TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010

24

description

EDISI CETAK TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010

Transcript of TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010

Page 1: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 2: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 3: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 4: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 5: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 6: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 7: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 8: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 9: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 10: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 11: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 12: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010

CMYK

CMYK

12 KAMIS26 AGUSTUS 2010 Batanghari Line

<<< HATI-HATI TERHADAP PENIPUAN YANG MENGATAS NAMAKAN TRIBUN JAMBI, KAMI TIDAK PERNAH MENGHUBUNGI PEMASANG IKLAN UNTUK KONFIRMASI JUAL BELI PRODUK YANG DIIKLANKAN >>>

Perusahaan dan SAD Rebutan Lahan■ 249 Peladang Kelola 3.000 HekatreMUARA BULIAN, TRIBUN –Sengketa lahan antara per-usahaan dan masyarakat terussaja terjadi di Kabupaten Ba-tanghari. Kali ini, orang rimbaatau Suku Anak Dalam (SAD)dengan perusahaan PT WanaPerintis. Kedua kelompok be-rebut lahan di Desa Jebak,Kecamatan Batin XXIV.

SAD menolak memberikanlahan yang sudah mereka jadi-kan sebagai lahan karet kepadaPT Wana Perintis. Mereka me-rasa memiliki hak di kawasanHTI PT Wana Perintis, sebab ne-nek moyang orang rimba sudahpernah bermukim di kawasanitu sebelum PT Wana Perintismendapatkan izin tahun 1996.

Sementara, Wana Perintissetelah sempat meninggalkanlahan tersebut, kini kembaliingin mengelola lahan tersebut.

Temenggung Maritua, pim-pinan orang rimba di kawasanitu mengatakan, ladang tempatanggota kelompoknya mena-nam tanaman karet merupakantanah leluhur mereka. “Datukdan orang tua kami dulu per-nah mananam ubi di sini, dankami sudah pernah tinggal disini. Kami tidak mau diusir daritanah kami sendiri,” katanyakepada Tribun, Selasa (24/8).

Berdasarkan data KKI War-si, perusahaan tersebut sempatmeninggalkan lokasi itu selamalebih sepuluh tahun. Perusaha-an sempat menelantarkan ka-wasan yang seharusnya dijagadan dirawat itu.

Akibat ditinggalkan per-usahaan, saat ini di kawasanhutan itu telah terjadi aktivitasbercocok tanam yang diusa-hakan oleh orang rimba danwarga desa. “Ada sekitar 3000hektar yang sudah ditanamikaret,” ungkap Marta, aktivisWarsi yang menjadi pendam-ping orang rimba di kawasantersebut. Lahan seluas itu, ber-dasarkan data yang merekamiliki, diusahakan oleh 249 or-ang peladang.

Meski diklaim orang rimbasebagai tanah leluhurnya, tapi PTWana Perintis merasa keberatandengan aktivitas masyarakat didalam HTI itu. Perusahaan me-minta supaya warga menghen-tikan aktivitas berkebunnya.

Perusahaan juga sempatmemberikan opsi kerjasama,yakni bagi hasil. Sebesar 70persen hasil karet petani men-jadi hak petani, sedangkan 30persen jatah perusahaan. Tapi,tawaran ini ditolak petani.

“Kalau perusahaan mauberladang, silakan menggaraplahan yang belum diolah. Jang-an merampas yang sudah ka-mi tanami,” ujar Ndulang,wakil temenggung dengannada tinggi.

Melino, orang rimba lain-nya menambahkan, ladangyang saat ini sedang merekausahakan merupakan lahanyang akan mereka wariskankepada anak cucunya nanti.

Selain orang rimba, kawas-an hutan itu juga diusahakan

oleh penduduk dari beberapadesa. Mereka bertanam karet,dan kini sudah ada yang mulaipanen. Mereka mengaku tidaktahu bahwa kawasan tersebutmerupakan kawasan hutantanaman industri yang dimilikioleh PT Wana Perintis.

“Daerah ini dulu semak be-lukar, tidak ada lagi hutannya.Itulah sebabnya kami beraniberladang di sini. Kalau se-andainya dari dulu perusaha-an itu melakukan aktivitasnyadi sini, kami pasti tidak akanberladang di sini lagi,” ujarnya.

Pihak PT Wana Perintismengaku saat ini mereka inginkembali beraktivitas di dalamkawasan yang pernah diting-

galkannya itu. “Kami sudahsiapkan dua juta bibit tanamanuntuk di tanam di dalam ka-wasan ini,” kata Ationg, kepalaCamp PT Wana Putra.

Ia mengatakan, saat ini te-lah menyerahkan tindakanmasyarakat yang berladang dikawasan itu kepada pihak pe-negak hukum. “Kami sudahmelaporkannya kepada pihakyang berwajib, dan biarlah hu-kum yang berbicara,” ucapnya.Ia mengaku, pihaknya merasadirugikan dengan aktivitas ma-syarakat yang telah memasukiHTI tersebut, dan masih engganmenerima tawaran dari per-usahaan untuk diajak kerjasamapola bagi hasil. Terpisah, Kepala

Dinas Kehutanan Batanghari,Suhabli, ketika dikonfirmasimengatakan bahwa kawasantersebut merupakan HTI mili PTWana Perintis. “Perusahaan itusudah mempunyai izin yangditandatangani oleh MenteriKehutanan,” katanya.

Ditambahkannya, aktivitasberkebun di dalam kawasanhutan merupakan aktivitasyang melanggar aturan hu-kum. “Itu kawasan hutan, jaditidak diperkenankan lagi ma-syarakat mengkonversinyamenjadi areal perkebunan.Perusahaan sudah melaporkanhal itu kepada polisi,” ucapnya.

Ditambahkannya, yang ba-nyak mengkonversinya menjadiareal perkebunan adalah orangdesa, bukan orang rimba. “Kalauorang rimba luasannya sangatkecil, sebab mereka tidak bisamengusahakan kebun dalamjumlah luas,” ungkapnya. (ang)

Lokasi

Luas HTI

Izin keluar

Beraktivitas

Ditelantarkan

Lahan Dikuasai Warga

Jumlah Peladang

Jenis Tanaman

HTI PT Wana PerintisDesa Jebak, Kec. Batin XXIV

5.900 Hektar

Tahun 1996

1996-1998

1998-2009

3000 Ha

294 (Orang Desa & Orang Rimba)

Karet

TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG

PASAR MURAH - Warga sedang antrean untuk mendapatkan paket sembako murah yang ditawarkanDisperindagkop dalam pasar murah yang dilaksanakan di halaman kantor dinas tersebut, Rabu (25/8).

Orang Rimba DimanfaatkanPOLRES Batanghari menduga, orang rimbadalam kasus ini telah dimanfaatkan oleh or-ang lain. Utamanya, terkait perambahanhutan di kawasan tersebut. Kapolres Batang-hari, AKP Tjahyono Saputro, melalui KasatReskrim, AKP Prasetiyo Adhi Wibowo men-duga, ada oknum tertentu yang mencoba me-manfaatkan orang rimba untuk meloloskanaksinya melakukan perambahan hutan.

“Orang rimba digunakan oleh oknumtertentu untuk melindungi dirinya, sehinggaorang rimba merasa mereka hendak diusir daritempat tinggalnya. Karena itu pula makanyaorang rimba ketika kita panggil untuk dimintaiketerangan, mereka tidak datang,” jelasnyakepada Tribun, Rabu (25/8).

Terkait kasus ini, ia mengaku Polres telahmenerima pengaduan PT Wana Perintis atasaktivitas masyarakat yang mengkonversi ka-wasan hutan tanaman industri menjadiskawasan perkebunan rakyat.

Saat ini Polres sedang melakukan pengum-pulan data telah memanggil beberapa saksi, ter-masuk menurunkan tim bersama Dinas Kehu-tanan. “Dan kita menduga di kawasan itu telahterjadi perambahan hutan,” Kata AKP Prasetiyo.

Ia mengatakan, yang memiliki legalitasuntuk melakukan aktivitas di dalam kawasanitu adalah PT Wana Perintis, berdasarkan SKMenteri Kehutanan tahun 1996. Berdasarkansurat keputusan itu, hanya PT Wana Perintisyang berhak untuk mengelola kawasan hutantanaman industri itu. “Tapi berdasarkan temu-an, lahan tersebut sudah digarap dan diolaholeh oknum-oknum tertentu,” ungkapnya.

Sampai saat ini, pihak kepolisian telahmeminta keterangan kepada warga yangmelakukan aktivitas di dalam kawasan terse-but. “Sudah empat orang warga yang dimintaiketerangan. Status keempatnya masih sebagaisaksi. Kita juga sudah sempat mengundang or-ang rimba untuk memberikan keterangan, tapiyang bersangkutan tidak datang,” ucapnya.

Polisi, katanya, tidak ada rencana untukmelakukan penangkapan terhadap orangrimba yang ada di kawasan tersebut. Polisitidak terlalu mempermasalahkan aktivitas or-ang rimba, dan polisi juga tidak ingin me-nangkap orang rimba. “Tetapi ada oknumtertentu yang melemparkan isu-isu yangnegatif, sehingga orang rimba berlarianketika polisi datang ke sana,” ungkapnya.

Menurut Prasetiyo, kedatangan tim darikepolisian dan Dinas Kehutanan ke kawasanhutan tersebut pada hari Sselasa (24/8), bukanbertujuan untuk menangkap orang rimba.“Polisi yang datang hanya ingin melakukanpengecekan dan penelusuran terhadap ka-wasan yang sudah dirambah itu,” ucapnya.

Ditambahkannya, polisi yang melakukanpengecekan ke lapangan tersebut tidak dibekalidengan senjata laras panjang, seperti isu yangditerima oleh orang rimba. Ia menyarankankepada masyarakat supaya tidak mau me-nerima lahan yang berada di kawasan hutan,apalagi sampai membelinya. (ang)

Datuk dan orang tua kamidulu pernah mananam ubi

di sini, dan kami sudah pernahtinggal di sini.

TEMENGGUNG MARITUAOrang Rimba

MUARA BULIAN, TRIBUN- Operasi pasar yang di-laksanakan oleh Dinas Per-industrian, Perdagangan,dan Koperasi (Disperin-dagkop) Batanghari men-dapat respon positif darimasyarakat. Sebanyak 500paket yang disediakan lang-sung habis terjual dalamwaktu yang relatif singkat.

Sejak dibuka pukul 09.00WIB, paket sembako yangdijual di halaman kantor Dis-perdindagkop itu langsungdiburu oleh warga yang men-dapat undangan. “Kita me-ngundang warga kurangmampu yang berada di Keca-matan Muara Bulian. Datanyakita ambil dari pihak keca-matan,” kata Lihayati, KadisPerindagkop Batanghari ke-pada Tribun, Rabu (25/8).

Ia mengatakan, dalampasar murah kali ini, pihak-nya memberikan potongansebesar Rp 10 ribu per paket.“Satu undangan hanya boleh

TRIBUN JAMBI/SUANG SITANGGANG

ORANG RIMBA - Kehidupan orang rimba dikawasan HTI Wana Perintis yang masih tradisionil.Pria hanya mengenakan selembar kain yangdiikatkan di pinggang untuk menutupi auratnya.

500 Paket Sembako Murah Ludes

membeli satu paket yangsudah kita kita kurangi har-ganya sebesar Rp 10 ribu dariharga normal. Harga normaldi pasaran, dalam paket berisilima jenis sembako itu Rp 49ribu, tapi kita hanya jual Rp39 ribu,” jelasnya.

Pasar murah itu, kata-nya, dilakukan bekerjasamadengan toko penyedia sem-bako yang berdasarkan ha-sil survey mereka mena-warkan harga paling murah.

“Kita pilih toko yang me-nawarkan harga paling mu-rah. Pihak toko itu kita mintauntuk membuatnya dalampaket yang sudah siap di-edarkan,” ucapnya.

Sementara tentang ope-rasi pasar lanjutan, Lihayatimengaku masih belum bisamemastikannya. “Dana un-tuk pelaksanaannya sangatterbatas. Kita masih ber-usaha supaya bisa membuatpasar murah selanjutnya,tapi belum bisa kita pastikanpelaksanannya,” ujarnya.

Ia mengaku, pihaknyajuga sedang berupaya untukmelakukan kerjasama deng-an berbagai perusahaanyang ada di Batanghari,untuk ikut membantu pelak-sanaan kegiatan serupa.Namun rencana itu masihdalam tahap penjajakan. Bilaberhasil, katanya, jumlahpaket sembako murah yangdijual ke masyarakat akansemakin banyak.(ang)

Dana untuk pelak-sanaannya sangat

terbatas. Kita masih berusahasupaya bisa membuat pasarmurah selanjutnya, tapi belumbisa kita pastikan pelak-sanannya.

LIHAYATIKadis Perindagkop Batangharikepada

Page 13: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 14: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 15: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 16: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 17: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 18: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 19: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 20: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 21: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 22: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 23: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010
Page 24: TRIBUN JAMBI - 26 AGUSTUS 2010