Trauma Kapitis Sv Vk

download Trauma Kapitis Sv Vk

of 41

Transcript of Trauma Kapitis Sv Vk

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    1/41

    CEDERA KEPALA

    (HEAD INJURY)

    A. Definisi

    Cedera kepala merupakan proses dimana terjadi trauma langsung atau

    deselerasi terhadap kepala yang menyebabkan kerusakan tengkorak dan otak.

    B. Etiologi dan Epidemiologi

    Cedera kepala merupakan penyebab yang sering menimbulkan morbiditas

    maupun mortalitas. Sekitar 80% penderita cedera yang datang keruang emergensi

    selalu disertai dengan cedera kepala. Sebagian besar penderita cedera kepala

    disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, berupa tabrakan sepeda motor, mobil,

    sepeda dan penyebrang jalan yang ditabrak. Sisanya disebabkan oleh jatuh dari

    ketinggian, tertimpa benda (misalnya ranting pohon, kayu, dsb), olahraga, korban

    kekerasan (misalnya senjata api, golok, parang, batang kayu, palu,dsb), dan lain-

    lain.

    C. Anatomi dan Fisiologi

    1. Kulit Kepala (SCALP)

    a) S : Skin atau kulit

    Sifatnya tebal dan mengandung banyak kelenjar keringat

    b) C : Connective Tissue atau jaringan penyambung/subkutis

    Merupakan jaringan ikat lemak yang memlki septa septa yang kaya

    akan pembuluh darah terutama diatas galea. Pembuluh darah tersebut

    merupakan anastomosis antara arteri karotis interna dan eksterna.

    Serabut saraf sensorik kulit kepala terdaat dilapisan S dan C, oleh

    karena itu anestesi infiltrasi ditujukan pada daerah ini.

    c) A : Aponeurosis atau galea aponeurotika)

    Lapisan ini merupakan lapisan terkuat, berupa fasia yang melekat pada

    tiga otot yaitu :

    1

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    2/41

    1. Ke anterior : m. Frontalis

    2. Ke posterior : m. Occipitalis

    3. Ke lateral : m. temporoparietalis

    d) L : Loose Areolar tissue (jaringan areolar longgar)

    Lapisan ini mengandung vena emissary yang merupakan vena tanpa

    katup (valveless vein) yang menghubungkan SCALP, vena diploica,

    dan sinus vena intrakranial. Hematoma yang terjdi pada lapisan ini

    disebut subgaleal hematom yang merupakan jenis hematom yang

    paling sering ditemukan setelah cedera kepala, terutama pada anak-

    anak. Jangan melakukan aspirasi terhadap hematom ini karena risiko

    tingi infeksi kecuali terjadi subgaleal hematom masif yang harusdilakukan aspirasi dan balut tekan untuk mencegah penumpukan

    kembali cairan pada subgaleal. Sebab jika terjadi infeksi pada daerah

    ini, akan mudah menyebar ke intrakranial.

    e) P : Perikranium (periosteum yang melapisi tulang tengkorak)

    Lapisan ini melekat erat terutama pada sutura yang menghubungkannya

    dengan endosteum (lapisan permukaan dalam tulang tengkorak).

    Hematom diantara lapisan periosteum dan tulang tengkorak disebut

    cephal hematoma (subperiosteal hematoma). Hematom ini terutama

    terjadi pada neonatus yang disebabkan oleh pergesekan dan perubahan

    bentuk tulang tengkorak saat di jalan lahir atau terjadi setelah fraktur

    tulang tengkorak.

    2. Tulang Tengkorak

    a) Kubah (kalvaria), khususnya di regio temporal adalah tipis, namun

    dilapisi oleh otot temporalis.

    b) Basis kranii, berbentuk tidak rata sehingga dapat melukai bagian dasar

    otak saat bergerak akibat proses akselerasi dan deselerasi.

    c) Rongga tengkorak dasar

    Fosa anterior : lobus frontalis

    2

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    3/41

    Fosa media : lobus temporalis

    Fosa posterior : ruang bagi bagian bawah batang otak dan

    serebelum

    3. Meningen

    Selaput ini menutupi seluruh permukaan otak dan terdiri dari 3 lapisan :

    a) Duramater

    Merupakan selaput yang keras, terdiri atas jaringan ikat fibrosa yang

    melekat erat pada permukaan dalam dari kranium. Pada beberapa

    tempat tertentu, duramater membelah menjadi 2 lapis membentuk

    sinus venosus besar yang mengalirkan darah vena ke sinus transversus

    dan sinus sigmoideus (dominan di sebelah kanan). Arteri-arteri

    meningea terletak antara duramater dan permukaan dalam dari

    kranium (ruang epidural). Yang paling sering mengalami cedera

    adalah arteri meningea media yang terletak pada fossa temporalis

    (fossa media).

    b) Arachnoid

    Merupakan lapisan yang tipis dan tembus pandang. Cairan

    serebrospinal bersirkulasi dalam ruang sub arachnoid.

    c) Piamater

    Merupakan lapisan yang melekat erat pada korteks serebri.

    4. Otak

    a) Serebrum

    Terdiri atas hemisfer kanan dan kiri, yang dipisahkan oleh falks

    serebri, yaitu lipatan durameter dari sisi inferior sinus sagitalis

    superior. Pada hemisfer serebri kiri terdapat pusat bicara manusia yang

    bekerja dengan tangan kanan, dan juga pada lebih dari 85 % orang

    kidal. Hemisfer otak yang mengandung pusat bicara sering disebut

    sebagai hemisfer dominan.

    3

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    4/41

    Lobus frontal berkaitan dengan fungsi emosi, fungsi motorik, dan pada

    sisi dominan mengandung pusat ekspresi bicara (area bicara motorik).

    Lobus parietal berhubungan dengan fungsi sensorik dan orientasi

    ruang. Lobus temporal mengatur fungsi memori tertentu. Lobus

    oksipital bertanggung jawab dalam proses penglihatan.

    b) Serebelum

    Bertanggung jawab dalam fungsi koordinasi dan keseimbangan,

    terletak dalam fossa posterior, berhubungan medula spinalis, batang

    otak, dan juga kedua hemisfer serebri.

    c) Batang Otak

    Terdiri atas mesensefalon (midbrain), pons, dan medula oblongata.

    Mesensefalon dan pons bagian atas berisi sistem aktivasi retikular

    yang berfungsi dalam kesadaran dan kewaspadaan. Pada medua

    oblongata terdapat pusat kardiorespiratorik, yang terus memanjang

    sampai medula spinalis.

    4

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    5/41

    Komponen otak yang mempengaruhi Tekanan Intrakranial

    1. Cairan Serebro Spinal (CSS)

    CSS dihasilkan oleh plleksus khoroideus di atap ventrikel dengan

    kecepatan produksi 20 ml/jam. CSS mengalir dari ventrikel lateral

    melalui foramen Monro menuju ventrikel III, akuaduktus dari Sylvius

    menuju ventrikel IV. Selanjutnya CSS keluar dari sistem ventrikel dan

    masuk ke dalam ruang subarachnoid yang berada di seluruh permukaanotak dan medula spinalis. CSS akan direabsorpsi ke dalam sirkulasi vena

    melalui granulasio arachnoid yang terdapat pada sinus sagitalis superior.

    Adanya darah dalam CSS akan menyumbat granulasio arachnoid sehingga

    mengganggu penyerapan CSS dan menyebabkan kenaikan TIK

    (hidrosefalus komunikans paska trauma).

    2. TekananIntrakranial

    Berbagai proses patologis yang mengenai otak dapat menyebabkan

    kenaikan Tekanan Intra Kranial (TIK; n=10 mmHg), keadaan ini akan

    menurunkan perfusi otak dan menyebabkan atau memperberat iskemia.

    3. Aliran Darah ke Otak (ADO)

    5

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    6/41

    Normalnya antara 50-55 mL/100 gr jaringan otak/menit. Cedera otak

    berat sampai koma dapat menurunkan 50 % ADO dalam 12 jam pertama

    sejak trauma. ADO biasanya akan meningkat dalam 2-3 hari berikutnya,

    tetapi pada penderita yang tetap koma, ADO di bawah normal sampai

    beberapa hari/minggu kemudian. ADO yang rendah tidak dapat

    mencukupi kebutuhan metabolisme otak segera setelah trauma, sehingga

    mengakibatkan iskemi otak (fokal/difus).

    Doktrin Monro-Kellie

    Konsep utamanya adalah bahwa volume intrakranial harus selalu konstan karenarongga kranium pada dasarnya merupakan rongga yang rigid. Segera setelah trauma,

    massa (gumpalan darah) dapat terus bertambah sementara TIK masih dalam batas

    normal. Saat pengaliran CSS dan darah intravaskuer mencapai titik dekompensasi,

    TIK akan cepat meningkat.

    D. Klasifikasi dan Patofisiologi Cedera Kepala

    1. Berdasarkan Mekanisme

    a) Cedera tumpul : biasanya berkaitan dengan kecelakaan kendaraan

    bermotor, jatuh, atau pukulan benda tumpul.

    b) Cedera tembus disebabkan oleh luka tembak atau tusukan.

    6

    L O A V

    M

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    7/41

    2. Berdasarkan Berat

    a) Cedera ringan : penderita sadar dan berorientasi (GCS 14-15).

    b) Cedera sedang : penderita biasanya tampak kebingungan atau

    mengantuk, namun masih mampu menuruti perintah (GCS 9-13).

    c) Cedera berat : penderita tidak mampu melakukan perintah sederhana

    karena kesadaran yang menurun (GCS 3-8).

    3. Berdasarkan Morfologi

    a) Fraktur Kranium

    Adanya tanda-tanda, seperti : ekimosis periorbital (raccon eyes sign),

    ekimosis retroeurikuler (battle sign), kebocoran CSS (rhinorrhea,

    otorrhea), paresis N VII, dan kehilangan pendengaran yang dapat timbul

    segera atau beberapa hari posttrauma.

    7

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    8/41

    Klasifikasinya :

    1) Kalvaria

    a. Fraktur linear (garis)

    Merupakan garis fraktur tunggal pada tulang tengkorak yang

    meliputi seluruh ketebalan tulang. Bila fraktur linear melibatkan

    rongga udara perinasal maka ada kemungkinan untuk timbulnya

    rinorea atau otau otorea LCS.

    8

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    9/41

    b. Fraktur DiastaseAdalah fraktur yang terjai pada sutura sehingga terjadi pemisahan

    sutura kranial. Sering terjadi pada anak dibawah usia 3 tahun.

    c. Fraktur communited

    Fraktur dengan dua atau lebih fragmen fraktur

    d. Fraktur Depressed

    Adalah fraktur dengan tabula eksterna pada satu atau lebih tepi

    fraktur tergeer dibawah tingkat dari tabula interna tulang tengkorak

    utuh sekelilingnya. Fraktur jenis ini terjadi bila energi benturan

    relatif besar terhadap area benturan yang relatif kecil, misalnya

    benturan oleh kayu, batu, pipa besi, martil. Pada gambaran

    radiologis akan terlihat suatu area double density lebih radio

    opaq karena ada bagian tulang yang tumpang tindih.

    2) Basilar

    Yaitu fraktur yang terjadi pada tulang yang membentuk dasar

    tengkorak.

    9

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    10/41

    Jenisnya :

    a. Fraktur Basis Cranii Fossa Anterior

    Bagian posteriornya dibatasi oleh os. Sphenoid, prosessus

    clinoidalis anterior dan jugum sphenoidalis

    Manifestasi klinisnya :

    Ekimosis periorbita bisa bilateral dan disebut brill

    hematoma atau racoon eyes,anosmia jika cedera melibatkan

    N. Olfctorius, Rhinorea.

    b. Fraktur basis cranii Foss Media

    Bagian anteriornya langsung berbatasan dengan fossa

    anterior sedangkan bagian posteriornya dibatasi olehyamida os petrosus, os tempoalis, prosesus clinoidalis

    posterior dan dorsum sella. Manifestasi klinisnya :

    ecchimosis pada mastoid (battles sign), otorrhea,

    hemotympanum (bila membran tympaninya robek),

    kelumpuhan N.VII dan N. VIII (hal ni terutama terjadijika

    garis frakturnya transversal terhadap aksis pyramida

    petrosus). Carotid-cavernosusfistula (CCF) yang ditandai

    dengan chymosis, sakit kepala, adanya bruit, exophtalmus

    yang berdenyut.

    c. Fraktur Basis Cranii Fossa posterior

    Merupakan dasar ari kompartment infratentorial. Sering

    tidak disertai gejala dan tanda yang jelas, tetapi dapat

    segera menyebabkan kematian karena penekanan terhadap

    batang otak. Kadang-kadang terdapat battles sign

    10

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    11/41

    Lesi Intrakranial

    1) Fokal

    Merupakan kerusakan yang melibatkan bagian-bagian tertentu dari otak,bergantung pada mekanisme cedera yang terjadi.

    a. Epidural Hematom (EDH)

    Relatif jarang ( 0,5 %) dari semua cedera otak dan 9 % dari penderita

    yang mengalami koma. EDH terletak di luar dura tetapi di dalam rongga

    tengkorak dan cirinya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung.

    Sering terletak di area temporal atau temporoparietal yang dan biasanya

    disebabkan oleh robeknya a. Meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.

    A. Meningea media ini masuk dalam tengkorak melalui foramen spinosum

    dan jalan antara duramater dan tulang di permukaan dalam os temporale. Pada

    fase awal biasanya penderita tidak menunjukkan gejala dan tanda. Baru

    11

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    12/41

    setelah hematom bertambah besar akan terlihat tanda pendesakan dan

    peningkatan tekanan intrakranial. Penderita akan mengalami sakit kepala,

    mual dan muntah diikuti dengan penurunan kesadaran. Gejala neurologik

    yang terpenting adalah pupil anisokor, bahkan pelebaran pupil unilateral akan

    mencapai maksimal dan reaksi cahaya akan menjadi negatif. Pada tahap akhir,

    kesadaran akan menurun sampai koma dalam, pupil kontralateral juga

    mengalami pelebaran sampai akhirnya kedua pupil tidak menunjkkan reaksi

    cahaya lagi yang merupakan tanda kematian. Ciri khas hematom epidural

    murni adalah adanya lucid interval. Tapi jika disertai cedera pada otak, lucid

    interval tidak akan terlihat. Lucid interval adalah hilangya kesadaran pada

    awal trauma, kemudian pasien sadar lagi (tenang) dan disusul dgn koma. EDHini merupakan emergensi bedah saraf. Terapinya hanya dengan operasi.

    12

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    13/41

    b. Subdural

    Hematom ini disebabkan oleh trauma otak yang menyebabkan

    robeknya vena didalam ruang arachnoid (vena-vena kecil di permukaan

    korteks serebri). Pembesaran hematom akibat robeknya vena memerlukan

    waktu yang lama. Lebih sering terjadi (30 % cedera kepala berat) akibat

    robeknya. Biasanya perdarahan menutupi seluruh permukaan hemisfer otak.

    Hemtom subdural dibagi menjadi hematom subdural akut bila gejala timbul

    pada hari pertama sampai hari ketiga, subakut bila timbul antara hari ketiga

    hingga minggu ketiga, dan kronik bila timbul sesudah minggu ketiga.

    Hematom subdural akut dan kronik memberikan gambaran klinis suatu prosesdesak ruang (space occupying lession) yangprogresif sehingga tidak jarang

    diangap sebagai neoplasma atau demensia. Penanggulangannya terdiri atas

    trepanasi dan evekuasi hematom. Biasanya kerusakan otak di bawahnya lebih

    berat dan prognosisnya jauh lebih buruk dari EDH.

    c. Kontusio dan Hematom Intraserebral (ICH)

    Hematom Intraserebral Adalah hematom yang terbentk pada jaringan

    otak (parenkim) sebagai akibat dari adanya robekan pembuluh darah.

    Terutama melibatkan lobus frotal dan temporal (80-90%) tetapi juga dapat

    13

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    14/41

    melibatkan korpus callosum, batang otak, dan ganglia basalis. Gejala dan

    tanda tergantung ukuran dan lokasi hematom. Pada CT-Scan terlihat

    gambaran hiperdens yang homogen dan berbatas tegas. Disekitar lesi akan

    disertai edem perifokal. Jika hematom tersebut berdiameter kurang dari 2/3

    diameter lesi,maka keadaan tersebut kontusio. Kontusio ini terjadi (20-30%

    dari cedera otak berat) dan sebagian besar terjadi di lobus frontal dan lobus

    temporal. Kontusio serebri dapat dalam beberapa jam atau hari berubah

    menjadi ICH yang membutuhkan tindakan operasi. Hal ini timbul pada lebih

    kurang 20% dari penderita dan cara mendeteksi terbaik adalah dengan

    mengulang CT-Scan dalam 12-24 am setelah CT-Scan pertama. Jika ICH ini

    disertai dengan SDH dan kontusio atau laserasi pada daerah yang sama makadisebut burs lobe.

    2) Difusa

    Merupakan suatu keadaan patologis penderita koma (penderita yang

    tidak sadar sejak benturan kepala dan tidak mengalami suatu interval lucid)

    tanpa gambaran SOL (space-occupying lession) pada CT-Scan atau MRI.

    Paling sering disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas dengan kecepatan tinggisehingga terjadi mekanisme akselerasi dan deselerasi. Angulasi, rotsi dan

    peregangan yang timbul menyebabkan robekan seraut saraf pada bebagai

    tempat yang sifatnya menyeluruh (difus).

    14

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    15/41

    a. Konkusi Yaitu Hilangnya kesadaran sementara setelah trauma

    kepala dan terjadi tanpa kerusakan struktur otak. Konkusi ini

    berlangsung bbrp menit sampai beberapa jam, Setelah sadar

    pasien pusing dan bingung.Dapat terjadi hilangnya kesadaran

    yaitu :

    Hilangnya daya ingat setelah kejadian

    Amnesia post traumatic

    Hilangnya daya ingat sebelum kejadian

    Amnesia anterograde

    b. Cedera Aksonal Difusa atauDiffuse axonal Injury (DAI)

    Adanya kerusakan axon yang difus dalam hemisfer serebri, korpus

    callosum, batang otak, dan serebelum (pedenkulus).

    Awalnya kekuatan renggang pada saat benturan melebihi levelketahanan akson sehingga terjadi sobekan atau fagmentasi

    aksolemma , keteraturan susunan sitoskeleton akson menjadi rusak.

    Terjadi pada saat benturan, tetap ada yang memberi batas waktu

    dala 60 menit sejak kejadian.

    15

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    16/41

    Aksolemma dan susunan membran pada awalnya masih utuh,

    walaupun susunan sistoskeleton terganggu. Penghantaran

    aksosplasma akan terbendung pada sistoskeleton yang menjadi

    kerusakan sehingga terjadi pembengkakan akson (retraction ball)

    yang pada akhirnya akan menyebabkan putusnya akson.

    Gambaran DAI secara klinis ditandai dengan koma sejak kejadian.

    Klasifikasi :

    Ringan : koma 6-24 jam. Jarang.

    Sedang : koma > 24 jam. Paling sering. 45%.

    Tanpa tanda-tanda batang otak menonjol.

    Berat : koma > 24 jam. Mematikan. 36%.

    4. Diagnosis

    a) Pemeriksaan

    1. Neurologis

    (1) Tingkat Kesadaran

    Tingkat kesadaran dinilai dengan Glasgow Coma Scale (GCS).

    Penilaian ini harus dilakukan secara periodik untuk menilai perbaikan

    16

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    17/41

    atau perburukan keadaan pasien. Tingkat kesadaran tidak akan

    terganggu jika cedera hanya terbatas pada satu hemisfer otak, tetapi

    menjadi progresif memburuk jika kedua hemisfer mulai terlibat, atau

    jika ada proses patologis akibat penekanan atau cedera pada batang

    otak.

    Respon Mata 1 tahun 0-1 tahun

    4 Membuka Mata Spontan

    3 Membuka Mata dengan perintah

    2 Membuka Mata karena Nyeri

    1 Tidak membuka mata

    Respon

    Motorik 1 tahun 0-1 tahun

    6 Mengikuti Perintah Belum dapat Dinilai5 Melokalisasi Nyeri

    4 Menghindari Nyeri

    3 Fleksi Abnormal (Dekortikasi)

    2 Ekstensi Abnormal (Deserebrasi)

    1 Tidak Ada Respon

    Respon

    Verbal 5 tahun 2-5 tahun 0-2 tahun

    5

    Orientasi baik

    dan mampuberkomunikasi

    Meyebutkan

    kata-kata yangsesuai

    Menangis kuat

    4

    Disorientasi tapi

    mampu

    berkomunikasi

    Menyebutkan

    kata-kata yang

    tidak sesuai

    Menangis

    lemah

    3

    Menyebutkan

    kata-kata yang

    tidak sesuai

    (kasar, jorok)

    Menangis dan

    menjerit

    Kadang-

    kadang

    menangis atau

    menjerit

    2Mengeluarkan

    suara

    Mengeluarkan

    suara lemah

    Mengeluarkan

    suara lemah

    1 Tidak ada responTidak ada

    respon

    Tidak ada

    respon

    17

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    18/41

    (2) Pupil dan Pergerakan Bola Mata, Termasuk Saraf Kranial

    Penilaian pupil menunjukkan fungsi mesensefalon dan sangat

    penting pada cedera kepala, karena :

    Bagian kepala yang mengendaikan kesadaran seara antomis

    terletak berdekatan dengan pusat yang mengatur reaksi pupil.

    Saraf yang mengendalikan reaksi pupil relatif resisten terhadap

    gangguan metabolik, sehingga bisa membedakan koma-metabolik

    atau koma struktural.

    Reaksi okulosefalik (Dolls head eye phenomenon) dan reaksi

    terhadap tes kalori (okulovestibuler) menunjukkan fungsi medla

    oblongata dan pons. Jangan melakukan pemeriksaan okulosefalik jika

    cedera servikal beum dapat disingkirkan. Reaksi okulovestibuler lebih

    superior daripada reaksi okulosefalik.

    (3) Reaksi Motorik Berbagai Rangsang Dari Luar

    18

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    19/41

    Kekuatan rangsangan yang dibutuhkan untuk memicu reaksi dari

    penderita (spontan, rangsangan suara, nyeri, atau tanpa respon)

    berbanding lurus dengan dalamnya penurunan kesadaran.

    (4) Reaksi Motorik Terbaik

    Terbagi atas :

    Gerakan bertujuan jelas

    Kekuatan gerakan harus dinilai menjadi :

    o +5 : kekuatan gerakan normal

    o +4 : kekuatan gerakan mendekati normal

    o +3 : mampu melawan gravitasi

    o +2 : dapat bergeser, tidak dapat melawan gravitasi

    o +1 : tampak gerakan otot, tapi belum bergeser

    Gerakan bertujuan tidak adekuat

    Postur fleksor

    Postur ekstensor

    Diffise muscle flacciditty

    (5) Pola Pernapasan

    Pernapasan merupakan suatu kegiatan sensorimotor terintegrasi

    dari keterlibatan berbagai saraf yang terletak pada hampir semua

    tingkat otak dan bagian atas spinal cord. Kerusakan pada berbagai

    tingkat pada SSP akan memberikan gambaran pola pernapasan yang

    berbeda.

    2. Radiologis

    (1) Foto Polos Kepala

    Foto polos kepala dibuat dalam 2 posisi, AP dan lateral. Untuk

    foto lateral, posisi film ditempatkan pada sisi dengan jejas yang

    dicurigai ada fraktur. Jika terdapat kecurigaan fraktur pada kedua sisi,

    foto lateral sebaiknya dibuat pada kedua sisi

    19

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    20/41

    Foto polos kepala sudah sangat jarang digunakan, cukup berguna

    untuk cedera kepala yang disertai luka tembus atau fraktur tulang

    tengkorak.

    (2) Foto Servikal

    Foto servikal dibuat terutama posisi lateral, kadang-kadang

    diperlukan posisi frontal.

    Indikasi :

    Penderita tidak sadar atau dengan penurunan kesadaran.

    Penderita yang sadar dan mengeluh nyeri.

    Ada jejas di atas klavikula, sehubungan dengan mekanisme cedera.

    Setiap penderita dengan kecurigaan trauma servikal.

    (3) CT-Scan

    Pemeriksaan ini meliputi foramen magnum hingga verteks, dan

    setiap pemotongan akan sejajar dengan orbitomeatal line untuk

    menghindari radiasi terhadap lensa mata. Sebaiknya tebal pemotongan

    gambar adalah 5 mm, terutama pada fosa posterior untuk menghindari

    adanya lesi kecil yang terlewatkan.

    Indikasi :

    GCS < 15

    Cedera kepala ringan yang disertai fraktur tulang tengkorak.

    Ada tanda klinis fraktur basis kranii.

    Disertai kejang.

    Ada tanda neurologis fokal.

    Sakit kepala yang menetap.

    E. Penatalaksanaan

    (Skema Triase)

    20

    GCS 8

    Ya Tidak

    P / M unekual

    Ya

    Tidak

    Kelola Gadar

    CT Cito

    C-Kepala

    terbukaYa

    Tidak

    NeurologiNormal

    Tidak

    Ya

    TS - / 5 /

    Risiko

    Ya

    Tidak

    Pulang +Pesan

    Kelola Gadar

    CT Elektif

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    21/41

    (Resiko Cedera Kepala)

    RENDAH MODERAT TINGGI

    Asimptomatis

    Dizziness

    Laserasi skalp

    Abrasi skalp

    Perubahan kesadaran

    Sakit kepala progresif

    Intoksikasi alkohol/obat

    Riwayat tidak sesuai

    perforasi tengkorak / fraktur depress

    cedera wajah serius

    Kesadaran rendah

    Gejala fokal

    Penurunan

    kesadaran

    Cedera penetrasi

    Fraktura depress

    a) Primary Survey

    (1) Airway

    Membersihkan jalan nafas dengan memperhatikan kontrol

    servikal. Pasang servikal collar untuk immobilisasi servikal sampai

    terbukti tidak ada cedera servikal. Intubasi endotrakeal dini harus

    segera dilakukan pada penderita koma.

    (2) Breathing

    Penderita diberikan ventilasi dengan oksigen 100 % sampai

    diperoleh hasil pemeriksaan analisis gas darah dan dapat dilakukan

    21

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    22/41

    penyesuaian yang tepat terhadap FiO2. Penggunaan pulse oksimeter

    sangat bermanfaat untuk memonitor saturasi O2 (target > 98%).

    (3) Circulation

    Hipotensi merupakan petunjuk adanya kehilangan darah yang

    cukup berat, walaupun tidak selalu tampak jelas. Pada penderita yang

    hipotensi, harus segera distabiisasi untuk mencapai euvolemia, segera

    lakukan pemberian cairan untuk mengganti volume yang hilang

    dengan perbandigan 3:1 (300 ml RL/100 mL darah yang hilang).

    (4) Disability (Penilaian neurologis cepat)

    Tingkat kesadaran cara AVPU / GCS :

    A = alert.V = respon terhadap rangsangan verbal.

    P = respon terhadap rangsangan nyeri.

    U = tidak ada respon.

    Pupil :

    1. Ukuran.

    2. Reaksi cahaya.

    (5) Exposure

    Untuk mencari tanda-tanda trauma di tempat lain.

    b) Secondary Survey

    1. Cedera Kepala Ringan

    (1) Riwayat :

    Nama, umur, jenis kelamin, ras, pekerjaan

    Mekanisme cedera, waktu cedera, kesadaran setelah cedera,

    tingkat kewaspadaan

    Amnesia (Retrograde/antegrade), Sakit kepala (Ringan, sedang

    atau berat)

    (2) Pemeriksaan Umum untuk menyingkirkan cedera sistemik

    (3) Pemeriksaan neurologis

    22

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    23/41

    (4) Radiografi tengkorak, servikal, dll sesuai indikasi

    (5) Pemeriksaan kadar alkohol darah dan zat toksik dalam urin

    (6) CT-Scan

    (7) Kriteria Rawat :

    Amnesia post traumatika jelas (> 1jam )

    Riwayat kehilangan kesadaran

    Penurunan tingkat kesadaran

    Nyeri kepala sedang hingga berat

    Intoksikasi alkohol atau obat

    Fraktur tengkorak

    Kebocoran CSS, Otorrhea, atau rinorrhea

    Cedera penyerta yang jelas

    Tidak punya orang serumah yang dapat bertanggung jawab

    CT-Scan Abnormal atau tidak ada

    Semua cedera tembus

    (8) Kriteria pemulangan

    Tidak memenuhi kriteria rawat

    Diskusikan kemungkinan kembali kerumah sakit bila keadaan

    memburuk dan berikan lembaran observasi

    Jadwalkan untuk kontrol ulang (1 minggu)

    2. Cedera Kepala Sedang

    (1) Pemeriksan Awal :

    (2) Sama dengan cedera kepala ringan tapi ditambah pemeriksaan darahsederhana dan EKG

    (3) Pemerksaan CT-Scan untuk semua kasus dirawat untuk observasi

    (4) Setelah dirawat :

    Pemeriksan neurologis periodik (tiap setengah jam)

    23

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    24/41

    CT-Scan ulang pada hari ke-3 atau lebih awal bila ada perburukan

    atau akan dipulangkan

    Bila kondisi membaik (90%), dipulangkan dan kontrol dipoliklinik

    biasanya 2 minggu, 3 bulan, 6 bulan, dan bila perlu 1 tahun setelah

    cedera

    Bila keadaan memburuk segera lakukan CT-Scan ulang dan

    penatalaksanaan sesuai protokol cedera kepala berat

    3. Cedera Kepala Berat

    (1) Riwayat :

    Usia, jenis, dan saat kecelakaan.

    Penggunaan alkohol dan obat-obatan.

    Perjalanan neurologis.

    Perjalanan tanda-tanda vital.

    Muntah, aspirasi, anoksia, kejang.

    Riwayat peyakit sebelumnya, termasuk obat yang dipakai dan

    alergi.

    (2) Stabilisasi kardiopulmoner

    Jalan napas, intubasi dini

    Tekanan darah, normalkan segera dengan salin normal atau darah.

    Kateter Folley, NGT.

    Film diagnostik : Servikal, Abdomen, Perlvis, Tengkorak, dan

    Ekstremitas.

    (3) Pemeriksaan Umum

    (4) Tindakan emergensi untuk cedera yang menyertai

    Trakeostomi

    Tube dada

    Stabilisasi leher : kolar kaku, tong Gardner-Wells, dan traksi

    Parasentesis abdominal

    24

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    25/41

    (5) Pemeriksaan neurologis

    Kemampuan membuka mata

    Respon motor

    Respon verbal

    Reflek pupil

    Okulosefalik (dolls)

    Okulovestibuler (kalorik)

    (6) Obat-obat terapeutik

    Na Bikarbonat

    Manitol

    (7) Tes Diagnostik

    CT-Scan

    Ventrikulogram udara

    Angiogram

    c) Terapi Medikamentosa Cedera Otak

    Tujuan utamanya adalah mencegah terjadinya kerusakan sekunder terhadapotak yang telah mengalami cedera.

    i) Cairan Intravena

    Diberikan secukupnya untuk resusitasi agar penderita tetap dalam

    keadaan normovolemia. Jangan memberikan cairan hipotonik.

    Penggunaan cairan yang mengandung glukosa dapat menyebabkan

    hiperglikemia yang berakibat buruk pada otak yang cedera. Karena itu,

    cairan yang dianjurkan adalah larutan garam fisiologis atau Ringers

    Lactate.

    ii) Hiperventilasi

    Dilakukan dengan menurunkan PCO2 dan akan menyebabkan

    vasokonstriksi pembuluh darah otak. Sebaiknya dilakukan secara selektif

    25

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    26/41

    dan hanya pada waktu tertentu. Umumnya, PCO2 dipertahankan pada 35

    mmHg atau lebih, karena PCO2 < 30 mmHg akan menyebabkan

    vasokonstriksi serebri berat dan akhirnya iskemia otak. Hiperventilasi

    dalam waktu singkat (25-30 mmHg) dapat diterima pada keadaan

    deteriorasi neurologis akut.

    iii) Manitol

    Merupakan diuretik osmotik yang poten, digunakan untuk

    menurunkan TIK yang meningkat. Sediaan yang tersedia adalah cairan

    dengan konsentrasi 20%. Dosis yang diberikan adalah 1 g/kg BB

    intravena. Jangan diberikan pada pasien yang hipotensi. Indikasinya

    adalah deteriorasi neurologis yang akut seperti terjadinya dilatasi pupil,hemiparesis atau kehilangan kesadaran saat pasien observasi. Pada

    keadaan ini, berikan bolus manitol dengan cepat (dalam 5 menit) dan

    penderita langsung dibawa ke CT-Scan atau kamar operasi (bila sebab

    telah diketahui dengan CT-Scan).

    iv) Furosemid

    Diberikan bersama manitol, dosis yang biasa diberikan adalah 0,3-

    0,5 mg/kgBB diberikan secara intravena, tapi jangan diberikan pada

    pasien hipovolemik.

    v) Steroid

    Pemberiannya tidak dianjurkan karena menurut beberapa

    penelitian tidak menunjukkan manfaat.

    vi) Barbiturat

    Bermanfaat menurunkan TIK yang refrakter terhadap obat-obatan

    lain. Tapi jangan diberikan pada keadaan hipotensi dan hipovolemi

    vii)Antikonvulsan

    Epilepsi pascatrauma kadang terjadi, diduga berkaitan dengan

    kejang awal yang terjadi pada minggu pertama, perdarahan intrakranial,

    atau fraktur depresi. Fenitoin adalah obat yang biasa diberikan pada fase

    akut. Dosis dewasa awalnya adalah 1 g intravena dengan kecepatan

    26

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    27/41

    pemberian < 50 mg/menit dan dosis pemeliharaannya adalah 100 mg/8

    jam, dengan titrasi untuk mencapai kadar terapeutik serum. Pada pasien

    dengan kejang lama, diazepam atau lorazepam digunakan digunakan

    sebagai tambahan sampai kejang berhenti.

    d) Tatalaksana Bedah (Tidak berlaku bila mati batang otak)

    Dilakukan bila ada :

    Interval lucid (bila CT tak tersedia segera)

    Herniasi unkal (pupil/motor tidak ekual)

    Fraktura depress terbuka

    Fraktura depress tertutup > 1 tabula/1 cm

    Massa intrakranial dengan pergeseran garis tengah 5 mm

    Massa ekstra aksial 5 mm, uni / bilateral

    #5 & #6 (

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    28/41

    Lesi harus dikeluarkan atau dirawat oleh seorang ahli bedah saraf.

    Tindakan kraniotomi darurat dilakukan pada keadaan perdarahan

    intrakranial yang membesar dengan cepat dan mengancam jiwa.

    F. Prognosis

    Semua pasien harus mendapatkan terapi agresif sambil menunggu konsultasi

    dengan ahli bedah saraf.

    G. Komplikasi

    a) Komplikasi bedah

    1. Hematoma Intrakranial

    Dapat terjadi pada keadaan akut setelah cedera kepala atau delayed

    setelah beberapa waktu. Keberhasilan pengobatan tergantung padacepatnya diagnosis dan operasi evakuasi sesegera mungkin.

    2. Hidrosefalus

    (1) Komunikan, timbul karena adanya gangguan penyerapan CSS pada

    rongga subarachnoid terutama pada granulasi arachnoid. Gangguan

    timbul akibat adanya darah dalam rongga subarachnoid yang

    mengganggu aliran dan penyerapan CSS.

    (2) Nonkomunikan, timbul akibat penekanan oleh efek massa perdarahan

    yang terjadi, terhadap jalur aliran CSS dalam sistem ventrikel,

    sehingga aliran CSS terbendung.

    Diagnosisnya mutlak membutuhkan CT-Scan kepala, akan tampak

    pelebaran sistem ventrikel, termasuk pelebaran temporal horn, dan adanya

    periventrikular edema (terutama pada anterior horn). Jika terdiagnosis,

    maka harus dirujuk ke ahli bedah saraf untuk operasi diversi CSS (VP-

    shunt).

    3. Subdural Hematoma Kronis

    4. Cedera kepala terbuka

    5. Kebocoran CSS

    Terutama menyertai fraktur basis. Pada proses penyembuhan luka,

    umumnya kebocoran tersebut akan berhenti. Jika robekan durameter

    28

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    29/41

    terjepit pada garis fraktur dan menyebabkan kebocoran terus-menerus,

    maka perlu tindakan operatif.

    b) Komplikasi non bedah

    1. Kejang post traumatika

    Merupakan tanda cedera kortikal yang dapat timbul, baik secara

    dini, maupun lambat, dan biasanya terjadi karena cedera vertikal atau

    kerusakan pada lobus frontal, temporal ataupun parietal.

    2. Infeksi

    Infeksi pada cedera kepala umumnya disebabkan oleh kuman

    komensal yang berada di kulit (scalp). Penggunaan antibiotika harus

    disesuaikan dengan dugaan empiris kuman penyebab.3. Gangguan Keseimbangan cairan dan elektrolit

    Cedera kepala dapat menyebabkan gangguan aksis hipotalamus-

    hipofise, sehingga produksi ADH berkurang, ditandai denganproduksi

    urin menjadi berlebihan (dewasa > 250 cc/jam, anak > 3 cc/kgBB/jam),

    osmolaritas urin yang rendah (50-150 Osm/L), berat jenis urin rendah

    (1.001-1,005), kadar natrium serum normal atau meningkat,

    osmolaritas plasma meningkat, dengan fungsi adrenal yang normal

    4. Gangguan Gastrointestinal

    Penderita cedera kepala akan mengalami peningkatan rangsang

    simpatik yang mengakibatkan gangguan fungsi pertahanan mukosa

    sehingga mudah terjadi erosi. Anisipasinya adalah dengan pemberian

    obat antagonis H-2 reseptor dan inhibitor pompa proton, seperti

    simetidin, ranitidin, dan omeprazole.

    5. Neurogenic Pulmonary Edema (NPE)

    Jarang terjadi, umumnya menyertai cedera kepala yang berat.

    Mekanismenya :

    Peningkatan TIK yang cepat atau cedera langsung pada hipotalamus

    menyebabkan pelepasan rangsangan simpatik sehingga terjadi

    aliran darah yang meningkat ke paru-paru dengan peningkatan

    29

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    30/41

    PCWP (Pulmonary Capillary Wedge Pressure) dan peningkatan

    permeabilitas kapiler di paru.

    Pelepasan katekolamin yang akan mempengaruhi endotel kapiler

    (peningkatan permeabiitas alveolar)

    ILUSTRASI KASUS

    IDENTITAS PASIEN

    Nama : J

    30

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    31/41

    Jenis Kelamin : Laki-laki

    Umur : 21 tahun

    Suku Bangsa : Minangkabau

    Alamat : Tanjung Lansek

    Alloanamnesis (diberikan oleh istri) :

    Seorang pasien laki-laki usia 21 tahun dirawat di bangsal Neurologi RSAM

    Bukittinggi sejak tanggal 9 Agustus 2011 dengan :

    Keluhan Utama :

    Penurunan kesadaran sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit.

    Riwayat Penyakit Sekarang :

    Penurunan kesadaran sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit.

    Awalnya pasian mengendarai sepeda motor kemudian ditabrak dari belakang

    sehingga pasien terjatuh dan kepala terbentur ke jalan.

    Pasien kemudian dibawa berurut dan selanjutnya dibawa ke RS Batu Sangkar

    yang kemudian dirujuk ke RSAM.

    Terdapat juga luka gores pada tangan kanan tidak beraturan, banyak.

    Pasien tidak sadarkan diri 1 jam setelah kejadian, setelah sadar pasien tidak

    ingat dengan peristiwa sebelumnya.

    Pasien merasa mual dan muntah, muntah 1 kali, berisi makanan, muntah tidak

    menyemprot, darah pada muntah tidak ada.

    Keluar darah segar dari hidug, mulut dan telinga tidak ada.

    Riwayat Penyakit Dahulu :

    Tidak pernah mengalami cedera kepala sebelumnya.

    Riwayat Penyakit Keluarga :

    Tidak ada anggota keluarga yang menderita sakit seperti ini.

    31

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    32/41

    PEMERIKSAAN FISIK

    Status Generalis :

    Keadaan umum : sedang

    Kesadaran : somnolen. GCS E4M5V3

    Tekanan darah : 110/80 mmHg

    Nadi : 85x/menit, teratur

    Nafas : 18x/menit, teratur

    Suhu : 37,0oC

    Status Internus :

    Kulit : tidak ada kelainanKGB : tidak teraba pembesaran

    Kepala : hematom kepala kiri 3 x 3 cm

    Rambut : tidak ada kelainan

    Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, lebam di daerah

    orbita kiri

    Telinga : tidak ada kelainan.

    Hidung : tidak ada kelainan.

    Mulut : tidak ada kelainan

    Leher : JVP 5-2 cmH2O

    THORAK : - Paru: Inspeksi : simetris kiri da kanan

    Palpasi : fremitus normal kanan sama dengan kiri

    Perkusi : sonor

    Auskiltasi : vesikuler normal, ronchi (-), wheezing (-)

    - Jantung: Inspeksi : iktus tidak terlihat

    Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V

    Perkusi : batas-batas jantung dalam batas normal

    Auskultasi : irama teratur, murni, bising (-)

    - Abdomen : Inspeksi : tidak membuncit

    Palpasi : hepar dan lien tidak teraba

    32

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    33/41

    Perkusi : timpani

    Auskultasi : Bising usus (+) Normal

    - Punggung : Inspeksi : Penonjolan (-)

    Palpasi : Nyeri tekan (-)

    Perkusi : Nyeri ketok (-)

    - Anus dan Genitalia : tidak diperiksa

    - Ekstremitas : Ekstremitas atas kanan : luka gores

    banyak, tidak beraturan.

    Status Neurologis :

    1. Kesadaran : somnolen. GCS E4M5V32. Tanda rangsangan meningeal : - Kaku kuduk (-)

    - Brudzinsky I (-)

    - Brudzinsky II (-)

    - Kernig (-)

    3. Tanda peningkatan tekanan intracranial : - muntah proyektil (-)

    - sakit kepala progresif (-)

    4. Nn Kranialis : - N I : penciuman baik

    - N II : reflek cahaya +/+

    - N III, IV, VI : pupil isokor, bulat, diameter 3 mm / 3 mm,

    gerakan bola mata bisa digerakkan ke segala arah

    - N V : bisa membuka mulut, menggerakkan rahang ke kiri

    dan ke kanan

    - N VII: bisa menutup mata, mengangkat alis : simetris, plica

    nasolabialis kanan dan kiri simetris dan perasaan 2/3 lidah

    depan normal.

    - N VIII : fungsi pendengaran baik, nistagmus tidak ada

    - N IX, X : arcus faring simetris, uvula di tengah, refleks

    muntah (+), perasa 1/3 belakang lidah baik.

    - N XI : bisa mengangkat bahu dan bisa melihat kiri dan kanan

    33

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    34/41

    - N XII: kedudukan lidah dalam dan dijulurkan simetris/di

    tengah, tremor (-).

    5. Motorik

    Anggota gerak kanan :

    Kekuatan : 5/5/5

    5/5/5

    Tonus : eutonus

    Trofi : eutrofi

    Anggota gerak kiri :

    Kekuatan : 5/5/5

    5/5/5

    Tonus : eutonus

    Trofi : eutrofi

    6 Sensorik

    - Eksteroseptif : baik- Proprioseptif : baik

    7. Fungsi otonom

    BAK dan BAB normal

    8. Reflek fisiologis : Reflek biceps ++/++, Reflek triceps ++/++, Reflek

    KPR ++/++, Reflek APR ++/++

    9. Reflek patologis : babinski group -/-

    LABORATORIUM :

    - Hb : 12,0 gr/dl

    - Leukosit : 11.300/mm3

    - Hematokrit : 34,3%

    - Trombosit : 266.000/mm3

    DIAGNOSA KERJA :

    Diagnosa Klinis : Cedera kepala sedang GCS 12

    Diagnosa Topik : frontal sinistra

    Diagnosa Etiologi : Benturan dinamis (kecelakaan)

    Diagnosis Diferensial: -

    Diagnosis Sekunder : -

    34

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    35/41

    TERAPI

    Umum :

    - Istirahat

    - Infus NaCl 0.9% 12 jam /kolf

    - Diet MB

    Khusus :

    - tramadol 2 x 1 IV

    - Metoclorpramide 2 x 1 IV

    - Ciprofloxacin 2x500 mg

    Pemeriksaan Anjuran :

    - Rontgen foto kepala AP dan lateral

    - Rontgen foto cervical

    - Konsul bedah saraf

    Follow up:

    10-8-2011

    s/ sakit kepala (+)

    gelisah (+)

    mual (+) muntah (-)

    o/ keadaan umum : sakit sedang

    tekanan darah : 110/70

    nadi : 65

    nafas : 22

    suhu : 36,5

    status internus: mata : hematom palpebra DS

    status neurologikus : kesadaran : somnolen GCS E4M5V3

    rontgen vertebrae servikal: kesan: vertebrae servikal AP/lat tak tampak kelainan

    rontgen kranium AP/lat : kesan : diastasis sutura koronaria sinistra

    35

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    36/41

    11-8-2011

    s/ sakit kepala (+)

    36

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    37/41

    gelisah (+)

    mual (+) muntah (-)

    o/ keadaan umum : sakit sedang

    tekanan darah : 110/60

    nadi : 65

    nafas : 20

    suhu : 36,5

    status internus: mata : hematom palpebra DS

    status neurologikus : kesadaran : somnolen GCS E4M5V3

    12-8-2011s/ sakit kepala (+)

    gelisah (+)

    mual (-) muntah (-)

    o/ keadaan umum : sakit sedang

    tekanan darah : 110/70

    nadi : 68

    nafas : 20

    suhu : 36,5

    status internus: mata : hematom palpebra DS

    status neurologikus : kesadaran : somnolen GCS E4M5V4

    13-8-2011

    s/ sakit kepala (+)

    gelisah (+)

    mual (-) muntah (-)

    o/ keadaan umum : sakit sedang

    tekanan darah : 100/80

    nadi : 65

    nafas : 18

    37

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    38/41

    suhu : 36,4

    status internus: mata : hematom palpebra DS

    status neurologikus : kesadaran : somnolen GCS E4M5V4

    konsul bedah saraf:

    kesan : moderate HI + SDH at frontal sinistra

    saran :

    - Observasi kesadaran dan vital sign

    - Bila keluarga setuju kraniektomi evakuasi dan pindah ke SMF Bedah

    - Terapi sementara sesuai TS

    DISKUSI

    38

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    39/41

    Telah dilaporkan seorang laki-laki, umur 21 tahun dengan diagnosis klinik cedera

    kepala sedang dengan diagnosis topik frontal sinistra dan diagnosis etiologi benturan

    dinamis (kecelakaan). Diagnosa ditegakkan berdasarkan anamnesa berupa adanya

    penurunan kesadaran sejak 12 jam sebelum masuk rumah sakit. Awalnya pasein

    sedang mengendarai sepeda motor kemudian ditabrak dari belakang sehingga pasien

    terjatuh dan kepala terbentur ke jalan. Pasien kemudian dibawa berurut dan

    selanjutnya dibawa ke RS Batu Sangkar yang kemudian dirujuk ke RSAM. Terdapat

    juga luka gores pada tangan kanan tidak beraturan, banyak. Pasien tidak sadarkan diri

    1 jam setelah kejadian, setelah sadar pasien tidak ingat dengan peristiwa

    sebelumnya. Pasien merasa mual dan muntah, muntah 1 kali, berisi makanan, muntah

    tidak menyemprot, darah pada muntah tidak ada. Keluar darah segar dari hidug,mulut dan telinga tidak ada.

    Dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah 110/80 mmHg; kepala terdapat

    hematom kepala kiri 3 x 3 cm; pada mata, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak

    ikterik, lebam di daerah orbita kiri. Ekstremitas atas kanan terdapat luka gores

    banyak, tidak beraturan.

    Dari pemeriksaan neurologi ditemukan kesadaran somnolen dengan GCS

    E4M5V3 ; tidak ditemukan tanda rangsangan meningeal dan tanda peningkatan TIK;

    pemeriksaan nervus kranialis tidak didapatkan kelainan; pemeriksaan motorik,

    sensorik dan otonom normal. Refleks fisiologis normal, dan reflek patologis babinski

    group tidak ditemukan.

    Berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan fisik, cenderung ditegakkan diagnosa

    klinik cedera kepala sedang karena pasien memiliki riwayat trauma berupa benturan

    pada kepala saat mengalami kecelakaan lalulintas. Selain itu menurut literatur, pada

    cedera kepala sedang penderita memiliki skor GCS antara 9 13 dimana penderita

    biasanya tampak kebingungan atau mengantuk, namun masih mampu menuruti

    perintah. Diperlukan juga pemeriksaan penunjang lainnya berupa pemeriksaan darah

    rutin, foto polos kepala AP & lateral untuk mengetahui adanya fraktur tulang

    tengkorak; foto servikal untuk mengetahui kelainan di servikal yang terjadi akibat

    39

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    40/41

    trauma,CT-scan kepala untuk mengetahui secara lebih pasti lesi patologis di kepala

    akibat cedera yang terjadi.

    Penatalaksanaan pasien adalah dengan terapi umum berupa bedrest, infus

    NaCl 0,9% 12 jam / kolf, pemberian diet MB. Kemudian terapi khusus berupa

    tramadol 2 x 1 IV, metoclorpramide 2 x 1 IV, ciprofloxacin 2 x 500 mg.

    40

  • 7/28/2019 Trauma Kapitis Sv Vk

    41/41

    DAFTAR PUSTAKA

    1. American College of Surgeons.ATLS : Advanced Trauma Life Support

    Programs fo Doctors. 7th ed. Chicago : American College of

    Surgeons, 2004.

    2. Japardi, Iskandar. Cedera Kepala. Jakarta : Bhuana Ilmu Populer,

    2004.

    3. Sjamsuhidayat, R dan De Jong, Wim. Buku Ajar Ilmu Bedah. 2nd ed.

    Jakarta : EGC, 2005.

    4. Sabiston, David C. Buku Ajar Bedah. Vol 2. Jakarta : EGC, 1994