TUGAS AKHIR
-
Upload
suko-bintoro -
Category
Documents
-
view
59 -
download
1
Transcript of TUGAS AKHIR
PERENCANAAN PENDIDIKAN
PENGEMBANGAN PROFESIONALISME GURU
DI ERA GLOBALISASI
Oleh:
Tri Astuti 1102409033
KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
BAB I
PENDAHULUAN
Sekolah merupakan institusi yang kompleks (Bafadal, 2004), bahkan paling kompleks di
antara seluruh institusi sosial. Kompleksitas tersebut tidak saja dari masukannya yang bervariasi,
melainkan dari proses pembelajarannya yang diselenggarakan di dalamnya. Sebagai institusi
yang kompleks, sekolah tidak akan menjadi baik dengan sendirinya, melainkan melalui proses
peningkatan tertentu.
Dalam rangka meningkatkan mutu berbasis sekolah (MBS) diperlukan guru baik secara
individual maupun secara kolaboratif untuk melakukan sesuatu, mengubah “status quo” agar
pendidikan dan pengajaran menjadi lebih berkualitas (Mulyasa, 2006). Sebenarnya, menuju
pendidikan yang berkualitas tidak bergantung pada satu komponen misalnya guru, melainkan
sebagai sebuah sistem yang terdiri dari berbagai komponen seperti program pembelajaran, siswa,
sarana dan prasrana, dana, lingkungan masyarakat, pimpinan sekolah, dan lainnya. Namun,
semua komponen tersebut tidak akan berguna bagi terjadinya perolehan pengalaman belajar
maksimal bagi siswa jika tidak didukung oleh keberadaan guru yang profesional. Semua
komponen dalam proses pembelajaran (meteri, media, sarana dan prasrana, dan dana) tidak akan
memberikan dukungan yang maksimal atau tidak dapat dimanfaatkan secara optimal bagi
peningkatan mutu proses dan hasil belajar tanpa didukung oleh guru yang secara kontinu
berupaya mewujudkan gagasan, ide, dan pemikiran dalam bentuk perilaku dan sikap terunggul
dalam tugasnya sebagai pendidik.
Guru merupakan unsur manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan
(Imron, 1995). Lebih-lebih guru yang unggul (the excellent teacher) merupakan critical resource
in any excellent teaching learning acivities. A school system is only as good as the people make
it. Oleh karena itu, dalam membangun pembelajaran berkulaitas di sekolah, guru profesional
mutlak diperlukan. Bila kita disuruh memilih satu di antara dua pilihan, sarana yang lengkap atau
guru yang profesional, maka posisi tawar guru lebih tinggi daripada sarana. Lebih-lebih di dalam
era global, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat yang
didukung oleh berkembang pesatnya teknologi informasi, guru profesional sangat diperlukan
untuk mengikuti perkembangan IPTEK yang pesat, mendidik anak agar dapat memanfaatkan
kemajuan tersebut, dan sekaligus dapat meminimalisasi dampak dari global yang
ditimbulkannya.
Globalisasi dapat dipandang sebagai menyempitnya dunia dan intensifikasi kesadaran
bahwa dunia sebagai suatu keseluruhan (Suparno, 2002). Dengan ditandai perkembangan yang
pesat di bidang teknologi informasi dalam era global sekarang ini, batas-batas antarnegara
menjadi sangat tidak jelas lagi. Dalam pengertian ini, persoalan yang menyangkut pendidikan
merupakan masalah global yang tidak dapat dibatasi lagi oleh adanya batas geografis.
Globalisasi telah menciptakan dunia yang semakin terbuka dan adanya saling
ketergantungan antarnegara dan antarbangsa. Oleh karena itu, semua negara akan terbuka pula
terhadap pengaruh global tersebut termasuk di dalamnya adalah tatanan nilai yang dianut suatu
bangsa. Salah satu implikasi pada tata nilai adalah global samakin membuka lebar hadirnya nilai
materialisme, konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan, narkoba yang dapat merusak
moral bangsa khususnya generasi muda. Dengan adanya kemajuan dalam bidang teknologi
informasi, nilai-nilai yang melekat itu sangat tidak mungin untuk dibendung. Permasalahannya
sekarang bukan cara membendung pengaruh buruk global, melainkan bagaimana cara
manfaatkan global untuk memajukan berbagai aspek kehidupan kehususnya di bidang
pendidikan dengan tetap memperhatikan pengembangan martabat manusia Indonesia dalam
kerangka pandangan bangsa lain di dunia internasional.
Perkembangan teknologi informasi pada era global telah memfungsikan dirinya sebagai
penyedia informasi yang luas. Dengan demikian, ada banyak sumber informasi (sumber belajar)
bagi para siswa. Sekolah tidak lagi menjadi satu-satunya tempat untuk belajar (menemukan
pengetahuan). Oleh karena itu, pendidikan di sekolah harus diselaraskan dengan berupaya
sedemikian rupa sehingga hasilnya dapat menjadi dasar bagi siswa untuk mengembangkan diri di
luar sekolah. Pendidikan di sekolah harus berorientasi pada peningkatan kemampuan siswa untuk
dapat menentukan diri yang mampu membuat banyak pilihan serta mampu membuat keputusan
terbaik yang selaras dengan pengembangannya sebagai manusia yang utuh.
Pemanfatan informasi dari internet maupun media masa memerlukan arahan,
perencanaan, pengkajian, evaluasi, dan refleksi oleh guru yang profesional, sehingga peran guru
lebih sebagai fasilitator dan pembimbing. Dengan cara ini, informasi yang tersaji dapat secara
maksimal digunakan dalam konteks belajar.
Dari uraian di atas, tampak bahwa peranan guru yang profesional sangat dibutuhkan
untuk mengarahkan, merencanakan, mengkaji, menilai berbagai informasi sehingga dapat
bermanfaat bagi peningkatan kualitas pendidikan di era global.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
I. Konsep Perencanaan Pendidikan
Bagi setiap pendidik, baik yang berstatus sebagai kepala sekolah maupun sebagai guru
mata pelajaran dituntut untuk memahami konsep-konsep dasar tentang perencanaan pendidikan,
pendekatan dalam perencanaan pendidikan dan beragam model perencanaan pendidikan.
Kualitas pemahaman kepala sekolah terhadap ketiga konsep tersebut akan berpengaruh positif
terhadap pelaksanaan manajemen pendidikan di setiap satuan pendidikan. Demikian juga bagi
guru, kualitas pemahaman terhadap ketiga konsep tersebut akan mendukung pelaksanaan empat
kompetensi professional guru dalam proses layanan pendidikan kepada peserta didik.
Konsep Tentang Perencanaan Pendidikan
Ada tujuh konsep penting yang perlu dipahami, dalam mengawali kajian atau
pembahasan tentang konsep perencanan pendidikan, antara lain: (1) pengertian perencanaan
pendidikan; (2) tujuan perencanaan pendidikan; (3) manfaat perencanaan pendidikan; (4) ruang
lingkup perencanaan pendidikan; (5) karakteristik perencanaan pendidikan; (6) prinsip-prinsip
perencanaan pendidikan; dan (7) proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan.
Berikut ini akan dijelaskan secara singkat ketujuh konsep tersebut di atas.
I.1 Pengertian perencanaan pendidikan
Pengertian perencanaan, dan pengertian perencanaan pendidikan. Ada beragam
pengertian perencanaan yang telah dikemukakan oleh para ahli, antara lain menurut: (1) Bintoro
Tjokroaminoto, perencanaan adalah ‘proses mempersiapkan kegiatan-kegiatan secara sistematis
yang akan dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu; (2) Prajudi Atmosudirdjo, perencanaan
adalah ‘perhitungan dan penentuan tentang sesuatu yang akan dijalankan dalam rangka mencapai
tujuan tertentu, siapa yang melakukan, bilamana, dimana dan bagaimana cara melakukannya; (3)
Handoko, perencanaan adalah meliputi: (a) pemilihan atau penetapan tujuan-tujuan organisasi;
dan (b) penentuan strategi, kebijakan, proyek, program, prosedur, metode, sistem, anggaran dan
standar yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan; (4) Husaini Usman, perencanaan adalah
kegiatan yang akan dilakukan dimasa yang akan datang untuk mencapai tujuan; (5) Coombs,
perencanaan pendidikan adalah ‘suatu penerapan yang rasional dari analisis sistematis proses
perkembangan pendidikan dengan tujuan agar pendidikan itu lebih efektif dan efisien serta sesuai
dengan kebutuhan dan tujuan para peserta didik dan masyarakatnya; dan (6) Sa’ud dan Makmun,
perencanaan pendidikan adalah ‘suatu kegiatan melihat masa depan dalam hal menentukan
kebijakan, prioritas dan biaya pendidikan dengan memprioritaskan kenyataan yang ada dalam
bidang ekonomi, sosial dan politik untuk mengembangkan sistem pendidikan negara dan pesera
didik yang dilayani oleh sistem tersebut (Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007; Usman, H. 2008).
Dari beberapa definisi tentang perencanaan tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep
yang ada dalam pengertian perencanaan pendidikan adalah: (1) suatu rumusan rancangan
kegiatan yang ditetapkan berdasarkan visi, misi dan tujuan pendidikan; (2) memuat langkah atau
prosedur dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan pendidikan; (3) merupakan alat kontrol
pengendalian perilaku warga satuan pendidikan (kepala sekolah, guru, karyawan, siswa, komite
sekolah); (4) memuat rumusan hasil yang ingin dicapai dalam proses layanan pendidikan kepada
peserta didik; dan (5) menyangkut masa depan proses pengembangan dan pembangunan
pendidikan dalam waktu tertentu, yang lebih berkualitas.
I. 2 Tujuan Perencanaan Pendidikan
Tujuan perencanaan pendidikan. Ada beberapa tujuan perlunya penyusunan suatu
perencanaan pendidikan, antara lain: (1) untuk standar pengawasan pola perilaku pelaksana
pendidikan, yaitu untuk mencocokkan antara pelaksanaan atau tindakan pemimpin dan anggota
organisasi pendidikan dengan program atau perencanaan yang telah disusun; (2) untuk
mengetahui kapan pelaksanaan perencanaan pendidikan itu diberlakukan dan bagaimana proses
penyelesaian suatu kegiatan layanan pendidikan; (3) untuk mengetahui siapa saja yang terlibat
(struktur organisasinya) dalam pelaksanaan program atau perencanaan pendidikan, baik aspek
kualitas maupun kuantitasnya, dan baik menyangkut aspek akademik-nonakademik; (4) untuk
mewujudkan proses kegiatan dalam pencapaian tujuan pendidikan secara efektif dan sistematis
termasuk biaya dan kualitas pekerjaan; (5) untuk meminimalkan terjadinya beragam kegiatan
yang tidak produktif dan tidak efisien, baik dari segi biaya, tenaga dan waktu selama proses
layanan pendidikan; (6) untuk memberikan gambaran secara menyeluruh (integral) dan khusus
(spefisik) tentang jenis kegiatan atau pekerjaan bidang pendidikan yang harus dilakukan; (7)
untuk menyerasikan atau memadukan beberapa sub pekerjaan dalam suatu organisasi pendidikan
sebagai ‘suatu sistem’; (8) untuk mengetahui beragam peluang, hambatan, tantangan dan
kesulitan yang dihadapi organisasi pendidikan; dan (9) untuk mengarahkan proses pencapaikan
tujuan pendidikan (Dahana, OP and Bhatnagar, OP. 1980; Banghart, F.W and Trull, A. 1990;
Sagala, S. 2009).
I. 3 Manfaat Perencanaan Pendidikan
Manfaat perencanaan pendidikan. Menurut para ahli, ada beberapa manfaat dari suatu
perencanaan pendidikan yang disusun dengan baik bagi kehidupan kelembagaan, antara lain: (1)
dapat digunakan sebagai standar pelaksanaan dan pengawasan proses aktivitas atau pekerjaan
pemimpin dan anggota dalam suatu lembaga pendidikan; (2) dapat dijadikan sebagai media
pemilihan berbagai alternatif langkah pekerjaan atau strategi penyelesaian yang terbaik bagi
upaya pencapaian tujuan pendidikan; (3) dapat bermanfaat dalam penyusunan skala prioritas
kelembagaan baik yang menyangkut sasaran yang akan dicapai maupun proses kegiatan layanan
pendidikan; (4) dapat mengefisiensikan dan mengefektifkan pemanfaatan beragam sumber daya
organisasi atau lembaga pendidikan; (5) dapat membantu pimpinan dan para anggota (warga
sekolah) dalam menyesuaikan diri terhadap perkembangan atau dinamika perubahan sosial-
budaya; (6) dapat dijadikan sebagai media atau alat untuk memudahkan dalam berkoordinasi
dengan berbagai pihak atau lembaga pendidikan yang terkait, dalam rangka meningkatkan
kualitas layanan pendidikan; (7) dapat dijadikan sebagai media untuk meminimalkan pekerjaan
yang tidak efisien atau tidak pasti; dan (8) dapat dijadikan sebagai alat dalam mengevaluasi
pencapaian tujuan proses layanan pendidikan (Depdiknas. 1997; Soenarya, E. 2000; Depdiknas,
2001).
I.4 Ruang lingkup perencanaan pendidikan
Ruang lingkup perencanaan pendidikan mempunyai jangkauan yang cukup luas, dan dapat
ditinjau dari berbagai aspek, antara lain:
1. Ditinjau dari aspek spasialnya, yaitu perencanaan pendidikan yang memiliki karakter
yang terkait dengan ruang, tempat atau batasan wilayah.
2. Dintinjau dari aspek sifat dan karakteristik modelnya, dapat dibagi menjadi: (1)
perencanaan pendidikan terpadu (integrated educational planning), yaitu perencanaan
pendidikan yang mencakup seluruh aspek yang terkait dengan proses pembangunan
pendidikan yang esensial (mendasar), dalam koridor perencanaan pembangunan
nasional, dalam hal ini perencanaan pendidikan ada keterpaduan atau keterkaitan
secara sistemik dengan perencanaan pembangunan bidang ekonomi, politik, hukum
dan sebagainya; (2) perencanaan pendidikan komprehensif (comprehension
educational planning), yaitu perencanaan pendidikan yang disusun secara sistematik,
rasional, objektif yang menyangkut keseluruhan konsep penting dalam layanan
pendidikan, sehingga perencanaan itu memberikan suatu pemahaman yang lengkap
atau sempurna tentang ‘apa’ dan ‘bagaimana’ memberikan layanan pendidikan yang
berkualitas; (3) perencanaan pendidikan strategik (strategic educational planning),
yaitu perencanaan pendidikan yang mengandung pokok-pokok perencanaan untuk
menjawab persoalan atau opini, atau isu mutakhir yang dihadapi oleh dunia
pendidikan, misalnya, persoalan yang dihadapi dunia pendidikan sekarang adalah
masalah ‘tranformasi teknologi’, atau masalah ‘rendahnya kualitas guru’, atau masalah
‘keterkaitan antara dunia usaha dengan output lulusan’, dan sebagainya. Jadi,
perencanaan ini menyangkut beragam strategi untuk menghadapi persoalan yang
muncul
3. Ditinjau dari aspek waktunya. Perencanaan pendidikan terbagi menjadi beberapa jenis,
yaitu: (1) perencanaan pendidikan jangka panjang (long term educational planning),
(2) perencanaan pendidikan jangka menengah (medium term educational planning), (2)
perencanaan pendidikan jangka menengah (medium term educational planning),
4. Ditinjau dari aspek tingkatan teknis perencanaan. Perencanaan ini dibedakan menjadi:
(1) perencanaan pendidikan makro dan micro
5. Ditinjau dari aspek jenis perencanaan. Perencanaan pendidikan ini dibedakan menjadi:
(1) perencanaan pendidikan dari atas ke bawah (top down educational planning), (2)
perencanaan pendidikan dari bawah ke atas (bottom up educational planning), (3)
perencanaan pendidikan menyerong dan menyamping (diagonal educational planning
(4) perencanaan pendidikan mendatar (horizontal educational planning (5)
perencanaan pendidikan menggelinding (rolling educational planning), (6)
perencanaan pendidikan gabungan atas ke bawah dan bawah ke atas (top down and
bottom up educational planning)
I. 5. Karakteristik perencanaan pendidikan
Karakteristik perencanaan pendidikan. Berdasarkan beberapa pengertian, tujuan, manfaat,
dan ruang lingkup perencanaan pendidikan tersebut di atas, maka ciri-ciri (karakteristik) suatu
perencanaan pendidikan antara lain, perencanaan pendidikan harus: (1) berorientasi pada visi,
misi kelembagaan yang akan diwujudkan; (2) mempunyai tahapan program jangka waktu
tertentu (jangka pendek, menengah dan panjang) yang akan dicapai secara berkesinambungan;
(3) mengutamakan nilai-nilai manusiawi, kerena pendidikan itu membangun manusia yang
berkualitas, yang bermanfaat bagi dirinya dan masyarakatnya; (4) memberikan kesempatan
untuk mengembangkan segala potensi peserta didik secara maksimal; (5) komprehensif dan
sistematis dalam arti tidak praktikal atau segmentasi tetapi menyeluruh, terpadu (integral) dan
disusun secara logis, rasional serta mencakup berbagai jalur, jenis dan jenjang pendidikan; (6)
diorientasikan untuk mempersiapkan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas,
yang sanggup mengisi berbagai sektor pembangunan; (7) dikembangkan dengan memperhatikan
keterkaitannya dengan berbagai komponen pendidikan secara sistematis; (8) menggunakan
sumber daya (resources) internal dan eksternal secermat mungkin; (9) berorientasi kepada masa
datang, karena pendidikan adalah proses jangka panjang dan jauh untuk menghadapi berbagai
persoalan di masa depan; (10) responsif terhadap kebutuhan yang berkembang di masyarakat dan
bersifat dinamik; dan (11) merupakan sarana untuk mengembangkan inovasi pendidikan,
sehingga proses pembaharuan pendidikan terus berlangsung dengan baik (Banghart, F.W and
Trull, A. 1990; Tilaar.H.A.R. 1998; Sa’ud, S. dan Makmun A,S. 2007)
1. 6. Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan
Prinsip-prinsip perencanaan pendidikan. Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
penyusunan perencanaan pendidikan, antara lain:
1. Prinsip interdisipliner, yaitu menyangkut berbagai bidang keilmuan atau beragam
kehidupan. Hal ini penting karena hakikat layanan pendidikan kepada peserta didik
harus menyangkut berbagai jenis pengetahuan, beragam ketrampilan dan nilai-norma
kehidupan yang berlaku di masyarakat.
2. Prinsip fleksibel, yaitu bersifat lentur, dinamik dan responsif terhadap perkembangan
atau perubahan kehidupan di masyarakat. Hal ini penting, karena hakikat layanan
pendidikan kepada peserta didik adalah menyiapkan siswa untuk mampu menghadapi
perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) dan beragam tantangan
kehidupan terkini.
3. Prinsip efektifitas-efisiensi, artinya dalam penyusunan perencanaan pendidikan
didasarkan pada perhitungan sumber daya yang ada secara cermat dan matang,
sehingga perencanaan itu ‘berhasil guna’ dan ‘bernilai guna’ dalam pencapaian tujuan
pendidikan.
4. Prinsip progress of change, yaitu terus mendorong dan memberi peluang kepada
semua warga sekolah untuk berkarya dan bergerak maju ke depan dengan beragam
pembaharuan layanan pendidikan yang lebih berkualitas, sesuai dengan peranan
masing-masing.
5. Prinsip objektif, rasional dan sistematis
6. Prinsip kooperatif-komprehensif
7. Prinsip human resources development, artinya perencanaan pendidikan harus disusun
sebaik mungkin dan mampu menjadi acuan dalam pengembangan sumber daya
manusia secara maksimal dalam mensukseskan program pembangunan pendidikan.
Layanan pendidikan pada peserta didik harus betul-betul mampu membangun individu
yang unggul baik dari aspekintelektual (penguasaan science and technology),
aspek emosional(kepribadian atau akhlak), dan aspek spiritual (keimanan dan
ketakwaan) , atau disebut IESQ yang unggul (Dahana, and Bhatnagar, 1980; Banghart,
F.W and Trull, A. 1990; Langgulung, H., 1992).
I. 7. Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan
Proses atau tahapan penyusunan perencanaan pendidikan. Menurut Banghart and Trull dalam
Sa’ud (2007) ada beberapa tahapan yang semestinya dilalui dalam penyusunan perencanaan
pendidikan, antara lain:
1. Tahap need assessment, yaitu melakukan kajian terhadap beragam kebutuhan atau
taksiran yang diperlukan dalam proses pembangunan atau pelayanan pembelajaran di
setiap satuan pendidikan. Kajian awal ini harus cermat, karena fungsi kajian akan
memberikan masukan tentang: (a) pencapaian program sebelumnya; (b) sumber daya
apa yang tersedia, dan (c) apa yang akan dilakukan dan bagaimana tantangan ke depan
yang akan dihadapi.
2. Tahap formulation of goals and objective
3. Tahap policy and priority setting
4. Tahap program and project formulation,
5. Tahap feasibility testing, yaitu dilakukan uji kelayakan tentang beragam sumber daya
(sumber daya internal/ eksternal; atau sumber daya manusia/ material). Apabila
perencanaan disusun berdasarkan sumber daya yang tersedia secara cermat dan akurat,
akan menghasilkan tingkat kelayakan rencana pendidikan yang baik.
6. Tahap plan implementation, yaitu tahap pelaksanaan perencanaan pendidikan untuk
mewujudkan tujuan pendidikan. Keberhasilan tahap ini sangat ditentukan oleh: (a)
kualitas sumber daya manusianya (kepala sekolah, guru, komite sekolah, karyawan,
dan siswa); (b) iklim atau pola kerjasama antar unsur dalam satuan pendidikan sebagai
suatu tim kerja (team work) yang handal; dan (c) kontrol atau pengawasan dan
pengendalian kegiatan selama proses pelaksanaan atau implementasi program layanan
pendidikan.
7. Tahap evaluation and revision for future plan
I.8 Pendekatan Perencanaan Pendidikan
Salah satu dari pendekatan Perncanaan Pendidikan adalah pendekatan Integrasi, yaitu:
Pendekatan integratif
Perencanaan pendidikan yang menggunakan pendekatan integrasi (terpadu) dianggap
sebagai pendekatan yang lebih lengkap dan relatif lebih baik daripada ketiga pendekatan di atas.
Pendekatan ini sering disebut dengan ‘pendekatan sistemik atau pendekatan sinergik’. Diantara
ciri atau karakteristik pendekatan integratif adalah, bahwa perencanaan pendidikan yang disusun
berdasarkan pada: (1) keterpaduan orientasi dan kepentingan terhadap pengembangan individu
dan pengembangan sosial (kelompok); (2) keterpaduan antara pemenuhan kebutuhan
ketenagakerjaan (bersifat pragmatis) dan juga mempersiapkan pengembangan kualitas akademik
(bersifat idealis) untuk mempersiapkan studi lanjut; (3) keterpaduan antara pertimbangan
ekonomis (untung rugi), dan pertimbangan layanan sosial-budaya dalam rangka memberikan
kontribusi terhadap terwujudnya integrasi sosial-budaya; (4) keterpaduan pemberdayaan
terhadap sumber daya lembaga, baik sumber daya internal maupun sumber daya eksternal; (5)
konsep bahwa seluruh unsur yang terlibat dalam proses layanan pendidikan (pelaksanaan
program) di setiap satuan pendidikan merupakan ‘suatu sistem’; dan (6) konsep bahwa kontrol
dan evaluasi pelaksanaan program (perencanaan pendidikan) melibatkan semua pihak yang
berkaitan dengan proses layanan kualitas pendidikan, dengan tetap berada dalam komando
pimpinan atau kepala satuan pendidikan. Sedangkan pihak-pihak yang dapat terlibat dalam
proses evaluasi pelaksanaan perencanaan pendidikan di setiap satuan pendidikan adalah: (a)
Kepala sekolah; (b) Guru; (c) Siswa; (d) Komite Sekolah, (e) Pengawas sekolah; dan (f) Dinas
pendidikan (Vebriarto. 1982; Soenarya, E. 2000; Depdiknas, 2001, 2006)
I.9 Metode pendekatan:
Metode yang di gunakan dalam pembuatan perencanaan pendidikan di profesionalisasi
pendidikan adalah pendekatan Metode analisis sumber-cara-tujuan, Metode analisis masukan-
keluaran, Metode analisis ekonometrik
II. GLOBALISASI
Globalisasi adalah suatu proses tatanan masyarakat yang mendunia dan tidak mengenal
batas wilayah. Globalisasi pada hakikatnya adalah suatu proses dari gagasan yang dimunculkan,
kemudian ditawarkan untuk diikuti oleh bangsa lain yang akhirnya sampai pada suatu titik
kesepakatan bersama dan menjadi pedoman bersama bagi bangsa- bangsa di seluruh dunia.
Pendidikan merupakan aspek penting dalam era globalisasi. Sebab peningkatan SDM,
yang menjadi tugas dan tanggung jawab utama pendidikan, sangat dipengaruhi faktor globalisasi
dan teknologi. Pengaruh globalisasi, kemajuan teknologi dan informasi serta perubahan nilai-
nilai sosial harus diperhitungkan dalam penyelenggaran pendidikan, apalagi tanggung jawab
dunia pendidikan untuk mencapai tujuan pokok melahirkan manusia yang berkualitas
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang disertai dengan semakin kencangnya
arus globalisasi dunia membawa dampak tersendiri bagi dunia pendidikan. Banyak sekolah di
indonesia dalam beberapa tahun belakangan ini mulai melakukan globalisasi dalam sistem
pendidikan internal sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
3. 1 Pentingnya Peran Guru Dalam Perencanaan Pendidikan
Dalam perencanaan pendidikan, guru tidak hanya berfungsi sebagai perencana tetapi juga
sebagai pelaksana perencanaan pendidikan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Bahkan
sebagai penilai keberhasilan perencanaan yang telah disusun setelah diterapkan dalam proses
kegiatan belajar mengajar. Ketiga peran tersebut tidak bisa dipisahkan antara yang satu dengan
yang lainnya, karena kecakapan guru dalam menyusun dan mengelola pembelajaran sangat
membantu dalam menjalankan tugasnya secra efektif dan efisien.
Guru merupakan pemeran utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru di
sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. Guru adalah
seorang manajer yang mengelola proses pembelajaran, merencanakan, mendesain pembelajaran,
melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas
kecakapan dan prestasi siswa . Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan
merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah.
Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di
kelas maupun efeknya di luar kelas.
3.2 Pengembangan Profesionalisme Guru
Bafadal (2004) mengemukakan guru yang profesional adalah guru yang mampu
mengelola dirinya sendiri dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari. Menjadikan guru
profesional merupakan suatu proses yang bergerak dari ketidaktahuan menjadi tahu, dari ketidak
matangan menjadi matang, dan dari diarahkan orang lain menjadi mengarahkan diri sendiri.
Peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah di era global mempersyaratkan adanya guru yang
memiliki pengetahuan luas, kematangan, keimanan dan ketaqwaan, dan mampu menggerakkan
dirinya sendiri dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di sekolah dengan selalu mengikuti
perkembangan ilmu dan teknologi khususnya teknologi informasi yang ada. Lebih lanjut,
dikemukakan guru akan bekerja secara profesional bilamana guru tersebut memiliki kemampuan
(ability) dan motivasi (motivation) yang tidak terpisahkan. Maksudnya adalah seorang guru akan
bekerja secara profesional bila mana memiliki kemampuan kerja yang tinggi dan kesungguhan
hati untuk mengerjakan tugas-tugasnya dengan sebaik-baiknya. Sebaliknya, seorang guru tidak
akan bekerja secara profesional bila hanya memenuhi salah satu dari dua persyaratan di atas.
Jadi, betapapun tingginya kemampuan seseorang ia tidak akan bekerja secara profesional bila
tidak memiliki motivasi kerja yang tinggi. Sebaliknya, betapapun tingginya motivasi seseorang
ia tidak akan sempurna dalam menyelesaikan tugas-tugas bilamana tidak didukung oleh
kemampuan.
Sesuai dengan pemikiran di atas, seorang guru dapat dikatakan profesional bila memiliki
kemampuan tinggi (high level of abstract) dan motivasi kerja tinggi (high level of commitment).
Komitmen lebih luas daripada concern sebab komitmen itu mencakup waktu dan usaha. Tingkat
komitmen guru terbentang dari yang paling rendah menuju yang paling tinggi. Guru yang
memiliki komitmen rendah biasanya kurang perhatian pada siswa, demikian pula waktu dan
tenaga yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit.
Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya perhatiannya pada siswa
tinggi, demikian pula waktu yang disediakan untuk meningkatkan pendidikan sangat banyak.
Tingkat abstraksi adalah tingkat kemampuan guru dalam mengelola tugas pembelajaran,
mengklarifikasi masalah-masalah dalam tugas pembelajaran, menentukan alternatif
pemecahannya, dan berupaya untuk mengikuti perkembangan sesuai dengan tuntutan jaman.
Menurut UU No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru di Indonesia adalah
guru yang profesional melakukan pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan tujuh hal,
yaitu (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa, dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk
meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki
kualifikasi akademik, profesi, dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4)
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggung jawab
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja sehingga guru menjadi bangga akan profesi yang digelutinya, dan (7)
memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan
belajar sepanjang hayat (long life learning).
Terkait dengan kompetensi, guru diharapkan memiliki 4 kompetensi yaitu: kompetensi
pedagogik, keperibadian, profesional, dan sosial (UU No. 20/2003; PP No. 19/2005).
3.2.1 Kompetensi Pedagogik.
Guru memiliki kemampuan memahami karakteristik peserta didik yang diwujudkan
dalam kemampuan mengidentifikasi perkembangan peserta didik (kognitif, humanistik, dan
spiritual), potensi khusus anak, ciri-ciri kepribadian anak, dan gaya belajar anak. Pemahaman
akan berbagai dimensi perkembangan siswa sebagai manusia yang utuh menjadikan guru dapat
menerapkan berbagai strategi pembelajaran dengan tidak semata-mata mengembangkan aspek
intelektual, namun juga memperhatikan dimensi lain untuk membantu siswa menjadi manusia
yang berkembang utuh dan bernilai sesuai dengan potensinya.
Guru yang prefesional adalah guru yang mampu merancang dan menerapkan
pembelajaran sesuai dengan perkembangan ilmu kependidikan. Oleh karena itu guru harus
mengasai berbagai teori belajar, pendekatan pembelajaran model maupun strategi-strategi
pembelajaran, berbagai metode pembelajaran, dan mampu merancang dan menerapkan
authenthic assessmet (Arnyana, 2006a; 2006b).
Penguasaan strategi pembelajaran menjadi bagian penting bagi guru terutama strategi
pembelajaran yang menekankan siswa aktif mencari pengetahuan secara mandiri dengan
mempertimbangkan kekhasan siswa dengan mempertimbangkan pengetahuan awal. Oleh karena
itu, guru juga memiliki bekal kemampuan untuk mengaktifkan orang lain.
Dengan adanya kemajuan di bidang information and comunication technology (ICT),
guru juga dituntut menguasai dan dapat memanfaatkannya, baik sebagai sarana belajar (untuk
mengikuti perkembangan TIK terbaru maupun strategi pembelajaran terbaru) maupun
merancang pembelajaran berbasis teknologi informasi (khususnya komputer atau e-learning),
dan memanfaatkan teknologi multimedia.
Dengan adanya internet sebagai media komunikasi, guru maupun siswa dapat
memanfaatkan internet sebagai media komunikasi, yaitu komunikasi antarsiswa maupun guru
dalam berbagai kelompok diskusi yang bernuansa akademik bersama komunitas akademik
berbasis internet di seluruh dunia. Dalam pembelajaran, guru dapat memanfaatkan internet untuk
menyajikan informasi kepada siswa dan masyarakat dan siswa dapat menyampaikan hasil
kerjanya kepada guru melalui internet pula.
Menyadari berkembangnya ilmu kependidikan dan dalam meningkatkan kemampuan
guru dalam melaksanakan pendidikan di sekolah, guru selalu mengembangkan riset dan
kerjasama atau komunikasi secara terus menerus dengan lembaga-lembaga lain (seperti LPTK)
terutama mengenai riset pembelajaran.
3.2.2 Kompetensi Kepribadian.
Guru yang memiliki kepribadian yang baik adalah guru yang memiliki kepribadian yang
mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, dan berakhlak mulia sehingga menjadi
panutan di masyarakat khususnya masyarakat sekolah. Guru memiliki kepribadian mantap, yang
ditunjukkan dengan kecenderungan bersikap dan bertindak sesuai dengan norma hukum yang
ada, menaati tata tertib serta memiliki komitmen terhadap tugas dan menunjukkan disiplin dalam
menjalankan tugas.
Keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan dalam menjalankan ajaran
agamanya dengan baik dan tidak melakukan tindakan-tindakan yang bertentangan dengan ajaran
agama merupakan kepribadian yang perlu dimiliki oleh guru. Ini penting dalam era global karena
pada era ini nilai materialisme, konsumerisme, hedonisme, penggunaan kekerasan, narkoba yang
merangsang seseorang untuk berbuat jahat dan ini hanya dapat diredam dengan peningkatan
ketaqwaan dan penghayatan serta pelaksanaan ajaran agama yang baik.
Guru menunjukkan rasa bangga sebagai pendidik yang ditunjukkan oleh guru yang
otonom dan profesional. Untuk menjadi guru yang otonom dan profesional diperlukan insentif
yang memadai. Ini telah diadaptasi melalui Undang-Undang Guru dan Dosen (UU No. 14 Tahun
2005).
3.2.3 Kompetensi Profesional.
Guru menguasai bahan ajar secara luas dan cukup mendalam tentang materi yang
menjadi bidangnya. Penguasaan bahan ajar bagi guru sangat penting dan tidak bisa ditawar.
Untuk dapat menguasai bahan dengan baik, guru harus memiliki kebiasaan menelusuri pustaka
dan sumber belajar lain (internet) secara mandiri. Internet dapat dijadikan sumber materi
pelajaran sesuai dengan perkembangan IPTEK terbaru. Penelusuran mengenai perkembangan
ilmu menjadi suatu keharusan.
Dalam eksplorasi melalui intenet, hampir semua informasi dapat diperoleh oleh siapa pun
dan dari mana pun mereka berada. Oleh karena itu, guru memiliki kemampuan untuk mendorong
siswa memanfaatkan internet untuk memperoleh informasi tentang materi pelajaran biologi,
pengetahuan, hasil penelitian terbaru di bidang biologi, dan berbagai metode pembelajaran
terbaru. Internet dapat pula digunakan sebagai sarana mengkomunikasikan berbagai ide ke segala
penjuru dunia.
3.2.4 Kompetensi Sosial
Guru yang memiliki kompetensi sosial adalah guru yang memiliki kemampuan
berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, teman sejawat, dan
masyarakat, sehingga dapat diterima oleh kelompok masyarakat mana pun di dalam
lingkungannya.
Untuk melakukan komunikasi yang efektif, diperlukan kemampuan berbahasa yang baik,
tidak saja bahasa Indonesia, juga bahasa dunia, khususnya bahasa Inggris. Kemampuan
berbahasa Inggris merupakan kemampuan berbahasa yang mutlak diperlukan di era global
karena semakin “menyempitnya” dunia yang didukung oleh teknologi informasi dan transportasi
yang sangat canggih memungkinkan terjadinya interaksi antarbangsa di dunia. Di samping itu,
sumber belajar yang tersedia lebih banyak dalam bahasa Inggris. Untuk itu, diperlukan
kemampuan berbahasa Inggris yang baik.
Di samping kompetensi yang harus dikuasai seperti di atas, guru di Indonesia juga
memahami dan menerapkan kode etik guru yang dapat mendukung pelaksanaan tugasnya.
Adapun kode etik guru di Indonesia adalah: (1) guru membimbing anak didik seutuhnya
sehingga menjadi manusia Indonesia yang ber-Pancasila; (2) guru memiliki kejujuran profesional
dalam menerapkan kurikulum yang berlaku; (3) guru selalu mencari informasi tentang anak
didik, namun tidak menyalahgunakannya; (4) guru menciptakan kehidupan sekolah yang
harmonis dan menjalin hubungan baik dengan orang tua murid; (5) guru menjalin hubungan baik
dengan masyarakat; (6) guru secara mandiri dan/atau secara bersama-sama meningkatkan mutu
profesinya; (7) guru menjaga hubungan antar sesama guru; (8) guru meningkatkan mutu
organisasi profesi; dan (9) guru menjalankan segala kebijakan pemerintah dalam bidang
pendidikan.
Mengadaptasi pendapat Trilling and Hood, (1999), Galbreath (1999) mengemukakan
bahwa untuk sukses sebagai tenaga kerja pada abad pengetahuan (abad 21), guru harus memiliki
kemampuan berpikir kritis, kreatif, kolaborasi, memahami berbagai budaya, komunikasi,
menguasai e-learning, dan mampu mengendalikan diri sendiri untuk belajar sepanjang hayat.
a. Berpikir kritis
Pekerja (guru) di abad ini dituntut memiliki kemampuan berpikir kritis, yaitu kemampuan
mengidentifkasi masalah dalam pekerjaannya, melakukan analisis, evaluasi, melakukan
pemecahan masalah, mengambil keputusan untuk diterapkan, yang didukung oleh pemanfaatan
on line information.
b. Kreatif
Dalam menyajikan pelajaran, guru diharapkan selalu menyajikan ide-ide baru, baik
terkait dengan materi pembelajaran maupun strategi yang digunakan. Guru yang kreatif adalah
guru yang disenangi oleh siswa karena siswa tidak merasa bosan dalam belajar atau belajar
menjadi menyenangkan.
c. Kolaborasi
Bekerja bersama-sama akan memudahkan dalam memecahkan berbagai persoalan. Guru
yang bekerja sama dengan tim (minimal dalam MGMP) akan menemukan cara pemecahan
masalah yang baik, menemukan strategi pembelajaran yang lebih baik, merancang media atau
sumber belajar yang lebih kreatif, dan merencanakan cara penilaian yang lebih baik. Dalam
pembelajarannya, guru sangat baik melakukan kajian pembelajaran (lesson study) bersama
beberapa guru di sekolahnya.
d. Memahami berbagai budaya.
Di era global dengan kemajuan teknologi informasi, semua pekerja (termasuk guru)
harus memahami berbagai budaya yang ada di muka bumi ini. Hal ini penting dalam pergaulan
atarbangsa. Namun sebelum memahami budaya orang lain, guru harus terlebih dahulu
memahami budaya lokal tempat guru tersebut mengajar. Budaya lokal ini akan memberikan
identitas terhadap seseorang. Oleh karena itu, guru harus mampu mengintegrasikan budaya lokal
dalam pembelajarannya. Dengan memahami budaya lokal, guru dapat merancang pembelajaran)
yang langsung menyentuh dan mendukung pelestarian budaya setempat.
e. Komunikasi
Di atas telah diuraikan bahwa guru di era global harus menguasai dan mampu
menggunakan bahasa dunia (salah satunya bahasa Inggris). Dengan menguasai bahasa Inggris
dengan baik, guru dapat mengajar dengan menggunakan bahasa Inggris maupun bahasa nasional
(bahasa Indonesia), mampu megakses informasi dari berbagai sumber, menyampaikan informasi
kepada semua orang, dan mampu berkomunikasi dengan sesama guru biologi di seluruh dunia.
Dengan kemampuan seperti ini, guru tersebut akan menjadi ideal yang selalu mampu
meningkatkan pengetahuan dan kemampuannya.
f. Penguasaan E-learning
Penguasaan e-learning oleh guru di era global merupakan sesuatu yang tidak dapat
ditawar. Dengan menguasai e-learning, guru dapat merencanakan pembelajarannya berbasis
komputer termasuk di dalamnya pembelajaran berbasis information communication technology
(ICT). Guru dan siswa dapat menggunakan internet sebagai fasilitas belajar, sehingga materi dan
kegiatan pembelajaran selalu baru dan mengikuti perkembangan yang terjadi di seluruh dunia.
g. Mengelola Diri Sendiri untuk Belajar Sepanjang Hayat
Perkembangan IPTEK sangat pesat, apalagi didukung oleh berbagai peralatan yang
canggih, penemuan-penemuan di bidang TIK menjadi sangat pesat. Oleh karena itu, guru harus
memiliki komitmen untuk selalu belajar secara mandiri (long life learning) sehingga tidak
tertinggal oleh perkembangan biologi yang menjadi tanggung jawabnya dalam kehidupan
karirnya.
3.3 Kiat-Kiat Meningkat Profesionalisme Guru
Peningkatan profesionalisme guru biologi harus dilakukan secara sistematis, mulai dari
mereka masih duduk di bangku kuliah sampai mereka menjadi guru di sekolah, dalam arti
direncanakan secara matang, dilaksanakan secara taat asas, dan dievaluasi secara objektif.
Lahirnya seorang profesional tidak bisa hanya dari proses perkuliahan di kampus yang asal-
asalan (asal lulus, asal kuliah, asal memenuhi jumlah sks, asal bayar, dan asal-asal yang lain) dan
hanya melalui bentuk penataran dalam waktu tiga hari, supervisi dalam sekali atau dua kali
dalam setahun, dan studi banding hanya dua hari. Di sinilah letak pentingnya pengelolaan
perkuliahan di kampus dan manajemen guru di lapangan.
3.3.1 Peningkatan Mutu Lulusan Calon Guru
LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) atau Sekarang di sebut Universitas,
yaitu Universitas yang menyelenggarakan program pengadaan tenaga kependidikan atau
keguruan sebagai produsen calon guru berupaya untuk selalu meningkatkan mutu lulusan yang
mampu bersaing dalam dunia kerja. Tugas lain dari Universitas Keguruan adalah selalu
memberikan bantuan dan mendorong guru di lapangan agar selalu mengembangkan dirinya
sesuai dengan tuntutan zamannya. Beberapa upaya yang dilakukan Universitas Keguruan dalam
meningkatkan kualitas guru/calon guru adalah sebagai berikut. (1) Meningkatkan mutu lulusan
dengan selalu menyesuaikan kurikulum (menentukan standar, struktur, dan isi) sehingga sesuai
dengan tuntutan pasar (stakeholders), kebutuhan profesional dengan tidak meninggalkan
identitas daerah dan nasional. Setiap matakuliah menentukan isi perkuliahan yang disesuaikan
dengan perkembangan biologi dan teknologi. (2) Meningkatkan kemampuan berkomunikasi
lulusan, dengan meningkatkan kemampuan berbahasa (bahasa dunia yang salah satunya bahasa
Inggris) sehingga dapat berkomunikasi dengan sesama guru biologi di dunia internasional. (3)
Meningkatkan kualitas proses perkuliahan sesuai dengan tuntutan global yang didukung
teknologi informasi dalam suasana akademik (academic atmosphere) yang kondusif. Yang
dimaksud dengan suasana akademik adalah suasana yang tercipta didasarkan pada etik, etika,
moral dan tanggung jawab. Terciptanya suasana akademik yang kondusif akan melatih sikap
mahasiswa menjadi baik dan punya tanggung jawab. (4) Meningkatkan sarana dan prasrana
(termasuk media pembelajaran) yang mendukung proses perkuliahan sesuai tuntutan dunia
global. (5) Meningkatkan kualitas dosen dengan mendorong para dosen untuk selalu melakukan
penelitian, mengikuti perkembangan IPTEK baik secaca mandiri maupun mengikuti pendidikan
(degree maupun non-degree training). (6) Meningkatkan kualitas penilaian sehingga, produk
Universitas Keguruan menunjukkan kualitas yang sesuai dengan tuntutan era global. (7)
Meningkatkan kualitas pengelolaan pendidikan di Universitas Keguruan sehingga tercipta iklim
kerja yang sehat dan kondusif yang mendorong terjadinya kolaborasi yang baik dalam
meningkatkan pelaksanaan pendidikan di kampus. (8) Mengupayakan sumber dana yang
memadai sehingga semua kebutuhan dalam melaksanakan proses pendidikan berjalan dengan
baik. (9) Menyediakan layanan konsultasi bagi mahasiswa termasuk guru dalam meningkatkan
profesionalisme di lapangan. (10) Memberikan kompetensi vocasional tambahan yang dapat
mendukung profesinya sebagai guru biologi. (11) Menerapkan sistem penjaminan mutu
pelaksanaan pendidikan di kampus, termasuk penjaminan mutu lulusannya sehingga mampu
bersaing di pasar global. (12) Meningkatkan IMTAQ mahasiswa sehingga mahasiswa (guru)
selalu berpikir, berkata, dan berbuat yang benar sesuai ajaran agama yang dianutnya.
3.3.2 Manajemen Guru
Manjemen guru diartikan sebagai keseluruhan proses kerjasama (antar berbagai
komponen) dalam meningkatkan profesionalisme guru biologi dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan sesuai dengan tuntutan zaman. Manajeman guru untuk meningkatkan
profesionalisme di era global adalah sebagai berikut. (1) Menentukan jumlah guru yang cukup,
artinya bila jumlah guru kurang memadai, beban mengajar guru sangat tinggi akan
mengakibatkan guru tersebut tidak dapat mempersiapkan dirinya dalam melaksanakan
pembelajaran, mengakses kemajuan biologi yang menjadi bidangnya. Hal ini dapat dilakukan
dengan pengangkatan guru baru. (2) Guru diberikan tugas sesuai dengan bidang dan
kemampuannya. (3) Menyediakan kondisi agar guru produktif inovatif, dan mandiri dengan
selalu mendorong agar para guru memperbaharui materi ajarnya sesuai perkembangan dengan
menyediakan sarana dan prasrana teknologi di sekolah. (4) Memberikan insentif yang memadai
sehingga dapat diharapkan para guru terdorong untuk meningkatkan kemampuan dan
komitmennya. (5) Menegakkan disiplin kerja sesuai dengan aturan yang berlaku, baik aturan
yang dikeluarkan pemerintah atau peraturan yang disusun dan disepakati bersama di sekolah. (6)
Mengadakan pelatihan tentang kompetensi-kompetensi baru sesuai dengan tuntutan jaman,
seperti meningkatkan kreativitas, kemampuan berbahasa asing, orientasi berbagai budaya,
pelatihan penggunaan teknologi informasi/ICT, dan pelatihan lain yang mendukung mereka
menjadi guru yang profesional di jamannya. (7) Melakukan supervisi secara kontinu yang diikuti
dengan pembinaan dan penghargaan.
BAB IV
PENUTUP
I. SIMPULAN
Simpulan yang dapat di ambil dari uaraian di atas adalah bahwa pentingnya
pengembangan profesionalisme guru, apalagi guru merupakan salah satu komponen penting
dalam perencanaan pendidikan. Dan guru adalah rohnya ilmu. Jadi tidak lah heran jika guru
sangat di perhitungkan dalam perencanaan pendidikan. Guru tidak hanya berfungsi sebagai
perencana tetapi juga sebagai pelaksana perencanaan pendidikan dalam proses kegiatan belajar
mengajar. Bahkan sebagai penilai keberhasilan perencanaan yang telah disusun setelah
diterapkan dalam proses kegiatan belajar mengajar. Ketiga peran tersebut tidak bisa dipisahkan
antara yang satu dengan yang lainnya, karena kecakapan guru dalam menyusun dan mengelola
pembelajaran sangat membantu dalam menjalankan tugasnya secra efektif dan efisien. Apalagi di
era global diperlukan guru yang profesional dengan ciri-ciri : (1) memiliki kompetensi di bidang
tugasnya (pedagogik, kepribadian, profesional, dan sosial), (2) memiliki motivasi berprestasi
dalam kerjanya, (3) memiliki komitmen dalam memajukan pendidikan, (4) memiliki bakat dan
minat sebagai guru, (5) memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan profesi
sesuai dengan bidang tugas, (6) memiliki tanggung jawab atas tugas keprofesinalannya, (7)
mampu belajar sepanjang ayat dan memanfatkan ICT sebagai sarana belajar, (8) mampu
berkomunikasi dengan baik antar guru di seluruh dunia; dan (8) menguasai teknologi informasi.
Peningkatan priofesionalisme guru ini dilakukan melalui (1) pendidikannya di Universitas
Keguruan, yaitu dengan penyesuaian kurikulum, peningkatan kemampuan komunikasi,
peningkatan kualitas perkuliahan, peningkatan sarana prasrana perkuliahan, peningkatan kualitas
dosen, peningkatan kualitas pengelolaan Universitas Keguruan, meningkatkan dana pendidikan,
menyediakan layanan konsultasi, memberikan kompetensi tambahan yang mendukung
profesinya, menerapkan sistem jaminan mutu akademik, dan meningkatkan keimanan dan
ketaqwaan, (2) manajemen guru di lapangan dengan menentukan jumlah guru yang memadai,
guru mengajar sesuai dengan bidang kemampuannya, menyediakan kondisi yang menantang
guru agar produktif dan ninovatif, memberikan insentif yang memadai, menegakkan disiplin
kerja, memberikan pelatihan-pelatihan pendukung profesinya, dan melakukan supervisi yang
berkelanjutan.
II. SARAN
Saran yang dapat diajukan adalah (1) kepada semua guru agar selalu meningkatkan
profesionalismenya dengan mengelola diri sendiri untuk belajar sepanjang dan mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan, (2) kepada lembaga Universitas Keguruan hendaknya selalu
meningkatkan kualitas lulusannya dan selalu membantu guru yang ada di sekolah dalam
meningkatkan profesionalismenya untuk mencapai tujuan perencanaan pendidikan yang efektif
dan evisien. (3) Dalam merancang Pendidikan guru hendaknya menyesuaikan dengan kebudayan
dan norma yang ada di lingkungannya dan disesuaikan dengan Sumber Daya Alam dan Sumber
Daya Manusia yang ada.
DAFTAR PUSTAKA
Bafadal, I. 2004. Peningkatan Profersionalisme Guru Sekolah Dasar (Dalam Rangka
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah). Jakarta: Bumi aksara.
Depdiknas. 2005. Praktek Baik dalam Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi. (Buku II, III, V, VI,
X). Jakarta: Dirjen Dikti.
Galbreath, J. 1999. Preparing the 21st Cebtury Worker: The Link Between Computer-Based
Technology and Future Skill Sets. J. Educational Technology. November-December.
Imron. A. 1995. Pebinaan Guru di Indonesia. Jakarta: Pustaka Jaya.
Mulyasa, E. 2006. Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
PP No. 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
UU RI No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen
UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Trillingh, B. & Hood, P. 1999. Learning, Technology, and Education Reform in Knowledge Ege.
J. Educational Technology. Mei-Juni.