TUGAS AKHIR · ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI ... 2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh...

86
ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI KARYAWAN DI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH (LPDB-KUMKM) DI JAKARTA TUGAS AKHIR Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III ANTONIA BAREK PAYON 62140072 Program Studi Manajemen Perpajakan Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta Jakarta 2017

Transcript of TUGAS AKHIR · ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI ... 2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh...

  • ANALISA PENERAPAN PPh PASAL 21 ATAS GAJI

    KARYAWAN DI LEMBAGA PENGELOLA DANA BERGULIR

    KOPERASI USAHA MIKRO KECIL DAN MENENGAH

    (LPDB-KUMKM) DI JAKARTA

    TUGAS AKHIR

    Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan Program Diploma III

    ANTONIA BAREK PAYON

    62140072

    Program Studi Manajemen Perpajakan

    Akademi Manajemen Keuangan BSI Jakarta

    Jakarta

    2017

  • KATA PENGANTAR

    Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena

    atas segala berkat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan

    Laporan Tugas Akhir ini. Dimana tugas akhir ini penulis sajikan dalam sebuah

    bentuk buku yang sederhana. Adapun judul tugas akhir ini adalah: “Analisa

    Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana

    Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah Di Jakarta”.

    Salah satu tujuan penulisan ini adalah sebagai syarat kelulusan program

    Diploma III (DIII). Sebagai bahan penulisan diambil berdasarkan penelitian, dan

    beberapa sumber literatul yang mendukung penulisan ini. Dalam proses

    penyusunan laporan Tugas Akhir ini penulis telah menerima banyak bantuan baik

    dalam moral maupun materil, sehingga pada kesempatan ini penulis ingin

    menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

    1. Direktur Akademis Manajemen Keuangan BSI Jakarta.

    2. Ketua Program Manajemen Perpajakan Akademi Manajemen Keuangan BSI

    Jakarta.

    3. Ibu Ratiyah,SE,MM selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir.

    4. Ibu Fitri Rahmiyatun selaku Asisten Dosen Pembimbing.

    5. Ibu Dmitri Gulia selaku Kepala Bagian Sumber Daya Manusia LPDB-

    KUMKM.

    6. Semua dosen dari Perpajakan Diploma III yang telah memberikan penulis

    dengan semua bahan yang diperlukan.

  • 7. Ucapan terimakasih ditunjukan kepada keluarga penulis, terutama kedua

    orangtua, saudara-saudara terkhusunya abang greg dan ka manda yang telah

    membantu dalam mendorong, menyarankan penulis untuk menyelesaikan

    tugas akhir ini.

    8. Ucapan terimakasih terkhususnya untuk om Ambrosius yang telah banyak

    membantu penulis dalam menyelasaikan tulisan ini.

    9. Semua teman-teman penulis khususnya Ka Evi, Ka Vina, Nata, Lian, Fetty

    yang selalu memberikan dukungan untuk menyelesaikan tugas akhir ini.

    10. Ucapan terimakasih ditujukan kepada teman-teman 62.6A.31 atas waktunya

    saat kita bersama-sama.

    Serta semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu sehingga

    penulisan ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penulis menyadari bahwa

    penulisan tugas akhir ini masih jauh sekali dari kata sempurna, untuk itu penulis

    mohon kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan penulisan

    dimasa yang akan datang.

    Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat berguna bagi penulis khususnya

    dan juga bagi pembaca yang berminat di bagian perpajakan.

    Jakarta, 14 Juli 2017

    Penulis

    Antonia Barek Payon

  • ABSTRAK

    Antonia Barek Payon (62140072), Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji

    Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM), Di Jakarta.

    Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

    merupakan salah satu lembaga pemerintahan yang juga merupakan subjek pajak

    yang mempunyai kewajiban untuk membayar pajak. Pajak yang dimaksudkan ini

    salah satunya mengenai Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji karyawan. Dalam

    penerapan pajak penghasilan ini kemungkinan ada kesalahan pembayaran karena

    ada kesalahan atau kelalaian dalam penerapan pajaknya sendiri. Metode

    pengumpulan dalam penyusunan Tugas Akhir ini adalah metode observasi,

    wawancara dan studi kepustakaan. Dalam penerapan PPh pasal 21 di LPDB-

    KUMKM sudah mengikuti peraturan perundang-undangan yang berlaku yaitu

    dimulai dengan tahapan perhitungan, pemotongan/pemungutan, penyetoran dan

    pelaporan. Perhitungan berdasarkan cara perhitungan yang ditetapkan oleh

    Undang-Undang No. 36 Tahun 2008, sedangkan sebagai bukti pemotongan akan

    diberikan bukti potong berupa formulir 1721-A1 kepada setiap pegawai.

    Sedangkan pada tahap penyetoran dan pelaporan menggunakan SPT PPh 21 dan

    SSP.

    LPDB-KUMKM bisa dikatakan sebagai wajib pajak yang patuh karena

    penyetorannya variatif namun paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya dan

    pelaporannya sendiri paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya sesuai dengan

    ketentuan yang berlaku.

    Kata Kunci: Penerapan PPh Pasal 21

  • ABSTRACT

    Antonia Barek Payon (62140072), Analysis Of The Application Of Income Tax

    21 On Employee Salary In Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha

    Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM), Jakarta.

    Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan

    Menengah is one of the government institutions which is also a tax subject who

    has the obligation to pay taxes. This tax is one of them concerning income tax 21

    on employee's salary. In the application of this income tax there may be a

    payment error due to errors or omissions in the application of its own tax. The

    method of collection in this final project is the method of observation, interview,

    and literature study. In application of PPh 21 in LPDB-KUMKM already follow

    the applicable legislation that is starting with the stages of interest, cutting /

    collection, depositing and reporting. Calculation based on the calculation method

    established by law No. 36 of 2008, while as evidence of deduction will be given

    evidence of cut form 1721-A1 to each employee. While at the stage of depositing

    and reporting using SPT PPh 21 and SSP.

    LPDB-KUMKM can be regarded as a compliat tax payer due to varied

    remittances but no later then 10th of the following month and its own reporting no

    later than the 20th of the ensuing month in accordance with the prevailing

    provisions.

    Keywords: Implementation Of Income Tax 21

  • DAFTAR ISI

    Lembar Judul Tugas Akhir .......................................................................... i

    Lembar Pernyataan Keaslian Tugas Akhir................................................... ii

    Lembar Pernyataan Persetujuan Publikasi Karya Ilmiah .............................. iii

    Lembar Persetujuan Dan Pengesahan Tugas Akhir ................................ ...... iv

    Lembar Konsultasi Tugas Akhir................................................................. ... vi

    Kata Pengantar............................................................................................. .. viii

    Abstrak................................................................................................. .......... x

    Daftar Isi.......................................................................................... .............. xi

    Daftar Gambar............................................................................................. ... xiv

    Daftar Tabel.................................................................................................... xv

    Daftar Lampiran.......................................................................................... ... xvi

    BAB I PENDAHULUAN..................................................................... . 1

    1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

    1.2 Perumusan Masalah ........................................................... 3

    1.3 Tujuan Dan Manfaat .......................................................... 4

    1.4 Metode Pengumpulan Data................................................... 5

    1.5 Ruang Lingkup...................................................................... 6

    1.6 Sistematika Penulisan............................................................ 7

    BAB II LANDASAN TEORI............................................................... .. 8

    2.1 Dasar-Dasar Perpajakan ..................................................... 8

    2.1.1 Pengertian Pajak ........................................................ 9

    2.1.2 Fungsi Pajak .............................................................. 9

    2.1.3 Sistem Perpajakan ..................................................... 10

  • 2.1.4 Tarif Pajak................................................................... 11

    2.2 Pajak Penghasilan .............................................................. 11

    2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 ...................... 12

    2.2.2 Dasar Hukum Pajak Penghasilan 21 .......................... 13

    2.2.3 Subjek Pajak Penghasilan 21....................................... 14

    2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak PPh 21......................... 15

    2.2.5 Objek Pajak Penghasilan 21......................................... 16

    2.2.6 Tidak Termasuk Objek Pajak PPh 21.......................... 18

    2.2.7 Pemotong Pajak Penghasilan 21.................................. 19

    2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak.................................... 20

    2.2.9 Tarif Lapisan Pengenaan PPh 21................................. 21

    2.2.10 Surat Pemberitahuan.................................................. 22

    2.2.11 Sanksi Administrasi................................................... 23

    2.2.12 Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan

    Direktur Jenderal Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016................ 24

    2.2.13 Unsur-Unsur Penghasilan Dan Penguran PPh 21 Di LPDB-

    KUMKM.............................................................................. 29

    BAB III PEMBAHASAN....................................................................... . 33

    3.1 Tinjauan Umum Organisasi................................................ 33

    3.1.1 Sejarah Dan Perkembangan Organisasi....................... 34

    3.1.2 Struktur Dan Tata Kerja Organisasi............................ 36

    3.1.3 Kegiatan Organisasi.................................................... 41

    3.2 Hasil Penelitian .................................................................. 42

    3.2.1 Perhitungan PPh 21 Atas Karyawan........................... 42

  • 3.2.2 Pemotongan Dan Pemungutan PPh 21 Terhutang Di LPDB-

    KUMKM........................................................................... .. 46

    3.2.3 Penyetoran Dan Pelaporan PPh 21 Atas Gaji Karyawan Di

    LPDB-KUMKM............................................................... .. 50

    3.2.4 Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Penerapan PPh 21 Di

    LPDB-KUMKM................................................................. 53

    BAB IV PENUTUP..................................................................................... . 55

    4.1 Kesimpulan............................................................................... 55

    4.2 Saran......................................................................................... . 56

    DAFTAR PUSTAKA.................................................................................. . 58

    DAFTAR RIWAYAT HIDUP.................................................................... 59

    SURAT KETERANGAN PKL.................................................................. . 60

    LAMPIRAN – LAMPIRAN....................................................................... . 61

  • DAFTAR GAMBAR

    Halaman

    Gambar III.I Struktur Organisasi LPDB-KUMKM ...................................... 37

    Gambar III.2 Bukti Potong PPh 21 .............................................................. 49

    Gambar III.3 SPT PPh 21 Masa Desember ................................................. 51

    Gambar III.4 SSP Masa Desember........................................................ ........ 52

  • DAFTAR TABEL

    Halaman

    Tabel II.1 PTKP 2016 ................................................................................. 21

    Tabel II.2 Tarif Lapisan Pengenaan PPh...................................................... 21

    Tabel II.3 Batas Waktu Penyampaian SPT ................................................. 22

    Tabel II.4 Sanksi Administrasi........................................................ .............. 23

    Tabel II.5 Penghasilan Tidak Kena Pajak...................................................... 31

    Tabel II.6 Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM 2016 ................................. 33

    Tabel II.7 Pelaporan Dan Penyetoran PPh 21.................................................. 53

  • DAFTAR LAMPIRAN

    Halaman

    Struktur Organisasi LPDB-KUMKM .......................................................... 61

    Lembar Hasil Wawancara Penelitian ........................................................... 66

    Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM 2016 .............................................. 68

    Bukti Potong PPh 21 Formulir 1721-A1........................................................ 69

    SPT Masa Desember 2016...................................................... ...................... 71

    SSP Masa Desember...................................................................................... 72

  • BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia adalah meningkatkan

    kemakmuran dan kesejateraan yang adil dan merata bagi seluruh masyarakatnya.

    Hal ini dapat tercapai apabila perekonomian Negara Indonesia dalam keadaan

    baik dan terencana untuk pembangunan. Pajak merupakan salah satu sumber

    penghasilan Negara yang paling penting untuk pelaksanaan dan peningkatan

    pembangunan nasional. Pajak dalam UU No. 28 Tahun 2007 diartikan sebagai

    kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang

    bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

    imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat. Penerimaan pajak sendiri terdiri dari Pajak

    Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas Barang

    Mewah (PPnBM), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Pajak Daerah, Bea

    Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), dan Bea Materai.

    Di Indonesia sistem pemungutan pajak sudah menggunakan self

    assessment system yang dapat diartikan sebagai suatu sistem pemungutan pajak

    yang memberikan wewenang kepada wajib pajak (WP) untuk menghitung sendiri

    besarnya pajak yang terutang. Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak

    tergantung pada wajib pajak, karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada

    pada wajib pajak, meskipun masih ada peran aparatur pajak dalam hal melakukan

    pemeriksaan wajib pajak.

  • Pajak penghasilan (PPh) yang menjadi objek pajak penghasilan menurut

    Undang-Undang No 36 Tahun 2008 pasal 4 ayat (1) tentang penghasilan adalah:

    setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima oleh wajib pajak yang

    berasal dari Indonesia atau untuk menambah kekayaan wajib pajak yang

    bersangkutan dengan nama atau dalam bentuk apapun dimana termasuk

    penggantian atau imbalan yang berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang

    diterima atau diperoleh termasuk gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi,

    bonus, gratifikasi, uang pensiun atau imbalan dalam bentuk lainnya kecuali

    ditentukan lain oleh Undang-Undang ini. Termasuk pajak penghasilan 21 atau

    biasa disebut sebagai pajak penghasilan atas gaji karyawan. Pajak penghasilan 21

    adalah: pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,

    tunjangan dan pembayaran lainnya dalam bentuk apapun sehubungan dengan

    pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan yang diakukan oleh orang pribadi

    sebagai subjek pajak dalam Negeri (Undang-Undang No 36 Tahun 2008 Pasal 21,

    tentang Pajak Penghasilan). Pajak Penghasilan pasal 21 sendiri pemotongan dan

    penyetorannya dilakukan oleh pemberi kerja. Dalam hal ini sang pemberi kerja

    harus melakukan kewajibannya sebagai pemotong untuk melaporkan PPh 21

    kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat wajib pajak terdaftar.

    Perkembangan perekonomian di Indonesia, menyebabkan banyak

    perusahaan yang tumbuh dan berkembang, hal ini sangat menguntungkan bagi

    pemerintah Indonesia, karena perusahaan merupakan salah satu subjek pajak yang

    dapat dikenakan pajak oleh pemerintah, namun dalam pelaksanaan penerapan

    sistem perpajakan ini masih banyak perusahaan yang seringkali masih terjadi

    pelanggaran yang tidak sesuai dengan dasar hukum pajak. Adapun jenis

  • penyimpangan yang paling sering terjadi adalah banyaknya wajib pajak yang

    tidak membayar kewajibannya secara penuh. Hal tersebut akibat adanya

    pemalsuan dokumentasi atau proses penahapan yang dilakukan tidak sesuai

    prosedur.

    Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk menyusun laporan

    tugas akhir dengan judul “Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Atas Gaji

    Karyawan Di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil Menengah (LPDB-KUMKM) di Jakarta”.

    1.2 Perumusan Masalah

    Berdasarkan latar belakang masalah diatas maka perumusan masalah dalam

    penelitian ini, adalah:

    1. Bagaimana perhitungan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di LPDB-KUMKM?

    2. Bagaimana pemungutan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di LPDB-

    KUMKM?

    3. Bagaimana penyetoran dan pelaporanPPh pasal 21 atas gaji karyawan di

    LPDB-MUKM?

    4. Kendala yang dialami selama proses penerapan PPh pasal 21 atas gaji

    karyawan di LPDB-KUMKM?

    1.3 Tujuan dan Manfaat

    Tujuan penulis dalam menyusun dan melaksanakan penulisandari penelitian ini

    antara lain:

  • 1. Untuk mengetahui cara perhitungan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di

    LPDB-KUMKM.

    2. Untuk mengetahui tata cara pemungutan PPh pasal 21 yang berlaku di LPDB-

    KUMKM.

    3. Untuk mengetahui penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 yang berlaku di

    LPDB-KUMKM.

    4. Untuk mengetahui kendala apa saja yang dialami selama proses penerapan

    PPh pasal 21 yang berlaku di LPDB-KUMKM.

    Manfaat penulis dalam melaksanakan penelitian ini antara lain :

    1. Bagi peneliti

    Agar bisa mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama mengikuti

    perkuliahan dan menjadi pengetahuan apabila nanti terjun langsung ke dunia

    kerja. Serta menjadi salah satu persyaratan guna menyelesaikan perkuliahan

    DIII Manajemen Perpajakan di Bina Sarana Informatika.

    2. Bagi perusahaan

    Diharapkan dapat menjadi masukan yang berkenaan dengan penerapan PPh

    pasal 21 atas gaji karyawan di Lembaga Pengelolah Dana Begulir Koperasi

    Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) Jakarta.

    3. Bagi pembaca

    Menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya mengenai perpajakan

    khusunya tentang Penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji

    karyawan.

  • 1.4 Metode Pengumpulan Data

    Dalam melaksanakan penelitian ini agar dapat memperoleh data-data yang

    diperlukan, penulis melakukan penelitian dengan beberapa metode yaitu:

    1. Metode Observasi

    Penulis melakukan pengamatan secara langsung yaitu di Lembaga Pengelolah

    Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang beralamat di

    Pancoran, Jakarta Selatan untuk mengetahui tata cara penerapan PPh pasal 21

    yang diterapkan diperusahaan.

    2. Metode Wawancara

    Penulis melakukan wawancara langsung dengan pihak perusahaan di bagian

    Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu Bapak Wahyu selaku Koordinator

    Bendahara yang berhubungan langsung sebagai penangung jawab penerapan

    PPh pasal 21 atas gaji karyawan di perusahaan.

    3. Studi Kepustakaan

    Penulis memperoleh data-data sekunder dengan cara membaca, mempelajari,

    dan menganalisa sumber kepustakaan yang relevan seperti buku, Undang-

    Undang peraturan perpajakan, serta diklat-diklat perkuliahaan yang berkaitan

    dengan pembahasan Tugas Akhir untuk membandingkan teori-teori yang

    relevan dengan keadaan yang terjadi di perusahan.

    1.5 Ruang Lingkup

    Ruang lingkup penelitian ini hanya dibatasi pada masalah bagaimana tata cara

    penerapan Pajak Penghasilan (PPh) pasal 21 atas gaji karyawan meliputi:

    perhitungan, pemungutan, penyetoran, pelaporan dan kendala yang berlaku di

  • Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

    (LPDB-KUMKM) Jakarta.

    1.6 Sistematika Penulisan

    Sistematika penulisan Tugas Akhir ini terdiri dari 4 (empat) bab yang akan

    membahas hal-hal sebagai berikut:

    BAB I : PENDAHULUAN

    Bab ini menguraikan tentang latar belakang pemilihan judul,

    rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, metode

    pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan, ruang lingkup

    penulisan dan sistematika penulisan.

    BAB II: LANDASAN TEORI

    Bab ini akan menguraikan tentang PPh pasal 21 secara teoritis

    yang mencakup tentang pengertian pajak, fungsi pajak sampai pada

    tata cara perhitungan pajak terkhususnya PPh pasal 21.

    BAB III : PEMBAHASAN

    Bab ini akan membahas tentang tinjauan umum

    perusahaan/organisasi tempat terjadinya penelitian ini yang

    mencakup sejarah perkembangan perusahan, struktur dan tata kerja

    perusahan, dan kegiatan perusahan. Serta hasil penelitian tentang

    PPh pasal 21 yang dituangkan dalam tulisan ini.

  • BAB IV : PENUTUP

    Pada bab ini merupakan bab penutup yang akan membahas

    mengenai kesimpulan dan saran yang berhubungan dengan

    penelitian ini.

  • 8

    BAB II

    LANDASAN TEORI

    2.1 Dasar-Dasar Perpajakan

    2.1.1 Pengertian Pajak

    Dalam membahas pengertian pajak banyak pendapat para ahli maupun

    undang-undang yang menjelaskan tentang pengertian pajak ini sendiri. Berikut

    pengertian-pengertian tentang pajak:

    Menurut Andriani (2009:4) mengemukakan bahwa pajak adalah iuran

    kepada Negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib

    membayarnya menurut peraturan perundang-undangan dengan tidak

    mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang

    gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum

    berhubungan dengan tugas Negara untuk menyelenggarakan

    pemerintahan.

    Menurut Soemitro (2009:1) menyimpulkan bahwa “Pajak adalah iuran

    rakyat kepada kas Negara berdasarkan undang-undang (dapat dipaksakan) dengan

    tiada mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan digunakan

    untuk membiayai pengeluaran umum”.

    Menurut Undang-Undang No.28 tahun 2007 mengatakan bahwa “Pajak

    adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau

    badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

    mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara

    bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat”.

    Dari pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa:

    1. Pajak merupakan suatu iuran yang harus di bayar oleh wajib pajak untuk

    keperluan Negara.

  • 2. Dalam hal pembayarannya pajak dapat dipaksakan.

    3. Pajak adalah suatu iuran wajib yang dibayar dan tidak akan mendapat

    imbalan pengembalian.

    4. Pajak dipungut berdasarkan Undang-Undang.

    5. Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran umum pemerintah dalam

    menjalankan pemerintahan.

    2.1.2 Fungsi Pajak

    Pengertian fungsi pajak menurut Mardiasmo (2011:1) adalah: kegunaan

    kontribusi wajib pajak kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan

    yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan

    imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-

    besarnya kemakmuran rakyat.

    Fungsi Pajak sendiri ada 2 yaitu :

    1. Fungsi Budgetair (pendanaan)

    Fungsi Budgetair adalah suatu fungsi dalam mana pajak dipergunakanan

    sebagai alat untuk memasukan dana secara optimal ke kas Negara berdasarkan

    Undang-Undang perpajakan yang berlaku.

    2. Fungsi Regulerend (mengatur)

    Fungsi Regulerend disebut juga fungsi tambahan yaitu pajak digunakan oleh

    pemerintah sebagai alat untuk mencapai tujuan tertentu yang terletak diluar

    bidang keuangan.

  • 2.1.3 Sistem Perpajakan

    Pengertian sistem perpajakan menurut Mardiasmo (2011:7) adalah:

    metode pungutan kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang

    pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

    tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan

    Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

    Ada 3 (tiga) sistem perpajakan yang berlaku menurut Mardiasmo (2011:7) yaitu:

    1. Official Assessment System

    Adalah suatu sistem pemungutan yang memberikan kewenangan kepada

    pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib

    pajak. Berhasil atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada

    aparatur pajak, karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada

    aparatur pajak.

    2. Self Assessment System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

    wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak yang terutang. Berhasil

    atau tidaknya pemungutan pajak banyak tergantung pada Wajib Pajak (WP),

    karena inisiatif kegiatan dan peran dominan berada pada wajib pajak, meskipun

    masih ada peran aparatur pajak dalam hal wajib pajak menyalahi aturan.

    3. With Holding System

    Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberikan wewenang kepada

    pihak ketiga (bukan fiskus dan bukan wajib pajak yang bersangkutan) untuk

    menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Berhasil atau

  • tidaknya pelaksanaan pemungutan pajak tergantung pada wajib pajak yang

    berwajib melakukan pemotongan/pemungutan.

    2.1.4 Tarif Pajak

    Untuk menghitung besarnya pajak yang terutang dua unsur yaitu tarif

    pajak dan dasar pengenaan pajak. Ada 4 (empat) macam tarif pajak yang dapat

    dikemukakan oleh Fery Idris (2014:18) yaitu :

    a. Tarif Sebanding/Proporsional

    Tarif berupa presentase yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai

    pajak sehingga besarnya pajak yang terhutang sebanding dengan nilai yang

    dikenai pajak.

    b. Tarif Tetap

    Tarif berupa jumlah yang tetap (sama) terhadap berapapun jumlah yang

    dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap.

    c. Tarif Progresif

    Presentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak

    semakin besar.

    d. Tarif Degresif

    Presentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak

    semakin besar.

    2.2 Pajak Penghasilan (PPh) 21

    2.2.1 Pengertian Pajak Penghasilan (PPh) Pasal 21

  • Menurut Resmi (2011:167) mengatakan bahwa “Pajak penghasilan (PPh)

    pasal 21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan,

    dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

    pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak orang

    pribadi dalam negeri”.

    Menurut Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor 31/PJ/2009

    menyatakan bahwa “Pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah pajak atas

    penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain yang

    diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri sehubungan

    dengan pekerjaan atau jabatan, jasa dan kegiatan”.

    Dari pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa Pajak Penghasilan

    (PPh) pasal 21 adalah pajak yang dipotong dari Wajib Pajak orang pribadi yang

    melakukan suatu pekerjaan, jasa, jabatan maupun kegiatan dalam bentuk apapun.

    2.2.2 Dasar hukum Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Yang menjadi dasar-dasar hukum penerapan pajak penghasilan (PPh)

    pasal 21 adalah:

    1. Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata

    Cara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir diubah dengan Undang-

    Undang No. 28 Tahun 2007.

    2. Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah

    diubah terakhir dengan Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun

    2008.

  • 3. Peraturan Menteri Keuangan PMK-101/PMK.010/2016 tentang Penyesuaian

    Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi Wajib Pajak orang pribadi.

    4. Peraturan Dirjen Pajak Nomor PER-16/PJ/2016 Pedoman Teknis Tata Cara

    Pemotongan, Penyetoran, Palaporan Pajak Penghasilan 21 Dan Atau Pajak

    Penghasilan Pasal 26 Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan

    Orang Pribadi.

    2.2.3 Subjek Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Menurut Mardiasmo (2011:71) yang menjadi subjek Pajak Penghasilan

    (PPh) 21 adalah:

    1. Pegawai yaitu orang pribadi yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai

    pegawai tetap atau pegawai tidak tetap tenaga kerja lepas berdasarkan

    perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis,

    untuk melaksanakan suatu pekerjaaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu

    dengan memperoleh imbalan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu,

    penyelesaian pekerjaan, atau ketentuan lain yang diterapkan pemberi kerja,

    termasuk orang pribadi yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau

    badan usaha milik Negara atau badan usaha milik daerah.

    2. Penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, tunjangan hari

    tua, atau jaminan hari tua, termasuk ahli warisnya.

    3. Bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

    dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan, antara lain meliputi:

    a. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas yang terdiri dari pengacara,

    akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai, dan aktuaris.

  • b. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang

    iklan, sutradara, crew film, foto model, peragawan/peragawati, pemain

    drama, penari, pemahat, pelukis, dan seniman lainnya.

    c. Olahragawan.

    d. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator.

    e. Pengarang, peneliti dan penerjemah.

    f. Pemberi kerja dalam segala bidang termasuk teknik komputer dan sistem

    aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi, dan sosial

    serta pemberi jasa pada suatu kegiatan.

    g. Agen iklan.

    h. Pengawas atau pengelolah proyek.

    i. Pembawa pesanan atau yang menemukan langganan atau yang menjadi

    perantara.

    j. Petugas penjaja barang dagangan.

    k. Petugas dinas luar asuransi.

    l. Distributor perusahan multilevel marketing atau direseling dan kegiatan

    sejenis lainnya.

    4. Peserta kegiatan yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

    dengan keikutsertaannya dalam suatu kegiatan antara lain meliputi:

    a. Peserta perlombaan dalam segala bidang antara lain perlombaan olahraga,

    seni, ketangkasan, ilmu pengetahuan, teknologi dan perlombaan lainnya.

    b. Peserta rapat, konferensi, sidang, pertemuan, atau kunjungan kerja.

    c. Peserta atau anggota dalam suatu kepanitian dalam penyelenggaraan

    tertentu.

  • d. Peserta pendidikan, pelatihan, dan magang.

    e. Peserta kegiatan lainnya.

    2.2.4 Tidak Termasuk Subjek Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Yang tidak termasuk dalam penerima penghasilan yang dipotong pajak

    penghasilan (PPh) pasal 21 menurut UU No.36 Pasal 3 (1) Tahun 2008 adalah:

    1. Pejabat perwakilan diplomatik atau konsulat dari pejabat lain dari Negara

    asing dan orang-orang yang diperbantukan kepada mereka yang bekerja pada

    dan bertempat tinggal bersama mereka dengan syarat bukan warga Negara

    Indonesia dan di Indonesia tidak menerima atau memperoleh penghasilan lain

    di luar jabatan atau pekerjaannya tersebut, serta Negara bersangkutan

    memberikan perlakuan timbal balik.

    2. Pejabat perwakilan organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam

    Pasal 3 ayat (1) huruf c Undang-Undang Pajak Penghasilan, yang telah

    ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dengan syarat bukan warga Negara

    Indonesia dan tidak menjalankan usaha atau kegiatan atau perjalanan lain

    untuk memperoleh penghasilan dari Indonesia.

    2.2.5 Objek Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Yang menjadi objek pajak penghasilan (PPh) pasal 21 menurut Mardiasmo

    (2011:73) adalah:

    1. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tetap, baik berupa

    penghasilan yang bersifat teratur maupun tidak teratur.

  • 2. Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur

    berupa uang pensiun atau penghasilan sejenisnya.

    3. Penghasilan berupa uang pesangon, uang manfaat pensiun, tunjangan hari tua,

    atau jaminan hari tua dibayarkan sekaligus, yang pembayarannya melewati

    jangka waktu 2 (dua) tahun sebagai pegawai berhenti bekerja.

    4. Penghasilan Pegawai Tidak Tetap atau Tenaga Kerja Lepas, berupa upah

    harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan, atau upah yang

    dibayarkan secara bulanan.

    5. Imbalan kepada Bukan Pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee,

    dan imbalan sejenisnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sebagai

    imbalan sehubungan jasa yang dilakukan.

    6. Imbalan kepada peserta kegiatan, antara lain berupa uang saku, uang

    representasi, uang rapat, honorarium, hadiah, atau penghargaan dengan nama

    dan dalam bentuk apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apapun.

    7. Penghasilan berupa honorarium atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang

    diterima atau diperoleh anggota dewan komisaris atau dewan pengawas yang

    tidak merangkap sebagai Pegawai Tetap pada perusahaan yang sama.

    8. Penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus atau imbalan lain

    yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh mantan pegawai.

    9. Penghasilan berupa penarikan dana pensiun oleh peserta program pensiun

    yang masih berstatus sebagai pegawai, dari dana pensiun yang pendiriannya

    telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

    Penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 dan/atau PPh pasal 26 sebagaimana

    dimaksud pada ayat (1) termasuk pula penerimaan dalam bentuk natura dan/atau

  • kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun apapun yang

    diberikan oleh:

    1. Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan yang bersifat final.

    2. Wajib Pajak yang dikenakan pajak penghasilan berdasarkan norma

    perhitungan khusus (deemed profit).

    2.2.6 Tidak Termasuk Objek Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Yang dikecualikan dari objek pajak penghasilan (PPh) 21 menurut UU No.36

    Pasal 4 (3) Tahun 2008 adalah:

    1. Bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil

    zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah.

    2. Harta hibahan yang diterima oleh keluarga dalam garis keturunan lurus satu

    derajat .

    3. Warisan.

    4. Harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagaimana

    dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) huruf b sebagai pengganti saham atau

    pengganti penyertaan modal.

    5. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang

    diterima atau diperoleh dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib

    Pajak atau pemerintah kecuali yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak.

    6. Pembayaran dari perusahan asuransi kepada orang pribadi sehubungan

    dengan asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi

    dwiguna dan asuransi bea siswa.

  • 7. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas

    sebagai Wajib Pajak dalam negeri, koperasi, badan usaha milik Negara, atau

    badan usaha milik daerah.

    8. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah

    disahkan oleh Menteri Keuangan.

    9. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun.

    10. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer

    yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham.

    11. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa

    bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan menjalankan usaha

    atau kegiatan di Indonesia.

    12. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuanya diatur lebih

    lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    13. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau nirlaba yang bergerak

    dalam bidang pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan yang

    telah terdaftar pada instansi yang membidanginya.

    14. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan

    Sosial kepada Wajib Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut

    dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

    2.2.7 Pemotong Pajak Penghasilan (PPh) 21

    Yang dimaksud dengan pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 menurut

    Mardiasmo (2011:170) adalah “Wajib Pajak orang pribadi atau Wajib Pajak badan

    termasuk bentuk usaha tetap, yang mempunyai kewajiban untuk melakukan

  • pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan

    kegiatan orang pribadi”.

    Pemotong pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah:

    1. Pemberi kerja, yang terdiri dari orang pribadi atau badan, baik merupakan

    pusat maupun cabang, perwakilan atau unit yang membayar gaji, upah

    honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam

    bentuk apapun, sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa

    yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

    2. Bendahara atau pemegang kas pemerintah, termasuk bendahara atau

    pemegang kas pada Pemerintah Pusat termasuk institusi TNI/POLRI.

    Pemerintah Daerah, instansi atau lembaga pemerintah, lembaga-lembaga

    lainnya, dan Kedutaan Besar Republik Indonesia di luar negeri, yang

    membayarakan gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran

    lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan

    pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

    3. Dana pensiun, badan penyelenggara jaminan sosial tenaga kerja, dan

    badan-badan lain yang membayar uang pensiun dan tunjangan hari tua

    atau jaminan hari tua.

    4. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas serta

    badan yang membayar:

    a. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

    jasa dan/atau kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status

    subjek pajak dalam negeri, termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan

  • pekerjaan bebas, dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri bukan

    untuk dan atas nama persekutuannya.

    b. Honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan

    kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status

    subjek pajak luar negeri.

    c. Honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan dan

    magang.

    5. Penyelenggara kegiatan termasuk badan pemerintah, organisasi, yang

    bersifat nasional dan internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta

    lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan, yang membayar

    honorarium, hadiah, atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib

    Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

    Tidak termasuk pemberi kerja yang mempunyai kewajiban untuk melakukan

    pemotongan pajak penghasilan (PPh) pasal 21 adalah:

    1. Kantor perwakilan Negara asing.

    2. Organisasi-organisasi internasional yang telah ditetapkakan oleh Menteri

    Keuangan.

    3. Pemberi kerja orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau

    pekerjaan bebas semata-mata mempekerjakan orang pribadi untuk

    melakukan pekerjaan rumah tangga.

    2.2.8 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

    Menurut ketentuan Direktur Jenderal Pajak untuk penghasilan tidak kena

    pajak (PTKP) 2016 adalah:

  • Tabel II.1

    PTKP 2016

    Besarnya PTKP

    Tahun 2016 (Rp)

    Diri Wajib Pajak Orang Pribadi

    Rp. 54.000.000

    Tambahan untuk Wajib Pajak kawin

    Rp. 4.500.000

    Tambahan untuk istri yang penghasilannya digabung

    dengan penghasilan suami

    Rp. 54.000.000

    Tambahan untuk setiap tanggungan

    Rp. 4.500.000

    Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016

    2.2.9 Tarif Lapisan Pengenaan Pajak Penghasilan

    Menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 pasal 17 ayat (1) a tentang pajak

    penghasilan (PPh) tarif pengenaan pajak penghasilannya adalah:

    Tabel II.2

    Tarif Lapisan Pengenaan Pajak Penghasilan

    Penghasilan (Rp)

    Tariff pajak (%)

    s/d Rp. 50.000.000

    5 %

    Rp. 50.000.000 - Rp. 250.000.000

    15 %

    Rp. 250.000.000 - Rp. 500.000.000

    25 %

    Diatas Rp. 500.000.000

    30 %

    Sumber: Undang-Undang Pajak Penghasilan No. 36 Tahun 2008

  • 2.2.10 Surat Pemberitahuan (SPT)

    Menurut Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata

    Cara Perpajakan, Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh Wajib Pajak

    digunakan untuk melaporkan perhitungan pembayaran pajak, objek pajak, bukan

    objek pajak, serta harta dan kewajiban yang sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan.

    Ada 2 (dua) jenis surat pemberitahuan (SPT) yaitu:

    1. SPT Masa, adalah surat pemberitahuan untuk suatu masa pajak.

    2. SPT Tahunan, adalah surat pemberitahuan untuk suatu tahun pajak atau bagian

    tahun pajak.

    Batas waktu penyampaian surat pemberitahuan (SPT) sesuai dengan Undang-

    Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 pasal 3 ayat (3) adalah sebagai

    berikut :

    Tabel II.3

    Batas Waktu Penyampaian SPT

    Jenis SPT

    Batas waktu pembayaran

    Batas waktu penyampaian

    SPT terakhir

    SPT masa PPh 21

    Tanggal 10 bulan takwin

    Berikutnya

    20 hari setelah akhir masa

    pajak

    SPT tahunan PPh

    21 Wajib Pajak

    orang pribadi

    Tanggal 30/31 bulan ketiga

    setelah tahun pajak sebelum

    SPT disampaikan

    Paling lama 3 bulan setelah

    akhir tahun (31 maret)

    Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-01/PJ/2016

  • Surat pemberitahuan (SPT) ini mempunyai fungsi sebagai sarana untuk

    melaporkan dan mempertanggung jawabkan perhitungan jumlah pajak yang

    sebenarnya terutang dan untuk melaporkan tentang:

    1. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri dan melalui

    pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau

    Bagian Tahun Pajak.

    2. Penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan objek pajak.

    3. Harta dan kewajiban.

    4. Pembayaran dari pemotongan atau pemungutan tentang pajak orang pribadi

    atau badan lain dalam 1 (satu) masa pajak sesuai dengan ketentuan peraturan

    perundang-undangan perpajakan.

    2.2.11 Sanksi Administrasi

    Sanksi administrasi yang dikenakan atas keterlambatan penyetoran pajak

    yang terutang dan keterlambatan penyampaian SPT sesuai dengan Undang-

    Undang Republik Indonesia No. 28 Tahun 2007 pasal 7 dan pasal 9 adalah:

    Tabel II.4

    Sanksi Administrasi

    Jenis SPT

    Sanksi

    Telat

    membayar/menyetor

    Telat menyampaikan

    SPT

    SPT Masa PPh 21 Sanksi bunga 2% setiap

    bulan

    Sanksi berupa denda

    sebesar Rp.100.000,00

    SPT PPh tahunan wajib

    pajak orang pribadi

    Sanksi bunga sebesar

    2% setiap bulan

    Sanski berupa denda

    sebesar Rp.100.000,00

  • 2.2.12 Analisa Penerapan PPh Pasal 21 Menurut Peraturan Direktur Jendral

    Pajak Nomor: PER-16/PJ/2016

    a. Besarnya penghasilan neto bagi pegawai tetap yang dipotong PPh Pasal 21

    adalah jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan:

    1. Biaya jabatan, sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, setinggi-

    tingginya Rp.500.000 (lima ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.6.000.000

    (enam juta rupiah) setahun.

    2. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana

    pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau

    badan penyelenggara tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang

    dipersamakan dengan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh

    Menteri Keuangan.

    b. Besarnya penghasilan neto bagi penerima pensiun berkala yang dipotong

    PPh pasal 21 adalah seluruh jumlah penghasilan bruto dikurangi dengan

    biaya pensiun sebesar 5% (lima persen) dari penghasilan bruto setinggi-

    tingginya Rp.200.000 (dua ratus ribu rupiah) sebulan atau Rp.2.400.000

    (dua juta empat ratus ribu rupiah) setahun.

    c. Besarnya Penghasilan Kena Pajak untuk pegawai tetap dan penerima pensiun

    berkala sebesar penghasilan neto dikurangi Penghasilan Tidak Kena Pajak

    (PTKP):

    1. Rp.54.000.000 (lima puluh empat juta rupiah) untuk diri wajib pajak

    orang pribadi.

    2. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan wajib pajak

    yang kawin.

  • 3. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) tambahan untuk setiap

    anggota keluarga sedarah dan anggota keluarga semenda dalam garis

    keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

    paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

    d. Penghasilan kena pajak bagi pegawai tidak tetap adalah penghasilan bruto

    dikurangi dengan PTKP:

    1. Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah) untuk diri wajib pajak

    orang pribadi.

    2. Rp.375.000 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk

    wajib pajak yang kawin.

    3. Rp.375.000 (tiga ratus tujuh puluh lima ribu rupiah) tambahan untuk

    setiap anggota keluarga sedarah dan anggota keluarga semenda dalam garis

    keturunan lurus serta anak angkat, yang menjadi tanggungan sepenuhnya,

    paling banyak 3 (tiga) orang untuk setiap keluarga.

    e. Penghasilan kena pajak bagi bukan pegawai sebesar 50% (lima puluh persen)

    dari jumlah penghasilan bruto dikurang PTKP perbulan.

    f. Besarnya PTKP bagi karyawati berlaku ketentuan sebagai berikut:

    1) Bagi karyawati kawin, sebesar PTKP untuk dirinya sendiri.

    2) Bagi karyawati tidak kawin, sebesar PTKP untuk sirinya sendiri

    ditambah PTKP keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya.

    g. Dalam hal karyawati kawin dapat menunjukan keterangan tertulis dari

    Pemerintah Daerah serendah-rendahnya kecamatan yang menyatakan

    bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, besarnya

    PTKP adalah untuk dirinya sendiri ditambah PTKP status kawin dan PTKP

  • keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya. Besarnya PTKP ditentukan

    berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender.

    h. Atas penghasilan bagi pegawai tidak tetap atau tenaga kerja yang tidak

    dibayarkan secara bulanan atau jumlah komulatifnya dalam 1 (satu) bulan

    kalender belum melebihi Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah),

    berlaku ketentuan sebagai berikut:

    1) Tidak dilakukan pemotongan PPh pasal 21, dalam hal penghasilan sehari

    atau rata-rata penghasilan sehari belum melebihi Rp.450.000 (empat ratus

    lima puluh ribu rupiah).

    2) Dilakukan pemotongan PPh pasal 21 dalam hal penghasilan sehari atau

    rata-rata penghasilan sehari melebihi Rp.450.000 (empat ratus lima puluh

    ribu rupiah), dan jumlah sebesar Rp.450.000 (empat ratus lima puluh ribu

    rupiah) merupakan jumlah yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.

    i. Dalam hal pegawai tetap telah memperoleh penghasilan komulatif dalam 1

    (satu) bulan kalender melebihi Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu

    rupiah) maka jumlah yang dapat dikurangkan dengan penghasilan bruto

    adalah sebesar PTKP yang sebenarnya. PTKP sehari sebagai dasar untuk

    menentukan PTKP yang sebenarnya adalah sebesar PTKP pertahun dibagi

    360 (tiga ratus enam puluh) hari.

    j. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat (1) huruf a Undang-Undang Pajak

    Penghasilan diterapkan atas Penghasilan Kena Pajak dari:

    penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga

    kerja lepas berupa upah harian, upah mingguan, upah satuan, upah borongan

    dan uang saku harian, sepanjang penghasilan tidak dibayarkan secara

  • bulanan, tarif lapisan pertama sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 ayat

    (1) huruf a Undang-Undang Pajak Penghasilan diterapkan atas:

    1) Jumlah penghasilan bruto sehari yang melebihi Rp.450.000 (empat

    ratus lima puluh ribu rupiah), atau

    2) Jumlah penghasilan bruto dikurangi PTKP yang sebenarnya dalam hal

    penghasilan komulatif dalam 1 (satu) bulan kalender telah melebihi

    Rp.4.500.000 (empat juta lima ratus ribu rupiah).

    k. Dalam hal jumlah penghasilan komulatif dalam 1 (satu) bulan kalendar telah

    melebihi Rp.10.200.000 (sepuluh juta dua ratus ribu rupiah), PPh pasal 21

    dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-

    Undang Pajak Penghasilan atas Penghasilan Kena Pajak yang disetahunkan.

    l. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-Undang Pajak

    Penghasilan diterapkan atas jumlah komulatif atas:

    1) Penghasilan kena pajak sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah

    penghasilan bruto dikurangi PTKP perbulan, yang diterima atau diperoleh

    bukan pegawai.

    2) 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto untuk setiap

    pembayaran imbalan kepada bukan pegawai.

    3) Jumlah penghasilan bruto berupa honorarium atau imbalan yang bersifat

    tidak teratur yang diterima atau diperoleh dewan komisaris yang tidak

    merangkap sebagai pegawai tetap pada perusahaan yang sama.

    4) Jumlah penghasilan bruto berupa jasa produksi, tatiem, gratifikasi, bonus

    atau imbalan yang bersifat tidak teratur yang diterima atau diperoleh

    mantan pegawai, atau

  • 5) Jumlah penghasilan bruto berupa penarikan dana pensiun oleh peserta

    program pensiun yang masih berstatus sebagai pegawai tetap, dari dana

    pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

    m. Tarif berdasarkan pasal 17 ayat satu (1) huruf a Undang-Undang pajak

    penghasilan diterapkan atas:

    1. 50% (lima puluh persen) dari jumlah penghasilan bruto, untuk setiap

    pembayaran kepada bukan pegawai yang bersifat tidak berkesinambungan.

    2. Jumlah penghasilan bruto untuk setiap kali pembayaran bersifat utuh dan

    tidak pecah, diterima oleh peserta kegiatan.

    n. Bagi penerima penghasilan yang dipotong PPh pasal 21 yang tidak memiliki

    Nomor Pokok Wajib Pajak, dikenakan pemotongan PPh pasal 21 dengan

    tarif lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang ditetapkan

    terhadap wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak. Jumlah PPh

    pasal 21 yang harus dipotong adalah sebesar 120% (seratus dua puluh

    persen) dari jumlah PPh pasal 21 yang dipotong dalam hal yang

    bersangkutan memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak.

    o. Petunjuk umum penghitungan PPh pasal 21 bagi anggota dewan pengawas

    atau dewan komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap, mantan

    pegawai yang menerima jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau

    imbalan lain yang bersifat tidak teratur dan peserta program kegiatan

    pensiun yang masih yang berstatus sebagai pegawai yang menarik dana

    pensiun:

    1. Perhitungan PPh pasal 21 untuk anggota dewan pengawas atau dewan

    komisaris yang tidak merangkap sebagai pegawai tetap: PPh pasal 21

  • dihitung dengan menerapkan tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas

    komulatif jumlah penghasilan bruto yang diterima atau diperoleh selama 1

    (satu) tahun kalender.

    2. Perhitungan PPh pasal 21 bagi mantan pegawai yang menerima

    penghasilan berupa jasa produksi, tantiem, gratifikasi, bonus, atau imbalan

    lain yang bersifat tidak teratur: PPh pasal 21 dihitung dengan menerapkan

    tarif pasal 17 ayat (1) huruf a UU PPh atas komulatif jumlah penghasilan

    bruto yang diterima atau diperoleh selama 1 (satu) tahun kalender.

    2.2.13 Unsur-Unsur Penghasilan Dan Pengurang PPh Pasal 21 di LPDB-

    KUMKM

    Berdasarkan data yang didapat penulis, jumlah semua pegawai yang ada di

    Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat

    sekitar 294 pegawai. Berikut penulis menguraikan data pegawai dan unsur-unsur

    penghasilan maupun pengurang.

    a. Data pegawai LPDB-KUKMK

    Didalam Lembaga Pengelolah Dana Bergulir usaha Mikro Kecil dan

    Menengah terdapat beberapa jenis pegawai.

    1. Pegawai tetap ( Non PNS)

    2. Pegawai tetap (Pegawai Negeri Sipil)

    3. Pegawai Tidak Tetap

    4. Mantan pegawai

    5. Dewan pengawas

    b. Jenis Penghasilan

  • Di Lembaga pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah ada beberapa komponen yang di masukan kedalam penghasilan

    yaitu:

    1. Gaji pokok dan intensif kinerja yang dibayarkan setiap bulan oleh

    Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah.

    2. Tunjangan makan yang di bayarkan tiap tanggal 5 bulan berikutnya.

    3. Uang lembur yang di bayarkan tanggal 15 bulan berikutnya.

    c. Jenis Pengurang

    Jenis pengurang ini di dalam Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi

    Usaha Mikro Kecil dan Menengah terdapat beberapa komponen pengurang

    yaitu:

    1. Biaya jabatan: biaya jabatan ini berdasar pada ketetapan perpajakan yang

    ada dan untuk penghasilan sampai Rp.6.000.000 dikenai 5% dari

    penghasilan bruto.

    2. Penghasilan Tidak Kena Pajak: jenis pengurang ini berdasar pada undang-

    undang yang berlaku dimana besarnya PTKP ini melihat pada status wajib

    pajak tersebut.

  • Tabel II.5

    Penghasilan Tidak Kena Pajak

    PTKP

    Tahun 2016

    TK/0

    RP. 54.000.000

    TK/1

    RP.58.500.000

    TK/2

    RP.63.000.000

    TK/3

    RP.67.500.000

    K/0

    RP.58.500.000

    K/1

    RP.63.000.000

    K/2

    RP.67.500.000

    K/3

    RP.72.000.000

    K/1/0

    RP.94.500.000

    K/1/1

    RP.99.000.000

    K/1/2

    RP.103.500.000

    K/1/3

    RP.108.000.000

    Sumber: Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016

    Keterangan tabel:

    TK/0 : Tidak kawin dan tanpa tanggungan.

    TK/1 : Tidak kawin dengan tanggungan satu orang.

    TK/2 : Tidak kawin dengan tanggungan dua orang.

    TK/3 : Tidak kawin dengan tanggungan tiga orang.

    K/0 : Kawin dan tanpa tanggungan.

    K/1 : Kawin dengan tanggungan satu orang.

    K/2 : Kawin dengan tanggungan dua orang.

    K/3 : Kawin dengan tanggungan tiga orang.

  • K/1/0 : Kawin dan penghasilan istri digabung dengan penghasilan suami.

    K/1/1 : Kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan satu orang.

    K/1/2 : kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan dua orang.

    K/1/3 : Kawin dan penghasilan istri digabung. Tanggungan tiga orang.

    3. Dana pensiun

    4. Iuran jamsostek: iuran ini dibagi lagi menjadi beberapa bagian yaitu:

    a. Jaminan hari tua: 2% x penghasilan bruto.

    b. Jaminan pensiun: 1% x penghasilan bruto. Atau sesuai dengan peraturan yang

    berlaku.

  • 33

    BAB III

    PEMBAHASAN

    3.1. Tinjauan Umum Organisasi

    3.1.1 Sejarah dan Perkembangan Organisasi

    Pengoptimalan sistem pengelolaan dana bergulir, Kementrian Koperasi dan

    UKM membentuk Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) yang bertugas melaksanakan

    pengelolaan dana bergulir untuk pembiayaan dana bergulir untuk pembiayaan

    KUMKM antara lain berupa pinjaman, dan bentuk pembiayaan lainnya yang

    sesuai dengan kebutuhan KUMK, dimana ketentuan mengenai kriteria KUMKM

    ditetapkan oleh Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil

    Dan Menengah (LPDB-KUMKM).

    Sebelum dibentuk Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM), pengelolaan dana bergulir untuk

    koperasi dan UMKM dilaksanakan oleh Deputi-Deputi Lingkungan Kementerian

    Koperasi dan UKM. Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) dibentuk dengan Surat Keputusan

    Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor

    19.4/Per/M.KUMK/VIII/2006 tanggal 18 Agustus 2006 sebagaimana telah diubah

    dengan Peraturan Menteri Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia Nomor

    11/Per/M.KUMK/VI/2008 pada tanggal 26 Juni 2008 tentang Organisasi dan Tata

    Kerja Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah (LPDB-KUMKM).

  • Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan KEP-292/MK.5/2006 tanggal 28

    Desember Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah (LPDB-KUMKM) ditetapkan sebagai Instansi Pemerintahan yang

    menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PPK-BLU).

    Dengan dibentuknya Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) maka di harapkan pengelolaan

    dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan

    dan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan atas penyaluran dana bergulir

    kepada Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

    1. Visi, misi dan Moto Perusahaan

    a. Visi

    Menjadi Lembaga yang dapat di andalkan dalam memberikan

    layanan pinjaman/pembiayaan kepada KUMKM, serta mampu

    menjadi integrator dan mempercepat pengembangan industri

    keuangan di daerah.

    b. Misi

    1. Mewujudkan kualitas layanan LPDB-KUMKM yang handal,

    akuntabel, transparan, tepat waktu dan berkelanjutan serta mudah

    diakses oleh UMKM dan Koperasi.

    2. Mengelolah dan mengembangkan dana bergulir KUMKM secara

    profesional, akuntabel dan berkelanjutan.

    3. Mengembangkan skim pembiayaan yang sesuai dengan kebutuhan

    KUMKM dalam rangka memperluas akses permodal bagi KUMKM.

  • 4. Memberikan pembiayaan kepada lembaga keuangan mikro agar

    dapat menyalurkan pinjaman/pembiayaan murah kepada usaha

    mikro.

    5. Melaksanakan pembiayaan usaha kepada KUMKM baik secara

    langsung maupun lembaga perantara.

    6. Mengintegrasikan pengelolaan dana bergulir KUMKM lintas instansi

    untuk meningkatkan efektivitas dan akuntabilitas pemberdayaan

    KUMKM.

    7. Mewujudkan program pemerintah di bidang pembiayaan usaha

    KUMKM dalam meningkatkan produktivitas dan daya saing

    ekonomi rakyat serta menciptakan lapangan kerja dan penghentasan

    kemiskinan.

    c. Motto

    Solusi pembiayaan bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah dan

    Koperasi.

    Menurut Peraturan Direksi Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi dan

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Nomor: 36/PER/LPDB/2010 tentang Petunjuk

    Teknis Pemberian Pinjaman/Pembiayaan Kepada Koperasi pada Bab I (Pasal) I

    nomor 2 dikatakan bahwa: Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi, dan

    Usaha Mikro, Kecil dan Menengah, yang selanjutnya disebut dengan LPDB-

    KUMKM adalah satuan kerja Kementrian Koperasi dan UKM yang mempunyai

    tugas melaksanakan pengelolaan Dana Bergulir dalam bentuk

    pinjaman/pembiayaan, atau dalam bentuk lainnya dan bertanggung jawab kepada

    Menteri Negara Koperasi dan UKM.

  • 3.1.2 Struktur dan Tata Kerja Organisasi

    1. Struktur organisasi

    Struktur organisasi merupakan susunan dan hubungan antara setiap bagian

    maupun posisi yang terdapat pada sebuah perusahaan dalam menjalankan

    kegiatan-kegiatan operasionalnya dengan maksud untuk mencapai tujuan yang

    ditentukan sebelumnya. Struktur organisasi yang diterapkan di Lembaga

    Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah adalah

    bentuk vertikal. Dimana dalam bentuk ini, sistem organisasi pimpinan sampai

    organisasi atau pejabat yang lebih rendah digariskan dari atas ke bawah secara

    vertikal. Didalam struktur organisasi ini penulis hanya menjelaskan struktur tata

    kerja organisasi secara garis besar saja.

  • Sumber: LPDB-KUMKM

    Gambar III.1

    Struktur Organisasi Perusahaan

    Direktur Utama

    Direktur Bisnis

    Direktur Umum & Hukum

    Kepala Divisi Umum

    Kepala Bagian Tata

    Usaha

    Kepala Bagian SDM

    Kepala Bagian Rumah Tangga

    Kepala Divisi Hukum &

    Humas

    Kepala Bagian Hukum I

    Kepala Bagian Hukum II

    Kepala Bagian HUMAS

    Kepala Divisi Perencanaan

    Kepala Bagian Rencana Program

    Kepala Bagian Analisis Data dan

    Informasi

    Direktur Keuangan

    Direktur Pengembangan Usaha

    Kepala Satuan Pemeriksa Intern

    Kepala Bagian Kelompok Jabatan Fungsional Auditor

    Kepala Bagian

    Sekertariat

  • 1. Tata Kerja Lembaga/Organisasi

    1. Direktur Utama

    Rincian tugas:

    a. Bertanggung jawab atas pengelolaan LPDB-KUMKM.

    b. Mengkoordinasikan, merumuskan, dan menetapkan rencana strategis

    LPDB-KUMKM.

    c. Menetapkan keputusan/peraturan direksi LPDB-KUMKM.

    d. Mengkoordinasikan tindak lanjut laporan hasil Satuan Pemeriksa

    Interen (SPI).

    2. Kepala Satuan Pemeriksa Intern

    Rincian tugas:

    a. Mengkoordinasikan penyiapan, penyusunan dan perumusan

    pembuatan program kerja pemeriksaaan tahunan dan mengendalikan

    pelaksanaanya.

    b. Mengkoordinasikan penyiapan, penyusunan dan pelaksanaan

    pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja dan juga pengendalian

    manajemen LPDB-KUMKM.

    3. Kepala Bagian Sekertariat

    Rincian tugas:

    a. Melaksanakan pengelolaan persuratan dan kearsipan.

    b. Memberikan dukungan administrasi dalam rangka pemeriksaan.

    c. Melaksanakan penyiapan dan penyusunan laporan kegiatan Bagian

    Sekertariat.

    4. Kepala Bagian Kelompok Jabatan Fungsional Auditor

  • Rincian tugas:

    a. Menyiapkan, menyusun dan merumuskan pembuatan program kerja

    pemeriksaan tahunan.

    b. Melaksanakan pemeriksaan keuangan dan/atau kinerja LPDB-

    KUMKM.

    c. Menyiapkan konsep rekomendasi dan saran perbaikan terhadap

    pengendalian manajemen, pengelolaan keuangan dan aset, serta

    memastikan dipatuhinya semua peraturan perundang-undang.

    5. Direktur Pengembang Usaha

    Rincian tugas:

    a. Melaksanakan urusan pengkajian dan pengembangan usaha dan juga

    urusan monitoring dan evaluasi.

    b. Melaksanakan urusan pengendalian risiko pinjaman/pembiayaan

    LPDB-KUMKM.

    c. Melaksanakan urusan teknologi informasi.

    6. Direktur Keuangan

    Rincian tugas:

    a. Mengkoordinasikan pelaksanaan pengelolah dana bergulir.

    b. Melaksanakan urusan pengelolaan pendapatan dan belanja dan juga

    pengelolaan kas.

    c. Melaksanakan urusan pengelolaan hutang-piutang dana bergulir.

    7. Direktur Bisnis

    Rincian tugas:

  • a. Menyusun rencana pemberian pinjama/pembiayaan kepada koperasi,

    dan usaha mikro kecil dan menengah.

    b. Mengkoordinasikan dan menyusun prosedur standar operasional

    pemberian pinjaman/pembiayaan.

    c. Mengkoordinasikan dan melaksanakan kebijakan penyaluran dana

    bergulir LPDB-KUMKM.

    8. Direktur Umum dan Hukum

    Rincian tugas:

    a. Mengkoordinasikan penyusunan rencana strategi bisnis (RSB),

    penyusunan rencana bisnis dan anggaran (RAB), dan penyiapan

    dokumen penyusunan rencana kerja dan anggaran (RKA).

    b. Melaksanakan urusan pengadaan, pemeliharaan dan penatausahaan

    barang milik negara.

    9. Kepala Bagian Sumber Daya Manusia (SDM)

    a. Melaksanakan penyelengaraan perekrutan, pengembangan dan

    peningkatan kompetensi pegawai.

    b. Melaksanakan penyelengaraan administrasi kepegawain dan

    penyelengaraan statistik kepegawaian.

    c. Melaksanakan penyelengaraan urusan kesejahteraan pegawaian dan

    urusan pembayaran remunerasi dan uang lembur pegawai.

    10. Staf Sumber Daya Manusia

    Rincian tugas:

    a. Membantu melaksanakan penyelengaraan perekrutan, pengembangan

    dan peningkatan kepegawaian.

  • b. Membantu melaksanakan penyelengaraan administrasi, statistik, dan

    urusan kesejahteraan pegawai.

    c. Membantu melaksanakan penyelengaraan urusan pembayaran

    remunerasi dan uang lembur pegawai.

    d. Membantu menyusun dan mengembangkan struktur kepegawaian.

    3.1.3 Kegiatan Organisasi

    Sesuai dengan keputusan Menteri Keuangan KEP-292/MK.5/2006 tanggal 28

    Desember 2006 tentang Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) ditetapkan sebagai Instansi

    Pemerintahan yang menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan

    Umum (PPK-BLU). Dengan kegiatan usahanya sebagai berikut:

    1. Melaksanakan pemberian pinjaman kepada Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah dengan atau tanpa lembaga perantara.

    2. Melakasanakan pemberian bentuk pembiayaan lainnya bagi Koperasi Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah sesusai dengan kebutuhannya.

    Dengan dibentuknya Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM) maka diharapkan pengelolaan

    dana bergulir dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya untuk mencapai tujuan

    dan menghasilkan manfaat yang berkelanjutan atas penyaluran dana bergulir

    kepada Koperasi dan Usaha Mikro Kecil dan Menengah.

  • 3.2 Hasil Penelitian

    3.2.1 Perhitungan PPh Pasal 21 Atas Karyawan

    Dalam perhitungan PPh pasal 21 ini, dari populasi 294 penulis hanya

    mengambil 56 sampel untuk dijadikan perhitungan dikarenkan penulis hanya

    mendapatkan data pegawai dari istansi di bagian penulis melakukan prakterk kerja

    lapangan (PKL) dan riset. Berikut rekap perhitungan PPh pasal 21 atas gaji

    karyawan di LPDB-KUMKM masa Desember 2016:

  • 33

    Tabel III.1

    Rekap Gaji Pegawai LPDB-KUMKM Masa Desember 2016

    NO NAMA JABATAN STATUS

    PENG.

    SETAHUN

    POTONGAN

    JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN

    (12) (18)

    1 Dewas

    1

    Dewan

    Pengawas

    150.098.000 - - - - 150.098.000 - 150.098.000 17.514.700

    2 Dewas

    2

    Dewan

    Pengawas

    62.543.000 - - - - 62.543.000 - 62.543.000 4.381.450

    3 Mr. 3 Pejabat

    Pengelola

    K/2 414.626.000 6.000.000 8.380.010 4.800.000 19.180.010 395.445.990 67.500.000 327.945.000 51.986.250

    4 Mr. 10 Kepala Divisi K/3 243.580.000 6.000.000 5.042.330 3.600.000 14.642.330 228.937.670 72.000.000 156.937.000 18.540.550

    5 Mr. 11 Kepala Divisi TK/0 237.434.000 6.000.000 4.883.450 12.000.000 22.883.450 214.550.550 54.000.000 160.550.000 19.082.500

    6 Mr. 21 Kepala Bagian K/2 141.688.000 6.000.000 3.188.810 600.000 9.788.810 131.899.190 67.500.000 64.399.000 4.659.850

    7 Mr. 22 Kepala Bagian K/2 140.815.000 6.000.000 2.572.680 8.250.000 16.822.680 123.992.320 67.500.000 56.492.000 3.473.800

    8 Mr. 29 Kepala Bagian K/1 152.007.000 6.000.000 3.373.610 1.200.000 10.573.610 141.433.390 63.000.000 78.433.000 6.764.950

    9 Mr. 58 Kepala Bagian TK/0 125.933.000 6.000.000 2.885.287 600.000 9.485.287 116.447.713 54.000.000 62.447.000 4.367.050

    10 Mr. 60 Staf K/2 101.152.000 5.057.600 2.402.280 3.600.000 11.059.880 90.092.120 67.500.000 22.592.000 1.129.600

    11 Mr. 62 Staf TK/0 103.339.000 5.166.950 2.402.280 1.200.000 8.769.230 94.569.770 54.000.000 40.569.000 2.028.450

    12 Mr. 69 Staf TK/0 104.637.000 5.231.850 2.402.280 600.000 8.234.130 96.402.870 54.000.000 42.402.000 2.120.100

    13 Mr. 71 Staf TK/0 103.409.000 5.170.450 2.402.280 1.950.000 9.522.730 93.886.270 54.000.000 39.886.000 1.994.300

    14 Mr. 80 Staf TK/0 103.561.000 5.178.050 2.402.280 2.400.000 9.980.330 93.580.670 54.000.000 39.580.000 1.979.000

    15 Mr. 82 Staf TK/0 105.317.000 5.265.850 2.436.780 1.800.000 9.502.630 95.814.370 54.000.000 41.814.000 2.090.700

  • NO NAMA JABATAN STATUS PENG.

    SETAHUN

    POTONGAN

    JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN

    (12) (18)

    16 Mr. 89 Staf K/1 102.479.000 5.123.950 2.402.280 600.000 8.126.230 94.352.770 63.000.000 31.352.000 1.567.600

    17 Mr. 93 Staf K/1 103.659.000 5.182.950 2.436.780 600.000 8.219.730 95.439.270 63.000.000 32.439.000 1.621.950

    18 Mr. 100 Staf K/1 102.324.000 5.116.200 2.402.280 600.000 8.118.480 94.205.520 63.000.000 31.205.000 1.560.250

    19 Mr. 109 Staf K/2 105.493.000 5.274.650 2.485.080 3.000.000 10.759.730 94.733.270 67.500.000 27.233.000 1.361.650

    20 Mr. 111 Staf K/1 103.251.000 5.162.550 2.402.280 600.000 8.164.830 95.086.170 63.000.000 32.086.000 1.604.300

    21 Mr. 120 Staf K/0 102.919.000 5.145.950 2.402.280 600.000 8.148.230 94.770.770 58.500.000 36.270.000 1.813.500

    22 Mr. 129 Staf TK/0 105.803.000 5.290.150 2.402.280 600.000 8.292.430 97.510.570 54.000.000 43.510.000 2.175.500

    23 Mr. 131 Staf K/1 105.048.000 5.252.400 2.476.530 2.400.000 10.128.930 94.919.070 63.000.000 31.919.000 1.595.950

    24 Mr. 133 Staf TK/0 105.741.000 5.287.050 2.485.080 1.200.000 8.972.130 96.768.870 54.000.000 42.768.000 2.138.400

    25 Mr. 140 Staf K/0 107.283.000 5.364.150 2.485.080 600.000 8.449.230 98.833.770 58.500.000 40.333.000 2.016.650

    26 Mr. 142 Staf TK/0 104.798.000 5.239.900 2.402.280 600.000 8.242.180 96.555.820 54.000.000 42.555.000 2.127.750

    27 Mr. 149 Staf K/2 105.551.000 5.277.550 2.485.080 600.000 8.362.630 97.188.370 67.500.000 29.688.000 1.484.400

    28 Mr. 151 Staf K/2 103.985.000 5.199.250 2.442.330 600.000 8.241.580 95.743.420 67.500.000 28.243.000 1.412.150

    29 Mr. 153 Staf K/0 101.387.000 5.069.350 2.318.280 1.200.000 8.587.630 92.799.370 58.500.000 34.299.000 1.714.950

    30 Mr. 160 Staf TK/0 103.794.000 5.189.700 2.399.580 1.200.000 8.789.280 95.004.720 54.000.000 41.004.000 2.050.200

    31 Mr. 162 Staf K/0 104.385.000 5.219.250 2.425.230 1.200.000 8.844.480 95.540.520 58.500.000 37.040.000 1.852.000

    32 Mr. 169 Staf K/0 100.121.000 5.006.050 2.328.780 600.000 7.934.830 92.186.170 58.500.000 33.686.000 1.684.300

    33 Mr. 171 Staf TK/0 103.863.000 5.193.150 2.425.230 1.200.000 8.818.380 95.044.620 54.000.000 41.044.000 2.052.200

    34 Mr. 173 Staf TK/0 102.927.000 5.146.350 2.425.230 1.800.000 9.371.580 93.555.420 54.000.000 39.555.000 1.977.750

    35 Mr. 180 Staf TK/0 99.913.000 4.995.650 2.276.280 1.200.000 8.471.930 91.441.070 54.000.000 37.441.000 1.872.050

    36 Mr. 182 Staf K/1 101.961.000 5.098.050 2.328.780 2.400.000 9.826.830 92.134.170 63.000.000 29.134.000 1.456.700

    37 Mr. 189 Staf K/1 100.411.000 5.020.550 2.328.780 1.200.000 8.549.330 91.861.670 63.000.000 28.861.000 1.443.050

  • NO NAMA JABATAN STATUS PENG.

    SETAHUN

    POTONGAN

    JUMLAH NETTO PTKP PKP PPh 21 By.JABATAN JAMSOSTEK PENSIUN

    (12) (18)

    38 Mr. 193 Staf K/2 103.607.000 5.180.350 2.391.780 600.000 8.172.130 95.434.870 67.500.000 27.934.000 1.396.700

    39 Mr. 200 Staf K/1 99.369.000 4.968.450 2.256.840 1.200.000 8.425.290 90.943.710 63.000.000 27.943.000 1.397.150

    40 Mr. 209 Staf TK/0 92.754.000 4.637.700 2.176.380 600.000 7.414.080 85.339.920 54.000.000 31.339.000 1.566.950

    41 Mr. 211 Staf K/0 95.157.000 4.757.850 2.131.410 600.000 7.489.260 87.667.740 58.500.000 29.167.000 1.458.350

    42 Mr. 220 Staf TK/0 84.197.000 4.209.850 1.906.500 4.250.000 10.366.350 73.830.650 54.000.000 19.830.000 991.500

    43 Mr. 222 Staf TK/0 89.004.000 4.450.200 1.995.540 1.200.000 7.645.740 81.358.260 54.000.000 27.358.000 1.367.900

    44 Mr. 229 Staf K/0 85.139.000 4.256.950 1.906.500 600.000 6.763.450 78.375.550 58.500.000 19.875.000 993.750

    45 Mr. 231 Staf K/0 86.263.000 4.313.150 1.906.500 600.000 6.819.650 79.443.350 58.500.000 20.943.000 1.047.150

    46 Mr. 240 Staf TK/0 34.859.000 1.742.950 760.830 200.000 2.703.780 32.155.220 54.000.000 - -

    47 Mr. 242 Staf K/1 34.957.000 1.747.850 760.830 200.000 2.708.680 32.248.320 63.000.000 - -

    48 Mr. 249 Staf TK/0 35.581.000 1.779.050 760.830 200.000 2.739.880 32.841.120 54.000.000 - -

    49 Mr. 251 Staf TK/0 35.113.000 1.755.650 760.830 200.000 2.716.480 32.396.520 54.000.000 - -

    50 Mr. 260 Staf K/2 67.348.000 3.367.400 1.402.920 1.200.000 5.970.320 61.377.680 67.500.000 - -

    51 Mr. 262 Staf TK/0 66.980.000 3.349.000 1.402.920 600.000 5.351.920 61.628.080 54.000.000 7.628.000 381.400

    52 Mr. 269 Staf TK/0 66.860.000 3.343.000 1.402.920 1.200.000 5.945.920 60.914.080 54.000.000 6.914.000 345.700

    53 Mr. 271 Staf TK/0 67.580.000 3.379.000 1.402.920 1.200.000 5.981.920 61.598.080 54.000.000 7.598.000 379.900

    54 Mr. 280 Staf K/0 67.428.000 3.371.400 1.402.920 600.000 5.374.320 62.053.680 58.500.000 3.553.000 177.650

    55 Mr. 282 Staf TK/0 66.182.000 3.309.100 1.402.920 600.000 5.312.020 60.869.980 54.000.000 6.869.000 343.450

    56 454 Staf K/1 104.815.000 5.240.750 2.402.280 1.800.000 9.443.030 95.371.970 63.000.000 32.371.000 1.618.550

    JUMLAH 194.182.600

    Sumber: LPDB-KUMKM (data diolah)

  • Untuk menghitung PPh 21 terhutang atas gaji pegawai tetap maka dihitung

    menggunakan ketentuan perhitungan seperti yang terdapat dalam undang-undang

    No.36 Tahun 2008 yaitu:

    Penghasilan bruto – Pengurang = Neto

    Neto disetahunkan – PTKP = PKP

    PKP x tarif pajak = PPh 21 terhutang

    PPh 21 terhutang : 12 = PPh 21 sebulan

    Sedangkan untuk perhitungan dewan pengawas menggunakan rumus:

    Akumulasi Penghasilan Bruto x tarif pasal 17 ayat (1)

    Berikut penulis tampilkan beberapa perhitungan PPh 21 atas gaji karyawan di

    LPDB-KUMKM dari data yang ada dan berdasar rumus yang ada:

    1. Perhitungan PPh 21 atas gaji dewan pengawas

    Dewas 1 penghasilan setahun sebesar Rp.150.098.000 tidak dikenai biaya

    jabatan dan juga tidak dikenai PTKP, maka PPh 21 yang dipotong sebesar:

    Akumulasi penghasilan bruto x tariff pajak

    Rp.100.098.000 x 15% = Rp.15.014.700

    Rp.50.000.000 x 5% = Rp.2.500.000

    Rp.17.514.700

    2. Perhitungan PPh 21 atas gaji pegawai tetap

    Mr.89 salah satu karyawan di LPDB-KUMKM berpenghasilan setahun

    sebesar Rp.102.402.000, jamsostek sebesar Rp.2.402.280 sedangkan iuran

    pensiun sebesar Rp.600.000. Mr.89 berstatus K/1 maka PPh 21 yang

    dipotong sebesar:

    Penghasilan bruto Rp.102.402.000

    Pengurang

    By jabatan Rp.5.123.950

    Iuran pensiun Rp.600.000

    Jamsostek Rp.2.402.280

  • Jumlah pengurang Rp.8.126.230

    Penghasilan neto Rp.94.352.770

    Penghasilan neto setahun Rp.95.352.770

    PTKP K/1 Rp.63.000.000

    PKP Rp.31.352.000

    PPh 21 terhutang

    Rp.31.352.000 x 5% Rp.1.567.600

    3.2.2 Pemotongan dan pemungutan PPh Pasal 21 Terhutang di Lembaga

    Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah

    (LPDB-KUMKM)

    Berdasar data yang didapat penulis dari hasil wawancara yang di lakukan oleh

    penulis dengan Bapak Wahyu bagian Sumber Daya Manusia selaku Bendahara

    yang ditunjuk langsung untuk mengurus PPh pasal 21 atas gaji karyawan,

    mekanisme pemotongan dan pemungutan PPh pasal 21 terhutang di Lembaga

    Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-

    KUMKM) sama seperti biasanya yaitu di mulai pada saat pembayaran gaji dan

    dimulai dari tahap memotong/memungut, selanjutnya akan dihitung besarnya PPh

    pasal 21 yang terhutang selanjutnya PPh pasal 21 terhutang akan di bayarkan dan

    di laporkan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama tempat wajib pajak

    terdaftar.

    a. Pemotongan/pemugutan: untuk pemotongan/pemungutan PPh pasal 21

    terhutang pihak yang bertanggung jawab adalah pemberi kerja selaku

    Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan

    Menengah (LPDB-KUMK).

  • b. Perhitungan: untuk perhitungan PPh pasal 21 terhutang pihak yang

    bertanggung jawab adalah bendaharawan yang ditunjuk langsung LPDB-

    KUMKM.

    c. Pembayaran: untuk masalah pembayaran akan di lakukan oleh pemberi

    kerja namun dalam hal ini akan di bayarkan ke Bank oleh bendaharawan

    yang bertugas.

    d. Pelaporan: dalam hal pelaporan pihak yang melaporkan adalah pemberi

    kerja.

    Setelah pemberi kerja yaitu LPDB-KUMKM melakukan pemungutan dan

    pemotongan atas gaji karyawan maka sebagai bukti telah di potongnya PPh pasal

    21 terhutang akan diserahkan bukti potong kepada karyawan yaitu berupa bukti

    potong formulir 1721-A1. Berikut penulis lampirkan bukti potong dan

    perhitungan PPh 21 terhutang.

    Perhitungan PPh pasal 21 terhutang pegawai tetap masa Desember 2016:

    1. Mr.454 adalah salah satu pegawai tetap dengan status K/1 yang bekerja di

    Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah dengan penghasilan setahun sebesar Rp.104.815.000, LPDB-

    KUMKM mengikuti iuran jamsostek dimana tiap pegawai akan dipotong 2%

    dari penghasilan bruto untuk jaminan hari tua, dan 1% dari penghasilan bruto

    untuk jaminan pensiun,dan untuk dana pensiun sendiri akan dipotong sebesar

    Rp.150.000 setiap bulannya. Maka perhitungan PPh pasal 21 adalah:

    Penghasilan bruto Rp.104.815,000

    Pengurang

    Biaya jabatan ( x 5%) Rp.5.240.750

  • Iuran pensiun Rp.1.800.000

    JHT/THT Rp.2.402.280

    jumlah pengurang Rp.9.443.030

    Penghasilan neto Rp.95.371.970

    Penghasilan neto setahun Rp.95.371.970

    PTKP K/1 Rp.63.000.000

    Penghasilan Kena Pajak Rp.32.371.000

    PPh 21 setahun

    Rp.32.371.000 x 5% Rp.1.618.550

    Jadi untuk PPh pasal 21 terhutang masa desember yang dipotong sebesar:

    Rp.1.618.550. dan sebagai buktinya akan diberikan bukti potong.

    Berikut bukti potong formulir 1721-A1 PPh 21 terhutang :

  • Sumber: internal perusahaan

    Gambar III.3

    Bukti Potong PPh 21 Formulir 1721-A1

  • 3.2.3 Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Atas Gaji Karyawan di LPDB-

    KUMKM

    Penyetoran dan pelaporan PPh pasal 21 atas gaji karyawan terhutang di

    LPDB-KUMKM di mulai pada saat penerimaan gaji. Bendaharawan yang

    bersangkutan mulai menghitung PPh pasal 21 terhutang tiap pegawai. Setelah

    nilai PPh pasal 21 yang terhutang dipotong maka, bendaharawan sebagai

    pemotong pajak wajib untuk melakukan penyetoran PPh pasal 21 atas gaji

    karyawan di Bank tempat pemotong menyetorkan PPh pasal 21 terhutang.

    Tanggal penyetoran PPh pasal 21 terhutang variatif, namun maksimalnya tanggal

    10 dan sudah menggunakan e-billing. Dan untuk pelaporan PPh pasal 21

    terhutang atas gaji karyawan menggunakan SPT masa PPh pasal 21 namun, untuk

    saat ini di LPDB-KUMKM sudah menggunakan e-SPT dalam hal pelaporan PPh

    pasal 21 yang terhutang. Tanggal pelaporannya paling lambat tanggal 20 bulan

    berikutnya. Dan jika ada kelebihan pembayaran pajak karena perhitungan sudah

    menggunakan PTKP terbaru maka untuk kelebihan pembayaran akan

    dikompensasikan kebulan berikutnya. Dan sebagai bukti pemotongan kepada

    pegawai yang bersangkutan pihak LPDB-KUMKM memberikan Bukti Potong

    berupa formulir 1721-A1. Berikut penulis melampirkan SPT 1721 dan SSP

    sebagai bukti pelaporan dan penyetoran PPh 21 terhutang atas gaji karyawan di

    LPDB-KUMKM:

  • Sumber: internal perusahaan

    Gambar III.4

    SPT PPh 21 Masa Desember

  • Sumber: internal perusahaan

    Gambar III.5

    SSP Masa Desember

  • Untuk menggambarkan apakah Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi

    Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah melakukan pelaporan dan penyetoran

    PPh pasal 21 atas gaji karyawan maka penulis akan menyajikan tabel pembayaran

    dan pelaporan PPh pasal 21.

    Tabel II.6

    Pelaporan dan Penyetoran PPh Pasal 21

    Tahun pajak Tanggal pelaporan

    Tanggal penyetoran

    2016

    03-01-2017

    03-01-2017

    Sumber: Internal Perusahaan

    3.2.4 Kendala Yang Dihadapi Selama Proses Pemotongan, Pemungutan,

    Pelaporan dan Penyetoran PPh Pasal 21 di LPDB-KUMKM

    Kendala yang dihadapi pemotong saat penerapan PPh pasal 21 ini ada

    beberapa hal yang menjadi kendala, berikut penulis akan menguraikannya

    berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak Wahyu selaku bendaharawan yang

    bertugas langsung untuk mengurus PPh pasal 21 ini:

    1. Di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah masih menggunakan semi otomatis dimana menggunakan

    Microsoft Office Excel, jadi masih ada potensi kesalahan Human Eror.

    2. Pegawai yang ada di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha

    Mikro Kecil dan Menengah jarang untuk melakukan Update data pegawai

  • sehingga ada pegawai yang kemungkinan sudah mempunyai anak tetapi

    tidak di laporkan maka pemotong tetap menggunakan PTKP yang lama

    walaupun PTKP telah berubah, karena pemotong tetap base on data jadi

    tidak bisa diperbaharui tanpa ada data-data yang ada.

    3. Di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan

    Menengah untuk masalah pajak sifatnya belum terpusat pada satu tempat

    atau bagian, jadi seperti misalnya di bagian Sumber Daya Manusia (SDM)

    hanya mengurus masalah pajak yang berkaitan dengan PPh pasal 21 atas

    gaji pegawai, untuk bagian Keuangan akan mengurus masalah pajak yang

    bersangkutan dengan PPh pasal 22, PPh pasal 23 dan PPh pasal 4 ayat (2).

    Jadi untuk pelaporannya tidak diterima oleh bagian Sumber Daya Manusia

    (SDM), jadi yang di laporkan hanya PPh pasal 21 atas gaji pegawai yang

    di potong oleh bagian SDM. Untuk pemotongan sudah sesuai aturan yang

    berlaku namun untuk pelaporannya masih salah hanya PPh pasal 21 yang

    sesuai.

  • 72

    BAB IV

    PENUTUP

    4.1. Kesimpulan

    Berdasarkan analisa dan pembahasan mengenai penerapan PPh pasal 21

    atas gaji karyawan di Lembaga Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil dan Menengah pada bab terakhir ini maka, penulis mengambil beberapa

    kesimpulan dari pembahasan ini yang akan di sajikan dalam beberapa poin

    berikut:

    1. Untuk penerapan pemotongan dan perhitungan PPh pasal 21 atas gaji

    karyawan di Lembaga Pengelola Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro

    Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM) di dapat dengan Undang-Undang

    No. 36 Tahun 2008 dimana besarnya PPh 21 di dapat dari penghasilan

    bruto dikurangi pengurang dan selanjutnya jumlah PKP akan dikurang

    dengan tarif pajak. Dan untuk nominal atau besarnya PPh pasal 21 di

    LPDB-KUMKM yang di potong hasilnya sama dengan perhitungan yang

    di lakukan oleh penulis berdasar pada Undang-Undang yang berlaku.

    2. Untuk masalah pemungutan PPh pasal 21 atas gaji karyawan di Lembaga

    Pengelolah Dana Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah

    (LPDB-KUMKM), caranya dengan memotong gaji tiap karyawan untuk

    dimasukan ke kas Negara dan tiap karyawan yang sudah dipungut PPh 21

    akan diberikan bukti potong berupa Formulir 1721-A1.

    3. Untuk masalah penyetoran dan pelaporan di Lembaga Pengelolah Dana

    Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil dan Menengah (LPDB-KUMKM)

  • yaitu penyetorannya menggunakan SSP sejumlah satu rangkap yang

    disetorkan setiap tanggal 10 bulan berikutnya. Dan untuk pelaporan PPh

    21 menggunakan Formulir 1721 yang dilaporkan paling lambat tanggal 20

    bulan berikutnya.

    4.2. Saran

    Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang diperoleh penulis maka, ada

    beberapa saran dan masukan yang penulis berikan mengenai kendala penerapan

    PPh pasal 21 atas gaji karyawan yang berlaku di Lembaga Pengelolah Dana

    Bergulir Koperasi Usaha Mikro Kecil Dan Menengah (LPDB-KUMKM).

    1. Perhitungan menggunakan Microsoft office excel dapat menimbulkan

    kesalahan perhitungan sehingga sebaiknya pihak LPDB-KUMKM

    mengikuti peraturan terbaru dan menggunakan aplikasi yang disediakan

    Direktorat Jendral Pajak untuk mencegah adanya kesalahan perhitungan.

    2. Sebaiknya dari pihak pemberi kerja yaitu LPDB-KUMKM membuat suatu

    peraturan yang mengharuskan semua pegawai melakukan update data

    pegawai sehingga tidak ada masalah kurang bayar pada PPh pasal 21 yang