Tugas 1
-
Upload
sonynofanpratama -
Category
Documents
-
view
217 -
download
0
description
Transcript of Tugas 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Melihat daerah di Indonesia yang beriklim tropis permasalahan
matahari, curah hujan, dan kelembapan merupakan permasalahan yang
sangat serius dalam sebuah desain, maka dari itu arsitektur di Indonesia
cenderung memiliki Iklim tropis. Tropis merupakan kata yang berasal dari
bahasa Yunani, yaitu “Tropikos” yang berarti garis balik yang meliputi
sekitar 40% dari luas seluruh permukaan bumi. Garis garis balik ini adalah
garis lintang 23º27` utara dan selatan. Daerah tropis didefinisikan sebagai
daerah yang terletak diantara garis isotherm 20º disebelah bumi utara dan
selatan. Dengan kata lain, arsitektur tropis merupakan arsitektur yang
berada didaerah tropis dan telah beradaptasi dengan iklim tropis. Indonesia
sebagai daerah beriklim tropis memberikan pengaruh yang cukup
signifikan terhadap bentuk bangunan rumah tinggal maupun bangunan.
Kondisi iklim seperti temperature udara, radiasi matahari, angin,
kelembaban, serta curah hujan, mempengaruhi desain dari rumah tinggal
atau bangunan. Pengaruh tersebut harus diantisipasi oleh arsitektur yang
tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu pandangan baru mencakup
pada penggunaan material yang memberikan ciri karakter material lokal
(daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material impor.
1.2 Tujuan
Tujuan dalam pembahasan tugas mengenai definisi dan ciri ciri
arsitektur tropis adalah agar mendapat pengetahuan dan wawasan tentang
apa itu arsitektur tropis beserta cirinya dan dalam proses mendesain dan
membuka wawasan mengingat Indonesia merupakan daerah beriklim tropis
1
maka diperlukan desain arsitektur yang relevan dengan iklim tropis, yaitu
menyesuaikan dengan iklim tropis di Indonesia.
1.3 Ruang Lingkup Pembahasan
Pembahasan tema arsitektur tropis ini dibatasi oleh lingkup
pengenalan terhadap arsitektur tropis secara luas, dan pembahasan ini juga
akan disampaikan tentang ciri ciri arsitektur tropis beserta contoh bangunan
bangunan tropis di Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Definisi
Menurut Max Well Fry and Jane Drew dalam buku Tropical Architecture in
the humid zone, arsitektur tropis adalah karya seni manusia yang dapat
memberikan responalami terhadap iklim.
Arsitektur tropis adalah jenis arsitektur yang memberikan jawaban/
adaptasi bentuk bangunan terhadap pengaruh iklim tropis, dimana iklim tropis
memiliki karakter tertentu yang disebabkan oleh panas matahari, kelembapan
yang cukup tinggi, curah hujan, pergerakan angin, dan sebagainya.
Pengaruhnya otomatis terhadap suhu, kelembapan, kesehatan udara yang harus
di antisipasi oleh arsitektur yang tanggap terhadap hal-hal tersebut. Selain itu
pandangan baru mencakup pada penggunaan material yang memberikan ciri
karakter material lokal (daerah tropis) yang lebih sesuai daripada material
impor.
Sementara iklim tropis lembab sendiri dicirikan oleh beberapa factor iklim
sebagai berikut :
1. Curah hujan tinggi sekitar 2000-3000 mm/tahun
2. Radiasi matahari relatif tinggi sekitar 1500 hingga 2500 kWh/m2/tahun
3. Suhu udara relatif tinggi untuk kota dan kawasan pantai atau dataran
rendah. Untuk kota dan kawasan di dataran tinggi rendah, sekitar 18o
hingga 28o atau lebih rendah.
4. Kelembaban tinggi (Jakarta antara 60 hingga 95%)
5. Kecepatan angin relatif rendah.
Kriteria Arsitektur Tropis tidak hanya dilihat dari sekedar bentuk atau
estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik
3
ruang yang ada didalamnya, seperti suhu ruangan rendah, kelembapan cukup
rendah, pencahayaan alami cukup, pergerakan udara memadai, terhindar dari hujan
dan terik matahari.
1.2 Strategy penghematan energy dalam bangunan
1. Mencegah terjadinya efek rumah kaca
Efek rumah kaca adalah akumulasi panas didalam
bangunan/ruang akibat radiasi matahari. Dinding-dinding transparan
(kaca) yang ditembus oleh cahaya matahari langsung akan
menimbulkan efek rumah kaca.
2. Mencegah terjadinya akumulasi panas pada ruang antara atap dan
langit-langit
Untuk bangunan dengan atap miring perlu dipikirkan untuk
menghindari terjadinya akumulasi panas pada ruang antara penutup
atap dengan langit-langit. Untuk itu ruang ini perlu diberi bukaan,
sehingga memungkinkan aliran udara silang menyingkirkan panas
yang terakumulasi ini.
3. Meletakan ruang-ruang penahan panas pada sisi timur-barat
Pada sisi-sisi timur dan barat bangunan yang langsung berhadapan
dengan jatuhnya sinar matahari sebaiknya diletakkan ruang-ruang
yang berfungsi sebagai ruang antara guna mencegah aliran panas
menuju ruang utama.
4. Melindungi pemanasan dinding yang menghadap timur atau barat
Seandainya pada sisi timur dan barat bangunan tanpa dapat
dihindari harus diletakkan ruang-ruang utama, maka untuk
menghindari pemanasan pada ruang tersebut dinding ruang perlu
diberi penghalang terhadap sinar matahari langsung.
5. Mencegah jatuhnya radiasi matahari pada permukaan keras
4
Karena permukaan keras cenderung merupakan material yang
menyerap panas (kemudian dipancarkan kembali ke udara), maka
suhu udara di atas permukaan keras yang terkena radiasi matahari
cenderung lebih tinggi disbanding dengan di atas rumput atau perdu
misalnya.
6. Memanfaatkan aliran udara malam hari yang bersuhu rendah
Dalam rangka penghematan energy dalam bangunan potensi ini
dimanfaatkan dengan cara mengalirkan angina yang bersuhu rendah
tersebut melalui dinding serta lantai. Tujuan dari pengaliran udara
ini adalah menurunkan suhu massa bangunan serendah mungkin
mendekati atau sama dengan suhu udara minimum tersebut.
1.3 Langkah-langkah agar rumah yang panas dapat berkurang secara
alamiah sehingga penggunaan listrik dapat dihemat
Prinsip utama menurunkan suhu didalam rumah adalah mengurangi
perolehan panas radiasi matahari yang jatuh mengenai bangunan rumah
semaksimal mungkin. Pengurangan radiasi matahari ini dapat melalui
pembayangan bangunan lain di sekitarnya atau dengan pembayangan
pohon besar disekitar rumah. Jika perolehan matahari dapat diminimalkan,
maka suhu udara didalam rumah menjadi lebih rendah.
Usahakan agar ruang di bawah atap ( antara penutup atap dan langit-langit)
diberi ventilasi semaksimal mungkin. Hal ini dimaksudkan agar udara
panas yang terperangkap dibawah penutup atap dapat dibuang atau
dialirkan keluar, sehingga panas tersebut tidak merambat ke langit-langit
melalui proses konduksi, yang akhirnya memanaskan ruang di bawahnya
melalui proses radiasi.
Dalam membuat bukaan perlu diperhatikan masuknya burung atau
kelelawar, untuk itu lubang-lubang ventilasi perlu diberi kawat. Atap
merupakan komponen utama yang membuat rumah menjadi panas. Jika
5
panas dari atap dapat dibuang, ruangan di bawahnya cenderung lebih
dingin.
Jika ruangan menggunakan AC, usahakan agar terjadi aliran udara yang
menerus didalam rumah, terutama bagi ruang-ruang yang dirasa panas. Dari
sisi akustik hal ini memang kurang menguntungkan, namun ini merupakan
pilihan, mana yang perlu dikalahkan.
Hindarkan penempatan ruang-ruang utama pada sisi barat, kecuali ada
pembayangan dari bangunan lain atau pohon besar pada sisi tersebut.
Minimalkan penggunaan material keras untuk menutup permukaan
halaman, taman atau parkir tanpa adanya peneduh.
Daerah dengan iklim tropis didunia terdiri 2 jenis, yaitu daerah dengan iklim tropis
kering, sebagai contoh adalah di negara-negara Timur Tengah, Meksiko, dan
sekitarnya, serta daerah dengan iklim tropis lembab, yang terdapat pada sebagian
besar negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, walaupun untuk beberapa daerah
di Indonesia, misalnya beberapa bagian pulau Nusa Tenggara mengarah pada
kondisi tropis kering.
1 Arsitektur Tropis Kering
Ciri-ciri iklim tropis kering :
Kelembapan rendah
Curah hujan rendah
Radiasi panas langsung tinggi
Suhu udara pada siang hari tinggi dan pada malam hari rendah (45o dan
-10oCelcius)
Jumlah radiasi maksimal, karena tidak ada awan
Pada malam hari berbalik dingin karena radiasi balik bumi cepat
berlangsung (cepat dingin bila dibandingkan tanah basah/lembab).
Menjelang pagi udara dan tanah benar-benar dingin karena radiasi balik
sudah habis. Pada siang hari radiasi panas tinggi dan akumulasi radiasi
tertinggi pukul 15.00. Sering terjadi badai angin pasir karena dataran
yang luas
6
Pada waktu sore hari sering terdengar suara ledakan batu-batuan karena
perubahan suhu yang tiba-tiba drastis.
Di daerah benua atau daratan yang cukup luas, banyak terdapat
gurun pasir karena di tempat itu jarang terjadi hujan, bahkan dapat
dikatakan tidak terjadi sama sekali, karena angin yang melaluinya sangat
kering, tidak mengandung uap air. Uap air yang terkandung di udara sudah
habis dalam perjalanan menuju ke pedalaman benua itu, atau juga karena
terhalang oleh daratan tinggi atau gunung, sehingga daerah itu menjadi
sangat panas dan tidak ada filter pada tanah dari sengatan sinar matahari,
yang mengakibatkan bebatuan hancur menjadi pasir. Suhu di padang pasir
dapat mencapai 50o C hingga 60o C di siang hari, dan di malam hari dapat
mencapai -1o C.
Strategi untuk perancangan bangunan
Mempergunakan bahan-bahan dengan time lag tinggi agar panas
yang diterima siang hari dapat menghangatkan ruangan di malam
hari. Konduktivitas rendah agar panas siang hari tidak langsung
masuk ke dalam bangunan. Berat jenis bahan tinggi, dimensi tebal
agar kapasitas menyimpan panas tinggi.
Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar
langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga
mempertahankan kelembaban.
Bukaan-bukaan dinding kecil untuk mencegah radiasi sinar
langsung dan angin atau debu kering masuk sehingga
mempertahankan kelembaban.
Menambah kelembaban ruang dalam dengan air mancur yang
dibawa angin sejuk.
Pola pemukiman rapat dan jalan yang berbelok untuk memotong
arus angin
Bangunan efisien bila rendah, masif dan padat.
2 Arsitektur Tropis Lembab
7
Ciri-ciri iklim tropis lembab
DR. Ir. RM. Sugiyanto, mengatakan bahwa ciri-ciri dari iklim tropis
lembab sebagaimana yang ada di Indonesia adalah “kelembaban udara
yang tinggi dan temperatur udara yang relatif panas sepanjang tahun”.
Kelembaban udara rata-rata adalah sekitar 80% akan mencapai
maksimum sekitar pukul 06.00 dengan minimum sekitar pukul 14.00.
Kelembaban ini hampir sama untuk dataran rendah maupun dataran
tinggi.Daerah pantai dan dataran rendah temperatur maksimum rata-rata
320C.makin tinggi letak suatu tempat dari muka laut, maka semakin
berkurang temperatur udaranya. Yaitu berkurang rata-rata 0,60C untuk
setiap kenaikan 100 m. ciri lainnya adalah curah hujan yang tinggi
dengan rata-rata sekitar 1500- 2500 mm setahun. Radiasi matahari
global horisontak rata-rata harian adalah sekitar 400 watt/m2 dan tidak
banyak berbeda sepanjang tahun, keadaan langit pada umumnya selalu
berawan. Pada keadaan awan tipis menutupi langit, luminasi langit
dapat mencapai 15.00 kandela/m2.Tinggi penerangan rata-rata yang
dihasilkan menurut pengukuran yang pernah dilakukan di Bandung
untuk tingkat penerangan global horizontal dapat mencapai 60.000 lux.
Sedangkan tingkat penerangan dari cahaya langit saja, tanpa cahaya
matahari langsung dapat mencapai 20.000 lux dan tingkat penerangan
minimum antara 08.00 – 16.00 adalah 10.000 lux. Iklim tropis lembab
dilandasi dengan perbedaan suhu udara yang kecil antara siang hari dan
malam hari, kelembaban udara yang tinggi pada waktu tengah malam
serta cukup rendah pada waktu tengah hari. Kecepatan angin ratarata
pada waktu siang hari dapat digambarkan sebagai memadai untuk
kenyamanan, yaitu sekitar 1.0 m/det. Pada waktu musim hujan yaitu
sekitar 2.0 m/det. Pada waktu musim panas akan memberikan gambaran
tersendiri mengenai upaya pencapaian pendinginan pasif bangunan.
Sekalipun terdapat kondisi yang luar batas kenyamanan thermal
manusia, sebenarnya terdapat potensi iklim natural yang dapat
mewujudkan terciptanya kenyamanan dengan strategi lain.
8
Kenyamanan tersebut tercapai dengan interaksi antar fungsi iklim
dengan lingkungan maupun dengan pemanfaatan teknologi.
Kriteria Perencanaan pada Iklim Tropis Lembab
Kondisi iklim tropis lembab memerlukan syarat-syarat khusus dalam
perancangan bangunan dan lingkungan binaan, mengingat ada beberapa factor-
faktor spesifik yang hanya dijumpai secara khusus pada iklim tersebut,
sehingga teori-teori arsitektur, komposisi, bentuk, fungsi bangunan, citra
bangunan dan nilai-nilai estetika bangunan yang terbentuk akan sangat berbeda
dengan kondisi yang ada di wilayah lain yang berbeda kondisi iklimnya.
Menurut DR. Ir. RM. Sugiyatmo, kondisi yang berpengaruh dalam
perancangan bangunan pada iklim tropis lembab adalah, yaitu :
Kenyamanan Thermal
Kenyamanan thermal adalah suatu kondisi thermal yang
dirasakan oleh manusia bukan oleh benda, binatang, dan arsitektur,
tetapi dikondisikan oleh lingkungan dan benda-benda di sekitar
arsitekturnya.
Kriteria dan Prinsip Kenyamanan Thermal
Standar internasional mengenai kenyamanan thermal ( suhu)
“ISO 7730 : 1994”
”menyatakan bahwa sensasi thermal yang di alami manusia
merupakan fungsi dari 4 faktor iklim yaitu: suhu udara, radiasi,
kelembaban udara, kecepatan angin, serta faktor-faktor individu
yang berkaitan dengan laju metabolisme tubuh, serta pakaian yang
di gunakan.”
Untuk mencapai kenyamanan thermal haruslah di mulai dari
Kualitas udara di sekitar kita yang harus memiliki kriteria :
9
1. Udara di sekitar rumah tinggal tidak mengandung pencemaran
yang berasal dari asap sisa pembakaran sampah, BBM, sampah
industru, debu dan sebagainya
2. Udara tidak berbau, terutama bau badan dan bau dari asap rokok
yang merupakan masalah tersendiri karena mengandung
berbagai cemaran kimiawi walaupun dalam variable proporsi
yang sedikit.
Prinsip dari pada kenyamanan thermal sendiri
adalah, teciptanya keseimbangan antara suhu tubuh manusia
dengan suhu tubuh sekitarnya. Karen jika suhu tubuh manusia
dengan lingkungannya memiliki perbedaan suhu yang signifikan
maka akan terjadi ketidak nyamanan yang di wujudkan melalui
kepanasan atau kedinginan yang di alami oleh tubuh Usaha
untuk mendapatkan kenyamana thermal terutama adalah
mengurangi perolehan panas, memberikan aliran udara yang
cukup dan membawa panas keluar bangunan serta mencegah
radiasi panas, baik radiasi langsung matahari maupun dari
permukaan dalam yang panas. Perolehan panas dapat dikurangi
dengan menggunakan bahan atau material yang mempunyai
tahan panas yang besar, sehingga laju aliran panas yang
menembus bahan tersebut akan terhambat. Permukaan yang
paling besar menerima panas adalah atap. Sedangkan bahan atap
umumnya mempunyai tahanan panas dan kapasitas panas yang
lebih kecil dari dinding. Untuk mempercepat kapasitas panas
dari bagian atas agak
sulit karena akan memperberat atap. Tahan panas dari
bagian atas bangunan dapat diperbesar dengan beberapa cara,
misalnya rongga langit-langit, penggunaan pemantul panas
reflektif juga akan memperbesar tahan panas. Cara lain untuk
memperkecil panas yang masuk antara lain yaitu:
10
A. Memperkecil luas permukaan yang menghadap ke timur dan
barat.
B. Melindungi dinding dengan alat peneduh.
Perolehan panas dapat juga dikurangi dengan memperkecil
penyerapan panas dari permukaan, terutama untuk permukaan
atap. Warna terang mempunyai penyerapan radiasi matahari
yang kecil sedang warna gelap adalah sebaliknya. Penyerapan
panas yang besar akan menyebabkan temperature permukaan
naik. Sehingga akan jauh lebih besar dari temperatur udara luar.
Hal ini menyebabkan perbedaan temperatur yang besar antara
kedua permukaan bahan, yang akan menyebabkan aliran panas
yang besar.
Aliran udara melalui bangunan
1. Sirkulasi Udara
Prinsip upaya perancangan bangunan pada daerah beriklim tropis
yang benar harus mempertimbangkan pemanfaatan sebanyak mungkin
kondisi alam, diantaranya adalah pengupayaan pemikiran penghawaan
alami untuk memenuhi kebutuhan udara dan kelancaran sirkulasi udara
pada bangunan tersebut.
Brown (1987:123) menyebutkan bahwa prinsip terjadinya aliran
udara adalah, mengalirnya udara dari daerah bertekanan tinggi kearah
daerah yang bertekanan rendah. Perbedaan tekanan udara terjadi karena
adanya perbedaan temperatur pada masing-masing daerah tersebut,
dimana secara horizontal akan menimbulkan perbedaan tekanan dan
secara vertikal akan menimbulkan perbedaan berat jenis.
Dalam upaya pemanfaatan penghawaan alami, perlu diperhatikan
bahwa pengaliran udara yang perlahan-lahan namun kontinyu sangat
mutlak diperlukan, agar udara didalam ruangan selalu diganti dengan
11
udara yang bersih, sehat, segar dan terasa nyaman. Pada kegiatan rumah
tinggal, pergantian udara bisa dikatakan baik apabila udara didalam
ruangan dapat selalu berganti sebanyak 15 m3/orang/jam, semakin kecil
ukuran ruang, maka frekuensi pergantian udara harus semakin sering.
Keterlambatan atau kekurangan volume pergantian udara didalam
ruang akan meningkatkan derajat kelembaban ruang, yang akan
menimbulkan perasaan tidak nyaman, disamping itu udara kotor sisa
gas buang yang tidak secepatnya tersalur keluar akan sangat merugikan
kesehatan pemakai ruang. Sebagai pedoman, suatu ruang akan terasa
nyaman untuk tubuh apabila kelembaban didalam ruang tersebut
berkisar antara 40 – 60%. Pada ruang-ruang yang jarang terkena
pengaruh panas sinar matahari, maka pengendalian kelembaban sangat
ditentukan oleh kelancaran sirkulasi udara yang mengalir didalam ruang
tersebut.
Kelembaban tinggi, disamping disebabkan oleh kurang lancarnya
sirkulasi udara didalam ruang dan kurangnya pengaruh sinar matahari,
juga disebabkan oleh faktor-faktor:
a. Air hujan
Akibat merembesnya air hujan dari luar dinding kedalam dinding
bangunan,
Akibat merembesnya air hujan yang disebabkan oleh sistem talang
air hujan yang tidak benar, misalnya talang datar yang teletak diatas
dinding memanjang,
Penyusupan air hujan melalui sela daun pintu, jendela dan lain-lain
yang tidak rapat sempurna dan masih terkena tampias air hujan.
b. Kondisi air tanah
Akibat merembasnya air dari tanah melalui pondasi dan dinding
kelantai secara kapilerisasi
12
Dengan demikian pemecahan teknis akibat adanya kelembaban
tinggi secara rinci juga tergantung dari penyebab utama timbulnya
hal tersebut.
Penerangan alami pada siang hari
Di Indonesia seharusnya dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya cahaya
ini untuk penerangan siang hari di dalam bangunan. Tetapi untuk
maksud ini, cahaya matahari langsung tidak dikehendaki masuk ke
dalam bangunan karena akan menimbulkan pemanasan dan penyilauan,
kecuali sinar matahari pada pagi hari. Cahaya langit yang sampai pada
bidang kerja dapat dibagi dalam 3 (tiga) komponen :
A. Komponen langit.
B. Komponen refleksi luar
C. Komponen refleksi dalam
Dari ketiga komponen tersebut komponen langit memberikan
bagian terbesar pada tingkat penerangan yang dihasilkan oleh suatu
lubang cahaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi besarnya tingkat
penerangan pada bidang kerja tersebut adalah :
A. Luas dan posisi lubang cahaya.
B. Lebar teritis
C. Penghalang yang ada dimuka lubang cahaya
D. Faktor refleksi cahaya dari permukaan dalam dari ruangan.
E. Permukaan di luar bangunan di sekitar lubang cahaya.
13
Pemanfaatan sinar matahari
Secara umum sinar matahari yang masuk kedalam ruangan bisa
dibedakan dalam beberapa jenis:
1. Sinar Matahari Langsung, yang masuk kedalam ruang tanpa
terhalang oleh apapun,
2. Sinar matahari yang berasal dari pantulan awan,
Untuk nomor 1 dan 2 biasa disebut sinar langit.
3. Sinar matahari refleksi luar, yaitu sinar matahari hasil pantulan
(refleksi) cahaya dari benda-benda yang berada diluar bangunan,
dan masuk kedalam ruangan melalui lubang-lubang cahaya.
Termasuk disini adalah sinar matahari yang terpantul dari tanah,
perkerasan halaman, rumput, pohon yang selanjutnya terpantul
kebidang kerja didalam ruangan (bidang kerja adalah suatu bidang
khayal atau anggapan, setinggi 75 cm dari lantai, yang
dipergunakan sebagai titik tolak perhitungan penyinaran).
4. Sinar matahari refleksi dalam, yaitu sinar matahari pantulan cahaya
dari benda-benda atau elemen-elemen didalam ruang itu sendiri.
Derajat / Tingkat Penyinaran
Dalam kegiatan perancangan bangunan, upaya pemikiran
pemanfaatan sinar matahari perlu memperhitungkan 3 faktor yang akan
mempengaruhi derajat/tingkat penyinaran suatu ruang, yaitu:
1. Ketinggian lubang cahaya
Yang dimaksud ketinggian lubang cahaya adalah jarak vertical yang
diperhitungkan dari bidang kearah ambang atas maupun ambang
bawah lubang cahaya.
14
2. Lebar lubang cahaya
Lebar lubang cahaya merupakan dimensi horizontal dari lubang
cahaya tersebut.
3. Kedalaman ruang
Kedalaman ruang adalah jarak batas ruang terluar dengan batas
datang sinar (misalkan: panjang oversteck dimuka ruang).
1.4 Ciri – ciri bangunan tropis
1. Atap yang sebagian besar berbentuk runcing keatas, walaupun ada
pula yang melengkung
2. Memiliki overstek, yang berfungsi untuk menjaga tempias dan
cahaya berlebihan.
3. Banyak bukaan-bukaan, baik jendela atau lobang-lobang angin.
4. Banyak menggunakan material alam, seperti: Kayu, Batu, bambu,
dll.
5. Dinding, Lantai, dll biasanya menggunakan warna-warna alam.
6. Tumbuh-tumbuhan, Air, dll disekitar bangunan sedapat mungkin
didesain agar menjadi satu kesatuan dengan bangunan.
7. Ukuran dan tataruang bangunan disesuai dengan kebutuhan.
8. Memaksimalkan pengudaraan dan pencahayaan alami.
15
1.5 Contoh bangunan arsitektur tropis
Rumah Tropis adat
Rumah dengan konsep
tropis banyak dibangun
dengan gaya tradisional,
yakni dengan memakai
arsitektur lebih kepada
natural.
Salah satu contoh
bangunan tropis
dimana pada
gambar terlihat
bahwa bangunan
tersebut sebagian
besarnya
memanfaatkan
bahan-bahan yang bersifat alami seperti kayu. Pada
bangunan tersebut juga terlihat bukaan-bukaan
16
dengan ukuran besar dan dengan jumlah yang
banyak untuk memanfaatkan pencahayaan dan
penghawaan alami.
Rumah
tropis
dengan
dinding
batu bata
menjadi
corak
yang
sangat
bagus
jika digunakan pada rumah bergaya tropis.
17
Bangunan kolonial tropis, menjadikan bangunan lebih terbuka
sehingga tetap sejuk di iklim tropis.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Arsitektur tropis merupakan arsitektur yang berada di daerah tropis
dan telah beradaptasi dengan iklim tropis, dimana kondisi tropis
membutuhkan penanganan khusus dalam desainnya.
Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja, sepanjang rancangan
ataupun ciri ciri bangunan tersebut mengarah kepada pemecahan persoalan
yang ditimbulkan oleh iklim tropis, yakni : terik matahari, suhu tinggi,
hujan, kelembapan tinggi, dan sebagainya.
3.2 Saran
Dalam hal arsitektur tropis, harus benar benar memahami segala
permasalahan yang ditimbulkan oleh iklim tropis, dan harus optimal dalam
beradaptasi ataupun solusi dengan iklim tropis tersebut, selain itu
pembangunan pada bangunan tropis yang lebih cenderung bersifat vertikal,
sehingga makin banyak lahan tersisa untuk penghijauan dan peresapan air
18
tanah. Meskipun tidak memiliki taman di atas tanah, bisa juga menggunakan
taman di atas atap dan beton, hal ini juga mulai menjadi tren, sehingga tetap
ada area untuk bersantai bagi keluarga menikmati alam.
DAFTAR PUSTAKA
http://abarchitects.blogspot.co.id/2013/10/arsitektur-tropis.html
http://www.buildingscience.com/document
https://www.academia.edu/Download
http://cv-yufakaryamandiri.blogspot.co.id/2012/10/pengertian-dan-konsep-
arsitektur-tropis.html
https://himaartra.wordpress.com/2012/12/10/751/
http://ideproperti.com/11-contoh-model-rumah-tropis-modern/
http://ideproperti.com/arsitektur-tropis-rumah-minimalis-di-indonesia/
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/1918/rumah-jawa-rumah-tropis-ideal-
yang-ditiru-orang-asing
19
20