Trauma Pada Bayi Baru Lahir

29
Trauma pada bayi baru lahir Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak selanjutnya.(1,2) Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan yang normal,dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga hejan ibu dan kontraksi kandung rahim tanpa mengalami asfiksi yang berat ataupun trauma lahir.(2) Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut. (3) Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun insiden telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan informatif. Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan 9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir. (6,9,11) BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Definisi

description

123

Transcript of Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Page 1: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Trauma pada bayi baru lahir

Kelahiran seorang bayi merupakan saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang

lahir sehat. Bayi yang nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang,

dengan tidak mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar

anak (asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi anak,

sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak semua bayi lahir

dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada masa prenatal, natal dan

pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi tumbuh kembang anak

selanjutnya.(1,2)

Proses kelahiran sangat dipengaruhi oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada

gangguan, diharapkan kelahiran bayi yang normal melalui proses persalinan yang

normal,dimana bayi dilahirkan cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga hejan ibu dan

kontraksi kandung rahim tanpa mengalami asfiksi yang berat ataupun trauma lahir.(2)

Pada saat persalinan, perlukaan atau trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan

dan lebih sering ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab.

Penanganan persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut. (3)

Insidensi trauma lahir diperkirakan sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun insiden

telah menurun pada tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik

dan penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena

walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang tua dan

menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat suportif dan

informatif. Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten, tetapi kemudian akan

menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma lahir juga merupakan salah satu

faktor penyebab utama dari kematian perinatal. Di Indonesia angka kematian perinatal adalah

44 per 1000 krlahiran hidup, dan 9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir. (6,9,11)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Definisi

Page 2: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Trauma lahir adalah trauma pada bayi yang diterima dalam atau karena proses kelahiran. (7)

Istilah trauma lahir digunakan untuk menunjukkan trauma mekanik dan anoksik, baik yang

dapat dihindarkan maupun yang tidak dapat dihindarkan, yang didapat bayi pada masa

persalinan dan kelahiran. Trauma dapat terjadi sebagai akibat ketrampilan atau perhatian

medik yang tidak pantas atau yang tidak memadai sama sekali, atau dapat terjadi meskipun

telah mendapat perawatan kebidanan yang terampil dan kompeten dan sama sekali tidak ada

kaitannya dengan tindakan atau sikap orang tua yang acuh tak acuh. (6,11)

Pembatasan trauma lahir tidak meliputi trauma akibat amniosentesis, tranfusi intrauteri,

pengambilan contoh darah vena kulit kepala atau resusitasi.(11)

II.2 Insidensi

Insidensi trauma lahir sekitar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Sebanyak 5-8 per 100.000 lahir

meninggal akibat trauma mekanik dan 25 per 100.000 lahir meninggal akibat trauma anoksik.

(6)

Faktor predisposisi terjadinya trauma lahir antara lain :(8,11,13)

1. makrosomia

2. prematuritas

3. disproporsi sefalopelvik

4. distosia

5. persalinan lama

6. persalinan yang diakhiri dengan alat (ekstraksi vakum dan forceps)

7. persalinan dengan sectio caesaria

Page 3: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

8. kelahiran sungsang

9. presentasi bokong

10. presentasi muka

11. kelainan bayi letak lintang

II.3 Kelainan pada Bayi Baru Lahir Akibat Trauma Lahir

Beberapa kelainan pada bayi baru lahir akibat trauma lahir adalah sebagai berikut :

Perlukaan jaringan lunak

a. Perlukaan kulit

Kelainan ini mungkin timbul pada persalinan yang mempergunakan alat-alat seperti cunam

atau vakum. Infeksi sekunder merupakan bahaya yang dapat timbul pada kejadian ini. Karena

itu, kebersihan dan pengeringan kulit yang terluka perlu diperhatikan. Bila perlu dapat juga

digunakan obat-obat antiseptik lokal. Biasanya diperlukan waktu 6-8 minggu untuk

penyembuhan. (3,11,12)

b. eritema, ptekiae, abrasi, ekimosis dan nekrosis lemak subkutan

Jenis persalinan yang sering menyebabkan kelainan ini yaitu presentasi muka dan persalinan

yang diselesaikan dengan ekstraksi cunam dan ekstraksi vakum. Kelainan ini memerlukan

pengobatan khusus dan menghilang pada minggu pertama. (3,11,12)

c. Perdarahan subaponeurotik

Perdarahan ini terjadi di bawah aponeurosis akibat pecahnya vena-vena yang

menghubungkan jaringan di luar dengan sinus-sinus di dalam tengkorak. Perdarahan dapat

terjadi pada persalinan yang diakhiri dengan alat, dan biasanya tidak mempunyai batas tegas,

sehingga kadang-kadang kepala berbentuk asimetris. Kelainan ini dapat menimbulkan

Page 4: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

anemia, syok, atau hiperbilirubinemia. Pemberian vitamin K dianjurkan pada perdarahan

ringan,dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari selama tiga hari dan transfuse darah bila diperlukan.

(3,8,10,11)

d. Trauma m. sternokleidomastoideus

Kelainan ini didapat pada persalinan sungsang karena usaha untuk melahirkan kepala bayi.

Kepala serta leher bayi cenderung miring ke arah otot yang sakit dan jika keadaan dibiarkan,

otot sembuh, tetapi dalam keadaan lebih pendek dari normal. Sebelum hal itu terjadi, perlu

dilakukan fisioterapi dengan cara pengurutan setempat dan peregangan leher secara pasif ke

sisi yang berlawanan. Jika setelah 6 bulan tidak berhasil maka harus dilakukan pembedahan

korektif. (3,10,11,12)

e. Caput Succedaneum

Caput succedaneum merupakan edema subcutis akibat penekanan jalan lahir pada persalinan

letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak setelah bayi lahir, tak berbatas tegas dan

melewati batas sutura. Kelainan ini biasanya ditemukan pada presentasi kepala, sesuai

dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat

pengeluaran serum dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan pengobatan

khusus dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (3,10,11,12)

f . Cephal hematoma

Istilah cephal hematoma mengacu pada pengumpulan darah di atas tulang tengkorak yang

disebabkan oleh perdarahan subperiosteal dan berbatas tegas pada tulang yang bersangkutan

dan tidak melampaui sutura-sutura sekitarnya,sering ditemukan pada tulang temporal dan

parietal. Kelainan dapat terjadi pada persalinan biasa, tetapi lebih sering paada persalinan

lama atau persalinan yang diakhiri dengan alat, seperti ekstraksi cunam atau vakum.

(3,8,10,11)

Gejala lanjut yang mungkin terjadi yaitu anemia dan hiperbilirubinemia. Kadang-kadang

disertai dengan fraktur tulang tengkorak di bawahnya atau perdarahan intra kranial. (3)

Page 5: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Bila tidak ditemukan gejala lanjut, cephal hematoma tidak memerlukan perawatan khusus.

Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya setelah 2-12 minggu. Pada kelainan yang

agak luas, penyembuhan kadang-kadang disertai kalsifikasi. (3,11)

g. Perdarahan subkonjungtiva

Keadaan ini sering ditemukan pada bayi, baik pada persalinan biasa maupun pada yang sulit.

Darah yang tampak di bawah konjungtiva biasanya diabsorpsi lagi setelah 1-2 minggu tanpa

diperlukan pengobatan apa-apa. (3,8,11)

Perdarahan intra kranial

a. Perdarahan subdural

Kelainan terjadi akibat tekanan mekanik pada tengkorak yang dapat menimbulkan robekan

falks cerebri atau tentorium cerebelli, sehingga terjadi perdarahan. Hal ini biasanya

ditemukan pada persalinan dengan disproporsi sefalopelvik dengan dipaksakan untuk lahir

pervaginam dan lebih sering ditemukan pada bayi aterm dari pada bayi prematur. (3,8,11,12)

b. Perdarahan subependimal dan intraventrikuler

Kejadian ini lebih sering disebabkan oleh hipoksia dan biasanya terdapat pada bayi-bayi

prematur. (3,11)

c. Perdarahan subarakhnoidal

Perdarahan ini juga ditemukan pada bayi-bayi premmatur dan mempunyai hubungan erat

dengan hipoksia pada saat lahir. (3,11)

Bayi dengan perdarahan intra kranial menunjukkan gejala-gejala asfiksia yang sukar diatasi.

Bayi setengah sadar, merintih, pucat, sesak nafas, muntah dan kadang-kadang kejang. Bayi

dapat meninggal atau hidup terus tanpa gejala-gejala lanjut atau dengan gejala-gejala

neurologik yang beraneka ragam, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan jaringan

otak akibat perdarahan. (3,8,11,12)

Page 6: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Tindakan pada perdarahan intra kranial adalah sebagai berikut : (8)

- kelainan yang membawa trauma harus dihindari dan kalau ada disproporsi harus dilakukan

sectio caesaria

- bayi dirawat dalam inkubator

- temperatur harus dikontrol

- kalau perlu diberikan tambahan oksigen

- sekret dalam tenggorokan diisap keluar

- bayi jangan terlampau banyak digerakkan dan dipegang

- kalau ada indikasinya, vitamin K dapat diberikan

- konvulsi dikendalikan dengan sedativ

- kepala jangan direndahkan, karena tindakan ini bisa menambah perdarahan

- jika pengumpulan darah subdural dicurigai, pungsi lumbal harus dikerjakan untuk

mengurangi tekanan

- diberikan antibiotik sebagai profilaktik.

3. Patah tulang

a. Fraktur klavikula

Fraktur ini merupakan jenis yang tersering pada bayi baru lahir,yang mungkin terjadi apabila

terdapat kesulitan mengeluarkan bahu pada persalinan. Hal ini dapat timbul pada kelahiran

presentasi puncak kepala dan pada lengan yang telentang pada kelahiran sungsang. Gejala

Page 7: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

yang tampak pada keadaan ini adalah kelemahan lengan pada sisi yang terkena, krepitasi,

ketidakteraturan tulang mungkin dapat diraba, perubahan warna kulit pada bagian atas yang

terkena fraktur serta menghilangnya refleks Moro pada sisi tersebut. Diagnosis dapat

ditegakkan dengan palpasi dan foto rontgent. Penyembuhan sempurna terjadi setelah 7-10

hari dengan imobilisasi dengan posisi abduksi 60 derajat dan fleksi 90 derajat dari siku yang

terkena. (3,10,11,12)

b. Fraktur humeri

Kelainan ini terjadi pada kesalahan teknik dalam melahirkan lengan pada presentasi puncak

kepala atau letak sungsang dengan lengan membumbung ke atas. Pada keadaan ini biasanya

sisi yang terkena tidak dapat digerakkan dan refleks Moro pada sisi tersebut menghilang.

Prognosis penderita sangat baik dengan dilakukannya imobilisasi lengan dengan mengikat

lengan ke dada, dengan memasang bidai berbentuk segitiga dan bebat Valpeau atau dengan

pemasangan gips. Dan akan membaik dalam waktu 2-4 minggu. (3,8,11,12)

c. Fraktur tulang tengkorak

Kebanyakan fraktur tulang tengkorak terjadi akibat kelahiran pervaginam sebagai akibat

penggunaan cunam atau forceps yang salah, atau dari simpisis pubis, promontorium, atau

spina ischiadica ibu pada persalinan dengan diproporsi sefalopelvik. Yang paling sering

adalah fraktur linier yang tidak menimbulkan gejala dan tidak memerlukan pengobatan, serta

fraktur depresi yang biasanya kelihatan sebagai lekukan pada kalvarium yang mirip lekukan

pada bola pingpong. Semua fraktur ini harus direposisi untuk menghindari cedera korteks

akibat tekanan yang terus-menerus dengan menggunakan anesthesi lokal dalam minggu

pertama dan segera setelah kondisi bayinya stabil. (3,11,12,13)

d. Fraktur femoris

Kelainan ini jarang terjadi, dan bila ditemukan biasanya disebabkan oleh kesalahan teknik

dalam pertolongan pada presentasi sungsang. Gejala yang tampak pada penderita adalah

pembengkakan paha disertai rasa nyeri bila dilakukan gerakan pasif pada tungkai.

Pengobatan dilakukan dengan melakukan traksi pada kedua tungkai, walaupun fraktur hanya

terjadi unilateral. Penyembuhan sempurna didapat setelah 3-4 minggu pengobatan. (3,11,12)

Page 8: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

e. Fraktur dan dislokasi tulang belakang

Kelainan ini jarang ditemukan dan biasanya terjadi jika dilakukan traksi kuat untuk

melahirkan kepala janin pada presentasi sungsang atau untuk melahirkan bahu pada

presentasi kepala. Fraktur atau dislokasi lebih sering pada tulang belakang servikal bagian

bawah dan torakal bagian atas. Tipe lesinya berkisar dari perdarahan setempat hingga

destruksi total medulla spinalis pada satu atau lebih aras (level) cerebral. Keadaan bayi

mungkin buruk sejak kelahirannya, disertai depresi pernafasan, syok dan hipotermia. Kalau

keadaannya parah dapat memburuk dengan cepat sampai menimbulkan kematian dalam

beberapa jam. Pada bayi yang selamat, pengobatan yang dilakukan bersifat suportif dan

sering terdapat cedera permanen. (3,4,5,11)

4. Perlukaan susunan saraf

a. Paralisis nervus facialis

Kelainan ini terjadi akibat tekanan perifer pada nervus facialis saat kelahiran. Hal ini sering

tampak pada bayi yang lahir dengan ekstraksi cunam Kelumpuhan perifer ini bersifat flasid,

dan bila kelumpuhan terjadi total, akan mengenai seluruh sisi wajah termasuk dahi. Kalau

bayi menangis, hanya dapat dilihat adanya pergerakan pada sisi wajah yang tidak mengalami

kelumpuhan dan mulut tertarik ke sisi itu. Pada sisi yang terkena gangguan, dahinya licin,

mata tidak dapat ditutup, lipatan nasolabial tidak ada dan sudut mulut kelihatan jatuh.

Kelainan biasanya sembuh dalam beberapa hari tanpa tindakan-tindakan khusus.(3,8,11,12)

b. Paralisis nervus frenikus

Gangguan ini biasanya terjadi di sebelah kanan dan menyebabkan terjadinya paralisis

diafragma. Kelainan sering ditemukan pada kelahiran sungsang. Kelainan ini biasanya

menyertai paralisis Duchenne – Erb dan diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan.

Pada paralisis berat bayi dapat memperlihatkan sindroma gangguan pernafasan dengan

dispneu dan sianosis. Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan röntgen foto torak atau

fluoroskopi dimana diafragma yang terganggu posisinya lebih tinggi. Pengobatan biasanya

simptomatik. Bayi harus diletakkan pada sisi yang terkena gangguan dan kalau perlu diberi

Page 9: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

oksigen. Infeksi paru merupakan komplikasi yang berat. Penyembuhan biasnya terjadi

spontan pada bulan ke-1 samapi ke-3. (3,11,12)

c. Paralisis plexus brachialis

Kelainan ini dibagi atas : (3,11,12)

- paralisis Duchenne – Erb, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh

cabang-cabang C5 dan C6 dari plexus brachialis. Pada keadaan ini ditemukan kelemahan

untuk fleksi, abduksi, serta memutar ke luar disertai hilangnya refleks biseps dan Moro.

- Paralisis Klumpke, yaitu kelumpuhan bagian-bagian tubuh yang disarafi oleh cabang C8-Th

1 dari plexus brachialis. Disini terdapat kelemahan oto-otot fleksor pergelangan, sehingga

bayi kehilangan refleks mengepal.

Kelainan ini timbul akibat tarikan yang kuat di daerah leher pada saat lahirnya bayi, sehingga

terjadi kerusakan pada plexus brachialis. Hal ini ditemukan pada persalinan sungsang apabila

dilakukan traksi yang kuat dalam usaha melahirkan kepala bayi. Pada persalinan presentasi

kepala, kelainan dapat terjadi pada janin dengan bahu lebar. (3,11,12)

Penanggulangannya dengan jalan meletakkan lengan atas dalam posisi abduksi 90° dan

putaran ke luar. Siku berada dalam fleksi 90° disertai supinasi lengan bawah dengan ekstensi

pergelangan dan telapak tangan menghadap ke depan. Posisi ini dipertahankan untuk

beberapa waktu. Penyembuhan biasanya setelah beberapa hari, kadang-kadang 3-6 bulan.

(3,8,11)

d. Paralisis pita suara

Kelainan ini mungkin timbul pada setiap persalinan dengan traksi kuat di daerah leher.

Trauma tersebut dapat mengenai cabang ke laring dari nervus vagus, sehingga terjadi

gangguan pita suara (afonia), stridor pada inspirasi, atau sindroma gangguan pernafasan.

Kelainan ini dapat menghilang dengan sendirinya dalam waktu 4-6 minggu dan kadang-

kadang diperlukan tindakan trakeotomi pada kasus yang berat. (3)

Page 10: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

e. Kerusakan medulla spinalis

Kelainan ini ditemukan pada kelahiran letak sungsang, presentasi muka atau presentasi dahi.

Hal ini terjadi akibat regangan longitudinal tulang belakang karena tarikan, hiperfleksi, atau

hiperekstensi pada kelahiran. Gejala yang ditemukan tergantung dari bagian medulla spinalis

yang terkena dan dapat memperlihatkan sindroma gangguan pernafasan, paralisis kedua

tungkai, retensio urine, dan lain-lain. Kerusakan yang ringan kadang-kadang tidak

memerlukan tindakan apa-apa, tetapi pada beberapa keadaan perlu dilakukan tindakan bedah

atau bedah saraf. (3,4,5,11,12)

5. Perlukaan lain

- Perdarahan intra abdominal

Kelainan ini dapat terjadi akibat teknik yang salah dalam memegang bayi pada ekstraksi

persalinan sungsang. Gejala yang dapat dilihat ialah adanya tanda-tanda syok, pucat, anemia,

dan kelainan abdomen tanpa tanda-tanda perdarahan yang jelas. Ruptur hepar, lien dan

perdarahan adrenal merupakan beberapa faktor yang dapat menimbulkan perdarahan ini.

Operasi serta transfusi darah dini dapat memperbaiki prognosis bayi.(3,11,12)

TRAUMA PERSALINAN

1. Konsep Dasar Medis

Pengertian

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan akibat

tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan (Sarwono

Prawirohardjo, 2001 :229)

Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) Etiologi :

Makrosomia

Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)

Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)

Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)

Page 11: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)

Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)

Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan

lahirnya bayi)

Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)

Distosia bahu (kemacetan bahu)

Macam-macam (Dep.Kes. RI, 1997 : 28)

Trauma pada jaringan lunak

Perlukaan Kulit

Diagnosis : Perlukaan pada bayi timbul pada persalinan dengan cunam atau vakum ekstraktor

Tindakan : Bersihkan daerah luka

Beri antiseptik lokal

Kaput Suksedaneum

Pengertian : Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya timbunan getah bening bawah

lapisan apenorose di luar periostium.

Etiologi

Karena adanya tekanan pada kepala oleh janin lahir baik pada :

- Partus lama

- Persalinan dengan vacum ekstraksi

Kaput suksedanum terjadi bila :

- Ketuban sudah pecah

- His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum

- Anak hidup, tidak terjadi pada anak yang mati.

- Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.

Tanda / gejala :

- Adanya odem di kepala berwarna kemerahan

- Pada perabaan terasa lembut dan lunak

- Odema melampaui sela-sela tengkorak.

- Batas tidak jelas

- Menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.

Page 12: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Patofisiologi

- Persalinan dengan vacum forcep

- Partus lama

Tekanan daerah kepala sub periostal

Kerusakan jaringan sub periostal

Kerusakan integritas jaringan

Nutrisi Injury Eliminasi alvi

Tindakan : Kelainan ini tidak memerlukan pengobatan khusus, biasanya menghilang dalam beberapa

hari setelah lahir.

Sephal hematoma

Pengertian : Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan oleh

perdarahan subperiostium.

Etiologi

- Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan

- Moullage terlalu keras selaput tengkorak robek

- Partu dengan tindakan :

Forcep

Vacum ekstraksi

Frekuensi 0,5 – 2% dari kelahiran hidup

Tanda / gejala

- Kepala bengkak dan merah

- Batas jelas

- Pada perabaan mula-mula lunak, lambat laun keras.

- Menghilang pada waktu beberapa minggu.

Page 13: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Patofisiologi

- Partus lama

- Moulage terlalu keras

- Persalinan dengan vacum dan forcep

Tekanan daerah kepala sub periostal

Perdarahan

Kerusakan jaringan sub periostal

Kerusakan integritas jaringan

Nutrisi Injury Eliminasi alvi

Tindakan : Bila tidak ada gejala lanjut, kelainan ini tidak memerlukan tindakan khusus, karena akan

menghilang dengan sendirnya setelah 3-4 bulan.

Trauma Muskulus Sternokleidomastoideus

Diagnosis : Minggu pertama terdapat tumor berdiameter 1,2 cm pada muskulus

sternokleidomastoideus. Berbatas tegas, sukar digerakkan dari dasarnya. Kepala serta leher bayi

cenderung miring ke arah otot yang sakit. Akan terjadi penyembuhan sendiri, tetapi otot menjadi

lebih pendek dari normal. Tumor ini timbul akibat perlukaan yang menimbulkan hematoma ketika

melahirkan kepala bayi pada persalinan letak sungsang.

Tindakan : Lakukan fisioterapi dengan menggerakkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri setiap hari 5-

10 kali.

Beri antiseptik lokal

Trauma pada Susunan Saraf

Paralisis Pleksus Brakialis

Kelainan ini dibedakan atas :

- Paralisis Duchenne – Erb

- Paralisis Klumpke

Etiologi : Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga terjadi kerusakan pada pleksus

brakialis.

Diagnosis : - Paralisis Duchene – Erb

Page 14: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar disertai hilangnya refleks

biseps dan moro. Lengan pada posisi aduksi dan memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi

dan telapak tangan ke arah belakang

- Paralisis Klumpke

Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan refleks mengenal.

Paralisis ini jarang terjadi.

Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi

Paralisis Nervus Fasialis

Diagnosis : - Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan. Kelainan ini terjadi akibat

tekanan perifer pada Nervus fasialis saat lahir

- Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cuman

Tindakan : - Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema. Biasanya sembuh dalam beberapa

hari tanpa tindakan khusus. Jika 1 minggu tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke

rumah sakit

Paralisis Nervus Frenikus

Etiologi : Kelahiran sungsang regangan pada pleksus brakialis yang menyebabkan regangan pada

Nervus Frenikus karena jalannya bersamaan

Tindakan : - Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau bilateral terjadi

paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus biasanya menyertai paralisis duchene – Erb dan

diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan sehingga bila ada paralisis Duchene – Erb

perhatikan pernapasan bayi.

- Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome gangguan pernapasan dengan dispne

dan sianosis.

Tindakan : Rujuk ke rumah sakit

Perdarahan Intrakranial

Diagnosis : - Terdapat gejala asfiksia yang sukar diatasi

- Setengah sadar, merintih

- Sesak napas

- Pucat

- Muntah

- Ada kalanya dengan kejang

- Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan

jaringan otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.

Tindakan : - Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm

Page 15: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

- Hindari manipulasi

- Rujuk ke rumah sakit

Patah Tulang

Fraktura Klavikula

Etiologi : - Bayi besar

- Persalinan letak sungsang dengan lengan menumbuk ke atas

- Sering timbul kesulitan dalam melahirkan bahu

Diagnosis : - Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena disertai menghilangnya refleks moro

pada sisi tersebut

- Bisa dengan palpasi dan jika perlu dengan potret rontgen

Tindakan : Imobilisasi dengan menggunakan “Ransel Verband”

Fraktura Humeri

Etiologi : - Kesalahan teknis dalam melahirkan lengan pada persalinan kepala

- Letak sungsang denganlengan menumbung ke atas

Diagnosis : - Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan disertai menghilangnya reflek moro

Tindakan : - Imobilisasi lengan selama 2,4 minggu

- Rujuk ke rumah sakit

Fraktura Femoris

Etiologi : - Kesalahan teknis dalam persalinan letak sungsang

- Kelainan ini jarang terjadi

Diagnosis : - Imobilisasi

- Rujuk ke rumah sakit

2. Landasan Askep Kaput Suksedaneum

Pengkajian

Biodata

Didapatkan pada bayi baru berumur beberapa hari.

Keluhan Utama

Adanya benjola di kepala

Riwayat Penyakit Sekarang

Oedema pada kepala terasa lembut dan lunak dengan batas tidak jelas

Organ tubuh yang lain relatif seperti bayi normal

Riwayat Penyakit Dahulu

- Dalam proses persalinan bayi lahir dengan bantuan vacuum ekstrasi

- Proses persalinan bayi lama

Page 16: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

ADL (Activity Daily Life)

Pola Nutrisi

Pemberian ASI yang adekuat

Pola Aktivitas

Tidak sering diangkat agar benjola tidak meluas

Pola Istirahat

Biasanya bayi sering tidur

Pola Eliminasi

Jumlah output sesuai dengan intake yang dikeluarkan

Pola Personal Hygiene

Pasien diseka di tempat tidur

Pemeriksaan Umum

Keadaan Umum

1) TTV

Nadi : 180 x/mnt, pada menit I, kemudian turun sampai 120-140x/mnt

RR : 80 x/mnt, pada menit I, kemudian menurun setelah tenang 40x.mnt

Suhu : 365oC – 374oC

2) Kesadaran Composmentis

3) Pemeriksaan Fisik

- Kepala : Terdapat benjolan di kepala berwarna kemerahan, teraba lembut, lunak

- Thorax : Lingkar dada 30 – 38 cm

- Genetalia : - Sesuai umur kehamilan

- Bila bayi kurang bulan,Pada bayi laki-laki, testis belum turun, pada bayi wanita labia mayora belum

menutupi labia minora

- Ekstrimitas : Aktif

- Integumen : Kulit badan dan ekstremitas kemerah-merahan

Diagnosa Keperawatan

Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir yang ditandai

dengan :

- Adanya timbunan getah bening di bawah lapisan oponorose di luar periotium (benjolan)

- Batas tidak jelas

- Pada perabaan lunak

Page 17: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

Intervensi

Kerusakan Integritas jaringan openorose berhubungan dengan trauma jalan lahir

Tujuan

Tidak terjadi kerusakan integritas jaringan

Kriteria Hasil

Benjolan mengecil atau hilang dalam beberapa jam /hari

Perencanaan

1) Jelaskan penyebab terjadinya kaput suksedoneum

R/ Pengetahuan ibu yang adekuat akan menambah kooperatif dalam tindakan

2) Jelaskan pada ibu agar tidak seirng mengangkat / menggendong bayi

R/ Dengan bayi istirahat akan mempermudah jaringan untuk menutup

3) Jelaskan pada ibu agar tidak memijit-mijit benjolan di kepala

R/ Dengan istirahat, oedema tidak meluas

4) Jelaskan pada ibu untuk tetetap memberi ASI sesering mungkin

BB > 2.500 gram 8x / 24 jam

BB > 2.000 gram 12 x/24 jam

R/ Mencukupi hidrasi untuk mempercepat penyembuhan

5) Observasi TTV tiap 4 jam

R/ Deteksi dini terhadap penyimpangan

6) Memberikan pesan pada ibu untuk perawatan bayi sehari-hari diutamakan di tempat tidur

R/ Peningkatan pengetahuan ibu dapat menunjang keberhasilan perawatan

Orang tua cemas berhubungan dengan adanya benjolan di kepala bayi

Tujuan

Kecemasan orang tua berkurang atau orang tua tidak cemas

Kriteria Hasil

1) Dapat menjelaskan penyebab benjolan dan tindakan yang dilakukan

2) Orang tua dapat menerima keadaan bayinya

Perencanaan

1) Berikan HE pada orang tua tentang kaput suksedaneum

Page 18: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

R/ Kecemasan berkurang dengan penjelasan yang diterima

2) Jelaskan pada orang tua tentang perawatan bayi

R/ Menambah pengetahuan yang adekuat dalam proses penyembuhan bayi

Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan intake yang tidak adekuat

Tujuan

Kebutuhan nutrisi adekuat

Kriteria Hasil

1) Mencapai status nutrisi normal dengan BB yang sesuai

2) Mencapai keseimbangan intake dan output

3) Mencapai kadar gula darah normal

Perencanaan

1) Timbang BB tiap hari

R/ Mendeteksi adanya penurunan atau peningkatan berat badan

2) Bila ASI belum keluar,berikan :

- ASI hari I : 60 cc/kg/BB/24 jam

II : 90 cc/kg/BB/24 jam

III : 120 cc/kg/BB/24 jam

IV : 150 cc/kg/BB/24 jam

Sampai umur 1 mgg maksimal sampai 200 cc.

- Cairan,hari I : 60 cc/kg /BB/24 jam

II: 80 cc/kg/BB/24 jam

III: 100 cc/kg/BB/24 jam

IV: 120 cc/kg/BB/24 jam

R/ Diperlukan keseimbangan cairan dan kebutuhan kalori secara parisal

3) Monitor adanya hipoglikemi

R/ Masukan nutrisi inadekuat menyebabkan penurunan glukosa dalam darah.

Resiko injuri berhubungan dengan kerusakan jaringan sub periostal

Tujuan

Mencegah injury yang berkelanjutan

Kriteria Hasil

1) Menunjukan tidak ada tanda-tanda perdarahan dalam proseudr

2) Mempunyai pergerakan perubahan sehari

3) Bebas injury dan lingkungan yang bebas.

Perencanaan

Page 19: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

1) Inspeksi faeses, gusi, emesis, sputum, secret nasal

R/ Mengetahui adanya perdarahan sebagai tanda-tanda trombositopenia

2) Cegah konstipasi

R/ Mencegah kerusakan mukosa anus sehingga mengurangi resiko infeksi

3) Sediakan lingkungan yang aman

R/ Lingkungan yang aman akan menurunkan resiko spontan perdarahan bila anak mengalami

trombositopenia.

4) Instruksikan kepada keluarga / ibu klien untuk menjaga klien

R/ Terhindar dari injury

Implementasi

Melaksanakan tindakan sesuai dengan rencana yang telah dibuat, prinsipnya adalah :

Menghilangkan /mengatasi kerusakan integritas jaringan

Mengatasi kecemasan pada orang tua

Evaluasi

Dengan mencocokkan data setelah dilakukan tindakan dengan kriteria hasil pada tujuan sesuai

dengan waktu.

DAFTAR PUSTAKA

Sarwono Prawirohardjo, 2001, Asuhan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,

Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

________, Hanifah Wiknojosastro, 1999, Ilmu Kebidanan, Edisi III, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta.

Departemen Kesehatan RI, 1997, Pedoman Pelayanan Kesehatan Perinatal di Wilayah Kerja

Puskesmas, Jakarta.

Jejas lahir merupakan istilah untuk menunjukkan trauma mekanik yang dapat dihindari atau

tidak dapat dihindari, serta trauma anoksia yang dialami bayi selama kelahiran dan persalinan.

Beberapa macam jejas persalinan yang akan dibahas, antara lain :

1. Caput Suksadenum

Page 20: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Caput suksadenum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan

difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan selama persalinan

verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan

terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan

hiperbilirubin.

Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis,

tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.

2. Sefalhematoma

Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi sangat

lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit kepala. Sefalhematoma dapat

sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan, tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada

neonatus dengan sefalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi

untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi karena

dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat disertai fraktur tengkorak,

koagulopati dan perdarahan intrakranial.

3. Trauma pleksus brakialis

Jejas pada pleksus brakialis dapat menyebabkan paralisis lengan atas dengan atau tanpa

paralisis lengan bawah atau tangan, atau lebih lazim paralisis dapat terjadi pada seluruh lengan. Jejas

pleksus brakialis sering terjadi pada bayi makrosomik dan pada penarikan lateral dipaksakan pada

kepala dan leher selama persalinan bahu pada presentasi verteks atau bila lengan diekstensikan

berlebihan diatas kepala pada presentasi bokong serta adanya penarikan berlebihan pada bahu.

Trauma pleksus brakialis dapat mengakibatkan paralisis Erb-Duchenne dan paralisis Klumpke.

Bentuk paralisis tersebut tergantung pada saraf servikalis yang mengalami trauma.

Pengobatan pada trauma pleksus brakialis terdiri atas imobilisasi parsial dan penempatan

posisi secara tepat untuk mencegah perkembangan kontraktur.

4. Fraktur klavikula

Page 21: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula antara lain : bayi

tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang terkena, krepitasi dan ketidakteraturan

tulang, kadang-kadang disertai perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi

yang terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan hilangnya depresi

supraklavikular pada daerah fraktur.

5. Fraktur humerus

Pada fraktur humerus ditandai dengan tidak adanya gerakan tungkai spontan, tidak adanya

reflek moro.

Penangan pada fraktur humerus dapat optimal jika dilakukan pada 2-4 minggu dengan

imobilisasi tungkai yang mengalami fraktur.

http://meida.staff.uns.ac.id/2009/05/05/asuhan-neonatus-dengan-jejas-persalinan/

PENYEBAB TRAUMA PERSALINAN

Trauma persalinan salah satunya terjadi akibat lamanya persalinan berlangsung, sehingga ibu

merasakan sakit yang lama pula. Normalnya persa linan berjalan kurang lebih 8-10 jam mulai fase

awal, pembukaan satu sampai dengan fase akhir, pembukaan sepuluh, dan tahap mengejan. Tapi

karena berbagai hal, ada ibu yang harus melalui persalinan cukup lama, hingga tiga hari bahkan

berminggu-minggu dari fase awal hingga fase akhir. Itu artinya, ibu akan merasakan his atau mulas

lebih lama.

Kemungkinan perlamaan ini disebabkan berbagai faktor. Faktor pertama hambatan fisik,

meliputi kecilnya lingkar panggul ibu sehingga bayi sulit keluar. Kedua, penebalan rahim, sehingga

pembukaan berjalan sangat lambat. Ketiga, ketegangan vagina, sehingga vagina menjadi keras dan

otot-otot saluran jalan rahim tidak lentur. Keempat, pembukaan terhambat karena posisi janin

sungsang.

Selain dipengaruhi faktor fisik, hambatan persalinan juga dapat dipengaruhi faktor psikis,

misal, akibat ibu kelewat emosional; tegang dan takut, sehingga darah dan energinya menjadi tidak

kooperatif melancarkan proses persalinan, syaraf dan otot juga menegang sehingga jalan persalinan

menjadi keras dan kaku.

Menurut Antony, hambatan non-fisik ini lebih banyak disebabkan ketaksiapan dan

ketidakmengertian ibu akan proses persalinan, mungkin karena ini persalinan pertama. "Selain itu ada

Page 22: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

juga faktor pemicu berupa kendala yang timbul mendadak sehingga membuat persalinan semakin

sulit. Misal, naiknya tensi darah ibu secara drastis, kambuhnya asma pada ibu hamil penderita asma,

kambuhnya epilepsi pada ibu penderita epilepsi, atau menurunnya kesadaran ibu."

Selain karena faktor di atas, tindakan pertolongan persalinan yang diambil ahli medis juga bisa

meninggalkan trauma membekas - akibat ngeri dan rasa sakit.

Misal, epsiotomi atau pengguntingan perineum (daerah antara vagina dengan anus) untuk

memperluas jalan lahir, induksi (baik infus maupun per vagina), penggunaan vakum, cunam,

penjahitan episiotomi, operasi Cesar dan segala prosedurnya, misal, pemberian suntikan epidural, dan

berbagai komplikasi pasca-persalinan.

Semua ini, menurut Antony, lebih sering terjadi karena keadaan darurat, dimana ibu biasanya

tidak siap menghadapinya lantaran belum dipersiapkan untuk itu.

MEMINIMALKAN TRAUMA PERSALINAN

Menurut Antony sebenarnya trauma persalinan bisa diminimalisasi, bahkan dihindari.

Caranya dengan memperkecil keadaan darurat pada saat persalinan, yaitu, "Lakukanlah tata laksana

perawatan kehamilan yang memadai. Di antarannya memeriksakan kehamilan minimal satu bulan

satu kali selama hamil."

Selain itu, lanjutnya, antisipasilah berbagai potensi kendala melalui

pemeriksaan fisik ibu sebelum dan selama hamil guna mengatahui kelainan yang sering muncul,

misal, hipertensi, dibitesgestasional atau jantung. Ibu juga dianjurkan mengkonsumsi makanan kaya

gizi dan vitamin. Bila perlu dokter akan memberikan asupan vitamin tambahan. Jangan lupa menjaga

kebugaran tubuh selama hamil dan melakukan senam hamil, setidaknya sebulan sebelum persalinan.

"Agar ibu lebih tenang selama menjalani persalinan, sebaiknya ibu juga merencanakan kehamilan

secara matang. Jadi hamil bukan sekedar karena ikut-ikutan, emosional atau karena tuntutan pihak

lain. Dengan begitu ibu dapat menjalani kehamilan dengan santai dan lebih terbuka saat menjalani

persalinan," tutur Antony.

Antony juga menyarankan agar ibu mengetahui semua informasi pertolongan persalinan yang

biasa dillakukan dokter. Dengan informasi cukup ibu lebih siap dan rasa takut akan dikurangi. "Tak ada

salahnya bila sejak awal ibu pun mendiskusikan tindakan yang diinginkan bila mengalami persalinan

sulit dengan dokter, " jelasnya.

Hal ini, lanjut Antony, termasuk jika ibu ingin menggunakan metode pengurang rasa nyeri

persalinan, baik medis (misal, Pethidin, ILA, Epudural) maupun non-medis (misal, teknik relaksasi,

Page 23: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

hipnosis, teknik pernafasan, homeopathy, akupuntur). "Saya kira, sepanjang tidak mengancam dan

menimbulkan resiko persalinan, dokter terbuka untuk mendiskusikan hal-hal semacam ini," katanya.

Faktor lain yang juga dapat mengurangi adanya trauma persalinan adalah pendamping ibu

selama persalinan. Banyak ibu tidak bisa melalui persalinan seorang diri. Biasanya mereka

membutuhkan pendamping yang dapat mendampingi, memberi support, bahkan membantu

kelancaran persalinan itu sendiri. Sebaiknya ibu menentukan siapa orangnya jauh-jauh hari sebelum

persalinan agar pendamping itu pun cukup siap menjadi tim kerja Anda.

TRAUMA GEMUKNYA...

Trauma persalinan sering pula disebabkan faktor pemicu lain di luar peristiwa saat bersalin. Berikut

beberapa penyabab dan cara mengatasinya.

Kegemukan

Pertambahan berat badan (BB) saat hamil (13-17 kilogram) dianjurkan, tetapi kelebihan berat badan

tidak. Mengapa? Ini karena pertambahan BB yang berlebihan potensial menimbulkan resiko

kehamilan dan persalinan, juga membuat ibu terganggu saat ia kesulitan menurunkan bobotnya yang

overweight. Bagi ibu yang sangat peduli penampilan - apalagi dengan adanya tuntutan pasangan dan

profesi - kelebihan bobot tubuh ini bisa menimbulkan trauma tersendiri, yang sampai-sampai

membuatnya kapok hamil lagi.

Untuk mengatasi kegemukan setelah persalinan, ibu harus melakukan latihan yang dapat

mengembalikan kekencangan otot dan mengurangi timbunan lemak, menyusui bayi secara Ekslusif,

dan mematuhi anjuran diet dari dokter.

Terhambatnya Aktifitas

Ada ibu yang menyikapi kehamilan yang dijalaninya selama sembilan bulan bulan sebagai sesuatu yang

alamiah dan fun, ada juga yang menganggapnya kendala, karena ibu merasa terganggu , baik hidup

dan aktifitasnya. Ini terutama jika ibu memiliki target tertentu disamping punya anak, yang

menuntutnya selalu tampil normal. Kehamilan dianggap dapat mengurangi profesionalisme. Apalagi

bila pasangan atau tempat ibu ia bekerja tidak mendukung..

Melahirkan Bayi dengan Masalah Khusus

Jika anak pertama lahir tidak sesuai diharapkan, misal, menderita penyakit atau kelainan tertentu,

adakalanya hal ini mengusik niat ibu untuk melahirkan anak kedua dan seterusnya karena kuatir hal

yang sama akan menimpa anak berikutnya. Agar hal ini tidak mengganggu secara irasional, sebaiknya

Page 24: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

ibu melakukan pemeriksaan pra-kehamilan dan persiapan untuk kehamilan berikutnya dengan lebih

baik, sehingga peristiwa yang tidak diharapkan tidak terulang kembali.

http://cyberwoman.cbn.net.id/cbprtl/Cyberwoman/detail.aspx?x=Mother+And+Baby&y=Cyberwom

an%7C0%7C0%7C8%7C547

ASKEB NEO DENGAN JEJAS PERSALINAN

Trauma lahir merupakan perlakuan pada bayi baru lahir yang terjadi dalam proses persalinan

atau kelahiran (IKA, Jilid I).

Luka yang terjadi pada saat melahirkan amniosentesis, transfusi, intrauterin, akibat pengambilan

darah vena kulit kepala fetus, dan luka yang terjadi pada waktu melakukan resusitasi aktif tidak

termasuk dalam pengertian. Perlakukan kelahiran atau trauma lahir. Pengertian perlakuaan kelahiran

sendiri dapat berarti luas, yaitu sebagai trauma mekanis atau sering disebut trauma lahir dan trauma

hipoksik yang disebut sebagai Asfiksia. Trauma lahir mungkin masih dapat dihindari atau dicegah,

tetapi ada kalanya keadaan ini sukar untuk dicegah lagi sekalipun telah ditangani oleh seorang ahli

yang terlatih.

Angka kejadian trauma lahir pada beberapa tahun terakhir ini menunjukkan kecenderungan menurun.

Hal ini disebabkan banyak kemajuan dalam bidang obstetri, khususnya pertimbangan seksio sesarea

atau indikasi adanya kemungkinan kesulitan melahirkan bayi. Cara kelahiran bayi sangat erat

hubungannya dengan angka kejadian trauma lahir. Angka kejadian trauma lahir yang mempunyai arti

secara klinis berkisar antara 2 sampai 7 per seribu kelahiran hidup. Berapa faktor risiko yang dapat

menaikkan angka kejadian trauma lahir antara lain adalah makrosomia, malprensentasi, presentasi

ganda, disproporsi sefala pelvik, kelahiran dengan tindakan persalinan lama, persalinan presipitatus,

bayi kurang bulan, distosia bahu, dan akhirnya faktor manusia penolong persalinan. Lokasi atau

tempat trauma lahir sangat erat hubungannya dengan cara lahir bayi tersebut atau phantom yang

dilakukan penolong persalinan waktu melahirkan bayi. Dengan demikian cara lahir tertentu umumnya

mempunyai predisposisi lokasi trauma lahir tertentu pula. Secara klinis trauma lahir dapat bersifat

ringan yang akan sembuh sendiri atau bersifat laten yang dapat meninggalkan gejala sisa.

Selain trauma lahir yang disebabkan oleh faktor mekanis dikenal pula trauma lahir yang

bersifat hipoksik. Pada bayi kurang bulan khususnya terdapat hubungan antara hipoksik selama proses

persalinan dengan bertambahnya perdarahan per intraventrikuler dalam otak.

http://ayurai.wordpress.com/2009/05/24/askeb-neo-dengan-jejas-persalinan/

Page 25: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

TRAUMA PERSALINAN

Trauma kelahiran adalah kelahiran pada bayi baru lahir yang terjadi karena trauma kelainan

akibat tindakan, cara persalinan / gangguan yang diakibatkan oleh kelainan fisiologik persalinan

(Sarwono Prawirohardjo, 2001 :229)

1.2 Menurut A.H. Markum dkk (1991 : 266) Etiologi :

1.2.1 Makrosomia

1.2.2 Mal presentasi (bagian terendah janin yang tidak sesuai)

1.2.3 Presentasi ganda (bagian terendah janin lebih dari 1 bagian)

1.2.4 Disproporsi sephalo pelvik (ketidak sesuaian panggul dan kepala janin)

1.2.5 Kelahiran dan tindakan (proses persalinan yang tidak spontan tapi dengan menggunakan alat)

1.2.6 Persalinan lama (persalinan yang lebih dari 24 jam)

1.2.7 Persalinan presipitatus (persalinan dimana gejala Kala I tidak dirasakan sakit dan berakhir dengan

lahirnya bayi)

1.2.8 Bayi kurang bulan (bayi lahir dengan usia kehamilan 22 – 26 minggu)

1.2.9 Distosia bahu (kemacetan bahu)

1.3 Macam-macam (Dep.Kes. RI, 1997 : 28)

1.3.1 Trauma pada jaringan lunak

1.3.1.1Perlukaan Kulit

Diagnosis : Perlukaan pada bayi timbul pada persalinan dengan cunam atau vakum ekstraktor

Tindakan : Bersihkan daerah luka

Beri antiseptik lokal

1.3.1.2Kaput Suksedaneum

Page 26: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Pengertian : Pembengkakan pada suatu tempat dan kepala / adanya timbunan getah bening bawah

lapisan apenorose di luar periostium.

Etiologi

Karena adanya tekanan pada kepala oleh janin lahir baik pada :

Partus lama, Persalinan dengan vacum ekstraksi

Kaput suksedanum terjadi bila :

Ketuban sudah pecah, His cukup kuat, makin kuat his, makin besar caput suksedaneum, Anak hidup,

tidak terjadi pada anak yang mati, Selalu terjadi pada bagian yang terendah dari kepala.

Tanda / gejala :

Adanya odem di kepala berwarna kemerahan, Pada perabaan terasa lembut dan lunak, Odema

melampaui sela-sela tengkorak. Batas tidak jelas, Menghilang 2-3 hari tanpa pengobatan.

Patofisiologi :

Persalinan dengan vacum forcep, Partus lama , Tekanan daerah kepala sub periostal, Kerusakan

jaringan sub periostal, Kerusakan integritas jaringan

Nutrisi, Injury, Eliminasi alvi

Tindakan : Kelainan ini tidak memerlukan pengobatan khusus, biasanya menghilang dalam beberapa

hari setelah lahir.

1.3.1.3Sephal hematoma

Pengertian : Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan oleh

perdarahan subperiostium.

Etiologi

Tekanan jalan lahir terlalu lama pada kepala waktu persalinan, Moullage terlalu keras, selaput

tengkorak robek

Partus dengan tindakan :

Forcep, Vacum ekstraksi, Frekuensi 0,5 – 2% dari kelahiran hidup

Tanda / gejala :

Kepala bengkak dan merah

Batas jelas

Pada perabaan mula-mula lunak, lambat laun keras.

Menghilang pada waktu beberapa minggu.

Page 27: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Patofisiologi :

Partus lama , Moulage terlalu keras, Persalinan dengan vacum dan forcep, Tekanan daerah kepala sub

periostal, Perdarahan, Kerusakan jaringan sub periostal, Kerusakan integritas jaringan,

Nutrisi, Injury, Eliminasi alvi

Tindakan : Bila tidak ada gejala lanjut, kelainan ini tidak memerlukan tindakan khusus, karena akan

menghilang dengan sendirnya setelah 3-4 bulan.

1.3.1.4Trauma Muskulus Sternokleidomastoideus

Diagnosis : Minggu pertama terdapat tumor berdiameter 1,2 cm pada muskulus

sternokleidomastoideus. Berbatas tegas, sukar digerakkan dari dasarnya. Kepala serta leher bayi

cenderung miring ke arah otot yang sakit. Akan terjadi penyembuhan sendiri, tetapi otot menjadi lebih

pendek dari normal. Tumor ini timbul akibat perlukaan yang menimbulkan hematoma ketika

melahirkan kepala bayi pada persalinan letak sungsang.

Tindakan : Lakukan fisioterapi dengan menggerakkan kepala bayi ke kanan dan ke kiri setiap hari 5-10

kali.

Beri antiseptik lokal

1.3.2Trauma pada Susunan Saraf

1.3.2.1Paralisis Pleksus Brakialis

Kelainan ini dibedakan atas :

Paralisis Duchenne – Erb

Paralisis Klumpke

Etiologi : Akibat tarikan kuat di daerah leher saat bayi lahir sehingga terjadi kerusakan pada pleksus

brakialis.

Diagnosis : - Paralisis Duchene – Erb

Terjadi kelemahan pada lengan untuk fleksi, abduksi serta memutar keluar disertai hilangnya refleks

biseps dan moro. Lengan pada posisi aduksi dan memutar ke dalam dengan lengan bawah proslasi

dan telapak tangan ke arah belakang

Paralisis Klumpke

Timbulnya kelemahan pada otot fleksor pergelangan sehingga bayi kehilangan refleks mengenal.

Paralisis ini jarang terjadi.

Tindakan : Rujuk ke rumah sakit untuk fisioterapi

1.3.2.2Paralisis Nervus Fasialis

Page 28: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Diagnosis : - Timbul gejala separuh muka bayi tidka dapat digerakkan. Kelainan ini terjadi akibat

tekanan perifer pada Nervus fasialis saat lahir

Sering terjadi pada persalinan dengan ekstraksi cuman

Tindakan : - Bila kelainan pada saraf VIII hanya berupa edema. Biasanya sembuh dalam beberapa hari

tanpa tindakan khusus. Jika 1 minggu tidak ada perubahan, segera rujuk / konsultasi ke rumah sakit

1.3.2.3Paralisis Nervus Frenikus

Etiologi : Kelahiran sungsang regangan pada pleksus brakialis yang menyebabkan regangan pada

Nervus Frenikus karena jalannya bersamaan

Tindakan : - Terjadi paralisis pada Nervus Frenikus yang bersifat unilateral atau bilateral terjadi

paralisis diafragma. Paralisis nervus frenikus biasanya menyertai paralisis duchene – Erb dan

diafragma yang terkena biasanya diafragma kanan sehingga bila ada paralisis Duchene – Erb

perhatikan pernapasan bayi.

Pada paralisis berat, bayi dapat memperlihatkan sindrome gangguan pernapasan dengan dispne dan

sianosis.

Tindakan : Rujuk ke rumah sakit

1.3.3Perdarahan Intrakranial

Diagnosis : - Terdapat gejala asfiksia yang sukar diatasi

Setengah sadar, merintih

Sesak napas

Pucat

Muntah

Ada kalanya dengan kejang

Gejala neurologi yang timbul akan bervariasi, tergantung pada tempat dan luasnya kerusakan jaringan

otak yang diakibatkan oleh perdarahan tersebut.

Tindakan : - Vitamin K injeksi 12 mg/im untuk bayi aterm dan 1 mg untuk bayi preterm

Hindari manipulasi

Rujuk ke rumah sakit

1.3.4Patah Tulang

1.3.4.1Fraktura Klavikula

Etiologi : - Bayi besar

Persalinan letak sungsang dengan lengan menumbuk ke atas

Page 29: Trauma Pada Bayi Baru Lahir

Sering timbul kesulitan dalam melahirkan bahu

Diagnosis : - Timbul kelemahan pada lengan sisi yang terkena disertai menghilangnya refleks moro

pada sisi tersebut

Bisa dengan palpasi dan jika perlu dengan potret rontgen

Tindakan : Imobilisasi dengan menggunakan “Ransel Verband”

1.3.4.2Fraktura Humeri

Etiologi : - Kesalahan teknis dalam melahirkan lengan pada persalinan kepala

Letak sungsang denganlengan menumbung ke atas

Diagnosis : - Lengan pada sisi terkena tidak dapat digerakkan disertai menghilangnya reflek moro

Tindakan : - Imobilisasi lengan selama 2,4 minggu

Rujuk ke rumah sakit

1.3.4.3Fraktura Femoris

Etiologi : - Kesalahan teknis dalam persalinan letak sungsang

Kelainan ini jarang terjadi

Diagnosis : - Imobilisasi

Rujuk ke rumah sakit