Tugas 1 MK 15009107

7
TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI SI-3051 Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Konstruksi pada Semester VI Tahun Akademik 2011-2012 oleh Fristy Tania (15009107) Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan Program Studi Teknik Sipil

Transcript of Tugas 1 MK 15009107

Page 1: Tugas 1 MK 15009107

TUGAS MANAJEMEN KONSTRUKSI SI-3051

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Konstruksi pada Semester VI Tahun Akademik 2011-2012

oleh

Fristy Tania (15009107)

Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan

Program Studi Teknik Sipil

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2011

Page 2: Tugas 1 MK 15009107

UNDANG-UNDANG TENTANG JASA KONSTRUKSI

Jasa konstruksi merupakan salah satu kegiatan dalam bidang ekonomi, sosial, dan budaya

yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional. Sebagai sarana penunjang hal

tersebut, disusunlah Undang-undang tentang Jasa konstruksi.

Selain sebagai penunjang kegiatan ekonomi, sosial dan budaya seperti tertulis diatas

pengaturan jasa konstruksi juga bertujuan untuk memberikan arah pertumbuhan dan

perkembangan jasa konstruksi dan mewujudkan tertib penyelenggaraan pekerjaan konstruksi

yang menjamin kesetaraan kedudukan antara pengguna jasa dan penyedia jasa dalam hak dan

kewajiban serta mewujudkan peningkatan peran masyarakat di bidang jasa konstruksi.

Dalam undang-undang Jasa Konstruksi, diatur mengenai jenis, bentuk, dan bidang usaha.

Jenis usaha konstruksi terdiri dari usaha perencanaan konstruksi, usaha pelaksanaan konstruksi,

dan usaha pengawasan konstruksi yang masing-masing dilaksanakan oleh perencana konstruksi,

pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi.

Undang-undang ini menyebutkan bahwa pekerjaan konstruksi yang berisiko besar

dan/atau yang berteknologi tinggi dan/atau yang berbiaya besar hanya dapat dilakukan oleh

badan usaha yang berbentuk perseroan terbatas atau badan usaha asing. Selain itu disebutkan

pula Perencana konstruksi, pelaksana konstruksi, dan pengawas konstruksi yang berbentuk badan

usaha harus memenuhi ketentuan tentang perizinan usaha di bidang jasa konstruksi serta

memiliki sertifikat, klasifikasi, dan kualifikasi perusahaan jasa konstruksi begitu pula dengan

perencana, pengawas, dan pelaksana konstruksi.

Bagian ketiga dan ke empat Undang-undang Jasa Konstruksi mengatur tentang tanggung

jawab profesional badan usaha terhadap hasil pekerjaannya dan mengenai pengembangan usaha.

Usaha perencanaan konstruksi dan pengawasan konstruksi dikembangkan ke arah usaha yang

bersifat umum dan spesialis sedangkan usaha pelaksanaan konstruksi dikembangkan ke arah

usaha yang bersifat umum dan spesialis atau usaha orang perseorangan yang berketerampilan

kerja. Untuk mengembangkan usaha jasa konstruksi diperlukan dukungan dari mitra usaha

melalui perluasan dan peningkatan akses terhadap sumber pendanaan beserta

pengembangan jenis usaha pertanggungan untuk mengatasi risiko yang timbul dan tanggung

jawab hukum kepada pihak lain dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi atau akibat dari

kegagalan bangunan. Pengguna jasa harus memiliki kemampuan membayar biaya pekerjaan

Page 3: Tugas 1 MK 15009107

konstruksi dan yang didukung dengan dokumen pembuktian dari lembaga perbankan dan/atau

lembaga keuangan bukan bank. Jika pengguna jasa adalah Pemerintah, pembuktian kemampuan

untuk membayar diwujudkan dalam dokumen tentang ketersediaan anggaran.

Pengaturan hubungan kerja berdasarkan hukum harus dituangkan dalam kontrak kerja

konstruksi. Dimana di dalamnya diatur mengenai ketentuan-ketentuan mengenai usaha

konstruksi tersebut.

Pada bab VI diatur mengenai kegagalan bangunan. Bab tersebut menegaskan bahwa

Pengguna jasa dan penyedia jasa wajib bertanggung jawab atas kegagalan bangunan. Kegagalan

bangunan yang menjadi tanggung jawab penyedia jasa ditentukan terhitung sejak penyerahan

akhir pekerjaan konstruksi dan paling lama 10 (sepuluh) tahun.

Masyarakat berhak untuk melakukan pengawasan, memperoleh penggantian atas

kerugian yang dialami langsung sebagai akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi dan

masyarakat juga memiliki kewajiban yaitu menjaga ketertiban dan memenuhi ketentuan yang

berlaku di bidang pelaksanaan jasa konstruksi juga turut mencegah pekerjaan konstruksi yang

membahayakan kepentingan umum. Masyarakat konstruksi, forum, dan lembaga konstruksi

mempunyai peranan masing-masing yang diatur oleh undang-undang.

Pemerintah melakukan pembinaan jasa konstruksi dalam bentuk pengaturan,

pemberdayaan, dan pengawasan dan sebagian tugas pembinaan dapat dilimpahkan kepada

Pemerintah Daerah yang diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah.

Di bagian undang-undang selanjutnya diatur mengenai penyelesaian sengketa di dalam

maupun diluar pengadilan berdasarkan pilihan secara sukarela para pihak yang bersengketa.

Penyelesaian sengketa jasa konstruksi di luar pengadilan dapat ditempuh untuk masalah-masalah

yang timbul dalam kegiatan pengikatan dan penyelenggaraan pekerjaan konstruksi, serta dalam

hal terjadi kegagalan bangunan.

Masyarakat yang dirugikan akibat penyelenggaraan pekerjaan konstruksi berhak

mengajukan gugatan ke pengadilan Tata cara pengajuan gugatan masyarakat diajukan oleh orang

perseorangan, kelompok orang, atau lembaga kemasyarakatan dengan mengacu kepada Hukum

Acara Perdata.

Bagian penutup undang-undang ini menjelaskan mengenai sanksi, ketentuan peralihan,

dan ketentuan penutup. Disebutkan bahwa penyelenggara pekerjaan konstruksi dapat dikenai

sanksi administratif dan/atau pidana atas pelanggaran Undang-undang ini.

Page 4: Tugas 1 MK 15009107

Situasi Kelembagaan Pengembangan Jasa Konstruksi Di Indonesia Terkini

Lembaga Pengembangan Jasa Konstruksi (LPJK) merupakan lembaga nasional yang

bertujuan Menyelenggarakan dan meningkatkan peran masyarakat jasa konstruksi dalam

melaksanakan pengembangan jasa konstruksi nasional dengan terwujudnya struktur usaha jasa

konstruksi yang kokoh dan andal serta iklim usaha yang kondusif, transparan, efisien, beretika

profesi dan beretika bisnis.

Fungsi LPJK antara lain adalah sebagai penyelenggara peran masyarakat jasa konstruksi

yang memiliki kepentingan dan kegiatan yang berhubungan dengan usaha dan pekerjaan jasa

konstruksi, wadah komunikasi, koordinasi dan konsultasi antar masyarakat jasa konstruksi, antar

pelaku jasa konstruksi, Pemerintah dan pengguna jasanya, antar pelaku jasa konstruksi Indonesia

dan pelaku jasa konstruksi asing serta segala sesuatu yang berhubungan dengan masalah jasa

konstruksi dalam pengertian luas yang mencakup seluruh kegiatan jasa konstruksi di dalam

maupun di luar dan yang terakhir sebagai mitra kerja Pemerintah dalam rangka perkembangan

serta meningkatkan peran jasa konstruksi nasional untuk memberi kontribusi pada pertumbuhan

ekonomi di dalam negeri.

Sebagai lembaga tertinggi yang mempunyai wewenang dalam bidang konstruksi

seharusnya LPJK dapat menjadi penggerak utama pembangunan Indonesia. Jika tujuan dan

fungsi LPJK seperti tersebut dalam paragraf pertama dapat terlaksana dengan baik maka

seharusnya Infrastruktur Indonesia dapat meningkat kualitas maupun kuantitasnya. Namun yang

terjadi Indonesia malah mengalami krisis infrastruktur. Penyebabnya adalah sudah banyak

produk Undang-Undang dan peraturan lain yang dikeluarkan tetapi konsistensi pemerintah untuk

melaksanakannya sangat minim, seperti UU No 18/1999 tentang Jasa Konstruksi. Pemerintah

belum konsisten, sehingga akibatnya saat ini ada dualisme kepemimpinan di LPJK.

Konspirasi politik pemerintah mengusik kelembagaan pengembangan jasa konstruksi

Indonesia. Saat ini, bukan hanya sasaran, tujuan, dan fungsi LPJK saja yang tidak tercapai

melainkan juga LPJK yang seharusnya bersifat independen menjadi bersifat terikat dengan

permainan politik pemerintah.

Sebagai hasilnya LPJK tidak dapat meningkatkan kualitas infrastruktur di Indonesia dan

diperkirakan pada tahun 2014 infrastruktur Indonesia akan berada dalam kondisi kritis.