TT BUFFER
-
Upload
lady-diana -
Category
Documents
-
view
228 -
download
0
description
Transcript of TT BUFFER
BAB II : TINJAUAN TEORITIS
Larutan penyangga adalah larutan yang bersifat mempertahankan pH-nya, jika
ditambahkan sedikit asam atau sedikit basa atau diencerkan. Larutan penyangga merupakan
campuran asam lemah dengan basa konjugasinya atau campuran basa lemah dengan asam
konjugasinya (Utami, 2011).
Larutan buffer merupakan campuran dari asam lemah dan basa konjugasinya maupun
basa lemah dan asam konjugasinya. Sebagai contoh, campuran dari larutan CH3COOH (asam
lemah) dan larutan CH3COONa (basa konjugasi) membentuk larutan buffer asam.
Sedangkan salah satu contoh buffer basa yang sering digunakan di laboratorium adalah
campuran dari larutan NH3 (basa lemah) dan NH4Cl (asam konjugasi) (Andy, 2009).
Komponen larutan penyangga/buffer terbagi menjadi larutan penyangga yang bersifat
asam dan larutan penyangga yang bersifat basa. Larutan penyangga yang bersifat asam
mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat
dari asam lemah dan garamnya yang merupakan basa konjugasi dari asamnya. Adapun cara
lainnya yaitu mencampurkan suatu asam lemah dengan suatu basa kuat dimana asam
lemahnya dicampurkan dalam jumlah berlebih. Campuran akan menghasilkan garam yang
mengandung basa konjugasi dari asam lemah yang bersangkutan. Pada umumnya basa kuat
yang digunakan seperti natrium, kalium, barium, kalsium, dan lain-lain. Sedangkan larutan
penyangga yang bersifat basa larutan ini mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7).
Untuk mendapatkan larutan ini dapat dibuat dari basa lemah dan garam, yang garamnya
berasal dari asam kuat. Adapun cara lainnya yaitu dengan mencampurkan suatu basa lemah
dengan suatu asam kuat dimana basa lemahnya dicampurkan berlebih (Martin, 1990)
Larutan penyangga/buffer akan bekerja paling baik dalam mengendalikan pH pada
harga pH yang hampir sama dengan pKa komponen asam atau basa, yaitu ketika garam sama
dengan asam. Ini dapat ditunjukkan dengan menghitung kemampuan penyangga untuk
menahan perubahan pH, yang dikenal dengan kapasitas penyangga. Kapasitas penyangga
didefinisikan sebagai jumlah mol per liter asam atau basa monobasa kuat yang diperlukan
untuk menghasilkan peningkatan atau penurunan satu unit pH didalam larutan (Cairns,
2008).
Sebenarnya, penambahan sedikit asam basa atau pengenceran pada larutan penyangga
menimbulkan sedikit perubahan PH ,tapi perubahannya sangat kecil seingga pH larutan
dianggap tidak berubah atau pH tetap pada kisarannya. Namun, jika asam atau basa di
tambahkan ke larutan bukan penyangga maka perubahan PH larutan akan sangat mencolok.
Prinsip kerja dari larutan penyangga yang dapat mempertahankan harga pH pada kisarannya
adalah sebagai berikut :
a. Larutan Penyangga Asam
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7). Larutanpenyangga
asam terdiri dari asam lemah (HA) dan basa konjungsinya (A-). Contonya larutan penyangga
dari campuran asam asetat dengan natrium asetat. Persamaan reaksinya:
CH3COOH (aq) CH3COO-(aq) + H+
(aq)
Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran asam lemah dan basa kuat, dengan catatan, basa
kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat asam lemah dan
garamnya (basa konjungsinya).
CH3COOH(aq) + NaOH (aq) CH3COONa(aq)+ H2O (l)
Reaksi kesetimbangannya yaitu:
HA (aq) A- (aq) + H+ (aq)
b. Larutan Penyangga Basa
Larutan ini dapat mempertahankan pH pada daerah basa (pH > 7). Larutanpenyangga
basa terdiri dari basa lemah (B) dan asam konjungsinya (BH+). Contonya larutan penyangga
dari campuran ammonia dengan ammonium klorida.
Persamaan reaksinya:
NH3 (aq) + H+ (aq)NH4+
(aq)
Larutan ini juga dapat dibuat dari campuran basa lemah dan asam kuat, dengan catatan, asam
kuat harus habis bereaksi, sehingga pada akhir reaksi hanya terdapat basa lemah dan
garamnya (asam konjungsinya).
Persamaan reaksinya :
NH3 (aq) + HCl (aq)NH4Cl(aq)
Reaksi kesetimbangannya yaitu:
B(aq)+H2O(l)BH+(aq)+OH-
(aq (Wiro, 2011).
Terdapat fungsi penerapan konsep larutan penyangga ini dalam tubuh manusia seperti pada cairan tubuh. Cairan tubuh ini bisa dalam cairan intrasel maupun cairan ekstrasel. Dimana sistem penyangga utama dalam cairan intraselnya seperti H2PO4- dan HPO42- yang dapat bereaksi dengan suatu asam dan basa. Adapun sistem penyangga tersebut, dapat menjaga pH darah yang hampir konstan yaitu sekitar 7,4. Selain itu penerapan larutan penyangga ini dapat kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada obat tetes mata. Pada obat tetes mata mempunyai pH yang sama dengan cairan tubuh kita, agar tidak menimbulkan efek samping (Riyanto, 2009).
BAB III : METODE
3.1.WAKTU DAN TEMPAT
Praktikum ini dilakukan pada 29 Oktober 2015 bertempat di Laboratorium Biologi
Universitas Negeri Medan.
3.2 ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat dan Bahan Pembuatan Buffer
No Nama Alat Jumlah
1 Tabung Reaksi 6 buah
2 Pipet Tetes 6 buah
3 Rak Tabung 1 buah
3.2.1 Tabel alat Pembuatan Buffer
No Nama Bahan Jumlah
1 Asam asetat 0,2 M 115 ml
2 Asam Na Asetat 0,2 M 85 ml
3 NaHCO3 0,1 M 104 ml
4 NaCO3 0,1 M 96 ml
5 Asam Sitrat 0,05 M 156 ml
6 Na Sitrat 0,05 M 44 ml
3.2.1 Tabel Bahan Pembuatan Buffer
DAFTAR PUSTAKA
Andy. 2009.Larutan Penyangga, http://andykimia03.wordpress.com/2009/11/30/ larutan-penyangga-buffer/, 10/10/2015.
Cairns, Donald. 2008. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Jakarta:EGC.
Martin, Alfred. 1990.Farmasi Fisik. Jakarta:UI Press.
Riyanto, Nurdin. 2009.Super Genius Olimpiade Kimia SMA. Yogyakarta: Pustaka Widyatama.
Sukmaria. 1990. Kimia Kedokteran Edisi 2. Jakarta:Bina Rupa Aksara.
Utami, Sri. 2011.Larutan Buffer, http://skp.unair.ac.id/repository/GuruIndonesia/ LarutanBuffer_SriUtami_9847.pdf, 10/10/2015.
Wiro. 2011. Buffer dan Kapasitas Buffer, http://wiro-pharmacy.blogspot.com/2011/ 03/kuliah-buffer-dan-kapasitas-buffer.html, 10/10/2015.