TUGAS FARMAKOLOGI BARU

download TUGAS FARMAKOLOGI BARU

of 24

Transcript of TUGAS FARMAKOLOGI BARU

I.

PENDAHULUAN A. SEJARAH MAKROLIDA ATAU ERITROMISIN Sejarah makrolida diawali ketika perusahaan Sankyo dan Merck berhasil

mengisolasi milbemisin dan avermektin yang memiliki struktur mirip, dan ternyata efektif digunakan sebagai insektisida.Keduanya merupakan hasil fermentasi yang

memanfaatkan Streptomyces yang berbeda. Eritromisin, turunan dari bakteri seperti jamur, Streptomyces erythraeus, pertama kali diperkenalkan pada awal tahun 1950an. Eritromisin menghambat sintesis protein.Dalam dosis rendah sampai sedang, obat ini mempunyai efek bakteriostatik, dan dengan dosis tinggi, efeknya bakterisidal.Eritromisin dapat diberikan melalui oral atau intravena. Karena asam lambung merusak obat, berbagai garam eritromisin(contoh etilsuksinat, stearate, dan estolat) dipakai untuk mengurangi disolusi (pecah menjadi partikel-partikel kecil) di dalam lambung dan memungkinkan absorpsi terjadi pada usus halus. Untuk pemakaian intravena senyawa eritromisin laktobionat dan eritromisin gluseptat, dipakai untuk meningkatkan absorbsi obat. Eritromisin aktif melawan hampir semua bakteri gram positif, kecuali staphylococcusaureus, dan cukup aktif melawan beberapa bakteri gram yang aktif. Obat ini sering di resepkan sebagai pengganti penisilin. Obat ini merupakan obat pilihan untuk pneumonia akibat mikoplasma dan penyakit legionnaire.

B. RUMUS KIMIA

ASAL: Eritromisin dihasilkan oleh suatu strain Streptomyces erythreus. Zat ini berupa kristal berwarna kekuningan, larut dalam air sebanyak 2mg/ml. Eritromosin larut lebih baik dalam etanol atau pelarut organik. KIMIA: Macrolide merupakan suatu kelompok senyawa yang berhubungan erat, dengan ciri suatu cincin lakton (biasanya terdiri dari 14 atau 16 atom) di mana terkait gula-gula deoksi. Obat prototipnya adalah Eritromycin, yang terdiri dari dua belahan gula yang terkait pada cincin lakton 14-atom, diambil dari Streptomyces erytheus pada tahun 1952. Clartromycin dan artitromycin merupakan turunan semisintesis eritromycin. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam, kurang stabil pada suhu kamar tetapi cukup stabil pada suhu rendah. Aktvitas in vitro paling besar dalam suasana alkalis. Larutan netral eritromisin yang disimpan pada suhu kamar akan turun potensinya dalam beberapa hari, tetapi bila disimpan pada suhu 50 biasanya tahan sampai beberapa minggu.

Gb. Rumus molekul mikrolida

Eritromisin terdiri dari : 1. 2. 3. aglikon eritronolid gula amino desosamin dan gula netral kladinosa Membentuk garam pada gugus dimetilamino ( 3 ) dengan asam, contoh: garam stearat bersifat sukar larut dalam air dengan rasa yang sedikit pahit. 4. Membentuk ester pada gugus hidroksi ( 2 ) yang tetap aktif secara biologis dan aktivitasnya tidak tergantung pada proses hidrolisis.contoh: ester-ester etilsuksinat, estolat, dan propinoat.yang tidak berasa. Struktur umum dari ertromycin ditunjukkan diatas cincin makrolida dan gula-gula desosamin dan kladinose. Obat ini sulit larut dalam air (0,1%) namun dapat langsung larut pada zat-zat pelarut organik. Larutan ini cukup satabil pada suhu 40 OC, namun dapat kehilangan aktivitas dengan cepat pada suhu 20oC dan pada suhu asam. Ertromycin biasanya tersedia dalam bentuk berbagai ester dan garam.

II. FARMAKODINAMIK Eritromisin menekan sintesis protein bakteri. Mula kerja dari preparat oral adalah 1 jam, waktu untuk mencapai puncak adalah 4 jam, dan lama kerjanya 6 jam. A. EFEK SAMPING DAN REAKSI YANG MERUGIKAN Efek samping dan reaksi yang merugikan dari eritromisin adalah gangguan gastrointrestinal, seperti mual dan muntah, diare, dan kejang abdomen. Reaksi alergi terhadap eritromisin jarang terjadi. Hepatotoksisitas (toksisitas hati) dapat terjadi jika obat dipakai bersama obat-obat hepatotoksik lainnya, seperti asetaminofen (dosis tinggi ), fenotiazin, dan sulfonamid. Eritromisin estolat (ilosone), nampaknya lebih mempunyai efek toksik pada liver di bandingkan dengan eritormisin lainnya.Kerusakan hati biasanya bersifat reversibel jika obat dihentikan.Eritromisin tidak boleh dipakai bersama lindamisin atau linkomisin karena mereka bersaing untuk mendapatkan reseptor.

EFEK SAMPING YANG LAIN: 1. Gangguan epigastrik Efek samping ini paling sering dan dapat mengakibatkan ketidakpatuhan pasien terhadap eritromisin 2. Ikterus Kolestatik Efek samping ini terjadi terutama pada eritromisin estolat. Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolestasis akut, mual, muntah, kemudian timbul ikterus, demam, leukositosis dan eosinofilia; transaminase serum dan kadar bilirubin meninggi; kolesitogram tidak menunjukkan kelainan. 3. Ototoksisitas adalah Ketulian sementara berkaitan dengan eritromisin terutama dalam dosis tinggi. 4. Reaksi Alergi Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Efek samping yang berat akibat pemakaian eritromisin dan turunanya jarang terjadi. Reaksi alergi mungkin timbul dalam bentuk demam, eosinofilia dan eksantem yang cepat hilang bila terapi dihentikan. Hepatitis kolestatik adalah reaksi kepekaan yang terutama ditimbulkan oleh eritromisin estolat (sekarang tidak dipasarkan di Indonesia). Reaksi ini timbul pada hari ke 10-20 setelah dimulainya terapi. Gejalanya berupa nyeri perut yang menyerupai nyeri pada kolesistitis akut, mual dan muntah.kemudian timbul ikterus, demam leukositosis dan eosinofilia, transaminase serum dan kadar bilirubin meninggi, kolesistogram tidak menunjukkan kelainan. Gejala klinis dan patologis sangat mirip dengan gangguan yang ditimbulkan oleh klorpromazin. Kelainan ini biasanya menghilang dalam beberapa hari setelah terapi dihentikan. Efek samping ini dijumpai pula pada penggunaan eritromisin etilsuksinat tetapi jarang sekali terjadi. Eritromisin oral (terutama dalam dosis besar) sering menimbulkan iritasi saluran cerna seperti mual, muntah dan nyeri epigastrium. Suntikan IM lebih dari 100mg menimbulkan sakit yang sangat hebat. Pemberian 1g dengan infus IV sering disusul oleh timbulnya tromboflebitis. Ketulian sementara dapat terjadi bila eritromisin diberikan dalam dosis tinggi melalui IV. Eritromisin dilaporkan meningkatkan toksisitas karbamazepin, kortikosteroid, siklosporin, digoksin, warfarin, dan teofilin.

III. FARMAKOKINETIK Basa eritromisin diserap baik oleh usus kecil bagian atas, aktivitasnya hilang oleh cairan lambung dan absorpsi diperlambat oleh adanya makanan dalam lambung. Untuk mencegah pengerusakan oleh asam lambung, basa eritromisin diberi selaput yang tahan asam atau digunakan dalam bentuk ester stearat atau etilsuksinat. Dengan dosis oral 500mg eritromisin basa dapat dicapai kadar puncak 0,3-1,9 ug/ml dalam waktu 4 jam. Hanya 2-5 % eritromisin yang diekskresi dalam bentuk aktif melalui urin. Eritromisin mengalami pemekatan dalam jaringan hati. Kadar obat aktif dalam empedu dapat melebihi 100x kadar yang tercapai dalam darah. Masa paruh eliminasi eritromisin adalah sekitar 1,6 jam. Dalam keadaan insufisiensi ginjal tidak diperlukan modifikasi dosis. Eritromisin berdifusi dengan baik ke berbagai jaringan tubuh kecuali ke otak dan cairan serebrospinal. Kadarnya dalam jaringan prostat hanya sekitar 40% dari kadar yang tercapai dalam darah. Pada ibu hamil, kadar eritromisin dalam sirkulasi fetus adalah 5-20% dari kadar obat dalam sirkulasi darah ibu. Obat ini diekskresi terutama melalui hati. Dialisis peritonial dan hemodialisis tidak dapat mengeluarkan eritromisin dari tubuh. Pada wanita hamil pemberian eritromisin stearat dapat meningkatkan aktivitas serum aspartat aminotransferase (AST) yang akan kembali ke nilai normal walaupun terapi diteruskan. Preparat eritormisin oral di absorbsi dengan baik melalui saluran gastrointrestinal. Obat ini tersedia untuk pembarian intra vena , tetapi harus di encerkan dalam 100 ml salin atau dekstrosa 5 % dalam larutan air untuk mencegah flebitis atau rasa terbakar pada tempat suntikan. Obat ini memberikan waktu paruh yang singkat dan efek pengikatan pada proteinnya sedang. Obat ini dieksresikan ke dalam empdu, feses, dan sebagian kecil, dalam urin.Karena jumlah yang dieksresikan kedalam urin sedikit, maka insufisiensi ginjal bukan merupakan kontra indikasi bagi pemakai eritromisin.

FARMAKOKINETIK A-D-M-E: 1. A: Pemberian Eritromisin basa dihancurkan oleh asam lambung sehingga obat ini diberikan dalam bentuk tablet salut enterik atau ester. Semua obat ini diabsorpsi secara adekuat setelah pemberian per-oral. 2. D: Distribusi eritromisin ke seluruh cairan tubuh baik kecuali ke cairan sebrospinal. Obat ini merupakan satu diantara sedikit antibiotika yang bedifusi ke dalam cairan prostat dan mempunyai sifat akumulasi unit ke dalam makrofag. Obat ini berkumpul di hati.Adanya inflamasi menyebabkan penetrasinya ke jaringan lebih baik. 3. M: Metabolisme Eritromisin dimetabolisme secara ekstensif dan diketahui menghambat oksidasi sejumlah obat melalui interaksinya dengan sistemsitokrom P-450. 4. E: Ekskresi Eritromisin terutama dikumpulkan dan diekskresikan dalam bentuk aktif dalam empedu. Reabsorpsi parsial terjadi melalui sirkulasi enterohepatik.

IV. DOSIS

Obat Eritromisin basa (E-mycin, ilotycin)

Dosis D : PO : 250-500 mg/6 jam

Pemakaian & Pertimbangan Tablet enterik-coated untuk mencegah asam lambung merusak obat. Dosis > tinggi diperlukan untuk infeksi yang berat.

A : PO :30-50 mg/kg/hr dalam dosis terbagi (setiap 6 jam)

Eritromisin stearat (Erythromicin)

Sama seperti E-mycin

Stabil dalam asam. Tidak boleh dipakai bersama makanan. Dalam bentuk tablet salut

Eritromisin etilsuksimat (E.E.S., E-mycin E, pediamycin)

Sama seperti E-mycin

Tidak terpengaruh oleh makanan. Tersedia dalam bentuk cair, tablet kunyah dan tablet salut.

Eritromisin estolat (ilosone)

Sama seperti E-mycin

Tersedia dalam bentuk cair, tablet kunyah, tablet dan kapsul. Ada kaitan antara hepatotoksistas dengan garam estolat.

Eritromisin laktoblonat (Erythrocin lactobionateI.V)

D : IV : 1-4 gr/hr dalam dosis terbagi 4 (setiap 6 jam) A : IV :15-20 mg/kg/hr dalam dosis terbagi 4

Untuk pemberian intravena.

D : Dewasa

A : Anak-anak

PO : peroral

IV : Intravena

V. SEDIAAN Sedian dari Eritromisin berupa; 1. 2. 3. 4. Kapsul/ tablet Sirup/suspensi Tablet kunyah Dan obat tetes oral

SEDIAAN DAN POSOLOGI YANG LAIN Tabel Posologi eritromisin Preparat Kemasan Posologi/ cara pemberian Keterangan Eritromisin: Kapsul/tablet 250 mg dan 500 mg Dewasa : 1-2 g/hari, dibagi dalam 4 dosis Anak : 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam 4 dosis Dosis dapat ditingkatkan 2x lipat pada infeksi berat Obat diberikan sebelum makan Eritromisin stearat Kapsul 250 mg dan tablet 500 mg Suspensi oral mengandung 250 mg/5 ml Dewasa : 250-500 mg tiap 6 jam atau 500 mg tiap 12 jam Anak : 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis Idem Eritromisin etilsuksinat Tablet kunyah 200 mg Suspensi oral mengandung 200 mg/5 ml dalam botol 60 ml Tetes oral mengandung 100 mg/2,5 ml dalam botol 30 ml Dewasa : 400-800 mg tiap 6 jam atau 800 m tiap 12 jam Anak: 30-50 mg/kg berat badan sehari dibagi dalam beberapa dosis Obat tidak perlu diberikan sebelum makan

VI. GOLONGAN MAKROLIDA ERTROMISIN DAN MAKROLID LAIN Anti biotika golongan makrolid mempunyai persamaan yaitu terdapatnya cincin lakton yang besar dalam rumus molekulnya. Eritromisin yang dianggap paling penting dari golongan ini akan dibicarakan sebagai contoh utama dari kelompok ini. Dalam kelompok ini termasuk juga spirasimin, roksitrosimin, dan klaritromisin. a) Eritromisin. Dihasilkan oleh Streptomyces erythreus. Berkhasiat sebagai bakteriostatik, dengan mekanisme kerja merintangi sintesis protein bakteri. Antibiotik ini tidak stabil dalam suasana asam (mudah terurai oleh asam lambung) dan kurang stabil pada suhu kamar. Untuk mencegah pengrusakan oleh asam lambung maka dibuat tablet salut selaput atau yang digunakan jenis esternya (stearat dan estolat) . Karena memiliki spektrum antibakteri yang hampir sama dengan penisilin, maka obat ini digunakan sebagai alternatif pengobatan pengganti penisilin, bagi yang sensitif terhadap penisilin. Sediaan : Erytromisin (generik) kapsul 250 mg, 500 mg, sirup kering 200 mg / 5 ml b) Spiramisin SEJARAH

Spiramisin ditemukan pada tahun 1954 oleh S. Pinert Sindico dkk. Di laboratorium Rhone-Poulencs Perancis dari Strain Streptomyces ambofaciens yang berasal dari contoh tanah yang dikumpulkan dekat Paris. Spiramisin termasuk antibiotika golongan makrolid. Antibiotika golongan makrolid yang ada saat ini terdiri atas lebih dari 40 macam, 5 diantaranya telah diperdagangkan dan 4 digunakan sebagai kemoterapi, yaitu : Eritromisin, Oleandomisin, karbomisin, dan Spiramisin. Sedangkan Tilosin digunakan pada industri makanan dalam kaleng sebagai pengawet. Selain ini didapatkan pula : Roksitromisin.

EFEK SAMPING DAN TOKSISITAS

Toksisitas siprasimin rendah, hanya sedikit laporan mengenai reaksi yang tidak diingini pada gangguan spiramisin yaitu : mual, muntah, diare, sakit pada epigastrium, sensitisasipada kulit. FARMAKOKINETIK

Absorpsi pada saluran cerna tidak teratur, distribusi kedalam jaringan luas. Dosis 1gr menghasilkan konsentrasi dalam darah kira-kira 1mcg per ml setelah 2-3 jam pemberian. Konsentrasi tertinggi dipertahankan selama 2-4 jam setelah pemberian dosis tunggal dan obat tersebut masih bertahan lama setelah konsentrasi dalam plasma menurun. Antibiotik ini hanya sedikit yang berdifusi ke dalam cairan. Spiramisin dikeluarkan secara lambat, sebagian besar melalui empedu dan kira-kira 10% melalui urin. Konsentrasi yang tinggi didapati pula pada ASI pada ibu-ibu yang sedang menyusui. Spektrum kegiatannya sama dengan eritromisin, hanya lebih lemah. Keuntungannya adalah daya penetrasi ke jaringan mulut, tenggorokan dan saluran pernafasan lebih baik dari Eritromisin. Sediaan : Spiramisin (generik) tabl. 250 mg, 500 mg.

Spesialite obat-obat golongan makrolida

NO 1

GENERIK Erytromisin

NAMA DAGANG Erysanbe Erythrocyn Sanbe

PABRIK

Abbot Indonesia Rhone Poulenc Ind Dankos Hoechst

2

Spiramisin

Rovamycine Spiradan

3.

Roxythromycin Azithromycin

Rulid

4

Zithromax Zycin

Pfizer Interbat

KLASIFIKASI Klasifikasi insektisida antibiotika dan makrolida menurut Alan Wood (2006) adalah sebagai berikut: Insektisida antibiotika: allosamin dan thuringiensin Insektisida lakton makrosiklik (makrolida) abamektin, doramektin, emamektin, eprinomektin, ivermektin, selamektin - Kelompok milbemisin: - Kelompok spinosin: - Kelompok naktin: lepimektin, milbemektin, moksidektin spinetoram dan spinosad dinaktin, trinaktin, tetranaktin, polinaktin

- Kelompok avermektin:

o PENJELASAN SINGKAT Makrolida: Avermectin Abamektin (abamectin)

Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini diisolasi dari fermentasi bakteri Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Efeknya sebagai akarisida dilaporkan oleh I. Putter dkk., pada tahun 1981, dan diintroduksikan oleh Merck Sharp & Dohme Agvet (sekarang Syngenta). Abamektin tersusun atas sedikitnya 80% avermektin B1a dan tidak lebih dari 20% avermektin B1b.

Hama yang dapat dikendalikan: Digunakan untuk mengendalikan stadia motile dari akarina, leaf miner (pengorok daun), serangga penusuk-pengisap, kumbang colorado, dsb., pada tanaman hias, kapas, jeruk, sayuran, kentang, dan sebagainya.

Mode of action: Abamektin adalah racun syaraf yang bekerja dengan menstimulasi produksi gamma-amino asam butirat (GABA: gamma-aminobutyric acid, suatu penghambat neurotransmitter), menyebabkan serangga yang terpapar mengalasi paralisis. Abamektin merupakan racun kontak dan racun perut, sangat sedikit sifat sistemiknya, tetapi memiliki sifat translaminar. - LD50 oral: Tikus 10 mg/kb bb (dalam minyak wijen) dan 221 mg/kg bb (dalam air). - LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci). - ADI: 0,002 mg/kg bb (JMPR). - Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV. - Iritasi: Menyebabkan iritasi ringan pada mata, tetapi tidak pada kulit (kelinci). - Lain-lain: Tidak bersifat mutagenik pada test Ames. Di Indonesia abamektin terdaftar dengan nama-nama dagang, antara lain: Agrimec,

Amect, Aspire, Bamex, Calebtin, Catez, Demolish, Dimectin, Diomec, Kiliri,Mitigate, Numectin, Promectin, Schumec, Sidamec, Stamec, Supemec, Taldin, Tsubamec, dan Wito. Digunakan (misalnya: Agrimec) untuk mengendalikan Aphis pomi (apel), Thrips parvispinus (cabai), pengorok daun Phyllocnitis citrella (jeruk), hama-hama Spodoptera, Phaedonia, Lamprosema, Etiella, Riptortus (kedelai), Maruca (kacang panjang), Liriomyza spp. dan Thrips palmi (kentang), Plutella (kubis) (Anonim, 2006).

Emamektin (emamectin)

Penjelasan singkat: Insektisida ini diisolasi dari fermentasi bakteri Streptomyces avermitilis (Actinomycetes). Emamektin tersusun atas emamektin B1a dan emamektin B1b, dan diproduksi dalam bentuk emamektin-benzoat.

Hama yang dapat dikendalikan: Emamektin terutama sangat baik untuk mengendalikan larva Lepidoptera, dengan efek tambahan terhadap thrips, tungau dan pengorok daun, pada tanaman sayuran, jagung, teh, kapas, dan kedelai. Juga direkomendasikan digunakan dengan cara injeksi pohon (pinus).

Mode of action: Emamektin terutama adalah racun kontak, yang mempunyai efek sebagai racun perut. Hanya memiliki sediukit efek sebagai racun sistemik (diserap lewat akar tanaman), tetapi memiliki efek translaminar yang kuat. Terhadap serangga bekerja sebagai racun syaraf, yang secara biokimia bekerja dengan menstimulasi gamma amino asam butirat (GABA). - LD50 oral: 70 mg/kg bb (tikus) - LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (tikus). - NOEL: 0,2 mg/kg bb (anjing, 1 tahun). - ADI: 0,0025 mg/kg bb. - Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas II, EPA (formulasi) kelas II. - Iritasi: Menyebabkan iritasi berat pada mata dan kulit (kelinci).

Makrolida: Milbemycin Milbemektin (milbemectin)

Penjelasan singkat: Insektisida dan akarisida ini dihasilkan dari fermentasi bakteri (Actinomycetes) Streptomyces hygroscopius subsp. aureolacrimosus. Milbemektin tersusun atas 2 jenis milbemisin yang homolog, yakni milbemisin A3 (metilmilbemisin) dan milbemisin A4 (etil-milbemisin), dengan perbandingan 3 : 7.

Hama yang dapat dikendalikan: Milbemektin merupakan insektisida dan akarisida yang kuat, digunakan untuk mengendalikan tungau merah dan tungau merah jambu pada jeruk, dan tungau-tungau lainnya termasuk spider mite. Juga direkomendasikan untuk mengendalikan pengorok daun pada jeruk dan teh.

Mode of action: Bekerja sebagai racun syaraf, yang merangsang produksi gamma amino asam butirat (GABA), sehingga menghambat kerja neurotransmiter.

Milbemektin adalah racun kontak dan racun perut, semi sistemik dengan efek translaminar. - LD50 oral: 762 mg/kg bb (tikus jantan), 456 mg/kg bb (tikus betina). - LD50 dermal: >5000 mg/kg bb (tikus). - NOEL: 6,81 mg/kg (tikus jantan), 8,77 mg/kg (tikus betina). - ADI: 0,03 mg/kg bb. - Lain-lain: Non-mutagenik, non-karsinogenik, non-teratogenik.

Makrolida: Spinosin Spinosad

Penjelasan singkat: Insektisida spinosad komersial merupakan campuran dari spinosin A dan spinosin B, yang diperoleh sebagai metabolit sekunder dari fermentasi dari bakteri aerobik, gram-positif, Saccharopolyspora spinosa (Actinomycetes).

Hama yang dapat dikendalikan: Spinosad direkomendasikan untuk mengendalikan larva Lepidoptera, pengorok daun, thrips, dan kumbang pemakan daun, pada sayuran, jagung, kapas, anggur, tanaman hias. Juga digunakan di bidang peternakan.

Mode of action: Secara biokimia spinosad bekerja pada reseptor nikotinik asetilkholin, tetapi pada lokasi yang berbeda dengan isteksida dari kelas nikotinoid atau neonikotinoid. Spinosad juga mempengaruhi reseptor GABA, tetapi peranannya belum jelas. Racun kontak dan racun perut. - LD50 oral: 3783 mg/kg bb (tikus jantan), >5000 mg/kg bb (tikus betina). - LD50 dermal: >2000 mg/kg bb (kelinci). - NOEL: pada anjing, mencit dan tikus masing-masing adalah 5, 6-8 dan 10 mg/kg/hari (13 minggu). - ADI: 0,02 mg/kg bb. - Kelas toksisitas: WHO (bahan aktif) kelas U, EPA (formulasi) kelas IV. - Irritasi: Tidak menyebabkan iritasi kulit, tetapi sedikit menyebabkan iritasi mata (kelinci). - Lain-lain: Tidak menampakkan efek neurotoksik, reproduktif atau mutagenik pada anjing, mencit atau tikus.

Makrolida: Naktin Polinaktin (polynactins)

Penjelasan singkat: Akarisida polinaktin, yang merupakan campuran dari dinaktin, trinaktin dan tetranaktin, merupakan metabolit sekunder dari fermentasi Streptomyces aureus isolat S-3466.

Hama yang dapat dikendalikan: Sangat efektif, terutama pada kondisi basah, untuk mengendalikan tungau (akarina) seperti Tetranychus cinnabarinus, Tetranychus urticae dan Panonychus ulmi pada tanaman buah.

Mode of action: Secara biokimia, polinaktin bekerja mempengaruhi mitokondria. Air sangat penting untuk bekerjanya senyawa kimia ini. - LD50 oral: Polinaktin umumnya dianggap tidak berbahaya bagi mamalia. LD50 oral untuk mencit adalah >15.000 mg/kg. - LD50 dermal: >10.000 mg/kg bb (mencit). - Kelas toksisitas: EPA (formulasi) kelas IV. - Iritasi: Sedikit menimbulkan iritasi ringan pada kulit dan mata.

VII. AKTIVITAS ANTI MIKROBA Golongan makrolid menghambat sintesis protein kuman dengan jalan berikatan secara reversibel dengan ribosom subunit 50S, dan bersifat bakteriostatik atau bakterisid tergantung dari jenis kuman dan kadarnya. Spektrum antimikroba. In vitro, efek terbesar eritromisin terhadap kokus gram positif, seperti Str. Pyogenes dan Str. Pneumoniae. Str. Viridans mempunyai kepekaan yang bervariasi tehadap eritromisin. S. Aureus hanya sebagian yang peka terhadap obat ini. Strain S. Aureus yang resisten terhadap eritromisin sering dijumpai di rumah sakit (strain nosokomial). Batang gram positif yang peka terhadap eritromisin ialah Cl. Perfringes, C. Diphtheriae, dan L. Monocytogenes. Eritromisin tidak aktif terhadap kebanyakan kuman gram negatif, namun ada beberapa spesies yang sangat peke terhadap eritromisin yaitu N.gnorrhoeae, Campylobacter jejuni, M. Pneumoniae, Legionella pneumophilia, dan C. Trachomatis. H. Influenzae mempunyai kepekaan yang berfariasi erhadap obat ini.

VIII. RESISTENSI Resistensi terhadap eritromisin terjadi melalui 3 mekanisme yang diperantarai oleh plasmid yaitu: 1. Menurunya permibiabelitas dinding sel kuman 2. Berubahnya reseptor obat pada ribosom kuman 3. Hidrolisis obat oleh esterase yang dihasilkan oleh kuman tertentu

IX. KESIMPULAN ERITROMISIN

1.

NAMA DAGANG 1.Aknemycin 2.Arsitrosin 3.Bannthrocin 4.Cetathrocin 5.Corsatrocin 6.Decathrocin 7.Erira 8.Eritromec 9.Erphatrocine 10.Erybiotic 11.Erycoat forte 12.Eryderm 13.Erymed 14.Erymed plus 15.Eryprima 16.Erysanbe 17.Erythrin 18.Erythrocin 19.Erythrocin E.E.S 20.Hoprin 21.Jeracin 22.Kemothrocin 23.Konithrocin 24.Medoxin 25.Opithrocin 26.Pharothrocin 27.Rythron 28.Tamaret 29.Throcidan 30.Tromilin 31.Zapphire

2.

SEDIAAN Tablet, kapsul,sirup, obat tetes.

3.

KELOMPOK OBAT Antibiotika (makrolid)

4.

MEKANISME KERJA Menghambat sintesa protein sel mikroba dengan berikatan pada ribosom 50 S yang mengganggu t RNA

5.

INDIKASI Infeksi mikoplasma pneumonia, penyakit legionnaire,infeksi klamidia,difteria,pertusis, infeksi streptokokus dan stafilokokus, kamfilobakter, tetanus, sifilis,gonore

6.

KONTRAINDIKASI Gangguan faal hati terutama eritromisin estolat, hipersensitivitas

7.

EFEK SAMPING Mual, untah, hilang nafsu makan, nyeri perut, kulit kemerahan

8.

INTERAKSI OBAT Meningkatkan kadar antikoagulan, teofilin, digoksin dalam darah. Menurunkan bersihan triazolam. Siklosporin, heksobarbital, fenitoin meningkatkan kadar eritromisin dalam darah. Kejadian rabdomiolisis meningkatkan bila diberikan bersama lovastatin

9.

DOSIS Infeksi stafilokokus dan streptokokus: 4 x 250 500 mg/hari Gonore: 4 x 500 mg/hari selama 5 hari Profilaksis endokarditis: 4 x 500 mg/hari

TABEL

KATA PENGANTARPuji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas Rahmat dan Karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah FARMAKOLOGI mengenai MAKROLIDA ini dengan baik. Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. Kiaonarni Ongko Waluyo, Apt yang telah membimbing dan memberikan pelatihan sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sadar bahwa masih banyak kekurangan baik dari segi bahasa, pengolahan maupun dalam penyusunan. Oleh kerena itu kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Dan kami berharap makalah ini dapat bermanfaat baik bagi teman-teman sekalian, baik sebagai ilmu pengetahuan maupun sebagai bahan refrensi. Sekian dan terimakasih.

Surabaya, Maret 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN A. SEJARAH MAKROLIDA B. RUMUS KIMIA MAKROLIDA II. FARMAKODINAMIK A. EFEK SAMPING III. FARMAKOKINETIK A. A-D-M-E IV. DOSIS V. SEDIAAN VI. GOLONGAN MAKROLIDA VII. AKTIVITAS ANTI MIKROBA VIII. RESISTENSI

IX. KESIMPULAN X. DAFTAR PUSTAKA

NAMA ANGGOTA KELOMPOK IV: I. II. III. IV. V. VI. VII. VIII. AFDOL ALWARIST PUTRA RIA LARASWATI PUTRIE NURLINA NUNING DWI CAHYANI PRASTIKA CHANDRA.O.D RENI WIDYANINGSIH SUFIYANI (P278203110 (P278203110 ) )

(P27820311067) (P27820311066) (P278203110 21) (P278203110 (P278203110 (P278203110 ) ) )

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN PRODI DIII KEPERAWATAN SUTOPO SURABAYA 2012

DAFTAR PUSTAKA

1. Theodorus, 1996. Penuntun praktis peresepan obat. Jakarta: EGC 2. L.K. Joice&R.H Evelyn, 1996. Farmakologi Pendekatan dalam proses keperawatan. Alih Bahasa: dr. Peter Anugrah. Jakarta: EGC3. CATATAN KULIAH FARMAKOLOGI BAGIAN III. EGC. 1994. STAF PENGAJAR LABORATORIUM FARMAKOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIV.SRIWIJAYA4. FARMAKOLOGI DAN TERAPU EDISI 4, 1999,JAKARTA,FKUI