Tug as 2222222222222222

28
TUGAS BAHASA INDONESIA NAMA : MIRAWATI KELAS : XII IPS1 ABSEN : 19

description

tugas sekolah

Transcript of Tug as 2222222222222222

Page 1: Tug as 2222222222222222

TUGAS

BAHASA INDONESIA

NAMA : MIRAWATI

KELAS : XII IPS1

ABSEN : 19

Page 2: Tug as 2222222222222222

1.            PENDAHULUAN.

Bangsa Indonesia yang lahir dari keanekaragaman suku, agama, budaya, bahasa, dan daerah asal yang tersebar luas dalam ribuan pulau perlu menyepakati suatu cara hidup bersama dalam kebhinekaan sebagai warga negara suatu bangsa. Salah satu cara hidup bersama itu ialah cara pandang tentang diri dan lingkungan dalam mencapai tujuan bersama, yaitu tujuan nasional. Cara pandang yang dimaksud bagi bangsa Indonesia ialah Wawasan yang mengacu pada kondisi dan konstelasi geografi, sosial budaya, serta faktor kesejarahan, dan perkembangan lingkungan. Dengan demikian, konsepsi yang terkandung di dalamnya merupakan simpulan dari pengalaman masa lalu dan lingkungannya yang relevan saat ini serta valid di masa datang, sehingga dapat dijadikan acuan dalam melakukan interaksi antar komponen bangsa dan bahkan dunia dalam hidup bersama dan berdampingan yang damai dan saling bermanfaat.

Bangsa Indonesia yang menegara merupakan suatu kenyataan meskipun bila ditinjau dari asal-usul dan terjadinya merupakan keluarbiasaan yang tergolong sangat unik, ternyata bangsa ini berkembang maju hingga saat ini. Hal itu dimungkinkan karena ada faktor pendorong dan pengikat yang kuat. Konsepsi Wawasan Nusantara mengandung faktor-faktor yang dimaksud, yang bila diimplementasikan dapat memperkuat dorongan dan ikatan yang mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa, yang dijiwai rasa kekeluargaan, persaudaraan dan kebersamaan sehingga, terpeliharanya kesatuan wilayah nasional. Di atas kondisi yang tercipta dari Ideologi Pancasila, Ketahanan Nasional dengan Kewaspadaan serta Wawasan Nusantara, selanjutnya dapat dibangun dan dilaksanakan pembangunan nasional, yang memungkinkan tercapainya tujuan Nasional sesuai dengan harapan bersama.

Pancasila dan UUD 1945 merupakan landasan Wawasan Nusantara karena dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum Pancasila dan mengandung nilai-nilai universal dan lestari serta dapat digunakan sebagai acuan rumusan, konsep, prinsip, dan cara pandang yang Nusantara. Dengan demikian, Wawasan Nusantara merupakan perwujudan pesan-pesan dalam Pembukaan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, selain dari pada itu  Wawasan kebangsaan mengandung nilai-nilai yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang Negara sebagai suatu wilayah Kekuatan Negara, penduduk negara sebagai potensi sumber daya manusia maupun sumber daya alamnya yang melimpah.

Nilai-nilai tersebut dikelompokkan dalam lima pesan pokok, yaitu pertama bagaimana penghargaan terhadap harkat dan martabat bangsa Indonesia yang harus terus dipertahankan dan dapat ditingkatkan. Memiliki kekuatan tekad untuk tujuan maupun cita-cita nasionai, tempat mempertahankan dan memperjuangkan kepentingan nasional yang pada hakikatnya adalah kepentingan keamanan dan kesejahteraan guna mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah, tanah air dan bangsa. Selanjutnya adalah kesepakatan tentang cara

Page 3: Tug as 2222222222222222

pencapaian tujuan nasional yang merupakan himpunan nilai-nilai yang meliputi bersatu, berdaulat, adil, dan makmur yang menjadi fondasi untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI.

Adapun pembahasan atas nilai-nilai wawasan Kebangsaan itu diurai melalui pemahaman nilai-nilainya, pengertian hakekat dan prinsip serta faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pemahaman dan bagaimana memasyarakatkan pemahamannya untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan bangsa ? Oleh sebab itu memahami sungguh-sungguh nilai-nilai Wawasan Kebangsaan adalah menjadi kewajiban setiap warga negara, sehingga terbentuklah sikap moral yang kuat, guna ikut berpartisipasi dalam rangka memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI.

 

2.         PEMBAHASAN

a.         Perkembangan pemahaman nilai-nilai wawasan kebangsaan saat ini.

Dari pengalaman sejarah bangsa, sejak Budi Utomo 1908  yang kita peringati sebagai Hari Kebangkitan Nasional dan ikrar Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi Kemerdekaan 1945 sampai dengan saat ini, kita telah mangalami pasang surut dan dinamika dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Saat ini kita telah masuk pada era globalisasi, transparansi dan reformasi yang sedang menguji keberadaan bangsa Indonesia, tanpa disadari keadaan tersebut telah mampu mengeser nilai-nilai bangsa yang selama ini terpatri kuat dan menjiwai kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Nilai-nilai kebangsaan yang terkandung dalam Pancasila tidak lagi menjadi bagian yang harus dimengerti, dipahami dan diamalkan dalam kehidupan bermasyarakat. Sebaliknya telah menjurus kearah kehidupan individualistik dan materalistik  yang mengakibatkan semakin jauh dari nilai-nilai jati diri, kepribadian dan keimanan bangsa Indonesia.

            Kecenderungan semakin memudarnya Wawasan Kebangsaan tercermin dari perilaku hidup yamg semakin memprihatinkan. Sentimen dan fanatisme suku, ras dan antar golongan semakin menonjol sehingga seringkali rentan terhadap terjadinya gesekan-gesekan dan konflik bernuansa SARA diberbagai daerah. Kondisi tersebut diperparah oleh perbuatan sebagian kelompok masyarakat yang secara sadar menjual bangsanya sendiri kepada bangsa asing dengan menguasai isu-isu HAM, Demokratisasi dan lingkungan hidup untuk kepentingan sesaat, tanpa mempertimbangkan kepentingan bangsa yang lebih besar. Sulit rasanya bagi bangsa Indonesia untuk kembali bangkit dari keterpurukan saat ini ditengah deras masuknya faham asing yang bertentangan dengan faham Pancasila sehingga ancaman terjadinya disintegrasi bangsa tanpa disadari telah mengancam sendi-sendi kehidupan bangsa Indonesia.

Page 4: Tug as 2222222222222222

            Pancasila sebagai ideologi, falsafah, pandangan hidup dan alat pemersatu bangsa telah mampu mempersatukan keberagaman bangsa Indonesia selama kurun  waktu 62 tahun dalam sebuah wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia mulai terusik keberadaannya. Pancasila tidak lagi menjadi bagian yang harus dipahami, dimengerti dan diamalkan oleh setiap anak bangsa terutama sejak digulirkannya era reformasi. Indikasi tersebut dapat dirasakan bahwa paham kebangsaan yang telah diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 didasari perasaan senasib dan sepenang-gungan, kerelaan berkorban dan semangat patriotisme tidak lagi tertanam dalam hati sanubari setiap anak bangsa sehingga membuat bangsa Indonesia semakin lemah dan rentan terhadap terjadinya bentrokan-bentrokan bernuansa SARA.

            Semangat kebangsaan dan wawasan kebangsaan yang merupakan motivasi untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia semakin memudar tidak lagi terpancar dalam perilaku kehidupan bangsa sehingga keengganan membela dan mempertahankan bangsa dari berbagai kemungkinan ancaman tidak lagi menjadi tanggug jawab bersama seluruh komponen bangsa. Ditambah lagi paham komunis yang dulunya merupakan bahaya latent yang harus tetap kita waspadai, kini masyarakat sudah kurang peka bahkan cenderung tidak memperdulikan lagi, sehingga mereka bebas mengekspresikan keberadaanya serta terbuka  untuk masuk keberbagai lini melalui partai-partai yang ada saat ini dan sungguh sangat memprihatin-kan kita.

Selain dari pada itu kondisi politik yang sangat lemah akibat lengsernya ”Kepemimpinan Nasional” mengakibatkan rentannya kondisi politik bangsa Indonesia saat itu, demikian juga kondisi ekonomi yang melanda bangsa Indonesia yang telah membuat semakin menambah beban kehidupan masyarakat. Sulitnya mendapatkan lapangan pekerjaan menjadi pengangguran masyarakat meningkat. Kesenjangan ekonomi yang cukup dalam tersebut telah mendorong sentimen etnis sehingga berpotensi muncul  terjadinya pertikaian dan  tindak kriminalitas baik secara kualitas maupun kuantitas.

            Dibidang sosial budaya mengalami kemerosotan yang tajam, disebabkan oleh derasnya kemajuaan ilmu pengetahuan dan teknologi elektronik yang menembus sampai ke pelosok desa tanpa ada penangkal atau batas. Hal tersebut dapat merusak akhlak dan moral masyarakat khususnya moral generasi muda. Nilai-nilai budaya yang mengakar dalam kehidupan sehari-hari tercermin dalam Pancasila semakin ditinggalkan, kecenderungan mengadopsi budaya asing mewarnai seluruh sendi kehidupan berbangsa. Kondisi tersebut lambat laun menjadikan masyarakat kehilangan jati dirinya sebagai bangsa yang  memiliki budaya Adi Luhung yaitu budaya yang mempunyai nilai-nilai tinggi untuk mempersatukan bangsa yang kita kagumi ini.

            Disisi lain dapat kita cermati bahwa masih ada kekuatan yang masih utuhdan dapat diharapkan untuk menjaga keutuhan NKRI ini

Page 5: Tug as 2222222222222222

adalah Kemanunggalan TNI. Namun karena beban yang dipikul semakin berat dan ada pula pihak-pihak tertentu yang dengan cara sistematis ingin menghancurkan TNI maka hal tersebut secara psikologis akan mempengaruhi kinerja TNI, baik secara langsung maupun tidak langsung. Namun dengan didukung komitmen yang jelas, tegas dan terukur, masalah wawasan kebang-saan yang berujung pada tetap tegak dan utuhnya NKRI, TNI bersama rakyat siap mengorbankan jiwa dan raganya.  Menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI.

 

b.         Pengertian, hakikat dan prinsip serta perkembangan Wawasan Nusantara.

Wawasan Nusantara adalah pemanfaatan konstelasi geografi Indonesia, dimana diperlukan wawasan benua sebagai pengejawantahan segala dorongan-dorongan dan rangsangan-rangsangan dalam usaha mencapai aspirasi-aspirasi bangsa, dan tujuan negara Indonesia (Doktrin Hankamnas dan Doktrin Perjuangan ABRI “Catur Darma Eka Karma”, pada Pidato sambutan Menteri Utama Bidang Hankam, 31 Maret 1967).

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 tentang diri dan lingkungannya dalam eksistensinya yang sarwanusantara dan pemekarannya dalam mengekspresikan diri sebagai bangsa Indonesia ditengah-tengah lingkungannya yang sarwanusantara (Mayjen TNI RI Soetopo, Wawasan Nusantara, Metode Penyajian, Pengantar Gubernur Lemhannas, 10 November 1972).

Wawasan Nusantara yang merupakan Wawasan Nasional yang bersumber pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungan-nya dengan mengutamakan Persatuan dan Kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai Tujuan Nasional (Tap MPR Nomor II/MPR/1993 dan Nomor II/MPR/1998 tentang GBHN).

Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia, yang dijiwai nilai-nilai Pancasila dan berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945 serta memperhatikan sejarah dan budaya tentang diri dan lingkungan keberadaannya yang sarwanusantara dalam memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi, dengan menciptakan tanggung jawab, motivasi, dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia, yang mengutamakan Persatuan dan Kesatuan bangsa serta Kesatuan Wilayah pada penyelenggaraan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara untuk mencapai Tujuan Nasional.             

Hakikat Wawasan Nusantara ialah cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dalam memanfaatkan kondisi dan

Page 6: Tug as 2222222222222222

konstelasi geografi dengan menciptakan tanggung jawab dan motivasi atau dorongan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai Tujuan Nasional. Cara pandang tersebut bersifat integratif karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong kebersamaan dalam kehidupan nasional yang dijiwai Pancasila dan dilandasi oleh Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatukan Indonesia serta pengalaman sejarah dan sifat budaya bangsa Indonesia yang bersifat kekeluargaan.

Disadari bahwa keberadaan bangsa Indonesia dan lingkungannya bersifat sarwanusantara, yaitu dalam kondisi terhubung, menyatu, dan diapit oleh suku bangsa, ras, dan kelompok sosial yang menghuni kawasan Nusantara terhubung satu dengan lainnya oleh berbagai kepentingan dan kondisi lingkungan selama ratusan tahun, yang akhirnya menyatu menjadi Bangsa Indonesia. Dalam konsep negara kepulauan, ribuan pulau besar dan kecil di seluruh Nusantara disatukan oleh laut sebagai jembatan emas menjadi satu Kesatuan Wilayah Nasional Indonesia.

 Sementara itu, wilayah Indonesia yang berada di antara dua benua dan dua samudera dalam kondisi diapit, baik secara alamiah maupun sosial, sehingga menjadi sasaran berbagai pengaruh yang selalu berubah dan berintensitas kuat dari sekelilingnya. Sejalan dengan kondisi tersebut, Wawasan Nusantara memiliki dua arah pandang, ke dalam dan ke luar. Arah pandang ke dalam ditujukan kepada kesatuan wilayah, sedangkan arah pandang ke luar ditujukan untuk menjamin kepentingan Nasional dan ikut dalam melaksanakan ketertiban dunia.

Prinsip Wawasan Nusantara ialah tumpuan berpikir, berkehendak, bertindak dalam penyelenggaraan kehidupan nasional menurut konsep dasar Wawasan Nasional Bangsa Indonesia, yaitu Wawasan Nusantara, yang tidak lain dari batu bangun Wawasan Nasional Bangsa Indonesia. Konsep-konsep tersebut terdiri atas Persatuan dan Kesatuan, Bhinneka Tunggal Ika, kebangsaan, negara kebangsaan, geopolitik dan negara Kepulauan. Dalam merumuskan prinsip-prinsip Wawasan Nusantara, acuan dan saringan dalam perumusan ialah nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, Sumpah Pemuda 1928, dan semangat Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Nilai-nilai kebangsaan dapat digali dari peristiwa, keputusan pemimpin, pernyataan tokoh, aspirasi masyarakat, serta cara hidup dan kehidupan masyarakat dari waktu ke waktu. Sehubungan dengan hal itu, kenangan, sejarah, kebesaran yang pernah dibangun, kebersamaan dalam meraih sukses dan menghadapi masalah bersama, rasa saling membutuhkan dan menguntungkan, memiliki simbol, mitos, dan tradisi, serta keinginan dan tekad mengulangi kesuksesan merupakan nilai-nilai yang perlu disosialisasikan bersama. Untuk menumbuhkan dan mengembangkan nilai-nilai kebangsaan, sangat diharapkan tersedianya materi, seperti Sejarah Nasional, Ilmu Bumi, Ilmu Alam, Ekonomi Nasional, dan Antropologi yang membuat uraian tentang budaya manusia Nusantara, serta seluk-beluk tentang simbol, mitos, dan tradisi bangsa Indonesia.

Page 7: Tug as 2222222222222222

Sosialisasi tentang kebangsaan dilakukan dalam lingkaran atau siklus, dimulai dari penumbuhan kesadaran, pengembangan pemahaman, mewujudkan semangat kebangsaan, kembali pada penumbuhan kesadaran berbangsa, dan seterusnya. Dengan sosialisasi secara siklus, nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia akan terus dapat dipertahankan dan diwujudkan manfaatnya dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Metode sosialisasi yang diharapkan dapat diterapkan ialah pemindahan dan pengubahan atau penanaman nilai-nilai kebangsaan kepada peserta sosialisasi.

 

c.            Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap Pemahaman Wawasan Kebangsaan.

Didalam kelompok majemuk seperti masyarakat Indonesia, perbedaan pendapat diantara masyarakat mudah berkembang menjadi konflik yang tajam, bahkan dapat menimbulkan konflik fisik. Kelompok primordial yang ditambah dengan fanatisme sempit terhadap kelompoknya, sering mengakibatkan konflik yang keras dengan kelompok lain, sehingga apabila tidak segera diatasi  dan dikelola dengan baik, akan dapat menggangu stabilitas nasional. Kesemuanya ini menunjukan bahwa kemajemukan disuatu sisi merupakan kekuatan, disisi lain merupakan kendala, tetapi apabila  dikelola dengan baik maka kemajemukan tersebut menjadi kekuatan, namun apabila sebaliknya  tidak dikelola dengan baik akan menjadi potensi bagi terjadinya perpecahan atau disintegrasi bangsa.

Disamping itu tingkat kehidupan, pendidikan dan kesehatan masyarakat yang rendah dimana hampir mencakup sebagian besar masyarakat Indonesia akan turut memberikan dampak negatif ditengah kemajemukan kehidupan masyarakat. Dalam masyarakat yang tingkat kehidupan dan pendidikannya masih rendah, kemajemukan bukan dipandang sebagai suatu kekuatan yang bersinergi akan tetapi dilihat sebagai perbedaan yang harus dipertentangkan dan berujung pada munculnya konflik, apalagi ada pihak-pihak tertentu karena kepentingannya sesaat sengaja memprofokasi keadaan itu.

Seperti yang dikemukakan oleh pakar-pakar pendidikan bahwa secara umum tujuan pendidikan adalah membantu perkembangan anak didik untuk mencapai tingkat kedewasaan. Tingkat kedewasaan yang dimaksudkan disini bukan kedewasaan biologis semata tetapi juga kedewasaan secara psikologis. Sedangkan dalam ketentuan yang berlaku ditegaskan bahwa bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia beriman Kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak budi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh, cerdas, kreatif, terampil, berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab dan produktif.

Page 8: Tug as 2222222222222222

Satu hal yang mendapat perhatian dalam menyempurnakan sistem Pendidikan Nasional adalah memasukan materi Wawasan Kebangsaan (Kewiraan) yang tidak terbatas pada Perguruan Tinggi saja akan tetapi mulai Pendidikan Dasar, bahkan Taman Kanak-Kanak secara bertahap, bertingkat dan berlanjut. Demikian halnya dalam sistem pendidikan militer, materi Wawasan Kebangsaan hendaknya dapat diajarkan intensif dan simultan mulai dari strata pendidikan pembentukan/ pertama, pengembangan umum maupun spesialisasi. Hal ini tidak saja penting sebagai bekal para prajurit dalam melaksanakan tugas, akan tetapi para prajurit diharapkan dapat menjadi tauladan dan dapat menularkan semangat kebangsaan ini dilingkungan keluarganya dan masyarakat dimana para prajurit berada dan bertugas.

Selanjutnya faktor lain yang berpengaruh yaitu hegemoni negara tertentu yang ingin menguasai Indonesia secara fisik, ancaman tersebut tidak terlihat nyata namun dapat kita rasakan seperti halnya yang sedang dialami bangsa Indonesia. Cara tersebut lebih dikenal dengan konsep perang modern. Perang ini sangat mudah dan murah dilakukan, tidak memerlukan pengerahan sumber daya serta kekuatan bersenjata, namun dapat dilakukan oleh negara tertentu dengan cara infiltrasi/ penyusupan melalui kerja sama lembaga pemerintahan antar negara atau melalui NGO asing yang bekerja sama dengan LSM bermasalah dalam negeri serta melalui media cetak/ elektronik, tetapi dampak yang ditimbulkan amat sangat dahsyat dan fatal. Setelah terjadi kerusakan dan kehancuran moral dan budaya bangsa, maka negara yang menerangkan konsep perang modern tersebut berarti telah berhasil menguasai atau menjajah alam pikiran kita. Selanjutnya negara tersebut akan tampil seolah-olah sebagai penyelamat, sebagai negara yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan demokrasi, walaupun sesungguhnya itu hanya kedok belaka. Negara tersebut tidak pernah dihujat, dibenci atau dikucilkan, akan tetapi malah dipuji dan diagungkan. Inilah yang harus diwapadai dan jangan sampai kita terkecoh.

Krisis multidimensial yang telah melanda kehidupan bangsa Indonesia dan belum dapat diatasi hingga saat ini, termasuk upaya melemahkan TNI, bukan tidak mustahil merupakan skenario perang modern yang sedang diterapkan oleh negara-nagera tertentu. Untuk menghadapi perang modern tersebut, setiap anak bangsa hendaknya memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Kita menyadari betul bahwa kondisi bangsa yang majemuk/ plural, memerlukan suatu pengelolaan yang baik. Untuk itu kita sebagai warga negara yang sadar akan pentingnya Wawasan Kebangsaan untuk menjaga Kesatuan dan Persatuan Bangsa, harus berpikir bagaimana meningkatkan Wawasan Kebangsaan pada masyarakat.

Semangat kebangsaan yang dimiliki prajurit diharapkan mampu ditransformasikan kepada keluarganya dan masyarakat sebagai perekat kesatuan adapun persoalan yang muncul adalah kurangnya integritas prajurit untuk bersosialisasi dengan lapisan seluruh masyarakat, khususnya warga masyarakat yang tinggal didaerah-daerah terpencil.

Page 9: Tug as 2222222222222222

Pembinaan teritorial yang merupakan salah satu gelar postur TNI / TNI AD perlu dioptimalkan dengan metode dan sistem yang kenyal dalam meningkatkan pembinaan teritorial, sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh masyarakat dan dapat digunakan sebagai contoh/ panutan pada masyarakat luas.

Pada lingkungan internasional, fenomena yang muncul adalah isu-isu global yang memuat universal dan mengungguli nilai-nilai nasional. Nilai-nilai universal tersebut bahkan sengaja dipaksakan kepada negara-negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang saling menjunjung tinggi nilai-nilai tersebut. Hal ini dilakukan melalui LSM internasional dan LSM bermasalah dalam negeri, sehingga memaksa negara-negara yang tidak menjalankannya untuk mengikuti konsep kebijakan negara sponsor tersebut fenomena ini dirasakan dan dengan kasat mata dan dapat kita saksikan di negara kita ini, antara lain ada kelompok yang menjual negara dan bangsanya untuk memenuhi kepentingan pribadi atau kelompoknya. Memang sulit dimengerti, seorang anggota TNI yang bertugas demi bangsa dan negara dituntut ke Mahkamah Internasional oleh bangsanya sendiri. Sementara mereka yang menjual bangsanya dan negaranya kepada bangsa lain cenderung juga dibiarkan. Oleh karena itu, TNI harus waspada dan jangan terpengaruh terhadap perkembangan tersebut dan tetap menjaga Kesatuan dan Persatuan NKRI.

 

d.         Bagaimana memasyarakatkan pemahaman nilai-nilai  Wawasan Kebangsaan untuk memperkokoh Persatuan dan Kesatuan.

Wawasan Kebangsaan yang merupakan cara pandang masyarakat terhadap bangsanya dengan segala isinya yang serba heterogen ini perlu dimengertikan dan dipahami secara utuh oleh seluruh komponen bangsa sehinga dapat membangkitkan kekuatan yang efektif untuk menggalang solidaritas dalam menghadapi tantangan dan ancaman mengancam terhadap stabilitas dan keutuhan NKRI. Untuk itu perlu diperhatikan upaya dan langkah-langkah untuk memasyarakatkan Wawasan Kebangsaan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

            Dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, sikap dan pola tingkah laku kita senantiasa berazaskan pada pengamalan sila-sila Pancasila, yang sila pertamanya yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Untuk meningkatkan kesetiakawanan dan saling menghargai, pertama-tama sila ini harus dipraktekkan. Tidak cukup hanya memuja-mujanya dengan kata-kata saja tetapi diwujudkan dalam praktek kehidupan sehari-hari. Secara kongkrit, umat beragama rukun antar sesama pemeluk agama, rukun antar umat beragama berdasarkan atas Bhineka Tunggal Ika. Persatuan dan Kesatuan, tidak boleh mematikan keanekaan dan sebaliknya keanekaan tidak boleh memudarkan Persatuan dan Kesatuan.

Page 10: Tug as 2222222222222222

Kesatuan memberi peluang secukupnya bagi perkembangan keanekaan dan sebaliknya keanekaan memperkaya kesatuan. Sehubungan dengan itu semua perlu membina bukan hanya toleransi antara golongan didalam masyarakat Indonesia, tetapi perlu membina sikap saling menghargai dalam suasana tenggang rasa dan tepa selira. Dalam suasana itu kita mengusahakan dialog dan kerja sama dalam semangat persaudaraan. Dengan demikian dapatlah ditingkatkan solidaritas nasional. Cakrawala manusia Indonesia tidak boleh dipersempit oleh adanya kotak-kotak agama, rumpun etnik, lapisan masyarakat dan berbagai perbedaan lainnya.

Mengapa binter harus dimasyarakatkan ? Pertanyaan ini menarik untuk dipahami dan dimengerti oleh seluruh komponen bangsa. Mengapa ? Karena akhir-akhir ini muncul isu-isu yang dilontarkan oleh pihak-pihak tertentu yang menginginkan Komando Kewilayahan/ Koter agar dibubarkan. Pandangan tersebut harus segera diluruskan agar tidak memunculkan anggapan atau pandangan-pandangan yang menyesatkan. Perlu dipahami bahwa Koter atau Komando Kewilayahan adalah merupakan salah satu bentuk gelar postur TNI AD dalam melaksanakan tugas pokoknya dalam menjaga tetap tegak dan utuhnya NKRI. Untuk itu wilayah atau teritorial dengan segala isinya harus dibina agar menjadi kekuatan sebagai daya tangkal terhadap pengaruh-pengaruh dan provokasi untuk melemahkan TNI.

            Perwujudan kemanunggalan TNI-Rakyat merupakan rohnya atau kekuatan TNI AD seperti halnya TNI AL rohnya adalah kapal perangnya, TNI AU ada pada pesawat tempurnya apabila TNI AL dan TNI AU tidak mempunyai alat sistem tersebut dapat dikatakan kehilangan rohnya atau mati, sehingga tidak dapat berbuat apa-apa. Sedangakan Binter merupakan sarana untuk mewujudkan kemanunggalan TNI-Rakyat. Oleh sebab itu maka dari waktu ke waktu kemanunggalan TNI-Rakyat harus dipelihara dan dijaga karena hal tersebut merupakan roh atau kekuatan TNI AD. Bagaimana mungkin dapat terlaksana kemanunggalan TNI-Rakyat, kalau Binter dihapuskan ? Dengan demikian Binter merupakan tugas terkandung yang harus dilaksanakan untuk mendukung tercapainya tugas pokok TNI AD. Kuncinya adalah ”Baik-baik” dengan rakyat, sehingga dapat membuahkan pengakuan yang simpatik dari rakyat, serta meningkatkan komunikasi sosial yang baik.

            Bila kita mau mencermati, memahami dan mengerti tentang jabaran Wawasan Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan hati yang dalam, maka Wawasan Kebangsaan tersebut merupakan hal yang sangat penting dalam proses pembentukan sikap moral warga negara agar memiliki kecintaan terhadap tanah airnya. Hal tersebut dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan. Kita menyadari bahwa pembentukan sikap moral  dan Wawasan Kebangsaan memerlukan suatu proses yang panjang perlu pembelajaran secara bertahap dan berlanjut. Lembaga pendidikan baik formal maupun non-formal memiliki tanggung jawab yang besar dalam mewujudkan hal tersebut. Berkaitan dengan hal ini, kiranya perlu dikaji ulang tentang pendidikan kewiraan yang selama

Page 11: Tug as 2222222222222222

ini diajarkan kepada mahasisiwa di perguruan tinggi saja itupun hanya berjalan satu semester, sedangkan siswa dari TK sampai SLTA tidak mendapatkan Pelajaran tersebut.

Oleh karena itu kedepan pendidikan kewiraan harus ditata dan dilembagakan dalam setiap jenjang pendidikan, sehingga berwawasan kebangsaan dapat tercermin dalam kehidupan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Selain itu diperlukan pula penyempurnaan kurikulum pendidikan dengan memasukan materi Wawasan Kebangsaan disemua tingkat pendidikan termasuk pendidikan militer, sehingga setiap anak bangsa dapat memperoleh ilmu pendidikan yang setinggi-tingginya namun tetap memiliki sesantri yang terpatri dalam dirinya ”DWI WARNA PURWA CENDEKIA WUSANA”. Dalam perubahan kedua amandemen Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 30, antara lain dikatakan bahwa tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pertahanan dan keamanan negara. Usaha pertahanan dan keamanan negara dilaksanakan melalui Sishankamrata TNI sebagai kekuatan utama dan rakyat sebagai kekuatan pendukung.

      Dari kenyataan tersebut diatas dapat kita pahami bahwa setiap warga negara mempunyai hak dan kewajiban bela negara tersebut harus dilaksanakan rekruitmen dan pengkaderan secara benar dan terstruktur melalui lembaga pemerintah yang ada, sehingga setiap warga negara merasa terpanggil dan memiliki rasa bangga untuk ikut serta dalam bela negara. Memang sosialisai tentang keikutsertaan dalam bela negara/ wajib militer saat ini tidak terselenggara dengan baik, oleh karena itu kedepan keikutsertaan warga negara dalam wajib militer harus mendapatkan akreditasi yang jelas, sehingga yang bersangkutan dapat diakui sesuai dengan kemampuan dan kualifikasi keahlian yang dimiliki. Bagi warga negara yang terkena kewajiban bela negara tetapi tidak mengindahkan kewajiban tersebut dapat dikenakan sangsi hukuman sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

          Berangkat dari esensi tersebut, maka perlu pertahanan negara kedepan dikembangkan secara strategis, baik kualitas perlunya secara bertahap peningkatan profesionalisme yang didukung oleh sistem peralatan dan persenjataan yang memadai, sedangkan secara kualitas perlu dipertimbangkan adanya wajib militer bagi seluruh warga negara yang telah berusia minimal 17 tahun sebagai kekuatan pendukung yang setiap saat dapat diorganisir sebagai kekuatan penangkal di seluruh penjuru tanah air. Peran lain yang masih dapat dikembangkan dalam lembaga pendidikan adalah pendidikan kepramukaan. Didalam kurikulum pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai dengan sekolah menengah umum bahkan perguruan tinggi masih terdapat pelajaran ekstrakulikuler salah satu kegiatan ekstrakulikuler yang terkenal hingga saat ini yaitu kepramukaan. Dalam kepramukaan para siswa/anak didik diajarkan berbagai ragam permainan dan pengetahuaan, melalui media ini dapat diaplikasikan sehingga dapat mengarah kepada penungguan sikap patriotik dan wawasan kebangsaan. Karena itu kedepan pendidikan

Page 12: Tug as 2222222222222222

kepramukaan harus ditaati kembali serta dilembagakan secara baik sehingga dapat menumbuhkan kecintaan dan wawasan kebangsaan bagi seluruh anak didik.

            Salah satu faktor internal yang ikut mendukung tetap tegaknya suatu negara, apabila seluruh warga masyarakat memiliki jiwa patriotik yang tinggi. Oleh sebab itu secara periodik perlu ditayangkan kembali film-film dokumenter perjuangan dalam merebut, mempertahankan dan mengisi kemerdekaan. Pengalaman perjuangan kemerdekaan Indonesia yang di Proklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945 menunjukkan akumulasi dari semangat patriotik tinggi dari pendahulu kita melawan penjajah di bumi pertiwi ini. Semangat patriotik ini hanya dapat terwujud melalui sikap-sikap rela berkorban tanpa pamrih dan tidak memikirkan kepentingan sendiri, kelompok atau golongan. Karena itu, kurikulum pendidikan Nasional perlu diperkaya kembali dengan penambahan mata pelajaran sejarah, Civic Mission/ pembentukan karakter nasional bangsa serta materi lain yang meningkatkan Wawasan Kebangsaan dan kecintaan pada tanah air.

 

3.         KESIMPULAN

a.         Pengertian wawasan kebangsaan dapat diutarakan sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungan keberadaannya dengan memanfaatkan kondisi dan konstelasi geografi yang berupaya menciptakan tanggung jawab, motivasi, dorongan dan rangsangan bagi seluruh bangsa Indonesia untuk mencapai Tujuan Nasional. Cara pandang tersebut bersifat integratif karena dijiwai oleh Pancasila yang mendorong kebersamaan dalam kehidupan Nasional dan dilandasi oleh UUD 1945 yang menyatukan bangsa Indonesia dari pengalaman sejarah dan sifat  budaya yang kekeluargaan.

b.         Pemahaman terhadap nilai-nilai Wawasan Kebangsaan sangat penting dalam rangka memperkokoh Persatuan dan Kesatuan NKRI. Kondisi ini sangat diperlukan karena NKRI terdiri dari wilayah pulau-pulau yang sangat luas, baik pulau besar dan kecil yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, berpenduduk 212 juta orang, yang posisinya terletak pada dua benua Asia dan Australia dan dua lautan yaitu Lautan Pasifik dan Indonesia, yang memiliki ragam budaya, suku bahasa yang berbeda-beda yang keutuhannya harus dikelola, dijaga dan dilestarikan oleh semua komponen, agar menjadi manfaat kesejahteraan rakyat dan kokohnya Persatuan dan Kesatuaan Republik Indonesia.

c.         Tantangan keberadaan nilai-nilai wawasan ini memang telah menjadi kerisauan dan kekhawatiran bangsa Indonesia pada kurun waktu 10 tahun terakhir ini, bahwa semangat kebangsaan kita semakin luntur dan terganggu, sehingga muncul kerusuhan sosial atau konflik yang bersifat Sara, berkembangnya sifat primordial, Separatisme, kelompok

Page 13: Tug as 2222222222222222

bersenjata, bersamaan dengan hadirnya tuntunan dan tantangan Globalisasi yang tidak dapat dibendung yang berkaitan dengan demokratisasi, tuntutan HAM, lingkungan hidup serta dengan munculnya aksi radikalisme dan terorisme yang didukung oleh perbuatan kelompok yang secara sadar  telah menjual Bangsanya sendiri untuk kepentingan sesaat,  karena telah kehilangan rasa  kebangsaannya.

d.         Bila pemahaman wawasan kebangsaan seluruh komponen bangsa meningkat, maka kuatlah keutuhan persatuan dan kesatuan NKRI. Karena secara sadar akan muncul semangat atau dorongan hati yang kuat untuk cinta tanah air, membela dan menjaga keutuhan NKRI sesuai bidang dan tatanan, kemampuan dan kewenangan bidang masing-masing. Oleh sebab itu seluruh komponen bangsa harus memahami dengan sungguh-sungguh nilai-nilai wawasan kebangsaan, sehingga terbentuklah sikap moral yamg kuat, guna dapat memperkokoh persatuan dan kesatuaan NKRI.

https://pusatamalpancasila.wordpress.com/2012/08/07/meningkatnya-nilai-nilai-wawasan-kebangsaan-dapat-memperkokoh-keutuhan-nkri-3/

Page 14: Tug as 2222222222222222
Page 15: Tug as 2222222222222222
Page 16: Tug as 2222222222222222
Page 17: Tug as 2222222222222222
Page 18: Tug as 2222222222222222
Page 19: Tug as 2222222222222222
Page 20: Tug as 2222222222222222
Page 21: Tug as 2222222222222222
Page 22: Tug as 2222222222222222
Page 23: Tug as 2222222222222222
Page 24: Tug as 2222222222222222
Page 25: Tug as 2222222222222222