Tugas Artikel Konvensi Lahan
-
Upload
ratih-rizky-nursyifa -
Category
Documents
-
view
13 -
download
0
description
Transcript of Tugas Artikel Konvensi Lahan
TUGAS TERSTRUKTUR
MATA KULIAH EKONOMI SUMBER DAYA ALAM
Semester Genap 2013/2014
Disusun Oleh :
Kelompok 5
NO NAMA NPM TTD1 Nurul Aini Haryono 150610120011 1.2 Faurani Y Maskat 150610120015 2.3 Ratih Rizky Nursyifa 150610120020 3.4 Ilham Triaskamil 150610120023 4.5 Megandaru Agung P 150610120036 5.
FAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat dan
hidayah-Nya sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Makalah ini menyajikan salah satu topik Mata Kuliah Ekonomi Sumber Daya Alam
mengenai “Konversi Lahan”. Pada kesempatan ini kelompok kami menyampaikan ucapan
terima kasih kepada anggota kelompok dan dosen yang telah membantu menyelesaikan
makalah ini. Tanpa bantuannya sulit bagi kelompok kami untuk dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini.
Kelompok kami telah berusaha untuk menyempurnakan tulisan ini, namun sebagai
manusia tim penulis pun menyadari akan keterbatasan maupun kehilafan dan kesalahan
yang tanpa disadari. Oleh karena itu, saran dan kritik untuk perbaikan makalah ini akan
sangat dinantikan.
Jatinangor, 25 Februari 2014
Penulis
Konversi Lahan Pertanian di Jawa Pengaruhi Pangan Nasional
Kecukupan pangan secara nasional merupakan faktor utama yang harus dicermati dalam tantangan pembangunan pertanian ke depan. Pasalnya, meskipun pertumbuhan kebutuhan beras diperkirakan kontrakdiktif dengan pertumbuhan penduduk, namun konversi lahan sawah diperuntukkan untuk fungsi lain banyak terjadi di pulau Jawa.
"Daerah-daerah yang konsentrasi pangan, mudah sekali lakukan konversi lahan, tak lagi memikirkan kepentingan nasional. Padahal itu gudang pangan, tapi hanya memikirkan kepentingan daerah sendiri," ujar Menteri Pertanian Suswono dalam Workshop Nasional 'Inisiatif Kebijakan Untuk Kejayaan Pertanian Indonesia' di Hotel Le Meridien, Jakarta, Sabtu (25/1).
Wakil Menteri Pertanian Rusman Heriawan mengatakan Pulau Jawa dalam beberapa tahun ke depan tetap menjadi pusat produksi padi. Namun demikian, penurunan luas lahan sawah di Jawa terjadi setiap tahun dan berdasarkan data 2005-2010 rata-rata turun 0,3 persen. "Penurunan tersebut karena lahan produktif dialihfungsikan untuk kegiatan non pertanian," ujar Rusman.
Sebaliknya, di luar Jawa terjadi peningkatan luas lahan sawah sebesar 1,1% per tahun dan secara nasional terjadi peningkatan luas lahan sawah sebesar 0,6% per tahun. "Dengan demikian berbagai upaya sangat diperlukan untuk menekan konversi lahan sawah di Jawa dan meningkatkan lahan sawah di luar Jawa," kata dia.
Sementara itu Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Kementerian Pertanian, Haryono menambahkan di sektor pertanian masih besar gap antara jumlah penelitian yang dilakukan dibanding dengan yang telah dimanfaatkan dalam pembangunan pertanian.
Menurutnya, keunggulan komparatif dan padat karya secara umum masih mendominasi dibandingkan dengan keunggulan kompetitif yang bertumpi pada inovasi teknologi. "Hal ini tentu sangat mempengaruhi produktivitas, produksi dan daya saing pangan dan pertanian nasional," kata dia.
Maka dari itu, Kementerian Pertanian menyusun kebijakan dan perencanaan pembangunan pertanian melalui implementasi mekanisme perencanaan yang terdesentralisasi (decentralized action plan) yang sejalan dengan kondisi otonomi daerah saat ini. (Ayomi Amindoni)
TANGGAPAN
Kami setuju dengan tanggapan bapak Menteri Pertanian,Ir. H. Suswono, MMA, yang mengatakanbahwa Daerah-daerah yang konsentrasi pangan, mudah sekali lakukan konversi lahan, tak lagi memikirkan kepentingan nasional. Padahal itu gudang pangan, tapi hanya memikirkan kepentingan daerah sendiri.Menurut kami, seharusnya pemerintah dapat membatasi hal tersebut dengan lebih merealisasikan UU Negara yang berhubungan tentang konversi lahan pertanian (UU No.41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan).Melalui undang-undang ini, kawasan dan lahan pertanian pangan dapat ditetapkan (jangka panjang, menengah, dan tahunan) melalui perencanaan dari kabupaten/kota,provinsi dan nasional. Dalam jangka pendek, pemerintah pusat dan pemerintah daerah harus bisa membuat komitmen melakukan moratorium konversi lahan. Komitmen itu harus benar benar di patuhi serta pemerintah harus lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan untuk mengubah mindset masyarakat dalam pemanfaatan lahan, seperti penyuluhan-penyuluhan, seminar-seminar dan lain-lain.
SOLUSI
Kami setuju dengan solusi yang diberikan oleh Menteri Pertanian tersebut , namun kebijakan itu jangan hanya dijadikan wacana belaka, tetapi harus segera direalisasikan sesegera mungkin agar masalah konversi lahan pertanian ini tidak berlarut-larut karena jika tidak segera dilaksanakan, akan berdampak buruk terhadap perkembangan pangan di Indonesia yang terus bertambah seiring berjalannya waktu dan pertambahan penduduk yang semakin mencuat.
Kami juga berpendapat sebaiknya kementerian pertanian menyusun kebijakan dan perencanaan pembangunan pertanian melalui implementasi mekanisme perencanaan yang terdesentralisasi (decentralized action plan) yang sejalan dengan kondisi otonomi daerah saat ini.
Hal yang sangat perlu diperhatikan adalah penerapan hukum dari peratutan perundang-undangan yang berkaitan dengan masalah konversi lahan sehingga ada ketegasan hukum yang diharapkan dapat meningkatkan kepedulian masyarakat agar tunduk pada peraturan yang berlaku dan menutup peluang-peluang terjadinya konvensi lahan pertanian.
Sumber :
http://www.metrotvnews.com/metronews/read/2014/01/25/2/210707/Konversi-Lahan-Pertanian-di-Jawa-Pengaruhi-Pangan-Nasional
http://www.bpkp.go.id/uu/filedownload/2/26/116.bpkp
http://www.hukumonline.com/pusatdata/detail/lt4b209206d070e/node/1060/uu-no-41-tahun-2009-perlindungan-lahan-pertanian-pangan-berkelanjutan
(semua diakses tanggal 25 Februari 2014)