TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM MEWUJUDKAN ... · Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam...
Transcript of TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM MEWUJUDKAN ... · Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam...
Strategi Negosiasi Bisnis PT. Batik Danar Hadi Surakarta dalam Menembus Pasar
Tekstil Eropa Tahun 2015-2017
1
TRUSTPOLITIK POLICY KOREA SELATAN DALAM MEWUJUDKAN UNIFIKASI DI SEMENANJUNG KOREA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN PARK GEUN-
HYE TAHUN 2013 – 2016
Charneva Umi Rahmawati 1
Septyanto Galan Prakoso, S.IP., M.Sc2
Abstract
Trustpolitik Policy of South Korea in realizing the unification on the Korean Peninsula during
the reign of President Park Geun-hye years 2013-2016 that involving bilateral relations between
South Korea and North Korea became the major topic in this study. This research uses a
qualitative approach with literature study and interview as the technique of the data
collection. Data analysis draws on qualitative analysis consisted of multiple steps such as data
reduction, data displays, and conclusion drawing. The conceptual framework used in this
research is the concept of national interest, the theory of diplomacy, and the theory of conflict
resolution.
This research resulted that South Korea has not been able to realize the peace and
unification with North Korea by implementing the trustpolitik policy during the rule of
President Park Geun-hye. The tension between North Korea and South Korea since the end of
the Korean War causes a weak of trustpolitik policy in the effort of unification with North
Korea. Using the pillars of Trust-Building Process on the Korean Peninsula that departs from an
initiative of President Park Geun-hye, namely Dresden Initiative is South Korea’s efforts in
realizing the harmonious unification with North Korea. Through soft diplomacy of President
Park Geun-hye, South Korea government want to realize unification based on the “Unification
Bonanza” for the creation of peace with North Korea and the Korean Peninsula.
Keywords: Trustpolitik Policy, National Interest, Diplomacy Theory, Conflict Resolution
Theory, Trust-Building on the Korean Peninsula, Dresden Initiative, Unification, President Park
Geun-hye.
1 , Mahasiswa Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNS, sebagai penulis pertama 2 Dosen Program Studi Hubungan Internasional FISIP UNS, sebagai penulis kedua
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
2
A. Pendahuluan
Perang Korea yang terjadi pada tahun 1950-1953 telah memberikan
dampak bagi kehidupan di Semenanjung Korea. Perang yang dimulai pada 25 Juni
1950 berawal dari tentara Korea Utara memasuki wilayah garis lintang 38 yang
merupakan wilayah perbatasan antara negara yang menjadi sekutu dari Uni Soviet
dan Republik Rakyat Tiongkok yaitu Korea Utara dan negara yang menjadi sekutu
dari aliansi barat yaitu Korea Selatan yang menjadi salah satu aksi militer pertama
di Perang Dingin. Invasi militer balasan kemudian dilakukan oleh pihak lawan yaitu
tentara Korea Selatan yang mendapatkan dukungan penuh dari Amerika Serikat
yang mengakibatkan pertempuran yang tidak terbantahkan dan mengakibatkan
banyak korban jiwa. Perang Korea berakhir pada tahun 1953 yang menyebabkan
kurang lebih 5 juta tentara dan warga sipil menjadi korban dari perang tersebut.
1 Perang Korea pada dasarnya merupakan simbol dari perjuangan ideologi
timur dan barat yang dari perang ini mengandung misi untuk mengusir adanya
paham komunisme saat itu yang mulai disebarkan oleh Korea Utara ke Korea
Selatan begitu pula sebaliknya yang mengakibatkan kedua negara
mempersiapkan persiapan militer untuk menangkal adanya perang yang
berkelanjutan, walaupun pada akhirnya perang ini menjadi jalan buntu bagi kedua
negara untuk berdamai yang memberikan hasil akhir adanya gencatan senjata dari
kedua negara.
Isu ketegangan antara Korea Selatan dan Korea Utara saat ini masih
menjadi topik yang hangat untuk diperdebatkan oleh negara-negara di dunia
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
3
maupun oleh PBB. Dikarenakan, ancaman Korea Utara terhadap Korea Selatan
yang tak kunjung berhenti, namun justru semakin menjadi dengan banyaknya uji
coba nuklir yang terus dilakukan oleh Korea Utara yang menjadi kecaman oleh
negara-negara di sekitarnya yang menjadi lintasan uji coba nuklir ataupun menjadi
target sasaran dalam uji coba nuklir yang dilakukan oleh Korea Utara. Dengan
adanya hal tersebut, negara-negara sekitarnya seperti Korea Selatan dan Jepang
berlomba-lomba untuk meningkatkan kewaspadaan serta keamanan dalam
menanggapi serangan-serangan uji coba nuklir dari Korea Utara. Dengan adanya
fenomena ini, salah satu Presiden Korea Selatan Park Geun-hye pada tahun 2013
mengeluarkan kebijakan luar negeri “Trustpolitik” dalam menanggapi fenomena
tersebut.2
Salah satu kebijakan dari kabinet Park Geun-hye adalah kebijakan luar
negerinya yaitu “Trustpolitik”. Trustpolitik Policy merupakan kebijakan luar negeri
yang diusung oleh Park Geun-hye dalam rangka usaha ingin membangun
kerjasama internasional dengan negara-negara yang ada di dunia dengan
menggunakan konsep “trust” sebagai pedoman untuk menciptakan kerjasama
yang harmonis. Selain itu, dengan menggunakan konsep tersebut Park Geun Hye
juga ingin mewujudkan era kebahagiaan bagi warga di Korea serta dapat
menciptakan perdamaian secara global. Sehingga dengan menggunakan makna
“trust” yaitu sebuah kepercayaan dalam setiap tahapan-tahapan di kebijakan ini
yang nantinya dapat membuat perdamaian secara nyata.3 Kemudian dengan
menggunakan konsep tersebut, Korea Selatan ingin membangun hubungan yang
erat dan harmonis yang berdasarkan oleh azas kepercayaan dengan Amerika
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
4
Serikat, Jepang, Rusia, Tiongkok, dan negara-negara Asia lainnya dan negara-
negara Oceania. Kebijakan luar negeri yang diusung oleh Park Geun-hye memang
sedikit berbeda dengan kebijakan luar negeri dari Presiden Korea Selatan yang
terdahulu, sebab dalam kebijakan trustpolitik ini Park Geun Hye lebih menekankan
banyaknya dialog dan diplomasi untuk menanggapi ancaman-ancaman yang
dikeluarkan oleh Korea Utara terhadap Korea Selatan.4
Dalam kebijakan trustpolitik era Park Geun-hye, terdapat 3 pilar yang
menjadi fondasi utama dalam kebijakan luar negeri ini, yaitu:
1. Trust-Building Process on the Korean Peninsula.
2. Northeast Asia Peace and Cooperation Initiative.
3. Eurasia Initiative.5
Namun, dalam hal ini penulis akan membahas mengenai pilar pertama dari
ketiga pilar kebijakan trustpolitik tersebut. Dalam pilar pertama, Trust-Building
Process on the Korean Peninsula yaitu salah satu program kebijakan luar negeri
yang diusung oleh Park Geun-hye dalam rangka membangun kepercayaan di
dalam masyarakat Korea Selatan dan Korea Utara yang telah mengalami
perseteruan yang sangat panjang yang tak kunjung usai di kedua negara untuk
nantinya dapat memperbaiki hubungan kedua negara yang berlandaskan atas
dasar keamanan dan perdamaian yang kuat di Semenanjung Korea dan wilayah
terdekat lainnya.
Dengan adanya kebijakan trustpolitik yang diusung oleh Park Geun-hye
melalui pilar pertamanya, diharapkan dapat membangun kembali hubungan yang
harmonis dan perdamaian diantara Korea Selatan dan Korea Utara, sehingga
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
5
Korea Selatan dapat membantu membuka investasi di Korea Utara dan
meningkatkan kesejahteraan di kedua negara.6
Isu ketegangan yang terjadi diantara Korea Selatan dan Korea Utara yang
tak kunjung mereda pada era Park Geun-hye hingga saat ini menjadi salah satu
ketertarikan Penulis untuk memaparkan kebijakan trustpolitik di dalam
menanggapi hal tersebut.
B. Kebijakan Luar Negeri Trustpolitik Terhadap Unifikasi di Semenanjung Korea
Pemerintah Korea Selatan sebelumnya telah banyak mengadopsi banyak
kebijakan luar negeri yang bertujuan untuk pendekatan dengan Korea Utara
dalam menangani krisis kemanusiaan, ekonomi, dan keamanan disana, namun
selalu berujung tidak efektif. Kebijakan Luar Negeri Korea Selatan sebelumnya
adalah “Sunshine Policy” pada masa pemerintahan Presiden Kim Dae-jung dan Roh
Moo-hyun yang membawa dampak besar kepada Korea Utara, dikarenakan kedua
Presiden ini adalah seseorang yang melihat Korea Utara sebagai negara yang baik
dan layak untuk dibantu. Dengan kepercayaan tersebut, dalam Sunshine Policy
inilah hubungan antara Korea Selatan dan Korea Utara terjalin baik dengan
banyaknya bantuan kemanusiaan berskala besar, bantuan ekonomi, dan banyak
dialog tanpa syarat yang dilakukan oleh Korea Selatan terhadap Korea Utara.7
Terpilihnya Park Geun-hye menjadi Presiden Korea Selatan wanita pertama
pada tahun 2013 merupakan sebuah gebrakan baru dimana banyak orang yang
memperkirakan akan terjadinya era baru yang akan terjadi di Korea Selatan. Salah
satu kebijakan dari Presiden Park Geun-hye adalah kebijakan luar negerinya yang
disebut dengan “trustpolitik” dimana apabila ditelaah, kebijakan tersebut berasal
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
6
dari kata “trust” yang berarti kepercayaan. Sebelum terpilih menjadi Presiden
Korea Selatan, dalam pidatonya saat berada di Seoul Foreign Correspondent Club
pada tahun 2012, Park Geun-hye dalam pidatonya menyatakan bahwa:
“Building sustainable peace on the Korean peninsula is inseparable from fostering prosperity and security in Asia. Yet regrettably, an emerging and a cooperative Asia is clashing with an Asia replete with conflicting tensions.”8
Pidato tersebut menjadi pondasi utama dalam pembuatan kebijakan luar
negeri Korea Selatan di masa pemerintahan Park Geun-hye. Dalam konsep
Trustpolitik ini menitikberatkan pada konsep kepercayaan yang melibatkan
elemen pemerintahan dan masyarakat. Kebijakan ini juga menitikberatkan kepada
keinginan untuk terciptanya era baru dimana masyarakat Korea Selatan dapat
hidup dengan bahagia dan sejahtera melalui beberapa aspek, yaitu melalui
ekonomi kreatif yang dapat menekan angka pengangguran, kemudian terciptanya
pekerjaan yang sesuai dan sejahtera, adanya sistem pendidikan dan budaya yang
cerdik, lalu terciptanya keamanan dan integrasi sosial dan adanya terbentuknya
era unifikasi (penyatuan) yang berasaskan atas kebahagiaan.9
Pada dasarnya, Presiden Park mendefinisikan konsep trust berasal dari rasa
ketidakpercayaan yang terbenam diantara Korea Utara dan Korea Selatan dalam
upaya rekonsiliasi untuk menuju perdamaian kedua negara. Seperti sebuah
pepatah Korea yang berarti “one-handed applause is impossible” menjadikan dasar
Korea Selatan dalam upaya perdamaian dengan Korea Utara dengan
menggunakan seribu upaya.10 Namun, rendahnya tingkat kepercayaan Korea
Utara terhadap Korea Selatan membuat Korea Selatan memiliki sebuah
kesempatan untuk membangun kembali tingkat kepercayaan dengan mengubah
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
7
Semenanjung Korea menjadi dari zona konflik menjadi zona kepercayaan dengan
mengadopsi kebijakan “trustpolitik” yang nantinya akan menjadi harapan
perdamaian di Semenanjung Korea berdasarkan norma global.11
Pada awal masa pemerintahan Presiden Park Geun-hye yaitu pada tahun
2013 pengimplementasian trustpolitik dimulai dengan banyaknya dialog yang
dilakukan antar-Korea yaitu sebanyak 24 kali dalam satu tahun. Dalam setiap
pertemuan antar-Korea yang diadakan di Panmunjeom dihadiri oleh delegasi dari
masing-masing negara. Dalam pertemuan ini membahas mengenai dialog
kerjasama ekonomi melalui Kompleks Industri Kaesong, dialog kerjasama politik
antar-Korea, dan dialog kerjasama kemanusiaan antar-Korea. Pada tanggal 27
Maret 2013, Korea Utara secara sepihak memutus komunikasi militer di Zona Laut
Barat dan menyalahkan pelatihan militer bersama dan latihan ‘Foal Eagle’ antara
Korea Selatan – Amerika Serikat yang disusul dengan di bulan berikutnya, Korea
Utara mengumumkan penarikan semua pekerja di Kompleks Industri Kaesong dan
penghentian sementara sistem operasi Kompleks Industri Kaesong yang
menyebabkan ditutupnya kompleks ini untuk pertama kalinya sejak 10 tahun
didirikan.12 Pihak Korea Selatan mengusulkan untuk mengadakan pertemuan
tingkat kerja antar-Korea yang diwakilkan oleh pihak-pihak yang berwenang untuk
membahas mengenai normalisasi Kompleks Industri Kaesong dan membahas
mengenai bahan-bahan mentah dan produk dari Kompleks Industri Kaesong,
namun Korea Utara menolak ajakan tersebut. Hubungan antara Korea Selatan
dan Korea Utara mengalami pasang surut ketika menangani di bidang Kompleks
Industri Kaesong. Korea Selatan berusaha dengan bersusah payah agar dapat
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
8
mengaktifkan kembali kompleks industri tersebut dengan cara mengadakan
berbagai dialog, namun Korea Utara terkadang masih menyangkal dan menuduh
bahwa Korea Selatan tidak mempunyai ketulusan dalam menangani kasus di
Kaesong. Pada akhirnya pada pertemuan ke-7 Korea Utara dan Korea Selatan
setuju untuk melakukan normalisasi Kompleks Industri Kaesong dengan
mempertimbangkan beberapa hal, seperti keamanan dan keselamatan kerja,
rencana untuk internasionalisasi Kompleks Industri Kaesong, dan tentang
peraturan pajak.13
Sedangkan untuk kerjasama kemanusiaan, Presiden Park Geun-hye pada
pidato kemerdekaan tanggal 15 Agustus 2013 menyatakan bahwa akan menggelar
reuni untuk keluarga yang terpisah akibat perang Korea di sekitar hari libur
Chuseok. Sebagai tindak lanjut dari pidatonya, pemerintah Korea Selatan
mengajukan proposal kepada Korea Utara dan diterima. Sehingga pada 23
Agustus 2013 diadakan pertemuan tingkat Palang Merah Korea membahas
mengenai reuni keluarga di hari libur Chuseok. Pertemuan tersebut merupakan
pertemuan pertama kalinya untuk kedua negara setelah pertemuan terakhir pada
tahun 2010.14 Setelah diadakan pertemuan mengenai pembahasan reuni keluarga,
kedua Korea setuju untuk menggelar reuni keluarga untuk tiap 100 keluarga di
Gunung Geumgang pada 25-30 September, dan menaikkan jumlah permintaan
untuk konfirmasi jumlah warga yang masih hidup dan yang sudah meninggal dari
200 menjadi 250 individu serta menggelar reuni keluarga kembali setelah hari libur
Chuseok di bulan November.15
Dalam kurun waktu tahun 2014 hingga 2015, Korea Utara menunjukkan
ketidakkonsistennya dalam rangka untuk mewujudkan perdamaian dan unifikasi
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
9
di Semenanjung Korea dengan cara membolak-balikkan antara provokasi dan
dialog, sehingga perundingan selalu menghasilakan perjanjian yang tidak
signifikan. Seolah-olah Korea Utara dengan sengaja menjadi negara yang play
victim akibat provokasi yang mereka tuai sendiri dan selalu mengajukan
pertemuan darurat untuk menyelesaikan situasi yang sedang terjadi. Namun
apabila doalog telah dimulai, Korea Utara akan membuat Korea Selatan tersulut
emosi dan akan mengkritik Korea Utara. Sehingga ketegangan hubungan antara
Korea Utara dan Korea Selatan tidak berkurang yang berujung dengan
penghentian dialog. Selalu bersikap provokatif, Korea Utara selalu mengungkit-
ungkit mengenai hak asasi manusia ketika akan diutarakan program mengenai
denuklirisasi yang diajukan oleh Korea Selatan. Menanggapi tuntutan Korea Utara
yang tidak masuk akal, Korea Selatan tetap bersikeras akan melanjutkan latihan
militer gabungan dengan Amerika Serikat dikarenakan acara tersebut merupakan
program tahunan kedua negara.16
Pada tahun 2016, Korea Utara masih belum berhenti dalam melakukan
provokasi terhadap Korea Selatan dimana pada 5 Februari 2016, Korea Utara
meluncurkan misil jarak jauh yang ditembakkan dari Tongchang-ri dan
menyatakan bahwa misil mereka telah memasuki orbit target. Dengan waktu yang
bersamaan, pemerintah Korea Selatan menmyatakan bahwa peluncuran misil
jarak jauh milik Korea Utara telah membuat geram pihak Korea Selatan, sehingga
Korea Selatan akan mengadopsi sanksi bagi Korea Utara sesuai dengan sanksi
yang diterbitkan oleh Dewan Keamanan PBB serta tekanan kepada Korea Utara
yang tidak apat dirubah lagi. Sementara menahan provokasi yang selalu
dilancarkan oleh Korea Utara mengenai peluncuran misil, Korea Selatan
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
10
menekankan bahwa unifikasi secara damai adalah tugas atau tujuan yang harus
tercapai. Dengan menanggapi provokasi tersebut, Presiden Korea Selatan
bertekad untuk menyerukan program denuklirisasi Korea Utara agar tidak
mengancam keadaan di Semenanjung Korea.17
Dalam wawancara bersama Prof. Yang Seung-yoon, beliau menyatakan
bahwa pada dasarnnya kebijakan trustpolitik di Semenanjung Korea merupakan
kebijakan perdamaian antara kedua Korea yang dapat ditempuh melalui dialog
dan kerjasama yang saling menguntungkan antara kedua Korea. Namun dalam
berjalannya waktu, pemerintahan Presiden Park Geun-hye tidak menepati janji
dengan Korea Utara, yaitu dengan secara tiba-tiba meniadakan perjanjian untuk
mengkontrol Kompleks Industri Kaesong yang ditandatangani pada 10 Februari
2016. Dalam perjanjian tersebut menyatakan bahwa kerjasama Kompleks Industri
Kaesong akan berubah ketika pergantian telah terganti. Kemudian, pihak Korea
Utara meminta Korea Selatan untuk memenuhi perjanjian yang telah
ditandatangani antara Presiden Kim Dae-jung dan Kim Jong-il tertanggal 15 Juni
2000 dan perjanjian antara Presiden Roh Moo-hyun dan Kim Jong-il tertanggal 4
Oktober 2007 yang menyatakan bahwa kerjasama Kompleks Industri Kaesong
tidak akan berhenti walaupun pemerintahannya telah berganti.18
Kemudian Korea Utara menganggap bahwa reunifikasi yang akan
dilakukan oleh Korea Selatan merupakan reunifikasi secara sepihak yaitu dengan
menggunakan satu ideologi di Semenanjung Korea. Namun, Korea Utara
menyarankan agar kedua Korea memiliki ideologi masing-masing seperti
sebelumnya dan kedua Korea memiliki hak untuk memimpin militer dan diplomasi
ke negara lain dengan cara masing-masing. Tetapi, pemerintahan Presiden Park
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
11
Geun-hye tidak menanggapi saran yang diberikan oleh Korea Utara, dengan kata
lain pemerintahan Presiden Park Geun-hye berpegang teguh dalam trust-building
in Korean Peninsula dikarenakan apabila tetap memiliki ideologi masing-masing,
kedua Korea akan menjadi negara federasi yang lemah.19
Upaya trustpolitik pada masa pemerintahan Presiden Park Geun-hye berjalan
mulus dalam bidang bantuan kemanusiaan saja. Namun, untuk masalah politik dan
militer kebijakan ini banyak menemui jalan buntu dikarenakan tidak ada landasan
kepercayaan antara kedua Korea untuk melakukan kerjasama di bidang ini. Seperti
yang telah dijelaskan bahwa kedua Korea saling memperkuat pertahanan dan
keamanannya sendiri, seperti di Korea Selatan tetap melakukan latihan militer
gabungan bersama Amerika Serikat yang bertujuan untuk memperkuat
pertahanan dan keamanan serta Korea Selatan menyatakan bahwa hal tersebut
merupakan sudah perjanjian bersama Amerika Serikat. Kemudian di pihak Korea
Utara juga dalam rangka memperkuat pertahanan dan keamanan wilayah mereka,
Korea Utara tak gencar dalam menggali dan menciptakan senjata nuklir yang
dianggapnya sebagai alat pertahanan negara serta banyaknya provokasi yang
telah dilancarkan oleh Korea Utara untuk Korea Selatan. Hal tersebut membawa
persepsi Korea Selatan bahwa Korea Utara tidak memiliki ketulusan dalam hal
timbal balik dari upaya Korea Selatan untuk berdamai dengan Korea Utara.
Kebijakan trustpolitik ini merupakan sebuah ambisi dari Presiden Park
Geun-hye untuk mereunifikasi Semenanjung Korea dengan cara soft diplomacy
melalui dialog yang dilakukan di Panmunjeom antara kedua Korea dalam kurun
waktu 2013 – 2016 untuk memupuk rasa percaya yang diharapkan dapat menjadi
salah satu cara untuk mereunifikasi Semenanjung Korea dan mengurangi
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
12
ketegangan yang terjadi diantara kedua Korea sejak berakhirnya perang Korea.
Sehingga dengan menggunakan kebijakan trustpolitik inilah penulis akan
menganalisis pelaksanaan kebijakan tersebut sebagai salah satu upaya diplomasi
Korea Selatan terhadap Korea Utara dalam mewujudkan upaya unifikasi di
Semenanjung Korea.
C. Trust-Building Process on the Korean Peninsula dalam Implementasi Kebijakan
“Trustpolitik” dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea
Salah satu pilar dari kebijakan trustpolitik yang digadang-gadang oleh
Presiden Park Geun-hye adalah Trust-Building Process on the Korean Peninsula. Pilar
ini merupakan pilar yang menjadi elemen utama dalam pengimplementasian
konsep trust di dalam kebijakan trustpolitik terhadap upaya unifikasi di
Semenanjung Korea. Pilar ini merupakan pilar yang terpenting dari Korea Selatan
dalam melakukan upaya pendekatan kepada Korea Utara untuk melakukan
unifikasi dengan Korea Utara yang telah lama terpisah akibat adanya Perang
Korea. Dalam pilar ini konsep trust sangat dijunjung tinggi oleh Korea Selatan dan
diharapkan Korea Utara dapat mengimbanginya. Trust-Building Process on the
Korean Peninsula mengharapkan agar kedua Korea dapat membangun hubungan
yang harmonis dan damai melalui dialog secara bertahap dan berkelanjutan, saling
berjanji untuk berkomitmen antara kedua Korea, dan adanya pertukaran dan
kerjasama diantara kedua Korea.20 Pilar ini juga menegaskan bahwa apabila Korea
Utara melanggar perjanjian yang menyebabkan rusaknya perdamaian antara
kedua Korea, maka Korea Selatan akan menjelaskan harga yang harus dibayar
untuk menanggung tindakan yang dilakukan oleh Korea Utara, sehingga dengan
cara ini dapat mendorong Korea Utara untuk lebih lunak dalam menjalin
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
13
kerjasama dengan Korea Selatan. Melalui trust-building process on the Korean
Peninsula, pihak Korea Selatan mengharapkan Pyongyang dapat mengerti bahwa
melalui kepercayaan yang sedang dibangun antara Korea Selatan dan Korea Utara
melalui dialog dan kerjasama yang tulus akan membawa keuntungan bersama.
Adapun elemen-elemen yang harus dipenuhi oleh kedua Korea dalam trust-
building process on the Korean Peninsula, yaitu:
1. Kepercayaan antara Korea Selatan dan Korea Utara;
2. Kepercayaan diri di dalam pemerintahan Republik Korea (Korea
Selatan); dan
3. Kepercayaan dari Masyarakat Internasional.21
Sehingga, apabila kedua Korea nantinya dapat untuk memenuhi ketiga
syarat tersebut, proses unifikasi antara kedua Korea tidak akan menemui kendala
dan masing-masing negara dapat memenuhi kepentingannya dari proses unifikasi
yang telah terjadi serta dengan mengimplementasikan kebijakan trustpolitik
melalui pilar ini diharapkan dapat mengurangi ketegangan dan provokasi antara
kedua Korea yang telah berlangsung semenjak berakhirnya Perang Korea yang
lalu.
Pemerintahan Korea Selatan juga meyakini bahwa dengan menggunakan
konteks keamanan nasionalnya dalam melakukan implementasi kebijakan
trustpolitik melalui trust-building process on the Korean Peninsula selain berguna
untuk mencegah adanya provokasi yang diluncurkan dari Korea Utara,
menggunakan kebijakan ini juga dapat memperkuat untuk kedua Korea untuk
menggunakan status quo di Semenanjung Korea dengan menempuh jalur
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
14
perdamaian menggunakan konsep trust ini. Sehingga, selain memastikan
keamanan nasional di Semenanjung Korea menjadi kuat saat bersatu, dengan cara
ini dapat membuka era perekonomian yang baru dan segar bagi kedua Korea
secara de facto selain melalui Kompleks Industri Kaesong.22
Korea Selatan memiliki pendirian yang teguh terhadap Korea Utara yaitu
dengan sikap yang konsisten dan tegas dalam menghadapi uji coba nuklir Korea
Utara dikarenakan pengembangan senjata tersebut sangat membahayakan bagi
keamanan Semenanjung Korea, Kawasan Asia Timur Laut hingga mengancam
perdamaian dunia dan keamanan global. Menanggapi hal tersebut, pemerintah
Korea Selatan akan mengadopsi pendekatan atau inisiatif yang sifatnya fleksibel
yang bisa menjadi sebuah alternative bagi Korea Selatan dalam upaya dialog dan
penggunaan tekanan terhadap Korea Utara dengan bekerjasama dengan
masyarakat Internasional untuk menjelaskan kepada Korea Utara bahwa senjata
nuklir bukan merupakan suatu alat bagi Korea Utara untuk mengamankan
legitimasi rezimnya.23 Unifikasi merupakan suatu hal yang diharapkan oleh kedua
Korea yang telah lama dikhawatirkan dan telah menjadi masalah yang tidak
terpecah selama kurang lebih 70 tahun. Adanya keinginan untuk unifikasi di
Semenanjung Korea, membuat pemerintah Korea Selatan ingin mengurangi
ketegangan abadi dan bekerja untuk memulai perdamaian yang abadi, dan
membentuk komunitas ekonomi di tingkat pertama yang nanti otomatis akan
dilanjutkan oleh upaya penyatuan politik.24
Trust-Building Process on the Korean Peninsula memperlihatkan bukan
hanya stance Korea Selatan dalam menghadapi Korea Utara, melainkan juga
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
15
merupakan kepentingan Korea Selatan untuk upaya bersatu dengan Korea Utara
dengan mengimplementasikan salah satu pilar yang ada di dalam kebijakan
trustpolitik tersebut. Seperti yang telah diketahui bahwasanya konsep dari
kepentingan nasional atau national interest di dalam konteks Hubungan
Internasional merupakan elemen fundamental yang harus disematkan dalam
menentukan pola politik internasional yang akan dilakukan oleh suatu negara.
Dalam buku Politik Antarbangsa karangan Hans J. Morgenthau, para realis
berpendapat bahwa kepentingan nasional merupakan norma yang dilakukan
secara terus-menerus untuk untuk menciptakan pola politik Internasional suatu
negara dan suatu negara tidak mungkin melakukan politik luar negeri tanpa ada
kepentingan yang menjadi tujuan kepada negara yang dituju.25 Guna mencapai
kepentingan Korea Selatan untuk berdamai dan unifikasi dengan Korea Utara,
maka dikeluarkanlah kebijakan trustpolitik tersebut.26
Pada dasarnya, trust-building on the Korean Peninsula yang bertujuan untuk
adanya unifikasi di Semenanjung Korea terinspirasi dari unfikasi antara Jerman
Timur dan Jerman Barat. Bersatunya kembali Jerman Timur dan Jerman Barat
merupakan sebuah hasil yang diinginkan oleh Presiden Park Geun-hye di
Semenanjung Korea. Hal itu membuat Presiden Park Geun-hye mengeluarkan
sebuah inisiatif untuk memperkuat proyeksi kebijakan trustpolitik melalui trust-
building on the Korean Peninsula dalam rangka terciptanya unifikasi di
Semenanjung Korea secara damai dan kuat yaitu dengan adanya “Dresden
Initiative” pada 28 Maret 2014 di Dresden, sebuah kota di Jerman yang menjadi
simbol unifikasi antara Jerman Barat dan Jerman Timur.27
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
16
Dresden Initiative merupakan proyeksi halus dari pilar trust-building process
on the Korean Peninsula yang sama tujuannya dengan pilar tersebut yaitu selalu
berkaitan dengan keamanan nasional di Semenanjung Korea dengan merancang
skema penanaman kepercayaan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Dengan
menggunakan inisiatif ini Presiden Park Geun-hye mengharapkan adanya upaya
efektif melaksanakan pembentukan kepercayaan antara kedua Korea pada
kebijakan trustpolitik melalui trust-building process on the Korean Peninsula dan
menjabarkan hal tersebut menjadi salah satu fondasi/dasar untuk unifikasi di
Semenanjung Korea yang pada intinya inisiatif ini merupakan penguatan dari pilar
pertama di kebijakan trustpolitik dengan nuansa “Unification Bonanza”28, Presiden
Park Geun-hye dengan adanya pemeliharaan perdamaian secara rutin dan
berkelanjutan dan potensi terbukanya jalur ekonomi yang baru dan segar di
Semenanjung Korea dan Kawasan Asia Timur Laut. Melalui Dresden Initiative
pemerintahan Korea Selatan juga menginginkan terbuka pintu yang lebar untuk
Korea Utara dan Korea Selatan bertemu dalam satu meja, membahas mengenai
adanya pertukaran dan penjagaan sumber sejarah, budaya dan kesenian,
olahraga, dll melalui adanya perjanjian dalam setiap pertemuan antara Korea. Hal
tersebut diinginkan oleh Korea Selatan mengingat Korea merupakan satu bangsa
di masa Joseon. Prospek terbentuknya integrasi di Semenanjung Korea diinginkan
Korea Selatan untuk lebih melebarkan sayap di bidang perekonomiannya dengan
membentuk sistem yang berkepanjangan yang dapat membantu warga Korea
Utara untuk mendapatkan kehidupan yang layak.29
Seperti yang telah dibahas di bab sebelumnya, dalam kebijakan trustpolitik
pemerintahan Park Geun-hye dengan menggunakan dasar kepercayaan yang
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
17
dibangun di Semenanjung Korea, Korea Selatan menawarkan beberapa agenda
dialog di dalam bidang ekonomi, sosial dan politik, serta kemanusiaan. Bantuan
kemanusiaan merupakan arena dialog antara kedua Korea terjalin dengan baik,
yaitu melalui adanya reuni keluarga yang dilaksanakan pada saat hari besar
Chuseok dan Seollal. Diaktifkannya kembali Kompleks Industri Kaesong setelah 10
tahun sejak masa diberdirikan, merupakan sebuah agenda di bidang ekonomi di
masa pemerintahan Park Geun-hye. Walaupun berjalan dengan lancar di dalam
dua bidang tersebut, untuk bidang sosial dan politik belum terjadi dengan
signifikan langkah unifikasi terhadap kedua Korea.
D. Tantangan Kebijakan “Trustpolitik” dalam Mewujudkan Unifikasi di
Semenanjung Korea
Tantangan-tantangan yang dihadapi oleh Korea Selatan dalam
pengimplementasian kebijakan trustpolitik terhadap Korea Utara menguji
kekuatan diplomasi dari kebijakan tersebut. Soft Diplomacy telah menjadi pola
dalam kebijakan trustpolitik dikarenakan Korea Selatan menggunakan konsep
trust sebagai landasan utama dalam kebijakan ini. Seperti yang dikatakan oleh
Kautilya di dalam buku karangan S.L Roy yang berjudul “Diplomasi” yaitu tujuan
utama diplomasi suatu negara yang paling efektif adalah untuk pengamanan
kepentingan negara sendiri dan menjamin keuntungan maksimum negara sendiri.
Selain berfokus kepada keamanan nasional, terdapat beberapa tujuan vital dari
diplomasi yaitu dari sisi politik, sosial, ekonomi, dan budaya.30 Kebijakan
trustpolitik Korea Selatan yang diimplementasikan terhadap Korea Utara telah
mencakup berbagai aspek yang meliputi aspek politik, sosial, ekonomi, dan
budaya dengan tidak melepaskan tujuan utama Korea Selatan yaitu terciptanya
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
18
unifikasi antara Korea Utara dan Korea Selatan melalui jalur yang damai dan
harmonis.
Setahun kepemempimpinan Presiden Park Geun-hye upaya unifikasi antara
Korea Utara dan Korea Selatan belum terlihat ataupun ada perubahan yang
signifikan. Seperti yang telah disebutkan bahwa hanya agenda reuni keluarga dan
kembali dibukanya Kompleks Industri Kaesong merupakan sedikit perubahan
yang muncul dari setahun kepempinan Presiden Park Geun-hye dalam rangka
kerjasama antar-Korea. Faktanya, kebijakan trustpolitik yang merupakan ambisi
terbesar Presiden Park Geun-hye banyak agenda yang belum terlaksana, seperti
membangun taman perdamaian di wilayah perbatasan/Demiliterized Zone (DMZ),
mendirikan kantor kerjasama antar-Korea, dan menyelenggarakan pertemuan
tingkat tinggi.31 Adapun beberapa tantangan yang dihadapi dalam pemerintahan
Park Geun-hye dalam pengimplementasian kebijakan trustpolitik dalam mencapai
unifikasi di Semenanjung Korea, salah satunya adalah rendahnya tingkat
pengetahuan masyarakat mengenai kebijakan trustpolitik di kalangan masyarakat
Korea Selatan sendiri dan usaha trust-building process dalam upaya unifikasi
dengan Korea Utara.
Rendahnya pengetahuan masyarakat Korea Selatan terhadap kebijakan
luar negeri pada masa pemerintahan Presiden Park Geun-hye merupakan salah
satu dari beberapa tantangan implementasi kebijakan trustpolitik dalam
mewujudkan upaya unifikasi dengan Korea Utara di Semenanjung Korea. Pada
dasarnya upaya diplomasi yang dilakukan tidak menghasilkan hasil yang nyata,
terutama di bidang ekonomi dikala itu. Sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
19
masyarakat Korea Selatan terhadap setiap kebijakan luar negeri tiap Presiden
hanyalah strategi diplomasi yang akan ditonjolkan, sedangkan proyeksi terpenting
dari kebijakan luar negeri justru tidak mendapatkan perhatian dari publik. Sama
halnya dengan masa pemerintahan Presiden Park Geun-hye, masyarakat Korea
Selatan belum dapat membedakan kebijakan luar negeri trustpolitik dengan
kebijakan luar negeri pada masa Presiden Lee Myung-bak dikarenakan banyak
yang mendukung kebijakan tersebut tanpa mengetahui isi/proyeksi dari kebijakan
tersebut dan cara sales diplomacy yang menjadi mindset masyarakat Korea
terhadap kebijakan luar negeri dari setiap Presiden Korea Selatan.
Tantangan lain yang dihadapi oleh Korea Selatan dalam menerapkan
kebijakan luar negeri trustpolitik adalah masih rendahnya tingkat rasa
kepercayaan antara Korea Utara dan Korea Selatan. Adanya pengalaman kelam
yang dialami oleh Korea Utara dan Korea Selatan pasca perang Korea 70 tahun
yang menyebabkan kedua Korea sulit untuk menumbuhkan rasa saling percaya
diantara kedua belah pihak. Sepak terjang kebijakan luar negeri dari setiap masa
pemerintahan Presiden Korea Selatan juga menjadi salah satu pertimbangan yang
selalu dipikirkan dalam menerapkan kebijakan luar negeri Korea Selatan yang
baru. Seperti yang telah diketahui bahwa kebijakan luar negeri trustpolitik
Presiden Park Geun-hye merupakan proyeksi atau lanjutan dari pengalaman
kebijakan-kebijakan Presiden Korea Selatan yang terdahulu dengan memodifikasi
dengan mengedepankan konsep trust diantara kedua Korea untuk menciptakan
unifikasi di Semenanjung Korea. Hal ini dibuat oleh Presiden Park Geun-hye setelah
pengalaman dari Presiden Korea Selatan sebelumnya, yaitu Presiden Lee Myung-
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
20
bak yang menerapkan sebuah kebijakan luar negeri terhadap Korea Utara dengan
menerapkan sanksi-sanksi untuk Korea Utara dan tidak menonelir semua tindakan
provokatif dari Korea Utara. Hal ini disebabkan oleh tindakan Korea Utara yang
menyerang secara bombardir Pulau Yeonpyeong serta peluncuran uji coba misil
yang dilakukan Korea Utara sehingga membuat sanksi tersebut muncul. Belajar
dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, pada masa pemerintahan Presiden
Park Geun-hye, Korea Selatan berusaha untuk lebih fleksibel menghadapi segala
tindakan yang dilakukan oleh Korea Utara dengan menerbitkan kebijakan
trustpolitik yang diharapkan dapat menjadi jembatan untuk perdamaian antara
Korea Utara dan Korea Selatan.
Kurangnya rasa kepercayaan diantara kedua Korea merupakan salah satu
tantangan terbesar bagi kebijakan trustpolitik pada masa pemerintahan Park
Geun-hye ketika inginnya Korea Selatan untuk reunifikasi dengan Korea Utara.
Berbagai tindakan provokatif telah dilakukan oleh Korea Utara terhadap Korea
Selatan sebagai salah satu bukti bahwa Korea Utara memiliki pandangan yang
berbeda dengan Korea Selatan serta membuktikan kepada komunitas
Internasional bahwa Korea Utara juga merupakan negara yang mempunyai
bargaining position yang pantas dengan negara-negara lain. Uji coba nuklir yang
dilakukan oleh Korea Utara merupakan salah satu tindakan Korea Utara untuk
menunjukkan pertahanan nasional mereka ke ranah internasional dengan
mengembangkan dan meluncur senjata nuklir. Ketidakpercayaan dari sisi Korea
Utara memang tidak terbantahkan untuk menjadi tantangan bagi implementasi
trustpolitik Korea Selatan dalam rangka mewujudkan upaya unifikasi di
Semenanjung Korea. Hal yang mendasari ketidakpercayaan dari sisi Korea Utara
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
21
adalah keraguan pihak Korea Selatan terhadap Korea Utara untuk mampu terlibat
dalam setiap dialog dan menerapkan langkah-langkah menuju keterbukaannya
dan pertukaran di berbagai bidang dengan Korea Selatan atau kekhawatiran dari
rezim Korea Utara itu sendiri.32 Keputusan untuk dapat meneruskan kebijakan
yang diajukan oleh Korea Selatan adalah berada di Korea Utara dimana pihak
Pyongyang telah berusaha untuk menahan diri untuk tidak melakukan tindakan
provokatif dengan diberikannya tanggung jawab sementara pada Korea Utara
dalam membangun kepercayaan dari Korea Selatan.
Pasang surut hubungan antar-Korea merupakan hal fundamental dalam
tantangan pengimplementasian kebijakan trustpolitik Korea Selatan dalam rangka
upaya unifikasi di Semenanjung Korea. Ketidaksinambungan visi antara Korea
Utara dan Korea Selatan masih terpampang jelas pada masa kepempimpinan
Presiden Park Geun-hye, dimana Korea Selatan menginginkan untuk berdamai
dengan cara dialog ataupun kerjasama yang harmonis dengan tujuan agar Korea
Utara dapat menyetujui untuk denuklirisasi. Sedangkan, Korea Utara masih
mengurungkan niat untuk melakukan denuklirisasi dikarenakan keinginan Korea
Utara untuk menjadikan senjata nuklir sebagai salah satu dari pertahanan
nasionalnya.33
Sehingga pengimplementasian trustpolitik Korea Selatan terhadap Korea
Utara tidak dapat dikonseptualisasikan tanpa mempertimbangkan konteks
Internasional yang lebih luas. Masalah nuklir Korea Utara telah menjadi batu
sandungan terbesar dalam pengimplementasian kebijakan trustpolitik Korea
Selatan terhadap Korea Utara, hal tersebut terjadi dikarenakan nuklir yang berada
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
22
di Korea Utara bukan hanya hubungan bilateral antara kedua Korea, namun juga
melibatkan kekuatan dari negara lain. Hal tersebut menandakan bahwa untuk
memulihkan hubungan antara suatu negara dengan negara lain tidak dapat
dipisahkan dari kemajuan serentak pada tingkat multilateral dengan kata lain
upaya pendekatan terhadap Korea Utara harus lebih interaktif. Pada saat yang
sama pula, pendekatan yang interkatif pula harus diimbangi dengan fleksibilitas
dan kemauan politik untuk berkontribusi dengan kritik ataupun masukan yang
membangun serta berani untuk mengambil resiko ataupun konsekuensi dari hasil
pendekatan yang telah dilakukan sebagai sebuah kompromi.34
E. Dampak Kebijakan “Trustpolitik” dalam Hubungan Antara Korea Selatan dan
Korea Utara di Semenanjung Korea
Selama kurang lebih 3 tahun kebijakan trustpolitik telah diimplementasikan
untuk upaya dialog Korea Selatan terhadap Korea Utara. Telah banyak dialog dan
pertemuan yang dilakukan antara kedua Korea untuk membangun kepercayaan
dan memupuk kerjasama yang harmonis guna mencapai sebuah perdamaian yang
harmonis di Semenanjung Korea. Denuklirisasi adalah salah satu tujuan utama
dari Korea Selatan dalam pengimplementasian kebijakan ini. Hal ini dikarenakan
tes uji coba nuklir yang tidak berhenti sejak awal kemunculannya di tahun 2006
telah membawa kondisi di sekitar Semenanjung Korea semakin tegang.35 Namun,
hingga akhir masa pemerintahan Presiden Park Geun-hye, Korea Utara masih
bersikukuh untuk tidak ingin mengabulkan keinginan Korea Selatan untuk
denuklirisasi, dikarenakan pihak Korea Utara beranggapan bahwa kebijakan Korea
Selatan terkesan memaksa Korea Utara untuk melakukan hal tersebut. Sehingga
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
23
Korea Utara mengurungkan niatnya untuk melakukan denuklirisasi pada masa
pemerintahan Presiden Park Geun-hye.36
Awal pemerintahan Presiden Park Geun-hye, kebijakan ini memperlihatkan
dampak yang positif dengan terlaksananya pertemuan sebanyak 24 kali dalam
kurun waktu satu tahun dimana pertemuan tersebut terbagi di 3 bidang, yaitu 1
kali pertemuan di bidang politik, 22 kali di bidang ekonomi, dan 1 kali di bidang
bantuan kemanusiaan. Di tahun 2013, adanya pertemuan antar-Korea telah
berhasil mengadopsi 8 perjanjian antar-Korea yang didalamnya juga termasuk
adanya perjanjian normalisasi Kompleks Industri Kaesong.37 Dampak kebijakan
trustpolitik Presiden Park Geun-hye tidak begitu terasa di awal-awal
kepempimpinannya dimana ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan
memang sudah ada sejak dahulu sebelum kebijakan ini muncul dengan konsep
trustnya. Pada tahun 2016, dampak trustpolitik Presiden Park Geun-hye mulai
terasa, namun dampak yang timbul dapat dikatakan sebagai dampak yang tidak
menguntungkan bagi keadaan Semenanjung Korea, yaitu pihak Korea Selatan
memutuskan untuk menutup Kompleks Industri Kaesong setelah perundingan
panjang yang tidak menemukan titik temu. Hal itu terjadi karena uji coba bom
hidrogen yang dilakukan oleh Korea Utara pada 6 Januari 2016 dan rencana
peluncuran misil jarak jauh. Penutupan Kompleks Industri Kaesong ini
menimbulkan masalah lain yang menimpa Korea Selatan yaitu dengan diusirnya
seluruh warga Korea Selatan yang berada di Kaesong dan menganggap bahwa
penutupan Kompleks Industri Kaesong adalah sebuah tindakan perang dari Korea
Selatan untuk Korea Utara. Reaksi Korea Utara dengan adanya penutupan
Kompleks Industri Kaesong adalah memutus semua jalur menuju KIC yang
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
24
notabene ada di wilayah Korea Utara dan menyatakan bahwa Kaesong berada di
bawah kendali militer Korea Utara.38 Ditutupnya Kompleks Industri Kaesong juga
berdampak dengan ditutupnya taman wisata Gunung Geumgang yang menjadi
tempat reuni kelaurga antar-Korea yang diandalkan oleh Korea Utara untuk
bidang ekonomi dikarenakan banyak wisatawan Korea Selatan yang mengunjungi
tempat tersebut.39
Pada 9 Desember 2016, Presiden Park Geun-hye dimakzulkan oleh Majelis
Nasional Korea Selatan dikarenakan Presiden Park Geun-hye terlibat skandal yang
mengakibatkan dimakzulkan dari posisinya. Tanggal 10 Maret 2017, Mahkamah
Konstitusi Korea dengan suara bulat ingin memakzulkan dan menjebloskan
Presiden Park Geun-hye ke penjara pada 31 Maret 2017.40 Pemakzulan Presiden
Park Geun-hye bukan hanya berdampak kepada kondisi politik domestik semata,
melainkan peristiwa tersebut memberikan dampak untuk hubungan Korea
Selatan dengan Amerika Serikat, Tiongkok, Jepang, dan Korea Utara.41
Salah satu isu yang mempengaruhi pemilihan Presiden Korea Selatan yang
akan terjadi pada 9 Mei 2017 adalah instalasi Terminal High Altitude Air Defence
(THAAD) di Korea Selatan. Pada dasarnya, pemasangan THAAD ini sudah digagas
pada awal tahun 2016 setelah adanya uji coba nuklir Korea Utara yang ketiga.
Dalam 3 tahun masa jabatannya, Presiden Park Geun-hye sudah tertarik untuk
membuat kerjasama antara Korea Selatan – Tiongkok dan mengadakan
pertemuan tingkat tinggi tahunan dengan Presiden Xi Jinping pada tahun 2013,
2014, dan 2015. Namun dengan adanya diskusi Amerika Serikat dengan Korea
Selatan yang membahas mengenai THAAD, Tiongkok merasa tidak senang dengan
keputusan Korea Selatan yang menyebabkan renggangnya hubungan antara
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
25
Korea Selatan – Tiongkok baik dibidang politik, ekonomi, dan keamanan bilateral
kedua negara.42 Selain hubungan bilateral dengan Tiongkok, 3 tahun masa
pemerintahan Presiden Park Geun-hye, Korea Selatan dan Jepang telah menacapi
kesepakatan akhir mengenai isu comfort women dengan telah melakukan
pertukaran sandera terkait dengan isu tersebut dan pihak Korea Selatan telah
menyepakati hal tersebut walaupun menyebabkan dampak negatif untuk Korea
Selatan, sehingga dengan adanya pemakzulan ini membuat Presiden selanjutnya
harus memutar otak agar untuk tidak merevisi atau membatalkan kesepakatan
yang terjadi.43
Berdasarkan analisis subbab diatas dapat dikatakan bahwa dampak yang
ditimbulkan oleh implementasi kebijakan trustpolitik Korea Selatan terhadap
Korea Utara pada tidak begitu signifikan dikarenakan masa jabatan Presiden Park
Geun-hye yang tidak 5 tahun penuh dikarenakan skandal yang timbul ke
permukaan. Pada dasarnya ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan
telah sering terjadi dimana kebijakan ini sedang diimplementasi dikala itu. Korea
Selatan berusaha sebaik mungkin untuk tidak terkecoh dan terpancing dengan
tindakan-tindakan provokatif yang dilancarkan oleh Korea Utara sehingga Korea
Selatan dapat mencapai tujuannya yaitu ingin menerapkan konsep trust dalam
rangka upaya perdamaian dan unifikasi dengan Korea Utara dan denuklirisasi.
Namun, teguhnya pendirian Korea Utara untuk tidak melakukan denuklirisasi,
membuat kebijakan trustpolitik terlihat sangat skeptis dimana banyak pihak-pihak
progresif dari Korea Selatan mengkritisi parameter kebijakan trustpolitik dengan
gagalnya membujuk Korea Utara untuk denuklirisasi demi kemananan
Semenanjung Korea.
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
26
Catatan Akhir
1 History, “Korean War” diakses pada 17 Februari 2018, http://www.history.com/topics/korean-war 2 The Guardian, “We have the bomb, say North Koreans” diakses pada 17 Februari 2018, https://www.theguardian.com/world/2005/feb/11/usa.northkorea 3 Byung-se Yun, “Park Geun-hye’s Trustpolitik: A New Framework for South Korea’s Foreign Policy,” Global Asia, Vol. 8, No. 3 (Fall 2013), diakses pada 25 April 2018, https://www.globalasia.org/v8no3/cover/park-geun-hyes-trustpolitik-a-new-framework-for-south-koreas-foreign-policy_yun-byung-se 4 Byung-se Yun, Ibid. 5 Byung-se Yun, Ibid. 6 Instituto Affari Internazionali, “Whither the inter-Korean Dialogue? Assessing Seoul’s Trustpolitik and Its Future Prospects” by Antonio Fiori hal. 9-10 diakses pada 18 Februari 2018, http://www.iai.it/sites/default/files/iaiwp1713.pdf 7 Stephanie N. Kang, “Building Trust on the Korean Peninsula: An Assessment of Trustpolitik for Inter-
Korean Relations,” Pacific Forum CSIS Issues and Insights, Vol. 14, No. 13 (2014), 2-3, diakses pada 3 April
2018, https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/issuesinsights_vol14no13.pdf 8 Center for Strategic & International Studies, “Trust – The Underlying Philosophy of the Park Geun-hye
Administration,” diakses pada 3 April 2018, https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs-
public/legacy_files/files/publication/130506_Trust_President_Park.pdf 9 Center for Strategic & International Studies, ibid. 10 Geun-hye Park, “A New Kind of Korea: Building Trust Between Seoul and Pyongyang,” Foreign Affairs, Vol. 90, Issue 5 (September/October 2011), diakses pada 20 April 2018, https://www.foreignaffairs.com/articles/northeast-asia/2011-09-01/new-kind-korea 11 Geun-hye Park, ibid. 12 Special Office for Inter-Korean Dialogue Ministry of Unification, “South-North Dialogue in Korea No.76 (February 2013 – December 2013)” hal. 29 13 Special Office for Inter-Korean Dialogue Ministry of Unification, ibid, hal.29-47 14 South-North Dialogue: Inter-Korean Dialogue, op.cit. hal.75 15 South-North Dialogue: Inter-Korean Dialogue, op.cit. hal.77-78 16 Special Office for Inter-Korean Dialogue Ministry of Unification, ibid, hal.12-13 17 Ministry of Unification, “South-North Dialogue: Important Events form 2009 to Present,” diakses pada 20 April 2018, http://www.unikorea.go.kr/eng_unikorea/relations/importantEvents/ 18 Seung-yoon, Yang. Wawancara via Email. 10 Mei 2018 19 Seung-yoon, Yang, ibid. 20 Ministry of Unification, “Trust-Building Process on the Korean Peninsula” hal. 5 21 Ministry of Unification, Ibid. 22 Center for Strategic & International Studies, “Trust – The Underlying Philosophy of the Park Geun-hye Administration,” diakses pada 3 April 2018, https://csis-prod.s3.amazonaws.com/s3fs- 23 Korea Net, “Minister Ryoo Talks About Trust-Building Process,” diakses 1 Mei 2018, http://www.korea.net/NewsFocus/People/view?articleId=112449 24 Korea Net, Ibid. 25 Morgenthau, Hans J, Politik Antarbangsa, hal. 13-14, ed. 1, cet.1, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2010 26 Morgenthau, Ibid. 27 KBS World Radio, “Dresden Initiative for Peaceful Unification on the Korean Peninsula,” diakses pada 30 April 2018, http://world.kbs.co.kr/special/kdivision/english/tasks/dresden.htm 28 Sebuah ide dari Presiden Park Geun-hye di dalam kebijakan trustpolitik yaitu bahwa Korea Selatan ingin mewujudkan sebuah persatuan yang memiliki dampak yang bagus dan menguntungkan bagi kondisi di Semenanjung Korea 29 KBS World Radio, “Dresden Initiative for Peaceful Unification on the Korean Peninsula,”. Ibid 30 Roy, S. L, Diplomasi, hal. 1-2, ed. 1, cet. 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1995. hal. 5-6 31 Berger Bernt, Sangsoo Lee, ibid. hal. 2 32 Berger Bernt, Sangsoo Lee, loc.cit. hal. 2-3
Trustpolitik Policy Korea Selatan dalam Mewujudkan Unifikasi di Semenanjung Korea pada Masa Pemerintahan Presiden Park Geun-hye Tahun 2013 - 2016
27
33 Ministry of Unification, “South-North Dialogue: Important Events form 2009 to Present,” diakses pada 20 April 2018, http://www.unikorea.go.kr/eng_unikorea/relations/importantEvents/ 34 Berger Bernt, Sangsoo Lee, Ibid. 35 The Guardian, “We have the bomb, say North Koreans” diakses pada 17 Februari 2018, https://www.theguardian.com/world/2005/feb/11/usa.northkorea 36 Foreign Policy Association, “South Korea’s Political Impasse Could Redefine the Balance in the Korean Peninsula” diakses pada 25 Mei 2018, https://foreignpolicyblogs.com/2017/04/11/south-korea-political-impasse-redefine-balance-korean-peninsula/ 37 Special Office for Inter-Korean Dialogue Ministry of Unification, “South-North Dialogue in Korea No.76 (February 2013 – December 2013)” hal. 7 38 Foreign Policy Journal, “Discarding Kaesong: Reviving the Cold War on the Korean Peninsula” diakses pada 20 Mei 2018, https://www.foreignpolicyjournal.com/2016/02/24/discarding-kaesong-reviving-the-cold-war-on-the-korean-peninsula/ 39 Foreign Policy Journal, Ibid. 40 Eurasia Review, “Park Geun-hye’s Impeachment and South Korean Foreign Policy – Analysis” by Sandip Kumar Mishra, diakses pada 21 Mai 2018, https://www.eurasiareview.com/07042017-park-geun-hyes-impeachment-and-south-korean-foreign-policy-analysis/ 41 Eurasia Review, by Sandip Kumar Mishra, Ibid. 42 Eurasia Review, by Sandip Kumar Mishra, Ibid. 43 Eurasia Review, by Sandip Kumar Mishra, Ibid.