TT BUFFER

5
BAB II : TINJAUAN TEORITIS Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam konjugasinya (Utami, 2011). Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konjugasinya maupun basa lemah dan asam konjugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (asam lemah) dan larutan CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam. Sedangkan salah satu contoh buffer basa yang sering digunakan di laboratorium adalah campuran dari larutan NH 3 (basa lemah) dan NH 4 Cl (asam konjugasi) (Andy, 2009). Komponen larutan penyangga/buffer terbagi menjadi larutan penyangga yang bersifat asam dan larutan penyangga yang bersifat basa. Larutan penyangga yang bersifat asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Sedangkan larutan penyangga yang bersifat basa larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya berasal dari asam kuat. Adapun cara

description

Larutan Buffer

Transcript of TT BUFFER

Page 1: TT BUFFER

BAB II : TINJAUAN TEORITIS

Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika

ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan

campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam

konjugasinya (Utami, 2011).

Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konjugasinya maupun

basa lemah dan asam konjugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (asam

lemah) dan larutan CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam.

Sedangkan salah satu contoh buffer basa yang sering digunakan di laboratorium adalah

campuran dari larutan NH3 (basa lemah) dan NH4Cl (asam konjugasi) (Andy, 2009).

Komponen larutan penyangga/buffer terbagi menjadi larutan penyangga yang bersifat

asam dan  larutan penyangga yang bersifat basa. Larutan penyangga yang bersifat asam

mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat

dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara

lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam

lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang

mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat

yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Sedangkan larutan

penyangga yang bersifat basa larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).

Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya

berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah

dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Martin, 1990)

Larutan penyangga/buffer akan bekerja paling baik dalam mengendalikan pH pada

harga pH yang hampir sama dengan pKa komponen asam atau basa, yaitu ketika garam sama

dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung kemampuan penyangga untuk

menahan perubahan pH, yang dikenal dengan kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga

didefinisikan sebagai jumlah mol per liter asam atau basa monobasa kuat yang diperlukan

untuk menghasilkan peningkatan atau penurunan satu unit pH didalam larutan (Cairns,

2008).

Sebenarnya, penambahan sedikit asam basa atau pengenceran pada larutan penyangga

menimbulkan sedikit perubahan PH ,tapi perubahannya sangat kecil seingga pH larutan

dianggap tidak berubah atau pH tetap pada kisarannya. Namun, jika asam atau basa di

tambahkan ke larutan bukan penyangga maka perubahan PH larutan akan sangat mencolok.

Page 2: TT BUFFER

Prinsip kerja dari larutan  penyangga yang dapat mempertahankan harga pH pada kisarannya

adalah sebagai berikut :

a.      Larutan Penyangga Asam

Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutanpenyangga

asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjungsinya (A-).  Contonya larutan penyangga

dari campuran asam asetat dengan natrium asetat. Persamaan reaksinya:

CH3COOH (aq) CH3COO-(aq) + H+

(aq)

Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan basa kuat, dengan catatan, basa

kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat asam lemah dan

garamnya  (basa konjungsinya).

CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq)+ H2O (l)

Reaksi kesetimbangannya yaitu:

HA (aq) A- (aq) + H+ (aq)

b.      Larutan Penyangga Basa

Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutanpenyangga

basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjungsinya (BH+).  Contonya larutan penyangga

dari campuran ammonia  dengan ammonium klorida.

Persamaan reaksinya:

NH3 (aq) + H+ (aq)NH4+

(aq)

Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran basa lemah dan asam kuat, dengan catatan, asam

kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat basa lemah dan

garamnya  (asam konjungsinya).

Persamaan reaksinya :

NH3 (aq) + HCl (aq)NH4Cl(aq)

Reaksi kesetimbangannya yaitu:

B(aq)+H2O(l)BH+(aq)+OH-

(aq (Wiro, 2011).

Terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak menimbulkan efek samping (Riyanto, 2009).

Page 3: TT BUFFER

BAB III : METODE

3.1.WAKTU DAN TEMPAT

Praktikum ini dilakukan pada 29 Oktober 2015 bertempat di Laboratorium Biologi

Universitas Negeri Medan.

3.2 ALAT DAN BAHAN

3.2.1 Alat dan Bahan Pembuatan Buffer

No Nama Alat Jumlah

1 Tabung Reaksi 6 buah

2 Pipet Tetes 6 buah

3 Rak Tabung 1 buah

3.2.1 Tabel alat Pembuatan Buffer

No Nama Bahan Jumlah

1 Asam asetat 0,2 M 115 ml

2 Asam Na Asetat 0,2 M 85 ml

3 NaHCO3 0,1 M 104 ml

4 NaCO3 0,1 M 96 ml

5 Asam Sitrat 0,05 M 156 ml

6 Na Sitrat 0,05 M 44 ml

3.2.1 Tabel Bahan Pembuatan Buffer

DAFTAR PUSTAKA

Page 4: TT BUFFER

Andy. 2009.Larutan Penyangga, http://andykimia03.wordpress.com/2009/11/30/ larutan-penyangga-buffer/, 10/10/2015.

Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi  Edisi 2. Jakarta:EGC.

Martin, Alfred. 1990.Farmasi Fisik. Jakarta:UI Press.

Riyanto, Nurdin. 2009.Super Genius Olimpiade Kimia SMA. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.

Sukmaria. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta:Bina Rupa Aksara.

Utami, Sri. 2011.Larutan Buffer, http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ LarutanBuffer_SriUtami_9847.pdf, 10/10/2015.

Wiro. 2011. Buffer dan Kapasitas Buffer, http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2011/ 03/kuliah-buffer-dan-kapasitas-buffer.html, 10/10/2015.