilikinya.

Adanya perubahan komposisi modal pada perusahaan anak menimbulkan masalah tersendiri apabila setelah terjadi pembagian bonus saham disusun neraca konsolidasi. Masalah tersebut terurtama berhubungan dengan proses eliminasi terhadap hak-hak pemilikan pada perusahaan anak di dalam penyusunan daftar lajur.

Metode Harga perolehan

Apabila metode harga perolehan dipakai, maka tidak ada penghasilan apapun yang harus diakui dari bonus saham yang dibagikan.

Oleh sebab itu tidak ada satu alasanpun untuk menaikkan nilai investasi saham-sahamnya bagi PT Wijaya. Oleh karena pembagian saham bonus berakibat pengurangan terhadap saldo laba yang ditahan dan kenaikan jumlah modal statutair dari jumlah pada saat terjadi pembelian saham, maka apabila setalah terjadi pembagian saham bonus ini disusun neraca konsolidasi; eliminasi hak-hak pemilikan dari perusahaan induk diatur sebagai berikut :

(1) Eliminasi terhadap modal saham, dipakai titik tolak dari posisi terakhir sebesar presentase pemilikannya.

(2) Eliminasi terhadap saldo laba yang ditahan bertitik tolak dari saldo laba yang ditahan pada saat/tanggal terjadinya pembelian saham-saham yang dikurangi dengan jumlah yang dikapitalisasi sebagai modal saaham.

Metode equity

Apabila metode equity dipakai, maka rekening investasi saham perusahaan anak harus didebit sebagai pengakuan terhadap bagian atas laba yang diperoleh.

Page 52: Tugas Final akLan

52

Apabila terjadi pembagian bonus saham kemudian disusun neraca konsolidasi, eliminasi terhadap hak-hak pemilikan pada perusahaan anak di dalam daftar lajur dilakukan seperti biasa dalam metode equity, yaitu bertitik tolak padaposisi keuangan perusahaan anak pada saat neraca konsolidasi disusun.

Laba (rugi) dari transaksi antar perusahaan yang berafiliasi (inter company profit)

Selama di antara perusahaan yang berafiliasi sebagai unit usaha masih tetap melanjutkan usahanya masing-masing, maka tidak merupakan suatu hal yang mustahil jika di antara unti-unit usaha tersebut melakukan jual-beli baik berupa barang/jasa yang dihasilkan maupun harta tak bergerak untuk fasilitas pabriknya.

Apabila hal ini terjadi berarti akan mengakibatkan timbulnya laba (rugi) bagi pihak yang menjual, dan sudah semestinya apabila laba (rugi) yang terjadi ini diakui dan dilaporkan dalam laporan Laba-Rugi individual. Akan tetapi sesuai dengan tujuan dan konsepsinya di dalam penyajian laporan keuangan yang dikonsolidasi, maka laba (rugi) yang timbul sebagai akibat adanya transaksi antar perusahaan tersebut tidak boleh diakui.

Di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi, laba (rugi0 serta kenaikan nilai barang, jasa maupun harata tak bergerak yang telah diakui oleh masing-masing pihak harus dihapuskan.

Laba (rugi) dari transaksi jual-beli barang dagangan antar perusahaan afiliasi

Apabila barang dagangan yang dibeli dari pihak yang ada hubungan afiliasi, dan barang tersebut masih termasuk di dalam persediaan di pihak pembeli pada saat laporan keuangan konsolidasi disusun, berarti bahwa laba (rugi) kenaikan nilai barang dagangan yang telah diakui, pihak penjual belum seluruhnya direalisasikan. Sebab hal ini hanya merupakan perpindahan pengelolaan saja apabila dilihat dari segi ekonomi untuk perusahaan induk dan anaknya.

Akan tetapi apabila barang dagangan tersebut oleh pihak pembeli kemudian telah dijual kepada pihak lain di luar hubungan afiliasinya, berarti laba (rugi) baik yang telah diakui oleh pihak penjual sebelumnya, maupun laba (rugi) yang diakui kemudian oleh pembeli telah sama-sama direalisasikan. Dalam keadaan ini apabila kemudian neraca konsolidasi disusun untuk perusahaan-perusahaan yang berafiliasi tidak perlu adanya penghapusan terhadap laba (rugi) yang telah diakui oleh kedua pihak tersebut.

Masalah eliminasi ini berhubungan dengan jumlah laba yang harus dieliminasi; mengingat kemungkinan masih adanya pihak lain di antara perusahaan yang berafiliasi tersebut, di mana jumlah itu dipengaruhi oleh :

a) Prosentase pemilikan oleh perusahaan induk atas saham-saham perusahaan anaknya.

b) Pihak yang melakukan penjualan atau pihak yang telah mengakui terjadinya laba (rugi) dan kenaikan (penurunan) aktiva; perusahaan indukkan atau perusahaan anak.

Dalam hubungannya dengan masalah tersebut, berlaku ketentuan yang berikut :

Page 53: Tugas Final akLan

53

1. Apabila penjualan barang dilakukan oleh perusahaan induk, berarti pula perusahaan induk yang telah mengakui telah terjadi laba (rugi) dan atau kenaikan (penurunan) nilai barang tersebut dengan demikian tidak melibatkan kepentingan para pemegang saham minoritas.

2. Apabila pihak yang menjual barang adalah perusahaan anak, berarti perusahaan anak yang telah mengakui timbulnya laba (rugi) atas barang tersebut.

Dalam hal ini ada dua pendapat yang saling bertentangan. Pendapat pertama mengatakan, oleh karena para pemegang saham minoritas mempunyai hak pembagian laba (rugi) maka baginya tidak perlu dibedakan tentang pembeli barang tersebut apakah kelompok anggota perusahaan afiliasi atau pihak ketiga.

Pendapat yang lain mengatakan bahwa sesuai dengan tujuan penyusunannya, seluruh jumlah laba (rugi) sebagai akibat transaksi jual-beli barang tersebut harus dihapuskan di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi.

Contoh : Penjualan barang dagangan oleh perusahaan induk kepada perusahaan anaknya.

PT Dani memiliki 100% saham-saham pt wijaya. Pada tanggal 3 Desember 1977, PT Wijaya melaporkan persediaan barang dagangan sebesar Rp 2.500.000 di mana termasuk di antaranya barang-barang yang dibeli dari PT Dani sebesar Rp 1.000.000. Harga pokok barang dagangan tersbut menurut catatan PT Dani adalah sebesar Rp 750.000.

Dilain pihak saldo-laba yang ditahan dari PT Dani juga harus dikurangi sebesar laba yang telah diakui atas barang dagangan yang telah dijual kepada PT Wijaya sebesar Rp 250.000. Adapun jurnal eliminasinya adalah sebagai berikut :

Laba yang ditahan, PT Dani Rp 250.000Persediaan barang dagangan, PT Wijaya Rp 250.000

Daftar Lajur Penyusunan Neraca Konsolidasi-Partial

Rekening-rekening Neraca PT Dani PT WijayaEliminasi Neraca konsolidasi

D K D K

Debit :

Persediaan barang dagangan - Rp 2,500,000.00 - Rp 250,000.00 Rp 2,250,000.00 -

Kredit :

laba yang ditahan, PT Dani Rp 250,000.00 - Rp 250,000.00 - - -

Laba (rugi) yang terjadi dari transaksi penjualan aktiva tetap antar perusahaan afiliasi

Apabila salah satu pihak di dalam perusahaan afiliasi menjual aktiva tetapnya kepada pihak lain di dalm lingkungan perusahaan afiliasi dan oleh pihak pembeli aktiva tetap tersebut akan dipakai sendiri di dalam aktivitas perusahaannya, maka timbul laba rugi (dari transaksi antar perusahaan tersebut. Laba (rugi) antar transaksi demikian, seperti halnya pada jual beli barang degangan merupakan maslah tersendiri di dalam rangka pentusunan laporan keuangan yang dikonsolidasi.

Page 54: Tugas Final akLan

54

Dalam hal ini dasar-dasar pemikiran yang menjadi landasan dan cara-cara pelaksanaan di dalam mengeliminasi laba yang timbul dari transaksi antar perusahaan afiliasi tersebut sama halnya dengan pada transaksi jual-beli barang dagangan yang telah dijelaskan. Dibanding dengan transaksi jual beli barang dagangan, perbedaan terletak hanya pada saat di mana laba yang terjadi itu benar-benar direalisai.

Perwujudan daripada manfaat aktiva tetap yang telah dikonsumsi dinyatakan sebagai biaya penyusutan yang diperhitungkan secara periodeik dan ditampung dalam rekening akumulasi penyusutan. Oleh sebab itu apabila neraca konsolidasi disusun pada setiap akhir periode setelah terjadinya transaksi, jumlah laba yang harus dieliminasi manjadi berkurang sebesar laba yang sudah direalisasi sampai dengan akhir periode akuntansi yang bersangkutan, sejalan dengan kenaikan saldo akumulasi penyusutannya. Dengan lain perkataan eliminasi terhadap jumlah laba tersebut dilakukan hanya sebesar laba yang terkandung dalam nilai buku aktiva tetap menurut rekening pembukuan perusahaan yang menggunakan aktiva tetap yang bersangkutan.

Pemilikan obligasi antar perusahaan-perusahaan berafiliasi (inter company bond holding)

Seperti halnya transaksi jual beli baik berupa barang dagangan, jasa maupun fasilitas-fasilitas produksi lainnya, maka sangat dimungkinkan terjadinya pemilikan obligasi dari suatu perusahaan oleh perusahaan lain di dalam lingkungan perusahaan yang berafiliasi. Apabila hal ini terjadi berarti akan timbul hutang-piutang antar perusahaan-perusahaan yang berafiliasi. Di dalam neraca yang dikonsolidasi hutang-piutang tersebut harus dieliminasi, sehingga hanya obligasi-obligasi yang dimiliki oleh pihak-pihak dari luar perusahaan-perusahaan berafiliasi dilaporkan sebagai “Hutang obligasi”.

Perbedaan antara harga jual obligasi dengan nilai nominalnya, disebabkan oleh karena tingkat bungan nominal tidak sama dengan tingkat bunga efektipnya. Akan tetapi pada saat jatuh temponya obligasi akan dibayar sebesar nilai nominalnya. Oleh sebab itu nilai buku obligasi harus disesuaikan secara periodik sehingga pada saat jatuh temponya nilai buku hutang obligasi persis sama dengan nilai nominalnya.

Obligasi sebagai surat berharga dapat dimilik dengan cara membeli langsung pada badan usaha yang mengeluarkannya atau dengan cara membeli dari para pemegang. Demikian pula obligasi yang dikeluarkan oleh salah satu perusahaan yang berafiliasi dapat dimiliki oleh perusahaan lain dalam lingkungan afiliasi tersebut dari para pemegang saham sebelumnya, dengan harga yang berbeda dari kurs pada saat mula-mula obligasi dikeluarkan.

Dipandang sebagai satu kesatuan ekonomis obligasi yang dikeluarkan oleh salah satu anggota dan kemudian dibeli oleh anggota lainnya di dalam lingkungan perusahaan afiliasi, berarti sebagai penarikan kembali atau pelunasan terhadap hutang obligasi yang bersangkutan.

Prosedur Alternatip

Page 55: Tugas Final akLan

55

Apabila suatu perusahaan menarik kembali obligasinya sendiri tidak pada saat jatuh temponya mungkin sekali tidak bertujuan untuk pelunasan, melainkan semata-mata sebagai investasi sementara dengan harapan setiap saat dapat dijual kembali jika diperlukan uang tunai.

Transaksi pemilikan obligasi demikian disebut “obligasi yang ditarik dari peredaran”. Jika hal ini terjadi pada perusahaan-perusahaan yang berafiliasi, maka di dalam neraca yang dikonsolidasi baik rekening hutang obligasi maupun rekening investasi obligasi masih tetap dipertahankan, meskipun hutang obligasi harus disajikan jumlah neto yang dipegang oleh pihak-pihak lain di luar afiliasi dengan cara mengurangkan saldo rekening investasi obligasi dari saldo hutang obligasi. Sehingga penyajian obligasi yang dimiliki oleh salah satu atau lebih anggota dalam lingkungan perusahaan-perusaaan berafiliasi di dalam neraca konsolidasi adalah sebagai berikut :

Hutang obligasi Rp 10.000.000Dikurangi :Obligasi yang dimiliki oleh perusahaanDalam lingkungan afiliasi Rp 5.000.000

Obligasi yang beredar Rp 5.000.000

Pemilikan obligasi oleh perusahaan induk atas obligasi yang dikeluarkan oleh perusahaan anak

Apabila obligasi perusahaan ank yang semula dimiliki oleh pihak lain di luar anggota perusahaan yang berafiliasi, kemudian dibeli oleh perusahaan induk dengan harga yang berbeda dengan nilai buku hutang obligasi pada buku-buku perusahaan anak, maka timbul/terjadi laba (rugi) yang harus diakui oleh perusahaan afiliasi sebagai satu kesatuan ekonomis.

Pada dasarnya apabila pemilikan saham-saham perusahaan anak meliputi seluruh jumlah saham yang beredar, laba (rugi) sebagai akibat pemilikan obligasi di dalam neraca konsolidasi seluruhnya dibebankan kepada saldo laba yang ditahan perusahaan induk. Akan tetapi apabila pemilikan saham-saham perusahaan anak tidak seluruh saham-saham yang beredar, laba (rugi) yang terjadi harus dialokasikan kepada perusahaan induk dan perusahaan anak sesuai dengan bagian pemilikan masing-masing.

BAB XVI

Page 56: Tugas Final akLan

56

NERACA KONSOLIDASI

PERUBAHAN-PERUBAHAN DALAM HAK PEMILIKAN

Hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan induk dan perusahaan anak lebih mudah dicapai melalui pemilikan saham daripada dengan cara merger atau konsolidasi, khususnya apabila dilihat dari segi dana yang diperlukan. Melalui pemilikan saham, hal control terhadap perusahaan lain dapat dilakukan secara bertahap, berarti bahwa hak pemilikan pada perusahaan anak itu berubah-ubah. Hal ini mengakibatkan timbulnya persoalan-persoalan khusus di dalam penyusunan neraca konsolidasi.

Beberapa hal yang mengakibatkan perubahan-perubahan itu beserta pengaruhnya terhadap penyusunan neraca konsolidasi secara berturut-turut sebagaii berikut :

1. Pembelian saham-saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, akan tetapi hak control diperoleh sejak saat pembelian saham pada tahap pertama.

2. Pembelian saham-saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, dan hak control diperoleh baru sesudah beberapa tahap pembelian saham.

3. Pembelian dan penjualan kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak, yang dimiliki perusahaan induk.

4. Emisi saham dan atau penarikan kembali saham-saham perusahaan anak yang mempengaruhi hak-hak pemilikan perusahaan induk.

5. Transaksi-transaksi saham yang ditarik dari peredaran pada perusahaan anak.

Pembelian saham-saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, akan tetapi hak control diperoleh sejak saat pembelian saham tahap pertama

Sangat dimungkinkan bahwa suatu perusahaan yang telah mempunyai hak kntrol pada perusahaan lain terus menambah hak pemilikannya dengan cara membeli saham-saham perusahaan lain tersebut dari para pemegang saham lainnya. Apabila hal ini terjadi, maka mengakibatkan tidak saja perubahan di dalam saldo rekening Investasi saham, melainkan juga perubahan terhadap rekening Laba yang ditahan pada buku-buku perusahaan induk.

Contoh : Sampai dengan tanggal 31 Desember 1977 PT Dani memiliki sebanyak 400 lembr saham-saham PT Wijaya, dengan perincian sebagai berikut :

Pada tanggal 1 Januari 1976, dibeli sebanyak 375 lembar @ Rp 60.000 per lembar dan pada tanggal 1 Juli 1977, dibeli sebanyak 25 lembar @ Rp 75.000 per lembar.

Sedang modal saham masing-masing perusahaan sampai dengan tanggal 31 Desember 1977 terdiri dari 500 lembar nominal @ Rp 50.000 per lembar. Berikut ini data tentang saldo Laba yang ditahan, laba (rugi) usaha serta deviden yang dibagikan sejak awal tahun 1976 sampai dengan akhir tahun 1977 dari kedua perusahaan tersebut :

Page 57: Tugas Final akLan

57

Perubahan-perubahan Laba yang ditahan PT Dani PT Wijaya

Laba yang ditahan, per 31 Desember 1975 Rp 15,000,000.00 Rp 3,750,000.00 Laba usaha, tahun 1976 Rp 3,750,000.00 Rp 5,000,000.00 Pembegian deviden, bulan Desember 1977 Rp 2,500,000.00 Rp 1,250,000.00 Laba usaha, tahun 1977 Rp 6,250,000.00 Rp 5,000,000.00

Pengaruh bertambahnya pemilikan saham dari semula 75% dari jumlah saham yang beredar menjadi 80% pada tanggal 1 Juli 1977 dan perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak pemegang saham pada PT Wijaya sejak pemilikan saham-saham oleh PT Dani, terhadap saldo rekening Investasi saham dan Laba yang ditahan pada buku-buku PT Dani akan nampak seperti pada table yang berikut :

Keterangan

Metode harga perolehan Metode equity

Investasi Laba yang Investasi Laba yangSaham Ditahan Saham Ditahan

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)31 Des, 1975 : Saldo…………………………… - 15,000,000 - 15,000,000 1 Jan, 1976 : beli 375 saham @

Rp 60.000…………………………………… 22,500,000 - 22,500,000 -

22,500,000 15,000,000 22,500,000 15,000,000

31 Des, 1976 : Laba UsahaPT Dani, Rp 3.750.000 ……………….. - 3,750,000 - 3,750,000 PT Wijaya, Rp 5.000.000 …………… - - 3,750,000 3,750,000

22,500,000 18,750,000 26,250,000 22,500,000

1 Juli 1977 : Beli 25 lembar saham @Rp 75.000 …………………………………… 1,875,000 - 1,875,000 -

24,375,000 18,750,000 28,125,000 22,500,000

Des, 1977 : Pembagian deviden :PT Dani Rp 2.500.000 ………………… - (2,500,000) - (2,500,000)PT Wijaya Rp 1.250.000 …………….. - 1,000,000 (1,000,000) -

24,375,000 17,250,000 27,125,000 20,000,000

31 Des, 1977 : Laba Usaha :PT Dani, Rp 6.250.000 ……………….. - 6,250,000 - 6,250,000 PT Wijaya, Rp 5.000.000 …………… - - 3,875,000 3,875,000

Metode harga perolehanApabila metode harga perolehan dipakai pengaruh perubahan pemilikan saham tersebut di dalam pencatatan pada buku-buku PT Dani, adalah berupa kenaikan saldo rekening investasi sebesar harga perolehan 25 lembar saham pada tanggal 1 Juli 1977 dan hak atas deviden yang dibagikan oleh PT Wijaya pada bulan Desember 1977. Akan tetapi apabila pada tanggal 31 Desember 1977 disusun neraca konsolidasi, maka eliminasi terhadap

Page 58: Tugas Final akLan

58

modal saham PT Wijaya dilakukan sesuai dengan hak pemilikan saham pada tanggal tersebut. Sedang eliminasi saldo laba yang ditahan, masing-masing dipakai titik tolak dari saldo pada tanggal 1 Januari 1976 dan saldo pada tanggal 1 Juli 1977 sesuai dengan hak-hak pemilikan sahamnya. Untuk saldo laba yang ditahan pada tanggal 1 Juli 1977 jika tidak diketahui secara pasti besarnya laba usaha untuk periode 1 Januari sampai dengan 30 Juni dipakai pendekatan rata-rata per tahun sebagai berikut :

Laba yang ditahan, 1 Januari 1977 Rp 8.750.000Ditambah :

Laba usaha, rata-rata per bulan-tahun 1977 :( 6 x Rp 5.000.000,00) Rp 2.500.000 12

Laba yang ditahan, 1 Juli 1977 Rp 11.250.000

Metode equityApabila metode equity dipakai, maka perubahan-perubahan yang terjadi pada rekening Investasi saham tidak hanya disebabkan adanya tambahan harga perolehan 25 lembar saham pada tanggal 1 Juli 1977, melainkan juga sekaligus kenaikan nilai investasi diakui sejalan dengan kenaikan hak-hak pemegang saham pada perusahaan anak.Seperti halnya pada metode harga perolehan pengakuan terhadap hasil usaha dalam tahun 1977 di mana terjadi perubahan hak pemilikan saham dihitung sesuai dengan hak-hak pemilikan untuk periode yang bersangkutan. Laba usaha PT Wijaya dalam tahun 1977 dianggap proportional setiap bulannya. Akan tetapi apabila diketahui secara pasti besarnya laba usaha untuk sebagian dalam suatu tahun buku, maka harus diperhitungkan secara teliti.

Pembelian saham-saham perusahaan anak dilakukan lebih dari satu kali, dan hak control diperoleh baru sesudah beberapa tahap pembelian

Apabila pemilikan saham-saham pada perusahaan anak belum mencapai hak control berarti tidak perlu disusun neraca konsolidasi.

Akuntansi terhadap investasi saham oleh karenanya diselenggarakan seperti halnya para pemegang saham pada umumnya, dan tidak perlu mengakui bagian atas perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak para pemegang saham di dalam buku-buku perusahaan anak tersebut, kecuali apabila terjadi pembagian deviden.

Di dalam neraca yang dikonsolidasi, hak-hak pemilikan perusahaan induk atas perusahaan anak harus ditentukan sesuai dengan bagian pemiliknya. Oleh sebeb itu pengakuan terhadap bagian atas perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak para pemegang saham perusahaan anak, sejak pemilikan saham pertama kali dilakukan merupakan keharusan.

Contoh : PT Dani memiliki 400 lembar saham-saham PT Wijaya samapi dengan harga dan pada tanggal :

Page 59: Tugas Final akLan

59

1 Januari 1976 :150 lembar @ Rp 65.000 Rp 9.750.0001 Juli 1977 :250 lembar @ Rp 70.000 Rp 17.500.000

Jumlah, 400 lembar Rp 27.250.000

Baik PT Dani maupun PT wijaya masing-masing mempunyai 500 lembar saham yang beredar pada tanggal 31 Desember 1977, nominal @ Rp 50.000 per lembar.

Berikut ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember 1975, serta laba (rugi) usaha dan deviden yang dibagikan selama 2 (dua) tahun berturut-turut untuk masing-masing perusahaan.

Perubahan Laba Yang Ditahan PT Dani PT Wijaya

Laba Yang Ditahan, 31-12-1975 Rp 16,250,000.00 Rp 6,250,000.00 Pembagian deviden, Desember 1976 Rp 2,500,000.00 Rp 1,250,000.00 Laba usaha, tahun 1976 Rp 5,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Pembagian deviden, Desember 1977 Rp 2,500,000.00 Rp 1,250,000.00 Laba usaha, tahun 1977 Rp 6,250,000.00 Rp 3,750,000.00

Metode harga perolehanPada metode harga perolehan, pengaruh pembelian saham-saham PT Wijaya sebannyak 250 lembar pada tanggal 1 Juli 1977 terhadap rekening investasi saham terbatas hanya sebesar harga perolehannya.Apabila neraca konsolidasi disusun sesudah hak control dicapai, maka harus diakui adanya bagian atas perubahan saldo laba yang ditahan PT Wijaya sejak pemilikan saham pertama sampai dengan tanggal neraca konsolidasi. Eliminasi terhadap modal saham PT Wijaya dengan saldo rekening investasi saham dilakukan sesuai dengan jumlah hak pemilikan pada tanggal neraca. Sedangkan eliminasi terhadap saldo laba yang ditahan dilakukan dengan bertitik tolak dari saldo laba yang ditahan pada masing-masing tanggal terjadinya pembelian saham, sesuai dengan jumlah hak pemilikannya.

Metode equityApabila metode equity dipakai, maka pengaruh pembelian 250 lembar saham-saham PT Wijaya pada tanggal 1 Juli 1977 terhadap pencatatan akuntansinya sangat menonjol. Pada saat hak control belum dicapai, PT Dani tidak mengakui adanya pendapatan yang timbul karena kenaikan saldo laba yang ditahan pada buku-buku PT Wijaya. Tetapi setelah posisi control dicapai, bagian atas laba usaha PT Wijaya itu segera dicatat pada buku-buku PT Dani. Bahkan pengakuan pendapatan tidak saja sejak posisi control dicapai, melainkan termasuk bagian atas kenaikan saldo laba yang ditahan sejak saat pemilikan saham yang pertama kalinya sampai dengan posisi control dicapai.

Pembelian dan penjualan kembali sebagian dari saham perusahaan anak, yang dimiliki oleh perusahaan induk

Meskipun tujuan pemilikan saham-saham pada perusahaan anak tidak untuk diperjual-belikan, akan tetapi dalam keadaan tertentu perusahaan induk dapat menjual

Page 60: Tugas Final akLan

60

kembali sebagian dari saham-saham perusahaan anak yang telah dimilikinya. Apabila hal ini terjadi, berarti akan mengurangi tidak saja hak pemilikannya pada perusahaan anak melainkan juga nilai investasinya.

Akan tetapi tidak demikian halnya dengan berkurangnya nilai investasi, khususnya apabila saham-saham perusahaan anal itu semula diperoleh melalui beberapa tahap pembelian dan dengan harga yang berbeda-beda.

Keadaan ideal, adalah jika didapatkan identitas aham yang bersangkutan sehingga diketahui persis saat dan harga perolehan saham yang kemudian dijual. Namun demikian hal itu sulit bahkan tidak mungkin untuk dilaksanakan. Oleh karena itu untuk mengatasinya diabaikan aliran phisik surat berharga itu, dan digunakan dasar anggapan mengenai aliran biayanya.

Apabila metode harga perolehan dipakai, terlepas dari aliran biayanya, maka harga pokok saham yang dijual adalah harga perolehannya. Sedang pada metode equity oleh karene nilai investasi saham berubah-ubah, maka dengan sendirinya harga pokok saham yang dijual juga merupakan “nilai bukunya” pada saat penjualan dilakukan.

Emisi saham dan atau penarikan kembali saham-saham perusahaan anak yang mempengaruhi hak-hak pemilikan perusahaan induk

Hak pemilikan saham oleh perusahaan induk pada perusahaan anak bisa berubah-ubah, tidak saja disebabkan oleh transaksi pembelian dan penjualan saham-saham yang bersangkutan oleh perusahaan induk melainkan juga transaksi-transaksi modal yang terjadi pada perusahaan anak sendiri.

Transaksi-transaksi modal pada perusahaan anak akan mempengaruhi secara tidak langsung pada bagian pemilikan perusahaan induk.

Di lain pihak penarikan kembali sebagai modal saham oleh perusahaan anak kepada para pemegang saham minoritas akan berakibat kenaikan terhadap presentase pemilikan saham bagi perusahaan induk. Perubahan hak-hak pemilikan yang disebabkan oleh terjadinya perubahan pada struktur permodalan perusahaan anak, memerlukan perhatian dan analisa khusus dalam rangka penyusunan neraca konsolidasi.

Contoh : PT Dani membeli 450 lembar saham-saham PT Wijaya pada tanggal 1 Januari 1976, dengan harga @ Rp 60.000 per lembar. Berikut ini struktur permodalan dari masing-masing perusahaan pada tanggal 31 Desember 1975, beserta perubahan-perubahan yang telah terjadi selama dua tahun berturut-turut :

Keterangan PT Dani PT Wijaya

Modal saham, 500 lembar nominal @Rp 50.000/per lembar…………………………. Rp 25,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Laba yang ditahan, 31 Desember 1975.. Rp 37,500,000.00 Rp 2,500,000.00 Laba usaha, tahun 1976 …………………….. Rp 10,000,000.00 Rp 3,750,000.00 Pembagian deviden, bulan Desember1977 ……………………………………………………. Rp 5,000,000.00 Rp 3,750,000.00 Laba usaha, tahun 1977 …………………….. Rp 11,250,000.00 Rp 5,000,000.00

Page 61: Tugas Final akLan

61

Pada tanggal 1 Januari 1977 PT Wijaya menjual saham baru sebanyak 100 lembar dengan harga @ Rp 75.000. Dengan adanya penjualan 100 lembar saham baru oleh PT Wijaya tersebut pada tanggal 1 januari 1977, maka hak pemilikan saham-saham PT Dani yang dalam tahun 1976 sebesar 90% (450 x 100%) akan turun menjadi sebesar 75% (450 x 100%) dalam

500 600tahun 1977. Oleh PT Wijaya transaksi penjualan 100 lembar saham tersebut dicatat sebagai berikut :

Kas (piutang pemegang saham) Rp 7.500.000Modal saham Rp 5.000.000Agio saham Rp 2.500.000

Oleh sebab itu struktur permodalan PT Wijaya pada tanggal 1 1977, akan menjadi sebagai berikut :

Modal saham, 600 lembar nominal x Rp 50.000 Rp 30.000.000Agio saham Rp 2.500.000Laba yang ditahan Rp 6.250.000

Metode harga perolehan

Apabila metode harga perolehan dipakai, maka perubahan struktur permodalan PT Wijaya khususnya yang disebabkan oleh penjualan saham-saham baru tidak mempunyai pengaruh apapun terhadap harga perolehan saham-saham pada buku PT Dani. Oleh karenanya tidak ada pencatatan ataupun perlakuan khusus terhadap rekening investasi saham.

Pada metode harga perolehan adanya penjualan saham-saham baru tersebut, akan mempengaruhi penyusunan neraca konsolidasi untuk terakhir periode-periode setelah terjadinya penjualan saham-saham baru. Pada metode ini eliminasi terhadap hak-hak pemilikan saham tetap bertitik tolak dari posisi pada saat terjadinya pemilikan saham-saham yang bersangkutan.

Metode equity

Apabila metode equity dipakai, maka perubahan-perubahan struktur permodalan pada perusahaan anak harus diikuti juga pada buku-buku perusahaan induk. Oleh karena pada metode equity tujuan pencatatan adalah untuk mengikuti perkembangan kekayaan bersih perusahaan anak, maka setiap terjadi perubahan pada kekayaan bersih harus segera dicatat dalam rekening Investasi saham, sehingga nilai Investasi saham akan selalu sejalan dengan nilai buku buku hak-hak para pemegang saham perusahaan anak.

Pengaruh yang lain dari penjualan saham-saham baru oleh PT Wijaya pada tanggal 1 Januari 1977, adalah terhadap pengakuan periodic atas pembagian laba (rugi) yang diperoleh PT Wijaya untuk periode-periode berikutnya yang semula sebesar 90% menjadi hanya 75%.

Page 62: Tugas Final akLan

62

Transaksi-transaksi saham yang ditarik dari peredaran (Treasury Stock) pada perusahaan anak

Saham-saham yang ditarik dari peredaran biasanya dicatat sesuai dengan harga perolehannya. Apabila perusahaan induk membeli sebagian besar saham-saham perusahaan anak, dan ada sebagian saham perusahaan anak yang ditarik dari peredaran, maka hak pemilikan perusahaan induk dihitung berdasar atas jumlah saham yang beredar.

Di dalam neraca saham yang ditarik dari peredaran dianggap sebagai modal saham yang dilunasi, sehingga sebesar harga perolehannya harus dikurangkan dari saldo hak-hak para pemegang saham. Pengurangan dari saldo hak-hak pemegang saham harus memprhatikan harga pada saat mula-mula saham itu dikeluarkan. Ini diperlukan agar integritas dari hak-hak para pemegang saham dapat dipertahankan.

Contoh : PT Karya pembangunan membeli 400 lembar saham-saham PT Karya Nugraha, pada tanggal 1 Januari 1978 dengan harga @ Rp 75.000 per lembar. Berikut ini posisi hak-hak para pemegang saham dari kedua perusahaan tersebut pada tanggal 1 Januari 1978.

Keterangan PT Karya Pembangunan PT Karya NugrahaModal saham, 500 lembarnominal @ Rp 50.000 Rp 25,000,000.00 Rp 25,000,000.00 Agio saham - Rp 2,500,000.00 Laba yang ditahan Rp 20,000,000.00 Rp 7,000,000.00

Jumlah ………………………………….. Rp 45,000,000.00 Rp 34,500,000.00 Dikurangi :Saham ditarik dari peredaran,50 lembar …………………………………… - Rp (3,000,000.00)

Beberapa perubahan yang telah terjadi terhadap hak-hak para pemegang saham selama dua tahun berturut-turut dari kedua perusahaan tersebut adalah sebagai berikut :

Keterangan PT Karya Pembangunan PT Karya Nugraha

Bulan desember 1978 : pembagiandeviden ………………………………………… Rp 5,000,000.00 Rp 2,250,000.00 Laba usaha, tahun buku 1978 ……… Rp 6,250,000.00 Rp 3,375,000.00 1 januari 1979, penjualan kembalisaham yang ditarik dariperedaran sebanyak 50 lembar @Rp 97.500 per lembar ………………….. - Rp 4,875,000.00 Bulan desember 1979, pembagiandeviden …………………………………………. Rp 5,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Laba usaha, tahun buku 1979 Rp 8,750,000.00 Rp 6,875,000.00

Apabila setelah terjadi transaksi pembelian 400 lembar saham-saham PT Karya Nugraha pada tanggal 1 Januari 1978, disusun neraca konsolidasi, maka harus ditentukan terlebih dahulu komposisi hak-hak para pemegang saham PT Karya Nugraha tersebut dengan cara

Page 63: Tugas Final akLan

63

mengurangkan harga perolehan saham yang ditarik dari peredaran itu dari masing-masing elemen hak-hak pemegang saham sebagai berikut :

KeteranganModal saham Agio saham Laba yang ditahan Jumlah

(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Saldo sebelum dikurangi saham

yang ditarik dari peredaran

(500 lembar saham)…………………….. Rp 25,000,000.00 Rp 2,500,000.00 Rp 7,000,000.00 Rp 34,500,000.00

Dikurangi, saham yang ditarik

dari peredaran, 50 lembar …………. Rp (2,500,000.00) Rp (250,000.00) Rp (250,000.00) Rp (3,000,000.00)

Jumlah hak para pemegang

saham setelah dikurangi saham

yang ditarik dari peredaran

(400 lembar saham)…………………….. Rp 22,500,000.00 Rp 2,250,000.00 Rp 6,750,000.00 Rp 31,500,000.00

Atas dasar posisi hak-hak para pemegang saham tersebut, maka eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk di dalam neraca yang dikonsolidasi dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :

Modal saham PT Karya Nugraha Rp 20.000.000Agio saham Rp 2.000.000Laba yang ditahan Rp 6.000.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilaibuku saham Rp 2.000.000

Investasi saham-saham, PT Karya Nugraha Rp 30.000.000 Metode harga perolehan

Apabila metode harga perolehan dipakai; maka tidak perlu adanya penyesuaian terhadap rekening-rekening investasi saham dan saldo laba yang ditahan sebagai akibat perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak pemegang saham PT Karya Nugraha, selain dalam pembagian deviden.

Semua perubahan yang terjadi baik pada saldo laba yang ditahan maupun pada komponen modal yang lain akan diakui hanya dalam neraca yang dikonsolidasi.

Metode equity

Apabila metode equity dipakai, maka segala perubahan yang terjadi atas hak-hak pemegang saham PT Karya Nugraha segera diikuti melalui rekening investasi saham pada buku-buku PT Karya Pembangunan. Dalam hal ini perubahan-perubahan yang dimaksud tidak terbatas pada perubahan saldo laba yang ditahan, melainkan termasuk pula perubahan-perubahan yang terjadi pada komponen-komponen modal yang lain kecuali terhadap nilai nominal saham.

Page 64: Tugas Final akLan

64

BAB XVII

NERACA KONSOLIDASI

PEMILIKAN TIDAK LANGSUNG DAN SALING MEMILIKI SAHAM

Pengertian Pemilikan Tidak langsung dan saling memiliki saham

Di dalam struktur perusahaan afiliasi hanya ada satu tingkatan hubungan di antara perusahaan-perusahaan yang bersangkutan, yaitu perusahaan induk dengan perusahaan anaknya. Akan tetapi ada kemungkinan di dalam suatu kelompok perusahaan yang bersfiliasi mempunyai hubungan bertingkat. Hal ini terjadi apabila suatu perusahaan anak memiliki hak control terhadap perusahaan yang lain.

Hak control yang didapat oleh suatu perusahaan terhadap perusahaan lain dengan pemilikan tidak langsung ini, mungkin terjadi sebagai akibat adanya hubungan afiliasi di antara perusahaan-perusahaan. Hubungan afiliasi ini akan semakin kompleks apabila terjadi saling memiliki saham-saham antar perusahaan induk dan perusahaan anak.

Hak control yang diperoleh dengan pemilikan tidak secara langsung dan mutual holding secara berturut-turut sebagai berikut :

(1) Hak control yang diperoleh dengan pemilikan tidak secara langsung :

a) Pemilikan saham-saham perusahaan anak, terjadi sesudah adanya hak kontrol oleh perusahaan induk pada perusahaan sub induk.

b) Pemilikan saham-saham perusahaan anak, terjadi sebelum adanya kontrol oleh perusahaan induk pada perusahaan sub induk.

c) Hak kontrol yang diperoleh dengan adanya hubungan afiliasi di antara perusahaan-perusahaan (anak).

(2) Mutual atau reciprocal holdings dengan pemilikan saham perusahaan anak terjadi setelah perusahaan berjalan.

Pemilikan tidak langsung :

- Pemilikan saham-saham perusahaan anak terjadi sesudah adanya hak kontrol perusahaan induk atas perusahaan sub induk.

Struktur perusahaan afiliasi, dengan adanya hak control yng diperoleh melalui pemilikan tidak langsung akan terdiri dari perusahaan induk, sub induk dan anak. Apabila hal ini terjadi, maka untuk keperluan penyusunan neraca konsolidasi harus dimulai dengan menganalisa perubahan-perubahan yang terjadi pada rekening-rekening hak-hak para pemegang saham perusahaan anak, serta pengaruhnya terhadap perusahaan sub induk dan perusahaan induk.

Contoh : PT Opa membeli 400 lembar saham-saham PT Papa dengan harga @ Rp 75.000 per lembar pada tanggal 1 Januari 1976. Satu tahun kemudian tepatnya pada

Page 65: Tugas Final akLan

65

tanggal 1 Januari 1977 PT Papa membeli 450 lembar saham-saham PT Ana dengan harga @ Rp 70.000. Baik PT Opa, PT Papa maupun PT Ana masing-masing mempunyai (modal) saham yang beredar sebanyak 500 lembar, nominal @ Rp 50.000/lembar. Berikut ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember 1975, laba (rugi) usaha serta deviden yang dibagikan dalam dua tahun berturut-turut untuk masing-masing perusahaan.

Keterangan PT Opa PT Papa PT Ana(Rp) (Rp) (Rp)

Laba yang ditahan, 31 Desember 1975 60,000,000.00 15,000,000.00 2,500,000.00 Laba (rugi) usaha, tahun 1976 7,500,000.00 (3,750,000.00) 2,500,000.00 Pembagian deviden, Desember 1977 2,500,000.00 2,500,000.00 1,250,000.00 Laba (rugi) usaha, tahun 1977 (5,000,000.00) 7,500,000.00 3,750,000.00

Metode harga perolehan

Pada metode harga perolehan pengaruh perubahan hak-hak para pemegang saham pada perusahaan anak dan sub induk terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk sama sekali tidak ada. Pada metode ini segala sesuatu yang berhubungan dengan pemilikan saham-saham oleh perusahaan induk terhadap saham-saham perusahaan sub induk dam pemilikan saham-saham oleh perusahaan sub induk terhadap saham-saham perusahaan anak dibukukan sam seperti halnya pada hubungan antara perushaan induk dengan perusahaan anaknya yang telah dikemukakan terdahulu.

Adapun jurnal eliminasi untuk penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1977, apabila metode harga perolehan dipakai adalah sebagai berikut :

(1) Eliminasi terhadap investasi saham-saham PT Ana dan hak para pemegang saham PT Ana :

Modal saham, PT Ana Rp 22.500.000Laba yang ditahan, PT Ana Rp 4.500.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 4.500.000

Investasi saham-saham, PT Ana Rp 31.500.000

(2) Eliminasi terhadap investasi saham-saham PT Papa dan hak-hak pemegang saham PT Papa :

Modal saham, PT Papa Rp 20.000.000Laba yang ditahan, PT Papa Rp 12.000.000

Investasi saham-saham, PT Papa Rp 30.000.000Selisih lebih nilai buku di atas harga perubahan saham Rp 2.000.000

Metode equity

Selama hak control terhadap perusahaan anak diperoleh sesudah adanya hak control oleh perusahaan induk terhadap perusahaan sub induk, maka tidak ada

Page 66: Tugas Final akLan

66

masalah khusus pada metode equity. Oleh karena hak control oleh PT Opa terhadap PT Ana diperoleh dari pemilikan tidak langsung, maka pembagian deviden oleh PT. Ana tidak mempengaruhi jumlah pemilikan PT Opa terhadap PT Ana.

Pada metode equity pengaruh dari hak control yang diperoleh dengan pemilikan secara tidak langsung tersebut, hanyalah dalam pengakuan terhadap bagian atas laba perusahaan anak.

Oleh karena pada metode equity perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak para pemegang saham perusahaan anak selalu diikuti/diikhtisarkan dalam rekening investasi sahamnya, maka dalam neraca konsolidasi eliminasi terhadap rekening investasi saham dengan hak-hak para pemegang saham perusahaan anak didasarkan posisi rekening yang bersangkutan pada tanggal neraca.

Jika oleh PT Opa disusun neraca konsolidasi langsung dari neraca masing-masing perusahaan pada tanggal 31 Desember 1977, maka jurnal eliminasi menurut metode equity adalah sebagai berikut :

(1) Eliminasi terhadap investasi saham-saham PT Ana dan hak-hak para pemegang saham PT Ana :

Modal saham, PT Ana Rp 22.500.000Laba yang ditahan, PT Ana Rp 6.750.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 4.500.000

Investasi saham-saham, PT Ana Rp 33.750.000

(2) Eliminasi terhadap investasi saham-saham PT Papa dan hak-hak para pemegang saham PT Papa :

Modal saham, PT Papa Rp 20.000.000Laba yang ditahan, PT Papa Rp 15.700.000

Investasi saham-saham, PT Papa Rp 33.700.000Selisih lebih nilai buku di atas harga perolehan saham Rp 2.000.000

Pemilikan tidak langsung :

- Pemilikan saham-saham perusahaan anak, terjadi sebelum adanya hak control oleh perusahaan induk terhadap perusahaan sub induk.

Hak control PT Opa dan PT Ana semata-mata timbul sebagai akibat adanya pemilikan sebgaian besar saham PT Papa yang terjadi lebih dulu dan oleh karenanya disebut sebagai hak control melalui pemilikan langsung. Hakkontrol semacam itu bisa didapat bersamaan dengan diperolehnya hak control melalui pemilikan sebagian besar saham-saham PT Papa.

Contoh : PT Papa membeli 400 lembar saham-saham PT Ana dengan harga @ Rp 60.000 per lembar pada tanggal 1 Januari 1976. Satu tahun kemudian yaitu pada

Page 67: Tugas Final akLan

67

tanggal 1 Januari 1977, PT Opa membeli 450 lembar saham-saham pT Papa dari para pemegang saham sebelumnya, dengan harga @ Rp 80.000 per lembar.

Baik PT Opa, PT Papa maupun PT Ana masing-masing mempunyai modal saham yang beredar sebanyak 500 lembar dengan nilai nominal @ Rp 50.000 per lembar.

Di bawah ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember 1975 beserta perubahan-perubahan yang terjadi selama dua tahun berturut-turut untuk masing-masing perusahaan :

Keterangan PT Opa PT Papa PT Ana(Rp) (Rp) (Rp)

Laba yang ditahan (defisit),31-12-1975 100,000,000.00 20,000,000.00 (5,000,000.00)Laba (rugi) usaha tahun 1976 5,000,000.00 2,500,000.00 (2,000,000.00)Pembagian deviden, bulan Desember 1977 2,500,000.00 2,000,000.00 - Laba (rugi) usaha, tahun 1977 7,500,000.00 5,000,000.00 5,000,000.00

Metode harga perolehan

Eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan sub induk pada perusahaan anak, dan hak-hak pemilikan perusahaan induk pada perusahaan sub induk didasarkan dari posisi hak-hak pemegang saham pada saat terjadinya pemilikan saham. Hak-hak pemegang saham perusahaan sub induk pada metode harga perolehan tidak seperti tercantum dalam buku-bukunya, melainkan juga penyesuaian terhadap hak-hak pemilikannya pada perusahaan anak sampai dengan tanggal tersebut.

Dengan demikian jurnal eliminasi, hak-hak pemegang saham minoritas dan kenaikan saldo laba yang ditahan untuk perusahaan induk apabila metode harga perolehan dipakai akan tampak sebagai berikut :

(1) Eliminasi hak-hak pemilikan PT Papa atas PT Ana, sebesar 80% dari saldo hak-hak pemegang saham pada tanggal 1 Januari 1976 sebagai berikut :

Modal saham, PT Ana Rp 20.000.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 8.000.000

Investasi saham, PT Ana Rp 24.000.000Defisit, PT Ana Rp 4.000.000

(2) Eliminasi hak-hak pemilikan PT Opa atas PT Papa sebesar 90% dari saldo hak-hak pemegang saham pada tanggal 1 Januari 1977 sebesar Rp 35.900.000 sebagai berikut :

Modal saham, PT Papa Rp 22.500.000Laba yang ditahan, PT papa Rp 9.810.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai

Page 68: Tugas Final akLan

68

buku saham Rp 3.690.000Investasi saham-saham, PT Papa Rp 36.000.000

Metode equity

Pada metode equity, penyusunan neraca konsolidasi oleh PT Opa tidak peril melakukan analisa lebih dulu terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada hak-hak pemegang saham baik PT Ana maupun PT Papa. Semua pengaruh perubahan-perubahan yang terjadi itu telah diikhtisarkan/dicatat baik pada buku-buku PT Opa maupun PT Papa. Berbeda dengan metode harga perolehan, pengakuan terhadap perubahan saldo laba yang ditahan PT Ana dimulai baru setelah adanya hak control oleh PT Opa terhadap Papa.

Pada metode equity penyusunan neraca konsolidasi pada tanggal 31 Desember 1977 langsung dari neraca individual, dilakukan dengan mengeliminasi hak-hak pemilikan perusahaan induk atas perusahaan anaknya sesuai dengan posisi hak-hak pemegang saham perusahaan anak pada tanggal neraca. Demikian pula hak-hak pemegang saham minoritas pada perusahaan anak ditentukan dengan bertitik tolak dari posisi terakhir.

Adapun jurnal eliminasi yang diperlukan pada tanggal 31 Desember 1977 adalah sebagai berikut :

(1) Eliminasi hak-hak pemilikan PT Papa atas PT Ana 80% dari hak-hak pemegang saham per 31 Desember 1977 :

Modal saham, PT Ana Rp 20.000.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai Buku Rp 8.000.000

Investasi saham-saham, PT Ana Rp 26.400.000Defisit, PT Ana Rp 1.600.000

(2) Eliminasi hak-hak pemilikan PT OPa atas PT Papa, 90% dari hak-hak pemegang saham per 31 Desember 1977 :

Modal saham, PT Papa Rp 22.500.000Laba yang ditahan, PT Papa Rp 16.110.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 3.690.000

Investasi saham, PT Papa Rp 42.300.000

Pemilikan tidak langsung :

- Hak control diperoleh dengan adanya hubungan afiliasi di antara perusahaan-perusahaan anak.

Sudah dua alternatip yang dikemukakan mengenai cara-cara yang dapat dilakukan oleh suatu perusahaan untuk memperoleh hak control pada perusahaan lain, yaitu pertama melalui pemilikan langsung sebagian besar saham perusahaan lain tersebut,

Page 69: Tugas Final akLan

69

dan kedua melalui pemilikan tidak langsung atau dengan kedua beserta pengaruhnya di dalam menyusun neraca konsolidasi.

Contoh : PT Dani membeli 125 lembar saham-saham PT Essy dengan harga @ Rp 60.000 per lembar pada tanggal 1 Januari 1976. Setahun kemudian PT Papa membeli 400 lembar saham-saham PT Dany dengan harga @ Rp 75.000 per lembar dan 250 lembar saham-saham PT Essy dengan harga @ Rp 70.000 per lembar.

Baik PT Papa, PT Dany maupun PT Essy masing-masing memiliki 500 lembar saham yang beredar dengan nilai nominal @ Rp 50.000 per lembar.

Berikut ini data mengenai saldo laba yang ditahan pada tanggal 31 Desember 1975, laba (rugi) usaha serta pembagian devisen selama dua tahun berturut-turut dari ketiga perushaan tersebut :

KeteranganPT Papa PT Dany PT Essy

(Rp) (Rp) (Rp)

Laba yang ditahan, 31 Desember 1977 45,000,000.00 5,000,000.00 2,500,000.00 Laba (rugi) usaha, tahun 1976 10,000,000.00 4,375,000.00 2,500,000.00 Pembagian deviden, Desember 1977 5,000,000.00 2,000,000.00 2,000,000.00 Laba (rugi) usaha, tahun 1977 7,500,000.00 500,000.00 3,000,000.00

Metode harga perolehan

Apabila metode harga perolehan dipakai dan neraca konsolidasi disusun langsung dari neraca individual perusahaan-perusahaan anggota afiliasi, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu :

(1) Eliminasi hak-hak pemilikan PT Dany terhadap PT Essy

Modal saham, PT Essy Rp 6.250.000Laba yang ditahan, PT Essy Rp 625.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 625.000

Investasi saham-saham PT Essy Rp 7.500.000

(2) Eliminasi hak pemilikan PT Papa terhadap PT Essy

Modal saham, PT Essy Rp 12.500.000Laba yang ditahan, PT Essy Rp 2.500.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai buku saham Rp 2.500.000

Investasi saham-saham PT Essy Rp 17.500.000

(3) Eliminasi hak-hak pemilikan PT Papa terhadap PT Dany

Modal saham, PT Dany Rp 20.000.000Laba yang ditahan, PT Dany Rp 8.000.000Selisih lebih harga perolehan di atas nilai

Page 70: Tugas Final akLan

70

buku saham Rp 2.000.000Investasi saham-saham PT Dany Rp 30.000.000

Metode equity

Pada metode equity berbagai pengaruh perubahan saldo laba yang ditahan pada perusahaan anak telah diikuti secara lengkap pada buku-buku perusahaan induk. Sehingga neraca individual masing-masing anggota perusahaan afiliasi telah menunjukkan posisi hak-hak pemilikan perusahaan induk terhadap perusahaan anak tepat pada tanggal neraca. Oleh sebab itu apabila dikehandaki penyusunan neraca konsolidasi tinggal menggabungkan semua aktiva dan hutang-hutang kepada pihak di luar anggota afiliasi serta mengeliminasi hak-hak pemilikan dari perusahaan induk.

Saling memiliki saham :

- Pemilikan saham pada perusahaan anak, terjadi pada saat perusahaan (anak) didirikan.

Hubungan afiliasi akan semakin komplek jika akntar perusahaan induk dan perusahaan anak terjadi saling memiliki saham. Perusahaan induk si satu pihak memiliki saham-saham perusahaan anak, dan di pihak lain perusahaan anak juga memiliki sebagian saham-saham perusahaan induk. Apabila hal ini terjadi maka laba (rugi) dan atau kenaikan (penurunan) saldo laba yang ditahan selama terjadinya saling pemilikan dari perusahaan-perusahaan afiliasi akan saling mempengaruhi satu sama lain.

Satu hal yang perlu diperhatikan di sini ialah bahwa, terhadap saham-saham perusahaan induk yang dimiliki oleh perusahaan anak tidak boleh diperlakukan sebagai modal saham yang beredar di dalam neraca yang dikonsolidasi.

Saling memiliki saham :

- Pemilikan saham-saham perusahaan anak terjadi setelah perusahaan anak berjalan

Pembelian saham-saham antar perusahaan afiliasi yang mengakibatkan terjadinya saling pemilikan dapat terjadi pada saat perusahaan-perusahaan afiliasi telah berjalan. Apabila hak ini terjadi, maka pengakuan terhadap bagian atas laba (rugi) dan atau kenaikan saldo laba yang ditahan atas dasar saling memiliki (mutual basis) dilakukan hanya terbatas pada laba (rugi) yang diperoleh atau kenaikan saldo laba yang ditahan sejak adanya saling pemilikan tersebut.

Page 71: Tugas Final akLan

71

BAB XVIII

LAPORAN KEUANGAN YANG DIKONSOLIDASI

(Laporan Rugi-laba; Laporan Laba yang ditahan; Neraca)

Tujuan utama dari penyusunan tiap-tiap jenis laporan keuangan berbeda antara laporan yang satu dengan laporan yang lainnya. Neraca misalnya, disusun dengan tujuan utama untuk menyajikan posisi keuangan suatu perusahaan pada suatu saat. Sedang laporan rugi-laba disusun dengan tujuan untuk menunjukkan hasil usaha perusahaan selama periode akuntansi tertentu. Di lain pihak tujuan penyusunan laporan laba yang ditahan, adalah untuk menunjukkan hak-hak para pemegang saham terhadap bagian laba yang didapat oleh perusahaan oleh karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, untuk sementara belum/tidak dibagikan.

Adanya kontinuitas di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi

Laporan keuangan yang dikonsolidasi disusun dengan bertitik tolak dari laporan-laporan keuangan individual, yang tidak lain adalah hasil akhir dari proses akuntansi pada masing-masing perusahaan. Adanya kontinuitas yang dimaksudkan, ialah bahwa saldo rekening-rekening yang tercantum dalam neraca konsolidasi pada suatu saat merupakan kelanjutan daripada saldo rekening-rekening yang sama dalam neraca konsolidasi yang disusun pada akhir periode sebelumnya.

Untuk lebih jelasnya berikut ini diberikan contoh yang dimulai dengan :

(1) Apabila perusahaan-perusahaan afiliasi adalah perusahaan yang berusaha di bidang perdagangan.

(2) Apabila perusahaan-perusahaan afiliasi adalah perusahaan-perusahaan yang berusaha di bidang manufaktur.

Laporan keuangan yang dikonsolidasi pada perusahaan-perusahaan dagang (Laporan laba yang ditahan)

Keterangan

PT Gunungsari PT Wijaya

31 Desember 31 Desember 31 Desember 31 Desember1976 1977 1976 1977(Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

Saldo 1 Januari 5,000,000.00 10,000,000.00 2,500,000.00 5,000,000.00 Ditambah :- Laba bersih tahun 1976 5,000,000.00 - 2,500,000.00 - - Laba bersih tahun 1977 - 7,500,000.00 - 3,000,000.00

10,000,000.00 17,500,000.00 5,000,000.00 8,000,000.00 Dikurangi :Deviden yang dibagi - 2,500,000.00 - 500,000.00

Saldo 31 Desember 10,000,000.00 15,000,000.00 5,000,000.00 7,500,000.00

Laporan keuangan yang dikonsolidasi pada perusahaan dagang (investasi saham pada perusahaan anak dicatat dengan metode equity)

Page 72: Tugas Final akLan

72

(1) Laporan keuangan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1976.

Ada beberapa hal yang harus diperhatikan apabila laporan keuangan yang dikonsolidasi pada tanggal 31 Desember 1976 disusun. Yaitu terhadap saldo hutang piutang; transaksi jual beli barang-barang dagangan yang mengakibatkan timbulnya laba (rugi) dari transaksi tersebut di mana sebagian masih terikat pada nilai persediaan akhir barang dagangan, di dalam lingkungan perusahaan afiliasi. Oleh karene di dalam laporan keuangan yang dikonsolidasi perusahaan-perusahaan afiliasi dianggap sebagai satu-kesatuan ekonomis, maka hal tersebut di atas harus dieliminasi di samping eliminasi terhadap hak-hak pemilikan saham.

Penjelasan daftar lajur laporan yang dikonsolidasi, per 31 Desember 1976

Pada penyusunan laporan keuangan individual dipakai sebagai titik tolak adalah neraca sisa, tetapi penyusunan laporan keuangan yang dikonsolidasi dipakai sebagai titik tolaknya adalah neraca sisa setelah penyesuaian. Hal ini disebabkan oleh karena titik tolaknya adalah neraca sisa setelah penyesuaian dapat segera diperoleh dengan cara menggabungkan kembali saldo rekening-rekening neraca dan rekening-rekening pembukuan dalam laporan rugi-laba individualnya.

1. Eliminasi terhadap hak pemilikan PT Gunungsari pada PT Wijaya

Pada metode equity eliminasi terhadap saldo hak pemilikan perusahaan induk pada perusahaan anak dilakukan dengan bertitik tolak saldo hak-hak pemegang saham perusahaan anak pada tanggal neraca. Sehingga jurnal eliminasinya akan sebagai berikut :

Modal saham, PT Wijaya Rp 7.500.000Laba yang ditahan, PT Wijaya 1 Januari 1976 Rp 1.875.000Laba atas investasi saham pada PT Wijaya Rp 1.875.000

Investasi saham-saham, PT Wijaya Rp 11.250.000

2. Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang, transaksi jual-beli barang dagangan dan laba yang timbul sebagai akibat terjadinya transaksi antar perusahaan afiliasi.

(a) Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang(b) Transaksi jual-beli barang dagangan(c) Eliminasi terhadap laba atas barang-barang dagangan, yang semula dibeli oleh

PT Gunungsari dari PT Wijaya dan belum berhasil dijual kembali sampai dengan tanggal neraca.

(2) Laporan keuangan untuk akhir periode tahun buku 1977 (metode equity)

Terhadap persediaan barang pada awal tahun berarti ada realisasi laba yang semula dieliminasi pada akhir tahun 1976. Sedang terhadap persediaan barang pada akhir tahun dengan dasar alas an yang sama, harus dieliminasi sejumlah laba yang terkandung di dalamnya. Oleh karena pihak penjual adalah perusahaan induk, maka seluruh jumlah laba tersebut seluruhnya dikurangkan dari laba usaha perusahaan induk.

Page 73: Tugas Final akLan

73

Sama halnya dengan rekening-rekening nominal yang lain, deviden yang dibagi disajikan secara terpisah dari saldo laba yang ditahan di dalam neraca sisa setelah penyesuaian. Deviden yang dibagikan akan mempengaruhi saldo laba yang ditahan seperti halnya laba (rugi) usaha.Segala sesuatu yang mempengaruhi saldo laba yang ditahan harus dilaporkan secara terperinci di dalam laporan laba yang ditahan sebelum saldo laba yang ditahan dipindahkan ke neraca.

Dengan berdasar padaberbagai alas an tersebut di atas, maka eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk pada perusahaan anak, laba antar transaksi barang-barang dagangan dan saldo hutang-piutang dilakukan sebagai berikut :

1. Eliminasi terhadap hak-hak pemilikan PT Gunungsari pada PT Wijaya

Modal saham, PT Wijaya Rp 7.500.000Laba yang ditahan PT Wijaya, 1 Jnauari 1977(dikurang dengan deviden yang dibagi) Rp 3.750.000Laba atas investasi pada PT Wijaya Rp 2.250.000

Investasi saham-saham PT Wijaya Rp 13.125.000Deviden yang dibagi, PT Wijaya Rp 375.000

2. A. Eliminasi terhadap laba atas persediaan barang-barang pada awal tahun 1977.

Laba yang ditahan PT Gunungsari,1 Januari 1977 rp 375.000Laba yang ditahan PT Wijaya1 Januari 1977 Rp 125.000

Persediaan barang dagangan1 Januari 1977 Rp 500.000

B. Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang dagangan antara PT Gunungsari dengan PT Wijaya.

Hasil penjualan (PT Gunungsari) Rp 2.500.000Pembelian (PT Wijaya) Rp 2.500.000

C. Eliminasi saldo hutang-piutang antar perusahaan afiliasi pada tanggal 31 Desember 1977 :

Hutang dagang (PT Wijaya) Rp 1.250.000Piutang dagang (PT Gunungsari) Rp 1.250.000

D. Eliminasi laba antar transaksi jual-beli barang dagangan yang sampai dengan tanggal 31 Desember 1977 belum berhasil dijual kepada pihak di luar anggota afiliasi.

Persediaan barang dagangan,31 Desember 1977 (laba-rugi) Rp 800.000

Persediaan barang dagangan,31 Desember 1977 (neraca) Rp 800.000

Page 74: Tugas Final akLan

74

Laporan keuangan yang dikonsolidasi pada perusahaan dagang (investasi saham pada perusahaan anak dicatat dengan metode harga perolehan)

Apabila investasi sahan-saham pada perusahaan anak dicatat dengan metode harga perolehan, maka laporan rugi-laba, laporan laba yang ditahan dan neraca PT Gunungsari akan berbeda dengan apabila investasi saham-saham tersebut dicatat dengan metode equity. Perbedaan tersebut disebabkan oleh karena pada metode harga perolehan laba periodik perusahaan anak tidak diakui pada buku-buku perusahaan induk sampai dengan laba tersebut dibagikan sebagai deviden.

Contoh :

1. Laporan Laba yang ditahan, PT Gunungsari

Keterangan Per 31 Desember 1976 Per 31 Desember 1977Saldo , 1 Januari Rp 5,000,000.00 Rp 8,125,000.00

DitambahLaba bersih tahun 1976 Rp 3,125,000.00 - Laba bersih tahun 1977 - Rp 5,625,000.00

Rp 8,125,000.00 Rp 13,750,000.00 Dikurangi :

Deviden yang dibagi - Rp 2,500,000.00 Saldo, per 31 Desember Rp 8,125,000.00 Rp 11,250,000.00

2. Neraca, PT Gunungsari

Rekening-rekening neraca Per 31 Desember 1976 Per 31 Desember 1977Aktiva :

Kas & bank Rp 4,250,000.00 Rp 3,375,000.00 Piutang dagang Rp 6,750,000.00 Rp 7,500,000.00 Pesediaan barang daganga Rp 4,875,000.00 Rp 6,375,000.00 Aktiva tetp Rp 17,500,000.00 Rp 16,750,000.00 Investasi saham-saham,PT Wijaya Rp 9,750,000.00 Rp 9,750,000.00

Jumlah aktiva Rp 43,125,000.00 Rp 43,750,000.00

Hutang & modal :Hutang dagang Rp 7,500,000.00 Rp 5,000,000.00 Hutang jangka panjang Rp 7,500,000.00 Rp 7,500,000.00 Modal saham Rp 20,000,000.00 Rp 20,000,000.00 Laba yang ditahan Rp 8,125,000.00 Rp 11,250,000.00

(1) Laporan keuangan yang dikonsolidasi pada akhir periode tahun buku 1976

Page 75: Tugas Final akLan

75

1. Eliminasi terhadap hak pemilikan saham

Modal saham, PT Wijaya Rp 7.500.000Laba yang ditahan, PT Wijaya,1 januari 1976 Rp 1.875.000

Investasi saham-saham, PT Wijaya Rp 9.375.000

2. A. Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang antar perusahaan afiliasi, dilakukandengan jurnal sebagai berikut :

Hutang dagang (PT Gunungsari) Rp 2.500.000Piutang dagang (PT Wijaya) Rp 2.500.000

B. Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang dagangan antar perusahaan afiliasi, dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :

Hasil penjualan (PT Wijaya) Rp 5.000.000Pembelian (PT Gunungsari) Rp 5.000.000

C. Eliminasi terhadap laba antar transaksi jual-beli barang dagangan sampai dengan tanggal 31 Desember 1976 belum berhasil dijual kembali oleh PT Gunungsari, dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :

Persediaan barang dagangan31 Desember 1976 (laba-rugi) Rp 500.000

Persediaan barang dagangan31 Desember 1976 (neraca) Rp 500.000

(2) Laporan keuangan yang dikonsolidasi pada akhir periode tahun buku 1977

1. Eliminasi terhadap hak pemilikan saham pada perusahaan anak

Modal saham, PT Wijaya Rp 7.500.000Laba yang ditahan, PT Wijaya1 Januari 1976 Rp 1.875.000

Investasi saham-saham, PT Wijaya Rp 9.375.000

2. Eliminasi terhadap laba antar transaksi barang-barang dagangan pada awal tahun 1977 (akhir tahun 1976)

Laba yang ditahan, PT Wijaya1 Januari 1977 Rp 500.000

Persediaan barang dagangan1 Januari 1977 Rp 500.000

3. Eliminasi terhadap pengahsilan deviden (pada buku-buku PT Gunungsari) yang diterima) yang diterima dari PT Wijaya, dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :

Penghasilan deviden (PT Gunungsari) Rp 375.000Deviden yang dibagi (PT Wijaya) Rp 375.000

Page 76: Tugas Final akLan

76

(a) Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang pada tanggal 31 Desember 1977, dilakukan dengan jurnal sebagai berikut :

Hutang dagang (PT Wijaya) Rp 1.250.000Piutang dagang (PT Gunungsari) Rp 1.250.000

(b) Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang dagangan dalam tahun 1977 :

Hasil penjualan (PT Gunungsari) Rp 2.500.000Pembelian (PT Wijaya) Rp 2.500.000

(c) Eliminasi terhadap laba antar transaksi barang-barang dagangan yang belum berhasil dijual kembali sampai dengan tanggal 31 Desember 1977 :

Persediaan barang dagangan,31 Desember 1977 (laba-rugi) Rp 800.000

Persediaan barang dagangan,31 Desember 1977 (neraca) Rp 800.000

(3) Laporan (keuangan) yang dikonsolidasi untuk akhir periode tahun buku berikutnya.

Metode equity : penyusunan laporan keuangan yang dikonsolidasi.

1. Laporan keuangan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1976

(a) Eliminasi terhadap hak-hak pemilikan perusahaan induk pada perusahaan anak

Modal saham, PT Pelita Pembangunan Rp 45.000.000Laba yang ditahan, PT Pelita Pembangunan (1 Januari 1976) Rp 9.000.000Laba atas investasi pada perusahaan anak Rp 4.500.000

Investasi saham-saham, PT Pelita Pembangunan Rp 56.250.000Deviden yang dibagi, PT Pelita Pembangunan Rp 2.250.000

(b) Eliminasi terhadap penjualan produk oleh PT Pelita Pembangunan kepada PT Karya Pembangunan.

Hasil penjualan (PT Pelita Pembangunan) Rp 4.575.000Pembelian bahan baku (PT Karya Pembangunan) Rp 4.575.000

(c) Eliminasi terhadap laba antar transaksi (barang-barang) yang termasuk dalam persediaan PT Karya Pembangunan pada tanggal 31 Desember 1976.

Page 77: Tugas Final akLan

77

Persediaan produk jadi,31 Desember 1976 (laba-rugi) Rp 250.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1976 (laba-rugi) Rp 200.000Persediaan bahan baku,31 Desmber 1976 (laba-rugi) Rp 125.000

Persediaan produk jadi,31 Desember 1976 (neraca) Rp 250.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1976 (neraca) Rp 200.000Persediaan bahan baku,31 Desmber 1976 (neraca) Rp 125.000

(d) Eliminasi terhadap saldo hutang atas pembelian barang oleh PT Karya Pembangunan dari PT Pelita Pembangunan sebesar : Rp 4.575.000 (60% x Rp 7.625.000) pada tanggal 31 Desember 1976.

Hutang dagang (PT Karya Pembangunan) Rp 4.575.000Piutang dagang (PT Pelita Pembangunan) Rp 4.575.000

(e) Eliminasi terhadap laba atas penjualan mesin oleh PT Pelita Pembangunan kepada PT Karya Pembangunan pada akhir tahun 1976.

Laba penjualan aktiva tetap(PT Pelita Pembangunan) Rp 2.500.000

Mesin & peralatan(PT Karya Pambangunan) Rp 2.500.000

(f) Eliminasi terhadap hutang obligasi PT Pelita Pembangunan atas obligasinya yang dimiliki oleh PT Karya Pembangunan, pada tanggal 31 Desember 1976 (dianggap obligasi yang ditarik dari peredaran)

Investasi obligasi, PT Pelita Pembangunan(PT Karya Pembangunan) Rp 250.000

Diskonto Hutang Obligasi(PT Pelita Pembangunan) Rp 250.000

(g) Eliminasi terhadap piutang atas deviden yang dibagikan oleh PT Pelita Pembangunan pada tanggal 31 Desember 1976.

Hutang Deviden (PT Pelita Pembangunan) Rp 2.250.000

Piutang deviden (PT Karya Pembangunan) Rp 2.250.000

Page 78: Tugas Final akLan

78

Metode Equity : Laporan keuangan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 1977.

(a) Eliminasi terhadap hak-hak pemilikan PT Karya Pembangunan pada PT Pelita Pembangunan.

Modal saham, PT Pelita Pembangunan Rp 45.000.000Laba yang ditahan, PT Pelita Pembangunan1 Januari 1977 Rp 11.250.000Laba atas investasi pada perusahaan anak Rp 3.375.000

Investasi saham-saham, PT Pelita Pembangunan Rp 57.150.000Deviden yang dibagi, PT Pelita Pembangunan Rp 2.475.000

(b) Eliminasi terhadap laba antar transaksi yang melekat pada persediaan produk jadi, produk dalam proses dan bahan baku pada awal tahun buku 1977.

Laba yang ditahan PT Pelita Pembangunan1 Januari 1977 Rp 57.500Laba yang ditahan PT KArya Pembangunan Rp 517.5001 Januari 1977

Persediaan produk jadi, 1 Januari 1977 Rp 250.000Persediaan produk dalam proses, 1 Januari 1977 Rp 200.000Persediaan bahan baku, 1 Januari 1977 Rp 125.000

(c) Eliminasi terhadap mesin dan peralatan yang dijual oleh PT Pelita Pembangunan kepada PT Karya Pembangunan yang terjadi pada akhir tahun 1976.

Laba yang ditahan PT Pelita Pembangunan1 Januari 1977 Rp 250.000Laba yang ditahan PT Karya Pembangunan1 Januari 1977 Rp 2.250.000

Mesin dan peralatan Rp 2.500.000

(d) Eliminasi terhadap hutang-piutang deviden antar PT Pelita Pembangunan dengan PT Karya Pembangunan pada tanggal 31 Desember 1977.

Hutang deviden (PT Pelita Pembangunan) Rp 2.475.000Piutang deviden (PT Karya Pembangunan) Rp 2.475.000

(e) Eliminasi terhadap investasi obligasi PT Karya Pembangunan atas obligasi-obligasi yang dikeluarkan oleh PT Pelita Pembangunan.

Investasi obligasi, PT Pelita Pembangunan(PT Karya Pembangunan) Rp 225.000

Diskonto hutang obligasi (PT Pelita Pembangunan) Rp 225.000

(f) Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang antar perusahaan afiliasi dalam tahun 1977.

Hasil penjualan (PT Pelita Pembangunan) Rp 6.375.000

Page 79: Tugas Final akLan

79

Pembelian bahan baku (PT Karya Pembangunan Rp 6.375.000

(g) Eliminasi terhadap laba antar transaksi yang melekat pada persediaan produk jadi, produk dalam proses dan bahan baku yang ada pada akhir tahun 1977.

Persediaan produk jadi, 31 Desember 1977(laba-rugi) Rp 450.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1977 (laba-rugi) Rp 225.000Persediaan bahan baku, 31 Desember 1977(laba-rugi) Rp 300.000

Persediaan produk jadi, 31 Desember 1977 (neraca) Rp 450.000Persediaan produk dalam proses, 31 Desember 1977(neraca) Rp 225.000Persediaan bahan baku, 31 Desember 1977 (neraca) Rp 300.000

(h) Eliminasi terhadap beban biaya penyusutan mesin yang dibeli PT Karya Pembangunan dari PT Pelita Pembangunan yang diperhitungkan terlalu tinggi sebesar Rp 125.000: 20, dalam tahun buku 1977.

Akumulasi penyusutan mesin dan peralatan Rp 125.000Biaya overhead pabrik Rp 125.000

(i) Eliminasi terhadap biaya bunga hutang obligasi PT Pelita Pembangunan untuk obligasi-obligasi yang dimiliki oleh pt karya Pembangunan.

Penghasilan bunga (PT KaryaPembangunan) Rp 275.000

Biaya bungan (PT Pelita Pembangunan) Rp 275.000

(j) Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang yang timbul dari transaksi jual-beli barang dalam tahun 1977 :

Hutang dagang (PT Karya Pembangunan) Rp 6.375.000

Piutang dagang (PT Pelita Pembangunan) Rp 6.375.000

Metode harga perolehan : Laporan keuangan yang dikonsolidasi, pada perusahaan manufaktur

(1) Laporan keuangan yang dikonsolidasi, akhir tahun buku 1976

(a) Eliminasi terhadap hak-hak pemilikan PT KArya Pembangunan pada PT Pelita Pembangunan

Modal saham-saham, PT PelitaPembangunan Rp 45.000.000Laba yang ditahan, PT PelitaPembangunan, 1 Januari 1976 Rp 9.000.000

Investasi saham-saham PT Pelita Pembangunan Rp 54.000.000

Page 80: Tugas Final akLan

80

(b) Eliminasi terhadap penghasilan deviden dan deviden yang dibagi pada akhir tahun 1976

Penghasilan deviden (PT KaryaPembangunan) Rp 2.250.000

Deviden yang dibagi (PT Pelita Pembangunan) Rp 2.250.000

(c) Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang antar PT Pelita Pembangunan dengan PT Karya Pembangunan selama tahun buku 1976.

Hasil penjualan (PT Pelita Pembangunan) Rp 4.575.000Pembelian bahan baku (PT Karya Pembangunan) Rp 4.575.000

(d) Eliminasi terhadap laba antar transaksi barang-barang yang termasuk dalam elemen persediaan pada akhir tahun buku 1976.

Persediaan produk jadi, 31 Desember1976 (laba-rugi) Rp 250.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1976 (laba-rugi) Rp 200.000Persediaan bahan baku, 31 Desember1976 (laba-rugi) Rp 125.000

Persediaan produk jadi, 31 Desember 1976 (neraca) Rp 250.000Persediaan produk dalam proses, 31 Desember 1976 (neraca) Rp 200.000Persediaan bahan baku, 31 Desember 1976 (neraca) Rp 125.000

(e) Eliminasi terhadap laba antar transaksi penjualan mesin oleh PT Pembangunan kepada PT Karya Pembangunan.

Hutang dagang (PT Karya Pembangunan) Rp 4.575.000Piutang dagang (PT Pelita Pembangunan) Rp 4.575.000

(f) Eliminasi terhadap hutang obligasi PT Pelita Pembangunan atas obligasi yang dimiliki oleh PT Karya Pembangunan

Laba penjualan aktiva tetap (PT PelitaPembangunan) Rp 2.500.000

Mesin dan Equiptment (PT Karya pembangunan) Rp 2.500.000

(g) Eliminasi terhadap hutang obligasi PT Pelita Pembangunan atas obligasi yang dimiliki oleh PT Karya Pembangunan.

Investasi obligasi, PT PelitaPembangunan (PT Karya Pembangunan) Rp 250.000

Diskonto hutang obligasi (PT Pelita Pembangunan) Rp 250.000

(h) Eliminasi terhadap piutang atas deviden yang dibagikan oleh PT Pelita Pembanguna pada tanggal 31 Desember 1976.

Page 81: Tugas Final akLan

81

Hutang deviden (PT Pelita Pembangunan) Rp 2.250.000

Piutang deviden (PT Karya Pembangunan) Rp 2.250.000

Metode harga perolehan :

(2) Laporan keuangan yang dikonsolidasi, pada akhir tahun buku 1977

(a) Eliminasi terhadap hak pemilikan PT Karya Pembangunan pada PT Pelita Pembangunan, dilakukan dengan bertitik tolak dari hak-hak pemegang saham PT Pelita Pembangunan pada saat terjadinya pembelian saham-saham, dengan jurnal sebagai berikut :

Modal saham PT Pelita Pembangunan Rp 45.000.000Laba yang ditahan PT PelitaPembangunan 1 Januari 1976 Rp 9.000.000

Investasi saham-saham, PT Pelita Pembangunan Rp 54.000.000

(b) Eliminasi terhadap penghasilan deviden, atas deviden yang dibagikan oleh PT Pelita Pembangunan.

Penghasilan deviden (PT KaryaPembangunan) Rp 2.475.000

Deviden yang dibagi (PT Pelita Pembangunan) Rp 2.475.000

(c) Eliminasi terhadap laba antar transaksi yang melekat pada persediaan produk jadi, produk dalam proses dan bahan baku awal tahun 1977.

Laba yang ditahan, PT PelitaPembangunan, 1 Januari 1977 Rp 575.000

Persediaan produk jadi, 1 Januari 1977 Rp 250.000Persediaan produk dalam proses, 1 Januari 1977 Rp 200.000Persediaan bahan baku, 1 Januari 1977 Rp 25.000

(d) Eliminasi terhadap mesin-mesin dan equipment yang dijual oleh PT Pelita Pembangunan kepada PT Karya Pembangunan yang terjadi pada akhir tahun 1976.

Laba yang ditahan, PT Pelita Pembangunan (1 Januari 1977) Rp 2.500.000

Mesin dan equipment Rp 2.500.000

(e) Eliminasi terhadap hutang-piutang deviden antar PT Pelita Pembangunan dengan PT Karya Pembangunan, pada tanggal 31 Desember 1977.

Hutang deviden, (PT KaryaPembangunan Rp 2.475.000

Piutang deviden (PT Karya Pembangunan) Rp 2.475.000

Page 82: Tugas Final akLan

82

(f) Eliminasi terhadap investasi obligasi PT Karya Pembangunan atas obligasi-obligasi yang dikeluarkan PT Pelita Pembangunan.

Investasi obligasi PT Pelita Pembangunan Rp 225.000Diskonto hutang obligasi (PT Pelita Pembangunan) Rp 225.000

(g) Eliminasi terhadap transaksi jual-beli barang antar perusahaan afiliasi dalam tahun 1977.

Hasil penjualan (PT PelitaPembangunan) Rp 6.375.000Pembelian bahan baku (PT Karya Pembangunan) Rp 6.375.000

(h) Eliminasi terhadap laba antar transaksi yang melekat pada persediaan produk jadi; produk dalam proses dan bahan baku yang ada pada akhir tahun buku 1977.

Persediaan produk jadi, 31 Desember1977 (laba-rugi) Rp 450.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1977 (laba-rugi) Rp 225.000Persediaan bahan baku, 31 Desember1977 (laba-rugi) Rp 300.000

Persediaan produk jadi, 31 Desember1977 (neraca) Rp 450.000Persediaan produk dalam proses,31 Desember 1977 (neraca) Rp 225.000Persediaan bahan baku, 31 Desember1977 (neraca) Rp 300.000

(i) Eliminasi terhadap beban biaya penyusutan mesin yang dibeli dari PT Pelita Pembangunan yang diperhitungkan terlalu tinggi dalam tahun buku 1977.

Akumulasi penyusutan mesin dan Peralatan Rp 125.000

Biaya overhead pabrik Rp 125.000

(j) Eliminasi terhadap biaya bunga hutang obligasi PT Pelita Pembangunan atas obligasinya yang dimiliki oleh PT Karya Pembangunan.

Penghasilan bunga (PT KaryaPembangunan) Rp 275.000

Biaya bunga (PT Pelita Pembangunan) Rp 275.000

(k) Eliminasi terhadap saldo hutang-piutang yang timbul dari transaksi jual-beli barang dalam tahun 1977.

Hutang dagang (PT Karya

Pembangunan) Rp 6.375.000Piutang dagang (PT Pelita Pembangunan) Rp 6.375.000