Tugas

8
TUGAS EKONOMI POLITIK MEDIA PEMBAHASAN: KOMPETISI MEDIA PENDAHULUAN Stabilitas politik suatu negara merupakan elemen yang sangat vital untuk pembangunan. Tanpa stabilitas mustahil, dapat melakukan pembangunan dan menggerakan roda perekonomian suatu negara. Tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak ingin menyejahterakan rakyatnya. Untuk mencapai posisi yang sejahtera, maka perlu ketahanan ekonomi yang sangat kuat. Banyak ahli ekonomi mengatakan ketahanan ekonomi itu merupakan fundamental perekonomian. Karena dengan kesejahteraan secara tidak langsung memberikan dampak terhadap pendapatan rata-rata penduduk (Gross Domestic Product/GDP). Nah, untuk meningkatkan kesejahteraan itu diperlukan stabilitas politik. Sebuah negara tidak dapat membangun, meningkatkan investasi dan menarik investor asing untuk menggerakan perekonomian tanpa kedamaian di dalam negeri. Oleh karena itu diibaratkan politik dan ekonomi seperti sekeping mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya. Suatu negara yang stabil (dalam berbagai bentuk, demokrasi, authoritarian, sosialis dan komunis) membutuhkan penyebaran informasi. Informasi ini dapat disebarkan secara luas melalui media, apakah berbentuk cetak, audio, visual atau media online (Laswell, 1948). Oleh karena itu tingkat kemapanan media pun sangat erat kaitannya dengan tingkat stabilitas politik dan tingkat ekonomi suatu negara. Dapat dipastikan media dapat berkembang pada tingkat pendapatan masyarakat yang baik. Dalam membahas tugas dari Bapak Yuliandre Darwis, Ph.D ini, penulis terlebih dahulu menyamakan persepsi mengenai ekonomi, politik dan media sebelum masuk dalam pokok pembahasan berupa materi Kompetisi Media. Secara umum, dapat disampaikan bahwa ekonomi adalah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material, individu, masyarakat dan

Transcript of Tugas

Page 1: Tugas

TUGAS EKONOMI POLITIK MEDIA

PEMBAHASAN: KOMPETISI MEDIA

PENDAHULUAN

Stabilitas politik suatu negara merupakan elemen yang sangat vital untuk pembangunan. Tanpa stabilitas mustahil, dapat melakukan pembangunan dan menggerakan roda perekonomian suatu negara. Tidak ada satu negara pun di dunia yang tidak ingin menyejahterakan rakyatnya.

Untuk mencapai posisi yang sejahtera, maka perlu ketahanan ekonomi yang sangat kuat. Banyak ahli ekonomi mengatakan ketahanan ekonomi itu merupakan fundamental perekonomian. Karena dengan kesejahteraan secara tidak langsung memberikan dampak terhadap pendapatan rata-rata penduduk (Gross Domestic Product/GDP).

Nah, untuk meningkatkan kesejahteraan itu diperlukan stabilitas politik. Sebuah negara tidak dapat membangun, meningkatkan investasi dan menarik investor asing untuk menggerakan perekonomian tanpa kedamaian di dalam negeri. Oleh karena itu diibaratkan politik dan ekonomi seperti sekeping mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu dengan lainnya.

Suatu negara yang stabil (dalam berbagai bentuk, demokrasi, authoritarian, sosialis dan komunis) membutuhkan penyebaran informasi. Informasi ini dapat disebarkan secara luas melalui media, apakah berbentuk cetak, audio, visual atau media online (Laswell, 1948).

Oleh karena itu tingkat kemapanan media pun sangat erat kaitannya dengan tingkat stabilitas politik dan tingkat ekonomi suatu negara. Dapat dipastikan media dapat berkembang pada tingkat pendapatan masyarakat yang baik.

Dalam membahas tugas dari Bapak Yuliandre Darwis, Ph.D ini, penulis terlebih dahulu menyamakan persepsi mengenai ekonomi, politik dan media sebelum masuk dalam pokok pembahasan berupa materi Kompetisi Media.

Secara umum, dapat disampaikan bahwa ekonomi adalah bidang kajian tentang pengurusan sumber daya material, individu, masyarakat dan negara untuk meningkatkan kesejahteraan hidup manusia. Oleh karena itu, ekonomi dapat dikatakan kajian mengenai perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya melalui pilihan kegiatan produksi, konsumsi atau distribusi (Samuelson, 2005).1

Pakar lain mengatakan bahwa ekonomi adalah suatu kegiatan untuk melakukan produksi dengan menggunakan sumber daya yang minimal untuk mendapatkah hasil yang maksimal. Hal tersebut juga masih ditentukan oleh seberapa besar permintaan dan penawaran yang terjadi dalam suatu kegiatan ekonomi.

1 Paul A. Samuelson, Economics, Massachusets Press, 2005.

Page 2: Tugas

Lalu apa hubungannya dengan politik dan media? Perntanyaan itulah yang akan berusaha dijawab oleh penulis dalam bagian pembahasan. Secara umum, kondisi perpolitikan di berbagai belahan dunia tidak dapat dilepaskan dari peranan media. Bahkan, media dipercaya sebagai salah satu sarana untuk meningkatkan perolehan suara para kandidat yang ingin menduduki suatu posisi dalam ranah politik.

Kemenangan Presiden AS Barack Obama itu diperoleh karena kepiawaian tim suksesnya untuk menggarap media sosial seperti twitter dan facebook. Penggalangan massa yang dilakukan tim Obama dengan tag line “We Can Change” telah menyihir kosmos pemikiran warga paman sam, bahwa ditangan Obama AS mampu bangkit dari keterpurukan ekonomi yang sangat akut.

Contoh lain adalah, robohnya panggung politik militer di Mesir, dibawah kepemimpinan Hosni Mubarak, selain disebabkan oleh efek domino gelombang arus demokrasi , juga diakibatkan oleh maraknya penggunaan facebook dan twitter. Bahkan salah seorang petinggi Google, sempat tinggal lebih dari enam bulan di Mesir.

Beberapa contoh diatas merupakan ilustrasi yang disampaikan penulis mengenai vitalnya peran media, terutama media sosial dalam memengaruhi kondisi politik suatu negara. Terlebih lagi, ada adagium yang menyatakan bahwa ‘pena lebih tajam dari sebutir peluru’.

Ditengah kondisi stabilitas politik, selain media sosial yang memegang peranan, tampaknya peranan media konvensional seperti televise, radio dan cetak juga tidak dapat dikesampingkan perannya.

Semenjak era reformasi, Indonesia telah merasakan bagaimana peran media massa bagi ketersediaan panggung politik. Banyak kandidat yang beriklan di media massa untuk mencapai posisi tertentu. Bahkan, hal ini pun menimbulkan masalah baru yaitu kompetisi media.

Kompetisi media itu tidak hanya terjadi antara media sejenis saja, namun juga bisa terjadi antara yang berbeda jenis. Persaingan itu tidak hanya sebatas mengenais topic liputan, tapi juga isi berita, news angle (sudut pandang), tetapi juga perolehan iklan.

Contoh yang paling mutakhir adalah, ketika terjadi persaingan dalam perebutan posisi presiden pada 2014 lalu, dimana kubu Koalisi Merah Putih (KMP) dibawah kepemimpinan Prabowo Subianto memiliki dukungan media dari kelompok Bakrie (TV One) dan MNC Group (RCTI, Global TV, Seputar Indonesia News, Koran Sindo). Sedangkan kubu Koalisi Indonesia Hebat (KIH) di bawah kepemimpinan Joko Widodo memperoleh dukungan dari kelompok Media Grup (Metro TV, Media Indonesia) , Jawa Pos Grup dan Kelompok Gramedia (Kompas).

Berita yang ditampilkan oleh kubu pendukung KMP dapat dengan mudahnya di-counter oleh kubu KIH, begitu pula sebaliknya. Bukan hanya itu, perhitungan statistic pun (quick count) kedua kubu memiliki lembaga pendukung masing-masing.

Page 3: Tugas

Untuk saat ini persaingan antara pendukung kandidat politik memang telah usai, namun persaingan atau kompetisi antar media masih saja berlangsung. Hal ini akan dibahas penulis dalam pokok pembahasan di bagian berikut paper ini.

Seperti telah penulis kemukakan bahwa persaingan media, untuk saat ini, tidak hanya terjadi pada media-media sejenis, namun juga bisa terjadi antara media yang berlainan jenis seperti media online versus media cetak, atau media televise versus media online.

LATAR BELAKANG MASALAH

Di tengah era globalisasi dan digital yang terjadi saat ini, maka persaingan media menjadi sangat tinggi hal itu disebabkan karena meningkatnya peran serta masyarakat yang ingin berkontribusi dalam kehidupan sosial, politik dan ekonomi.

Tak ayal, maka media yang sifatnya selalau up-date (terbaru) bakal diburu oleh masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan up-dating berita dan informasi, maka situs online merupakan pilihan yang terbaik. Hal tersebut disebabkan kemampuan dari media online untuk menyajikan berita yang straight forward (langsung dari tempat reportase) dan bervariasi.

Situs-situs seperti Detik.com dan Kompas.com menjadi sasaran masyarakat kalangan menengah keatas yang telah memiliki kepedulian tinggi terhadap suatu berita untuk dilihat. Namun, karena sifatnya yang up-date, maka kedalaman informasi (in-depth) sering kali terabaikan. Untuk mengisi peluang tersebut, media cetak dan televisi yang kemudian mengisi peluang ini.

Ironisnya, seringkali terjadi perbedaan data dan fakta antara media online dan cetak terhadap hasil peliputan suatu masalah. Hal inilah yang kemudian menimbulkan persaingan dalam bidang informasi keredaksian.

Persaingan ini berujung pada tingkat kepercayaan pembaca dan masyarakat. Siapa penyaji berita teraktual akan memiliki peran dan pengaruh di benak pembaca. Hal inilah yang kemudian diburu oleh kalangan pembaca dan pemirsa.

Sebagai contoh, dalam koran umum, kita sudah mengetahui “perang” yang terjadi antara Kelompok Kompas Gramedia sebagai penerbit harian Kompas dengan Media Group yang menerbitkan koran Media Indonesia.

Kedua media cetak ini saling bersaing dalam perolehan berita dalam berbagai bentuk dan format halaman. Apabila Kompas mendapatkan suatu berita dari seorang sumber, maka Media Indonesia juga harus mendapatkan berita tersebut, jika diperlukan berita yang sama dengan narasumber yang berbeda.

Berikutnya adalah persaingan dalam bidang televise yang terjadi antara Metro TV (Media Grup) dan TV One (Viva Grup/Bakrie), sebagai pendahulu, Metro TV telah dikenal oleh masyarakat sebagai salah satu televise berita di Indonesia. Kemunculan TV One jelas membuat pesaing baru bagi Metro TV

Page 4: Tugas

berbagai program talk show, entertaintment news dan informasi yang bersifat cepat keduanya hampir terlihat serupa.

Kedua televise berita tersebut pun dimiliki oleh dua orang yang sangat berpengaruh dalam kehidupan politik nasional, yaitu Surya Paloh dan Aburizal Bakrie. Bukti persaingan sengit keduanya dapat dilihat dalam kampanye Pemilihan Presdien 2014 lalu, dimana kubu TV One berada pada pihak Koalisi Merah Putih (KMP) dan Metro TV berada pada pihak Koalisi Indonesia Hebat (KIH).

Keberpihakan kedua televise ini pun tampak jelas dari program-program yang disajikan ke pemirsa. Ketika Metro TV menyajikan penghitungan cepat dari sejumlah lembaga yang memenangkan pasangan Jokowi- Jusuf Kalla, maka TV One pun menyajikan laporan dari lembaga yang menyajikan kemenangan dari pasangan Prabowo- Hatta Rajasa.

Karena itu, tidak heran bila keberadaan media dalam berbagai bentuk, selain sebagai penyebar informasi, juga digunakan untuk berbagai kepentingan politik. Terutama kepentingan politik dari para pemilik media itu sendiri.

Sebelum lebih dalam, penulis berpendapat ada baiknya dulu menyamakan persepsi mengenai arti dari politik itu sendiri, mengingat banyak definisi dari para ahli mengenai istilah yang sangat erat dengan kekuasaan ini.

Kata politik berasal dari bahasa Yunani yaitu polis dan teta, arti polis itu sendiri adalah negara atau kota sedangkan teta adalah urusan dalam kenegaraan. Sehingga hakikat politik itu sendiri merupakan sebuah usaha untuk mengelola dan menata sistem pemerintahan untuk mewujudkan kepentingan atau cita-cita dari suatu negara.

Beberapa pandangan dari para ahli mengenai politik adalah, Aristoteles berpandangan bahwa politik adalah usaha yang ditempuh oleh warga negara untuk mewujudkan kebaikan bersama. Politik adalah pengambilan keputusan kolektif atau pembuatan kebijaksanaan umum untuk masyarakat seluruhnya.

Definisi lain adalah, bermacam-macam kegiatan yang menyangkut penentuan tujuan-tujuan dan pelaksanaan tujuan itu. Menurutnya politik membuat konsep-konsep pokok tentang negara (state), kekuasaan (power), pengambilan keputusan (decision marking), kebijaksanaan (policy of beleid), dan pembagian atau alokasi (Roger F. Soltau).

Jadi semua kebijakan atau tindakan yang dilakukan untuk menempati suatu posisi dalam ranah kenegaraan dan tata cara melakukannya, biasa dikenal dengan istilah politik. Untuk melakukan kegiatan berpolitik, maka diperlukan alat untuk menyebarkan informasi dan alat tersebut adalah media.

Disamping sebagai alat untuk menggapai suatu posisi tertentu,kepemilikan media ternyata juga dapat dipakai dalam meraup keuntungan. Keuntngan dalam bidang media biasanya diperoleh dari pemasang iklan.

Page 5: Tugas

Jika membicarakan mengenai media cetak, maka perolehan yang tertinggi didapat dari pemasang iklan, demikian pula dalam media lainnya. Media audio, misalnya, memperoleh pendapatan juga dari durasi penanyangan iklan, demikian pula dengan media televise yang memperoleh pendapatan terbesarnya dari durasi iklan.

Sebagai akibat dari ketergantungan terhadap iklan, sementara kebutuhan pemasang iklan yang dalam hal ini diwakili oleh institusi, lembaga pemerintah, swasta dan individu tidak bertambah, maka terjadilah persaingan untuk memperebutkan porsi iklan itu.

Berdasarkan data yang diperoleh penulis, pada tahun ini belanja iklan dari berbagai lembaga dan perusahaan diprediksi mengalami pertumbuhan hingga 15%. Hal ini disebabkan karena pelaku usah telah dapat melakukan kalkulasi berapa biaya yang harus dikeluarkan untuk mengantisipasi kenaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) dan lainnya.

Sepanjang tahun lalu, total belanja iklan mencapai Rp125 triliun, dengan pertumbuhan 8% maka tahun ini diprediksi akan mencapai Rp135 triliun, dan pada tahun depan mencapai Rp 155,25 triliun. Adapun, pada 2014, kinerja belanja iklan mengalami penurunan hingga 12% atau Rp 23,6 triliun dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yang mencapai Rp 58 triliun.

Dari total belanja iklan tersebut, hampir 80% diserap oleh media televisI dan sisa yang 20% dibagi oleh media cetak dan online. Bisa dibayangkan betapa sengitnya persaingan dalam bidang perolehan iklan di media.

PEMBAHASAN

Persaingan media saat ini, tidak dapat dianggap mudah. Gempuran berbagai media terhadap informasi demikian derasnya. Tiap detik seseorang dapat diguyur oleh informasi dari media cetak, televise, radio dan internet.

Tak ayal kalo muncul adagium yang menyatakan bahwa saat ini adalah zaman informasi, mengingat betapa mudahnya seseorang mendapatkan informasi melalui beragam sarana dan prasarana yang dimiliki.

Seseorang, misalnya, dapat menggunakan sebuah ponsel untuk berbagai kebutuhan seperti bertransaksi perbankan.

Dengan kemampuan sebuah ponsel ini, bayangkan potensi iklan yang bisa diraup untuk meningkatkan pendapatan suatu perusahaan. Hal inilah yang kemudian makin memperuncing kompetisi media dalam berbagai bentuknya.

Dalam mata kuliah Ekonomi, Politik dan Media secara umum perseteruan antar media, bisa dilihat dalam pembahasan kompetisi media, namun sebelum masuk pada pembahasan, maka beberapa definisi penting mengenai ekonomi, politik dan media penting untuk disajikan.

Page 6: Tugas

Banyak para ahli yang telah mengungkapkan definisi mengenai ekonomi, yang pada intinya adalah melakukan suatu kegiatan dengan menggunakan sumber daya yang sangat minimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal.