tugas abc

47
 i Matakuliah : Akunta nsi Manajemen Dosen : Dr.Mursalim, SE., M.Si., Ak MAKALAH ACTIVITY BASED COSTING Disusun oleh : Kelompok 4 Ekea Multi Febriyanti (0049-04.18.2014) Rahmat Mulyadi (0048-04.18.2014) Muh. Iqbal C ( 0047-04.18.201 4) Sufyanindra (0045-04.18.2014) Puput Ar (0032-04.18.2014) Kelas : MAKSI-2 MAGISTER AKUNTANSI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUSLIM I NDONESIA MAKASSAR 2015

description

Makalah

Transcript of tugas abc

  • i

    Matakuliah : Akuntansi Manajemen

    Dosen : Dr.Mursalim, SE., M.Si., Ak

    MAKALAH

    ACTIVITY BASED COSTING

    Disusun oleh :

    Kelompok 4

    Ekea Multi Febriyanti (0049-04.18.2014)

    Rahmat Mulyadi (0048-04.18.2014)

    Muh. Iqbal C (0047-04.18.2014)

    Sufyanindra (0045-04.18.2014)

    Puput Ar (0032-04.18.2014)

    Kelas : MAKSI-2

    MAGISTER AKUNTANSI

    PROGRAM PASCASARJANA

    UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

    MAKASSAR

    2015

  • i

    KATA PENGANTAR

    Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kami kemudahan

    sehingga dapat menyelesaiakan makalah ini. Tanpa pertolongan-Nya

    mungkin penyusun tidak akan sanggup menyelesaikan makalah yang

    berjudul Activity Based Costing. Meskipun banyak rintangan dan

    hambatan yang kami alami dalam proses pengeraannya, tapi kami berhasil

    menyelesaikannya dengan baik.

    Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak

    Dr.Mursalim, SE., M.Si., Ak selaku dosen matakuliah Akuntansi Manajemen

    yang telah mempercaya kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga

    mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang sudah

    memberikontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan

    makalah ini.

    Tentunya ada hal-hal yang ingin kami berikan kepada teman-teman

    mahasiswa dari hasil makalah ini. Karena itu kami berharap semoga

    makalah ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.

    Pada bagian akhir, kami akan mengulas tentang berbagai masukan

    dan pendapat dari teman-teman yang ahli pada bagian pembahasan ini,

    karena itu kami harapkan hal ini juga dapat berguna bagi kita bersama.

    Semoga makalah yang kami buat ini dapat membuat kita mencapai

    target pembelajaran yang lebih baik lagi, Amin Yarabbal Alamin.

    Penyusun

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATA PENGANTAR .................................................................................. i

    DAFTAR ISI .............................................................................................. ii

    DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv

    BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1

    BAB II PERMASALAHAN ......................................................................... 6

    A. Rumusan Masalah ...................................................................... 6

    B. Tujuan ......................................................................................... 6

    C. Manfaat....................................................................................... 7

    BAB III PEMBAHASAN ............................................................................ 8

    A. Biaya ........................................................................................... 8

    1. Pengertian ............................................................................... 8

    2. Penggolongan Biaya ............................................................. 12

    3. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya Dalam

    Hubungannya dengan Suatu yang di Biayai.......................... 14

    4. Penggolongan Biaya Menurut Perilakunya dalam Hubungannya

    dengan Perubahan Volume .................................................. 15

    5. Penggolongan Biaya atas Dasar Jangka Waktu .................... 15

    B. Activity Based Costing .............................................................. 16

    1. Pengertian ............................................................................. 16

    2. Prosedur Penerapan ABC ..................................................... 21

    3. Manfaat Sistem ABC ............................................................. 24

    4. Keuntungan dan Kelemahan Sistem ABC ............................. 27

  • iii

    5. Syarat Penerapan ABC System ............................................ 31

    C. Peranan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam

    Perusahaan ............................................................................ 33

    1. Studi Kasus pada PT. Panca Mitra Sandang Indah-Masalah

    yang di Angkat ...................................................................... 33

    2. Hasil Penelitian ..................................................................... 35

    3. Saran yang di Berikan ........................................................... 36

    BAB IV Penutup ..................................................................................... 38

    A. Kesimpulan ............................................................................... 38

    B. Saran ........................................................................................ 39

    DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 40

  • iv

    DAFTAR TABEL

    Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC........................... 21

  • 1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Kondisi dunia yang semakin mengglobal memberikan ruang seluas-

    luasnya untuk terjadinya persaingan khususnya di sektor ekonomi.

    Perusahaan sebagai bagian yang terpenting dalam perekonomian dituntut

    untuk terus melakukan perubahan kearah yang lebih baik sehingga dapat

    bertahan dalam lingkungan persaingan yang semakin ketat bahkan

    melewati batas negara dalam lingkup multilateral dan internasional.

    Perkembangan usaha perusahaan seringkali didorong oleh keinginan untuk

    memperluas pasar, baik perluasan dari sudut konsumen yang baru dilayani

    maupun perluasan daerah pemasaran yang harus dijangkau oleh

    perusahaan, serta para pesaing yang harus dihadapi. Dengan pemahaman

    akan lingkungan persaingan yang dihadapinya, organisasi dapat

    mengetahui posisi persaingannya sehingga lebih mampu mengoptimalkan

    operasi-operasinya terutamadalam menghasilkan produk dan memperoleh

    bagian pasar yang lebih besar dengan pertimbangan pada efisiensi biaya

    produksi dalam menentukan harga pokok produksinya. Memasuki era

    globalisasi dan perdagangan bebas membawa perubahan bagi dunia

    usaha di Indonesia. Salah satu dampaknya bagi industri dalam negeri yaitu

    semakin ketatnya persaingan yang harus dihadapi. Perusahaan tidak

    hanya harus mampu bersaing dengan perusahaan lokal saja tapi juga harus

    mampu bersaing dengan perusahaan-perusahaan asing. Untuk alasan ini,

    perusahaan-perusahaan di Indonesia harus mampu menciptakan fondasi

  • 2

    yang kuat bagi perusahaannya. Persaingan harga, kualitas, dan

    sebagainya menjadikan sebagian perusahaan harus membenahi berbagai

    aspek di dalam perusahaannya agar mampu menghadapi persaingan

    tersebut. Perusahaan selalu dituntut untuk dapat mengambil keputusan

    yang tepat agar perusahaannya dapat bertahan dalam dunia usaha.

    Perusahaan membutuhkan keunggulan dalam menghadapi persaingan

    yang ketat dalam industri ini. Meningkatnya persaingan dalam industri

    sejenis mengakibatkan pasar untuk industri tersebut menjadi price

    sensitive, dimana peningkatan atau penurunan harga yang relatif kecil

    dapat mengakibatkan dampak yang signifikan pada penjualan. Karena itu,

    harga jual merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk dapat

    bertahan dalam industri tersebut. Untuk dapat mencapai keunggulan,

    perusahaan harus dapat menghitung harga jual dengan tepat. Harga jual

    tidak boleh terlalu rendah agar dapat menutup semua biaya yang

    dikeluarkan perusahaan dan memberikan keuntungan yang diinginkan,

    juga tidak boleh terlalu tinggi agar perusahaan dapat bersaing dengan para

    pesaingnya.

    Harga pokok produksi mempunyai peranan yang sangat penting

    dalam menentukan harga jual produk. Penetapan biaya produksi yang lebih

    tepat akan dapat menghasilkan harga pokok produksi yang lebih

    akurat.Oleh karena itu, perusahaan harus benar-benar serius menangani

    harga pokok produksinya. Dalam perhitungan biaya produksi untuk

    menentukan harga pokok produksi masih banyak perusahaan yang masih

    menggunakan sistem tradisional (metode full costing) (Mulyadi, 2001 : 83 ).

  • 3

    Dewasa ini telah dikembangkan sistem perhitungan biaya yang lebih akurat

    untuk menentukan harga pokok produksi. Perhitungan biaya dengan cara

    lebih akurat tersebut dikenal dengan istilah sistem Activity Based Costing

    (ABC). Dalam kurun waktu empat tahun terakhir sistem ini sempat menarik

    perhatian manajemen banyak perusahaan, namun perusahaan-

    perusahaan tersebut menyadari bahwa penerapan sistem ini masih perlu

    terus dievaluasi untuk menemukan format terbaik sesuai dengan situasi dan

    kondisi perusahaan serta spesifikasi barang yang diproduksi. Konsep

    sistem Activity Based Costing (ABC) merupakan alternatif solusi yang

    ditempuh oleh perusahaan untuk mendapatkan informasi akuntansi yang

    relevan dalam keragaman kondisi. Manajemen memerlukan informasi

    untuk memungkinkan mereka melakukan pengelolaan terhadap berbagai

    aktivitas dalam menghasilkan cost object. Dalam era globalisasi dan diujung

    perkekmbangan dunia usaha yang semakin pesat mengakibatkan naiknya

    persaingan bisnis. Masing-masing perusahaan saling beradu strategi dalam

    usaha menarik konsumen. Persaingan tersebut tidak hanya persaingan

    bisnis dibidang manufaktur/industri tetapi juga dibidang usaha pelayanan

    jasa. Salah satu bentuk usaha pelayanan jasa adalah jasa kesehatan,

    terutama jasa rumah sakit. Hal ini terbukti semakin banyaknya rumah sakit

    yang didirikan baik pemerintah maupun swasta. Akibat dari perkembangan

    rumah sakit yang semakin pesat ini, menimbulkan persaingan yang ketat

    pula. Sehingga menuntut adanya persaingan atas produk dan kepercayaan

    pelanggan.

  • 4

    Metode Activity Based Costing merupakan salah satu metode yang

    kontemporer yang diperlukan manajemen modern untuk meningkatkan

    kualitas dan output, menghilangkan waktu aktivitas yang tidak menambah

    nilai, mengefisiensikan perusahaan. Kenyataan ini menunjukkan bahwa

    pemerintah telah menyadari pentingnya perhitungan harga pokok termasuk

    dalam sektor pelayanan kesehatan. Activty Based Costing (ABC)

    memfokuskan pada biaya yang melekat pada produk berdasarkan aktivitas

    yang dikerjakan untuk menjalankan, dan mendistribusikan atau menunjang

    produk yang bersangkutan. Activity based costing menganggap bahwa

    timbulnyaa biaya disebabkan oleh aktivitas yang menghasilkan produk.

    Pendekatan ini menggunakan penggerak biaya pada aktivitas yang

    menimbulkan biaya dan akan lebih akurat diterapkan pada perusahaan

    yang menghasilkan beraneka ragam jenis produk serta sukar untuk

    mengidentifikasi biaya tersebut ke setiap produk secara individual. Activity

    based costing adalah sebuah sistem informasi akuntansi yang

    mengidentifikasi bermacam-macam aktivitas yang dikerjakan di dalam

    suatu organisasi dan mengumpulkan biaya dengan dasar sifat yang ada

    dari aktivitas tersebut. Activity based costing dapat disimpulkan sebagai

    pendekatan penentuan biaya produk atau jasa berdasarkan konsumsi

    sumber daya yang disebabkan karena aktivitas.

    Oleh karena itu manajemen harus mampu mengelola sumber daya

    dalam proses pembuatan produk dengan melakukan perancangan kembali

    sistem akuntansi biaya yang mampu mencerminkan konsumsi sumber daya

    dalam aktivitas pembuatan produk (Mulyadi,Setyawan, 2001). Sistem

  • 5

    Activity Based Costing (ABC) adalah salah satu alternatif metode

    penghitungan harga pokok produksi yang lebih efektif apabila diterapkan

    pada perusahaan manufaktur yang menghasilkan produk bervariasi, hal ini

    dimungkinkan karena perusahaan manufaktur dengan produk yang

    bervariasi memiliki aktivitas produksi yang memicu biaya lebih banyak

    daripada perusahaan yang memproduksi barang hanya satu jenis saja

    sehingga maupun jenis perusahaan lain yang bergerak dibidang jasa dan

    perdagangan.

  • 6

    BAB II

    PERMASALAHAN

    A. Rumusan Masalah

    Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas dapat

    diambil rumusan masalah yaitu :

    1. Apa yang dimaksud dengan biaya, penggolongan biaya, penggolongan

    biaya menurut hubungan biaya dengan suatu yang dibiayai,

    penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya dengan

    perubahan volume kegiatan, dan penggolongan biaya atas dasar jangka

    waktu manfaatnya.

    2. Apa yang dimaksud dengan Activitty Based Costing, prosedur

    penerapan ABC, manfaat sistem ABC, keunggulan dan kelemahan

    sistem ABC, dan syarat penerapan ABC System.

    3. Mengapa Peranan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam

    Perusahaan sangat tepat digunakan?

    B. Tujuan

    1. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan biaya,

    penggolongan biaya, penggolongan biaya menurut hubungan biaya

    dengan suatu yang dibiayai, penggolongan biaya menurut perilakunya

    dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, dan

    penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya.

  • 7

    2. Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan Activitty Based

    Costing, prosedur penerapan ABC, manfaat sistem ABC, keunggulan

    dan kelemahan sistem ABC, dan syarat penerapan ABC System.

    3. Untuk dapat dijadikan sebagai referensi tentang peranan metode Activity

    Based Costing (ABC) dalam perusahaan sangat tepat digunakan?

    C. Manfaat

    1. Bagi Penulis : Sebagai tambahan ilmu pengetahuan tentang Akuntansi

    khususnya dalam menggunakan dan mengolah Sistem Activity Based

    Costing (ABC).

    2. Bagi Para Akademisi : Sebagai tambahan dan sumbangan infomasi

    akuntansi dan literatur yang dapat digunakan sebagai referensi dalam

    penelitian dengan topik yang sama dimasa yang akan datang.

  • 8

    BAB III

    PEMBAHASAN

    A. Biaya

    1. Pengertian

    Dalam usaha mengelola perusahaan, diperlukan informasi biaya

    yang sistematik dan komparatif serta data analisis biaya dan laba. Informasi

    ini membantu manajemen untuk menetapkan sasaran laba perusahaan,

    menetapkan target departemen yang menjadi pedoman manajemen

    menengah dan operasi menuju pencapaian sasaran akhir, mengevaluasi

    keefektifan rencana, mengungkapkan keberhasilan atau kegagalan dalam

    bentuk tanggung jawab yang spesifik dan menganalisis serta memutuskan

    pengadaan penyesuaian dan perbaikan agar seluruh organisasi tetap

    bergerak maju secara seimbang menuju tujuan yang telah ditetapkan.

    Sistem informasi yang benar-benar diperlukan oleh setiap manajer yang

    bertanggung jawab. Guna pencapaian tujuan ini, system tersebut harus

    dirancang untuk memberikan informasi tepat pada waktunya. Selanjutnya,

    informasi ini harus dikomunikasikan secara efektif. Untuk itu, kebutuhan

    akan pengendalian biaya menjadi hal yang dominan.

    Untuk melaksanakan tanggung jawab perencanaan dan

    pengendalian biaya, manajer membutuhkan informasi tentang biaya. Dari

    sudut pandang akuntansi, kebutuhan informasi biaya paling sering

    berkaitan dengan biaya-biaya organisasi. Menghasilkan pendapatan

    tidaklah menjamin adanya laba. Pengetahuan mengenai biaya-biaya dapat

  • 9

    membuat perbedaan signifikan dalam keberhasilan keuangan sebuah

    perusahaan. Entitas-entitas bisnis yang sangat memahami dan

    mengendalikan biaya-biaya biasanya memperoleh sukses yang lebih baik

    dari pada entitas-entitas yang tidak memahaminya. Tanpa informasi biaya,

    manajemen tidak memiliki ukuran apakah masukan yang dikorbankan

    memiliki nilai ekonomi yang lebih rendah dari nilai keluarnya, sehingga

    tidak memiliki informasi apakah kegiatan usahanya menghasilkan laba

    atau sisa hasil usaha yang sangat diperlukan untuk mengembangkan

    atau mempertahankan eksistensi perusahaannya. Begitu juga tanpa

    informasi biaya, manajemen tidak memiliki dasar untuk mengalokasikan

    berbagai sumber ekonomi yang dikorbankan dalam menghasilkan

    sumber ekonomi lain.

    Berdasarkan pandangan tersebut, menurut Sunarto (2004 : 2)

    mengungkapkan secara umum bahwa : Biaya adalah harga pokok atau

    bagiannya yang dimanfaatkan atau dikonsumsi untuk memperoleh

    pendapatan. Perumusan definisi biaya secara umum yang dikemukakan di

    atas, memiliki ciri-ciri seperti pemakain barang-barang, keterkaitan dengan

    suatu tujuan output dan penilaian. Melalui penggunaan ciri-ciri yang lebih

    dipertajam dengan memperhatikan ciri-ciri tambahan yang diperlukan dapat

    menghasilkan pengertian biaya secara khusus atau pengertian biaya yang

    lebih rinci. Pengertian biaya secara khusus merupakan pengertian yang

    operasional, terutama karena memberi petunjuk tentang jenis pemakaian

    barang-barang, banyaknya pemakaian, kaitan pemakaian dan hasil serta

    dasar-dasar penilaiannya, sesuai dengan kekhususan masing-masing

  • 10

    biaya yang bersangkutan. Krismiaji (2012 : 17) mengemukakan bahwa :

    Biaya adalah kas yang dikorbankan untuk membeli barang atau jasa yang

    diharapkan akan memberikan manfaat bagi perusahaans saat sekarang

    atau untuk periode mendatang . Witjaksono (2013 : 3) menyatakan bahwa:

    Cost dapat dikaitkan atau dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip

    Matching (dapat saling ditanding) antara pengorbanan dengan

    manfaat.Activity Based Costing Sistem adalah suatu sistem akuntansi

    yang terfokus pada aktivitas-aktifitas yang dilakukan untuk menghasilkan

    produk/jasa. Activity Based Costing menyediakan informasi perihal

    aktivitas-aktivitas dan sumber daya yang dibutuhkan untuk melaksanakan

    aktivitas-aktivitas tersebut. Aktivitas adalah setiap kejadian atau transaksi

    yang merupakan pemicu biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor

    penyebab dalam pengeluaran biaya dalam organisasi. Aktivitas-aktivitas ini

    menjadi titik perhimpunan biaya. Dalam sistem ABC, biaya ditelusur ke

    aktivitas dan kemudian ke produk. System ABC mengasumsikan bahwa

    aktivitas-aktivitaslah, yang mengkonsumsi sumber daya dan bukannya

    produk. Metode ABC memandang bahwa biaya overhead dapat dilacak

    dengan secara memadai pada berbagai produk secara individual. Biaya

    yang ditimbulkan oleh cost driver berdasarkan unit adalah biaya yang dalam

    metode tradisional disebut sebagai biaya variabel. (Hansen dan Mowen,

    1999: 157-158).

    Mursyidi (2008 : 14) menyatakan bahwa : Biaya diartikan sebagai

    suatu pengorbanan yang dapat mengurangi kas atau harta lainnya untuk

    mencapai tujuan, baik yang dapat dibebankan pada saat ini maupun pada

  • 11

    saat yang akan datang. Selanjutnya pengertian biaya dikemukakan

    oleh Prawironegoro (2009 :19) bahwa : Biaya merupakan pengorbanan

    untuk memperoleh harta, sedangkan beban merupakan pengorbanan untuk

    memperoleh pendapatan. Kedua merupakan pengorbanan, namun

    tujuannya berbeda. Dalam dunia bisnis, semua aktivitas dapat diukur

    dengan satuan uang yang lazim disebut biaya. Aktivitas itu merupakan

    pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran, material untuk mencapai suatu

    tujuan tertentu. Tujuan bisnis adalah laba. Oleh sebab itu setiap aktivitas

    harus diperhitungkan secara benefit cost ratio (perhitungan keuntungan dan

    pengorbanan). Rahmawati (2012 : 1) mengemukakan pengertian biaya

    sebagai Cost (harga pokok) adalah semua biaya yang telah dikeluarkan dan

    dianggap masih akan memberi manfaat (benefit) dimasa yang akan datang,

    dicatat dalam neraca. Expense (biaya) adalah semua biaya yang telah

    dikeluarkan untuk menghasilkan prestasi dan dianggap tidak akan

    memberikan manfaat (benefit) di masa yang akan datang, dicatat dalam

    perkiraan rugi laba. Samryn (2012 : 26) mengatakan bahwa : Biaya adalah

    pengorbanan manfaat ekonomis untuk memperoleh jasa yang tidak

    dikapitalisir nilainya. Beban merupakan biaya yang tidak dapat memberikan

    manfaat di masa yang akan datang, atau identik dengan biaya atau harga

    perolehan yang sudah habis masa manfaatnya . Berkenaan dengan

    batasan yang terakhir ini di mana terdapat biaya yang langsung diperlukan

    sebagai beban dalam pelaporan keuangan konvensional, maka istilah biaya

    sering digunakan secara bergantian dengan istilah beban. Yang telah

  • 12

    terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya

    tersebut di atas :

    a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi

    b. Diukur dalam satuan uang

    c. Yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi

    d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

    Berdasarkan definisi-definisi di atas tentang biaya maka digunakan

    akumulasi data biaya untuk keperluan penilaian persediaan dan untuk

    penyusunan laporan-laporan keuangan di mana data biaya jenis ini

    bersumber pada buku-buku dan catatan perusahaan. Tetapi, untuk

    keperluan perencanaan analisis dan pengambilan keputusan, sering harus

    berhadapan dengan masa depan dan berusaha menghitung biaya

    terselubung (imputed cost), biaya deferensial, biaya kesempatan

    (oppurtunity cost) yang harus didasarkan pada sesuatu yang lain dari biaya

    masa lampau. Oleh sebab itu merupakan persyaratan dasar bahwa biaya

    harus diartikan dalam hubungannya dengan tujuan dan keperluan

    penggunaannya sehingga suatu permintaan akan data biaya harus disertai

    dengan penjelasan mengenai tujuan dan keperluan penggunaannya,

    karena data biaya yang sama belum tentu dapat memenuhi semua tujuan

    dan keperluan.

    2. Penggolongan Biaya

    Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam

    cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang

  • 13

    hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi

    biaya dikenal konsep different cost for different purposes Mulyadi (2012 :

    13) mengemukakan bahwa biaya dapat digolongkanmenjadi beberapa

    bagian dapat dikemukakan sebagai berikut : Obyek Pengeluaran, Fungsi

    pokok dalam perusahaan, Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai,

    Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan ,

    Jangka waktu manfaatnya. Berdasarkan penggolongan biaya diatas maka

    dapat diuraikan satu-persatu sebagai berikut :

    a. Penggolongan biaya menurut obyek pengeluaran. Dalam cara

    penggolongan ini, nama obyek pengeluaran merupakan dasar

    penggolongan biaya. Misalnya nama obyek pengeluaran adalah

    bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan

    bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

    b. Pengolongan biaya menurut fungsi pokok dalam perusahaan . Dalam

    perusahaan manufaktur ada tiga pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi

    pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu dalam

    perusahaan manufaktur, biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga

    kelompok : Biaya produksi, Biaya produksi merupakan biaya-biaya

    yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi siap

    untuk dijual. Menurut obyek pengeluarannya, secara garis besar

    biaya produksi ini dibagi menjadi: biaya bahan baku, biaya tenaga

    kerja langsung, dan biaya overhead pabrik (factory overhead cost).

    Biaya pemasaran, Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang

    terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk.

  • 14

    c. Biaya administrasi dan umum . Biaya administrasi dan umum

    merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi

    dan pemasaran produk.

    3. Penggolongan biaya menurut hubungan biaya dengan sesuatu

    yang di biayai

    Sesuatu yang dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Dalam

    hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan

    menjadi dua golongan yakni Biaya langsung (direct cost), Biaya langsung

    adalah biaya yang terjadi, yaitu penyebab satu-satunya adalah karena

    adanya sesuatu yang dibiayai. Jika sesuatu yang dibiayai tersebut tidak

    ada, maka biaya langsung ini tidak akan terjadi. Dengan demikian biaya

    langsung tersebut akan mudah diidentifikasikan dengan sesuatu yang

    dibiayai. Biaya produksi langsung terdiri dari biaya bahan baku dan biaya

    tenaga kerja langsung. Biaya langsung departemen (direct departement

    costs) adalah semua biaya yang terjadi di dalam departemen tertentu. dan

    Biaya tidak langsung (indirect cost), Biaya tidak langsung adalah biaya yang

    terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak

    langsung dalam hubungannya dengan produk tersebut dengan istilah biaya

    produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik (factory overhead

    costs).

  • 15

    4. Penggolongan biaya menurut perilakunya dalam hubungannya

    dengan perubahan volume kegiatan

    Dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan, biaya

    dapat digolongkan menjadi lima yakni Biaya variable, biaya variabel adalah

    biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume

    kegiatan. Biaya semivariabel, biaya semivariabel adalah biaya yang

    berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya

    semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

    Biaya semifixed, biaya semifixed adalah biaya yang tetap untuk tingkat

    volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah yang konstan pada

    volume produksi tertentu. Biaya tetap, biaya tetap adalah biaya yang jumlah

    totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu.

    5. Penggolongan biaya atas dasar jangka waktu manfaatnya

    Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat dibagi menjadi

    dua yakni Pengeluaran modal (capital expenditures), pengeluaran modal

    adalah biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi

    (biasanya periode akuntansi adalah satu tahun kalender). Pengeluaran

    modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai harga pokok aktiva, dan

    dibebankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara

    didepresiasi, diamortisasi atau dideplesi. Dan Pengeluaran pendapatan

    (revenue expenditures), pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya

    mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran

    tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan

  • 16

    sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari

    pengeluaran biaya tersebut.

    B. Activity Based Costing

    1. Pengertian

    Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan

    konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga

    pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem

    ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi biaya produk yang akurat

    akan tetapi juga menyediakan informasi tentang biaya dan kinerja dari

    aktivitas dan sumber daya serta dapat menelusuri biaya-biaya secara

    akurat ke objek biaya selain produk, misalnya pelanggan dan saluran

    distribusi. Activity Based Costing adalah Pencatatan biaya pada setiap

    tahapan proses produksi guna perhitungan dan Pengontrolan proses biaya

    produksi suatu produk yang nantinya akan berpengaruh terhadap Harga

    Pokok Produksi. Dengan menerapkan sistem ABC ini sangat besar sekali

    manfaatnya bagi suatu perusahaan karena managemen bisa langsung

    menganalisa aliran biaya dan penyerapan biaya pada setiap bagian di

    perusahaan terkait dengan Harga Pokok Produksi, selain dari Managemen

    akan bisa mengetahui mengenai distribusi biaya untuk memproduksi suatu

    produk pada setiap tahapan proses produksi. Activity Based Costing system

    tidak lagi terbatas pemanfaatannya hanya untuk menghasilkan informasi

    kos ke produk yang akurat namun meluas sebagai sistem informasi kos

    produk yang akurat namun meluas sebagai sistem informasi untuk

  • 17

    memotivasi personel dalam melakukan improvement terhadap proses yang

    digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan produk dan jasa bagi

    customer. Awal perkembangannya Activity Based Costing system masih

    terbatas penggunaannya dalam perusahaan manufaktur dengan produk

    tunggal, perusahaan jasa (seperti perbankan, transportasi, dan pelayanan

    kesehatan), perusahaan dagang (seperti bisnis ritel dan distributor) Activity

    Based Costing system diamanfaatkan untuk mengatasi kelemahan

    akuntansi biaya trsdisional yang didesain khusus untuk perusahaan

    manufaktur.

    Semua jenis perusahaan (manufaktur, jasa, dagang) sekarang dapat

    diamanfaatkan Activity Based Costing, system sebagai sistem akuntansi

    biaya, baik untuk tujuan pengurangan biaya (cost reducation) maupun untuk

    perhitungan object cost yang akurat. Activity Based Costing system dapat

    digunakan oleh segala jenis perusahaan, tidak hanya untuk perusahaan

    manufaktur saja, melainkan berbagai jenis perusahaan. Jika pada tahap

    awal perkembangannya, Activity Based Costing, system hanya difokuskan

    pada biaya overhead pabrik, pada tahap perkembangan selanjutnya,

    Activity Based Costing system diterapkan ke semua biaya, mulai dari biaya

    desain, biaya produksi, biaya penjualan, biaya pasca jual, sampai biaya

    administrasi dan umum. Activity Based Costing, system menggunakan

    aktivitas sebagai kritik pusat ( focal point ) untuk mempertanggungjawabkan

    biaya. Oleh karena itu aktivitas tidak hanya dijumpai di perusahaan

    manufaktur, dan tidak terbatas di tahap produksi, maka Activity Based

  • 18

    Costing, systemdapat dimanfaatkan di perusahaan non manufaktur dan

    mencakup biaya diluar produksi.

    Menurut Supriyono (2002 : 80 ) bahwa Sistem ABC adalah sistem

    informasi yang dapat menyajikan informasi yang akurat dan tepat waktu

    mengenai pekerjaan (aktivitas) yang mengkonsumsi sumber (biaya

    aktivitas) untuk mencapai tujuan pekerjaan (produk dan pelanggan). ABC

    system merupakan sistem informasi biaya yang mengubah cara yang

    digunakan oleh manajemen dalam pengelolaan bisnis, dan ABC system

    menggunakan informasi tersebut dalam berbagai rancangan analisis untuk

    meningkatkan hasil aktivitas secara berkesinambungan. Selanjutnya

    pengertian Activity Based Costing, system menurut Krismiaji dan Y Anny

    Aryani ( 2011 : 110 ) bahwa : Activity Based Costing, system adalah

    merupakan sebuah system yang pertama kali menelusur biaya ke aktivitas

    yang menyebabkan biaya tersebut dan membebankan biaya aktivitas

    kerpada produk . Dari definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

    Activity Based Costing, system penentuan kos produk konvensional juga

    menentukan kost produk melalui 2 tahap, yaitu menelusur biaya ke tempat

    terjadinya biaya (misalnya departemen), kemudian membebankan biaya ke

    produk. Dengan pola seperti itu, ada perbedaana pada langkah pertama,

    sedangkan pada langkah kedua tidak ada perbedaan sama sekali.

    Perbedaan pokok antara ABC dengan system konvensional adalah

    pada sifat dan jumlah cost driver yang digunakan ABC dengan system

    konvensional adalah pada sifat dan jumlah cost driver yang digunakan. ABC

    menggunakan unit based dan nonunit-based, dan umumnya jumlah cost

  • 19

    driver yang digunakan jauh lebih banyak implikasinya adalah ABC mampu

    menghasilkan perhitungan biaya (kos) yang lebih akurat. Dari perspektif

    manajerial, system ABC juga memberikan informasi tentang seluruh

    aktivitas yang terkait dengan pembuatan produk dan biaya aktivitas.

    Dengan informasi tersebut, manajemen dapat memusatkan perhatian pada

    aktivitas yang memiliki peluang untuk penghematan biaya (cost saving).

    Menurut pendapat Tunggal ( 2003 : 20 ) bahwa Activity Based Costing

    mengakui bahwa pelaksanaan aktivitas menimbulkan konsumsi

    sumberdaya yang dicatat sebagai biaya. Kalkulasi biaya berbasis

    transaksi adalah nama lain untuk Activity Based Costing. Tujuan Activity

    Based Costing adalah mengalokasi biaya ke transaksi dari aktivitas yang

    dilaksanakan dalam suatu organisasi, dan kemudian mengalokasi biaya

    tersebut secara tepat ke produk sesuai dengan pemakaian aktivitas setiap

    produk . Islahuzzaman, (2011 : 39) mengatakan bahwa : Activity based

    costing adalah system akuntansi yang terfokus pada aktivitas-aktivitas yang

    dilakukan untuk menghasilkan produk atau jasa. Activity based costing

    menyediakan informasi perihal aktivitas-aktivitas sumber-sumber daya

    yang dibutuhkan untuk melaksanakan aktivitas-aktivitas tersebut . Aktivitas

    (activity) adalah setiap kejadian atau transaksi yang merupakan pemicu

    biaya (cost driver) yakni, bertindak sebagai faktor penyebab (casual factor)

    dalam pengeluaran biaya dalam organisasi.

    Menurut Samryn (2012 : 156) mengemukakan pengertian Activity

    based costing sebagai berikut : Activity based costing merupakan suatu

    metode yang membentuk kompulan biaya untuk tiap kegiatan utama dalam

  • 20

    suatgu organisasi melalui dua tahap. Tahap pertama meliputi identifikasi

    pusat-pusat aktivitas sebagai cost driver, dan yang kedua mengalokasikan

    biaya overhead pada setiap aktivitas. Dari definisi tersebut di atas maka

    dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dalam akuntansi ini alokasi biaya

    overhead kepada produk dialokasi berdasarkan konsumsi biaya untuk tiap

    aktivitas yang terjadi dalam rangka produksi. Dalam akuntansi biaya yang

    konvensional alokasi tersebut biasanya dilakukan melalui satu tahap saja

    berdasarkan jumlah jam tenaga kerja langsung atau jumlah unit produksi.

    Perusahaan yang menggunakan ABC adalah perusahaan yang

    memproduksi berbagai jenis barang seperti dalam perusahaan yang

    menggunakan job order costing. Sistem job order costing disebut sistem

    tradisional, perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC adalah :

    No Tradisional (Job Order

    Costing)

    ABC

    1

    Semua produk dibebani biaya

    produksi, meskipun produk

    tertentu tidak mengkonsumsi

    biaya produksi tersebut

    Tarif BOP ditentukan didepan

    berdasarkan biaya yang

    dianggarkan atau tingkatan

    aktivitas yang diharapkan.

    2

    Biaya non produksi seperti

    biaya administrasi dan

    pemasaran tidak dibebankan ke

    produk tertentu, meskipun

    biaya tersebut muncul karena

    Beberapa biaya produksi

    dikeluarkan atau tidak

    dimasukkan sebagai biaya

    produksi barang tertentu, jika

    biaya produksi tersebut muncul

    bukan karena memproduksi

  • 21

    memproduksi produk tertentu

    tersebut

    barang tertentu tersebut atau

    dengan kata lain, biaya produksi

    barang tertentu hanya dibebani

    biaya yang timbul karena

    memproduksi barang tersebut

    3

    Biaya produksi selain bahan

    baku dan tenaga kerja langsung

    dijadikan satu kelompok BOP

    dengan satu ukuran, umumnya

    diukur berdasarkan jam kerja

    tenaga kerja langsung atau jam

    kerja mesin

    Terdapat lebih dari satu poll atau

    kelompok biaya yang tidak dapat

    ditelusuri (BOP, administrasi,

    pemasaran), dimana masing-

    masing kelompok biaya

    mempunyai ukuran aktivitas

    tersendiri, sehingga mempunyai

    tarif tersendiri

    4

    Tarif BOP ditentukan didepan

    berdasarkan biaya yang

    dianggarkan atau tingkatan

    aktivitas yang diharapkan

    Tarif alokasi biaya didasarkan

    pada tingkat aktivitas

    sesungguhnya, bukan aktivitas

    yang dianggarkan ataupun

    diharapkan.

    Tabel 1.1 Perbedaan antara sistem tradisioanal dan ABC

    2. Prosedur Penerapan Activity Based Costing

    Berikut ini merupakan prosedur-prosedur yang perlu dilakukan

    dalam penerapan activity based costing (Simamora, 2002:297-306).

    a. Prosedur tahap pertama, pada tahap pertama penentuan harga

    pokok berdasarkan aktivitas meliputi empat langkah sebagai berikut:

  • 22

    1) Penggolongan berbagai aktivitas

    2) Menghubungkan biaya dengan aktivitas

    3) Penentuan kelompok-kelompok biaya (cost pools) yang homogen,

    dan

    4) Penentuan tarif kelompok (pool rate)

    Langkah pertama dalam prosedur tahap pertama ABC adalah

    penggolongan berbagai aktivitas. Berbagai aktivitas diklasifikasikan ke

    dalam beberapa kelompok yang mempunyai suatu interpretasi fisik yang

    mudah dan jelas serta cocok dengan segmen-segmen proses produksi

    yang dapat dikelola. Setelah menggolongkan berbagai aktivitas, maka

    langkah kedua adalah menghubungkan berbagai biaya dengan setiap

    aktivitas. Setelah itu, langkah ketiga adalah penentuan kelompok-kelompok

    biaya yang homogen yang ditentukan. Kelompok biaya homogen

    (homogenous cost pool) adalah sekumpulan biaya overhead yang

    terhubungkan secara logis dengan tugas-tugas yang dilaksanakan dan

    berbagai macam biaya tersebut dapat diterangkan oleh cost driver tunggal.

    Dengan kata lain suatu kelompok biaya dapat dikatakan homogen apabila

    aktivitas-aktivitas overhead dapat dihubungkan secara logis dan

    mempunyai rasio konsumsi yang sama untuk semua produk. Rasio

    konsumsi yang sama menunjukkan eksistensi dari sebuah cost driver. Cost

    driver yang dipilih harus mudah dipaham berhubungan langsung dengan

    aktivitas yang dikerjakan dan memadai untuk ukuran kinerja. Jika

    kelompok-kelompok biaya yang homogen telah ditentukan, maka langkah

  • 23

    terakhir adalah penetuan tarif kelompok. Tarif kelompok (pool rates) adalah

    tarif biaya overhead per unit cost driver yang dihitung untuk suatu kelompok

    aktivitas. Tarif kelompok dihitung dengan rumus total biaya overhead untuk

    kelompok aktivitas tertentu dibagi dasar pengukuran aktivitas kelompok

    tersebut. Menurut Hariadi (2002) dikatakan ada empat tingkatan aktivitas

    yang perlu diperhatikan dalam melakukan penentuan cost driver adalah

    pengidentifikasian aktivitas pada berbagai tingkat. Pada proses ini aktivitas

    yang luas dikelompokkan ke dalam empat kategori aktivitas, yaitu:

    1) Aktivitas-aktivitas berlevel unit (unit level activities). Aktivitas yang

    dilakukan setiap satu kali unit produk diproduksi, besar kecilnya

    aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah unit produk yang diproduksi.

    untuk masing-masing output yang diproduksi.

    2) Aktivitas-aktivitas berlevel batch (batch level activities). Aktivitas

    yang dilakukan setiap kali suatu batch produk diproduksi, besar

    kecilnya aktivitas ini dipengaruhi oleh jumlah batch produk yang

    diproduksi.

    3) Aktivitas-aktivitas berlevel produk (product level activities). Aktivitas

    yang dilakukan untuk mendukung berbagai produk yang diproduksi

    oleh perusahaan. Aktivitas ini menggunakan masukan (input) yang

    bertujuan untuk mengembangkan dan atau memproduksi produk

    untuk dijual. Biaya dari aktivitas jenis ini cenderung meningkat seiring

    dengan meningkatnya jumlah produk yang berbeda.

    4) Aktivitas-aktivitas berlevel fasilitas (facility level activities). Aktivitas-

    aktivitas yang dilakukan untuk mempertahankan proses produksi

  • 24

    secara keseluruhan. Aktivitas ini tidak berhubungan dengan volume

    atau bauran produk yang diproduksi dan dimanfaatkan secara

    bersama oleh berbagai jenis produk yang berbeda. Aktivitas ini

    memberikan keuntungan bagi organisasi sampai tingkat tertentu,

    akan tetapi tidak memberikan keuntungan untuk satu spesifik

    produk.

    b. Prosedur tahap kedua. Di dalam tahap yang kedua, biaya-biaya dari

    setiap overhead pool ditelusuri kembali ke hasil produksi. Ini dilakukan

    dengan menggunakan pool rates yang dihitung dalam tahap pertama

    dan dengan mengukur jumlah sumber-sumber yang digunakan oleh

    setiap hasil produksi. Pengukuran ini hanyalah jumlah dari activity driver

    yang digunakan oleh setiap hasil produksi. Dapat dihitung sebagai

    berikut:

    Overhead yang dibebankan = tarif kelompok x unit-unit cost driver yang

    diguakan

    3. Manfaat Sistem ABC

    Sistem biaya konvensional kurang mampu memenuhi kebutuhan

    manajemen dalam perhitungan harga pokok produk yang akurat, terlebih

    apabila melibatkan biaya produksi tidak langsung yang cukup besar dan

    keanekaragaman produk. Hal ini mengakibatkan pengambilan keputusan

    yang kurang tepat oleh pihak manajemen sehubungan dengan kurat Jurnal

  • 25

    Ilmiah Akuntansi Nomor 04 Tahun ke-2 Januari-April 2011 strategi yang

    ditetapkan, sedangkan metode Activity-based costing system (ABC)

    menggunakan berbagai tingkatan aktivitas dalam pembebanan biaya

    produksi tidak langsung. Menurut Mulyadi (2001) Activity-based costing

    system (ABC) pada dasarnya merupakan metode penentuan harga pokok

    produk (product costing) yang ditujukan untuk menyajikan informasi harga

    pokok produk secara cermat (accurate) bagi kepentingan manajemen,

    dengan mengukur secara cermat konsumsi sumber daya dalam setiap

    aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk. Jika full costing dan

    variable costing menitikberatkan penentuan harga pokok produk hanya

    pada fase produksi saja, Activity-based costing system (ABC)

    menitikberatkan penentuan harga pokok produk di semua fase pembuatan

    produk, sejak fase desain dan pengembangan produk sampai dengan

    penyerahan produk kepada konsumen. Manfaat yang dihasilkan oleh

    perusahaan yang menerapkan ABC adalah:

    a. Memperbaiki mutu pengambilan keputusan. Kemarnpuan A3C

    menghasiikan informasi biaya produksi yang lebih teliti dapat mengurangi

    kemungkinan rnanajemen melaladan pengambilan keputusan yang

    salah. Informasi biaya produksi yang lebih teliti sangat penting artinya

    bagi manajemen jika perusahaan menghadapi persaingan yang sangat

    tajam. Di Amerika, umumnya ABC digunakan oleh perusahaan-

    perusahaan yang sekonyong-konyong dihadapkan pada keadaan

    persaingan yang semakin tajam.

  • 26

    b. Memunglunkan manajemen melakukan perbaikan terus-menerus

    terhadap kegiatan untuk mengurangi biaya overhead. ABC

    megidentifikasi biaya overhead dew kegiatan yang menimbukan biaya

    tersebut. Dengan demikian informasi biaya yang dihasilkan oleh A3C

    dapat digunakan oleh manajemen untuk memantau secara tern-menern

    berbagai kegiatan yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan

    produk dan melayani konsumen. Perbaikan berbagai kegiatan untuk

    menghasib produk dan penghilangan kegiatan yang tidak bernilai tambah

    bagi konsumen dapat dipertimbangkan oleh manajemen berdasarkan

    infonnasi biaya yang disajikan dengan ABC.

    c. Memberikan kemudahan dalam penentuan biaya relevan. ABC

    menyediakan informasi biaya yang dihubungkan dengan berbagai

    kegiatan untuk menghasilkan produk, sehingga manajemen akan

    memperoleh kemudahan dalam mendapatkan informasi yang relevan

    dalam pengambilan keputusan yang menyangkut berbagai kegiatan

    bisnis mereka. Jika misalnya manajemen mempertimbangkan untuk

    melakukan pehaikan dalam kegiatan set up fasilitas produksi, ABC

    mampu dengan cepat menyediakan informasi batch related activities

    cost sehingga memunglunkan manajemen mempertimbangkan akibat

    keputusan mereka terhadap konsumsi sumber daya untuk kegiatan

    tersebut.

  • 27

    4. Keunggulan dan Kelemahan Sistem ABC

    Activity Based Costing menghasilkan informasi dan biaya produk

    yang lebih dapat dipercaya akan tetapi sistem Activity Based Costing bukan

    hanya sekedar sistem biaya. Khusus untuk biaya tingkat pabrik, Activity

    Based Costing mempunyai sedikit atau mungkin mempunyai manfaat sama

    sekali jika dibandingkan dengan sistem biaya pada Akuntansi Biaya

    Tradisional (ABT). Semua sistem penetapan biaya produk seringkali

    bertentangan di dalam mengalokasikan biaya tingkat pabrik kepada biaya

    pokok produk. Di dalam volume produksi yang rendah, baik sistem Activity

    Based Costing maupun sistem Akuntansi Biaya Tradisional melaporkan

    biaya per unity yang lebih tinggi. Solusi parsial terhadap persoalan ini

    adalah menyederhanakan alokasi bukan pada biaya tingkat pabrik akan

    tetapi kepada produk, batch ataupun unit sebagai ganti penerapannya

    maka biaya tingkat pabrik akan diperlakukan sebagai biaya periodik.

    Penetapan biaya langsung atau biaya variabel (direct costing) memberikan

    hasil yang serupa dimana biaya langsung atau biaya variabel (direct

    costing) memberikan hasil yang serupa dimana biaya tetap akan

    diperlakukan sebagai biaya periodik. Akan tetapi biaya tetap di dalam

    sistem penetapan biaya pokok langsung meliputi berbagai biaya yang

    diidentifikasi Activity Based Costing pada tingkat batch dan tingkat produk.

    Keunggulan activity based costing, menurut Supriyono (2002 : 83)

    yakni Suatu pengkajian activity based costing dapat meyakinkan

    manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk

    menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya mereka dapat berusaha untuk

  • 28

    meningkatkan mutu sambil secara simultan memfokus pada mengurangi

    biaya. Analisis biaya dapat menyoroti bagaimana benar-benar mahalnya

    proses manufakturing, yang pada akhirnya dapat memicu aktivitas untuk

    mereorganisasi proses, memperbaiki mutu dan mengurangi biaya, Activity

    based costing dapat membantu dalam pengambilan keputusan,

    Manajemen akan berada dalam suatu posisi untuk melakukan penawaran

    kompetitif yang lebih wajar, Dengan analisis biaya yang diperbaiki,

    manajemen dapat melakukan analisis yang lebih akurat mengenai volume,

    yang dilakukan untuk mencari break even atas produk yang bervolume

    rendah, Melalui analisis data biaya dan pola konsumsi sumber daya,

    manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk

    mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi. Sedangkan

    kelemahan dari sistem activity based costing ini adalah Alokasi. Beberapa

    biaya dialokasikan secara sembarangan, karena sulitnya menemukan

    aktivitas biaya tersebut. Contoh pembersihan pabrik dan pengelolaan

    proses produksi, Mengabaikan biaya-biaya tertentu yang diabaikan dari

    analisis. Contoh iklan, riset, pengembangan, dan sebagainya. Pengeluaran

    dan waktu yang dikonsumsi. Disamping memerlukan biaya yang mahal juga

    memerlukan waktu yang cukup lama.

    Namun demikian, akuntansi ABC bukanlah system akuntansi yang

    benar-benar lepas dari keterbayasan. Dalam pelaksanaannya minimal

    system ini masih : (1) tetap memerlukan aturan penetapan alokasi biaya,

    dan mengharuskan pengukuran biaya yang tinggi sehubungan dengan

    multiple activity centers dan banyaknya drivers yang digunakan.

  • 29

    Keuntungan dari penggunaan akuntansi ABC adalah memungkinkan

    perhitungan biaya yang lebih akurat karena dalam implementasinya

    akuntansi ABC dikemukakan oleh Samryn (2012 : 161) dapat dilihat melalui

    uraian berikut

    a. Mempunyai banyak elemen biaya yang digunakan untuk

    mengumpulkan biaya overhead

    b. Mengubah dasar yang digunakan untuk membebankan biaya

    overhead kepada produk menjadikan hamper setiap biaya dapat

    ditelusuri hubungannya dengan produk atau jasa yang diberikan.

    Atau minimal menjadi biaya langsung yang dapat ditelusuri

    hubungannya dengan obyek yang dibiayai.

    c. Dengan system ini biaya overhead yang dalam akuntansi

    konvensional dikelompokkan sebagai biaya tetap dalam akuntansi

    ABC bias diperlakukan sebagai biaya variabel

    d. Mengubah persepsi para manajer tentang banyak biaya overhead

    sehingga menjadikan tiap aktivitas dapat diikuti hubungannya

    dengan tiap produk.

    Adapun manfaat dan kebaikan Activity Based Costing yang

    dikemukakan Tunggal (2003 : 23) yaitu : Suatu pengkajian Activity Based

    Costing dapat meyakinkan mana-jemen bahwa mereka harus mengambil

    sejumlah langkah untuk menjadi lebih kompetitif. Sebagai hasilnya, mereka

    dapat berusaha untuk meningkatkan mutu sambil secara simultan

    memfokus pada mengurangi biaya. Analisis biaya dapat menyoroti

  • 30

    bagaimana benar-benar mahalnya proses manufakturing. Ini pada

    gilirannya dapat memacu aktivitas untuk mereorganisasi proses,

    memperbaiki mutu, dan mengurangi biaya, Manajemen akan berada dalam

    suatu posisi untuk melakukan pen-awaran kompetitif yang lebih wajar,

    Activity Based Costing dapat membantu dalam keputusan membuat

    membeli yang manajemen harus lakukan, Dengan analisis biaya yang

    diperbaiki, manajemen dapat mela-kukan analisis yang lebih akurat

    mengenai volume yang diperlukan untuk mencapai impas (break even) atas

    produk yang bervolume rendah, Melalui analisis data biaya dan pola

    konsumsi sumber daya, mana-jemen dapat pula mulai merekayasa kembali

    (reengineer) proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu

    yang lebih efisien dan lebih tinggi. Selanjutnya manfaat Activity Based

    Costing menurut Harnanto dan Zulkifli (2003 : 45) yaitu Untuk menyajikan

    cost produk yang lebih akurat dan infromatif, yang mengarahkan kepada

    pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan kepada keputusan

    strategik yang lebih baik tentang penentuan harga jual, lini produk, pasar

    dan pengeluaran modal, Untuk menyajikan pengukuran yang lebih akurat

    tentang biaya yang dipicu oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu

    manajemen untuk meningkatkan nilai produknilai proses dengan

    membuat keputusan yang lebih baik tentang desain produk dan

    pengendalian cost secara baik, Untuk memudahkan manajer memberikan

    informasi tentang cost relevan untuk pembuatan keputusan bisnis.

  • 31

    5. Syarat Penerapan ABC System

    Dalam penerapannya, Harnanto dan Zulkifli (2003 : 48) penentuan

    harga pokok dengan menggunakan system activity based costing

    menyaratkan tiga hal:

    a. Perusahaan mempunyai tingkat diversitas yang tinggi. Activity based

    costing system menyaratkan bahwa perusahaan memproduksi

    beberapa macam produk atau lini produk yang diproses dengan

    menggunakan fasilitas yang sama. Kondisi yang demikian tentunya

    akan menimbulkan masalah dalam membebankan biaya ke masing-

    masing produk.

    b. Tingkat persaingan industri yang tinggi. Terdapat beberapa

    perusahaan yang menghasilkan produk yang sama atau sejenis.

    Dalam persaingan antar perusahaan yang sejenis tersebut maka

    perusahaan akan semakin meningkatkan persaingan untuk

    memperbesar pasarnya. Semakin besar tingkat persaingan maka

    semakin penting peran informasi tentang harga pokok dalam

    mendukung pengambilan keputusan manajemen.

    c. Biaya pengukuran yang rendah. Biaya yang digunakan activity

    based costing system untuk menghasilkan informasi biaya yang

    akurat harus lebih rendah dibandingkan dengan manfaat yang

    diperoleh Ada dua hal mendasar yang harus dipenuhi sebelum

    kemungkinan penerapan activity based costing system, yaitu : Biaya

    berdasarkan non unit harus merupakan prosentase yang signifikan

    dari biaya overhead. Jika hanya terdapat biaya overhead yang

  • 32

    dipengaruhi hanya oleh volume produksi dari keseluruhan overhead

    pabrik maka jika digunakan akuntansi biaya tradisionalpun informasi

    biaya yang dihasilkan masih akurat sehingga penggunaan activity

    based costing system kehilangan relevansinya. Artinya activity

    based costing akan lebih baik diterapkan pada perusahaan yang

    biaya overheadnya tidak hanya dipengaruhi oleh volume produksi

    saja.

    Rasio konsumsi antara aktivitas berdasarkan unit dan berdasarkan

    non-unit harus berbeda. Jika rasio konsumsi antar aktivitas sama, itu artinya

    semua biaya overhead yang terjadi bisa diterangkan dengan satu pemicu

    biaya. Pada kondisi ini penggunaan activity based costing system justru

    tidak tepat karena activity based costing system hanya dibebankan ke

    produk dengan menggunakan pemicu biaya baik unit maupun non unit

    (memakai banyak cost driver). Apabila berbagai produk rasio konsumsinya

    sama, maka system akuntansi biaya tradisional atau activity based costing

    system membebankan biaya overhead dalam jumlah yang sama. Jadi

    perusahaan yang produksinya homogen (diversifikasi paling rendah)

    mungkin masih dapat menggunakan sistem tradidisional tanpa ada

    masalah. Ternyata konsep ABC dapat pula diterapkan pada perusahaan

    jasa. Semua perusahaan jasa memiliki aktivitas dan output yang

    membutuhkan aktivitas tersebut. Meskipun demikian, ada beberapa

    perbedaan yang bersifat mendasar antara perusahaan jasa dan

    perusahaan manufaktur. Aktivitas pada perusahaan manufaktur umumnya

  • 33

    sama dan dilaksanakan dengan cara yang sama. Hal ini tidak berlaku pada

    perusahaan jasa. Sebagai contoh aktivitas jasa yang dilakukan oleh sebuah

    bank akan berbeda dengan aktivitas yang dilakukan oleh sebuah rumah

    sakit. Keduanya merupakan organisasi jasa, namun jenis dan cara

    melaksanakan aktivitas berbeda. Perbedaan lain antara perusahaan jasa

    dan perusahaan manufaktur adalah output. Untuk perusahaan manufaktur,

    output mudah diidentifikasikan yaitu berupa barang yang memiliki ujud fisik,

    namun untuk perusahaan jasa definisi output lebih sulit dilakukan. Output

    untuk organisasi jasa tidak memiliki ujud fisik, meskipun demikian tetap saja

    output tersebut harus diidentifikasikan sehingga dapat dihitung berapa kos

    yang melekat pada output tersebut.

    C. Peranan Metode Activity Based Costing (ABC) dalam Perusahaan

    Pada bagian ini tim penulis akan membahas peranan Sistem ABC

    pada perusahaan yang diambil dari Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor

    04 Tahun ke-2 Januari-April 2011 berjudul Peranan Activity-Based

    Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang

    Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual Di PT. Panca Mitra Sandang

    Indah oleh Riki Martusa (Ketua Program Magister Akuntansi Universitas

    Kristen Maranatha) dan Agnes Fransisca Adie (Mahasiswa Jurusan

    Akuntansi Universitas Kristen Maranatha)

    1. Studi kasus pada PT Panca Mitra Sandang Indah-Masalah Yang

    Diangkat

    Penelitian dilakukan terhadap PT Panca Mitra Sandang Indah yang

  • 34

    memproduksi dan menjual kain. Perusahaan memproduksi barang secara

    teratur dengan kapasitas PT Panca Mitra Sandang Indah adalah sebesar

    45.000 meter kain/hari dan 20.000 kg kain/hari dengan 6 hari kerja dalam

    satu minggu untuk waktu kerja non-shift. Didalam PT Panca Mitra Sandang

    Indah, jam kerja juga dibagi secara shift, yaitu shift pagi, sore, dan malam

    untuk Kashiff, Kepala Regu, dan Operator. Apabila dibutuhkan, PT Panca

    Mitra Sandang Indah dapat memperbesar kapasitasnya kapan pun dengan

    mengadakan lembur sehingga kapasitas perusahaan dapat meningkat

    menjadi 50.000 meter kain/hari dan 25.000 kg kain/hari. Jumlah tenaga

    kerja di PT Panca Mitra Sandang Indah adalah 339 orang. Produk PT

    Panca Mitra Sandang Indah adalah kain Tetoron Rayon (TR), Tetoron

    Cotton (TC), dan kain katun. Pembeli produk PT Panca Mitra Sandang

    Indah merupakan pembeli yang membeli dalam jumlah yang cukup besar.

    Dengan demikian harga jual merupakan hal penting yang menjadi bahan

    pertimbangan pembeli produk perusahaan mengingat situasi persaingan di

    Indonesia yang cukup ketat. Perubahan harga yang kecil sekalipun akan

    berdampak yang sangat besar bagi penjualan dalam kuantitas besar. Jika

    ada kesalahan dalam penentuan harga jual maka perusahaan dapat rugi

    dalam jumlah besar. Meningkatnya persaingan dalam industri ini, menuntut

    perusahaan untuk memiliki keunggulan agar dapat tetap melangsungkan

    hidupnya dan memperbesar usahanya. Untuk itu, perusahaan harus dapat

    menetapkan harga jual yang wajar dengan cara menetapkan harga pokok

    produk dengan tepat. Harga pokok produk yang dibahas dalam penelitian

    ini merupakan biaya penuh (full costing) sehingga meliputi biaya produksi

  • 35

    dan non-produksi.

    2. Hasil Penelitian

    PT Panca Mitra Sandang Indah hanya mengelompokkan biaya

    menjadi dua, yaitu biaya bahan baku dan biaya non- bahan baku.

    Pengelompokkan biaya dengan cara seperti ini kurang tepat karena

    perusahaan tidak membedakan antara biaya langsung dan biaya tidak

    langsung, padahal kedua jenis biaya tersebut membutuhkan perlakuan

    yang berbeda. Pengelompokkan biaya yang salah dapat mengakibatkan

    perusahaan salah dalam menetapkan harga pokok produknya. PT Panca

    Mitra Sandang Indah menjalankan sistem pembebanan biaya yang masih

    sangat sederhana, yaitu hanya membebankan seluruh biaya bahan baku

    yang digunakan, biaya tenaga kerja, listrik, dan telepon untuk menetapkan

    harga pokok tiap produknya. Biaya non-bahan baku yang dicatat oleh

    perusahaan hanya digunakan untuk menghitung keseluruhan laba akhir

    perusahaan. PT Panca Mitra Sandang Indah menetapkan harga jual produk

    dengan cara menambahkan harga pokok produk yaitu biaya material per

    produk dengan mark up yang sesuai dengan kebijakan perusahaan untuk

    menutup biaya non-material yang tidak ditelusuri pada tiap produk.

    Penetapan harga jual dengan cara seperti itu kurang tepat karena ternyata

    sebagian besar produk ditetapkan harga jual terlalu tinggi, yaitu untuk kain

    TC. Kain TR dan Katun ditetapkan harga jual yang terlalu rendah, namun

    harga jual tersebut masih menutup harga pokok kainnya. Pembebanan

    biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-based costing system

  • 36

    dapat menghasilkan perhitungan harga pokok produk dan harga jual yang

    berbeda dibandingkan perhitungan perusahaan. Perhitungan harga pokok

    produk menggunakan activity-based costing system dapat memperlakukan

    biaya tidak langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan

    harga pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok

    produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat, perusahaan dapat

    menetapkan harga jual produk dengan tepat.

    3. Saran Yang diberikan

    Perusahaan sebaiknya mengelompokkan seluruh biaya yang terjadi

    didalam perusahaan berdasarkan business function. Perusahaan

    seharusnya membagi biaya menjadi biaya produksi dan non-produksi.

    Biaya produksi terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja

    langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya non-produksi terdiri dari biaya

    pemasaran dan biaya administrasi. Pengelompokkan tersebut dilakukan

    berdasarkan pada fungsi dari biaya-biaya yang terjadi. Untuk menghasilkan

    perhitungan harga pokok produk yang tepat, sebaiknya perusahaan

    menggunakan activity-based costing system dalam membebankan biaya

    tidak langsung pada produknya. Perhitungan harga pokok produk yang

    tepat mengacu pada perhitungan harga jual produk yang tepat juga.

    Dengan penetapan harga jual produk yang tepat, perusahaan dapat

    bersaing dengan kompetitornya sehingga dapat terus mempertahankan

    dan mengembangkan usahanya. Apabila persaingan harga semakin ketat

    dan elastisitas harga konsumen meningkat, perusahaan dapat menurunkan

  • 37

    harga jual kain untuk semua produk selama batas mark up masih

    menghasilkan Return On Investment (ROI) yang diatas bunga deposito

    bank.

  • 38

    BAB IV

    PENUTUP

    A. Kesimpulan

    Adapun Keseimpulan yang dapat kita tarik dari penjaabaran makalah

    diatas:

    1. Witjaksono (2013 : 3) menyatakan bahwa: Cost dapat dikaitkan atau

    dihubungkan dengan manfaat sesuai prinsip Matching (dapat saling

    ditanding) antara pengorbanan dengan manfaat.

    2. Activity Based Costing merupakan metode yang menerapkan

    konsep-konsep akuntansi aktivitas untuk menghasilkan perhitungan

    harga pokok produk yang lebih akurat. Namun dari perspektif

    manajerial, sistem ABC menawarkan lebih dari sekedar informasi

    biaya produk yang akurat akan tetapi juga menyediakan informasi

    tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat

    menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk,

    misalnya pelanggan dan saluran distribusi.

    3. Pembebanan biaya tidak langsung dengan menggunakan activity-

    based costing system dapat menghasilkan perhitungan harga pokok

    produk dan harga jual yang berbeda dibandingkan perhitungan

    perusahaan. Perhitungan harga pokok produk menggunakan

    activity-based costing system dapat memperlakukan biaya tidak

    langsung dengan tepat, sehingga menghasilkan perhitungan harga

    pokok produk yang tepat pula. Dengan perhitungan harga pokok

  • 39

    produk yang tepat dan penetapan mark up yang tepat, perusahaan

    dapat menetapkan harga jual produk dengan tepat.

    B. Saran

    Dengan adanya pembuatan makalah yang mengangkat masalah

    penerapan Activty Based Costing (ABC), sekiranya dapat dijadikan

    referensi baik pembaca maupun pihak lain dalam mengkaji lebih dalam

    terkait hal tersebut dan pengambilan keputusan yang tepat guna

    meminimalisir missing system dan peningkatan pendapatan keuangan

    perusahaan, dsb

  • 40

    DAFTAR PUSTAKA

    Blocher, Edward J., et al. Cost Management, 3rd. 2005. Diterjemahkan oleh Tim Penerjemah Penerbit Salemba dengan judul Manajemen Biaya: Penekanan Strategis, Edisi 3. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

    Cooper Robin and Kaplan Robert S, 1993 .The design of Cost Manajement System : Text, Cases and Reading, Prentise-Hall.

    Dewanta, Tri Sulantara, 2011. Penerapan Activity Based Costing System (ABC System) Sebagai Dasar Penetapan Tarif Sewa Kamar (Studi Kasus pada Hotel Mustika Tuban). Skripsi Universitas Brawijaya.

    Garrison, R. H., dan E. W. Noreen, 2003. Managerial Accounting. 10th Edition. New York: McGraw Hill, Inc.

    . Managerial Accounting. 2000. Diterjemahkan oleh A. Totok Budisantoso dengan judul Akuntansi Manajerial. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.

    Hansen, Don R and Maryanne M. Mowen. 2001. Cost Management, 2nd ed, Dialihbahasakan Oleh Dewi Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Manajemen Biaya, Edisi 2, Buku 1, Jakarta : Salemba Empat

    . 2004. Akuntansi Manajemen, Edisi 7, Salemba Empat, Jakarta

    Hariadi, B. 2002. Edisi 1. Akuntansi Manajemen: Suatu Sudut Pandang. Yogyakarta: BPFE.

    Hartusa, Riki dan F, A, Agnes . 2011. Peranan Activity-Based Costing System Dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi Kain Yang Sebenarnya Untuk Penetapan Harga Jual Studi Kasus Pada PT Panca Mitra Sandang Indah. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 04.

    Harnanto dan Zulkifli, 2003, Manajemen Biaya, Yogyakarta : Penerbit (UPP) AMP YKPN.

    Hendro S.2002, Akuntansi Biaya dan Akuntansi Manajemen untuk Teknologi Maju dan Globalisasi, edisi kedua, cetakan pertama, Yogyakarta : Penerbit BPFE Universitas Gadjah Mada.

    Hesti, Wulandari, 2010, Analisis Penerapan Sistem Activity Based Costing (ABC) dalam Meningkatkan Akurasi Biaya Pada PT. Martina Berto, Surabaya. Skripsi Universitas Airlangga, Surabaya.

    Hilton, R. W. 2005. International Edition. Managerial Accounting. New York: McGraw Hill, Inc.

  • 41

    Hongren, Charles T. George Foster. Srikant M. Datar. 1994.Cost Accounting. Diterjemahkan oleh Endah Susilaningtyas dengan judul Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jakarta: Salemba Empat.

    Islazzaman, 2011, Activity Based Costing Teori dan Aplikasi, cetakan pertama, Bandung : Penerbit Alfabeta.

    Krismiaji, 2012, Akuntansi Manajemen, edisi kedua, Yogyakarta : Penerbit Universitas Gadjah Mada.

    Martusa, R., S. R. Darma, dan V. Carolina. 2010. Peranan Metode Activity Based Costing dalam Menentukan Cost of Goods Manufactured. Akurat Jurnal Ilmiah Akuntansi, Nomor 02 Tahun ke-1 Bulan Mei-Agustus, Hal. 39-60.

    Mulyadi, 1993, Akuntansi Manajemen, Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 2, BP STIE YKPN, YK.

    . 2001 . Edisi 3. Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat, dan Rekayasa. Jakarta: Salemba Empat.

    . 2003. Activity Based Cost System: Sistem Informasi Biaya untuk Pengurangan Biaya, Edisi 6. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

    , 2012, Akuntansi Biaya, edisi kelima, cetakan kesebelas, Yogyarakta : Penerbit Universitas Gadjah Mada

    Mursyidi, 2008, Akuntansi Biaya, Cetakan Pertama, Bandung : Penerbit RefikaAditama.

    Prawironegoro, Darsono, dan Ari Purwanti, 2009, Akuntansi Manajemen, edisi Ketiga, Jakarta : Penerbit Mitra Wacana Media.

    Rahmawati, 2012, Akuntansi Biaya 1 DC, cetakan pertama, Makassar : Penerbit Pustaka Refleksi.

    Samryn, 2012, Akuntansi Manajemen, Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi dan Investasi, edisi pertama, Jakarta : Penerbit Kencana Prenada Media Group.

    Simamora, Henry. 2002. Akuntansi Manajemen, Edisi 2. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

    .Soeroso, Santoso, 2003, Manajemen Sumber Daya Manusia di Rumah Sakit Suatu Pendekatan Sistem, cetakan pertama, Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.

    Sunarto, 2004, Akuntansi Biaya, edisi kedua, Yogyakarta : Penerbit Amus.

  • 42

    Supriyono, 2001, Akuntansi Manajemen 3 : Proses Pengendalian Manajemen,Edisi pertama, Yogyakarta : Penerbit STIE YKPN.

    Thomas, Johnson H, 1991, Activity-Based Information: A Blue Print For World Class Manajement Accounting, The design Of Cost Manajement System: Text, Cases and Reading, New Jersey.

    Tunggal, Widjaya Amin, 2003, Activity Based Cost System : Untuk Manufakturing dan Pemasaran, edisi revisi, Jakarta : Penerbit Harvarindo.

    Wijaksono, Armanto, 2013, Akuntansi Biaya, edisi revisi, cetakan pertama, Yogyakarta : Penerbit Graha Ilmu.

    Yulianti, 2011, Penerapan Activity Based Costing System Sebagai Dasar Penetapan Tarif Jasa Rawat Inap (studi kasus pada RSUD. H. A. Sultan Daeng Radja Bulukumba). Skripsi