Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

144
ABSTRAK Leni Aziyus Fitri : Pengaruh Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Pencapaian Kompetensi siswa SMA N 7 Padang Hasil pencapaian kompetensi belajar fisika di SMA N 7 Padang terlihat rendah karena pada proses pembelajaran guru kurang mengaktifkan siswa dalam menemukan konsep fisika. Pembelajaran fisika harus dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan agar dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran Quantum Teaching. Disamping itu, dalam pembelajaran Impuls dan Momentum di SMA N 7 Padang tidak menggunakan penyampaian vektor. Oleh karena itu menggunakan LKS Impuls dan Momentum yang berbasis vektor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa SMA N 7 Padang. Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment Research) dengan rancangan Randomized Control Group Only Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 7 Padang yang terdaftar pada Tahun Ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, sehingga terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Data penelitian meliputi hasil belajar dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan instrumen penilaian berupa tes hasil belajar (multiple choice test), format observasi ranah afektif dan lembaran i

Transcript of Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Page 1: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

ABSTRAKLeni Aziyus Fitri : Pengaruh Penggunaan LKS dalam Pembelajaran

Quantum Teaching Terhadap Pencapaian Kompetensi siswa SMA N 7 Padang

Hasil pencapaian kompetensi belajar fisika di SMA N 7 Padang terlihat rendah karena pada proses pembelajaran guru kurang mengaktifkan siswa dalam menemukan konsep fisika. Pembelajaran fisika harus dilaksanakan dalam suasana belajar yang menyenangkan agar dapat memotivasi dan mengaktifkan siswa dalam suasana belajar yang menyenangkan dengan menerapkan pembelajaran Quantum Teaching. Disamping itu, dalam pembelajaran Impuls dan Momentum di SMA N 7 Padang tidak menggunakan penyampaian vektor. Oleh karena itu menggunakan LKS Impuls dan Momentum yang berbasis vektor. Penelitian ini bertujuan untuk melihat Pengaruh Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa SMA N 7 Padang.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen semu (Quasi Experiment Research) dengan rancangan Randomized Control Group Only Design. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA N 7 Padang yang terdaftar pada Tahun Ajaran 2011/2012. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling, sehingga terpilih kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol. Data penelitian meliputi hasil belajar dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Dengan instrumen penilaian berupa tes hasil belajar (multiple choice test), format observasi ranah afektif dan lembaran penilaian psikomotor. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji normalitas, uji homogenitas, dan uji t.

Dari kegiatan penelitian yang dilakukan, didapatkan data penilaian hasil belajar fisika siswa pada tiga ranah. Pertama, pada ranah kognitif diperoleh rata-rata kelas eksperimen 80,312 lebih tinggi dari pada kelas kontrol 70,844. Dengan uji statistik t, didapat thitung = 4,21 dan ttabel = 1,67. Begitu juga dengan hasil belajar ranah psikomotor, didapatkan rata-rata kelas eksperimen 74,50 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 70,63, sedangkan nilai thitung = 3,39 dan ttabel = 1,67. Pada ranah afektif, terlihat nilai rata-rata afektif siswa, didapatkan rata-rata kelas eksperimen 75,17 lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol 71,04. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat Perbedaan yang Berarti Antara Kompetensi Siswa yang menggunakan LKS dengan yang Tidak menggunakan LKS dalam Pembelajaran Quantum Teaching

i

Page 2: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan

rahmat dan karunia-Nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “ Pengaruh Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Quantum

Teaching Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa SMA N 7 Padang”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh

gelar sarjana pendidikan pada program studi Pendidikan Fisika FMIPA UNP.

Dalam pelaksanaan penelitian penulis telah banyak mendapatkan bantuan,

dorongan, petunjuk, pelajaran, bimbingan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-

tingginya kepada:

1. Bapak Drs. Akmam, M.Si selaku Ketua Jurusan Fisika FMIPA UNP

2. Ibu Dra. Yurnetti, M.Pd selaku Sekretaris Jurusan Fisika FMIPA UNP dan

Dosen Pembimbing II dalam penulisan skripsi

3. Bapak Drs. H. Syufrawardi selaku Dosen Pembimbing I dalam penulisan

skripsi

4. Ibu Dra. Yulia Jamal, M.Si selaku Dosen Pembimbing II dalam penulisan

skripsi

5. Bapak Drs. Nursal Samin selaku Kepala SMA N 7 Padang

6. Ibu Dra. Sri Indrawati, M.Si selaku Guru SMA N 7 Padang

7. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Jurusan Fisika FMIPA UNP

ii

Page 3: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

8. Semua pihak yang telah membantu dalam perencanaan, pelaksanaan,

penyusunan dan penyelesaian skripsi

Semoga bantuan dan bimbingan yang telah diberikan menjadi amal shaleh

bagi Bapak dan Ibu serta mendapat balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan

dan kelemahan. Untuk itu penulis mengharapkan saran dalam penyempurnaan

skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Padang, Desember 2011

Penulis

iii

Page 4: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

DAFTAR ISI

ABSTRAK.......................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.....................................................................................................................iv

DAFTAR TABEL...............................................................................................................i

BAB I.................................................................................................................................1

PENDAHULUAN.............................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah.....................................................................................1

1.2 Perumusan Masalah............................................................................................5

1.3 Pembatasan Masalah..........................................................................................5

1.4 Tujuan Penelitian................................................................................................6

1.5 Manfaat Penelitian..............................................................................................6

BAB II...............................................................................................................................7

KAJIAN TEORITIS..........................................................................................................7

2.1 Deskripsi Teoritis...............................................................................................7

2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran.............................................................7

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Fisika Menurut KTSP.....................................8

2.1.3 Model Pembelajaran Quantum Teaching..................................................13

2.1.4 Lembaran Kerja Siswa (LKS)..................................................................18

2.1.5 Impuls, Momentum, dan Tumbukan.........................................................21

2.2 Kerangka Pikir.................................................................................................30

2.3 Hipotesis Penelitian..........................................................................................31

BAB III............................................................................................................................32

METODE PENELITIAN.................................................................................................32

3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................32

3.2 Rancangan Penelitian.......................................................................................32

iv

Page 5: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

3.3 3.3 Populasi dan Sampel...................................................................................33

3.3.1 Populasi....................................................................................................33

3.3.2 Sampel......................................................................................................34

3.4 Variabel dan Data.............................................................................................36

3.4.1 Variabel....................................................................................................36

3.4.2 Data..........................................................................................................37

3.5 Prosedur Penelitian...........................................................................................37

3.5.1 Tahap Persiapan.......................................................................................37

3.5.2 Tahap Pelaksanaan...................................................................................38

3.5.3 Tahap Penyelesaian..................................................................................42

3.6 Teknik Pengumpulan Data...............................................................................42

3.7 Instrumen Penelitian.........................................................................................43

3.7.1 Instrumen Ranah Kognitif........................................................................43

3.7.2 Instrumen Ranah Afektif..........................................................................48

3.7.3 Instrumen Ranah Psikomotor...................................................................48

3.8 Teknik Analisis Data........................................................................................49

BAB IV............................................................................................................................57

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN................................................................57

4.1 Deskripsi Data..................................................................................................57

4.2 Analisis Data....................................................................................................60

4.3 Pembahasan......................................................................................................72

BAB V.............................................................................................................................83

PENUTUP.......................................................................................................................83

5.1 Kesimpulan......................................................................................................83

5.2 Saran................................................................................................................83

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................85

v

Page 6: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

vi

Page 7: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

DAFTAR TABEL

Tabel 1. nilai rata-rata ulangan harian fisika siswa kelas XI IPA SMA N 7 Padang

............................................................................................................................... 2

Tabel 2. penilaian kegiatan pembelajaran pada materi impuls dan momentum....28

Tabel 3. rancangan penelitian...............................................................................33

Tabel 4. populasi penelitian siswa kelasXI IPA SMAN 7 Padang TA 2011/201233

Tabel 5. nilai rata-ratadan standar deviasi kelas populasi.....................................34

Tabel 6. hasil uji normalitas kelas sampel............................................................35

Tabel 7. skenario pembelajaran pada kelas experimen dan kelas kontrol.............38

Tabel 8. klasifikasi indeks reliabilitas soal...........................................................45

Tabel 9. klasifikasi tingkat kesukaran soal (p)......................................................46

Tabel 10. klasifikasi indeks daya beda soal..........................................................47

Tabel 11. klasifikasi penilaian ranah afektif.........................................................48

Tabel 12. nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, simpangan baku, dan

varians kelas sampel.............................................................................................57

Tabel 13. data hasil belajar fisika ranah afektif kelas sampel...............................58

i

Page 8: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

DAFTAR GAMBAR

gambar 1. hubungan antara lingkungan belajar dengan sumber belajar................16

gambar 2. gaya interaksi dua buah benda..............................................................24

gambar 3. dua buah benda bertumbukan...............................................................25

gambar 4.kerangka pikir........................................................................................31

gambar 5.kurva penerimaan hipotesis alternatif ranah kognitif.............................62

gambar 6.grafik pengamatan indikator mau bertanya siswa pada kedua kelas

sampel....................................................................................................................63

gambar 7.grafik pengamatan indikator menjawab pertanyaan guru pada kedua

kelas sampel...........................................................................................................64

gambar 8.grafik pengamatan aspek berpendapat kedua kelas sampel...................65

gambar 9.grafik pengamatan aspek menyanggah jawaban kedua kelas sampel....66

gambar 10.grafik pengamatan aspek melengkapi jawaban kedua kelas sampel....67

gambar 11.grafik nilai rata-rata ranah afektif kedua kelas sampel........................68

gambar 12.kurva penerimaan hipotesis alternatif ranah psikomotor.....................71

ii

Page 9: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

DAFTAR LAMPIRAN

lampiran 1........................................................................................................................87

iii

Page 10: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

iv

Page 11: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang MasalahFisika sebagai salah satu cabang IPA pada dasarnya bertujuan untuk

mempelajari dan menganalisis pemahaman kuantitatif gejala atau proses alam dan

sifat zat serta penerapannya (Wospakrik, 1994:1 ). Pendapat tersebut diperkuat

oleh pernyataan bahwa fisika merupakan suatu ilmu pengetahuan yang

mempelajari bagian-bagian dari alam dan interaksi yang ada di dalamnya. Ilmu

fisika membantu menguak dan memahami tabir misteri alam semesta ini (Surya,

1997: 1). Oleh sebab itu, wajar jika fisika sangat perlu dipelajari di setiap jenjang

pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah, dan di Perguruan

Tinggi.

Menyadari betapa pentingnya mata pelajaran Fisika, pemerintah telah

melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, baik

melalui program sertifikasi guru, maupun melalui pembenahan sarana dan

prasarana serta perangkat pembelajaran, mengoptimalkan penggunaan

laboratorium dan perpustakaan. Di samping itu, juga dilakukan penyempurnaan

Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) menjadi Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) yang lebih memberikan keleluasaan di tingkat satuan

pendidikan atau sekolah untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan situasi

dan kondisi masing-masing. Baik KBK, maupun KTSP menuntut belajar tuntas

1

Page 12: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

(mastery learning) yang mengacu kepada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)

yang harus dicapai oleh siswa.

Meskipun telah banyak upaya yang dilakukan untuk meningkatkan mutu

pendidikan, namun kenyataan di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar

Fisika masih rendah bila dibandingkan dengan nilai KKM yang telah ditetapkan

yaitu 75, seperti tercantum pada Tabel 1, yang memperlihatkan Nilai Rata-Rata

Ulangan Harian Fisika Siswa Kelas XI IPA SMA N 7 Padang.

Tabel 1. nilai rata-rata ulangan harian fisika siswa kelas XI IPA SMA N 7 Padang

No Kelas Rata-Rata Nilai UH

1 XI IPA 1 43,906

2 XI IPA 2 43,984

3 XI IPA 3 40,76

4 XI IPA 4 41,56

5 XI IPA 5 42,34

6 XI IPA 6 39,34

Sumber : Guru Fisika SMA N 7 Padang

Rendahnya hasil belajar ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik eksternal

maupun internal. Faktor eksternal yakni yang berasal dari luar diri siswa seperti

bahan ajar, metode pembelajaran, media, situasi lingkungan dan lain sebagainya.

Faktor internal yang berasal dari dalam diri siswa mencakup faktor fisik seperti

2

Page 13: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

kesehatan dan faktor psikis yang berkaitan dengan motivasi, minat, sikap,

perasaan, dan lainnya.

Meskipun SMA N 7 Padang telah menerapkan KTSP, siswa yang mengikuti

proses pembelajaran belum memiliki motivasi yang tinggi. Hal ini terlihat selama

kegiatan inti, hanya sebagian kecil siswa yang aktif dan mengikuti pembelajaran

dengan baik. Sebagian besar siswa masih berdiskusi membicarakan hal-hal yang

tidak berkaitan dengan pembelajaran, bahkan ada yang keluar kelas. Siswa belum

merasa bahwa belajar fisika itu menyenangkan.

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut.

Salah satu diantaranya dengan menggunakan model pembelajaran Quantum

Teaching (QT). Sebagai salah satu model pembelajaran, QT berusaha

menginteraksikan segala komponen di dalam kelas dan di lingkungan sekolah.

Baik guru ataupun siswa dirancang sedemikian rupa sehingga semuanya dapat

bertujuan demi kepentingan siswa.

QT merupakan suatu model pembelajaran yang menyenangkan karena

interaksi antara guru dan siswa terjalin dengan baik. Model QT ini membantu

guru dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif dengan cara

memanfaatkan unsur-unsur yang ada pada siswa, misalnya rasa ingin tahu siswa

dan lingkungan belajarnya seperti keadaan ruang kelas, penataan tempat duduk

dan suasana pendukung lainnya melalui interaksi-interaksi yang terjadi di dalam

kelas untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan.

3

Page 14: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Hal ini sejalan dengan penelitian Hamdi (2001:12) yang menyatakan bahwa

model QTL lebih unggul dibandingkan model biasa yang hasilnya didapatkan dari

observasi langsung tiga aspek yaitu motivasi, partisipasi dan kesenangan siswa.

Dari hasil penelitian didapatkan pada aspek motivasi siswa lebih termotivasi

untuk mengajukan pertanyaan, pada aspek partisipasi siswa lebih berperan aktif

dalam pembelajaran, dan pada aspek kesenangan siswa merasa bersemangat dan

senang mengikuti pembelajaran sehingga dapat mempertinggi tingkat penguasaan

siswa terhadap Fisika.

Guru-guru fisika di SMA N 7 Padang telah berpartisipasi dalam kegiatan

Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) fisika, yang salah satu acaranya

adalah menyusun bahan ajar seperti Lembar Kerja Siswa (LKS), Rencana

Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan perangkat pembelajaran lainnya yang telah

digunakan oleh guru fisika di SMA N kota Padang.

Berdasarkan pengamatan penulis, LKS yang digunakan di SMA N 7 Padang,

terdapat satu hal yang dirasakan kurang, yakni tidak ditonjolkannya penggunaan

vektor secara optimal pada materi-materi yang seharusnya menggunakan

pendekatan vektor, salah satu diantaranya adalah materi Impuls dan Momentum.

Sebagaimana diketahui bahwa materi Impuls dan Momentum tidak dapat

dilepaskan dari besaran vektor, terutama berkaitan dengan penjumlahan dan

pengurangan vektor. Apabila Impuls dan perubahan Momentum dipandang dari

satu dimensi tidak menjadi masalah, cukup dengan menggunakan tanda positif

dan negatif untuk vektor yang berlawanan. Namun, apabila dipandang dari dua

4

Page 15: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

dimensi tidaklah demikian halnya. Baik Impuls dan perubahan Momentum harus

menggunakan vektor.

Oleh sebab itu, penulis mengangkat judul “Pengaruh Penggunaan

Lembaran Kerja Siswa (LKS) dalam Pembelajaran Quantum Teaching

Terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa SMA N 7 Padang”. Diharapkan

dengan penggunaan LKS ini siswa dapat meningkatkan penguasaan materi Impuls

dan Momentum.

1.2 Perumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian yaitu: “Apakah terdapat perbedaan yang

berarti antara pencapaian kompetensi fisika siswa yang menggunakan LKS

dengan yang tidak menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching

pada kelas XI IPA di SMA N 7 Padang?”

1.3 Pembatasan MasalahAgar penelitian ini lebih terarah dan terkontrol, peneliti membatasi

permasalahan sebagai berikut:

1.3.1 Materi yang dibahas sesuai dengan silabus KTSP Kelas X Semester 1 yaitu

materi Impuls, Momentum, dan Tumbukan.

1.3.2 LKS yang digunakan adalah LKS dalam bentuk cetak

1.3.3 Aspek yang dinilai merupakan tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotor

5

Page 16: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1.4 Tujuan PenelitianPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan LKS dalam

pembelajaran Quantum Teaching terhadap pencapaian kompetensi Fisika siswa

SMA N 7 Padang.

1.5 Manfaat PenelitianManfaat dari hasil penelitian ini adalah :

1.5.1 Dapat dijadikan pengalaman dan bekal ilmu pengetahuan bagi peneliti

dalam mengajar Fisika di masa yang akan datang

1.5.2 Sebagai masukan bagi guru-guru Fisika dalam memilih dan menentukan

model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan hasil belajar Fisika

1.5.3 Sebagai masukan untuk peneliti lain yang ingin melanjutkan dan

mengembangkan penelitian ini di masa yang akan datang

1.5.4 Salah satu syarat untuk menyelesaikan studi kependidikan Fisika di Jurusan

Fisika FMIPA UNP

6

Page 17: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

BAB II

KAJIAN TEORITIS

2.1 Deskripsi Teoritis

2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Belajar dan pembelajaran merupakan dua hal yang saling berhubungan.

Belajar yang dilakukan oleh siswa dipengaruhi oleh pembelajaran yang dirancang

oleh guru. Dalam merancang pembelajaran, guru juga melihat bagaimana proses

belajar siswa. Proses belajar yang sukses dapat dilihat dari hasil belajar siswa

yang memuaskan.

Belajar menurut Dimiyati dan Mudjiono (1999:18) merupakan proses internal

yang meliputi ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Proses belajar menurut

Dimiyati dan Mudjiono ini dilakukan oleh siswa itu sendiri. Siswa yang

memahami pengetahuan yang bisa digalinya dari buku ataupun dari lingkungan.

Setelah belajar, siswa mempunyai keterampilan yang dapat digunakan dalam

kehidupan sehari-hari. Proses belajar ini yang akan membuat adanya perubahan

sikap siswa yang lebih baik.

Proses belajar siswa dipengaruhi oleh pembelajaran yang dirancang guru.

Corey dalam Sagala (2003:61) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah suatu

proses pengelolaan lingkungan yang memungkinkan terjadinya perubahan tingkah

laku tertentu yang dapat menghasilkan respon terhadap situasi lainnya.

7

Page 18: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Dalam proses pembelajaran, guru berhadapan dengan beragam siswa yang

mempunyai karakteristik berbeda-beda. Agar kegiatan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru dapat terlaksana dengan baik, guru harus memperhatikan

prinsip-prinsip belajar siswa yang dikemukakan oleh Dimiyati dan Mudjiono

(1999:103):

Pertama, belajar menjadi bermakna bila siswa memahami tujuan belajar, oleh karena itu guru harus menjelaskan tujuan belajar secara hierarki. Kedua, belajar menjadi bermakna bila siswa dihadapkan pada pemecahan masalah yang menantang. Ketiga, belajar menjadi bermakna bila guru mampu memusatkan segala kemampuan mental siswa dalam setiap program. Keempat, sesuai dengan perkembangan jiwa siswa dan kebutuhan bahan belajar semakin meningkat, maka guru perlu mengatur bahan ajar dari yang sederhana sampai yang paling menantang. Kelima, belajar menjadi menantang bila siswa memahami prinsip penilaian dan manfaat nilai belajarnya bagi kehidupannya dikemudian hari sehingga siswa menyadari arti pentingnya belajar tersebut.

Pembelajaran yang dirancang dengan memperhatikan prinsip-prinsip yang

dikemukakan oleh Dimiyati dan Mudjiono menuntut guru kreatif. Guru harus

mempunyai perencanaan yang matang seperti menciptakan lingkungan yang

kondusif dan menyediakan sumber belajar siswa. Saat tahap pelaksanaan, guru

mampu mengelola kelas dengan baik. Tahap terakhir, guru juga harus merancang

dan melakukan evaluasi untuk melihat hasil belajar siswa.

2.1.2 Karakteristik Pembelajaran Fisika Menurut KTSPKurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut Depdiknas (2006:3)

adalah ”kurikulum operasional yang disusun oleh dan dilaksanakan di masing-

masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan tingkat satuan

pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat satuan pendidikan, kalender

8

7

Page 19: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

pendidikan, dan silabus”. Tiap satuan pendidikan (sekolah) menyusun kurikulum

sesuai dengan karakteristik satuan pendidikan dan karakteristik siswa.

KTSP yang dilaksanakan tiap satuan pendidikan tetap mengikuti aturan

standar proses yang telah ditetapkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan

(BSNP) dalam Permendiknas No 41 Tahun 2007. Menurut BSNP (2007:6-8):

Pelaksanaan pembelajaran merupakan implementasi dari RPP. Pelaksanaan pembelajaran meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan penutup.

a. Kegiatan PendahuluanDalam kegiatan pendahuluan, guru:

1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran

2) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari

3) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan dicapai

4) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan sesuai silabus

b. Kegiatan IntiPelaksanaan kegiatan inti merupakan proses pembelajaran untuk mencapai KD yang dilakukan secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik.

Kegiatan inti menggunakan metode yang disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran, yang dapat meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi.

1) Eksplorasi Dalam kegiatan eksplorasi, guru:

a) melibatkan peserta didik mencari informasi yang luas dan dalam tentang topik atau tema materi yang akan dipelajari dengan menerapkan prinsip alam takambang jadi guru dan belajar dari aneka sumber

9

Page 20: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

b) menggunakan beragam pendekatan pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar lain

c) memfasilitasi terjadinya interaksi antar peserta didik serta antara peserta didik dengan guru, lingkungan, dan sumber belajar lainnya

d) melibatkan peserta didik secara aktif dalam setiap kegiatan pembelajaran

e) memfasilitasi peserta didik melakukan percobaan di laboratorium, studio, dan lapangan

2) Elaborasi Dalam kegiatan elaborasi, guru:

a) membiasakan peserta didik membaca dan menulis yang beragam melalui tugas-tugas tertentu yang bermakna

b) memfasilitasi peserta didik melalui pemberian tugas, diskusi, dan lain-lain untuk memunculkan gagasan baru baik secara lisan maupun tertulis

c) memberi kesempatan untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut

d) memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif

e) memfasilitasi peserta didik berkompetisi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar

f) memfasilitasi peserta didik membuat laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok

g) memfasilitasi peserta didik untuk menyajikan kerja individual maupun kelompok

h) memfasilitasi peserta didik melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang dihasilkan

i) memfasilitasi peserta didik melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggaan dan rasa percaya diri peserta didik

3) Konfirmasi Dalam kegiatan konfirmasi, guru:

a) memberikan umpan balik positif dan penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan peserta didik

b) memberikan konfirmasi terhadap hasil eksplorasi dan elaborasi peserta didik melalui berbagai sumber

10

Page 21: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

c) memfasilitasi peserta didik melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan

d) memfasilitasi peserta didik untuk memperoleh pengalaman yang bermakna dalam mencapai kompetensi dasar:(1) berfungsi sebagai narasumber dan fasilitator dalam menjawab

pertanyaan peserta didik yang menghadapi kesulitan, dengan menggunakan bahasa yang baku dan benar

(2) membantu menyelesaikan masalah(3) memberi acuan agar peserta didik dapat melakukan

pengecekan hasil eksplorasi(4) memberi informasi untuk bereksplorasi lebih jauh(5) memberikan motivasi kepada peserta didik yang kurang atau

belum berpartisipasi aktifc. Kegiatan Penutup Dalam kegiatan penutup, guru:

1) bersama-sama dengan peserta didik membuat rangkuman atau simpulan pelajaran

2) melakukan penilaian atau refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan secara konsisten dan terprogram

3) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran4) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran

remedi, program pengayaan, layanan konseling atau memberikan tugas baik tugas individual maupun kelompok sesuai dengan hasil belajar peserta didik

5) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnyaBerdasarkan Permendiknas No 41 Tahun 2007, pelaksanaan pembelajaran

disesuaikan dengan RPP yang telah disusun oleh guru. Pelaksanaan pembelajaran

meliputi kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Kegiatan inti

meliputi proses eksplorasi, elaborasi, dan konfirmasi yang dilakukan secara

menyenangkan dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif.

Pembelajaran IPA dalam KTSP dituntut harus ditunjang oleh suasana

pembelajaran yang menyenangkan. Pembelajaran yang dilakukan harus dapat

mengaktifkan segala potensi dan kemampuan siswa, serta mengikutsertakan siswa

dalam setiap aktivitas pembelajaran. Guru harus berusaha mengoptimalkan segala

sumber belajar yang ada sehingga dapat membangkitkan gairah dan semangat

belajar siswa.

11

Page 22: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan

teknologi maju.Sebagai ilmu yang mempelajari bagian-bagian dari alam dan

interaksi yang ada di dalamnya.Depdiknas (2006:443) menjelaskan bahwa:

“Kegiatan pembelajaran mata pelajaran Fisika dilakukan melalui kegiatan keterampilan proses meliputi eksplorasi (untuk memperoleh informasi, fakta), eksperimen, dan pemecahan masalah (untuk menguatkan pemahaman konsep dan prinsip). Setiap kegiatan pembelajaran bertujuan untuk mencapai kompetensi dasar yang dijabarkan dalam indikator dengan intensitas pencapaian kompetensi yang beragam”.

Kegiatan eksplorasi yang dilakukan bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada siswa dalam memperoleh informasi, cerita, dan fakta yang

berkaitan dengan pengetahuan berdasarkan tuntutan kompetensi dasar. Kegiatan

eksperimen dilakukan dalam kegiatan praktikum yang dilakukan di laboratorium

dengan tujuan untuk menguatkan konsep maupun prinsip sesuai dengan

kompetensi dasar yang terdapat dalam silabus. Mata pelajaran Fisika tidak akan

pernah terlepas dari dua kegiatan di atas. Oleh karena itu, dalam pembelajaran

Fisika guru harus melakukan kegiatan eksplorasi dan eksperimen dengan baik.

Menurut Depdiknas (2006:443) disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran

Fisika bagi siswa dalam KTSP adalah:

1. Membentuk sikap positif terhadap Fisika dengan menyadari keteraturan dan keindahan alam serta mengagungkan kebesaran Tuhan YME.

12

Page 23: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

2. Memupuk sikap ilmiah yaitu jujur, objektif, terbuka, ulet, kritis dan dapat bekerja sama dengan orang lain.

3. Mengembangkan pengalaman untuk dapat merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, mengelola dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis.

4. Mengembangkan kemampuan bernalar dan berfikir analisis, induktif dan deduktif dengan menggunakan konsep dan prinsip Fisika untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam dan menyelesaikan masalah baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

5. Menguasai konsep dan prinsip Fisika serta mempunyai keterampilan mengembangkan pengetahuan, dan sikap percaya diri sebagai bekal untuk melanjutkan pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Fisika dianggap penting untuk diajarkan sebagai mata pelajaran tersendiri

dengan beberapa pertimbangan. Pertama, selain memberikan bekal ilmu kepada

siswa, mata pelajaran Fisika dimaksudkan sebagai wahana untuk menumbuhkan

kemampuan berfikir yang berguna untuk memecahkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari. Kedua, mata pelajaran Fisika perlu diajarkan untuk tujuan yang lebih

khusus yaitu membekali siswa pengetahuan, pemahaman dan sejumlah

kemampuan yang menjadi syarat untuk memasuki jenjang pendidikan yang lebih

tinggi serta mengembangkan ilmu dan teknologi.

2.1.3 Model Pembelajaran Quantum Teaching Menurut De Porter (2010:26), “Quantum Teaching merupakan sistem

pengajaran yang menggunakan prinsip-rinsip dan teknik-teknik Quantum learning

di ruang kelas”. Quantum Learning menurut Sagala (2009:105) “merupakan

model yang menggabungkan sugestologi, teknik percepatan belajar, dan metode

yang sesuai dengan materi”. Artinya pembelajaran Quantum Teaching (QT)

13

Page 24: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

menuntut bermacam-macam interaksi yang ada di dalam dan di sekitar momen

belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang

mempengaruhi kesuksesan siswa. Interaksi-interaksi ini mengubah kemampuan

dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka

sendiri dan bagi orang lain.

QT memiliki kata kunci pemercepatan belajar yaitu menyingkirkan hambatan

yang menghalangi proses belajar secara alamiah dengan secara sengaja

menggunakan musik, mewarnai lingkungan belajar yang sesuai, menyusun bahan

pengajaran yang sesuai, cara efektif penyajian, dan keterlibatan aktif siswa.

Teori QT dapat berkembang dimulai dari adanya dorongan yang disebut

motivasi dalam diri siswa. Motivasi tersebut digunakan sebagai motif berprestasi,

terobosan-terobosan dalam pembelajaran, dan interaksi pembelajaran untuk

mengembangkan ilmu pengetahuan serta menggunakan pendekatan yang

membangkitkan kreativitas belajar.

Menurut De Porter (2010:35)“Asas utama QT adalah: Bawalah Dunia Mereka

ke Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka”. Asas ini

mengingatkan bahwa penting memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama.

Untuk mendapatkan hak mengajar, guru harus membangun jembatan untuk

memasuki dunia siswa.

Dengan memasuki dunia siswa terlebih dahulu guru akan memperoleh izin

untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju

kesadaran dan ilmu pengetahuan yang luas. Caranya adalah mengaitkan yang akan

14

Page 25: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

diajarkan dengan sebuah peristiwa, pemikiran, dan perasaan. Setelah kaitan itu

terbentuk, guru dapat membawa siswa ke dalam dunia guru dan memberi

pemahaman tentang dunia tersebut. Pada saat inilah kosa kata baru, model mental,

dan rumus diberikan.

Menurut De Porter (2010:36) QT memiliki lima prinsip yaitu:

a. Segalanya BerbicaraLingkungan sangat perlu diperhatikan seperti poster afirmasi, menggunakan warna berbeda untuk kata-kata penting, menggunakan alat bantu, memerhatikan pengaturan bangku, dan adanya iringan musik. Gambaran kaitan antara lingkungan dan sumber-sumber belajar dalam model QT dapat dilihat pada Gambar 1:

15

Page 26: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Sumber: De Porter (2009:15)

b. Segalanya bertujuanc. Pengalaman sebelum memberikan nama

Pengalaman menciptakan ikatan emosional, yang akan menciptakan peluang untuk pemberian makna (penamaan). Pengalaman membangun keingintahuan siswa menciptakan pertanyaan.

d. Akui setiap usahaSemua orang senang diakui. Menerima pengakuan membuat kita merasa bangga, percaya diri, dan bahagia. Untuk mendapatkan hasil yang terbaik dengan siswa, akuilah setiap usaha, tidak hanya usaha yang tepat.

e. Jika layak dipelajari, maka layak pula untuk dirayakan

16

gambar 1. hubungan antara lingkungan belajar dengan sumber belajar

Page 27: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Mengadakan perayaan bagi siswa akan mendorong mereka memperkuat rasa tanggung jawab dan mengawali proses belajar sendiri.

Lima prinsip yang dikemukakan De Porter akan memfasilitasi siswa untuk

belajar secara aktif. Guru merancang suasana kelas yang kondusif dengan

pemasangan poster yang ada hubungan dengan materi pembelajaran, guru

memulai pembelajaran dengan menumbuhkan rasa keingintahuan siswa, dan

memberikan penghargaan terhadap siswa karena telah berpartisipasi secara aktif

selama pembelajaran.

Partisipasi aktif siswa selama pembelajaran diwujudkan dalam kerangka

rancangan belajar. Menurut De Porter (2010:39-40) kerangka rancangan belajar

QT dikenal dengan sebagai TANDUR, yaitu:

a. TumbuhkanMenumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya BAgiKu” (AMBAK). Cara untuk menumbuhkan minat tersebut dengan pertanyaan, video, atau cerita.

b. AlamiMenciptakan pengalaman umum yang dapat dimengerti oleh pelajar. Guru dapat menggunakan jembatan keledai, simulasi, dan tugas kelompok.

c. NamaiPenamaan merupakan informasi, fakta, rumus, dan pemikiran.

d. DemonstrasikanMenyediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”.

e. UlangiMenunjukkan pelajar cara-cara mengulangi materi.

f. RayakanMengakui untuk sebuah penyelesaian.

17

Page 28: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Melalui TANDUR ini diharapkan siswa dapat memiliki motivasi dalam

belajar. Siswa terlebih dahulu diperkenalkan dengan manfaat mempelajari materi

fisika dan siswa menelusuri materi secara mandiri sebelum guru memberikan

informasi. Setelah guru memberikan informasi sebagai penguatan, siswa diberi

kesempatan untuk memperlihatkan kemampuannya dan melakukan latihan-

latihan. Siswa diberi penghargaan atas usahanya dengan kegiatan menyenangkan.

2.1.4 Lembaran Kerja Siswa (LKS)Salah satu bentuk bahan ajar yang dapat dikembangkan dan digunakan dalam

memfasilitasi kegiatan pembelajaran siswa adalah LKS. Depdiknas (2006)

menjelaskan bahwa Lembaran Kerja Siswa (LKS) adalah “lembaran-lembaran

berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik, yang berisi petunjuk dan

langkah-langkah untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru”. LKS

dapat digunakan untuk pemahaman konsep dan dapat juga sebagai sarana

peningkatan pemahaman siswa terhadap konsep.

Menurut Depdiknas (2008:17) ada dua bentuk LKS yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran baik di dalam kelas maupun di luar kelas. Pertama,

LKS eksperimen yang digunakan untuk membimbing siswa dalam kegiatan

praktikum atau menemukan konsep dengan kerja ilmiah di laboratorium. Jadi,

LKS ini berguna dalam keterampilan proses. Kedua, LKS non eksperimen yang

digunakan sebagai alternatif dalam proses pembelajaran yang tidak ditunjang oleh

laboratorium. LKS non eksperimen lebih ditekankan untuk landasan diskusi

dalam pembelajaran untuk menemukan konsep. Dalam pembelajaran Fisika kedua

18

Page 29: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

bentuk LKS di atas sangat diperlukan sehingga siswa dapat lebih terbantu dalam

memahami dan menemukan konsep-konsep yang ada dalam Fisika.

Penyusunan LKS tidak dapat dilakukan sembarangan, karena LKS digunakan

oleh siswa dalam proses pembelajaran yang menuntut ketuntasan pencapaian

kompetensi belajarnya. Penyusunan LKS harus sesuai dengan prosedur dan aturan

yang telah ditetapkan secara nasional. Depdiknas (2008:19) menyatakan bahwa

terdapat beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh guru dalam menyiapkan

sebuah LKS antara lain:

a. Analisis KurikulumAnalisis kurikulum dimaksudkan untuk menentukan materi-materi mana yang memerlukan bahan ajar LKS. Biasanya dalam menentukan materi dianalisis dengan cara melihat materi pokok dan pengalaman belajar dari materi yang akan diajarkan, kemudian kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa.

b. Menyusun Peta Kebutuhan LKSPeta kebutuhan LKS sangat diperlukan untuk mengetahui jumlah LKS yang harus ditulis dan urutan LKS. Urutan LKS ini sangat diperlukan dalam menentukan prioritas penulisan. Diawali dengan analisis kurikulum dan analisis sumber belajar.

c. Menentukan Judul LKSJudul LKS ditentukan atas dasar Kompetensi Dasar (KD), materi-materi pokok atau pengalaman belajar yang terdapat dalam kurikulum. Satu KD dapat dijadikan sebagai judul LKS apabila kompetensi itu tidak terlalu besar, sedangkan besarnya KD dapat dideteksi antara lain dengan cara menguraikan ke dalam Materi Pokok (MP) maksimal 4 MP. Kompetensi itu telah dapat dijadikan sebagai satu judul LKS.

d. Penulisan LKSPenulisan LKS dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Perumusan KD yang harus dikuasai Rumusan KD pada suatu LKS langsung diturunkan dari dokumen

Standar Isi (SI)

19

Page 30: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

2) Menentukan alat penilaian Penilaian dilakukan terhadap proses kerja dan hasil kerja peserta didik.

Karena pendekatan pembelajaran yang digunakan adalah kompetensi, yang penilaiannya didasarkan pada penguasaan kompetensi, maka alat penilaian yang cocok adalah menggunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan (PAP) atau Criterion Referenced Assesment. Dengan demikian guru dapat menilainya melalui proses dan hasil kerjanya

3) Penyusunan MateriMateri LKS sangat tergantung pada KD yang akan dicapai. Materi LKS dapat berupa informasi pendukung, yaitu gambaran umum atau ruang lingkup substansi yang akan dipelajari. Materi dapat diambil dari berbagai sumber seperti buku, majalah, internet, dan jurnal hasil penelitian. Agar pemahaman siswa terhadap materi lebih kuat, boleh diinformasikan referensi lainnya dalam LKS

4) Struktur LKS Struktur LKS secara umum adalah sebagai berikut :

a) Judulb) Petunjuk belajar (petunjuk siswa) c) Kompetensi yang akan dicapaid) Informasi pendukunge) Tugas-tugas f) Langkah-langkah kerja dang) Penilaian

Penyusunan bahan ajar LKS haruslah disesuaikan dengan kondisi sekolah

serta lingkungan di sekitar sekolah. Guru sebagai perancang, penyusun, dan

pembuat LKS harus cermat menghasilkan LKS yang memenuhi kriteria.

Terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan dalam menyusun dan

membuat LKS menurut Depdiknas (2008) antara lain:

a. Syarat-Syarat DidaktikLKS sebagai salah satu bentuk sarana berlangsungnya proses pembelajaran harus mengikuti azas-azas pembelajaran yang efektif, yaitu:

1) LKS berfungsi sebagai petunjuk bagi siswa untuk mencari tahu2) Memperhatikan adanya perbedaan individual, sehingga LKS yang baik

dapat mengukur kemampuan siswab. Syarat-Syarat Konstruksi

20

Page 31: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Persyaratan konstruksi yang harus dipenuhi dalam penyusunan LKS antara lain:

1) Menggunakan struktur kalimat atau kata-kata yang jelas dan sederhana2) Memiliki tata urutan pelajaran sesuai tingkat kemampuan siswa3) Memiliki tujuan dan manfaat yang jelas sebagai sumber motivasi4) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasi, misalnya: kelas,

mata pelajaran, sub materi pokok, tanggal, dan sebagainyac. Syarat-syarat teknis

Syarat-syarat teknis dalam penyusunan dan pembuatan LKS yang harus dipenuhi, antara lain :

1) Tulisana) Huruf cetak dan tidak menggunakan huruf romawi atau latin.b) Huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang

digaris bawahi2) Gambar

Gambar harus dapat menyampaikan pesan atau isi dari gambar itu secara efektif kepada pengguna LKS

3) Penampilan Penampilan harus memiliki kombinasi antara gambar dan tulisan serta menarik untuk dilihat

LKS Impuls dan Momentum berbasis vektor disusun dengan memperhatikan

persyaratan sebuah LKS. LKS ini akan memfasilitasi siswa untuk mengerjakan

soal dengan penyelesaian vektor. Tampilan dan content LKS mengacu pada

karakteristik pembelajaran QT, seperti penggunaan jenis huruf, pemakaian warna

pada gambar atau tampilan-tampilan lain, penggunaan bahasa-bahasa yang

sederhana, penggunaan gambar-gambar asli untuk memperkuat konsep yang ada

dalam LKS, dan sebagainya.

2.1.5 Impuls, Momentum, dan TumbukanMomentum didefenisikan sebagai jumlah gerak yang besarnya berbanding

lurus dengan massa dan kecepatan sebuah benda, secara matematis dapat ditulis :

p⃗ = m v⃗ (1)

21

Page 32: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

di mana p⃗ adalah momentum linier dalam kg m/s, m adalah massa dalam kg

sedangkan v⃗ , adalah kecepatan benda. Karena kecepatan adalah besaran vektor

dan massa adalah besaran skalar, momentum linier juga merupakan besaran

vektor.

Selanjutnya dua pengertian yang senada, yakni momentum dan impuls,

dapat timbul dan berkembang melalui hukum-hukum Newton. Berdasarkan

konsep momentum, Hukum I Newton dapat diperluas sedangkan dengan Hukum

II Newton dapat diperlihatkan hubungan antara momentum dan impuls, dan

melalui hukum Newton III, lahir pengertian hukum kekekalan momentum, yang

seringkali dikaitkan dengan peristiwa tumbukan.

Berdasarkan defenisi momentum linier ini, maka rumusan hukum I Newton

dapat diperluas menjadi :

v = 0 atau p = 0

Jika Σ F = 0, maka

v = konstan atau p = konstan

(2)

Artinya, jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda sama dengan nol,

maka benda akan bergerak lurus dengan kecepatan konstan dan momentumnya

juga konstan atau tetap diam dan momentumnya juga nol.

22

Page 33: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Jika pengertian momentum dikaitkan dengan hukum II Newton, maka dapat

ditulis : F⃗ = m a⃗ = m

Δ v⃗Δ t =

Δ m v⃗Δ t =

Δ p⃗Δ t (3)

Dari persamaan di atas, kita dapat mendefenisikan bahwa gaya akan

menghasilkan perubahan momentum persatuan waktu. Selanjutnya persamaan (3)

dapat pula ditulis :

F⃗ Δ t = Δ p⃗ (4)

Suku ruas kiri pada persamaan (3), yakni perkalian antara gaya F yang bekerja

pada suatu benda dikalikan dengan waktu Δt disebut impuls dan dilambangkan I

, sedangkan ruas kanan adalah perubahan momentum Δ p⃗ . Dengan perkataan lain

dapat dikatakan bahwa bila dikerjakan impuls pada sebuah benda akan

menghasilkan perubahan momentum pada beda tersebut.

Satu hal yang harus diingat adalah bahwa impuls itu bukanlah terbatas

hanya pada gaya yang bekerja dalam waktu yang singkat saja misalnya ketika

memukul bola. Impuls juga berlaku untuk gaya konstan misalnya pada gerak

parabola di mana yang bekerja adalah gaya gravitasi bumi. Dalam SI satuan untuk

impuls adalah newton-sekon sedangkan satuan untuk momentum adalah kg m/s.

Keduanya mempunyai dimensi yang sama yaitu [M][L][T]-1

Jika terjadi interaksi antara dua benda, maka gaya yang diberikan oleh

benda pertama kepada benda yang kedua, sama besar dengan gaya yang diberikan

23

Page 34: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

oleh benda kedua pada yang pertama. Hal ini diatur berdasarkan hukum ke III

Newton, yang dirumuskan pada persamaan (5) :

F⃗12 = - F⃗21 (5)

F⃗12 F⃗21

Jika interaksi kedua benda berlangsung dalam selang waktu Δt, maka besar

impuls yang dialami oleh masing-masing benda sama, hanya arahnya berlawanan,

sehingga dapat ditulis :

F⃗12 Δt = - F⃗21Δt, (6)

Ruas kiri dapat diartikan dengan perubahan momentum benda yang pertama,

sedangkan ruas kanan merupakan perubahan momentum benda yang kedua atau :

Δ p⃗1 = - Δ p⃗2 , (7)

Selanjutnya, jika p⃗1 dan p⃗2 adalah momentum masing-masing partikel sebelum

berinteraksi sedangkan p⃗ '1 dan p⃗ '2 adalah momentum masing-masing partikel

sesudah berinteraksi, dari persamaan (7) diperoleh :

p⃗ '1 - p⃗1 = - ( p⃗ '2 - p⃗ '2 )

24

gambar 2. gaya interaksi dua buah benda

Page 35: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

p⃗1 + p⃗2 = p⃗ '1 + p⃗ '2

m1 v⃗1 + m2

v⃗2 = m1 v⃗ '1 + m2

v⃗ '2 (8)

Sebelum tumbukan

m1 v1 v2 m2

Sesudah tumbukan

v1’ m1 m2 v2’

Menurut hukum kekekalan momentum, berlaku :

m1 v1 + m2 v2 = m1 v1’ + m2 v2’

atau dalam bentuk lain, dapat ditulis

- m1 (v1’ - v1) = m2 (v2’ - v2) (9)

Karena hukum kekekalan energi kinetik juga berlaku, maka :

12 m1v1

2 +12 m2v2

2 = 12 m1

v '12

+ 12 m2 v '2

2

yang dapat pula ditulis :

- m1 (v1’ - v1)2 = m2 (v2’ - v2)2

- m1 (v1’ - v1) (v1’ - v1) = m2 (v2’ - v2)2 (v2’ - v2)2(10)

Jika persamaan (9) dibagi dengan persamaan (10) dan kemudian disusun

sedemikian rupa, maka diperoleh suatu besaran yang biasa disebut koefisien

tumbukan atau koefisien restitusi yang disingkat e dan harganya adalah :

25

gambar 3. dua buah benda bertumbukan

Page 36: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

e =

−( v ' 2 − v ' 1 )v2 − v1

(11)

Untuk tumbukan lenting sempurna harga e = 1 sedangkan jika tumbukan lenting

sebagian di mana energi kinetik tidak kekal atau berkurang, harga 0 < e < 1. Jika

sesudah bertumbukan kedua benda bersatu dan bergerak bersama-sama, maka

tumbukan dikatakan tidak lenting sama sekali, atau e = 0.

2.1.1 Pencapaian Kompetensi Siswa

Penilaian pencapaian kompetensi dilakukan secara objektif berdasarkan

kinerja siswa. Bukti penguasaan siswa terhadap suatu kompetensi sebagai hasil

belajar. Hasil belajar tersebut dapat dilihat dari tes atau evaluasi hasil belajar yang

dilakukan oleh guru.

Depdiknas (2006:18) menyatakan bahwa:

“Penilaian merupakan serangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis, dan menafsirkan proses dan hasil belajar siswa yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan untuk menentukan tingkat keberhasilan pencapaian kompetensi yang telah ditentukan”.

Penilaian hasil belajar dilaksanakan selama dan setelah pembelajaran

berlangsung. Penilaian ini berguna untuk melihat sejauh mana ketercapaian

pembelajaran yang telah dilakukan oleh guru dan siswa. Lebih lengkapnya, tujuan

dari penilaian hasil belajar seperti yang dinyatakan oleh Sudjana (2002:4), yaitu:

a. Mendeskripsikan kecakapan belajar para siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan kekurangannya dalam berbagai bidang studi atau mata pelajaran yang ditempuhnya

26

Page 37: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

b. Mengetahui keberhasilan proses pendidikan dan pengajaran di sekolah, yakni seberapa jauh keefektifannya dalam mengubah tingkah laku para siswa ke arah tujuan pendidikan yang diharapkan

c. Menentukan tindak lanjut hasil penilaian, yakni melakukan perbaikan dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi pelaksanaannya

d. Memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah kepada pihak-pihak yang berkepentingan

Evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan dua teknik yaitu tes dan

nontes. Tes dapat berupa kuis, ulangan harian, ujian semester, ujian MID

semester, dan UAN. Teknik nontes dapat berupa jurnal, portofolio, observasi,

wawancara, angket, dan lain-lain.

Rumusan tujuan pendidikan dalam sistem pendidikan Nasional, baik tujuan

kurikuler maupun instruksional menggunakan klasifikasi hasil belajar dari Bloom

dalam Arikunto (2008:115) yang secara garis besar terbagi menjadi tiga ranah,

yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sudjana (2002:22) menyebutkan

bahwa ketiga ranah tersebut adalah:

a. Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu:

1) Pengetahuan (knowledge). Siswa dituntut untuk mengetahui dan mengenal satu atau lebih fakta-fakta yang sederhana

2) Pemahaman (comprehension). Siswa diminta untuk membuktikan bahwa ia memahami hubungan yang sederhana diantara fakta-fakta atau konsep

3) Aplikasi (apllication). Dalam aplikasi ini siswa dituntut untuk memiliki kemampuan dalam menyeleksi atau memilih suatu konsep, hukum, aturan, gagasan, dan cara tertentu secara tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi baru dan menerapkannya dengan benar

4) Analisis (analysis). Siswa diminta untuk menganalisis suatu hubungan atau situasi yang kompleks atas konsep-konsep dasar

5) Sintesis (synthesis). Dengan sintesis diminta untuk melakukan generalisasi6) Evaluasi (evaluation). Mengevaluasi dalam aspek kognitif ini menyangkut

masalah benar atau salah yang didengarkan atas dalil, hukum, prinsip dan pengetahuan

b. Ranah afektif berkenaan dengan sikap dan nilai yang terdiri dari lima aspek, yaitu:

27

Page 38: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1) Menerima (receiving) dengan indikator mau memperhatikan, mau bekerja sama, dan senang mengerjakan tugas

2) Menanggapi (responding) dengan indikator mau berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, memberikan respons, dan berminat mengikuti pembelajaran

3) Menghargai (valuing) dengan indikator mempunyai keinginan untuk meningkatkan keterampilan dan mau mengungkapkan ide sebagai bentuk sikap dan apresiasi

4) Melibatkan diri dalam sistem nilai (organizing) dengan indikator mau melibatkan diri secara aktif dalam kelompok, mau menerima tanggung jawab dan mau mengorbankan waktu, tenaga, pikiran untuk sesuatu yang diyakini

5) Karakteristik dari sistem nilai (characterization by value) dengan indikator mau melaksanakan sesuatu dengan apa yang diyakininya, menunjukkan ketekunan, ketelitian, dan kedisiplinan

c. Ranah psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak setelah seseorang menerima pengalaman belajar tertentu. Penilaian tersebut mencakup kemampuan menggunakan alat, sikap kerja, kemampuan menganalisis suatu pekerjaan, kecepatan mengerjakan tugas, kemampuan membaca gambar atau simbol, dan keserasian bentuk dengan yang diharapkan.

Penilaian dalam pembelajaran meliputi aspek kognitif, psikomotor dan afektif.

Setelah pembelajaran, terjadi perubahan yang lebih baik pada pola pikir, tingkah

laku, dan keterampilan siswa. Penelitian ini dilakukan pada ketiga ranah seperti

terlihat pada Tabel 2:

Standar Kompetensi: 1. Menganalisis gejala alam dan keteraturannya dalam cakupan mekanika benda titik

Tabel 2. penilaian kegiatan pembelajaran pada materi impuls dan momentum

Kompetensi Dasar

Materi Pembelajaran

Kegiatan Pembelajaran Penilaian

1.7..Menunjukkan hubungan antara konsep Impuls dan Momentum untuk menyelesaikan

Impuls dan Momentum

a. Mendiskusikan konsep momentum, impuls, hubungan antara impuls dan momentum

b. Melakukan percobaan hukum kekekalan momentum

Penilaian kerja, sikap, dan tes tertulis

(Ranah psikomo

tor, afektif, dan

28

Page 39: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

masalah tumbukan

c. Menganalisis pemecahan masalah tumbukan dengan menggunakan hukum kekekalan momentum

kognitif )

Guru sebagai salah satu faktor penentu keberhasilan belajar harus mampu

merencanakan dan melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan sebaik-baiknya.

Guru harus dapat memanfaatkan dan mengorganisasikan semua aspek yang ada

dengan baik demi tercapainya hasil belajar yang optimal. Proses pembelajaran

yang dilakukan oleh guru sangat berpengaruh terhadap pencapaian kompetensi

siswa agar guru dapat menentukan metode dan pendekatan yang tepat untuk

proses pembelajaran selanjutnya.

Kualitas pembentukan kompetensi dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil.

Dari segi proses, pembentukan kompetensi dikatakan berhasil dan berkualitas

apabila seluruh atau sebagian besar (75%) siswa terlibat secara aktif, baik fisik,

mental maupun sosial dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil, proses

pembentukan kompetensi dapat dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan

tingkah laku yang positif pada diri siswa seluruh atau sebagian besar (75%) sesuai

dengan kompetensi dasar.

2.2 Kerangka PikirFisika sangat perlu dipelajari di setiap jenjang pendidikan. Penyempurnaan

kurikulum dari KBK menjadi KTSP sebagai salah satu upaya pemerintah untuk

29

Page 40: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

KTSP

Siswa PBM Guru

Quantum Teaching+

LKS

meningkatkan mutu pembelajaran fisika. Baik KBK, maupun KTSP menuntut

belajar tuntas yang mengacu pada KKM dan harus dicapai oleh siswa.

Kenyataan di lapangan hasil belajar fisika SMA N 7 Padang masih rendah bila

dibandingkan dengan KKM. Salah satu penyebab rendahnya hasil belajar siswa

adalah motivasi siswa. Untuk meningkatkan motivasi siswa, penulis

menggunakan model pembelajaran QT. Model ini mengintegrasikan seluruh

komponen di dalam kelas sehingga belajar menjadi menyenangkan dan dapat

meningkatkan motivasi siwa.

Berdasarkan pengamatan penulis, LKS yang digunakan di SMA N 7 Padang

tidak menonjolkan penggunaan vektor secara optimal pada materi-materi yang

seharusnya menggunakan pendekatan vektor, salah satunya materi Impuls dan

Momentum.

Oleh sebab itu, penulis menggunaan LKS Impuls dan Momentum berbasis

vektor dalam pembelajaran QT. Diharapkan dengan penggunaan LKS Impuls dan

Momentum berbasis vektor dapat meningkatkan penguasaan Impuls dan

Momentum. Pencapaian kompetensi siswa merupakan tolak ukur untuk

menentukan tingkat keberhasilan siswa.

Untuk lebih jelasnya kerangka pikir dalam penelitian ini dapat dilihat pada

Gambar 4:

30

Page 41: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Gambar 4. Keran Pikir

2.3 Hipotesis PenelitianHipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian

yang kebenarannya harus diuji secara empiris. Berdasarkan kajian teori, dapat

dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: “terdapat perbedaan yang berarti

antara pencapaian kompetensi siswa yang menggunakan LKS dengan yang tidak

menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching pada kelas XI IPA di

SMA N 7 Padang”.

BAB III

METODE PENELITIAN

31

Page 42: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

3.1 Jenis PenelitianSesuai dengan permasalahan dan tujuan yang telah dikemukakan di atas,

maka jenis penelitian ini adalah Quasi Experiment Research. Dalam

Suryabrata(2006:92) dijelaskan bahwa tujuan dari penelitian eksperimen semu

adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi

dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau memanipulasi

semua variabel yang relevan.

3.2 Rancangan PenelitianRancangan penelitian yang digunakan adalah Randomized Control Group

Only Design. Dalam penelitian ini dibutuhkan dua kelas yaitu kelas eksperimen

yang pembelajarannya menggunakan model Quantum Teaching dilengkapi

dengan LKS dan kelas kontrol yang juga menggunakan model pembelajaran

Quantum Teaching tanpa LKS. Pada akhir penelitian ini di kedua kelas diberi tes

untuk melihat hasil belajarnya. Menurut Suryabrata (2006:105) jenis penelitian

Randomized Control Group Only Design dapat digambarkan seperti pada Tabel 3:

Tabel 3. rancangan penelitian

Group Pretest Treatment PosttestEksperimen - X TKontrol - - T

Sumber: Suryabrata (2006:105)

Keterangan :

X = Perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen yaitu pembelajaran

dengan menggunakan model QT berbasis LKS.

32

Page 43: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

T = Tes akhir yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

3.3 3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 PopulasiPopulasi dari penelitian ini adalah seluruh kelas XI IPA SMAN 7 Padang

yang terdaftar pada Semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012. Populasi penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 4:

Tabel 4. populasi penelitian siswa kelasXI IPA SMAN 7 Padang TA 2011/2012

No. Kelas Jumlah Siswa1. XI IPA 1 322. XI IPA 2 323. XI IPA 3 384. XI IPA 4 405. XI IPA 5 386. XI IPA 6 37Jumlah 217

Sumber: Tata Usaha SMAN 7 Padang

3.3.2 SampelMenurut Margono (2005:121) “sampel adalah sebagian dari populasi

sebagai contoh yang diambil dengan menggunakan cara-cara tertentu”.

Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Cluster Random Sampling.

Pengambilan sampel secara cluster merupakan pengambilan sampel pada

kelompok individu-individu yang telah ada di sekolah yaitu kelas bukan secara

individual.

Cara ini dilakukan jika populasi dianggap homogen. Agar sampel

representatif maka pengambilan sampel dilakukan dengan cara berikut :

a. Mengumpulkan data hasil ujian akhir semester mata pelajaran Fisika dari

seluruh kelas populasi.

33

Page 44: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

b. Menganalisis skor hasil ujian akhir semester dengan menghitung skor rata-rata

(x ) dan standar deviasinya (S) yang disajikan dalam Tabel 5:

Tabel 5. nilai rata-ratadan standar deviasi kelas populasi

No. Kelas Rata-Rata (x ) Standar Deviasi (S)

1 XI IPA 1 43,906 10,08

2 XI IPA 2 43,984 12,698

3 XI IPA 3 40,76 10,53

4 XI IPA 4 41,56 7,83

5 XI IPA 5 42,34 3,61

6 XI IPA 6 39,34 10,72

c. Pada semua kelas populasi dilakukan random untuk mendapatkan dua kelas

sampel.

d. Melakukan uji kesamaan dua rata-rata terhadap kedua kelas sampel dengan

menggunakan uji t. Dengan syarat penggunaan uji t adalah sampel harus

berasal dari populasi yang terdistribusi normal dan memiliki varians homogen.

Untuk itu terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan homogenitas pada

kedua kelas sampel.

e. Melakukan uji normalitas dan homogenitas pada kedua kelas sampel. Dari

hasil uji normalitas dan uji homogenitas didapatkan dua kelas sampel yaitu

kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 yang berasal dari populasi yang terdistribusi

normal dengan nilai rata-rata kelas masing-masing 43,906 dan 43,984

(Lampiran I dan Lampiran II). Adapun hasil uji normalitas dan homogenitas

kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 6:

34

Page 45: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Tabel 6. hasil uji normalitas kelas sampel

Kelas N Lo Lt Ket. S2 Fh Ft KetXI IPA1

32 0,073 0,157 Normal101,606

1,587 1,825 HomogenXI IPA2

32 0,091 0,157 Normal 61,234

Dari hasil uji homogenitas kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 diperoleh Fhitung

sebesar 1,587 dan harga distribusi F pada taraf signifikan 0,05 dengan dk

(31,31) diperoleh 1,825. Karena Fh < Ft, maka dapat disimpulkan kelas XI IPA

1 dan XI IPA 2 berasal dari populasi yang mempunyai varians homogen.

(Lampiran III)

f. Melakukan uji t jika kedua kelas sampel dari populasi yang terdistribusi

normal dan homogen secara kognitif. Dari hasil perhitungan didapatkan thitung

sebesar -0,027 sedangkan ttabel sebesar 2,02. Terlihat bahwa harga thitung berada

diantara −t1−0,5 α < t < t1−0,5 α yaitu antara -2,02 < -0,027 < 2,02 sehingga

disimpulkan kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2 mempunyai kemampuan yang sama

atau tidak memiliki perbedaan yang berarti sebelum diberi perlakuan.

(Lampiran IV)

g. Setelah didapatkan dua kelas sampel yang normal dan homogen, maka

selanjutnya menentukan kelas eksperimen dan kelas kontrol secara random,

yaitu dengan menggunakan mata uang. Didapatkan sebagai kelas eksperimen

adalah kelas XI IPA 1 dan sebagai kelas kontrol adalah kelas XI IPA 2.

3.4 Variabel dan Data

3.4.1 VariabelVariabel dalam penelitian ini adalah:

35

Page 46: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

a. Variabel bebas, yaitu variabel penyebab yang muncul terlebih dahulu yang

dapat dimanipulasi. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah LKS yang

digunakan dalam model pembelajaran Quantum Teaching.

b. Variabel terikat, merupakan variabel yang muncul dan menerima akibat dari

variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pencapaian

kompetensi belajar Fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang pada ranah

kognitif, afektif dan psikomotor.

c. Variabel kontrol adalah :

1) Materi yang digunakan sama sesuai dengan KTSP.

2) Kemampuan awal siswa antara kedua kelas sama.

3) Guru, buku sumber dan waktu yang digunakan adalah sama.

4) Jumlah dan jenis soal yang diujikan pada kedua kelas sama.

3.4.2 DataData dalam penelitian ini adalah hasil belajar Fisika siswa setelah diberi

perlakuan yang meliputi aspek kognitif yang diambil melalui tes akhir dalam

bentuk Multiple Choice Test, aspek afektif yang dikumpulkan melalui format

penilaian afektif dan aspek psikomotor melalui rubrik penskoran.

3.5 Prosedur PenelitianProsedur penelitian dapat dibagi atas tiga tahap, yaitu: persiapan,

pelaksanaan, dan penyelesaian.

3.5.1 Tahap PersiapanLangkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:

36

Page 47: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

a. Menetapkan tempat dan jadwal penelitian serta mempersiapkan surat

penelitian.

b. Menetapkan sampel penelitian, yaitu kelas XI IPA 2 sebagai kelas kontrol dan

kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen.

c. Mempersiapkan perangkat pembelajaran yang disusun berdasarkan program

tahunan dan program semester seperti silabus, Rencana Pelaksanaan

Pembelajaran (RPP) untuk masing-masing kelas eksperimen dan kontrol

(Lampiran V dan VI), dan LKS tentang materi Impuls dan Momentum

(Lampiran VII dan VIII).

d. Mengkondisikan keadaan lingkungan kelas, seperti pengaturan tempat duduk

dan menyiapkan media atau alat peraga yang terkait dengan materi agar siswa

lebih termotivasi, seperti PPT (Lampiran X) dan gambar poster. (Lampiran

IX)

e. Membuat kisi-kisi soal uji coba (Lampiran XII) dan menyusun soal tes uji

coba sesuai dengan kisi-kisi yang telah dibuat. (Lampiran XIII)

f. Mempersiapkan instrumen penelitian seperti soal-soal tes akhir, lembar

observasi ranah afektif dan rubrik penskoran untuk ranah psikomotor.

g. Membagi kelompok siswa berdasarkan kemampuan akademis (Lampiran XI)

dan menugaskan setiap kelompok membuat yel kelompoknya.

37

Page 48: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

3.5.2 Tahap PelaksanaanPembelajaran diberikan pada kedua kelas sampel berdasarkan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Perlakuan yang diberikan pada kelas

eksperimen dan kontrol dapat dilihat dalam Tabel 7:

Tabel 7. skenario pembelajaran pada kelas experimen dan kelas kontrol

Kelas Eksperimen

LKS yang disusun peneliti+Quantum Teaching

Kelas Kontrol

LKS MGMP+ Quantum Teaching

Pendahuluan (10 menit) Pendahuluan (10 menit)

1

1) Guru mengkondisikan siswa dan kelas agar pembelajaran kondusif (seperti siswa, lingkungan, berdoa, absen)

2) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah mempelajari materi tersebut

3) Guru menyampaikan apersepsi dan meminta siswa mengkaitkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dipelajarinya

4) Guru memotivasi siswa dengan memberikan ilustrasi menarik dan kontekstual sehubungan dengan materi

1

2

1) Guru mengkondisikan siswa dan kelas agar pembelajaran kondusif (seperti siswa, lingkungan, berdoa, absen)

2) Guru menyampaikan indikator dan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah mempelajari materi tersebut

3) Guru menyampaikan apersepsi dan meminta siswa mengkaitkan pelajaran yang lalu dengan pelajaran yang akan dipelajarinya

4) Guru memotivasi siswa dengan memberikan ilustrasi menarik dan kontekstual sehubungan dengan materi

2

Kegiatan Inti (115 menit) Kegiatan Inti (115 menit)

1) Guru mengadakan tanya jawab kecil kepada seluruh siswa yang mengarah pada materi dalam rangka menggali pengetahuan awal, pengalaman dan ide siswa

1) Guru mengadakan tanya jawab kecil kepada seluruh siswa yang mengarah pada materi dalam rangka menggali pengetahuan awal, pengalaman dan ide siswa

38

Page 49: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

2) Guru menyampaikan garis-garis besar materi melalui model Quantum Teaching dengan diiringi irama musik

a) Tumbuhkan(1) Menumbuhkan minat siswa

terhadap materi yang dipelajari sehingga siswa merasa butuh dengan materi tersebut melalui :Memberikan informasi awal tentang materi dengan menggunakan alat peraga atau media presentasi yang telah disiapkan (eksplorasi)

b) Alami(1) Siswa diminta untuk duduk dalam

kelompok kecil yang telah dibentuk secara heterogen (4-5 orang) pada tempat duduk yang telah diatur letaknya (elaborasi).

(2) Guru membagikan LKS Impuls dan Momentum berbasis vektor yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

(3) Dalam kerja kelompok, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri dalam menciptakan sebuah konsep dari materi dengan bantuan LKS agar dapat melatih siswa berfikir analisis dan menyelesaikan masalah 1

tanpa rasa takut (elaborasi).(4) Setiap kelompok melakukan kerja

kelompok dengan iringan musik agar suasana belajar lebih menyenangkan.

(5) Siswa diminta untuk mengemukakan ide dalam

2) Guru menyampaikan garis-garis besar materi melalui model Quantum Teaching dengan diiringi irama musik

a) Tumbuhkan(1) Menumbuhkan minat siswa

terhadap materi yang dipelajari sehingga siswa merasa butuh dengan materi tersebut melalui :Memberikan informasi awal tentang materi dengan menggunakan alat peraga atau media presentasi yang telah disiapkan (eksplorasi)

b) Alami(1) Siswa diminta untuk duduk dalam

kelompok kecil yang telah dibentuk secara heterogen (4-5 orang) pada tempat duduk yang telah diatur letaknya (elaborasi)

(2) Guru membagikan LKS (LKS yang dibagikan adalah LKS yang terdapat di sekolah bersangkutan) yaitu berupa LKS praktikum ketika berpraktikum di laboratorium yang telah diberikan pada pertemuan sebelumnya.

(3) Dalam kerja kelompok, siswa dibimbing untuk mengalami sendiri dalam menciptakan sebuah konsep dari materi dengan bantuan LKS agar dapat melatih siswa berfikir analisis dan menyelesaikan masalah

2

tanpa rasa takut (elaborasi).(4) Setiap kelompok melakukan kerja

kelompok dengan iringan musik agar suasana belajar lebih menyenangkan.

(5) Siswa diminta untuk mengemukakan ide dalam

39

Page 50: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

kelompoknya masing-masing terhadap penyelesaian masalah. Siswa dapat menuangkan hasil ide-ide kreatifnya dalam bentuk tulisan.

(6) Guru membimbing dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan materi dan berkompetensi secara sehat dalam mengembangkan dirinya

c) Namai(1) Siswa diminta oleh guru untuk

menyimpulkan hasil diskusi dan percobaannya lalu dibuat dalam bentuk laporan, gambar, atau skema agar dapat lebih komunikatif dan kontekstual.

(2) Siswa mendefenisikan, menganalisis dan mengurutkan kesimpulan yang didapatkan

d) Demontrasikan(1) Guru memberikan kesempatan

kepada siswa atau kelompok untuk dapat menunjukkan kemampuannya dalam memahami materi dengan cara mendemonstrasikan hasil pekerjaannya agar mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna (konfirmasi).

(2) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam mendemonstrasikan laporannya, lalu meminta kelompok lain memberikan tanggapannya dengan menerapkan pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari (konfirmasi).1

(3) Setelah semua kegiatan demontrasi selesai, guru menyampaikan kata-kata penyemangat sambil tepuk tangan

e) Ulangi(1) Guru menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

kelompoknya masing-masing terhadap penyelesaian masalah. Siswa dapat menuangkan hasil ide-ide kreatifnya dalam bentuk tulisan.

(6) Guru membimbing dan mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya sesuai dengan materi dan berkompetensi secara sehat dalam mengembangkan dirinya

c) Namai(1) Siswa diminta oleh guru untuk

menyimpulkan hasil diskusi dan percobaannya lalu dibuat dalam bentuk laporan, gambar, atau skema agar dapat lebih komunikatif dan kontekstual

(2) Siswa mendefenisikan, menganalisis dan mengurutkan kesimpulan yang didapatkan

d) Demontrasikan(1) Guru memberikan kesempatan

kepada siswa atau kelompok untuk dapat menunjukkan kemampuannya dalam memahami materi dengan cara mendemonstrasikan hasil pekerjaannya agar mendapatkan pengalaman belajar yang bermakna (konfirmasi).

(2) Guru membimbing dan mengamati siswa dalam mendemonstrasikan laporannya, lalu meminta kelompok lain memberikan tanggapannya dengan menerapkan pengetahuan yang didapatkan dalam kehidupan sehari-hari (konfirmasi).2

(3) Setelah semua kegiatan demontrasi selesai, guru menyampaikan kata-kata penyemangat sambil tepuk tangan

e) Ulangi(1) Guru menganalisis dan

mengevaluasi proses pemecahan

40

Page 51: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

masalah dengan memberikan penguatan jika hasil telah benar atau guru menjelaskan kebenarannya jika hasil presentasi belum tepat benar agar tidak terjadi miskonsepsi pada diri siswa

(2) Guru membimbing siswa melakukan refleksi dengan memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual (konfirmasi)

masalah dengan memberikan penguatan jika hasil telah benar atau guru menjelaskan kebenarannya jika hasil presentasi belum tepat benar agar tidak terjadi miskonsepsi pada diri siswa

(2) Guru membimbing siswa melakukan refleksi dengan memberikan soal-soal latihan yang dikerjakan secara individual (konfirmasi)

Penutup (10 menit) Penutup (10 menit)

f) Rayakan(1) Setelah siswa berhasil dalam

mengerjakan soal-soal latihan dan menemukan konsep dari LKS , maka perlu dirayakan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan

(2) Guru mereview kembali apa yang dipelajarinya dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa atau tes(evaluasi). Bagi siswa yang dapat menjawabnya maka guru memberikan sebuah penghargaan seperti nilai bonus, bingkisan, dll sambil tepuk tangan

(3) Guru memberikan tugas resitasi dengan membagikan LKS untuk materi selanjutnya dan PR

(4) Siswa mengakhiri pembelajaran dengan perasaan gembira, bertepuk tangan dan saling mengucapkan selamat untuk memberikan motivasi kepada sesama rekannya sambil mengucapkan yel

f) Rayakan(1) Setelah siswa berhasil dalam

mengerjakan soal-soal latihan dan menemukan konsep dari LKS, maka perlu dirayakan dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang menyenangkan

(2) Guru mereview kembali apa yang dipelajarinya dengan memberikan sebuah pertanyaan kepada siswa atau tes (evaluasi) . Bagi siswa yang dapat menjawabnya maka guru memberikan sebuah penghargaan seperti nilai bonus, bingkisan, dll sambil tepuk tangan.

(3) Guru memberikan tugas resitasi dengan membagikan LKS untuk materi selanjutnya dan PR

(4) Siswa mengakhiri pembelajaran dengan perasaan gembira, bertepuk tangan dan saling mengucapkan selamat untuk memberikan motivasi kepada sesama rekannya sambil mengucapkan yel

3.5.3 Tahap PenyelesaianTahapan penyelesaian dalam penelitian ini antara lain:

a. Melakukan uji coba soal tes akhir yang telah disiapkan sebelumnya.

41

Page 52: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

b. Menganalisis hasil uji coba soal dengan menentukan reliabilitas soal, indeks

kesukaran, dan daya beda soal lalu mengambil 30 butir soal yang baik untuk

tes akhir.

c. Melakukan tes akhir pada kedua kelas sampel, tes ini dilakukan untuk

mendapatkan nilai ranah kognitif.

d. Mengumpulkan data hasil belajar afektif siswa melalui format penilaian ranah

afektif setiap kali pertemuan berlangsung (Lampiran XVIII).

e. Mengumpulkan data hasil belajar psikomotor siswa dengan rubrik penskoran.

(Lampiran XIX)

f. Menganalisis hasil belajar kognitif dan psikomotor melalui uji statistik.

g. Menganalisis hasil belajar afektif dan menampilkannya dalam bentuk

histogram.

h. Menyusun laporan penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan DataData yang diambil untuk penelitian ini adalah hasil belajar pada ranah

kognitif, afektif, dan psikomotor. Data hasil belajar kognitif diambil dalam bentuk

ujian tertulis di akhir pembelajaran, data hasil afektif diambil melalui format

penilaian ranah afektif selama pembelajaran berlangsung. Data untuk ranah

psikomotor diambil selama proses percobaan berlangsung melalui rubrik

penskoran.

3.7 Instrumen PenelitianInstrumen adalah alat pengumpul data yang merupakan prosedur sistematik

dengan memperhatikan aturan yang telah ditentukan. Instrumen yang digunakan

42

Page 53: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

dalam penelitian ini adalah tes hasil belajar. Instrumen ini mencakup pada tiga

ranah yaitu kognitif, afektif dan psikomotor.

3.7.1 Instrumen Ranah KognitifInstrumen dalam penelitian ini adalah tes objektif dengan lima pilihan

jawaban (Multiple Choice Test) yang dilaksanakan di akhir penelitian. Agar tes

menjadi alat ukur yang baik, maka perlu diperhatikan langkah-langkah sebagai

berikut :

a. Membuat kisi-kisi soal tes akhir. (Lampiran XVI)

b. Menyusun tes akhir berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat, yakni berbentuk

objektif yang jenisnya sebanyak 30 butir. (Lampiran XVII)

c. Melakukan uji coba tes akhir. Uji coba soal dilakukan di SMAN 1 Batang

Anai pada kelas XI IPA 1. Berdasarkan hasil uji coba dilakukan analisis soal

untuk mengetahui tingkat kesukaran, daya beda soal, validitas, dan reliabilitas.

Dari hasil itulah akan diperoleh soal-soal tes akhir.

d. Analisis statistik hasil uji coba tes, yaitu :

3.7.1.1 Validitas Soal

Suatu soal dikatakan valid apabila dapat mengukur tujuan khusus tertentu

yang sejajar dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan. Validitas yang

digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi (content validity). Validitas isi

adalah validitas yang ditilik dari segi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil

belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap

keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diujikan.

43

Page 54: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Untuk memperoleh instrumen tes yang benar-benar valid, maka instrumen

tes dibuat berdasarkan kurikulum. Adapun soal yang akan disusun berpedoman

pada ketercapaian indikator untuk mata pelajaran sains Fisika kelas XI IPA

semester 1 Tahun Ajaran 2011/2012 pada konsep materi Impuls dan Momentum.

3.7.1.2 Reliabilitas Tes (r11)

Nunnaly, Allen dan Yen, serta Anastasi dalam Surapranata (20054:89)

mengatakan bahwa reliabilitas adalah “kestabilan skor yang diperoleh orang yang

sama ketika diuji dengan tes yang sama pada situasi yang berbeda atau dari satu

pengukuran lainnya”. Untuk menentukan reliabilitas tes digunakan rumus KR-21

yang dikemukakan oleh Slameto (1999:216) yaitu:

r11=( nn−1 )(1−

M (n−M )nS 2 )

…(1)

dimana dan M=

∑ XN

dan S2=N ∑ X2−(ΣX )2

N ( N−1 ) … (2)

Keterangan :

r11 = reliabilitas tes secara keseluruhan

N = jumlah butir soal tes

M = rata-rata skor tes

N = jumlah pengikut tes

S2 = varians total

X = skor pengikut tes

Untuk menentukan tingkat reliabilitas soal digunakan skala yang

dikemukakan oleh Slameto (1999:215) pada Tabel 8:

44

Page 55: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Tabel 8. klasifikasi indeks reliabilitas soal

No. Indeks Reliabilitas (r11) Klasifikasi

1.

2.

3.

4.

5.

0,80 ≤ r11 < 1,00

0,60 ≤ r11 < 0,80

0,40 ≤ r11 < 0,60

0,20 ≤ r11 < 0,40

0,00 ≤ r11 < 0,20

Sangat tinggi

Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat rendah

Sumber: Slameto (1999:215)

Dari tes uji coba yang telah dilakukan, didapatkan besar reliabilitas soal

sebesar 0,7449 dengan kriteria tinggi. (Lampiran XV).

3.7.1.3 Tingkat Kesukaran Soal (p)

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sulit.

Bilangan yang menunjukkan sukar atau mudahnya soal disebut indeks kesukaran

(difficult index). Tingkat kesukaran ini dapat digunakan sebagai suatu indikator

untuk menentukan adanya perbedaan kemampuan peserta tes.

Prosedur yang dilakukan untuk menentukan indeks kesukaran soal menurut

Surapranata (2005:12) adalah dengan rumus:

p=∑ x

Sm N … (3)

Keterangan

p = proporsi menjawab benar

∑x = banyak peserta tes yang menjawab benar

Sm = skor maksimum

N = Jumlah tes

45

Page 56: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Indeks kesukaran dapat diklasifikasikan dalam Tabel 9:

Tabel 9. klasifikasi tingkat kesukaran soal (p)

No. Tingkat Kesukaran (p) Klasifikasi

1.

2.

3.

0,00 - 0,30

0,31 - 0,70

0,71 - 1,00

Sukar

Sedang

Mudah

Sumber: Surapranata (2005:21)

Dari hasil analisis didapatkan 17 soal dengan kriteria mudah, 15 soal

kriteria sedang, dan 18 soal dengan kriteria sukar. Soal yang digunakan dalam

penelitian ini adalah soal yang mempunyai rentang antara 0,30 s/d 0,80.

(Lampiran XIV)

3.7.1.4 Daya Beda Soal (D)

Arikunto (2008 :211) menyatakan bahwa “daya pembeda soal adalah

kemampuan soal untuk membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan

yang berkemampuan rendah”. Indeks yang digunakan dalam membedakannya

adalah indeks daya pembeda.

Untuk menghitung daya beda soal, seluruh skor hasil tes diurut mulai dari

yang tertinggi sampai yang terendah, kemudian diambil dua kelompok sama

besar, yaitu 27% kelompok atas dan 27% kelompok bawah. Rumus untuk

menghitung daya beda menurut Surapranata (2005:31) adalah:

D=∑ A

nA

−∑ B

nB

… (4)

Keterangan

46

Page 57: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

D = indeks daya pembeda

∑A = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok atas

∑B = Jumlah peserta tes yang menjawab benar pada kelompok bawah

nA = Jumlah peserta tes kelompok atas

nB = Jumlah peserta tes kelompok bawah

Klasifikasi indeks daya beda soal dapat dilihat pada Tabel 10

Tabel 10. klasifikasi indeks daya beda soal

No. Indeks Daya Beda (D) Keputusan

1.

2.

3.

> 0,3

0,10 – 0,29

< 0,10

Diterima

Revisi

Ditolak

Sumber: Surapranata (2005:47)

Berdasarkan Tabel 10, soal yang diterima memiliki indeks daya beda besar dari

0,3. Dari 50 buah soal yang diujicobakan didapatkan 30 soal dengan indeks daya

beda besar dari 0,3 dan 20 soal memiliki indeks kesukaran di bawah 0,3 seperti

pada lampiran XIV.

3.7.2 Instrumen Ranah AfektifPada ranah ini yang dinilai adalah sikap atau perilaku siswa selama

pembelajaran berlangsung setiap pertemuan yang dinilai oleh 2 orang observer.

Penilaian yang dilakukan dalam ranah ini dibuat dalam bentuk format penilaian

ranah afektif. Dalam format penilaian terdapat penilaian sikap siswa dengan

beberapa indikator sikap. Skala untuk penilaian aspek afektif terdapat dalam Sofa

(2008: http://massofowardpress.com) seperti terlihat pada Tabel 11:

47

Page 58: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Tabel 11. klasifikasi penilaian ranah afektif

No. Tingkat Nilai Huruf Bobot Predikat

1.

2.

3.

4.

5.

81 – 100

65 – 80

55 – 64

40 – 54

≤ 39

A

B

C

D

E

4

3

2

1

0

Sangat baik

Baik

Cukup

Kurang

Kurang sekali

Sumber: Sofa (2008: http://massofowardpress.com)

3.7.3 Instrumen Ranah PsikomotorPenilaian pada ranah psikomotor dilakukan selama proses pembelajaran

berlangsung ketika melakukan percobaan dengan mengacu pada rubrik penskoran

dan akhir pembelajaran dengan mengacu pada laporan kerja ilmiah. Penilaian ini

dilakukan disaat siswa melakukan percobaan di laboratorium atau di dalam kelas.

Skala penilaian dibuat dengan rentangan A sampai E seperti yang terdapat

dalam Depdiknas (2003:5) adalah:

A (bobot 4) : kriteria sangat tepat B (bobot 3) : kriteria tepat C (bobot 2) : kriteria kurang tepat D (bobot 1) : kriteria tidak tepat E (bobot 0) : kriteria tidak tahu apa-apa

NILAI PROSES=Jumlah Perolehan SkorJumlah Skor Maximal

×100%

48

Nilai Paraf Observer

Page 59: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

3.8 Teknik Analisis DataAnalisis data bertujuan untuk menguji apakah hipotesis yang dikemukakan

dalam penelitian diterima atau ditolak. Analisis data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis induktif.

Analisis deskriptif dilakukan untuk menentukan rata-rata hasil belajar Fisika

dan simpangan baku kedua sampel. Analisis induktif dilakukan untuk melihat

perbedaan rata-rata kedua kelas sampel berarti atau tidak. Dari analisis data yang

telah dilakukan didapatkan bahwa data pada kedua kelas sampel terdistribusi

normal dan mempunyai varians yang homogen. Oleh karena itu untuk menguji

hipotesis dilakukan uji t.

3.8.1 Ranah Kognitif

Analisis data yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan

melakukan uji t. Sebelum melaksanakan uji tersebut maka harus dipenuhi syarat

sebagai berikut:

a. Data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal.

b. Data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang homogen.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan terlebih dahulu uji normalitas dan uji

homogenitas.

3.8.1.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk melihat normal atau tidaknya distribusi

data yang menjadi syarat untuk menentukan jenis statistik apa yang akan dipakai

dalam analisis data selanjutnya, dengan kata lain untuk mengecek apakah data

49

Page 60: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

pada kedua kelas sampel terdistribusi normal. Untuk menguji normalitas

digunakan uji Lilliefors. Sudjana (2002:466) merumuskan langkah-langkah Uji

Normalitas sebagai berikut:

1) Data X1, X2, X3, ... Xn yang diperoleh diurutkan dari data yang terkecil hingga

data yang terbesar.

2) Data X1, X2, X3, ... Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2, Z3, ..., Zn dengan rumus:

Zi=X i−X

S … (5)

Keterangan :

Xi = skor yang diperoleh siswa ke-i

X = skor rata-rata

S = simpangan baku (standar deviasi)

3) Dengan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian hitung peluang

F(Zi) = P(Z<Zi).

4) Dengan menggunakan proporsi Z1, Z2, Z3, ..., Zn yang lebih kecil atau sama

dengan Zi, jika proporsi ini dinyatakan dengan S(Zi), maka:

S (Z i )=Banyaknya Z1 , Z2 , Z3 , .. . Zn yang≤Zi

n … (6)

5) Menghitung selisih F(Zi) – S(Zi) yang kemudian ditentukan harga mutlaknya.

6) Diambil harga yang paling besar diantara harga mutlak selisih tersebut yang

disebut dengan L0.

50

Page 61: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

7) Membandingkan nilai L0 dengan nilai kritis Lt yang terdapat dalam taraf nyata

α = 0,05. Kriteria pengujian adalah sebagai berikut:

a) Jika L0 < Lt, maka data pada kedua sampel terdistribusi normal.

b) Jika L0 > Lt, maka data pada kedua sampel tidak terdistribusi normal.

3.8.1.2 Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat data pada kedua sampel

mempunyai varians yang homogen atau tidak. Menurut Sudjana (2002:249) untuk

menguji homogenitas digunakan uji F dengan langkah sebagai berikut:

1) Menghitung varians masing-masing kelompok data kemudian dihitung harga

F dengan rumus :

F=S

12

S22 … (7)

Keterangan :

F = varians kelompok data

S12 = varians hasil belajar terbesar

S22 = varians hasil belajar terkecil

2) Jika harga Fhitung sudah didapatkan maka harga Fhitung tersebut dibandingkan

dengan harga Ftabel yang terdapat dalam daftar distribusi dengan taraf

signifikan 5% dan dkpembilang = n1 – 1 serta dkpenyebut = n2 – 1. Bila harga Ftabel >

Fhitung, berarti data pada kedua kelas sampel mempunyai varians yang

homogen. Sebaliknya jika Ftabel < Fhitung, berarti data pada kedua kelas sampel

tidak mempunyai varians yang homogen.

51

Page 62: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

3.8.1.3 Uji Hipotesis

Uji ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui pencapaian kompetensi

siswa yang diajarkan dengan menggunakan LKS yang disusun peneliti dalam

model pembelajaran Quantum Teaching lebih baik daripada pencapaian

kompetensi siswa yang diajar tidak menggunakan LKS yang disusun peneliti

dalam pembelajaran Quantum Teaching. Yang diuji adalah Ho : μ1 = μ2 dan Hi :

μ1 > μ2, dimana μ adalah nilai rata-rata masing-masing kelompok data. Untuk

melakukan uji kesamaan dua rata-rata terlebih dahulu dilakukan uji normalitas

dan uji homogenitas.

Dari hasil analisis uji normalitas dan uji homogenitas didapatkan bahwa

data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai varians yang

homogen. Oleh karena itu, uji statistik yang cocok digunakan adalah uji t.

Menurut Sudjana (2002:239) rumus uji t adalah:

t=X1−X2

S √ 1n1

+ 1n2

dengan S2 =( n1−1 ) S12+ (n2−1 ) S22

n1 +n2−2

… (8)

Keterangan :

X1 = nilai rata-rata kelas eksperimen

X 2= nilai rata-rata kelas kontrol

S12 = varians kelas eksperimen

S22 = varians kelas kontrol

S2 = varians gabungan

52

Page 63: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

Harga thitung dibandingkan dengan harga ttabel yang terdapat dalam tabel

distribusi t. Kriteria pengujian adalah terima Ho jika nilai t <t1−α pada taraf

signifikan 0,05, sedangkan untuk harga lainnya Ho ditolak. Berdasarkan pengujian

hipotesis secara statistik, jika Ho ditolak berarti hipotesis kerja (Hi) diterima. Hal

ini berarti terdapat perbedaan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching

berbasiskan LKS terhadap pencapaian kompetensi belajar Fisika siswa kelas XI

IPA SMAN 7 Padang.

3.8.2 Ranah Afektif

Dalam menganalisis data hasil observasi ranah afektif dilakukan langkah-

langkah sebagai berikut:

a. Pemberian dan penghitungan skor keseluruhan dari tiap indikator yang tampak

dalam proses pembelajaran. Untuk masing-masing aspek terdiri dari tiga

indikator penilaian. Jika pada setiap aspek terlihat indikator tersebut, maka

diberi tanda ceklis (√) pada kolom yang disediakan dalam format penilaian

ranah afektif. Setelah mendapatkan data penilaian keseluruhan maka skor

yang diperoleh dari setiap indikator dijumlahkan.

b. Skor total yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus yang

terdapat dalam Purwanto (2001:102) yaitu:

Na=R

SM×100 %

… (9)

53

Page 64: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Keterangan :

Na = Nilai afektif siswa

R = Skor total siswa

SM = Skor maksimum

Pada penelitian ini skor maksimum yang dapat diperoleh siswa adalah 25

dan skor minimum adalah 5 untuk setiap kali pertemuan.

3.8.3 Ranah Psikomotor

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini untuk ranah

psikomotor adalah sama dengan teknik analisis data pada ranah kognitif. Adapun

langkah-langkah dalam menganalisis data hasil observasi ranah psikomotor

sebagai berikut:

a. Pemberian dan penghitungan skor keseluruhannya dari setiap aspek

keterampilan yang dinilai. Format penilaian aspek psikomotor dapat dilihat

pada Tabel 12:

Tabel 12. Format Penilaian Ranah PsikomotorNo Nama nilai

1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 Total poin nilai mutu

54

Page 65: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

b. Skor yang diperoleh dikonversikan menjadi nilai dengan rumus:

NILAI PROSES=Jumlah Perolehan SkorJumlah Skor Maximal

×100% … (10)

c. Dari nilai yang diperoleh tersebut dilakukan uji normalitas dan homogenitas.

Jika didapatkan data pada kedua kelas sampel tersebut terdistribusi normal dan

mempunyai varians yang homogen, maka dalam pengujian hipotesis statistik

yang digunakan adalah uji t.

t =x̄1 − x̄2

S√ 1n1

+1n2 dan

S2 =(n1−1 )S1

2 + (n2−1 )S22

n1+n2−2 … (11)

Keterangan:

x1 = nilai rata-rata kelas eksperimen

x2 = nilai rata-rata kelas kontrol

S12 = varians kelas eksperimen

S22 = varians kelas kontrol

S = standar deviasi gabungan

n1 = jumlah siswa kelas eksperimen

n2 = jumlah siswa kelas kontrol

d. Harga thitung dibandingkan dengan ttabel yang ada pada tabel distribusi t. Kriteria

pengujian hipotesis adalah terima Ho jika thitung < t1-α pada taraf signifikasi

0,05. Untuk harga lainnya Ho ditolak dan Hi diterima.

55

Page 66: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi DataPenelitian yang telah dilakukan oleh peneliti pada tanggal 1 November sampai

dengan 10 Desember 2011 pada kedua kelas sampel, diperoleh data tentang

56

Page 67: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

pencapaian kompetensi Fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang. Dalam

pencapaian kompetensi Fisika yang meliputi penilaian pada tiga ranah yaitu

kognitif, afektif, dan psikomotor. Data hasil belajar ranah kognitif diperoleh

melalui tes tertulis di akhir pembelajaran. Data ranah afektif dan psikomotor

diperoleh selama proses pembelajaran berlangsung melalui format penilaian

afektif dan psikomotor. Data hasil pencapaian kompetensi belajar Fisika siswa

pada masing-masing ranah akan dijelaskan berikut ini.

4.2.1 Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif

Data penilaian hasil belajar pada ranah kognitif diperoleh dari tes akhir dengan

teknik tes tertulis berbentuk soal objektif sebanyak 30 buah soal kepada kedua

kelas sampel pada akhir kegiatan penelitian. Dari hasil perhitungan secara

statistik, diperoleh nilai rata-rata ( x̄ ), simpangan baku (S), dan varians (S2) kelas

eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 13:

Tabel 12. nilai rata-rata, nilai tertinggi, nilai terendah, simpangan baku, dan varians kelas sampel

Kelas NNilai Tertinggi

Nilai Terendah

X̄ S2 S

Eksperimen

32 96 58 80,312 73,190 8,555

Kontrol 32 89 50 70,844 88,846 9,426

Dari Tabel 13 menampilkan nilai rata-rata hasil belajar siswa pada ranah kognitif

kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk

mengetahui perbedaan hasil tes akhir antara kedua kelas sampel ini berarti atau

tidak, dilakukan uji kesamaan dua rata-rata. Sebagai syaratnya, terlebih dahulu

57

Page 68: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

dilakukan uji normalitas dan homogenitas. Untuk lebih rincinya, hasil tes akhir

kedua kelas sampel pada ranah kognitif dapat dilihat pada Lampiran XX.

4.2.2 Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif

Data hasil belajar afektif diperoleh selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Data ini diambil dengan menggunakan Format Penilaian Ranah Afektif. Penilaian

ranah afektif dilakukan terhadap lima aspek penilaian yang disesuaikan dengan

materi dan kemampuan belajar siswa. Deskripsi data hasil belajar ranah afektif ini

ditunjukkan oleh skor total yang diperoleh setiap siswa setelah enam kali

pertemuan tatap muka di kelas.

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa hasil belajar pada ranah afektif siswa kelas

ekperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Perolehan nilai kedua

kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 13:

Tabel 13. data hasil belajar fisika ranah afektif kelas sampel

Pertemuan Ke -Nilai AfektifKelas Eksperimen Kelas Kontrol

1 72,875 70

2 76 71,75

3 74,25 70,5

4 72,625 68,75

5 78,5 72,875

6 76,75 72,375

Rata-Rata Nilai 75,167 71,042

58

Page 69: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Dari Tabel 14 terlihat bahwa terdapat perbedaan hasil belajar Fisika pada ranah

afektif untuk kedua kelas sampel. Untuk melihat data hasil belajar ranah afektif

kedua kelas sampel dapat dilihat pada Lampiran XXI.

4.2.3 Deskripsi Data Hasil Belajar Fisika Ranah Psikomotor

Data penelitian pada ranah psikomotor ini diperoleh melalui hasil pengamatan

selama proses pembelajaran dan penilaian pada akhir penelitian melalui tes unjuk

kerja ketika siswa melakukan percobaan di laboratorium sekolah.

Sama dengan ranah kognitif, dari data hasil belajar ranah psikomotor ini

dilakukan perhitungan sehingga didapatkan nilai rata-rata ( x̄ ), simpangan baku

(S), dan variansi (S2) kedua kelas eksperimen dan kontrol seperti pada Tabel 15:

Tabel 15. Nilai Rata-Rata, Nilai Tertinggi, Nilai Terendah, Simpangan Baku, dan Variansi Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas NNilai Tertinggi

Nilai Terendah

X̄ S2 S

Eksperimen 32 80 68 74,500 20,39 4,515Kontrol 32 76 64 70,63 21,26 4,611

Dari Tabel 15 dapat dilihat bahwa rata-rata nilai hasil belajar siswa ranah

psikomotor pada kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Untuk

mengetahui apakah perbedaan nilai antara kedua kelas sampel ini berarti atau

tidak, maka dilakukan analisis berupa uji kesamaan dua rata-rata. Untuk melihat

hasil tes ranah psikomotor kedua kelas sampel dapat dilihat pada Lampiran XXII.

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Kognitif

Dari deskripsi data pada Tabel 15 halaman 56 terlihat bahwa rata-rata nilai kelas

eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Untuk mengambil

59

Page 70: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

kesimpulan dari data yang ada, maka perlu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata

agar terlihat apakah perbedaan rata-rata kedua kelas sampel tersebut signifikan.

Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

homogenitas terhadap data tes akhir. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-

rata dengan menggunakan uji statistik yang sesuai.

4.2.3.1 Uji Normalitas Tes Akhir

Untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal atau

tidak digunakan Uji Lilliefors. Dari uji normalitas yang dilakukan, maka

didapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata 0,05 seperti terlihat pada Tabel 16:

Tabel 16. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif

Kelas α N Lo Lt DistribusiEksperimen 0,05

32 0.126 0,1566 Normal

Kontrol 32 0.129 0,1566 Normal

Dari Tabel 16 dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo < Lt

pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua kelas sampel

terdistribusi normal. Untuk melihat hasil uji normalitas kedua kelas sampel dapat

dilihat pada Lampiran XXVI

4.2.3.2 Uji Homogenitas Tes Akhir

Untuk mengetahui apakah data pada kedua kelas sampel memiliki varians yang

homogen atau tidak dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas varians yang

dilakukan terhadap data tes akhir kedua kelas sampel ternyata diperoleh Fhitung =

1,214 dan Ftabel dengan taraf nyata α = 0,05 pada dkpembilang 31 dan dkpenyebut 31

60

Page 71: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

adalah 1,825. Dengan demikian Fh < F(0,05);(31,31), hal ini berarti kelompok data

mempunyai varians yang homogen. Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel

dapat dilihat pada Tabel 17:

Tabel 17. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Kognitif

Kelas N S2 Fh Ft KeteranganEksperimen

3273,190

1,214 1,825 HomogenKontrol 32 88,846

Untuk lebih lengkapnya uji homogenitas dapat dilihat pada Lampiran XXVIII.

4.2.3.3 Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Dua Rata-Rata)

Setelah melakukan uji normalitas dan homogenitas terhadap data tes akhir kedua

kelas sampel, diperoleh bahwa data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal

dan memiliki varians yang homogen. Untuk menguji hipotesis penelitian

digunakan uji t. Hasil uji t kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 18:

Tabel 18. Hasil Uji t Ranah Kognitif

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 32 80,312 73,1904,21 1,67

Kontrol 32 70,844 88,846

Dari Tabel 18 terlihat bahwa thitung = 4,21 sedangkan ttabel = 1,67 dengan kriteria

pengujian terima Ho jika th < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain pada

taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena

didapatkan harga thitung > ttabel, maka harga t tidak berada pada daerah penerimaan

Ho sehingga dikatakan Hi diterima pada taraf nyata 0,05. Dengan demikian

terdapat perbedaan yang berarti antara pencapaian kompetensi siswa yang

menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching dengan yang tidak

menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching. Perbedaan ini

61

Page 72: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1,670

α = 0,05Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho atau Penerimaan Hi

4,21

disebabkan oleh perbedaan perlakuan, yaitu penggunaan LKS dalam pembelajaran

Quantum Teaching di kelas XI IPA 1 SMA N 7 Padang pada ranah kognitif.

untuk lebih lengkapnya lihat pada lampiran XXIX. Kurva penerimaan hipotesis

alternatif (Hi) dapat dilihat pada Gambar 5:

Berdasarkan kurva penerimaan hipotesis pada ranah kognitif, thitung berada pada

daerah penerimaan Hi, yang berarti perbedaan perlakuan pada kedua kelas

sampel memberikan pengaruh. Perbedaan perlakuan itu, adalah penggunaan LKS

pada kelas eksperimen.

4.2.2 Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Afektif

Penilaian ranah afektif dilakukan pada setiap kali pertemuan. Pada penelitian ini

dilakukan observasi terhadap enam kali pertemuan proses pembelajaran berturut-

turut. Aspek yang diamati terdiri dari lima sikap, yaitu bertanya, menjawab

pertanyaan, berpendapat, menyanggah jawaban, dan melengkapi jawaban yang

masing-masing terdiri dari lima indikator penilaian.

Pada setiap kali pertemuan peneliti dan observer lainnya mengamati kelima aspek

afektif yang menjadi tujuan utama pengamatan. Perolehan nilai untuk setiap aspek

62

gambar 5.kurva penerimaan hipotesis alternatif ranah kognitif

Page 73: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

pengamatan didapatkan dari jumlah perolehan skor setiap siswa untuk setiap

indikator pada satu aspek penilaian. Hasil perolehan skor tiap aspek pengamatan

dapat disajikan kedalam bentuk grafik.

Hasil pengataman pada aspek bertanya dapat dilihat pada Gambar 6:

1 2 3 4 5 60

20

40

60

80

100

120

140

kelas kontrolkelas eksperimen

Pertemuan Ke-

Pero

leha

n Sk

or

gambar 6.grafik pengamatan indikator mau bertanya siswa pada kedua kelas sampel

Dari Gambar 6 di atas dapat dilihat bahwa keinginan bertanya pada siswa kedua

kelas sampel selalu berubah setiap kali pertemuan. Hal ini disebabkan karena

keadaan psikologis siswa yang tidak tetap setiap kali pertemuan. Namun, dapat

diamati bahwa rata-rata perolehan skor kelas eksperimen untuk aspek bertanya

lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Siswa pada kelas eksperimen lebih

termotivasi untuk mengikuti pembelajaran, dilihat dari keinginannya bertanya.

Perbedaan perolehan skor antara kedua kelas sampel tersebut disebabkan karena

pembelajaran dengan QT menggunakan LKS dapat meningkatkan motivasi

belajar siswa ditandai dengan keinginan untuk bertanya.

63

Page 74: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Hasil pengamatan untuk aspek kedua, yaitu menjawab pertanyaan juga dapat

dilihat pada Gambar 7:

1 2 3 4 5 695

100

105

110

115

120

125

130

Kelas kontrolKelas Eksperimen

Pertemuan Ke-

Pero

leha

n Sk

or

gambar 7.grafik pengamatan indikator menjawab pertanyaan guru pada kedua kelas sampel

Dari Gambar 7 terlihat bahwa untuk aspek pengamatan menjawab pertanyaan

guru berbeda setiap kali pertemuan. Rata-rata perolehan skor kelas eksperimen

pada aspek menjawab pertanyaan juga lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol. Hal ini disebabkan karena dengan penggunaan LKS dalam model

pembelajaran QT dapat menantang siswa untuk lebih aktif mengikuti

pembelajaran. Terlihat dari tingkah laku siswa yang menunjukkan bahwa mereka

telah mau melibatkan dirinya secara aktif dalam kelas atau kelompoknya serta

mereka telah berani menjawab pertanyaan dari guru.

Hasil pengamatan pada aspek ketiga yaitu berpendapat dapat dilihat pada

Gambar 8:

64

Page 75: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1 2 3 4 5 695

100

105

110

115

120

125

130

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Pertemuan ke-

Pero

leha

n Sk

or

gambar 8.grafik pengamatan aspek berpendapat kedua kelas sampel

Berdasarkan Gambar 8 dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan skor aspek

berpendapat pada kedua kelas berbeda setiap kali pertemuan. Hal ini disebabkan

kondisi psikologis siswa yang berbeda setiap kali pertemuan.

Dari pengamatan didapatkan rata-rata perolehan skor kelas eksperimen lebih baik

dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini terlihat bahwa pada kelas eksperimen

siswa telah berani berpendapat, mengungkapkan de-ide kreatifnya dalam belajar.

Selanjutnya hasil pengamatan aspek keempat, yaitu menyanggah jawaban dapat

dilihat pada Gambar 9:

65

Page 76: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1 2 3 4 5 6100

105

110

115

120

125

130

Kelas kontrolKelas Eksperimen

Pertemuan Ke-

Pero

leha

n Sk

or

gambar 9.grafik pengamatan aspek menyanggah jawaban kedua kelas sampel

Dari Gambar 9 di atas terlihat bahwa perolehan skor aspek menyanggah jawaban

selalu berubah setiap kali pertemuan. Hal ini disebabkan karena keadaan

emosional siswa yang tidak tetap setiap kali pertemuan.

Dari pengamatan didapatkan rata-rata perolehan skor kelas eksperimen untuk

aspek menyanggah jawaban juga lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol.

Siswa pada kelas eksperimen pada umumnya mau mendengarkan jawaban

temannya dan memberikan sanggahan. Semua aktivitas yang dilakukan tersebut

dapat berjalan dengan baik karena penggunaan LKS yang telah diberikan sebelum

pelajaran dimulai dapat membantu siswa belajar di rumah terlebih dahulu seperti

membaca sehingga siswa mempunyai bekal awal serta lebih terarah dalam belajar.

Terakhir pengamatan pada aspek melengakapi jawaban , dapat dilihat pada

Gambar 10:

66

Page 77: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1 2 3 4 5 690

95

100

105

110

115

120

125

Kelas kontrolKelas Eksperimen

Pertemuan Ke-

Pero

leha

n Sk

or

gambar 10.grafik pengamatan aspek melengkapi jawaban kedua kelas sampel

Berdasarkan Gambar 10 di atas dapat dilihat bahwa rata-rata perolehan skor kedua

kelas sampel untuk aspek kemampuan melengkapi jawaban sudah baik.

Didapatkan rata-rata kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas

kontrol. Keadaan ini disebabkan karena dengan penggunaan LKS dalam

pembelajaran QT dapat mendorong siswa untuk mau mendengarkan jawaban

teman dan melengkapi jawaban. Kenyataan ini memperlihatkan bahwa siswa

memiliki kesopanan dan kelancaran dalam berkomunikasi.

Setelah melakukan pengamatan dan menganalisis perolehan skor kelima aspek

penilaian ranah afektif di atas, maka selanjutnya dilakukan analisis terhadap

keseluruhan jumlah perolehan skor setiap indikator dalam enam kali pertemuan

pada kedua kelas sampel. Dari hasil analisis nilai afektif untuk enam kali

pertemuan dapat diplot kedalam bentuk grafik seperti tertera pada Gambar 11:

67

Page 78: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

1 2 3 4 5 656

58

60

62

64

66

68

70

72

Kelas KontrolKelas Eksperimen

Pertemuan Ke-

Pero

leha

nkor

gambar 11.grafik nilai rata-rata ranah afektif kedua kelas sampel

Berdasarkan Gambar 11 di atas terlihat bahwa secara umum untuk setiap

pertemuan hasil belajar pada ranah afektif telah mengalami peningkatan

khususnya terlihat kelas eksperimen. Selain itu, terdapat perbedaan antara nilai

afektif kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Rata-rata hasil belajar Fisika untuk

ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Dimana nilai rata-rata afektif kelas eksperimen 75,167 sedangkan kelas kontrol

71,042.

Perbedaan nilai afektif antara kelas eksperimen dan kelas kontrol ini disebabkan

karena dengan penerapan model pembelajaran Quantum Teaching dengan

menggunakan LKS pada kelas eksperimen dapat memberikan kesempatan bagi

siswa untuk belajar mencoba sendiri secara mandiri, berfikir kritis, kreatif dan

lebih terpacu agar aktif dalam kelompok, sehingga dapat menimbulkan semangat

dan motivasi siswa untuk belajar. Melalui penggunaan LKS mengakibatkan

68

Page 79: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

kelima aspek yang dinilai dapat diamati dengan baik. Dengan demikian

diharapkan hasil belajar mereka pun dapat meningkat.

4.2.3 Analisis Data Hasil Belajar Fisika Ranah Psikomotor

Dari deskripsi data Tabel 15 halaman 56 terlihat bahwa nilai rata-rata ranah

psikomotor kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.

Untuk mengambil kesimpulan, maka perlu dilakukan uji kesamaan dua rata-rata

agar terlihat apakah perbedaan rata-rata tersebut signifikan.

Sebelum melakukan uji statistik, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan

homogenitas terhadap data tes akhir, kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-

rata yang sesuai dengan hasil uji normalitas dan homogenitas tersebut.

4.2.3.1 Uji Normalitas Ranah Psikomotor

Untuk melihat apakah data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal atau

tidak maka digunakan Uji Lilliefors. Dari uji normalitas yang dilakukan,

didapatkan harga Lo dan Ltabel pada taraf nyata 0,05, seperti terlihat pada Tabel 19.

Tabel 19. Hasil Uji Normalitas Tes Akhir Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas α N Lo Lt DistribusiEksperimen

0,0532 0,146 0,157 Normal

Kontrol 32 0,153 0,157 Normal

Dari Tabel 19 di atas dapat dilihat bahwa kedua kelas sampel mempunyai nilai Lo

< Lt pada taraf nyata 0,05. Hal ini berarti data hasil tes akhir kedua kelas sampel

terdistribusi normal. Untuk melihat data hasil uji normalitas kedua kelas sampel

dapat dilihat pada Lampiran XXX.

69

Page 80: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

4.2.3.2 Uji Homogenitas Aspek Psikomotor

Untuk mengetahui data pada kedua kelas sampel memiliki varians yang homogen

atau tidak dilakukan uji homogenitas. Dari uji homogenitas varians yang

dilakukan terhadap kedua sampel ternyata diperoleh Fhitung = 1,043 dan Ftabel

dengan α = 0,05 pada dkpembilang 31 dan dk penyebut 31 adalah 1,825. Dengan demikian

Fh < F(0,05);(31,31), hal ini berarti kelompok data mempunyai varians yang homogen.

Hasil uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada Tabel 20:

Tabel 20. Hasil Uji Homogenitas Kedua Kelas Sampel Ranah Psikomotor

Kelas N S2 Fh Ft KeteranganEksperimen 32 20,39

1,043 1,825 HomogenKontrol 32 21,26

Untuk lebih lengkapnya uji homogenitas kedua kelas sampel dapat dilihat pada

Lampiran XXXII.

4.2.3.3 Uji Hipotesis (Uji Kesamaan Dua Rata-Rata)

Dari uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan terhadap data psikomotor

diperoleh data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai

varians yang homogen, untuk menguji hipotesis penelitian digunakan uji t. Hasil

uji t kedua sampel dapat dilihat pada Tabel 21:

Tabel 21. Hasil Uji t Ranah Psikomotor

Kelas N Mean S2 th tt

Eksperimen 32 74,50 20,393,39 1,67

Kontrol 32 70,63 21,26

Pada Tabel 21 di atas terlihat bahwa thitung = 3,39 sedangkan ttabel = 1,67. Dengan

kriteria pengujian terima Ho jika t < t(1-α) dan tolak Ho jika mempunyai harga lain

70

Page 81: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

pada taraf signifikan 0,05 dengan derajat kebebasan dk = (n1 + n2) – 2. Karena

thitung > ttabel, hal ini menunjukkan bahwa harga t tidak berada pada daerah

penerimaan Ho sehingga dapat dinyatakan bahwa Hi diterima pada taraf nyata

0,05. Dengan demikian terdapat pengaruh yang berarti penerapan model

pembelajaran Quantum Teaching melalui penggunaan LKS terhadap pencapaian

kompetensi belajar fisika kelas XI IPA SMAN 7 Padang pada ranah psikomotor.

Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada Lampiran XVIII. Kurva penerimaan

hipotesis alternatif (Hi) dapat dilihat pada Gambar 12

omotor

Berdasarkan Gambar 12, thitung berada pada daerah penerimaan Hi, perbedaan

perlakuan yang diberikan memiliki pengaruh terhadap kelas eksperimen pada

ranah psikomotor.

71

gambar 12.kurva penerimaan hipotesis alternatif ranah psikomotor

Page 82: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

4.3 PembahasanBerdasarkan hasil analisis data tes akhir belajar didapat nilai rata-rata belajar

siswa dari ketiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif dan psikomotor menunjukkan

bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching dapat

meningkatkan pencapaian kompetensi belajar fisika siswa. Hal ini terlihat dari

tingginya rata-rata hasil belajar, sikap, dan keterampilan siswa yang belajar denga

menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching dibandingkan dengan

nilai, sikap, dan keterampilan siswa yang tidak menggunakan LKS dalam

pembelajaran Quantum Teaching .

4.3.1 Pencapaian Kompetensi pada Ranah Kognitif

Pencapaian kompetensi pada ranah kognitif, diperoleh nilai rata-rata kelas

eksperimen sebesar 80,312, dan nilai rata-rata kelas kontrol sebesar 70,844. Rata-

rata nilai kelas eksperimen lebih tinggi dari pada kelas kontrol pada ranah

kognitif. Ketuntasan belajar siswa secara individu, pada kelas eksperimen yang

nilainya di atas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) juga lebih tinggi. Perolehan

nilainya dapat dirinci sebagai berikut: 26 orang atau 81,25% dari 32 orang siswa

di kelas eksperimen dan sebanyak 15 orang atau 46,88% dari 32 orang siswa di

kelas kontrol (Lampiran XXIII). .

Hasil uji normalitas dan homogenitas yang dilakukan pada ranah kognitif,

diperoleh data pada kedua kelas sampel terdistribusi normal dan mempunyai

variansi yang homogen, untuk uji statistik digunakan uji t. Dari uji t dengan taraf

nyata 0,05 dan dk = 62 diperoleh thitung sebesar 4,21 dan ttabel sebesar 1,67. Dengan

72

Page 83: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

demikian harga thitung berada di luar batas kriteria penerimaan Ho yang telah

ditetapkan. Hal ini berarti Ho ditolak dan Hi yakni “Terdapat perbedaan yang

berarti anatara siswa yang menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum

Teaching dengan siswa yang tidak menggunakan LKS dalam pembejaran

Quantum Teaching terhadap pencapaian kompetensi siswa kelas XI IPA SMAN

7 Padang” pada ranah kognitif diterima.

4.3.2 Pencapaian Kompetensi Pada Ranah Afektif

Hasil belajar siswa pada ranah afektif, diperoleh nilai rata-rata afektif kelas

eksperimen 75,17 lebih tinggi dibanding nilai rata-rata afektif kelas kontrol 71,04

(Lampiran XXIV). Dari data penilaian enam kali pertemuan tersebut terlihat

bahwa hasil belajar pada ranah afektif kelas eksperimen lebih tinggi daripada

kelas kontrol. Berdasarkan analisis data tersebut dapat dikatakan bahwa Terdapat

perbedaan yang berarti anatara siswa yang menggunakan LKS dalam

pembelajaran Quantum Teaching dengan siswa yang tidak menggunakan LKS

dalam pembejaran Quantum Teaching terhadap pencapaian kompetensi belajar

Fisika siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang” pada ranah afektif diterima. Hal ini

berarti sikap belajar siswa di kelas eksperimen menjadi lebih semangat dan lebih

termotivasi selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

Selama proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa tidak lagi cenderung

menunggu jawaban dari guru atau teman yang pintar saja, namun secara tidak

langsung mereka terpacu untuk mengaktifkan dirinya sendiri dalam belajar

sehingga di antara mereka timbul persaingan yang sehat. Mereka aktif untuk

73

Page 84: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

bertanya jika ada materi yang belum dipahami dan aktif memberikan pendapat

atau jawaban selama diskusi serta mereka lebih percaya diri dan dapat mandiri

dalam mengerjakan tugas-tugas yang diberikan. Akibatnya hasil belajar siswa

kelas eksperimen menjadi lebih baik daripada kelas kontrol.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa pada proses pembelajaran,

bertanya, menjawab pertanyaan, berpendapat, menyanggah jawaban, dan

melengkapi jawaban diperoleh gambaran bahwa aktivitas siswa pada kelas

eksperimen menunjukan peningkatkan jika dibandingkan dengan aktivitas siswa

pada kelas kontrol. Pada kelas eksperimen hampir seluruh siswa menunjukan

kenyamanan dalam belajar, terlihat dari rona wajah yang ceria, dan tidak tegang

ketika mengikuti pelajaran. Ketika ada siswa yang menjawab pertanyaan guru,

siswa tidak lagi mengejek teman yang lain, sikap saling menghargai sudah terbina.

Begitupun ketika guru menjelaskan perhatian siswa sudah mulai terfokus pada apa

yang disampaikan. Dalam kerja kelompok, siswa sudah memperlihatkan

kerjasama dengan kelompoknya, baik ketika melakukan percobaan ataupun saat

mengisi LKS. Selama proses pembelajaran siswa terlihat lebih aktif dan antusias

bertanya atau merespon tindakan guru tanpa ragu-ragu.

4.3.3 Pencapaian Kompetensi pada Ranah Psikomotor

Pada ranah psikomotor didapatkan hasil rata-rata kelas eksperimen 74,50 dan

kelas kontrol 71,25 (Lampiran XXV). Kemudian dilakukan uji normalitas dan

homogenitas untuk mengetahui uji statistik yang cocok digunakan dalam menguji

hipotesis. Dari uji tersebut didapatkan data pada kedua kelas sampel terdistribusi

74

Page 85: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

normal dan memiliki varians yang homogen, untuk uji statistik yang digunakan

adalah uji t. Dari uji t dengan taraf nyata 0,05 dan dk = 62 diperoleh thitung sebesar

3,39 dan ttabel sebesar 1,67. Dengan demikian harga thitung berada di luar batas

kriteria penerimaan Ho yang telah ditetapkan. Hal ini berarti Ho ditolak dan Hi

yakni “Terdapat perbedaan yang berarti anatara siswa yang menggunakan LKS

dalam pembelajaran Quantum Teaching dengan siswa yang tidak menggunakan

LKS dalam pembejaran Quantum Teaching terhadap pencapaian kompetensi

siswa kelas XI IPA SMAN 7 Padang” pada ranah psikomotor diterima.

4.3.4Pengaruh Penggunaan LKS pada Pembelajaran Quantum Teaching

terhadap Pencapaian Kompetensi Siswa

Seperti yang telah kita ketahui pencapaian kompetensi belajar siswa dapat

dikelompokkan menjadi tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga

ranah tersebut tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Mata pelajaran Fisika,

penilaian hasil belajarnya meliputi ranah kognitif, ranah afektif dan psikomotor.

Ketiga ranah penilaian tersebut saling mendukung satu sama lainnya terhadap

hasil belajar yang akan dicapai oleh setiap individu siswa.

Popham dalam Depdiknas (2006:2) tentang Penilaian Afektif dalam KTSP

menyatakan bahwa “ranah afektif menentukan keberhasilan belajar siswa”. Siswa

yang tidak memiliki minat pada pelajaran tertentu akan sulit untuk mencapai

keberhasilan belajar secara optimal. Siswa yang memiliki minat belajar dan sikap

positif terhadap suatu pelajaran akan merasa senang dan butuh mempelajari mata

pelajaran tersebut sehingga dapat mencapai hasil pembelajaran yang optimal.

75

Page 86: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, untuk mencapai pencapaian

kompetensi belajar yang optimal, maka guru sebelum merancang program dan

kegiatan pembelajaran harus terlebih dahulu membangkitkan motivasi dan minat

belajar siswa. Dengan menerapkan model pembelajaran Quantum Teaching

berbasis LKS siswa akan dapat lebih termotivasi untuk mengikuti pembelajaran

karena didukung oleh suasana pembelajaran yang menarik dan menyenangkan.

Dalam pelaksanaan pembelajaran Quantum Teaching berbasiskan LKS guru

melakukan berbagai cara untuk membuat suasana pembelajaran menjadi

menyenangkan. Seperti, dalam mengajarkan materi guru menggunakan media

pembelajaran berupa gambar-gambar ilustrasi dan media presentasi Power Point

sambil diiringi dengan lantunan musik, setiap kali pertemuan guru selalu berusaha

membuat suasana kelas tidak monoton, dan lain sebagainya. Semua usaha tersebut

dilakukan semata-semata hanya untuk mendapatkan hasil yang baik dalam

pencapaian ketiga ranah kompetensi siswa.

Ada beberapa hal yang menyebabkan hasil belajar Fisika siswa dapat meningkat,

salah satunya karena pada pembelajaran Quantum Teaching siswa dituntut untuk

semaksimal mungkin mencari tahu sendiri tanpa harus selalu menunggu jawaban

dari guru atau teman yang pintar saja. Siswa diajak untuk berfikir kritis, bertanya

jika ada yang tidak mengerti, berani memberikan pendapat atau jawaban tanpa ada

rasa takut ditertawakan, siswa dilatih bersosialisasi, menghargai perbedaan, dan

bertanggung jawab dalam kelompok masing-masing karena semua aktivitas ini

dilakukan dalam suasana pembelajaran yang menyenangkan.

76

Page 87: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Selain penerapan model Quantum Teaching, pada penelitian ini juga

menggunakan bahan tertulis yang berisi instruksional khusus tentang unit yang

akan di pelajari dan bertindak sebagai penghubung antara buku teks dengan tugas-

tugas yang harus dikerjakan oleh siswa. Dalam hal ini bahan tertulis yang

dimaksudkan adalah LKS yang dirancang sendiri oleh peneliti.

Siswa diminta untuk mengerjakan LKS dalam kelompoknya masing-masing di

bawah bimbingan guru, sehingga pembelajaran bukan lagi bersifat teacher center

melainkan student center. Menurut teori, penerapan model pembelajaran Quantum

Teaching berbasiskan LKS ini dapat menjadikan pembelajaran lebih aktif, kreatif

dan mandiri. Siswa akan lebih banyak belajar melalui pemanfaatan panca indera

daripada belajar hanya duduk diam mendengarkan guru saja sehingga dapat

membantu siswa menemukan konsep atau pengetahuan yang didapatkan dari

pengalaman sendiri. Karena siswa diwadahi agar aktif membangun konsep sendiri

melalui percobaan sehingga pembelajaran lebih bermakna dan aktivitas fisik siswa

meningkat. Selain itu, siswa juga mampu berinteraksi dengan orang lain dan

berkomunikasi untuk mengungkapkan gagasannya dalam menyelesaikan masalah

di suasana kelas yang menyenangkan. Dengan adanya semangat dan motivasi

tinggi yang timbul pada diri sendiri, siswa dapat meningkatkan aktivitasnya dalam

belajar dan meningkatkan prestasi hasil belajarnya sehingga dapat berkompeten

dalam persaingan diera globalisasi saat ini.

77

Page 88: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Dalam model pembelajaran Quantum Teaching berbasis LKS, langkah-langkah

yang dilakukan guru dapat dijelaskan sebagai berikut. Pada saat pengkondisian

awal, guru menyiapkan mental siswa yang menuntut keterlibatan aktif siswa,

dengan cara menumbuhkan rasa percaya diri siswa, memotivasi siswa, menjalin

hubungan yang baik dengan siswa, dan keterampilan belajar. Pada saat

penyusunan rancangan PBM, guru menyiapkan alat dan prasarana untuk proses

pembelajaran, menentukan aktivitas yang akan dilakukan selama pembelajaran,

dan menyusun alat evaluasi yang akan digunakan diakhir pembelajaran. Pada saat

pelaksanaan pembelajaran, guru berusaha menumbuhkan minat dengan cara

memberikan pengalaman umum, menyajikan atau menamai materi,

mendemonstrasikan pengetahuan oleh siswa, ulangan, dan perayaan.

Pada tahap tumbuhkan, guru melakukan pembelajaran dengan menciptakan

suasana belajar yang menyenangkan yaitu mengkondisikan suasana kelas menjadi

lebih rileks tapi serius, seperti guru mengatur tempat duduk setiap kali pertemuan

agar tidak menjadi monoton. Dalam penyampaian materi guru memberikannya

dengan berbagai ilustrasi gambar yang menarik dan dengan bantuan media

presentasi. Guru membuat suasana belajar yang menyenangkan “learning is most

effective when it’s fun”. Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat belajar

siswa, serta terciptanya makna, pemahaman (penguasaan atas materi yang

dipelajari), dan nilai yang membahagiakan pada diri siswa.

78

Page 89: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Dalam melaksanakan pembelajaran Quantum Teaching ini guru memutar musik

ketika proses pembelaran berlangsung. Guru memutar musik instrumental ketika

menerangkan pelajaran dan menyelinginya dengan beberapa jenis musik lain

ketika membahas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diajukan dan

sewaktu istirahat dalam pembelajaran. Dengan memutar musik ini, terlihat bahwa

siswa merasa lebih senang dan enjoy serta lebih termotivasi dalam mengikuti

pelajaran. Siswa tidak lagi kelihatan bosan ketika berusaha mencari jawaban dari

permasalahan-permasalahan yang diajukan. Siswa terlihat lebih bersemangat

dalam mengerjakan LKS yang diberikan.

Pada tahap alami, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menceritakan pengalamannya dalam kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan

materi pelajaran, lalu guru memberikan tugas mandiri kepada siswa tentang materi

yang akan dipelajari. Untuk menemukan sesuatu, siswa harus punya pengalaman

dengan cara membuat hipotesis, memecahkan permasalahan, mencari jawaban

masalah, menggambarkan, meneliti, berdiskusi, melakukan refleksi,

mengungkapkan pertanyaan, dan mengekspresikan gagasan untuk membentuk

konstruksi tentang konsep yang dipelajari.

Semua siswa aktif membantu menciptakan suasana yang kondusif karena

pembelajaran ini akan memunculkan kesenangan dan penemuan individu. Siswa

mengalami sendiri apa yang dilakukan dengan praktek langsung menentukan

koefisien restitusi dan mengambil kesimpulan dengan kata-kata sendiri. Pada

79

Page 90: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

tahap ini guru dapat melakukan pengamatan ranah afektif dan psikomotor lebih

efektif, karena tahapan ini membantu siswa agar dapat mengeluarkan segala ide

dan kreatifitasnya masing-masing yang diperlukan dalam proses pembelajaran.

Pada tahap namai, guru menyediakan kata kunci, konsep, model, strategi, dan

sebuah masukan kepada siswa dalam menyelesaikan masalahnya. Dengan

melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar dapat mencari rumus,

menghitung, menjelaskan dan mendeskripsikan semua konsep yang ada. Siswa

mendapatkan informasi yaitu melalui pengalaman yang dialami sehingga

membuat pengetahuan siswa lebih bermakna.

Pada tahap demonstrasi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menunjukkan kemampuannya bahwa mereka tahu dan paham dengan

pengetahuan yang diberikan. Siswa diberikan peluang untuk menterjemahkan dan

menerapkan pengetahuan mereka dalam pelajaran. Dengan mendemonstrasikan

siswa akan mendapatkan kesan yang sangat berharga. Pelaksanaan ini terlihat

ketika melaksanakan diskusi kelas setelah melakukan percobaan. Seluruh siswa

dituntut untuk berani mengemukakan pendapatnya dan menguraikan analisis

jawaban permasalahan yang diberikan dengan baik.

Pada tahap ulangi, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengulang

kembali materi yang telah disampaikan oleh guru. Guru menunjukkan siswa cara-

cara mengulang materi dan menegaskan “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”.

80

Page 91: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Mengulang materi pembelajaran akan menguatkan koreksi dan menumbuhkan

rasa ingin tahu dari materi yang telah dialami siswa secara langsung.

Terakhir pada tahap rayakan, merupakan salah satu bentuk motivasi setelah

mengikuti pelajaran dengan berhasil sehingga dapat menimbulkan tumbuhnya

semangat baru setiap siswa. Guru dalam mengajar dapat memberi pengakuan atas

usaha siswa dalam menyelesaikan tugas dan pemerolehan keterampilan serta ilmu

pengetahuan. Kelas dapat menjadi rumah tempat siswa, tidak hanya terbuka

terhadap umpan balik tetapi juga menjadi tempat untuk belajar, mengakui dan

mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan

memberi serta menerima, belajar serta tumbuh. Sesama siswa saling memuji

dengan memberikan tepuk tangan yang merupakan penghormatan atas usaha dan

kesuksesan mereka. Pencapaian kompetensi hasil belajar Fisika kedua kelas dapat

dilihat pada Tabel 22

Tabel 22. Pencapaian Kompetensi Kedua Kelas Sampel pada Tiga Ranah

Penilaian

KelasNilai Tiga Ranah Penilaian

Kognitif Afektif Psikomotor

Eksperime

n80,312 75,17 74,50

Kontrol 70,844 71,04 70,63

Dari Tabel 22 di atas terlihat jelas bahwa penggunaan LKS dalam pembelajaran

Quantum Teaching mempunyai pengaruh terhadap proses pembelajaran yang

dilakukan oleh siswa dan guru. Guru dapat belajar bagaimana cara dan teknik

81

Page 92: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

mengkondisikan suasana pembelajaran baik di kelas ataupun di luar kelas agar

lebih menyenangkan bagi siswanya. Dalam pembelajaran yang menggunakan

LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching ini siswa dapat dengan bebas

mengungkapkan segala potensi dan kemampuannya dalam belajar tanpa ada rasa

malu ditertawakan atau diejek oleh teman yang lain sehingga siswa terlihat lebih

aktif, kreatif, dan mandiri. Hal tersebut membuat pembelajaran menjadi lebih

menyenangkan bagi siswa. Kenyataan ini terlihat bahwa siswa yang diajar dengan

menggunakan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching sebagian besar telah

dapat mencapai KKM yang ditetapkan. Dengan demikian terlihat bahwa

penggunaan LKS dalam pembelajaran Quantum Teaching dapat meningkatkan

pencapaian kompetensi belajar Fisika siswa pada tiga ranah penilaian kesuksesan

belajar siswa.

82

Page 93: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

BAB V

PENUTUP

5.1 KesimpulanSetelah melakukan penelitian terhadap Penggunaan LKS dalam

Pembelajaran Quantum Teaching di kelas XI IPA SMAN 7 Padang, kemudian

melakukan pengolahan data, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Penggunaan LKS dalam Pembelajaran Quantum Teaching memberikan

pengaruh terhadap peningkatan pencapaian kompetensi belajar Fisika siswa

kelas XI IPA SMAN 7 Padang pada tiga ranah penilaian yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor yang ditandai dengan peningkatan hasil belajar, sikap

positif, dan keterampilan siswa dalam belajar. Rata-rata nilai kognitif 80,312

pada kelas eksperimen dan 70,844 pada kelas kontrol. Rata-rata nilai afektif

75,17 pada kelas eksperimen dan 71,04 pada kelas kontrol. Rata-rata nilai

psikomotor 74,50 pada kelas eksperimen dan 70,63 pada kelas kontrol.

2. Pembelajaran Quantum Teaching dilakukan berdasarkan tahapan

pembelajaran QT.

5.2 SaranBerdasarkan dari kesimpulan yang telah didapatkan pada penelitian, maka

penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut :

1. Penelitian ini masih terbatas pada materi Impuls dan Momentum saja, maka

diharapkan ada penelitian lanjutan untuk permasalahan dan materi yang lebih

kompleks dan ruang lingkup yang lebih luas agar dapat lebih dikembangkan.

83

Page 94: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

2. Selama melakukan pengamatan aktivitas siswa terkadang sulit dilakukan

karena jumlah observernya masih kurang dari yang diharapkan, oleh karena

itu dibutuhkan observer yang lebih banyak lagi agar setiap siswa dapat

terpantau secara baik dan mendapatkan penilaian yang maksimal.

3. Sebaiknya ada pengembangan dari penelitian ini, pengembangannya dapat

dilakukan pada penggunaan bahan ajar, pemanfaataan media dan sumber

belajar, perluasan cakupan tentang model Quantum Teaching itu sendiri, dan

lain sebagainya. Sehingga pada akhirnya dapat dijadikan pedoman dalam

menentukan model atau strategi yang tepat dalam pembelajaran dan

pengajaran Fisika khususnya.

84

Page 95: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

DAFTAR PUSTAKA

Alida, Nelfi.2007. Pengaruh Penerapan Perangkat Pembelajaran Sains Fisika Berbasis Kompetensi Menggunakan Model Quantum Learning Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas VIII SMP 12 Padang. Padang: UNP.

Arikunto,S. 2008. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Ariyanti, Desi. 2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Quantum Teaching and Learning Berbasis Student Worksheet Terhadap Pencapaian Kompetensi Belajar Fisika Siswa Kelas X SMAN 4 Padang. Padang: UNP.

BSNP.2007. Permendiknas nomor 41 tahun 2007. Jakarta: Dirjen Dikdasmen.

Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Mata Pelajaran IPA SMP & MTS Fisika SMA & MA. Jakarta: Dirjen Dikdamen.

Depdiknas. 2008. Panduan Pengembangan Bahan Ajar. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

De Porter, Bobi dkk. 2009. Quantum Learning (Abdurrahman, A. Terjemahan). Boston: Allyn dan Bacon.

De Porter, Bobi dkk. 2010. Quantum Teaching Orchestrating Student Success (ary Nilandari. Terjemahan). Boston: Allyn dan Bacon.

Dimiyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Bina Cipta.

Margono.2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Suatu Pendekatan Praktis. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Novelita, Wira.2006. Pengaruh Penerapan Tadur dalam Pembelajaran Quantum Teaching Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa Kelas XI SMA N 2 Payakumbuh. Padang : UNP.

Purwanto, N. 2001. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sagala, S. 2003. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Slameto.1999. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bina Aksara.

Sofa. 2008. Aspek Penilaian dalam KTSP. (http://massofowardpress.com). didownload tanggal 25 April 2011.

Sudjana. 2002. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

85

Page 96: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

Sudjana, N. 2002. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Surapranata,S. 2005. Analisis, Validitas, Reliabilitas, dan Interpretasi Hasil Tes Implementasi Kurikulum. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Suryabrata, S. 2006. Metodologi Penelitian. Jakarta: Gravindo Persada.

Surya, Y. 1997. Olimpiade Fisika. Jakarta: Primatika Cipta Ilmu.

Wospakrik, H. 1994. Dasar-Dasar Matematika Untuk Fisika. Bandung: ITB.

Yuliska, Rumi. 2007. Pengaruh Pembelajaran dengan Quantum Teaching

Menggunakan Prinsip Know it, Explain it, Get it (KEG) Terhadap Hasil

Belajar Fisika Siswa Kelas VI SMP 13 Padang. Padang: UNP.

86

Page 97: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

lampiran 1

Tabel Distribusi t

Nilai Persentil Untuk Distribusi T

υ t0,995 t0,99 t0,975 t0,95 t0,90 t0,80 t0,75 t0,70 t0,60 t0,55

1

2

3

4

63,66

9,92

5,84

4,60

31,82

6,96

4,54

3,75

12,71

4,30

3,18

2,78

6,31

2,92

2,35

2,13

3,08

1,89

1,64

1,53

1,376

1,961

0,978

0,941

1,000

0,816

0,765

0,741

0,727

0,617

0,584

0,569

0,325

0,289

0,277

0,271

0,158

0,142

0,137

0,134

5

6

7

8

9

4,03

3,71

3,50

3,36

3,25

3,36

2,14

3,00

2,90

2,82

2,57

2,45

2,36

2,31

2,26

2,02

1,94

1,90

1,86

1,83

1,48

1,44

1,42

1,40

1,38

0,920

0,906

0,896

0,889

0,883

0,727

0,718

0,711

0,706

0,703

0,559

0,553

0,549

0,546

0,543

0,267

0,265

0,263

0,262

0,261

0,132

0,131

0,130

0,130

0,129

10

11

12

13

14

3,17

3,11

3,06

3,01

2,98

2,76

2,72

2,68

2,65

2,62

2,23

2,20

2,18

2,16

2,14

1,81

1,80

1,78

1,77

1,76

1,37

1,36

1,36

1,35

1,34

0,879

0,876

0,873

0,870

0,868

0,700

0,697

0,695

0,694

0,692

0,542

0,540

0,539

0,538

0,537

0,260

0,260

0,259

0,259

0,258

0,129

0,129

0,128

0,128

0,128

87

Nilai Persentil

Untuk Distribusi t

υ = dk

Page 98: Tugas daftar isi, tabel, gambar otomatis

15

16

17

18

19

2,95

2,92

2,90

2,88

2,86

2,60

2,58

2,57

2,55

2,54

2,13

2,12

2,11

2,10

2,09

1,75

1,75

1,74

1,73

1,73

1,34

1,34

1,33

1,33

1,33

0,866

0,865

0,864

0,862

0,861

0,691

0,690

0,689

0,688

0,688

0,536

0,535

0,534

0,534

0,533

0,258

0,258

0,257

0,257

0,257

0,128

0,128

0,128

0,127

0,127

20

21

22

23

24

2,84

2,83

2,82

2,81

2,80

2,53

2,52

2,51

2,50

2,49

2,09

2,08

2,07

2,07

2,06

1,72

1,72

1,72

1,71

1,71

1,32

1,32

1,32

1,32

1,32

0,860

0,859

0,858

0,858

0,857

0,687

0,686

0,686

0,685

0,685

0,533

0,532

0,532

0,532

0,531

0,257

0,257

0,256

0,256

0,256

0,127

0,127

0,127

0,127

0,127

25

26

27

28

29

2,79

2,78

2,77

2,76

2,76

2,48

2,48

2,47

2,47

2,46

2,06

2,06

2,05

2,05

2,04

1,71

1,71

1,70

1,70

1,70

1,32

1,32

1,31

1,31

1,31

0,856

0,856

0,855

0,855

0,854

0,684

0,684

0,684

0,683

0,683

0,531

0,531

0,531

0,530

0,530

0,256

0,256

0,256

0,256

0,256

0,127

0,127

0,127

0,127

0,127

30

40

60

120

2,75

2,70

2,66

2,62

2,58

2,46

2,42

2,39

2,36

2,33

2,04

2,02

2,00

1,98

1,96

1,70

1,68

1,67

1,66

1,645

1,31

1,30

1,30

1,29

1,28

0,854

0,853

0,848

0,845

0,842

0,683

0,681

0,679

0,677

0,674

0,530

0,529

0,527

0,526

0,524

0,256

0,255

0,254

0,254

0,253

0,127

0,126

0,126

0,126

0,126

Sumber: Statistical Tables for Biological, Agricultural and Medical Research, Fisher, R. A. dan Yates, F

Table III, Oliver & Boyd Ltd, Edinburgh.

88