Tugas Besar Manlog_Kelompok 2
-
Upload
marissajohanioktaviana -
Category
Documents
-
view
232 -
download
3
description
Transcript of Tugas Besar Manlog_Kelompok 2
DIKUMPULKAN PADA : 16 JUNI 2014
Kelompok 2:IGK Wiraputra44 11 100 001Ready Elmara44 11 100 018Rizki Abrianto44 11 100 026
Immanuel Marwan F.44 11 100 032Marissa Johani44 11 100 034
JURUSAN TRANSPORTASI LAUT FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA
2013
PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING
SURABAYA-JAKARTA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Short Sea
Shipping” yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Manajemen
dan Rekayasa Logistik”.
Pada kesempatan ini, kami juga menyampaikan terima kasih kami kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa
2. Bapak Ahmad Mustaqim selaku dosen Manajemen dan Rekayasa Logistik
3. Serta rekan – rekan Mahasiswa Jurusan Transportasi Laut yang membantu dalam
pengerjaan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah masih
memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Kami menerima semua kritik dan saran
yang membangun dari pembaca.
Surabaya, 16 Juni 2014
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR1
DAFTAR TABEL.............................................................................................................2
DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................3
BAB I.................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4
1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................5
1.3 TUJUAN..................................................................................................................5
1.4 BATASAN MASALAH.........................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6
2.1 Sea Short Shipping..................................................................................................6
2.1.1 Sejarah..............................................................................................................7
2.1.2 Moda Transportasi............................................................................................7
2.1.3 Konsep Pelayaran.............................................................................................8
2.1.4 Rute Pelayaran..................................................................................................9
2.2 Analisis Biaya........................................................................................................10
BAB III............................................................................................................................12
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN........................................................................12
3.1. Analisa..................................................................................................................12
3.1.1 Perhitungan.....................................................................................................13
3.2 Pembahasan...........................................................................................................15
BAB IV............................................................................................................................16
KESIMPULAN...............................................................................................................16
2
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Gambaran Rute Pelayaran.................................................................................10
Tabel 2. Biaya Eksplisit...................................................................................................14
Tabel 3.Biaya Inplisit......................................................................................................15
Tabel 4. Tabel Perbandingan Harga................................................................................15
3
DAFTAR GAMBARGambar 1. Model Konseptual (Lombardo, n.d.)...............................................................6
Gambar 2. Tongkang tanpa propeller................................................................................7
Gambar 3. Tongkang Gandeng / Tow Barge.....................................................................8
Gambar 4. Floating barge port...........................................................................................8
Gambar 5. Gambar Rute Pelayaran...................................................................................9
4
BAB I
PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPertumbuhan kendaraan bermotor , roda dua dan roda empat di Indonesia , mengalami
kenaikan tiap tahunnya sebesar 10-15% tiap tahun. Perbandingan antara jumlah orang
dengan jumlah kendaraan di Indonesia 1 : 4,6 (Arianto, 2011), Di Indonesia bagian
barat , khususnya Pulau sumatera dan Jawa menyumbang hampir 25% dari kenaikan
tersebut. Ditambah dengan tiap tahunnya jumlah barang atau muatan yang di
didistribusikan melalui jalan naik sebesar 5% - 10%.
Salah satu koridor jalan nasional yang cukup penting di Sumatera, yakni jalan lintas
timur (jalintim), dikembangkan sejak 1990 menghubungkan Bakauheni (Lampung)-
Palembang-Pekanbaru-Medan hingga Aceh. Dalam MP3EI pemerintah telah
menetapkan empat koridor utama dan tiga koridor pendukung. Keempat koridor utama
adalah Lampung-Palembang (358 km), Palembang-Pekanbaru (610 km), Pekanbaru-
Medan (548 km), dan Medan-Banda Aceh (460 km). Tiga koridor pendukung adalah
jalan Palembang-Bengkulu (303 km), Pekanbaru-Padang (242 km), dan Medan-Sibolga
(175 km). dari semua koridor itu , dilakukan perbaikan jalan dengan panjang total 2.723
kilometer. semua koridor jalan ini baru akan diperbaiki mulai. Data diatas sangat
berbanding terbaik dengan data kenaikan jumlah kendaraan bermotor , Ini
mengindikasikan Infrastruktur yang berupa jalan , antara kota maupun antara provinsi
berkembang lambat di Jalur Sumatera.
Lain lagi di Pulau jawa , infrastruktur jalan untuk angkutan barang seperti Jalur Pantura
(Pantai Utara Jawa) sudah tidak kuat lagi menahan beban kendaraan yang melintas.
jalur sepanjang 1.341 km tersebut menanggung beban sangat dengan lintas harian rata-
rata hingga 40.000 kendaraan dan sebagian di antaranya merupakan kendaraan besar.
(Sari, 2013)
Belum lagi Penyebrangan antara pulau jawa dan sumatera di Pelabuhan merak yang
dalam 1 tahunnya bisa terjadi 4 sampai 5 kali kemacetan yang disebabkan oleh
berhentinya beroperasi kapal roro atau cuaca buruk yang terjadi di selat sunda.
5
Karena hal inilah Distribusi logistik yang direncanakan dalam SISLOGNAS (Sistem
Logistik Nasional) sangat sulit tercapai , distribusi lewat darat sangat rentan akan terjadi
kelambatan distribusi yang bisa disebabkan bagi banyak hal, seperti yang sudah
disebutkan diatas seperti infrastruktur yang kurang , sulitnya perpindahan antar moda
dan kurang tersebarnya beban distribusi ke moda yang lain.
Jadi karena hal itu , diambil langkah bagaimana caranya membagi distribusi barang agar
tidak saja lewat darat , tetapi tidak memakan biaya yang mahal karena biasanya
distribusi logistik lewat darat bukan merupakan ditribusi skala besar. Maka Deputi
Menko Perekonomian bidang Industri dan Perdagangan , Edy Putra Irawadi ,
mencetuskan ide short sea shipping , untuk mengatasi masalah yang terjadi.
1.2 RUMUSAN MASALAHRumusan Masalah yang akan dibahas dalam tugas ini adalah :
1. Bagaimanakah Sea Short Shipping itu , dan seperti apa mekanisme dan
pelaksanaannya?
2. Pemilihan kapal seperti apa yang bisa digunakan untuk Short sea shipping?
3. Mehitung perbandingan cost antara ditribusi lewat darat dengan distribusi
menggunakan metodeSea Short Shipping
1.3 TUJUANTujuan dari tugas ini adalah :
1. Mengetahui konsep dari Sea Short Shipping dan penerapannya di Indonesia.
2. Dapat mengetahui besarnya cost dan perbandingan dari distribusi konvensional
jarak pendek lewat darat dan lewat laut.
1.4 BATASAN MASALAH1. Dalam tugas yang membahas tentang pengiriman barang dengan short sea
shipping ini, jumlah barang yang digunakan dalam perhitungan hanya sebesar 25
ton atau 1 box container (TEUs) saja.
2. Jarak yang digunakan untuk pengiriman barang adalah mengambil rute
Surabaya-Jakarta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sea Short ShippingPengertian dari Sea Short Shipping adalah “commercial waterborne transportation that
does not transit an ocean. It is an alternative form of commercial transportation that
utilizes inland and coastal waterways to move commercial freight from major domestic
ports to its destination.”
(Lombardo, n.d.)
Atau secara harafiah bisa diartikan angkutan kapal komersil yang tidak berlayar dilaut ,
dan memanfaatkan aliran sungai atau perairan di pesisir pantai , untuk distribusi
logistiknya dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain dalam satu wilayah kepulauan
Dari short sea shipping ini , beberapa masalah logistik dan transportasi di Indonesia ,
seperti beban transportasi di Pantura dan jalan – jalan di Sumatera bisa dialihkan.
Sehingga biaya distribusi logistik dari suatu daerah ke daerah lain menjadi lebih
ekonomis. Di sektor pelabuhan manfaat dari Sea Short Shipping dapat memecah
kepadatan dan stagnasi arus bongkar – muat kapal di pelabuhan utama.
Berikut ini Model konseptual dari Short sea shipping :
7
Gambar 1. Model Konseptual (Lombardo, n.d.)
2.1.1 SejarahSea Short Shipping dulunya popular di Eropa Utara dan Amerika. Kenapa sangat
popular karena disana masalah beban transportasi yang terjadi , sangat kompleks.
Dengan meningkatnya industri Eropa bagian utara dan Amerika menyebabkan distribusi
barang ke berbagai daerah melalui jalan darat merupakan prioritas, tetapi perkembangan
jalan yang terjadi sangat lambat. Maka dari itu Amerika melakukan inovasi dengan
melakukan Sea Short Shipping. Amerika mengajukan Konsep pengembangan Short sea
shipping kepada Kongres pada tahun 2005 , lalu pada forum APEC konsep short sea
shipping ini dilakukan studi , Indonesia dengan kondisi geografis yang merupakan
negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang. Serta kondisi infrastruktur
Jalan dan Pelabuhan yang belum memadai maka sistem transportasi dengan pendekatan
sea short shipping menjadi suatu cara pemecahan bagi masalah transportasi logistik di
Indonesia(wikipedia.com, 2013).
2.1.2 Moda Transportasi1. Barges / Tongkang ( dengan atau tanpa propeller)
adalah jenis perahu dengan lambung / dasar datar (flat-bottomed), dibangun
untuk Sungai dan kanal guna pengangkutan barang. Beberapa tongkang yang
8
tidak dapat bergerak sendiri (non–self–propelled) dan harus ditarik dengan kapal
tunda atau didorong oleh towboats.
Gambar 2. Tongkang tanpa propeller
2.
9
3. Tow / Gandengan
Kapal sejenis tug boats yang digunakan untuk menggandeng , beberapa barge
sekaligus untuk memuat banyak Kontainer.
Gambar 3. Tongkang Gandeng / Tow Barge
4. Dermaga Tongkang
a. Dengan fasilitas crane untuk pelayanan Lift On – Lift Off (Lo – Lo)
b. Tanpa fasilitas crane untuk pelayanan Roll On – Roll Off (Ro – Ro)
Gambar 4. Floating barge port
2.1.3 Konsep PelayaranKonsep pelayarannya adalah dengan memanfaatkan multi moda gabungan antara moda
jalan raya, kereta api dan laut. Dengan pendekatan maksimum pada angkutan laut.
Karena moda transportasi laut yang digunakan adalah jenis barge maka dapat dilakukan
metode Drop dan Swap , yaitu metode taruh dan pergi ini berdasarkan ratio port time
dan sea time di pelabuhan – pelabuhan yang disinggahi masih tinggi (Kurniawan &
Nugroho, 2011). Selain itu alasan lainnya karena jumlah pelabuhan yang disinggahi
10
tidak hanya 1 pelabuhan melainkan bisa 2 atau lebih. Keuntungan lain penggunaan
barge lainnya adalah dapat menghemat kru, karena di Barge jumlah kru bisa
diminimalisir dan pengerjaan hal – hal yang membutuhkan kru dapat dikomputerisasi
dan otomatisasi. Prioritas angkutan utama peti kemas adalah truk trailer namun masih
dalam tahap studi untuk diangkut menggunakan sistem short sea shipping. Selanjutnya
moda penunjang seperti jalan raya dan jalur kereta api menuju pelabuhan dibentuk
berpola radial tujuannya agar terjadi pemerataan muatan yang akan diangkut dan
dikirim. Terakhir , rute pelayaran yang diambil adalah mengoptimasi sungai , kanal atau
pelayaran pantai.
2.1.4 Rute Pelayaran
Gambar 5. Gambar Rute Pelayaran
11
Kemungkinan Rute yang dapat dilalui
Pulau Jawa Pulau Sumatera Lintas Pulau
Tj. Perak – Tj. Emas Panjang – Teluk Bayur Tj.Perak – Panjang
Tj. Perak – Tj. Priuk Teluk Bayur - Sibolga Tj.Perak – Palembang
Tj.Emas – Tj. Priuk Palembang - Pekanbaru
Tj. Priuk – Tj. Intan Pekanbaru – Tanjung Balai
Tj. Intan – Tj. Wangi
Tj. Wangi – Tj. Perak
Tabel 1. Gambaran Rute Pelayaran
Rute ini bukan rute tunggal , yang hanya transit di satu pelabuhan , tetapi bisa juga
mengambil beberapa rute agar efektif seperti contoh misalnya mengambil rute keliling
pulau jawa.
2.2 Analisis BiayaDalam analisis biaya , terdapat dua faktor biaya yang digunakan untuk menganalisis ,
yaitu pertama adalah faktor biaya inplisit dan faktor biaya explisit , biaya inplisit adalah
biaya – biaya yang tidak langsung dikenakan pada produsen dan konsumen , biaya itu
diantaranya :
1. Biaya kemacetan
Biaya Kemacetan dimodelkan dengan rumus yang dikembangkan oleh Tzedakis
(1980) :
C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T
N = Jumlah Kendaraan
G = Operasional Kendaraan
A = Kecepatan Eksisting
B = Kecepatan Ideal
V’ = Nilai waktu perjalanan
T = Jumlah Antrian
12
2. Biaya Kecelakaan
Biaya kecelekaan dimodelkan dengan rumus yang dikembangkan oleh Litbang
PU(Kumalasari, Soemarno, & Wicaksono, 2011) :
BBKE (Tn )=∑j=1
k
( JKEi x BSKEi (Tn ) )
JKEi = Jumlah kecelakaan lalu lintas untuk setiap kelas kecelakaan (kecelakaan
/ tahun)
BSKEi = Biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk setiap kelas
kecelakaan
i = Kelas kecelakaan
Biaya eksplisit adalah biaya yang langsung dibebankan kepada konsumen dan menjadi
pembahasan dalam tugas ini.
13
BAB III
ANALISA DATA dan PEMBAHASAN3.1. AnalisaStudi kasus yang diambil adalah pengiriman barang dari Surabaya ke Jakarta , melewati
jalan darat dengan truk dan kereta api lalu melalui laut dengan pendekatan Sea Short
Shipping, Biaya yang dihitung adalah biaya ekplisit seperti :
1. Biaya Stuffing
Biaya Stuffing adalah biaya pengemasan dan penataan barang di kontainer ,
untuk besaran biayanya asumsikan sama di tiap moda transportasi jalur darat
sebesar 1.3 juta / boks dan moda transportasi jalur laut sebesar 2 juta / boks
(bisnis-kepri.com, 2012)
2. Biaya Trucking
Biaya Trucking adalah biaya pemindahan kontainer ke moda transportasi, misal
kapal ro- ro atau barge, besarnya biaya diasumsikan 500 ribu
3. Biaya Container Handling
Biaya container handling sebesar $95 atau setara dengan 950 ribu/boks (bisnis-
kepri.com, 2012)
4. Biaya Operasional
Dihitung dari biaya bahan bakar dan biaya selama perjalanan , yang nanti
disesuaikan dengan kondisi moda transportasi.
Biaya inplisit adalah biaya tidak langsung yang dibebankan pada produsen dan
konsumen , yang terdiri dari biaya kemacetan , kecelakaan serta perawatan sarana.
Biaya kemacetan dihitung dari rumus
C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T
14
N merupakan jumlah kendaraan yang melewati pantura , sebanyak 40.000 kendaraan
(Suhendra, 2012), Kecepatan rata – rata (eksisting) truk di pantura diasumsikan 40 km /
jam . kecepatan ideal di pantura adalah 80 km / jam Operasional Kendaraan sebesar
3.111,081 dalam kecepatan 40 km / jam itu. Nilai waktu perjalan truk di pantura sebesar
332.337 (Kumalasari, Soemarno, & Wicaksono, 2011) Sedangkan biaya kecelakaan
dihitung dengan :
BBKE (Tn )=∑j=1
k
( JKEi x BSKEi (Tn ) )
Jumlah kecelakaan di jalur pantura selama 1 tahun sebesar 4259 kecelakaan(jpnn.com,
2011) , dengan prosentase kecelakaan truk sebesar 20 – 25 % , yang dimana 80 %
adalah kecelakaan ringan dan sisanya kecelakaan berat , berdasarkan kategori
kecelakaan, untuk korban luka berat sebesar Rp.1.000.000,-. Sedangkan untuk korban
luka ringan sebesar Rp.500.000.-.
3.1.1 Perhitungan1. Asumsi
Asumsi – asumsi yang digunakan di perhitungan ini yaitu :
- Estimasi kecepatan dari truk pantura sebesar 40 km / jam
- Prosentase kecelakaan truk sebesar 20 %
- Prosentase kecelakaan berat dan kecelakaan ringan , 80 % dan 20 %
- Besarnya ganti rugi , untuk korban luka berat sebesar Rp.1.000.000,-.
Sedangkan untuk korban luka ringan sebesar Rp.500.000.-.
- Harga bahan bakar Rp. 4.500,-
- Jarak dari Surabaya – Jakarta 800 km
- Biaya operasional tiap moda :
o Truk : Rp. 6.000.000 ,-
o Kapal Ro\Ro : Rp. 1.500.000 ,-
o Barge Kontainer : Rp. 1.000.000 ,-
15
2. Perhitungan
- Biaya Kemacetan :
C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T
C=40.000∗[3.111,081∗40+(1− 4080 )332.337]1
C=Rp .1.326 .994
- Biaya Kecelakaan :
BBKE (Tn )=∑j=1
k
( JKEi x BSKEi (Tn ) )
BBKE (Tn )=Rp .145.856
Biaya Eksplisit :
Biaya TrukShort sea shipping
Rp Ro\Ro Barge
Stuffing Rp 1.300.000 2.000.000 2.000.000
Trucking Rp - 500.000 500.000
Container
HandlingRp - 950.000 950.000
Operasional Rp 6.000.000 1.500.000 1.000.000
TOTAL
BIAYARp 7.300.000 4.950.000 4.550.000
Biaya / satuan
muatan
Rp.
/Ton292.000 198.000 182.000
Biaya / satuan
jarak
Rp.
/Ton.k
m
340 250 230
Tabel 2. Biaya Eksplisit
16
Biaya TrukShort sea shipping
Rp Ro\Ro Barge
Biaya
KemacetanRp 1.326.994 - -
Biaya
KecelakaanRp 145.856 - -
TOTAL
BIAYARp 1.472.850 - -
Biaya / Satuan
muatan
Rp /
Ton58.900 -
Biaya / Satuan
Jarak
Rp /
Ton.Km74 - -
Tabel 3.Biaya Inplisit
3.2 PembahasanDari data diatas didapat biaya per satuan muatan total moda transportasi darat dengan
menggunakan Truk adalah , Rp. 350.900 / Ton , sedangkan dengan menggunakan
Transportasi laut biaya per satuan muatan sebesar Rp.198.000 / Ton dan 182.000 / Ton ,
dilihat dari Biaya per satuan jarak , dengan menggunakan truk dikenakan Rp. 414 /
Ton.Km sedangkan dengan menggunakan moda transportasi laut dikenakan Rp. 250 /
Ton.Km dan 230 / Ton.Km. lebih jelas bisa dilihat pada tabel di bawah ini
TrukShort sea shipping
Ro \ Ro Barge
Biaya / Satuan
muatan
Rp. 350.900 / Ton Rp.198.000 / Ton Rp.182.000 / Ton
Biaya / Satuan Jarak Rp. 414 / Ton.Km Rp. 250 / Ton.Km Rp. 230 / Ton.Km
Tabel 4. Tabel Perbandingan Harga
17
BAB IV
KESIMPULAN
Dari analisa data diatas dapat diambil kesimpulan cost dari short sea shipping
menjadi lebih murah dikarenakan beberapa hal. Pertama adalah tidak adanya biaya
kemacetan dan kecelakaan. Biaya – biaya ini ada karena di darat infrastruktur yang
dibutuhkan moda transportasi belum memadai, dan tidak meratanya beban kendaraan di
tiap infrastrukturnya. Alasan kedua kenapa sea short shipping menjadi lebih murah
adalah waktu handling di pelabuhan menjadi lebih cepat karena metode Drop and Swap
yang dimanfaatkan. Barge container menjadi moda transportasi yang lebih murah
karena kru dari barge container bisa dipress dibandingan dengan kru dari kapal Ro/Ro.
18
DAFTAR PUSTAKA
Arianto, A. (2011, Agustus 19). Kendaraan Bermotor di Indonesia Terbanyak di
ASEAN. Retrieved from tempo.co:
http://www.tempo.co/read/news/2011/08/19/124352572/Kendaraan-Bermotor-
di-Indonesia-Terbanyak-di-ASEAN
bisnis-kepri.com. (2012, Desember 27). BIAYA LOGISTIK MAHAL: Operator Diminta
Tata Ulang Tarif Antarpulau. Retrieved from bisnis-kepri.com:
http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2012/12/biaya-logistik-mahal-operator-
diminta-tata-ulang-tarif-antarpulau/
jpnn.com. (2011, September 6). Jalur Pantura Terbanyak Kecelakaan. Retrieved from
Jppn.com: http://www.jpnn.com/read/2011/09/06/102117/Jalur-Pantura-
Terbanyak-Kecelakaan-
Kumalasari, D., Soemarno, & Wicaksono, A. (2011). PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP TARIKAN PERGERAKAN, BIAYA KEMACETAN DAN BIAYA KECELAKAAN. Jurnal Rekaya sipil / Volume 5, 168 - 179.
Kurniawan, I. A., & Nugroho, S. (2011). Analisa Potensi Penggunaan Intergrated Tug
Barge untuk Short sea shipping studi kasus : Pantura. Journal Teknik ITS Vol. 1,
25-26.
Lombardo, G. A. (n.d.). Short sea shipping: Practices, Opportunities and Challenges.
Retrieved from TransportGgistics:
http://www.insourceaudit.com/Whitepapers/Short_Sea_Shipping.asp
Piri, E. (2013, mei 13). Menakar Kebutuhan Infrastruktur Jalan Tol Sumatera.
Retrieved from shnews.co: http://www.shnews.co/detile-19288-menakar-
kebutuhan-infrastruktur-jalan-tol-sumatera.html
Sari, D. N. (2013, April 24). PANTURA: Beban Kian Berat, Angkutan Logistik
Diredistribusi. Retrieved from bisnis.com: http://www.bisnis.com/pantura-
beban-kian-berat-angkutan-logistik-diredistribusi
19
Suhendra. (2012, Juli 24). Menteri PU: Jalur Pantura Jawa Terpadat di Dunia.
Retrieved from Detik Finance:
http://finance.detik.com/read/2012/07/24/121359/1973275/4/menteri-pu-jalur-
pantura-jawa-terpadat-di-dunia
wikipedia.com. (2013, mei 12). Short sea shipping. Retrieved from wikipedia.com:
http://en.wikipedia.org/wiki/Short_sea_shipping
20