Trauma Jaringan Lunak

30
PERDARAHAN Perdarahan adalah keadaan darah keluar dari pembuluh darah. Perdarahan mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakiuti, karena oleh dokter maupun pasiennya dianggap mengancam kehidupan. Bermacam-macam tes laboratorium bisa mengkonfirmasikan masalah untuk mengidentifikasi bagian khusus yang menyebabkan kegagalan mekanisme pembekuan darah.( Pedersen,1996 ) Perdarahan/ bleeding secara teknis dikenal sebagai haemorrhaging atau haemorrhaging yang berarti kehilangan darah atau keluarnya darah dari sistem sirkulasi karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan. 1. Klasifikasi Perdarahan 1.1. Menurut pembuluh darah yang terkena a. Perdarahan arteri Darah keluar berwarna merah cerah/terang karena mengandung oksigen dan keluar mengikuti denyutan jantung. b. Perdarahn vena Darah keluar berwarna merah gelap karena kurang mengandung oksigen dan keluar terus menerus secara perlahan. c. Perdarahan kapilary Darah keluar secara merembes. 1.2. Menurut waktu terjadinya perdarahan

description

trauma jaringan lunak. Avulsi Kontusi Laserasi

Transcript of Trauma Jaringan Lunak

Page 1: Trauma Jaringan Lunak

PERDARAHAN

Perdarahan adalah keadaan darah keluar dari pembuluh darah. Perdarahan

mungkin merupakan komplikasi yang paling ditakiuti, karena oleh dokter maupun

pasiennya dianggap mengancam kehidupan. Bermacam-macam tes laboratorium

bisa mengkonfirmasikan masalah untuk mengidentifikasi bagian khusus yang

menyebabkan kegagalan mekanisme pembekuan darah.( Pedersen,1996 )

Perdarahan/bleeding secara teknis dikenal sebagai haemorrhaging atau

haemorrhaging yang berarti kehilangan darah atau keluarnya darah dari sistem

sirkulasi karena pembuluh tersebut mengalami kerusakan.

1. Klasifikasi Perdarahan

1.1. Menurut pembuluh darah yang terkena

a. Perdarahan arteri

Darah keluar berwarna merah cerah/terang karena mengandung

oksigen dan keluar mengikuti denyutan jantung.

b. Perdarahn vena

Darah keluar berwarna merah gelap karena kurang mengandung

oksigen dan keluar terus menerus secara perlahan.

c. Perdarahan kapilary

Darah keluar secara merembes.

1.2. Menurut waktu terjadinya perdarahan

a. Perdarahan primer

Terjadi pada waktu terputusnya pembuluh darah karena trauma

atau operasi.

b. Perdarahan intermediate

Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam.

c. Perdarahan sekunder

Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam.

1.3. Menurut lokasi terjadinya perdarahan

a. Perdarahan eksternal

Page 2: Trauma Jaringan Lunak

Perdarahan yang bisa dilihat dengan mudah dan berlaku

pada/melalui lapisan kulit.

b. Perdarahan internal

Darah tidak keluar tapi masuk kejaringan sekitarnya. Tanda-tanda

perdarahan internal seperti adanya tanda-tanda bengkak pada kulit,

kulit pucat, kebiruan (cynose) pada bibir dan kuku,darah mungkin

keluar dari rongga yang terbuka, muntah darah.

2. Etiologi dan Penatalaksanaanya

Menurut Archer ( 1961 ) penyebab perdarahan abnormal dapat terjadi secara

mekanis dan biokimiawi.

a. Perdarahan Mekanis

Perdarahan mekanis yaitu perdarahan yang berasal dari berbagai

ukuran pembuluh darah yang terluka yang tak dapat berhenti

karena bekuan darah tidak dapat terbentuk atau karena bekuan

darah yang sudah terjadi pecah atau lepas dari ujung pembuluh

yang terbuka. Biasanya disebabkan karena ukuran pembuluh darah

dan kecepatan darah (arteri dan vena), atau karena jumlah

pembuluh darah kecil dan trauma pasca operasi yang diterima oleh

kapiler. Contohnya perdarahan pada ekstraksi gigi, insisi jaringan

lunak.

b. Perdarahan Biokimiawi

Perdarahan biokimiawi adalah abnormalitas elemen darah atau

sistem vaskular yang menghambat pembentukan bekuan darah dan

organisasi darah normal. Perdarahan biokimiawi ditemui pada

hemophilia, gangguan hepar, dan kelainan darah, hipertensi, dan

infeksi jaringan seperti pada pyorrhoe alveolaris.

Penatalaksanaannya:

1) Perdarahan primer

Perdarahan dari dalam tulang diatasi dengan:

a. Elektrokoagutor

Page 3: Trauma Jaringan Lunak

Elektrokoagulator berguna untuk membekukan darah pada kapiler

dan vena dalam pembedahan dan untuk menghisap keluar darah

dan cairan yang keluar.

b. Aplikasi bone wax

Bone wax  terbuat dari beeswax yang mengandung agen pelunak

seperti parafin. Bone wax digunakan untuk menghentikan

pendarahan selama prosedur pembedahan. Bone wax digunakan

dengan cara mengoleskannya di ujung tulang yang mengalami

perdarahan kemudian lubang tersebut akan tertutup.

Perdarahan dari jaringan lunak

Perdarahan dari arteri dan vena dapat ditangulangi dengan:

a. penjepitan dengan arteri klem

b. penjahitan

c. elektrokoagulator

Perdarahan kapiler dari tulang/jaringan lunak diatasi

a. Dengan tekanan tampon + larutan adrenalin.

b. Perdarahan juga akan berhenti apabila flap telah dijahit.

3. Perdarahan Akibat Komplikasi Pencabutan Gigi dan Perawatannya

Respon dari tubuh berupa pendarahan sebenarnya merupakan hal yang

wajar tetapi ketika pendarahan tersebut telah berlebihan maka hal tersebut

yang baru dinamakan dengan komplikasi dari pencabutan. Komplikasi

akibat pendarahan dapat di golongkan dalam intraoperatif ataupun pasca-

operatif. Sebenarnya pendarahan banyak di tautkan dengan kesalahan dari

prosedur pembedahan yang tidak sebetulnya benar karena banyak faktor

yang mempengaruhi terjadinya pendarahan yang berlebihan. Hal tersebut

sebenarnya dapat berasal dari adanya penyakit sistemik yang menyertai

ataupun dapat berasal dari kebiasaan pasien yang mendukung terjadinya

pendarahan tersebut.

a. Komplikasi Intraoperative

Page 4: Trauma Jaringan Lunak

Komplikasi berupa pendarahan merupakan hal yang paling di

takuti karena hal tersebut berhubungan dengan keselamatan pasien

dan memerlukan respon yang cepat. hemophilia merupakan salah

satu hal yang dapat menyebabkan pendarahan tetapi terjadinya

komplikasi pendarahan jarang terjadi karena itu karena dokter

biasanya sudah mengetahui apakah pasien tersebut menderita

hemophilia atau tidak. Hal-hal yang paling sering terjadi

pendarahan karena kebiasaan pasien yaitu alkoholik yang

menderita sirosis, ataupun pasien yang minum aspirin dosis tinggi

atau agen anti-radang yang lain yang nonsteroid. Menghubungi

dokter umum pasien sebelum dilakukan perawatan gigi merupakan

hal yang sangat di anjurkan untuk menghindari hal-hal yang tidak

diinginkan.

Pencegahan

Menghindari pembuluh darah, pengetahuan dari dokter gigi tentang

bagian dari tubuh yang terdapat pembuluh darah dapat sangat

membantu kita untuk menghindari terjadinya pendarahan pada

arteri atau vena. Regio-regio resiko tinggi yaitu palatum dengan

a.palatina mayor, vestibulum bukal mayor bukal mayor a.fasialis,

margo anterior ramus mandibula yang merupakan jalur perjalanan

dari a.buccalis dan region apical molar ketiga yang terletak dekat

dengan a.alveolaris inferior. Regio anterior mandibula juga

merupakan sumber pendarahan karena vaskularisasi yang

melimpah. Keadaan yang lain yang dapat menyebabkan

pendarahan yaitu hemangioma dan malformasi arterovenous.

Perawatan

Tindakan yang dapat di lakukan yaitu:

a) Tekanan adalah tindakan segera, baik tekanan dengan

tangan atau tekanan tidak langsung dengan perban.

b) Menutupnya dengan spon kasa atau gelfoam bertekanan.

Page 5: Trauma Jaringan Lunak

c) Klem atau pengikatan digunakan untuk mengontrol

pendarahan dari pembuluh darah.

d) Klip hemostatik, digunakan untuk mengontrol pendarahan

dari pembuluh yang sulit diikat.

e) Elektrokauterisasi untuk pendarahan dari pembulu yang

kecil, atau dari rembesan.

b. Komplikasi Pasca Bedah

Pemeriksaan sistemik, pendarahan dari alveolar dalam 12-24 jam

pertama merupakan hal yang normal. Penekanan oklusal dengan

menggunakan kasa merupakan jalan terbaik karena metode ini

dapat merangsang pembekuan darah yang stabil. jika pendarahan

terus berlanjut melebihi 450 ml maka harus di lakukan langkah-

langkah perawatan lebih lanjut. Hal yang harus dilakukan terlebih

dahulu adalah memeriksa tanda-tanda vital (denyut nadi,

pernafasan, dan tekanan darah) jika pasien mengalami shock maka

harus di bawa kerumah sakit untuk pengobatan lebih lanjut. Tetapi

jika pasien dalam kondisi stabil maka suction dan penerangan

merupakan syarat utama, apabila bagian mengalami pendarahan

telah di temukan dilakukan anastesi lokal supaya perawatan tidak

menyakitkan. Bekuan darah dibersihkan dan dikeringkan apabila

pendarahan berasal dari dinding tulang maka alveolus diisi dengan

sponge gelatin atau sponge kolagen mikrofibrilar di pertahankan

ditempatkan dengan jahitan. Suntikan intravascular dengan

thrombin topical tidak diperbolehkan karena akan mengakibatkan

thrombosis yang fatal. sebelum pasien di periksa lagi apabila

pendarahan berasal dari jaringan lunak (biasanya tepian flap) maka

tekan dengan sponge bedah, jika gagal maka harus dilakukan

pengikatan.

Hematoma merupakan pendarahan setempat yang membeku dan

membentuk massa padat. Kadang-kadang pendarahan sesudah

pencabutan dengan tang atau pencabutan gigi dengan pembedahan

Page 6: Trauma Jaringan Lunak

internal. Pendarahan ini dapat diatasi dengan tampon. hematoma

bermula sebagai pembengkakan rongga mulut atau fasial atau

keduanya yang sering bewarna merah atau biru. cara mengatasi

dengan memberika penjelasan mengenai kejadian tersebut dan

menunggu kembali ke normal dalam beberapa hari.

Terapi Standar Perdarahan Pasca Pencabutan

a. Perdarahan Primer

1. Bersihkan luka,

2. lihat asal perdarahan

Perdarahan dari tulang :

1. Masukan kasa steriL

2. Tekan/gigit 5' - 10',

3. kalau tidak berhenti masukan spongiostan tutup kasa steril dan gigit 15'

- 30',

4. atau masukan kasa steril yang telah dibubuhi larutan adrenalin kedalam

soket dan pasien disuruh menggigit selama 30 menit.

Perdarahan dari ginggiva :

1. pasien disuruh menggigit tampon steriI 5' - 10',

2. kalau tindakan ini tidak berhasil letakan tampon steril yang dibasahi

larutan adrenalin & gigit selama 5' -10'.

3. Tulang dinding soket lingual dan bukal dipotong lalu ginggiva dijahit.

b. Perdarahan Sekunder

Perdarahan dari ginggiva:

Page 7: Trauma Jaringan Lunak

1. Bila jahitan lepas / kendur: Beri anestesi lokal, Jahit matras

2. Tekan dengan tampon steril yang dibasahi larutan vasokontriktor/gigit

selama 5' - 10', kemudian periksa kembali. Bila masih berdarah lakukan

penjahitan, bisa jahitan matras atau jahitan angka 8. Pada umumnya

dengan penjahitan ini perdarahan akan berhenti .

Perdarahan dari soket gigi :

1. Terapinya sama dengan perdarahan primer tsb diatas, tapi bisa juga

digunakan cara membubuhkan tampon steril kedalam soket yang telah

dibasahi larutan vasokonstriktor. Kemudian dilakukan penjahitan pada

gusi diatas tampon untuk menahan tampon selam 24 jam.

2. Keesokan harinya tampon harus diangkat untuk menghindarkan

infeksi,

3. Terapi sistemik diberikan untuk membantu menghentikan perdarahan

dan mencegah infeksi dengan antibiotik yang tepat dan adekuat.

Obat-obat Hemostatik

1. Obat hemostatik spesifik:

Digunakan untuk kelainan perdarahan herideter yaitu hemofilia, penyakit Von

Willierbrand dan penyakit Christmas:

a. AHF(anti hemophilic factor): AHF merupakan pengobatan pengganti

untuk penderita hemofilia berat, juga diperlukan bila ada perdarahan aktif.

b. Faktor IX: Pengobatan pada defisiensi faktor IX biasanya adalah fresh

frozen plasma atau komplek factor IX murni. Efek samping yang umum

dari preparat ini adalah penularan virus hepatitis dan AIDS.

Page 8: Trauma Jaringan Lunak

c. (Desmopresin): Merupakan suatu derivat vasoperin yang ternyata dapat

meningkatkan aktifitas factor VIII pada hemofilia dan penyakit Von

Willebrand dan tidak beresiko penularan penyakit.

2. Obat hemostatik lokal

a. Merupakan obat hemostatik yang banyak digunakan dalam kedokteran

gigi karena perdarahan yang terjadi pada umumnya disebabkan faktor

lokal.

b. Preparat ini dapat menghentikan perdarahan dengan pembentukan bekuan

artifisial atau karena adanya matriks mekanik yang mempercepat

pembekuan.

c. Preparat ini adalah absorbable gelatin sponge, oxidized cellulose dan

trombin yang termasuk dalam absorbable hemostatic agent.

Perdarahan Akibat Kelainan Sistemik pada Rongga Mulut

Beberapa penyakit sistemik yang memicu terjadinya perdarahan

1. Penyakit kardiovaskuler

Pada penyakit kardiovaskuler, denyut nadi pasien meningkat, tekanan

darah pasien naik menyebabkan bekuan darah yang sudah terbentuk terdorong

sehingga terjadi perdarahan.

2. Hipertensi

Bila anestesi lokal yang kita gunakan mengandung vasokonstriktor,

pembuluh darah akan menyempit menyebabkan tekanan darah meningkat,

pembuluh darah kecil akan pecah, sehingga terjadi perdarahan. Apabila kita

menggunakan anestesi lokal yang tidak mengandung vasokonstriktor, darah dapat

tetap mengalir sehingga terjadi perdarahan pasca ekstraksi. Penting juga

Page 9: Trauma Jaringan Lunak

ditanyakan kepada pasien apakah dia mengkonsumsi obat-obat tertentu seperti

obat antihipertensi, obat-obat pengencer darah, dan obat-obatan lain karena juga

dapat menyebabkan perdarahan.

3. Hemofilli

Pada pasien hemofilli A (hemofilli klasik) ditemukan defisiensi factor

VIII. Pada hemofilli B (penyakit Christmas) terdapat defisiensi faktor IX.

Sedangkan pada von Willebrand’s disease terjadi kegagalan pembentukan platelet,

tetapi penyakit ini jarang ditemukan.

4. Diabetes Mellitus

Bila DM tidak terkontrol, akan terjadi gangguan sirkulasi perifer, sehingga

penyembuhan luka akan berjalan lambat, fagositosis terganggu, PMN akan

menurun, diapedesis dan kemotaksis juga terganggu karena hiperglikemia

sehingga terjadi infeksi yang memudahkan terjadinya perdarahan.

5. Malfungsi Adrenal

Ditandai dengan pembentukan glukokortikoid berlebihan (Sindroma

Cushing) sehingga menyebabkan diabetes dan hipertensi.

6. Pemakaian obat antikoagulan

Pada pasien yang mengkonsumsi antikoagulan (heparin dan walfarin)

menyebabkan PT dan APTT memanjang. Perlu dilakukan konsultasi terlebih

dahulu dengan internist untuk mengatur penghentian obat-obatan sebelum

pencabutan gigi.

Page 10: Trauma Jaringan Lunak

Pencegahan kemungkinan komplikasi perdarahan karena faktor-faktor sistemik

1. Anamnesis yang baik dan riwayat penyakit yang lengkap. Kita harus mampu

menggali informasi riwayat penyakit pasien yang memiliki tendensi perdarahan

yang meliputi :

- bila telah diketahui sebelumnya memiliki tendensi perdarahan

- mempunyai kelainan-kelainan sistemik yang berkaitan dengan gangguan

hemostasis (pembekuan darah)

- pernah dirawat di RS karena perdarahan

- spontaneous bleeding, misalnya haemarthrosis atau menorrhagia dari penyebab

kecil

- riwayat keluarga yang menderita salah satu hal yang telah disebutkan di atas,

dihubungkan dengan riwayat penyakit dari pasien itu sendiri

-  mengkonsumsi obat-obatan tertentu seperti antikoagulan atau aspirin

- Penyebab sistemik seperti defisiensi faktor pembekuan    herediter,misalnya von

Willebrand’s syndrome dan hemofilia

Kita perlu menanyakan apakah pasien pernah diekstraksi sebelumnya, dan

apakah ada riwayat prolonged bleeding (24-48 jam) pasca ekstraksi. Penting

untuk kita ketahui bagaimana penatalaksanaan perdarahan pasca ekstraksi gigi

sebelumnya. Apabila setelah diekstraksi perdarahan langsung berhenti dengan

menggigit tampon atau dengan penjahitan dapat disimpulkan bahwa pasien tidak

memiliki penyakit hemoragik. Tetapi bila pasca ekstraksi gigi pasien sampai

dirawat atau bahkan perlu mendapat transfusi maka kita perlu berhati-hati akan

adanya penyakit hemoragik. Bila ada riwayat perdarahan dalam (deep

haemorrhage) didalam otot, persendian atau kulit dapat kita curigai pasien

Page 11: Trauma Jaringan Lunak

memiliki defek pembekuan darah (clotting defect). Adanya tanda dari purpura

pada kulit dan mukosa mulut seperti perdarahan spontan dari gingiva, petechiae .

Perdarahan Akibat Trauma pada Rongga Mulut

Perdarahan traumatik disebabkan oleh beberapa jenis cedera. Ada berbagai

jenis luka yang dapat menyebabkan perdarahan traumatik. Ini termasuk:

Pola cedera, evaluasi dan perawatan akan bervariasi dengan mekanisme

cedera. Trauma tumpul menyebabkan cedera melalui efek shock; memberikan

energi selama suatu daerah. Luka sering terlihat dan merusak kulit secara

signifikan. Ketika diberikan energi kembali yang lebih besar dan terfokus pada

luka trauma ini, akan memerlukan energi yang lebih sedikit menyebabkan cedera

signifikan pada luka trauma ini. Setiap organ tubuh, termasuk tulang dan otak,

dapat terjadi pendarahan. Pendarahan mungkin tidak dapat dengan mudah terlihat;

organ dalam seperti hati, ginjal dan limpa dapat berdarah ke dalam rongga

abdominal. Pendarahan dari lubang tubuh, seperti pada anus, hidung, telinga

mungkin sinyal perdarahan, tetapi tidak dapat selalu menjadi acuan.

Perdarahan akibat Infeksi pada Rongga Mulut

Pencegahan

Pencabutan suatu gigi yang melibatkan proses infeksi akut, yaitu

perikoronitis atau abses. Terapi antibiotic yang sesuai (kadar penisilin terapetik

dalam darah dicapai 1 jam sesudah pemberian secara oral) dan apabila

diindikasikan, insisi dan drainase digunakan untuk mengontrol keadaan akut.

Profilaksis sebelum pencabutan (scalling) yang dilakukan 2 – 3 hari sebelum

pencabutan gigi, merupakan cara efektif untuk mengurangi kontaminasi local.

Edema versus Infeksi

Page 12: Trauma Jaringan Lunak

Infeksi pasca bedah, abses, atau selulitis bias terjadi pada awal atau

bersamaan dengan edema. Infeksi biasanya diikuti oleh peningkatan rasa sakit,

lemas, dan demam. PerkAembangan fluktuan merupakan tanda yang jelas dari

adanya pernanahan.

Leukositosis (jumlah sel darah putih yang melebihi 10.000) dan meningkatkan

laju sedimentasi eritrosit biasanya menunjukkan adanya infeksi. Apabila ada tanda

tersebut, maka perlu dilakukan tindakan untuk merawat infeksi yaitu terapi

antibiotic serta tindakan pembedahan.

Trismus yang Persisten

Trismus yang persisten sesudah pencabutan gigi jarang terjadi. Penyebab

yang sering adalah infeksi, yang termanifestasi sebagai miositis kronis yaitu

radang otot pengunyahan terutama masseter.

Reduksi rentang gerakan mandibula yang serupa dapat terjadi pada spasme otot

yang akut atau kelainan susunan internal dari sendi temporomandibula yang akut.

Jika terbukti ada infeksi, yaitu adanya pembengkakan, nyeri, demam, lemas, maka

diperlukan terapi dengan antibiotic.

TRAUMA JARINGAN LUNAK

Sejumlah besar dental trauma berhubungan dengan luka pada bibir,

gingiva, dan mukosa oral. Sepertiga dari semua pasien cedera oral dirawat

pada keadaan dental emergensi dan lebih dari setengah semua pasien yang

dirawat di rumah sakit pada keadaan darurat berhubungan dengan cedera pada

jaringan lunak (Anderson and Andreasen, 2003).

Gigi geligi terlindung oleh bibir. Energi trauma akan diserap oleh jaringan

lunak sehingga cedera pada gigi tidak terlalu parah. Namun, hal ini akan

mengakibatkan berbagai jenis trauma pada jaringan lunak tergantung dari

Page 13: Trauma Jaringan Lunak

kekuatan, bentuk dan ukuran dari benda yang menyebabkan trauma (Anderson

and Andreasen, 2003).

Apalagi, ketika seorang pasien mengalami trauma, gigi juga bisa

menyebabkan cedera pada jaringan lunak sekitarnya, yang paling sering

ditemukan yaitu menembus ke bibir, tapi terkadang juga tembus pada pipi dan

lidah. Ketika gigi dislokasi, gingival sewaktu-waktu akan robek (Anderson and

Andreasen, 2003).

Pengobatan utama yang tidak benar akan menyebabkan bekas luka yang

buruk (Anderson and Andreasen, 2003).

2.1 Etiologi Trauma Jaringan Lunak

1. Mekanis

Trauma pada jaringan lunak mulut (selain gigi), misal tergigit, atau ada gigi

yang posisinya di luar lengkung rahang yang normal sehingga menyebabkan

jaringan lunak selalu tergesek/tergigit pada saat makan/mengunyah. Selain

tergigit, trauma jaringan lunak juga bisa disebabkan karena adanya pukulan atau

hentakan keras yang tiba-tiba pada daerah di sekitar rongga mulut seperti

contohnya tamparan atau luka karena tonjokan.

Penyebab lain juga bisa di dapat dari iritasi pada pemakaian gigi tiruan, entah

dikarenakan gigi tiruan yang sudah tidak baik keadaannya atau memang dari

awalnya gigi tiruan tersebut tidak memiliki bentuk yang sesuai dengan keadaaan

rongga mulut pasien sehingga menyebabkan luka atau iritasi.

2. Kimia

Ada beberapa zat kimia yang bisa menyebabkan luka atau cedera pada rongga

mulut, luka yang dihasilkan biasanya menyerupai luka bakar. Penyebab yang

paling sering di kedokteran gigi adalah penggunaan aspirin, fenol serta zat kimia

seperti asam asetil salisilat dan sodium hipoklorit.

3. Radiasi

Radiasi memang memiliki efek yang cukup signifikan pada keadaan rongga

mulut. khususnya bagai pasien yang sedang menerima terapi radiasi pada daerah

leher kepala. Risiko dari radiasi leher kepala memang lebih terprediksi dibanding

Page 14: Trauma Jaringan Lunak

kemoterapi namun risikonya bisa lebih parah dan menyebabkan perubahan

jaringan secara permanen serta komplikasi kronis seperti nekrosis jaringan lunak

rongga mulut.

2.2 Jenis-Jenis Luka (Anderson and Andreasen, 2003)

Luka jaringan lunak biasanya diklasifikasikan ke dalam kelompok tertentu dan

karakteristiknya. Luka dapat dilihat secara ekstra oral (kulit) atau intra oral

(gingival dan mukosa oral).

1. Abrasi

Abrasi adalah luka superfisial yang dihasilkan karena adanya gesekan dan

kikisan pada kulit atau mukosa yang meninggalkan lecet, perderahan

permukaan. Luka ini biasanya terlihat pada kaki dan lengan anak-anak dan

pada region oral biasa terkena pada bibir, dagu, pipi, atau ujung hidung.

Friksi antara objek dan permukaan jaringan lunak menghilangkan lapisan

epitel dan lapisan papilla dermis, dan lapisan reticular dermis. Abrasi

superfisial cukup nyeri karena ujung saraf terminal terpapar.

2. Kontusi

Kontusi adalah memar yang biasanya dihasilkan sebagai akibat benda

tumpul/kasar dan biasanya menyebabkan hemoragi subkutan atau

submukosa pada jaringan. Kontusi dapat disebabkan oleh efek

pengganggu seperti fraktur tulang pada luka maksilofasial. Oleh karena

itu, kontusi mengindikasikan adanya fraktur tulang di bawahnya.

3. Laserasi

Laserasi adalah luka dangkal atau dalam pada kulit atau mukosa yang

merupakan hasil dari sobekan dan biasanya dihasilkan oleh benda tajam

atau gigi yang berpenetrasi ke jaringan lunak. Laserasi melibatkan jaringan

epitel dan subepitel dan jika lebih dalam mungkin menghambat pembuluh

darah, saraf, otot, dan melibatkan kelenjar saliva. Laserasi paling banyak

di region oral yang disebabkan oleh trauma dapat terlihat pada bibir,

mukosa oral dan gingival. Lidah jarang terlibat.

Page 15: Trauma Jaringan Lunak

Gambar Laserasi through and through disebabkan karena benturan yang

mendorong bibir ke dalam sehingga terhimpit oleh protesa rahang atas

yang patah (Pedersen, G., 1996).

4. Avulsi

Avulsi (kehilangan jaringan) jarang terjadi tetapi dapat terlihat dengan

luka gigitan atau abrasi yang dalam. Luka ini merupakan luka kompleks

dilihat dari penanganan fase emergency karena keputusan harus dibuat

apakah memotong dan menutup secara primer defek dengan cangkokan

primer (jika defek mayor) atau menunggu untuk sembuh dengan

sendirinya (jika defek minor).

Page 16: Trauma Jaringan Lunak

Gambar Avulsi total pada gigi di cegah dengan arch wire labial (Pedersen,

G., 1996).

2.3 Perawatan Luka (Pedersen, G., 1996)

Pertolongan pertama pengobatan untuk semua luka terdiri dari mengendalikan

aliran darah, mengobati untuk shock, dan mencegah infeksi. Ketika

memberikan pertolongan pertama kepada korban dengan beberapa luka,

pertama, tangani/obati luka-luka yang tampak mengancam nyawa.

1. Integrasi/ tahapan perawatan

Perawatan cedera jaringan lunak orofasial diintegrasikan tidak hanya

dengan perawatan untuk cedera lain pada regio orofasial tetapi juga

dengan perawatan untuk cedera pada regio yang lain. Prinsip umum dalam

merencanakan perawatan cedera orofasial adalah hukum dari dalam

keluar, yang mengandung pengertian bahwa luka yang terletak lebih dalam

dirawat terlebih dahulu, misalnya fraktur, kemudian disusul dengan

mukosa labial dan oral, dan terakhir kulit. Kondisi-kondisi yang

mengancam kehidupan dirawat terlebih dahulu. Misalnya eksplorasi perut

diindikasikan untuk perawatan segera. Alternatifnya adalah (1) melakukan

pembedahan orofasial bersamaan, (2) ditunda sampai pembedahan perut

selesai dilakukan, atau (3) ditunda sampai waktu berikutnya. Kondisi

keseluruhan dari pasien dan kemampuan untuk menerima anestesi dalam

waktu yang lama mempengaruhi keputusan untuk menunda atau

meneruskan perawatan. Kadangkala dicapai suatu kompromi, dan

perawatan darurat dilakukan terlebih dahulu, sedangkan perawatan

definitif ditunda.

2. Pertimbangan kosmetik

Faktor terpenting dalam perawatan luka orofasial adalah pertimbangan

kosmetik. Hasil yang paling baik akan dicapai apabila perawatan

dilakukan 12-24 jam setelah kejadian (golden period). Tetapi penutupan

primer bisa ditunda 2-3 hari dan memberikan hasil yang baik apabila tidak

terjadi infeksi pada luka tersebut.

Page 17: Trauma Jaringan Lunak

3. Persiapan

Sebelum tindakan bedah dilakukan, luka-luka pada wajah dipersiapkan

dengan membersihkannya menggunakan sabun anti kuman dan kasa.

Diikuti dengan irigasi larutan saline steril. Untuk melakukan pencucian

atau /pembersihan luka biasanya digunakan cairan atau larutan antiseptik

seperti :

1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam 2 menit).

2) Halogen dan senyawanya seperti yodium, povidon yodium,

klorhesidin.

3) Oksidansia (kalium permanganat, perhidrol)

4) Logam berat dan garamnya (merkuri klorida, merkurokrom)

5) Asam borat, sebagai bakteriostatik lemah (konsentrasi 3%).

6) Derivat fenol

Dalam proses pencucian atau pembersihan luka yang perlu diperhatikan

adalah pemilihan cairan pencuci dan teknik pencucian luka. Penggunaan

cairan pencuci yang tidak tepat akan menghambat pertumbuhan jaringan

sehingga memperlama waktu rawat dan meningkatkan biaya perawatan.

Pemelihan cairan dalam pencucian luka harus cairan yang efektif dan

aman terhadap luka. Selain larutan antiseptik yang telah dijelaskan diatas

ada cairan pencuci luka lain yang saat ini sering digunakan yaitu Normal

Saline. Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan

cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal.

Tujuan dilakukannya pembersihan luka adalah meningkatkan,

memperbaiki dan mempercepat proses penyembuhan luka; menghindari

terjadinya infeksi; membuang jaringan nekrosis dan debris. Beberapa

langkah yang harus diperhatikan dalam pembersihan luka yaitu :

1) Irigasi dengan sebanyak-banyaknya dengan tujuan untuk membuang

jaringan mati dan benda asing.

2) Hilangkan semua benda asing dan eksisi semua jaringan mati.

3) Berikan antiseptik

Page 18: Trauma Jaringan Lunak

4) Bila diperlukan tindakan ini dapat dilakukan dengan pemberian anastesi

lokal

5) Bila perlu lakukan penutupan luka

Luka tersebut mungkin mengalami perdarahan, untuk itu bisa dikontrol

dengan penekanan atau pengkleman. Daerah itu kemudian diusap dengan

lap bersih. Pada perawatan luka wajah, pembersihan dilakukan seminimal

mungkin. Hanya jaringan yang benar-benar nekrotik saja yang dibuang

(kehitaman/biru keabu-abuan), dan hanya jaringan yang nyata-nyata

kurang mendapat suplai darah yang dieksisi. Kedalaman luka diperiksa

untuk melihat kemungkinan adanya luka pada saraf, duktus saliva atau

pembuluh darah yang besar. Saraf dan duktus bisa direanastomosis dengan

teknik khusus, sedangkan pembuluh besar bisa diklem atau diikat untuk

mencegah kemungkinan terjadinya perdarahan pasca-bedah. Perlu

dilakukan pembentukan tepi luka seminimal mungkin, misalnya tepi eksisi

yang bergerigi, atau tepi miring, atau sayatan berbentuk pintu jebakan

(trap door) yang tipis.

4. Penutupan berlapis (layer technique)

Luka bersih dan diyakini tidak mengalami infeksi serta berumur kurang

dari 8 jam boleh dijahit primer, sedangkan luka yang terkontaminasi berat

dan atau tidak berbatas tegas sebaiknya dibiarkan sembuh per sekundam

atau per tertiam.

Luka ditutup lapis demi lapis, dimulai dari bagian dalam dan berakhir pada

permukaan, dengan setiap saat berusaha untuk tidak membuat rongga dead

space. Jahitan terputus (interupted) bagian dalam dilakukan dengan

benang yang bisa diabsorbsi ukuran 3-0 atau 4-0 (gut/polygly-colic acid).

Penutupan subkutan dilakukan dengan benang yang bisa terabsorbsi

dengan teknik jahitan interupted terbalik yakni simpul menjauhi kulit.

Akhirnya kulit ditutup dengan jahitan interupted yang sedikit terbalik

menggunakan benang yang tidak bisa diabsorbsi, yakni nilon

monofilamen. Dermis kadang-kadang dijahit dengan teknik subkutikular

Page 19: Trauma Jaringan Lunak

kontinu menggunakan benang yang tidak bisa diabsorbsi (Gb. 10-7).

Jahitan pada kulit dilepas pada hari keempat atau kelima untuk mencegah

terjadinya jaringan parut. Jaringan parut akan tetap aktif misalnya

eritematus atau vascular selama 4-6 bulan. Perbaikan biasanya baru

dilakukan setelah jaringan parut masak, yakni apabila elemen fibrus

mendominasi elemen vascular.

Keterangan gambar :

A. Apabila kulit ditutup, jahitan interupted mula-mula dilewatkan

vertical, kemudian horizontal terhadap permukaan dan akhirnya

vertical kembali. Bagian yang vertical dan horizontal mempunyai

panjang yang sama, dan akan mengakibatkan sedikit lipatan balik

(eversi).

B. Bila digunakan teknis mattress vertical maka akan menimbulkan

eversi lebih besar pada tepi kulit.

Page 20: Trauma Jaringan Lunak

C. Metode subkutikular menghasilkan tepi kulit yang mulus atau sedikit

eversi.

5. Luka pada rongga mulut

Penutupan luka pada rongga mulut (oral) mengikuti aturan dari dalam

keluar. Karena proses penyembuhan tulang pada fraktur rahang biasanya

mengganggu sebagian jahitan, kadang penutupan luka lebih baik ditunda

sampai setelah penanganan fraktur. Luka through and through ditutup pada

mulanya dengan mendekatkan permukaan mukosal (watertight)

menggunakan gut (3-0 atau 4-0 chromic) dengan jahitan kontinyu, kemudian

diikuti penjahitan lapis demi lapis setelah kulit dipersiapkan. Luka lingual

dijahit lapis demi lapis yakni mula-mula lapisan yang paling dalam (lapisan

otot), kemudian submukosa, dan akhirnya mukosa dorsal atau ventral atau

keduanya dengan menggunakan benang yang dapat diabsorbsi. Edema lingual

ditangani dengan aplikaksi dingin (kompres es) dan terapi steroid apabila

tidak ada kontraindikasi untuk terapi ini. Apabila ada kemungkinan terjadi

edema lingual, maka fiksasi maksilomandibular ditunda. Luka-luka mulut

yang luas, ditandai dengan pengelupasan/terpaparnya permukaan tulang

dibawahnya, dapat dirawat dengan pembalut tekanan sesudah penutupan,

untuk mencegah terbentuknya rongga dead space dan menghindari

terbentuknya hematom. Luka gingival mungkin memerlukan penjahitan tetapi

mungkin pula tidak. Apabila tidak ada flap yang berlebihan, atau apabila

tulang tidak terpapar, boleh tidak dilakukan penjahitan.

Sumber :

Andreasen, J.O., et al. 2003. Traumatic Dental Injuries-A Manual, 2nd ed.

Blackwell : Munksgaard.

Pedersen G. 1996. Buku Aja Bedah Mulut. Alih Bahasa : Purwanto.

Jakarta : EGC