Tugas Akhir I Muhamad Saidin

download Tugas Akhir I Muhamad Saidin

If you can't read please download the document

description

Tugas akhir untuk memperoleh gelar .........................................

Transcript of Tugas Akhir I Muhamad Saidin

1

TUGAS AKHIR IIISOLASI JAMUR PENGHASIL ENZIM AMILASE DARI SUBSTRAT UBI JALAR (Ipomoea batatas) Diajukan Kepada Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Oleh : MUHAMAD SAIDIN 03017033

PROGRAM STUDI BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2008KATA PENGANTAR

2

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT. yang maha pemurah lagi maha penyayang. Dengan pertolongan dan taufiq-Nyalah akhirnya saya bias menyelesaikan Makalah Penunjang Tugas Akhir I ini yang berjudul ISOLASI JAMUR PENGHASIL ENZIM AMILASE DARI SUBSTRAT UBI JALAR (Ipomoea batatas). Sholawat serta salam tidak lupa saya haturkan untuk junjungan kita Nabi Muhammad SAW, sang madinatul ilm. Karena beliaulah kita bisa menikmati indahnya mempelajari ilmu. Makalah Penunjang Tugas Akhir I ini adalah salah satu syarat untuk menyelesaikan jenjang kuliah dan memperoleh gelar Sarjana Sains dari Program Studi Biologi F MIPA Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta. Tidak lupa, saya juga menghaturkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan ini. Tak ada gading yang tak retak. Begitu juga dengan karya ini, masih banyak kekurangan-kekurangan di dalamnya. Sehingga dengan penuh rendah hati, saya mohon saran dan kritik yang membangun untuk melengkapi kekurangankekurangan tersebut. Yogyakarta, Mei 2008 Penulis

3

HALAMAN ... i KATA . . ii DAFTAR . iii BAB ... 1 A. Latar 1 B. Manfaat 3 BAB ... 4 A. Isolasi 4 B. Karakteristik 6 C. Enzim 10 D. Ubi 13 BAB . 19 BAB . 36 DAFTAR IV III dan II I

JUDUL PENGANTAR ISI PENDAHULUAN Belakang

Penulisan

TINJAUAN Jamur

PUSTAKA

Morfologi

Jamur

Amilase

Jalar

PEMBAHASAN PENUTUP PUSTAKA

4

.... ..37

BAB I PENDAHULUAN C. Latar Belakang Enzim dapat dihasilkan oleh semua organisme hidup, baik tanaman, hewan ataupun mikroorganisme. Tetapi untuk keperluan penelitian maupun untuk dikembangkan lebih tidak pada skala industri. karena yang Enzim dari

mikroorganisme dikembangbiakkan,

menguntungkan memerlukan

lebih luas,

mudah waktu

tempat

pertumbuhan yang relatif singkat dan masih banyak kelebihan lainnya

5

dibandingkan dengan menggunakan tumbuhan atau hewan untuk memproduksi enzim. 1 Salah satu mikroorganisme yang dapat menghasilkan enzim adalah jamur. Kemampuan jamur dalam menguraikan berbagai macam substrat organik di alam telah mendorong para peneliti untuk mengetahui jenisjenis enzim yang dihasilkan untuk dikembangkan dalam skala industri. Menurut pusat penelitian Bioteknologi LIPI enzim menjadi primadona industri saat ini dan di masa yang akan datang karena melalui penggunaannya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan. Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan dan minuman, industri tekstil, industri kulit dan kertas di Indonesia semakin meningkat. Enzim amilase adalah salah satu enzim yang mampu dihasilkan oleh jamur dan jamur yang menghasilkan enzim tersebut biasanya disebut jamur amilolitik. Dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, jamur yang mampu menghasilkan enzim amilase berasal dari genus Penicillium, Cephalosporium, Mucor, Neurospora, Aspergillus dan Rhizopus (Crueger & Crueger,1982; Moor-Landecker,19996; Carlile & Watkinson,1994 dalam Gandjar & Syamsurizal,2006). Hasil penelitian yang lain menyebutkan pula bahwa glukoamilase (amiloglukosida) telah diisolasi dari Aspergillus oryzae dan Saccharomyces fibuligera (Futatsugi et.al, 1993 dalam Gandjar & Syamsurizal,2006). Darwis dan Sukara (1990) yang dikutip oleh Kombong (2004) menyatakan bahwa enzim

glukoamilase ini merupakan enzim yang dapat memecah polisakarida (pati dan glikogen) pada ikatan -1,4 dan -1,6 dan menghasilkan glukosa.

6

Glukosa yang dihasilkan dapat diukur dengan cara penentuan glukosa pereduksi dengan metode Smogy-Nelson. Glukoamilase adalah salah satu derivat dari enzim amilase. Enzim amilase banyak digunakan dalam industri gula cair, makanan, industri tekstil, dan industri farmasi. Menurut Melliawati, dkk. (2006) enzim amilase dan derivatnya yang mampu menghidrolisis pati mentah (segar) dengan baik masih belum banyak diketahui. Pencarian mikroorganisme baru penghasil enzim amilase layak dilakukan di Indonesia, mengingat besarnya potensi keragaman sumber daya hayatinya. Penulisan makalah Penujang Tugas Khir ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang jamur-jamur yang secara umum telah digunakan untuk memproduksi enzim amilase. Adapun jamur penghasil enzim amilase yang akan saya bahas dalam makalah ini antara lain jamur dari genus Aspergillus, Rhizopus dan Humicola.

D. Manfaat Penulisan Dari penulisan makalah Penunjang Tugas Akhir ini diharapkan akan memberikan manfaat dan kontribusi bagi ilmu pengetahuan. Adapun manfaat yang secara langsung diperoleh dari penulis ini antara lain : 1. Mengetahui krakteristik dan ciri-ciri jamur

penghasil enzim amilase dari genus Aspergillus, Rhizopus dan Humicola. 2. Terpenuhinya kewajiban untuk menyelesaikan salah satu syarat untuk menyelesaikan tugas akhir.

7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Isolasi Jamur Wilayah Indonesia merupakan daerah tropis yang mempunyai keanekaragaman genetik yang sangat kaya, dengan suhu yang optimum dan kelembaban yang tinggi, dimana kondisi seperti ini memungkinkan mikroorganisme tumbuh dengan baik, diantaranya kelompok kapang (Rifai, 1995). Keanekaragaman mikroorganisme merupakan suatu potensi

8

alam yang dapat dikaji keberadaannya. Selain untuk digunakan, juga harus dilestarikan keberadaannya dan disisi lain dapat juga dilakukan studi lebih lanjut mengenai sifat-sifat biologis yang erat kaitannya dengan manusia (Rifai, 1995). 4 Untuk mempelajari morfologi, fisiologi, biokimia, genetika atau kegiatan apapun dari mikroorganisme termasuk jamur hanya dapat dilakukan apabila kita telah mempunyai isolat murni. Untuk keperluan tersebut, jamur yang akan kita pelajari harus dipisahkan terlebih dahulu dari substrat pertumbuhannya atau dari lingkungannya (Gandjar & Syamsurizal,2006). Jamur dapat ditemukan di berbagai macam tanaman dan hewan (Gandjar & Syamsurizal,2006; Malloch,1999). Masing-masing jamur mempunyai karakteristik yang berbeda-beda tergantung dari substratnya. Isolasi jamur adalah usaha untuk memisahkan satu atau beberapa jenis jamur dari habitatnya untuk memperoleh isolate murni (Gandjar & Syamsurizal,2006; Malloch,1999). Ada beberapa macam teknik dan metode yang digunakan untuk mengisolasi jamur. Menurut Dharmaputra, dkk. (1984) dalam bukunya disebutkan ada dua kelompok teknik isolasi jamur tanah, yaitu teknik selektif dan teknik non selektif. Sedangkan menurut Malloch (1999) ada dua metode yang bisa digunakan untuk mengisolasi jamur, yaitu : 1. Metode langsung (direct methods) Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengisolasi jamur langsung dari habitat alaminya dengan menggunakan medium

9

pengkayaan sehingga diperoleh kultur murni yang dilakukan di laboratorium. 2. Metode Selektif (selective methods) Yaitu metode yang dilakukan dengan cara mengisolasi jamur dari habitatnya dengan manggunakan medium selektif. Metode yang digunakan untuk mengisolasi jamur endofit berbeda dengan metode yang digunakan untuk mengisolasi jamur dari tanah, air maupun dari udara. Karena jamur endofit adalah jamur yang hidup di bagian dalam tumbuhan. Menurut Gandjar & Syamsurizal (2006) metode untuk mengisolasi jamur endofit yaitu : bagian tumbuhan yang akan diambil jamurnya bisa berupa daun, batang, ranting, cabang kecil, akar atau umbi. Bagian tumbuhan dipotong secara aseptik dengan pisau menjadi potongan-potongan berukuran kurang lebih 1 cm, kemudian dicuci selama 10 menit dengan air kran yang mengalir. Permukaan potongan disterilkan dengan cara merendamnya dalam alkohol 75 % selama 2 menit. Selanjutnya dikeringkan dengan kertas tisu yang steril. Sampel berupa cabang atau ranting dibelah menjadi dua dan setiap potongan diletakkan di atas permukaan agar dengan bagian dalam dari potongan tersebut menghadap langsung ke permukaan agar. Sampel ditekan sedikit. Sesudah inkubasi jamur-jamur yang ada dalam sampel akan tumbuh, meskipun masih bercampur satu dengan yang lain. Setelah jamur tumbuh, bagian tumbuhan yang berjamur tersebut dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer dengan aquades steril, dikocok agar terbentuk suspensi spora atau hifa. Dengan menggunakan jarum ose

10

suspensi tersebut digoreskan di atas permukaan medium agar dalam cawan petri. Sesudah diinkubasi selama 2-7 hari pada suhu yang sesuai, jamur akan tumbuh. Koloni-koloni yang tumbuh tunggal dipilih yang representatif dan dipindahkan ke dalam medium cawan yang lain. Disarankan untuk langsung menyentuhkan jarum ose tajam sebentar ke agar kemudian ke koloni yang bersporulasi, selamjutnya jarum tersebut disentuhkan ke medium agar yang baru. Kemudian setelah koloni betul-betul murni, jamur dipindahkan ke dalam tiga tabung reaksi berisi medium padat yang sesuai, yaitu satu tabung disimpan sebagai stock culture pada suhu 4 C, dan dua tabung lainnya untuk working culture. B. Karakteristik dan Morfologi Jamur Jamur merupakan kelompok organsime eukariotik yang membentuk dunia jamur atau regnum fungi (Frazier & Weshoff,1998). Jamur pada umumnya multiseuler (bersel banyak). Ciri-ciri jamur berbeda dengan organisme lainnya dalam cara makan, struktur tubuh, pertumbuhan, dan reproduksnya (Anonim,2007; Fardiaz,1993; Gandjar &

Syamsurizal,2006). Tubuh jamur tersusun dari komponen dasar yang yang berbentuk filament panjang disebut hifa. Hifa membentuk jaringan yang disebut miselium. Miselium menyusun jalinan-jalinan semu menjadu tubuh buah. Jamur tidak dimasukkan ke dalam kerajaan tumbuhan dikarenakan jamur tidak mempunyai klorofil, sehingga jamur dimasukkan ke dalam kerajaan

11

fungi (Anonim,2007; Fardiaz,1993; Frazier & Weshoff,1998; Gandjar & Syamsurizal,2006; Malloch,1999). Untuk dapat mengetahui klasifikasi jamur, maka harus dilakukan identifikasi terhadap jamur tersebut. Menurut Wuczkowski M. et al. (2007) bahwa karakteristik dari morfologi dan fisiologi jamur makroskopik atau mikroskopik sangat penting untuk mengidentifikasi jamur. Karena masing-masing spesies jamur mempunyai karakteristik dan morfologi yang berbeda-beda. Morfologi makroskopik yang biasa digunakan dalam identifikasi jamur adalah morfologi koloni. Sebagai contoh seperti pada gambar di bawah ini.

Gambar 1. Morfologi koloni Aspergillus pada media CYE dan MEA pada suhu 25C. (A-B) A. Aculeatinus, (C-D) A. Aculeatus. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam mengamati morfologi koloni suatu jamur yaitu : 1. Warna permukaan koloni, yang mencakup miselium vegetatif dan konidia. 2. Pigmentasi miselium. Pigmen-pigmen yang dihasilkan oleh jamur adalah metabolit sekunder. Sehingga pigmen-pigmen ini tidak termasuk senyawa yang dimiliki oleh semua

12

spesies jamur. 3. Waktu pertumbuhan dan diameter koloni. Pada setiap spesies untuk mencapai waktu pertumbuhan dan dimeter maksimum koloni berbeda-beda. Ada yang cepat, lambat dan sangat lambat. Ukurannya ada yang kecil, sedang dan besar. Waktu pertumbuhan dan diameter koloni dipengaruhi oleh medium (spesifik) yang digunakan. 4. Bentuk tepi koloni (gambar 2). Beberapa koloni mungkin mempunyai bentuk tepi yang rata, berlobus, berlekuk, dan

meruncing.

Gambar 2. Bentuk tepi koloni jamur atau bakteri (Hendrix, J.D, 2007). 5. Tekstur permukaan. Bentuk-bentuk tekstur permukaan koloni antara seperti kapas, licin, padat (compact), dan kasar. 6. Bentuk koloni (gambar 3). Bentuk koloni ada yang bulat, oval, tak beraturan dan berfilament.

13

Gambar 3. Bentuk koloni jamur atau bakteri (Hendrix, J.D, 2007). Selain morfologi koloni, karakteristik yang sangat penting untuk identifikasi jamur adalah morfologi sel (mikroskopis). Untuk dapat mengamati bentuk dan morfologi sel jamur diperlukan preparat jamur dalam larutan laktofenol. Preparat tesebut diamati di bawah mikroskop untuk melihat bentuk dan warna bagian tubuh jamur seperti miselium, rhizoid, sporangiofor, sporangium, kolumela, sporangiospora,

klamidospora, stolon, konidia, konidiospora, fesikel, dan lainnya (Surbakti, S., 2005; Wuczkowski M. et al., 2007). Jamur penghasil amilase adalah jenis jamur yang mampu menghasilkan enzim yang mampu merombak pati menjadi glukosa. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriani (2001) jamur penghasil enzim amilase dapat diisolasi dari limbah tapioka, jamur-jamur tersebut antara lain dari genus Aspergillus, Rhizopus, dan Humicola. Selain itu disebutkan juga oleh Suherman & Deni (2004) bahwa Aspergillus mampu memproduksi enzim glukoamilase. Campos & Felix (1995) melaporkan glukoamilase. juga bahwa Humicola grisea mampu menghasilkan

14

C. Enzim Amilase Enzim adalah molekul biopolimer yang tersusun dari serangkaian asam amino dalam komposisi dan susunan rantai yang teratur dan tetap. Enzim memegang peranan penting dalam berbagai reaksi di dalam sel. Sebagai protein, enzim diproduksi dan digunakan oleh sel hidup untuk mengkatalisis reaksi, antara lain konversi energi dan metabolisme pertahanan sel (Richana, 2000). Enzim atau biokatalisator adalah katalisator organik yang dihasilkan oleh sel.Enzim sangat penting dalam kehidupan, karena semua reaksi metabolisme dikatalis oleh enzim. Jika tidak ada enzim, atau aktivitas enzim terganggu maka reaksi metabolisme sel akan terhambat hingga pertumbuhan sel juga terganggu (Irfani,2007). Enzim adalah satu atau beberapa gugus polipeptida (protein) yang berfungsi sebagai biokatalis (senyawa yang mempercepat proses reaksi tanpa habis bereaksi) dalam suatu reaksi kimia. Enzim bekerja dengan cara menempel pada permukaan molekul zat-zat yang bereaksi dan dengan demikian nmempercepat proses reaksi. Percepatan terjadi karena enzim menurunkan energi pengaktifan yang dengan sendirinya akan

mempermudah terjadinya reaksi. Sebagian besar enzim bekerja secara khas, yang artinya setiap jenis hanya dapat bekerja pada satu macam senyawa atau reaksi kimia. Hal ini disebabkan perbedaan struktur kimia tiap enzim yang bersifat tetap. Sebagai contoh, enzim -amilase hanya dapat digunakan pada proses perombakan pati menjadi glukosa (Anonim, 2006a).

maltosa amilum

glukosa maltosa amilase maltase

15

Hidrolase merupakan enzim-enzim yang menguraikan suatu zat dengan pertolongan air. Hidrolase dibagi atas kelompok kecil berdasarkan substratnya yaitu : 1. Karbohidrase, yaitu enzim-enzim yang

menguraikan golongan karbohidrat. Kelompok ini masih dipecah lagi menurut karbohidrat yang diuraikannya, misal : a. Amilase, yaitu enzim yang menguraikan amilum (suatu polisakarida) menjadi maltosa 9 suatu disakarida). 2 (C6H10O5)n + n H2O n C12H22O11

b. Maltase, yaitu enzim yang menguraikan maltosa menjadi glukosa C12H22O11 + H20 2 C6H12O6

c. Sukrase, yaitu enzim yang mengubah sukrosa (gula tebu) menjadi glukosa dan fruktosa. d. Laktase, yaitu enzim yang mengubah laktase menjadi glukosa dan galaktosa. e. Selulase, emzim yang menguraikan selulosa ( suatu polisakarida) menjadi selobiosa ( suatu disakarida) f. Pektinase, yaitu enzim yang menguraikan pektin menjadi asampektin (Irfani,2007). Salah satu enzim yang berperan dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa adalah enzim amilase, terutama -amilase dan glukoamilase. Enzim -amilase bekerja menghidrolisis ikatan -1,4 secara acak di

16

bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin. Hasil hidrolisis -amilase mula-mula akan menghasilkan dekstrin, dekstrin tersebut kemudian dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa, maltosa, maltotriosa, dan ikatan lain yang lebih panjang (Melliawati, R dkk. ,2006). Enzim glukoamilase atau sering disebut amiloglukosidase atau 1,4-glukano glukohidrolase merupakan enzim ekstraseluler yang mampu menghidrolisis ikatan -1,4 pada rantai amilosa, amilopektin, glikogen, dan pullulan. Enzim glukoamilase juga dapat menyerang ikatan -1,6 pada titik percabangan, walaupun dengan laju yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa pati dapat diuraikan secara sempurna menjadi glukosa (Josson et al., 1992; Soebiyanto, 1986; DeMan, 1997 dalam Melliawati, R dkk. ,2006). Amilase mempunyai kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-Dglikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1, 4 dan alfa-, 6 glikosida. Secara umum, amilase dibedakan menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak ikatan yang dipecah, yaitu alfa-amilase, beta-amilase, dan glukoamilase (Richana, 2000). Secara umum, enzim amilase mempunyai struktur molekul sebagai berikut :

17

Gambar 4. Struktur enzim amilase (Anonim,2008). Enzim amilase digunakan untuk menghidrolisis pati menjadi suatu produk yang larut dalam air serta mempunyai berat molekul rendah yaitu glukosa. Enzim ini banyak digunakan pada industri minuman misalnya pembuatan High Fructose Syrup (HFS) maupun pada industri tekstil (Anonim,2006b). D. Ubi Jalar Ubi jalar atau ubi jalar atau "sweet potato" diduga berasal dari benua amerika. Para ahli botani dan pertanian memperkirakan daerah asal

tanaman ubi jalar adalah Selandia Baru, Polinesia, dan Amerika bagian tengah. Nikolai Ivanovich Vavilov, seorang ahli botani soviet, memastikan daerah sentrum primer asal tanaman ubi jalar adalah Amerika Tengah. Ubi jalar mulai menyebar ke seluruh dunia, terutama negara-negara beriklim tropika pada abad ke-16. Orang-orang Spanyol menyebarkan ubi jalar ke

18

kawasan Asia, terutama Filipina, Jepang, dan Indonesia (Bali Post.com, 2003). Plasma nutfah (sumber genetik) tanaman ubi jalar yang tumbuh di dunia diperkirakan berjumlah lebih dari 1000 jenis, namun baru 142 jenis yang diidentifikasi oleh para peneliti. Di beberapa daerah tertentu, ubi jalar merupakan salah satu komoditi bahan makanan pokok. Ubi jalar merupakan komoditi pangan penting di Indonesia dan diusahakan penduduk mulai dari daerah dataran rendah sampai dataran tinggi. Tanaman ini mampu beradaptasi di daerah yang kurang subur dan kering. Dengan demikian tanaman ini dapat diusahakan orang sepanjang tahun (Bali Post.com, 2003). Produktivitas ubi jalar selain ditentukan oleh faktor lingkungan tumbuh juga dipengaruhi oleh kemampuan adaptasi varietas terhadap lingkungan. Penggunaan varietas yang berbeda pada satu lingkungan

tumbuh yang sama akan memberikan gambaran terhadap kemampuan adaptasi suatu varietas, sehingga untuk mendapatkan varietas dengan kemampuan berproduksi yang baik, sebaiknya dilakukan uji adaptasi terhadap varietas yang akan dicoba. Di Indonesia, khususnya Bali, sedikitnya terdapat 75 jenis tanaman umbi-umbian yang umumnya mengandung protein tinggi, yang secara tidak langsung mampu menyembuhkan berbagai penyakit, antara lain kanker dan penyakit diabetis. "Dalam umbi-umbian itu mengandung `antiosiamnin` yang sangat baik bagi kesehatan dan tidak terdapat dalam beras atau gandum". Ubi

19

jalar misalnya, mengandung protein melebihi kentang yakni kalorinya 123 setiap 100 gram, sementara kentang hanya 83 per 100 gram. Sedangkan kandungan karbohidratnya 27,9 dan kentang hanya 19,1. Demikian pula kandungan kalsium ubi jalar mencapai 30, sementara kentang hanya 11 setiap 100 gramnya. Protein ubi jalar hampir sama dengan suweg, yang belakangan jarang ditanam petani, padahal dulunya merupakan makanan ringan masyarakat Bali (Gatra.Com, 2004). Ubi jalar (Ipomea batatas L) merupakan salah satu komoditas tanaman pangan penghasil karbohidrat, protein, lemak, serat yang tinggi diantara ubi-ubian (Tabel 1). Selain untuk pangan, ubi jalar juga

digunakan untuk pakan, bahan baku industri pembuatan tepung, gula cair, makanan ternak, alkohol, dan makanan siap saji. Sedangkan umbi segar juga telah di ekspor ke Singapura, Malaysia dan Jepang (Widodo et al., 1996). Tabel 1. Kandungan Utama Tiap 100 Gram Umbi-Umbian dan PadiTanama n Bahan kering (t ha-1 ) Energi (kj)

Berdasarkan berat kering (%) Karbohid rat Protein 5,0 1,8 6,6 8,0 Lemak 1,0 0,5 0,9 Serat 3,3 2,5 1,7 0,2

Ubi Jalar Ubi Kayu Talas Padi

30 40 30 88

85,5 92,5 83,8 88,6

479 643 475 1.478

Sumber: (Widodo et al., 1996).

Dalam dunia tumbuhan, ubi jalar mempunyai taksonomi sebagai

20

berikut : Kerajaan: Divisi: Kelas: Ordo: Famili: Genus: Spesies: Nama binomial Sumber Plantae Magnoliophyta Magnoliopsida Solanales Convolvulaceae Ipomoea I. batatas Ipomoea batatas L Anonim,2008b (http://id.wikipedia.org/wiki/Ubi_jalar )

Ubi jalar merupakan tanaman ubi-ubian dan tergolong tanaman semusim (berumur pendek). Tanaman ubi jalar tumbuh menjalar pada permukaan tanah dengan panjang tanaman dapat mencapai 3 meter. Ubi jalar berbatang lunak, tidak berkayu, berbentuk bulat, dan teras bagian tengah bergabus. Batang ubi jalar beruas-ruas dengan panjang antar ruas 1 3 cm. Daun ubi jalar berbentuk bulat hati, bulat lonjong, dan bulat runcing, tergantung pada varietasnya. Daun yang berbentuk bulat hati memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal, atau menjari. Daun yang berbentuk bulat lonjong (oval) memiliki tepi daun rata, berlekuk dangkal atau berlekuk dalam (Widodo.J.,1986; Juanda & Cahyono,2000).

21

Gambar 5. Umbi ubi jalar (Ipomoea batatas) (Watari, Shunji,2008) Ubi jalar mempuyai bunga (gambar 6) yang berbentuk terompet yang panjangnya antara 3 5 cm dan lebar bagian ujung antara 3 4 cm. Mahkota bunga berwarna ungu keputih-putihan dan bagian dalam mahkota bunga (pangkal sampai ujung) berwarna ungu muda. Bunga ubi jalar membentuk karangan tiga hingga tujuh bunga. Buah ubi jalar berkotak tiga. Buah akan tumbuh setelah terjadi penyerbukan. Penyerbukan bisa secara silang atau sendiri (Juanda & Cahyono,2000).

Gambar 6. Bunga ubi jalar (Ipomoea batatas) (Anonim,2008b). Umbi tanaman ubi jalar merupakan bagian yang dimanfaatkan untuk bahan makanan. Umbi tanaman ubi jalar memiliki tunas yang dapat

22

tumbuh menjadi tanaman baru (Widodo,1986 dalam Juanda & Cahyono,2000). Umbi tanaman ubi jalar memiliki ukuran, bentuk, warna kulit, dan warna daging yang bermacam-macam tergantung pada varietasnya. Ukuran umbi ada yang besar ada juga yang kecil. Bentuk umbi tanaman ubi jalar ada yang bulat, bulat lonjong (oval), dan bulat panjang. Kulit umbi ada yang berwarna putih, kuning, ungu, jingga, dan merah. Demikian juga daging umbinya, ada yang berwarna putih, kuning, jingga, dan ungu muda (Juanda & Cahyono,2000) Menurut Juanda & Cahyono (2000). Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu.

23

BAB III PEMBAHASAN Ubi jalar adalah salah satu komoditi pertanian yang mampunyai kandungan karbohidrat cukup tinggi. Sebagaimana dilaporkan oleh Juanda & Cahyono (2000). Bahkan kandungan karbohidratnya menduduki peringkat keempat setelah padi, jagung dan ubi kayu. 19 Enzim amilase adalah enzim yang mampu merombak pati (amilum) menjadi glukosa. Enzim ini sebagaimana disebutkan oleh Melliawati, R dkk. (2006) adalah salah satu enzim yang berperan dalam menghidrolisis pati menjadi glukosa, terutama -amilase dan glukoamilase. Enzim amilase bekerja menghidrolisis ikatan -1,4 secara acak di bagian dalam molekul baik pada amilosa maupun amilopektin. Hasil hidrolisis amilase mula-mula akan menghasilkan dekstrin, dekstrin tersebut kemudian dipotong-potong lagi menjadi campuran antara glukosa, maltosa, maltotriosa, dan ikatan lain yang lebih panjang. Enzim glukoamilase atau sering disebut amiloglukosidase atau 1,4-glukano glukohidrolase merupakan enzim ekstraseluler yang mampu menghidrolisis ikatan -1,4 pada rantai amilosa, amilopektin, glikogen, dan pullulan. Enzim glukoamilase juga dapat menyerang ikatan -1,6 pada titik percabangan, walaupun dengan laju yang lebih rendah. Hal ini berarti bahwa pati dapat diuraikan secara sempurna menjadi glukosa (Josson et al., 1992; Soebiyanto, 1986; DeMan, 1997 dalam Melliawati, R dkk. ,2006). Richana (2000) juga menyebutkan bahwa enzim amilase mempunyai

24

kemampuan untuk memecah molekul-molekul pati dan glikogen. Molekul pati yang merupakan polimer dari alfa-D-glikopiranosa akan dipecah oleh enzim pada ikatan alfa-1, 4 dan alfa-, 6 glikosida. Secara umum, amilase dibedakan menjadi tiga berdasarkan hasil pemecahan dan letak ikatan yang dipecah, yaitu alfa-amilase, beta-amilase, dan glukoamilase. Adapun struktur enzim amilase secara umum adalah sebagai berikut :

Gambar 7. Struktur enzim amilase (Anonim,2008a). Enzim amilase sebagaimana halnya dengan enzim-enzim yang lain dapat dihasilkan oleh hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Dengan berkembangnya ilmu pengetahuan. Maka produksi enzim sekarang lebih diutamakan dari mikroorganisme. Karena produksi enzim dari

mikroorganisme mempunyai beberapa keuntungan dibandingkan dengan

25

produksi enzim dari hewan atau tumbuhan. Beberapa keuntungan produksi enzim dari mikroorganisme antara lain : 1. Perkembangbiakan mikroorganisme tidak memerlukan yang lama. 2. Tidak tempat memerlukan yang luas waktu

(cukp dalam petridisk atau tabung reaksi). 3. Lebih mudah dalam pemeliharaan menghemat biaya. Dari sekian banyak mikroorganisme yang mampu menghasilkan enzim amilase, salah satunya adalah jamur. Jamur penghasil amilase adalah jenis jamur yang mampu menghasilkan enzim yang mampu merombak pati menjadi glukosa. Menurut hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Indriani (2001) jamur penghasil enzim amilase dapat diisolasi dari limbah tapioka, jamur-jamur tersebut antara lain dari genus Aspergillus, Rhizopus, dan Humicola. Selain itu disebutkan juga oleh Suherman & Deni (2004) bahwa Aspergillus mampu memproduksi enzim glukoamilase. Campos & Felix (1995) melaporkan juga bahwa Humicola grisea mampu menghasilkan glukoamilase. dan

26

Untuk

membuktikan

bahwa

suatu

spesies

jamur

mampu

menghasilkan enzim amilase maka perlu dilakukan uji aktivitas amilolitik dari spesies tersebut. Seleksi isolat amilolitik dilakukan dengan menyeleksi pertumbuhan dan luas zona jernih yang

dihasilkan oleh isolat-isolat yang ditumbuhkan dalam media PSA (Potato Starch Agar). Koloni dari kapang endofit pada media agar cawan PDA yang berumur 3 hari dicetak menggunakan lubang ampul steril dengan diameter ampul 0,8 cm. Cetakan dipindahkan ke tersebut PSA kemudian diambil dan dalam cawan Petri

media

menggunakan jarum ose secara aseptis dan selanjutnya diinkubasi pada suhu kamar selama 72 jam. Larutan iodine diteteskan ke dalam media PSA dalam cawan petri untuk melihat adanya zona jernih.

27

Gambar 8. Contoh koloni jamur yang menunjukkan adanya aktivitas amilolitik, yaitu dengan adanya zona bening. Zona bening seperti yang ditunjukkan pada gambar 5 diakibatkan adanya aktivitas amilolitik yang dilakukan oleh enzim yang dihasilkan jamur tersebut. Zona jernih terjadi karena terhidrolisisnya pati menjadi senyawa yang lebih sederhana (glukosa). Tiga puluh tiga isolate (89,2%) mampu tumbuh pada media PSA, 18 isolat (48,6%) di antaranya selain mampu tumbuh pada media PSA juga mampu menghasilkan enzim amilolitik yang ditandai dengan terbentuknya zona jenih, dan 4 isolat (10,8%) tidak mampu tumbuh pada media PSA. Isolat-isolat kapang yang mampu tumbuh dan membentuk zona jernih pada media PSA, merupakan kapang endofit yang memiliki enzim amilase yang disekresikan ke dalam

28

medium secara berlebihan (Melliawati dan Sukara, 1989). 2. Produksi Enzim amilase dari Aspergilus Aspergillus niger adalah kapang anggota genus Aspergillus, famili Eurotiaceae, ordo Eurotiales, sub-klas Plectomycetidae, klas Ascomycetes, sub-divisi Ascomycotina dan divisi Amastigmycota (Hardjo et al., 1989). Borris, (1987) melaporkan bahwa Aspergillus niger potensial dalam memproduksi -amylase dan amiloglukosidase dalam suatu medium yang mengandung pati sebagai sumber karbonnya. Glukoamilase (amiloglukosidase) telah diisolasi dari Aspergillus oryzae dan Sacharomycopsis fibuligera (Futatsugi et al., 1993). Enzim ini merupakan enzim yang dapat memecah polisakarida (pati, glikogen, dan lain-lain) pada ikatan -1,4 dan -1,6 dan menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan dapat diukur dengan cara penentuan gula pereduksi dengan metode SmogyNelson, Luff rhroll. (Darwis dan Sukara, 1990). Penggunaan enzim glukoamilase sebagai katalisator reaksi-reaksi biologi dalam bidang pangan dan nonpangan telah memberikan manfaat dan keuntungan bagi manusia. Glukoamilase banyak digunakan dalam industri gula cair dan beer (Frazier dan Westhoff, 1988). Kemajuan teknologi fermentasi telah meningkatkan hasil produksi glukoamilase dari kapang, khamir, maupun bakteri. Hasil penelitian Fukuda et al. (1992) menunjukkan bahwa enzim glukoamilase dari suatu protease dan glikosidase-negatif mutan F-2035 dari Aspergillus awamori var, kawachi dapat mencerna pati jagung mentah dua kali lebih cepat dari glukoamilase lainnya.

29

Untuk lebih mengenal tentang jamur Aspergillus, maka perlu untuk mengetahui taksonomi dari jamur Aspergillus. Taksonomi dari jamur Aspergillus adalah sebagai berikut. Kingdom: Phylum: Class: Order: Family: Genus: Species Fungi Ascomycota Eurotiomycetes Eurotiales Trichocomaceae Aspergillus Aspergillus caesiellus Aspergillus candidus Aspergillus carneus Aspergillus clavatus Aspergillus deflectus Aspergillus flavus Aspergillus fumigatus Aspergillus glaucus Aspergillus nidulans Aspergillus niger Aspergillus ochraceus Aspergillus oryzae Aspergillus parasiticus Aspergillus penicilloides Aspergillus restrictus Aspergillus sojae Aspergillus sydowi Aspergillus tamari Aspergillus terreus Aspergillus ustus Aspergillus versicolor (wikipedia.com, 2008)

Pada taksonomi di atas, tidak semua spesies Aspergillus diikutsertakan. Karena tidak semua spesies jamur Aspergillus mampu menghasilkan enzim amilase. Aspergillus sangat mudah dikenali, baik dari morfologi selnya maupun dari morfologi koloninya. Genus Aspergillus mempunyai morfologi sel seperti pada gambar di bawah ini.

30

Gambar 10. Morfologi sel Aspergillus. a. Vesikel, b. Metulae, c. Spora (Malloch,1999). Aspergillus niger mempunyai kepala pembawa konidia yang besar, dipak secara padat, bulat dan berwarna hitam coklat atau ungu coklat. Kapang ini mempunyai bagian yang khas yaitu hifanya bersepta, spora yang bersifat seksual dan tumbuh memanjang di alas stigma, mempunyai sifat aerobik, sehingga dalam pertumbuhannya memerlukan oksigen yang cukup. Aspergillus niger termasuk mikroba mesofilik dengan pertumbuhan maksimum pada suhu 35 C - 37 C. Derajat keasaman untuk pertumbuhannya adalah 2 - 8,5 tetapi pertumbuhan akan lebih baik pada kondisi keasaman atau pH yang rendah (Fardiaz, 1989). Sedangkan untuk morfologi koloni dari jamur Aspergillus. Di bawah ini adalah beberapa gambar morfologi koloni dari beberapa spesies anggota genus Aspergillus (Samson et. al,2007).

31

Gambar 11. Morfologi koloni dari (AB) A. Aculeatinus, (CD) A. Aculeatus, (EF) A. brasiliensis, (GH) A. carbonarius.

Gambar 12. Morfologi koloni dari (IJ) A. costaricaensis, (KL) A. ellipticus, (MN) A. foetidus, (OP) A. japonicus.

32

Gambar 13. Morfologi koloni dari (QR) A. heteromorphus, (ST) A. homomorphus, (UV) A. ibericus, (WX) A. lacticoffeatus.

Gambar 14. Morfologi koloni dari (AB) A. niger, (CD) A. piperis, (E F) A. sclerotiicarbonarius, (GH) A. Sclerotioniger.

Gambar 15. Morfologi koloni dari (IJ) A. tubingensis, (KL) A. uvarum, (MN) A. vadensis.

33

3. Produksi enzim amilase dari Rhizopus. Kapang dari genus rhizopus adalah salah satu kapang yang mampu menghasilkan enzim amilase. Sebagaimana dilaporkan oleh Peixoto et.al (2003), bahwa Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis mampu menghasilkan enzim amylase yang stabil terhadap panas (enzim amylase termostabil). Aktivitas dari enzim amylase yang termostabil dari Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis ditunjukkan pada grafik (gambar 16). Enzim amylase yang termostabil sangat penting dalam bioteknologi dan industri. Karena pada industri yang berbasis enzim biasanya akan beroperasi pada suhu yang agak tinggi. Sehingga enzim yang dihasilka oleh Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis aka sangat bermanfaat dalam industri maupun bioteknologi.

Gambar 16. Grafik aktivitas amilolitik rhizopus sp. terhadap suhu Peixoto et.al (2003).

34

Untuk memperoleh kapang dari genus rhizopus sp. yang mampu menghasilkan enzim amylase maka perlu dilakukan skrining atau penelusuran, identifikasi dan uji coba terhadap isolate rhisopus. Untuk mengidentifikasi kapang dari genus rhizopus, maka perlu diketahui cirri-ciri morfologi dan fisiologi dari jamur yang akan diidentifikasi. Sebagaimana disbutkan oleh Wuczkowski M. et al. (2007) bahwa karakteristik dari morfologi dan fisiologi jamur makroskopik atau mikroskopik sangat penting untuk mengidentifikasi jamur. Karena masing-masing spesies jamur mempunyai karakteristik dan morfologi yang berbeda-beda. Merupakan kapang dan genus Rhizopus, famili Mucoraceae, ordo Mucorales, sub-divisi Zygomycotina, divisi Eumycota (Fardiaz, 1989). Kapang ini banyak digunakan dalam pembuatan tempe, dan banyak dapat ditemukan di alam, karena hidupnya bersifat saprofit (Shurtleff dan Ayogi, 1979). Adapun secara taksonomi, maka rhizopus sp. mempunyai klasifikasi sebagai berikut : Kingdom: Division: Class: Order: Family: Genus: Species Fungi Zygomycota Zygomycetes Mucorales Mucoraceae Rhizopus Rhizopus arrhizus Rhizopus azygosporus Rhizopus microsporus Rhizopus nigricans Rhizopus oligosporus Rhizopus oryzae Rhizopus schipperae

35

Rhizopus sexualis Rhizopus stolonifer (wikipedia.com, 2008) Rhizopus mempunyai koloni abu-abu kecoklatan dengan tinggi 1 mm atau lebih (gambar 17). Sporangiofor tunggal atau dalam kelompok dengan dinding halus atau agak sedikit kasar, dengan panjang lebih dari 1000 m dan diameter 10-18 m. Sporangia globosa yang pada saat masak berwarna hitam kecoklatan, dengan diameter 100-180 m.

Gambar 17. Koloni hizopus spp.

36

Gambar 18. Morfologi sel rhizopus. Rhizopus adalah kapang yang termasuk dalam ordo Mucorales dan familia Mucoraceae (Alexopoulus et al,1996). Kapang termasuk ke dalam zygomicetes mempunyai hifa tidak bersekat, berinti banyak (coenocitic), dan melakukan reproduksi secara aseksual dan seksual. Reprofuksi secara aseksual dilakukan dengan membentuk sporangiospora atau klamidospora, yaitu spora yang memiliki dinding tebal yang terbentuk dari modifikasi segmen hifa.

37

Gambar 19. Bagian-bagian sel Rhizopus (wikipedia.com, 2008). Repoduksi seksual, yaitu dengan membentuk zygospora yang terbentuk dari peleburan dua hifa yang kompatibel dan diselubungi oleh dinding yang tebal. Kapang dari kelass zigomycetes tersebut dapat bersifat heterotallic atau homotallic. Kapang disebut heterotallic apabila ada dua strain yang kompatibel dapat melakukan perkawinan dan membentuk zigospora. Kapang disebut homotallic apabilsa pembentukan zigospora terjadi pada perkawinan satu koloni yang berasal dari satu spora. Zigospora pada umumnya berwarna kuning, coklat atau kehitaman yang diselubungi struktur seperti duri (spine) atau benjolan (warts) (Samson et al,1995).

38

Gambar 20. Konidia Rhizopus sp Kolumela globosa sampai sub globosa dengan apofisa apofisa berbentuk corong. Ukuran sporangiospora tidak teratur dapat globosa atau elip dengan panjang 7-10 m. Klamidospora banyak, tunggal atau rantaian pendek, tidak berwarna, dengan berisi granula, terbentuk pada hifa, sporangiofor dan sporangia. Bentuk klamidospora globosa, elip atau silindris dengan ukuran 7-30 m atau 12-45 m x 7-35 m. Suhu optimum, minimum, maksimum berturut-turut adalah 30-35o C, 12 oC dan 42 oC. Ditemukan di Jepang, China dan Indonesia yang diisolasi dari tempe (Samson, et al., 1995). Pitt dan Hocking (1985) R.oligosporus memiliki panjang sporangiosfor pada media Malt Extract Agar (MEA) 150-400 m lebih pendek dari R.oryzae yaitu lebih dari 1500 m. R.oligosporus biasanya memiliki rhizoid yang pendek, sporangium dengan diameter 80 120 m dan pada saat 7 hari akan pecah yang menyebabkan spora keluar kolumela dengan diameter 25-75 m. Sedangkan R.oryzae

39

memiliki diameter sporangium lebih dari 150 m, kolumela dengan diameter lebih dari 100 m. Beberapa sifat penting dari R. oligosporus antara lain meliputi aktivitas enzimatiknya, kemampuan menghasilkan antibiotika, biosintesa vitamin-vitamin B, kebutuhannya akan senyawa sumber karbon dan nitrogen, perkecambahan spora, dan penetrisi miselia jamur tempe ke dalam jaringan biji kedelai (Kasmidjo, 1990). 4. Produksi Enzim amilase dari Humicola Produksi enzim dari humicola sp. banyak dilaporkan oleh para peneliti dari Brazil. Sebagaimana dilaporkan oleh Campos & Felix (1995) dengan penelitian untuk memurnikan dan mengkarakterisasi glukoamilase yang dihasilkan oleh Humicola grisea. Mereka melakukan penelitian tersebut karena H. grisea termasuk jamur yang bersifat termofilik. Sehingga diharapkan enzim yang dihasilkan juga bersifat termostabil. Artinya enzim tersebut mampu bekerja dengan stabil pada suhu tinggi. Disebutkan oleh Campos & Felix (1995) bahwa amilase yang dihasilkan oleh H.grisea mampu bekerja pada suhu di atas 42 C. Darwis dan Sukara (1990) yang dikutip oleh Kombong (2004) menyatakan bahwa enzim glukoamilase ini merupakan enzim yang dapat memecah polisakarida (pati dan glikogen) pada ikatan -1,4 dan -1,6 dan menghasilkan glukosa. Glukosa yang dihasilkan dapat diukur dengan cara penentuan glukosa pereduksi dengan metode Smogy-Nelson. Glukoamilase adalah salah satu derivat dari enzim amilase. Enzim

40

amilase banyak digunakan dalam industri gula cair, makanan, industri tekstil, dan industri farmasi. Sehingga penelitian-penelitian untuk menemukan spesies-spesies jamur yang mampu menghasilkan enzim amilase ataupun derivatnya menjadi sangat penting. Apalagi jika enzim tersebut mampu menghidrolisis pati metah secara cepat dan dapat bekerja stabil pada suhu yang tinggi atau termostabil.

36

41

BAB III PENUTUP Dari uraian di atas, maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa isolasi dan identifikasi jamur penghasil enzim amilase sangat penting. Karena dengan diketahuinya jamur penghasil amilase, maka produksi enzim ini dapat ditingkatkan dan dimaksimalkan. Sebagaimana dijelaskan bahwa enzim amilase sangat penting dalam bidang industri, bioteknologi, maupun dalam dunia kesehatan. Dari uraian di atas, jamur yang mampu menghasilkan enzim amilase antara lain dari genus Aspergillus, Rhizopus dan dari genus Humicola.

42

DAFTAR PUSTAKA Alexopoulus C.J. & Mims C.W. 1979.Introductory Micology. New York: John Wiley & Sons. Anonim, 2006a. Enzim. Dari Wikipedia Indonesia, ensiklopedia bebas berbahasa Indonesia. http://id.wikipedia.org/wiki/Enzim Anonim, 2006b. Enzim. http://www.biotek.lipi.go.id/index.php?option=content&task=view&id= 36 Anonim,2007. Ciri-ciri Umum dan Klasifikasi http://www.praweda.co.id/ciri-ciri_umum_jamur.html Jamur.

Anonim,2008a. Amylase. http://en.wikipedia.org/wiki/Amylase#.CE.B2-Amylase Anonim,2008b. Ubi jalar. http://id.wikipedia.org/wiki/Ubi_jalar Borris, Rainer, 1987. Biological Role of Enzymes. In: Rehm HJ and Reed G, eds. Biotechnology. Vol. VIIa. UCH, Germany. Campos & Felix. 1995. Purification and Characterization of a Glucoamylase from Humicola grisea. Applied and Environmental Microbiology, June 1995, p.2436-2438. Carlile, M.J & S.C. Watkinson. 1994. The Fungi. Academic Press. London. Crueger, W. & A. Crueger. 1982. Biotechonolgy : A Text Book of Industrial Microbiology. Sineur Association, Inc. Sunderland, PP 308. Darwis, A.A,. & Sukara, E. 1990. Isolasi, Purifikasi dan Karakterisasi Enzim. Penuntun Praktikum. Depdikbud. Dikti. PAU-Biotek IPB. Bogor. DeMan JM, 1997. Kimia makanan. Penerjemah: Prof. Dr. Kosasih Padmawinata. ITB. Bandung. Dharmaputra, S. Oldy, Gunawan, Numpiati. 1984. Mikrobiologi Dasar. Penuntun Praktikum. Penelaah H.S. Sutarni Tjitrosoma. Depdikbud. Dikti. PAUIlmu Hayat IPB. Bogor. Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Institut Pertanian Bogor. Fardiaz, 1992. Mikrobiologi Pangan 1. Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

43 37 Fardiaz, 1993. Analisis Persada.Jakarta.

Mikrobiologi

Pangan.

Penerbit

Raja

Grafindo

Frazier, W.C. dan Weshoff, D.C. 1998. Food Mycrobiology. Mc Graw Hill Publishing Co. Ltd. New York. Fukuda, Y.K., Teramoto, dan S. Hayashida. 1992. The Hyperdigestion of Raw Srachby a Caborhydraterich Glucomalase from a Protease and Glycosidase-negative Mutant of Aspergillus awomori var. kawachi F2035. J. Biosci. Biotecch. Biochem. 56 (1) : 8-12. Futatsugi, M.T., Ogaw, & H. Fukada. 1993. Purification and Properties of Two Forme Glucoamylase from Saccharomycopsis. J. Ferment. Boen. 76(6) : 521-523. Gandjar, I., & W. Syamsurizal. 2006. Mikologi Dasar dan Terapan. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. Hardjo, S., N.S. Indrasti, B. Tajuddin. 1989. Biokonveksi : Pemanfaatan Limbah Industri Pertanian. Pusat Antar Universitas Pangan clan Gizi. IPB. Hendrix, J.D. 2007. Eubacteria. http://science.kennesaw.edu/biophys/biodiversity/eubacteria/eubacter.ht m Indriani, Dewi I. 2001. Isolasi dan Penapisan Jamur Penghasil Glukoamilase I dari Limbah Tapika untuk Produksi Glukosa Cair dari Substrat Pati Mentah Ubi Jalar (Ipomoea batatas Lenk.) dan Ganyong (Canna edulis Kerr.) http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-s1-2001dewiineindriani-985v Irfani, 2007. ENZIM. http://achmadirfani.files.wordpress.com/2007/11/enzim.doc Josson L.M, Coronel LM, Mercado BB, De Leon ED, Mesina OG,Lozano AM, dan Bigol MB, 1992. Strain Improvement of Aspergillus oryzae for Glucoamylase Production. Asean Journal on Science and Technology for Development. 9(1): 101116. Juanda & Cahyono. 2000. Ubi Jalar, Budi Daya dan Analisis Usaha Tani. Penerbit Kanisius. Yogyakarta. Kasmidjo, R.B. 1990. Tempe : Mikrobiologi dan Biokimia Pengolahan serta Pemanfaatannya. PAU Pangan dan Gizi. UGM, Yogyakarta. Kombong, Hermin. 2004. Evaluasi Daya Hidrolitik Enzim Glukoamilase dari Filtrat Kultur Aspergillus niger. Jurnal ILMU DASAR. Vol. 5 No. I 2004 : 16-20 Maheswari, Rames. 2005. Fungi : Experimental Model in Biology. CRC Press. Taylor & Francis Group. New York.

44

Malloch, David, 1997. Moulds, Isolation, Cultivation and Identivication Methods. Departement of Biology University of Toronto. Toronto. http://http://www.botany.utoronto.ca/ResearchLabs/MallochLab/Malloch /Moulds/Moulds.html Melliawati, R., R.S. Suherman, B. Subardjo. 2006. Pengkajian Kapang Endofit dari Taman Nasional Gunung Halimun sebagai Penghasil Glukoamilase. Berkala Penelitian Hayati: 12 (1925), 2006 Moore-Landecker, E, 1996. Fundamentals of the Fungi. 4th Edition. Prentice Hall International, Inc., New Jersey, PP. 574. Peixoto. S.C, J.A. Jorge, H.F. Terenzi Maria de Lourdes T.M. Polizeli. 2003. Rhizopus microsporus var. rhizopodiformis : a thermotolerant fungus with potential for production of thermostable amylases. Research Aticle. Int Microbiol. Brazil Pitt, J.I. and A.D Hocking,. 1985. Fungi and Food Spoilage. Academic Press, Australia. Raper, K.B, and D.I. Fanell. 1965. The Genus Aspergillus. The William & Wilkins Company. Baltimore. Richana, Nur. 2000. Prospek dan Produksi Enzim Alfa-amilase dari Mikroorganisme. Buletin AgroBio Jurnal Tinjauan Ilmiah Riset Biologi dan Bioteknologi Pertanian Volume 3 Nomor 2 Tahun 2000 http://www.indobiogen.or.id/terbitan/agrobio/abstrak/agrobio_vol3_no2_ 2000_Nurrichana.phpv

Rifai, M.A. 1995. The Biodiversity of Indonesian Microorganisms, UNESCO Regional Network for Microbiology in Southeast Asia. Yogyakarta. Samson, R.A., E.S. Hoekstra, J.C. Frisvad and O. Filtenborg. 1995. Introduction to Food-Borne Fungi. Baarn and Lyngby, Netherlands. Saryono, A. Marina, Chainulah A.M. 2002. Isolasi dan Karakteristik Jamur Penghasil Inulase yang Tumbuh pada Umbi Dahlia (Dahlia variabilis). Jurnal Natur Indonesia 4(2):171-177(2002). Soebiyanto PT, 1986. HFS dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT. Gramedia. Jakarta. Sugijanto, N. Erma, G. Indrayanto, Noor Cholies Zaini. 2004. Isolasi dan determinasi berbagai jamur endofit dari tanaman Aglaia elliptica, Aglaiaeusideroxylon, Aglaia odorata dan Aglaia odoratissim. Jurnal Penelitian Medika Eksakta Vol. 5 No. 2 Agustus 2004: 131141 Suherman, Deni. 2004. Kajian Awal Pertumbuhan Dan Produksi Enzim Glukoamilase Dari Aspergillus niger Pada Medium Ekstrak Tepung Kulit Umbi Singkong. http://digilib.bi.itb.ac.id/go.php?id=jbptitbbi-gdl-

45

s1-1996-denisuherm-766v Tan RX and Zou WX., 2001, Endophytes a rich source of fungsional metabolites. J. Nat. Prod. Rep., 18, 448-459. Watari, Shunji,2008. Sweet 7646/Sweet-potato Potato. http://www.britannica.com/ebc/art-

Widodo, Y. (1990) Keeratan hubungan antara sifat kuantitatif pada ubijalar. Risalah Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1990. Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, hal. 215-220. Widodo, J. 1986. Penampilan Agronomi Ubi Jalar pada Cara Tanam yang Berbeda.dalam : Penelitian Palawija. Vol. 1 No.1 Bidang Ltbang, Balai Penelitian Tanaman Pangan Malang, malang. Widodo, Yudi dan SS. Antarlina, 1996. Teknologi Produksi dan Agro-industri Ubi Jalar. Kinerja Penelitian Tanaman Pangan. Buku 4 Jagung, Sorgum, Ubi Kayu dan Ubi Jalar. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Wuczkowski M, Y. Gerbawy, G.F. Kraus C.P. Kubicek, K. Sterflinger and H. Prillinger. 2007. Identification of Filamentous Fungi and Yeast and Their Diversity in Soil of The Alluvial Zone National Park Along The River Danube Downstream of Vienna, Austria. ACBR. Austria http://www.gatra.net.id.com. 2004. Umbi-Umbian Makanan Favorit Jepang. http://www.balipost.net.id.com .2003. Umbi-Umbian Dijadikan Komoditi Ekspor.