Trypanosomiasis

16
A. Pendahuluan Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite Trypanosoma. [1] Trypanosoma termasuk klas kinetoplastida, yang merupakan grup dari parasite protozoa yang uniseluler. Nama Trypanosoma berasal dari Bahasa Yunani trypano (menggali) dan soma (tubuh) karenan gerakannya yang menyerupai corkscrew (melingkar dan melubangi). [2] Trypanosoma dapat menginfeksi berbagai host dan menyebabkan berbagai penyakit termasuk sleeping sickness pada manusia. Ciri khas dari klas kinetoplastida adalah kompleks protein yang dibutuhkan selama pembelahan sel, yaitu catenatated circles dan minicircles. [2] Terdapat lebih dari 10 spesies Trypanosoma, namun hanya tiga spesies saja yang merupakan pathogen pada manusia. Seperti T brucei subspecies rhodesiense dan T gambiense yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika (African sleeping sickness) dan T cruzi yang menyebabkan Trypanosoma Amerika (penyakit Chagas). Penyakit ini menyebabkan sirkulasi parasite yang persisten dalamdarah dan berbentuk hemoflagelata. [2] Ada dua jenis trypanosomiasis Afrika yang masing-masing dinamakan berdasarkan dimana penyakit itu ditemukan. Trypanosomiasis Afrika Timur disebabkan oleh parasite Trypanosoma brucei rhodesiense dengan vektornya yaitu lalat tsetse. Sedangkan Trypanosomiasis Afrika Barat disebut penyakit tidur Gambia (Gambian sleeping sickness) yang disebabkan oleh parasit Trypanosoma brucei gambiense dengan vektornya yaitu lalat tsetse. Setipa tahun terdapat ratusan kasus yang dilaporkan ke WHO. [3,4,5] 1

description

infeksi

Transcript of Trypanosomiasis

Page 1: Trypanosomiasis

A. Pendahuluan

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite

Trypanosoma. [1] Trypanosoma termasuk klas kinetoplastida, yang merupakan grup dari

parasite protozoa yang uniseluler. Nama Trypanosoma berasal dari Bahasa Yunani trypano

(menggali) dan soma (tubuh) karenan gerakannya yang menyerupai corkscrew (melingkar

dan melubangi). [2]

Trypanosoma dapat menginfeksi berbagai host dan menyebabkan berbagai penyakit

termasuk sleeping sickness pada manusia. Ciri khas dari klas kinetoplastida adalah kompleks

protein yang dibutuhkan selama pembelahan sel, yaitu catenatated circles dan minicircles. [2]

Terdapat lebih dari 10 spesies Trypanosoma, namun hanya tiga spesies saja yang

merupakan pathogen pada manusia. Seperti T brucei subspecies rhodesiense dan T gambiense

yang menyebabkan penyakit tidur di Afrika (African sleeping sickness) dan T cruzi yang

menyebabkan Trypanosoma Amerika (penyakit Chagas). Penyakit ini menyebabkan sirkulasi

parasite yang persisten dalamdarah dan berbentuk hemoflagelata. [2]

Ada dua jenis trypanosomiasis Afrika yang masing-masing dinamakan berdasarkan

dimana penyakit itu ditemukan. Trypanosomiasis Afrika Timur disebabkan oleh parasite

Trypanosoma brucei rhodesiense dengan vektornya yaitu lalat tsetse. Sedangkan

Trypanosomiasis Afrika Barat disebut penyakit tidur Gambia (Gambian sleeping sickness)

yang disebabkan oleh parasit Trypanosoma brucei gambiense dengan vektornya yaitu lalat

tsetse. Setipa tahun terdapat ratusan kasus yang dilaporkan ke WHO. [3,4,5]

Penyakit Trypanosoma Amerika (Chagas disease) ditularkan pada hewan dan

manusia melalui vector serangga yang ditemukan anya berada di Amerika, terutama di daerah

pedesaan Amerika Latin dengan kemiskinan penduduk yang tersebar luas). [1,6,7]

B. Definisi

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite

Trypanosoma. Terdapat tiga spesies yang dapat menimbulkan penyakit pada manusia, yaitu

Trypanosoma brucei rhodisense, Trypanosoma brucei gambiense, dan Trypanosoma cruzi. [1]

Penyakit yang ditimbulkan oleh T.b.rhodeisense dan T.b.gambiense disebut

Trypanosomiasis Afrika (African Trypanosomiasis sleeping sickness). Sedangkan penyakit

yang disebabkan oleh T.cruzi disebut Tryanosomiasis Amerika (Chagas disease).[1]

1

Page 2: Trypanosomiasis

C. Etiologi

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi dari parasite

Trypanosoma. Terdapat tiga jenis spesies dari Trypanosoma yang dapat menyebabkan

penyakit pada manusia, yaitu Trypanosoma brucei rhodeisense, Trypanosoma brucei

gambiense, dan Trypanosoma cruzi.[1]

Trypanosomiasis Afrika atau sleeping sickeness disease disebabkan oleh spesies

Tryanosoma brucei. T.brucei ini terdiri dari 2 jenis, yaitu T.b.rhodeisense dan T.b.gambiense

yang merupakan protozoa berflagella yang hidup dalam darah. Lalat tsetse baik jantan

maupun betina merupakan vector parasite ini, terutama Glossina palpalis. Lalat ini banyak

ditemukan di sepanjang tepi sungai yang mengalir di bagian tengah dan barat Afrika.[8]

Trypanosomiasis Amerika atau Chagas disease disebabkan oleh Trypanosoma cruzi.

Yang merupakan vector utama parasite ini adalah Triatoma infestans, Triatoma sordida,

Panstrongylus megistus, dan Rhodnius prolixus. Penularan parasite ke host terjadi melalui

kontaminasi tinja sesudah berlangsungnya reproduksi siklik selama 8 sampai 20 hari di dalam

usus serangga. Pada saat vector menggigit host, maka vector tersebut juga membuang kotoran

dan mengotori luka gigitan sehingga mengkontaminasi host. [8]

D. Epidemiologi

Pada sleeping sickness di Afrika, ditularkan melalui gigitan lalat tsetse. Lalat tsetse

biasanya berada di daerah pedesaan, hutan, dan semak-semak yang banyak di daerah savanna

Afrika Timur. Sedangkan lalat tsetse yang berada di Afrika Barat hidup di daerah hutan dan

vegetasi di sepanjang sungai. Lalat tsetse ini biasanya menggigit pada siang hari dan lalat

jantan maupun betina sama-sama dapat menularkan penyakit.[3]

Penyakit yang disebabkan oleh Trypanosoma brucei rhodensiense sering terjadi.

T.b.rhodesiense ditemukan di daerah Afrika Timur dan Tenggara. Setiap tahun WHO

mendapatkan ratusan laporan kasus. Lebih dari 95% kasus yang menginfeksi manusia terjadi

di Tanzania, Uganda, Malawi, dan Zambia. Infeksi pada wisatawan internasional jarang

terjadi. Di Amerika Serikat, didiagnosis rata-rata terjadi satu kasus pertahun. Sebagian besar

dari kasus sleeping sickness yang terjadi di Amerika disebabkan oleh wisatawan yang

bepergian ke Afrika Timur. [1,3,4,6]

Untuk hospes perantara T.b.gambiense yaitu lalat Glossina palpalis yang terdapat di

daerah dataran rendah dengan hutan yang lembab dengan keadaannya lembab di Afrika

Tengah dan Barat. Sebagian sleeping sickenss di Afrika disebabkan dalam bentuk. Leih dari

95% infeksi pada manusia ditemukan di Republik Demokratik Kongo, Angola, Sudan,

2

Page 3: Trypanosomiasis

Republik Afrika Tengah, Chad, dan Uganda bagian utara. Manusia merupakan reservoir

penting dari infeksi, walaupun parasite kadang-kadang ditemukan pada hewan seperti babi,

anjing, dan kambing.[3,4]

Untuk hospes perantara T.cruzi yaitu Triatoma infestans, Rhodinius prolixus dan

Panstrongylus mengistus yang hidup di celah-celah dinding rumah yang terbuat dari papan

maupun batu. Penyakit Chagas endemic terjadi di sebagian besar daerah Amerika Tengah dan

Amerika Selatan. Diperkirakan delapan juta orang sudah terinfeksi.[6] Menurut PAHO,

Negara yang sering penduduknya terinfeksi Chagas disease yaitu Bolivia (6,8%), Argentina

(4,1%), El Salvador (3,4%), Honduras (3,1%), Paraguay (2,5%), Guatemala (2%), Ekuador

(1,7%), Venezuela (1,2%), Brazil (1%), dan Meksiko (1%). [4]

E. Patogenesis

Daur Hidup Trypanosoma

Trypanosoma brucei rhodeisense dan Trypanosoma brucei gambiense

Hospes dari parasite ini adalah manusia. Hospes reservoar T.b.rhodeisnese adalah

biantang liar seperti antilop, sedangkan hospes reservoar T.b.gambiense adalah binatang

peliharaan seperti sapi, babi, dan kambing. Lalat Glossina merupakan hospes perantara.[1]

Dalam tubuh lalat Glossina, stadium tripomazigot yang terhisap dengan darah

berkembang biak di dalam usus secara belah pasang longitudinal. Setelah itu akan bermigrasi

ke kelenjar ludah. Kemudian parasite akan berubah ke stadium epimastigot, dan kemudian

berkembang biak lagi menjadi stadium tripomastigot matasiklik untuk ditularkan ke manusia.

Pada manusia, kedua spesies ini berada dalam stadium tripomastigot yang hidup dalam darah.

Stadium tripomazigot hidup secara ekstraseluler dalam darah, limpa, kelenjar limfe, dan otak.

Biasanya T.b.gambiense pada lalat akan menjadi infektif setelah 20 hari, sedangkan

T.b.rhodeisense pada lalat akan infektif setelah 14 hari. [1]

Trypanosoma cruzi

Hospes dari parasite ini ialah manusia dan yang menjadi hospes resevoarnya adalah

binatang peliharaa seperti kucing dan anjing. Sedangkan hospes perantaranya adalah

Triatoma. [1]

Ketika Triatoma menggigit manusida untuk dihisap darahnya, Triatoma juga

mengeluarkan tinjanya yang mengandung bentuk infektif. Gigitan dari Triatoma ini akan

terasa gatal sehingga manusia akan menggaruk di daerah gigitan yang menyebabkan parasit

masuk ke dalam luka dan terjadi infeksi.[1,3,6]

3

Page 4: Trypanosomiasis

Dalam tubuh manusia, parasite ini ditemukan dalam dua stadium, yaitu stadium

tripomastigot dan amastigot. Stadium tripomastigot hidup secara ekstraseluler dalam darah

dan tidak berkembang biak. Sedangkan stadium amastigot terdapat di intrasleluer dalam

reticulum endoplasma limpa, hati, kelenjar limfe, sumsum tulang, sel otot jantung, sel otak,

dan berkembang biak secara belah pasang longitudinal. Setelah RE penuh oleh

perkembangbiakan dari parasite tersebut, maka sel RE akan pecah dan stadium amastigot

berubah menjadi stadium epimastigot, kemudian menjadi stadium tripomastigot yang akan

masuk lagi ke dalam darah.Setelah itu Triatoma yang menghisap darah manusia yang

terinfeksi, stadium tripomastigot dan amastigot berubah menjadi stadium epimastigot dalam

ususnya dan kemudian berkembang biak dan bermigrasi ke hidgut kemudian berubah

menjadi stadium tripomastigot metasiklik yang merupakan bentuk infektif. Siklus ini

berlangsung selama 10 hari.[1]

Patogenesis Trypaosomiasis Afrika

Di dalam tubuh host, parasite akan berubah menjadi tripomastigot yang beredar di

dalam pembuluh darah. Kemudia dibawa ke seluruh tubuh dan akan sampai ke cairan tubuh

lainnya (limfe dan cairan spinal) dan mengalami replikasi dengan binary fisiion. Jika

tripomastigot ini masuk ke dalam tubuh lalat tsetse, maka akan tejadi peruabahan lagi

4

Page 5: Trypanosomiasis

menjadi prosiklik tripomastigot di dalam midgut dari lalat tsetse tersebut. Setelah itu mereka

akan berkembang biak lagi dengan cara binary fission, kemudian meninggalkan midgut,

berubah menjadi epimastigot dan menuju kelenjar ludah kemudian berkembang biak lagi.[2]

Setelah digigit lalat tsetse yang terinfeksi, maka timbul lesi inflamasi. Reaksi di kulit

ini bisa menimbulkan rasa sakit dan berwarna kemerahan. Kemudian parasite ini akan

menuju ke saluran limfe dan pembuluh darah yang akan menyebabkan terjadinya demam.

Pada stadium 1 akan terjadi limfadenopati dan splenomegaly, terjadi proliferasi limfosit dan

histiosit yang akan memicu diproduksinya IgM. Sedangkan pada stadium 2 melibatkan

system saraf pusat, yang nantinya saat pemeriksaan akan didapatkan peningkatan tekanan

cairan serebrospinal, konsentrasi total protein, dan pleositosis.[2]

STADIUM 1 [2]

Demam terjadi karena terdapat distribusi parasite di dalam aliran darah dan

aliran limfe. Demam terjadi akibat adanya pirogen eksogen seperti zat toksik

dari Trypanosoma, sehingga terjadi stimulasi dari pproliferasi limfosit selama

terjadi respon imun. Selain itu akan dihasilan juga beberapa sitokin seperti

IL1, IL5, dan TNF. Hal ini yang akan memicu hipotalamaus untuk

meningkatkan ambang batasnya ke ambang febris.

Pruritus dan rash makulopapular timbul akibat parasite yang mengikuti aliran

darah dan aliran limfe. Hal ini akan mengakibatkan reaksi dari pembuluh

darah untuk menghasilkan beberapa mediator. Rash timbul akibat adanya

proses vasodilatasi, sedangkan pruritus timbul akibat diproduksinya histamine.

Hepatosplenomegali terjadi karena sel-sel fagositik pada hepar dan spleen

sebagai system RES teraktifasi, sel-sel tersebut meruakan system monosit-

makrofag yang fungsi utamanya untuk menelan atau menghancurkan benda

asing yang masuk ke dalam tubuh. Maka akibat pertahanan dalam melawan

benda asing tersebut, akan terjadi hepatomegaly dan atau splenomegaly.

Tanda winterbottom merupakan bentuk reaksi pembesaran kelenjar limfe di

sepanjang leher bagian belakang. Hal ini disebabkan oleh perjalanan

Trypanosoma yang mengikuti aliran limfe yang pada akhirnya menimbulkan

proses peradangan di daerah tersebut.

STADIUM 2 [2]

Pada stadium ini parasite yang terdapat di dalam aliran darah akan menginvasi system

saraf pusat yang ditandai dengan perubahan neurologis secara perlahan. Perubahan

5

Page 6: Trypanosomiasis

neurologis dimulai dari munculnya somnolens, serta diikuti oleh tanda-tanda

ekstrapiramidal. Hal ini disebabkan oleh adanya Trypanosoma perivascular yang

disertai dengan infiltrasi sel mononuclear.

Selain itu, stadium ini juga disebut sebagai stadium meningosefalitis karena selain

terjadinya gangguan saraf sensoris dan motoris, terjadi juga proses demyelinisasi otak

yang mengakibatkan kelemahan akibat gangguan pada saraf tersebut. Proses

demielinisasi akan menyebabkan hantaran impuls terganggu. Demielinisasi diduga

akibat toksin dari Trypanosoma tersebut.

Patogenesis Trypanosomiasis Amerika

T.cruzi ditransmisikan oleh mamalia sebagai hostnya. Serangga terinfeksi dengan cara

menghisap darah dari hewan atau manusia yang memiliki parasite dalam sirkulasi darahnya.

Organisme yang terhisap menjadi berlipat ganda di dalam pencernaan triatomine, dan bentuk

infektif yang terdapat dalam feses pada saat menghisap darah. Transmisi juga dapat terjadi

saat triatomine merusak kulit, membrane mukosa sehingga terkontaminasi dengan kotoran

serangga yang mengandung parasite infektif.[2]

STADIUM AKUT [2]

Chagoma merupakan lesi inflamasi yang mengalami indurasi yang timbul

pada tempat gigitan serangga. Lesi ini berbentuk seperti furunkel yang disertai

proses limfadenopati local. Proses ini terjadi karena adanya parasite dalam

darah yang merangsang reaksi kerja dari leukosit. Kemudian terjadi edema

local, infiltrasi limfosit, dan hyperplasia reaktif dari kelenjar getah bening.

Romana’s sign merupakan tanda klasik dari edema yang terjadi di palpebra

dan jaringan poeriokular, unilateral, dan tidak nyeri. Proses yang terjadi

adalah infiltrasi dari sel leukosit dan limfosit yang menginvasi konjungtiva

sehingga terbentuk proses radang. Pada pembuluh darah akan terjadi

vasodilatasi dan peningkatan aliran darah ke daerah yang mengalami inflamasi

dan mengakibatkan rasa panas dan merah. Hepatosplenomegali juga terjadi

karena sel-sel fagositik sebagai sitem RES teraktifasi, sel-sel tersebut

merupakan system monosit-makrofag yang fungi utamanya adalah

menghancurkan benda asing.

STADIUM KRONIK

6

Page 7: Trypanosomiasis

Gangguan jantung terjadi karena jantung merupakan saah satu predileksi dan

infeksi ini. Pada gangguan ini dapat terjadi penipisan dinding ventrikel,

pelebaran biventrikuar, takikardi, aritmia, CHF, dan miokarditis. Hal ini

terjadi karena penyebaran parasite melalui aliran darah dan aliran limfe

sehingga menginvasi miokard, dan terjadi infiltrasi limfositik, fibrosis

interstitial yang difuse dan atrofi dari sel-sel miokard. Hal ini mengakibatkan

gangguan dalam sistm konduksi jantung yang memengaruhi RBB dan LBB

dari bundle of HIS dan terjadilah takikardi yang lama-kelamaan menjadi

aritmia.

Megaesofagus dan megakolon terjadi akibat adanya infiltrasi limfositik di

daerah esophagus dan kolon. Selai itu perubahan ukuran dari esophagus dan

kolon diduga karena adanya sejumlah pleksus mienterikus yang berkurang

pada dinding esophagus dan kolon.

F. Diagnosis

Trypanosomiasi Afrika

Diagnosis African Trypanosomiasis dapat dilakukan dengan pemeriksaan

laboratorium. Diagnosis dapat ditegakkan dengan menemukan parasite: 1) Secara langsung di

dalam darah, 2) Dalam biopsy atau pungsi sumsum tulang, 3) Secara imunologi dengan zat

anti fluoresen. Parasit T.b.rhodeisense dapat ditemukan mudah dalam darah. Parasit tersebut

juga mudah ditemukan di simpul cairan getah bening. Pengujian serologi tidak tersedia secara

luas dan tidak bisa digunakan dalam menegakkan diagnosis karena deteksi parasite melalui

mikroskop sangat mudah. Sedangkan untuk mendiagnosis infeksi T.b.gambiense

menggunakan pemeriksaan mikroskopis dari aspirasi kelenjar getah bening karena sangat

sulit untuk menemukan T.b.gambiense dalam darah.[3,4]

Semua pasien yang terdiagnosis trypanosomiasis Afrika selanjutnya harus melakukan

pemeriksaan cairan serebrospinal untuk menentukan apakah ada keterlibatan dari system

saraf pusat, karena menentukan dalam pemilihan obat sesuai dengan stadium nantinya. Sesuai

dengan kriteria dari WHO, untuk keterlibatan system saraf pusat meliputi peningkatan protein

dalam cairan serebrospinal dan jumlah leukosit yang lebih dari 5.[3]

Trypanosomiasi Amerika

7

Page 8: Trypanosomiasis

Pada diagnosis Chagas disease yang akut dapat dilakukan melalui pemeriksaan

mikroskopis dengan cara pengamatan parasite pada hapusan darah. Hapusan darah tebal dan

tipis dibuat dan diwarnai untuk visualisasi parasite. Namun hapusan darah dapat berhasil baik

hanya saat infeksi parasite beredar dalam darah. Bila pemeriksaan tersebut tidak berhasil,

inokulasi tikus, kultur darah pada media khusus, atau xenodiagnoses dapat dilakukan. Penting

untuk melakukan diagnosis ini, karena terapi awal pada penyakit Chagas akut sangat penting

untuk infeksi T.cruzi pada temuan negative dengan preparat basahdan hapusan harus dilihat

pada kodisi klinis dan latar belakang epidemiologi sebelum hasil pada metode tidk langsung

ini mucul.[2,6]

Diagnosis chronic Chagas disease ditegakkan setelah mempertimbangkan temuan

klinis pada pasien, dan juga kemungkinannya terkena infeksi. Diagnosis umumnya didapat

dengan cara melakukan setidaknya dua tes serologi yang berbeda. Diagnosa penyakit Chagas

kronik ditegakkan dengan mendeteksi antibody yang mengikatantigen T.cruzi.[2,6]

G. Penatalaksanaan

Trypanosomiasis Afrika

Pengobatan antitrypanosomal diindikasikan bagi semua orang yang didiagnosis

trypanosomiasis Afrika. Terpainya juga ada berbagai pilihan, tergantung pada subspesis

parasite yang menginfeksi maupun stadium dari penyakit tersebut. Obat-obat lini pertama

yang diberikan ke pasien iasanya sangat efektif.[3]

Pentamidin diberikan melalui infus intravena selama 2 jam atau dengan menggunakan

injeksi intramuscular, digunakan untuk mengobati infeksi parasite T.b.gambiense stadium 1.

Dosis untuk anak-anak dan dewasa adalah 4mg/kgBB per hari dan diberika selama 10 hari.

Biasanya hal ini ditoleransi oleh tubuh dengan baik, tetapi obat ini dapat menimbukan efek

samping seperti hipoglikemia, diare, mual, dan muntah.[2,3]

Suramin digunakan untuk mengobati infeksi parasite T.b.rhodaisense stadium 1.

Dosisnya adalah 100-200mg dengan pemberian secara intravena. Suramin juga efektif

terhadap parasite T.b.gambiense, namun tidak sering digunakan karena akan menimbulkan

efek samping yang berat pada orang-orang yang koinfeksi dengan Onchocerca volvulus.

Reaksi negative pada pemberian suramin sering terjadi, namun biasanya ringan dan

reversible. Tetapi dalam beberapa kasus, suramin juga dapat menyebabkan reaksi

8

Page 9: Trypanosomiasis

hipersensitivitas, maka ari itu dosis kecil biasanya diberikan sebelum pemberian dosis penuh.[2,3]

Untuk standar terapi yang digunakan untuk stadium 2 adalah Melarsoprol dengan

dosis 2,2mg/kgBB pemberian melalui intravena selama 10 hari. Bisa juga menggunakan

Eflornithine dengan dosis 50mg/kgBB pemberian melalui intravena setiap 6 jam sekali dan

diberikan selama 14 hari. Melarprosol merupakan pilihan utama untuk Trypanosomiasis

Afrika khususnya stadium 2.[2]

Trypanosomiasis Amerika

Terapi untuk peyakit Chagas kurang bagus. Nifurtimox adalah obat satu-satunya yang

secara aktif melawan T.cruzi. Pada penyakit Chagas akut, Nifurtimox mengurangi durasi

gejala parasitemia dan menurunkan angka kematian. Namun, efikasi Nifurtimox dalam

mengeradikasi parasite tersebut rendah. Maka dari itu, pemberian Nifurtimox harus dimulai

sedini mungkin pada penyakit Chagas akut. Dosis harian yang dianjurkan adalah

8-10mg/kgBB pada orang dewasa, 12,5-15mg/kgBB pada remaja, dan 15-20mg/kgBB pada

anak-anak. Obat diberikan secara peoral dalam empat dosis terpisah dan diberikan selama 90-

120 hari.[2]

Efek samping Nifurtimox yang sering muncul adalah nyeri abdomen, anoreksia, mual,

muntah, dan penurunan berat badan. Pada reaksi neurologis, obat ini dapat mengakibatkan

susah tidur, disorientasi, insomnia, paresthesia, dan kejang. Gejala ini akan hilang bila dosis

terapi dikurangi atau terapi dihentikan.[2]

Benznidazole merupakan pilihan kedua untuk digunakan sebagai terapi penyakit

Chagas. Namun obat ini memiliki efek samping seperti neuropati perifer, rash, dan

granulositopenia. Dosis yang dianjurkan adalah 5mg/kgBB pemberian melalui peroral

diberikan selama 60 hari.[2]

H. Penutup

Trypanosomiasis merupakan penyakit yang disebabkan oleh infeksi parasite

Trypanosoma, oleh tiga spesiesnya yaitu Trypanosoma brucei rhodeisense, Trypanosoma

brucei gambiense, dan Trypanosoma cruzi. Terdapat peran hospes (manusia), hospes

reservoar dan juga vector perantara. Gejala klinis yang ditimbulkan sesuai dengan spesies

yang menyebabkan infeksi, dan untuk menegakkan diagnosisnya maka diperlukan

pemeriksaan laboratorium dengan menemukan parasite di dalam darah. Pada penatalaksanaan

disesuaikan berdasarkan tahap penyakit dan stadium infeksi.

9

Page 10: Trypanosomiasis

I. Perujukan

1. Sutanto I., Ismid I S., Sjarifuddin, P K., Sungkar S. 2008. Buku Ajar Parasitologi

Kedokteran. Jakarta: Penerbit FK UI.

2. Sudoyo, A. W., 2014. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi VI. Jilid 3. Jakarta:

InternaPublishing.

3. Centers for Disease Control and Prevention. 2012. Parasites – African

Trypanosomiasis (also known as Sleeping sickness). Available at

http://www.cdc.gov/parasites/sleepingsickness/

4. World Health Organizaation. 2014. Trypanosomiasis, human African (sleeping

sickness). Available at http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs259/en/

5. Malvy D, Chappuis F. 2011. Sleeping sickness. European Society of Clinical

Microbiology and Infectious Disease. Available at

6. Centers for Disease Control and Prevention. 2013. Parasites – American

Trypanosomiasis (also known as Chagas disease). Available at

7. World Health Organization. 2014. Chagas disease (American trypanosomiasis).

Available at

8. Rasidi, Rochida dan Muljono, Rusli. 2008. Parasitologi Kedokteran edisi

Keempat. Jakarta: FK UI.

10