Tugas Akhir Kepaniteraan Kulit RS Cibinong , Coass UKI Periode 27 Juli - 29 Agustus 2015

35
DERMATOLOGI

description

Desain buku ini dibuat sebagai tugas akhir dalam menjalankan kepaniteraan kulit di RSUD Cibinong Periode 27 juli 2015 -29 Agustus 2015.Dibawah bimbingan dr. Emil R Fadly , SpKK dan juga dr. Euis Nana Resna, SpKK setelah menjalani periode kepaniteraan selama 5 minggu kami merangkum semua ilmu yang kami dapat tentang dermatitis dan juga dermatomikosis dalam buku ini

Transcript of Tugas Akhir Kepaniteraan Kulit RS Cibinong , Coass UKI Periode 27 Juli - 29 Agustus 2015

DERMATOLOGI

Co Assisten RSU FKUKIKepaniteraan Klinik Kulit dan Kelamin

Periode 27 Juli- 29 Agustus 2015

Irvan Rahmat Amanu 0961050031

Ferji Rhenald Arditya1061050010

Reymond H P Sinaga106150014

Tobi H Wiranegara106150015

Triana Konstantia Niman1161050036

Erni Anggriani Sitorus1161050037

Pembimbing :dr. Emil R Fadly, SpKK

dr. Euis Nana Resna, SpKK

I.DERMATITISDermatitisDermatitis atau biasa disebut ekzem adalah peradangan kulit (epidermis dan dermis ) sebagai respon terhadap faktor eksogen dan atau endogen, menimbulkan kelainan klinis polimorfik dan keluhan gatal

I.1 Dermatitis KontakAdalah dermatitis yang disebabkan bahan atau substansi yang menempel di kulit.

I.2 Dermatitis AtopikAdalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya.

Dermatitis

DermatitisKontak

DermatitisAtopik

D.K Iritan

D.K Alergi

I.1.1 Dermatitis Kontak Iritan Adalah dermatitis kontak yang disebabkan oleh bahan iritan, tanpa didahului proses sensitisasi

I.1.1 Dermatitis Kontak AlergiAdalah dermatitis kontak yang didahului oleh proses sensitisasi pada pajanan pertama dengan substansi dan dilanjutkan oleh proses elisitasi pada pajanan berikutnya, disebabkan oleh hapten yaitu bahan kimia sederhana dengan berat molekul <1000dalton

Gejala klinis : kelainan kulit yang sangat beragam bergantung pada sifat iritan. iritan kuat memberi gejala akut, sedangkan iritan lemah memberi gejala kronis. beberapa faktor yang mempengaruhi dki yaitu faktor individu misalnya ras, usia, lokasi, atopi, penyakit kulit lain; faktor lingkungan misalnya suhu kelembapan udara,oklusi.

1.1.1 DKI akut 1. Penyebabnya adalah iritan kuat (larutan asam sulfat dan asam

hidroklorid) atau basa kuat (natrium dan kalium hidroksida). 2. Intensitas reaksi sebanding dengan konsentrasi dan lamanya

kontak dengan iritan, terbatas pada tempat kontak kulit. 3. Subjective Terasa pedih, panas, rasa terbakar

Objective eritema edema, bula, mungkin juga nekrosis. Pinggir kelainan kulit berbatas tegasdan umumnya asimetris

1.1.2 DKI akut lambat4. Gambaran klinis dan gejala sama dengan dki akut, tetapi baru

muncul 8-24 jam atau lebih setelan kontak.5. Bila penderita terpajan iritan (bulu burung atau serangga) pada

malam hari, penderita baru merasa pedih esok harinya, pada awalnya terlihat eritema dan sore harinya sudah menjadi vesikel atau bahkan nekrosis

I.1.1DERMATITIS KONTAK IRITAN

1.1.3 DKI Kumulatif1. Nama lain DKI kronis. 2. penyebabnya ialah kontak berulang-ulang dengan iritan lemah

(faktor fisis, misalnya gesekan, trauma mikro, kelembapan rendah, panas atau dingin; juga bahan misalnya deterjen, sabun,pelarut, tanah bahkan juga air).

3. Gejala klasik berupa kulit kering, eritema, skuama, lambat laun kulit tebal ( hiperkeratosis) dan likenifikasi, difus.

4. Bila kontak terus berlangsung akhirnya kulit dapat retak seperti luka iris (fisur), misalnya pada kulit tumit tukang cuci yang mengalami kontak terus menerus dengan deterjen.

5. Keluhan penderita umumnya rasa gatal atau nyeri karena kulit retak (fisur).

6. pekerjaan yang berisiko tinggi untuk DKI kumulatif, yaitu: tukang cuci, kuli bangunan, montir di bengkel, juru masak, tukang kebub, penata rambut.

I.1.1DERMATITIS KONTAK IRITAN

1.1.4 Reaksi Iritan 1. merupakan dermatitis iritan subklinis pada seseorang yang

terpajan dengan pekerjaan basah. 2. Kelainan kulit monomorf dapat berupa skuama, eriteme,

vesikel, pustul, dan erosi.

1.1.5 DKI TraumatikGejala Seperti dermatitis numularis, penyembuhan lambat, paling cepat 6 minggu, sering di tangan.

1.1.6 DKI NoneritematosaBentuk subklinis DKI, ditandai dengan perubahan fungsi sawar stratum korneum tanpa disertai kelainan klinis.

1.1.7 DKI SubyektifDisebut DKI sensori, kelainan kulit tidak terlihat.namun penderita merasa seperti tersangat (pedih) atau terbakar (panas) setelah kontak dengan baham kimia tertentu misalnya asam laktat

I.1.1DERMATITIS KONTAK IRITAN

1.1.8 DKI SubyektifDisebut DKI sensori, kelainan kulit tidak terlihat.namun penderita merasa seperti tersangat (pedih) atau terbakar (panas) setelah kontak dengan baham kimia tertentu misalnya asam laktat

I.1.2DERMATITIS KONTAK ALERGI

gambar 1.2.A gambar 1.2.B

gambar 1.2.C gambar 1.2.D

gambar 1.2.E

I.1.2DERMATITIS KONTAK ALERGIDefinisiAdalah dermatitis kontak yang didahului oleh proses sensitisasi pada pajanan pertama dengan substansi dan dilanjutkan oleh proses elisitasi pada pajanan berikutnya, disebabkan oleh hapten yaitu bahan kimia sederhana dengan berat molekul <1000dalton

DiagnosisDiagnosis didasarkan atas hasil anamnesis dan pemeriksaan klinis yang teliti

Subjective:Pasien umumnya mengeluh gatal

Objective:1. Pada yang akut dimulai dengan bercak eritematosa yang berbatas

jelas kemudian diikuti edema, papulovesikel, vesikel, atau bula (gbr 1.2.A dan 1.2.B)

2. Pada DKA akut di tempat tertentu (kelopak mata, penis, skrotum) eritema dan ededma lebih dominan daripada vesikel (gbr 1.2 .C)

3. Vesikel atau bula dapat pecah dan menimbulkan erosi dan eksudasi (basah) (gbr 1.2.D)

4. Pada yang kronis terlihat kulit kering , berskuama, papul, likenifikasi dan mungkin juga fisur, batasnya tidak jelas (gbr 1.2.E)

5. Skalp, telapak tangan, dan telapak kaki relatif resisten terhadap DKA

Uji Tempel1. Uji tempel dengan bahan standar jangan dilakukan terhadap

penderita yang mempunyai riwayat tipe urtikaria dadakan karena dapat menyebabkan urtikaria generalisata atau bahkan reaksi anafilaktik, Pada penderita semacam ini dilakukan tes dengan prosedur khusus

2. Uji tempel dilakukan setelah dermatitis tenang agar tidak terjadi reaksi angry back atau excited skin

3. Tes sekurang-kurangnya dilakukan satu minggu setelah pemakaian kortikosteroid dihentikan agar tidak terjadi hasil negatif palsu

4. Tempat untuk melakukan uji tempel biasanya dilakukan di punggung

5. Untuk melakukan uji tempel diperlukn antigen, misalnya antigen standar

6. Bahan yang secara rutin dibiarkan menempel di kulit misalnya kosmetik, pelembab bisa langsung digunakan apa adanya (as is) sebagai bahan uji tempel

7. Bahan yang secara rutin dipakai dengan air untuk membilasnya (misalnya sampo, pasta gigi) harus diencerkan terlebih dahulu

8. Namun apabila bahan tersebut tidak larut dalam air maka bahan tersebut diencerkan atau dilarutkan terlebih dahulu dalam minyak atau vaselin

9. Produk yang diketahui bersifat iritan,misalnya deterjen hanya boleh diuji apabila diduga keras sebagai penyebab alergi

I.1.2DERMATITIS KONTAK ALERGI

Uji Tempel10. Apabila pakaian, sepatu, sarung tangan yang didug sebagai

penyebab alergi maka uji tempel dilakukan dengan merendam potongan kecil bahan tersebut dalam air garam yang tidak dibubuhi bahan pengawet, atau air, dan bahan tersebut ditempelkan di kulit dengan memakai finn chamber, dibiarkan sekurang-kurangnya 48 jam.

11. Penderita dilarang melakukan aktivitas yang menyebabkan uji tempel menjadi longgar (misalnya mandi), karena dapat memberikan hasil positif palsu.

12. Perlu diingat bahwa hasil positif dengan alergen bukan standar perlu kontrol (5 sampai 10 orang) untuk menyingkirkan kemungkinan iritasi

13. Setelah dibiarkan menempel selama 48 jam uji tempel dilepas dan dilakukan penilaian

I.1.2DERMATITIS KONTAK ALERGI

Penilaian Uji TempelSetelah dibiarkan selama 48 jam uji tempel dilepas.Pembacaan pertama dilakukan 15-30menit setelah dilepas, agar efek tekanan bahan yang diuji telah menghilang atau minimal.Hasilnya dibaca sebagai berikut

1 = Reaksi Lemah (nonvesikular) eritema, infiltrat, papul (+)2 = Reaksi Kuat

Edema atau vesikel (++)3 = Reaksi Sangat Kuat (ekstrim)

Bula atau ulkus (+++)4 = Meragukan

Hanya makula atau eritematosa (?)5 = Iritasi

Seperti terbakar, pustul, atau purpura (IR)6 = Reaksi Negatif (-)7 = Excited Skin8 = Tidak Dites (NT=Not Tested)

Pengobatan1. Hindari kontak dengan alergen2. Kortikosteroid

I.1.2DERMATITIS KONTAK ALERGI

I.2 DERMATITIS ATOPIKKRITERIA MAJOR1. Pruritus2. Flexural lichenification or linearity in adults and/or Facial and extensor

involvement in infants and children 3. Chronic or chronically-relapsing dermatitis4. Personal or family history of atopy (asthma, allergic rhinitis, atopic

dermatitis)

KRITERIA MINOR1. Xerosis2. chthyosis, palmar hyperlinearity, or keratosis pilaris3. Immediate (type 1) skin-test reactivity4. Raised serum IgE5. Early age of onset6. Tendency toward cutaneous infections (especially S aureus and

herpes simplex) or impaired cell-mediated immunity7. Tendency toward non-specific hand or foot dermatitis8. Nipple eczema9. Cheilitis10. Recurrent conjunctivitis11. Dennie-Morgan infraorbital fold12. Keratoconus13. Anterior subcapsular cataracts14. Orbital darkening15. Facial pallor or facial erythema16. Pityriasis alba17. Anterior neck folds18. Itch when sweating19. Intolerance to wool and lipid solvents20. Perifollicular accentuation21. Food intolerance22. Course influenced by environmental or emotional factors23. White dermographism or delayed blanch

BentukBayi

BentukDewasa

BentukAnak

I.2 DERMATITIS ATOPIK

DefinisiAdalah dermatitis yang timbul pada individu dengan riwayat atopi pada dirinya sendiri ataupun keluarganya.Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dengan gejala utama gatal, penyebaran simetris di tempat predileksi (sesuai usia), terdapat dermatitis kronik residif, riwayat atopi pada pasien atau keluarganya (kriteria major Hanifin-Rajka)

Penyebab : Penyebab pasti belum diketahui, tetapi faktor turunan merupakan dasar pertama untuk timbulnya penyakit

Efloresensi :Bentuk bayi (2 bulan - 2 tahun)eritema berbatas tegas, papul / vesikel miliar disertai erosi dan eksudasi serta krusta

Bentuk anak (3 - 10 tahun)papul - papul miliar, likenifikasi, tidak eksudatif

Bentuk dewasa (13 - 30 tahun)biasanya hiperpigmentaai, kering dan likenifikasi

PenatalaksanaanKortikosteroid TopikalAnti HistaminPelembab kulit

I.2 DERMATITIS ATOPIK

II. DERMATOMIKOSISDefinisiSemua penyakit jamur yang menyerang kulit

Klasifikasi

Mikosis

MikosisProfunda

MikosisSuperfisial

Dermatofitosis

Non-Dermatofitosis

Aktinomikosis, Nonkardiosis, Antimikosis Misetoma, Blastomikosis, dll

II.2.1 Dermatofitosis Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

II.2.2 Non-Dermatofitosis Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang tidak mengandung zat tanduk

II.1 MIKOSIS PROFUNDATerdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala klinis tertentu yang menyerang alat dibawah kulit

II.2 MIKOSIS SUPERFISIALTerdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan jamur, dengan gejala klinis tertentu yang menyerang kulit superfisial, dibagi menjadi Dermatofitosis dan Non-Dermatofitosis

II.2.1 DERMATOFITADefinisiDermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita.

Penyebab : Dermatofita terbagi dalam 3 genus, yaitu Microsporum, Trichophyton, dan Epidemophyton .

Klasifikasi :

1. Tinea kapitisDermatofitosis pada kulit dan rambut kepala2. Tinea barbeDermatofitosis pada dagu dan jenggot3. Tinea krurisDermatofitosis pada daerah genitokrural, sekitar anus, bokong, dan kadang-kadang sampai perut bagian bawah4. Tinea pedis et manumDermatofitosis pada kaki dan tangan5. Tinea unguiumDermatofitosis pada kuku kaki dan tangan6. Tinea korporisDermatofitosis pada badan

PengobatanSistemik1. Griseofulvin (0,5 – 1 gram/hari untuk dewasa; 0,25 – 0,5

gram/hari anak-anak) selama 4 minggu, kecuali pada tinea kapitis, dosis untuk dewasa 0,5 gram/hari selama 6-8 minggu.

2. Ketokonasol (200 mg/hari dewaasa).3. Terbinafine (250 mg/hari dewasa) 4. Itraconazole PO (200 mg 3x sehari selama 2-3 minggu)

Topikal5. Butenafine (area yang terkena 2x sehari)6. Clotrimazole 1% (area yang terkena 2x sehari)7. Ketoconazole 2% (area yang terkena 2x sehari)8. Miconazole (area yang terkena 2x sehari)9. Econazole (area yang terkena 1x sehari)10. Naftin (area yang terekena 1x sehari)11. Oxiconazole (area yang terkena 1-2x sehari)12. Tolnaftat (area yang terkena 2x sehari) 13. Ciclopirox (area yang terkena 1x sehari)14. Sulconazole (area yang terkena 2x sehari)

II.2.1 DERMATOFITA

T.RUBRUM T.Mentagrophites

M.Canis E.Flocossum

Malassezia Furfur

1.1 TINEA CAPITIS

BLACK DOT RING WORM

KERION

TINEA FAVOSA

GREY PATCH RING WORM

DefinisiDermatofitosis pada kulit dan rambut kepala

Penyebab : Microsporum (beberapa spesies)Trichophyton (beberapa spesies kecuali T.consentricum)

Diagnosis BandingPsoriasis, Dermatitis seboroik, Alopesia areataPioderma, Bentuk-bentuk alopesia yang menimbulkan sikatriks, misal Lupus eritematosus, Pseudopelade Brocq

Grey patch ringwormPapula miliar sekitar muara rambut, rambut mudah putus meninggalkan alopesia berwarna cokelat

Black dot ring wormRambut putus tepat pada permukaan kulit, meninggalkan makula cokelat berbintik hitam, warna rambut sekitarnya menjadi suram

KerionTampak bisul bisul kecil pada kulit kepala dengan skuamasi akibat radang lokal, rambut putus mudah dicabut

Tinea favosaBintik berwarna merah kekuningan , ditutup krusta berbentuk cawan, berbau busuk

PengobatanTopikal Sampo antimikotikSistemik Lihat bagian khusus pengobatan dermatofita

1.1 TINEA CAPITIS

1.2 TINEA BARBAE

DefinisiAdalah infeksi jamur dermatofita pada daerah janggut, cambang dan kumis.

Penyebab : Biasanya golongan Trychophyton dan Microsporum

Gejala KlinisBentuk superfisialLesi eritro-papulo-skuamosa, mula-mua kecil lalu melebar ke perifer dengan tepi polisiklis. Bentuk ini sama dengan tinea korporis biasa.

Bentuk karionProsesnya sama dengan pembentukan kerion pada tinea kapitis. Timbul lesi yang basah dengan perifolikkulitis dan abses.

Bentuk sikosisJarang dijumpai, secara klinik tidak dapat dibedakan dengan folikulitis bakteri yang kronis. Lesi berupa pustule yang folikuler dengan rambut dipusatnya. Bila menyembuh terlihat krusta, rambut mudah dicabut (pada infeksi bakteri rambut sulit dicabut).

Penunjang diagnosis :Sampel rambut diambil dengan forsep dan skuama dikerok dengan skapel tumpul. Rambut yang diambil adalah rambut yang goyah (mudah dicabut) pada daerah lesi. Pemeriksaan dengan lampu Wood dilakukan sebelum pengumpulan bahan untuk melihat kemungkinan adanya fluoresensi di daerah lesi pada kasus Tinea kapitis tertentu.

PengobatanLihat bagian khusus pengobatan dermatofita

1.2 TINEA BARBAE

1.3 TINEA KRURIS

DefinisiAdalah dermatofitosis pada lipat paha, daerah perineum dan sekitar anus.

Penyebab : T. mentagrophytes, T.rubrum, T violaceum, T.verrucosum, T.megninii, M.canis

Gejala Klinis :Biasanya sebagai lesi yang simetris pada lipat paha kiri dan kanan. Mula-mula sebagai bercak eritematosa yang gatal, kemudian dapat meluas sampai skrotum, pubis, gluteal bahkan sampai ke paha. Tepi lesi sering aktif, berbentuk polisiklis kadang-kadang dengan banyak vesikel-vesikel kecil.

Bila penyakit ini menjadi menahun, dapat berupa bercak hitam disertai sedikit sisik.

Diagnosis BandingKandidiasis inguinalis, Psoriasis, Dermatitis seboroikPitriasis roseaPenunjang diagnosis :Dengan sediaan KOH dari kerokan bagian tepi lesi mudah ditemukan elemen-elemen jamur.

PengobatanLihat bagian khusus pengobatan dermatofita

1.3 TINEA KRURIS

1.4 TINEA MANUS

DefinisiAdalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (“glabrous skin”) di daerah muka, leher, badan, lengan dan pantat.

Penyebab : T. rubrum, E. floccosum

Diagnosis banding:1. Dernatitis kontak alergika : Ada riwayat kontak dengan sensitizer tertentu2. Dyshidrotic dermatitis: Pada pemeriksaan dengan KOH, tidak ditemukan elemen2 jamur3. determatis numilaris

Penunjang Diagnostik1.kerokan kulit dengan koh 10% ; terlihat elemen2 jamur2.sinar wood; fluoresensi positif3.biarkan skuama pada media saboraud dalam 1-2 minggu menghasilkan pertumbuhan koloni ragi

PengobatanDapat diberikan preparat haloprogin, tolnafay dan preparay triazol baik dalam bentuk tablet maupun larutan

1.4 TINEA MANUS

1.4 TINEA PEDIS

DefinisiAdalah infeksi jamur dermatofita pada kaki

Penyebab : T. rubrumT. mentagrophytesE. floccosum

Diagnosis banding:1.Kandidiasis2.Akrodermatitis perstans3.pustular bacterid

Penunjang Diagnostik1. Kerokan kulit + KOH 10% : hifa positif2. Biarkan agar sabouround: tumbuh koloni-koloni jamur3. Sinar wood: fluorensi positif

Pengobatan1. Profilaksis sangat penting, mengeringkan kaki dengan

baik setap habis mandi kaus kaki yang selalu bersih dan bebtuk sepatu yang baik.

2. Griseofulvin 500 mg sehari selama 1-2 bulansalep whitfield I atau II, tolnaftar dan toksiklat berkhasiat baik. Obat-obatan golongan azol dan terbinafin memberi hasil yang baik dan preparat triazol baik dalam bentuk tablet,krim atau larutan memberi hasil yang baik

1.4 TINEA PEDIS

1.5 TINEA UNGUIUM

DefinisiAdalah infeksi jamur dermatofita pada kuku kaki dan tangan

Pemeriksaan kulit :Lokalisadi :semua kuli jaritangan dan kakiEfisiensi/sifatsifatnya: kuku menjadi rusak dan rapuh serta suram warnanya permukaan kuku menebal,dibawah kulu tampak detrius yang mengandung elemen2 jamuf.pada infeksi ringan hanya dijumpai bercak2 putih dan kasar di permukaan kuku(leukonikia)

Diagnosis banding: 1. Onikondistrofi candida albicans: biasanya dimulai dari proksimal2. Onikodistrofi akibat trauma: jelas dimulai dengan trauma , disusul kerusakan kuku3. Psoriasis pada kuku: tampak tebal dan pada permukaan dapat terlihat tipis

Penunjang Diagnostik1.kerokan kuku + koh 40%2.biakan kerokan skuama dibawah / atas kuku menghasilkan koloni jamur

Penatalaksanaan:Umummeningkatkan kebersihan / higiene penderita

Khusus: Lihat bagian khusus pengobatan dermatofita

1.5 TINEA UNGUIUM

1.6 TINEA KORPORIS

1.6 TINEA KORPORISDefinisiAdalah infeksi jamur dermatofita pada kulit tidak berambut (“glabrous skin”) di daerah muka, leher, badan, lengan dan pantat.

Penyebab : Golongan dermatofita, yang tersering adalah T.rubrum, T.mentagrofites

Gejala Klinis :Bentuk klasik biasanya berupa lesi anuler dengan tepi polisiklis, bisa didapatkan vesikel kecil-kecil serta skuama yang halus. Di daerah tengah biasanya menipis dan terjadi penyembuhan, sementara bagian tepi aktif dan makin meluas ke perifer. Kadang-kadang bagian tengahnya tidak menyembuh tetapi tetap meninggi dan tertutup skuama sehingga menjadi bercak yang besar. Bentuk variasi berupa eksematoid, herpetiform dan lain-lain.

Diagnosis Banding :Dermatitis seboroik, psoriasis, ptiriasis rosasea

Penunjang diagnosis :Dari bagian tepi kelainan sampai dengan bagian sedikit di luas kelainan sisik kulit dan kulit dikerok dengan pisau tumpul steril.

PengobatanLihat bagian khusus pengobatan dermatofita

II.2.2 TINEA VESIKOLOR

(Gambar II.2.2.2)

(Gambar II.2.2.1)

II.2.2 TINEA VESIKOLORDefinisi : tinea versikolor adalah infeksi jamur superfisial yang ditandai dengan adanya makula di kulit, skuama halus disertai rasa gatal.

Penyebab dan epidemiologi : Penyebab : malassezia furfur / pityrosporum orbiculareUmur : dapat menyerang hampir semua umurJenis kelamin : menyerang pria dan wanita

Patofisiologi : keadaan basah atau berkeringat banyak, menyebabkan stratum korneum melunak sehingga mudah dimasuk malessezia furfur

Diagnosis :Diagnosis ditegakkan atas dasar gambaran klinis, efloresensi, lesi kulit dengan lampu wood dan sediaan langsung

Gambaran KlinisSubjective:1. Gatal Ringan2. Pseudoakromia, akibat tidak terkena sinar matahari, atau efek

toksik jamur terhadap pembentukan pigmenObjective:3. berupa makula yang dapat hipopigmentasi, kecokelatan, keabuan,

atau kehitam-hitaman dalam berbagai ukuran, dengan skuama halus diatasnya. (Gambar II.2.2.1)

4. Bentuk papulovesikular dapat terlihat walaupun jarang5. Kelainan kulit dapat terjadi dimana saja di permukaan kulit, lipat

paha, ketiak, leher, punggung, dada, lengan, wajah dan tempat-tempat tidak tertutup pakaian.Efloresensi/sifat-sifatnya :

II.2.2 TINEA VESIKOLORPemeriksaan pembantu /laboratorik :1. Sinar wood : fluoresensi kuning keemasan (Gambar II.2.2.2)

2. Mikroskopik:preparat KOH 20% dari kerokan kulit lesi : tampak kelompok-kelompok hifa pendek tebal 3-8 mikron, dikelilingi spora berkelompok berukuran 1 - 2 mikron sehingga menimbulkan gambaran spaghetti and meatball (Gambar II.2.2.3)

(Gambar II.2.2.3)

Diagnosis banding : 1. Eritrasma. Etiologi : corynebacterium minutissima. Dengan sinar wood : fluoresensi "coral red“

2. Pitiriasis rosea. Gambaran efloresensi sejajar dengan garis-garis kulit, ada "medallion" atau herald patch. Kerokan kulit : hifa, spora negatif; sinar Wood negatif

PengobatanSuspensi selenium sulfide shampo 2-3kali seminggu, digosokkan pada lesi dan didiamkan 15-30menit sebelum mandiSelain itu dapat digunakan salisil 10%, derivat azolPengobatan dilakukan menyeluruh, tekun, dan konsisten