Trend & Issue Keperawatan Komunitas

32
TREND DAN ISUE DALAM PELAYANAN KESEHATAN DAN KEPERAWATAN KOMUNITAS Disusun oleh : 1. Aditya Setyawan (071.0001) 2. Angela Nursis I. P. (071.0002) 3. Ani Susanti (071.0003) 4. Anisa (071.0004) 5. Ari Rahmawati (071.0006) 6. Artyani Putri B. (071.0007) 7. Binti Kholifatul M. (071.0008) 8. Bobby Elstanza (071.0009) 9. Christine Ayunda (071.0010) 10. Darma Sriati (071.0011) 11. Debora Desi M. (071.0012) 12. Dedi Irawandi (071.0013)

Transcript of Trend & Issue Keperawatan Komunitas

Page 1: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

TREND DAN ISUE DALAM PELAYANAN

KESEHATAN DAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Disusun oleh :

1. Aditya Setyawan (071.0001)

2. Angela Nursis I. P. (071.0002)

3. Ani Susanti (071.0003)

4. Anisa (071.0004)

5. Ari Rahmawati (071.0006)

6. Artyani Putri B. (071.0007)

7. Binti Kholifatul M. (071.0008)

8. Bobby Elstanza (071.0009)

9. Christine Ayunda (071.0010)

10. Darma Sriati (071.0011)

11. Debora Desi M. (071.0012)

12. Dedi Irawandi (071.0013)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH

SURABAYA

TAHUN AKADEMIK 2010/2011

Page 2: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

KATA PENGANTAR

Kami ucapkan puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan

hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah ASUHAN KEPERAWATAN

KOMUNITAS dengan judul ”Trend Dan Isue Dalam Pelayanan Kesehatan Dan

Keperawatan Komunitas”, dengan baik dan tepat waktu.

Penyusunan makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas mahasiswa dalam

memahami Asuhan Keperawatan Komunitas Dalam Kesehatan Masyarakat. Isi dari

makalah ini, terdapat uraian dan penjelasan tentang trend dan issue keperawatan di

Indonesia yang akan kami uraikan dalam bentuk tulisan yang ringkas dan jelas.

Tidak lupa kami ucapkan terima kasih atas kesempatan dan masukan positif yang

diberikan oleh dosen Asuhan Keperawatan Komunitas bagi kesempurnaan makalah ini.

Ucapan terima kasih juga kami sampaikan kepada teman-teman yang telah bekerja sama

dan terima kasih atas kritik dan saran yang telah diberikan.

Kami sebagai penyusun menyadari dalam pembuatan makalah ini masih banyak

terdapat kekurangan. Oleh karena itu, segala saran dan kritik yang membangun sangat

kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat digunakan

sebagai tambahan pengetahuan bagi kita semua. Amien.

Surabaya, 2 Desember 2010

Penyusun

ii

Page 3: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i

KATA PENGANTAR .............................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ........................................................................................1

B. Rumusan Masalah .....................................................................................

C. Tujuan

BAB II TREND DAN ISSUE KEPERAWATAN KOMUNITAS

A. Pengertian

B. Tujuan

C. Keperawatan Kesehatan Masyarakat

D. Tingkat Pelayanan Kesehatan

E. Lembaga Pelayanan Kesehatan

F. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

G. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

H. Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Keperawatan

Komunitas

I. Memanfaatkan Hasil Penelitian Dalam Pelayanan

Kesehatan

BAB III MASALAH PEMBIAYAAN KESEHATAN DI INDONESIA

A. Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010

B. Sistem Kesehatan Nasional

C. Pembiayaan Kesehatan

D. Beberapa Pemikiran

E. Reformasi Kesehatan

KESIMPULAN

DAFTAR PUSTAKA

ii

Page 4: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan suatu negara tidak dapat terlepas dari suatu sistem

yang disebut dengan Sistem Kesehatan. Pada intinya sistem kesehatan merupakan

seluruh aktifitas yang mempunyai tujuan utama untuk mempromosikan,

mengembalikan dan memelihara kesehatan.

Sistem kesehatan mempunyai tujuan utama untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat. Oleh karena itu, sistem kesehatan tidak hanya mencakup

“health care” atau pelayanan kesehatan, tetapi meliputi pengembangan pembiayaan

dan mekasnisme risk pooling sehingga dapat melindungi masyarakat dari beban

keuangan dan beban ekonomi karena penyakit. Dimensi lain menyangkut

peningkatan kepuasan konsumen dan memberikan informasi dan pilihan, juga

merupakan bagian penting dari sistem kesehatan.

Sistem kesehatan juga harus mampu memberikan manfaat kepada masyarakat

dengan disitribusi yang adil. Sistem kesehatan tidak hanya menilai dan berfokus

pada “tingkat manfaat” yang diberikan, tetapi juga bagaimana manfaat itu

didistribusikan. Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, sistem kesehatan

melakukan setidaknya empat fungsi yang meliputi pembiayaan, pemberian

pelayanan, produksi sumber daya dan pembimbingan.

B. Rumusan Masalah

a. Trend dan Issue Keperawatan komunitas

1) Apa Pengertian pembangunan kesehatan?

2) Tujuan pembangunan kesehatan?

3) Pengertian Keperawatan Kesehatan Masyarakat?

4) Apa saja Tingkat Pelayanan Kesehatan?

5) Apa saja Lembaga Pelayanan Kesehatan itu?

6) Apa saja Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan?

7) Apa maksud dari Pelayanan Keperawatan Dalam

Pelayanan Kesehatan?

1

Page 5: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

8) Faktor apa saja Yang Mempengaruhi Praktik

Keperawatan Komunitas?

b. Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia

1) Apa Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010?

2) Terdiri dari apa saja Sistem Kesehatan Nasional itu?

3) faktor penting apa yang mesti diperhatikan dalam pembiayaan

kesehatan?

4) Apa yang melandasi Beberapa Pemikiran tentang pembiayaan

kesehatan?

5) Apa Alasan terbentuknya Reformasi Kesehatan?

C. Tujuan Masalah

1. Tujuan Umum

Dapat memahami keperawatan kesehatan masyarakat

2. Tujuan Khusus

a. Trend dan Issue Keperawatan komunitas

1) Dapat menjelaskan pengertian pembangunan kesehatan

2) Dapat menjelaskan tujuan pembangunan kesehatan

3) Dapat menjelaskan apa saja lembaga-lembaga yang bergerak

dalam pelayanan kesehatan

4) Dapat menjelaskan tentang keperawatan kesehatan masyarakat

5) Dapat menjelaskan apa saja lingkup sistem pelayanan

kesehatan

6) Dapat menjelaskan maksud dari Pelayanan Keperawatan

Dalam Pelayanan Kesehatan

7) Dapat menjelaskan Faktor apa saja Yang Mempengaruhi

Praktik Keperawatan Komunitas

b. Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia

1) Dapat menjelaskan Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010

2) Dapat menjelaskan Sistem Kesehatan Nasional

3) Dapat menjelaskan faktor –faktor dalam pembiayaan

kesehatan

4) Dapat menjelaskan beberapa pemikiran tentang pembiayaan

kesehatan

2

Page 6: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

5) Dapat menjelaskan maksud dari Pelayanan Keperawatan

Dalam Pelayanan Kesehatan

6) Dapat menjelaskan tentang reformasi kesehatan

3

Page 7: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

BAB II

PEMBAHASAN

1. Trend dan Issue Keperawatan komunitas

A. Pengertian

Pembangunan Kesehatan Adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang penting

dalam meningkatkan derajat kesehatan. Kebijakan sistem pelayanan kesehatan

tergantung dari berbagai komponen yang masuk dalam pelayanan kesehatan diantara

perawat dokter atau tim kesehatan lain yang satu dengan yang lain saling menunjang.

B. Tujuan

Tujuan pembangunan kesehatan meningkatkan kesadaran, kemauan, kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang.

C. Keperawatan Kesehatan Masyarakat

Adalah perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan

peran serta aktif masyarakat, mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara

berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara

menyuluh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat

untuk ikut meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri

dalam upaya kesehatannya masyarakat, terpadu, individu, keluarga.

D. Tingkat Pelayanan Kesehatan

1. Health promotion ( promosi kesehatan )

Tingkat pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pertama dalam memberikan

pelayanan melalui peningkatan kesehatan. Pelaksanaan ini bertujuan untuk

meningkatkan status kesehatan agar masyarakat atau sasarannya tidak terjadi

gangguan kesehatan. Tingkat pelayanan ini dapat meliputi, kebersihan

perseorangan, perbaikan sanitasi lingkungan, pemeriksaan kesehatan berkala,

penigkatan status gizi, kebiasaan hidup sehat, layanan prenatal, layanan lansia, dan

semua kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan status kesehatan.

4

Page 8: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

2. Specific protection ( perlindungan khusus )

Perlindungan khusus ini dilakukan dalam melindungi masyarakat dari bahaya yang

akan menyebabkan penurunan status kesehatan, atau bentuk perlindungan terhadap

penyakit-penyakit tertentu, ancaman kesehatan, yang termasuk dalam tingkat

pelayanan kesehatan ini adalah pemberian imunisasi yang digunakan untuk

perlindungan pada penyakit tertentu seperti imunisasi BCG, DPT, Hepatitis,

campak dan lain-lain. Pelayanan perlindungan keselamatan kerja dimana pelayanan

kesehatan yang diberikan pada seseorang yang bekerja di tempat risiko kecelakaan

tinggi seperti kerja di bagian produksi bahan kimia, bentuk perlindungan khusus

berupa pelayanan pemakaian alat pelindung diri dan lain sebagainya.

3. Early diagnosis and prompt treatment ( diagnosis dini dan pengobatan

segera )

Tingkat pelayanan kesehatan ini sudah masuk ke dalam tingkat dimulainya atau

timbulnya gejala dari suatu penyakit. Tingkat pelayanan ini dilaksanakan dalam

mencegah meluasnya penyakit yang lebih lanjut serta dampak dari timbulnya

penyakit sehingga tidak terjadi penyebaran. Bentuk tingkat pelayanan kesehatan ini

dapat berupa kegiatan dalam rangka survei pencarian kasus baik secara individu

maupun masyarakat, survei penyaringan kasus serta pencegahan terhadap

meluasnya kasus.

4. Disability limitation ( pembatasan cacat )

Pembatasan kecacatan ini dilakukan untuk mencegah agar pasien atau masyarakat

tidak mengalami dampak kecacatan akibat penyakit yang ditimbulkan. Tingkat ini

dilaksanakan pada kasus atau penyakit yang memiliki potensi kecacatan. Bentuk

kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa perawatan untuk menghentikan

penyakit, mencegah komplikasi lebih lanjut, pemberian segala fasilitas untuk

mengatasi kecacatan dan mencegah kematian.

5. Rehabilitation ( rehabilitasi )

Tingkat pelayanan ini dilaksanakan setelah pasien didiagnosis sembuh. Sering pada

tahap ini dijumpai pada fase pemulihan terhadap kecacatan sebagaimana program

latihan-latihan yang diberikan pada pasien, kemudian memberikan fasilitas agar

pasien memiliki keyakinan kembali atau gairah hidup kembali ke masyarakat dan

masyarakat mau menerima dengan senang hati karena kesadaran yang dimilikinya.

5

Page 9: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

E. Lembaga Pelayanan Kesehatan

1. Rawat Jalan

Lembaga pelayanan kesehatan ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan pada

tingkat pelaksanaan diagnosis dan pengobatan pada penyakit yang akut atau

mendadak dan kronis yang dimungkinkan tidak terjadi rawat inap. Lembaga ini

dapat dilaksanakan pada klinik-klinik kesehatan, seperti klinik dokter spesialis,

klinik perawatan spesialis dan lain-lain.

2. Institusi

Institusi merupakan lembaga pelayanan kesehatan yang fasilitasnya cukup dalam

memberikan berbagai tingkat pelayanan kesehatan, seperti rumah sakit, pusat

rehabilitasi dan lain-lain.

3. Hospice

Lembaga ini bertujuan memberikan pelayanan kesehatan yang difokuskan pada

klien yang sakit terminal agar lebih tenang dan dapat melewati masa-masa

terminalnya dengan tenang. Lembaga ini biasanya digunakan dalam home care.

4. Community Based Agency

Merupakan bagian dari lembaga pelayanan kesehatan yang dilakukan pada klien

pada keluarganya sebagaimana pelaksanaan perawatan keluarga seperti praktek

perawat keluarga dan lain-lain.

F. Lingkup Sistem Pelayanan Kesehatan

1. Primary health care ( pelayanan kesehatan tingkat pertama )

Pelayanan kesehatan ini dibutuhkan atau dilaksanakan pada masyarakat yang

memiliki masalah kesehatan yang ringan atau masyarakat sehat tetapi ingin

mendapatkan peningkatan kesehatan agar menjadi optimal dan sejahtera sehingga

sifat pelayanan kesehatan adalah pelayanan kesehatan dasar. Pelayanan kesehatan

ini dapat dilaksanakan oleh puskesmas atau balai kesehatan masyarakat dan lain –

lain.

2. Secondary health care ( pelayanan kesehatan tingkat kedua )

Bentuk pelayanan kesehatan ini diperlukan bagi masyarakat atau klien yang

membutuhkan perawatan di rumah sakit atau rawat inap dan tidak dilaksanakan di

pelayanan kesehatan utama. Pelayanan kesehatan ini dilaksanakan di rumah sakit

yang tersedia tenaga spesialis atau sejenisnya.

6

Page 10: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

3. Tertiary health services ( pelayanan kesehatan tingkat ketiga )

Pelayanan kesehatan ini merupakan tingkat pelayanan yang tertinggi di mana

tingkat pelayanan ini apabila tidak lagi dibutuhkan pelayanan pada tingkat pertama

dan kedua. Biasanya pelayanan ini membutuhkan tenaga-tenaga yang ahli atau

subspesialis dan sebagai rujukan utuma seperti rumah sakit yang tipe A atau B.

G. Pelayanan Keperawatan Dalam Pelayanan Kesehatan

Pelayanan keperawatan merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang meliputi

pelayanan dasar dan pelayanan rujukan. Semuanya dapat dilaksanakan oleh tenaga

keperawatan dalam meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai bagian dari pelayanan

kesehatan, maka pelayanan keperawatan yang dilakukan oleh tenaga perawat dalam

pelayanannya memiliki tugas, di antaranya memberikan asuhan keperawatan keluarga,

komunitas dalam pelayanan kesehatan dasar dan akan memberikan asuhan

keperawatan secara umum pada pelayanan rujukan.

H. Faktor Yang Mempengaruhi Praktik Keperawatan Komunitas

1. Ilmu pengetahuan dan teknologi baru

Pelaksanaan sistem pelayanan kesehatan dapat dipengaruhi oleh ilmu pengetahuan

dan teknologi baru, mengingat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

maka akan diikuti oleh perkembangan pelayanan kesehatan atau juga sebagai

dampaknya pelayanan kesehatan jelas lebih mengikuti perkembangan dan teknologi

seperti dalam pelayanan kesehatan untuk mengatasi masalah penyakit-penyakit

yang sulit dapat digunakan penggunaan alat seperti laser, terapi perubahan gen dan

lain-lain. Berdasarkan itu maka pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang

cukup mahal dan pelayanan akan lebih professional dan butuh tenaga-tenaga yang

ahli dalam bidang tertentu.

2. Pergeseran nilai masyarakat

Berlangsungnya sistem pelayanan kesehatan juga dapat dipengaruhi oleh nilai yang

ada di masyarakat sebagai pengguna jasa pelayanan, dimana dengan beragamnya

masyarakat, maka dapat menimbulkan pemanfaatan jasa pelayanan kesehatan yang

berbeda. Masyarakat yang sudah maju dengan pengetahuan yang tinggi, maka akan

memiliki kesadaran yang lebih dalam penggunaan atau pemanfaatan pelayanan

kesehatan, demikian juga sebaliknya pada masyarakat yang memiliki pengetahuan

7

Page 11: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

yang kurang akan memiliki kesadaran yang rendah terhadap pelayanan kesehatan,

sehingga kondisi demikian akan sangat mempengaruhi sistem pelayanan kesehatan.

3. Aspek legal dan etik

Dengan tingginya kesadaran masyarakat terhadap penggunaan atau pemanfaatan

jasa pelayanan kesehatan, maka akan semakin tinggi pula tuntutan hukum dan etik

dalam pelayanan kesehatan, sehingga pelaku pemberi pelayanan kesehatan harus

dituntut untuk memberikan pelayanan kesehatan secara profesional dengan

memperhatikan nilai-nilai hukum dan etika yang ada di masyarakat.

4. Ekonomi

Pelaksanaan pelayanan kesehatan akan dipengaruhi oleh tingkat ekonomi di

masyarakat. Semakin tinggi ekonomi seseorang, pelayanan kesehatan akan lebih

diperhatikan dan mudah dijangkau, demikian juga sebaliknya apabila tingkat

ekonomi seseorang rendah, maka sangat sulit menjangkau pelayanan kesehatan

mengingat biaya dalam jasa pelayanan kesehatan membutuhkan biaya yang cukup

mahal. Keadaan ekonomi ini yang akan dapat mempengaruhi dalam sistem

pelayanan kesehatan.

5. Politik

Kebijakan pemerintah melalui sistem politik yang ada akan sangat berpengaruh

sekali dalam sistem pemberian pelayanan kesehatan. Kebijakan-kebijakan yang ada

dapat memberikan pola dalam sistem pelayanan.

I. Memanfaatkan Hasil Penelitian Dalam Pelayanan Kesehatan

Ilmu pengetahuan di bidang kesehatan pada beberapa dekade terakhir telah

mengalami kemajuan yang sangat pesat melampaui perkembangan sebelumnya.

Derivasi ilmu-ilmu kesehatan dan pengembangannya melalui riset merupakan

dinamika proses yang sangat penting dalam pertumbuhan masing-masing profesi

kesehatan. Tujuan dilakukannya riset kesehatan adalah untuk memperkuat dasar-dasar

keilmuan yang nantinya akan menjadi landasan dalam kegiatan praktik klinik,

pendidikan, dan menejemen pelayanan kesehatan. (Ross, Mackenzie, & Smith, 2003)

Sedangkan praktik pelayanan kesehatan yang berdasarkan fakta empiris (evidence

based practice) bertujuan untuk memberikan cara menurut fakta terbaik dari riset yang

diaplikasikan secara hati-hati dan bijaksana dalam tindakan preventif, pendeteksian,

maupun pelayanan kesehatan.(Cullum, 2001)

8

Page 12: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

Menerapkan hasil penelitian dalam pelayanan kesehatan adalah upaya signifikan

dalam memperbaiki pelayanan kesehatan yang berorientasi pada efektifitas biaya dan

manfaat (costbenefit effectiveness). Meningkatkan kegiatan riset kesehatan dan

menerapkan hasilnya dalam praktik pelayanan kesehatan merupakan kebutuhan

mendesak untuk membangun pelayanan kesehatan yang lebih efektif dan efisien.

Menurut sebuah studi meta-analysis terhadap berbagai laporan penelitian

keperawatan yang dilakukan oleh Heater, Beckker, dan Olson (1988), menjumpai

bahwa pasien yang mendapatkan intervensi keperawatan bersumber dari riset memiliki

luaran yang lebih baik bila dibandingkan dengan pasien yang hanya mendapatkan

intervensi standar.

Sudah saatnya kini, praktisi kesehatan di tingkat pelayanan primer maupun dunia

pendidikan kesehatan perlu segera mendorong pertumbuhan budaya ilmiah di

lingkungannya agar mereka dapat mempraktikan hasil berbagai penelitian.

Kegiatan yang dilakukan untuk memberdayakan organisasi keperawatan, yaitu :

1. Membentuk komite riset;

2. Menciptakan lingkungan kerja yang ilmiah;

3. Kebijakan kegiatan riset dan pemanfaatan hasilnya;

4. Pendidikan berkelanjutan.

Budaya ilmiah juga dapat dimanfaatkan sebagai strategi akuntabilitas publik,

justifikasi indakan keperawatan, dan bahan pengambilan keputusan. Kesadaran

terhadap nilai riset yang potensial akan memberikan dampak yang menguntungkan

bagi rganisasi, misalnya kinerja keperawatan yang meningkat dan out come klien yang

optimal. (Titler, Kleiber & Steelman,1994)

2. Masalah pembiayaan kesehatan di Indonesia

Kesehatan adalah unsur vital dan merupakan elemen konstitutif dalam proses

kehidupan seseorang. Tanpa kesehatan, tidak mungkin bisa berlangsung aktivitas

seperti biasa. Dalam kehidupan berbangsa, pembangunan kesehatan sesungguhnya

bernilai sangat investatif. Nilai investasinya terletak pada tersedianya sumber daya

yang senatiasa “siap pakai” dan tetap terhindar dari serangan berbagai penyakit.

Namun, masih banyak orang menyepelekan hal ini. Negara, pada beberapa kasus, juga

demikian.

9

Page 13: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

Di Indonesia, tak bisa dipungkiri, trend pembangunan kesehatan bergulir mengikuti

pola rezim penguasa. Pada zaman ketika penguasa negeri ini hanya memandang

sebelah mata kepada pembangunan kesehatan, kualitas hidup dan derajat kesehatan

rakyat kita juga sangat memprihatinkan. Angka Indeks Pembangunan Manusia

(Human Development Index) negara kita selalu stagnan pada kisaran 117-115 dari

sekitar 175 negara Sebagai catatan, HDI adalah ukuran keberhasilan pembangunan

nasional suatu bangsa yang dilihat dari parameter pembangunan ekonomi, kesehatan

dan pendidikan. Ironisnya, rentetan pergantian tampuk kekuasaan selama beberapa

dekade terakhir, pun tak kunjung membawa angin perubahan. Apa pasal?

Belum terbitnya kesadaran betapa tercapainya derajat kesehatan optimal sebagai

syarat mutlak terwujudnya tatanan masyarakat bangsa yang berkeadaban, serta di

pihak lain masih lekatnya anggapan bahwa pembangunan bidang kesehatan semata

terkait dengan penanganan sejumlah penyakit tertentu dan penyediaan obat-obatan.

Sudut pandang yang teramat sempit memang, ditambah dengan kecenderungan

untuk mendahulukan hal lain yang sesungguhnya masih bisa ditunda. Variabel tadi

menemukan titik singgung dengan belum adanya keinginan politik dari pemerintah,

rezim boleh berganti namun modus operandi dan motifnya masih serupa; bahwa isu-

isu kesehatan hanya didendangkan sekedar menyemarakkan janji dan program-

program politik tertentu dalam tujuan jangka pendek.

Untuk kasus Indonesia, belum ada grand strategy yang terarah dalam peningkatan

kualitas kesehatan individu dan masyarakat, yang dengan tegas tercermin dari

minimnya pos anggaran kesehatan dalam APBN maupun APBD. Belum lagi jika kita

ingin bertutur tentang program pengembangan kesehatan maritim yang semestinya

menjadi keunggulan komparatif negeri kita yang wilayah perairannya dominan.

Pelayanan kesehatan di tiap sentra pelayanan selalu jauh dari memuaskan.

Minimnya Anggaran Negara yang diperuntukkan bagi sektor kesehatan, dapat

dipandang sebagai rendahnya apresiasi kita akan pentingnya bidang ini sebagai elemen

penyangga, yang bila terabaikan akan menimbulkan rangkaian problem baru yang

justru akan menyerap keuangan negara lebih besar lagi. Sejenis pemborosan baru yang

muncul karena kesalahan kita sendiri.

Kabar menarik sesungguhnya mulai terangkat ketika Departemen Kesehatan pada

beberapa waktu lalu, mengelurkan konsep pembangunan kesehatan berkelanjutan,

dikenal sebagai Visi Indonesia Sehat 2010. Berbagai langkah telah ditempuh untuk

mensosialisasikan keberadaan VIS 2010 tersebut, tetapi kemudian menjadi lemah

1

Page 14: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

akibat kebijakan desentralisasi dan akhirnya “terpental” dengan diberlakukannya UU

No. 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah.

A. Konsepsi Visi Indonesia Sehat 2010

Pada prinsipnya menyiratkan pendekatan sentralistik dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, sebuah paradigma yang nyatanya cukup bertentangan dengan

anutan desentralisasi, dimana kewenangan daerah menjadi otonom untuk menentukan

arah dan model pembangunan di wilayahnya tanpa harus terikat jauh dari pusat.

B. Sistem Kesehatan Nasional

Kebijakan desentralisasi, pada beberapa sisi, telah ikut menggerus pola lama

pembangunan, termasuk di bidang kesehatan. Relatif “berkuasanya” kembali daerah-

daerah dalam menentukan kebijakan pembangunannya, membuat konsepsi Visi

Indonesia Sehat seakan tidak menemukan relung untuk dapat diwujudkan. Impian

untuk mewujudkan tangga-tangga pencapaian “sehat”, mulai dari Indonesia sehat 2010,

Propinsi Sehat 2008, Kabupaten Sehat 2006 dan Kecamatan Sehat 2004, menjadi

miskin makna.

Pada kenyataannya, masih sangat banyak wilayah-wilayah di negeri ini yang sangat

jauh dari jangkauan pelayanan kesehatan berkualitas. Padahal pada saat yang sama,

kecenderungan epidemiologi penyakit tak kunjung berubah yang diperparah lemahnya

infrastruktur promotif dan preventif di bidang kesehatan.

Kali terakhir, ini juga dapat dipandang sebagai sebuah “terobosan” baru,

pemerintah menerbitkan dokumen panduan pembangunan kesehatan yang dikenal

sebagai “Sistem Kesehatan Nasional”. Dokumen ini antara lain disusun berdasarkan

pada asumnsi bahwa pembangunan kesehatan merupakan pembangunan manusia

seutuhnya untuk mencapai derajat kesehatan yang tertinggi, sehingga dalam

penyelenggaraannya tidak bisa menafikkan peran dan kontribusi sektor lainnya.

Singkatnya, pembangunan kesehatan menjadi bagian integral dari pembangunan

bangsa.

Sistem Kesehatan Nasional (SKN) terdiri atas :

1. Upaya kesehatan

2. Pembiayaan kesehatan

3. Sumber daya manusia kesehatan

1

Page 15: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

4. Sumber daya obat dan perbekalan kesehatan

5. Pemberdayaan masyarakat

6. Manajemen kesehatan

Jika kita runut, maka subsistem yang cukup fundamental adalah pembiayaan

kesehatan. Ketiadaan atau tidak optimalnya pembiayaan dalam penyelenggaraan upaya

kesehatan dan program lainnya, merupakan salah satu penyebab utama tidak

tercapainya tujuan pembangunan kesehatan yang kita inginkan. Betapa tidak, hamper

semua aktivitas dalam pembangunan tak dapat dipungkiri, membutuhkan dana dan

biaya.

C. Pembiayaan Kesehatan

Sebagai subsistem penting dalam penyelenggaraan pembanguan kesehatan, terdapat

beberapa faktor penting dalam pembiayaan kesehatan yang mesti diperhatikan.

Pertama, besaran (kuantitas) anggaran pembangunan kesehatan yang disediakan

pemerintah maupun sumbangan sektor swasta. Kedua, tingkat efektifitas dan efisiensi

penggunaan (fungsionalisasi) dari anggaran yang ada.

Di Negara kita, proporsi anggaran pembangunan kesehatan tidak pernah mencapai

angka dua digit dibanding dengan total APBN/APBD.

Padahal, Badan Kesehatan Dunia (WHO) jauh-jauh hari telah menstandarkan

anggaran pembangunan kesehatan suatu Negara pada kisaran minimal 5% dari GDP

(Gross Domestic Product/Pendapatan Domestik Bruto). Pada tahun 2003, pertemuan

para Bupati/Walikota se-Indonesia di Blitar telah juga menyepakati komitmen besarnya

anggaran pembangunan kesehatan di daerah-daerah sebesar 15% dari APBD.

Kenyataannya, Indonesia hanya mampu mematok anggaran kesehatan sebesar 2,4%

dari GDP, atau sekitar 2,2-2,5% dari APBN.

Terbatasnya anggaran kesehatan di negeri ini, diakui banyak pihak, bukan tanpa

alasan. Berbagai hal bias dianggap sebagai pemicunya. Selain karena rendahnya

kesadaran pemerintah untuk menempatkan pembangunan kesehatan sebagai sector

prioritas, juga karena kesehatan belum menjadi komoditas politik yang laku dijual di

negeri yang sedang mengalami transisi demokrasi ini.

Ironisnya, kelemahan ini bukannya tertutupi dengan penggunaan anggaran yang

efektif dan efisien. Beberapa tahun yang lalu, lembaga transparansi internasional

mengumumkan tiga besar intansi pemerintah Indonesia yang paling korup. Nomor satu

1

Page 16: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

adalah departemen agama, selanjutnya departemen kesehatan dan terakhir adalah

departemen pendidikan.

Temuan ini semakin menguatkan dugaan adanya tindak “mafia” anggaran

pembangunan kesehatan pada berbagai instansi kesehatahn di seantero negeri ini.

Praktek korupsi, kolusi dan nepotisme – seperti juga dialami di intansi lainnya – tetap

berurat akar dengan subur di departemen kesehatan.

Akibatnya, banyak kita jumpai penyelenggaraan program-program kesehatan yang

hanya dilakukan secara asal-asalan dan tidak tepat fungsi.

Relatif ketatnya birokrasi di lingkungan departemen kesehatan dan instansi

turunannya, dapat disangka sebagai biang sulitnya mengejar transparansi dan

akuntabilitas anggaran di wilayah ini. Peran serta masyarakat dalam pembahasan

fungsionalisasi anggaran kesehatan menjadi sangat minim, jika tak mau disebut tidak

ada sama sekali.

Pada sisi lain, untuk skala Negara sedang berkembang, Indonesia yang masih

berkutat memerangi penyakit-penyakit infeksi tropik akibat masih buruknya

pengelolaan lingkungan, seharusnya menempatkan prioritas pembangunan kesehatan

pada aspek promotif dan preventif, bukan semata di bidang kuratif dan rehabilitatif

saja. Sebagai catatan, rasio anggaran antara promotif dan preventif dengan kuratif-

rehabilitatif selama ini berkisar pada 1:3, suatu perbandingan yang tidak cukup

investatif untuk bangsa sedang berkembang seperti Indonesia.

Akibatnya, sejumlah program kesehatan di negeri ini masih berputar-putar pada

upaya bagaimana mengobati orang yang sakit saja, bukannya mencari akar

permasalahan yang menjadi penyebab mereka jatuh sakit kemudian

meneyelesaikannya.

D. Beberapa Pemikiran

Pertanyaan yang mengemuka ialah model kebijakan kesehatan seperti apa yang

layak diterapkan di negeri kita, sistem pembiayaan yang bagaimana yang cocok dengan

kehidupan masyarakat kita. Depkes sebagai pengemban pertama tanggung jawab

konstitusi kita ternyata dalam banyak kasus terbukti tak dapat/ tak mau berbuat banyak.

Anggaran kesehatan yang teramat minim, terlepas basis argumentasinya seperti

apa; setidaknya menjadi isyarat akan kenyataan teguh, bahwa memang hal-hal yang

berkaitan langsung dengan hajat hidup orang banyak selalu dianggap sepele.

1

Page 17: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

Hal ini didukung pula oleh sifat apatis sebagian besar rakyat kita, dalam

mengkritisi kebijakan kesehatan. Pun itu diperparah dengan belum transparannya

penggunaan anggaran, dan dana yang ada lebih dialokasikan pada pos-pos yang bukan

menjadi kebutuhan mendesak masyarakat, sebagai contoh; beberapa puskesmas di

Indonesia memiliki fasilitas mobil ambulans yang lengkap namun di puskesmas

tersebut, tenaga medis yang ada hanya sebatas paramedis, tanpa tenaga dokter, sarjana

kesehatan masyarakat dan tenaga medis lainnya, jadi proses pemenuhan dan

penyediaan kebutuhan masyarakat akan kesehatan tidak berbasis pada analisa

kebutuhan tetapi lebih sebagai resultan dari tarik-menarik kepentingan politik nasional

maupun lokal.

Dalam lokus kajian spesifik, membengkaknya biaya kesehatan ternyata secara

langsung atau tidak juga disebabkan oleh tingginya biaya pendidikan perguruan tinggi

atau sekolah-sekolah yang berlatar belakang kesehatan. Indonesia menjadi contoh dari

mahalnya biaya yang harus ditanggung oleh para peserta didik dari fakultas

kedokteran, akademi maupun sekolah tenaga kesehatan lainnya. Hal ini sangat kontras

jika kita bandingkan dengan kasus negara tetangga seperti Singapura atau Malaysia;

dimana negara bertanggung jawab mengucurkan dana besar bagi institusi pendidikan.

Dominasi Negara berlebih-lebihan dalam banyak hal termasuk mewajibkan

pegawai negeri sipil, polisi atau militer untuk masuk hanya pada perusahaan asuransi

tertentu yang dikelola oleh negara membuka peluang terjadinya praktek korupsi. Model

itu sudah selayaknya ditinjau ulang.

E. Reformasi Kesehatan

Reformasi bidang kesehatan bukan lagi bahasa yang baru. Hanya saja agendanya

perlu dipertegas kembali sebagai landasan pembangunan selanjutnya. Jika

disederhanakan, agenda reformasi kesehatan akan lebih mengedepankan partisipasi

masyarakat dalam menyusun dan menyelenggarakan aspek kesehatannya dengan

sesedikit mungkin intervensi pemerintah. Pemberdayaan masyarakat menjadi tolok

ukur keberhasilan dan pemihakan terhadap kaum miskin menjadi syarat penerimaan

universalitasnya.

Gunawan Setiadi, seorang dokter dan master bidang kesehatan, mengungkapkan

beberapa alasan mengapa masyarakat dapat menyelenggarakan kesehatannya, dan lebih

baik dari pemerintah, antara lain:

1. Komitmen masyarakat lebih besar dibandingkan pegawai yang digaji

1

Page 18: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

2. Masyarakat lebih paham masalahnya sendiri

3. Masyarakat dapat memecahkan masalah, sedangkan kalangan profesional/

pemerintah sekadar memberikan pelayanan

4. Masyarakat lebih fleksibel dan kreatif

5. Masyarakat mampu memberikan pelayanan yang lebih murah

6. Standar perilaku ditegakkan lebih efektif oleh masyarakat dibandingkan

birokrat atau profesional kesehatan

Pandangan-pandangan di atas menjadi cukup beralasan muncul dengan melihat

kecenderungan rendahnya etos kerja birokrat dan profesional kesehatan selama ini.

Sudah saatnya penyelenggaraan kesehatan diprakarsai oleh masyarakat sendiri,

sehingga pemaknaan atas hidup sehat menjadi sebuah budaya baru, di mana di

dalamnya terbangun kepercayaan, penghargaan atas hak hidup dan menyuburnya

norma-norma kemanusiaan lainnya. Model penyelenggaraan kesehatan berbasis

pemberdayaan (empowerment) harus disusun secara rasional dengan sedapat mungkin

melibatkan semua stakeholder terkait.

Jadi, prioritas pembangunan kesehatan sedapat mungkin lebih diarahkan untuk

masyarakat miskin – mereka yang jumlahnya mayoritas dan telah banyak terampas

haknya selama ini. Untuk itu, sasaran dari subsidi pemerintah di bidang kesehatan perlu

dipertajam dengan jalan antara lain :

1. Pertama, meningkatkan anggaran bagi program-program kesehatan yang banyak

berkaitan dengan penduduk miskin. Misalnya program pemberantasan penyakit

menular, pelayanan kesehatan ibu dan anak, serta peningkatan gizi masyarakat.

2. Kedua, meningkatkan subsidi bagi sarana pelayanan kesehatan yang banyak

melayani penduduk miskin, yaitu Puskesmas dan Puskesmas Pembantu, ruang

rawat inap kelas III di rumah sakit. Untuk itu, subsidi bantuan biaya operasional

rumah sakit perlu ditingkatkan untuk menghindari praktik eksploitasi dan

‘pemalakan’ pasien miskin atas nama biaya perawatan.

3. Ketiga, mengurangi anggaran bagi program yang secara tidak langsung membantu

masyarakat miskin mengatasi masalah kesehatannya. Contohnya adalah pengadaan

alat kedokteran canggih, program kesehatan olahraga dan lain sebagainya.

4. Keempat, mengurangi subsidi pemerintah kepada sarana pelayanan kesehatan yang

jarang dimanfaatkan oleh masyarakat miskin, misalnya pembangunan rumah sakit-

rumah sakit stroke.

1

Page 19: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

KESIMPULAN

Pembangunan kesehatan bertujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan

hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud kesehatan masyarakat baik dalam bidang

promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif agar setiap warga masyarakat dapat mencapai

derajat kesehatan yang setinggi-tingginya baik fisik, mental dan sosial serta harapan

berumur panjang. Untuk mencapai tujuan tersebut Winslow menetapkan suatu syarat yang

sangat penting, yaitu harus ada pengertian, bantuan dan partisipasi masyarakat secara

teratur dan terus menerus.

1

Page 20: Trend & Issue Keperawatan Komunitas

DAFTAR PUSTAKA

http://staff.blog.ui.ac.id/tyarm/2009/05/20/pembangunan-kesehatan/

Siti Nafsiah, "Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia ketiga di

dunia", Gema Insani, 2000, 979915703X, 9789799157034.

"Pengantar Kesehatan Lingkunagan", EGC, 9794487961, 9789794487969.

1