TUGAS AKHIR PERENCANAAN KONSTRUKSI SALURAN …
Transcript of TUGAS AKHIR PERENCANAAN KONSTRUKSI SALURAN …
TUGAS AKHIR
“PERENCANAAN KONSTRUKSI SALURAN
PEMBAWA (WATERWAY) PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BINUANG 3
KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN EFISIENSI
VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN”
Disusun oleh:
MUHAMMAD FARID 4515041099
PROGRAM STUDI SARJANA TEKNIK SIPIL
JURUSAN SIPIL FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2021
vi
PRAKATA
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Perencanaan Konstruksi
Saluran Pembawa (Waterway) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro
(Pltmh) Binuang 3 Kabupaten Luwu Utara Dengan Efisiensi Volume
Galian Dan Timbunan”
Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat kelulusan pada
program studi sarjana Teknik Sipil jurusan Sipil Fakultas Teknik
Universitas Bosowa.
Proses penyusunan ini melalui berbagai proses panjang dan tidak
lepas dari dukungan banyak pihak-pihak yang telah membantu secara
moril maupun materil. Ucapan terima kasih yang setinggi-tingginya penulis
hanturkan kepada:
1. Kedua orang tua penulis
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhammad Saleh Pallu, M.Eng selaku Rektor
Universitas Bosowa Makassar.
3. Bapak Dr. Ridwan, ST.,M.Si selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Bosowa Makassar.
4. Ibu Nur Hadijah Yunianti, S.T.,M.T, selaku Ketua Jurusan Teknik
Sipil Universitas Bosowa Makassar.
vii
5. Bapak Ir. A. Rumpang, M.T selaku Pembimbing 1
6. Ibu Ir. Hj. Satriawati Cangara, MSP selaku Pembimbing 2.
7. Pimpinan proyek dan karyawan/karyawati Proyek Penanganan
Longsoran Kayulangi Bts. Prov. Sulteng dan Akses Malili.
8. Seluruh Staff dan Dosen Pengajar Pada Jurusan Sipil Universitas
Bosowa di Makassar
9. Seluruh kerabat saya yang terus memberi support pada banyak
proses tugas akhir ini. Dari berjalan hingga usai seperti
seharusnya. Kepada Saudara Johan Halik,wandi, seluruh teman
angkatan, adik-adik (junior).Saya yakin Tuhan akan membalas
kebaikkan kalian. Sungguh wajah-wajah kalianlah yang memberi
membentuk saya pada banyak proses ini. Sebab sebaik-baik
kerabat adalah mereka yang senantiasa menjaga kita pada jalur
kebaikkan, bukan sebaliknya. I Miss You So Much and Never stop
ending. Kita ketemu di episode Selanjutnya.
Harapan untuk dapat menyelesaikan tugas akhir ini sebaik-baiknya
telah penulis lakukan, namun demikian penulis sebagai manusia biasa
menyadari bahwa didalam tugas akhir ini terdapat banyak kekurangan dan
masih memerlukan perbaikan. Baik itu sebagian atau secara menyeluruh.
Hal ini tidak lain disebabkan karena keterbatasan ilmu dan kemampuan
yang dimiliki oleh penulis dalam menyelesaikan. Oleh karenanya berbagai
viii
masukan dan saran yang sifatnya membangun sangatlah penulis
harapkan demi kesempurnaan tugas akhir ini.
Disamping itu penulis berharap agar tugas akhir ini dapat
memberikan manfaat kepda kita semua dan terkhusus kepada penulis
sendiri. Akhir kata penulis ucapkan, semoga Allah SWT senantiasa
memberikan jalan dan perlindungan kepada kita semua untuk mencapai
kesuksesan, Aamiin.
Makassar, 25 Februari 2021
Muhammad Farid
x
ABSTRAK
PERENCANAAN KONSTRUKSI SALURAN PEMBAWA (Waterway) PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BINUANG 3
KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN EFISIENSI VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN
Oleh : Muhammad Farid1) Andi Rumpang2) Satriawati Cangara3)
Abstrak: Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan kebutuhan listrik diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun hingga tahun 2020 (Muchlis, 2003). Terkait mengenai permasalahan tersebut, kita sebagai orang sipil dalam merencanakan suatu pekerjaan pembangunan proyek PLTMH perlu lebih mengoptimalkan dalam merencanakan pekerjaan tersebut. Hal yang terpenting dalam mendesain suatu pekerjaan adalah volume galian dan timbunan. Penelitian ini bertujunan untuk merencanakan Konstruksi dan Dimensi saluran, merencanakan alternative trase saluran pembawa dan Menghitung Debit air yang dibutuhkan dan kecepatan aliran pada konstruksi saluran pembawa (waterway) PLTMH. Penelitian menggunakan program Autocad Land Desktop Development 2009 dan metode pendekatan F.J.Mock untuk menghitung volume galian dan timbunan, trase yang optimal serta menghitung debit kebutuhan turbin, debit saluran pembawa (waterway), kecepatan aliran air dan dimensi saluran pembawa (waterway). Analisis data dengan menggunakan program Autocad Land Desktop Development 2009 dan metode pendekatan F.J.Mock diperoleh data debit bulanan rata-rata adalah Q rata-rata = 22,36 m3,Q maksimum = 45,45 m3 Q minimum = 10,40 m3, Dari hasil analisis debit yang optimal berada pada probabilitas 70% yaitu :Debit desain untuk PLTM = 17,18 m3/det. Debit maksimal pengambilan = 120% x 17,18 m3/det = 20,62 m3/det. Dari hasil yang di peroleh dari perhitungan luasan dan volume untuk daerah galian dan timbunan, maka di ketahui bahwa perencanaan saluran pembawa (waterway) lebih banyak di temukan volume galian yaitu sebesar 31.905 m3, sedangkan untuk daerah timbunan hanya sebesar 30.903 m3.
Kata kunci: PLTMH, Saluran Pembawa (Waterway), Autocad Land Desktop Development 2009, Galian Dan Timbunan, debit.
1 Mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa Makassar 2 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa Makassar 3 Dosen Pengajar Jurusan Teknik Sipil Universitas Bosowa Makassar
x
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................... ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN TUGAS AKHIR ....................................... iv
LEMBAR ASISTENSI ....................................................................... v
PRAKATA .......................................................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................... x
DAFTAR TABEL ............................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ........................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ xvi
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................. I-1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................ I-5
1.3 Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah ................ I-5
1.3.1 Batasan Masalah ...................................................... I-5
1.3.2 Ruang Lingkup Masalah ........................................... I-5
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ......................... I-6
1.4.1 Tujuan Penelitian ...................................................... I-6
1.4.2 Manfaat Penelitian .................................................... I-6
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Defenisi Saluran ............................................................... II-1
2.1.1 Saluran Pembawa (Waterway) ................................. II-2
2.1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) ........... II-4
2.1.2.1 Klasifikasi PLTMH ......................................... II-6
2.1.3 Kebutuhan Debit Air PLTMH ........................................ II-8
2.1.4 Dimensi Saluran ....................................................... II-10
2.2 Pengertian Trase .............................................................. II-12
2.2.1 Trase Saluran Pembawa (Waterway) ....................... II-13
2.2.2 Analisa Optimasi ....................................................... II-14
2.2.3 Konsep Dasar Model Efesiensi/Optimasi .................. II-15
2.2.4 Pengertian Volume Galian ........................................ II-16
2.2.5 Pengertian Volume Timbunan................................... II-18
2.2.6 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan .............. II-18
2.2.7 Autocad Land Desktop Development 2009 ............... II-21
2.2.7.1 Cara Mendesain Dengan Menggunakan Program
Autocad Land Desktop Development 2009 ............. II-22
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian ................................................................. III-1
3.2 Persiapan .......................................................................... III-1
3.3 Survey Lapangan .............................................................. III-1
3.4 Studi Literatur .................................................................... III-1
3.5 Lokasi Penelitian ................................................................ III-2
xii
3.6 Pengumpulan Data ............................................................ III-2
3.7 Pengolahan Data ............................................................... III-3
3.7.1 Analisa Keadaan Topografi ....................................... III-4
3.7.2 Analisa Data Debit Sungai Binuang 3 ....................... III-4
3.8 Bagan Alir Penelitian .......................................................... III-5
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Letak Geografis ................................................................. IV-1
4.2 Penentuan Titik Referensi .................................................. IV-2
4.3 Survei Hidrologi ................................................................. IV-3
4.3.1 Kondisi Hidroklimatologi ............................................ IV-3
4.4 Survey dan Pengukuran .................................................... IV-6
4.4.1 Pengamatan Muka Air Sungai Binuang 3 ................. IV-6
4.4.2 Analisis Hidrologi ..................................................... IV-8
4.4.3 Analisis Low Flow ..................................................... IV-8
4.4.4 Pengamatan Muka Air Sungai Binuang 3 ................. IV-10
4.4.5 Debit Andalan ........................................................... IV-12
4.4.6 Perhitungan Head Efektif .......................................... IV-12
4.4.7 Perhitungan Kapasitas dan Energi ............................ IV-13
4.4.8 Pengukuran Kecepatan Aliran Air ............................. IV-15
4.4.9 Perhitungan Debit ..................................................... IV-16
4.5 Perhitungan Volume Galian dan Timbunan Dengan Metode
Sistematis Menggunakan Autocad Land Desktop Development
2009 ................................................................................... IV-17
xiii
4.6 Desain Saluran Pembawa (Waterway) .............................. IV-18
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ....................................................................... V-1
B. Saran ................................................................................ V-2
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................... xvii
LAMPIRAN
xiv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1 Bentuk-Bentuk Umum Saluran Terbuka Dan Fungsinya ..... II-11
Tabel 4.1 Koordinat Hasil Pengukuran Titik Bench Mark (BM) PLTM
Binuang 2, Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan ................................... IV-2
Tabel 4.2 Data Klimatologi Rata-Rata Stasiun Meteorologi Klas III Andi
Jemma Masamba .................................................................................. IV-4
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Rata-rata Sungai Binuang
3– Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan ................................................ IV-6
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan F.J.Mock .............................. IV-9
Tabel 4.5 Flow Duration Curve ......................................................... IV-11
Tabel 4.6 Perhitungan Daya dan Energi Pembangkitan .................. IV-14
Tabel 4.7 Cara Pengukuran Kecepatan ............................................ IV-14
xv
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Metode penampang rata – rata ................................................ II-19
Gambar 2.2 Metode kontur .......................................................................... II-20
Gambar 2.3 Metode Borrow pit .................................................................... II-21
Gambar 3.1 Peta lokasi royek pembangunan PLTM Binuang 3 .................. III-2
Gambar 4.1 Peta Curah Hujan di Lokasi Studi ............................................ IV-5
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) PLTM BINUANG 3 ............. IV-5
Gambar 4.3 Peta Letak data Sekunder terhadap Lokasi Studi dan
Catchment Area ........................................................................................... IV-5
Gambar 4.4 Trase saluran pembawa (waterway) optimal ............................ IV-17
Gambar 4.5 Sketsa Penampang Saluran .................................................... IV-19
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I Grafik
Lampiran II Tabel
Lampiran III Gambar
I - 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Konsumsi listrik Indonesia setiap tahunnya terus meningkat sejalan
dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi nasional. Peningkatan
kebutuhan listrik diperkirakan dapat tumbuh rata-rata 6,5% per tahun
hingga tahun 2020 (Muchlis, 2003). Selain itu di era digital ini semakin
banyak aktivitas masyarakat yang dibantu dengan barang elektronik.
Konsumsi listrik Indonesia yang begitu besar akan menjadi suatu masalah
bila dalam penyediaannya tidak sejalan dengan kebutuhan. Kebijakan-
kebijakan yang diambil PLN (Perusahaan Listrik Nasional) sebagai BUMN
(Badan Usaha Milik Negara) penyedia energi listrik semakin menunjukkan
bahwa PLN sudah tidak mampu lagi memenuhi kebutuhan listrik nasional.
Apabila permasalahan penyediaan listrik tidak segera diatasi maka
sistem perekonomian bangsa Indonesia akan terganggu. Karena pada
sektor rumah tangga dan industri banyak menggunakan mesin dengan
tenaga listrik. Krisis energi listrik ini juga dapat memunculkan kebijakan
pemadaman bergilir, dimana pemadaman bergilir tersebut dapat
mengganggu aktivitas masyarakat dan menyebabkan peralatan elektronik
cepat rusak.
Dengan keterbatasan energi ini menuntut kita harus bisa
memanfaatkan energi mikro yang ada, karena energi mikro tersebut dapat
I - 2
membuat masyarakat menjadi masyarakat yang mandiri eneriy. Dari sekian
banyak energi mikro kami memilih energi mikro hidro. Mikro hidro dipilih
karena sesuai dengan kondisi lingkungan di Indonesia yang mempunyai
banyak bukit dan sungai.
PLTMH merupakan salah satu teknologi yang ramah lingkungan
yang memanfatkan aliran air sebagai sumber penghasil energi. PLTMH
merupakan pembangkit listrik berskala kecil yaitu kurang dari 200 kW,
namun PLTMH adalah salah satu sumber energy terbarukan atau
renewable energy dan juga ramah lingkungan. Keunggulan lain dari PLTMH
adalah salah satu teknologi dengan konstruksi yang sederhana, mudah
dioperasikan, mudah dalam perawatan dan ketersediaan suku cadang.
Dalam segi ekonomi, PLTMH memiliki biaya operasi dan perawatan yang
relatif murah. PLTMH juga dapat membantu dalam menyediakan pasokan
listrik di desa desa terpencil yang memiliki potensi air. Oleh karena itu
PLTMH sangat membantu dalam memenuhi kebutuhan pasokan listrik di
desa yang terpencil atau tertinggal.
Terkait mengenai permasalahan tersebut, kita sebagai orang sipil
dalam merencanakan suatu pekerjaan pembangunan proyek PLTMH perlu
lebih mengoptimalkan dalam merencanakan pekerjaan tersebut. Hal yang
terpenting dalam mendesain suatu pekerjaan adalah konstruksi saluran
pembawa (waterway) serta volume galian dan timbunan.
Saluran pembawa atau biasa disebut saluran irigasi merupakan
salah satu prasarana irigasi yang memiliki fungsi antara lain mengambil air
I - 3
dari sumber air, membawa atau mengalirkan air dari sumber ke lahan
pertanian, mendistribusikan air kepada tanaman serta mengatur dan
mengukur aliran air. Saluran pembawa adalah prasarana fisik yang memiliki
bobot terbesar kedua setelah bangunan utama dalam rangka penilaian
kinerja sistem irigasi. Terdapat beberapa indikator untuk menilai kinerja
saluan pembawa menurut Permen PUPR Nomor 12/PRT/M/2015 tentang
Eksploitasi dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi, antara lain:
1. Profil saluran untuk memenuhi kapasitas rencana
2. Ditemukannya sadap liar atau bocoran pada saluran
3. Adanya endapan atau erosi di saluran
4. Stabilitas tanggul dan tinggi jagaan yang aman agar air tidak
melimpah
5. Tanggul luar yang utuh dan tidak ada tumbuhan liar.
Dalam melakukan perencanaan saluran pembawa perlu memperhatikan
data topografi, kapasitas rencana, data geoteknik serta data sedimen. Data-
data tersebut akan mempengaruhi pemilihan trase saluran, dimensi
saluran, jenis konstruksi saluran serta kemiringan saluran. Perencanaan
saluran dilakukan secara matang agar menghasilkan biaya konstruksi dan
pemeliharaan yang terendah. Perencanaan saluran dapat mengacu pada
Kriteria Perencanaan Irigasi (KP-03) bagian Saluran dan Kriteria
Perencanaan Irigasi (KP-05) bagian Petak Tersier.
I - 4
Galian dan timbunan atau yang lebih dikenal oleh orang-orang
lapangan adalah Cut and Fill dimana pekerjaan ini sangat penting baik pada
pekerjaan pembuatan jalan,bendungan, bangunan, dan reklamasi. Galian
dan timbunan dapat diperoleh dari peta situasi yang dilengkapi dengan
garis-garis kontur atau diperoleh langsung dari lapangan melalui
pengukuran sipat datar profil melintang sepanjang koridor jalur proyek atau
bangunan.
Pada suatu proyek konstruksi, pekerjaan galian dan timbunan tanah
(Cut and Fill) hampir tidak pernah dapat dihindarkan. Hal tersebut
diakibatkan adanya perbedaan letak permukaan tanah asli dan permukaan
tanah rencana yang disebabkan topografi daerah yang berbeda-beda.
Sekalipun permukaan tanah asli sama dengan permukaan tanah rencana,
akan tetapi tanah asli tersebut belum tentu memenuhi syarat daya dukung
tanah. Dalam hal ini galian dan timbunan perlu diperhitungkan secara
seksama sehingga biaya pekerjaan konstruksi dapat dibuat lebih efisien
dan ekonomis.
Dari latar belakang di atas, penulis melaksanakan penelitian tentang “
PERENCANAAN KONSTRUKSI SALURAN PEMBAWA (Waterway)
PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BINUANG 3
KABUPATEN LUWU UTARA DENGAN EFISIENSI VOLUME GALIAN
DAN TIMBUNAN ”.
I - 5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merumuskan
masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana debit air dan kecepatan aliran pada konstruksi saluran
pembawa (waterway) PLTMH desa Binuang 3.
2. Bagaimana Alternatif Trase Saluran Pembawa (Waterway) PLTMH
yang optimal dan efisien.
3. Bagaimana Konstruksi saluran pembawa (waterway) PLTMH Binuang
1.3 Batasan Masalah dan Ruang Lingkup Masalah
Pembatasan suatu masalah dan ruang lingkup masalah digunakan
untuk menghindari adanya penyimpangan maupun pelebaran pokok
masalah agar penelitian penelitian tersebut lebih terarah dan memudahkan
dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Beberapa
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.3.1 Batasan Masalah
1. Tidak merencanakan bangunan pengambilan (bendung).
2. Tidak Menghitung bangunan-bangunan pelengkap.
3. Tidak mendesain Turbin.
1.3.2 Ruang Lingkup Masalah
1. Penelitian ini hanya membahas mengenai Debit air, menentukan Trase
Optimal dan merencanakan konstruksi saluran pembawa (waterway)
I - 6
pada PLTMH Binuang 3, Data diperoleh dari data primer dan data
sekunder
2 Data diperoleh dari pengamatan/survey di lapangan.
3 Perencanaan trase dan Perhitungan volume galian dan timbunan
menggunakan bantuan software Autocad Land Desktop Development
2009.
1.4 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.4.1 Tujuan penelitian :
1. Menghitung Debit air yang dibutuhkan dan kecepatan aliran pada
konstruksi saluran pembawa (waterway) PLTMH desa Binuang 3.
2. Merencanakan alternative trase saluran pembawa (waterway) PLTMH
Binuang 3
3. Merencanakan Konstruksi dan Dimensi saluran pembawa (waterway)
PLTMH Binuang 3.
1.4.2 Manfaat Penelitian :
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui cara analisis perencanaan konstruksi saluran pembawa
(waterway) PLTMH dengan menggunakan software Autocad Land
Desktop Development 2009.
2. Mengetahui optimasi volume galian dan timbunan pada konstruksi
Waterway PLTMH
3. Meminimalisir biaya, dan waktu pekerjaan.
II - 1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definsi Saluran
Drainase adalah lengkungan atau saluran air di permukaan
atau di bawah tanah, baik yang terbentuk secara alami maupun
dibuat manusia. Dalam Bahasa Indonesia, drainase bisa merujuk
pada parit di permukaan tanah atau gorong – gorong dibawah tanah.
Drainase berperan penting untuk mengatur suplai air demi
pencegahan banjir. Drainase mempunyai arti mengalirkan,
menguras, membuang, atau mengalihkan air. Secara umum,
drainase didefinisikan sebagai serangkaian bangunan air yang
berfungsi untuk mengurangi dan/atau membuang kelebihan air dari
suatu kawasan atau lahan, sehingga lahan dapat difungsikan secara
optimal. Drainase juga diartikan sebagai usaha untuk mengontrol
kualitas air tanah dalam kaitannya dengan sanitasi. (Dr. Ir. Suripin,
M.Eng.2004) Sedangkan pengertian tentang drainase kota pada
dasarnya telah diatur dalam SK menteri PU No. 233 tahun 1987.
Menurut SK tersebut, yang dimaksud drainase kota adalah jaringan
pembuangan air yang berfungsi mengeringkan bagian-bagian
wilayah administrasi kota dan daerah urban dari genangan air,
baikdari hujan lokal maupun luapan sungai melintas di dalam kota.
II - 2
2.1.1 Saluran Pembawa (Waterway)
Waterway atau sering disebut saluran pembawa, yang
dimaksud disini ialah saluran pembawa material air (water).
Berdasarkan penggunaannya waterway difungsikan untuk
mengalirkan atau membawa air dari bendungan menuju penstock
(pipa pesat) atau langsung menuju power house.
Secara teknis waterway bekerja dengan memanfaatkan gaya
gravitasi yaitu air mengalir dari elevasi tertinggi (hulu) di bendungan
menuju elevasi terendah (hilir) di power house. Sehingga waterway
dibangun mengikuti titik elevasi (ketinggian) yang telah diukur
sebelumnya.
Berdasarkan jenisnya, waterway ada dua jenis yaitu waterway: open
channel atau saluran terbuka dan saluran tertutup atau headrace.
Saluran terbuka ialah saluran yang letak dan aktivitas
pembangunannya berada diatas permukaan tanah atau batuan.
Biasanya saluran terbuka ini terbuka persisi seperti gorong-gorong
atau parit untuk keperluan irigasi persawahan ataupun
pertanian. Ada 2 jenis bentuk open channel yang sering digunakan
yaitu bentuk kotak (box) dan dengan cara gali timbun yaitu bentuk
bulat (circle).
Bentuk kedua dari waterway ialah saluran tertutup yang disebut
dengan headrace yaitu saluran pembawa air yang dibangun
dibawah permukaan tanah/bumi. Bangunan ini terdiri dari
II - 3
terowongan (tunnel) yang digali menembus batuan untuk
mengalirkan air dari bendungan menuju power house. Bentuk
terowongan yang sering digunakan ialah bentuk bulat dan bentuk
kotak atau perpaduan kedua bentuk tersebut, tapal kuda.
Dalam beberapa kasus pembangunan PLTA di Indonesia,
kedua jenis waterway baik saluran terbuka (open channel) dan
saluran tertutup (headrace) digunakan secara bersamaan
tergantung dari segi ekonomisnya dan segi teknisnya, seperti
tercapainya elevasi aliran air yang diinginkan.
Berdasarkan materialnya kedua jenis waterway ini dibangun dari
beton bertulang yaitu terdiri dari pasangan batu, semen dan besi.
Bangunan waterway dibangun dengan kekuatan beton yang sangat
kokoh atau kuat dan kedap air untuk menghidari pengikisan
permukaan yang disebabkan oleh gesekan air secara terus-
menerus, sehingga didesain dapat bertahan mencapai puluhan
tahun.
Waterway mempunyai karakteristik membawa air dengan
kecepatan tinggi dengan volume air yang sangat besar. Jalur
pembangunan waterway didesain seminimal mungkin menghindari
jalur belokan patah atau membentuk sudut yang cukup besar, karena
dapat mempengaruhi laju kecepatan air sehingga dapat
mempengaruhi jumlah energi listrik yang dihasilkan.
II - 4
Waterway saluran terbuka, merupakan jenis saluran yang
mudah dalam hal pengerjaannya, karena proses pembangunannya
yang dilakukan diatas permukaan tanah sehingga ruang kerjanya
lebih besar dan resiko keselamatan kerja tidak terlalu besar, Namun
membutuhkan pembebasan lahan yang cukup besar tergantung dari
panjang dan lebar waterway yang dibuat.
Waterway saluran tertutup atau headrace dari segi
pengerjaannya jelas merupakan jenis pengerjaan paling sulit. Ruang
kerja yang sempit dan resiko keselamatan kerja yang besar,
disamping itu membutuhkan peralatan penggalian yang sangat
mahal seperti Pemboran dan Peledakan atau menggunakan Tunnel
Bore Machine (TBM) untuk membuat terowongan, sehingga biaya
(cost) pembuatannya sangat tinggi.
Namun ada juga keuntungannya saluran tertutup yaitu
pembangunan terowongan tidak membutuhkan pembebasan lahan
karena memanfaatkan lahan yang berada dibawah permukaan bumi.
2.1.2 Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH)
PLTMH adalah suatu pembangkit listrik skala kecil yang
menggunakan tenaga air sebagai tenaga penggeraknya seperti,
saluran irigasi, sungai atau air terjun alam dengan cara
memanfaatkan tinggi terjunan (head) dan jumlah debit air. Tenaga
air berasal dari aliran air yang dibendung dengan ketinggian tertentu
dan memiliki debit sehingga dapat memutar turbin yang dihubungkan
II - 5
dengan generator listrik. Pada dasarnya, PLTMH memanfaatkan
energi potensial jatuhan air (head). Semakin tinggi jatuhan air maka
semakin besar energi potensial air yang dapat diubah menjadi energi
listrik. Di samping faktor geografis (tata letak sungai), tinggi jatuhan
air dapat pula diperoleh dengan membendung aliran air sehingga
permukaan air menjadi tinggi. Perbedaan tinggi yang semakin besar
membuat energi potensialnya semakin besar juga. Perbedaan tinggi
dalam PLTMH disebut dengan tinggi jatuh air (head), tinggi jatuh air
tersebut nantinya akan dikalikan dengan hambatan-hambatan lain
agar didapatkan tinggi jatuh efektif. Air dialirkan melalui sebuah pipa
pesat kedalam rumah pembangkit yang pada umumnya dibagun di
bagian tepi sungai untuk menggerakkan turbin atau kincir air
mikrohidro. Energi mekanik yang berasal dari putaran poros turbin
akan diubah menjadi energi listrik oleh sebuah generator.
Pembangkit tenaga air merupakan suatu bentuk perubahan tenaga
dari tenaga air dengan ketinggian dan debit tertentu menjadi tenaga
listrik, dengan menggunakan turbin air dan generator. Bentuk
pembangkit tenaga mikro hidro bervariasi, tetapi prinsip kerjanya
adalah sama, yaitu: “ Perubahan tenaga potensial menjadi tenaga
elektrik (listrik)”. Perubahan memang tidak langsung, tetapi berturut-
turut melalui perubahan sebagai berikut:
• Tenaga potensial menjadi tenaga kinetik
• Tenaga kinetik menjadi tenaga mekanik
II - 6
• Tenaga mekanik menjadi tenaga listrik
Tenaga potensial adalah tenaga air karena berada pada
ketinggian. Energi kinetik adalah tenaga air karena mempunyai
kecepatan. Tenaga mekanik adalah tenaga kecepatan air yang terus
memutar kincir/turbin. Tenaga listrik adalah hasil dari generator yang
berputar akibat berputarnya kincir/turbin.
2.1.2.1 Klasifikasi PLTMH
1. Berdasarkan head
• Head tinggi : H > 100 m biasanya digunakan turbin
pelton
• Head menengah : 30 m < H < 100 m biasanya digunakan
turbin cross-flow
• Head rendah : 2 m <H< 30 m biasanya digunakan
turbin propeller
2. Berdasarkan kapasitas
• PLTA piko : < 500 W
• PLTA mikro : 0,5-100 kW
• PLTA mini : 100-1000 kW
• PLTA kecil : 1-10 mW
• PLTA skala penuh : > 10 mW
II - 7
3. Berdasarkan Jenis Desain
• Run-Of The-River
Bentuk yang paling sederhana dalam konteks PLTA
mikro dan mini. Desain ini tidak memanfaatkan bendungan
untuk mengarahkan air ke bangunan penyadap, melainkan
mengubah lajur aliran air menuju turbin melalui pipa atau
penstock.
• Sistem Penyimpanan
Dalam penggunaan sistem ini. Air ini akan disimpan
terlebih dahulu dalam jangka waktu tertentu (beberapa jam
atau dalam beberapa bulan) dan akan digunakan untuk
menghasilkan energi ketika dibutuhkan. Dalam
pengertiannya air dimasukkan dalam wadah sehingga dalam
kurun waktu tertentu, volume air yang mula-mula sedikit akan
meningkat. Dengan bertambah besarnya volume air yang
tersimpan akan menambah besarnya energi air.
• Sistem Pompa Penyimpan
Ketika terjadi kebutuhan listrik yang rendah atau
kelebihan kebutuhan listrik secara tiba-tiba, maka pompa
secara otomatis akan mengisi penuh tangki penyimpanan.
Namun, apabila terjadi lonjakan kebutuhan listrik yang tinggi,
maka tangki akan segera dikosongkan menuju turbin untuk
memenuhi kebutuhan produksi yang mencukupi.
II - 8
2.1.3 Kebutuhan Debit Air PLTMH
Secara umum, debit erat kaitannya dengan ilmu hidrologi dan
merupakan sejumlah besar dari volume air yang mengalir termasuk
sedimen padatan (pasir), mineral terlarut (magnesium klorida), dan
bahan biologis lainnya seperti alga secara bersama – sama mengalir
melalui luas penampang melintang tertentu. Sedangkan debit air
dapat diartikan sebagai ukuran dari banyaknya volume air yang
mampu melewati suatu tempat ataupun yang dapat ditampung di
dalam sebuah tempat per satuan waktu. Ternyata istilah debit tidak
hanya berhubungan dengan air saja, namun juga dapat ditemukan
di bidang lain seperti aliran gas.
Untuk debit air sungai sendiri merupakan tinggi permukaan air
sungai yang diukur dengan menggunakan alat ukur khusus
permukaan air sungai. Pengukuran dapat dilakukan setiap hari,
terutama saat musim hujan tiba, sebab saat itu biasanya debit air
sungai akan meningkat jika dibandingkan pada hari biasa. Debit air
sungai juga bisa disebut dengan istilah laju aliran air yang melewati
sebuah penampang melintang sungai per satuan waktu. Debit air
mempunyai satuan khusus yaitu volume per satuan waktu yaitu m3/s
(dibaca meter kubik per detik) dalam satuan internasional.
Debit yang digunakan dalam perencanaan PLTMH adalah
debit andalan. Debit andalan didefinisikan sebagai debit yang
II - 9
tersedia guna keperluan tertentu misalnya untuk keperluan irigasi,
PLTA, air baku dan lain-lain sepanjang tahun, dengan resiko
kegagalan yang telah diperhitungkan(C.D. Soemarto, 1986:214).
Flow Duration Curve (FDC) adalah suatu grafik yang
memperlihatkan debit sungai selama beberapa waktu tertentu dalam
satu tahun.Flow Duration Curve dihasilkan dari kurva debit aliran
sungai dengan mengelompokkan keseluruhan 365 data yang ada.
Analisis FDC adalah sebuah teknik plot yang menunjukkan
hubungan antara nilai dari sebuah besaran dengan frekuensi
terjadinya. Informasi penting yang diberikan oleh FDC adalah debit
aliran yang melewati lokasi tertentu dan dalam rentang waktu
tertentu akan bermanfaat untuk merancang struktur PLTMH yang
dibutuhkan. Untuk kepentingan perancangan PLTMH, sangat
penting untuk bisa mendapatkan data debit dari tahun ke tahun
sebanyak mungkin sehingga dapat diketahui berapa banyak air (baik
di musim kemarau atau penghujan) yang bisa dipergunakan untuk
menggerakkan turbin. Data ini memberikan masukan paling
mendasar bagi perancang untuk memilih jenis turbin yang paling
efisien dan cocok dengan sumber daya yang ada.
II - 10
2.1.4 Dimensi Saluran
Dalam menentukan bentuk dan dimensi saluran yang akan
digunakan dalam pembangunan saluran baru maupun dalam
kegiatan perbaikan penampang saluran yang sudah ada, salah satu
hal penting yang perlu dipertimbangkan adalah ketersediaan lahan.
Mungkin di daerah pedesaan membangun saluran dengan kapasitas
yang besar tidak menjadi masalah karena banyaknya lahan yang
kosong, tapi di daerah perkotaan yang padat tentu bisa menjadi
persoalan yang berarti karena terbatasnya lahan. Oleh karena itu,
penampang saluran drainase perkotaan dan jalan raya dianjurkan
mengikuti penampang hidrolis terbaik, yaitu suatu penampang yang
memiliki luas terkecil untuk suatu debit tertentu atau memiliki keliling
basah terkecil dengan hantaran maksimum. Dimensi saluran harus
mampu mengalirkan debit rencana atau dengan kata lain debit yang
dialirkan harus sama atau lebih besar dari debit rencana. Untuk
mencegah muka air ke tepi (meluap) maka diperlukan adanya tinggi
jagaan pada saluran, yaitu jarak vertikal dari puncak saluran ke
permukaan air pada kondisi debit rencana.
Bentuk penampang saluran pada muka tanah umumnya ada
beberapa macam antara lain; bentuk trapesium, empat persegi
panjang, segitiga, setengah lingkaran. Beberapa bentuk saluran dan
fungsinya dijelaskan pada tabel berikut ini :
II - 11
Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Umum Saluran Terbuka Dan Fungsinya.
Selain bentuk-bentuk yang tertera dalam tabel, masih ada
bentuk-bentuk penampang lainnya yang merupakan kombinasi dari
bentuk-bentuk tersebut, misalnya kombinasi antara empat persegi
panjang dan setengah lingkaran, yang mana empat persegi panjang
pada bagian atas yang berfungsi untuk mengalirkan debit maksimum
dan setengah lingkaran pada bagian bawah yang berfungsi untuk
mengalirkan debit minimum.
II - 12
2.2 Pengertian Trase
Trase merupakan tarikan garis menerus dengan trase suatu
titik lokasi dihubungkan dengan titik lokasi lainnya, sehingga
terpetakan garis jalur diatas denah. Penarikan garis trase dari satu
titik ke titik lainnya merupakan keputusan desain yang
memperhitungkan kriteria disain, antara lain :
• Elevasi rencana
• Panjang dan lebar rencana saluran
• volume galian dan timbunan
• dan lain-lain.
Alinemen horizontal, sama artinya dengan trase. Merupakan
hasil desain pada denah atau plan atau tampak atas. Alinemen
horisontal di disain pada tahap awal dengan menarik garis as dari
titik ke titik tempat tau lokasi yang akan dihubungkan. Pada
penampang melintang saluran, as saluran merupakan titik tengah
atau titik letak garis ‘center line’, dengan elevasi tertinggi pada
saluran lurus. Pada disain pembukaan saluran baru alinemen
horizontal diplot diatas peta kontur hasil survey topografi. Skala yang
dipakai biasanya 1:1000, dengan garis kontur per 1 m. Penarikan
garis disain alinemen horizontal dilakukan dengan
mempertimbangkan kriteria yang disebutkan diatas (penarikan trase
saluran ), secara lebih aplikatif dapat dijelaskan sebagai berikut:
• Sebisa mungkin mengikuti atau sejajar garis kontur
II - 13
• Jika terpaksa memotong kontur, diusahakan jarak pemotongan
panjang
• Dihindari menabrak infrastruktur yang ada, misalnya rumah,
gedung, tempat ibadah,gardu listrik, menara telekomunikasi,
kuburan,dll.
• Dihindari melewati lokasi batuan keras menurut hasil survey
geologi
• Diusahakan volume galian = volume timbunan
• Dihindari banyak membangun jembatan sebagai akibat dari
optimasi memenuhi kriteria tersebut diatas akhirnya, saluran
tidak selalu bisa lurus, munculah yang disebut tikungan.
Terutama di daerah pegunungan.
2.2.1 Trase saluran Pembawa (Waterway)
Saluran pembawa (Waterway) atau juga dinamakan head
race mengikuti konstur dari sisi bukit untuk menjaga elevasi dari air
yang disalurkan dan menjaga energy potensial air tetap pada
nilainya.
II - 14
Saluran pembawa berfungsi untuk mengalirkan air dimulai
dari bangunan pengambilan sampai dialirkan le petak lahan
pertanian. Saluran pembawa ini terdiri dari saluran pembawa utama
dan saluran tersier. Saluran pembawa berdasarkan fungsinya antara
lain sebagai berikut :
1. Saluran primer membawa air dari bangunan sadap menuju
saluran sekunder dan ke petak-petak tersier yang diairi. Batas
ujung saluran primer adalah pada bangunan bagi yang terakhir.
2. Saluran sekunder membawa air dari saluran primer menuju
petak-petak tersier yang dilayani oleh saluran sekunder
tersebut. Batas akhir dari saluran sekunder adalah bangunan
sadap terakhir.
3. Saluran tersier membawa air dari bangunan yang menyadap air
saluran sekunder menuju petak-petak kuarter yang dilayani
oleh saluran sekunder tersebut.
2.2.2 Analisis Optimasi
Dalam penelitian ini, analisis optimasi diartikan sebagai
suatu proses perhitungan volume galian dan timbunan serta
pembiayaannya untuk mendapatkan perhitungan volume galian
dan timbunan paling baik (optimal) antar volume galian dan
timbunan (optimal) dengan menggunakan berbagai alternatif
ditinjau dari perhitungan trase data kontur yang ada. Proses
perhitungan trase pada data kontur tersebut membantu
II - 15
meringankan beban biaya, waktu dan pemakaian alat berat pada
konstruksi tersebut sehingga biaya dan waktu penyelesaian total
dapat dikurangi disebut sebagai crashing proyek (Heizer dan
Render 2005).
2.2.3 Konsep Dasar Model Efesiensi/Optimasi
Konsep dasar dari model optimasi adalah rasionalitas.
Rasionalitas merujuk ke pilihan-pilihan yang konsisten dan
memaksimalkan nilai. Oleh karena itu pengambilan keputusan
rasional menyiratkan bahwa pengambil keputusan dapat objektif
sepenuhnya dan logis. Wirausahawan harus mempunyai suatu
tujuan yang jelas, dan keempat langkah dalam model optimasi
diandaikan menghantar ke seleksi alternatif yang akan
memaksimalkan tujuan tersebut. Unsur-unsur dalam rasionalitas,
terdiri atas :
1. Berorientasi Tujuan
Setiap pengambilan keputusan harus berorientasi dan tidak
boleh menyimpang dari tujuan usaha yang telah ditetapkan.
2. Mengetahui Semua Alternatif Pilihan
Pengambil keputusan harus mengenali semua kriteria yang
relevan dan dapat mendaftar semua alternatif yang ada.
Wirausahawan harus mengetahui semua informasi yang terkait
dengan seluruh pilihan alternatif yang ada.
3. Prioritas Alternatif Solusi
II - 16
Faktor-faktor penyebab dan alternatif solusi dapat diberi nilai
nomorisasi (numeris) dan diperingkatkan dalam suatu urutan
preferensi.
4. Pilihan Terakhir Akan Memaksimalkan Hasil
Pengambil keputusan rasional, dengan mengikuti model
optimasi, akan memilih alternatif yang mempunyai resiko
terendah dan keuntungan tertinggi. Diharapkan proses ini dapat
memberikan manfaat yang maksimum.
2.2.4 Pengertian Volume Galian
Pekerjaan ini umumnya diperlukan untuk pembuatan saluran
air dan selokan, untuk formasi galian atau pondasi pipa, gorong-
gorong, pembuangan atau struktur lainnya, untuk pembuangan
bahan yang tak terpakai dan tanah humus, untuk pekerjaan
stabilisasi lereng dan pembuangan bahan longsoran, untuk galian
bahan konstruksi dan pembuangan sisa bahan galian, untuk
pengupasan dan pembuangan bahan perkerasan beraspal pada
perkerasan lama, dan umumnya untuk pembentukan profil dan
penampang badan jalan. Pekerjaan galian dapat berupa :
1. Galian biasa
Galian Biasa mencakup seluruh galian yang tidak diklasifikasi
sebagai galian batu, galian struktur, galian sumber bahan (borrow
excavation) dan galian perkerasan beraspal.
II - 17
2. Galian batu
Galian Batu mencakup galian bongkahan batu dengan volume 1
m3 atau lebih dan seluruh batu atau bahan lainnya tersebut
adalah tidak praktis digali tanpa penggunaan alat bertekanan
udara atau pemboran, dan peledakan. Galian ini tidak termasuk
galian yang dapat dibongkar dengan penggaru (ripper) tunggal
yang ditarik oleh traktor dengan berat maksimum 15 ton dan
tenaga kuda neto maksimum sebesar 180 PK.
3. Galian struktur
Galian Struktur mencakup galian pada segala jenis tanah dalam
batas pekerjaan yang disebut atau ditunjukkan dalam Gambar
untuk Struktur. Setiap galian yang didefinisikan sebagai Galian
Biasa atau Galian Batu tidak dapat dimasukkan dalam Galian
Struktur. Galian Struktur terbatas untuk galian lantai pondasi
jembatan, tembok penahan tanah beton, dan struktur pemikul
beban lainnya. Pekerjaan galian struktur meliputi : penimbunan
kembali dengan bahan yang disetujui, pembuangan bahan galian
yang tidak terpakai, semua keperluan drainase, pemompaan,
penimbaan, penurapan, penyokong, pembuatan tempat kerja
atau cofferdam beserta pembongkarannya.
4. Galian perkerasaan beraspal
Galian Perkerasan Beraspal mencakup galian pada perkerasan
lama dan pembuangan bahan perkerasan beraspal dengan
II - 18
maupun tanpa Cold Milling Machine (mesin pengupas
perkerasan beraspal tanpa pemanasan).
2.2.5 Pengertian Volume Timbunan
Timbunan dibagi menjadi tiga jenis, yaitu timbunan biasa,
timbunan pilihan dan timbunan pilihan di atas tanah rawa. Timbunan
pilihan akan digunakan sebagai lapis penopang (capping layer)
untuk meningkatkan daya dukung tanah dasar, juga digunakan di
daerah saluran air dan lokasi serupa dimana bahan yang plastis sulit
dipadatkan dengan baik. Timbunan pilihan dapat juga digunakan
untuk stabilisasi lereng atau pekerjaan pelebaran timbunan jika
diperlukan lereng yang lebih curam karena keterbatasan ruangan,
dan untuk pekerjaan timbunan lainnya dimana kekuatan timbunan
adalah faktor yang kritis. Timbunan pilihan di atas tanah rawa akan
digunakan untuk melintasi daerah yang rendah dan selalu tergenang
oleh air.
2.2.6 Perhitungan volume galian dan timbunan
Prinsip hitungan volume adalah 1 (satu) luasan dikalikan
dengan 1 (satu) wakil tinggi. Apabila ada beberapa luasan atau
beberapa tinggi, maka dibuat wakilnya, misalnya dengan merata-
ratakan luasan ataupun merata-ratakan tingginya. Ada beberapa
cara atau metode untuk menghitung volume tanah baik timbunan
II - 19
yang harus ditambahkan maupun galian yang harus diambil
tanahnya yaitu dengan cara :
A. Penampang rata – rata
Volume =𝐴1+𝐴2
2 x d………………………………………………………(1)
Keterangan :
A1 = luas penampang 1
A2 = luas penampang 2
d = jarak antar penampang 1 dan 2
Gambar 2.1 Metode penampang rata – rata
B. Kontur
Prinsipnya hampir sama dengan penampang rata-rata.
Volume = 𝐴1+𝐴2+𝐴3+⋯+𝐴𝑛
𝑛 x {(n - 1) x d)…………………………(2)
Keterangan :
A1, A2, dan An = luas penampang 1, 2 dan n diukur dengan
planimeter d = interval kontur ( umumnya sama)
II - 20
Gambar 2.2 Metode kontur
C. Motode borrow pit
Cara menghitung volume dengan Borrow Pit adalah dengan
membagi daerah tersebut kedalam beberapa “kapling” yang
seragam, biasanya bujur sangkar atau empat persegi panjang.
adapun Rumus yang digunakan sebagai berikut:
Volume = 𝐴
4 X ( 1 X ∑h1 + 2 x ∑h1 + 3 x ∑h3 + 4 x ∑h4 )
Keterangan :
A = luas penampang satu kapling yang seragam ( m2 )
h1 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 1 kali (m)
h2 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 2 kali (m)
h3 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 3 kali (m)
h4 = tinggi yang digunakan untuk menghitung volume 4 kali (m)
II - 21
Gambar 2.3 Metode Borrow pit
2.2.7 Autocad Land Desktop Development 2009
Land Desktop Development 2009 adalah sebuah aplikasi dari
CAD untuk membuat Permukaan tanah (Surface) secara digital atau
biasa disebut Digital Terrain Models (DTM), dengan memakai titik –
titik (point) secara tiga dimensional sebagai referensi, di mana titik –
titik tersebut langsung diambil dari hasil pengukuran di lapangan
dengan koordinat XY serta elevasi-nya. Sedangkan Civil Design
adalah penggunaan DTM yang telah dibuat di Land Desktop untuk
merencanakan Jalan, Perpipaan, Penembokan, Saluran, Drainase
dan sebagainya.
II - 22
2.2.7.1 Cara Mendesain Dengan Menggunakan Program
Autocad Land Desktop Development 2009
1. Setting folder Directory project
A. Pada tampilan start up pilih New untuk membuat project
baru. Seperti terlihat pada gambar di bawah ini :
B. Setelah itu akan muncul new drawing : project based.
Klik create project untuk membuat project baru
Nama gambar
Untuk membuat project baru
II - 23
C. Setelah itu akan muncul menu project details.
D. Setelah klik ok pada menu project details akan muncul
menu load setting.
Dalam menu load setting terdapat beberapa skala gambar.
Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Satuan gambar
Nama Project
II - 24
Untuk pemilihan skala gambar menggunakan skala 1 :
1000 Metric. Setelah itu klik next untuk pindah ke lembar
selanjutnya.
E. Setelah klik next pada menu load setting akan mucul menu
units.
Dalam menu units terdapat beberapa item seperti pada
gambar dibawah ini :
1) Linear units : Meter
2) Angle Units : Degress
3) Angle display style : North Azimuth
F. Setelah klik next pada menu units akan mucul menu zone.
II - 25
Dalam menu zone terdapat beberapa item seperti pada gambar
dibawah ini :
Dalam penelitian ini menggunakan zona UTM (Universal
Tranverse Mercator) 51 S untuk daerah Masamba, Sulawesi
Selatan. Berikut pembagian zona UTM (Universal Tranverse
Mercator) di Indonesia seperti pada gambar dibawah ini :
II - 26
G. Setelah klik next pada menu Zone akan mucul menu text
style.
Dalam menu text style terdapat beberapa item seperti pada
gambar dibawah ini :
Kegunaan menu text style untuk mengatur nama tulisan,
tipe tulisan serta ketebalan garis. Dapat disesuaikan
sesuain kebutuhan. Dalam penelitian ini menggunakan
pengaturan text sebagai berikut :
1) Style set name : Mili stp
2) Styles in this set : 2MM
3) Select current style : Standard
H. Setelah klik next pada menu text style akan muncul
menu finish.
II - 27
Dalam menu finish kita telah menyelesaikan Setting folder
directory project. seperti pada gambar dibawah ini :
2. Import data ukur / data survey
Setelah menyelesaikan Setting folder directory project langkah
selanjutnya memasukkan data ukur/data survey hasil dari
pengukuran topografi. Adapun langkah-langkah Import data ukur
/ data survey sebagai berikut :
A. Pada menu Toolbar klik menu points > Point setting.
II - 28
B. Pada menu point settings terdapat beberapa item, yang
perlu diperhatikan pada menu point setting adalah menu
cords, Marker dan Text.
1) Menu cords : untuk menentukan tipe file koordinat
yang akan digunakan. Dalam penelitian ini
menggunakan koordninat X – Y. dapat dilihat pada
gambar dibawah ini :
II - 29
2) Menu marker : Untuk menentukan jenis dan ukuran
data ukur yang akan di masukkan kedalam lembar
kerja gambar. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
a) Pada pilihan Use costum Marker dapat di
sesuaikan sesuai keinginan.
b) Pada pilihan Size in absolute units menggunakan
ukuran 1 unit agar ukuran poin sesuai dengan
skala gambar yang direncanakan.
II - 30
3) Menu text : untuk menentukan ukuran
tulisan/Deskripsi dari pengukuran topografi. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
Pada pilihan size in absolute units menggunakan
ukuran 0.5 unit agar ukuran point sesuai dengan skala
gambar yang direncanakan.
C. Selanjutnya pada toolbar klik menu points > Import/Export
Point > Impor points. Dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
II - 31
1) Pada menu format manager kita dapat memasukkan
data ukur/data survey sesuai dengan format yang
sesuain keinginan, dalam hal ini menggunakan
PNEZD.
Ket :
a) P : POINT
b) N : NORTH
c) E : EAST
d) Z : ELEVATION
e) D : DESCRIPTION
II - 32
2) Pada menu Source file kita dapat memasukkan data
ukur/data survey secara otomatis dengan format
notepad.
Adapun data ukur/data survey seperti pada gambar
dibawah ini :
II - 33
3) Setelah klik ok maka akan muncul tampilan sebagai
berikut ini :
Pada lembar kerja gambar telah selesai mengimport
data survey ke autocad land desktop development
2009. Langkah selanjutnya yaitu menentukan
alignment / as rencana drainase dari data ukur yang
telah di masukkan kedalam autocad land desktop
development 2009.
II - 34
3. Menggambar as / ALINGMENT
Setelah mengimport data ukur/data survey selanjutnya
menggambar/ menentukan as / Alingment pada gambar
tersebut. Sesuaikan dengan elevasi kontur pada gambar. Dapat
dilihat pada gambar dibawah ini :
4. Membuat kontur / Terrain
Setelah membuat as drainase, kemudian akan membuat
kontur/elevasi data dari pengukuran topografi. Adapun langkah-
langkah membuat kontur sebagai berikut :
A. Pada toolbar klik menu Terrain > Terrai model explorer.
Dapat dilihat pada gambar dibawah ini:
II - 35
Pada menu terrain model explorer klik kanan pada folder
terrain kemudian klik create new surface.
Memasukkan data ukur poin kedalam menu point groups.
II - 36
Setelah klik oke kemudian klik kanan pada menu surface
lalu klik tombol build untuk mengunci data koordinat.
B. Pada toolbar klik menu terrain > create contur untuk
menggambarkan kontur pada lembar kerja. Dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
II - 37
Setelah itu akan tampil menu create contur. Dapat dilihat
pada gambar dibawah ini :
1) Elevation range : elevasi kontur
tertinggi dan terendah
2) Intervals (both minor and major) : interfal kontur
minor dan major antara 1 m dan 5 m
C. Untuk mengedit kontur agar lebih baik dalam
penggambaran klik style manager. Dapat dilihat pada
gambar berikut ini :
II - 38
Pada menu style manager ada beberapa yang perlu di
perhatikan. antara lain sebagai berikut :
1) Menu contour appereance untuk mengatur apa saja
yang perlu di tampilkan pada lembar kerja. Adapun
pilihan pada menu contour appereance yaitu :
a) Menu contour display : contours and grip
b) Menu label display : labels and grip
c) Smoothing oprions : add vertices ukuran 9
II - 39
2) Menu text style untuk mengatur besar kecil teks
keterangan. Dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
a) Height : 1,00
b) Precision : 1
Setelah semua siap pilih ok maka akan tampil gambar
seperti dibawah ini :
II - 40
5. Membuat plan profil/profil melintang
Plan profil bertujuan mengetahui potongan melintang dari
rencana as drainase yang telah di buat sebelumnya, adapun
langkah-langkah membuat plan profil sebagai beikut :
A. Pada toolbar buka menu profiles > profile settings > values
II - 41
Kegunaan menu values untuk melihat seberapa jauh potongan
melintang dari as rencana drainase. Menu values dapa dilihat
pada gambaar dibawah ini :
B. Pada menu profile pilih surface > set current surface
Kegunaan menu set current surface untuk memilih kontur yang
telah di buat pada langkah pembuatan kontur.
II - 42
C. Pada menu profile pilih create profile > full profil
kegunaan menu full profil untuk menampilkan plan profil pada
lembar kerja. Menu full profil dapat dilihat pada gambar dibawah
ini :
1) horizontal spacing : 50 m (jarak horizontal pada
gambar)
II - 43
2) Vertical spasing : 5 m (jarak vertical pada gambar)
3) Grid height : 110 m (tinggi grid)
Adapun hasil plan profil/potongan melintang as rencana drainase
adalah sebagai berikut :
6. Membuat Cross Section / potongan memanjang.
Cross Section bertujuan mengetahui potongan
mememanjang dari rencana as drainase yang telah di buat
sebelumnya. Cross Section juga sangat menentukan untuk
perhitungan optimasi volume galian dan timbunan . Adapun
langkah-langkah membuat Cross Section sebagai beikut :
II - 44
A. Pada toolbar buka menu profiles > Surfaces > Set Current
Surface
Kegunaan menu Set Current Surface untuk memilih data kontur
yang telah dibuat sebelumnya. . Menu values dapa dilihat pada
gambar dibawah ini :
II - 45
B. Pada menu Cross Section pilih Existing Ground > Sampe for
surface
Kegunaan menu Existing Ground untuk memilih lebar, radius
dan jarak yang akan di tampilkan pada gambar.
II - 46
1) Swatch Widht : untuk menentukan lebar ( dalam hal ini
lebar saluran) yang akan di tampilkan pada gambar.
2) Sample Increments : Untuk menentukan radius dan
jarak (dalam hal ini radius dan jarak saluran) yang akan di
tampilkan pada gambar.
C. Pada menu Cross Section pilih Templates > Import template
Kegunaan menu Templates untuk sebagai acuan dari elevasi
tanah asli ke elevasi rencana yang akan dibuat dan nantinya
sebagai dasar untuk menghitung volume galian dan timbunan.
II - 47
D. Pada menu Cross Section pilih Section Plot > All
Kegunaan menu Section Plot untuk menampilkan hasil gambar
croos section pada gambar dari hasil pengimputan data
sebelumnya.
III - 1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian manajemen / lapangan (Studi
Kasus). Hal ini dilakukan untuk meninjau suatu kasus tertentu dan
memberikan solusi pemecahan kasus tersebut.
3.2 Persiapan
Persiapan dilakukan untuk mendukung kelancaran penyusunan
Laporan Tugas Akhir ini, diantaranya yaitu :
1. Mengurus surat-surat yang diperlukan sebagai kelengkapan
administrasi penyusunan Tugas Akhir.
2. Menentukan pihak-pihak (Instansi) yang akan dihubungi terkait
penyusunan Tugas Akhir untuk mencari informasi dan meminta data.
3.3 Survey Lapangan
Survey lapangan dilakukan bertujuan untuk mengetahui kondisi dan
situasi di lapangan.
3.4 Studi Literatur
Studi literatur dilakukan dengan mempelajari teori- teori yang
berkaitan dengan judul Laporan Tugas Akhir yaitu “ PERENCANAAN
KONSTRUKSI SALURAN PEMBAWA (Waterway) PEMBANGKIT LISTRIK
TENAGA MIKRO HIDRO (PLTMH) BINUANG 3 KABUPATEN LUWU
UTARA DENGAN EFISIENSI VOLUME GALIAN DAN TIMBUNAN ”.
III - 2
3.5 Lokasi Penelitian
Lokasi Penelitian ini dilakukan pada proyek PLTM Binuang 3,
Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara – Sulawesi Selatan.
Gambar 3.1 Peta lokasi royek pembangunan PLTM Binuang 3
Sumber : Google earth
3.6 Pengumpulan Data
Pengumpulan data atau informasi dari suatu pelaksanaan proyek
konstruksi yang sangat bermanfaat untuk evaluasi optimasi volume galian
dan timbunan secara keseluruhan. Data yang diperlukan adalah data
sekunder yaitu data yang diperoleh dari instansi yang terkait seperti
kontraktor,konsultan pengawas, dan lain-lain.
Peta Lokasi Proyek
2°35'48.68"S
120° 8'9.00"E
III - 3
1. Data Topografi
Data yang mempengaruhi volume galian dan timbunan dapat
diperoleh dari konsultan perencana. Data yang dibutuhkan untuk
Topografi adalah :
a. Data ukur lapangan
b. Elevasi rencana
c. Gambar desain trase Konstruksi Saluran Waterway
d. Gambar desain PLTMH (Mikro Hidro).
2. Data Hidrologi
Data yang mempengaruhi perencanaan dimensi konstuksi saluran
waterway dapat diperoleh dari konsultan perencana. Data yang
dibutuhkan untuk hidrologi adalah :
a. Debit rencana.
b. Kecepatan aliran
c. Debit yang dibutuhkan Turbin 2x5 MW
3.7 Pengolahan data
Analisis data dilakukan dengan bantuan program Autocad land
Desktop Development 2009. Dengan mengimputkan data yang terkait
untuk analisis ke dalam program, maka Autocad land Desktop Development
2009 ini nantinya akan menghasilkan data untuk membantu dalam
perhitungan volume galian dan timbunan
III - 4
3.7.1 Analisa Keadaan Topografi
Gambaran keadaan topografi digunakan sebagai dasar untuk
perencanaan / desain saluran pembawa (waterway) PLTMH pada lokasi
yang terpilih. Desain skema PLTMH meliputi alternative saluran pembawa
(waterway), dimensi saluran, kecepatan aliran dan debit yang dibutuhkan.
Dengan mengacu pada peta topografi, maka komponen bangunan PLTMH
dapan direncanakan sesuai dengan keadaan situasi yang ada. Dari
gambaran diatas nantinya akan direncanakan trase saluran pembawa
(waterway) yang optimal terhadap efisiensi volume galian dan timbunan.
Namun untuk data situasi di lapangan, diperlukan peninjauan langsung ke
lokasi guna mendapatkan data yang akurat. Peninjauan langsung ke lokasi.
3.7.2 Analisa data debit sungai binuang 3
Pada perencanaan PLTMH, debit andalan sangat berpengaruh pada
daya yang akan dikeluarkan. Debit andalan yang digunakan untuk tujuan
pusat listrik tenaga air sebesar 80%. Namun angka tersebut masih dapat
berubah tergantung tujuan perencanaan. Jika PLTMH tersebut adalah
sumber listrik utama penduduk setempat, maka persentase debitnya harus
dinaikan sekurangkurangnya 90%-95%. Jika PLTMH tersebut hanya
sebagai support listrik (diambil potensi daya untuk dijual secara komersial)
dan terdapat sumber listrik lain, maka persentase debitnya dapat dikurangi
sehingga didapatnya debit yang lebih besar agar keuntungan penjualannya
meningkat.
III - 5
3.8 Bagan Alir Penelitian
Adapun penelitian ini dalam bentuk bagan alir ditujukan pada Gambar 3.2
Gambar 3.2 Bagan alir penelitian
Perhitungan Dimensi Saluran Penghantar / Waterway
Kesimpulan dan Saran
Analisa data
Mengitung debit rencana, kecepatan aliran air
dan debit kubutuhan air turbin 2x5 mw
Hasil dan pembahasan
Survey lapangan
Studi literatur Pengolahan data trase dengan
mengambil beberapa contoh
trase yang dibuat dengan
menggunakan Autocad Land
Desktop Development 2009
Perhitungan volume dengan metode
sistematis menggunakan Autocad
Land Desktop Development 2009
Trase
Optimal
Ya
Tidak
Data Pengukuran Lokasi
Mulai
Mulai
IV - 1
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Letak Geografis
Kabupaten Luwu Utara terletak pada koordinat 2 30 45 – 2 37 30
LS sampai 119 41 15 – 121 43 11 BT. Sedangkan Kecamatan
Sabbang terletak pada koordinat 2 21 46 – 2 45 29 Lintang Selatan
dan 119 47 35 – 120 11 13 Bujur Timur.
Kecamatan Sabbang yang terletak di ujung sebelah Barat merupakan
pintu gerbang Kabupaten Luwu Utara dari arah Makassar. Dengan luas
wilayah sekitar 525,08 Km², kecamatan ini berbatasan langsung dengan
Kabupaten Luwu di sebelah Barat. Sedangkan batas sebelah Utara adalah
Kecamatan Limbong, serta batas sebelah Timur dan Selatan adalah
Kecamatan Baebunta. Pemerintah Kecamatan Sabbang membawahi 20
desa dimana semuanya sudah berstatus desa definitif. Desa yang paling
luas wilayahnya adalah desa Pararra (99,69 Km²) atau meliputi 18,99
persen luas wilayah Kecamatan Sabbang. Adapun desa yang paling sempit
wilayahnya adalah Desa Batu Alang dengan luas wilayah 4,11 Km².
Batas-batas wilayah Kecamatan Sabbang adalah sebagai berikut :
• Sebelah Utara /North Side : Kecamatan Limbong / Subdistrict of
Limbong
IV - 2
• Sebelah Timur /East Side : Kecamatan Baebunta / Subdistrict of
Baebunta
• Sebelah Selatan /South Side : Kecamatan Baebunta / Subdistrict of
Baebunta
• Sebelah Barat / West Side : Kabupaten Luwu / Regency of Luwu
Penentuan Titik Refferensi
Titik referensi yang digunakan sebagai dasar pemetaan Topografi ini
adalah titik (Bench Mark – 1) yang ada disebelah kanan rencana Bendung
PLTM Binuang 3. Koordinat dan elevasi ini ditetapkan dengan
menggunakan GPS tetapi dengan pembulatan sebagai refferensi koordinat
lokal. Koordinat yang digunakan berbasis pada sistim UTM.
Tabel 4.1 Koordinat Hasil Pengukuran Titik Bench Mark (BM) PLTM
Binuang 3, Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan
No. Patok Koordinat Elv. Ket.
X Y Z
1 BM-1 181812,000 9722069,000 375,00 Refferensi.
2 BM. 2 181961,741 9722194,555 389,919
3 BM. 3 182156,396 9722476,482 431,807
4 BM. 4 182285,553 9722532,575 444,384
IV - 3
Survei Hidrologi
Survai hidrologi dimaksudkan untuk mengumpulkan data primer di
lapangan. Namun data primer di lapangan tidak dapat berdiri sendiri
sebagai data dasar Analisis Hidrologi mengingat lingkup dan jangka waktu
survai yang terbatas. Dikombinasikan dengan data hidrologi sekunder yakni
data yang tersedia di instansi/badan terkait, data hasil survai diolah untuk
mendapatkan besaran-besaran hidrologi yang diperlukan untuk desain
PLTM.
Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui :
a. Besarnya debit andalan (plant discharge) dan debit yang selalu tersedia
(firm discharge) yang akan dipakai untuk perancangan komponen-
komponen PLTM.
b. Kurva debit (rating curve) dan kurva durasi (flow duration curve)
c. Melakukan tinjauan (review) terhadap kondisi dan karakteristik dari
Daerah Aliran Sungai (DAS)
d. Besarnya debit banjir rencana.
Kondisi Hidroklimatologi
Uraian hidroklimatologi berikut ini untuk memberikan gambaran awal
atas kondisi hidroklimatologi lokasi studi. Kondisi hidroklimatologi dan curah
hujan rata-rata yang diperoleh dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan
Geofisika (BMKG) Klas III Andi Jemma Masamba– Luwu Utara adalah
seperti pada Tabel 4.2 di bawah ini.
IV - 4
Tabel 4.2 Data Klimatologi rata–rata Stasiun Meteorologi Klas III Andi
Jemma Masamba
Sumber : BMG Stasiun Klas III Andi Jemma Masamba – Luwu Utara
Selain data diatas, pada Gambar 4.1 disajikan peta curah hujan pada
daerah lokasi studi PLTM Binuang 2. Dari peta tersebut diketahui bahwa
pada daerah studi dan daerah tangkapan airnya mempunyai curah hujan
yang cukup tinggi. Tercatat bahwa curah hujan di daerah tangkapan air
potensi ini mencapai antara 3000 mm sampai 3500 mm. Sedangkan daerah
tangkapan air dari lokasi potensi PLTM mencapai luasan 373,05 km2.
Daerah ini mayoritas berupa Hutan Primer sedangkan sisanya berupa
pertanian, lahan kering, serta kebun rakyat. Peta daerah tangkapan air
PLTM Binuang 2 disajikan pada Gambar 4.2
No Uraian Nilai Rata-rata
1. Suhu / Temperatur (C) 22,4 – 35,4
2. Penyinaran Mataharai rata-rata (%) 68,6
3. Kelembaban Udara rata-rata (%) 74 - 87
4. Kecepatan angin (knot) 2 – 5
5. Rata-rata hari hujan / bulan 22
6. Curah hujan rata-rata (mm) 18,2 – 409,6
IV - 5
Gambar 4.1 Peta Curah Hujan di Lokasi Studi
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) PLTM BINUANG 3
(Pada Peta Bakosurtanal)
Sumber : Peta RBI Bakosurtanal skala 1 : 50.000 lembar 2113-13 (sabbang)
U
Note : Luasan 1 kotak = 3,3 km2
CATCHMENT AREA
PLTM BINUANG 2373,05 km2
IV - 6
4.4. Survei Dan Pengukuran
Survei dan pengukuran debit dapat dilakukan secara langsung yaitu
pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan peralatan berupa alat
pengukur arus (current meter), pelampung, dll. Debit hasil pengukuran
dapat dihitung segera setelah pengukuran selesai dilakukan. Dan
Pengambilan sampel sedimen terlarut dilakukan setelah pengukuran debit
selesai.
4.4.1. Pengamatan Muka Air Sungai Binuang 3
Pembacaan papan duga (Staff Gauge) yang dimaksud adalah
pengamatan muka air sungai Binuang 3 yang dilakukan setiap hari selama
survai di lapangan, secara berturut-turut. Pembacaan dilakukan dua kali
tiap hari pada pagi hari dan sore hari.
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Rata-rata Sungai Binuang
3– Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan
. . . . .
Pengukuran Tanggal Waktu y (m) Q (m3/det)
1 20 Pebr. 2016 Pagi 0.38 19.33
2 Sore 0.38 19.18
3 21 Pebr. 2016 Pagi 0.39 19.24
4 Sore 0.39 19.08
5 22 Pebr. 2016 Pagi 0.40 19.69
6 Sore 0.40 19.45
7 23 Pebr. 2016 Pagi 0.40 21.43
8 Sore 0.40 21.31
9 24 Pebr. 2016 Pagi 0.41 21.05
10 Sore 0.41 20.86
11 25Pebr. 2016 Pagi 0.40 20.14
12 Sore 0.40 19.87
13 26 Pebr. 2016 Pagi 0.38 19.79
14 Sore 0.38 19.46
19.99DEBIT RATA-RATA (M3/DET)
IV - 7
Dari hasil survey di lapangan, diperoleh data sekunder sebagai berikut :
• Data Klimatologi dari stasiun BMG Stasiun Klas III Andi Jemma
Masamba Luwu Utara tahun 1998 sampai dengan 2015.
• Data hujan dari stasiun Andi Jemma Masamba (Data dari Tahun 1998
s/d 2015) selama 15 tahun.
Data klimatologi dan data curah hujan akan digunakan sebagai data
analisis debit dengan menggunakan Metode F.J. Mock dan data curah
hujan maksimum tahunan digunakan untuk menghitung debit banjir.
Lokasi stasiun terdekat (Stasiun BMKG Andi Jemma Masamba) dapat
dilihat pada Gambar 4.3.
Gambar 4.3 Peta Letak data Sekunder terhadap Lokasi Studi dan
Catchment Area
2
2
2
2
IV - 8
4.4.2 Analisis Hidrologi
Pada analisis hidrologi PLTM Binuang 3 ini menggunakan data
klimatologi, karena pada lokasi studi tidak ada data AWLR (data sungai).
Sehingga data klimatologi dianalisis menggunakan metode F.J. Mock.
Dipilih metode F.J Mock karena metode Mock berfungsi untuk
memperkirakan besarnya debit suatu daerah aliran sungai berdasarkan
konsep water balance. Air hujan yang jatuh (presipitasi) akan mengalami
evapotranspirasi sesuai dengan vegetasi yang menutupi daerah tangkapan
hujan. Evapotranspirasi pada Metode Mock adalah evapotranspirasi yang
dipengaruhi oleh jenis vegetasi, permukaan tanah dan jumlah hari hujan.
4.4.3 Analisis Low Flow
Dalam analisa hidrologi berdasarkan curah hujan, dilakukan analisis
dengan menggunakan pendekatan F.J. Mock. Salah satu faktor penentu
untuk memperkirakan debit dengan Mock adalah Evapotranspirasi.
Besarnya limpasan (run off) dapat diperkirakan dari hujan dikurangi
evapotranspirasi.
Metode Mock adalah metode yang digunakan untuk
memperhitungkan debit atas dasar data curah hujan, evapotranspirasi, dan
karakteristik hidrologi daerah pengaliran sungai. Sesuai dengan filosofinya,
metode Mock akan menggunakan data dengan dengan interval waktu
bulanan. Pertimbangan penggunaan waktu bulanan adalah bahwa interval
waktu tersebut masih dapat mewakili hari-hari hujan yang terjadi. Metode
IV - 9
Mock mensimulasikan kesetimbangan air bulanan pada suatu daerah
tangkapan, yang ditujukan untuk menghitung total run off dari nilai-nilai data
dan asumsi yang digunakan.
Dari perhitungan yang sudah dilakukan sesuai dengan tahapan-
tahapan di atas, diperoleh hasil debit bulanan rata-rata seperti pada Tabel
4.4. (Perhitungan selengkapnya disajikan pada Lampiran I).
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan F.J.Mock
Gambar 4.4
Grafik Debit Bulanan PLTM Binuang 2
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1998 6.61 21.59 24.22 46.04 45.80 70.57 61.43 58.83 52.27 41.98 31.92 32.18
1999 28.01 31.16 33.80 29.94 36.22 52.30 37.85 28.45 23.13 39.14 26.38 26.95
2000 25.86 28.97 21.97 25.09 32.75 56.73 52.97 35.05 31.12 31.95 18.44 21.57
2001 32.59 28.49 33.39 32.84 25.80 53.49 40.35 26.61 23.56 16.77 22.72 26.60
2002 29.06 41.94 42.10 31.77 27.25 46.77 32.25 23.01 16.06 10.98 11.53 10.40
2003 12.54 26.25 26.20 25.14 27.62 44.15 31.85 31.17 24.77 19.75 12.90 21.24
2004 16.78 30.15 26.76 23.01 25.11 43.86 37.99 22.52 21.49 14.97 8.50 16.37
2005 23.98 21.76 25.53 30.40 37.35 49.94 42.82 26.99 21.37 21.58 15.04 31.14
2006 23.97 43.77 32.26 33.34 44.60 68.78 45.77 28.54 23.83 16.56 9.37 12.93
2007 12.70 20.38 19.05 24.38 28.76 52.15 38.50 29.18 23.25 9.96 15.40 18.61
2008 16.37 21.38 22.61 28.40 24.54 51.54 55.62 45.04 37.08 36.37 38.99 45.45
2009 39.40 41.32 46.17 32.54 35.26 48.14 39.79 26.10 28.83 19.81 9.84 11.10
2010 23.28 27.36 35.44 32.69 28.78 59.03 51.17 48.81 46.44 52.29 36.67 35.13
2011 28.52 37.07 32.27 31.88 39.33 59.56 46.36 30.01 30.40 20.96 11.50 26.07
2012 24.38 36.90 44.97 43.18 50.45 64.99 49.36 36.14 30.62 22.00 14.62 22.90
2013 39.78 68.26 49.13 46.77 53.73 71.34 54.97 40.83 32.78 24.04 12.81 18.68
2014 16.23 33.32 30.08 27.75 31.73 42.57 31.00 18.32 13.65 10.58 5.82 14.92
2015 8.75 9.94 7.02 5.64 6.99 11.24 6.98 4.59 3.31 2.69 1.82 10.20
Q Rata-rata 22.71 31.67 30.72 30.60 33.45 52.62 42.06 31.12 26.89 22.91 16.90 22.36
Q Max 39.40 43.77 46.17 46.04 45.80 70.57 61.43 58.83 52.27 41.98 38.99 45.45
Q Min 6.61 20.38 19.05 23.01 24.54 43.86 31.85 22.52 16.06 9.96 8.50 10.40
IV - 10
4.4.4. Flow Duration Curve (FDC)
Terhadap data debit hasil analisis F.J. Mock perlu dibuat Flow
Duration Curve.
Gambar 4.4 Grafik Flow Duration Curve Dari Data Hujan
Keterangan :
Q sungai = grafik debit sungai di titik rencana PLTM yang didapat dari
perhitungan F.J.Mock.
Q PLTM = lengkung debit yang akan digunakan untuk pembangkit. Debit
PLTM ini diperoleh dari Q potensi dikurangi debit pemeliharaan yang
dilepas kehilir bending selama pembangkit beroperasi. Hal ini bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan pemeliharaan keseimbangan ekologi sungai
sesuai PP No.42 Tahun 2008 Pasal 11. Mekanisme continuous flow ini
IV - 11
dilakukan dengan cara membuka pintu flushing setinggi tertentu sesuai
dengan kebutuhan yang ada. Debit ekologi diambil 10% dari Q sungai.
Dilihat dari Gambar 4.5 Grafik Flow Duration Curve, maka dapat disajikan
seperti Tabel 4.5.
Tabel 4.5 Flow Duration Curve
Keterangan:
- Q Sungai adalah debit di titik rencana PLTM yang didapat dari
perhitungan F.J.Mock.
- Q Ekologi adalah debit pemeliharaan ekologi sebesar 10% dari debit
sungai
- Q PLTM adalah Q SUNGAIi dikurangi 10% (release flow).
Q SUNGAI Q EKOLOGI Q PLTM
(m3/det) (m3/det) (m3/det)
5 % 55.791 5.579 50.21
10 % 50.670 5.067 45.60
15 % 46.102 4.610 41.49
20 % 43.037 4.304 38.73
25 % 39.381 3.938 35.44
30 % 36.638 3.664 32.97
35 % 33.318 3.332 29.99
40 % 31.996 3.200 28.80
45 % 30.756 3.076 27.68
50 % 29.370 2.937 26.43
55 % 27.253 2.725 24.53
60 % 26.026 2.603 23.42
65 % 24.208 2.421 21.79
70 % 22.907 2.291 20.62
75 % 21.408 2.141 19.27
80 % 18.364 1.836 16.53
85 % 14.950 1.495 13.46
90 % 11.199 1.120 10.08
95 % 8.280 0.828 7.45
100 % 1.821 0.182 1.64
PROBABILITAS
IV - 12
4.4.5 Debit Andalan
Debit andalan adalah besarnya debit yang tersedia untuk memenuhi
kebutuhan air dengan resiko kegagalan yang telah diperhitungkan. Besar
debit andalan dalam analisis optimasi skala pengembangan untuk PLTM
Binuang 3 adalah sebesar 20,62 m3/det pada probabilitas 70%. Dari angka
ini, diperoleh gambaran bahwa debit andalan PLTM Binuang 3 cukup besar,
dan dari data pengamatan yang diperoleh sungai ini tidak pernah kering
pada musim kemarau.
4.4.6 Perhitungan Head Efektif
Perhitungan Head atau tinggi jatuh akan menentukan potensi PLTM
yang tersedia yang akan memutar turbin. Perhitungan head ini diperlukan
disini untuk melengkapi pembahasan data teknis PLTM untuk setiap
alternatif yang dibuat sebelum tahap optimalisasi dilakukan. Head yang
digunakan dalam optimasi ini adalah head bruto yang diperoleh dari :
Elevasi mercu bendung = +315 m
Elevasi muka air tailrace = +238,58 m -
Head Bruto = 76,42 m
Losses = 3,3253 m –
Head net = 73,0947 m
IV - 13
4.4.7 Perhitungan Kapasitas Dan Energi
Pada perhitungan ini, kehilangan tinggi jatuh bruto diperhitungkan
dalam penentuan head, dan besarnya efisiensi Turbin diambil berdasarkan
perbandingan Q/Q max. Sedangkan efisiensi generator diambil 0,95.
Daya yang dihasilkan dihitung berdasarkan persamaan berikut :
dimana :
= Massa jenis air (kg/m3)
g = Percepatan gravitasi (m/det2)
hef = Tinggi jatuh efektif (m)
Q = Debit air (m3/det)
T = Efisiensi Turbin
G = Efisiensi Generator
Untuk perhitungan energi, dipergunakan gambar Flow Duration Curve
yang memberikan besaran energy sesuai dengan luas Area dari debit
yang digunakan per satuan waktu, sehingga persamaan yang digunakan
adalah :
E = g . . Hef . Q . t (Kwh)
dimana :
g = Percepatan gravitasi
Hef = Tinggi Jatuh efektif
IV - 14
= Efisiensi Turbin dan Generator (Efisiensi Total).
Q = Debit.
t = Waktu.
Tabel Optimasi Daya dan energy adalah sebagai berikut :
Tabel 4.6 Perhitungan Daya dan Energi Pembangkitan
Dari hasil analisis debit yang optimal berada pada probabilitas 70% yaitu
Q = 20,62 m3/det. Akan tetapi berdasarkan kriteria perencanaan irigasi
bahwa pengambilan intake harus direncanakan 120% dari debit desain,
maka dalam perencanaan ini digunakan debit desain untuk PLTM sebesar
100%
120% × 20,62 𝑚3/𝑑𝑒𝑡 = 17,18 m3/det.
Jadi :
a. Debit desain untuk PLTM = 17,18 m3/det
b. Debit maksimal pengambilan = 120% x 17,18 m3/det = 20,62 m3/det
5% 73.0947 50.21 29073.738
10% 73.0947 45.60 26405.502
15% 73.0947 41.49 24024.721
20% 73.0947 38.73 22427.314
25% 73.0947 35.44 20522.319
30% 73.0947 32.97 19092.720
35% 73.0947 29.99 17362.899
40% 73.0947 28.80 16674.085
45% 73.0947 27.68 16027.818
50% 73.0947 26.43 15305.408
55% 73.0947 24.53 14202.301
60% 73.0947 23.42 13562.774
65% 73.0947 21.79 12615.082
70% 73.0947 20.62 11937.384
75% 73.0947 19.27 11156.352
80% 73.0947 16.53 9569.926
85% 73.0947 13.46 7790.847
90% 73.0947 10.08 5835.894
95% 73.0947 7.45 4314.828
100% 73.0947 1.64 949.018
Head
(m)
74,527,173.73
79,848,109.96
83,820,807.56
85,878,285.78
87,563,561.09
88,273,565.20
88,477,675.23
88,252,781.74
87,652,961.03
86,543,247.18
42,727,584.79
84,230,503.37
82,525,238.69
79,422,139.80
76,787,995.62
32,399,478.08
7,482,054.73
Prob
(%)
Debit
(m3/det)
Daya
(kW)Energi Pembangkit (kWh)
73,241,280.04
65,066,531.52
54,920,410.37
IV - 15
4.4.8 Pengukuran Kecepatan Aliran Air
Persyaratan yang harus dipenuhi dalam pengukuran kecepatan
aliran sungai meliputi:
1. Kecepatan aliran diukur dengan current meter yang telah dikalibrasi
dengan baik.
2. Pengukuran dilakukan pada lokasi dimana dibuat potongan melintang
sungai, untuk satu pias, dilakukan satu pengukuran untuk satu saat.
3. Pengukuran kecepatan dilakukan pada garis sumbu pias.
4. Pengukuran dibuat pada berbagai level muka air sungai meliputi air
rendah, menengah dan air tinggi yang terjadi selama periode
pengukuran.
5. Pengukuran kecepatan arus / debit sesaat dilakukan sebanyak 14 kali
selama kurun waktu 7 hari.
6. Staff gauge tetap dibaca selama dan sesudah setiap pengukuran
kecepatan.
7. Jumlah dan kedalaman titik-titik pengukuran kecepatan serta
perhitungan kecepatan rata-rata aliran pada pias dihitung sebagai
berikut :
IV - 16
Tabel 4.7 Cara Pengukuran Kecepatan
D (m) Jumlah Titik
Ukur
Kedalaman alat Ukur Kecepatan Rata-rata
0,2 D 0,6 D 0,8 D (m/det)
< 0,6 1 - X - V 0,6
0,6 - 0,8 2 X - X 0,5 (v 0,2 + V 0,8)
> 0,8 3 X X X 0,25(V 0,2+V 0,6+V 0,8)
Catatan :
D = kedalaman sungai pada sumbu pins (meter).
V 0,2 V0,6 : V0,8 berturut-turut adalah kecepatan aliran pada titik yang
setara dengan kedalaman 0.2D; 0,6D dan 0.8D.
4.4.9 Perhitungan Debit
Debit sungai dihitung berdasarkan persamaan kontinuitas :
dimana :
Q = Debit total pada penampang sungai (m3/det).
Vi = Kecepatan pada masing-masing pias (m/det).
Ai = Luas penampang masing-masing pias, untuk metode
pelampung adalah luas rata-rata pias hulu dan hilir (m2).
n = Jumlah pias pada satu penampang.
Kecepatan yang dimaksud pada persamaan di atas adalah
kecepatan rata-rata sesuai dengan cara pengukuran kecepatan
seperti yang diperlihatkan pada tabel 4.6.
IV - 17
Debit pada setiap seksi (ra/ri) adalah perkalian antara
kecepatan rata-rata dan luas penampang seksi tersebut. Total
debit pada penampang sungai di tempat pengukuran debit adalah
jumlah debit dari semua seksi.
4.5 Perhitungan Volume Galian Dan Timbunan Dengan Metode Sistematis
Menggunakan Autocad Land Desktop Development 2009
Dari hasil pengolahan data menggunakan Autocad Land Desktop
Development 2009 , didapatkan trase optimal terhadap volume galian /
timbunan. Hasil perhitungan volume galian dan timbunan dapat dilihat
pada Lampiran I. Trase optimal dapat di lihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 4.4 Trase saluran pembawa (waterway) optimal
IV - 18
Adapun perhitungan volume galian dan timbunan menggunakan
Persamaan Seperti Dibawah ini :
Rumus :
a) Volume Galian dan timbunan = 𝐴1+𝐴2
2 x d ………….Persamaan (1)
b) Volume Galian tot ≥ Volume timbunan tot ………….Persamaan (2)
c) Panjang Saluran (d) = 50 m
d) Volume Galian sta +0.00 = 𝐴𝑆𝑇𝐴+0.000+ 𝐴𝑆𝑇𝐴+0.050
2 .....…Persamaan (3)
e) Volume Timbunan sta +0.00= 𝐴𝑆𝑇𝐴+0.000+ 𝐴𝑆𝑇𝐴+0.050
2 ……Persamaan (4)
Dari hasil yang di peroleh dari perhitungan luasan dan volume untuk
daerah galian dan timbunan, maka di ketahui bahwa perencanaan saluran
pembawa (waterway) lebih banyak di temukan volume galian yaitu sebesar
31.905 m3, sedangkan untuk daerah timbunan hanya sebesar 30.903 m3
pada elevasi 418 m (Hulu) dan 416 m (Hilir). Dengan demikian, tidak
diperlukan biaya tambahan untuk daerah timbunan.
4.6 Desain Saluran Pembawa (Waterway)
Saluran direncanakan berbentuk segi empat.
1. Rumus persamaan Manning :
Q = A x V, dimana V = 1/n x R^2/3 x √𝑆
2. Tinggi jagaan (Free Board) :
Syarat = 0,5 < Fjagaan < 1,0 …. (KP 03 Saluran Hal 43)
diambil = 0,5 m
IV - 19
3. Perhitungan Debit :
21
32
.Ik.RV =
dimana : V = Kecepatan Aliran (m/det)
K = Koefisien Strickler
R = Jari-jari Hidraulis (m)
I = Kemiringan Dasar
N = Koefisien Manning
Dari KP 03 Diperoleh V maks untuk saluran adalah 1.0 m/dt. Pada
perencanaan ini diambil kecepatan 1 m/dtk.
Bila dikombinasikan dengan Rumus Kontinyuitas, maka diperoleh
hubungan dengan penampang saluran sebagai berikut.
Q = A . V
A = Q / V
= 20,62/ 1,0
= 20,62 m2
A = b x h
Misal b = 2h
A = 2h2
20,62 = 2h2
h = 3,25 m
b = 2 x 3,25 m
= 6,50 m
IV - 20
P = b + 2h = 13,00 m
R = A/P = 1,59
S = (V x n / R2/3)2
= (1,0 x 0,017 / 1,592/3)2 = 0,00916
Sketsa Penampang :
Gambar 4.5 Sketsa Penampang Saluran
Dari perencanaan dan penelitian di dapat kan data Desain konstruksi
saluran pembawa (waterway) sebagai berikut Lebar saluran (b) = 6,50
m
a. Tinggi Saluran (h) = 4,25 m
b. Tinggi muka air = 3,25 m
c. Tinggi jagaan (F) = 1,00 m
d. Kemiringan saluran (S) = 0.00916
B = 6,50 m
h = 3,25 m
F = 1,00 m
V - 1
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah kami
lakukan, dapat ditarik kesimpulan bahwa :
1. Dari Hasil perhitungan debit dan Kecepatan aliran diperoleh :
• Hasil perhitungan dengan menggunakan analisis pendekatan
menggunakan metode F.J. Mock diperoleh data debit bulanan
rata-rata adalah :
a. Q rata-rata = 22,36 m3
b. Q maksimum = 45,45 m3
c. Q minimum = 10,40 m3
d. Kecepatan aliran air V1 0,2 m/det, V1 0,6 m/det, V1 0,8
m/det berturut-turut adalah kecepatan aliran pada titik
yang setara dengan kedalaman 0.2 D, 0.6 D, 0.8 D,
• Dari hasil analisis debit yang optimal berada pada probabilitas
70% yaitu :
a. Debit desain untuk PLTM = 17,18 m3/det
b. Debit maksimal pengambilan = 120% x 17,18 m3/det =
20,62 m3/det
V - 2
2. Dari perencanaan dan penelitian di dapat kan data trase optimal dan
efisien, serta volume galian dan timbunan sebagai berikut :
a. Panjang trase = 3.150 m / STA 3+150
b. Elevasi trase Hulu = 318 MPDL
c. Elevasi trase Hilir = 316 MPDL
d. Volume galian = 31.905 m3
e. Volume timbunan = 30.903 m3
3. Dari perencanaan dan penelitian di dapat kan data Desain konstruksi
saluran pembawa (waterway) sebagai berikut :
a. Lebar saluran (b) = 6,50 m
b. Tinggi Saluran (h) = 4,25 m
c. Tinggi muka air = 3,25 m
d. Tinggi jagaan (F) = 1,00 m
e. Kemiringan saluran (S) = 0,00916
f. Tipe saluran pembawa (Waterway) = Saluran Primer
B. Saran
Setelah melakukan penelitian, penulis mempunyai beberapa
saran agar ke depannya penelitian ini dapat dikembangkan lebih baik
lagi, yaitu :
1. Perlunya dilakukan survei pengukuran topografi yang lebih
lengkap dan detail agar pelaksanaan di lapangan menjadi lebih
mudah.
V - 3
2. Sebelum dilakukan Perencanaan Konstruksi Saluran Pembawa
(Waterway) Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH),
perlunya di tentukan lokasi yang baik agar nantinya dalam
mendesain trase Saluran Pembawa (Waterway) yang optimal
dan efisien terhadap volume galian dan timbunan dapat menjadi
lebih mudah.
xvii
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 1976. Engineering Monograph No. 20 Selecting Reaction Turbines.
Amerika: United States Bureau of Reclamation.
Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 02). Bandung : CV.
Galang Persada.
Anonim. 1986. Standar Perencanaan Irigasi (Kriteria Perencanaan 04). Bandung : CV.
Galang Persada.
Anonim. 2005. RETScreen® Engineering & Cases Textbook. Kanada: RETScreen
International.
Anonim. 2006. Guidelines for National Greenhouse Gas Inventories. Switzerland:
IPCC (International Panel In Climate Change).
Dandenkar, MM., dan Sharma, KN. 1991. Pembangkit Listrik Tenaga Air. Jakarta:
Penerbit Universitas Indonesia.
Hasmar. 2002. Drainase Perkotaan. Edisi Pertama. Yogyakarta: Penerbit UI
http://lorenskambuaya.blogspot.com/2014/05/bentuk-dan-dimensi-saluran-
terbuka_18.html
http://www.ilmusipil.com/cara-memilih-trase-jalan-baru
https://eliant7.wordpress.com/2012/04/05/mengenal-land-desktop/
https://www.konstruksibesar.com/2020/09/waterway-atau-saluran-pembawa-
jenisnya.html
xviii
IMIDAP, T. (2008). Pedoman Teknis Standardisasi Peralatan dan Komponen
Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH ). Jakarta: Ditjen Listrik dan Pemanfaatan
Energi DESDM.
Montarcih, Lily. 2010. Hidrologi Praktis. CV. Lubuk Agung. Bandung.
Nasir Bilal Abdullah. 2013. “Design of Micro - Hydro – Electric Power Station”,
International Journal of Engineering and Advanced Technology (IJEAT) ISSN: 2249 –
8958, Volume-2, Issue-5.
Patty, OF. 1995. Tenaga Air. Jakarta: Erlangga.
Suripin. 2004 . Drainase Perkotaan yang Berkelanjutan. Yogyakarta : ANDI OFFSET
Tata cara Perencanaan Umum Drainase Perkotaan, SK SNI T–07–1990–F
Urban Drainase guidelines and technical Design standars, WSWCF 092/020
GRAFIK DEBIT BULANAN PLTM BINUANG 3 HASIL PERHITUNGAN
F.J.MOCK
GRAFIK FLOW DURATION CURVE
DEBIT BULANAN
PLTM BINUANG 3
FDC DATA CURAH HUJAN
PLTM BINUANG 3
Tabel 2.1. Bentuk-Bentuk Umum Saluran Terbuka Dan Fungsinya.
Tabel 4.1 Koordinat Hasil Pengukuran Titik Bench Mark (BM) PLTM Binuang
2, Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan
No. Patok Koordinat Elv. Ket.
X Y Z
1 BM-1 182238.000 9721014.000 335.00 Refferensi.
2 BM. 2 182259.472 9721041.821 325.76
3 BM. 3 183221.990 9720748.006 344.46
4 BM. 4 183267.101 9720744.056 339.06
Tabel 4.2 Data Klimatologi rata–rata Stasiun Meteorologi Klas III Andi Jemma
Masamba
Tabel 4.3 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Debit Rata-rata Sungai Binuang 3–
Kab. Luwu Utara – Sulawesi Selatan
. . . . .
Pengukuran Tanggal Waktu y (m) Q (m3/det)
1 20 Pebr. 2016 Pagi 0.38 19.33
2 Sore 0.38 19.18
3 21 Pebr. 2016 Pagi 0.39 19.24
4 Sore 0.39 19.08
5 22 Pebr. 2016 Pagi 0.40 19.69
6 Sore 0.40 19.45
7 23 Pebr. 2016 Pagi 0.40 21.43
8 Sore 0.40 21.31
9 24 Pebr. 2016 Pagi 0.41 21.05
10 Sore 0.41 20.86
11 25Pebr. 2016 Pagi 0.40 20.14
12 Sore 0.40 19.87
13 26 Pebr. 2016 Pagi 0.38 19.79
14 Sore 0.38 19.46
19.99DEBIT RATA-RATA (M3/DET)
No Uraian Nilai Rata-rata
1. Suhu / Temperatur (C) 22,4 – 35,4
2. Penyinaran Mataharai rata-rata (%) 68,6
3. Kelembaban Udara rata-rata (%) 74 - 87
4. Kecepatan angin (knot) 2 – 5
5. Rata-rata hari hujan / bulan 22
6. Curah hujan rata-rata (mm) 18,2 – 409,6
Tabel 4.4 Rekapitulasi Hasil Perhitungan F.J.Mock
Tabel 4.5 Flow Duration Curve
Tahun Jan Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
1998 6.61 21.59 24.22 46.04 45.80 70.57 61.43 58.83 52.27 41.98 31.92 32.18
1999 28.01 31.16 33.80 29.94 36.22 52.30 37.85 28.45 23.13 39.14 26.38 26.95
2000 25.86 28.97 21.97 25.09 32.75 56.73 52.97 35.05 31.12 31.95 18.44 21.57
2001 32.59 28.49 33.39 32.84 25.80 53.49 40.35 26.61 23.56 16.77 22.72 26.60
2002 29.06 41.94 42.10 31.77 27.25 46.77 32.25 23.01 16.06 10.98 11.53 10.40
2003 12.54 26.25 26.20 25.14 27.62 44.15 31.85 31.17 24.77 19.75 12.90 21.24
2004 16.78 30.15 26.76 23.01 25.11 43.86 37.99 22.52 21.49 14.97 8.50 16.37
2005 23.98 21.76 25.53 30.40 37.35 49.94 42.82 26.99 21.37 21.58 15.04 31.14
2006 23.97 43.77 32.26 33.34 44.60 68.78 45.77 28.54 23.83 16.56 9.37 12.93
2007 12.70 20.38 19.05 24.38 28.76 52.15 38.50 29.18 23.25 9.96 15.40 18.61
2008 16.37 21.38 22.61 28.40 24.54 51.54 55.62 45.04 37.08 36.37 38.99 45.45
2009 39.40 41.32 46.17 32.54 35.26 48.14 39.79 26.10 28.83 19.81 9.84 11.10
2010 23.28 27.36 35.44 32.69 28.78 59.03 51.17 48.81 46.44 52.29 36.67 35.13
2011 28.52 37.07 32.27 31.88 39.33 59.56 46.36 30.01 30.40 20.96 11.50 26.07
2012 24.38 36.90 44.97 43.18 50.45 64.99 49.36 36.14 30.62 22.00 14.62 22.90
2013 39.78 68.26 49.13 46.77 53.73 71.34 54.97 40.83 32.78 24.04 12.81 18.68
2014 16.23 33.32 30.08 27.75 31.73 42.57 31.00 18.32 13.65 10.58 5.82 14.92
2015 8.75 9.94 7.02 5.64 6.99 11.24 6.98 4.59 3.31 2.69 1.82 10.20
Q Rata-rata 22.71 31.67 30.72 30.60 33.45 52.62 42.06 31.12 26.89 22.91 16.90 22.36
Q Max 39.40 43.77 46.17 46.04 45.80 70.57 61.43 58.83 52.27 41.98 38.99 45.45
Q Min 6.61 20.38 19.05 23.01 24.54 43.86 31.85 22.52 16.06 9.96 8.50 10.40
Q SUNGAI Q EKOLOGI Q PLTM
(m3/det) (m3/det) (m3/det)
5 % 55.791 5.579 50.21
10 % 50.670 5.067 45.60
15 % 46.102 4.610 41.49
20 % 43.037 4.304 38.73
25 % 39.381 3.938 35.44
30 % 36.638 3.664 32.97
35 % 33.318 3.332 29.99
40 % 31.996 3.200 28.80
45 % 30.756 3.076 27.68
50 % 29.370 2.937 26.43
55 % 27.253 2.725 24.53
60 % 26.026 2.603 23.42
65 % 24.208 2.421 21.79
70 % 22.907 2.291 20.62
75 % 21.408 2.141 19.27
80 % 18.364 1.836 16.53
85 % 14.950 1.495 13.46
90 % 11.199 1.120 10.08
95 % 8.280 0.828 7.45
100 % 1.821 0.182 1.64
PROBABILITAS
Tabel 4.6 Perhitungan Daya dan Energi Pembangkitan
Tabel 4.7 Cara Pengukuran Kecepatan
D (m) Jumlah Titik
Ukur
Kedalaman alat Ukur Kecepatan Rata-rata
0,2 D 0,6 D 0,8 D (m/det)
< 0,6 1 - X - V 0,6
0,6 - 0,8 2 X - X 0,5 (v 0,2 + V 0,8)
> 0,8 3 X X X 0,25(V 0,2+V 0,6+V 0,8)
5% 73.0947 50.21 29073.738
10% 73.0947 45.60 26405.502
15% 73.0947 41.49 24024.721
20% 73.0947 38.73 22427.314
25% 73.0947 35.44 20522.319
30% 73.0947 32.97 19092.720
35% 73.0947 29.99 17362.899
40% 73.0947 28.80 16674.085
45% 73.0947 27.68 16027.818
50% 73.0947 26.43 15305.408
55% 73.0947 24.53 14202.301
60% 73.0947 23.42 13562.774
65% 73.0947 21.79 12615.082
70% 73.0947 20.62 11937.384
75% 73.0947 19.27 11156.352
80% 73.0947 16.53 9569.926
85% 73.0947 13.46 7790.847
90% 73.0947 10.08 5835.894
95% 73.0947 7.45 4314.828
100% 73.0947 1.64 949.018
Head
(m)
74,527,173.73
79,848,109.96
83,820,807.56
85,878,285.78
87,563,561.09
88,273,565.20
88,477,675.23
88,252,781.74
87,652,961.03
86,543,247.18
42,727,584.79
84,230,503.37
82,525,238.69
79,422,139.80
76,787,995.62
32,399,478.08
7,482,054.73
Prob
(%)
Debit
(m3/det)
Daya
(kW)Energi Pembangkit (kWh)
73,241,280.04
65,066,531.52
54,920,410.37
Gambar 2.1 Metode penampang rata – rata
Gambar 2.2 Metode kontur
Gambar 2.3 Metode Borrow pit
Gambar 3.1 Peta lokasi royek pembangunan PLTM Binuang 3
Sumber : Google earth
Gambar 4.1 Peta Curah Hujan di Lokasi Studi
Peta Lokasi Proyek
2°35'48.68"S
120° 8'9.00"E
Sumber : Peta RBI Bakosurtanal skala 1 : 50.000 lembar 2113-13 (sabbang)
U
Note : Luasan 1 kotak = 3,3 km2
CATCHMENT AREA
PLTM BINUANG 2373,05 km2
Gambar 4.2 Peta Daerah Aliran Sungai (DAS) PLTM BINUANG 2
(Pada Peta Bakosurtanal)
2
2
2
2
Gambar 4.3 Peta Letak data Sekunder terhadap Lokasi Stud idan
Catchment Area
Gambar 4.4 Trase saluran pembawa (waterway) optimal
Gambar 4.5 Sketsa Penampang Saluran
B = 6,50 m
h = 3,25 m
F = 1,00 m
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
POTONGAN MELINTANG WATER WAY PLTA MASAMBA
Pasangan batu kali
Timbunan dengan kemiringan
Galian dengan kemiringan
Disetujui
FEASIBILITY STUDY OF PLTM BINUANG 3 4X2.5 MW
No. Kontrak
SULAWESI SELATAN
Direksi
Kontraktor
No Register
No Lembar
Tgl.
Kabupaten :
Pekerjaan :
Propinsi :
LUWU UTARA
:
:
:
:
: -
: -
Desember
-
Gambar :
2016
01
DESA MALIMBU KEC SABBANG
Pt. East North Elevation Code
1 181812,000 9722069,000 375,000 STN
2 181801,360 9722049,606 373,576 CP
3 181816,588 9722094,638 378,498 CP
4 181811,146 9722071,745 374,851 CP
5 181816,501 9722093,336 375,541 CP
6 181806,133 9722111,981 384,107 CP
7 181817,808 9722098,353 375,539 CP
8 181821,413 9722035,776 371,390 CP
9 181784,828 9722020,110 373,271 CP
10 181784,048 9722015,320 376,359 CP
11 181806,634 9722059,443 375,269 CP
12 181801,369 9722063,036 375,862 CP
13 181845,402 9721953,055 367,347 CP
14 181840,481 9722058,730 372,742 CP
15 181817,819 9722098,242 375,523 STN
16 181812,000 9722069,000 375,000 STN
17 181856,679 9722103,338 374,496 CP1
18 181856,666 9722103,342 374,498 CP1
19 181821,296 9722106,725 375,847 CP1
20 181817,363 9722111,008 377,413 CP1
21 181817,476 9722099,978 375,524 CP1
22 181788,108 9722097,831 376,170 STN
23 181785,450 9722088,692 377,471 CP2
24 181790,227 9722103,092 376,907 CP2
25 181792,295 9722112,716 377,324 CP2
26 181719,685 9722114,997 379,811 STN
27 181788,108 9722097,831 376,170 STN
28 181788,105 9722097,833 375,994 CP3
29 181721,737 9722118,079 380,103 CP3
30 181733,061 9722126,702 385,682 CP3
31 181713,994 9722111,586 380,381 CP3
32 181713,924 9722109,524 380,355 CP3
33 181691,544 9722127,308 385,332 STN
34 181719,685 9722114,997 379,811 STN
35 181719,743 9722114,972 379,685 CP4
36 181690,965 9722123,511 384,292 CP4
37 181688,594 9722113,817 382,066 CP4
38 181691,184 9722128,899 386,315 CP4
39 181691,072 9722132,895 386,698 CP4
40 181685,803 9722129,342 386,165 CP4
41 181662,586 9722138,161 386,771 STN
42 181691,544 9722127,308 385,332 STN
43 181691,541 9722127,310 385,178 CP5
44 181668,584 9722135,916 386,274 CP5
45 181668,640 9722125,972 383,408 CP5
46 181655,121 9722141,032 385,672 CP5
47 181648,471 9722143,999 387,558 CP5
48 181651,094 9722161,714 386,783 CP5
49 181609,156 9722164,287 390,394 CP5
50 181609,156 9722164,287 390,394 STN
51 181662,586 9722138,161 386,771 STN
52 181662,621 9722138,145 386,537 CP6
53 181619,418 9722151,996 388,858 CP6
54 181596,573 9722159,892 389,628 CP6
55 181589,754 9722147,493 389,411 CP6
56 181602,507 9722171,482 390,744 CP6
57 181596,935 9722179,980 391,549 CP6
58 181604,153 9722210,183 397,101 CP6
59 181627,396 9722166,017 389,805 CP6
60 181648,263 9722167,996 388,441 CP6
61 181860,498 9722102,953 375,256 STN
62 181817,819 9722098,242 375,523 STN
63 181817,809 9722098,241 375,256 CP7
64 181817,809 9722098,241 375,256 CP7
65 181857,926 9722097,145 373,462 CP7
66 181866,316 9722102,702 375,374 CP7
67 181870,836 9722113,498 376,841 CP7
68 181877,565 9722116,557 382,531 CP7
69 181882,313 9722117,517 385,099 STN
70 181860,498 9722102,953 375,256 STN
71 181860,474 9722102,937 375,051 CP8
72 181880,669 9722116,578 385,379 CP8
73 181859,996 9722036,395 369,829 CP8
74 181885,783 9722120,722 386,054 CP8
75 181915,985 9722153,509 387,121 STN
76 181882,313 9722117,517 385,099 STN
77 181882,262 9722117,513 384,895 CP9
78 181917,374 9722145,743 387,222 CP9
79 181921,821 9722151,451 387,766 CP9
80 181921,647 9722161,082 388,547 CP9
81 181943,783 9722194,555 389,919 STN
82 181915,985 9722153,509 387,121 STN
83 181915,968 9722153,483 386,981 CP10
84 181945,899 9722191,236 389,885 CP10
85 181945,200 9722190,698 390,523 CP10
86 181947,672 9722199,466 390,853 CP10
87 181952,868 9722206,102 394,077 CP10
88 181961,740 9722217,423 397,108 CP10
89 181961,741 9722217,423 397,107 STN
90 181943,783 9722194,555 389,919 STN
91 181943,601 9722194,324 389,743 BMBR
92 181943,626 9722194,311 389,744 CP11
93 181962,246 9722213,214 396,249 CP11
94 182006,088 9722159,586 377,281 CP11
95 181961,462 9722219,846 397,756 CP11
96 181953,387 9722234,451 402,250 CP11
97 181947,216 9722248,134 409,124 STN
98 181961,741 9722217,423 397,107
99 181961,768 9722217,363 396,986 CP12
100 181961,768 9722217,363 396,987 CP12
101 181957,049 9722227,592 399,821 CP12
102 181950,156 9722241,443 405,288 CP12
103 181941,603 9722244,290 408,041 CP12
104 181946,566 9722253,278 411,613 CP12
105 181941,228 9722285,042 426,504 CP12
106 181941,227 9722285,042 426,503 STN
107 181947,216 9722248,134 409,124 STN
108 181947,237 9722248,003 408,913 CP13
109 181942,370 9722280,824 424,644 CP13
110 181944,521 9722286,040 427,100 CP13
111 181943,170 9722291,220 430,231 CP13
112 181954,371 9722326,701 450,025 STN
113 181941,227 9722285,042 426,503 STN
114 181941,244 9722285,095 426,365 CP14
115 181958,275 9722318,759 446,168 CP14
116 181956,013 9722324,658 449,106 CP14
117 181955,828 9722328,588 450,569 CP14
118 181953,537 9722331,915 451,985 CP14
119 181953,560 9722331,907 451,646 STN
120 181954,371 9722326,701 450,025 STN
121 181954,367 9722326,729 449,902 CPBR
122 181972,882 9722357,801 452,800 CPBR
123 181972,882 9722357,801 452,800 STN
124 181953,560 9722331,907 451,646 STN
125 181953,494 9722331,817 451,512 CP14
126 181971,403 9722359,245 454,335 CP14
127 181979,658 9722365,304 451,169 CP14
128 182011,003 9722381,445 446,221 CP14
129 182011,003 9722381,445 446,221 STN
130 181972,882 9722357,801 452,800 STN
131 181972,945 9722357,839 452,619 CP15
132 181972,944 9722357,838 452,619 CP15
133 182008,722 9722380,234 447,088 CP15
134 182009,705 9722382,439 447,460 CP15
135 182012,327 9722386,270 447,450 CP15
136 182034,114 9722394,842 441,494 CP15
137 182028,199 9722391,552 437,219 STN
138 182011,003 9722381,445 446,221 STN
139 182011,107 9722381,506 446,056 CP16
140 182023,678 9722388,514 438,025 CP16
141 182033,709 9722382,326 433,126 CP16
142 182038,480 9722382,788 435,666 CP16
143 182028,967 9722392,925 438,643 CP16
144 182030,658 9722395,165 440,792 CP16
145 182044,981 9722379,468 438,208 STN
146 182028,199 9722391,552 437,219 STN
147 182028,258 9722391,509 437,025 CP17
148 182028,258 9722391,508 437,025 CP17
149 182027,537 9722375,970 432,956 CP17
150 182045,734 9722380,799 439,522 CP17
151 182045,760 9722380,834 440,327 CP17
152 182059,060 9722381,682 438,464 STN
153 182044,981 9722379,468 438,208 STN
154 182045,004 9722379,471 438,028 CP18
155 182057,678 9722383,251 439,968 CP18
156 182057,281 9722383,748 440,499 CP18
157 182057,649 9722384,281 440,688 CP18
158 182059,544 9722384,778 440,318 CP18
159 182099,619 9722420,445 439,584 STN
160 182059,060 9722381,682 438,464 STN
161 182059,068 9722381,688 438,337 CP19
162 182097,185 9722420,042 440,634 CP19
163 182082,453 9722406,343 437,868 CP19
164 182101,370 9722417,055 437,781 CP19
165 182116,114 9722447,225 433,008 CP19
166 182116,114 9722447,226 433,009 STN
167 182099,619 9722420,445 439,584 STN
168 182099,674 9722420,533 439,348 CP20
169 182116,705 9722428,330 422,818 CP20
170 182105,893 9722452,501 440,278 CP20
171 182115,742 9722448,680 434,182 CP20
172 182115,704 9722449,055 434,146 CP20
173 182130,685 9722455,094 433,867 STN
174 182116,114 9722447,226 433,009 STN
175 182116,067 9722447,200 432,829 CP21
176 182128,876 9722455,615 435,119 CP21
177 182128,216 9722455,805 435,605 CP21
178 182136,196 9722446,781 427,727 CP21
179 182156,418 9722476,500 433,305 CP21
180 182156,396 9722476,482 431,807 STN
181 182130,685 9722455,094 433,867 STN
182 182130,623 9722455,042 433,670 CP22
183 182154,887 9722475,229 432,207 CP22
184 182159,174 9722482,419 431,784 CP22
185 182164,649 9722481,009 430,761 CP22
186 182195,621 9722496,118 421,757 CP22
187 182195,621 9722496,118 421,757 STN
188 182156,396 9722476,482 431,807 STN
189 182156,314 9722476,441 431,597 CP23
190 182186,741 9722492,013 419,285 CP23
191 182206,250 9722498,862 421,807 CP23
192 182243,077 9722499,718 423,016 STN
193 182195,621 9722496,118 421,757 STN
194 182195,345 9722496,097 421,499 CP24
195 182237,185 9722499,272 422,807 CP24
196 182243,404 9722483,587 412,954 CP24
197 182245,810 9722499,287 423,140 CP24
198 182243,689 9722500,975 423,880 CP24
199 182243,010 9722502,118 425,221 CP24
200 182260,502 9722509,007 430,641 CP24
201 182260,502 9722509,008 430,643 STN
202 182243,077 9722499,718 423,016 STN
203 182243,033 9722499,695 422,773 CP25
204 182260,196 9722509,942 431,652 CP25
205 182259,969 9722511,490 433,364 CP25
206 182285,553 9722532,575 444,384 STN
207 182260,502 9722509,008 430,643 STN
208 182260,414 9722508,926 430,340 CP26
209 182269,591 9722516,275 435,489 CP26
210 182288,921 9722532,559 443,559 CP26
HASIL REKAPITULASI PERHITUNGAN VOLUME GALIAN DAN
TIMBUNANTRASE UTAMA SALURAN
STA.
SALURAN
L (M)
LUAS BIDANG (M2) VOLUME (M3)
GALIAN TIMBUNAN GALIAN TIMBUNAN
0+000,00
48,78 77,009
50,00 3.073,80 2.945,18
0+050,00 74,17 40,798 50,00
2.660,30 2.930,53
0+100,00 32,24 76,423 50,00
805,98 3.663,90
0+150,00 0,00 70,133 50,00
- 3.901,28
0+200,00 0,00 85,918 50,00
- 4.202,55
0+250,00 0,00 82,184 50,00
- 3.593,63
0+300,00 0,00 61,561 50,00
16,55 1.854,40
0+350,00 0,66 12,615
50,00 228,00 315,38
0+400,00 8,46 0,000 50,00
617,15 -
0+450,00 16,23 0,000 50,00
501,10 -
0+500,00 3,82 0,000
0+550,00
50,00
0,72 1,108
113,40 27,70
50,00 151,63 30,70
0+600,00 5,35 0,120 50,00
133,63 3,00
0+650,00 0,00 0,000 50,00
- 103,05
0+700,00 0,00 4,122 50,00
24,18 326,88
0+750,00 0,97 8,953 50,00
65,83 406,45
0+800,00 1,67 7,305 50,00
137,35 248,55
0+850,00 3,83 2,637 50,00
181,18 155,15
0+900,00 3,42 3,569 50,00
114,90 170,53
0+950,00 1,18 3,252 50,00
100,95 81,30
1+000,00 2,86 0,000 50,00
209,90 -
1+050,00 5,54 0,000 50,00
239,20 -
1+100,00 4,03 0,000 50,00
356,05 -
1+150,00 10,209 0,000 50,00
255,23 368,08
1+200,00 50,00
0,000 14,723
- 783,40
1+250,00 0,00 16,613 50,00
169,50 450,38
1+300,00 6,78 1,402 50,00
257,00 35,05
1+350,00 3,50 0,000 50,00
187,00 521,95
1+400,00 3,98 20,878 50,00
230,75 542,50
1+450,00 5,25 0,822 50,00
144,70 20,55
1+500,00 0,54 0,000 50,00
13,45 67,95
1+550,00 0,00 2,718 50,00
591,75 100,80
1+600,00 23,67 1,314 50,00
1.241,25 95,35
1+650,00 25,98 2,500 50,00
702,50 129,25
1+700,00 2,12 2,670 50,00
53,00 202,50
1+750,00 0,00 5,43 50,00
6,40 202,50
1+800,00 0,26 2,670 50,00
57,38 91,75
1+850,00 2,04 1,000
1+900,00
50,00
1,98 2,670
100,45 91,75
50,00 83,53 130,75
1+950,00 1,36 2,560 50,00
81,33 129,00
2+000,00 1,89 2,600 50,00
312,28 65,00
2+050,00 10,60 0,000 50,00
559,50 -
2+100,00 11,78 0,000 50,00
861,25 -
2+150,00 22,67 0,000 50,00
566,75 75,33
2+200,00 0,000 3,013 50,00
892,00 121,65
2+250,00 35,68 1,853 50,00
1.403,25 92,65
2+300,00 20,45 1,853 50,00
1.025,75 46,33
2+350,00 20,58 0,000 50,00
1.164,00 46,25
2+400,00 25,98 1,850 50,00
1.164,50 101,25
2+450,00 20,60 2,200 50,00
905,00 135,00
2+500,00 15,60 3,200 50,00
981,75 137,50
2+550,00 50,00
23,67 2,300
1.236,25 87,50
2+600,00 25,78 1,200 50,00
1.269,50 30,00
2+650,00 25,00 0,000 50,00
633,49 55,00
2+700,00 0,34 2,200 50,00
143,49 135,00
2+750,00 5,40 3,200 50,00
242,50 192,50
2+800,00 4,30 4,500 50,00
326,50 157,50
2+850,00 8,76 1,800 50,00
308,00 92,50
2+900,00 3,56 1,900 50,00
354,00 86,00
2+950,00 10,60 1,540 50,00
487,50 74,25
3+000,00 8,90 1,430 50,00
486,50 74,50
3+050,00 10,56 1,550 50,00
828,00 75,00
3+100,00 22,56 1,450 50,00
1.208,50 78,00
3+150,00 25,78 1,670
24,74 639,38 21,37 3+174,74 25,90 0,058
TOTAL 3.174,74
31.905,89 30.903,70