Tugas Educational Innovation

86
MAKALAH INOVASI PEMBELAJARAN “MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN” Kelompok: Andri Hermawan (A320140009) Ali Bagus Nurkholis (A320140012) Mirza Akmal (A320140022) Gilang Fazri Bramantya (A320140025) Sri Herliyanti (A320140047)

description

tugas kuliah

Transcript of Tugas Educational Innovation

MAKALAH INOVASI PEMBELAJARAN

MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN

Kelompok:

Andri Hermawan (A320140009)

Ali Bagus Nurkholis(A320140012)

Mirza Akmal(A320140022)

Gilang Fazri Bramantya(A320140025)

Sri Herliyanti(A320140047)

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2015

A. Definisi Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran

Istilah yang umumnya dikenal dalam kegiatan belajar mengajar adalah: pendekatan, model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, teknik pembelajaran, keterampilan mengajar. Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar. Model pembelajaran terkait dengan pemilihan strategi dan pembuatan sruktur metode, keterampilan dan aktivitas peserta didik. Ciri utama sebuah model pembelajaran adalah adanya tahapan atau sintaks pembelajaran. Namun, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi agar skema tersebut dapat dikatakan sebagai sebuah model pembelajaran.

Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran menentukan pendekatan yang dipilih guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran merupakan suatu konsep yang dipilih utuk mencapai tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien. Strategi pembelajaran meliputi pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. Guru perlu mempertimbangkan output dan dampak pembelajaran dalam memilih sebuah strategi pembelajaran seperti yang dideskripsikan sebagai berikut.

Gbr. Pertimbangan memilih strategi pembelajaran

Langkah operasional atau cara yang digunakan untuk menerapkan strfategi pembelajaran yang dipilih disebut metode pembelajaran. Metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk menciptakan lingkungan belajar dan mendasari aktivitas guru dan peserta didik. Metode adalah cara menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran. Metode merupakan cara mengajar yang telah disusun berdasarkan prinsip dan system tertentu. Teknik adalah cara menerapkan pembelajaran di kelas. Teknik yang digunakan harus konsisten dengan metode pembelajaran dan sesuai dengan pendekatan yang dipilih. Beberapa teknik dapat diterapkan dalam satu metode pembelajaran. Sementara itu, keterampilan mengajar adalah kemampuan guru melakukan aktivitas mengajar mulai dari membuat perencanaan, melaksanakan pembelajaran sampai melakukan penilaian. Hubungan antara model pembelajaran, strategi pembelajaran, metode pembelajaran, dan keterampilan mengajar dideskripsikan sebagai berikut.

Gbr. Hubungan antara model, strategi, metode, dan keterampilan mengajar

Pendekatan pembelajaran adalah sekumpulan asumsi yang saling berhubungan dan terkait dengan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran mengacu pada sebuah teori belajar yang digunakan sebagai prinsip dalam proses belajar mengajar. Sebuah pendekatan pembelajaran memaparkan bagaimana orang memperoleh pengetahuan dalam pelajaran tertentu. Pendekatan pembelajaran merupakan sudut pandang guru terhadap proses pembelajaran secara umum berdasarkan teori tertentu, yang mendasari pemilihan strategi dan metode pembelajaran. Sebagai contoh, dikenal pendekatan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered) dan pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered).

Pendekatan adalah konsep dasar yang melingkupi pemilihan metode pembelajaran berdasarkan sebuah teori tertentu. Sebuah pendekatan dapat dijabarkan dalam berbagai metode.

Gbr. Teacher centered learning dan student centered learning

Dalam pembelajaran bahasa dikenal Pendekatan Komunikatif, Pndekatan Leksikal, Pendekatan Natural, Pendekatan Langsung, Pendekatan Kognitif, dan sebagainya.

Pendekatan pembelajaran yang sering digunakan adalah pendekatan kontekstual (Contextual Teaching and Learning disingkat CTL). Pendekatan CTL merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengaitkan konten pelajaran dengan situasi dunia nyata dan memotivasi peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga, warga negara, dan/atau tenaga kerja. Pendekatan CTL merupakan reaksi terhadap teori behaviourisme. Pendekatan CTL menganggap bahwa belajar merupakan proses yang kompleks dan multitahap dan terjadi tanpa prisip stimulus-respons.

Menurut pendekatan kontekstual, proses belajar terjadi ketika peserta didik memproses baik informasi maupun pengetahuan baru sedemikian rupa sehingga baik infomasi tersebut beradaptasi dengan kerangka acuan mereka. Pendekatan ini menganggap bahwa manusia belajar secara alamiah dengan berpikir mencari makna dalam suatu konteks yang berkaiitan dengan lingkungannya. Jadi, pendekatan kontekstual memfokuskan pada aspek lingkungan belajar, misalnya; lingkungan sekolah, laboratorium, bengkel, kebun percobaan, masyarakat, dan sebagainya, guru didorong untuk mendesain lingungan belajar yang menggabungkan sebanyak mungkin bentuk pengalaman yang berbeda-beda, social budaya, fisik, dan psikologis. Belajar dalam lingkungan yang demikian memungkinkan peseta didik menemukan hubungan yang berbeda antara ide abstrak dan aplikasi praktis. Peserta didik dilatih menginternalisasi konsep dalam dunia nyata melalui proses penemuan, penguatan, dan pengaitan.

Pembelajaran berbasis pendekatan CTL disusun untuk memungkinkan terjadinya lima bentuk belajar, yaitu mengaitkan (relating), mengalami (experiencing), menerapkan (applying), bekerja sama (cooperating), dan mentransfer (transferring).

1. Belajar mengaitkan merupakan strategi pembelajaran kontekstual yang merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini saat mengaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal peserta didik sehingga mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi baru.

2. Belajar mengalami merupakan inti pembelajaran kontekstual dengan anggapan bahwa belajar dapat terjadi lebih cepat ketika peserta didik dapat memanipulasi peralatan dan bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif. Laboratorium, bengkel, dan masyarakat sering digunakan sebagai sarana menyelesaikan tugas-tugas. Tujuan utama pelaksanaan kegiatan/tugas bukan melatih siswa untuk pekerjaan tertentu, tetapi memungkinkan siswa yang mengalami aktivitas yang terkait langsung dengan pekerjaan nyata.

3. Belajar menerapkan merupakan aktivitas peserta didik yang dilakukan saat menggunakan konsep untuk melakukan kegiatan pemecahan masalah dan proyek. Guru perlu memantapkan pemahaman konsep peserta didik dengan memberikan latihan yang realistic dan relevan.

4. Belajar bekerja sama merupakan strategi utama dalam pembelajaran kontekstual. Pengalaman bekerja sama perlu dilatihkan dengan mempelajari bahan ajar dan memecahkan permasalah realistis yang kompleks. Peserta didik yang bekerja secara individu mungkin tidak dapat membaut menyelesaikan permasalahan yang rumit sehingga menjadi frustrasi jika guru tidak memberi bantuan langkah demi langkah. Oleh sebab itu, mereka perlu bekerja sama secara berkelompok untuk dapat mengatasi permasalahan yang kompleks dengan sedikit bantuan.

5. Belajar mentransfer, yakni mengondisikan peserta didik dengan bermacam-macam pengalaman belajar sehingga mereka belajar memahami bahan ajar.

Pengalaman kontekstual mencakup tujuh prinsip belajar, yakni sebagai berikut.

1. Inkuiri

Inkuiri dilakukan dengan mengikuti siklus yang terdiri dari mengamati, bertanya, menyelidiki, menganalisis dan merumuskan baik secara mandiri maupun bersama kelompok. Peserta didik dilatih untuk mengembangkan dan menggunakan keterampilan berpikir kritis mulai dari membuat inferensi, menyimpulkan, berhitung, mengidentifikasikan hubungan, menerapkan konsep, dan membuat perbandingan. Untuk melakukan inkuiri, diperlukan kemampuan antara lain:

a. Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang dapat dijawab melalui penyelidikan ilmiah

b. Merencanakan dan melakukan penelitian ilmiah

c. Menggunakan alat-alat dan teknik yang sesuai untuk mengumpulkan, menganalisis, dan menginterpretasikan data

d. Menggunakan data untuk mengembangkan suatu penjelasan yang logis

e. Berpikir secara kritis dan logis untuk membuat hubungan antara bukti dan penjelasan

f. Mengenali dan menganalisis penjelasan dan membuat prediksi alternative

g. Mengomunikasikan prosedur-prosedur dan penjelasan-penjelasan ilmiah

h. Menggunakan pemikiran logis dan sistematis dalam seluruh aspek inkuiri ilmiah

2. Bertanya

a. Pertanyaan digunakan oleh guru untuk mendorong, membimbing, dan menilai kemampuan berpikir peserta didik

b. Pertanyaan digunakan oleh peserta didik selama melakukan kegiatan berbasis inkuiri

3. Konstrutivisme

Konstruktivisme diperlukan untuk membangun pemahaman oleh diri sendiri dari pengalaman-pengalaman baru berdasarkan pengalaman awal peserta didik. Pengalaman yang mendalam dikembangkan melalui pengalaman-pengalaman belajar bermakna. Peserta didik diberi kesempatan untuk aktif membangun pengetahuann sendiri, terutama melalui:

a. Menggali fenomena atau ide

b. Membicarakan hipotesis bersama teman

c. Memprediksi dan memberikan alasan terhadap prediksinya

d. Merevisi pendapat/pemikiran sebelumnya

4. Masyarakat belajar

Masyarakat belajar dibutuhkan agar peserta didik:

a. Dapat berbicara dan berbagi pengalaman dengan orang lain

b. Bekerja sama dengan temannya untuk menciptakan pembelajaran yang lebih baik daripada belajar sendiri

5. Penilaian autentik

Penilaian autentik diperlukan dalam upaya:

a. Mengukur pengetahuan atau keterampilan siswa secara akurat

b. Mempersyaratkan penerapan pengetahuan atau keterampilan

c. Penilaian produk atau kinerja

d. Menilai tugas-tugas kontekstual yang relevan

e. Memadukan penilaian proses dan produk

6. Refleksi

Refleksi perlu dilakukan dalam upaya menilai pelaksanaan pembelajaran baik oleh guru maupun peserta didik. Refleksi dilakukan dengan cara sebagai berikut.

a. Guru membimbing peseta didik untuk berpikir tentang apa yang telah dipelajari.

b. Peserta didik menelaah dan merespons kejadian, aktivitas, dan pengalaman.

c. Peserta didik mencatat apa yang telah dipelajari dan bagaimana merasakan ide-ide baru.

d. Catatan refleksi dapat berupa jurnal, diskusi, ataupun hasil karya.

7. Permodelan

Permodelan perlu dilakukan dengan cara:

a. Berpikir sambil mengucapkan bagaimana proses berpikir anda;

b. Mendemostrasikan bagaimana guru menginginkan peserta didik belajar;

c. Melakukan yang guru inginkan agar peserta didik juga melakukan hal yang serupa.

Selanjutnya, orang juga mengenal strategi pembelajaran. Beberapa strategi pembelajaran dapat digunakan dalam sebuah model pembelajaran atau aktvitas pembelajaran. Contoh strategi pembelajaran adalah: strategi pembelajaran langsung, strategi pembelajaran tidaklansng, strategi pembelajaran interaktif, strategi pembelajaran mandiri, dan strategi pembelajaran berbasis pengalaman (eksperensial). Suatu strategi dapat menggunakan beberapa metode, yanag tahapan penggunaanya bervariasi unturuk strategi yang berbeda. Namun, pada beberapa kasus, strategi pembelajaran sering disetarakan dengan metode pembelajaran karena merupakan realisasi sebuah pendekatakan pembelajaran. Beberapa strategi dan metode memiliki peristilahan yang sama, misalnya strategi inkuri dan metode inkuiri. Untuk kasus seperti ini, hanya ada satu metode dalam sebuah strategi pembelajaran. Lebih jauh lagi, inkuiri dapat merupakan sebuah pendekatan. Tentu saja, inkuiri sebagai pendekatan berbeda dengan inkuiri sebagai strategi atau metode. Hierarki hubungan antara pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran dideskripsikan dalam gambar berikut.

a. Hierarki

b. Contoh

Gbr. Hierarki Pendekatan, Strategi, Metode dan Teknik PembelajaranStrategi pembelajaran merupakan pola umum dan prosedur umum dalam pelaksanaan aktivitas pembelajaran. Guru dapat memilih sebuah strategi tertentu dalam membuat sebuah rancangan atau desain pembelajaran tertentu. Sebuah desain pembelajaran perlu memperhatikan karakteristik peserta didik, kondisi lingkungan belajar, dan sumber daya yang tersedia untuk pelaksanaan proses belajar mengajar.

B. Model Pembelajaran

Sebuah model pembelajaran terkait dengan teori pembelajaran tertentu. Berdasasrkan teori tersebut dikembangkan tahapan pembelajaran, system social, prinsip reaksi, dan system pendukung untuk membantu peserta didik dalam membangun/mengonstruksi pengetahuannya melalui interaksi dengan sumber belajar. Model pembelajaran memiliki: 1) sintaks (fase pembelajaran); 2) system social; 3) prinsip reaksi; 4) system pendukung; dan 5) dampak. Gambaran sebuah model pembelajaran dapat dilihat pada gambar 3.7.

Sintaks adalah tahapan dalam mengimplementasi model dalam kegiatan pembelajaran. Sintaks menunjukkan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan oleh guru dan peserta didik mulai dari awal pembelajaran sampai kegiatan akhir. System social menggambarkan peran dan hubungan antara guru dengan peserta didik dalam aktivitas pembelajaran. Prinsip reaksi merupakan informasi bagi guru untuk merespons dan menghargai apa yang dilakukan oleh peserta didik. Sementara itu, system pendukung mendeskripsikan kondisi pendukung yang dibutuhkan untuk mengmplementasikan model pembelajaran. Sebuah model pembelajaran juga memiliki efek atau dampak instruksional dan pengiring (nurturant effect). Dampak instruksional merupakan dampak langsung yang dihasilkan dari materi dan keterampilan berdasarkan aktivitas yang dilakukan. Sementara itu, dampak pengiring merupakan dampak tidak langsung yang dihasilkan akibat interaksi dengan lingkungan belajar.

Joyce dan Weil (2003) membagi model pembelajaran dalam empat kelompok, yakni; 1) Kelompok model pembelajaran perilaku (behavioral systems family); 2) kelompok Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi (information processing family); 3) kelompok model pembelajaran interaksi social (social family); 4) kelompok model pembelajaran personal (personal family). Model pembelajaran tersebut didasarkan atas rasional teoretis yang logis, landasan pemikiran tentang apa yang dipelajari dan bagaimana cara belajar, perilaku dalam proses belajar mengajar agar pelaksanaannya berhasil, dan lingkungan belajar. Jika komponen tersebut tidak terdapat dalam sebuah aktivitas pembelajaran, tahapan aktivitas belajar tidak dapat dikatakan sebagai model pembelajaran. Model pembelajaran yang dikemukakan oleh Joyce dan Weil telah diuji melalui kegiatan penelitian. Tersedianya model pembelajaran yang telah dikembangkan berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat membantu guru dalam menghubungkan teori belajar dengan aktivitas yang dilakukan dalam pembelajaran. Tujuan utama menggunakan pembelajaran ini adalah; 1) membantu peserta didik bekerja bersama untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah; 2) mengembangkan keterampilan berhubungan dengan orang lain; dan 3) menyadari nilai-nilai pribadi dan social.

Kelompok model pembelajaran perilaku menekankan pada perubahan perilaku peserta didik agar konsisten dengan konsep diri yang mereka miliki. Model ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi perilaku (behaviourisme) yang membahas tentang perilaku yang dapat diukur dan operasional. Prinsip dasar teori psikologi perilaku adalah pemberian rangsangan (stimulus) dan respons yang dihasilkan, di mana respons akan lebih mungkin terjadi jika dilakukan penguatan dan akan menghilang jika diberikan hukuman. Model pembelajaran perilaku didasarkan pada teori penguatan rangsangan sehingga pembelajaran dibagi dalam tugas-tugas kecilyang saling terkait. Psikologi perilaku tidak membahas tentang pikiran, perasaan, dan kepercayaan.

Kelompok model pembelajaran pemrosesan informasi menekankan pada perolehan, ketuntasan, dan pemrosesan infomasi yang difokuskan pada fungsi kognitif peserta didik. Model ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi kognitif yang membahas tentang bagaimana seseorang berpikir, mengingat, dan memahami. Teori psikologi kognitif diterapkan untuk membantu peserta didik dalam memahami, mengingat, dan membuat hubungan antaride dan pikiran. Model pembelajaran pemrosesan informasi focus pada cara meningkatkan kemampuan peserta didik dalam memahami dunia, yakni: bagaimana memperoleh informasi, mengorganisasi data, membingkai permasalahan, dan mengembangkan penyelesaian atau solusi permasalahan. Pembelajaran dengan model ini ditekankan pada cara meningkatkan dorongan internal untuk memahami dunia dengan cara merasakan adanya permasalahan dan mengembangkan penyelesaiannya, menggali informasi dan mengolahnya, serta mengkomunikasikannya. Tujuan utama dalam pembelajaran menggunakan model ini adalah; 1) menguasai metode inkuiri; 2) menguasai konsep dan fakta akademik; 3) mengembangkan keterampilan intelektual seperti kemampuan berpikir logis.

Kelompok model model pembelajaran ineraksi social menekankan pada hubungan personal dan social antarmanusia. Model pembelajaran ini dikembangkan berdasarkan teori psikologi social yang membahas tentang pola interaksi manusia. Kegiatan belajar ditekankan pada upaya mengembangkan kemampuan siswa agar memiliki kecakapan untuk berhubungan dengan orang lain. Focus model pembelajaran interkasi social ditekankan pada peningkatan hubungan antarpeserta didik, bersikap demokratis, dan bekerja secara produktif dalam masyarakat. Hal ini dilakukan untuk membangun sikap siswa yang demokratis dengan menghargai seetiap perbedaan dan realitas social. Interaksi antara guru dengan peserta didik interaksi antarpeserta didik sangat diperhatikan dalam model pembelajaran ini, misalnya dalam pembelajaran kooperatif.

Kelompok model pembelajaran personal menekankan pada pengembangan konsep diri peserta didik. Model ini dikembangkan berdasarkan teori psikollog humanistic yang membahas tentang pengembangan kemampuan seseorang untuk menemukan dan menyatakan potensi maksimumnya sebagai manusia. Psikologi humanistic menekankan pada kesadaran dan kapasitas pengembangan manusia untuk mengarahkan kehidupannya. Model pembelajaran ini menekankan pada proses mengembangkan kepribadian peserta didik dengan memperhatikan aspek emosional. Model personal memperhatikan pandangan individu dan membangkitkan kemandirian sehingga peserta didik sadar serta bertanggung jawab atas tujuan hidupnya. Tujuan utama dalam menerapkan pembelajaran ini adalah 1) meningkatkan rasa percaya diri; 2) menolong peserta didik memahami dirinya secara optimal; 3) menolong peserta didik mengenal emosinya dan menyadari pengaruh emosi terhadap perilakunya; 4) menolong peserta didik menentukan tujuan belajar; 5) menolong peserta didik mengembangkan rencana untuk meningkatkan kompetensinya; 6) meningkatkan kreativitas peserta didik; dan 7) meningkatkan keterbukaan terhadap pengalaman baru.

Kelompok pembelajaran menurut DfES dibagi dalam; 1) belajar dan penguasaan keterampilan; 2) penguasaan konsep; 3) pembentukan pengetahuan. Model pembelajaran berdasarkan kategori tersebut dijabarkan dalam table berikut.

Kategori Model pembelajaran

Belajar dan Penguasaan KeterampilanPembelajaran interaktif langsung

Modeling

Demonstrasi

Belajar tuntas

Simulasi

Pelatihan (coaching)

Penguasaan KonsepInduktif

Inkuiri

Perolehan konsep

Visualisasi

Analogi/metafora

Bridging

Pembentukan PengetahuanKonstruktivisme

Penyelesaian masalah berkelompok

Bemain peran

Pembelajaran dialog

Beberapa model pembelajaran serta kaitannya dengan tujuan belajar yang disarikan dari bahan informasi Kementreian Pendidikan Inggris (DfES, 2004) adalah sebagai berikut.

1. Kelompok Model Pembelajaran Perilaku

Model PembelajaranPengembangTujuan Pembelajaran

Belajar SosialAlbert Bandura

Carl Thoresen

Wes BeckerMengelola perilaku, belajar pola perilaku baru, mengurangi fobia, belajar mengontrol diri

Belajar TuntasBenjamin Bloom

James Block

B.F. SkinnerKetuntasan keterampilan akademik dan materi. Materi atau tugas pembelajaran dibagi dalam unit-unit kecil agar peserta didik mudah mempelajari keterampilan secara tuntas

Belajar TerprogramCarl Smith

Mary Foltz

DllKetuntasan keterampilan dan konsep informasi factual

Simulasi Thomas Good

Jere Brophy

Wes Becker

DllKetuntasan keterampilan kompleks dan konsep dalam rentang yang luas

Pembelajaran langsung (direct instruction)David Rinn

ArendsKetuntasan studi akademik dan keterampilan dasar dalam rentang yang luas. Mengembangkan pengetahuan procedural (bagaimana melakukan sesuatu) dan deklaratif (tentang sesuatu), serta memperoleh informasi secara bertahap

Pengurangan KekhawatiranDavid Johnson

Roger JohnsonControl terhadap reaksi tidak suka, implementasi dalam penyembuhan pasien

Belajar mengontrol diriB.F. SkinnerMengembangkan pengaturan transfer perilaku ke dalam situai lain berdasarkan prinsip operant conditioning

Latihan AsertifB.F. SkinnerMengembangakn komunikasi terpadu yang jujur dan lingan belajar yang produktif

Latihan Pengembangan Konsep dan KeterampilanB.F. SkinnerMengembangkan perilaku dalam situasi tertentu serta memodifikasi perilaku sesuai masukan dari lingkungan

2. Kelompok Model Pembelajaran Pemrosesan Informasi

Model PembelajaranPengembangTujuan Pembelajaran

Berpikir Induktif (Klasifikasi)Hilda Toba

(Bruce Joyce)Mengembangkan kemampuan berpikir induktif, yakni keterampilan mengklasifikasi, membuat dan menguji hipotesis, serta memahami bagaimana membangun pemahaman konseptual tentang materi ajar

Pemerolehan Konsep (Concept Attainment)Jerome Bruner

Fred LighthallMengembangkan kemampuan mempelajari konsep, yakni strategi untuk memperoleh dan mengaplikasikan konsep. Peserta didik diharapkan mampu mengembangkan dan menguji hipotesis, serta belajar bermakna

Latihan Inkuiri (Inquiry Training)Richard SuchmanMeningkatkan keingintahuan dan kemampuan melakukan eksplorasi, memahami cara mengumpulkan dan mengolah informasi, mengembangkan dan menguji hipotesis, membangun konsep, serta berpikir tentang sebab-akibat.

Inkuiri IlmiahSuchmanMeningkatkan keingintahuan terhadap sebuah fenomena, merancang eksplorasi, mengumpulkan dan menganalisis data untuk mengetahui fenomena yang terjadi

Perkembangan kognitifJean Piaget

Lawrence

Kohlberg

Edmun Sullivan

Irving SigelMeningkatkan pengembangan intelektual secara umum dan mengatur pembelajaran untuk memfasilitasi perkembangan intelektual

Advance organizerDavid AusubelRancangan untuk meningkatkan kemampuan menyerap dan mengelola informasi, terutama belajar dari guru dan membaca

Belajar pola (mnemonic)Michael Pressley

Joel Levin

DelaneyMeningkatkan kemampuan memperoleh informasi, konsep, system konseptual, dan control meta-kognitif, dari kemampuan mengolah informasi.

3. Kelompok Model Pembelajaran interaksi Sosial

Model PembelajaranPengembangTujuan Pembelajaran

Investigasi KelompokJohn Dewey

Herbert Theten

Shlomo Sharan

Rachel Hert-LazarowitzMengembangkan keterampilan berpartisipasi dalam proses demokratis. Pembelajaran juga focus pada perkembangan social, keterampilan akademik, pemahaman, dan kemampuan inkuiri

Inkuiri sosialByron Massialas

Benjamin CoxKemampuan menyelesaikan masalah (problem solving) social melalui studi akademik kolektif dan logika. Kemampuan berdiskusi secara terbuka, mengembangkan hipotesis, dan menggunakan fakta

Inkuiri social terstrukturRobert Slavin dllInkuiri akademik, serta perkembangan social dan personal. Strategi kooperatif untuk pendekatan studi akademik

Inkuiri hukum (jurisprudensial)James Shover

Donald OliverMenganalisis kebijakan melalui kerangka hukum atau cara berpikir yurisprudensial (hukum yang dibuat manusia). Kemampuan yang dikembangkan adalah kemampuan mengumpulkan data, analisis pertanyaan dan posisi, serta studi kepercayaan diri

Metode LaboratoriumNational Training LaboratoryMemahami dinamika kelompok, kepemimpinan, dan memahami gaya personal

Bermain peranFannie ShaftelMengembangkan keterampilan social dengan mempelajari nilai-nilai dan peranannya dalam interkasi social. Pemahaman personal tentang nilai dan perilaku.

Simulasi sosialSarene Boocock

Harold GuetzkowMambantu peserta didik mengalami realitas dan proses social untuk memperoleh konsep, reaksi, dan keterampilan mengambil keputusan

Kebergantungan positifDavid Johnson

Roger JohnsonMengembangkan strategi kebergantungan dari interaksi social

Memahami emosi dan hubungan antarmasyarakat

4. Kelompok Model Pembelajaran Personal

Model pembelajaranPengembangTujuan Pembelajaran

Pembelajaran tanpa arahan (non-directive)Carl RogersMembangun kapasitas belajar mandiri untuk pengembangan diri, memahami diri, otonomi, dan percaya diri

Sinektik William GordonMeningkatkan kemampuan seseorang untuk memecahkakn masalah, berekspresi secara kreatif, menunjukkan empati, dan memiliki wawasan social

Latihan KesadaranFritrz Perls

William SchutzMeningkatkan kapasitas mengeksplorasi dan pemahaman diri, serta rasa percaya diri

Pengembangan kepekaan interpersonal dan empati

Pertemuan Kelas (Classroom Meeting)Willam GlasserMengembangkan pemahaman diri, tanggung jawab kepada diri sendiri dan orang lain, serta saling membantu

Aktualisasi diriAbraham MaslowMengembangkan pemahaman personal dan kapasitas untuk berkembang

System konseptualDavid HuntMeningkatkan kompleksitas personal dan fleksibilitas dalam mengolah informasi serta berinteraksi dengan orang lain

1. Model Pembelajaran Investigasi Kelompok (Joyce dan Weil, 2003)

Sintaks:

Fase 1: Dihadapkan dengan situasi atau sebuah teka-teki(direncanakan atau tidak direncanakan)

Fase 2:Eksplorasi reaksi terhadap situasi

Fase 3:Merumuskan tugas dan organisasi belajar (definisi permasalahan, peran, tugas, dan sebagainya)

Fase 4:Belajar mandiri dan berkelompok

Fase 5: Menganalisis kemajuan dan proses belajar

Fase 6:Melakukan aktifitas berulang (siklus)

Sistem Sosial:

Pembelajaran ini didasarkan pada proses demokrasi dan keputusan kelompok. Suasana harus mendukung kegiatan belajar, dimana negosiasi dibutuhkan oleh para peserta didik. Pembelajaran dilakukan untuk membbangun iklim kooperatif dalam melakukan penyelesaian masalah secara demokratis.

Prinsip Reaksi:

Guru bertindak sebagai fasilitator dengan membantu para peserta didik dalam merumuskan rencana, melaksanakan proses, mengatur kerja kelompok,dan sebagainya. Peserta didik menentukan jenis informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah, merumuskan hipotesis, mmengumpulkan data, serta mengevaluasi hasil yang diperoleh secara berkelompok.

Sistem Pendukung:

Lingkungan harus dapat merespons atau mendukung kebutuhan peserta didik.

Gbr. Dampak Model pembelajaran Investigasi Kelompok (Joyce don Weil, 2003)2. Model Pembelajaran Bermain Peran (Joyce dan Weil, 2003)Sintaks:

Fase 1: Hangatkan suasana

Identifikasi atau berikan permasalahan

Nyatakan permasalah secara eksplisit

Interpretasi cerita permasalahan

Jelaskan tentang perainan peran

Fase 2: Pilih peserta yang akan berpartisipasi

Analisis peran yang akan dimainkan

Pilih pemain peran

Fase 3: Atur suasana dan tempat permainan peran

Atur jalannya cerita dan tindakan yang akan dilakukan

Atur situasi permasalahan yang akan dimainkan

Fase 4: Persiapan pengamat

Tentukan apa yang akan diamati

Berikan tugas pengamatan

Fase 5: Lakukan permainan

Mulai bermain peran

Lakukan permainan

Berhenti sementara

Fase 6: Diskusi dan evaluasi

Telaah tindakan palam permainan peran

Diskusikan fokus utama

Kembangkan tindakan peran selanjutnya

Fase 7: Beraksi kembali

Lakukan peran yang telah direvisi

Berikan saran untuk tahapan selanjutnya

Fase 8: Diskusi dan evaluasi seperti pada fase 6

Fase 9: Berbagi pengalaman dan melakukan generalisasi

Hubungkan situasi permainan dengan permasalahan yang dibahas atau permasalahan nyata

Eksplorasi prinsip-prinsip umum tentang perilaku

Sistem sosial:

Guru bertanggung jawab memulai pembelajaran dan membimbing peserta didik dalam setiap fase. Isi diskusi dan permainan peran sebagian besar ditentukan oleh peserta didik.

Prinsip Reaksi:

Guru menerima respons semua peserta didik tanpa melakukan penilaian, menolong siswa melakukan eksplorasi permasalahan dari berbagai sudut pandang, dan membandingkan beberapa pendangan. Tingkatan kesadaran peserta didik akan pandangan dan perasaannya dengan melakukan refleeksi, menerangkan, dan merangkum respons peserta didik. Tekankan bahwa ada beberapa alternatif untuk menyelesaikan permasalaan.

Sistem Pendukung:

Pembelajaran ini membutuuhkan dukungan bahan dan alat yang diperlukan untuk menyajikan permasalahan dan jalan cerita permainan.

Gbr. Dampak Model Pembelajaran Bermain Peran (Joyce dan Weil, 2003)

3. Model Pembelajaran Induktif

Model pembelajaran induktif merupakan strategi langsung untuk mengembangkan memampuan berpikir tingkat tinggi dan berpikir kritis (Eggen dan Kauchak, 1996).

Model induktif ini memiliki banyak variasi, namun sintaks pembelajaran model induktif secara umum adalah (Eggen dan Kauchak, 1996):

a. Pengenalan pelajaran;

b. Fase divergen (open-ended);

c. Fase konvergen;

d. Penutup;

e. Fase aplikasi.

Model pembelajaran berpikir induktif yang dideskripsikan oleh Joyce dan Weil (2003) merupakan model variasi dari model pembelajaraninduktif, yang hanya memperkenalkan tiga tahapan, yakni :

Sintaks:

1. Strategi satu: Pembentukan konsep

Fase 1: Membilang dan membuat daftar

Fase 2: Membuat kelompok

Fase 3: Membuat label dan kategori

2. Strategi dua: Interpretasi Data

Fase 4: Mengidentifikasi hubungan

Fase 5: Mengeksplorasi hubungan

Fase 6: Membuat interfensi

3. Strategi tiga: Aplikasi Prinsip

Fase 7: Memprediksi konsekuensi, menjelaskan fenomena, membuat

hipotesis

Fase 8: Menjelaskan dan mendukung prediksi dan hipotesis

Fase 9: Membuktikan prediksi

Sistem Sosial:

Model pembelajaran ini terstruktur, kooperatif, namun guru bertindak sebagai pemicu dan pengontrol aktivitas.

Prinsip Reaksi:

Guru menyesuaikan tugas dengan tingkat kognitif peserta didik dan menentukan kesiapan mereka.

Sistem Pendukung:

Peserta didik membutuhkan data menta untuk dianalisis.

Gbr. Dampak Model Pembelalaran Berpikir Induktif (Joyce dan Weil, 2003)

4. Model Pembelajaran Perolehan Konsep (Concept Attaintment)

Ada tiga jenis model perolehan konsep, yakni:

1. Model perolehan konsep berorientasi menerima

2. Model perolehan konsep berorientasi seleksi

3. Model materi tidak terorganisasi

Tahapan umum pembelajaran perolehan konsep adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan aktivitas perolehan konep1.1 Mengidentifikasi Tujuan

1.2 Memilih Contoh

1.3 Mengurutkan Contoh

1.4 Memilih atau Membuat Media Penyajian

2) Implementasi aktivitas perolehan konsep2.1 Menyajikan Contoh

2.2 Menganalisis Karakteristik Konsep

3) Mengevaluasi aktivitas perolehan konsep

Sintaks (Joyce dan Weil, 2003):

Fase 1: Presentasi data dan identifikasi konsep

Fase 2: Menguji perolehan konsep

Fase 3: Menganaalisis strategi berpikir

Sintaks(Eggen dan Kauchak, 1996)FASEDESKRIPSI

Menyajikan ContohGuru menyajikan contoh positif dan contoh negatif(atau bukan contoh) dan membimbing peserta didik untuk mengembangkan hipotesis

Menganalisis HipotesisPeserta didik didorong untuk menganalisis hipotesis dengan menyajikan contoh baru

PenutupPeserta didik menganalisiscontoh untuk mengembangkan karakteristik kritis dan merumuskan definisi

AplikasiGuru menyajikan contoh tambahan dan peserta didik menganalisis contoh tersebut berdasarkan defnisi yang telah dibuat

Sistem Sosial:

Guru mengatur tahapan belajar dan mendorong interaksi antarsiswa, namun dialog terbuka terjadi pada fase akhir. Model ini relatif terstruktur, dimana siswa memiliki inisiatif melakukan proes induktif ketika memperoleh lebih banyak pengalaman.

Prinsip Reaksi:

Guru memberikan dukungan dan membantu peserta didik dalam membahas hipotesis, serta mendikusikan dan mengevaluasi strategi berpikirnya.

Sistem Pendukung:

Bahan dan data harus diseleksi dan diatur dalam beberapa unit untuk digunakan sebagai bahan contoh . Peserta didik dapat membuat contoh jika sudah mahir.

Arends (2007) memaparkan tentang model pengajaran konsep yang dapat diterapkan untuk penguasaan konsep-konpsep spesifik, sifat konsep, penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi, serta komunikasi.

Hasil Belajar dari Pengajaran Konsep:

1. Konsep-konsep spesifik

2. Sifat konsep

3. Penalaran logis dan berpikir tingkat tinggi

4. Komunikasi

Sintaks(Arends, 2007)

FASEKEGIATAN GURU

1) Klarifikasi tujuan dan menyiapkan peserta didik untuk belajarMenjelaskan tujuan dan prosedur pembelajaran, serta mempersiapkan peserta didik untuk belajar

2) Memberi contoh dan bukan contohMenyajikan konsep, mengidentifikasi atribut, memberi ilustrasi(contoh) dan bukan contoh

3) Menguji penguasaan peserta didikMempresentasikan contoh dan bukan contoh tambahan untuk mengujipemahaman peserta didik tentang konsep. Peserta didik diminta memberikan contoh dan bukan contoh

4) Menganalisis proses berpikir dan integrasi pembelajaran peserta didikMengarahkan peserta didik untuk memikirkan tentang proses berpikirnya, menelaah keputusannya, dan konsekuensi keputusannya sendiri. Guru membantu peserta didik untuk mengintegrasikan pembelajaran dengan konsep lain.

5. Model Pembalajaran Inkuiri Ilmiah (Joyce dan Weil, 2003)

Proses inkuiri merupakan proses investigasi sebuah permasalahan. Inkuiri dilakukan dengan mencari kebenaran atau pengetahuan yang memerlukan pemikiran kritis, kreatif, dan menggunakan intuisi. Pembelajaran inkuiri menurut Suchan (1996) adalah suatu pola pembelajaran untuk membantu peserta didik belajar merumuskandan menguji pendapatnya sendiri serta memiliki kesadaran atas kemapuannya.

Peran guru dalam metode ini adalah sebaggai motivator dan fasilitator dalam membimbing peserta didik dalam melaksanakan upaya memperoleh jawaban atas permasalahan yang dirumuskan atau diajukan.

Pembelajaran inkuiri yang berhasil dapat dilakukan dengan memaksimalkan peran guru, yakni:

a. Memulai proses inkuiri dengan mengajukan pertanyaan/ permasalahan

b. Mendorong dialog antarsiswa untuk menemukan alternatif penyelesaian masalah yang mungkin dilakukan

c. Membantu peserta didik memahami materi yang dipelajari

d. Memberikan contoh cara melakukan prosedur ilmiah.

Sintaks:

Fase 1: Pemaparan permasalahan yang akan diselidiki

Fase 2: Peserta didik menyusun hubungan antarpermasalahan

Fase 3: Peserta didik mengidentifikasi permasalahan dalam penyelidikan

Fase 4: Peserta didik menyusun teori pendukung dalam upaya mengatasi kesulitan

Sistem Sosial:

Model pembelajaran ini relatif terstruktur dan kooperatif.

Prinsip Reaksi:

Guru menumbuhkan kemampuan inkuiri pada peserta didik dan lebih fokus pada proses inkuiri daripada upaya identifikasi.

Sistem Pendukung:

Model ini membutuhkan intrutur yang terampil melakukan inkuiri dan menyediakan permasalahan yang akan diselidiki.

6. Model Pembelajaran Latihan Inkuiri (Joyce dan Weil, 2003)

Model pembelajaran ini melibatkan peserta didik aktif belajar menemukan penyelesaian masalah. Latihan inkuiri dumulai dengan situasi teka-teki dan peserta didik dimotivasi untuk menyelidiki permasalahan. Permasalahan diberikan guru dan dirancang sedemikan untuk memotivasi peserta didik belajar. Pertanyaan dirancang menggunakan metode inkuiri Suchman, yang yang dijawab YA atau TIDAK.

Bagan Metode Inkuiri Suchman (Martin, 1994)

Tahapan pembelajaran menggunakan metode Inkuiri Suchman adalah sebagai berikut:

1) Perencanaan aktivitas inkuiri1.1 Identifikasi tujuan

1.2 Mempersiapkan permasalahan

1.3 Mempersiapkan media untuk menyampaikan permasalahan

2) Pelaksanaan aktivitas inkuiri2.1 Menyajikan permasalahan

2.2 Merumuskan hipotesis dan mengumpulkan

data

2.3 Mengakhiri kegiatan

3) Evaluasi aktivitas inkuiri3.1 Evaluasi prosses

3.2 Evaluasi materi

Sintaks:

Fase 1: Dihadapkan dengan permasalahan

Penjelasan prosedur Inkuiri

Menyajikan fenomena yang menimbulkan konflik kognitif

Fase 2: Pengumpulan data untuk verifikasi

Menemukan sifat dan kondisi benda

Verifikasi kejadian dan permasalahan

Fase 3: Pengumpulan data dalam eksperimen

Isolasi variabel yang relevan

Rumuskan dan uji hipotesis terkait sebab-akibat

Fase 4: Organisasi, perumusan, dan penjelasan

Jelaskan dan rumuskan aturan

Fase 5: Menganalisis proses inkuiri

Analisis strategi inkuiri yang dilakukan dan kembangkan yang lebih efektif

Sistem Sosial:

Model pembelajaran ini terstruktur, dimana guru mengontrol interaksi peserta didik dan merekomendasikan prosedur inkuiri yang akan dilakukan.

Prinsip Reaksi:

Guru menyajikan pertanyaan yang dijawab dengan YA atau TIDAK untuk mempermudah peserta didik melakukan inkuiri. Minta peserta diidik merevisi pertanyaan yang tidak valid.

Sistem Pendukung:

Guru harus memahami proses intelektual dan strategi inkuiri, serta menyediakan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pelaksanaan inkuiri.

Gbr. Dampak Model Pembelajaran Latihan Inkuiri (Joyce dan Weil, 2003)7. Model Pembelajaran Ingatan (Memory)

Sintaks (Joyce dan Well, 2003):

Fase 1: Menghadirkan materi

Menggunakan teknik menggarisbawahi, membuat daftar, refleksi

Fase 2: Mengembangkan hubungan

Membuat materi mudah dikenal dan mengembangkan hubungan

Menggunakan kata kunci, kata pengganti, dan teknik hubungan kata

Fase 3: Mengembangkan bayangan indera

Menggunakan teknik asosiasi yang tidak logis dan pembesaran

Fase 4: Latihan mengingat

Latihan mengingat materi sampai semuanya dipelajari

Sistem Sosial:

Sistem sosial dalam model ini adalah kooperatif. Guru dan peserta membentuk tim mempelajari materi yang baru.Prinsip Reaksi:

Guru membantu peserta didik mengidentifikasi kata kunci, padanan atau pasangan kata, gambar, dan memberikan saran berdasarkan kerangka berpikir peserta didik.

Sistem Pendukung:

Gambar, benda nyata, film, dan bahan lainnya yang dapat digunakan dalam pembelajaraan.

8. Model pembelajaran Sinektik (Joyce dan Weil, 2003)

Sintaks: (Strategi satu: Menciptakan sesuatu yang baru)

Fase 1: Deskripsi kondisi sekarang

Guru meminta peserta didik mendeskripsikan situasi atau topik yang dilihatnya pada saat ini

Fase 2: Analogi langsung

Peserta didik menyarankan analogi langsung, memilih, dan mengeksplorasinya.

Fase 3: Analogi personal

Peserta didik menjadi analogi yang dipilihnya pada fase 2

Fase 4: Penekanan konflik

Peserta didik mengambil deskripsi pada fase 2 dan fase 3, menyarankan beberapa penekanan konflik, dan memilih salah satu.

Fase 5: Analogi langsung

Mengembangkan dan memilih analogi langsung yang lain berdasarkan penekanan konflik.

Fase 6: Memeriksa kembali tugas awal

Guru meminta siswa kembali ke tugas atau permasalahan awal dan menggunakan analogi terakhir untuk pengalaman sinektik.

Sintaks: (Strategi dua: Membuat sesuatu yang asing menjadi dikenal)

Fase 1: Menyediakan inputGuru menyediakan informasi atau topik baru

Fase 2: Analogi langsung

Guru menyarankan analogi langsung dan meminta peserta didik mendeskripsikan analogi

Fase 3: Analogi personal

Guru meminta peserta didik menjadi analogi langsung.

Fase 4: Membadingkan analogi

Peserta didik mengidentifikasi dan menjelaskan kesamaan antara bahan yang baru dengan anaalogi langsung.

Fase 5: Menjelaskan perbedaan

Peserta didik menjelaskan letak ketidaksesuaian analogi.

Fase 6: Eksplorasi

Peserta didik mengeksplorasi kembali topik awal dengan menggunakan bahasanya sendiri

Fase 7: Mengembangkan analogi

Peserta didik memberikan analogi sendiri dan mengeksplorasi kesamaan dan perbedaannya.

Sistem Sosial:

Model ini cukup terstruktur. Guru memulai fase, namun peserta didik sering memberikan respons. Guru mendorong kreatifitas peserta didik.

Prinsip reaksi:

Mendrong keterbukaan, ekspresi kreatif. Menerima respons semua peserta didik. Meemilih analogi yang membantu peserta didik mengembangkan pemikirannya.

Sistem Pendukung:

Tidak ada sistem pendukung khusus untuk model pembelajaran ini.

Gbr. Dampak model pembelajaran Advance Organizer (Joyce dan Weil, 2003)9. Model Pembelajaran Advance Organizer (Joyce and Weil, 2003)

Model pembelajaran ini di kembangkan berdasarkan teori David P.

Ausubel tentang belajar verbal bermakna. Model Ausubel dapat di jabarkan sebagai berikut:1. perencanaan aktivitas Ausubel1.1. penentuan lingkup1.2. organisasi hierarki materi1.3. formulasi advance organizer

2. pelaksanaan aktivitas Ausubel

2.1. penyajian advance organizer

2.2. pembedaan progresif

2.3. rekonsilisasi terpadu

3. evaluasi aktivitas Ausubel

Sintaks :

Fase 1 :Penyajian advance organizer

Klarifikasi tujuan pembelajaran.

Penyajian pengaturan (organizer).

Identifikasi atribut definisi.

Memberikan contoh atau ilustrasi jika sesuai.

Memberikan konteks

Pengulangan.

Mendorong kesadaran peserta didik akan pengetahuan dan pengalaman yang relevan.

Fase 2 :Penyajian tugas belajar atau materi.

Penyajian materi

Membuat keteraturan logis dari materi ajar secara eksplisit.

Menghubungkan materi dengan pengaturan.

Fase 3 :Penguatan organisasi kognitif.

Menggunakan prinsip untuk mengatur kembali hubungan secara terpadu.

Membuat pendekatan kritis terhadap materi ajar.

Klarifikasi ide.Menerapkan ide secara aktif.Sistem sosial :Sangat terstruktur, membutuhkan kolaborasi aktif antara guru dan peserta didik

Prinsip reaksi :Negosiasi makna, menghubungkan materi dan organizer secara responsif.

Sistem pendukung :

Data yang cukup dan materi yang terorganisasi dengan baik.

Dampak :

Dampak instruksional dan pengiring model pembelajaran ini di deskripsikan sebagai berikut.Dampak Intruksional

Dampak Pengiring

10. Model Pembelajaran tanpa Arahan (Non-directive)Sintaks (Joyce and Weil, 2003):

Fase 1: Mendefinisikan situasi untuk menolong

Guru mendorong ekspresi perasaan secara bebas

Fase 2: eksplorasi permasalahan

Peserta didik didorong mendefinisikan permasalahan

Guru menerima dan mengklarifikasi perasaan

Fase 3:Mengembangkan pendalaman masalah

Peserta didik mendiskusikan masalah

Guru memberi dukungan terhadap peserta didik

Fase 4: Merencanakan dan membuat keputusan

Peserta didik merencanakan membuat keputusan awal

Guru mengklarifikasi keputusan yang mungkin

Fase 5: memadukan

Peserta didik memperoleh pendalaman dan mengembangkan lebih banyak tindakan positif

Guru memberikan dukungan

Sistem sosial :

Guru bertindak sebagai fasilitator dan peserta didik memulai mendiskusikan permasalahan. Guru memberikan penghargaan dan tidak memberikan hukuman. Penghargaan dapat berupa penerimaan, empati, dan pemahaman oleh guru.

Prinsip reaksi :

Guru akrab dengan peserta didik, berempati, menolong peserta didik mendefinisikan masalahnya, dan melakukan tindakan untuk memperoleh penyelesaian masalah.

Sistem pendukung :Guru membutuhkan tempat yang tenang untuk pertemuan pribadi (empat mata).

Dampak :

Dampak instruksional dan pengiring model pembelajaran ini di-deskripsikan sebagai berikut.

Dampak Pengiring

11. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) Sintaks: (Joyce and Weil, 2003)

Fase 1: Orientasi Pembelajaran

Menyatakan tujuan pembelajaran

Fase 2: Penyajian materi

Menjelaskan konsep dan keterampilan baru

Menyajikan demonstrasi atau contoh

Indentifikasi langkah-langkah keteramilan atau diskusi tentang konsep

Mengecek pemahaman peserta didik

Fase 3: Latihan terstruktur

Guru memandu peserta didik melalui contoh latihan

Peserta didik mengerjakan lathian secara berkelompok

Guru memberikan umpan balik

Fase 4: Membimbing pelatihan

Peserta didik mengikuti latihan dengan bimbingan guru.

Guru menilai kemampuan peserta didik

Fase 5: Latihan Mandiri

Peserta didik melakukan latihan tanpa bantuan guruSistem sosial: model ini sangat terstruktur

Pinsip reaksi: prinsp reaksi diatur berdasarkan kebutuhan penguasaan pengetahuan, menolong siswa bertindak, dan memberikan penguatan.

Sistem pendukung: pembelajaran ini membutuhkan tugas belajar yang bertahap.

Dampak: dampak instruksional dan pengiring model pembelajaran ini dideskripsikan sebagai berikut.

Dampak instruksional

Dampak pengiring

12. Model Pembelajaran Simulasi (Joyce dan Weil, 2003)Sintaks:

Fase 1: Orientasi

Penyajian topic simulasi dan konsep yang akan ditunjukkan melalui simulasi

Penjelasan simulasi dan permainan

Memberikan ringkasan simulasi

Fase 2: Latihan pemeran

Mengatur scenario

Memberi tugas untuk pemeran

Melakukan latihan singkat

Fase 3: Simulasi

Melakukan aktivitas

Melakukan penilaian dan umpan balik

Mengklarifikasi kesalahan konsep

Melanjutkan simulasi

Fase 4: Pengarahan pemeran

Merangkum kejadian dan persepsi

Merangkum kesulitan dan pendalaman

Menganalisis proses

Membandingkan aktivitas simulasi dengan dunia nyata

Menghubungkan aktivitas simulasi dengan materi ajar

Memberi penghargaan dan merancang ulang simulasi

Sistem sosial :

Struktur pembalajaran oleh guru dengan memilih materi dan mengarahkan simulasi. Guru mengatur simulasi, menjelaskan permainan, menjaga aturan, melatih, dan berdiskusi dengan pemeran.

Prinsip reaksi :

Guru mendukung peran, mengamati, dan membantu peserta didik mengatasi masalah yang muncul.

Sistem pendukung :

Simulasi membutuhkan sumber belajar yang terstruktur dengan baik / teliti.

Dampak :

Dampak instruksional dan pengiring model pembelajaran ini di-deskripsikan sebagai berikut.

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

13. Model Pembelajaran Inkuri Yurisprudensi (Yurisprudential Inquiry)Peserta didik ditunjuk untuk mengidentifikasi kebijakan publik, dan isu isu terkait permasalahan yang ada di masyarakat. Model ini didasarkan pada konsepsi masyarakat yang bebas memiliki pandangan, prioritas, dan nilai nilai sosial yang berbeda satu sama lain.Sintaks (Joyce dan Weil 2003) :

a. Orientasi untuk kasus

b. Mengidentifikasi masalah

c. Penentuan posisi (belajar mandiri atau diskusi)

d. Menjelajahi sikap yang mendasari posisi yang dimbil

e. Penghalusan dan pemenuhan posisi

f. Pengujian asumsi tentang fakta,definisi dan konsekuensi

Sistem sosial : Dimana guru memulai dan mengontrol diskusi, namun tetap menjaga suasana keterbukaan berpikir dan kesamaan mengemukaan pendapat.Prinsip Reaksi :Guru memastikan bahwa isu-isu/kebijakan telah di eksplorasi dan mengeksplorasi pemikiran peserta didik melalui pertanyaan relevansi, konsistensi, khusus dan umum, kejelasan definisi dan kontinuitas.

Sistem Pendukung : peserta didik membutuhkan dokumen sumber yang mendukung kajian permasalahan.

Dampak : dampak instruksional dan pengiring model ini di-deskripsikan sebagai berikut.

Dampak Instruksional

Dampak Pengiring

Guru harus mendorong siswa untuk melibatkan diri ke satu pandangan/pendapat tentang masalah tersebut, namun akan mendukung jika mereka berubah pikiran ketika dihadapkan dengan bukti baru dan mendorong mereka untuk mempertimbngkan sudut pandang lain.Tahap akhir model pembelajaran ini adalah fase yang paling penting, dimana peserta didik mengambil apa yang telah dipelajari dan menerapkannya ke lingkungan mereka.

Model pembelajaran ini memberi kesempatan pada peserta didik untuk menerapkan ketrampilan penyidikan dan strategi tindakan dalam masyarakat dimana mereka tinggal.

14. Model Pembelajaran Kooperatif

Tujuan pembelajaran kooperatif adalah melatih ketrampilan sosial seperti tenggang rasa, bersikap sopan terhadap teman, mengkritik ide orang lain, berani mempertahankan pikiran yang logis, dan berbagai ketrampilan yang bermanfaat untuk menjalin hubungan interpersonal. Pembelajaran kooperatif juga dapat digunakan untuk mengingkatkan kepekaan dan kesetia kawanan sosial, menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri, meningkatkan rasa percaya pada sesama.

Hasil belajar dari pembeljaran kooperatif :

Hasil Belajar

STADJIGSAWInvestigasi KelompokPendekatan Struktural

Tujuan KognitifPengetahuan akademis faktualPengetahuan konseptual faktual dan akademisPengetahuan konseptual akademis dan ketrampilan menyelidikiPengetahuan akademis faktual

Tujuan SosialKerja kelompok dan kerja samaKerja kelompok dan kerjasamaKerasama dalam kelompok kompleksKetrampilan kelompok dan sosial

Pemilihan topikBiasanya guruGuru dan/ atau siswa Biasanya guruBiasanya guru

Tugas utama Mungkin menggunakan lembar kerja dan saling membantu menguasai materiMenyelidiki berbagai materi dikelompok ahli, dan membantu kelompok asal menguasai semua materiMenyelesaikan penyelidikan yang kompleks Mengerjakan tugas yang diberikan (sosial dan kognitif)

AsesmenTes mingguanBervariasi, dapat berupa tes mingguan Proyek dan laporan, dan/ atau tes esaiBervariasi

15. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem-Based Learning)

Pembelajaran berbasis masalah (PBL) akan dapat membantu peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan mengatasi masalah, mempelajari peran-peran orang dewasa, dan menjadi pembelajar mandiri (Arends, 2007).

Gbr. Hasil belajar dari Pembelajaran Berbasis Masalah (Arends, 2007)

Pembelajaran problem-based learning (PBL) membahas situasi kehidupan yang ada di sekitar dengan penyelesaian yang tidak sederhana. Peran guru dalam PBL adalah menyodorkan masalah autentik atau memfasilitasi siswa untuk mengidentifikasi permasalah autentik, memfasilitasi penyelidikan, dan mendukung pembelajaran yang dilakukan peserta didik.

Pembelajaran berbasis masalah didasarkan atas teori psikologi kognitif, terutama berlandaskan teori Piaget dan Vigotsky (konstruktivisme). Tahap pertama yang perlu dilakukan dalam pembelajaran adalah memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam kegiatan penyelesaian masalah sehingga mereka akan bertindak aktif membangun pengetahuannya. Sintaks model pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut.

Fase Kegiatan Guru

Memberikan orientasi permasalahan kepada peserta didik Membahas tujuan pembelajaran, memaparkan kebutuhan logistik untuk pembelajaran, memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif

Mengorganisasikan peserta didik untuk penyelidikan Membantu peserta didik dalam mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar/penyelidikan untuk menyelesaikan permasalahan

Pelaksanaan investigasi Mendorong peserta didik untuk memperoleh informasi yang tepat, melaksanakan penyelidikan, dan mencari penjelasan solusi.

Mengembangkan dan menyajikan hasil Membantu peserta didik merencakan produk yang tepat dan relevan, seperti laporan, rekaman video, dan sebagainya untuk keperluan penyampaian hasil

Menganalisis dan mengevaluasi proses penyelidikan Membantu peserta didik melakukan refleksi terhadap penyelidikan dan proses yang mereka lakukan

Problem-based learning (PBL) merupakan pembelajaran yang penyampaiannya dilakukan dengan cara menyajikan suatu permasalahan, mengajukan pertanyaan-pertanyaan, memfasilitasi penyelidikan, dan membuka dialog. Permasalahan yang dikaji hendaknya merupakan permasalahan kontekstual yang ditemukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan harus dipecahkan dengan menerapkan beberapa konsep dan prinsip yang secara simultan dipelajari dan tercakup dalam kurikulum mata pelajaran. Sebuah permasalahan pada umumnya diselesaikan dalam beberapa kali pertemuan karena merupakan permasalahan multi konsep, bahkan dapat merupakan permasalahan multidisiplin ilmu. Model pembelajaran ini tepat digunakan pada kelas yang kreatif, peserta didik yang berpotensi akademik tinggi namun kurang cocok diterapkan pada peserta didik yang perlu bimbingan tutorial. Model ini sangat berpotensi untuk mengembangkan kemandirian peserta didik melalui pemecahan masalah yang bermakna bagi kehidupan siswa. Aktivitas pembelajaran berbasis masalah pada umumnya mengikuti pola sebagai berikut.

Gbr. Peran guru dan peserta didik dalam PBL

Salah satu variasi tahapan pelaksanaan PBL adalah sebagai berikut.

a. Guru menjelaskan kompetensi yang ingin dicapai dan menyebutkan sarana atau alat pendukung yang dibutuhkan. Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

b. Guru menjelaskan logistic yang dibutuhkan, prosedur yang harus dilakukan, dan memotivasi peserta didik supaya terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilih.

c. Guru membantu peserta didik untuk mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topic, tugas, jadwal, dan lain-lain).

d. Guru mendorong peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan data, hipotesis, pemecahan masalah.

e. Guru membantu peserta didik dalam merencanakan karya yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.

f. Guru membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap eksperimen mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

Variasi tahapan PBL yang dikembangkan oleh Moust dan kawan-kawan adalah sebagai berikut:

a. Mengklarifikasi konsep yang belum jelas;

b. Mendefinisikan permasalahan;

c. Menganalisis permasalahan;

d. Diskusi;

e. Merumuskan tujuan belajar;

f. Belajar mandiri;

g. Evaluasi.

David dkk. (1999) mengembangkan variasi lain dari PBL yang mirip dengan desain Moust dan kawan-kawan, yakni seven jumps dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Klarifikasi kata/istilah yang tidak dipahami

Semua anggota kelompok diskusi melakukan identifikasi terhadap kata/istilah-istilah yang tidak dimengerti. Anggota kelompok lainnya mungkin dapat memberikan penjelasan. Istilah-istilah yang tidak dipahami akan menjadi penghalang untuk mencapai kesepakatan. Klarifikasi terhadap sesuatu yang kurang dipahami menjadi awal proses belajar. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah daftar istilah atau nama-nama yang belum disepakati oleh seluruh anggota kelompok.

b. Merumuskan permasalahan

Pada tahapan ini, anggota kelompok dianjurkan untuk berkontribusi dalam diskusi dengan memberikan pandangan mereka tentang permasalahan yang dibahas. Peran guru/tutor diperlukan untuk mendorong peserta didik berkontribusi dalam melakukan anaisis secara luas. Tahap ini dibutuhkan karena kemungkinan setiap anggota kelompok diskusi mempunyai perspektif yang berbeda tentang satu permasalahan. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah daftar permasalahan yang memerlukan penjelasan.

c. Curah pendapat tentang hipotesis atau penjelasan yang mungkin

Selanjutnya peserta didik melakukan curah pendapat dan mencoba merumukan berbagai hipotesis dari setiap permasalahan yang telah disepakati pada langkah sebelumnya. Curah pendapat hanya menggunakan pengetahuan yang telah dimiliki (prior knowledge). Kelompok mencoba menyepakati hipotesis atau penjelasan yang logis sebagai jawaban/penjelasan sementara dari permasalahan-permasalahan yang dirumuskan pada langkah ke-2. Guru/tutor berperan menjaga agar diskusi fokus pada pembahasan hipotesis dan tidak menggali hal-hal yang detail. Langkah ini dilakukan untuk mengelaborasi pengetahuan dan ingatan sebelumnya. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menyampaian pemahamannya masing-masing dan menguji pemahaman tersebut satu sama lain. Jika langkah ini dilakukan secara baik, akan diperoleh tingkat pemahaman yang lebih dalam daripada sekadar mengetahui fakta dan dangkal. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah daftar hipotesis atau penjelasan.

d. Penataan hipotesis

Kelompok belajar diharapkan telah menghasilkan banyak pemikiran dan penjelasan yang beragam tentang permasalah yang dibahas. Tahapan selanjutnya adalah melakukan telaah terhadap permasalahan dan dibandingkan dengan hipotesis atau penjelasan yang dibuat untuk melihat kecocokan. Eksplorasi lebih lanjut diperlukan jika masih ditemukan ketidakcocokan. Langkah ini merupakan awal perumusan tujuan pembelajaran. Langkah ini merupakan proses aktif, membangun pemahaman. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah berupa tatanan penjelasan semua permasalahan yang disepakati pada langkah ke-2. Luaran ini dituliskan dalam bentuk skema, dengan menghubungkan ide-ide satu sama lain dengan dasar pengetahuan yang dimiliki dan konteks yang berbeda-beda. Visualisasi hubungan dari potongan-potongan informasi dapat memfasilitasi penyimpanan informasi (ingatan) jangka panjang.

e. Penetapan tujuan pembelajaran

Selanjutnya kelompok mencoba menyepakati seperangkat tujuan kegiatan yang akan dijadikan tujuan pembelajaran. Guru/tutor mengarahakn peserta didik untuk fokus dan tidak terlalu luas atau dangkal dalam menetapkan tujuan pembelajaran yang dapat dicapai dalam waktu yang telah ditetapkan. Guru sebaiknya memastikan bahwa tujuan pembelajaran ini relevan, fokus, dan bersifat komprehensif. Kesepakatan atau konsensus akan menyenangkan bagi keseluruhan kelompok untuk menyintesis rumusan tujuan pembelajaran melalui diskusi. Langkah ini tidak hanya sekadar merumuskan tujuan pembelajaran, tetapi juga berjuan mengikat seluruh anggota kelompok dalam membuat kesepakatan. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah rumusan tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran ini seharusnya sesuai dengan permasalahan yang ditimbulkan melalui pertanyaan-pertanyaan atau hipotesis yang dirumuskan.

f. Pengumpulan informasi dan belajar mandiri/belajar bebas

Tahap selanjutnya adalah peserta didik mencari materi dalam buku teks, internet, atau konsultasi dengan para pakar atau cara lainnya yang akan membantu dalam pengumpulan informasi yang berkaitan dengan tujuan pembelajaran. Proses belajar adalah mencari, memilih, dan mengumpulkan informasi secara individu ataupun berkelompok dengan cara masing-masing. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah catatan pribadi peserta.

g. Berbagi informasi dan diskusi hasil belajar mandiri

Langkah ini pada umumnya dilakukan beberapa hari setelah peserta didik mengumpulkan informasi yang dibutuhkan untuk menyelesaikan permasalahan. Peserta didik kembali berkumpul untuk menyampaikan hasil pembelajarannya. Tahap pertama adalah mengidentifikasi sumber informasi masing-masing, kemudian mengumpulkan informasi-informasi tersebut dan mencoba memahaminya secara bersama. Peserta didik mengidentifikasi persoalan yang masih dirasakan sulit untuk dipelajari lebih lanjut (meminta bantuan penjelasan pakar). Selanjutnya peserta didik membuat dan menghasilkan suatu hasil analisis permasalahan yang komplet. Pada langkah ini masing-masing kelompok melakukan sintesis pekerjaan kelompok, mengidentifikasi area yang belum jelas, yang amsih memerlukan penelaahan lebih lanjut. Keluaran langkah ini dalam bentuk tertulis adalah catatan-catatan pribadi peserta didik. Pembelajaran yang dilakukan tidak harus selalu lengkap dan dapat bersifat terbuka. Pada suatu saat, peserta didik dapat kembali membahas topic yang sama, namun lebih mendalam jika ada permasalahan yang muncul menjadi pemicu kebutuhan belajar yang terkait dengan keadaan nyata.

Tahapan seven jumps bermanfaat untuk aktivitas pembelajaran yang berbasis masalah (problem-based learning). Peserta didik diajak secara bertahap dan sistematis menggali, mengolah, dan menggodok masalah (dalam bentuk scenario) yang diberikan kepada mereka. Masalah dalam scenario diharapkan mampu memicu dan memacu kemampuan berpikir analitis, aktif, sekaligus melakukan pembelajaran secara kreatif (creative learning), dan belajar bekerja sama (collaborative learning). Pada tahap awal, peserta didik harus memiliki persepsi dan pengertian yang sama atas permaslah yang dihadapi, yaitu dengan melakukan klarifikasi atas istilah, jargon atau pernyataan-pernyataan yang ada pada scenario. Selanjutnya, sesuai dengan langkah-langkah 2 s.d. 5, peserta didik akan belajar menyusun hipotesis atas scenario yang ada dan berusaha untuk membuktikan dan menyelesaikan hipotesis yang dibuattnya melalui strategi-strategi yang dipilih. Biasanya aktivitas pembelajaran dilaksanakan melalui dua sesi tutorial, yani: sesi pertama mencakup langkah 1 sampai 5 dan sesi kedua mencakup langkah 6 sampai 7.

Contoh tugas-tugas yang dapat diselesaikan melalui pembelajaran berbasis masalah di antaranya:

1) Mengatasi masalah pencemaran air di lingkungan sekitar yang menganggu sawah masyarakat;

2) Menyelidiki fenomena lumpur Lapindo dan mengusulkan penyelesaian masalah yang mungkin diterapkan (khusus untuk sekolah di wilayah Jawa Timur sekitar bencana Lapindo);

3) Mempelajari fenomena terjadinya tawuran siswa sekolah dan upaya mengatasinya;

4) Menganalisis permasalahan banjir di sebuah kota dan mengajukan solusi yang relevan;

5) Menyelidiki factor-faktor penyebab menyebarnya sebuah penyakit dan upaya penanggulangannya;

6) Mengembangkan pupuk organic dari bahan alam yang tersedia di lingkungan sekitar untuk mengatasi kesulitan petani local dalam merawat tanaman padi.

C. STRATEGI PEMBELAJARAN

Pemilihan strategi pembelajaran tidak terlepas dari kurikulum yang digunakan dan karakteristik peserta didik. Karakteristik peserta didik terutama terkait dengan penglaman awal dan pengetahuan peserta didik, minat peserta didik, gaya belajar peserta didik, dan perkembangan peserta didik. Strategi pembelajaran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan cara komunikasi guru dengan peserta didik, yakni strategi tatap muka dan pembelajaran jarak jauh. Buku ini hanya membahas pembelajaran tatap muka peristilahan strategi yang digunakan didasarkan atas pola interaksi guru, peserta didik, dan sumber belajar. Strategi pembelajaran dapat dibedakan secara jelas, namun dalam implementasinya dapat terjadi penggunaan beberapa startegi dalam sebuah pembelajaran. Misalnya, guru menggunakan metode penyampaian informasi dengan metode ceramah (kelompok strategi pembelajaran langsung) dan juga metode interpretasi dengan bertanya pada peserta didik untuk menentukan pentingnya informasi yang disampaikan (kelompok strategi pembelajaran tidak langsung). Seperti telah dijelaskan sebelumnya bahwa strategi pembelajarn sering disetarakan dengan metode pembelajaran karena keduanya merupakan cara untuk mencapai tujuan pembelajaran, namun dalam buku ini penulis membedakan istilah tersebut. Beberapa jenis strategi dan metode pembelajaran yang terkait adalah sebagai berikut.

StrategiMetode

Pembelajaran langsung Ceramah, Latihan, Pembelajaran eksplisit, Demonstrasi, dsb

Pembelajaran tidak langsung Diskusi reflektif, Pembentukan konsep, Perolehan konsep, Problem solving, Inkuiri terbimbing, dsb

Pembelajaran interaktif Pembelajaran interaktif, Debat, Latihan sejawat, Diskusi, Belajar kooperatif berkelompok, dsb

Pembelajaran eksperensial Eksperimen, simulasi, bermain peran, pengamatan lapangan, survei, permainan, sinektik, dsb

Pembelajaran mandiri Proyek penelitian, modul belajar, pembelajaran berbantuan komputer, kontrak belajar, dsb

1. Strategi Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Pembelajaran langsung menempatkan guru sebagai sumber belajar. Strategi ini cukup efektif digunakan untuk menyampaikan informasi dan membentuk keterampilan secara langkah demi langkah. Strategi ini pada umumnya efektif digunakan untuk memperkenalkan strategi lain atau metode pembelajaran lainnya pada awal pembelajaran. Pembelajaran langsung pada umumnya deduktif, di mana disajikan aturan umum, kemudian diberkan contoh yang relevan. Kelemahan strategi ini adalah tidak dapat digunakan untukmengembangkan kemampuan, proses, dan sikap yang diperlukan untuk berpikir kritis, serta kemampuan bekerja berkelompok. Strategi lain dibutuhkan untuk mengembangkan sikap dan kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order thinking).

2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction)

Istilah pembelajaran tidak langsung mungkin jarang dikenal dan orang lebih mengenal pembelajaran inkuiri, induksi, penyelesaian masalah (problem solving), dan strategi lainnya yang merupakan variasi dari pembelajaran tidak langsung. Pembelajaran tidak langsung ini berpusat pada peserta didik, di mana siswa aktif membangun pengetahuan dan guru bertindak sebagai fasilitator. Strategi ini memungkinkan peserta didik untuk terlibat secara mental dalam mengamati, menyelidiki, membuat penjelasan berdasarkan data, membuat hipotesis dan sebagainya. Keuntungan menggunakan strategi ini adala meningkatkan minat dan rasa ingin tahu dalam diri peserta didik, serta mendorong mereka untuk mengembangkan pilian/alternative penyelesaian masalah. Penggunaan strategi ini memungkinkan untuk mengembangkan kreativitas peserta didik serta keterampilan dan kemampuan interpersonalnya. Pada umumnya peserta didik yang belajar secara aktif akan memiliki pemahaman yang lebih baik, serta mampu mengembangkan pemahaman tersebut.

Peran guru dalam pembelajaran tidak langsung adalah mengatur lingkungan belajar, memberi kesempatan pada peserta didik untuk terlibat dalam pembelajaran, serta memberikan umpan balik jika diperlukan. Sumber belajar dalam pembelajaran ini pada umumnya berupa bahan cetak, informasi non-cetak (misalnya: internet), dan narasumber. Pengalaman belajar diperkaya melalui interaksi guru dengan peserta didik, antarguru, dan antara guru dengan narasumber lainnya. Pembelajaran tidak langsung dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan sangat cocok dilaksanakan jika dilakukan hal-hal berikut.

a. Hasil belajar yang diharapkan berupa kemampuan berpikir tingkat tinggi.

b. Sikap, nilai dan kemampuan interpersonal diharapkan dimiliki oleh peserta didik.

c. Proses belajar dinilai sama penting dengan produk belajar.

d. Peserta didik perlu menyelidiki atau menemukan sesuatu untuk mempelajari materi selanjutnya.

e. Dibutuhkan beberapa jawaban untuk suatu permasalahan.

f. Fokus pada pemahaman personal dan memori jangka panjang.

g. Keterlibatan individu dan motivasi intrinsic diharapkan muncul

h. Dibutuhkan pengambilan keputusan dalam menyelesaikan permasalahan.

i. Kemampuan belajar sepanjang hayat perlu dikembangkan.

Kelemahan strategi pembelajaran tidak langsung adalah membutuhkan waktu yang banyak, guru kurang dapat mengontrol semua proses belajar, dan hasil atau dampak pembelajaran mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Strategi ini tidak cocok untuk mengingat informasi dengan segera, penyajian informasi rinci, dan perolehan keterampilan secara langkah demi langkah.

3. Strategi Pembelajaran Interaktif

Strategi pembelajaran interaktif mengutamakan aktivitas diskusi sesama peserta didik. Diskusi dan saling berbagi informasi memungkinkan peserta didik memberkan reaksi terhadap ide, pengalaman, opini, dan pengetahuan teman sejawat atau narasumber. Peserta didik dapat belajar mengembangkan keterampilan social dan kemampuan untuk mengorganisasikan pikiran serta mengembangkan alasan yang masuk akan (rasional).

Strategi pembelajaran interaktif dapat dilaksanakan untuk ukuran kelompok yang bervariasi dan metode interaksi yang berbeda-beda. Pembelajaran dapat berupa diskusi kelas di mana tidak dibentuk kelompok, diskusi dalam kelompok-kelompok kecil, atau peserta didik belajar berpasangan dalam mengerjakan tugas. Hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah memberikan topic diskusi atau tugas, menentukan waktu diskusi, menentukan jumlah dan komposisi peserta didik dalam kemlompok, dan menjelaskan teknik pelaporan. Pembelajaran interaktif membutuhkan penghalusan pengamatan, aktivitas interpersonal, serta keterampilan dan kemampuan melakukan interensi baik oleh guru maupun oleh peserta didik.

Strategi pembelajaran interaktif jika diterapkan untuk melatih peserta didik dalam berbicara substansi dapat dikelompokkan dalam tiga jenis strategi, yakni: a) strategi kuliah interaktif; b) strategi diskusi reflektif; dan c) strategi diskusi kelompok kooperatif. Beberapa strategi lain yang bervariasi juga dilakukan dalam pembelajaran membaca, menulis, dan berhitung.

Gbr. Strategi belajar tentang substansi

Masing-masing strategi berbicara tersebut menggunakan beberapa metode yang bervariasi. Contoh pemilihan metode pembelajaran untuk strategi kuliah interaktif dideskripsikan sebagai berikut.

a. Strategi kuliah interaktif

Strategi ini digunakan untuk menyampaikan informasi sehingga peserta didik dapat mengolah informasi tersebut. Tahapan yang dapat digunakan untuk membuat strategi menjadi lebih efektif adalah sebagai berikut.

1) Kuliah dimulai dengan menyajikan hal yang menarik, misalnya menggunakan inkuiri Suchman, media video, dan sebagainya.

2) Libatkan peserta didik secara aktif dalam belajar

Guru melibatkan peserta didik untuk aktif belajar setelah menyampaikan informasi, misalnya dengan menggunakan metode: bertanya dan menulis (question-all write, think pair share (TPS), whip around, note taking, dan sebagainya. Metode bertanya dan menulis dapat dilakukan ketika guru sedang menyampaikan informasi di mana peserta didik diberi kesempatan bertanya, memikirkan pertanyaan tersebut, dan menulis jawabannya. Metode TPS dimulai dengan membahas pertanyaan terbuka (divergen) yang diajukan oleh guru sehingga banyak kemungkinan jawaban yang dibahas oleh pasangan peserta didik. Guru berkeliling mendekati peserta didik (whip around) dan menstimulasi diskusi dengan menanyakan jawaban mereka atau pertanyaan yang telah diajukan.

3) Bantu peserta didik merangkum informasi yang telah dipelajari.

Metode yang dapat diterapkan dalam membuat rangkuman adalah meminta peserta didik menulis sintesis kalimat atau meringkas materi yang telah dipelajari.

b. Strategi diskusi reflektif

Strategi ini digunakan untuk melatih berbicara yang membutuhkan pemikiran yang mendalam, di mana peserta didik harus memahami, menganalisis, dan mensintesis informasi yang didiskusikan. Diskusi kelas merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk merefleksikan hasil belajarnya dan kemampuan berpikir kritis. Tahapan yang dilakukan dalam upaya melibatkan semua peserta didik untuk berpikir dan mengemukakan pendapatnya adalah sebagai berikut.

1) Rancang dan menggunakan pertanyaan Socrates (dialog Socrates)

Metode pertanyaan/dialog Socrates dapat digunakan untuk memancing peserta didik untuk berpikir dan taktik yang sangat jitu untuk melatihh kemampuan berpikir kritis.

2) Berikan kesempatan berpikir dan menulis bagi peserta didik.

Metode yang dapat digunakan, misalnya: question-all write, thik pair share, dan menulis hasil diskusi.

Gunakan teknik memanggil yang bervariasi agar peserta didik terlibat dalam diskusi.

c. Strategi diskusi kelompok kooperatifStrategi ini dapat digunakan untuk melibatkan peserta didik berbicara dan berpikir mendalam tentang apayang dibicarakan. Diskusi kelompok dikembangkan oleh Burt Bower dan Spencer Kagan, di mana satu kelompok terdiri dari tiga atau empat peserta didik. Pertanyaan yang dibahas dalam diskusi kelompok sebaiknya bersifat terbuka (open ended), selanjutnya perwakilan kelmpok memaparkan hasil diskusi pada semua peserta didik yang lain (presentasi kelas). Tahapan yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi ini adalah sebagai berikut.

1) Kumpulkan bahan untuk aktivitas kelompok.

2) Rancang pertanyaan untuk aktivitas kelompok.

3) Diskusi kelompok peserta didik.

Beberapa metode pembelajaran yang dapat dgunakan untuk melibatkan peserta didik berdiskusi dalam kemlompok, misalnya: numbered heads together (NHT), pertanyaan Socrates, dan mendorong kelompok untuk merespons ide masing-masing.

4) Atur agar peserta idik memberikan respons individu terhadap materi yang didiskusikan.

Salah satu strategi yang umum diterapkan dalam beberapa model pembelajaran adalah diskusi kelas. Hasil belajar yang dapat diperoleh dengan melaksanakan diskusi kelas adalah pemahaman konseptual, keterampilan berkomunikasi dan proses berpikir, serta keterlibatan peserta didik dalam belajar (Arends, 2007).

Gbr. Hasil Belajar dari diskusi KelasDiskusi berbeda dengan resitasi karena dalam diskusi terjadi percakapan dan berbagi ide/pendapat antara guru dengan peserta didik, atau antara peserta didik, sedangkan pada resitasi terjadi pemeriksanaan oleh guru terhadap pemahaman peserta didik. Resitasi adalah pertukaran informasi secara Tanya-jawab dengan peran guru sebagai pemeriksa utuk mengetahui informasi factual atau pemahaman konsep yang dikuasai peserta didik. Mekanisme pertukaran informasi yang umum dikenal adalah model initiation-response-evaluation yang dicetuskan oleh Cazden (1998), serta Burbules dan Bruce (2001), yakni sebagai berikut.

a. Inisiasi: guru melontarkan pertanyaan terkait dengan materi pelajaran yang disampaikan.

b. Response: peserta diik mengangkat tangan dan menjawab pertanyaan guru.

c. Evaluasi: guru mengevaluasi respons peserta didik dengan pujian atau koreksi.

4. Strategi Pembelajaran Eksperensial

Belajar secara eksperensial atau berdasarkan pengalaman merupakan pembelajaran induktif, berpusat pada peserta didik, dan berorientasi pada aktivitas. Refleksi pengalaman pribadi dan perumusan rencana untuk mengaplikasikan pembelajaran dalam konteks yang lain merupakan faktor penting dalam pembelajarn eskperensial. Ciri pembeljaran eksperensial adalah sebagai berikut.

a. Peserta didik berpartisipasi dalam sebuah aktivitas.

b. Peserta didik melakukan refleksi atau mengingat dan menganalisis aktivitas yang telah dilakukan.

c. Peserta didik memperoleh sesuatu yang bermanfaat berdasarkan analisis tindakan yang telah dilakukan.

d. Peserta didik menerapkan hasil belajar dalam situasis baru.

Pada umumnya belajar secara eksperensial merupakan suatu siklus yang terdiri dari lima tahapan seperti pada gambar berikut.

Gbr. siklus Pembelajaran EksperensialPembelajaran eksperensial fokus pada proses belajar, bukan pada hasil belajar. Guru dapat menggunakan pembelajaran eksperensial di kelas atau di luar kelas. Misalnya, peserta didik membuat akuarium, menyolder rangakian elektronik, atau melakukan simulasi di kelas, sedangkan di luar kelas meraka mengamati proses persidangan, melakukan survey opini public dan sebagainya. Beragam suber belajar dibutuhkan dalam belajar secara eksperensial. Kondisi yang perlu diperhatikan adalah membatasi jenis pengalaman yang harus dilakukan siswa sehingga cukup aman untuk dilakukan, tidak membutuhkan biaya yang besar, cukup waktu untuk pelaksanaannya. Oleh sebab itu, strategi pembelajaran ini tiak dapat diterapkan untuk semua situasi.

Pembelajaran berdasarkan pengalaman merupakan strategi yang efektif jika dibutuhkan pengalaman bekerja menggunakan tangan dalam belajar. Strategi ini dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan memori jangka panjang pada peserta didik. Peserta didik pada umumnya lebih termotivasi jika mereka berpartisipasi aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar temannya dengan menjelaskan tentang apa yang mereka lakukan.

5. Strategi Pembelajaran Mandiri

Strategi pembelajaran mandiri merupakan strategi untuk mengembangkan inisiatif peserta didik secara individual, rasa percaya diri, dan pengembangan diri peserta didik. Belajar mandiri dapat dimulai oleh peserta didik atau dengan bantuan guru, di mana guru memandu dan memantau perkembangan belajar yang dilakukan oleh peserta didik secara mandiri. Belajar mandiri dapat dilakukan dalam kelompok kecil, di mana peserta didik saling membantu satu sama lain dalam belajar.

Pembelajaran mandiri memungkinkan peserta didik untuk mampu belajar sepanjang hayat serta melakukan antisipasi terhadap perubahan di dunia kerja, keluarga, dan masyarakat. Strategi ini dapat digunakan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dalam membuat keputusan yang bertanggung jawab, menganalisis permasalahan, melakukan refleksi, dan melakukan tindakan yang bermanfaat. Strategi ini dapat diterapkan mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi. Pembelajaran mandiri mendorong peserta didik bertanggung jawab dalam membuat perencanaan dan melakukan kegiatan belajar secara individual.

Belajar mandiri dapat diterapkan untuk melengkapi strategi pembelajaran yang lain, atau sebagai sebuah strategi tersendiri dalam mempelajari sebuah bahan ajar, misalnya dengan menggunakan modul belajar. Kemandirian peserta didik merupakan factor penting dalam proses belajar secara mandiri. Sumber belajar yang sesuai merupakan factor penting lainnya dalam strategi pembelajaran mandiri. Guru harus mempersiapkan atau memfasilitasi penggunaan sumber belajar atau bahan ajar mandiri, serta mambantu peserta didik untuk dapat menggunakan bahan ajar tersebut. Guru juga perlu mengevaluasi kemampuan awal peserta didik yang bermanfaat untuk kegiatan belajar mandiri. Kemampuan dan keterampilan peserta didik mungkin bervariasi dan perlu dipertimbangkan dalam memberikan tugas belajar mandiri.

6. Strategi Belajar Tuntas

Strategi belajar tuntas (mastery learning) merupakan strategi yang banyak diterapkan dalam pembelajaran. Strategi ini juga telah dijadikan sebuah model pembelajaran. Belajar tuntas dilakukan dengan asumsi bahwa semua peserta didik mampu belajar dengan baik dalam kondisi yang tepat, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar semua peserta didik memperoleh hasil belajar yang maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari stetegi pembelajaran yang dilaksanakan, terutama dalam mengorganisasi tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang gtelah ditetapkan. Tujuan pembelajaran harus diorganisasi secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar dan bahan ajar perlu dijabarkan menjadi satuan-satan belajar tertentu. Peseta didik dituntut untuk menguasai bahan ajar secara lengkap untuk semua tujuan dari setaip satuan belajar sebelum proses belajar dilanjutkan pada tahap berikutnya. Evaluasi dilaksanakan setelah peseta didik menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu dan merupakan dasar untuk memperoleh umpan balik (feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan penguasaan bahan ajar oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunkan untuk menentukan di mana dan dalam hal apa peserta didik perlu memperleh bimbingan untuk mencapai tujuan. Hal tersebut perlu dilakukan agar seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan, dan menguasai bahan ajar secara tuntas.

Strategi belajar tuntas menerapkan beberapa prinsip sebagai berikut. (a) Tes dilaksanakan secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai alat untuk mendiagnosis kemajuan (diagnostic progress test). (b) Peserta didik baru dapat melangkah pada pelajaran berikutnya setelah benar-benar menguasai bahan pelajaran sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan. (c) Dilakukan pelayanan bimbingan dan konseling terhadap peserta didik yang gagl mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran remedial (pengajaran korektif) strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (a) mengidentifikasi prakondisi; (b) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan (c) mengimplementasikan dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan bumbu untuk menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi: (1) corrective technique, yaitu semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberkan pengajaran terhadap tujuan yang gagal dicapai pesera didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2) memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang mmembutuhkan (sebelum menguasai bahan secara tuntas). Selain implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Strategi belajar tuntas dapat mencapai hasil yang optimal jika didukung oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk pengunaan computer (internet) untuk mengaktifkan proses belajar.

7. Strategi Pembelajaran Partisipatif

Strategi yang juga dikenal adala pembelajaran partisipatif (partisipative teaching and learning) yang merupakan strategi pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Indicator pembelajaran partisipatif, yaitu: (a) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (b) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (c) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Strategi pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prinsip antara lain:

a. Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik untuk siap belajar;

b. Membantu peserta didik menyusun kelompok agar siap belajar dan membelajarkan;

c. Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya;

d. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar;

e. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar;

f. Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar;

g. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

D. Metode PembelajaranMetode pembelajaran merupakan langkah operasional dari strategi pembelajaran yang dipilih untuk mencapai tujuan pembelajaran. Variasi metod e pembelajaran sangat banyak dan dalam buku ini didiskusikan terlebih dahulu beberapa metode pembelajaran menurut pendapat pakar sebelum membahas beberapa metode pembelajaran sudah dikenal secara umum.. Pada bab selanjutnya akan dibahas inovasi dalam pembelajaran yang dapat digunakan oelh guru untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi proses belajar mengajar. Metode pembelajaran/instruksional menurut Gagne (1970) ada enam, yakni: tutorial, kuliah resitasi, diskusi, kegiatan laboratorium, dan pekerjan rumah. Penjelasan singkat metode tersebut adalah sebagai berikut.

1. Tutorial dicirikan dengan terjadinya perutkaran infomasi antara peserta didik dengan tutor.

2. Ceramah/kuliah didominasi kemunikasi lisan (oral) dari guru/pengajar

3. Rresitasi dicirikan dengan guru mendengar peserta didik berbicara, membaca, atau melakukan tindakan belajar lainnya.

4. Diskusi dicirikan dengan komunikasi lisan antara guru dan peserta didik, serta antara peserta didik

5. Kegiatan laboratorium dicirikan dengan situasi di mana peserta didik berinteraksi dengan kejadian atau benda nyata.

6. Pekerjaan rumahyang dapat berupa instruksi (misalnya berupa membaca buku), latihan (misalnya menerpakan prinsip yang baru dipelajari pada suatu kondisi/ kasus), atau proyek (mengelola beberapa aktivitas untuk menghasilkan/ mengembangkan sebuah produk).Metode tersebut diidentifkasi dengan melihat pola interaksi antara guru dengan peserta didik. Molenda mencoba mengelompokkan metode instruksional dengan melihat pola interaksi antara guru, peserta didik, dan sumber belajar. Berdasarkan interaksi terseubt, metode instruksional dapat dikelompokkan sebagai berikut

1. Tutorial: terjadi interaksi dua arah antara tutor dan peserta didik.

2. Ceramah/ kuliah: infomasi satu arah dari sumber belajar (guru) pada peserta didik.

3. Diskusi: terjadi interaksi dua arah antara peserta didik.

4. Kegiatan laboratorium: peserta didik berinteraksi dengan sumber belajar yang belum dipelajari atau diolah.

5. Latihan: peserta didik menggunakan ketermapilannya secara berulang.

Kategori tersebut sesuai dengna model sederhana untuk proses belajar mengajar berikut ini

Beberapa format untuk metode instruksional tersebut adalah sebagai berikut.

Modus/ Metode InstruksionalContoh Format

Tutorial Magang

Mentoring

Latihan music

Dialog Socrates

Tutorial terprogram

Pembelajaran adaptif berbantuan berbasis komputer

Ceramah/ kuliah/ ekspositoriPresentasi lisan

Presentasi berbantuan IT

Program radio

Program televise

Kuliah jarak jauh

Diskusi Seminar

Diskusi panel

Debat

Bermain peran

Kegiatan LaboratoriumEksperimen sains

Simulasi sisal

Permainan instruksional

Kerja lapangan

Studi kasus

Proyek

Belajar mandiriMembaca buku teks, modul, dan sebagainya

Membaca laman internet

Menonton video belajar

Latihan mengingat

Resitasi

Praktik olahraga

Latihan di lab bahasa

Latihan drama

Tahapan pembelajaran untuk beberapa metode pembelajaran yang umum digunakan adalah sebagai berikut.

MetodeTahapan

Curah Pendapat (brainstorming), yakni proses belajar berkelompok dimana disaikan suatu masalah, guru mengumpulkan semua ide-ide peserta didik, kelompok belajar menggunakan kreativitas untuk menemukan penyelesaian masalah. Kegiatan belajar harus diupayakan agar:

a. Fokus pada kuantitas, sebanyak mungkin ide dikumpulkan dari peserta didik dalam waktu singkat;

b. Mencegah kritik;

c. Mengembangkan ide-ide kreatif;

d. Menggabungkan ide1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan topic yang akan dikaji

2. Guru menyajikan permasalahan

3. Mengembangkan alternative penyelesaian masalah dengan mengumpulkan ide sebanyak mungkin dari peserta didik

4. Berhenti atau beristirahat sejenak

5. Melakukan evaluasi dengan memilih, memilah, atau menggabung ide yang positiif dan potensial untuk dibahas guna menyelesaikan masalah

Studi Kasus, di mana disajikan permasalahan nyata dalam kehidupan, kemudian peserta didik menyelesaikan masalah atau mengidentifikasi tindakan untuk mengatasi masalah1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran2. Penyejian dilemma atau kasus

3. Mempertimbangkan situasi konteks

4. Menemukan keputusan

5. Menyatakan kesimpulan atau solusi yang dapat dilakukan

Diskusi, dimana guru memulai diskusi, memancing respons/ partisipasi peserta didik, memantau pemahaman peserta didik. Diskusi dapat diakukan untuk menyajikan topic baru, meningkatkan kinerja, atau menyelesaikan masalah1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran2. Guru menyampaikan topic, tugas, proses atau ide

3. Guru menyajikan pertanyaan terbuka

4. Peserta didik diminta menjawab pertanyaan yan diajukan

5. Guru mengklarifikasi, merangkum, dan mengkaji ulang hasil diskusi

Demonstrasi, di mana guru menunjukkan dan menjelaskan pelaksanaan tugas pada peseta didik, kemudian peserta didik diminta menjelaskan konsep atau melakukan kegiatan yang terkait dengan demonstrasi1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

2. Guru menyajikan tugas

3. Guru menyajikan demostrasi

4. Guru memulai diskusi dengan mengajukan pertanyaan

5. Guru mengecek pemahaman peserta didik

6. Peserta didik melaksanakan suatu aktivitas/ tugas secara benar

Permainan, di mana peserta didik dilibatkan dalam permainan untuk simulasi suatu tugas atau topic tertentu1. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan menjelaskan metode yang akan dilaksanakan2. Guru memberikan aturan dalam bermain

3. Peserta didik memulai permainan

4. Evaluasi dilakukan selama permainan dilakukan

5. Permainan diakhiri setelah sukses ataupun gagal

Pembicara tamu, belajar mandiri, kuliah, ceramah, mentoring, dll

Berikut ini dipaparkan beberpa metode pembelajaran yang sering digunakan.

1. Metode Ekspositori atau Explicit InstructionLangkah-langkah pelaksanaan pembelajaran eksplisit adalah sebagai berikut.

a. Guru menyampaikan tujuan mempersiapkan peserta didik

b. Guru mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan

c. Guru membimbing pelatihan

d. Guru mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik

e. Guru