Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

9
trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut: Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa Kecenderungan situasi di era global Globalisasi dan perubahan orientasi sehat Kecenderungan penyakit jiwa Meningkatnya post traumatik sindrom Meningkatnya masalah psikososial Trend bunuh diri pada anak Masalah AIDS dan NAPZA Pattern of parenting Perspektif life span history Kekerasan Masalah ekonomi dan kemiskinan A. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya sampai klien mengalami gejala- gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir. Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai dari masa

description

Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Transcript of Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Page 1: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

trend curent issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend Current issue dan kecenderungan dalam keperawatan jiwa

Trend atau current issue dalam keperawatan jiwa adalah masalah-masalah yang sedang

hangat dibicarakan dan dianggap penting. Masalah-masalah tersebut dapat dianggap ancaman

atau tantangan yang akan berdampak besar pada keperawatan jiwa baik dalam tatanan

regional maupun global. Ada beberapa tren penting yang menjadi perhatian dalam

keperawatan jiwa di antaranya adalah sebagai berikut:

Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa Kecenderungan dalam penyebab gangguan jiwa Kecenderungan situasi di era global Globalisasi dan perubahan orientasi sehat Kecenderungan penyakit jiwa Meningkatnya post traumatik sindrom Meningkatnya masalah psikososial Trend bunuh diri pada anak Masalah AIDS dan NAPZA Pattern of parenting Perspektif life span history Kekerasan Masalah ekonomi dan kemiskinan

A. Kesehatan jiwa dimulai masa konsepsi

Dahulu bila berbicara masalah kesehatan jiwa biasanya dimulai pada saat onset terjadinya

sampai klien mengalami gejala-gejala. Di Indonesia banyak gangguan jiwa terjadi mulai pada

usia 19 tahun dan kita jarang sekali melihat fenomena masalah sebelum anak lahir.

Perkembangan terkini menyimpulkan bahwa berbicara masalah kesehatan jiwa harus dimulai

dari masa konsepsi malahan harus dimulai dari masa pranikah.banyak penelitian yang

menunjukkan adanya keterkaitan masa dalam kandungan dengan kesehatan fisik dan mental

seseorang di masa yang akan datang. Penelitian-penelitian berikut membuktikan bahwa

kesehatan mental seseorang dimulai pada masa konsepsi.

Van de carr (1979) menemukan bahwa seorang pemusik yang hebat terlahir dari seorang

ayah yang menggeluti musik, pola-polanya sudah dipelajari sejak dalam kandungan pada saat

bayi belum lahir yang sudah terbiasa terpapar oleh suara-suara komposisi lagu yang teratur.

Page 2: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Marc Lehrer, seorang ahli dari university of California menemukan bahwa dari 3000 bayi

yang diteliti serta diberikan stimulasi dini berupa suara, musik, cahaya, getaran dan sentuhan,

ternyata setelah dewasa memiliki perkembangan fisik, mental dan emosi yang lebih baik.

Kemudian Craig Ramey, meneliti bahwa stimulasi dini, bonding and attachment pada bayi

baru lahir dapat meningkatkan inteligensi bayi antara 15-30%.

Marion cleves meneliti tentang tikus-tikus yang hamil. Beberapa tikus hamil yang diberikan

stimulasi aliran listrik rendah, cahaya, suara dan jebakan-jebakan menunjukkan banyaknya

percabangan dendrite sebagai prasyarat kecerdasan. Setelah dibandingkan dengan kelompok

control ternyata menunjukkan perbedaan yang signifikan. Demikian juga penelitian-

penelitian yang dilakukan di hospital Bangkok Thailand, pada bayi-bayi yang mendapat

prenatal care yang baik dan stimulasi sejak dalam kandungan. Ternyata bayi tersebut mampu

berbicara, berkomunikasi, menirukan suara, menyebut kata pertama dan senyum. Hal ini

didukung oleh penemuan beatriz manrique (presiden the Venezuela ministry for the

development of intelligence) dalam penelitian pada 600 bayi, ternyata stimulasi sejak dalam

kandungan dapat menigkatkan kemampuan adaptasi, attachment, dan bahasa.

Demikian juga dengan kaitan antara masa kehamilan dengan skizofrenia. Skizofrenia sering

dianggap sebagai penyakit kronis dan tidak dapat disembuhkan. Anggapan tersebut keliru,

karena dengan pengobatan yang baik banyak penderita yang dapat kembali ke masyarakat

dan berfungsi optimal. Salah satu kendala dalam mengobati skizofrenia optimal adalah

keterlambatan penderita datang ke klinik pengobatan. Timbul pertanyaan, mungkinkah

penyakit ini dideteksi sedini mungkin dan dicegah perkembangannya? Tahun 1988, Mednick

dkk dalam penelitian epidemiologi melaporkan penemuan yang menarik, yaitu hubungan

antara skizofrenia dengan infeksi virus dalam kandungan. Laporannya didasarkan

atasepidemi virus influenza pada tahun 1957 di kota Helsinki.epidemi ini sangat spesial

mengingat pertama, terjadinya dalam kurun waktu yang pendek, dimulai pada tanggal 8

oktober dan berakhir 5 minggu kemudian 14 November. Kedua, epidemi ini sangat

menyebar. Hampir dua pertiga penduduk kota ini terkena infeksi dalam berbagai tingkatan.

Kondisi ini memungkinkan dilakukannya evaluasi efek jangka panjang.

Mednick membuktikan bahwa mereka yang pada saat epidemi sedang berada pada trimester

dua dalam kandungan mempunyai resiko yang leih tinggi untuk menderita skizofrenia di

kemudian hari. Penemuan penting ini menunjukkan bahwa lingkungan luar yang terjadi pada

waktu yang tertentu dalam kandungan dapat meningkatkan risiko menderita skizofrenia.

Page 3: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Mednick menghidupkan kembali teori perkembangan neurokognitif, yang menyebutkan

bahwa pada penderita skizofrenia terjadi kelainan perkembangan neurokognitif sejak dalam

kandungan. Beberapa kelainan neurokognitif seperti berkurnagnya kemampuan dalam

mempertahankan perhatian, membedakan suara rangsang yang berurutan, working memory,

dan fungsi-fungsi eksekusi sering dijumpai pada penderita skizofrenia.

Dipercaya kelainan neurokognitif di atas didapat sejak dalam kandungan dan dalam

kehidupan selanjutnya diperberat oleh lingkungan, misalnya, tekanan berat dalam kehidupan,

infeksi otak, trauma otak, atau terpengaruh zat-zat yang mempengaruhi fungsi otak seperti

narkoba. Kelainan neurokognitif yang telah berkembang ini menjadi dasar dari gejala-gejala

skizofrenia seperti halusinasi, kekacauan proses pikir, waham/delusi, perilaku yang aneh dan

gangguan emosi.

B. Trend peningkatan masalah kesehatan jiwa

Masalah jiwa akan meningkat di era globalisasi. Sebagai contoh jumlah penderita sakit jiwa

di propinsi lain dan daerah istimewa Yogyakarta terus meningkat. Penderita tidak lagi

didominasi masyarakat kelas bawah. Kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke

atas, juga tersentuh gangguan psikotik dan depresif.

Kecenderungan itu tampak dari banyaknya pasien yang menjalani rawat inap maupun rawat

jalan di RS Grhasia Yogyakarta dan RS Sardjito Yogyakarta. Pada dua rumah sait tersebut

klien gangguan jiwa terus bertambah sejak tahun 2002 lalu. Pada tahun 2003 saja jumlahnya

mencapai 7.000 orang, sedang pada 2004 naik menjadi 10.610 orang. Sebagian dari klien

menjalani rawat jalan, dank lien yang menjalani rawat inap mencapai 678 orang pada 2003

dan meningkat menjadi 1.314 orang pada tahun 2004. yang menarik, klien gangguan jiwa

sekarang tidak lagi didominasi kalangan bawah, tetapi kalangan mahasiswa, pegawai negeri

sipil, pegawai swasta, dan kalangan professional juga ada diantaranya. Klien gangguan jiwa

dari kalangan menengah ke atas, sebagian besar disebabkan tidak mampu mengelola stress

dan ada juga kasus mereka yang mengalami post power syndrome akibat dipecat atau mutasi

jabatan.

Kepala staf medik fungsional jiwa RS Sardjito Yogyakarta, Prof.Dr. Suwadi mengatakan,

pada tahun 2003 jumlah klien gangguan jiwa yang dirawat inap sebanyak 371 pasien. Tahun

2004 jumlahnya meningkat menjadi 433 pasien. Jumlah itu, belum termasuk klien rawat jalan

Page 4: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

di poliklinik yang sehari-hari rata-rata 25 pasien. Demikian juga di propinsi Sumatera

Selatan, gangguan kejiwaan dua tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan peningkatan.

Beban hidup yang semakin berat, diperkirakan menjadi salah satu penyebab bertambahnya

klien gangguan jiwa. Kepala Rumah Sakit Jiwa (RSJ) daerah Propinsi Sumatera Selatan

mengungkapkan: setahun ini jumlah klien gangguan jiwa yang ditangani di RSJ mengalami

peningkatan 10-15% dibandingan dengan tahun sebelumnya. Kecenderungannya, kasus-

kasus psikotik tetap tinggi, disusul kasus neurosis yang cenderung meningkat, rekam medis di

RSJ Sumsel mencatat, jumlah klien yang dirawat meningkat dari jumlah 4.101 orang (2003)

menjadi 4.384 orang (2004). Dari keseluruhan jumlah klien yang dirawat selama 2004,

sebanyak 1.872 pasien diantaranya dirawat inap di RSJ itu. Sebanyak 1.220 orang adalah

sebagai pasien lama ang sebelumnya pernah dirawat. Kondisi lingkungan yang semakin

keras, dapat menjadi penyebab meningkatnya jumlah masyarakat yang mengalami gangguan

kejiwaan. Apalagi untuk individu yang rentan terhadap kondisi lingkungan dengan timgkat

kemiskinan terlalu menekan.

Kasus-kasus gangguan kejiwaan yang ditangani oleh para psikiater dan dokter di RSJ

menunjukkan bahwa penyakit jiwa tidak mengenal baik strata sosial maupun usia. Ada orang

kaya yang mengalami tekanan hebat, setelah kehilangan semua harta bendanya akibat

kebakaran. Selain itu kasus neurosis pada anak dan remaja, juga menunjukkan

kecenderungan meningkat. Neurosis adalah bentuk gangguan kejiwaan yang mengakibatkan

penderitanya mengalami stress, kecemasan yang berlebihan, gangguan tidur, dan keluhan

penyakit fisik yang tidak jelas penyebabnya. Neurosis menyebabkan merosotnya kinerja

individu. Mereka yang sebelumnya rajin bekerja, rajin belajar menjadi lesu, dan sifatnya

menjadi emosional. Melihat kecenderungan penyakit jiwa pada anak dan remaja kebanyakan

adalah kasus trauma fisik dan nonfisik. Trauma nonfisik bisa berbentuk musibah, kehilangan

orang tua, atau masalah keluarga.

Tipe gangguan jiwa yang lebih berat, disebut gangguan psikotik. Klien yang menunjukkan

gejala perilaku yang abnormal secara kasat mata. Inilah orang yang kerap mengoceh tidak

karuan, dan melakukan hal-hal yang bisa membahayakan dirinya dan orang lain, seperti

mengamuk.

C. Kecenderungan faktor penyebab gangguan jiwa

Page 5: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

Terjadinya perang, konflik, lilitan krisis ekonomi berkepanjangan merupakan salah satu

pemicu yang memunculkan stress, depresi, dan berbagai gangguan kesehatan jiwa pada

manusia. Menurut data World Health Organization (WHO), masalah gangguan kesehatan

jiwa di seluruh dunia memang sudah menjadi masalah yang sangat serius. WHO (2001)

menyataan, paling tidak, ada satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental.

WHO memperkirakan ada sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan

kesehatan jiwa. Sementara itu, menurut Uton Muchtar Rafei, Direktur WHO wilayah Asia

Tenggara, hamper satu per tiga dari penduduk di wilayah ini pernah mengalami gangguan

neuropsikiatri. Buktinya, bisa kita cocokkan dan lihat sendiri dari data Survei Kesehatan

Rumah Tangga ( SKRT); tahun 1995 saja, di Indonesia diperkirakan sebanyak 264 dari 1.000

anggota rumah tangga menderita gangguan kesehatan jiwa.

Dalam hal ini, Azrul Azwar (Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat DepKes) mengatakan, angka

itu menunjukkan jumlah penderita gangguan kesehatan jiwa di masyarakat yang sangat

tinggi, yakni satu dari empat penduduk Indonesia menderita kelainan jiwa dari rasa cemas,

depresi, stress, penyalahgunaan obat, kenakalan remaja samapai skizofrenia.

Bukti lainnya, berdasarkan data statistik, angka penderita gangguan kesehatan jiwa memang

mengkhawatirkan. Secara global, dari sekitar 450 juta orang yang mengalami gangguan

mental, sekitar satu juta orang diantaranya meninggal karena bunuh diri setiap tahunnya.

Angka ini lumayan kecil jika dibandingkan dengan upaya bunuh diri dari para penderita

kejiwaan yang mencapai 20 juta jiwa setiap tahunnya.

Adanya gangguan kesehatan jiwa ini sebenarnya disebabkan banyak hal. Namun, menurut

Aris Sudiyanto, (Guru Besar Ilmu Kedokteran Jiwa (psikiatri) Fakultas Kedokteran

Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, ada tiga golongan penyebab gangguan jiwa ini.

Pertama, gangguan fisik, biologis atau organic. Penyebabnya antara lain berasal dari faktor

keturunan, kelainan pada otak, penyakit infeksi (tifus, hepatitis, malaria dan lain-lain),

kecanduan obat dan alkohol dan lain-lain. Kedua, gangguan mental, emosional atau kejiwaan.

Penyebabnya, karena salah dalam pola pengasuhan (pattern of parenting) hubungan yang

patologis di antara anggota keluarga disebabkan frustasi, konflik, dan tekanan krisis. Ketiga,

gangguan sosial aau lingkungan. Penyebabnya dapat berupa stressor psikososial (perkawinan,

problem orangtua, hubungan antarpersonal dalam pekerjaan atau sekolah, di lingkungan

hidup, dalam masalah keuangan, hukum, perkembangan diri, faktor keluarga, penyakit fisik,

dan lain-lain).

Page 6: Trend Curent Issue Dan Kecenderungan Dalam Keperawatan Jiwa

D. Kecenderungan situasi di era globalisasi

Era globalisasi adalah suatu era dimana tidak ada lagi pembatas antara negara-negara

khususnya di bidang informasi, ekonomi, dan politik. Perkembangan IPTEK yang begitu

cepat dan perdagangan bebas yang merupakan ciri era ini, berdampak pada semua sector

termasuk sektor kesehatan