TUGAS AKHIR

38
PERENCANAAN PENDIDIKAN PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU DI ERA GLOBALISASI Oleh: Tri Astuti 1102409033 KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

Transcript of TUGAS AKHIR

Page 1: TUGAS AKHIR

PERENCANAAN PENDIDIKAN

PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU

DI ERA GLOBALISASI

Oleh:

Tri Astuti 1102409033

KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2011

Page 2: TUGAS AKHIR

BAB I

PENDAHULUAN

Sekolah merupakan institusi yang kompleks (Bafadal, 2004), bahkan paling kompleks di

antara seluruh institusi sosial. Kompleksitas tersebut tidak saja dari masukannya yang bervariasi,

melainkan dari proses pembelajarannya yang diselenggarakan di dalamnya. Sebagai institusi

yang kompleks, sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses

peningkatan tertentu.

Dalam rangka meningkatkan mutu berbasis sekolah (MBS) diperlukan guru baik secara

individual maupun secara kolaboratif untuk melakukan sesuatu, mengubah “status quo” agar

pendidikan dan pengajaran menjadi lebih berkualitas (Mulyasa, 2006). Sebenarnya, menuju

pendidikan yang berkualitas tidak bergantung pada satu komponen misalnya guru, melainkan

sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen seperti program pembelajaran, siswa,

sarana dan prasrana, dana, lingkungan masyarakat, pimpinan sekolah, dan lainnya. Namun,

semua komponen tersebut tidak akan berguna bagi terjadinya perolehan pengalaman belajar

maksimal bagi siswa jika tidak didukung oleh keberadaan guru yang profesional. Semua

komponen dalam proses pembelajaran (meteri, media, sarana dan prasrana, dan dana) tidak akan

memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi

peningkatan mutu proses dan hasil belajar tanpa didukung oleh guru yang secara kontinu

berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap terunggul

dalam tugasnya sebagai pendidik.

Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan

(Imron, 1995). Lebih-lebih guru yang unggul (the excellent teacher) merupakan critical resource

in any excellent teaching learning acivities. A school system is only as good as the people make

it. Oleh karena itu, dalam membangun pembelajaran berkulaitas di sekolah, guru profesional

mutlak diperlukan. Bila kita disuruh memilih satu di antara dua pilihan, sarana yang lengkap atau

guru yang profesional, maka posisi tawar guru lebih tinggi daripada sarana. Lebih-lebih di dalam

era global, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat yang

didukung oleh berkembang pesatnya teknologi informasi, guru profesional sangat diperlukan

untuk mengikuti perkembangan IPTEK yang pesat, mendidik anak agar dapat memanfaatkan

Page 3: TUGAS AKHIR

kemajuan tersebut, dan sekaligus dapat meminimalisasi dampak dari global yang

ditimbulkannya.

Globalisasi dapat dipandang sebagai menyempitnya dunia dan intensifikasi kesadaran

bahwa dunia sebagai suatu keseluruhan (Suparno, 2002). Dengan ditandai perkembangan yang

pesat di bidang teknologi informasi dalam era global sekarang ini, batas-batas antarnegara

menjadi sangat tidak jelas lagi. Dalam pengertian ini, persoalan yang menyangkut pendidikan

merupakan masalah global yang tidak dapat dibatasi lagi oleh adanya batas geografis.

Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan adanya saling

ketergantungan antarnegara dan antarbangsa. Oleh karena itu, semua negara akan terbuka pula

terhadap pengaruh global tersebut termasuk di dalamnya adalah tatanan nilai yang dianut suatu

bangsa. Salah satu implikasi pada tata nilai adalah global samakin membuka lebar hadirnya nilai

materialisme, konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan, narkoba yang dapat merusak

moral bangsa khususnya generasi muda. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi

informasi, nilai-nilai yang melekat itu sangat tidak mungin untuk dibendung. Permasalahannya

sekarang bukan cara membendung pengaruh buruk global, melainkan bagaimana cara

manfaatkan global untuk memajukan berbagai aspek kehidupan kehususnya di bidang

pendidikan dengan tetap memperhatikan pengembangan martabat manusia Indonesia dalam

kerangka pandangan bangsa lain di dunia internasional.

Perkembangan teknologi informasi pada era global telah memfungsikan dirinya sebagai

penyedia informasi yang luas. Dengan demikian, ada banyak sumber informasi (sumber belajar)

bagi para siswa. Sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya tempat untuk belajar (menemukan

pengetahuan). Oleh karena itu, pendidikan di sekolah harus diselaraskan dengan berupaya

sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat menjadi dasar bagi siswa untuk mengembangkan diri di

luar sekolah. Pendidikan di sekolah harus berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa untuk

dapat menentukan diri yang mampu membuat banyak pilihan serta mampu membuat keputusan

terbaik yang selaras dengan pengembangannya sebagai manusia yang utuh.

Pemanfatan informasi dari internet maupun media masa memerlukan arahan,

perencanaan, pengkajian, evaluasi, dan refleksi oleh guru yang profesional, sehingga peran guru

lebih sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan cara ini, informasi yang tersaji dapat secara

maksimal digunakan dalam konteks belajar.

Page 4: TUGAS AKHIR

Dari uraian di atas, tampak bahwa peranan guru yang profesional sangat dibutuhkan

untuk mengarahkan, merencanakan, mengkaji, menilai berbagai informasi sehingga dapat

bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan di era global.

Page 5: TUGAS AKHIR

BAB II

KAJIAN TEORITIK

I. Konsep Perencanaan Pendidikan

Bagi setiap pendidik, baik yang berstatus sebagai kepala sekolah maupun sebagai guru

mata pelajaran dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar tentang perencanaan pendidikan,

pendekatan dalam perencanaan pendidikan dan beragam model perencanaan pendidikan.

Kualitas pemahaman kepala sekolah terhadap ketiga konsep tersebut akan berpengaruh positif

terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan di setiap satuan pendidikan. Demikian juga bagi

guru, kualitas pemahaman terhadap ketiga konsep tersebut akan mendukung pelaksanaan empat

kompetensi professional guru dalam proses layanan pendidikan kepada peserta didik.

Konsep Tentang Perencanaan Pendidikan

Ada tujuh konsep penting yang perlu dipahami, dalam mengawali kajian atau

pembahasan tentang konsep perencanan pendidikan, antara lain: (1) pengertian perencanaan

pendidikan; (2) tujuan perencanaan pendidikan; (3) manfaat perencanaan pendidikan; (4) ruang

lingkup perencanaan pendidikan; (5) karakteristik perencanaan pendidikan; (6) prinsip-prinsip

perencanaan pendidikan; dan (7) proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan.

Berikut ini akan dijelaskan secara singkat ketujuh konsep tersebut di atas.

I.1 Pengertian perencanaan pendidikan

Pengertian perencanaan, dan pengertian perencanaan pendidikan. Ada beragam

pengertian perencanaan yang telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut: (1) Bintoro

Tjokroaminoto, perencanaan adalah ‘proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis

yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Prajudi Atmosudirdjo, perencanaan

adalah ‘perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai

tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana dan bagaimana cara melakukannya; (3)

Handoko, perencanaan adalah meliputi: (a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi;

dan (b) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan

standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; (4) Husaini Usman, perencanaan adalah

kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan; (5) Coombs,

perencanaan pendidikan adalah ‘suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses

Page 6: TUGAS AKHIR

perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai

dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya; dan (6) Sa’ud dan Makmun,

perencanaan pendidikan adalah ‘suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal menentukan

kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan memprioritaskan kenyataan yang ada dalam

bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan pesera

didik yang dilayani oleh sistem tersebut (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007; Usman, H. 2008).

Dari beberapa definisi tentang perencanaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep

yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan adalah: (1) suatu rumusan rancangan

kegiatan yang ditetapkan berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan; (2) memuat langkah atau

prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan; (3) merupakan alat kontrol

pengendalian perilaku warga satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite

sekolah); (4) memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada

peserta didik; dan (5) menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan

pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.

I. 2 Tujuan Perencanaan Pendidikan

Tujuan perencanaan pendidikan. Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan suatu

perencanaan pendidikan, antara lain: (1) untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana

pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota

organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun; (2) untuk

mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses

penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan; (3) untuk mengetahui siapa saja yang terlibat

(struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek

kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik; (4) untuk

mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis

termasuk biaya dan kualitas pekerjaan; (5) untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan

yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses

layanan pendidikan; (6) untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus

(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan; (7)

untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan

Page 7: TUGAS AKHIR

sebagai ‘suatu sistem’; (8) untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan

kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan; dan (9) untuk mengarahkan proses pencapaikan

tujuan pendidikan (Dahana, OP and Bhatnagar, OP. 1980; Banghart, F.W and Trull, A. 1990;

Sagala, S. 2009).

I. 3 Manfaat Perencanaan Pendidikan

Manfaat perencanaan pendidikan. Menurut para ahli, ada beberapa manfaat dari suatu

perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi kehidupan kelembagaan, antara lain: (1)

dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas atau pekerjaan

pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan; (2) dapat dijadikan sebagai media

pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik bagi

upaya pencapaian tujuan pendidikan; (3) dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas

kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan

pendidikan; (4) dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya

organisasi atau lembaga pendidikan; (5) dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga

sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan sosial-

budaya; (6) dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi

dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan

kualitas layanan pendidikan; (7) dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan

yang tidak efisien atau tidak pasti; dan (8) dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi

pencapaian tujuan proses layanan pendidikan (Depdiknas. 1997; Soenarya, E. 2000; Depdiknas,

2001).

I.4 Ruang lingkup perencanaan pendidikan

Ruang lingkup perencanaan pendidikan mempunyai jangkauan yang cukup luas, dan  dapat

ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:

1. Ditinjau dari aspek spasialnya, yaitu perencanaan pendidikan yang memiliki karakter

yang terkait dengan ruang, tempat atau batasan wilayah. 

2. Dintinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya, dapat dibagi menjadi: (1)

perencanaan pendidikan terpadu (integrated educational planning), yaitu perencanaan

pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait dengan proses pembangunan

Page 8: TUGAS AKHIR

pendidikan yang esensial (mendasar), dalam koridor perencanaan pembangunan

nasional, dalam hal ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan atau keterkaitan

secara sistemik dengan perencanaan pembangunan bidang ekonomi, politik, hukum

dan sebagainya; (2) perencanaan pendidikan komprehensif (comprehension

educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang disusun secara sistematik,

rasional, objektif yang menyangkut keseluruhan konsep penting dalam layanan

pendidikan, sehingga perencanaan itu memberikan suatu pemahaman yang lengkap

atau sempurna tentang ‘apa’ dan ‘bagaimana’ memberikan layanan pendidikan yang

berkualitas; (3) perencanaan pendidikan strategik (strategic educational planning),

yaitu perencanaan pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan untuk

menjawab persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia

pendidikan, misalnya, persoalan yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah

masalah ‘tranformasi teknologi’, atau masalah ‘rendahnya kualitas guru’, atau masalah

‘keterkaitan antara dunia usaha dengan output lulusan’, dan sebagainya. Jadi,

perencanaan ini menyangkut beragam strategi untuk menghadapi persoalan yang

muncul

3. Ditinjau dari aspek waktunya. Perencanaan pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis,

yaitu: (1) perencanaan pendidikan jangka panjang (long term educational planning),

(2) perencanaan pendidikan jangka menengah (medium term educational planning), (2)

perencanaan pendidikan jangka menengah (medium term educational planning),

4. Ditinjau dari aspek tingkatan teknis perencanaan. Perencanaan ini dibedakan menjadi:

(1) perencanaan pendidikan makro dan micro

5. Ditinjau dari aspek jenis perencanaan. Perencanaan pendidikan ini dibedakan menjadi:

(1)   perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational planning), (2)

perencanaan pendidikan dari bawah ke atas (bottom up  educational planning), (3)

perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping (diagonal educational planning

(4) perencanaan pendidikan mendatar (horizontal educational planning (5)

perencanaan pendidikan menggelinding (rolling educational planning),  (6)

perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top down and

bottom up  educational planning)

Page 9: TUGAS AKHIR

I. 5. Karakteristik perencanaan pendidikan

Karakteristik perencanaan pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian, tujuan, manfaat,

dan ruang lingkup perencanaan pendidikan tersebut di atas, maka ciri-ciri (karakteristik) suatu

perencanaan pendidikan antara lain, perencanaan pendidikan harus: (1) berorientasi pada visi,

misi kelembagaan yang akan diwujudkan; (2) mempunyai tahapan program jangka waktu

tertentu (jangka pendek, menengah dan panjang) yang akan dicapai secara berkesinambungan;

(3) mengutamakan nilai-nilai manusiawi, kerena pendidikan itu membangun manusia yang

berkualitas, yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya; (4) memberikan kesempatan

untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal; (5) komprehensif dan

sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentasi tetapi menyeluruh, terpadu (integral) dan

disusun secara logis, rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (6)

diorientasikan untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,

yang sanggup mengisi berbagai sektor pembangunan; (7) dikembangkan dengan memperhatikan

keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis; (8)  menggunakan

sumber daya (resources) internal dan eksternal secermat mungkin; (9) berorientasi kepada masa

datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi berbagai

persoalan di masa depan; (10) responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan

bersifat dinamik; dan (11) merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan,

sehingga proses  pembaharuan pendidikan terus berlangsung dengan baik  (Banghart, F.W and

Trull, A. 1990; Tilaar.H.A.R. 1998; Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007)

1. 6. Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan

Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam

penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:

1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam

kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik

harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma

kehidupan yang berlaku di masyarakat.

2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan

atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan

pendidikan kepada peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi

Page 10: TUGAS AKHIR

perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan

kehidupan terkini.

3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan

didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang,

sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan

pendidikan.

4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada

semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam

pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan

masing-masing.

5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis

6. Prinsip kooperatif-komprehensif

7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun

sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya

manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan.

Layanan pendidikan pada peserta didik harus betul-betul mampu membangun individu

yang unggul baik dari aspekintelektual (penguasaan science and technology),

aspek emosional(kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual (keimanan dan

ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul (Dahana,  and Bhatnagar, 1980; Banghart,

F.W and Trull, A. 1990; Langgulung, H., 1992).

I. 7. Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan

Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan. Menurut Banghart and Trull dalam

Sa’ud (2007) ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan

pendidikan, antara lain:

1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau

taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di

setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan

memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya

apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan

yang akan dihadapi.

Page 11: TUGAS AKHIR

2. Tahap formulation of goals and objective

3. Tahap policy and priority setting

4. Tahap program and project formulation,

5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya

(sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila

perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat,

akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.

6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a)

kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan,

dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai

suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan

pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau implementasi program layanan

pendidikan.

7. Tahap evaluation and revision for future plan

I.8 Pendekatan Perencanaan Pendidikan

Salah satu dari pendekatan Perncanaan Pendidikan adalah pendekatan Integrasi, yaitu:

Pendekatan integratif

Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi (terpadu) dianggap

sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga pendekatan di atas.

Pendekatan ini sering disebut dengan ‘pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik’. Diantara

ciri atau karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan  pendidikan yang disusun

berdasarkan pada: (1)  keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu

dan pengembangan sosial (kelompok); (2) keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan

ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik

(bersifat idealis) untuk mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara pertimbangan

ekonomis (untung rugi), dan pertimbangan  layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan

kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya; (4) keterpaduan pemberdayaan

terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya internal maupun sumber daya eksternal; (5)

konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan (pelaksanaan

Page 12: TUGAS AKHIR

program) di setiap satuan pendidikan merupakan ‘suatu sistem’; dan (6)  konsep bahwa kontrol

dan evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak yang

berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada dalam komando

pimpinan atau kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam

proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah: (a)

Kepala sekolah; (b) Guru; (c) Siswa; (d) Komite Sekolah, (e) Pengawas sekolah; dan (f) Dinas

pendidikan (Vebriarto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006)

I.9 Metode pendekatan:

Metode yang di gunakan dalam pembuatan perencanaan pendidikan di profesionalisasi

pendidikan adalah pendekatan Metode analisis sumber-cara-tujuan, Metode analisis masukan-

keluaran, Metode analisis ekonometrik

II. GLOBALISASI

Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal

batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,

kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik

kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia. 

Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Sebab peningkatan SDM,

yang menjadi tugas dan tanggung jawab utama pendidikan, sangat dipengaruhi faktor globalisasi

dan teknologi. Pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan nilai-

nilai sosial harus diperhitungkan dalam penyelenggaran pendidikan, apalagi tanggung jawab

dunia pendidikan untuk mencapai tujuan pokok melahirkan manusia yang berkualitas

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya

arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di

indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem

pendidikan internal sekolah.

Page 13: TUGAS AKHIR

BAB III

PEMBAHASAN

3. 1 Pentingnya Peran Guru Dalam Perencanaan Pendidikan

Dalam perencanaan pendidikan, guru tidak hanya berfungsi sebagai perencana tetapi juga

sebagai pelaksana perencanaan pendidikan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bahkan

sebagai penilai keberhasilan perencanaan yang telah disusun setelah diterapkan dalam proses

kegiatan belajar mengajar. Ketiga peran tersebut tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan

yang lainnya, karena kecakapan guru dalam menyusun dan mengelola pembelajaran sangat

membantu dalam menjalankan tugasnya secra efektif dan efisien.

Guru merupakan pemeran utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru di

sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. Guru adalah

seorang manajer yang mengelola proses pembelajaran, merencanakan, mendesain pembelajaran,

melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas

kecakapan dan prestasi siswa . Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan

merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah.

Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di

kelas maupun efeknya di luar kelas.

3.2 Pengembangan Profesionalisme Guru

Bafadal (2004) mengemukakan guru yang profesional adalah guru yang mampu

mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Menjadikan guru

profesional merupakan suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidak

matangan menjadi matang, dan dari diarahkan orang lain menjadi mengarahkan diri sendiri.

Peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah di era global mempersyaratkan adanya guru yang

memiliki pengetahuan luas, kematangan, keimanan dan ketaqwaan, dan mampu menggerakkan

dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan selalu mengikuti

perkembangan ilmu dan teknologi khususnya teknologi informasi yang ada. Lebih lanjut,

dikemukakan guru akan bekerja secara profesional bilamana guru tersebut memiliki kemampuan

(ability) dan motivasi (motivation) yang tidak terpisahkan. Maksudnya adalah seorang guru akan

bekerja secara profesional bila mana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan

Page 14: TUGAS AKHIR

hati untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seorang guru tidak

akan bekerja secara profesional bila hanya memenuhi salah satu dari dua persyaratan di atas.

Jadi, betapapun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional bila

tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi seseorang

ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugas bilamana tidak didukung oleh

kemampuan.

Sesuai dengan pemikiran di atas, seorang guru dapat dikatakan profesional bila memiliki

kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).

Komitmen lebih luas daripada concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Tingkat

komitmen guru terbentang dari yang paling rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang

memiliki komitmen rendah biasanya kurang perhatian pada siswa, demikian pula waktu dan

tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit.

Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya perhatiannya pada siswa

tinggi, demikian pula waktu yang disediakan untuk meningkatkan pendidikan sangat banyak.

Tingkat abstraksi adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola tugas pembelajaran,

mengklarifikasi masalah-masalah dalam tugas pembelajaran, menentukan alternatif

pemecahannya, dan berupaya untuk mengikuti perkembangan sesuai dengan tuntutan jaman.

Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru di Indonesia adalah

guru yang profesional melakukan pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan tujuh hal,

yaitu (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk

meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki

kualifikasi akademik, profesi, dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4)

memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab

atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai

dengan prestasi kerja sehingga guru menjadi bangga akan profesi yang digelutinya, dan (7)

memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan

belajar sepanjang hayat (long life learning).

Terkait dengan kompetensi, guru diharapkan memiliki 4 kompetensi yaitu: kompetensi

pedagogik, keperibadian, profesional, dan sosial (UU No. 20/2003; PP No. 19/2005).

Page 15: TUGAS AKHIR

3.2.1 Kompetensi Pedagogik.

Guru memiliki kemampuan memahami karakteristik peserta didik yang diwujudkan

dalam kemampuan mengidentifikasi perkembangan peserta didik (kognitif, humanistik, dan

spiritual), potensi khusus anak, ciri-ciri kepribadian anak, dan gaya belajar anak. Pemahaman

akan berbagai dimensi perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh menjadikan guru dapat

menerapkan berbagai strategi pembelajaran dengan tidak semata-mata mengembangkan aspek

intelektual, namun juga memperhatikan dimensi lain untuk membantu siswa menjadi manusia

yang berkembang utuh dan bernilai sesuai dengan potensinya.

Guru yang prefesional adalah guru yang mampu merancang dan menerapkan

pembelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu kependidikan. Oleh karena itu guru harus

mengasai berbagai teori belajar, pendekatan pembelajaran model maupun strategi-strategi

pembelajaran, berbagai metode pembelajaran, dan mampu merancang dan menerapkan

authenthic assessmet (Arnyana, 2006a; 2006b).

Penguasaan strategi pembelajaran menjadi bagian penting bagi guru terutama strategi

pembelajaran yang menekankan siswa aktif mencari pengetahuan secara mandiri dengan

mempertimbangkan kekhasan siswa dengan mempertimbangkan pengetahuan awal. Oleh karena

itu, guru juga memiliki bekal kemampuan untuk mengaktifkan orang lain.

Dengan adanya kemajuan di bidang information and comunication technology (ICT),

guru juga dituntut menguasai dan dapat memanfaatkannya, baik sebagai sarana belajar (untuk

mengikuti perkembangan TIK terbaru maupun strategi pembelajaran terbaru) maupun

merancang pembelajaran berbasis teknologi informasi (khususnya komputer atau e-learning),

dan memanfaatkan teknologi multimedia.

Dengan adanya internet sebagai media komunikasi, guru maupun siswa dapat

memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, yaitu komunikasi antarsiswa maupun guru

dalam berbagai kelompok diskusi yang bernuansa akademik bersama komunitas akademik

berbasis internet di seluruh dunia. Dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan internet untuk

menyajikan informasi kepada siswa dan masyarakat dan siswa dapat menyampaikan hasil

kerjanya kepada guru melalui internet pula.

Menyadari berkembangnya ilmu kependidikan dan dalam meningkatkan kemampuan

guru dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, guru selalu mengembangkan riset dan

Page 16: TUGAS AKHIR

kerjasama atau komunikasi secara terus menerus dengan lembaga-lembaga lain (seperti LPTK)

terutama mengenai riset pembelajaran.

3.2.2 Kompetensi Kepribadian.

Guru yang memiliki kepribadian yang baik adalah guru yang memiliki kepribadian yang

mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, dan berakhlak mulia sehingga menjadi

panutan di masyarakat khususnya masyarakat sekolah. Guru memiliki kepribadian mantap, yang

ditunjukkan dengan kecenderungan bersikap dan bertindak sesuai dengan norma hukum yang

ada, menaati tata tertib serta memiliki komitmen terhadap tugas dan menunjukkan disiplin dalam

menjalankan tugas.

Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dalam menjalankan ajaran

agamanya dengan baik dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran

agama merupakan kepribadian yang perlu dimiliki oleh guru. Ini penting dalam era global karena

pada era ini nilai materialisme, konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan, narkoba yang

merangsang seseorang untuk berbuat jahat dan ini hanya dapat diredam dengan peningkatan

ketaqwaan dan penghayatan serta pelaksanaan ajaran agama yang baik.

Guru menunjukkan rasa bangga sebagai pendidik yang ditunjukkan oleh guru yang

otonom dan profesional. Untuk menjadi guru yang otonom dan profesional diperlukan insentif

yang memadai. Ini telah diadaptasi melalui Undang-Undang Guru dan Dosen (UU No. 14 Tahun

2005).

3.2.3 Kompetensi Profesional.

Guru menguasai bahan ajar secara luas dan cukup mendalam tentang materi yang

menjadi bidangnya. Penguasaan bahan ajar bagi guru sangat penting dan tidak bisa ditawar.

Untuk dapat menguasai bahan dengan baik, guru harus memiliki kebiasaan menelusuri pustaka

dan sumber belajar lain (internet) secara mandiri. Internet dapat dijadikan sumber materi

pelajaran sesuai dengan perkembangan IPTEK terbaru. Penelusuran mengenai perkembangan

ilmu menjadi suatu keharusan.

Dalam eksplorasi melalui intenet, hampir semua informasi dapat diperoleh oleh siapa pun

dan dari mana pun mereka berada. Oleh karena itu, guru memiliki kemampuan untuk mendorong

siswa memanfaatkan internet untuk memperoleh informasi tentang materi pelajaran biologi,

Page 17: TUGAS AKHIR

pengetahuan, hasil penelitian terbaru di bidang biologi, dan berbagai metode pembelajaran

terbaru. Internet dapat pula digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan berbagai ide ke segala

penjuru dunia.

3.2.4 Kompetensi Sosial

Guru yang memiliki kompetensi sosial adalah guru yang memiliki kemampuan

berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, teman sejawat, dan

masyarakat, sehingga dapat diterima oleh kelompok masyarakat mana pun di dalam

lingkungannya.

Untuk melakukan komunikasi yang efektif, diperlukan kemampuan berbahasa yang baik,

tidak saja bahasa Indonesia, juga bahasa dunia, khususnya bahasa Inggris. Kemampuan

berbahasa Inggris merupakan kemampuan berbahasa yang mutlak diperlukan di era global

karena semakin “menyempitnya” dunia yang didukung oleh teknologi informasi dan transportasi

yang sangat canggih memungkinkan terjadinya interaksi antarbangsa di dunia. Di samping itu,

sumber belajar yang tersedia lebih banyak dalam bahasa Inggris. Untuk itu, diperlukan

kemampuan berbahasa Inggris yang baik.

Di samping kompetensi yang harus dikuasai seperti di atas, guru di Indonesia juga

memahami dan menerapkan kode etik guru yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya.

Adapun kode etik guru di Indonesia adalah: (1) guru membimbing anak didik seutuhnya

sehingga menjadi manusia Indonesia yang ber-Pancasila; (2) guru memiliki kejujuran profesional

dalam menerapkan kurikulum yang berlaku; (3) guru selalu mencari informasi tentang anak

didik, namun tidak menyalahgunakannya; (4) guru menciptakan kehidupan sekolah yang

harmonis dan menjalin hubungan baik dengan orang tua murid; (5) guru menjalin hubungan baik

dengan masyarakat; (6) guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama meningkatkan mutu

profesinya; (7) guru menjaga hubungan antar sesama guru; (8) guru meningkatkan mutu

organisasi profesi; dan (9) guru menjalankan segala kebijakan pemerintah dalam bidang

pendidikan.

Mengadaptasi pendapat Trilling and Hood, (1999), Galbreath (1999) mengemukakan

bahwa untuk sukses sebagai tenaga kerja pada abad pengetahuan (abad 21), guru harus memiliki

kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, memahami berbagai budaya, komunikasi,

menguasai e-learning, dan mampu mengendalikan diri sendiri untuk belajar sepanjang hayat.

Page 18: TUGAS AKHIR

a. Berpikir kritis

Pekerja (guru) di abad ini dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan

mengidentifkasi masalah dalam pekerjaannya, melakukan analisis, evaluasi, melakukan

pemecahan masalah, mengambil keputusan untuk diterapkan, yang didukung oleh pemanfaatan

on line information.

b. Kreatif

Dalam menyajikan pelajaran, guru diharapkan selalu menyajikan ide-ide baru, baik

terkait dengan materi pembelajaran maupun strategi yang digunakan. Guru yang kreatif adalah

guru yang disenangi oleh siswa karena siswa tidak merasa bosan dalam belajar atau belajar

menjadi menyenangkan.

c. Kolaborasi

Bekerja bersama-sama akan memudahkan dalam memecahkan berbagai persoalan. Guru

yang bekerja sama dengan tim (minimal dalam MGMP) akan menemukan cara pemecahan

masalah yang baik, menemukan strategi pembelajaran yang lebih baik, merancang media atau

sumber belajar yang lebih kreatif, dan merencanakan cara penilaian yang lebih baik. Dalam

pembelajarannya, guru sangat baik melakukan kajian pembelajaran (lesson study) bersama

beberapa guru di sekolahnya.

d. Memahami berbagai budaya.

Di era global dengan kemajuan teknologi informasi, semua pekerja (termasuk guru)

harus memahami berbagai budaya yang ada di muka bumi ini. Hal ini penting dalam pergaulan

atarbangsa. Namun sebelum memahami budaya orang lain, guru harus terlebih dahulu

memahami budaya lokal tempat guru tersebut mengajar. Budaya lokal ini akan memberikan

identitas terhadap seseorang. Oleh karena itu, guru harus mampu mengintegrasikan budaya lokal

dalam pembelajarannya. Dengan memahami budaya lokal, guru dapat merancang pembelajaran)

yang langsung menyentuh dan mendukung pelestarian budaya setempat.

e. Komunikasi

Di atas telah diuraikan bahwa guru di era global harus menguasai dan mampu

menggunakan bahasa dunia (salah satunya bahasa Inggris). Dengan menguasai bahasa Inggris

Page 19: TUGAS AKHIR

dengan baik, guru dapat mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris maupun bahasa nasional

(bahasa Indonesia), mampu megakses informasi dari berbagai sumber, menyampaikan informasi

kepada semua orang, dan mampu berkomunikasi dengan sesama guru biologi di seluruh dunia.

Dengan kemampuan seperti ini, guru tersebut akan menjadi ideal yang selalu mampu

meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya.

f. Penguasaan E-learning

Penguasaan e-learning oleh guru di era global merupakan sesuatu yang tidak dapat

ditawar. Dengan menguasai e-learning, guru dapat merencanakan pembelajarannya berbasis

komputer termasuk di dalamnya pembelajaran berbasis information communication technology

(ICT). Guru dan siswa dapat menggunakan internet sebagai fasilitas belajar, sehingga materi dan

kegiatan pembelajaran selalu baru dan mengikuti perkembangan yang terjadi di seluruh dunia.

g. Mengelola Diri Sendiri untuk Belajar Sepanjang Hayat

Perkembangan IPTEK sangat pesat, apalagi didukung oleh berbagai peralatan yang

canggih, penemuan-penemuan di bidang TIK menjadi sangat pesat. Oleh karena itu, guru harus

memiliki komitmen untuk selalu belajar secara mandiri (long life learning) sehingga tidak

tertinggal oleh perkembangan biologi yang menjadi tanggung jawabnya dalam kehidupan

karirnya.

3.3 Kiat-Kiat Meningkat Profesionalisme Guru

Peningkatan profesionalisme guru biologi harus dilakukan secara sistematis, mulai dari

mereka masih duduk di bangku kuliah sampai mereka menjadi guru di sekolah, dalam arti

direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif.

Lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya dari proses perkuliahan di kampus yang asal-

asalan (asal lulus, asal kuliah, asal memenuhi jumlah sks, asal bayar, dan asal-asal yang lain) dan

hanya melalui bentuk penataran dalam waktu tiga hari, supervisi dalam sekali atau dua kali

dalam setahun, dan studi banding hanya dua hari. Di sinilah letak pentingnya pengelolaan

perkuliahan di kampus dan manajemen guru di lapangan.

Page 20: TUGAS AKHIR

3.3.1 Peningkatan Mutu Lulusan Calon Guru

LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau Sekarang di sebut Universitas,

yaitu Universitas yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan atau

keguruan sebagai produsen calon guru berupaya untuk selalu meningkatkan mutu lulusan yang

mampu bersaing dalam dunia kerja. Tugas lain dari Universitas Keguruan adalah selalu

memberikan bantuan dan mendorong guru di lapangan agar selalu mengembangkan dirinya

sesuai dengan tuntutan zamannya. Beberapa upaya yang dilakukan Universitas Keguruan dalam

meningkatkan kualitas guru/calon guru adalah sebagai berikut. (1) Meningkatkan mutu lulusan

dengan selalu menyesuaikan kurikulum (menentukan standar, struktur, dan isi) sehingga sesuai

dengan tuntutan pasar (stakeholders), kebutuhan profesional dengan tidak meninggalkan

identitas daerah dan nasional. Setiap matakuliah menentukan isi perkuliahan yang disesuaikan

dengan perkembangan biologi dan teknologi. (2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi

lulusan, dengan meningkatkan kemampuan berbahasa (bahasa dunia yang salah satunya bahasa

Inggris) sehingga dapat berkomunikasi dengan sesama guru biologi di dunia internasional. (3)

Meningkatkan kualitas proses perkuliahan sesuai dengan tuntutan global yang didukung

teknologi informasi dalam suasana akademik (academic atmosphere) yang kondusif. Yang

dimaksud dengan suasana akademik adalah suasana yang tercipta didasarkan pada etik, etika,

moral dan tanggung jawab. Terciptanya suasana akademik yang kondusif akan melatih sikap

mahasiswa menjadi baik dan punya tanggung jawab. (4) Meningkatkan sarana dan prasrana

(termasuk media pembelajaran) yang mendukung proses perkuliahan sesuai tuntutan dunia

global. (5) Meningkatkan kualitas dosen dengan mendorong para dosen untuk selalu melakukan

penelitian, mengikuti perkembangan IPTEK baik secaca mandiri maupun mengikuti pendidikan

(degree maupun non-degree training). (6) Meningkatkan kualitas penilaian sehingga, produk

Universitas Keguruan menunjukkan kualitas yang sesuai dengan tuntutan era global. (7)

Meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan di Universitas Keguruan sehingga tercipta iklim

kerja yang sehat dan kondusif yang mendorong terjadinya kolaborasi yang baik dalam

meningkatkan pelaksanaan pendidikan di kampus. (8) Mengupayakan sumber dana yang

memadai sehingga semua kebutuhan dalam melaksanakan proses pendidikan berjalan dengan

baik. (9) Menyediakan layanan konsultasi bagi mahasiswa termasuk guru dalam meningkatkan

profesionalisme di lapangan. (10) Memberikan kompetensi vocasional tambahan yang dapat

mendukung profesinya sebagai guru biologi. (11) Menerapkan sistem penjaminan mutu

Page 21: TUGAS AKHIR

pelaksanaan pendidikan di kampus, termasuk penjaminan mutu lulusannya sehingga mampu

bersaing di pasar global. (12) Meningkatkan IMTAQ mahasiswa sehingga mahasiswa (guru)

selalu berpikir, berkata, dan berbuat yang benar sesuai ajaran agama yang dianutnya.

3.3.2 Manajemen Guru

Manjemen guru diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama (antar berbagai

komponen) dalam meningkatkan profesionalisme guru biologi dalam rangka mencapai tujuan

pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Manajeman guru untuk meningkatkan

profesionalisme di era global adalah sebagai berikut. (1) Menentukan jumlah guru yang cukup,

artinya bila jumlah guru kurang memadai, beban mengajar guru sangat tinggi akan

mengakibatkan guru tersebut tidak dapat mempersiapkan dirinya dalam melaksanakan

pembelajaran, mengakses kemajuan biologi yang menjadi bidangnya. Hal ini dapat dilakukan

dengan pengangkatan guru baru. (2) Guru diberikan tugas sesuai dengan bidang dan

kemampuannya. (3) Menyediakan kondisi agar guru produktif inovatif, dan mandiri dengan

selalu mendorong agar para guru memperbaharui materi ajarnya sesuai perkembangan dengan

menyediakan sarana dan prasrana teknologi di sekolah. (4) Memberikan insentif yang memadai

sehingga dapat diharapkan para guru terdorong untuk meningkatkan kemampuan dan

komitmennya. (5) Menegakkan disiplin kerja sesuai dengan aturan yang berlaku, baik aturan

yang dikeluarkan pemerintah atau peraturan yang disusun dan disepakati bersama di sekolah. (6)

Mengadakan pelatihan tentang kompetensi-kompetensi baru sesuai dengan tuntutan jaman,

seperti meningkatkan kreativitas, kemampuan berbahasa asing, orientasi berbagai budaya,

pelatihan penggunaan teknologi informasi/ICT, dan pelatihan lain yang mendukung mereka

menjadi guru yang profesional di jamannya. (7) Melakukan supervisi secara kontinu yang diikuti

dengan pembinaan dan penghargaan.

Page 22: TUGAS AKHIR

BAB IV

PENUTUP

I. SIMPULAN

Simpulan yang dapat di ambil dari uaraian di atas adalah bahwa pentingnya

pengembangan profesionalisme guru, apalagi guru merupakan salah satu komponen penting

dalam perencanaan pendidikan. Dan guru adalah rohnya ilmu. Jadi tidak lah heran jika guru

sangat di perhitungkan dalam perencanaan pendidikan. Guru tidak hanya berfungsi sebagai

perencana tetapi juga sebagai pelaksana perencanaan pendidikan dalam proses kegiatan belajar

mengajar. Bahkan sebagai penilai keberhasilan perencanaan yang telah disusun setelah

diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ketiga peran tersebut tidak bisa dipisahkan

antara yang satu dengan yang lainnya, karena kecakapan guru dalam menyusun dan mengelola

pembelajaran sangat membantu dalam menjalankan tugasnya secra efektif dan efisien. Apalagi di

era global diperlukan guru yang profesional dengan ciri-ciri : (1) memiliki kompetensi di bidang

tugasnya (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial), (2) memiliki motivasi berprestasi

dalam kerjanya, (3) memiliki komitmen dalam memajukan pendidikan, (4) memiliki bakat dan

minat sebagai guru, (5) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan profesi

sesuai dengan bidang tugas, (6) memiliki tanggung jawab atas tugas keprofesinalannya, (7)

mampu belajar sepanjang ayat dan memanfatkan ICT sebagai sarana belajar, (8) mampu

berkomunikasi dengan baik antar guru di seluruh dunia; dan (8) menguasai teknologi informasi.

Peningkatan priofesionalisme guru ini dilakukan melalui (1) pendidikannya di Universitas

Keguruan, yaitu dengan penyesuaian kurikulum, peningkatan kemampuan komunikasi,

peningkatan kualitas perkuliahan, peningkatan sarana prasrana perkuliahan, peningkatan kualitas

dosen, peningkatan kualitas pengelolaan Universitas Keguruan, meningkatkan dana pendidikan,

menyediakan layanan konsultasi, memberikan kompetensi tambahan yang mendukung

profesinya, menerapkan sistem jaminan mutu akademik, dan meningkatkan keimanan dan

ketaqwaan, (2) manajemen guru di lapangan dengan menentukan jumlah guru yang memadai,

guru mengajar sesuai dengan bidang kemampuannya, menyediakan kondisi yang menantang

guru agar produktif dan ninovatif, memberikan insentif yang memadai, menegakkan disiplin

kerja, memberikan pelatihan-pelatihan pendukung profesinya, dan melakukan supervisi yang

berkelanjutan.

Page 23: TUGAS AKHIR

II. SARAN

Saran yang dapat diajukan adalah (1) kepada semua guru agar selalu meningkatkan

profesionalismenya dengan mengelola diri sendiri untuk belajar sepanjang dan mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan, (2) kepada lembaga Universitas Keguruan hendaknya selalu

meningkatkan kualitas lulusannya dan selalu membantu guru yang ada di sekolah dalam

meningkatkan profesionalismenya untuk mencapai tujuan perencanaan pendidikan yang efektif

dan evisien. (3) Dalam merancang Pendidikan guru hendaknya menyesuaikan dengan kebudayan

dan norma yang ada di lingkungannya dan disesuaikan dengan Sumber Daya Alam dan Sumber

Daya Manusia yang ada.

Page 24: TUGAS AKHIR

DAFTAR PUSTAKA

Bafadal, I. 2004. Peningkatan Profersionalisme Guru Sekolah Dasar (Dalam Rangka

Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Jakarta: Bumi aksara.

Depdiknas. 2005. Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. (Buku II, III, V, VI,

X). Jakarta: Dirjen Dikti.

Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Cebtury Worker: The Link Between Computer-Based

Technology and Future Skill Sets. J. Educational Technology. November-December.

Imron. A. 1995. Pebinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.

Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional

Trillingh, B. & Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in Knowledge Ege.

J. Educational Technology. Mei-Juni.