Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

27
DIKUMPULKAN PADA : 16 JUNI 2014 Kelompok 2: IGK Wiraputra44 11 100 001 Ready Elmara44 11 100 018 Rizki Abrianto44 11 100 026 Immanuel Marwan F.44 11 100 032 Marissa Johani44 11 100 034 JURUSAN TRANSPORTASI LAUT FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA 2013 PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING SURABAYA-JAKARTA

description

Manajemen Logistik

Transcript of Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Page 1: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

DIKUMPULKAN PADA : 16 JUNI 2014

Kelompok 2:IGK Wiraputra44 11 100 001Ready Elmara44 11 100 018Rizki Abrianto44 11 100 026

Immanuel Marwan F.44 11 100 032Marissa Johani44 11 100 034

JURUSAN TRANSPORTASI LAUT FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN

INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBERSURABAYA

2013

PENERAPAN SHORT SEA SHIPPING

SURABAYA-JAKARTA

Page 2: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat

rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Penerapan Short Sea

Shipping” yang ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah “Manajemen

dan Rekayasa Logistik”.

Pada kesempatan ini, kami juga menyampaikan terima kasih kami kepada :

1. Tuhan Yang Maha Esa

2. Bapak Ahmad Mustaqim selaku dosen Manajemen dan Rekayasa Logistik

3. Serta rekan – rekan Mahasiswa Jurusan Transportasi Laut yang membantu dalam

pengerjaan makalah ini.

Dalam penyusunan makalah ini, kami sebagai penyusun makalah masih

memiliki banyak kesalahan dan kekurangan. Kami menerima semua kritik dan saran

yang membangun dari pembaca.

Surabaya, 16 Juni 2014

Penulis

1

Page 3: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR1

DAFTAR TABEL.............................................................................................................2

DAFTAR GAMBAR.........................................................................................................3

BAB I.................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.............................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4

1.2 RUMUSAN MASALAH........................................................................................5

1.3 TUJUAN..................................................................................................................5

1.4 BATASAN MASALAH.........................................................................................5

BAB II...............................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA....................................................................................................6

2.1 Sea Short Shipping..................................................................................................6

2.1.1 Sejarah..............................................................................................................7

2.1.2 Moda Transportasi............................................................................................7

2.1.3 Konsep Pelayaran.............................................................................................8

2.1.4 Rute Pelayaran..................................................................................................9

2.2 Analisis Biaya........................................................................................................10

BAB III............................................................................................................................12

ANALISA DATA dan PEMBAHASAN........................................................................12

3.1. Analisa..................................................................................................................12

3.1.1 Perhitungan.....................................................................................................13

3.2 Pembahasan...........................................................................................................15

BAB IV............................................................................................................................16

KESIMPULAN...............................................................................................................16

2

Page 4: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................17

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Gambaran Rute Pelayaran.................................................................................10

Tabel 2. Biaya Eksplisit...................................................................................................14

Tabel 3.Biaya Inplisit......................................................................................................15

Tabel 4. Tabel Perbandingan Harga................................................................................15

3

Page 5: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

DAFTAR GAMBARGambar 1. Model Konseptual (Lombardo, n.d.)...............................................................6

Gambar 2. Tongkang tanpa propeller................................................................................7

Gambar 3. Tongkang Gandeng / Tow Barge.....................................................................8

Gambar 4. Floating barge port...........................................................................................8

Gambar 5. Gambar Rute Pelayaran...................................................................................9

4

Page 6: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

BAB I

PENDAHULUAN1.1 Latar BelakangPertumbuhan kendaraan bermotor , roda dua dan roda empat di Indonesia , mengalami

kenaikan tiap tahunnya sebesar 10-15% tiap tahun. Perbandingan antara jumlah orang

dengan jumlah kendaraan di Indonesia 1 : 4,6 (Arianto, 2011), Di Indonesia bagian

barat , khususnya Pulau sumatera dan Jawa menyumbang hampir 25% dari kenaikan

tersebut. Ditambah dengan tiap tahunnya jumlah barang atau muatan yang di

didistribusikan melalui jalan naik sebesar 5% - 10%.

Salah satu koridor jalan nasional yang cukup penting di Sumatera, yakni jalan lintas

timur (jalintim), dikembangkan sejak 1990 menghubungkan Bakauheni (Lampung)-

Palembang-Pekanbaru-Medan hingga Aceh. Dalam MP3EI pemerintah telah

menetapkan empat koridor utama dan tiga koridor pendukung. Keempat koridor utama

adalah Lampung-Palembang (358 km), Palembang-Pekanbaru (610 km), Pekanbaru-

Medan (548 km), dan Medan-Banda Aceh (460 km). Tiga koridor pendukung adalah

jalan Palembang-Bengkulu (303 km), Pekanbaru-Padang (242 km), dan Medan-Sibolga

(175 km). dari semua koridor itu , dilakukan perbaikan jalan dengan panjang total 2.723

kilometer. semua koridor jalan ini baru akan diperbaiki mulai. Data diatas sangat

berbanding terbaik dengan data kenaikan jumlah kendaraan bermotor , Ini

mengindikasikan Infrastruktur yang berupa jalan , antara kota maupun antara provinsi

berkembang lambat di Jalur Sumatera.

Lain lagi di Pulau jawa , infrastruktur jalan untuk angkutan barang seperti Jalur Pantura

(Pantai Utara Jawa) sudah tidak kuat lagi menahan beban kendaraan yang melintas.

jalur sepanjang 1.341 km tersebut menanggung beban sangat dengan lintas harian rata-

rata hingga 40.000 kendaraan dan sebagian di antaranya merupakan kendaraan besar.

(Sari, 2013)

Belum lagi Penyebrangan antara pulau jawa dan sumatera di Pelabuhan merak yang

dalam 1 tahunnya bisa terjadi 4 sampai 5 kali kemacetan yang disebabkan oleh

berhentinya beroperasi kapal roro atau cuaca buruk yang terjadi di selat sunda.

5

Page 7: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Karena hal inilah Distribusi logistik yang direncanakan dalam SISLOGNAS (Sistem

Logistik Nasional) sangat sulit tercapai , distribusi lewat darat sangat rentan akan terjadi

kelambatan distribusi yang bisa disebabkan bagi banyak hal, seperti yang sudah

disebutkan diatas seperti infrastruktur yang kurang , sulitnya perpindahan antar moda

dan kurang tersebarnya beban distribusi ke moda yang lain.

Jadi karena hal itu , diambil langkah bagaimana caranya membagi distribusi barang agar

tidak saja lewat darat , tetapi tidak memakan biaya yang mahal karena biasanya

distribusi logistik lewat darat bukan merupakan ditribusi skala besar. Maka Deputi

Menko Perekonomian bidang Industri dan Perdagangan , Edy Putra Irawadi ,

mencetuskan ide short sea shipping , untuk mengatasi masalah yang terjadi.

1.2 RUMUSAN MASALAHRumusan Masalah yang akan dibahas dalam tugas ini adalah :

1. Bagaimanakah Sea Short Shipping itu , dan seperti apa mekanisme dan

pelaksanaannya?

2. Pemilihan kapal seperti apa yang bisa digunakan untuk Short sea shipping?

3. Mehitung perbandingan cost antara ditribusi lewat darat dengan distribusi

menggunakan metodeSea Short Shipping

1.3 TUJUANTujuan dari tugas ini adalah :

1. Mengetahui konsep dari Sea Short Shipping dan penerapannya di Indonesia.

2. Dapat mengetahui besarnya cost dan perbandingan dari distribusi konvensional

jarak pendek lewat darat dan lewat laut.

1.4 BATASAN MASALAH1. Dalam tugas yang membahas tentang pengiriman barang dengan short sea

shipping ini, jumlah barang yang digunakan dalam perhitungan hanya sebesar 25

ton atau 1 box container (TEUs) saja.

2. Jarak yang digunakan untuk pengiriman barang adalah mengambil rute

Surabaya-Jakarta.

6

Page 8: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Sea Short ShippingPengertian dari Sea Short Shipping adalah “commercial waterborne transportation that

does not transit an ocean. It is an alternative form of commercial transportation that

utilizes inland and coastal waterways to move commercial freight from major domestic

ports to its destination.”

(Lombardo, n.d.)

Atau secara harafiah bisa diartikan angkutan kapal komersil yang tidak berlayar dilaut ,

dan memanfaatkan aliran sungai atau perairan di pesisir pantai , untuk distribusi

logistiknya dari suatu pelabuhan ke pelabuhan lain dalam satu wilayah kepulauan

Dari short sea shipping ini , beberapa masalah logistik dan transportasi di Indonesia ,

seperti beban transportasi di Pantura dan jalan – jalan di Sumatera bisa dialihkan.

Sehingga biaya distribusi logistik dari suatu daerah ke daerah lain menjadi lebih

ekonomis. Di sektor pelabuhan manfaat dari Sea Short Shipping dapat memecah

kepadatan dan stagnasi arus bongkar – muat kapal di pelabuhan utama.

Berikut ini Model konseptual dari Short sea shipping :

7

Page 9: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Gambar 1. Model Konseptual (Lombardo, n.d.)

2.1.1 SejarahSea Short Shipping dulunya popular di Eropa Utara dan Amerika. Kenapa sangat

popular karena disana masalah beban transportasi yang terjadi , sangat kompleks.

Dengan meningkatnya industri Eropa bagian utara dan Amerika menyebabkan distribusi

barang ke berbagai daerah melalui jalan darat merupakan prioritas, tetapi perkembangan

jalan yang terjadi sangat lambat. Maka dari itu Amerika melakukan inovasi dengan

melakukan Sea Short Shipping. Amerika mengajukan Konsep pengembangan Short sea

shipping kepada Kongres pada tahun 2005 , lalu pada forum APEC konsep short sea

shipping ini dilakukan studi , Indonesia dengan kondisi geografis yang merupakan

negara kepulauan dan memiliki garis pantai yang panjang. Serta kondisi infrastruktur

Jalan dan Pelabuhan yang belum memadai maka sistem transportasi dengan pendekatan

sea short shipping menjadi suatu cara pemecahan bagi masalah transportasi logistik di

Indonesia(wikipedia.com, 2013).

2.1.2 Moda Transportasi1. Barges / Tongkang ( dengan atau tanpa propeller)

adalah  jenis perahu dengan lambung / dasar datar (flat-bottomed), dibangun

untuk Sungai dan kanal guna pengangkutan barang. Beberapa tongkang yang

8

Page 11: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

3. Tow / Gandengan

Kapal sejenis tug boats yang digunakan untuk menggandeng , beberapa barge

sekaligus untuk memuat banyak Kontainer.

Gambar 3. Tongkang Gandeng / Tow Barge

4. Dermaga Tongkang

a.  Dengan fasilitas crane untuk pelayanan Lift On – Lift Off (Lo – Lo)

b. Tanpa fasilitas crane untuk pelayanan Roll On – Roll Off (Ro – Ro)

Gambar 4. Floating barge port

2.1.3 Konsep PelayaranKonsep pelayarannya adalah dengan memanfaatkan multi moda gabungan antara moda

jalan raya, kereta api dan laut. Dengan pendekatan maksimum pada angkutan laut.

Karena moda transportasi laut yang digunakan adalah jenis barge maka dapat dilakukan

metode Drop dan Swap , yaitu metode taruh dan pergi ini berdasarkan ratio port time

dan sea time di pelabuhan – pelabuhan yang disinggahi masih tinggi (Kurniawan &

Nugroho, 2011). Selain itu alasan lainnya karena jumlah pelabuhan yang disinggahi

10

Page 12: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

tidak hanya 1 pelabuhan melainkan bisa 2 atau lebih. Keuntungan lain penggunaan

barge lainnya adalah dapat menghemat kru, karena di Barge jumlah kru bisa

diminimalisir dan pengerjaan hal – hal yang membutuhkan kru dapat dikomputerisasi

dan otomatisasi. Prioritas angkutan utama peti kemas adalah truk trailer namun masih

dalam tahap studi untuk diangkut menggunakan sistem short sea shipping. Selanjutnya

moda penunjang seperti jalan raya dan jalur kereta api menuju pelabuhan dibentuk

berpola radial tujuannya agar terjadi pemerataan muatan yang akan diangkut dan

dikirim. Terakhir , rute pelayaran yang diambil adalah mengoptimasi sungai , kanal atau

pelayaran pantai.

2.1.4 Rute Pelayaran

Gambar 5. Gambar Rute Pelayaran

11

Page 13: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Kemungkinan Rute yang dapat dilalui

Pulau Jawa Pulau Sumatera Lintas Pulau

Tj. Perak – Tj. Emas Panjang – Teluk Bayur Tj.Perak – Panjang

Tj. Perak – Tj. Priuk Teluk Bayur - Sibolga Tj.Perak – Palembang

Tj.Emas – Tj. Priuk Palembang - Pekanbaru

Tj. Priuk – Tj. Intan Pekanbaru – Tanjung Balai

Tj. Intan – Tj. Wangi

Tj. Wangi – Tj. Perak

Tabel 1. Gambaran Rute Pelayaran

Rute ini bukan rute tunggal , yang hanya transit di satu pelabuhan , tetapi bisa juga

mengambil beberapa rute agar efektif seperti contoh misalnya mengambil rute keliling

pulau jawa.

2.2 Analisis BiayaDalam analisis biaya , terdapat dua faktor biaya yang digunakan untuk menganalisis ,

yaitu pertama adalah faktor biaya inplisit dan faktor biaya explisit , biaya inplisit adalah

biaya – biaya yang tidak langsung dikenakan pada produsen dan konsumen , biaya itu

diantaranya :

1. Biaya kemacetan

Biaya Kemacetan dimodelkan dengan rumus yang dikembangkan oleh Tzedakis

(1980) :

C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T

N = Jumlah Kendaraan

G = Operasional Kendaraan

A = Kecepatan Eksisting

B = Kecepatan Ideal

V’ = Nilai waktu perjalanan

T = Jumlah Antrian

12

Page 14: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

2. Biaya Kecelakaan

Biaya kecelekaan dimodelkan dengan rumus yang dikembangkan oleh Litbang

PU(Kumalasari, Soemarno, & Wicaksono, 2011) :

BBKE (Tn )=∑j=1

k

( JKEi x BSKEi (Tn ) )

JKEi = Jumlah kecelakaan lalu lintas untuk setiap kelas kecelakaan (kecelakaan

/ tahun)

BSKEi = Biaya satuan kecelakaan lalu lintas pada tahun n untuk setiap kelas

kecelakaan

i = Kelas kecelakaan

Biaya eksplisit adalah biaya yang langsung dibebankan kepada konsumen dan menjadi

pembahasan dalam tugas ini.

13

Page 15: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

BAB III

ANALISA DATA dan PEMBAHASAN3.1. AnalisaStudi kasus yang diambil adalah pengiriman barang dari Surabaya ke Jakarta , melewati

jalan darat dengan truk dan kereta api lalu melalui laut dengan pendekatan Sea Short

Shipping, Biaya yang dihitung adalah biaya ekplisit seperti :

1. Biaya Stuffing

Biaya Stuffing adalah biaya pengemasan dan penataan barang di kontainer ,

untuk besaran biayanya asumsikan sama di tiap moda transportasi jalur darat

sebesar 1.3 juta / boks dan moda transportasi jalur laut sebesar 2 juta / boks

(bisnis-kepri.com, 2012)

2. Biaya Trucking

Biaya Trucking adalah biaya pemindahan kontainer ke moda transportasi, misal

kapal ro- ro atau barge, besarnya biaya diasumsikan 500 ribu

3. Biaya Container Handling

Biaya container handling sebesar $95 atau setara dengan 950 ribu/boks (bisnis-

kepri.com, 2012)

4. Biaya Operasional

Dihitung dari biaya bahan bakar dan biaya selama perjalanan , yang nanti

disesuaikan dengan kondisi moda transportasi.

Biaya inplisit adalah biaya tidak langsung yang dibebankan pada produsen dan

konsumen , yang terdiri dari biaya kemacetan , kecelakaan serta perawatan sarana.

Biaya kemacetan dihitung dari rumus

C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T

14

Page 16: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

N merupakan jumlah kendaraan yang melewati pantura , sebanyak 40.000 kendaraan

(Suhendra, 2012), Kecepatan rata – rata (eksisting) truk di pantura diasumsikan 40 km /

jam . kecepatan ideal di pantura adalah 80 km / jam Operasional Kendaraan sebesar

3.111,081 dalam kecepatan 40 km / jam itu. Nilai waktu perjalan truk di pantura sebesar

332.337 (Kumalasari, Soemarno, & Wicaksono, 2011) Sedangkan biaya kecelakaan

dihitung dengan :

BBKE (Tn )=∑j=1

k

( JKEi x BSKEi (Tn ) )

Jumlah kecelakaan di jalur pantura selama 1 tahun sebesar 4259 kecelakaan(jpnn.com,

2011) , dengan prosentase kecelakaan truk sebesar 20 – 25 % , yang dimana 80 %

adalah kecelakaan ringan dan sisanya kecelakaan berat , berdasarkan kategori

kecelakaan, untuk korban luka berat sebesar Rp.1.000.000,-. Sedangkan untuk korban

luka ringan sebesar Rp.500.000.-.

3.1.1 Perhitungan1. Asumsi

Asumsi – asumsi yang digunakan di perhitungan ini yaitu :

- Estimasi kecepatan dari truk pantura sebesar 40 km / jam

- Prosentase kecelakaan truk sebesar 20 %

- Prosentase kecelakaan berat dan kecelakaan ringan , 80 % dan 20 %

- Besarnya ganti rugi , untuk korban luka berat sebesar Rp.1.000.000,-.

Sedangkan untuk korban luka ringan sebesar Rp.500.000.-.

- Harga bahan bakar Rp. 4.500,-

- Jarak dari Surabaya – Jakarta 800 km

- Biaya operasional tiap moda :

o Truk : Rp. 6.000.000 ,-

o Kapal Ro\Ro : Rp. 1.500.000 ,-

o Barge Kontainer : Rp. 1.000.000 ,-

15

Page 17: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

2. Perhitungan

- Biaya Kemacetan :

C=N∗[GA+(1− AB )V ' ]T

C=40.000∗[3.111,081∗40+(1− 4080 )332.337]1

C=Rp .1.326 .994

- Biaya Kecelakaan :

BBKE (Tn )=∑j=1

k

( JKEi x BSKEi (Tn ) )

BBKE (Tn )=Rp .145.856

Biaya Eksplisit :

Biaya TrukShort sea shipping

Rp Ro\Ro Barge

Stuffing Rp 1.300.000 2.000.000 2.000.000

Trucking Rp - 500.000 500.000

Container

HandlingRp - 950.000 950.000

Operasional Rp 6.000.000 1.500.000 1.000.000

TOTAL

BIAYARp 7.300.000 4.950.000 4.550.000

Biaya / satuan

muatan

Rp.

/Ton292.000 198.000 182.000

Biaya / satuan

jarak

Rp.

/Ton.k

m

340 250 230

Tabel 2. Biaya Eksplisit

16

Page 18: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Biaya TrukShort sea shipping

Rp Ro\Ro Barge

Biaya

KemacetanRp 1.326.994 - -

Biaya

KecelakaanRp 145.856 - -

TOTAL

BIAYARp 1.472.850 - -

Biaya / Satuan

muatan

Rp /

Ton58.900 -

Biaya / Satuan

Jarak

Rp /

Ton.Km74 - -

Tabel 3.Biaya Inplisit

3.2 PembahasanDari data diatas didapat biaya per satuan muatan total moda transportasi darat dengan

menggunakan Truk adalah , Rp. 350.900 / Ton , sedangkan dengan menggunakan

Transportasi laut biaya per satuan muatan sebesar Rp.198.000 / Ton dan 182.000 / Ton ,

dilihat dari Biaya per satuan jarak , dengan menggunakan truk dikenakan Rp. 414 /

Ton.Km sedangkan dengan menggunakan moda transportasi laut dikenakan Rp. 250 /

Ton.Km dan 230 / Ton.Km. lebih jelas bisa dilihat pada tabel di bawah ini

TrukShort sea shipping

Ro \ Ro Barge

Biaya / Satuan

muatan

Rp. 350.900 / Ton Rp.198.000 / Ton Rp.182.000 / Ton

Biaya / Satuan Jarak Rp. 414 / Ton.Km Rp. 250 / Ton.Km Rp. 230 / Ton.Km

Tabel 4. Tabel Perbandingan Harga

17

Page 19: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

BAB IV

KESIMPULAN

Dari analisa data diatas dapat diambil kesimpulan cost dari short sea shipping

menjadi lebih murah dikarenakan beberapa hal. Pertama adalah tidak adanya biaya

kemacetan dan kecelakaan. Biaya – biaya ini ada karena di darat infrastruktur yang

dibutuhkan moda transportasi belum memadai, dan tidak meratanya beban kendaraan di

tiap infrastrukturnya. Alasan kedua kenapa sea short shipping menjadi lebih murah

adalah waktu handling di pelabuhan menjadi lebih cepat karena metode Drop and Swap

yang dimanfaatkan. Barge container menjadi moda transportasi yang lebih murah

karena kru dari barge container bisa dipress dibandingan dengan kru dari kapal Ro/Ro.

18

Page 20: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

DAFTAR PUSTAKA

Arianto, A. (2011, Agustus 19). Kendaraan Bermotor di Indonesia Terbanyak di

ASEAN. Retrieved from tempo.co:

http://www.tempo.co/read/news/2011/08/19/124352572/Kendaraan-Bermotor-

di-Indonesia-Terbanyak-di-ASEAN

bisnis-kepri.com. (2012, Desember 27). BIAYA LOGISTIK MAHAL: Operator Diminta

Tata Ulang Tarif Antarpulau. Retrieved from bisnis-kepri.com:

http://www.bisnis-kepri.com/index.php/2012/12/biaya-logistik-mahal-operator-

diminta-tata-ulang-tarif-antarpulau/

jpnn.com. (2011, September 6). Jalur Pantura Terbanyak Kecelakaan. Retrieved from

Jppn.com: http://www.jpnn.com/read/2011/09/06/102117/Jalur-Pantura-

Terbanyak-Kecelakaan-

Kumalasari, D., Soemarno, & Wicaksono, A. (2011). PENGARUH GUNA LAHAN TERHADAP TARIKAN PERGERAKAN, BIAYA KEMACETAN DAN BIAYA KECELAKAAN. Jurnal Rekaya sipil / Volume 5, 168 - 179.

Kurniawan, I. A., & Nugroho, S. (2011). Analisa Potensi Penggunaan Intergrated Tug

Barge untuk Short sea shipping studi kasus : Pantura. Journal Teknik ITS Vol. 1,

25-26.

Lombardo, G. A. (n.d.). Short sea shipping: Practices, Opportunities and Challenges.

Retrieved from TransportGgistics:

http://www.insourceaudit.com/Whitepapers/Short_Sea_Shipping.asp

Piri, E. (2013, mei 13). Menakar Kebutuhan Infrastruktur Jalan Tol Sumatera.

Retrieved from shnews.co: http://www.shnews.co/detile-19288-menakar-

kebutuhan-infrastruktur-jalan-tol-sumatera.html

Sari, D. N. (2013, April 24). PANTURA: Beban Kian Berat, Angkutan Logistik

Diredistribusi. Retrieved from bisnis.com: http://www.bisnis.com/pantura-

beban-kian-berat-angkutan-logistik-diredistribusi

19

Page 21: Tugas Besar Manlog_Kelompok 2

Suhendra. (2012, Juli 24). Menteri PU: Jalur Pantura Jawa Terpadat di Dunia.

Retrieved from Detik Finance:

http://finance.detik.com/read/2012/07/24/121359/1973275/4/menteri-pu-jalur-

pantura-jawa-terpadat-di-dunia

wikipedia.com. (2013, mei 12). Short sea shipping. Retrieved from wikipedia.com:

http://en.wikipedia.org/wiki/Short_sea_shipping

20