Tugas Etnografi
-
Upload
amaliah-chairul-nusu -
Category
Documents
-
view
79 -
download
8
Transcript of Tugas Etnografi
Tugas EtnografiPerbandingan Etnografi Suku Sunda dan Suku Sumbawa
MUHAMMAD ASLAME 311 07 068
Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Hasanuddin
2009
Perbandingan Etnografi Suku Sunda dan Suku Sumbawa
BAHASA, TULISAN, DAN KESASTRAAN
Suku Sumbawa adalah campuran kelompok etnik-etnik pendatang yang telah
membaur dengan kelompok etnik pendatang yang lebih dahulu mendiami bekas
wilayah Kesultanan Sumbawa, sehingga melahirkan kesadaran akan identitas budaya
sendiri yang dicirikan dengan kehadiran bahasa Sumbawa atau basa Samawa sebagai
bahasa persatuan antaretnik yang mendiami sebagian pulau ini.
SISTEM KEPERCAYAAN
Bukti-bukti arkeologis yang diketemukan di wilayah Sumbawa, berupa sarkofagus,
nakara, dan menhir mengindikasikan bahwa tau Samawa purba telah memiliki
kepercayaan dan bentuk-bentuk ritual penyembahan kepada arwah nenek moyang
mereka. Konsep-konsep tentang kosmologi dan perlunya menjaga keseimbangan
antara dirinya dengan makrokosmos terus diwariskan lintas generasi hingga
masuknya kebudayaan Hindu-Budha, bahkan paradaban Islam di Sumbawa kini.
Diperkirakan agama Hindu-Budha telah berkembang pesat di kerajaan-kerajaan kecil
Sumbawa sekitar dua ratus tahun sebelum invasi Kerajaan Majapahit ke wilayah
Sumbawa ini. Beberapa kerajaan itu antara lain: Kerajaan Dewa Mas Kuning di
Selesek (Ropang), Kerajaan Airenung (Moyo Hulu), Kerajaan Awan Kuning di
Sampar Semulan (Moyo Hulu), Kerajaan Gunung Setia (Sumbawa), Kerajaan Dewa
Maja Paruwa (Utan), Kerajaan Seran (Seteluk), Kerajaan Taliwang, dan Kerajaan
Jereweh.
Hampir semua orang Sunda beragama Islam. Hanya sebagian kecil yang tidak
beragama Islam, diantaranya orang-orang Baduy yang tinggal di Banten Tetapi juga
ada yang beragama Katolik, Kristen, Hindu, Budha.Selatan. Praktek-praktek
sinkretisme dan mistik masih dilakukan. Pada dasarnya seluruh kehidupan orang
Sunda ditujukan untuk memelihara keseimbangan alam semesta.
Keseimbangan magis dipertahankan dengan upacara-upacara adat, sedangkan
keseimbangan sosial dipertahankan dengan kegiatan saling memberi (gotong royong).
Hal yang menarik dalam kepercayaan Sunda, adalah lakon pantun Lutung Kasarung,
salah satu tokoh budaya mereka, yang percaya adanya Allah yang Tunggal (Guriang
Tunggal) yang menitiskan sebagian kecil diriNya ke dalam dunia untuk memelihara
kehidupan manusia (titisan Allah ini disebut Dewata). Ini mungkin bisa menjadi
jembatan untuk mengkomunikasikan Kabar Baik kepada mereka.
SISTEM KEKERABATAN DAN PERKAWINAN
Sistem kekerabatan dan keturunan tau Samawa pada umumnya bilateral, yaitu sistem
penarikan garis keturunan berdasarkan garis silsilah nenek moyang laki-laki dan
perempuan secara serentak. Dalam sistem kekerabatan ini, baik kerabat pihak ayah
mapun pihak ibu diklasifikasikan menjadi satu dengan istilah yang sama, misal eaq
untuk saudara tua ayah atau ibu, dan nde untuk saudara yang lebih muda dari ayah
atau ibu. Kelompok keluarga yang lebih luas yaitu pata, yaitu kerabat dari laki-laki
atau wanita yang ditarik dari kakek atau nenek moyang sampai derajat keenam,
sehingga dalam masyarakat Sumbawa dikenal sepupu satu, sepupu dua sampai
sepupu enam.
Sistem keluarga dalam suku Sunda bersifat parental, garis keturunan ditarik dari
pihak ayah dan ibu bersama. Dalam keluarga Sunda, ayah yang bertindak sebagai
kepala keluarga. Ikatan kekeluargaan yang kuat dan peranan agama Islam yang
sangat mempengaruhi adat istiadat mewarnai seluruh sendi kehidupan suku
Sunda.Dalam suku Sunda dikenal adanya pancakaki yaitu sebagai istilah-istilah untuk
menunjukkan hubungan kekerabatan. Dicontohkannya, pertama, saudara yang
berhubungan langsung, ke bawah, dan vertikal. Yaitu anak, incu (cucu), buyut (piut),
bao, canggahwareng atau janggawareng, udeg-udeg, kaitsiwur atau gantungsiwur.
Kedua, saudara yang berhubungan tidak langsung dan horizontal seperti anak paman,
bibi, atau uwak, anak saudara kakek atau nenek, anak saudara piut. Ketiga, saudara
yang berhubungan tidak langsung dan langsung serta vertikal seperti keponakan anak
kakak, keponakan anak adik, dan seterusnya. Dalam bahasa Sunda dikenal pula kosa
kata sajarah dan sarsilah (salsilah, silsilah) yang maknanya kurang lebih sama dengan
kosa kata sejarah dan silsilah dalam bahasa Indonesia. Makna sajarah adalah susun
galur/garis keturunan.
SISTEM MATA PENCAHARIAN
Sumber penghidupan yang utama bagi tau Samawa umumnya adalah bercocok tanam
di sawah dengan menggunakan peralatan tardisional berupa cangkul atau bingkung,
rengala, dan kareng sebagai peralatan bajak dengan memanfaatkan hewan peliharaan
seperti sapi dan kerbau. Pola bercocok tanam ini mulanya diperkenalkan oleh orang-
orang Jawa Majapahit pada masa kerajaan-kerajaan Hindu Sumbawa. Mekanisasi
pertanian sekarang ini mulai tampak pada masyarakat Sumbawa. Pada sejumlah
tempat mulai terlihat pemanfaatan handtractor dan alat-alat modern lain sebagai
pengganti peran hewan ternak dalam pengolahan lahan-lahan pertanian.
Untuk menggarap ladangnya atau merau cara-cara tradisional masih dipakai hingga
kini yaitu dengan membakar lahan pertanian agar mempermudah proses pengolahan
untuk ditanami beberapa jenis tanaman pangan. Akan tetapi, tidak setiap hari para
petani ini meluangkan waktunya berada di sawah atau ladangnya, hanya beberapa
kali saja dalam seminggu tanaman yang telah ditanam ini mendapatkan pemeliharaan.
Suku Sunda umumnya hidup bercocok tanam. Kebanyakan tidak suka merantau atau
hidup berpisah dengan orang-orang sekerabatnya. Kebutuhan orang Sunda terutama
adalah hal meningkatkan taraf hidup. Menurut data dari Bappenas (kliping Desember
1993) di Jawa Barat terdapat 75% desa miskin. Secara umum kemiskinan di Jawa
Barat disebabkan oleh kelangkaan sumber daya manusia. Maka yang dibutuhkan
adalah pengembangan sumber daya manusia yang berupa pendidikan, pembinaan,
dll.
SISTEM PEMERINTAHAN
Karakteristik yang menonjol dari tau Samawa umunya adalah gemar berbicara dan
mengurus soal-soal politik, menyenangi filsafat dan ilmu-ilmu kebatinan,
kepercayaan yang begitu kuat pada sandro atau dukun, kurang senang berpikir hal-
hal yang kecil dan detail, dan sejarah masa lalunya yang selalu menempatkan dalam
pergolakan, baik masa pra-Hindu, Hindu-Budha, dan terakhir masa Islam telah
mengkondisikan tau Samawa rata-rata bertemperamen keras dan mudah naik darah,
terutama mereka yang tinggal di wilayah Kabupaten Sumbawa Barat, khususnya
Taliwang yang dahulu pernah menjadi pusat pengaruh Kerajaan Majapahit di Pulau
Sumbawa.
Suku Sumbawa yang mendiami bekas wilayah Kesultanan Sumbawa ini pada masa
pra-Majapahit menjadi wilayah kekuasaan Kerajaan Sasak Samawa yang berpusat di
Lombok, kemudian ditaklukkan oleh Majapahit dengan pusat pengaruh di Taliwang
dan Seran, sedangkan masa Islam adalah masa penaklukkan Kerajaan Gowa-Sulawesi
terhadap semua wilayah Sumbawa dan Selaparang-Lombok dengan pusat
pemerintahan mula-mula di Lombok kemudian dipindahkan ke Sumbawabesar akibat
ancaman pencaplokkan Kerajaan Gelgel-Bali. Setelah masuknya VOC (Verenigde