TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

99
Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010. TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH TEGANGAN (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota) OLEH : NIM : 05 0402 009 BASTANNA ERLAYAS BANGUN DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

Transcript of TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Page 1: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

TUGAS AKHIR

STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN

(Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota)

OLEH :

NIM : 05 0402 009

BASTANNA ERLAYAS BANGUN

DEPARTEMEN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

Page 2: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

ABSTRAK

Sistem distribusi adalah sistem tenaga listrik yang menyalurkan energi listrik

dari pembangkit sampai ke konsumen dalam sekala tegangan menengah sampai

dengan tegangan rendah. Dimana dalam penyaluran energi listrik diperlukan jarak

yang cukup jauh dari GI (Gardu Induk) untuk sampai pada konsumen atau

pelanggan, ditambah dengan dalam penyalurannya diperlukan arus yang cukup besar,

sehingga terdapat regulasi tegangan yang cukup besar sepanjang saluran sampai

menuju konsumen. Pada kenyataannya terdapat transformator distribusi yang

jaraknya cukup jauh dari GI (Gardu Induk) sehingga terjadi tegangan jatuh (drop

voltage) yang sampai pada sisi primer transformator distribusi lebih dari yang

diijinkan. Oleh sebab itu diperlukan penataan ulang dari segi panjang saluran sistem

distribusi primer dengan mengatur penempatan transformator distribusi agar kinerja

transformator menjadi lebih baik.

Pada tugas akhir ini akan membahas pengaruh panjang saluran distribusi

primer terhadap tegangan jatuh dan rugi-rugi daya yang dimulai dari GI (Gardu

Induk) Paya Geli sampai pada transformator distribusi pada PT.PLN (Rayon Medan

Kota). Dan untuk tegangan jatuh pada saluran distribusi primer lebih dari yang

diijinkan, dianalisa kembali penempatan transformator distribusi sehingga kinerja

transformator distribusi tersebut menjadi lebih baik.

Page 3: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur Penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

kasih karunia, pengetahuan, dan tuntunannya selama Penulis melaksanakan studi

hingga terselesaikannya tugas akhir ini

Tugas akhir ini merupakan salah satu syarat bagi Penulis untuk memperoleh

gelar Sarjana Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara.

Adapun judul tugas akhir ini adalah :

STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN

Selama masa kuliah sampai masa penyelesaian tugas akhir ini, Penulis

banyak memperoleh bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,

dengan penuh ketulusan hati, Penulis mengucapkan banyak terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Orangtua tercinta, baik yang telah Tuhan panggil yaitu Ir.T.R. Bangun dan

yang masih tetap bersama Penulis hingga saat ini yaitu Ir.L. br Sembiring

yang selalu memberikan dukungan, perhatian dan doa yang tak henti-

hentinya selama hidup Penulis.

2. Kakakku dr.Trisna Dewi br Bangun, abangku Morgan Bangun,S.P, dan

Mahabrata Bangun,S.T yang selalu memberikan dukungan dan cinta yang

tulus selalu.

3. Bapak Prof.Dr.Ir.Usman Baafai selaku Ketua Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Rahmad Fauzi,ST,MT selaku Sekretaris Departemen Teknik Elektro,

Fakultas Teknik , Universitas Sumatera Utara.

Page 4: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

5. Bapak Ir.Panusur SML. Tobing selaku Dosen Pembimbing Penulis yang telah

meluangkan waktu dan tempat untuk membimbing dan membantu Penulis

menyelesaikan tugas akhir ini.

6. Bapak Ir.Sumantri Zulkarnain selaku Dosen Wali Penulis selama

menyelesaikan pendidikan di Universitas Sumatera Utara yang juga banyak

memberi inspirasi, masukan dan dorongan spiritual kepada Penulis dalam

menyelesaikan studi di Departemen Teknik Elektro FT-USU.

7. Seluruh Staff Pengajar dan Pegawai Departemen Teknik Elektro FT-USU

yang tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu.

8. Bapak Kasman Goci selaku Manajer SDM dan Organisasi PT.PLN (Persero)

Wilayah Sumatera Utara yang memberikan ijin kepada Penulis untuk

mengadakan riset di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota.

9. Bapak Ferry selaku mentor Penulis di PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota

yang memberikan bantuan berupa data-data yang dibutuhkan dalam tugas

akhir, selama pengerjaan tugas akhir berlangsung.

10. Teman satu kelompokku di UKM KMK UP FT-USU, B’Teta, B’Mue,

K’Marta, Roy, Budi, Christina, dan Lemuel.

11. Semua rekan-rekan di Fakultas Teknik Elektro USU terutama angkatan 2005

yang telah banyak memberi masukan dan arahan dalam hidup dan

perkuliahan Penulis.

12. Teman yang telah memberi banyak masukan kepada Penulis selama penulis

kuliah yaitu K’Hana, Kristina, dan Icha.

13. Teman-teman di UKM UP FT-USU dan teman-teman yang lainnya yang

tidak dapat Penulis sebut satu per satu, yang membantu Penulis selama dalam

perkuliahan.

14. Semua orang yang tidak dapat disebutkan satu per satu, Penulis mengucapkan

terimakasih banyak.

Page 5: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini masih jauh dari sempurna,

untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun demi

penyempurnaan isi dan analisa yang disajikan. Akhir kata, semoga tulisan ini

bermanfaat bagi Pembaca.

Medan, Oktober 2009

Bastanna Erlayas Bangun

NIM. 05 0402 009

Page 6: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

DAFTAR ISI Abstrak ................................................................................................................ i

Kata Pengantar ..................................................................................................... ii

Daftar Isi .............................................................................................................. v

Daftar Gambar ..................................................................................................... ix

Daftar Tabel ......................................................................................................... xi

BAB I PENDAHULUAN

I. 1 Latar Belakang ............................................................................. 1

I. 2 Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

I. 3 Batasan Masalah ........................................................................... 2

I. 4 Metode Penulisan ......................................................................... 3

I. 5 Sistematika Penulisan ................................................................... 3

BAB II SISTEM DISTRIBUSI

II.1 Umum ........................................................................................... 6

II. 2 Distribusi Primer ........................................................................... 8

II.2.1 Sistem Radial ..................................................................... 9

II.2.2 Sistem Lup......................................................................... 11

II.2.2.1 Sistem Lup Terbuka (Open Loop) ...................... 11

II.2.2.2 Sistem Lup Tertutup (Closed Loop) ................... 12

II.2.3 Sistem Jaringan Primer ...................................................... 13

II.2.4 Sistem Spindel ................................................................... 14

II. 3 Distribusi Sekunder ....................................................................... 16

Page 7: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

II.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Sendiri .......................... 17

II.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah

Pemakai ............................................................................. 17

II.3.3 Bangking Sekunder ............................................................ 18

II.3.4 Jaringan Sekunder .............................................................. 19

II.4 Gardu Distribusi .......................................................................... 22

II.5 Sistem Tiga Phasa ......................................................................... 23

II.5.1 Sistem Y Dan Delta ........................................................... 25

II.5.2 Beban Seimbang Terhubung Delta ..................................... 25

II.5.3 Beban Seimbang Terhubung Y .......................................... 26

II.5.4 Daya Dalam Sistem Tiga Phasa ......................................... 27

II.6 Losses Pada Jaringan Distribusi..................................................... 28

II.6.1 Losses Pada Penghantar Phasa ........................................... 29

II.6.2 Losses Akibat Beban Tidak Seimbang ............................... 29

II.6.3 Losses Pada Sambungan Tidak Baik .................................. 30

BAB III PENINJAUAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

PADA SISTEM DISTRIBUSI

III.1 Umum ........................................................................................... 31

III.2 Prinsip Kerja Transformator .......................................................... 32

III.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban ................................ 33

III.2.2 Keadaan Transformator Berbeban ...................................... 37

III.3 Rugi-Rugi Pada Transformator ...................................................... 39

Page 8: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

III.3.1 Rugi Tembaga ( Pcu ) ........................................................ 39

III.3.2 Rugi Besi ( Pi ) .................................................................. 39

III.4 Konstruksi Transformator ............................................................. 40

III.4.1 Kontruksi Transformator Tiga Phasa .................................. 40

III.4.2 Kontruksi Transformator Tiga Phasa .................................. 42

III.5 Spesifikasi Umum Tegangan Primer

Transformator Distribusi ............................................................... 47

III.6 Spesifikasi Umum Tegangan Sekunder

Transfomator Distribusi ................................................................ 48

III.7 Spesifikasi Umum Penyadapan (Taping)

Transformator Distribusi ............................................................... 49

III.8 Spesifikasi Umum Daya Pengenal

Transformator Distribusi ............................................................... 49

III.9 Spesifikasi Umum Rugi-Rugi Transformator Distribusi................. 50

III.10 Regulasi Tegangan Transformator Distribusi ................................. 51

III.11 Efisiensi Transformator Distribusi ................................................. 52

BAB IV ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 KV

IV.1 Umum .......................................................................................... 54

IV.2 Persamaan Yang Digunakan Dalam Perhitungan ........................... 55

IV.2.1 Perhitungan Besar Arus Pada Sisi

Primer Transformator......................................................... 55

Page 9: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

IV.2.2 Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan

Dari Saluran Primer Yang Menuju Transformator .............. 56

IV.2.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Pada Jaringan Distribusi

Primer ................................................................................ 56

IV.2.4 Perhitungan Losses Pada Jaringan Distribusi Primer .......... 57

IV.2.5 Perhitungan Persentase Drop Voltage Pada

Saluran Distribusi Primer ................................................... 58

IV.2.6 Perhitungan Besar Daya Output Transformator .................. 58

IV.2.7 Perhitungan Besar Efisiensi Transformator ........................ 58

IV.3 Metode Pengambilan Data Transformator Distribusi ..................... 58

IV.4 Data Hasil Ukur KVA Dan Dimensi Saluran Distribusi

Primer Yang Di Salurkan Dari Gardu Induk Paya Geli Menuju

PT. PLN (Rayon Medan Kota) ...................................................... 59

IV.5 Analisa Data.................................................................................. 66

BAB V PENUTUP

V.1 Kesimpulan ................................................................................... 82

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 83

LAMPIRAN

Page 10: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Sistem Tenaga Listrik.................................................................... 8

Gambar 2.2 Skema Saluran Radial ................................................................... 10

Gambar 2.3 Penggunaan Saluran Alternatif Dengan Saklar Pindah ................... 10

Gambar 2.4 Skema Rangkaian Lup Terbuka ..................................................... 12

Gambar 2.5 Skema Rangkaian Lup Tertutup .................................................... 13

Gambar 2.6 Skema Sistem Jaringan Primer ...................................................... 14

Gambar 2.7 Skema Prinsip Sistem Spindel ....................................................... 15

Gambar 2.8 Sambungan Pemakai Besar Dengan Gardu Distribusi

Tersendiri ...................................................................................... 17

Gambar 2.9 Penggunaan Satu Gardu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai ........ 18

Gambar 2.10 Bangking Sekunder, Dengan Dua Gardu Distribusi

Dihubungkan Juga Pada Sisi Tegangan Rendah ............................. 19

Gambar 2.11 Jaringan Sekunder Tegangan Rendah ............................................ 21

Gambar 2.12 (a) Skema Gardu Distribusi Dengan Satu Transformator .............. 22

Gambar 2.12 (b) Skema Gardu Distribusi Dengan Dua Transformator .............. 22

Gambar 2.13 Bentuk Gelombang Pada Sistem Tiga Phasa .................................. 24

Gambar 2.14 Sistem Y dan Sistem Delta ............................................................ 25

Gambar 2.15 Sambungan Kabel ......................................................................... 30

Gambar 3.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban ................................ 33

Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam

Page 11: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Keadaan Tanpa Beban ................................................................... 33

Gambar 3.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban ....... 34

Gambar 3.4 Gambar Gelombang Io Tertinggal 90o Dari V1 ............................ 34

Gambar 3.5 Gambar Gelombang e1 Tertinggal 90o Dari Φ .............................. 35

Gambar 3.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban ...................................... 37

Gambar 3.7 Rangkaian Ekivalen Transformator

Dalam Keadaan Berbeban ............................................................. 37

Gambar 3.8 Blok Diagram Rugi–Rugi Pada Transformator .............................. 39

Gambar 3.9 Konstruksi Transformator Tiga Fasa Tipe Inti ............................... 40

Gambar 3.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang ....................................... 41

Gambar 3.11 Transformator Hubungan YY ........................................................ 43

Gambar 3.12 Transformator Hubungan YΔ ........................................................ 44

Gambar 3.13 Transformator Hubungan ΔY ........................................................ 45

Gambar 3.14 Transformator Hubungan ΔΔ ........................................................ 46

Gambar 3.15 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z) ....................................................... 47

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Arus Dengan Tegangan Jatuh ....................... 81

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tegangan Jatuh

Dengan Rugi-Rugi Daya ............................................................... 81

Page 12: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi ................................... 50

Tabel 3.2 Nilai Rugi-Rugi Transformator Distribusi .......................................... 50

Tabel 4.1 Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985 Yang

Digunakan Pada Penyulang Paya Geli................................................ 59

Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli (Rayon Medan Kota) ............. 60

Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)

Pada Penyulang Paya Geli ................................................................. 61

Tabel 4.4 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Saluran Distribusi Primer

Dari Gardu Induk Paya Geli Sampai Pada Transformator

Distribusi (Rayon Medan Kota) Pada Saat Beban Puncak .................. 68

Tabel 4.5 Data Tranformator Yang Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer

Sebelum Mengalami Perbaikan (>5%) .............................................. 74

Tabel 4.6 Hasil Analisa Daya Input Dan Output, Rugi-Rugi Daya Dan

Efisiensi Tranformator Sebelum Dan Sesudah Perbaikan .................. 80

Page 13: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Pusat-pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pusat beban, hal ini

mengakibatkan kerugian yang cukup besar dalam penyaluran daya listrik. Kerugian

tersebut disebabkan oleh saluran yang cukup panjang. Sehingga dalam penyaluran

daya listrik melalui transmisi maupun distribusi akan mengalami tegangan jatuh

sepanjang saluran yang dilalui.

Ditinjau dari segi panjang saluran distribusi dari gardu induk menuju

transformator distribusi maupun dari transformator distribusi ke beban yang dapat

juga menyebabkan tegangan jatuh yang cukup besar. Selain tegangan jatuh yang

semakin besar menyebabkan juga kinerja transformator distribusi tersebut kurang

maksimal. Dengan adanya kondisi tersebut diperlukan evaluasi dan perencanaan

kembali yang memperhatikan kriteria-kriteria perencanaan seperti jatuh tegangan

yang diijinkan dan kelangsungan pelayanan listrik sehingga muncul optimasi pada

jaringan yang dipakai.

Pada tugas akhir ini metode yang dipakai adalah dengan menganalisa dan

menghitung nilai losses dan tegangan jatuh (drop voltage) pada suatu feeder. Lalu

disesuaikan dengan perhitungan berdasarkan tegangan jatuh yang diijinkan PLN.

Maka untuk mendapatkan tegangan jatuh yang cukup kecil dan sesuai dengan yang

diijinkan PLN, diperlukan suatu jarak yang sesuai dalam penempatan transformator

distribusi.

Page 14: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

I.2 TUJUAN PENULISAN

Adapun tujuan penulisan tugas akhir ini adalah :

1. Memperdalam pengetahuan tentang pengaruh panjang saluran dengan

tegangan jatuh pada saluran distribusi, dan salah satu cara mengurangi

tegangan jatuh pada saluran distribusi yaitu dengan penentuan letak

penempatan transformator.

2. Mengoptimalkan kinerja transformator distribusi dengan membuat tegangan

jatuh pada saluran distribusi primer tidak terlalu besar dan sesuai dengan yang

diijinkan oleh PT.PLN (Persero).

I.3 BATASAN MASALAH

Agar tujuan penulisan tugas akhir ini sesuai dengan yang diharapkan

serta terarah pada judul dan bidang yang telah disebutkan diatas, maka

penulis membatasi permasalahan yang akan dibahas,

1. Membahas tegangan jatuh pada saluran sistem distribusi primer

hanya dilihat dari panjang saluran distribusi primer dari gardu

induk sampai pada transformator distribusi.

2. Tegangan jatuh yang dibahas hanya pada saluran GI. Paya Geli

yang menuju kawasan PT.PLN (Persero) Rayon Medan Kota.

3. Tidak membahas tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi

sekunder.

4. Tidak membahas masalah ketidakseimbangan beban.

5. Transformator yang digunakan adalah transformator tiga phasa.

Page 15: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

I.4 METODE PENULISAN

Untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini maka penulis menerapkan

beberapa metode studi diantaranya :

1. Studi literatur

yaitu dengan membaca teori-teori yang berkaitan dengan topik tugas

akhir ini dari buku-buku referensi baik yang dimiliki oleh penulis atau

di perpustakaan dan juga dari artikel-artikel, jurnal, internet dan lain-

lain.

2. Studi lapangan

yaitu dengan melaksanakan pengambilan data hasil ukur

transformator yang terdapat sepanjang saluran primer sistem distribusi

yang berasal dari GI.Paya Geli yang menuju transformator distribusi

yang menjadi kawasan PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota.

3. Studi bimbingan

yaitu dengan melakukan diskusi tentang topik tugas akhir ini dengan

dosen pembimbing yang telah ditunjuk oleh pihak Departemen

Teknik Elektro USU, dan teman-teman sesama mahasiswa .

I.5 SISTEMATIKA PENULISAN

Tugas akhir ini disusun berdasarkan sistematika penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bagian ini berisikan latar belakang, tujuan penulisan, batasan

masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.

Page 16: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

BAB II SISTEM DISTRIBUSI

Bab ini memberikan penjelasan mengenai gambaran sistem

distribusi secara umum. Jenis-jenis saluran distribusi baik saluran

primer maupun saluran sekunder. Serta losses yang terjadi pada

saluran sistem distribusi.

BAB III PENINJAUAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI PADA

SISTEM DISTRIBUSI

Bab ini menjelaskan tentang transformator distribusi secara

umum, sistem tiga phasa, daya dalam sistem tiga phasa, aplikasinya

pada sistem distribusi, losses pada saluran distribusi, regulasi

tegangan transformator distribusi dan efissiensi transformator

distribusi.

BAB IV ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 KV

Bab ini menjelaskan tentang menentukan tegangan jatuh serta

rugi-rugi daya pada saluran distribusi primer dari GI. Paya Geli

sampai transformator distribusi yang menjadi kawasan PT.PLN

(Persero) Rayon Medan Kota. Dan memperbaiki penempatan lokasi

dari transformator tersebut apabila tegangan jatuh yang dihitung lebih

dari yang diijinkan.

Page 17: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

BAB V PENUTUP

Bagian ini berisikan kesimpulan dari hasil analisa data.

Page 18: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

BAB II

SISTEM DISTRIBUSI

II.1 UMUM

Awalnya tenaga listrik dihasilkan di pusat-pusat pembangkit listrik seperti

PLTA, PLTU, PLTG, PLTGU, PLTP dan PLTD dan yang lainnya, dengan tegangan

yang pada umumnya merupakan tegangan menengah (TM) 6, 11, 20 kV. Pada

umumnya pusat pembangkit tenaga listrik berada jauh dari pengguna tenaga listrik,

untuk mentransmisikan tenaga listrik dari pembangkit ini, maka diperlukan

penggunaan tegangan tinggi (TT) yaitu 70 kV, 150 kV, atau tegangan ekstra tinggi

(TET) yaitu 500 kV untuk Jawa dan 275 kV untuk Sumut. Tegangan yang lebih

tinggi ini diperoleh dengan transformator penaik tegangan (step up transformator).

Pemakaian tegangan tinggi ini diperlukan untuk berbagai alasan efisiensi,

antara lain penggunaan penampang penghantar menjadi efisien, karena arus yang

mengalir akan menjadi lebih kecil, ketika tegangan tinggi diterapkan.

Setelah saluran transmisi mendekati pusat pemakaian tenaga listrik, yang

dapat merupakan suatu daerah industri atau suatu kota. Tegangan melalui gardu

induk (GI) diturunkan menjadi tegangan menengah (TM) 20kV. Setiap gardu induk

(GI) sesungguhnya merupakan pusat beban untuk suatu daerah pelanggan tertentu,

bebannya berubah-ubah sepanjang waktu sehingga daya yang di bangkitkan dalam

pusat-pusat listrik harus selalu berubah. Perubahan daya yang dilakukan di pusat

pembangkit ini bertujuan untuk mempertahankan tenaga listrik tetap pada frekuensi

50Hz. Proses perubahan ini dikoordinasikan dengan pusat pengaturan beban (P3B).

Page 19: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Tegangan menengah dari gardu induk (GI) ini melalui saluran distribusi

primer, untuk disalurkan ke gardu-gardu distribusi (GD) atau pemakai tegangan

menengah (TM). Dari saluran distribusi primer, tegangan menegah (TM) diturunkan

menjadi tegangan rendah (TR) 220V/380 V melalui gardu distribusi (GD). Tegangan

rendah dari gardu distribusi disalurkan melalui saluran tegangan rendah ke konsumen

tegangan rendah.

Pada Gambar 2.1 terlihat jelas bahwa arah mengalirnya enegi listrik berawal

dari pusat tenaga listrik melalui saluran-saluran transmisi dan distribusi dan sampai

pada instalasi pemakai yang merupakan unsur utilisasi.

Keterangan Gambar 2.1 :

TR = Tegangan Rendah

TM = Tegangan Menengah

TT = Tegangan Tinggi

TET = Tegangan Ekstra Tinggi

GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

Page 20: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Pembangkit Listrik

TransformatorPenaik

TransformatorPenurun

TM

GI

GI

TT/TET

Ke Pemakai TM Ke GD

GD

TM

TR

kWH meter

Instalasi Pemakai TR

Pembangkit

Saluran Transmisi

Saluran DistribusiPrimer

Saluran DistribusiSekunder

Utilisasi

Gambar 2.1. Sistem Tenaga Listrik

II.2 DISTRIBUSI PRIMER

Distribusi primer adalah sistem distribusi yang mempergunakan tegangan

menengah. Pada distribusi primer terdapat tiga jenis dasar, yaitu :

1. Sistem Radial

2. Sistem Lup

Page 21: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

3. Sistem Jaringan Primer

4. Sistem Spindel

Jaringan tegangan menengah adalah jaringan tenaga listrik yang berfungsi

untuk menghubungkan gardu induk sebagai suplai tenaga listrik dengan gardu-gardu

distribusi maupun ke pelanggan yang memakai tegangan menengah seperti industri.

II.2.1 Sistem Radial

Sistem Radial merupakan sitem yang paling sederhana dan paling banyak

dipakai, terdiri atas fider (feeders) atau rangkaian tersendiri, yang seolah-olah keluar

dari suatu sumber atau wilayah tertentu secara radial. Fider itu dapat juga dianggap

sebagai terdiri atas suatu bagian utama dari mana saluran samping atau lateral lain

bersumber dan dihubungkan dengan transformator distribusi sebagaimana terlihat

pada Gambar 2.2. Saluran samping sering disambung pada fider dengan sekring

(fuse). Dengan demikian maka gangguan pada saluran samping tidak akan

mengganggu seluruh fider. Bilamana sekring itu tidak bekerja atau terdapat

gangguan pada fider, proteksi pada saklar daya di gardu induk akan bekerja, dan

seluruh fider akan kehilangan energi. Pemasokan pada rumah sakit atau pemakai

vital lain tidak boleh mengalami gangguan yang berlangsung lama. Dalam hal

demikian, satu fider tambahan disediakan, yang menyediakan suatu sumber penyedia

energi alternatif. Hal ini dilakukan dengan suatu saklar pindah, sebagaimana terlihat

pada Gambar 2.3. Saklar pindah itu dapat juga bekerja secara otomatis. Bila tegangan

pada saluran operasional hilang, saklar dengan sendirinya akan memindahkan

sambungan pada saluran alternatif.

Page 22: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

GI

GD

GD

GD

GDGD

GD

GD

SALURAN UTAMA

SALURAN SAMPING

SALURAN SAMPING

SALURAN SAMPINGSALURAN UTAMA

Gambar 2.2. Skema Saluran Radial

Keterangan Gambar 2.2 :

GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

SAKLAR PINDAH

GD

Saluran Operasional

Saluran Alternatif

Gambar 2.3. Penggunaan Saluran Alternatif Dengan Saklar Pindah

Keterangan Gambar 2.3 :

GD : Gardu Distribusi

Page 23: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

II.2.2 Sistem Lup

Suatu cara lain guna mengurangi lama interupsi daya yang disebabkan

gangguan adalah dengan mendesain fider sebagai lup (loop) dengan menyambung

kedua ujung saluran. Hal ini mengakibatkan bahwa suatu pemakai dapat memperoleh

pasokan energi dari dua arah. Bilamana pasokan dari salah satu arah terganggu,

pemakai itu akan disambung pada pasokan arah lainnya. Kapasitas cadangan yang

cukup besar harus tersedia pada tiap fider. Sistem lup dapat dioperasikan secara

terbuka, ataupun secara tertutup.

II.2.2.1 Sistem Lup Terbuka (Open Loop)

Pada sistem lup terbuka, bagian-bagian fider tersambung melalui alat

pemisah (disconnectors), dan kedua ujung fider tersambung pada sumber energi.

Pada suatu tempat tertentu pada fider, alat pemisah sengaja dibiarkan dalam keadaan

terbuka. Pada asasnya, sistem ini terdiri atas dua fider yang dipisahkan oleh suatu

pemisah, yang dapat berupa sekring, alat pemisah, saklar daya. Terlihat pada Gambar

2.4. bila terjadi gangguan, bagian saluran dari fider yang terganggu dapat dilepas dan

menyambungnya pada fider yang tidak terganggu. Sistem demikian biasanya

dioperasikan secara manual dan dipakai pada jaringan yang relatif kecil.

Merupakan pengembangan dari sistem radial, sebagai dari diperlukannya

kehandalan yang lebih tinggi dan umumnya sistem ini dapat dipasok dalam satu

gardu induk. Dimungkinkan juga dari gardu induk lain tetapi harus dalam satu sistem

di sisi tegangan tinggi, karena hal ini diperlukan untuk manuver beban pada saat

terjadi gangguan.

Page 24: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

GI

GD GD

GD GD

SD 1

SD 2

Gambar 2.4. Skema Rangkaian Lup Terbuka

Keterangan Gambar 2.4 :

SD 1 = Saklar Daya, Posisi Tertutup

SD 2 = Saklar Daya, Posisi Terbuka

II.2.2.2 Sistem Lup Tertutup (Closed Loop)

Pada sistem lup tertutup pada Gambar 2.5 diperoleh suatu tingkat keandalan

yang lebih tinggi. Pada sistem ini alat-alat pemisah biasanya berupa saklar daya yang

lebih mahal. Saklar-saklar daya itu digerakkan oleh relai yang membuka saklar daya

pada tiap ujung dari bagian saluran yang terganggu, sehingga bagian fider yang

tersisa tetap berada dalam keadaan berenergi. Pengoperasian relai yang baik

diperoleh dengan mempergunakan kawat pilot yang menguhubungkan semua saklar

daya. Kawat pilot ini cukup mahal untuk dipasang dan dioperasikan. Kadang-kadang

rangkaian telepon yang disewa dapat dipakai sebagai pengganti kawat pilot.

Sistem lup tertutup ini layak digunakan untuk jaringan yang dipasok dari satu

gardu induk, memerlukan sistem proteksi yang lebih rumit biasanya menggunakan

rele arah (bidirectional). Sistem ini mempunyai kehandalan yang lebih tinggi

dibanding sistem yang lain.

Page 25: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

GI

GD GD

GD GD

SD

SD

SD SD

SD

KAWAT PILOT UNTUK KEPERLUAN RELAI

Gambar 2.5. Skema Rangkaian Lup Tertutup

Keterangan Gambar 2.5 :

SD = Saklar Daya

GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

II.2.3 Sistem Jaringan Primer

Walaupun beberapa studi memberi indikasi bahwa pada kondisi-kondisi

tertentu sistem jaringan primer lebih murah dan lebih handal daripada sistem radial,

secara relatif tidak banyak sistem jaringan primer yang kini dioperasikan. Sistem ini

terbentuk dengan menyambung saluran-saluran utama atau fider yang terdapat pada

sistem radial sehingga merupakan suatu kisi-kisi atau jaringan terlihat pada Gambar

2.6. Kisi-kisi ini diisi dari beberapa sumber atau gardu induk. Sebuah saklar daya

antara transformator dan jaringan yang dikendalikan oleh relai-relai arus balik

(reverse currents) dan relai-relai penutupan kembali otomatis (automatic reclosing

relays), melindungi jaringan terhadap terjadinya arus-arus gangguan bila hal ini

terjadi pada sisi pengisian dari gardu induk. Bagian-bagian jaringan yang terganggu

akan dipisahkan oleh saklar daya dan sekring.

Page 26: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Keterangan Gambar 2.6 :

SD = Saklar Daya

GI = Gardu Induk

GD = Gardu Distribusi

GI

SD

GD

GDGD

GD

SD

SD

GD

GD GD

GD

GD

GD

GD

GDGD

GI

GI

SD SD SD

SDSDSDSD

Gambar 2.6. Skema Sistem Jaringan Primer

II.2.4 Sistem Spindel

Terutama di kota yang besar, terdapat suatu jenis gardu tertentu, yang tidak

terdapat transformator daya. Gardu demikian dinamakan Gardu Hubung (GH). GH

Page 27: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

pada umumnya menghubungkan dua atau lebih bagian jaringan primer kota itu.

Dapat pula terjadi bahwa pada suatu GH terdapat sebuah transformator pengatur

tegangan. Karena besar kota itu, kabel-kabel tegangan menengah (TM) mengalami

terlampau banyak turun tegangan. Tegangan yang agak rendah ini dinaikkan kembali

dengan bantuan transformator pengatur tegangan. Dapat juga terjadi bahwa pada GH,

ditumpangi atau “dititipi” sebuah Gardu Distribusi GD).

GI GI

S SA

S1

S1

S1

S1

GD GD

GD GD GD

GD GD

GD GD

S2

S2

S2

S2

B

B

B

B

Rel GI 1Atau GH 1

Rel GI 2Atau GH 2

Gambar 2.7. Skema Prinsip Sistem Spindel

Keterangan Gambar 2.7 :

S = Saklar

GI = Gardu Induk

GH = Gardu Hubung

GD = Gardu Distribusi

A = Pengisi Khusus Tanpa Beban GD

B = Pengisi biasa Dengan Beban GD

Page 28: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Gambar 2.7 merupakan skema prinsip dari sistem spindel. Spindel ini

menghubungi rel dari satu Gardu Induk (GI) atau Gardu Hubung (GH) dengan rel

dari Gardu Induk (GI) atau Gardu Hubung (GH) lain. Keistimewaannya adalah

bahwa selain kabel-kabel, atau fider, yang mengisi beberapa buah GD, terdapat satu

kabel (kabel A pada Gambar 2.7), yang tidak mendapat beban GD. Kabel A ini selalu

menghubungi rel kedua GI (atau GH) itu. Sedangkan kabel-kabel B memperoleh

pengisian hanya dari salah satu GI (atau GH). Bilamana salah satu kabel B atau salah

satu GD terganggu, maka pengisian dapat dihindari terjadinya suatu pemadaman,

ataupun pemadaman terjadi secara minimal.

Sistem ini banyak dipakai di Jakarta dan kota-kota besar lainnya di Indonesia.

Sistem ini memberi keandalan operasi yang cukup tinggi dengan investasi tambahan

berupa kabel A yang relatif rendah. Bilamana kabel A terganggu maka saklar S akan

bekerja, dan sistem spindel ini sementara akan bekerja sebagai suatu sistem “biasa”.

II.3 DISTRIBUSI SEKUNDER

Distribusi sekunder mempergunakan tegangan rendah. Sebagaimana halnya

dengan distribusi primer, terdapat pula pertimbangan-pertimbangan perihal

kehandalan pelayanan dan regulasi tegangan. Sistem sekunder dapat terdiri atas

empat jenis umum :

1. Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri

2. Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai

3. Bangking Sekunder

4. Jaringan Sekunder

Page 29: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

II.3.1 Pelayanan Dengan Transformator Tersendiri

Pelayanan dengan transformator tersendiri dilakukan untuk pemakai yang

agak besar atau bila para pemakai terletak agak berjauhan terutama di daerah luar

kota, sehingga saluran tegangan rendahnya akan menjadi terlampau panjang. Skema

ini terlihat pada Gambar 2.8.

Saklar Daya Atau

Sekring

GD

TR

Pemakai

TM

Gambar 2.8. Sambungan Pemakai Besar Dengan Gardu Distribusi Tersendiri

Keterangan Gambar 2.8 :

TM = Tegangan Menengah

TR = Tegangan Rendah

GD = Gardu Distribusi

II.3.2 Penggunaan Satu Transformator Untuk Sejumlah Pemakai

Yang mungkin terbanyak dipakai adalah sistem yang mempergunakan satu

transformator dengan saluran tegangan rendah yang melayani sejumlah pemakai.

Sistem ini memperhatikan beban dan keperluan pemakai yang berbeda-beda sifatnya.

Gambar 2.9 memperlihatkan situasi ini. Di Indonesia sistem ini banyak dipakai.

Page 30: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

GD GD

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

TR

Pemakai

Isolator Pemisah

TM

Gambar 2.9. Penggunaan Satu Gardu Distribusi Untuk Sejumlah Pemakai

Keterangan Gambar 2.9 :

TM = Tegangan Menengah

TR = Tegangan Rendah

GD = Gardu Distribusi

II.3.3 Bangking Sekunder

Penggunaan satu saluran tegangan rendah yang tersambung pada beberapa

transformator secara paralel. Sejumlah pemakai dilayani dari saluran tegangan

rendah ini. Transformator-transformator diisi dari satu sumber energi. Hal ini disebut

bangking sekunder transformator.

Sistem yang mempergunakan banking sekunder tidak begitu banyak dipakai.

Antara transformator dan saluran sekunder biasanya terdapat sekring atau saklar daya

otomatik guna melepaskan transformator dari saluran tegangan rendah bila terdapat

gangguan pada transformator. Dapat juga dipasang sekring antara seksi-seksi pada

saluran tegangan rendah. Lihat pada Gambar 2.10. Kelebihan sistem ini dianggap

Page 31: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

dapat memberikan pelayanan yang tidak terganggu dalam waktu begitu lama. Di lain

pihak bilamana salah satu transformator terganggu, beban tambahan yang harus

dipikul transformator-transformator lain dapat mengakibatkan banyak transformator

turut terganggu.

GD GD

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

Saklar Daya Atau

Sekring

TR

Pemakai

Pembatas

TM

Gambar 2.10. Bangking Sekunder, Dengan Dua Gardu Distribusi

Dihubungkan Juga Pada Sisi Tegangan Rendah

Keterangan Gambar 2.10 :

TM = Tegangan Menengah

TR = Tegangan Rendah

GD = Gardu Distribusi

II.3.4 Jaringan Sekunder

Suatu jaringan tegangan rendah yang agak besar diisi oleh beberapa

transformator, yang pada gilirannya diisi oleh dua sumber energi atau lebih. Jaringan

tegangan rendah ini melayani suatu jumlah pemakai yang cukup besar. Hal ini

dikenal sebagai jaringan sekunder atau jaringan tegangan rendah.

Page 32: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Sistem jaringan sekunder yang baik pada saat ini memberikan taraf keandalan

pada jaringan tegangan rendah di daerah dengan kepadatan beban yang tinggi,

sehingga biayanya yang tinggi dapat dipertanggungjawabkan dan tingkat keandalan

ini dipandang diperlukan. Pada keadaan tertentu dapat terjadi bahwa satu pelanggan

tunggal mendapat penyediaan tenaga listrik dengan jenis sistem ini yang dikenal

dengan nama jaringan spot (spot networks).

Pada umumnya, jaringan sekunder terjadi dengan menghubungkan semua sisi

tegangan rendah dari gardu-gardu transformator yang diisi oleh dua atau lebih fider

tegangan menengah. Pada sisi tegangan rendah gardu distribusi terdapat saklar daya

yang dioperasikan secara otomatik dan dikenal dengan nama proteksi otomatik. Lihat

Gambar 2.11. Proteksi ini akan melepaskan transformator dari jaringan sekunder

bilamana pengisian primer hilang tegangan. Hal ini akan menghindari suatu arus

balik dari sisi tegangan rendah ke sisi tegangan menengah. Saklar daya didukung

oleh sebuah sekring sehingga, bilamana proteksi otomatik gagal, sekring akan

bekerja dan melepaskan transformator dari jaringan sekunder.

Jumlah pengisi primer pada sisi tegangan menengah adalah penting. Bila

misalnya ada hanya dua fider, dapat terjadi bahwa satu fider terganggu, maka akan

perlu adanya kapasitas cadangan transformator yang cukup agar sistem yang masih

bekerja tidak mengalami kelebihan beban. Jenis jaringan ini sering dinamakan

jaringan kesiapan pertama (single-contingency network).

Page 33: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

GD GD

PO

SEKRING

TMTM

TR

TR

GD

PO

SEKRING

GD

PO

SEKRING

PO

SEKRING

Gambar 2.11. Jaringan Sekunder Tegangan Rendah

Keterangan Gambar 2.11 :

GD = Gardu Distribusi

PO = Proteksi Otomatik

TM = Tegangan Menengah

TR = Jaringan Sekunder Tegangan Rendah

Jaringan sekunder tegangan rendah mendapat pengisian terbanyak dari tiga

atau lebih fider, sehingga bilamana salah satu fider primer terganggu, sisa jaringan

sekunder akan dapat dengan mudah menampung beban dari fider yang terganggu itu.

Sistem demikian dinamakan jaringan kedua (second-contingency network). Jaringan

sekunder tegangan rendah harus didesain sedemikian rupa hingga terdapat

Page 34: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

pembagian beban dan pengaturan tegangan (voltage regulation) yang baik pada

semua transformator, juga dalam keadaan salah satu pengisi tegangan menengah

terganggu.

II.4 GARDU DISTRIBUSI

Sebuah gardu distribusi pada asasnya merupakan tempat memasang

transformator distribusi beserta perlengkapan. Sebagaimana diketahui, transformator

berfungsi untuk menurunkan tegangan menengah (di Indonesia 20 kV) menjadi

tegangan rendah (di Indonesia 220/380). Dengan demikian transformator distribusi

merupakan suatu penghubung antara jaringan tegangan menengah dan jaringan

rendah. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa di dalam sebuah gardu distribusi

akan “masuk” saluran tegangan menengah, dan “keluar” saluran tegangan rendah.

TD

TM

S S

TR

P TR

P

Gambar 2.12 (a). Skema Gardu Distribusi Dengan Satu Transformator

TD

TD

TR

TR

TR

TR

P

P

P

P

TM

TM

S

S

P

P

PS

SS

S

Gambar 2.12 (b). Skema Gardu Distribusi Dengan Dua Transformator

Page 35: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Keterangan Gambar 2.12 (a) dan (b) :

TD = Transformator Distribusi

P = Proteksi, sering berupa Sekring

S = Saklar atau Pemisah

TM = Tegangan Menengah

TR = Tegangan Rendah

Terbanyak gardu distribusi hanya berisi 1 transformator sebagaimana terlihat

pada Gambar 2.12 (a). Kabel tegangan menengah memasuki gardu dan melalui

sebuah saklar atau pemisah dihubungkan pada transformator. Saklar atau pemisah

pada sisi tegangan rendah sering tidak terpasang, dan langsung disambungkan pada

proteksi yang berupa sekring.

Gardu distribusi yang lebih besar dapat berisi dua transformator sebagaimana

terlihat pada Gambar 2.12 (b). Pada sisi tegangan menengah terdapat kabel “masuk”

dan kabel “keluar”. Hal demikian diperlukan bila gardu tidak berada di ujung kabel,

dan itu terjadi pada Gambar 2.12 (a). Pemilihan lokasi gardu distribusi harus

sedemikian hingga memiliki jarak jangkauan yang optimal.

II.5 SISTEM TIGA PHASA

Kebanyakan sistem listrik dibangun dengan sistem tiga phasa. Hal tersebut

didasarkan pada alasan-alasan ekonomi dan kestabilan aliran daya pada beban.

Alasan ekonomi dikarenakan dengan sistem tiga phasa, penggunaan penghantar

untuk transmisi menjadi lebih sedikit. Sedangkan alasan kestabilan dikarenakan pada

Page 36: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

sistem tiga fase daya mengalir sebagai layaknya tiga buah sistem phasa tunggal,

sehingga untuk peralatan dengan catu tiga phasa, daya sistem akan lebih stabil bila

dibandingkan dengan peralatan dengan sistem satu phasa. Sistem tiga phasa atau

sistem phasa banyak lainnya, secara umum akan memunculkan sistem yang lebih

kompleks, akan tetapi secara prinsip untuk analisa, sistem tetap mudah dilaksanakan.

Sedangkan bentuk gelombang dari sistem tiga phasa yang merupakan fungsi

waktu ditunjukkan pada Gambar 2.13 dibawah ini :

VR

VS

VT

VP

-VP

0,5

-0,5

Gambar 2.13 Bentuk Gelombang Pada Sistem Tiga Phasa

Va = V cos ωt (Volt) .................................. ( 1.1 )

Vb = V cos (ωt – ) (Volt) ........................ ( 1.2 )

Vc = V cos (ωt + ) (Volt) ........................ ( 1.3 )

Pada Gambar 2.13 nampak bahwa antara tegangan phasa satu dengan yang

lainnya mempunyai perbedaan phasa sebesar 120o atau 2/3. Pada umumnya phasa

dengan sudut phasa 0o disebut dengan phasa R, phasa dengan sudut phasa 120o

disebut phasa S dan phasa dengan sudut phasa 240o disebut dengan phasa T.

Perbedaaan sudut phasa tersebut pada pembangkit dimulai dari adanya kumparan

yang masing-masing tersebar secara terpisah dengan jarak 120o.

Page 37: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

II.5.1 Sistem Y Dan Delta

Sistem Y merupakan sistem sambungan pada sistem tiga phasa yang

menggunakan empat kawat, yaitu fase R, S, T dan N. Sistem sambungan tersebut

akan menyerupai huruf Y, yang memiliki empat titik sambungan yaitu pada ujung-

ujung huruf dan pada titik pertemuan antara tiga garis pembentuk huruf. Sistem Y

dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 2.14.

ZT

ZR ZS

R S

T

(a)

ZTR

R

ST

ZRS

ZST

(b)

Gambar 2.14 Sistem Y Dan Sistem Delta

Sistem hubungan atau sambungan Y, sering juga disebut sebagai hubungan

bintang. Sedangkan pada sistem yang lain yang disebut sebagai sistem Delta, hanya

menggunakan phasa R, S dan T untuk hubungan dari sumber ke beban terlihat pada

Gambar 2.14. Tegangan efektif antar phasa umumnya adalah 380 V dan tegangan

efektif phasa dengan netral adalah 220 V.

II.5.2 Beban Seimbang Terhubung Delta

Pada sitem delta, bila tiga buah beban dengan impedansi yang sama

disambungkan pada sumber tiga phasa, maka arus di dalam ketiga impedansai akan

Page 38: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

sama besar tetapi terpisah dengan sudut sebesar 120o, dan dikenal dengan arus phasa

atau arus beban. Untuk keadaan yang demikian, maka dalam rangkaian akan berlaku

:

Vdelta = Vline (Volt).............................................................................. ( 1.4 )

I delta = (Ampere) ........................................................................ ( 1.5 )

Z delta = = (Ohm) ....................................................... ( 1.6 )

Sdelta = 3 × Vdelta × I delta = × Iline

= 3 × = × Z delta (VA) ............................................. ( 1.7 )

P = S cos φ (Watt) ............................................................................. ( 1.8 )

Q = S sin φ (VAR) ............................................................................ ( 1.9 )

II.5.3 Beban Seimbang Terhubung Y

Untuk sumber dan beban yang tersambung bintang (star) atau Y, hubungan

antara besaran listriknya adalah sebagai berikut :

Vstar = (Volt) ............................................................................. ( 1.10 )

I star = I line (Ampere) ......................................................................... ( 1.11 )

Zstar = = (Ohm) ............................................................ ( 1.12 )

Sstar = 3 × Vstar × Istar = Vline × Iline = 3 ×

= 3 × × Z star (VA) .............................................................. ( 1.13 )

P = S cos φ (Watt) ............................................................................. ( 1.14 )

Page 39: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Q = S sin φ (VAR) ............................................................................ ( 1.15 )

II.5.4 Daya Dalam Sistem Tiga Phasa

Daya sesaat pada suatu sumber sinusoida satu phasa juga berbentuk sinusoida

dengan frekwensi dua kali frekwensi sumbernya. Maka :

P = VI Cos θ – VI Cos (2ωt-θ) (Watt) ................... ( 1.16 )

Persamaan 1.16 di atas dapat diterapkan pada setiap phasa dalam suatu sistem

tiga phasa seimbang. Satu-satunya perubahan yang diperlukan adalah adanya

pergeseran phasa 120o di antara phasa-phasanya itu. Sesuai dengan hal tersebut,

untuk masing-masing phasa dapat ditulis :

PR = VPIP Cos θ – VPIP Cos (2ωt-θ) (Watt) ............... ( 1.17 )

PS = VPIP Cos θ – VPIP Cos (2ωt-θ – 120o) (Watt) .... ( 1.18 )

PT = VPIP Cos θ – VPIP Cos (2ωt-θ – 240o) (Watt) .... ( 1.19 )

Dengan phasa R dipilih sebagai phasa acuan, Vp dan Ip menyatakan nilai-nilai

efektif tegangan phasa, dan arus phasanya serta θ menyatakan sudut impedansi beban

tiga phasa seimbang yang menyerap daya. Jadi daya sesaat keseluruhannya adalah :

P = PR + PS + PT (Watt) .............................. ( 1.20 )

P = 3 VPIP Cos θ – VPIP [ Cos (2ωt-θ) + Cos (2ωt-θ – 120o) +

Cos (2ωt-θ – 240o) ] (Watt) .................................................................... ( 1.21 )

P = 3 VPIP Cos θ (Watt)............................................................................... ( 1.22 )

Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara Y, maka :

Vl = Vp (Volt) .................................. ( 1.23 )

Il = IP (Amp) ...................................... ( 1.24 )

Page 40: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Untuk suatu sistem tiga phasa yang dihubungkan secara ∆, maka :

Vl = VP (Volt) .................................... ( 1.25 )

Il = IP (Amp) ................................... ( 1.26 )

Untuk hubungan Y, dengan menggunakan Persamaan 1.23 dan 1.24, maka

didapatkan :

P = 3 Il Cos θ = Vl Il Cos θ (Watt) ................ ( 1.27 )

Untuk hubungan Δ, dengan menggunakan Persamaan 1.25 dan 1.26 maka

didapatkan :

P = 3 Il Cos θ = Vl Il Cos θ (Watt) ................ ( 1.28 )

Tampak bahwa kedua pernyataan diatas menunjukkan bahwa daya dalam

suatu sistem tiga phasa adalah sama, baik untuk hubungan Y ataupun Δ bila dayanya

dinyatakan dalam besaran-besaran salu ran ( lin e ). Tetap i p erlu diin g at bahwa θ

menyatakan sudut impedansi beban perphasa dan bukan sudut antara Vl dengan Il.

II.6 LOSSES PADA JARINGAN DISTRIBUSI

Yang dimaksud losses adalah perbedaan antara energi listrik yang disalurkan

(Ps) dengan energi listrik yang terpakai (Pp).

Losses = × 100% ............................ ( 1.29 )

Page 41: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

II.6.1 Losses Pada Penghantar Phasa

Jika suatu arus mengalir pada suatu penghantar, maka pada penghantar

tersebut akan terjadi rugi-rugi energi menjadi energi panas karena pada penghantar

tersebut terdapat resistansi. Rugi-rugi dengan beban terpusat di ujung dirumuskan:

△V = I (R cos φ + X sin φ)L ........................... ( 1.30 )

△P = 3 I2 R L ................................................. ( 1.31 )

Sedangkan jika beban terdistribusi merata di sepanjang saluran, maka rugi-

rugi energi yang timbul adalah :

△V = (R cos φ + X sin φ)L ...................... ( 1.32 )

△P = 3 R L ............................................ ( 1.33 )

Dengan :

I : Arus yang mengalir pada penghantar (Ampere)

R : Tahanan pada penghantar (Ohm / km)

X : Reaktansi pada penghantar (Ohm / km)

Cos φ : Faktor daya beban

L : Panjang penghantar (km)

II.6.2 Losses Akibat Beban Tidak Seimbang

Akibat pembebanan di tiap phasa yang tidak seimbang, maka akan mengalir

arus pada hantaran netral. Jika di hantaran pentanahan netral terdapat nilai tahanan

dan dialiri arus, maka kawat netral akan bertegangan yang menyebabkan tegangan

pada trafo tidak seimbang.

Page 42: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Arus yang mengalir di sepanjang kawat netral, akan menyebabkan rugi daya

di sepanjang kawat netral sebesar:

△P = IN 2 RN ...................................... ( 1.34 )

Dimana : P = losses yang timbul pada konektor (watt)

IN = arus yang mengalir melalui kawat netral (ampere)

RN = tahanan pada kawat netral (ohm)

II.6.3 Losses Pada Sambungan Tidak Baik

Losses ini terjadi karena di sepanjang jaringan tegangan rendah terdapat

beberapa sambungan, antara lain :

1. Sambungan saluran jaringan tegangan rendah dengan kabel NYFGBY.

2. Percabangan saluran jaringan tegangan rendah.

3. Percabangan untuk sambungan pelayanan.

I I

R R

Gambar 2.15 Sambungan Kabel

Besarnya rugi-rugi daya pada sambungan dirumuskan :

△P = I2 R ....................................... ( 1.35 )

Dimana : P = losses yang timbul pada konektor (watt)

I = arus yang mengalir melalui konektor (ampere)

R = tahanan konektor (ohm)

Page 43: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

BAB III

PENINJAUAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

PADA SISTEM DISTRIBUSI

III.1 UMUM

Transformator merupakan alat yang memegang peran penting dalam sistem

distribusi. Transformator distribusi mengubah tegangan menengah menjadi tegangan

rendah. Sebagaimana halnya dengan komponen-komponen lain dari rangkaian

distribusi, rugi-rugi energi dan turun tegangan yang disebabkan arus listrik yang

mengalir menuju beban. Sehingga harus dilakukan penentuan untuk pemilihan dan

lokasi transformator.

Transformator distribusi yang umum digunakan adalah transformator step-

down 20KV/400V. Tegangan fasa ke fasa sistem jaringan tegangan rendah adalah

380V. Karena terjadi drop tegangan, maka pada rak tegangan rendah dibuat di atas

380V agar tegangan pada ujung penerima tidak lebih kecil dari 380V. Pada

kumparan primer akan mengalir arus jika kumparan primer dihubungkan ke sumber

tegangan bolak-balik, sehingga pada inti tansformator yang terbuat dari bahan

ferromagnet akan terbentuk sejumlah garis-garis gaya magnet (fluks = Ф).

Karena arus yang mengalir merupakan arus bolak-balik, maka fluks yang

terbentuk pada inti akan mempunyai arah dan jumlah yang berubah-ubah. Jika arus

yang mengalir berbentuk sinusoidal, maka fluks yang terjadi akan berbentuk

sinusoidal pula. Karena fluks tersebut mengalir melalui inti yang mana pada inti

tersebut terdapat belitan primer dan sekunder, maka pada belitan primer dan

Page 44: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

sekunder tersebut akan timbul ggl (gaya gerak listrik) induksi, tetapi arah ggl induksi

primer berlawanan dengan arah ggl induksi sekunder. Sedangkan frekuensi masing-

masing tegangan sama dengan frekuensi sumbernya.

III.2 PRINSIP KERJA TRANSFORMATOR

Transformator terdiri atas dua buah kumparan (primer dan sekunder) yang

bersifat induktif. Kedua kumparan ini terpisah secara elektris namun berhubungan

secara magnetis melalui jalur yang memiliki reluktansi (reluctance) rendah. Apabila

kumparan primer dihubungkan dengan sumber tegangan bolak-balik maka fluks

bolak-balik akan muncul di dalam inti yang dilaminasi, karena kumparan tersebut

membentuk jaringan tertutup maka mengalirlah arus primer. Akibat adanya fluks di

kumparan primer maka di kumparan primer terjadi induksi (self induction) dan

terjadi pula induksi di kumparan sekunder karena pengaruh induksi dari kumparan

primer atau disebut sebagai induksi bersama (mutual induction) yang menyebabkan

timbulnya fluks magnet di kumparan sekunder, maka mengalirlah arus sekunder jika

rangkaian sekunder di bebani, sehingga energi listrik dapat ditransfer keseluruhan

(secara magnetisasi)

e = (-) N (Volt) ......................................... ( 2.1 )

Dimana : e = gaya gerak listrik (Volt)

N = jumlah lilitan (turn)

= perubahan fluks magnet (weber/sec)

Perlu diingat bahwa hanya tegangan listrik arus bolak-balik yang dapat

ditransformasikan oleh transformator, sedangkan dalam bidang elektronika,

Page 45: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

transformator digunakan sebagai gandengan impedansi antara sumber dan beban

untuk menghambat arus searah sambil tetap melakukan arus bolak-balik antara

rangkaian.

Tujuan utama menggunakan inti pada transformator adalah untuk mengurangi

reluktansi (tahanan magnetis) dari rangkaian magnetis (common magnetic circuit).

III.2.1 Keadaan Transformator Tanpa Beban

Bila kumparan primer suatu transformator dihubungkan dengan sumber

tegangan V1 yang sinusoidal, akan mengalirkan arus primer I0 yang juga sinusoid dan

dengan menganggap belitan N1 reaktif murni. I0 akan tertinggal 900 dari V1. Arus

primer I0 menimbulkan fluks (Ф) yang sefasa dan juga berbentuk sinusoid.

V2

I2

V1

I0

N1 N2AC

Gambar 3.1 Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

I1I0

Ic ImRc XmV1 V2

Gambar 3.2 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

Page 46: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

V1 E1

I0

Φ

Gambar 3.3 Gambar Vektor Transformator Dalam Keadaan Tanpa Beban

90o0ωt

V1 I , Φo

2ππ

o

Gambar 3.4 Gambar Gelombang Io Tertinggal 90o Dari V1

Ф = Фmax sin ωt (weber) .................................. ( 2.2 )

Fluks yang sinusoid ini akan menghasilkan tegangan induksi е1 (Hukum Faraday):

e1 = -N1 ...................................... ( 2.3 )

e1 = -N1 .............................. ( 2.4 )

Page 47: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

e1 = - N1 ω cos ωt (Volt) ........................ ( 2.5 )

e1 = N1ω Фmax sin (ωt – 90) (tertinggal 90o dari Ф) ...... ( 2.6 )

Dimana : e1 = gaya gerak listrik (Volt)

N1 = jumlah belitan di sisi primer (turn)

ω = kecepatan sudut putar (rad/sec)

Φ = fluks magnetik (weber)

90o0

e

i

2ππωt

Φe1 2,

Φ

Gambar 3.5 Gambar Gelombang e1 Tertinggal 90o Dari Φ

Harga efektif :

E1 = .............................................. ( 2.7 )

Page 48: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

E1 = ........................................... ( 2.8 )

E1 = ......................................... ( 2.9 )

E1 = .......................................... ( 2.10 )

E1 = 4,44 N1 f (Volt) ............................. ( 2.11 )

Pada rangkaian sekunder, fluks (Φ) bersama tadi juga menimbulkan :

e2 = - N2 ....................................... ( 2.12 )

e2 = N2 ω Фmax cos ωt (Volt)

Harga efektifnya :

E2 = 4,44 N2f Фmax (Volt) ............................ ( 2.13 )

Bila rugi tahanan dan adanya fluksi bocor diabaikan, maka akan terdapat hubungan :

= = = a .................................. ( 2.14)

Dimana : E1 = ggl induksi di sisi primer (Volt)

E2 = ggl induksi di sisi sekunder (Volt)

V1 = tegangan terminal sisi primer (Volt)

V2 = tegangan terminal sisi sekunder (Volt)

N1 = jumlah belitan sisi primer (turn)

N2 = jumlah belitan sisi sekunder (turn)

a = faktor transformasi

Page 49: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

III.2.2 Keadaan Transformator Berbeban

Apabila kumparan sekunder dihubungkan dengan beban ZL, I2 mengalir pada

kumparan sekunder, dimana I2 = .

AC

I1

N1 ZL

I 2

N2V1 V2

ФФ

22‘Фm

Gambar 3.6 Transformator Dalam Keadaan Berbeban

R1 X1

V1 RC XM

I1 I0

IC IM ZL

I'2

R2 X2

V2

I2

Gambar 3.7 Rangkaian Ekivalen Transformator Dalam Keadaan Berbeban

Arus beban I2 ini akan menimbulkan gaya gerak magnet (ggm) N2 I2 yang

cenderung menentang fluks (Ф) bersama yang telah ada akibat arus pemagnetan.

Agar fluks bersama itu tidak berubah nilainya, pada kumparan primer harus mengalir

arus I2', yang menentang fluks yang dibangkitkan oleh arus beban I2, hingga

keseluruhan arus yang mengalir pada kumparan primer menjadi:

I1 = I0 + I2’ (Ampere)................................ ( 2.15 )

Page 50: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Bila komponen arus rugi inti (Ic) diabaikan, maka I0 = Im , sehingga :

I1 = Im + I2’ (Ampere) ............................... ( 2.16 )

Dimana: I1 = arus pada sisi primer (Ampere)

I'2 = arus yg menghasilkan Φ'2 (Ampere)

I0 = arus penguat (Ampere)

Im = arus pemagnetan (Ampere)

Ic = arus rugi-rugi inti (Ampere)

Untuk menjaga agar fluks tetap tidak berubah sebesar ggm yang dihasilkan

oleh arus pemagnetan IM, maka berlaku hubungan :

N1 IM = N1 I1 – N2 I2 ................................ ( 2.17 )

N1 IM = N1 (IM + I2’) – N2 I2........................... ( 2.18 )

N1 I2’ = N2 I2 ...................................... ( 2.19 )

Karena IM dianggap kecil, maka I2’ = I1. Sehingga :

N1 I1 = N2 I2 ...................................... ( 2.20 )

V1 I1 = V2 I2 ...................................... ( 2.21 )

Page 51: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

III.3 RUGI-RUGI PADA TRANSFORMATOR

Rugi Tembaga Rugi Tembaga

Rugi Besi Histeresis Dan Eddy Current

Gambar 3.8 Blok Diagram Rugi – Rugi Pada Transformator

III.3.1 Rugi Tembaga ( Pcu )

Rugi yang disebabkan arus mengalir pada kawat tembaga yang terjadi pada

kumparan sekunder dapat ditulis sebagai berikut :

Pcu = I2 R (Watt) .................................. ( 2.22 )

Formula ini merupakan perhitungan untuk pendekatan. Karena arus beban

berubah–ubah, rugi tembaga juga tidak konstan bergantung pada beban. Dan perlu

diperhatikan pula resistansi disini merupakan resistansi AC.

III.3.2 Rugi Besi ( Pi )

Rugi besi terdiri atas :

• Rugi histerisis (Ph), yaitu rugi yang disebabkan fluks bolak – balik pada

inti besi yang dinyatakan sebagai :

Ph = kh f Bmaks1.6 watt ............................. ( 2.23 )

Sumber

Kumparan primer

Fluks Bersama

Kumparan Sekunder

Out Put

Page 52: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum (weber)

• Rugi arus eddy (Pe) , yaitu rugi yang disebabkan arus pusar pada inti besi.

Dirumuskan sebagai :

Pe = ke f2 B2maks (Watt) ............................ ( 2.24 )

Kh = konstanta

Bmaks = Fluks maksimum ( weber )

Jadi, rugi besi ( rugi inti ) adalah :

Pi = Ph + Pe (Watt) ................................ ( 2.25 )

III.4 KONSTRUKSI TRANSFORMATOR

III.4.1 Kontruksi Transformator Tiga Phasa

Untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh arus pusar di dalam inti,

rangkaian magnetik itu biasanya terdiri dari setumpuk laminasi tipis. Untuk

konstruksi tipe inti dapat dilihat pada Gambar 3.9.

SEKUNDER

PRIMER

R S T

r s t

Gambar 3.9 Konstruksi Transformator Tiga Fasa Tipe Inti

Page 53: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Salah satu jenis konstruksi yang biasa dipergunakan yaitu tipe cangkang

diperlihatkan pada Gambar 3.10 :

R

S

T

r

s

t

PRIMER

SEKUNDER

Gambar 3.10 Transformator Tiga Fasa Tipe Cangkang

Dalam jenis inti (core type) kumparan dililitkan disekitar dua kaki inti

magnetik persegi. Dalam jenis cangkang (shell type) kumparan dililitkan sekitar kaki

tengah dari inti berkaki tiga dengan laminasi silikon-steel. Umumnya digunakan

untuk transformator yang bekerja pada frekuensi dibawah beberapa ratus Hz.

Silikon-steel memiliki sifat-sifat yang dikehendaki yaitu murah, rugi inti rendah dan

permeabilitas tinggi pada rapat fluks tinggi. Inti transformator yang dipergunakan

dalam rangkaian komunikasi pada frekuensi tinggi dan tingkat energi rendah,

Page 54: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

kadang-kadang dibuat dari campuran tepung ferromagnetik yang dimanfaatkan

sebagai permalloy.

III.4.2 Kontruksi Transformator Tiga Phasa

Secara umum hubungan belitan tiga fasa terbagi atas dua jenis, yaitu

hubungan wye (Y) dan hubungan delta (Δ). Masing-masing hubungan belitan ini

memiliki karakteristik arus dan tegangan yang berbeda-beda, selanjutnya akan

dijelaskan dibawah ini. Baik sisi primer maupun sekunder masing-masing dapat

dihubungkan wye ataupun delta.

Pada transformator tiga phasa selain terdapat dua hubungan belitan utama

yaitu hubungan delta dan hubungan bintang. Ada empat kemungkinan lain hubungan

transformator tiga phasa yaitu :

1. Hubungan YY Transformator Tiga Phasa

Hubungan YY pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.11

berikut ini :

Page 55: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

. .

. .

. .

+

+

+

-

a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3

Np2

Np3

VLP VLSV p V sФ Ф

Gambar 3.11 Transformator Hubungan YY

Pada hubungan Y-Y, tegangan primer pada masing-masing phasa adalah :

= VLP / (Volt) ............................... ( 2.26 )

Tegangan phasa primer sebanding dengan tegangan phasa sekunder dan

perbandingan belitan transformator. Maka diperoleh perbandingan tegangan pada

transformator adalah :

= = a .................................. ( 2.27 )

Pada hubungan Y-Y ini jika beban transformator tidak seimbang maka

tegangan pada phasa transformator tidak seimbang.

2. Hubungan YΔ Transformator Tiga Phasa

Hubungan YΔ pada transformator tiga phasa dapat dilihat pada Gambar 3.12

berikut ini :

Page 56: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

. .

. .

. .

a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3

Np2

Np3

VLP VLS

V p

V sФ

Ф

Gambar 3.12 Transformator Hubungan YΔ

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sebanding dengan

tegangan phasa primer VLP = dan tegangan kawat ke kawat sekunder sama

dengan tegangan phasa VLS = VΦS. Sehingga diperoleh perbandingan tegangan pada

hubungan ini adalah sebagai berikut :

= = a................................ ( 2.28 )

Hubungan ini lebih stabil dan tidak ada masalah dengan beban tidak

seimbang dan harmonisa.

3. Hubungan ΔY Transformator Tiga Phasa

Hubungan ΔY pada transformator tiga phasa ditunjukkan pada Gambar 3.13

berikut ini :

Page 57: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

VLS

. .

. .

. .

++

-

a a'

b

b'

c

c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3

Np2

Np3

VLP V pV s

-

Ф Ф

Gambar 3.13 Transformator Hubungan ΔY

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat primer sama dengan tegangan

phasa primer VLP = VΦP dan tegangan sisi sekunder VLS = . Maka

perbandingan tegangan pada hubungan ini adalah :

= = ................................. ( 2.29 )

Hubungan ini memberikan keuntungan yang sama dan beda phasa yang sama

seperti pada hubungan YΔ.

4. Hubungan ΔΔ Transformator Tiga Phasa

Hubungan ini dapat dilihat pada Gambar 3.14 berikut ini :

Page 58: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

VLS

. .

. .

. .

++

-

a a'

b b'

c c'

Np1 Ns1

Ns2

Ns3

Np2

Np3

VLP V pV s

-

ФФ

Gambar 3.14 Transformator Hubungan ΔΔ

Pada hubungan ini tegangan kawat ke kawat dan tegangan phasa sama untuk

primer dan sekunder transformator VLP = VΦP dan VLS = VΦS. Maka hubungan

tegangan primer dan sekunder transformator adalah sebagai berikut :

= = a .................................... ( 2.30 )

Perbedaan phasa pada hubungan ini tidak ada dan stabil terhadap beban tidak

seimbang dan harmonisa.

5. Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)

Hubungan zig-zag adalah hubungan bintang dari kumparan-kumparan phasa

suatu transformator phasa banyak, dimana tiap kumparan phasa dibentuk dari bagian-

Page 59: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

bagian yang mempunyai tegangan imbas yang phasanya bergeser. Pada sistem ini

juga hanya menggunakan phasa R, S, dan T . Sistem hubungan zig-zag dapat dilihat

pada Gambar 3.15 berikut ini :

ZR

R TS

ZS ZT

ISIR IT

Gambar 3.15 Sistem Hubungan Zig-Zag (Z)

III.5 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN PRIMER TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI

Tegangan primer sesuai dengan tegangan nominal sistem pada jaringan

tegangan menengah (JTM) yang berlaku dilingkungan ketenagalistrikan yaitu 6 KV

dan 20 KV. Dengan demikian ada dua macam transformator distribusi yang

dibedakan oleh tegangan primernya, yaitu :

a. Transformator distibusi bertegangan primer 6 KV

b. Transformator distribusi betegangan primer 20 KV

Page 60: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Catatan :

Pada sistem distribusi tiga phasa, 4 kawat, maka transformator phasa tunggal

yang dipasang tentunya mempunyai tegangan pengenal misalnya untuk 20 kV

yaitu : = 12 kV

III.6 SPESIFIKASI UMUM TEGANGAN SEKUNDER TRANSFOMATOR

DISTRIBUSI

Tegangan sekunder ditetapkan tanpa disesuaikan dengan tegangan nominal

sistem jaringan tegangan rendah (JTR) yang berlaku dilingkungan PLN (127 V &

220 V untuk sistem phasa tunggal dan 127/220 V dan 220/380 V untuk sistem tiga

phasa), yaitu 133/231 V dan 231/400 V (pada keadaan tanpa beban). Dengan

demikian ada empat macam transformator distribusi yang dibedakan oleh tegangan

sekundernya, yaitu :

a. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V

b. Transformator distribusi bertegangan sekunder 231/400 V

c. Transformator distribusi bertegagan sekunder 133/231 V dan 231/400 V

yang dapat digunakan secara serentak (simultan).

Catatan :

Bilamana dipakai tidak serentak maka dengan bertegangan sekunder

231/400 V daya transformator tetap 100 % daya pengenal, sedang

dengan tegangan sekunder 133/231 V dayanya hanya 75 % daya

pengenal.

Page 61: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

d. Transformator distribusi bertegangan sekunder 133/231 V dan 231/400 V

yang digunakan terpisah.

III.7 SPESIFIKASI UMUM PENYADAPAN (TAPING)

TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Ada tiga macam penyadapan tanpa beban (STB), yaitu :

a. Sadapan tanpa beban tiga langkah : 21 ; 20 ; 19 kV

b. Sadapan tanpa beban lima langkah : 22 ; 21 ; 20 ; 19 ; 18 kV

c. Sadapan tanpa beban lima langkah : 21 ; 20,5 ; 20 ; 19,5 ; 19 kV

Penyadapan dilakukan dengan pengubah sadapan (komutator) pada

keadaan tanpa beban pada sisi primer.

Catatan :

Nilai-nilai tegangan sadapan, khususnya penyadapan utama (principle

tapping), adalah nilai-nilai yang bersesuaian dengan besaran-besaran

pengenal (arus, tegangan, daya).

III.8 SPESIFIKASI UMUM DAYA PENGENAL TRANSFORMATOR

DISTRIBUSI

Nilai-nilai daya pengenal tranformator distribusi yang lebih banyak dipakai

dalam SPLN 8 : 1978 IEC 76 – 1 (1976) seperti pada Tabel 3.1, sedang yang

bertanda * adalah nilai-nilai standar transformator distribusi yang dipakai PLN.

Page 62: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Tabel 3.1 Nilai Daya Pengenal Transformator Distribusi

KVA 5

6,3 8 10

12,5 16* 20

25* 31,5

40 50* 63 80

100* 125

160* 200* 250*

315* 400* 500* 630* 800* 1000* 1250* 1600*

Dst

III.9 SPESIFIKASI UMUM RUGI-RUGI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Berbagai nilai dari rugi-rugi transformator distribusi menurut SPLN 50 tahun

1997 dapat dilihat pada Tabel 3.2 berikut ini :

Tabel 3.2 Nilai Rugi-rugi Transformator Distribusi

KVA Rating

Rugi Besi (Watt)

Rugi Tembaga (Watt)

25 50 100 160 200 315 400 680 800

1000 1250 1600

115 190 320 400 550 770 930

1300 1950 2300 2700 3300

700 1100 1750 2000 2850 3900 4600 6500

10200 12100 15000 18100

Page 63: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

III.10 REGULASI TEGANGAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Regulasi tegangan transformator didefinisikan sebagai perubahan pada

tegangan terminal sekunder transformator yang dinyatakan dalam persentase (atau

dalam per unit) terhadap tegangan nominal sekunder pada saat berbeban dengan

faktor daya yang dapat berkurang hingga nol.

Jika V2 adalah tegangan terminal sekunder untuk setiap beban dan E2 adalah

tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban. Dan dengan beban tertentu dan

faktor daya tertentu, maka regulasi tegangan transformator dapat dirumuskan sebagai

berikut :

VR = ...................... ( 2.31 )

Tegangan nominal sekunder transformator adalah sama dengan tegangan

tegangan terminal transformator pada saat berbeban yaitu V2. Jadi persamaan 3.33 di

atas dapat dituliskan sebagai berikut :

VR = dalam per unit .................... ( 2.32 )

VR = × 100% ............................... ( 2.33 )

Dimana :

VS(NL) = Tegangan terminal sekunder pada saat tanpa beban (Volt)

VS(FL) = Tegangan terminal sekunder untuk setiap beban (Volt)

VR = Regulasi tegangan transformator ( % )

Page 64: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

III.11 EFISIENSI TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Efisiensi dinyatakan sebagai :

η = = .......................... ( 2.34 )

atau :

η = × 100% ............................................ ( 2.35 )

dimana : Pout = Daya keluaran (Watt)

PIn = Daya masukan (Watt)

∑ rugi-rugi = Pcu + Pi

Pcu = Rugi tembaga (Watt)

Pi = Rugi inti (Watt)

1. Perubahaan efisiensi terhadap beban

Perubahaan efisiensi terhadap beban dinyatakan sebagai :

η = ............................ ( 2.36 )

agar η maksimum, maka

= 0 .......................................................... ( 2.37 )

Jadi,

R2ek = .................................................................................. ( 2.38 )

Pi = I22 R2ek = Pcu ..................................................................... ( 2.39 )

Artinya, untuk beban tertentu, efisiensi maksimum terjadi ketika

Page 65: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

rugi tembaga = rugi inti.

2 . Perubahan efisiensi terhadap faktor daya (Cos φ) beban

Perubahan efisiensi terhadap faktor daya (Cos φ) beban dapat dinyatakan

sebagai : η = 1 – ........................... ( 2.40 )

η = 1 – .......................... ( 2.41 )

Bila ∑ rugi / V2 I2 = X = konstan

maka,

η = 1 – = 1 – ..................... ( 2.42 )

BAB IV

Page 66: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

ANALISA PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

BERDASARKAN JATUH TEGANGAN PADA SISI 20 kV

IV.1 UMUM

Transformator distribusi merupakan suatu alat yang memegang peranan

penting dalam sistem distribusi daya listrik. Transformator distribusi mengubah

tegangan menengah 20kV menjadi tegangan rendah 400/230 V. Akan tetapi pada

saat pembebanan terjadi regulasi tegangan pada sistem distribusi yang cukup besar,

khususnya pada saat beban puncak.

Suatu sistem tenaga listrik memiliki kualitas baik apabila tegangan jatuh yang

terjadi pada sistem selama pembebanan tidak lebih dari 5%. Oleh sebab itu, selama

pembebanan dilakukan pemeliharaan secara berkala yaitu berupa pemeriksaan pada

jaringan atau sistem apakah tegangan masih belum melewati batas yang diijinkan.

Apabila sudah melewati batas yang diijinkan maka akan dilakukan perbaikan

tegangan dengan berbagai cara seperti menambah kapasitor daya, menggunakan load

tap changer pada trafo daya.

Pada tugas akhir ini, salah satu cara dari perbaikan tegangan yang dilakukan

adalah dengan memindahkan jarak transformator yang terlalu jauh dari garu induk.

Hal itu dilakukan, karena letak beban terlalu jauh dari gardu induk sehingga

penempatan transformator distribusi pun ikut jauh dari gardu induk. Sehingga dengan

pembebanan yang terlalu jauh dan pembebanan semakin besar maka tegangan jatuh

yang terjadi sepanjang saluran distribusi primer pun bertambah besar dan sudah

melewati batas yang diijinkan. Maka harus dilakukan peninjauan kembali letak

Page 67: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

transformator agar tidak terjadi tegangan jatuh yang cukup besar pada sistem

distribusi primer.

Dengan perbaikan tegangan pada sisi primer pada transformator distribusi

maka akan mengoptimalkan kinerja transformator distribusi sehingga daya dan

tegangan yang sampai pada pelanggan lebih optimal.

IV.2 PERSAMAAN YANG DIGUNAKAN DALAM PERHITUNGAN

Persamaan-persamaan yang digunakan untuk menganalisa kualitas kinerja

transformator distribusi dalam melayani beban adalah sebagai berikut :

IV.2.1 Perhitungan Besar Arus Pada Sisi Primer Transformator

Besar arus pada sisi primer transformator dapat dihitung dengan

rumus

I = ...................................................... (4.1)

Dimana :

I = Besar arus phasa (A)

Sin = Besar KVA saluran (KVA)

VLL = Besar tegangan jala-jala (V)

IV.2.2 Perhitungan Resistansi Dan Induktansi Keseluruhan Dari

Saluran Primer Yang Menuju Transformator

Page 68: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Resistansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada

sisi primer transformator :

Rtotal = R utama L utama + R sub utama L sub utama + R lateral L lateral ....... (4.2a)

Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai

pada sisi primer transformator adalah :

Xtotal = X utama Lutama + Xsub utama Lsub utama + Xlateral Llateral ............ (4.2b)

Dimana :

R = Besar tahanan saluran (Ohm/Kms)

X = Besar induktansi saluran (Ohm/Kms)

L = Besar panjang saluran (Kms)

IV.2.3 Perhitungan Jatuh Tegangan Pada Jaringan Distribusi Primer

Besarnya jatuh tegangan pada saluran dapat dihitung dengan :

△V = × L × I (R cosφ + X sin φ) ............. (4.3)

Dimana :

I = Besar arus phasa pada sisi primer transformator (A)

L = Panjang Saluran (Kms)

R = Besar resistansi saluran (Ohm/Kms)

X = Besar reaktansi induktif (Ohm/Kms)

Φ = Sudut faktor daya

Maka untuk saluran distribusi primer besar jatuh tegangan pada

saluran distribusi primer adalah :

Page 69: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral ...... (4.4)

IV.2.4 Perhitungan Losses Pada Jaringan Distribusi Primer

1. Persamaan Rugi-Rugi Daya Aktif pada saluran :

△P = 3 I2 R ................................. (4.5)

Dimana :

I = Besar arus perphasa (Ampere)

R = Besar resistansi pada saluran (Ohm)

△P = Besar rugi-rugi daya aktif (Watt)

Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya aktif adalah :

△Ptotal = △P utama + △P sub utama + △P lateral ....... (4.6)

2. Persamaan Rugi-Rugi Daya Reaktif

△Q = 3 I2 XL ................................. (4.7)

Dimana :

I = Besar arus perphasa (Ampere)

XL = Besar reaktansi induktif pada saluran (Ohm)

△Q = Besar rugi-rugi daya reaktif (VAR)

Maka untuk saluran distribusi primer besar rugi-rugi daya reaktif adalah :

△Qtotal = △Q utama + △Q sub utama + △Q lateral .............. (4.8)

Page 70: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

IV.2.5 Perhitungan Persentase Drop Voltage Pada Saluran Distribusi

Primer

Besar persentase drop voltage pada saluran distribusi primer dapat

dihitung dengan :

% △V = × 100 % ........................ (4.9)

IV.2.6 Perhitungan Besar Daya Output Transformator

Besar daya output transformator dapat dihitung dengan :

Pout = Pin – Prugi ............................... (4.10)

IV.2.7 Perhitungan Besar Efisiensi Transformator

Besar efisiensi transformator dapat dihitung dengan :

η = × 100 % ............................... (4.11)

IV.3 METODE PENGAMBILAN DATA TRANSFORMATOR DISTRIBUSI

Metode penmgambilan data dilakukan dengan mengambil data hasil ukur

tiap-tiap transformator distribusi pada Waktu Beban Puncak dengan menggunakan

rumus pendekatan statistik, yaitu :

n = .......................................... (4.12)

Dimana :

n = Sampel

Page 71: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

N = Jumlah Populasi (Jumlah Trafo Distribusi pada Gardu Induk Paya Geli)

d = Derajat Kebebasan

dimana : d = 0,1

Maka, jumlah data transformator distribusi yang diambil untuk :

N = 115 Trafo distribusi

d = 0,1

adalah n = 54 Trafo Distribusi

IV.4 DATA HASIL UKUR KVA DAN DIMENSI SALURAN DISTRIBUSI

PRIMER YANG DISALURKAN DARI GARDU INDUK PAYA GELI

MENUJU PT. PLN (RAYON MEDAN KOTA)

Untuk mengetahui besar tegangan jatuh sepanjang saluran distribusi primer,

maka diperlukan data-data mengenai saluran distribusi primer dan transformator

yang terpasang dan daya nya disalurkan dari gardu induk paya geli.

Tabel 4.1 Konstanta Jaringan / SPLN 64 Tahun 1985

Yang Digunakan Pada Penyulang Paya Geli

Luas Penampang (mm2) Impedansi (Ohm/Kms) KHA (A)

XLPE 240 0,098 + j0,133 553

AAAC 240 0,1344 + j0,3158 585

AAAC 150 0,2162 + j0,3305 425

AAAC 70 0,4608 + j0,3572 155

AAAC 50 0,6452 + j0,3678 210

Page 72: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Bastanna Erlayas Bangun : Studi Penempatan Transformator Distribusi Berdasarkan Jatuh Tegangan (Studi Kasus Pada PT. PLN (Persero) Rayon Medan Kota), 2010.

Tabel 4.2 Data Saluran Penyulang G.I Paya Geli (Rayon Medan Kota)

No Nama

Penyulang

Kode Daerah Pelayanan Panjang Total

Jaringan SUTM

(Kms)

1 Tripang PG.2 Jl.Asr.Pondok Kelapa, P.B.Asri,

Jl.Binjai, Jl.Kpt.Muslim, Jl.Aml Luhur

57,76

2 Gurita PG.3 Jl.Binjai,Tapian Daya, Kantor Bulog,

T.Elok, Sei Kambing,Un.P.Budi

59,47

3 Kepiting PG.5 PDAM Sgl,Prm Kodam II, Jl.Kasuari,

Jl.Garuda, Jl.Beo, Ktr.PTP III

9,9

Page 73: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Tabel 4.3 Data Hasil Ukur Transformator Distribusi (Rayon Medan Kota)

Pada Penyulang Paya Geli

No. No.Gardu Alamat Lokasi KVA

Trafo

Panjang Saluran

(Kms)

KVA Trafo (Sin) pada saat beban

puncak

Cosφ

1 SL 42 JL. KELAMBIR V 250 9,17 205 0,91

2 SL 178 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK G 400 11,71 380 0,92

3 SL 166 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK C/D 315 17,55 300 0,92

4 SL 107 JL. KOMP. BUMI ARSI BLOK E 400 18,36 380 0,92

5 SL 168 JL. BAKTI LUHUR 160 19,56 140 0,93

6 SL 93 JL. ASRAMA DPN STATISTIK 160 21,25 130 0,92

7 SL 128 JL. ASRAMA CNI 630 23,42 520 0,91

8 SL 22 JL. ASRAMA 160 25,33 140 0,90

9 SL 176 JL. ASRAMA DIRJEN PAJAK 800 27,97 650 0,90

10 SL 21 JL. PRONA 200 28,24 175 0,90

Page 74: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

11 SL 20 JL. ASRAMA 160 28,87 146 0,90

12 SL 19 JL. GAGAK HITAM 315 28,62 278 0,93

13 SL 117 JL. KOMP. PERWIRA 3.180 39,85 2978 0,91

14 SL 14 JL. MERAK SP. RAJAWALI 250 30,65 237 0,91

15 SL 169 JL. BEO 160 32,71 148 0,90

16 SL 170 JL. KIWI 400 32,97 379 0,91

17 SL 175 JL. GAGAK HITAM SP. BALAM 160 30,92 144 0,92

18 SL 143 JL. SETIA LUHUR KOMP.TATA PLAZA 250 23,31 239 0,93

19 SL 164 JL. K. MUSLIM P. MILLENNIUM 4.000 25,34 3905 0,92

20 SL 125 JL. K. MUSLIM P. MILLENNIUM 250 22,35 237 0,90

21 SL 82 JL. K. MUSLIM 315 22,56 282 0,92

22 SL 81 JL. K. MUSLIM 250 22,86 236 0,91

23 SL 80 JL. BUDI LUHUR 160 23,21 149 0,92

24 SL 79 JL. K. MUSLIM 160 23,31 143 0,90

Page 75: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

25 SL 03 JL. JAWA 200 23,68 188 0,92

26 SL 43 JL. GATSU KP. LALANG 315 2,87 286 0,91

27 SL 39 JL. P. BARIS II C. CINA 351 6,09 344 0,92

28 SL 183 JL. GATSU PT. MAKRO 3.180 5,81 2945 0,90

29 SL 149 JL. GATSU PT. TELKOM 630 10,11 615 0,90

30 SL 102 JL. GATSU RRI 600 7,99 583 0,92

31 SL 05 JL. GATSU DPN BPKP 315 14,71 287 0,91

32 SL 138 JL. RESMI 250 16,65 232 0,92

33 SL 160 JL. GATSU T. ELOK 250 17,09 241 0,90

34 SL 141 JL. GATSU T. ELOK 250 17,15 240 0,91

35 SL 106 JL. GATSU PANCA BUDI 400 18.25 358 0,90

36 SL 145 JL. GATSU JASA RAHARJA 400 17,87 371 0,91

37 SL 01 JL. GATSU DPN PANCA BUDI 250 17,91 208 0,92

38 SL 24 JL. KOMP.MEDAN FAIR/PEKAN RAYA 1.250 18,09 1110 0,91

Page 76: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

39 SL 08 JL AMAL LUHUR 250 17,66 201 0,91

40 SL 09 JL AMAL LUHUR 250 18,37 231 0,90

41 SL 10 JL. BAKTI LUHUR 250 17,91 223 0,91

42 SL 120 JL. SETIA LUHUR 250 19,83 231 0,92

43 B 099 JL GT SUBROTO/TITI PAPAN 200 20,45 166 0,90

44 B 096 JL GT SUBROTO/SOSPOL 250 22,05 200 0,91

45 B 097 JL GT SUBROTO (PRICEMART) 4.000 23,16 3920 0,93

46 B 070 JL GT SUBROTO SP BARAT 400 23,46 333 0,90

47 B 063 JL PASUNDAN 315 25,99 265 0,90

48 B 065 JL M IDRIS 250 27,64 209 0,92

49 B 066 JL PWS GG NASIONAL 250 28,09 229 0,93

50 B 212 JL MERBAU 4.000 28,79 3460 0,93

51 B 068 JL PUNAK/PBR KIMIA 250 28,99 243 0,92

52 SL49_A GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 899 0,91

Page 77: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

53 SL49_B GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 902 0,91

54 SL49_C GARDU PDAM SUNGGAL 1.000 7,53 881 0,91

Page 78: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

IV.5 ANALISA DATA

Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Pada

Saat Beban Puncak.

Untuk Data Trafo Distribusi No.1

Besar arus phasa pada sisi primer transformator :

Iphasa =

Iphasa = = 3.42 A

Tahanan total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi

primer transformator adalah :

Rtotal = Rutama Lutama + Rsub utama Lsub utama + Rlateral Llateral

Rtotal = ((0,098×3,12)+(0,2162×4,96)) + 0 + (0,6452×1,09)

= 2,08 Ohm/Kms

Induktansi total saluran distribusi primer dari gardu induk sampai pada sisi

primer transformator adalah :

Xtotal = X utama Lutama + Xsub utama Lsub utama + Xlateral Llateral

Xtotal = ((0,133×3,12)+(0,3305×4,96)) + 0 + (0,3678×1,09)

= 2,46 Ohm/Kms

Perhitungan tegangan jatuh pada saluran distribusi primer dari gardu induk

sampai pada sisi primer transformator adalah :

Page 79: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral

△V total = × I × (Rtotal cosφ + Xtotal sin φ)

= × 3,42 × ((2,08 × 0,91) + (2,46 × 0,41))

= 17,17 Volt

Perhitungan besar rugi-rugi daya aktif adalah :

△P = 3Iphasa

△P = 3×3,42×(2,08)2

= 44,40 Watt

Perhitungan besar rugi-rugi daya reaktif adalah :

△Q = 3Iphasa

△Q = 3×3,42×(2,46)2

= 61,78 VAR

Persentase tegangan jatuh pada saluran distribusi dari gardu

induk sampai ke sisi primer transformator adalah :

% △V = × 100 %

%△V = × 100%

= 0,09 %

Page 80: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh

hasilnya pada Tabel 4.4 yaitu :

Page 81: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Tabel 4.4 Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Saluran Distribusi Primer Dari Gardu Induk Paya Geli Sampai Pada Transformator

Distribusi (Rayon Medan Kota) Pada Saat Beban Puncak

No. No.

Gardu

Panjang Saluran

(Kms)

Iprimer /Phasa

(A)

Rtotal

(Ohm/Kms)

Xtotal

(Ohm/Kms)

Cosφ Sinφ △P

(Watt)

△Q

(VAR)

△Vtotal

(Volt)

%

△V

1 SL 42 9,17 3,42 2,08 2,46 0,91 0,41 44,40 61,78 17,17 0,09

2 SL 178 11,71 6,33 2,43 3,28 0,92 0,39 111,92 204,76 38,54 0,19

3 SL 166 22,36 5,00 3,50 5,18 0,92 0,39 183,85 403,05 45,40 0,23

4 SL 107 22,86 6,33 3,87 5,47 0,92 0,39 285,18 569,12 62,51 0,31

5 SL 168 23,16 2,33 3,51 5,78 0,93 0,37 86,08 234,25 21,83 0,11

6 SL 93 23,98 2,17 3,73 6,32 0,92 0,39 90,62 259,51 22,14 0,11

7 SL 128 25,24 8,67 4,29 7,04 0,91 0,41 477,75 1287,50 101,86 0,51

8 SL 22 26,3 2,33 4,28 7,61 0,90 0,44 128,36 405,07 29,10 0,15

9 SL 176 28,57 10,83 5,21 8,0 0,90 0,44 881,88 2347,57 158,13 0,79

10 SL 21 29,37 2,92 5,63 8,68 0,9 0,44 277,33 659,83 44,90 0,22

Page 82: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

11 SL 20 29,1 2,43 4,76 8,72 0,9 0,44 165,26 555,71 34,23 0,17

12 SL 19 29,25 4,63 4,76 8,72 0,93 0,37 314,67 1.058,14 61,42 0,31

13 SL 117 39,85 49,63 7,96 12,37 0,91 0,41 9.435,00 22.777,65 1.058,64 5,29

14 SL 14 30,65 3,95 5,00 9,29 0,91 0,41 295,92 1.022,06 57,16 0,29

15 SL 169 33,97 2,47 5.27 9,94 0,90 0,44 205,84 730,80 38,96 0,19

16 SL 170 36,15 6,32 5,31 10,02 0.91 0,41 534,12 1902,49 97,80 0,49

17 SL 175 35,28 2,40 5,03 9,37 0,92 0,39 182,42 632,46 34,44 0,17

18 SL 143 23,31 3,98 5,21 7,13 0,93 0,37 324,54 608,31 51,65 0,26

19 SL 164 25,34 65,08 6,52 7,88 0,92 0,39 8.303,04 12.128,20 1.022,77 5,11

20 SL 125 25,35 3,95 4,50 6,77 0,90 0,44 240,16 54373 48,11 0,24

21 SL 82 25,56 4,70 4,51 6,84 0,92 0,39 286,63 659,65 55,48 0,28

22 SL 81 25,86 3,93 4,57 6,94 0,91 0,41 246,82 568,17 47,73 0,24

23 SL 80 26,09 2,48 4,70 7,06 0,92 0,39 164,62 371,25 30,44 0,15

24 SL 79 26,31 2,38 4,67 7,09 0,9 0,44 155,99 359,19 30,23 0,15

Page 83: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

25 SL 03 26,68 3,13 4,75 7.21 0,92 0,39 212,16 488,66 38,98 0,19

26 SL 43 2,87 4,77 0,40 0,58 0,91 0,41 2,25 4,73 4,93 0,02

27 SL 39 6,09 5,73 1,87 1,71 0,92 0,39 59,85 50,10 23,65 0,12

28 SL 183 5,77 49,08 1,16 1,56 0,9 0,44 199,79 358,97 147,52 0,74

29 SL 149 10,11 10,25 1,05 3,02 0,9 0,44 33,89 280,09 40,35 0,20

30 SL 102 7,99 9,72 1,50 2,27 0,92 0,39 65,94 149,87 38,17 0,19

31 SL 05 14,71 4,78 2,96 4,49 0,91 0,41 125,47 289,09 37,54 0,19

32 SL 138 16,65 3,87 3,56 5,16 0,92 0,39 146,79 308,52 35,39 0,18

33 SL 160 17,09 4,02 3,65 5,29 0,90 0,44 160,68 337,29 39,06 0,20

34 SL 141 17,15 4,00 3,48 5,29 0,91 0,41 145,70 336,42 37,01 0,19

35 SL 106 18,25 5,97 3,79 5,67 0,9 0,44 256,55 575,07 60,98 0,30

36 SL 145 18,21 6,18 3.64 5,53 0,91 0,41 245,79 567,84 59,77 0,30

37 SL 01 17,91 3,47 3,65 5,55 0,92 0,39 138,46 319,88 33,14 0,17

38 SL 24 18,09 18,50 4,48 5,67 0,91 0,41 1.112,43 1.786,85 205,08 1,03

Page 84: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

39 SL 08 17,65 3,35 3,90 5,49 0,91 0,41 152,80 302,89 33,65 0,17

40 SL 09 18,37 3,85 4,36 5,75 0,9 0,44 219,30 382,00 43,02 0,22

41 SL 10 17,91 3,72 3,91 5,57 0,91 0,41 170,13 345,72 37,58 0,19

42 SL 120 19,83 3,85 4,81 6,25 0,92 0,39 267,26 450,51 45,75 0,23

43 B 99 20,45 2,77 4,20 6,39 0,90 0,44 146,27 338,42 31,57 0,16

44 B 96 22,05 3,33 4,54 6,91 0,91 0,41 206,46 478.07 40,24 0,20

45 B 97 23,16 65,33 6,21 8,39 0,93 0,37 7.564,10 13.791.67 1004,97 5,02

46 B 70 23,83 5,55 4,85 7,38 0,90 0,44 391,43 906.89 73,16 0,37

47 B 63 25,99 4,42 6,04 8,27 0,90 0,44 483,24 906.73 69,42 0,35

48 B 65 27,79 3,48 7,10 8,88 0,92 0,39 527,34 823.89 60,32 0,30

49 B 66 28,09 3,82 7,39 9,04 0,93 0,37 626,00 936.70 67,58 0,34

50 B 212 28,79 57,67 7,85 9,30 0,93 0,37 1.0649,02 14.969.88 1.072,53 5,36

51 B 68 28,99 4,05 7,97 9,38 0,92 0,39 772,70 1.068.05 77,11 0,39

52 SL49_A 7,53 14,98 0,74 1,00 0,91 0,41 24,48 45.08 28,08 0,14

Page 85: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

53 SL49_B 7,53 15,03 0,74 1,00 0,91 0,41 24,56 45.23 28,18 0,14

54 SL49_C 7,53 14,68 0,74 1,00 0,91 0,41 2399 44.18 27,52 0,14

Page 86: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Dari hasil analisa data diperoleh 4 transformator distribusi yang besar

persentase tegangan jatuh pada sisi primernya lebih dari 5 %. Dimana menurut

SPLN 72 : 1987 penurunan tegangan maksimum pada beban penuh, yang

dibolehkan dibeberapa titik pada jaringan distribusi adalah :

a. SUTM = 5 % dari tegangan kerja bagi sistem radial

b. SKTM = 2 % dari tegangan kerja pada sistem spindel dan gugus.

c. Trafo distribusi = 3 % dari tegangan kerja

d. Saluran tegangan rendah = 4 % dari tegangan kerja tergantung kepadatan

beban.

e. Sambungan rumah = 1 % dari tegangan nominal.

Page 87: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator Yang Lebih Dari 5% Sebelum Mengalami

Perbaikan

Tabel 4.5 Data Tranformator Yang Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Sebelum Mengalami Perbaikan (>5%)

No No.

Gardu

Iprimer/ phasa

(A)

Lutama

(Kms)

Lsub utama

(Kms)

Llateral

(Kms)

△Vutama

(Volt)

△Vsub utama

(Volt)

△Vlateral

(Volt)

△Vtotal

(Volt)

△P

(Watt)

△Q

(VAR)

1 SL117 49,63 30,07 6,4 3,38 705,70 138,52 214,41 1.058,64 9.435,00 22.777,65

2 SL 164 65,08 22,05 0 3,29 749,43 0 273,34 1.022,77 8.303,04 12.128,20

3 B 97 65,33 23,16 0 3,10 808,28 0 196,69 1.004,97 7.564,10 13.791,67

4 B 212 57,67 24,49 3,3 1,00 756,38 242,63 73,52 1.072,53 10.649,02 14.969,88

Page 88: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Analisa Data Tegangan Jatuh Pada Sisi Primer Transformator

Setelah Mengalami Perbaikan

Dari Tabel 4.5, kita dapat memperbaiki tegangan jatuh pada sisi primer

transformator distribusi dengan penempatan ulang lokasi transformator distribusi

tersebut. Yang pada Tugas Akhir ini kita bahas secara satu persatu dari transformator

tersebut.

1. Gardu SL 117

△Vijinkan = 5% × 20.000

= 1.000 Volt

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral

= 705,70 +138,52 + 214,41

= 1.058,64 Volt

Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :

= 1.058,64 – 1.000 = 58,64 Volt

Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada

bagian lateral adalah :

△L =

=

= 0,92 Kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L2 = L1 – △L

= 3,38 – 0,92 = 2,46 Kms

Page 89: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

2. Gardu SL 164

△Vijinkan = 5% × 20.000

= 1.000 Volt

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral

= 808,28+ 0 + 196,69

= 1.022,77 Volt

Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :

= 1.022,77 – 1.000 = 22,77 Volt

Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada

bagian lateral adalah :

△L =

=

= 0,27 Kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L2 = L1 – △L

= 3,29 – 0,92 = 2,37 Kms

3. Gardu B 97

△Vijinkan = 5% × 20.000

= 1.000 Volt

Page 90: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral

= 749,43 + 0 + 316,15

= 1.004,97 Volt

Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :

= 1.004,97 – 1.000 = 4,97 Volt

Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada

bagian lateral adalah:

△L =

=

= 0,078 Kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L2 = L1 – △L

= 3,1 – 0,078 = 3,02 Kms

4. Gardu B 212

△Vijinkan = 5% × 20.000

= 1.000 Volt

△Vtotal = △V utama + △V sub utama + △V lateral

= 756,38 + 0 + 273,34

= 1.072,53 Volt

Maka selisih tegangan jatuh yang harus di kurangi adalah :

= 1.072,53 – 1.000 = 72,53 Volt

Page 91: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Maka besar perubahan jarak transformator yang diinginkan pada

bagian lateral adalah :

△L =

=

= 0,99 Kms

Maka jarak transformator setelah mengalami perbaikan jarak adalah :

L2 = L1 – △L

= 1 – 0,99 = 0,01 Kms

Analisa Rugi Daya Aktif, Reaktif Dan Efisiensi Pada Pada

Transformator Sebelum Dan Setelah Mengalami Perbaikan

Untuk Data Transformator Gardu SL 117

Sebelum perbaikan :

Sin = 2.978 kVA

Pin = Sin cos φ

= 2.978 × 0,91

= 2.709,98 kWatt

Pout = Pin – ΣP rugi-rugi

= 2.709,98 - (3,75 + ( )×33)

= 2.676,14 kWatt

Stotal = Sin + △S

Page 92: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

= 2.978.000 +

= 3.002.654,423 VA = 3.002,65 kVA

η = ×100%

η = ×100% = 98,751 %

Sesudah perbaikan :

Sin = Stotal - △S

= 3.002.654,423 –

= 2.979.640,849 VA = 2.979,64 kVA

Pin = S cosφ

= 2.979,64 × 0,91

= 2.711,47 kWatt

Pout = Pin – ΣP rugi-rugi

= Pin – (Pi + Pt )

= 2.711,47 – (3,57 + ( )×33)

= 2.677,63 kWatt

η = ×100%

η = ×100% = 98,752 %

Page 93: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Data berikutnya dapat dianalisa dengan cara yang sama, sehingga diperoleh

hasilnya pada Tabel 4.6 yaitu :

Tabel 4.6 Hasil Analisa Daya Input Dan Output, Rugi-Rugi Daya Dan

Efisiensi Tranformator Sebelum Dan Sesudah Perbaikan

Sebelum Perbaikan

No. Gardu Sin (KVA) Pin (kWatt) Pout (kWatt) KVA beban η

SL 117 2.978 2.709,98 2.676,14 2.900 98,7511

SL 164 3.905 3.592,6 3.538,07 3.875 98,4821

B 97 3.920 3.645,6 3.591,00 3.880 98,5024

B 212 3.460 3.217,8 3.171,84 3.310 98,5718

Sesudah Perbaikan

No. Gardu Sin (KVA) Pin (kWatt) Pout (kWatt) KVA beban η

SL 117 2.979,64 2.711,47 2.677,63 2.900 98,7518

SL 164 3.906,64 3.594,11 3.539,58 3.875 98,4828

B 97 3.920,13 3.645,72 3.591,12 3.880 98,5025

B 212 3.461,89 3.219,55 3.173,60 3.310 98,5726

Dari Tabel 4.4 analisa data hasil tegangan jatuh pada saluran distribusi primer, maka

dapat dibuat grafik sebagai berikut :

Page 94: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Arus Dengan Tegangan Jatuh

Gambar 4.2 Grafik Perbandingan Tegangan Jatuh Dengan Rugi-Rugi Daya

Page 95: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

BAB V

PENUTUP

V.1 KESIMPULAN Berdasarkan hasil analisa data dan uraian pada bab-bab sebelumnya, maka

dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu :

1. Dari hasil analisa data yang dilakukan pada penelitian, yaitu pada

transformator distribusi yang besar tegangan jatuh pada sisi saluran distribusi

primernya lebih dari 5 %. Maka panjang transformator yang dirubah adalah

pada sisi yang terjauh dari transformator. Dimana pada penelitian ini terdapat

empat transformator yang mengalami perubahan letaknya yaitu pada sisi

lateral. Dengan nomor gardu sebagai berikut : SL 117 dari jarak 3,38 Kms

menjadi 2,46 Kms, SL 164 dari jarak 3,29 Kms menjadi 2,37 Kms, B 97 dari

jarak 3,1 Kms menjadi 3,02 Kms, B 212 dari jarak 1 Kms menjadi 0,01 Kms.

2. Dengan memperbaiki posisi atau jarak transformator distribusi dari gardu

induk yang dibuat pada keempat transformator tersebut. Maka akan lebih

mengoptimalkan transformator bekerja, yaitu melalui diperbaikinya daya

input transformator, daya output transformator, dan efisiensi transformator.

Page 96: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

DAFTAR PUSTAKA

1. Chapman S.J, “Eectric Machinery Fundamental”, McGaw-Hill Book

Company, 1985.

2. Gonen, Turan, “Electric Power Transmission System Engineering”, John

Wiley &Sons, 1987.

3. Hadi, Abdul, “Sistem Distribusi Daya Listrik”, Edisi Ketiga, Penerbit

Erlangga, Jakarta, 1994.

4. Hutauruk T.S, “Transmisi Daya Listrik”, Jurusan Elektroteknik, Fakultas

Teknologi Industri, Institut Teknologi Bandung, 1982.

5. Kadir, Abdul, “Distribusi Dan Utilisasi Tenaga Listrik”, Penerbit

Universitas Indonesia (UI-Press), Jakarta, 2000.

6. Stevenson, Jr., William D. , “Analisis Sistem Tenaga Listrik”, Edisi

Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1983.

7. Zuhal, “Dasar Teknik Tenaga Listrik dan Elektronika Daya”, Edisi

Kelima , Penerbit Gramedia, Jakarta, 1995 .

Page 97: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

L A M P I R A N

ANALISA JATUH TEGANGAN

SISTEM DISTRIBUSI SEKUNDER

DAERAH PT.PLN (Persero)

RAYON MEDAN KOTA

Page 98: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Analisa Jatuh Tegangan Pada Sistem Distribusi Sekunder

(Studi Kasus PT.PLN(Persero) Rayon Medan Kota)

Contoh : Kode Gardu Distribusi : SL 22 Alamat : JL. Asrama Besar KVA trafo : 160 kVA Data Beban Transformator Distribusi SL 22 Rayon Medan Kota Waktu Beban Puncak (Pukul 18.00 -22.00)

Phasa R Phasa S Phasa T KVA Beban

Cos WBP IR VL-N SR IS VL-N ST IT VL-N ST

156 210,4 32,82 209 209,2 43,72 227 210,1 47,69 137 0,9 Data Saluran Rendah menggunakan Kabel lilit (Twisted Cable) : Luas Penampang Nominal : 95 mm2 Besar R (Ω/Kms) : 0,328 (Ω/Kms) Besar X (Ω/Kms) : 0,0965 Ω/Kms) Maka Besar Tegangan jatuh pada saluran rendah, Untuk masing-masing phasa adalah : Dimana apabila panjang saluran rata-rata sampai pada pelanggan atau beban masing-masing phasa adalah L= 300 meter. Maka besar tegangan jatuh : Untuk Phasa R : △V = I (R cos + X sin ) L = 156 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3 = 15,82 volt

Maka % △V = × 100% = × 100% = 7,19 %

Page 99: TUGAS AKHIR STUDI PENEMPATAN TRANSFORMATOR DISTRIBUSI BERDASARKAN JATUH

Untuk Phasa S : △V = I (R cos + X sin ) L = 209 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3 = 21,19 volt

Maka % △V = × 100% = × 100% = 9,63 %

Untuk Phasa T : △V = I (R cos + X sin ) L = 210,1 (0,328 0,9 + 0,0965 0,44) 0,3 = 21,30 volt

Maka % △V = × 100% = × 100% = 9,68 %