Tugas 5 ghoviendha

16
Tugas 5 Jenis berbicara, Tingkatan berbicara, Strategi berbicara Dosen Pengampu : Dr. Suwarjo, M.Pd Oleh : I PUTU AGUS GOVINDA 1113053051 Semester 2B FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS LAMPUNG 2012

description

Tugas 5 ghoviendha

Transcript of Tugas 5 ghoviendha

Page 1: Tugas 5 ghoviendha

Tugas 5

Jenis berbicara, Tingkatan berbicara, Strategi berbicara

Dosen Pengampu : Dr. Suwarjo, M.Pd

Oleh :

I PUTU AGUS GOVINDA 1113053051

Semester 2B

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS LAMPUNG

2012

Page 2: Tugas 5 ghoviendha

A Jenis berbicara

Bila Anda perhatikan berbagai literatur mengenai bahasa dan pengajaran, maka Anda akan

menemui berbagai jenis berbicara. Ada diskusi, ada percakapan, ada pidato menghibur, ada

ceramah, ada bertelpon, dan sebagainya. Mungkin pula Anda bertanya dalam hati mengapa

ada berbagai jenis nama berbicara itu. Jawabnya karena ada berbagai titik pandang yang

digunakan orang dalam mengklasifikasi berbicara. Menurut hasil pengamatan penulis, paling

sedikit ada lima landasan yang digunakan dalam mengklasifikasi berbicara. Kelima landasan

tersebut adalah:

(1)Situasi,

(2) tujuan,

(3) metode penyampaian,

(4) jumlah penyimak, dan

(5) peristiwa khusus

Sekarang kita perbincangkan setiap landasan tersebut di atas kemudian setiap landasan

disertai pula dengan penjelasan butir-butir hasil pengklasifikasiannya.

(1) Situasi

Aktivitas berbicara selalu terjadi atau berlangsung dalam suasana, situasi, dan

lingkungan tertentu. Situasi dan lingkungan itu dapat bersifat formal atau resmi.

Situasi dan lingkungan itu mungkin pula bersifat informal atau tak resmi. Setiap

situasi itu menuntut keterampilan berbicara tertentu. Dalam situasi formal permbicara

dituntut berbicara secara formal pula. Sebaliknya dalam situasi tak formal, pembicara

harus berbicara secara tak formal pula.

Kegiatan berbicara yang bersifat informal banyak dilakukan dalam kehidupan

manusia sehari-hari. Kegiatan ini dianggap perlu bagi manusia dan perlu dipelajari.

Jenis-jenis (kegiatan) berbicara informal meliputi

Page 3: Tugas 5 ghoviendha

(a) tukar pengalaman

(b) Percakapan

(c) menyampaikan berita

(d) menyampaikan pengumuman

(e) Bertelpon

(f) memberi petunjuk

Disamping kegiatan berbicara informal, kita temui pula kegiatan berbicara yang

bersifat formal. Jenis-jenis (kegiatan) berbicara formal tersebut mencakup:

(a) ceramah

(b) perencanaan dan penilaian

(c) interview

(d) prosedur parlementer

(e) bercerita.

(2) Tujuan

Di bagian akhir pembicaraan, pembicara menginginkan mendapat responsi dari

pendengarnya. Responsi pendengar yang bagaimana yang diharapkan oleh

pembicara? Jawaban terhadap pertanyaan tersebut mengarahkan perhatian kita

kepada tujuan berbicara. Tujuan berbicara sudah menjadi bahan pembicaraan di

kalangan para ahli dari dahulu sampai sekarang. Pada umumnya tujuan orang yang

berbicara adalah untuk menghibur, menginformasikan, menstimulasi, meyakinkan,

atau menggerakkan pendengarnya. Sejalan dengan tujuan pembicara tersebut di atas

dapat pula kita klasifikasi berbicara menjadi lima jenis, yakni:

(a) berbicara menghibur

(b) berbicara menginformasikan

(c) berbicara menstimulasi

Page 4: Tugas 5 ghoviendha

(d) berbicara meyakinkan

(e) berbicara menggerakkan.

Berbicara menghibur biasanya bersuasana santai, rileks, dan kocak. Soal pesan

bukanlah tujuan utama. Namun tidak berarti bahwa berbicara menghibur tidak dapat

membawakan pesan. Dalam berbicara menghibur tersebut pembicara berusaha

membuat pendengarnya senag gembira, dan bersukaria. Contoh jenis berbicara

menghibur ini, antara lain lawakan, guyonan dalam ludruk, Srimulat, cerita Kabayan,

cerita Abu Nawas.

Berbicara menginformasikan bersuasana serius, tertib, dan hening. Soal pesan

merupakan pusat perhatian, baik pembicara maupun pendengar. Dalam berbicara

menginformasikan pembicara berusaha berbicara jelas, sistematis, dan tepat isi agar

informasi benar-benar terjaga keakuratannya. Pendengar pun biasanya berusaha

menangkap informasi yang disampaikan dengan segala kesungguahan

Berbicara menstimulasi juga bersuasana serius, kadang-kadang terasa kaku.

Pembicara berkedudukan lebih tinggi dari pendengarnya. Status tersebut dapat

disebabkan oleh wibawa, pengetahuan, pengalaman, jabatan, atau fungsinya melebihi

pendengarnya. Dalam bebicara menstimulasi, pembicara berusaha membangkitkan

semangat pendengarnya sehingga pendengar itu bekerja lebih tekun, berbuat baik,

bertingkah laku lebih sopan, belajar lebih berkesinambungan. Pembicaraan biasanya

dilandasi oleh rasa kasih sayang, kebutuhan, kemauan, harapan, dan inspirasi

pendengar.

Beberapa contoh berbicara menstimulasi tersebut antara lain:

(a) nasehat guru terhadap siswa yang malas, melalaikan tugasnya, 

(b) pepatah, petitih, pengajaran ayah kepada anaknya yang kurang senono

Page 5: Tugas 5 ghoviendha

Berbicara meyakinkan, sesuai namanya, bertujuan meyakinkan pendengarnya. Jelas

suasananya pun bersaifat serius, mencekam, dan menegangkan. Melalui keterampilan

berbicara, pembicara berusaha mengubah sikap pendengarnya dari tidak setuju

menjadi setuju, dari tidak simpati menjadi simpati, dari tidak mau membantu menjadi

mau membantu. Dalam berbicara meyakinkan itu, pembicara harus melandaskan

pembicaraannya kepada argumentasi yang nalar, logis, masuk akal, dan dapat

dipertanggung jawabkan dari segala segi.

Berbicara menggerakkan pun menuntut keseriusan baik dari segi pembicara maupun

dari segi pendengarnya. Berbicara atau pidato menggerakkan merupakan kelanjutan

pidato membangkitkan semangat. Bila dalam berbicara meyakinkan dan

membangkitkan semangat hasil perbaikan mengarah kepada kepentingan pribadi,

maka pidato menggerakkan bertujuan mencapai tujuan bersama. Pembicara dalam

berbicara menggerakkan harusalah orang yang berwibawa, tokoh idola, panutan

masyarakat. Melalui kepintaran berbicara, kecakapannya membakar emosi dan

semangat, kebolehannya memanfaatkan situasi, ditambah penguasaannya terhadap

ilmu jiwa massa, pembicara dapat menggerakkan massa ke arah yang diingininya.

Misalnya, Bung Tomo dapat membakar semangat juang para pemuda pada peristiwa

10 November 1945 di Surabaya.

(3) Metode Penyampaian

Pernahkah anda perhatikan dengan cermat bagaimana menyampaikan pembicaraan?

Bila belum, cobalah anda perhatikan beberapa pembicara yang sedang berbicara atau

berpidato. Anda akan melihat bahwa ada empat cara yang biasa digunakan orang

dalam menyampaikan pembicaraannya. Keempat cara yang dimaksud adalah

(a) penyampaian secara mendadak

(b) penyampaian berdasarkan catatan kecil

Page 6: Tugas 5 ghoviendha

(c) penyampaian berdasarkan hafalan

(d) penyampaian berdasarkan naskah

Berbicara mendadak terjadi karena seseorang tanpa direncanakan sebelumnya harus

berbicara di depan umum. Hal ini dapat terjadi karena tuntutan situasi. Misalnya

karena pembicara yang telah direncanakan berhalangan tampil, maka terpaksa secara

mendadak dicarikan penggantinya atau dalam suatu pertemuan seseorang diminta

secara mendadak memberikan kata sambutan, pidato perpisahan, dan sebagainya.

Dalam situasi seperti ini pembicara harus menggunakan pengalamannya bagi

penyusunan organisasi pembicaraannya

Sejumlah pembicara menggunakan catatan kecil dalam kartu, biasanya berupa butir-

butir penting sebagai pedoman berbicara. Berlandaskan catatan itu pembicara

bercerita panjang lebar mengenai sesuatu ha. Cara seperti inilah yang dimaksud

dengan berbicara berlandaskan catatan kecil. Cara berbicara seperti itu dapat berhasil

apabila pembicara sudah mempersiapkan dan menguasai isi pembicaraan secara

mendalam sebelum tampil di depan umum.

Pembicara yang dalam taraf belajar mempersiapkan bahan pembicaraannya dengan

cermat dan dituliskan dengan lengkap. Bahan yang ditulis itu dihafalkan kata demi

kata, lalu tampil berbicara berdasarkan hasil hafalannya. Cara berbicara seperti itu

memang banyak kelamahannya. Pembicara meungkin lupa akan beberapa bagian dari

isi pidatonya, perhatiannya tidak bisa diberikan kepada pendengar, kaku, dan kurang

penyesuaian pada situasi yang ada.

Pembicara membacakan naskah yang disusun rapi. Berbicara berlandaskan naskah

dilaksanakan dalam situasi yang menuntut kepastian, bersifat resmi, dan menyangkut

kepentingan umum.

Kelemahan berbicara berdasarkan naskah, antara lain:

Page 7: Tugas 5 ghoviendha

(1) perhatian pembicara lebih tertuju pada naskah,

(2) suasana terlalu resmi sehingga kaku,

(3)pembicara kurang kontak dengan pendengar

(4) Jumlah Penyimak

Komunikasi lisan selalu melibatkan dua pihak, yakni pendengar dan pembicara.

Jumlah peserta yang berfungsi sebagai penyimak dalam komunikasi lisan dapat

bervariasi misalnya

satu orang, beberapa orang (kelompok kecil), dan banyak orang (kelompok besar).

Berdasarkan jumlah penyimak itu, berbicara dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:

(a) berbicara antar pribadi,

(b) berbicara dalam kelompok kecil,

(c) berbicara dalam kelompok besar

Berbicara antar pribadi, atau bicara empat mata, terjadi apabila dua pribadi

membicarakan, mempercakapkan, merundingkan, atau mendiskusikan sesuatu.

Suasana

pembicaraan mungkin serius dan mungkin pula santai, akrab, dan bebas. Suasana

pembicaraan sangat tergantung kepada masalah yang dipercakapkan, hubungan antar

dua pribadi yang terlibat. Dalam berbicara antar pribadi, pembicara dan pendengar

berganti peran secara otomatis sesuai dengan tuntutan situasi.

Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila seorang pembicara menghadapi

skelompok kecil pendengar, misalnya tiga sampai lima orang. Pembicara dan

pendengar dapat bertukar peran, misalnya, setelah pembicara selesai berbicara

diadakan tanya jawab

atau diskusi. Mobilitas pertukaran peran pembicara menjadi penyimak atau penyimak

menjadi pembaca dalam berbicara dalam kelompk kecil tidaklah setinggi mobilitas

Page 8: Tugas 5 ghoviendha

pertukaran peran dalam berbicara antar pribadi. Berbicara dalam kelompok besar

terjadi apabila seorang pembicara menghadapi pendengar berjumla besar atau massa.

Para pendengar dalam berbicara jenis ketiga ini dapat homogen dan mungkin pula

heterogen. Dalam lingkungan pendidikan, misalnya, para pendengar homogen baik

dalam usia maupun dalam kemampuan. Dalam rapat besar di lapangan terbuka, di

gedung parlemen, atau kampanye pemilihan umum para pendengarnya sangat

heterogen.

Mobilitas perpindahan peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari pendengar

menjadi pembicara dalam jenis berbicara yang ketiga ini relatif kecil bahkan kadang-

kadang tidak ada sam sekali. Bila berbicara dalam kelompok besar itu terjadi di ruang

kelas, maka ada kesempatan bertanya, mengomentari, menyanggah terhadap isi

pembicaraan yang telah disampaikan pembicara. Ini berarti bahwa pendengar dapat

pula berperan sebagai pembicara. Bila bertanya dalam kelompok besar itu terjadi di

luar bidang pendidikan seperti rapat raksasa, kampanye pemilihan umum, pidato

resmi, khotbah di masjid, dan sejenisnya, maka sudah dapat dipastikan tidak ada

kesempatan bertanya, berkomentar, atau menyanggah. Dalam situasi seperti ini jelas

ada perubahan atau pertukaran peran dari pembicara menjadi pendengar atau dari

pendengar menjadi pembicara

Bagaimana perbandingan kualitas antara pembicara dan pendengar dalam ketiga jenis

berbicara di atas? Pembicara dan pendengar dalam berbicara secara pribadi mungkin

sama dan mungkin berbeda kualitas. Percakapan antara guru dengan siswanya

merupakan contoh kualitas pembicara (guru) lebih tinggi dari siswa. Percakapan yang

terjadi antara dua sahabat, teman sekelas melukiskan kualitas pembicara dan

pendengar kurang lebih sama. Pembicara dalam berbicara dalam kelompok kecil itu

berasal dari satu kelas suatu jenjang sekolah, maka kualitas anggota relatif sama.

Page 9: Tugas 5 ghoviendha

Kualitas pembicara dalam berbicara dalam kelompok besar pada umumnya dapat

dikatakan melebihi kualitas pendengar. Perbedaan tersebut dapat disebabkan berbagai

hal seperti tingkat pendidikan, jabatan, integritas pribadi dan sebagainya.

(5) Peristiwa Khusus

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering manghadapi berbagai kegiatan.

Sebagian dari kegiatan itu dikategorikan sebagai peristiwa khusus, istimewa, atau

spesifik. Contoh kegiatan khusus itu adalah ulang tahun, perpisahan, perkenalan,

pemberian hadiah. Peristiwa itu dapat berlangsung di semua tempat seperti di rumah,

di kantor, di gedung pertemuan dan sebagainya. Dalam setiap peristiwa khusus

tersebut di atas dilakukan upacara tertentu berupa sambutan atau pidato singkat

seperti pidato selamat datang, selamat atas kesuksesan, selamat jalan, selamat

berkenalan dan sebagainya.

Berdasarkan peristiwa khusus itu, berbicara atau pidato dapat digolongkan dalam

enam jenis, yakni:

(a)  pidato presentasi,

(b) pidato penyambutan,

(c) pidato perpisahan,

(d) pidato jamuan (makan malam),

(e) pidato perkenalan,

(f) pidato nominasi (mengunggulkan)

Sesuai dengan peristiwanya, maka isi pidato pun harus pula mengenai peristiwa yang

berlangsung. Pidato presentasi ialah pidato yang dilakukan dalam suasana pembagian

hadiah. Pidato sambutan atau penyambutan berisi ucapan selamat datang pada tamu.

Pidato perpisahan berisi kata-kata perpisahan. Pidato jamuan makan malam berupa

ucapan selamat, mendoakan kesahatan buat tamu dan sebagainya. Pidato

Page 10: Tugas 5 ghoviendha

memperkenalkan berisi penjelasan pihak yang memperkenalkan tentang nama,

jabatan, pendidikan, pengalaman kerja, keahlian yang diperkenalkan kepada tuan

rumah. Pidato mengunggulkan berisi pujian, alasan, mengapa sesuatu itu

diunggulkan.

Jenis-jenis berbicara, secara umum, dapat dibagi menjadi dua kelompok. yaitu:

berbicara satu arah dan berbicara timbal balik atau berbicara dua arah.

1.Pengertian Berbicara Satu Arah

Berbicara satu arah adalah suatu bentuk komunikasi satu arah, dengan satu pihak

bertindak sebagai pembicara dan pihak lain hanya bertindak sebagai pendengar atau

penyimak.

Termasuk dalam berbicara satu arah ini. antara lain:

a. Ceramah

b. pidato

2. Berbicara Timbal Balik atau Berbicara dua arah

berbicara timbal balik atau berbicara dua arah mempunyai ciri utama adanya

pergantian posisi antara pembicara dan penyimak. pada suatu kesempatan si

pembicara berganti menjadi si penyimak demikian pula sebaliknya. hal ini

berlangsung sampai pembicaraan selesai dilakukan.

Termasuk dalam berbicara timbal balik ini antara lain :

1. Diskusi

2. Debat

3. Seminar

4. Simposium