repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI...

251
i TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Dr. H. YULMARDI, S.E., MS. PENERBIT CV. PENA PERSADA

Transcript of repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI...

Page 1: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

i

TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI

(KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN

GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN)

Dr. H. YULMARDI, S.E., MS.

PENERBIT CV. PENA PERSADA

Page 2: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

ii

TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI

(KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN

GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN)

Penulis

Dr. H. Yulmardi, S.E., MS.

ISBN : 978-623-7699-02-6

Desain Sampul :

Retnani Nur Briliant

Penata Letak :

Fajar T. Septiono

Penerbit CV. Pena Persada

Redaksi :

Jl. Gerilya No. 292 Purwokerto Selatan, Kab. Banyumas

Jawa Tengah

Email : [email protected]

Website : www.penapersada.com

Phone : 0857-2604-2979

Anggota IKAPI

All right reserved

Cetakan pertama : 2019

Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan cara

apapaun tanpa izin penerbit.

Page 3: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

iii

KATA PENGANTAR

Transmigrasi merupakan salah satu bentuk perpindahan penduduk yang berlangsung di Indonesia. Pelaksanaan program transmigrasi telah berjalan cukup lama, dimulai pada zaman pemerintahan kolonial Belanda, dengan nama kolonisasi sampai zaman reformasi pada saat ini. Pada masa pemerintahan Hindia Belanda (1905-1941) sasaran utamanya selain untuk mengurangi kepadatan penduduk Pulau Jawa, juga untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di daerah-daerah luar Pulau Jawa. Selanjutnya pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945), transmigrasi lebih diarahkan untuk memindahkan penduduk secara paksa dari pulau Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia untuk bekerja paksa bagi keperluan Jepang (Swasono dan Singarimbun 1986, Junaidi, 2012).

Pembangunan transmigrasi telah berhasil menciptakan kesempatan kerja, pemerataan pembangunan di daerah, dan membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru. Berdasarkan data dari Pusdatin Ketransmigrasian (2012), sejak Pra Pelita sampai dengan tahun 2011, telah membuka 4.537.034 hektar lahan pertanian baru sebagai lapangan usaha bagi 2,3 juta keluarga yang dimukimkan atau sekitar 8,8 juta orang. Jenis-jenis usaha yang tercipta seperti perdagangan, jasa dan industri rumah tangga turut berkembang sejalan dengan pertumbuhan produksi pertanian dipermukiman transmigrasi. Selama ini transmigrasi telah

menciptakan 3.325 desa definitif yang sebagian diantaranya telah berkembang pesat dan menjadi pusat pertumbuhan seperti ibukota kecamatan, kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM), kawasan agropolitandan sentra produksi tanaman pangan ataupun perkebunan (Widaryanto, 2012).

Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan bentukan transmigrasi masih memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan lebih lanjut. Pusat pertumbuhan merupakan tempat berkumpulnya kegiatan yang mampu berfungsi sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi serta mempunyai keterkaitan produksi baik vertikal maupun horizontal. Menurut Najiyati (2005) memperlihatkan bahwa 37 persen permukiman transmigrasi pola pangan berkembang menjadi sentra produksi pangan dengan sumbangsih produksi padi sebanyak 8,4 juta ton

gabah kering giling (GKG) per tahun.

Page 4: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

iv

Keberhasilan yang dicapai di daerah tujuan, juga memberikan kontribusi didaerah asal. Menurut Affandi, J (1985) peranan daya dorong daerah asal cukup besar bagi transmigran dalam pengambilan keputusan untuk bertransmigrasi. Faktor ekonomi berupa pemilikan lahan yang sempit,terbatasnya lapangan pekerjaan, serta rendahnya pendapatan di perdesaan menyebabkan penduduk calon transmigran bersedia meninggalkan kampung halamannya untuk memperoleh kesejahteraanyang lebih tinggi. Selain itu program ini juga telah mendukung dari pada pembangunan beberapa infra struktur yang strategis di Pulau Jawa.

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penempatan transmigrasi di Indonesia. Penempatan transmigrasi di daerah ini telah dimulai sebelum kemerdekaan tahun 1940, dan terus berlanjut sampai saat ini. Berdasarkan data dari Disosnakertran tahun 2016, jumlah transmigran yang telah ditempatkan di Provinsi Jambi mencapai 83.641KK atau (355.221jiwa), dengan jumlah tersebut memposisikan Provinsi Jambi sebagai salah satu daerah utama penempatan transmigran di Indonesia.

Di awal penempatan para transmigran dibekali oleh pemerintah dengan penjatahan lahan rata-rata 2 Ha masing-masing per KK. Ada 2 jenis lahan yang mereka terima, dengan jumlah anggota keluarga rata-rata 3-4 orang. Lahan pertama terletak disekeliling rumah yang telah disediakan (pekarangan) lahan ini ditanami tanaman berumur pendek seperti Jagung, Ubi, Kacang Tanah, dan Kedelai. Untuk lahan kedua ditanami tanaman keras yang berumur panjang. Lahan-lahan tersebut dimanfaatkan transmigrasi tidak hanya untuk pertanian, melainkan juga untuk perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Dikawasan transmigrasi Rimbo Bujang tanaman karet merupakan salah satu komoditi yang paling banyak ditanam oleh para transmigran dan juga masyarakat sekitarnya karena cepat mendatangkan keuntungan. Seiring dengan berjalannya waktu anak-anak transmigran pada saat ini sudah banyak yang memasuki dunia kerja bahkan diduga generasi keduanya telah membentuk rumah tangga baru.

Dalam perjalanan panjang pelaksanaan transmigrasi di Provinsi Jambi, telah menunjukkan berbagai keberhasilan baik dari aspek demografi, sosial budaya dan ekonomi. Namun demikian masih ada diantara permukiman transmigrasi yang mengalami kegagalan seperti di lokasi transmigrasi pasang surut di Tanjung Jabung Timur. Secara keseluruhan persentase yang tidak berhasil

Page 5: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

v

tergolong kecil. Para transmigran tersebar hampir di setiap kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Umumnya mereka mengusahakan hasil pertanian dan perkebunan, seperti di Kabupaten Tebo dengan perkebunan Karet, Muaro Jambi mengusahakan perkebunan Kelapa sawit dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Timur usaha pertanian tanaman pangan (padi).

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dari keluarga generasi kedua transmigran dilakukan dengan menganalisis data keluarga yang menjadi sampel. Kondisi sosial ekonomi generasi kedua transmigrasi meliputi karakteristik kepala keluarga, struktur dan kegiatan anggota keluarga, karakteristik tempat tinggal, kepemilikan lahan pertanian keluarga, kepemilikan asset dan pendapatan keluarga. Interaksi antara desa-desa eks transmigrasi dengan desa-desa sekitarnya dapat terjadi diberbagai bidang. Hubungan berupa aliran barang dan jasa, migrasi tenaga kerja, transfer modal dan pendapatan serta alih teknologi. Terkait dengan kesejahteraan yang dicapai oleh generasi kedua, dapat diketahui dari kondisi perumahan, kepemilikan lahan maupun asset yang ada, penghasilan dan tabungan, struktur ketenagakerjaan.

Secara umum buku ini akan menjabarkan tentang transmigrasi berkelanjutan (generasi kedua transmigran) di era otonomi daerah dalam rangka pengembangan wilayah perdesaan. Secara khusus bagian-bagian buku ini akam membahas karakteristik generasi pertamatransmigran di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi. Selain itu akan diulas juga karakteristik generasi kedua transmigrandi daerah, kesejahteraan generasi kedua dibandingkan dengan generasi pertama di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi. Pada bagian akhir akan dijabarkan sebaran permukiman generasi kedua transmigran dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di daerah penelitian dalam Provinsi Jambi. Selamat Membaca

Jambi, Desember 2019

Penulis

Page 6: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

vi

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................ iii KATA PENGANTAR ...................................................................... vii DAFTAR ISI ..................................................................................... BAB I PENDAHULUAN ............................................................................ 1 BAB II SEJARAH TRANSMIGRASI DAN PEMBANGUNAN BERKALANJUTAN ........................................................................ 15

A. Sejarah Transmigrasi di Indonesia .................................... 15 1. Transmigrasi Masa Pemerintahan Kolonial

Belanda dan Pendudukan Jepang ................................. 15 2. Transmigrasi Masa Orde Lama ..................................... 17 3. Transmigrasi Masa Orde Baru....................................... 21 4. Transmigrasi Masa Reformasi atau Otonomi

Daerah............................................................................... 22 B. Teori-Teori Pembangunan Transmigrasi .......................... 24

1. Konsep Generasi Kedua di Berbagai Negara. ............. 37 2. Generasi Kedua Transmigran di Indonesia. ............... 40 3. Aspek Kesejahteraan ...................................................... 43 4. Permukiman Kembali di Negara-Negara Lain ........... 50 5. Seleksi Lokasi .................................................................. 53 6. Seleksi Calon Pemukim ................................................. 54 7. Pembagian Lahan dan Pemilihan Komoditas ............. 57 8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan .......................... 61

C. Kajian tentang Transmigrasi di Indonesia........................ 69 1. Transmigran Generasi kedua di Berbagai

Permukiman di Indonesia ............................................. 71 2. Generasi Kedua Felda di Malaysia. .............................. 78 3. Transmigrasi dan Peningkatan Kesejahteraan ........... 80

BAB III GAMBARAN UMUM, PEREKONOMIAN, DAN TRANSMIGRASI DI JAMBI ......................................................... 86

A. Letak Wilayah dan Topografi ............................................. 86 1. Penggunaan Tanah.......................................................... 90 2. Kependudukan ................................................................ 92 3. Ketenagakerjaan .............................................................. 100 4. Kesempatan Kerja ........................................................... 102 5. Tingkat Pendidikan ........................................................ 103

Page 7: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

vii

B. Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi ............................. 105 1. Perkembangan Upah di Provinsi Jambi. ...................... 109 2. Sejarah dan Perkembangan Transmigrasi di

Provinsi Jambi. ................................................................. 113 3. Transmigrasi Berdasarkan Lokasi dan Daerah

Penempatan Di Provinsi Jambi...................................... 119 4. Transmigrasi Berdasarkan Daerah Asal dan

Kabupaten Penempatan Di Provinsi Jambi. ................ 120 BAB IV PERBANDINGAN TRANSMIGRAN GENERASI PERTAMA DAN KEDUA ................................................................................... 124

A. Karakteristik Generasi Pertama Transmigran .................. 124 1. Umur Kepala Keluarga ................................................... 124 2. Jenis Kelamin ................................................................... 126 3. Status Kawin .................................................................... 126 4. Pendidikan ....................................................................... 127 5. Provinsi Asal .................................................................... 130 6. Tahun Awal Tinggal di Desa ......................................... 131 7. Status Ketransmigrasian ................................................. 133 8. Alasan Ikut Transmigrasi ............................................... 134 9. Kedatangan dari Daerah Asal ........................................ 135 10. Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Dibawa ........... 136 11. Kegiatan Utama Saat Ini ................................................. 138 12. Lapangan Usaha ............................................................... 139 13. Jenis Pekerjaan ................................................................. 140 14. Status Pekerjaan............................................................... 142 15. Kepemilikan Pekerjaan Sampingan ............................. 144 16. Jam Kerja Per Minggu ..................................................... 145

B. Karakteristik Generasi Kedua Transmigran ..................... 147 1. Umur .................................................................................. 147 2. Jenis Kelamin ................................................................... 148 3. Status Perkawinan ........................................................... 149 4. Pendidikan ....................................................................... 150 5. Lapangan Usaha ............................................................... 152 6. Jenis Pekerjaan ................................................................. 153 7. Status Pekerjaan............................................................... 155 8. Kepemilikan Pekerjaan Sampingan ............................. 157 9. Jam kerja per minggu ...................................................... 159

C. Analisis Kesejahteraan Generasi Kedua Transmigran .... 161 1. Luas Lantai Per kapita Generasi Pertama dan Kedua . 161 2. Jenis Lantai Terluas Generasi Pertama dan Kedua ..... 162 3. Jenis Dinding Terluas Generasi Pertama dan Kedua . 164

Page 8: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

viii

4. Jenis Atap Terluas Generasi Pertama dan Kedua ....... 166 5. Kepemilikan Lahan Generasi Pertama dan Kedua .... 168 6. Kepemilikan Lahan Generasi Kedua ........................... 171 7. Kepemilikan Mobil Generasi Pertama dan Kedua .... 173 8. Kepemilikan Sepeda Motor Generasi Pertama dan

Kedua ................................................................................ 175 9. Kepemilikan Mesin Cuci Generasi Pertama dan

Kedua ................................................................................ 177 10. Kepemilikan Kulkas Generasi Pertama dan Kedua ... 179 11. Sumber Penghasilan Generasi Pertama dan Kedua ... 181 12. Tabungan Generasi Pertama dan Kedua ..................... 184

D. Perbandingan Kesejahteraan Generasi Kedua Transmigran .......................................................................... 189 1. Perbandingan Pendidikan Generasi Pertama dan

Kedua ................................................................................ 189 2. Perbandingan Status Pekerjaan Generasi Pertama

dan Kedua ........................................................................ 192 3. Perbandingan Lapangan Usaha Generasi Pertama

dan Kedua ....................................................................... 195 4. Perbandingan Jenis Pekerjaan Generasi

Pertama dan Kedua ......................................................... 197 5. Perbandingan Jam Kerja Per Minggu Generasi

Pertama dan Kedua ......................................................... 199 6. Perbandingan Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Generasi Pertama dan Kedua ........................................ 203 BAB V ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN ............................................................................ 206

A. Tempat Tinggal Generasi Kedua ....................................... 206 1. Alasan Masih Tinggal di Desa Transmigrasi .............. 207 2. Alasan Tidak Tinggal di Desa Transmigrasi ............... 209

B. Permukiman Generasi Kedua Transmigran ..................... 212 1. Permukiman Generasi Kedua Menurut Jenis

Kelamin ............................................................................ 212 2. Permukiman Generasi Kedua Menurut Lapangan

Usaha dan Tempat Tinggal ............................................ 213 3. Permukiman Generasi Kedua Menurut Daerah Asal

Orang Tua ........................................................................ 214 4. Permukiman Generasi Kedua Menurut Pendidikan

Orang Tua ........................................................................ 215

Page 9: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

ix

5. Permukiman generasi kedua Menurut Komoditas Utama ................................................................................ 216

6. Uji Overall Model Fit. ..................................................... 217 7. Uji Parsial Parameter Sebaran Generasi Kedua

Transmigrasi. .................................................................... 219

BAB VI PENUTUP.......................................................................................... 226 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 230

Page 10: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

x

TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN

GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN)

Page 11: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

1

BAB I

PENDAHULUAN

Transmigrasi merupakan salah satu bentuk perpindahan

penduduk yang berlangsung di Indonesia. Pelaksanaan program

transmigrasi telah berjalan cukup lama, dimulai pada zaman

pemerintahan kolonial Belanda, dengan nama kolonisasi sampai

zaman reformasi pada saat ini. Pada masa pemerintahan Hindia

Belanda (1905-1941) sasaran utamanya selain untuk mengurangi

kepadatan penduduk Pulau Jawa, juga untuk memenuhi

kebutuhan tenaga kerja di daerah-daerah luar Pulau Jawa.

Selanjutnya pada masa pemerintahan Jepang (1942-1945),

transmigrasi lebih diarahkan untuk memindahkan penduduk

secara paksa dari pulau Jawa ke pulau-pulau lain di Indonesia

untuk bekerja paksa bagi keperluan Jepang (Swasono dan

Singarimbun 1986, Junaidi, 2012).

Pada masa kemerdekaan dan awal orde lama, berdasarkan

Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1958 tentang Pokok-Pokok

Penyelenggaraan Transmigrasi dan melalui perubahan Peraturan

Pemerintah Nomor 13 Tahun 1959 tentang Pokok-Pokok

Penyelenggaraan Transmigrasi serta peraturan Pemerintah

Pengganti Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1960 tentang Pokok-

Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi. Tujuan pelaksanaan

transmigrasi adalah untuk mempertinggi taraf kehidupan ,

kemakmuran serta kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia dalam

memperkokoh rasa persatuan dan keamanan, Sebagai tindak

lanjut dari ketentuan tersebut pada tahun 1965, diterbitkan

Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 1965 tentang Gerakan

Nasional Transmigrasi, yang berisikan tujuan transmigrasi adalah

untuk memperkuat pertahanan dan keamanan revolusi serta

meningkatkan kegiatan pembangunan ekonomi terutama dibidang

produksi pangan.

Di masa Pemerintahan orde baru tujuan transmigrasi

semakin berkembang ke tujuan non demografis. Program

transmigrasi tidak hanya bertujuan untuk menyeimbangkan

Page 12: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

2

penyebaran penduduk melalui pemindahan dari wilayah padatke

wilayah jarang, tetapi mempunyai tujuan yang lebih luas dalam

rangka pembangunan nasional. Sasaran kebijaksanaan

umumTransmigrasisebagai tercantum dalam pasal 2, Undang-

Undang Nomor 3 Tahun 1972 ditujukan kepada terlaksananya

Transmigrasi Swakarsa (spontan) yang teratur dalam jumlah yang

sebesar-besarnya untuk mencapai (a) Peningkatan taraf hidup,(b)

Pembangunan daerah. (c) Keseimbangan penyebaran penduduk.

(d) Pembangunan yang merata seluruh Indonesia. (e) Pemanfaatan

sumber-sumber daya alam dan tenaga manusia. (f) Kesatuan dan

persatuan bangsa. (g) Memperkuat pertahanan dan keamanan

nasional.

Di era otonomi daerah, kebijakan dalam menangani

kedatangan transmigrasi sudah saatnya mengutamakan indirect

policy dalam hal fasilitas dan pemberdayaan. Artinya era otonomi

daerah utamanya melalui kebijakan Pemerintah daerah harus

mampu memberikansolusi agar ke depan, keberadaan

transmigrasi dapat memberi kontribusi positif bagi perkembangan

daerah. Kebijakan yang diterapkan harus berkonotasi tidak secara

massal mengatur perpindahan penduduk, tetapi lebih pada

“menjual” daerah dengan upaya meningkatkan pertumbuhan

ekonomi secara jangka panjang. Penciptaan lapangan kerja,

penjaminan iklim usaha yang kondusif, memberikan informasi

potensi daerah secara intensif serta menjamin terciptanya

keamanan dan kenyamanan untuk bertempat tinggal (Warsono,

2012).

Perubahan-perubahan tersebut telah melahirkan Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang Ketransmigrasian, dan

kemudian diubah melalui Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009

tentang perubahan atas Undang-Undang Nomor 15 tahun 1997

tentang Ketransmigrasian. Sebagaimana dinyatakan dalam

Undang-undang tersebut tujuan Transmigrasi adalah untuk (1)

meningkatkan kesejahteraan Transmigran dan masyarakat sekitar,

(2) meningkatkan pemerataan pembangunan daerah, dan (3)

memperkuat persatuandan kesatuan bangsa. (Rustiandi E dan

Junaidi, 2011).

Page 13: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

3

Pembangunan transmigrasi telah berhasi menciptakan

kesempatan kerja, pemerataan pembangunan di daerah, dan

membentuk pusat-pusat pertumbuhan baru. Berdasarkan data

dari Pusdatin Ketransmigrasian (2012), sejak Pra Pelita sampai

dengan tahun 2011, telah membuka 4.537.034 hektar lahan

pertanian baru

sebagai lapangan usaha bagi 2,3 juta keluarga yang

dimukimkan atau sekitar 8,8 juta orang. Jenis-jenis usaha yang

tercipta seperti perdagangan, jasa dan industri rumah tangga turut

berkembang sejalan dengan pertumbuhan produksi pertanian

dipermukiman transmigrasi. Selama ini transmigrasi telah

menciptakan 3.325 desa definitif yang sebagian diantaranya telah

berkembang pesat dan menjadi pusat pertumbuhan seperti

ibukota kecamatan, kawasan Kota Terpadu Mandiri (KTM),

kawasan agropolitandan sentra produksi tanaman pangan

ataupun perkebunan (Widaryanto, 2012).

Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan bentukan

transmigrasi masih memiliki potensi yang cukup besar untuk

dikembangkan lebih lanjut. Pusat pertumbuhan merupakan

tempat berkumpulnya kegiatan yang mampu berfungsi sebagai

penggerak pertumbuhan ekonomi serta mempunyai keterkaitan

produksi baik vertikal maupun horizontal. Menurut Najiyati

(2005) memperlihatkan bahwa 37 persen permukiman

transmigrasi pola pangan berkembang menjadi sentra produksi

pangan dengan sumbangsih produksi padi sebanyak 8,4 juta ton

gabah kering giling (GKG) per tahun.

Dalam kaitannya dengan pembangunan daerah Santoso,

A.D (2003) mengatakan kontribusi transmigrasi dalam

pembangunan daerah, memperlihatkan adanya kontribusi yang

signifikan dari pembangunan Unit Permukiman Transmigrasi

(UPT) terhadap pembangunan daerah yang dilihat dari

pengaruhnya terhadap desa sekitarnya. Sejalan dengan apa yang

dikemukakan Siswono, Y (2003) program transmigrasi telah ikut

menunjang pembangunan daerah melalui pembangunan

perdesaan baru. Dari 3000 an (UPT), 945 telah berkembang

menjadi desa baru. Desa-desa baru tersebut tumbuh dan

Page 14: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

4

berkembang menjadi ibukota kecamatan dan bahkan menjadi

ibukota kabupaten/kota. Berdasarkan data tahun 2010, eks UPT

yang telah mendorong perkembangan daerah menjadi pusat

pemerintahan sebanyak 97 kabupaten (Kemenakertrans, 2011).

Kondisi ini memperlihatkan bahwa program transmigrasi telah

mendukung pembentukan pusat pemerintahan kabupaten/kota

serta kecamatan di Indonesia.

Keberhasilan yang dicapai di daerah tujuan, juga

memberikan kontribusi didaerah asal. Menurut Affandi, J (1985)

peranan daya dorong daerah asal cukup besar bagi transmigran

dalam pengambilan keputusan untuk bertransmigrasi. Faktor

ekonomi berupa pemilikan lahan yang sempit, terbatasnya

lapangan pekerjaan, serta rendahnya pendapatan di perdesaan

menyebabkan penduduk calon transmigran bersedia

meninggalkan kampung halamannya untuk memperoleh

kesejahteraanyang lebih tinggi. Selain itu program ini juga telah

mendukung dari pada pembangunan beberapa infra struktur yang

strategis di Pulau Jawa.

Kenyataan menunjukkan bahwa program transmigrasi

sejak dilaksanakan telah menjadi salah satu program nasional

yang dapat mendorong percepatan pembangunan dan

pertumbuhan wilayah-wilayah yang terintegrasi dengan upaya

pemerataan penduduk. Transmigrasi telah menjadi kebutuhan

dalam pembangunan daerah dan menjadi rujukan dalam

pengembangan potensi wilayah.

Di era otonomi daerah, telah terjadi perubahan

kewenangan (urusan) pilihan, baik bagi pemerintah pusat maupun

pemerintah di daerah (propinsi atau kabupaten/kota). Namun

konsekuensi yang muncul bagi pusat dan daerah dari penentuan

pilihan kewenangan (urusan) ini belum begitu jelas. Dampaknya

pada masa reformasi telah terjadi penurunan penempatan

transmigrasi. Pada akhir orde baru (Pelita VI) rata-rata jumlah

transmigrasi yang di tempatkan sebanyak 350.064 Kepala Keluarga

(KK per tahun, dan pada era otonomi, tahun 2000–2004 hanya

sebanyak 87.571 KK per tahun. Keadaan ini semakin berkurang

Page 15: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

5

pada tahun 2005-2009 hanya 41.853 KK per tahun dan terus

menurun menjadi 7.310 KK saja pada Tahun 2010- 2012.

Menurunnya jumlah penempatan transmigrasi setelah

otonomi daerah, diduga karena semakin terbatasnya ketersediaan

lahan. Di samping itu telah terjadi perubahan tata pemerintahan

dari sentralisasi ke desentralisasi dan otonomi, tidak diikuti

dengan perubahan dalam manajemen pembangunan transmigrasi,

yang sesungguhnya “masih belum” mengalami perubahan secara

substansial. Menurut Anharudin, et.al(2008) transmigrasi masih

menjadi “program pemerintah” pusat, sekalipun pelaksanaannya

adalah pemerintah daerah(kabupaten dan provinsi). Perencanaan

secara nasional memang sebagian usulan dari daerah, tapi tanpa

dukungan finansial (anggaran) dari pusat, daerah daerah masih

belum mampu berinisiatif membangun transmigrasi, dengan

alasan tidak ada biaya.

Penurunan kinerja transmigrasi juga disebabkan oleh

adanya pandangan negatif seiring dengan keberhasilan yang

dicapai program ini. Menurut Soetrisno (1986) di daerah dimana

penduduk asli mempunyai kedudukan ekonomi yang rendah

maka rasa untuk menolak transmigrasi akan sangat terasa.

Transmigrasi sering dikatakan usaha untuk “men Jawakan”

daerah, pemindahan kemiskinan, sentralisasi, menutup

kemungkinan bagi mereka untuk menduduki kedudukan kunci

dalam pemerintahan daerah atau dinas yang ada di daerah, dan

bertentangan dengan hak azazi manusia (HAM).

Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah penempatan

transmigrasi di Indonesia. Penempatan transmigrasi di daerah ini

telah dimulai sebelum kemerdekaan tahun 1940, dan terus

berlanjut sampai saat ini. Berdasarkan data dari Disosnakertran

Tahun 2016, jumlah transmigran yang telah ditempatkan di

Provinsi Jambi mencapai 83.641KK atau (355.221jiwa), dengan

jumlah tersebut memposisikan Provinsi Jambi sebagai salah satu

daerah utama penempatan transmigran di Indonesia.

Diawal penempatan para transmigran dibekali oleh

pemerintah dengan penjatahan lahan rata-rata 2 Ha masing-

masing per KK. Ada 2 jenis lahan yang mereka terima, dengan

Page 16: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

6

jumlah anggota keluarga rata-rata 3-4 orang. Lahan pertama

terletak disekeliling rumah yang telah disediakan (pekarangan)

lahan ini ditanami tanaman berumur pendek seperti Jagung, Ubi,

Kacang Tanah, dan Kedelai. Untuk lahan kedua ditanami tanaman

keras yang berumur panjang. Lahan-lahan tersebut dimanfaatkan

transmigrasi tidak hanya untuk pertanian, melainkan juga untuk

perkebunan seperti karet dan kelapa sawit. Dikawasan

transmigrasi Rimbo Bujang tanaman karet merupakan salah satu

komoditi yang paling banyak ditanam oleh para transmigran dan

juga masyarakat sekitarnya karena cepat mendatangkan

keuntungan. Seiring dengan berjalannya waktu anak-anak

transmigran pada saat ini sudah banyak yang memasuki dunia

kerja bahkan diduga generasi keduanya telah membentuk rumah

tangga baru.

Program transmigrasi hanya menyiapkan lahan untuk

satu generasi, sedangkan saat ini para transmigran di lokasi

permukiman telah sampai pada turunan kedua bahkan

turunanketiga. Jika anak-anak transmigran tersebut, masih berada

di lokasi transmigrasi dengan ketergantungan penghidupan pada

lahan generasi pertama (orang tua yang menjadi transmigran)

tentunya akan berdampak pada pembagian lahan dalam keluarga.

Pada tahap selanjutnya, jika ini terus berlanjut akan berdampak

pada munculnya kantong-kantong kemiskinan baru di daerah

penempatan transmigrasi.

Pemerintahdalam hal ini Kemenakertrans, pada saat ini

sedang merintis pembangunan permukiman transmigrasi dengan

memanfaatkan tanah hak melalui jenis transmigrasi umum

maupun pemugaran permukiman. Hasil kajian Delam et.al (2009)

dalam Purbandini, L dan Pandiadi, (2012) mengatakan bahwa

pemugaran permukiman menjadi salah satu solusi pemerintah

dalam mengatasi sulitnya mendapatkan tanah untuk transmigrasi.

Karena itu, dengan melibatkan dan partisipasi masyarakat dalam

penyediaan tanah hak untuk pembangunan transmigrasi akan

memberikan manfaat diantaranya dapat mengurangi terjadinya

konflik lahan (tanah).

Page 17: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

7

Berdasarkan kenyataan empiris di era otonomi daerah,

ingin dikemukakan bahwa pola transmigrasi dapat diberdayakan

menurut karakteristik daerahnya masing-masing. Bagaimana

mengatur kebijakan bagi daerah untuk menarik, kaum migran

dengan tingkat Sumber Daya Manusia (SDM) tertentu, bagaimana

cara eksplorasi Sumber Daya Alam (SDA) secara proporsional agar

dapat menarik investor pull factor kaum migran yang tidak hanya

berbasis pada usaha pertanian, tetapi juga, industri, jasa dan sektor

lainnya. Kemudian yang paling pentingbagaimana agar kaum

pendatang dapat disambut welcome oleh penduduk lokal sebagai

mitra dalam nuansa keamanan dan kenyamanan bermukim

(Warsono, 2012).

Dalam pengembangan akses terhadap faktor-faktor

produksi, transmigrasi telah membangun sarana fisik transportasi

seperti jalan, jembatan serta gorong-gorong dan saluran drainase

yang telah membuka isolasi daerah yang selama ini tidak

tersentuh pembangunan. Penyebaran penyediaan prasarana

transportasi

diyakini dapat membuka ketertinggalan terhadap faktor

produksi dan menyeimbangkan distribusi pendapatan antar

kelompok penduduk. Di bidang pendidikan, transmigrasi telah

membangun ribuan fasilitas pendidikan terutama Sekolah dasar.

Bersamaan dengan bangunan fisik juga dilengkapi dengan

peralatan dan penempatan tenaga pengajar. Untuk bidang

kesehatan, transmigrasi telah membangun ribuan unit balai

pengobatan disertai dengan penempatan tenaga para medis dan

distribusi obat-obatan selama masih dalam pembinaan.

Penyediaan fasilitas sosial dimaksud tidak saja diperuntukkan

bagi para transmigran, tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh semua

penduduk sehingga turut mendukung peningkatan kesejahteraan

masyarakat sekitarnya.

Namun demikian, beberapa fakta menunjukkan adanya

fenomena kegagalan program ini. Berdasarkan Laporan Bank

Dunia tahun 1986, sekitar 50 persen keluarga transmigrasi hidup

dibawah garis kemiskinan. Pada akhir tahun 1980-an survey yang

dilakukan pemerintah Prancis menyatakan 80 persen dari daerah

Page 18: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

8

transmigrasi di Indonesia gagal memperbaiki standar kehidupan

transmigran (Marr, 1990). Selanjutnya Monbiot (1989)

mengemukakan kegagalan program transmigrasi dalam

mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

mengakibatkan beberapa permukiman banyak keluarga

meninggalkan lokasi transmigran setelah dua sampai tiga tahun

menjadi peladang berpindah atau sebagai penebang liar. Kondisi

paling buruk terjadi di Irian Jaya, sehingga kota–kota di daerah ini

seperti Merauke dan Jayapura akhirnya dipenuhi pengungsi yang

berasal dari daerah transmigrasi yang gagal.

Dalam perjalanan panjang pelaksanaan transmigrasi di

Provinsi Jambi, telah menunjukkan berbagai keberhasilan baik dari

aspek demografi, sosial budaya dan ekonomi. Namun demikian

masih ada diantara permukiman transmigrasi yang mengalami

kegagalan seperti di lokasi transmigrasi pasang surut di Tanjung

Jabung Timur. Secara keseluruhan persentase yang tidak berhasil

tergolong kecil. Para transmigran tersebar hampir di setiap

kabupaten yang ada di Provinsi Jambi. Umumnya mereka

mengusahakan hasil pertanian dan perkebunan, seperti di

Kabupaten Tebo dengan perkebunan Karet, Muaro Jambi

mengusahakan perkebunan Kelapa sawit dan Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dan Timur usaha pertanian tanaman pangan (padi).

Berdasarkan observasi, di daerah transmigrasi cukup

banyak keberhasilan yang dicapai baik dibidang ekonomi, sosial,

budaya dan politik. Di kawasan transmigrasi Rimbo Bujang

Kabupaten Tebo, dengan tanaman utama karet penempatan

transmigrasi di lokasi ini telah dimulai tahun 1976. Berbagai

keberhasilan yang dicapai oleh transmigran telah membuat

kehidupan mereka jauh lebih baik dibanding sebelum

bertransmigrasi. Mereka telah mampu memperoleh penghasilan

rata-rata antara Rp 4-4,5 juta per bulan per KK. Sebahagian

diantara anak-anak mereka telah menamatkan pendidikan tinggi,

dan telah bekerja baik di sektor pertanian maupun sektor non

pertanian. Di sektor pertanian mereka melanjutkan pekerjaan

orang tuanya yang telah dirintis sebelumnya baik di desa sendiri

maupun keluar dari kawasan transmigrasi. Terdapat juga anak-

Page 19: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

9

anak transmigran yang bekerja di pemerintahan maupun sektor

swasta di daerah Kabupaten Tebo maupun diluar Kabupaten

Tebo.

Kawasan transmigrasi Sungai Bahar merupakan salah satu

daerah penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi. Penempatan

transmigrasi dimulai pada tahun 1986, mereka berasal dari Jawa

Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat dan transmigrasi lokal yang

berasal dalam Provinsi Jambi. Berpedoman pada generasi kedua

transmigrasi diberbagai permukiman di Indonesia yang telah

menunjukkan berbagai keberhasilan, maka diperkirakan untuk

Provinsi Jambi menunjukkan hal yang tidak jauh berbeda.

Berdasarkan survei awal Generasi kedua transmigrasi Sungai

Bahar, Kabupaten Muaro Jambi misalnya saat ini (generasi kedua)

telah mengalami perubahan dan sebahagian mereka ada yang

meninggalkan lokasi (melakukan perpindahan lanjutan) ketempat

lain. Ada yang melakukan perpindahan dalam kawasan

transmigrasi sendiri dan masih dalam kecamatan yang sama.

Kecamatan lain dalam kabupaten yang sama, terdapat juga mereka

yang pindah diluar kabupaten dalam Provinsi yang sama, bahkan

sebagian lagi ada yang pindah keluar dari Provinsi Jambi.

Berdasarkan jenis pekerjaan yang ditekuni oleh generasi

kedua transmigran Sungai Bahar mereka bekerja di berbagai

bidang kegiatan. Sebagian meneruskan pekerjaan orang tuanya di

sektor Pertanian, atau sub sektor Perkebunan sebagai petani sawit,

petani karet atau sebagai buruh perusahaan. Terdapat juga

generasi kedua yang menjadi mandor dan tenaga administrasi di

perusahaan yang sama. Diluar itu terdapat juga yang bekerja

diBank, menjadi PNS, Pedagang, bengkel, perawat, bidan dan

sebagainya.

Dikawasan transmigrasi Batang Asam Kabupaten

Tanjung Jabung Barat, telah ditempati sejak tahun 1991.Perbaikan

tingkat kesejahteraan telah dirasakan oleh para transmigran yang

berasal dari program transmigrasi pusat sebanyak 70% (yaitu dari

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur) dan transmigrasi lokal

dari Provinsi Jambi sebanyak 30 %. Usaha pertanian utama mereka

adalah tanaman padi, selain jagung, ketela dan sayuran. Kondisi

Page 20: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

10

ini sangat beralasan karena daerah ini memiliki sistem pengairan

yang baik dengan adanya irigasi yang dibangun oleh pemerintah.

Bila sistem pengairannya dapat ditingkatkan dari 2 kali menjadi 3

kali dalam setahun, produksi padi dapat mencapai 6-7 ton/ha per

tahun per panen (Hatta, M, 2015). Hal ini memungkinkan

penghasilan petani akan meningkat dibandingkan dengan

keadaan sekarang yang baru mencapai sekitar Rp 3,5 – 4 juta per

KK per bulan. Pada bidang sosial lainnya telah terjadi kemajuan

yang lebih baik. Anak-anak transmigran di daerah ini, terutama

yang telah menamatkan pendidikan (SLTA ke atas), bekerja di

bidang pertanian lainnya seperti dibidang perkebunan, buruh

pabrik sopir dan sebagainya. Diluar itu ada juga yang bekerja di

sektor non pertanian seperti di bidang perdagangan, kantor

pemerintah maupun swasta, pelayan di toko, bengkel, satpam dan

pekerjaan lainnya.

Mengingat, telah berlangsungnya penempatan transmi-

grasi di Provinsi Jambi dalam kurun waktu yang cukup lama,

persoalan yang perlu mendapat perhatian adalah tentang

kelangsungan hidup dari anak-anak transmigran (generasi ke

dua).Untuk itu perlu dicarikan kebijakan yang sesuai dalam

rangka pengembangan generasi ke dua transmigrasi ke depan. Hal

ini akan menjadi penting karena terkait dengan salah satu tujuan

pelaksanaan program transmigrasi adalah untuk meningkatkan

kesejahteraan transmigran dan keluarganya.

Lokasi penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi hampir

meliputi semua kabupaten yang ada. Dilihat dari permasalahan

yang dihadapi belum semua permukiman transmigrasi

berkembang secara baik, untuk permukiman yang kurang

berkembang tentu akan berdampak terhadap pengembangan

wilayah sekitarnya.

Sesuai dengan Undang-undang nomor 15 Tahun 1997,

disebutkan salah satu tujuan program transmigrasi adalah dalam

rangka meningkatkan pemerataan pembangunan daerah dan

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, permukiman

transmigrasi diharapkan berkembang menjadi pusat-pusat

pertumbuhan, dan dapat memberikan dampak terhadap

Page 21: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

11

pengembangan wilayah sekitarnya. Bila daerah transmigrasi telah

berkembang dan tidak berdampak terhadap wilayah sekitarnya

keadaan ini dapat memicu berbagai persoalan yang pada akhirnya

menimbulkan adanya rasa kecemburuan antar wilayah yang

berujung pada ketidakstabilan politik di daerah tersebut.

Berbagai fenomena empirik menurut Junaidi (2012)

menunjukkan ketidakmerataan pembangunan yang berkepanja-

ngan akhirnya menimbulkan efek yang kontra produktif terhadap

berbagai upaya yang telah dilakukan demi peningkatan

pertumbuhan itu sendiri. Di negara-negara yang tingkat

pertumbuhan ekonominya yang tinggi, keberlanjutan

pertumbuhan dapat terjaga oleh tingkat kemajuan yang merata.

Berbeda halnya dengan negara berkembang dimana kemajuan

ekonomi yang tinggi seringkali diikuti oleh ketimpangan dalam

pembangunan ekonomi antar wilayah. Kondisi ini tidak terlepas

dari pada keberadaan komponen yang paling lemah. Artinya

tingkat kemajuan yang dicapai oleh daerah juga ditentukan oleh

kondisi wilayah tertinggal yang ada.

Terkait dengan transfebility keterampilan migran

diungkapkan oleh Bazzi, S et.al (2016) We use natural experiment in

Indonesia to provide causal evidence on the role of location–specific

human capital and skill transfebility in shaping the spatial distribution of

productivity from 1979-1988, the transmigration program located two

million migrants from rural Java and Bali to new rural settlements in the

outer islands. Artinya kami menggunakan eksperimen di Indonesia

untuk menunjukkan bukti bahwa peranan sumberdaya manusia di

lokasi tertentu dan kemampuan alih keterampilan yang

membentuk penyebaran produktivitas tata ruang (wilayah). Dari

tahun 1979-1988, program transmigrasi telah merelokasi sebanyak

2 juta pendatang dari perdesaan Jawa dan Bali kepermukiman

perdesaan baru di pulau-pulau terluar. Selanjutnya dikatakan

bahwa untuk daerah perdesaan para pendatang perlu

menyesuaikan musim tanam yang sama dan menunjukkan

produktivitas padi yang lebih tinggi dengan intensitas panen

selama 1-2 dekade kemudian. Kami menemukan beberapa bukti

bahwa transmigran telah mampu untuk beradaptasi dalam

Page 22: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

12

perubahan musim tanam (agro climatic change). Secara keseluruhan,

hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan produktivitas

daerah berkemungkinan melebihi potensi keuntungan dari

migrasi.

Berbagai temuan empirik menunjukkan bahwa

transmigrasi sebagai program pembangunan telah berhasil dan

ada juga yang mengindikasikan kegagalan. Terdapat permukiman

transmigrasi yang berkembang menjadi sentra produksi pertanian,

serta ada juga permukiman yang harus direlokasi karena sering

kena banjir. Di era otoda dengan maraknya pembentukan

kabupaten baru, tercatat cukup banyak eks. Lokasi transmigrasi

ditetapkan menjadi ibukota kecamatan bahkan ibukota kabupaten.

Disamping itu harus diakui pula adanya kegagalan di masa lalu

dalam pengembangan areal pertanian sejuta hektar kawasan

pengembangan lahan gambut di Kalimantan Tengah yang

melibatkan banyak pihak dalam pelaksanaan pembangunannya

(Soegiarto, S. 2008).

Terkait dengan kontribusi transmigrasi dalam

pembangunan daerah, menunjukkan adanya kontribusi yang

signifikan dari pembangunan (UPT) terhadap pembangunan

daerah yang dilihat dari pengaruhnya terhadap desa sekitarnya

pada skala tingkat kecamatan. Menurut studi Santoso, A. D.

(dalam Soegiarto, S. 2008) pembangunan kawasan transmigrasi di

lokasi sampel pola usaha tanaman pangan dan pola tanaman

perkebunan mempunyai dampak dalam peningkatan pendapatan

bagi desa sekitarnya, dan menjadi pusat pertumbuhan. Kondisi ini

tentu akan dapat menjadi dasar dalam pengembangan program

transmigrasi, sehingga diharapkan memberikan kontribusi yang

positif dalam rangka pengembangan wilayah perdesaan di

Indonesia.

Perkembangan permukiman transmigrasi di Provinsi

Jambi dapat didekati dengan pengukuran beberapa variabel yang

diduga berpengaruh terhadap kelangsungan generasi kedua

transmigrasi. Aspek-aspek yang dimaksud adalah aspek ekonomi,

sosial budaya, aspek integrasional dan aspek keaktifan layanan

lembaga sosial. Menyangkut perubahan permukiman

Page 23: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

13

(perpindahan) yang terjadi pada generasi kedua transmigrasi di

Provinsi Jambi menunjukkan berbagai tipe permukiman, seiring

dengan perbaikan kondisi sosial dan ekonomi dari generasi kedua

transmigran. Secara umum pada penelitian ini

sebaranpermukiman generasi kedua yang terjadi dibedakan (1).

Didalam desa transmigrasi, (2). Diluar desa transmigrasi.

Untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi dari keluarga

generasi keduatransmigran dilakukan dengan menganalisis data

keluarga yang menjadi sampel. Kondisi sosial ekonomi generasi

kedua transmigrasi meliputi karakteristik kepala keluarga,

struktur dan kegiatan anggota keluarga, karakteristik tempat

tinggal, kepemilikan lahan pertanian keluarga, kepemilikan asset

dan pendapatan keluarga. Interaksi antara desa-desa eks

transmigrasi dengan desa-desa sekitarnya dapat terjadi diberbagai

bidang. Hubungan berupa aliran barang dan jasa, migrasi tenaga

kerja, transfer modal dan pendapatan serta alih teknologi. Terkait

dengan kesejahteraan yang dicapai oleh generasi kedua, dapat

diketahui dari kondisi perumahan, kepemilikan lahan maupun

asset yang ada, penghasilan dan tabungan, struktur

ketenagakerjaan. Khusus di bidang peningkatan sumberdaya

manusia dengan menggunakan indikator pendidikan

menunjukkan kemajuan yang cukup berhasil dimana banyak

generasi kedua yang telah mencapai pendidikan yang tinggi.

Berhubungan dengan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap

tipe(bentuk) permukiman generasi kedua transmigran di Provinsi

Jambi, menunjukkan terdapat beberapa penyebab. Faktor tersebut

dapat berupa peubah sosial, ekonomi, faktor kepemilikan lahan

dan faktor demografi. Secara lebih jauh faktor tersebut dapat

dibedakan dalam variabel umur, jenjang pendidikan, status

pekerjaan, jenis pekerjaan, lapangan usaha pekerjaan, daerah asal

orang tua, jumlah anggota rumah tangga, dan komoditas utama

pertanian yang dimiliki.

Secara umum buku ini akan menjabarkan tentang

transmigrasi berkelanjutan (generasi kedua transmigran) di era

otonomi daerah dalam rangka pengembangan wilayah perdesaan.

Secara khusus bagian-bagian buku ini akam membahas

Page 24: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

14

karakteristik generasi pertamatransmigran di daerah penelitian

dalam Provinsi Jambi. Selain itu akan diulas juga karakteristik

generasi kedua transmigrandi daerah, kesejahteraan generasi

kedua dibandingkan dengan generasi pertama di daerah

penelitian dalam Provinsi Jambi. Pada bagian akhir akan

dijabarkan sebaran permukiman generasi kedua transmigran dan

faktor-faktor yang mempengaruhinya di daerah penelitian dalam

Provinsi Jambi.

Page 25: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

15

BAB II

SEJARAH TRANSMIGRASI DAN

PEMBANGUAN BERKELANJUTAN

Pada bab ini akan membahas tentang sejarah transmigrasi di

Indonesia dan peran transmigrasi dalam pembangunan. Selain itu

akan dijebarkan bagaimana konsep generasi kedua dalam

transmigrasi dan konsep pengembangan berkelanjutan. Untuk

melihat lebih jauh tentang transmigrasi, akan dibandingkan

berbagai kasus migrasi dan pemukiman di berbagai negara.

A. Sejarah Transmigrasi di Indonesia.

Sejarah mencatat bahwa program transmigrasi di

Indonesia telah berlangsung cukup lama. Mulai dari masa

pemerintahan dan kekuasaan kolonial Belanda, Penjajahan

Jepang sampai pada saat masa reformasi atau otonomi daerah.

Dimasa pemerintahan dan kekuasaan tersebut ditandaidengan

adanya tujuan, arah dan kebijakan serta paradigma

ketransmigrasian yang berbeda-beda. Program transmigrasi

didasarkan pada konsep dimana jumlah penduduk Pulau Jawa

mencapai 61 persen dari penduduk Indonesia, sedangkan luas

daerahnya hanya sekitar 7% saja (Fearnside. M, 1997)

1. Transmigrasi Masa Pemerintahan Kolonial Belanda dan

Pendudukan Jepang

Pada zaman pemerintahan kolonial Belanda,

transmigrasi dikenal dengan istilah kolonisasi. Dimulai

pada tahun1905, pemerintah kolonial memindahkan

penduduk sebanyak 155 Kepala Keluarga (KK) dari Pulau

Jawa ke Lampung dan ditempatkan di Gedong Tataan, di

tepi jalan ke Kota Agung, 25 Kilometer sebelah Barat

Tanjung Karang ( Swasono dan Singarimbun, 1986).

Kebijakan kolonisasi penduduk dari Pulau Jawa ke luar

Pulau Jawa dengan berbagai alasan: (1). Melaksanakan salah

satu program politik etis, yaitu memindahkan penduduk

untuk mengurangi jumlah penduduk Pulau Jawa dan

memperbaiki taraf kehidupan yang masih rendah. (2).

Pemilikan tanah yang semakin sempit di Pulau Jawa akibat

Page 26: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

16

pertambahan penduduk yang cepat, sehingga kehidupan

masyarakat di Pulau Jawa menurun. (3). Untuk keperluan

tenaga kerja di perkebunan dan pertambangan Belanda di

luar Pulau Jawa untuk menjamin pasaran industri.

Penyelenggaraan perpindahan penduduk pada masa

kolonisasi dapat dibagi atas tiga periode (Purboadiwidjojo,

S. 1985).

Pertama, periode kolonisasi dengan bantuan

pemerintah (1905 – 1911). Pada periode ini, setiap kepala

keluarga mendapatkan bantuan secukupnya. Sebagai

perangsang, setiap KK diberi premi sebesar 20 gulden,

dilengkapi dengan alat-alat masak dan alat-alat pertanian.

Di tempat mereka dibantu dengan bahan perumahan dan

bahan makanan untuk 2 tahun. Berdasarkan anggaran

pemerintah, biayanya per KK adalah 300 gulden, dan tidak

termasuk biaya pembangunan jalan dan irigasi.

Kedua, periode Bank Rakyat Lampung, Dalam

periode ini (1911 – 1927) bank diikutsertakan untuk

memberi kredit usaha dan untuk membeli bekal kerja.

Setiap KK bisa mendapatkan kredit sampai 200 gulden.

Khusus untuk keperluan itu diberikan oleh De Volkskrediet

Bank voor de Lampongsche Disttricten. Kredit tersebut

merupakan kredit jangka panjang dengan periode tenggang

waktu 3 tahun dan harus dilunasi dalam 10 tahun dengan

bunga 9 persen per tahun pada periode ini Bank Rakyat

Lampung mengalami kerugian, terutama karena

mismanagement, sehingga bank tersebut dinyatakan

bangkrut dan dilikuidasi. Akibatnya program kolonisasi

dengan Bank dihentikan.

Ketiga, periode bawon (1923 – 1942). Pada periode ini

ditandai dengan adanya kesulitan ekonomi yang dialami

oleh pemerintah kolonial Belanda, akibat krisis ekonomi

dunia yang hebat. Ketika itu banyak sekali perusahaan-

perusahan terpaksa menutup perusahaannya atau

mengurangi tenaga kerjanya. Keadaan ini juga dialami oleh

pemerintahan kolonial, dimana minat masyarakat Jawa

Page 27: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

17

untuk ikut kolonisasi cukup tinggi, pemerintah akhirnya

mengubah pola kolonisasi untuk menekan biaya dengan

sistem bawon (upah–natura). Alasannya adalah produksi

padi yang begitu banyak, sehingga pemungutannya tidak

dapat diselesaikan oleh tenaga para kolonis sendiri. Pada

masa panen raya, banyaknya sampai 1 dibanding 10, artinya

mereka yang bekerja mendapat satu bagian hasil panen dan

sepuluh bagian lagi diperoleh pemilik sawah

(Purboadiwidjojo, S. 1985). Untuk menarik para kolonis

kembali ke Lampung bagian hasil bawon dibuat lebih besar

yaitu dengan perbandingan 1:7 atau 1: 5, dimana buruh

akan memperoleh 1 bagian setiap tujuh atau 5 bagian yang

didapatkan pemilik lahan.

Selama periode pemerintah kolonial Belanda, jumlah

penduduk Pulau Jawa yang dapat dipindahkan hanya

sebanyak 60.155 KK atau 232.802 jiwa (Kemenakertrans,

2012). Akan tetapi bila dilihat dari aspek peningkatan

kesejahteraan peserta kolonisasi, tingkat kehidupan mereka

lebih baik jika dibandingkan saat berada di daerah asal

(Dixon, 1980 diacu dalam Junaidi, 2012).

Semasa pemerintahan Jepang di Indonesia (1942 –

1945), usaha transmigrasi tetap dijalankan. Pola

pemindahan penduduk lebih bertujuan untuk kepentingan

pembangunan prasarana militer di luar Pulau Jawa. Bentuk

kegiatan ini lebih bersifat kerja paksa atau dengan istilah

Romusha. Romusha semata-mata ditujukan untuk

kepentingan pemerintahan Jepang, sama sekali bukan untuk

kepentingan pemerintahan Indonesia. Pada periode ini telah

dipindahkan penduduk Pulau Jawa ke luar Jawa sekitar

2000 keluarga. Kemudian program pemindahan penduduk

ini terhenti akibat perang kemerdekaan.

2. Transmigrasi Masa Orde Lama

Setelah kemerdekaan, semua yang berbau kolonial,

yang berbau adat dan feodal menjadi sasaran massa.

Semenjak tahun 1946 Pemerintah Republik Indonesia telah

memberi pengarahan kepada massa rakyat untuk

Page 28: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

18

membangun. Sejak awal kemerdekaan, hanya enam bulan

setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, telah

dicanangkan transmigrasi dalam pola pembangunan masa

datang, seperti yang diungkapkan Wakil Presiden RI dalam

konperensi Ekonomi di Yogyakarta pada tanggal 3 Februari

1946 (Swasono dan Singarimbun, 1985).

Pelaksanaan transmigrasi di masa orde lama mengacu

pada Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 1958 tentang

Pokok-pokok Penyelenggaraan Transmigrasi, dan kemudian

diubah melalui Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun 1959

tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi.

Kemudian dikeluarkan Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 29 Tahun 1960 tentang Pokok-Pokok

penyelenggaraan transmigrasi, Peraturan Presiden No. 5

Tahun 1965 tentang Gerakan Nasional Transmigrasi. Pada

masa orde lama tujuan transmigrasi adalah untuk

meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat.

Mengurangi tekanan penduduk di daerah-daerah padat

terutama di Pulau Jawa, membuka sumber-sumber alam

meningkatkan kegiatan ekonomi terutama produksi pangan,

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, serta

meningkatkan keamanan dan ketahanan nasional.

Pada tahun 1948 ketika Pemerintah Republik

Indonesia membentuk panitia untuk mempelajari

pelaksanaan program transmigrasi merupakan awal dari

dimulainya pelaksanaan transmigrasi pada era orde lama.

Akan tetapi pemberangkatan transmigrasi baru

dilaksanakan pada tahun 1950. Dalam menyelenggarakan

perpindahan penduduk tersebut, pemerintah RI mengalami

berbagai permasalahan. Hal ini disebabkan belum

mempunyai pengalaman, walaupun sudah ada contoh-

contoh dan referensi pada saat penyelenggaraan kolonisasi

(Rofiq, A U. 1998). Masalah utama adalah tidak stabilnya

lembaga pemerintahan yang bertanggung jawab terhadap

penyelenggaraan transmigrasi. Ketika itu penyeleng-

garaannya ditangani Jawatan Transmigrasi di bawah

Page 29: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

19

Kementerian Sosial. Tahun 1960, Jawatan Transmigrasi

menjadi departemen yang digabung dengan urusan

perkoperasian dengan nama Departemen Transmigrasi dan

Koperasi. Pada masa ini selain tujuan demografis, tujuan

lain dimaksudkan untuk meningkatkan keamanan,

kemakmuran, dan kesejahteraan rakyat, serta mempererat

rasa kesatuan dan persatuan bangsa.

Pada zaman orde lama (Pra Pelita Tahun 1950 – 1968)

ditetapkan target perpindahan penduduk yang dikenal

dengan “Rencana 35 Tahun Tambunan”. Sasarannya adalah

pada tahun 1987 jumlah penduduk pulau Jawa berkurang

menjadi 31 juta jiwa dari kondisi pada tahun 1952 yang

sebanyak 54 juta jiwa (Heeren, 1979 dalam Junaidi, 2012).

Namun demikian mengingat sulitnya pencapaian target

tersebut, maka dilakukan revisi target transmigrasi yang

lebih realistis. Dalam kurun waktu selama lima tahun, yaitu

tahun 1956-1960 direncanakan pemindahan penduduk

Pulau Jawa sebanyak 2 juta orang, atau rata-rata 400 ribu

orang per tahun. Kemudian dalam rencana delapan tahun

selanjutnya, dalam periode 1961- 1968, Departemen

Transmigrasi menurunkan lagi targetnya menjadi 1,56 juta

orang, atau rata-rata 195 ribu orang per tahun. Penurunan

target ini akibat dari meningkatnya anggaran untuk

pemberangkatan transmigrasi.

Pada periode rencana delapan tahun, muncul

kebijakan Transmigrasi Gaya Baru pada musyawarah

nasional gerakan transmigrasi yang diselenggarakan bulan

Desember 1964. Konsepnya memindahkan kelebihan

fertilitas total yang diperkirakan mencapai 1,5 juta orang per

tahun. Pada kebijakan ini muncul pula ide untuk

melaksanakan transmigrasi swakarsa. Pada model ini

transmigran baru ditampung oleh transmigran lama seperti

yang pernah dilakukan pada zaman kolonial Belanda

dengan sistem bawon, seterusnya membuka hutan,

membangun rumah, membuat jalan sendiri, sehingga

Page 30: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

20

pengeluaran yang ditanggung oleh pemerintah tidak terlalu

besar (Setiawan, N. 2006).

Pada zaman orde lama, minat penduduk Pulau Jawa

untuk ikut transmigrasi cukup tinggi. Bahkan mereka mau

berangkat ke daerah transmigran atas biaya sendiri tanpa

bantuan pemerintah. Di tempat tujuan mereka cukup

melapor untuk memperoleh sebidang lahan dan bantuan

material lainnya. Pada masa tersebut ada pengkategorian

transmigrasi, sehingga dikenal istilah transmigrasi umum,

transmigrasi keluarga, transmigrasi biaya sendiri dan

transmigrasi spontan. Dalam sistem transmigrasi umum

segala keperluantransmigran, sejak dari pendaftaran sampai

di lokasi menjadi tanggungan pemerintah. Pemerintah juga

menanggung biaya hidup selama delapan bulan pertama,

bibit tanaman, serta alat-alat pertanian.

Transmigrasi keluarga merupakan sistem

transmigrasi beruntun, maksudnya jika ada keluarga

transmigran ingin mengajak keluarganya yang masih

tinggal di Pulau Jawa untuk tinggal di daerah transmigrasi,

maka transmigrasi lama harus menanggung biaya hidup

dan perumahan transmigran yang baru. Sistem ini tidak

jalan, karena terlalu memberatkan peserta transmigrasi,

akhirnya sejak tahun 1959 tidak dilaksanakan lagi.

Transmigrasi biaya sendiri, mengharuskan calon

transmigran mendaftar di tempat asal, kemudian berangkat

kelokasi dengan ongkos sendiri. Setelah sampai di lokasi

mereka mendapatkan lahan dan subsidi seperti transmigrasi

umum. Pada transmigrasi spontan selain menanggung

sendiri ongkos ke lokasi, mereka pun harus mengurus

sendiri keberangkatannya, kemudian di tempat tujuan baru

mereka melapor untuk mendapatkan lahan di daerah yang

telah ditentukan (Setiawan, N, 2006).Tercatat selama periode

orde lama telah dapat dipindahkan penduduk sebanyak

98.631 kepala keluarga atau sejumlah 234.802 jiwa.

Penempatan transmigran pada periode ini dimukimkan

pada 176 UPT (Kemenakertrans, 2012).

Page 31: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

21

3. Transmigrasi Masa Orde Baru

Pada zaman orde baru, penyelenggaraan transmigrasi

diatur melalui Undang-Undang No. 3 Tahun 1972 tentang

Ketentuan-Ketentuan Pokok Transmigrasi serta Peraturan

Pemerintah No. 42 Tahun 1973 tentang Penyelenggaraan

Transmigrasi. Berdasarkan peraturan perundang-undangan

tersebut tujuan transmigrasi adalah: (1) peningkatan taraf

hidup; (2) pembangunan daerah; (3) keseimbangan

penyebaran penduduk; (4) pembangunan yang merata di

seluruh Indonesia; (5) pemanfaatan sumber-sumber alam

dan tenaga manusia; (6) kesatuan dan persatuan bangsa;

dan (7) memperkuat pertahanan dan keamanan nasional.

Diluar tujuan yang telah disebutkan tersebut, ada

penekanan pada produksi beras dalam kaitan pencapaian

swasembada pangan. Untuk itu pembukaan daerah

transmigrasi diperluas ke wilayah Kalimantan Barat,

Kalimantan Selatan, Sulawesi dan bahkan sampai ke Papua.

Pada tahun 1965-1969, belum ditentukan target jumlah

transmigran yang harus dipindahkan. Daerah transmigrasi

seperti Lampung, Jambi dan Sumatera Selatan yang pada

awalnya banyak sekali menerima transmigran, dalam

periode ini hanya menerima sekitar 52 persen dari total

transmigrasi yang diberangkatkan. Pulau Sulawesi

menerima jumlah transmigran sebanyak 25 persen pada saat

itu, dan sisanya diberangkatkan ke pulau-pulau lain seperti

Kalimantan dan Papua.

Bila pada masa orde lama dikenal ada empat kategori

transmigrasi, pada periode ini hanya dikenal dua kategori

yaitu transmigrasi umum dan transmigrasi spontan. Pada

transmigrasi spontan pemerintah hanya mengorganisir

perjalanan dari daerah asal ke tempat tujuan, sedangkan

ongkos-ongkos semua ditanggung oleh peserta. Berbeda

halnya dengan transmigrasi umum, semua ongkos

ditanggung oleh pemerintah, dan di lokasi mereka

memperoleh lahan seluas dua hektar, rumah dan alat-alat

pertanian, serta biaya hidup selama 12 bulan pertama untuk

Page 32: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

22

di daerah tegalan, dan 8 bulan pertama di daerah

persawahan menjadi tanggungan pemerintah. Secara

keseluruhan selama periode orde baru pemerintah telah

dapat memindahkan sebanyak 6.708.526 orang atau

1.827.099 keluarga (Kemenakertrans, 2012).

4. Transmigrasi Masa Reformasi atau Otonomi Daerah

Sampai dengan masa reformasi jumlah penduduk

yang berhasil dipindahkan dalam program transmigrasi,

terus mengalami peningkatan. Namun demikian tetap saja

tidak dapat mengimbangi pertambahan penduduk di Pulau

Jawa. Hal ini selain disebabkan oleh tingginya migrasi

masuk ke Pulau Jawa, juga karena masih tingginya fertilitas

penduduk di Pulau Jawa. Dengan demikian, jika dilihat dari

aspek demografis yang dikaitkan dengan pengurangan

penduduk di Pulau Jawa, program transmigrasi ini tidak

mencapai sasaran.

Mengingat kondisi diatas, perlu dicari paradigma

baru dalam pembangunan transmigrasi. Hal ini kemudian

memunculkan paradigma baru transmigrasi seperti yang

tercantum dalam Undang-Undang No. 15 tahun 1997

tentang Ketransmigrasian dengan perubahannya dengan

Undang-Undang No. 29 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 15 Tahun 1997 tentang ketransmigrasian.

Dalam Undang-Undang tersebut dinyatakan tujuan

penyelenggaraan transmigrasi adalah untuk: (1)

meningkatkan kesejahteraan transmigran dan masyarakat

sekitar; (2) peningkatan pemerataan pembangunan daerah;

dan (3) memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Jadi

sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatkan

kemampuan dan produktivitas masyarakat transmigrasi,

membangun kemandirian, dan mewujudkan integrasi di

permukiman transmigrasi sehingga ekonomi dan sosial

budaya mampu tumbuh dan berkembang secara

berkelanjutan.

Penyempurnaan pelaksanaan transmigrasi yang

diperlukan antara lain, agar transmigrasi diupayakan secara

Page 33: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

23

merata di wilayah tanah air. Permukiman transmigrasi tidak

merupakan enclave serta memiliki keterkaitan fungsional

dengan kawasan sekitarnya. Berbagai kelompok etnis harus

berbaur dalam kebhinekaan, penduduk setempat juga harus

mendapat perhatian yang sama, hal ini untuk menghindari

terjadinya potensi konflik antara pendatang dengan

penduduk setempat.

Dengan diberlakukannya otonomi daerah,

sebagaimana dijelaskan dalam Undang- Undang No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah telah diatur

mengenai pelaksanaan sistem desentralisasi di Negara

Indonesia. Pemerintahan daerah akan memiliki tanggung

jawab dan wewenang yang lebih besar dalam proses

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di

daerahnya masing-masing. Untuk itu, pembangunan

transmigrasi harus diletakkan pada kerangka pembangunan

daerah yang selanjutnya harus dapat dijabarkan dalam

program-program transmigrasi.

Pelaksanaan program transmigrasi dari waktu ke

waktu menunjukkan perkembangan dan peningkatan baik

dari pelaksanaan pengembangan masyarakat transmigrasi

maupun kawasan transmigrasi. Berdasarkan Peraturan

Pemerintah Nomor 3 Tahun 2014, dalam pengembangan

masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi pada

pasal 94 dijelaskan: (1). Pengembangan masyarakat

transmigrasi dan kawasan transmigrasi merupakan

pengembangan dari hasil pembangunan kawasan

transmigrasi untuk mewujudkan kawasan transmigrasi

sebagai satu kesatuan sistem pengembangan ekonomi

wilayah. (2). Pengembangan sebagaimana dimaksud,

mencakup pengembangan bidang ekonomi, sosial budaya,

mental spiritual, kelembagaan pemerintahan, dan

pengelolaan sumber daya alam dalam satu kesatuan. (3).

Pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat 2,

dilaksanakan berdasarkan rencana pengembangan

masyarakat transmigrasi dan kawasan transmigrasi serta

Page 34: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

24

jenis transmigrasi. (4). Pengembangan sebagaimana

dimaksud pada ayat 1, merupakan tanggung jawab

pemerintah dan atau pemerintah daerah sesuai dengan

kewenangannya. Seperti dikatakan oleh Rahardjo (2016)

semangat otonomi daerah yang berupaya lebih

mendekatkan pemerintah kepada rakyatnya itu disertai

penyerahan kewenangan dalam merancang kebijakan

program pembangunan. Pada sektor pertanian, pemerintah

daerah dapat menentukan komoditas unggulan sesuai

potensi lokal dan menemukan beragam upaya inovasi untuk

meningkatkan nilai tambah produk pertanian.

B. TEORI-TEORI PEMBANGUNAN TRASNMIGRASI

Perpindahan suku bangsa di zaman prasejarah di Asia

Tenggara, Melanesia dan Polinesia selama ini didominasi oleh

pendapat dari Kern dan Heine-Geldrern, yangmengemukakan

bahwa penduduk kepulauan Nusantara sekarang ini berasal

dari dataran Asia Tenggara. Teori tersebut mengemukakan

bahwa terdapat dua arah yang ditempuh oleh bangsa dahulu

itu dalam perpindahan mereka. Arah Barat daya melalui

Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa ke Nusa Tenggara,

danarah Utara ke Taiwan, kemudian ke Selatan menuju

Filipina, Kalimantan dan Sulawesi, dan dari sana ke Irian,

Melanesia dan Australia (Naim, 2013). Agar tujuan

pembangunan di berbagai bidang dapat tercapai secara efisien

dan efektif diperlukan alokasi sumber daya yang optimal.

Sumber daya tersebut dapat berupa sumber daya modal fisik,

sumber daya manusia dan sumber daya alam. Transmigrasi

merupakan salah satu bentuk relokasi sumber daya manusia

dalam rangka percepatan pembangunan wilayah (Ananta,

1986).

Banyak faktor penyebab yang mempengaruhi keputusan

seseorang untuk melakukan perpindahan. Hal ini disebabkan

bahwa migrasi merupakan proses selektif dari individu dengan

karakteristik sosial, ekonomi, pendidikan, budaya dan

demografi. Faktor tersebut dapat bersifat ekonomis maupun

Page 35: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

25

non ekonomis. Suharsono (1983) dalam Yulmardi (2008)

mengatakan sebagian besar migran meninggalkan daerah asal

karena tidak memiliki tanah dan pekerjaan tetap, di mana pergi

ke daerah lain untuk memperoleh pekerjaan guna

meningkatkan taraf hidupnya. Faktor kemiskinan di daerah

asal merupakan daya dorong untuk melakukan migrasi tenaga

kerja ke kota, dengan harapan untuk mendapatkan pekerjaan,

kesempatan kerja di kota lebih besar dari pada kesempatan

kerja di sektor pertanian di desa. Kurangnya sarana kehidupan

di Sumatera Barat mendesak penduduknya pergi merantau;

karena kehidupan di rantau jauh lebih mudah diperoleh

dibandingkan kehidupan di daerah asal (Naim,2013).

Sementara motif kepindahan orang-orang Irlandia sebagian

besar disebabkan oleh karena kemelaratan yang luar biasa di

daerah asalnya (Mc Gee, 1976). Sementara itu menurut Tukiran

(2002) faktor-faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

mobilitas yaitu faktor ekonomi, politik, sosial, budaya,

keamanan, agama dan bencana alam.

Analisis Daya Dorong dan Daya tarik (Push Pull Theory)

secara umum faktor yang menyebabkan seseorang melakukan

mobilitas penduduk, yaitu faktor pendorong dan adanya faktor

penarik. Teori daya dorong dan daya tarik (Push pull Theory) di

introdusir oleh Lee (1966), beliau mengatakan kondisi sosial

ekonomi di daerah asal yang tidak memungkinkan untuk

memenuhi kebutuhan (needs) seseorang, menyebabkan orang

tersebut ingin pergi ke daerah lain yang dapat memenuhi

kebutuhannya. Jadi antara daerah asal dan daerah tujuan

terdapat perbedaan nilai kefaedahan wilayah (place utility).

Daerah tujuan harus mempunyai nilai kefaedahan wilayah

yang lebih tinggi dibanding dengan daerah asal untuk dapat

menimbulkan mobilitas penduduk. Dengan kata lain, jika

dikaitkan dengan pembangunan, berdasarkan kerangka model

ini dapat dikemukakan bahwa ketimpangan pembangunan

antar wilayah merupakan faktor yang memicu mobilitas

penduduk (Junaidi, et.al, 2005). Menurut Lee, ada empat faktor

yang berpengaruh terhadap keputusan seseorang untuk

Page 36: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

26

melakukan perpindahan yaitu:(1) Faktor yang terdapat di

daerah asal (2) Faktor yang terdapat di daerah tujuan. (3)

Faktor penghalang antara dan (4) Faktor-faktor pribadi. Faktor

1, 2 dan 3 secara diagramatis dapat dilihat pada gambar 1.

Faktor yang terdapat di daerah asal maupun di daerah

tujuan dapat bersifat positif (+), negatif (-) atau netral (0) untuk

bermigrasi. Faktor positif (+) di daerah asal berarti mempunyai

daya dorong terhadap penduduk/tenaga kerja untuk

meninggalkan daerahnya, sebaliknya faktor positif (+) di

daerah tujuan berarti mempunyai daya tarik terhadap

seseorang untuk datang ke daerah tersebut. Faktor negatif (-) di

daerah asal akan berfungsi sebagai penghambat seseorang

untuk pergi ke daerah lain, sedangkan faktor negatif (-) di

daerah tujuan adalah faktor yang tidak di senangi oleh

seseorang, sehingga akan menghambat masuknya seseorang ke

daerah tersebut. Faktor netral (0) pada umumnya tidak

berpengaruh terhadap seseorang untuk bermigrasi.

Dari segi ekonomi, faktor- faktor positif yang merupakan

daya tarik dari suatu daerah dapat berupa: terdapatnya

peluang-peluang usaha, kesempatan kerja yang lebih luas,

upah nyata yang lebih tinggi, tersedianya fasilitas sosial yang

gratis atau murah, biaya hidup yang lebih murah, terdapatnya

institusi ekonomi yang lebih efisien, serta eksternal ekonomi

yang lebih menguntungkan. Untuk faktor negatif dapat berupa:

tidak adanya peluang usaha dan kesempatan kerja, tingkat

upah rendah, biaya hidup tinggi, pajak tinggi dan sebagainya.

Secara diagramatis ketiga faktor tersebut

digambarkan oleh Lee sebagai berikut: (gambar 1).

Page 37: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

27

Faktor

penghalang

antara

Daerah asal Daerah tujuan

Gambar 1. Faktor Daerah Asal, Daerah Tujuan serta Faktor

Penghalang dalam Keputusan Bermigrasi. Sumber. Lee (1966)

Penilaian seseorang terhadap suatu faktor dapat bersifat

positif (+), negatif (-) atau netral (0). Hal ini tergantung pada

keadaan pribadi orang tersebut yang dipengaruhi oleh

pendidikan, pengalaman, kebutuhan, dan sifat-sifat pribadi.

Demikian juga persepsi faktor penghalang berbeda antara

seseorang dengan orang lain. Beberapa faktor penghalang

antara lain jarak, biaya perjalanan, besarnya jumlah anggota

keluarga, peraturan atau undang-undang migrasi. Rintangan-

rintangan tersebut mempunyai pengaruh yang berbeda pada

setiap orang yang akan pindah. Ada orang - orang yang

memandang rintangan-rintangan tersebut sebagai hal yang

sepele, dan ada juga yang menganggap sebagai hal yang berat

yang menghalanginya untuk pindah. Sedangkan faktor pribadi

mempunyai peranan penting karena faktor-faktor nyata yang

terdapat di daerah asal atau tempat tujuan belum merupakan

faktor utama, karena pada akhirnya kembali kepada keputusan

seseorang tentang faktor tersebut, termasuk kepekaan pribadi

dan kecerdasannya. Faktor-faktor itu dapat mempermudah

atau memperlambat seseorang untuk bermigrasi.

Berdasarkan berbagai faktor tersebut, menurut Todaro

(2000) mengemukakan bahwa motivasi utama seseorang untuk

bermigrasi adalah motif ekonomi, yaitu karena adanya

ketimpangan ekonomi antar berbagai daerah. Motif tersebut

sebagai pertimbangan ekonomi yang rasional, dimana

mobilitas mempunyai dua harapan, yakni harapan untuk

mendapatkan pekerjaan dan harapan memperoleh pendapatan

+-00+ + -+- - 0 - -+ 0

+-0 + - + --+

0 -+-+

Page 38: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

28

yang lebih tinggi dari pada yang diperoleh di daerah asal.

Menurut Munir (2010) faktor pendorong dan faktor penarik

yang menyebabkan seseorang melakukan migrasi dapat

dikelompokkan:

Faktor-faktor pendorong diantaranya:

1. Makin berkurangnya sumber-sumber daya alam,

menurunnya permintaan atas barang-barang tertentu

yang bahan bakunya makin sulit diperoleh seperti hasil

tambang, kayu atau bahan dari hasil pertanian.

2. Menyempitnya lapangan kerja di tempat asal (misalnya

di perdesaan) akibat masuknya teknologi yang

menggunakan mesin-mesin (capital intensive).

3. Adanya tekanan-tekanan atau diskriminasi politik,

agama, suku di daerah asal.

4. Tidak cocok lagi dengan adat/budaya/kepercayaan

ditempat asal.

5. Alasan pekerjaan dan perkawinan yang menyebabkan

tidak bisamengembangkan karir pribadi.

6. Bencana alam baik banjir, kebakaran, gempa bumi,

musim kemarau panjang atau adanya wabah penyakit.

Faktor-faktor penarik diantaranya:

1. Adanya rasa superior di tempat yang baru atau

kesempatan untuk memasuki lapangan pekerjaan yang

cocok.

2. Kesempatan mendapatkan pendapatan yang lebih baik.

3. Kesempatan mendapatkan pendidikan yang lebih tinggi.

4. Keadaan lingkungan dan keadaan hidup yang

menyenangkan misalnya iklim, perumahan, sekolah dan

fasilitas-fasilitas kemasyarakatan lainnya.

5. Tarikan dari orang yang diharapkan tempat berlindung.

6. Adanya aktivitas-aktivitas di kota besar, tempat-tempat

hiburan, pusat kebudayaan sebagai daya tarik bagi

orang-orang dari desa atau kota kecil.

Berkenaan dengan kajian ekonomi migrasi internal, oleh

Lewis (1954), yaitu tentang proses perpindahan tenaga kerja

desa-kota, dimana model yang dikembangkan Lewis pada

Page 39: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

29

tahun 1954 tersebut diperluas Fei dan Ranis pada tahun 1961

dan merupakan teori umum yang diterima dan dikenal dengan

Model Lewis-Fei- Ranis (L-F-R). Fokus utama dari model ini,

ekonomi yang belum berkembang terdiri dari 2 (dua) sektor,

yaitu (1) sektor subsistem pertanian yang tradisional, dengan

ciri produktivitas tenaga kerja nol atau rendah sekali, dan (2)

sektor industri modern di kota dengan produktivitas tinggi,

yang mana tenaga kerjanya merupakan transfer secara gradual

dari sektor subsistem. Jumlah transfer tenaga kerja dan tingkat

pertumbuhan lapangan kerja berkaitan dengan perluasan

industri. Cepatnya transfer tenaga kerja dan pertumbuhan

lapangan kerja ini tergantung kepada besarnya investasi

(Sunarto, HS, 1985). Diasumsikan bahwa semua keuntungan

yang diperoleh, diinvestasikan kembali, dan upah buruh

adalah tetap, dalam arti upah buruh di sektor industri lebih

tinggi dari upah pekerja rata-rata di sektor pertanian.

Page 40: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

30

F

0

Gambar 2. Grafik Model Lewis-Fei-Ranis (L-F-R) Tentang

Pertumbuhan Sektor Modern Dalam

Perekonomian Dua Sektor yang Mengalami

Surplus Tenaga Kerja.

Sumber: Todaro, MP, (2000).

Dalam kondisi ini pasaran tenaga kerja yang berasal dari

desa akan sangat longgar (perfectly elastic).Pada proses

perpindahan tenaga kerja dan pertumbuhan peluang kerja di

sektor modern teori perpindahan tenaga kerja tersebut

dijelaskan lebih lanjut oleh Todaro (2000) dengan diilustrasikan

pada gambar 2, yaitu proses pertumbuhan sektor modern. Pada

sumbu vertikal digambarkan upah riil dan produk marginal

tenaga kerja (diasumsikan sama dalam sektor modern yang

kompetitif) dan pada sumbu horizontal digambarkan kuantitas

tenaga kerja.

D2

D3

D1

G B F D2(K2) D3(K3) D1(K1)

W S

A

L1 L2 L3 Kuantitas Tenaga Kerja

K3>K2>K1

Page 41: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

31

Pada gambar 2, dapat dijelaskan, OA mencerminkan

rata-rata pendapatan subsisten rieldi sektor tradisional

perdesaan. OW adalah upah riel di sektor kapitalis, dimana

tenaga kerja desa diasumsikan ‘tak terbatas’ atau elastis

sempurna, seperti diperlihatkan kurva penawaran tenaga kerja

WS. Pada tahap awal pertumbuhan di sektor modern dan

dengan suplai modal tertentu, yaitu K1, kurva permintaan

untuk tenaga kerja ditentukan oleh kurva D1(K1). Karena para

pengusaha di sektor modern yang memaksimalkan keuntungan

diasumsi membayar upah para pekerja sampai suatu titik,

bahwa produk fisik marginal mereka adalah sama dengan

upah riel (yaitu titik potong F di antara kurva penawaran dan

permintaan tenaga kerja), total tenaga kerja sektor modern akan

sama dengan OL1. Total output sektor modernditunjukkan oleh

area yang dibatasi dengan titik-titik O D1 F L1. Bagian seluruh

output yang dibayarkan kepada para pekerja dalam bentuk

upah karenanya akan sama dengan bidang persegi empat O W

F L1. Kelebihan output yang diperlihatkan oleh bidang W D1 F

akan menjadi total keuntungan yang diperoleh para kapitalis.

Karena diasumsikan bahwa semua keuntungan ini di

diinvestasikan kembali, jumlah stok capital pada sektor modern

akan naik dari K1 ke K2. Stok kapital yang lebih besar ini

mengakibatkan naiknya kurva produk total sektor modern,

yang kemudian menyebabkan kenaikan dalam kurva

permintaan atau produk marginal tenaga kerja. Pergeseran

keluar dari kurva permintaan ini ditunjukkan dengan garis

D2(K2) dalam gambar tersebut. Tingkat keseimbangan baru

pada peluang kerja di kota terjadi pada titik G dengan tenaga

kerja yang dipekerjakan menjadi sebanyak O L2 Output total

menjadi O D2 G L2, sementara upah total dan keuntungan

secara berturut-turut naik masing-masing menjadi O W G L2

dan W D2 G. sekali lagi, keuntungan (W D2 G) yang lebih besar

tersebut di diinvestasikan kembali, sehingga meningkatkan

seluruh stok kapital menjadi K3, dan menggeser kurva

permintaan tenaga kerja ke D3(K3) dan menaikkan tingkat

peluang kerja sektor modern menjadi L3.Demikian selanjutnya

Page 42: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

32

proses ini berjalan, sehingga berapa pun jumlah tenaga kerja

yang berasal dari sektor pertanian akan terserap oleh sektor

industri di kota. Dalam kondisi ini tidak ada lagi pengangguran

di desa maupun di kota (Gambar 2).

Kendatipun Lewis mengatakan bahwa konsepnya cocok

untuk negara-negara berkembang, namun kenyataannya

tidaklah demikian.

Pertama, bahwa terciptanya lapangan kerja dan transfer

tenaga kerja proporsional dengan akumulasi modal, makin

cepat pertumbuhan industri, maka makin cepat pula

pertumbuhan pekerja. Kenyataan di negara berkembang terjadi

hal yang sebaliknya, dimana semakin cepat pertumbuhan

industri tetapi tidak diikuti dengan pertumbuhan lapangan

pekerjaan. Artinya industri dapat berkembang, namun jumlah

tenaga kerja tetap. Hal disebabkan industri tidak bersifatlabor

intensive tetapi bersifatcapital intensive.

Kedua, asumsi Lewis yang mengatakan bahwa di daerah

pertanian terdapat surplus tenaga kerja yang melimpah dan

tanpa batas serta di perkotaan terdapat kesempatan kerja yang

luas, ternyata tidak sesuai dengan kenyataan. Tenaga kerja di

sektor pertanian tidak tanpa batas dan dilain pihak lapangan

pekerjaan di kota sangat terbatas.

Ketiga, asumsi Lewis tentang upah buruh di sektor

industri yang tetap dalam arti diatas upah buruh di sektor

pertanian, maka pernyataan ini tidak seluruhnya benar. Karena

dalam kenyataannya, upah buruh baik di sektor pertanian di

desa maupun di sektor industri di kota secara substantif naik

baik absolut maupun relatif walaupun tingkat

penganggurannya semakin meningkat (Sunarto, HS, 1985).

Bertolak dari beberapa kelemahan-kelemahan teori

Lewis-Fei-Ranis, Teori ekonomi tentang migrasi desa-kota juga

dikemukakan oleh Todaro (1979), dalam tulisannya yang

terkenal ‘Expected income, models of rural urban migration’ dimana

diasumsikan bahwa migrasi desa-kota pada dasarnya

merupakan suatu fenomena ekonomi yang rasional, walaupun

pengangguran di kota menumpuk, tetapi postulat Todaro

Page 43: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

33

adalah bahwa seseorang masih mempunyai harapan untuk

mendapatkan income yang lebih tinggi dari pada upah di sektor

pertanian.Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan migrasi

juga merupakan suatu keputusan yang telah dirumuskan

secara rasional. Pada intinya Todaro (2000) mendasarkan pada

pemikiran bahwa arus migrasi berlangsung sebagai tanggapan

terhadap adanya perbedaan pendapatan antara kota dengan

desa. Mereka baru akan memutuskan untuk melakukan

migrasi jika penghasilan bersih di kota melebihi penghasilan

bersih yang tersedia di desa. Dengan kata lain dalam jangka

waktu tertentu harapan income di kota masih lebih tinggi dari

di desa, walaupun telah memperhitungkan biaya migrasi.

Secara matematis teori Todaro dirumuskan sebagai berikut:

E(Wu) = Wu. Eu/Lu

Dimana: E(Wu) = harapan income di kota

Wu = tingginya upah di kota

Eu = jumlah pekerjaan di kota

Lu = jumlah angkatan kerja di kota

Bila diperhatikan terdapat kaitan yang erat antara teori

Todaro dengan teori Lee. Menurut Todaro seseorang pergi ke

kota karena faktor daya dorong yaitu rendahnya pendapatan di

desa, dan faktor penarik yaitu harapan akan mendapatkan

penghasilan yang lebih tinggi dari pada pendapatan di desa.

Dalam kaitannya dalam masalah ini Mc Gee berpendapat

bahwa faktor Daya dorong terutama kemiskinan di desa lebih

kuat dari daya tarik kota (Mc Gee, dalam Sunarto, HS, 1985).

Pada hal kenyataannya, pertumbuhan lapangan

pekerjaan di kota lebih rendah dari pada pertumbuhan

angkatan kerja. Bila diumpamakan di kota terdapat satu

kesempatan kerja, maka ada 2 sampai 3 orang datang dari desa.

Dengan demikian akan terdapat 1 sampai 2 orang yang akan

menganggur. Jika di kota terdapat 100 kesempatan kerja, maka

akan datang 200 sampai 300 orang dari desa. Sehingga akan

terdapat 100 sampai 200 orang yang akan menganggur. Makin

besar suatu kota, menurut Todaro, akan makin besar pula

tingkat penganggurannya.

Page 44: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

34

Meskipun angka pengangguran di daerah perkotaan

cukup tinggi, secara logika dan rasional ekonomi migrasi desa-

kota akan tetap berlangsung, walaupun secara rasional

ekonomis, kecenderungan tersebut sangat merugikan jika

dilihat dari perspektif sosial. Disamping itu model ini juga

masih mengandung banyak kelemahan, karena menyamarata-

kan selera, tingkat pendidikan, tingkat penalaran dan tingkat

keterampilan dari semua tenaga kerja. Namun logika yang

terkandung dalam model ini ternyata mampu menjelaskan

mengapa tenaga kerja pedesaan yang berpendidikan lebih

tinggi lebih terdorong untuk melakukan migrasi (karena

peluang mereka memperoleh pekerjaan dengan upah lebih

tinggi di kota memang cukup besar). Dorongan bagi mereka

untuk melakukan migrasi jauh lebih besar dari pada yang

dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan.

Jadi singkatnya, model migrasi Todaro (2000) memiliki

empat pemikiran dasar sebagai berikut:

1. Migrasi desa-kota dirangsang, terutama sekali, oleh

berbagai pertimbangan ekonomi rasional dan yang

langsung berkaitan dengan keuntungan atau manfaat dan

biaya-biaya relatif migrasi itu sendiri (sebagian besar

terwujud dalam satuan moneter, namun ada pula yang

terwujud dalam bentuk-bentuk atau ukuran lain, misalnya

saja kepuasan psikologis.

2. Keputusan untuk berimigrasi tergantung pada selisih antara

pendapatan yang diharapkan di kota dan tingkat

pendapatan aktual di pedesaan. Pendapatan yang

diharapkan adalah sejumlah pendapatan yang secara

rasional bisa diharapkan akan tercapai dimasa-masa

mendatang). Besar kecilnya selisih pendapatan itu sendiri

ditentukan oleh 2 variabel pokok, yaitu selisih upah aktual

di kota dan di desa, serta besar atau kecilnya kemungkinan

mendapatkan pekerjaan di perkotaan yang menawarkan

tingkat pendapatan sesuai dengan yang diharapkan.

3. Kemungkinan mendapatkan pekerjaan di perkotaan

berkaitan langsung dengan tingkat lapangan pekerjaan di

Page 45: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

35

perkotaan, sehingga berbanding terbalik dengan tingkat

pengangguran di perkotaan.

4. Laju migrasi desa-kota bisa saja terus berlangsung meskipun

telah melebihi laju pertumbuhan kesempatan kerja.

Kenyataan ini memiliki landasan yang rasional karena

adanya perbedaan ekspektasi pendapatan yang sangat lebar,

yakni para migran pergi ke kota untuk meraih tingkat upah

yang lebih tinggi yang nyata (memang tersedia). Dengan

demikian lonjakan pengangguran di kota merupakan akibat

yang tidak terhindarkan dari adanya ketidakseimbangan

kesempatan ekonomi yang sangat parah antara daerah

perkotaan dan daerah perdesaan (berupa kesenjangan

tingkat upah tadi), dan ketimpangan seperti ditemui di

sebagian besar negara-negara berkembang.

Model migrasi desa-kota yang dikemukakan oleh

Todaro, juga tidak terlepas dari berbagai kelemahan terutama

berkaitan dengan kelemahan metodologis, yaitu berhubungan

dengan asumsi yang digunakan (Titus, 1982).

1. Asumsi bahwa migran dari desa bersifat homogen. Pada hal

kenyataannya migran bersifat selektif terutama masalah

umur dan pendidikan.

2. Asumsi bahwa kesempatan mendapatkan pekerjaan di kota

bersifat random, dalam arti bahwa semua migran

mempunyai kesempatan yang sama di dalam mendapatkan

pekerjaan di kota. Asumsi ini hanya berlaku dalam sektor

informal.

3. Asumsi bahwa sektor formal bersifat terbuka, kenyataannya

bahwa justru sektor informal yang terbuka.Kecuali itu,

Todaro melupakan bahwa tumbuhnya sektor formal yang

disebabkan oleh berbagai industri besar dapat berpengaruh

terhadap meluasnya sektor informal.

Berkenaan dengan fenomena migrasi Ravenstein yang

disebut sebagai bapak Migrasi merupakan peletak dasar teori

gravitasi. Kemudian berkembang teori gravitasi yang lain,

termasuk Teori Lee yang telah dikemukakan terdahulu.

Ravenstein telah menguraikan pendapatnya tentang fenomena

Page 46: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

36

migrasi yang disusun dalam hukum-hukum migrasi yang

terkenal sampai sekarang. Diantara hukum-hukum tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Semakin jauh jarak, semakin berkurang volume migran

Teori ini dikenal sebagai distance-decay theory.

2. Setiap harus migrasi yang benar, akan menimbulkan harus

balik sebagai penggantinya.

3. Adanya perbedaan desa dengan kota akan mengakibatkan

timbulnya migrasi.

4. Wanita cenderung bermigrasi ke daerah-daerah yang dekat

letaknya.

5. Kemajuan teknologi akan meningkatkan intensitas migrasi

6. Motif utama migrasi adalah ekonomi.

7. Migrasi bertahap.

Pendapat Ravenstein yang sudah cukup lama tersebut,

ternyata sampai saat ini masih relevan. Pada dasarnya teori-

teori migrasi yang lain merupakan pengembangan dari hukum

Ravenstein (Sunarto, HS, 1985). Selanjutnya (Norris,1972)

mengembangkan Hukum Ravenstein dan Lee, dengan

memasukkan faktor kesempatan antara (intervening

opportunities) yang terdapat diantara daerah asal dan daerah

tujuan. Adanya kesempatan antara ini akan mengurangi

volume migran. Makin banyak kesempatan antara makin

berkurang volume migran di suatu daerah tujuan utama.

Norris (1972) berpendapat bahwa fenomena migrasi

merupakan interaksi keruangan, yaitu interaksi antara daerah

asal dan daerah tujuan. Namun juga diakui betapa pentingnya

faktor penghalang (barriers) yang terdapat diantara daerah asal

dan daerah tujuan. Secara diagramatis teori Norris dapat

digambarkan sebagai berikut (Gambar 3).

Page 47: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

37

Gambar 3: Interaksi Daerah Asal dan Daerah Tujuan Migrasi

Sumber: Norris, (1972)

Pada bagian lain, pendekatan antropologis dalam

migrasi menitik beratkan pada hubungan kekerabatan.

Berlangsungnya proses migrasi disuatu daerah tidak terlepas

dari kaitannya dengan eksistensi famili atau kawan yang telah

tinggal lebih dahulu didaerah tersebut. Migran pemula sebagai

pioner akan menarik penduduk dari daerah asal, yang

mengakibatkan timbulnya pola migrasi berantai (chain

migration). Harre 1966, dalam Sunarto, HS, (1985) telah

mempelajari proses migrasi berantai dari Pulau Pitcair suatu

pulau kecil di Pasifik Selatan ke New Zealand. Migrasi berantai

ini juga terdapat di Indonesia terutama migrasi penduduk dari

Pulau Jawa ke daerah Lampung, setelah dari Lampung

menyebar ke daerah lain khususnya di Sumatera Selatan,

Bengkulu, dan Jambi.

1. Konsep Generasi Kedua di Berbagai Negara.

Generasi kedua (second generation) merupakan suatu

istilah yang dapat menimbulkan perbedaan persepsi baik

sebagai gagasan deskriptif dan sebagai kategori analitik.

Penggunaan yang paling umum terkait dengan keturunan

KESEMPATAN ANTARA

PENGHALANG DAERAH TUJUAN

DORONGAN IMIGRASI

MIGRAN KEMBALI

DAERAH ASAL

Page 48: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

38

generasi pertama, untuk migran negara tujuan adalah

turunan kedua atau generasi kedua. Komplikasi timbul

ketika anak memiliki orang tua dari “perkawinan

campuran” misal bapak berkewarganegaraan Yunani

sedangkan ibunya Jerman. Kasus seperti ini banyak ditemui

dalam penelitian Christou, A (2008).

Antara tahun 1945 dan 1973 satu diantara enam orang

penduduk Yunani beremigrasi. Mereka menuju Ke negara

Amerika Utara dan Australia. Sekitar tahun 1960, tujuan

dominan adalah Jerman.Perkiraan total diaspora (istilah

migrasi) bangsa Yunani di Jerman berkisar antara 3 dan 7

juta, perbedaan tersebut sebagian besar disebabkan

keterbatasan data yang disebut “ diaspora migrasi” sejak

akhir abad ke 19 yang tersebar di Amerika Serikat, Kanada,

Australia dan Eropa Barat. Setelah tahun 1960 an,

perekrutan tenaga kerja migran dihentikan, namun diaspora

Yunani di Jerman ditopang oleh keberlanjutan reunifikasi

keluarga dan kelahiran yang kedua generasi. Migrasi tenaga

kerja kembali berlangsung, meskipun dalam skala yang

lebih kecil, terutama setelah bergabung dengan komunitas

Eropa pada tahun 1981.

Emigrasi Yunani ke Jerman merupakan migrasi

tenaga kerja klasik, terstruktur dengan upah dan pasar

tenaga kerja Internasional. Tingkat pengangguran yang

tinggi serta pendapatan subsisten merupakan faktor

pendorong berlangsungnya migrasi keluar dari Yunani ke

Jerman. Kekurangan tenaga kerja di Jerman telah

menghasilkan perjanjian antara pemerintah Yunani dan

Jerman untuk perekrutan tenaga kerja untuk memacu sektor

industri agar tumbuh dan berkembang di Jerman. Emigrasi

Yunani ke Jerman berasal dari seluruh negara bagian,

terutama dari dataran tinggi wilayah Utara perdesaan yang

tergolong miskin.

Menurut Christou, A (2008) tingginya arus migrasi

yang berlangsung dari Yunani ke Jerman menimbulkan

kekhawatiran di Jerman. Pertama berkaitan dengan

Page 49: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

39

keseimbangan gender, seperti kebanyakan migrasi tenaga

kerja ke Eropa era ini, mayoritas laki-laki, yang

mencerminkan perekrutan tenaga kerja untuk bekerja di

pabrik dan pekerjaan konstruksi. Ini tentu akan

menyebabkan banyaknya pernikahan antara laki-laki

migran Yunani dengan perempuan Jerman. Selama periode

(1960-1973) sebanyak 38 persen migran perempuan yang

berasal dari Yunani menikah dengan laki-laki Jerman,

dimana mereka sebagian besar bekerja terutama di bidang

perlistrikan, pabrik dan jumlahnya lebih banyak dibanding

dengan perempuan Jerman. Kedua tidak berkaitan dengan

masalah pertama, yaitu mengirim kembali anak-anak

mereka ke Yunani dan tinggal bersama kerabat. Ada dua

alasan hal ini dilakukan (1).memungkinkan kedua orang tua

untuk bekerja penuh waktu (full time). (2). Anak-anak

mereka tidak dirugikan oleh kurangnya pendidikan dan

kebudayaan. Melalui cara demikian pengaturan keluarga,

bahasa dan kehidupan sosial tetap terjaga dan akan menarik

diaspora untuk melakukan kunjungan di saat liburan.

Keinginan yang kuat untuk pindah ke sebuah negara

selalu dibayangi oleh perasaan merasa terikat oleh ikatan

keluarga (the power of the family) dan keturunan etnis dapat

dilihat sebagai sebuah proyek eksistensial kembali ke tanah

air leluhur. Isu penting adalah kenyamanan yang luar biasa

padasecondgeneration kembali dalamliteratur berkembang

pada migran transnasionalisme atau kehidupan

transnasional.

Menurut Alesina dan Giuliano (2010) The strength of

family ties varies across cultures and it matters for economic

decisions. Artinya kekuatan ikatan keluarga bervariasi antar

budaya dan itu penting untuk keputusan ekonomi. Ikatan

keluarga yang lemah akan menumbuhkan peran gender

egaliter dimana laki-laki dan perempuan sama-sama

berpartisipasi dalam pekerjaan dan pekerjaan rumah

tangga. Ikatan keluarga yang kuat didasarkan pada “laki-

laki pencari nafkah” dimana orang bekerja penuh waktu

Page 50: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

40

dan perempuan mendedikasikan dirinya untuk pekerjaan

rumah tangga. Dalam struktur keluarga tradisional, oleh

jaringan pertukaran antar generasi berdasarkan solidaritas

dimana tenaga kerja laki-laki adalah penyedia ekonomi

primer dan wanita tetap di rumah. Sebagai bukti dapat

dicontohkan pada imigran generasi kedua di Amerika

Serikat (Alesina dan Giuliano, 2010). Misalnya seorang

wanita yang tidak dapat pekerjaan karena nasib buruk,

kemalasan atau karakteristik individu lain mungkin

menghabiskan lebih banyak waktu di rumah atau

meyakinkan diri dan menganggap keluarga yang penting.

Untuk membatasi keprihatinan ini, dapat dipelajari dari

berbagai bentuk ikatan keluarga dari negara asal imigran

generasi kedua di Amerika serikat. Ikatan keluarga yang

kuat antara imigran dengan daerah asal ditandai dengan

adanya semacam “bagasi budaya” yang dibawa orang tua

dan mengirimkannya ke generasi selanjutnya.

2. Generasi Kedua Transmigrandi Indonesia.

Istilah transmigrasi dalam hal pemindahan penduduk

di Indonesia digunakan oleh pemerintah Indonesia terutama

setelah kemerdekaan tahun 1949. Tujuannya adalah untuk

meringankan tekanan penduduk dan meningkatkan

kesatuan dan persatuan bangsa. Pada waktu itu tahun 1950

Presiden Soekarno istilah transmigrasi “masalah hidup dan

mati bagi bangsa Indonesia”. Pada tahun 1965, Soekarno

menetapkan target pemindahan penduduk sebanyak 1,5 juta

orang per tahun, setara dengan peningkatan populasi pulau

Jawa waktu itu (Jones 1979 dalam Fearnside. P, 1997).

Pada masa era Presiden Suharto (masa orde baru)

usaha untuk mempercepat program transmigrasi semakin

intensif, karena dengan meningkatnya pertumbuhan

penduduk dapat menghalangi pembangunan nasional. Sejak

tahun 1969, perencanaan pembangunan di Indonesia di

rancang dalam Repelita, atau rencana pembangunan lima

tahun. Pada tahun 1989 total kumulatif keluarga yang

Page 51: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

41

sampai tiga kali yang pindah secara spontan (Fearnside,

P.M, 1997).

Transmigrasi umum (TU) merupakan jenis

transmigrasi yang disponsori telah dipindahkan mencapai 1

juta KK atau sekitar 5 juta jiwa, dan ditambah dua oleh

Pemerintah. Dalam program ini pemerintah menyediakan

transportasi ke lokasi permukiman, infra struktur, rumah

dan tunjangan hidup sampai mereka dapat menghasilkan

panen pertama. Bidang pertanian merupakan dukungan

untuk sebagian besar transmigran yang pindah selama ini.

Dalam pola transmigrasi normal, setiap keluarga menerima

0,25 ha untuk rumah dan pekarangan 1,0 ha untuk potensi

daerah sawah, dan 0,75 ha lahan pertanian dataran tinggi.

Dalam proyek transmigrasi yang dimulai tahun 1970-an, di

Provinsi Jambi dan Sumatera selatan seperti Rimbo Bujang,

diberi tambahan 3 Ha kepada transmigran untuk menanam

karet (Suratman dan Guinnes dalam Fearside, 1997).

Generasi Kedua adalah suatu istilah yang digunakan

yang dapat memberikan tantangan baik sebagai gagasan

deskriptif dan sebagai kategori analitik. Penggunaan istilah

yang paling umum adalah terkait dengan “Keturunan

Generasi Pertama”, untuk daerah tujuan transmigrasi di

Indonesia.

Berdasarkan pelaksanaan transmigrasi yang telah

berjalan cukup lama di Indonesia (khususnya) sejak Repelita

(1969/1970) sampai saat ini diduga sudah terjadi berbagai

perkembangan. Dalam kurun waktu 47 Tahun pelaksanaan

transmigrasi di Indonesia tidak saja telah menghasilkan

generasi kedua, bahkan telah melahirkan turunan ketiga.

Meningkatnya roda perekonomian di lokasi transmi-

grasi berdampak terhadap peningkatan kualitas sumber

daya manusia (SDM) anak-anak para transmigran. Banyak

diantara mereka yang berpendidikan sarjana dan kemudian

bekerja sebagai pegawai negeri di kantor-kantor

pemerintahan. Diantara mereka banyak juga yang secara

rutin berkunjung kedaerah asalnya di Jawa sekaligus secara

Page 52: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

42

tidak langsung telah menunjukkan keberhasilan setelah

mengikuti program transmigrasi (Alihar, F,2012).

Dari tanah transmigrasi, muncul banyak orang

sukses. Mereka umumnya generasi kedua anak-anak

transmigran yang mengikuti jejak orang tuanya di kampung

yang baru. Ada yang jadi guru besar, dosen dan pengusaha.

Bahkan ribuan guru sekolah yang tentu secara prestasi dan

ekonomi lebih makmur dibandingkan dengan saudara-

saudara mereka di Pulau Jawa yang enggan menjadi

transmigran.

Pencapaian bidang pendidikan paralel dengan

keberhasilan di bidang ekonomi. Rata-rata anak-anak

transmigran mampu membuktikan diri menjadi

entrepreneurshipsejati di tanah rantau. Sebut saja Dominikus

Supriyanto, seorang pengusaha sepeda motor di Pasaman

Barat. (http://Tabloid Perempuan Indonesia Transmigrasi

Sukses, 30 Desember, 2013). Keberhasilan lain seperti

dikutip dari Dewabrata (2007) generasi kedua yang

merupakan anak-anak dari para transmigran seperti Arbain,

yang menikmati kerja keras orang tuanya. Mereka bisa

menyekolahkan anaknya ke Jawa, membangun rumah dan

membeli berbagai perabot rumah. Lain lagi Sarno (37 tahun)

generasi kedua transmigran, kini menguasai 4,5 hektar

kebun karet. Dia mengaku sangat bahagia dengan

keberhasilan yang dicapai di bumi transmigrasi. Hasil

kebun karetnya bisa membangun 2 buah rumah yang relatif

mewah untuk ukuran desa transmigrasi.

Keberhasilan lain adalah telah menjadikan 125.000

keluarga petani plasma tangguh yang masing-masing

memiliki 2 Ha lahan tanaman pokok, 0,75 Ha lahan

pekarangan dan 0,25 Ha lahan perumahan. Rata-rata

pendapatan mereka lebih dari Rp 4-5 juta per bulan untuk

tanaman sawit, telah melunasi cicilan kredit yang diberikan

oleh Bank. Mereka juga telah menerima berbagai fasilitas

permukiman yang disediakan oleh pemerintah lebih baik.

Akan tetapi, usaha-usaha kerja keras yang telah dilakukan

Page 53: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

43

oleh pemerintah dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara

(PTPN), Departemen Tenaga Kerja Dan Transmigrasi,

Pemerintah Provinsi, telah mencapai sasaran dengan

menyerahkan sepenuhnya kepada petani itu sendiri

ataupun kepada anak-anak mereka sebagai generasi kedua.

3. Aspek Kesejahteraan

Tujuan pembangunan ekonomi adalah untuk

merubah suatu kondisi dari keadaan semula ke keadaan

yang lebih baik. Tujuan akhir pembangunan ekonomi untuk

meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat.

Kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat tersebut, Amir

(2007) dapat dilihat dari:

a. Meningkatnya pendapatan masyarakat, adanya

distribusi dan pemerataan pembagian barang dan jasa.

b. Meningkatnya kualitas hidup masyarakat.

c. Berkembangnya perekonomian dan kehidupan social.

Dalam konteks lain dikatakan dengan pembangunan

terjadinya perubahan kesejahteraan masyarakat ke arah

yang lebih baik, dibandingkan dengan kondisi sebelumnya.

Istilah kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang berarti

aman sentosa dan makmur dan dapat berarti selamat

terlepas dari gangguan, sedangkan kesejahteraan diartikan

dengan hal atau keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan

dari ketentraman (Dirdjosisworo, S. 2003).

James. W. Sasongko (2013) mengatakan kesejahteraan

adalah sesuatu yang utuh, meliputi kekayaan financial dan

kekayaan kehidupan, kesejahteraan juga soal perlakuan, dan

juga soal membangun lingkungan kerja yang layak.Kata

kesejahteraan berasal dari kata sejahtera yang dapat

diartikan terpenuhinyakeinginan secara lahir dan bathin.

Atau ketika manusia telah mampu untuk memenuhi

kebutuhan baik secara ekonomi maupun non ekonomi.

Pada bagian lain Ah Maftuchan et al (2016) memaknai

istilah kesejahteraan sebagai kondisi taraf hidup masyarakat

yang secara ekonomi dapat diukur dari pendapatan per

kapita. Pada hal, ukuran pendapatan per kapita tersebut

Page 54: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

44

seringkali tidak mampu menjelaskan persoalan

ketimpangan manakala bagian terbesar dari pendapatan

nasional hanya dinikmati oleh segelintir penduduk lapisan

kaya dan super kaya. Kritik terhadap pendekatan ekonomi

ini telah menyebabkan munculnya dua aliran pemikiran

utama. (1). Kesejahteraan sosial mencakup tidak hanya

pemenuhan kebutuhan pokok tetapi juga keseluruhan aspek

kualitas hidup manusia. (2). Menempatkan kesejahteraan

sosial dalam lingkup artian yang terbatas, bahkan

cenderung sempit. Secara khusus aliran kedua ini berupaya

membedakan aspek pertumbuhan ekonomi di satu sisi,

dengan aspek kesejahteraan sosial di sisi lain.

Selanjutnya Dwiyanto, A et al (1998) dalam Nasikun

(1993) menyebutkan konsep sejahtera dapat dirumuskan

sebagai padanan makna dari konsep martabat manusia.

Dalam konsep ini terdapat empat indikator yang digunakan

yaitu (1) rasa aman (security), (2) kesejahteraan (welfare),

kebebasan (freedom), dan (4) jati diri (identity). Keempat

indicator ini jelas mencerminkan variabel yang lebih luas

dibandingkan dengan hanya kesejahteraan sebagai variabel

ekonomi.

Masing-masing indikator tersebut dapat diterjemah-

kan lagi ke dalam ukuran yang lebih khusus. Rasa aman

dapat diketahui dari kerentanan terhadap kematian dan

kerentanan terhadap kemiskinan atau pengangguran.

Kerentanan terhadap pengangguran dilihat berdasarkan

jumlah penduduk yang tidak memiliki lapangan pekerjaan.

Keduanya sebenarnya juga mencerminkan kesejahteraan

(welfare) dalam arti sempit karena di dalamnya terkandung

variabel kesehatan fisik dan kepemilikan terhadap barang-

barang dan komoditas. Sedangkan untuk variabel ketiga

dan keempat merupakan indikator yang sulit di ukur

berdasarkan data makro. Indikator ini lebih bersifat

individu yang melibatkan mobilitas sosial, kepemilikan

waktu luang, aktualisasi diri tindakan kekerasan terhadap

anak dan keluarga.

Page 55: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

45

Terkait dengan pembangunan ekonomi Irawan dan

Suparmoko (2014) mengatakan pembangunan ekonomi

adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu

bangsa yang seringkali diukur dengan pendapatan nasional.

Indikator ini merupakan salah satu besaran yang digunakan

untuk mengukur laju pembangunan dan perkembangan

tingkat kesejahteraan suatu negara dari waktu ke waktu.

Pendapatan nasional didefinisikan juga sebagai jumlah

barang-barang dan jasa-jasa akhir yang dihasilkan oleh

suatu negara pada periode tertentu, biasanya dalam satu

tahun.

Secara makro, Produk Domistik Bruto (PDB) juga

dapat digunakan untuk menganalisis tingkat kesejahteraan

sosial suatu masyarakat. Umumnya ukuran tingkat

kesejahteraan yang dipakai adalah tingkat pendidikan,

pengeluaran, kesehatan dan gizi, produktivitas, tingkat

tabungan, kebebasan memilih pekerjaan dan jaminan masa

depan yang lebih baik. Ada hubungan positif antara tingkat

PDB per kapita dengan tingkat kesejahteraan sosial, makin

tinggi PDB per kapita, tingkat kesejahteraan sosial makin

baik (Rahardja dan manurung, 2001).

Pada aspek mikro pengukuran kesejahteraan dapat

juga dilakukan dengan pendekatan teori produksi. Hal ini

dapat dilakukan dengan memperhatikan penggunaan

faktor-faktor produksi. Faktor produksi terdiri dari sumber

daya alam (lahan), sumber daya manusia (tenaga kerja),

modal dan keahlian. Dengan membandingkan penggunaan

input-input produksi yang dimiliki atau digunakan oleh

pemilik faktor produksi, dalam meningkatkan value added.

Pembangunan transmigrasi ke depan masih

dipandang relevan sebagai suatu pendekatan untuk

mencapai tujuan kesejahteraan, pemerataan pembangunan

daerah, serta perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Oleh

karena itu, kebijakan penyelenggaraan transmigrasi perlu

diperbaharui, dan disesuaikan dengan kecenderungan

perubahan yang terjadi. Dengan perubahan tata

Page 56: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

46

pemerintahan 2009-2014, penyelenggaraan transmigrasi

diarahkan sebagai pendekatan untuk mendukung

pembangunan daerah, melalui pendekatan peningkatan

produksi, perluasan kesempatan kerja, serta penyediaan

kebutuhan tenaga kerja terampil baik dengan peranan

pemerintah maupun swadana daerah melalui kebijakan

langsung maupun tidak langsung.

Salah satu faktor pendorong transmigrasi adalah

semakin sempitnya lahan pertanian yang dimiliki oleh para

petani di daerah asal dan bahkan tidak memiliki lahan sama

sekali untuk digarap. Dengan motivasi yang tinggi dan

harapan di tempat yang baru memperoleh kesempatan

untuk mendapatkan lahan yang lebih luas untuk memenuhi

kebutuhan mereka. Dalam masyarakat transmigrasi alokasi

waktu merupakan faktor penentu terhadap jumlah produksi

yang dihasilkan. Sehingga dapat dikatakan besar kecilnya

jumlah pendapatan yang diperoleh terutama ditentukan

oleh penggunaan waktu yang dialokasikan untuk kegiatan

yang produktif.

Alokasi waktu dalam rumah tangga merupakan

sesuatu yang harus diatur dengan cermat. Pertimbangan

waktu tersebut dialokasikan untuk kegiatan bersenang-

senang dan bekerja di pasar. Becker (1965) dalam Elfindri

dan Bachtiar (2004) mengasumsikan bahwa waktu tidak

dapat dinikmati jika dalam mengkonsumsi barang-barang

tidak membutuhkan waktu. Secara serentak kepuasan yang

diperoleh berasal dari masukan waktu untuk menikmati

konsumsi dan masukan konsumsi yang dikonsumsi. Ini

berarti waktu yang digunakan untuk aktivitas tersebut

harus dinilai sebesar harga pasar setiap waktu yang

digunakan, dengan kata lain bila tingkat upah meningkat,

maka harga relatif waktu untuk aktivitas pekerja yang

menyita waktu juga akan meningkat. Meningkatnya

pendapatan rumah tangga berkorelasi positif dengan

pengeluaran konsumsi keluarga.

Page 57: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

47

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

pengeluaran konsumsi: (1) faktor-faktor ekonomi, (2) faktor-

faktor Kependudukan, dan (3) faktor-faktor non-ekonomi.

Faktor ekonomi menurut Rahardja dan Manurung (2001)

yaitu: (a) pendapatan rumah tangga, biasanya makin tinggi

tingkat pendapatan, tingkat konsumsi makin tinggi pula,

karena bila tingkat pendapatan meningkat, kemampuan

rumah tangga untuk membeli aneka kebutuhan konsumsi

menjadi besar.(b) kekayaan rumah tangga, pengertian

kekayaan rumah tangga adalah kekayaan riel (misalnya

rumah, tanah, dan mobil) serta finansial (deposito, saham,

surat-surat berharga). Kekayaan-kekayaan tersebut dapat

meningkatkan konsumsi, karena menambah pendapatan

disposable.(c) tingkat bunga, jika tingkat bunga tinggi orang

cenderung menyimpan uang di bank karena lebih

menguntungkan ketimbang dihabiskan untuk konsumsi,

dan jika tingkat bunga rendah, yang terjadi adalah orang

cenderung meminjam uang untuk digunakan menambah

konsumsinya, dan (d) perkiraan tentang masadepan.Bila

rumah tangga memperkirakan masa depannya makin baik

pada saat ini, mereka akan lebih leluasa untuk melakukan

konsumsi, sehingga pengeluaran konsumsi cenderung

meningkat. Bila rumah tangga memperkirakan masa yang

akan datang makin jelek, mereka pun mengambil ancang-

ancang dengan menekan pengeluaran konsumsi, sehingga

tabungan akan meningkat.

Dalam konsep pembangunan transmigrasi kedepan

hal yang ingin dicapai adalah, secara internal transmigrasi

dapat meningkatkan kesejahteraannya dibandingkan

dengan kondisi di daerah asal. Penyediaan lahan oleh

pemerintah pada awalnya sebanyak 2 Ha. Lahan tersebut

hanya diperuntukkan bagi kelangsungan hidup

transmigrasi dan keluarganya satu generasi. Berdasarkan

kondisi di lapangan saat ini transmigrasi telah mempuyai

keturunan sampai dengan generasi kedua, bahkan generasi

ke tiga. Sementara itu anak-anak mereka telah masuk dalam

Page 58: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

48

usia kerja, sehingga waktu yang tersedia untuk kegiatan

yang produktif semakin bertambah. Seiring dengan semakin

bertambahnya waktu yang dapat dimanfaatkan di pasaran

kerja sementara lahan yang akan diolah terbatas maka

banyak waktu yang terbuang. Konsekuensinya dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya dibutuhkan

lahan yang lebih luas untuk memenuhi kebutuhan mereka,

sedangkan pemerintah daerah dalam hal ini punya

keterbatasan untuk menyediakan lahan untuk itu. Jika hal

ini yang terjadi tentu akan berdampak terhadap pemupukan

modal (investasi). Bila hal ini tidak diperhatikan tentu akan

menjadi beban bagi transmigrasi dan keluarganya dan akan

mengganggu kesejahteraan transmigrasi. Seperti apa yang

dikatakan oleh salah seorang generasi kedua transmigran

(Sudarno, 2012) yang dikutip dari Syafwan, B (2012)

sebagian dari transmigrasi kehidupannya mulai membaik,

sebaliknya ketersediaan lahan berkurang. Oleh karena itu

orang tua harus mencarikan alternatif untuk kehidupan

anak-anaknya, mereka disekolahkan supaya ada bekal

hidup diluar kebun yang dimiliki orang tuanya.

Alternatif yang akan dilakukan adalah bagaimana

agar generasi kedua tidak tergantung hanya terhadap lahan

yang ada dan mereka juga tidak terjebak hanya di sektor

pertanian. Dengan berbekal tingkat pendidikan yang

dimiliki oleh generasi kedua yang lebih baik, maka peluang

kerja tidak hanya dapat diperoleh di daerah transmigrasi di

bidang pertanian, akan tetapi semakin terbuka di sektor non

pertanian baik di kawasan transmigrasi maupun diluar

kawasan transmigrasi. Berdasarkan kondisi tersebut

diharapkan ke depan transmigrasi tidak menjadi beban

tambahan bagi pemerintah di era otonomi daerah.

Berdasarkan teori, pendapat dan penjelasan yang

telah diuraikan sebelumnya dalam upaya untuk mengetahui

keberhasilan pelaksanaan program transmigrasi di Provinsi

Jambi dibandingkan kesejahteraan yang dicapai dari

generasi ke generasi. Sebagai indikator dalam kesejahteraan

Page 59: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

49

generasi kedua transmigran digunakan beberapa variabel

yang bersifat lebih mikro atau individual. Variabel-variabel

tersebut lebih mencerminkan karakteristik ekonomi

dibandingkan dengan variabel non ekonomi.

a. Kepemilikan lahan, dalam hal ini dibandingkan luas

kepemilikan lahan rata-rata yang dikuasai oleh generasi

kedua dengan generasi pertama.

b. Kondisi perumahan,hal ini dapat tergambar dari

beberapa indikator berikut: Luas lantai per kapita, Jenis

lantai terluas, Jenis dinding terluas dan Jenis atapterluas.

c. Kepemilikan asset rumah tangga, beberapa indikator

yang digunakan dalam riset ini adalah: Kepemilikan

mobil, Kepemilikan sepeda motor, Kepemilikanmesin

cuci, dan kepemilikan kulkas.

d. Penghasilan dan tabungan, merupakan jumlah barang

dan jasa yang diperoleh responden yang berasal dari

pekerjaan utama dan sampingan dalamkurun waktu

tertentu. Sedangkan tabungan merupakan bagian dari

pendapatan yang tidak dikonsumsi oleh responden akan

tetapi merupakan investasi.

e. Aspek ketenagakerjaan, kesejahteraan dapat juga di

ukur denganmembandingkan: Status pekerjaan,

Lapangan usaha, Jenis pekerjaan dan Jam kerja.

f. Pendidikan,pendidikan formal yang ditamatkan oleh

responden merupakan Salah satu indikator untuk

mengukur tingkat kesejahteraan secara sosial.

Beberapa indikator kesejahteraan tersebut juga

digunakan dalam penelitian yang dilakukan oleh Junaidi

(2012) dengan berpedoman pada data PODES 2008, dan

Sensus Ekonomi 2006. Keenam indikator yang digunakan

untuk mengukur tingkat kesejahteraan generasi kedua

transmigran akan dilakukan pengujian secara deskriptif dan

untuk beberapa indikator tertentu selain uji deskriptif juga

dilanjutkan dengan uji Chi Kuadrat.

Page 60: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

50

4. Permukiman Kembali di Negara-Negara Lain

Perpindahan penduduk (migrasi) merupakan bentuk

relokasi sumber daya modal manusia. Sebagaimana halnya

sumber daya fisik, sumber daya manusia cenderung untuk

pindah (dialokasikan) pada daerah yang memberikan nilai

tambah (value added) yang relative lebih tinggi. Migrasi juga

dapat berpengaruh positif pada pertumbuhan ekonomi di

daerah asal dan tujuan. Migrasi dapat pula merupakan salah

satu jalan untuk memperbaiki standar hidup dan

kesejahteraan seseorang dan keluarganya (Alatas,1995).

Dalam teori ekonomi disebutkan bahwa, mekanisme

pasar akan mampu untuk mengalokasikan sumber daya

secara efisien. Mekanisme pasar akan berlangsung

berdasarkan kekuatan demand dan supply. Cara kerja ini akan

cepat menunjukkan dimana terjadinya kelebihan

permintaan (excess demand) dan kelebihan penawaran

(excess supply). Apabila mekanisme pasar gagal berada

pada arah yang diinginkan (benar), untuk itu diperlukan

adanya intervensi pemerintah agar mekanisme pasar

memberikan hasil sesuai dengan keinginan.

Terkait dengan alokasi sumber daya manusia, ketika

migrasi berada pada arah yang tidak sesuai (katakanlah

pindahnya penduduk dari desa ke kota, sedangkan kota

sudah memiliki jumlah penduduk yang begitu padat atau

terjadi perpindahan penduduk dari daerah yang jarang ke

daerah yang padat penduduknya), maka perlu campur

tangan pemerintah untuk membuat migrasi berjalan ke arah

yang benar. Salah satu bentuk campur tangan pemerintah

tersebut adalah melalui transmigrasi atau yang dikenal

secara umum sebagai bentuk permukiman kembali

penduduk (Junaidi, 2012).

Permukiman kembali penduduk adalah konsep yang

sudah populer, sejak kebijakan distribusi penduduk dimulai

dan semakin penting dalam mengatasi masalah

kependudukan, terutama ketimpangan persebaran

penduduk. Permukiman kembali diterjemahkan dari kata

Page 61: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

51

resettlement. Settlement bermakna a place where people have

come to live and make their homes, especially where few or no

people lived before. Sedangkan to resettleberarti to go and live in

a new country or area.

Kata lain yang terkait dengan resettlement antara lain

relocation, movement, passage, exodus, immigration.Dengan

demikian permukiman kembali didefinisikan sebagai

kegiatan memindahkan penduduk dari suatu tempat ke

tempat yang lain dengan tujuan menetap (Soegiarto, at al.

2005).

Permukiman kembali merupakan kegiatan yang di

dalamnya mengandung pemahaman tentang penduduk

yang pindah. Penyelenggaraan perpindahan penduduk ini

tidak hanya terdapat di Indonesia. Di Asia antara lain

Thailand, Malaysia dan Vietnam. Di Amerika Latin

diantaranya Peru, Paraguay dan Brazil. Di Afrika seperti

Tunisia, Ghana dan Nigeria. Permukiman kembali

penduduk di setiap negara memiliki latar belakang dan

sasaran-sasaran yang berbeda, kendati demikian pada

dasarnya alasan tersebut mencakup kepentingan-

kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya dan Hankam,

bahkan dalam upaya untuk pemantapan ideologi

(Yudohusodo, 1997).

Page 62: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

52

Tabel 2.1 Komparasi Tujuan Program Permukiman Kembali

pada Tujuh Negara.

No. Persamaan Negara

1 Demografi (penyebaran

penduduk,

Distribusi penduduk)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil

2 Sosial (pengentasan

kemiskinan,

Pengangguran, reformasi

agraria)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil,

Australia

3 Ekonomi (pembangunan

daerah,

Pengembangan areal pertanian)

Thailand, Malaysia, Vietnam,

Indonesia, Tunisia, Brazil

4 Politik (interaksi sosial budaya,

Geopolitik, integrasi politik)

Thailand, Malaysia, Vietnam

Indonesia, Tunisia, Brazil,

Australia

No. Keunikan Program, Negara

1 Mengisi pembangunan pusat-

pusat

Industry, jarak dekat

Self DefenseVillages,

Thailand

2 Sosial Ekonomi, bukan Cuma-

Cuma

(no charity)

FELDA, Malaysia

3 Lintas Etnis, interaksi sosial

budaya

Zone Ekonomi Baru, Vietnam

4 Pembangunan infra struktur

dan permukiman, skala kecil Namatjira, Australia

5 Ekonomi skala kecil Lembah Majerda, Tunisia

6 Pertahanan keamanan,

reformasi agraria

Incra Precidencia, Brazil

Sumber: The Oxford World Atlas, 1994 dalam Soegiarto at al,

2005.

Berdasarkan Tabel 2.1, Soegiarto, et al (2005)

menyatakan tujuan umum program permukiman kembali

mempunyai persamaan antara satu negara dengan negara

lain.Perbedaan yang ada lebih disebabkan oleh spesifikasi

dan kondisional dari masing-masing negara oleh karena itu

Page 63: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

53

pembahasan lebih ditekankan pada persamaan daripada

perbedaan yang ada. Dalam konteks penyelenggaraannya,

dijumpai pula beberapa perbedaan dan persamaannya

dengan program transmigrasi di Indonesia. Model tersebut

mencakup seleksi lokasi, seleksi calon pemukim, serta

pemilihan dalam komoditas dan pembagian lahan.

5. Seleksi Lokasi

Seleksi lokasi merupakan kegiatan yang paling utama

dilakukan dari serangkaian kegiatan permukiman

penduduk. Secara umum penentuan wilayah di dasarkan

pada tujuan untuk mengurangi jumlah penduduk. Seleksi

lokasi dilakukan untuk memantapkan penentuan areal

permukiman yang diharapkan dapat memberikan

kehidupan yang lebih aman dan lebih baik bagi penduduk

yang dimukimkan. Terdapat variasi dalam hal pembagian

wilayah-wilayah padat penduduk sebagai target daerah

asal, dengan cakupan mulai dari provinsi sampai ke

kecamatan. Dijumpai pula pembagian wilayah berdasarkan

kawasan Utara dan Selatan, daratan tinggi dan rendah, serta

bentuk pertimbangan lainnya.

Di Vietnam, permukiman kembali penduduk dimulai

pada zaman kolonial Perancis. Setelah Perancis

meninggalkan Vietnam, Pemerintahan Vietnam mengambil

alih program pemindahan penduduk. Pemindahan

penduduk dilakukan dari Utara ke Selatan, dari kota ke

desa, dan dari dataran rendah ke dataran tinggi, serta dari

provinsi yang padat penduduk ke provinsi yang mempuyai

penduduk yang jarang. Perhatian pemerintah baru

diarahkan pada pemindahan penduduk dalam jumlah besar

dari kota Vietnam Selatan ke daerah perdesaan, ke daerah

asal mereka atau ke Zona Ekonomi Baru (Soegiarto, at al.

2005).

Di Malaysia, upaya permukiman penduduk lebih

mempertimbangkan terjadinya pemerataan pendapatan

antar wilayah dibandingkan pemerataan dalam jumlah

penduduk. Wilayah yang dipilih untuk menerima pemukim

Page 64: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

54

terdapat di enam negeri bagian, tiga diantaranya negeri

bagian dengan pendapatan terendah yang terdapat di pantai

timur (Kelantan, Pahang dan Trengganu). Demikian pula

dengan wilayah yang berada di bagian utara Kedah, yang

merupakan wilayah berpenduduk jarang dibandingkan

dengan negeri bagian yang ada di bagian barat

semenanjung. Di Negara-negara Amerika Latin, secara

umum pemindahan penduduk merupakan permukiman

kembali penduduk dari wilayah dataran tinggi ke daerah

rendah beriklim tropis, kecuali Peru dimana era gurun

dipilih sebagai wilayah untuk kolonisasi pertanian (Junaidi,

2012).

6. Seleksi Calon Pemukim

Pertimbangan utama yang perlu diperhatikan dalam

seleksi calon pemukim adalah latar belakang pemukim,

keuletan serta keterampilan yang dimiliki. Ke semua faktor-

faktor tersebut tercermin dalam kriteria pemilihan seperti

umur, latar belakang keluarga, pengalaman di bidang

pertanian, serta motivasi dalam mengikuti program. Calon

pemukim yang lulus seleksi diberi pendidikan dan

pelatihan sesuai dengan tujuan program permukiman

kembali yang dilaksanakan. Secara garis besar kriteria,

seleksi ini dapat dibedakan atas dua bentuk. Pertama kriteria

seleksi yang ditujukan pada kelompok penduduk yang

paling tidak beruntung, misalnya penduduk miskin dan

petani tanpa lahan atau yang berlahan sempit. Kedua,

kriteria seleksi yang ditujukan kepada sumber daya yang

lebih berkualitas dan memiliki inisiatif. Kedua bentuk

seleksi yang dilakukan ini menunjukkan orientasi dari

program yang dilaksanakan, apakah termasuk dalam

kerangka tujuan sosial atau ekonomi.

“Seleksi Untuk Tujuan Sosial”

Secara umum pelaksanaan permukiman kembali

penduduk di berbagai negara tidak semata-mata dalam

rangka penyeimbangan jumlah penduduk. Program ini

diselenggarakan lebih sebagai pendekatan untuk mencapai

Page 65: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

55

tujuan yang lebih luas, termasuk tujuan-tujuan sosial. Model

permukiman kembali di Negara-negara ASEAN umumnya

memberi peluang kepada penduduk yang lebih tua

dibanding dengan usia migran spontan. Di bidang

pendidikan, secara umum peserta program permukiman

kembali memiliki tingkat pendidikan yang sama dengan

penduduk dari daerah asal dibandingkan dengan tingkat

pendidikan kaum migran spontan. Di Indonesia peserta

transmigrasi memiliki tingkat pendidikan yang paling

rendah bila dibandingkan dengan mereka yang melakukan

kegiatan yang serupa di Negara-negara ASEAN lainnya.

Di Australia, program permukiman kembali

ditujukan bagi penduduk asli, yaitu suku Aborigin. Mereka

dimukimkan kembali karena tinggal di lingkungan tidak

sehat, seperti akomodasi yang buruk, kurangnya

infrastruktur kesehatan seperti buruknya penyediaan air

minum, buruknya buangan limbah, drainase yang tidak

memadai. Berdasarkan pengalaman di berbagai negara,

tujuan sosial juga dicakup dalam program-program

permukiman kembali yang mereka selenggarakan.Seringkali

karena pertimbangan sosial membuat program ini

dilaksanakan dengan mengabaikan faktor seleksi positif

(positive selection), yang sebenarnya sangat diperlukan

untuk mencapai keberhasilan program (Soegiharto, at al.

2005).

Di Thailand dan Malaysia, tujuan permukiman

kembali tidak mengutamakan tujuan demografis, akan

tetapi lebih banyak pertimbangan yang bersifat intra

provinsi. Melalui pendekatan ini pertimbangan kesamaan

dalam latar belakang dapat mengurangi potensi konflik

antara kaum pendatang dengan penduduk setempat.

Sementara itu di masa yang lalu, program permukiman

kembali di Indonesia dan Filipina kurang memperhatikan

intra provinsi, sehingga tujuan demografis merupakan

alasan utama program permukiman di kedua negara

dimaksud.

Page 66: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

56

“Seleksi Untuk Tujuan Ekonomi”

Program permukiman penduduk tidak hanya

dimaksudkan agar terjadi perpindahan tempat atau

perpindahan secara geografis, akan tetapi merupakan

bagian dari sebuah rencana pembangunan nasional. Untuk

itu perpindahan penduduk kemudian diarahkan pada

tujuan ekonomi yang lebih spesifik, yang dikaitkan dengan

pembangunan daerah asal dan daerah tujuan. Tidak

berlebihan jika dikatakan penyelenggaraan permukiman

kembali dalam seleksinya lebih menekankan pada

pertimbangan sosial dan kemanusiaan dari pada tujuan

efisiensi ekonomi. Contoh aplikasinya pada skema FELDA

(Federal Land Development Authority) di Malaysia. Seleksi

permukiman diarahkan untuk memberi peluang kepada

mereka yang memiliki inisiatif yang tinggi, dan bukan

kepada mereka yang malas.

Diawali pada tahun 1961, skema FELDA menerapkan

sistem seleksi dengan memasukkan persyaratan berikut:

Warga Negara Malaysia, Peneroka (istilah untuk generasi

pertama Pemukim) berumur antara 18-35 tahun, berstatus

kawin, memiliki lahan kurang dari 2 acres(kurang dari 0,8

ha) dan dalam kondisi fisik sehat. Bagi pemukim yang

merupakan Pensiunan Polisi atau tentara umur mereka

tidak lebih dari 45 tahun. Sesuai dengan peraturan

pemerintah, untuk pensiunan pegawai negeri diberi kuota

sebesar 20 persen pada program permukiman kembali.

Selain itu, untuk pensiunan pegawai negeri, tidak

diberlakukan ketentuan harus memiliki keterampilan

bertani.

7. Pembagian Lahan dan Pemilihan Komoditas

Luas lahan yang dialokasikan kepada para pemukim

di lokasi barunya di berbagai negara ditetapkan secara

berbeda-beda. Keadaan ini sangat tergantung pada kondisi

lokasi, seperti tipe permukaan lahan, karakter tanah, tipe

tanaman, kondisi pasar, pengelolaan sumber daya, peralatan

Page 67: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

57

yang digunakan, serta perubahan teknologi. Pemerintah

biasanya akan memberikan lahan dengan luasan yang dapat

memberikan kehidupan, dan luasnya disesuaikan dengan

kemampuan mereka mengolah lahan dengan bantuan

tenaga kerja keluarga.

Setiap keluarga kolonis di Thailand mendapat lahan

maksimal 50 rai (8 acre). Di Malaysia, lahan dengan luas 8-

10 acre bagi setiap peneroka merupakan batas minimum

untuk tanaman karet, dan 12 acre untuk tanaman kelapa

sawit. Di Vietnam, pertimbangan kesuburan tanah menjadi

faktor penentu dalam penentuan luas lahan yang

diserahkan ke pemukim. Untuk lahan yang dikategorikan

sangat subur akan menerima sekitar 0,5 Ha, dan 1sampai

2Ha diperuntukkan bagi pemukim yang memperoleh

wilayah hutan marginal.

Dalam pelaksanaan program transmigrasi di

Indonesia setiap transmigran memperoleh lahan yang

luasnya disesuaikan dengan pola usahanya. Luas lahan

yang diterima oleh transmigran berkisar antara 0,75 Ha

sampai dengan 2 Ha.

Dalam prosedur pembebasan tanah, di Filipina

Kementerian reformasi Agraria (Ministry of Agrarian Reform)

memindahkan pemukim ke lokasi permukiman kembali

yang merupakan tanah negara. Dalam kementerian tersebut

Bureau of Resettlementbertanggung jawab terhadap

Perencanaan,koordinasi dan implementasi program

permukiman kembali. Di Thailand, pada tahun 1942

dikeluarkan keputusan tentang alokasi lahan (the land

allocation act) untuk meningkatkan distribusi tanah negara

kepada petani tuna wisma. Selanjutnya program

permukiman kembali secara simultan dilakukan oleh

beberapa instansi. Instansi yang ikut menangani

diantaranya Departemen Sosial (Department of Public Welfare)

dalam Kementerian dalam Negeri (ministry of the Interior),

Departemen Pertanahan (the Department of Lands),

Page 68: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

58

Departemen Koperasi (Department of Cooperates), dan

Agricultural Land Reform Office dari Kementerian Pertanian.

Di Malaysia, karena adanya konflik kepentingan

antara pemerintah pusat dengan pemerintah federal,

menyebabkan permasalahan Land colonization menjadi

kompleks. Dalam usaha menyelesaikan masalah tersebut

pada tahun 1959 dibentuk Kementerian Pembangunan Desa

(Ministry of Rural Development), untuk melakukan

terobosan dalam struktur federal dengan mengambil alih

kewenangan pusat. Dalam periode 1961-1967, sebagai

bagian dari mandat, FELDA diberi kewenangan secara

langsung membangun tanah-tanah negara yang secara

tradisional merupakan properti para sultan. Kendati

demikian konflik mengenai kontrol atas tanah telah

mengakibatkan hambatan terutama di Kelantan. Namun

FELDA, yang memperoleh dukungan dari departemen-

departemen lain ikut berperan dalam penyelenggaraan

permukiman kembali (Soegiarto, at al. 2005).

Di Indonesia, dengan model transmigrasi dimana

setiap transmigran mendapatkan lahan yang luasnya sesuai

dengan pola permukimannya. Lahan untuk tujuan

transmigrasi ini dimiliki oleh pemerintah, yaitu berupa

tanah negara atau lahan bebas. Prosedur pembebasan lahan

dilaksanakan oleh institusi pemerintahan yang terkait,

seperti Departemen Kehutanan, Badan Pertanahan Negara

(BPN), Departemen tenaga Kerja dan Transmigrasi serta

pemerintah provinsi/kabupaten. Terdapat banyak variasi

dalam pemilihan komoditi tanaman. Di beberapa negara,

tujuan ekonomi permukiman kembali adalah untuk

meningkatkan produksi pangan, sedangkan di negara lain,

prioritas utamanya adalah untuk meningkatkan produk

tanaman ekspor.

Di Malaysia, para peneroka(pembuka daerah atau

tanah baru) tidak mempunyai pilihan lain untuk tanaman

komoditi utama. Pemerintah telah menetapkan karet

sebagai tanaman unggulan sebagai awal penyelenggaraan

Page 69: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

59

skim FELDA. Dalam upaya diversifikasi pemerintah

menyiapkan lahan seluas 0,8 Ha untuk tanaman buah-

buahan, diluar lahan yang dibagikan dengan luas standar

2,4 Ha untuk tanaman karet. Pada tahun 1961 barulah

tanaman kelapa sawit diperkenalkan, dan ternyata tanaman

ini secara cepat dapat mengungguli areal komoditas karet.

Di Thailand, setiap lokasi permukiman kembali

memiliki tanaman campuran (mixed crop). Terutama

tanaman yang paling mudah beradaptasi dengan kondisi

lokal seperti jagung, padi, kacang-kacangan dan kelapa dan

kapas. Di Vietnam, pada awalnya tanaman yang

diprioritaskan adalah padi dan cassava. Pada waktu Zone

Ekonomi Baru di Vietnam dibuka dibawah Rencana Lima

Tahun ke empat, penggunaan lahan telah mengalami

diversifikasi dengan tanaman karet, kopi, teh, kelapa, lada

dan buah-buahan.

Terkait dengan keikutsertaan pemerintah dalam

memberikan subsidi kepada para kolonis, terdapat berbagai

bentuk pendapat. Secara umum pemerintah harus

menyediakan infra struktur dasar, termasuk pelayanan

masyarakat dalam mempersiapkan lokasi permukiman. Di

beberapa negara pemukim melakukan sendiri seluruh

kegiatan penyiapan lahan, sedangkan di negara lainnya

pembukaan lahan (land clearing) dan pembangunan lahan

sepenuhnya dilakukan oleh pemerintah. Perbedaan dalam

hal ini disebabkan ketersediaan dana untuk penyiapan

lahan. Selain itu terjadinya variasi dalam penyiapan lahan

disebabkan skala usaha dan tujuan program premukiman.

Pada skema Self-helfdi Thailand para permukim

menanggung biaya yang cukup besar dalam pembangunan

fisik. Kebijakan membangun desa-desa dalam rangka

mengurangi migrasi keluar, juga telah memberikan

kontribusi positif bagi solusi permasalahan migrasi internal.

Model yang serupa juga di temui di Vietnam. Di Vietnam,

para tentara peserta program bekerja membersihkan lahan.

Pada tahap selanjutnya, sekelompok pemuda sukarelawan

Page 70: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

60

mempersiapkan lahan dan membangun tempat tinggal

mereka.

Malaysia, melalui skema FELDA menerapkan capital

intensive, artinya mereka mengeluarkan dana yang tidak

sedikit untuk investasi dalam kegiatan pembukaan lahan,

pembangunan rumah dan penanaman tanaman. Dengan

demikian pengembangan lahan (land development) menjadi

suatu langkah efektif untuk memecahkan berbagai

permasalahan. Skema FELDA dengan mengeluarkan dana

yang cukup besar untuk pengembangan lahan telah

membuat para peneroka mampu menahan diri untuk

menetap di daerah permukiman.

Di Indonesia, secara umum terdapat dua tipe skema

penduduk. Ada model yang sepenuhnya dibiayai (subsidi)

pemerintah yang disebut dengan transmigrasi umum (TU),

dan yang dibiayai bersama oleh pemerintah, swasta dan

petani. Skema yang mirip dengan FELDA adalah program

transmigrasi Pola Perkebunan Inti Rakyat (PIR-Trans). Pada

pola ini pemerintah sangat berperan dalam penyediaan

berbagai fasilitas terutama dalam hal membuka lahan,

menyiapkan bibit non perkebunan, menanam dan

memelihara sampai tanaman dapat menghasilkan. Petani

(transmigran) dalam hal ini bertindak selaku plasma, yang

didatangkan untuk menetap. Selanjutnya mereka mengelola

kebun, memanen hasil dan membayar kredit sesuai dengan

kesepakatan bersama dengan investor, sedangkan

pembinaan teknis dan pemasaran hasil dilakukan oleh

pihak swasta selaku perusahan inti.

Berbeda dengan negara lainnya, lokasi untuk

permukiman transmigrasi ditentukan oleh Pemerintah

dalam hal ini pemerintah provinsi/kabupaten. Bentuk

penyiapan lokasi bervariasi tergantung dari kondisi lokasi

dan jenis transmigrasi.

Transmigrasi umum menerima bantuan paling

banyak dari pemerintah. Dalam hal luasan lahan yang

dibagikan untuk transmigran terdapat fleksibilitas. Proporsi

Page 71: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

61

penggunaan lahan untuk pertanian subsistem pada

transmigrasi masih lebih tinggi bila dibandingkan dengan

yang ada di negara-negara ASEAN lainnya. Sebagaimana

yang terjadi di kebanyakan negara, pada skim transmigrasi

terdapat tren yang jelas dalam peningkatan penggunaan

lahan untuk diversifikasi produk pertanian.

8. Konsep Pembangunan Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan pada akhir-akhir ini

menjadi suatu konsep pembangunan yang dapat diterima

oleh setiap negara di dunia untuk mengelola sumber daya

alam agar tidak mengalami kerusakan dan kehancuran di

masa yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan

diartikan sebagai pembangunan yang tidak menurunkan

kapasitas generasi yang akan datang untuk melakukan

pembangunan meskipun terdapat penyusutan cadangan

sumber daya alam dan memburuknya lingkungan, tetapi

keadaan tersebut dapat digantikan oleh sumber daya

manusia maupun sumber daya modal (Irawan dan

Suparmoko, 2014). Jadi dengan pembangunan berkelanjutan

harus dicari titik keseimbangan antara kebijakan

pembangunan dan kebijakan lingkungan, sehingga tercapai

kebijakan pembangunan ekonomi yang benar-benar

menjamin peningkatan kesejahteraan manusia dalam jangka

panjang.

Pembangunan berkelanjutan adalah proses

pembangunan yang mengutamakan prinsip memenuhi

kebutuhan pada waktu sekarang tanpa mengorbankan

pemenuhan kebutuhan pada generasi yang akan datang.

Salah satu faktor yang harus dihadapi dalam pembangunan

berkelanjutan adalah memperbaiki lingkungan tanpa

mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi dan

keadilan sosial.

Selanjutnya pembangunan ekonomi yang

menghasilkan barang dan jasa demi pemenuhan kebutuhan

manusia akan dibarengi dengan meningkatnya produksi

limbah yang dapat mencemari lingkungan. Oleh karena itu

Page 72: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

62

dalam pembangunan ekonomi ada aspek positif yaitu

adanya keberhasilan perekonomian dalam meningkatkan

barang dan jasa, sedangkan aspek negatif berupa semakin

terkurasnya sumber daya alam dan juga semakin

memburuknya lingkungan. Pembangunan berkelanjutan

bersifat multidisiplin, karena banyak aspek pembangunan

yang harus dipertimbangkan, diantaranya adalah aspek

ekologi, ekonomi, sosial budaya, hukum dan kelembagaan.

Terdapat berbagai persyaratan pembangunan berkelanjutan

yang dikemukakan oleh para ahli dengan aspek-aspek yang

hampir sama akan tetapi dengan cara serta pendekatan yang

berbeda.

Pada prinsipnya pembangunan berkelanjutan

merupakan upaya terpadu dan terorganisir untuk

mengembangkan kualitas hidup secara berkelanjutan,

dengan cara mengatur penyediaan, pengembangan,

pemanfaatan, dan pemeliharaan sumber daya secara

berkelanjutan dengan prasyarat terselenggaranya suatu

sistem kepemerintahan yang baik (good governance).

Pembangunan berkelanjutan juga diartikan sebagai

pemaduan tujuan sosial, ekonomi, dan ekologi. Secara

konseptual pemaduan ini masuk akal, akan tetapi

implementasinya tidaklah sederhana. Hal ini antara lain

karena permasalahan sosial,ekonomi dan ekologi yang

terpisahkan atau dipisahkan secara spasial (Simbolon, H B,

2009).

Konsep pembangunan berkelanjutan pertama kali

diperkenalkan oleh The World Commission on Environment

and Development (WCED) pada tahun 1987 dengan laporan

yang berjudul Our Common Future ( Kay dan Alder, 1999

dalam Simbolon, HB, 2009). Laporan tersebut dibuat oleh

sekelompok ahli yang diketuai oleh Gro Harlem

Brundtland, sehingga laporan tersebut sering disebut

Laporan Brundtland (The Brundtland Report). Dalam

laporannya terkandung definisi pembangunan

berkelanjutan adalah pembangunan yang dapat

Page 73: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

63

memenuhikebutuhan saat ini tanpa membatasi peluang

generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya.

Berdasarkan pengertian ini, maka Beller (1990)

mengemukakan prinsipJustice of fairness yang berarti

manusia dari berbagai generasi yang berbeda mempunyai

tugas dan tanggung jawab satu terhadap yang lainnya

seperti layaknya berada dalam satu generasi.

Pembangunan berkelanjutan merupakan proses

pembangunan yang mengandung prinsip memenuhi

kebutuhan sekarang tanpa mengorbankan pemenuhan

kebutuhan generasi pada masa yang akan datang. Salah satu

faktor yang dihadapi untuk mencapai pembangunan

berkelanjutan adalah memperbaiki kehancuran lingkungan

tanpa mengorbankan kebutuhan pembangunan ekonomi

dan keadilan sosial.

Pembangunan berkelanjutan berorientasi pada tiga

pilar tujuan yaitu ekonomi, sosial dan ekologi (Munasinghe,

1993). Pilar pertama, pembangunan ekonomi yang

berorientasi pada pertumbuhan, stabilitas dan efisiensi. Pilar

kedua, pembangunan sosial yang bertujuan untuk

mengentaskan kemiskinan, pengakuan jati diri dan

pemberdayaan masyarakat. Pilar ketiga adalah

pembangunan lingkungan yang berorientasi pada perbaikan

lingkungan seperti sanitasi lingkungan, industri yang lebih

bersih dan rendah emisi, serta kelestarian sumber daya

alam. Tiga pilar pembangunan berkelanjutan dengan tujuan

ekonomi, sosial dan lingkungan dapat dilihat pada (gambar

5).

Page 74: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

64

Gambar 5. Pilar-Pilar Pembangunan Berkelanjutan Sumber: Munasinghe, 1993

Pendekatan ekonomi dalam pembangunan

berkelanjutan didasarkan pada maksimisasi pendapatan

yang dapat digeneralisasikan saat pemeliharaan aktiva

(modal) yang menghasilkan keuntungan (manfaat). Hal ini

merupakan konsep optimalisasi dan penerapan efisiensi

ekonomi dalam menggunakan sumber daya alam. Dimensi

ekonomi merupakan bagian yang penting dan selalu

berkontradiksi dengan kepentingan pelestarian sumber

daya alam. Pendekatan ekologi untuk pembangunan

berkelanjutan difokuskan pada keseimbangan sistem biologi

dan sistem fisik, terutama pentingnya kelangsungan hidup

subsistem yang kritis untuk keseimbangan global dan

ekosistem yang menyeluruh (Adiatmojo, 2008).

EKONOMI Efisiensi

Pertumbuhan

EKOLOGI Sumberdaya

Alam

SOSIAL Keadilan

Pemerataan

Nilai-nilai Budaya

Partisipasi

Konsultasi

Penanggulangan Kemiskinan

Pemerataan Kelestarian

Page 75: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

65

Perlindungan terhadap keanekaragaman hayati

adalah aspek penting dan merupakan sebagai aspek kunci.

Sistem alami dapat diinterpretasikan ke dalam seluruh

aspek biosfer, termasuk lingkungan buatan manusia seperti

permukiman transmigrasi. Pendekatan sosial budaya dalam

pembangunan berkelanjutan adalah berusaha untuk

memelihara stabilitas sistem sosial dan budaya, yang

mempunyai bentuk-bentuk dan perilaku yang sudah

terpolakan, menciptakan kepercayaan dan nilai-nilai

bersama yang dirancang untuk memberi makna bagi

tindakan kolektif.

Pandangan pembangunan berkelanjutan yang

dikemukakan oleh Moffatt dan hanley dalam Adiatmojo

(2008), mengatakan bahwa pembangunan berkelanjutan

merupakan bagian penting yang harus mengintegrasikan

komponen-komponen sumber daya, yaitu komponen

ekonomi, komponen sosial budaya dan komponen

lingkungan secara serasi dan seimbang. Pemanfaatan

komponen-komponen sumber daya secara serasi dan

seimbang dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan

sumber daya pada saat sekarang tanpa mengurangi

kesempatan dan pemenuhan kehidupan generasi pada saat

mendatang.

Harger dan Meyer dalam Adiatmojo (2008)

mengatakan bahwa, dari masing-masing dimensi utama

dalam pembangunan berkelanjutan tersebut diuraikan

dalam beberapa kategori yakni, ekologi, ekonomi dan sosial.

Dimensi ekologi dengan kategori: penggunaan energi,

atmosfir, iklim; sistem yang berhubungan dengan air

(aquatic system); sistem terstrial; natural hazard dan biosfer.

Dimensi sosial dengan kategori; pertanian; penduduk;

kesehatan; urban system; kemiskinan; politik; pengelolaan

lingkungan; pendidikan; rural system; fasilitas publik dan

infra struktur serta masyarakat dan budaya. Dimensi

ekonomi dengan kategori; pertimbangan militer;

Page 76: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

66

telekomunikasi; perdagangan; industri; transportasi;

bantuan luar negeri dan alih teknologi.

Berdasarkan berbagai pendapat tentang

pembangunan berkelanjutan, jelas bahwa setiap

pembangunan haruslah memenuhi ketiga pilar dan ketiga

indikator pembangunan berkelanjutan. Pembangunan

berkelanjutan haruslah dapat memenuhi semua kebutuhan

dasar untuk semua generasi serta diberikan peluang yang

sama untuk mengejar cita-cita mereka agar memperoleh

kehidupan yang lebih baik, untuk masa sekarang maupun

di masa yang akan datang. Kebutuhan yang wajar haruslah

dilihat dari aspek sosial dan kultural, dengan

pembangunanberkelanjutan harus mampu untuk

menyebarluaskan nilai-nilai yang menciptakan standar

konsumsi yang berada dalam batas-batas kemampuan

secara ekologi.

Pada konsep pembangunan berkelanjutan tujuan

ekonominya adalah untuk meningkatkan pendapatan

masyarakat transmigrasi dan masyarakat lokal. Tujuan

sosial adalah untuk mencegah terjadinya berbagai konflik

dan kesenjangan dan menciptakan keadilan dalam

kehidupan masyarakat, termasuk antara masyarakat asli

dan pendatang(transmigrasi). Sedangkan tujuan dari aspek

lingkungan adalah untuk menjaga keanekaragaman hayati,

konservasi lahan dan air. Untuk aspek teknologi

mengaplikasikan teknologi tepat guna, dan tujuan dari

aspek hukum dan kelembagaan adalah kepatuhan hukum

dan berfungsinya kelembagaan.

Pendekatan wilayah dalam pelaksanaan

pembangunan, khususnya dalam kaitan dengan

pelaksanaan otonomi daerah, menjadi penting karena

kondisi sosial ekonomi, budaya dan geografis antara satu

wilayah berbeda dengan wilayah lainnya. Budiharsono

(2001) mengatakan melalui pendekatan wilayah, upaya

pembangunan dapat dilaksanakan untuk memacu

pembangunan sosial ekonomi, mengurangi kesenjangan

Page 77: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

67

pendapatan serta menjaga kelestarian lingkungan suatu

wilayah tertentu. Pembangunan wilayah berbeda dengan

pembangunan nasional yang dilaksanakan secara merata

dan menyeluruh, dan bukan pen-disagregasi-an dari

pembangunan nasional yang berbeda. Kondisi ini tentu

akan berbeda pula dengan pendekatan pembangunan

sektoral yang hanya bertujuan untuk mengembangkan dan

menyelesaikan permasalahan satu sektor tertentu, tanpa

memperdulikan keterkaitannya dengan sektor yang lain.

Konsep pengembangan wilayah memerlukan

berbagai teori dan ilmu terapan seperti geografis, ekonomi,

sosiologi, statistika, ilmu politik, ilmu lingkungan dan

sebagainya. Karena pembangunan dipandang sebagai suatu

proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap

masyarakat, dan institusi-institusi nasional, di samping

tetap mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi,

penanganan ketimpangan pendapatan, pengentasan

kemiskinan, sehingga dibutuhkan berbagai pendekatan

bidang ilmu (Todaro, 2000). Pembangunan wilayah pada

prinsipnya bertujuan untuk meningkatkan perkembangan

wilayah menuju tingkat perkembangan yang diinginkan.

Pembangunan wilayah dilaksanakan melalui optimalisasi

pemanfaatan sumber daya yang dimilikinya secara

harmonis, serasi melalui pendekatan yang bersifat

komprehensif mencakup aspek fisik, ekonomi, sosial, dan

budaya untuk pembangunan daerah ke depan (Misra, 1982).

Pembangunan sebagai suatu usaha atau rangkaian

usaha pertumbuhan dan perubahan yang berencana dan

dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan

pemerintahan menuju modernitas dalam rangka pembinaan

bangsa (nation building), untuk meningkatkan kesempatan

warga negara memperoleh kehidupan yang lebih baik

(Riyadi, 2004). Pembangunan harus dipandang sebagai

suatu proses multidimensional yang mencakup berbagai

perubahan mendasar atas struktur sosial sikap-sikap

Page 78: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

68

masyarakat dan institusi-institusi nasional, di samping tetap

mengejar akselerasi pertumbuhan ekonomi, penanganan

ketimpangan pendapatan, serta pengentasan kemiskinan

(Syahroni, 2002). Pengembangan dapat diartikan usaha

untuk memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan

apa yang sudah ada. Kedua istilah tersebut sering

digunakan untuk maksud yang sama.

Pembangunan dan Pengembangan itu dapat dalam

bentuk fisik maupun non fisik. Pembangunan dan

pengembangan dapat pula dalam skala nasional, regional

dan lokal. Pembangunan dan pengembangan nasional

meliputi seluruh wilayah negara dengan penekanan

perekonomian. Pembangunan/pengembangan lokal

meliputi kawasan kecil dengan tekanan pada keadaan fisik.

Pembangunan atau pengembangan regional meliputi suatu

wilayah dengan tekanan utama pada perekonomian dan

tekanan kedua pada keadaan fisik (Jayadinata, 1986).

Pembangunan nasional mendorong berkembangnya

pembangunan regional dan dil ain pihak pembangunan

nasional memperkuat pembangunan regional. Keduanya

antara pembangunan nasional dan pembangunan regional

terdapat keterkaitan yang mengisi, sehingga membentuk

struktur perekonomian yang kokoh dan kuat (Adisasmita,

R, 2013).

Pengembangan wilayah walaupun secara eksplisit

dapat memiliki tujuan yang berbeda antara satu wilayah

dengan wilayah lainnya. Akan tetapi secara umum akan

meliputi satu atau lebih dari tujuan-tujuan pembangunan

yang saling berkaitan antar wilayah. Menurut Tarigan (2005)

tujuan pembangunan yang bisa diatur di daerah secara lebih

baik, dan merupakan tujuan pokok tambahan adalah:

a. Terjaganya kelestarian lingkungan hidup.

b. Pemerataan pembangunan dalam wilayah

c. Penetapan sektor unggulan daerah.

Page 79: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

69

d. Membuat keterkaitan antar sektor yang lebih serasi

dalam wilayah, sehingga menjadi bersinergi dan

berkesinambungan.

e. Pemenuhan kebutuhan pangan wilayah.

Terkait dengan pengembangan wilayah, menurut

Syahroni (2002) Tujuan pembangunan wilayah adalah ; (1)

mengurangi disparitas atau ketimpangan antar wilayah dan

antar sub-wilayah serta antar warga masyarakat

(pemerataan dan keadilan), (2) memberdayakan masyarakat

dan mengentaskan kemiskinan, (3) menciptakan atau

menambah lapangan pekerjaan, (4) meningkatkan

pendapatan dan kesejahteraan masyarakat daerah, dan (5)

mempertahankan atau menjaga kelestarian sumber daya

alam agar bermanfaat bagi generasi sekarang dan generasi

masa mendatang, termasuk dalam hal kelangsungan

generasi transmigrasi.

C. KAJIAN TENTANG TRANSMIGRASI DI INDONESIA

Berbagai kajian tentang keberhasilan transmigrasi di

Indonesia telah banyak dilakukan, akan tetapi penelitian yang

terkait dengan kelangsungan dan keberhasilan transmigran

pada tahapan lanjutan (anak-anak transmigran) atau disebut

juga “generasi ke dua’ sampai disertasi disusun ini belum

penulis temukan. Berpedoman pada pelaksanaan transmigrasi

yang berlangsung sudah cukup lama (sejak zaman kolonisasi

sampai dengan masa kemerdekaan, orde lama, orde baru dan

era reformasi yang ditandai dengan otonomi daerah) secara

jujur dapat dikatakan telah menunjukkan keberhasilan baik

dari sisi demografis maupun non demografis.

Dari sisi kuantitatif, sejak dimulainya pemindahan

penduduk dari wilayah yang padat di Pulau Jawa ke luar Pulau

Jawa (waktu itu kolonisasi) sampai era reformasi yang ditandai

dengan otonomi daerah telah mampu dipindahkan penduduk

sebanyak 405.390 KK atau setara dengan 1.498.760 jiwa. Namun

secara kualitatif, transmigrasi sebagai program yang bertujuan

untuk meningkatkan pemerataan pembangunan daerah dan

Page 80: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

70

memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa, diharapkan dapat

berkembang menjadi pusat-pusat pertumbuhan yang

memberikan dampak terhadap wilayah sekitarnya.

Sebagaimana dimaksudkan dalam Undang-Undang No.

15 tahun 1997 tentang Ketransmigrasian. Transmigrasi

diselenggarakan dengan tujuan yaitu: (1). Meningkatkan

kesejahteraan transmigran dan penduduk sekitarnya, (2)

mengurangi kesenjangan pembangunan antar daerah, dan (3)

memperkukuh persatuan dan kesatuan bangsa. Melalui ketiga

tujuan tersebut transmigrasi diharapkan dapat memecahkan

permasalahan demografi, sosial, ekonomi dan politik.

Setelah otonomi daerah, terjadi pergeseran paradigma

transmigrasi dari yang eksklusif ke paradigmainklusif. Secara

konseptual telah memasukkan masyarakat desa-desa

sekitarnya sebagai bagian dari masyarakat transmigrasi. Hal ini

sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang no. 15 Tahun

1997, dan Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1999 dan Undang-

Undang Nomor 29 Tahun 2009, yang mengatakan lingkup

geografis kawasan transmigrasi terdiri atas permukiman baru

transmigrasi, desa-desa eks. Transmigrasi dan desa-desa

setempat.

Keadaan ini diperkuat lagi dengan keluarnya Peraturan

Pemerintah No. 3 Tahun 2014 tentang Ketransmigrasian

khususnya pasal 7 ayat (1) berbunyi: Kawasan transmigrasi

sebagaimana dimaksud pada pasal 5, dibangun dan

dikembangkan di kawasan perdesaan sebagai sistem produksi

pertanian dan pengelolaan sumber daya alam yang memiliki

keterkaitan fungsional dan hirarki keruangan dengan pusat

pertumbuhan dalam satu kesatuan sistem pengembangan.

Kemudian dalam pasal 10, dikatakan SKP paling sedikit terdiri

atas 3 (SP) dan paling banyak 6(SP). SP sebagaimana dimaksud

pada ayat (1), pasal 11 berupa: (a). SP-Baru, (b). SP-Pugar, atau

(c). SP-Tempatan.

Hasil penelitian Junaidi (2012) dengan judul

“Perkembangan Desa-desa Eks Transmigrasi dan Interaksi

dengan Wilayah sekitarnya Serta kebijakan ke depan” (suatu

Page 81: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

71

Kajian di Provinsi Jambi). Diperoleh kesimpulan (1).

Perkembangan desa-desa eks transmigrasi ditentukan oleh

jarak lokasi permukiman terhadap pusat-pusat kegiatan, sarana

prasarana (terutama sarana jalan), komoditas utama

transmigrasi, karakteristik utama transmigran, lamanya

penempatan dan kinerja makro wilayah. (2). Berkaitan dengan

interaksi antara desa-desa eks transmigrasi dengan desa

sekitarnya dipengaruhi oleh berbagai fasilitas dan aktivitas

produksi yang tumbuh dan berkembang di desa-desa sekitar

permukiman transmigrasi yang terkait secara fungsional dalam

bentuk supply dan demand dengan desa-desa

transmigrasi.Faktor jarak dan tidak terbangunnya sistem

transformasi menjadi faktor penghambat dalam interaksi.(3).

Pencapaian kesejahteraan pada tingkat individu/keluarga

transmigrasi dipengaruhi oleh budaya (etos) kerja, pendidikan,

beban tanggungan keluarga dan kemampuan mempertahankan

kepemilikan lahan. Etos kerja yang lebih tinggi dari

transmigran asal Jawa menyebabkan mereka lebih sejahtera

dibandingkan transmigran lokal (asal Jambi).

1. Transmigran Generasi kedua di Berbagai Permukiman di

Indonesia.

Dalam konteks parsial banyak keberhasilan yang

telah dicapai oleh transmigrasi di berbagai kawasan di

Indonesia. Menurut data statistik (BPS, 2000) penduduk asal

Jawa di Sumatera Utara berjumlah 6 juta jiwa, maka

sebagian besar dari jumlah itu merupakan keturunan orang

yang bermigrasi pada era perkebunan masa kolonial di

akhir abad ke 19 sampai awal abad ke 20. Kemudian setelah

kemerdekaan perpindahan ini semakin meningkat terutama

mereka yang bekerja di sektor perkebunan, sehingga

muncul istilah buruh perkebunan Jawa yang dipekerjakan

di perkebunan yaitu “Jawa kontrak”dan berlaku juga untuk

keturunan mereka (generasi kedua dan seterusnya) yang

sudah lahir di Deli (Sumatera Utara) dan tidak lagi hidup di

komoditas perkebunan, tapi sudah memasuki berbagai

aspek lapangan usaha yang ada pada saat ini.

Page 82: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

72

Di Provinsi Lampung, salah satu wilayah penempatan

transmigrasi adalah di Kecamatan Sumberjaya. Lokasi ini

telah di tempati oleh transmigran asal Jawa khususnya Jawa

Barat sejak tahun 1952, dan telah diresmikan sebagai

perkampungan baru oleh Presiden Soekarno pada waktu itu

(Pasya, 2004). Perkembangan terakhir, program transmigrasi

pemerintah tidak terlalu beorientasi pada wilayah

Sumberjaya, namun tetap saja migrasi spontan berdatangan

dari Pulau Jawa dan Bali. Sementara generasi keduanya

yang lebih memiliki sifat kewirausahaan lebih tinggi tertarik

pada kesuburan tanahnya. Hingga saat ini masih banyak

dasar lembah yang cukup luas untuk digunakan. Pada

tahun 1976 transmigran dari Suku Jawa dan Sunda

memanfaatkan kondisi lansekap yang tidak diminati oleh

suku Semendo (Suku yang pertama kali menempati wilayah

tersebut) untuk budidaya kopi, dan mengubahnya menjadi

pertanian sawah beririgasi (Charras dan Pain, 1993).

Kisah sukses generasi kedua transmigrasi juga

ceritakan oleh Ratna Sari (2012) adalah Mustafa salah

seorang penduduk transmigrasi yang tinggal di Kampung

Inggris Karang Indah Kecamatan Mandastana Kabupaten

Barito Kuala, Kalimantan Selatan. Bisa dikatakan dia adalah

transmigran generasi kedua, karena lahir dan besar di

daerah tersebut. Kedua orang tuanya adalah transmigran

asal Jawa Timur yang sudah bertahun- tahun tinggal di

daerah itu. Mustafa inilah yang mengajarkan anak-anak dan

masyarakat berbahasa Inggris setiap harinya. Mustafa

sendiri merupakan salah seorang mahasiswa jurusan teknik

mesin UNY (Yogyakarta). Dia dibantu oleh 2 orang tenaga

yang juga sarjana Pendidikan Bahasa Inggris. Mereka

bertiga sama-sama alumni kampung Inggris Pare Kediri,

Jawa Timur.

Mustafa mengatakan masyarakat di kampung Inggris

ini memiliki kemauan yang tinggi untuk belajar. Sejak awal

tidak pernah ada penolakan ataupun keberatan dari pihak

mereka untuk diajarkan bahasa Inggris. Semangat ingin

Page 83: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

73

maju yang mereka miliki cukup tinggi. Pada hal, kalau

dilihat pekerjaan mereka hanya berkebun dan bertani, tapi

masih mau diajak untuk belajar. Secara ekonomi tingkat

pendapatan masyarakat Desa Karang Indah yang berasal

dari produksi jeruk siam dan beras “Karang unus’ cukup

tinggi. Selain itu secara kelembagaan, sudah dibentuk BUD

yang menjadi badan pengelola usaha tersebut ucap

“Jamaluddin Malik”(2012) Dirjen Pembinaan Kawasan

Transmigrasi, Kemenakertrans (Dirjen P2Ktrans).

Di Desa Rimbo Bujang I yang merupakan bagian dari

Kecamatan Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo tercatat sebagai

Kawasan transmigrasi yang pertama di era Repelita di

Provinsi Jambi. Pada tahun 1976 penempatan transmigrasi

di Desa ini tercatat sebesar 500 KK atau setara dengan 2068

jiwa. Ketika itu masing-masing KK disediakan lahan seluas

2,5 Ha. Dengan lahan seluas tersebut diperuntukkan untuk

lahan pekarangan (0,5 Ha), Lahan usaha I sebesar (1,00 Ha)

dan Lahan usaha II seluas (1,00 Ha). Pada waktu itu lahan

pekarangan yang ada ditanami dengan tanaman-tanaman

muda seperti ubi kayu, sayur-sayuran, dan lahan usaha I

diperuntukkan untuk tanaman-tanaman seperti Nangka,

danJeruk. Sedangkan untuk lahan usaha II lebih

diperuntukkan untuk tanaman perkebunan terutama karet

yang baru dapat menghasilkan dalam kurun waktu yang

lebih panjang (DinSosNakerTran, Jambi 2008). Seiring

dengan perjalanan waktu penempatan transmigrasi di

kawasan transmigrasi ini telah berlangsung lebih kurang 40

Tahun. Selama kurun waktu tersebut telah banyak

keberhasilan yang dicapai dan tentu juga tidak terlepas dari

berbagai aspek yang masih kurang. Keberhasilan ini tentu

telah berdampak terhadap perkembangan anak-anak

transmigrasi (Generasi kedua) dalam berbagai aspek

kehidupan baik secara ekonomi, sosial budaya, politik

pemerintahan dan mobilitas.

Berdasarkan berbagai informasi dan Sosnakertran

(2008) transmigrasi (generasi kedua) di kawasan

Page 84: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

74

transmigrasi daerah ini sudah menunjukkan berbagai

kemajuan yang dicapai. Sebahagian diantara anak-anak

transmigrasi yang telah berhasil di berbagai kegiatan baik di

sektor formal maupun informal. Baik yang masih

berdomisili di desa sendiri maupun telah keluar menuju

tempat yang baru. Mereka telah menekuni berbagai profesi

sebagai guru, Dosen, dokter dan keahlian lainnya. Di

samping itu juga menduduki berbagai jabatan baik di

pemerintahan, swasta dan menjadi wiraswasta.

Desa Sri Agung merupakan salah satu desa eks

transmigrasi dalam Kecamatan Batang Asam (ketika

penempatan Transmigrasi merupakan Kecamatan Tungkal

Ulu) Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Transmigrasi

pertama di desa ini dimulai tahun 1991, dimana waktu itu

komposisi transmigrasi dari pusat 70% dan transmigrasi

lokal 30 %. (Wawancara dengan Bapak Muhammad Hatta,

Kepala desa Sri Agung). Sebagian besar hasil pertanian desa

adalah tanaman Padi, selain Jagung, Ketela dan Sayuran

lainnya. Selain itu terdapat tanaman tua seperti Kelapa dan

kelapa sawit. Desa ini merupakan sentra produksi padi

untuk kecamatan Merlung bahkan untuk kabupaten

Tanjung Jabung Barat.

Produksi padi di daerah ini mencapai 4-5

ton/ha/panen, dan keinginan masyarakat dapat

ditingkatkan menjadi 6-7 ton/ha, bila irigasi yang ada dapat

dimaksimalkan dan penanaman padi dapat ditingkatkan

dari 2 kali menjadi 3 kali penanaman dalam se tahun. Hasil

produksi belum bisa ditampung di wilayah tersebut, dan

banyak yang di jual ke daerah tetangga (Riau). Hal ini

terjadi selain faktor kemudahan (pembeli datang) juga

karena harga yang lebih bersaing jika dijual ke Provinsi

sendiri (Jambi), sehingga alasan ekonomi merupakan alasan

yang paling tepat yang menyebabkan produksi lari ke

provinsi lain.

Berdasarkan data Monografi Desa tahun 2014, jumlah

penduduk desa Sri Agung tercatat sebanyak 4.360 jiwa atau

Page 85: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

75

tergabung dalam 876 KK. Angka kelahiran di daerah ini

masih tergolong tinggi dengan TFR sebesar 3,8 dengan

jumlah anggota rumah tangga sekitar ± 5 orang. Penduduk

usia produktif (15 tahunke atas) tercatat sebanyak ± 63%.

Generasi kedua di wilayah transmigrasi sebagian

besar berada di desa sendiri, dan Desa Rawa Medang yang

sebelumnya merupakan pemekaran dari Desa Sri Agung.

Kebanyakan dari mereka melanjutkan usaha dari orang

tuanya sebagai perintis. Bagi generasi kedua yang memiliki

pendidikan lebih baik (SLTA ke atas) banyak yang bekerja

di bidang pertanian lainnya seperti Perkebunan, buruh

pabrik, menjadi sopir dan bidang lainnya. Bahkan telah ada

juga yang bekerja di sektor di luar pertanian diluar kawasan

transmigrasi seperti di bidang perdagangan, di kantor,

pembantu di toko, satpam dan sebagainya.

Berikut ini adalah kisah sukses generasi kedua

transmigran yang diceritakan oleh (Ria Efrianti, September

2012, generasi kedua transmigrasi Sungai Bahar, Muaro

Jambi, Provinsi Jambi). Orang tuanya bernama Sutrisno

(bapak) dan ibunya Demitun, mereka transmigran yang

berasal dari Kediri Jawa Timur yang mulai tinggal di Sungai

Bahar tahun1990, dan merupakan bagian transmigran

lainnya bersama-sama dengan transmigran asal Jawa

Tengah dan Jawa Barat.

Bapak Sutrisno berangkat dari kampung halamannya

berikut istri dan seorang anaknya bernama Erna Yulianti

yang pada saat itu baru berumur 2 tahun. Ketika

menginjakkan kaki di daerah yang baru desa Talang Datar

mereka disediakan lahan 0,25 Hektar untuk perumahan,

sebagaimana juga untuk transmigran yang lain memperoleh

jumlah yang sama per KK, kemudian disiapkan lahan ke II

masing-masing per KK seluas 2 Hektar yang diperuntukkan

untuk lahan perkebunan. Untuk lahan perkebunan ini

bekerja sama dengan PTPN yang tergabung dalam

Perkebunan Inti Rakyat Transmigrasi (PIR-Tran).

Page 86: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

76

Beberapa waktu setelah tinggal di daerah

permukiman kemudian keluarga Sutrisno telah dikarunia 2

orang anak yaitu 1 orang perempuan dan yang bungsu laki-

laki, sehingga anggota keluarga bertambah menjadi 5

orang. Seiring dengan perjalanan waktu pada saat ini ketiga

anak-anak mereka telah dewasa dan bahkan yang tertua

telah berkeluarga pada tahun 2008. Pada saat ini telah

dikaruniai seorang cucu. Anak yang pertama tamat

perguruan tinggi di Jambi dan memilih profesi sebagai guru

karena lulusan fakultas Keguruan dan mengabdi di daerah

permukiman transmigrasi Sungai Bahar, dan suaminya

bergerak di bidang wiraswasta. Anak ke dua berada pada

semester akhir Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Jambi, sedangkan anak terakhir masih duduk di bangku

salah satu SMA di Kota Jambi.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan diperoleh

informasi bahwa kehidupan dari generasi kedua anak-anak

transmigrasi sebagian besar cukup berhasil. Ini ditunjukkan

dengan pendapatan yang diperoleh rata-rata antara Rp

4.000.000, - Rp 4.500.000,- per bulan. Di bidang sosial di

kawasan transmigrasi sampai saat ini telah ada 3 buah SMP,

dan 1 SMP satu atap dan tingkat SLTA terdapat 1 SMA dan

1 SMK. Sarana dan prasarana jalan raya di daerah eks desa-

desa transmigrasi sebagian telah di aspal, dan sebagian ada

yang masih pengerasan.

Generasi kedua transmigrasi, saat ini telah banyak

mengalami perubahan dan telah banyak yang melakukan

migrasi bertahap(chain migration). Ada yang melakukan

perpindahan dalam kawasan transmigrasi sendiri dalam

kecamatan yang sama, ada yang ke kecamatan lain dalam

kabupaten yang sama, ada yang diluar kabupaten dalam

provinsi yang sama bahkan sebagian kecil ada yang pindah

keluar dari Provinsi Jambi.

Berdasarkan pekerjaan yang ditekuni oleh generasi

kedua transmigran Sungai Bahar, mereka bekerja di

berbagai bidang. Sebahagian meneruskan bekerja di Sektor

Page 87: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

77

Perkebunan sebagai petani sawit, buruh perusahaan. Diluar

itu terdapat juga yang bekerja di Bank, menjadi PNS,

Pedagang, bengkel, polisi, perawat dan lain-lain yang

tersebar baik di Kabupaten Muaro Jambi maupun di luar

kabupaten Muaro Jambi.

Desa Talang Datar sebagai salah satu desa Unit

Permukiman Transmigrasi (UPT), yang sekarang ini

merupakan desa eks transmigrasi di Sungai Bahar, hampir

semua wilayahnya ditanami dengan Kelapa sawit. Tercatat

luas Perkebunan Inti Rakyat (PIR) seluas 568 Hektar, dan

swadaya 194 Hektar. Jumlah penduduk menurut monografi

desa berjumlah 1.383 jiwa, yang tergabung dalam 206 KK.

Pendapatan rata-rata berkisar Rp 4,5-5,0 Jt per bulan, angka

ini telah diatas rata-rata pendapatan kabupaten Muaro

Jambi, maupun Provinsi Jambi.

Berdasarkan penempatan transmigran dapat

dibedakan transmigran program pusat sebesar 80% (yaitu

asal Jawa Timur, Jawa Tengah dan Jawa Barat) dan

transmigrasi lokal 20 % berasal dari Kabupaten Kerinci,

Jambi. Untuk transmigrasi lokal, terutama petani yang

dipindahkan akibat dari perluasan areal Taman Nasional

Kerinci Seblat (TNKS). Pada tahun awal penempatan selain

Kelapa sawit, transmigran juga bercocok tanam padi,

Jagung dan tegalan. Kemudian setelah tahun 1993, hampir

semua lahan tanaman tersebut beralih fungsi ke perkebunan

kelapa sawit.

Seiring dengan perjalanan waktu pada saat ini,

sebagian besar dari perkebunan Kelapa sawit itu telah

memasuki masa penurunan produksi. Kegiatan selanjutnya

petani dihadapkan pada masalah penanaman kembali

(replanting), terkait dengan hal iniberdasarkan interview

sebagian telah berjalan karena sebelumnya para petani telah

mencicil biaya tersebut, dan ada juga sebagian kecil petani

menjual lahan dan dibelikan pada lahan yang baru. Bapak

Sutrisno sendiri pada saat ini tidak lagi menjadi petani

sawit, tapi beralih ke profesi pedagang pengumpulseiring

Page 88: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

78

dengan semakin menuanya usia dan anak-anaknya telah

dapat berdiri sendiri dan tidak banyak lagi tergantung pada

orang tuanya.

2. Generasi Kedua Felda di Malaysia.

Perkebunan Inti Rakyat (PIR) merupakan salah satu

pola perkebunan yang diperkenalkan di Indonesia sejak

tahun 1980-an, PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) sebagai

salah satu pelaksana di lapangan, apakah sudah

sepenuhnya mencapai sasaran dalam meningkatkan

kehidupan petani (transmigran) dan turunan generasi kedua

transmigran.

Berpedoman pada usaha yang dilakukan oleh

Lembaga Kemajuan Tanah Persekutuan atau Felda (federal

Land Development Authority) Malaysia yang telah dimulai

sejak tahun 1956, model seperti ini telah menunjukkan

keberhasilan yang baik dicontoh oleh Indonesia. Berbeda

dengan generasi pertama sebagai perintis, dimana orang tua

mereka turut langsung kelapangan dalam membangun

kebunnya, mulai dari awal sampai membuka kawasan

hutan, menanam dan memelihara tanaman dari lahan

plasmanya.

Anak-anak generasi kedua petani tinggal menikmati

hasil jerih payah orang tuanya. Berdasarkan kajian

Sosiologis yang dilakukan oleh University Malaya dalam

Ismail, R (2007) anak-anak pemilik lahan yang berada pada

usia kerja (15-29 tahun berjumlah sebanyak 72,20 % kembali

menjadi tenaga buruh di Felda tersebut. Baik untuk tenaga

kerja laki-laki maupun perempuan. Untuk mereka yang

melakukan migrasi dari permukimannya tercatat menekuni

pekerjaan di sektor perindustrian dan buruh sebanyak 21,90

%, ketentaraan (9,60%), pembantu di toko (6,10%), serta

menjadi guru, pegawai rendah dan tinggi sebanyak

(11,40%). Selain itu pekerjaan yang ditekuni oleh generasi

kedua menyebar sebagai pembantu di klinik, sopir,

mekanik, tukang masak, tukang jahit, tukang kebun

kondektur bus, dan lainnya berjumlah (17,50%).

Page 89: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

79

Menurut arah migrasi yang mereka lakukan

sebanyak 58,30% menuju kawasan perkotaan dan sisanya

41,70% melakukan perpindahan masih sekitar wilayah

permukiman. Berdasarkan angka pengangguran menurut

pendidikan yang ditamatkan diperoleh data, bahwa hanya

sekitar 1,00% tamatan Sekolah Dasar yang menganggur,

tamatan SMP sebanyak 19,20%, Lulusan SMA 30,00% dan

belum ada tamatan perguruan tinggi yang tercatat sebagai

pengangguran.

Kendatipun data statistik diatas hanya

mendeskripsikan keadaan permukiman di suatu kawasan,

namun demikian Felda menurut Ismail, R (2012) telah

menempuh kebijakan sebagai berikut: (1). Mewujudkan

generasi kedua yang terpelajar, bertanggung jawab, sadar

dan insaf tentang peranan mereka untuk kemajuan program

pembangunan. (2). Memberi dan menyokong usaha

pelajaran dan pendidikan. (3). Memperkenalkan sistem

hidup dan bekerja secara berkelompok dan terorganisir. (4).

Memberi dan menyelaraskan latihan-latihan kemahiran. (5).

Memberi peluang kerja yang sesuai dan sejajar dengan

kemampuan dan kesanggupan anak tersebut. (6).

Menyediakan kesempatan berniaga dan mandiri, melalui

proyek-proyek perniagaan dan perusahan swasta serta

memberi bantuan dan sokongan dana yang diperlukan,

serta (7). Memberi bantuan konsultasi dan bimbingan karir.

Untuk mengimplementasikan kebijakan tersebut,

sejak tahun 1985 Felda telah mendirikan sekolah hampir di

setiap kawasan permukiman. Kemudian mereka juga telah

mendirikan semacam biro pendidikan Felda di setiap

permukiman dan bekerja sama dengan Persatuan Orang tua

Murid (POM). Pada tingkat pusat, seperti kantor direksi di

PTPN mereka membentuk bagian Pendidikan dan

Pengabdian sosial Felda. Kegiatannya adalah untuk

membantu keuangan bagi pendidikan anak-anak petani

plasma yang berprestasi tetapi kesulitan dalam bidang

keuangan, dan bimbingan belajar bagi anak-anak yang akan

Page 90: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

80

memasuki perguruan tinggi. Bahkan, Felda menyediakan

asrama bagi anak-anak yang tinggal di kota-kota yang ada

Universitasnya.

Beberapa puluh tahun kemudian, program ini telah

menunjukkan hasil yang menggembirakan dimana sudah

dapat dijumpai pada anak-anak petani di permukiman telah

banyak dari mereka yang menamatkan Sarjana, baik di

dalam maupun lulusan dari luar negeri. Tercatat lulusan

dari luar negeri seperti Amerika Serikat ataupun United

Kingdom, yang memiliki gelar Master maupun Doktor

dalam berbagai bidang ilmu tamatan dari luar negeri.

Mencermati apa yang telah dilakukan oleh Felda,

barangkali sesuatu yang mungkin juga dapat dilakukan

terhadap anak-anak generasi kedua petani plasma di

Indonesia. Karena kelapa sawit yang tumbuh di Indonesia

merupakan jenis yang sama tumbuh di Malaysia. Jumlah

produksi per hektar dan harga per kilogram juga tidak

berbeda diantara kedua negara. Lalu kenapa Indonesia

belum mampu berbuat seperti apa yang telah di lakukan

olehnegara tetangga tersebut? Masalahnya adalah kembali

kepada kemauan dari pemerintah dan menjadikan PIR

sebagai suatu badan usaha yang independen (Ismail, R,

2012).

3. Transmigrasi dan peningkatan kesejahteraan

Pembangunan merupakan suatu proses produksi dan

konsumsi dimana materi dan energi diolah dengan

memanfaatkan faktor-faktor produksi, seperti tenaga kerja,

modal, mesin dan bahan baku. Dalam hal penyediaan bahan

baku dan proses produksi kegiatan pembangunan dapat

berdampak terhadap lingkungan alam dan masyarakat

sekitarnya (transmigran), dan pada gilirannya berdampak

pada kemajuan pembangunan.

Program transmigrasi telah terbukti mampu untuk

meminimalisir permasalahan kependudukan di Indonesia.

Beberapa pulau yang kepadatan penduduknya tergolong

tinggi seperti Jawa, Madura dan Bali, secara berangsur

Page 91: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

81

mulai turun dan daya dukungnya untuk memenuhi

kebutuhan hidup penduduk mulai meningkat. Sementara

pulau-pulau dengan potensi sumber dayanya melimpah,

akan tetapi memiliki keterbatasan dalam sum berdaya

manusia, telah berkembang dan mampu untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya dengan adanya penempatan

transmigrasi.

Konsep pembangunan transmigrasi merupakan

konsep pembangunan dengan pendekatan peubah

kewilayahan, yang mengacu pada struktur wilayah

pengembangan berdasarkan satuan wilayah ekonomi.

Berdasarkan kondisi tersebut, permukiman transmigrasi

lalu dirancang secara hirarki. Artinya terdapat hubungan

yang saling menopang dan terintegrasi dalam simpul-

simpul pusat produksi serta distribusi barang dan jasa

sehingga membentuk suatu pusat pertumbuhan ekonomi

dan administrasi wilayah.

Berdasarkan Undang-undang No. 15 tahun 1997

tentang Ketransmigrasian dan Peraturan Pemerintah No.2

Tahun 1999 tentang penyelenggaraan transmigrasi,

dijelaskan sasaran dan arah penyelenggaraan transmigrasi.

Sasaran penyelenggaraan transmigrasi adalah sebagai

berikut: (1) meningkatkan kemampuan dan produktivitas

masyarakat transmigrasi, (2) membangun kemandirian, dan

(3) mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi

sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan

berkembang secara berkelanjutan. Arah penyelenggaraan

transmigrasi adalah: (1) penataan persebaran penduduk

yang serasi dan seimbang dengan daya dukung alam dan

daya dukung lingkungan, (2) peningkatan kualitas sum

berdaya manusia, dan (3) perwujudan integrasi masyarakat.

Beberapa hal pokok yang menjadi konsep

pengembangan kawasan transmigrasi dalam konteks

menjalankan misi pembangunan transmigrasi, menurut

Simbolon, HB (2009) adalah sebagai berikut: (1)

pengembangan akan meliputi seluruh unit permukiman

Page 92: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

82

dalam kawasan, baik permukiman transmigrasi,

permukiman penduduk tempatan dan areal potensial

sebagai calon permukiman, (2) mewujudkan kemudahan

interaksi antar unit-unit permukiman ke pusat

pertumbuhan ekonomi yang diusulkan, baik langsung

maupun secara berjenjang, (3) mengembangkan komoditi

potensial/unggulan di seluruh kawasan dengan pendekatan

sistem agribisnis melalui pemberdayaan ekonomi

kerakyatan dan menarik investor (kemitraan) untuk

pengembangan komoditi yang memerlukan investasi besar,

(4) mengoptimalkan pemanfaatan lahan yang ada melalui:

pembukaan lahan usaha II yang masih lahan tidur,

pembukaan lahan tidur penduduk desa sekitar , dan

membuka areal produksi baru pada areal potensial dengan

memperhatikan prinsip clear and clear dan catur layak, (layak

huni, layak usaha, layak berkembang dan layak lingkungan)

dan (5) setiap program pemberdayaan transmigran selalu

melibatkan masyarakat desa sekitarnya.

Pada era otonomi daerah, urgensi dan peranan

kebijakan pembangunan daerah menjadi lebih besar dan

penting (Sjafrizal, 2008). Dalam kondisi demikian, masing-

masing daerah dapat menetapkan kebijakan pembangunan

berbeda sesuai dengan kondisi, permasalahan dan potensi

daerah bersangkutan. Setelah otonomi daerah terjadi

pergeseran pradigma transmigrasi dari ekslusif menjadi

pradigma inklusif. Hal ini berarti secara konseptual telah

melibatkan masyarakat desa-desa sekitar sebagai bagian

dari kawasan transmigrasi. Sebagai landasan yuridis telah

dinyatakan dalam Undang-Undang No. 15 Tahun 1997,

Peraturan Pemerintah No.2 Tahun 1999 dan Undang-

undang No. 29 Tahun 2009, lingkup geografis kawasan

transmigrasi terdiri dari permukiman baru transmigrasi,

desa-desa eks transmigrasi dan desa-desa setempat.

Menurut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1997

tentang Ketransmigrasian dinyatakan bahwa salah satu

tujuan diselenggarakan transmigrasi adalah untuk

Page 93: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

83

meningkatkan kesejahteraan transmigran dankeluarganya

serta penduduk sekitarnya. Adapun sasaran yang ingin

dicapai adalah meningkatkan kemampuan produktivitas

masyarakat transmigrasi, membangun kemandirian, dan

mewujudkan integrasi di permukiman transmigrasi

sehingga ekonomi dan sosial budaya mampu tumbuh dan

berkembang secara berkelanjutan.

Program transmigrasi juga diselenggarakan sebagai

pendekatan untuk tujuan sosial. Transmigrasi diarahkan

untuk membagikan lahan kepada petani-petani yang

kurang beruntung, meningkatkan ekonomi keluarga,

pendapatan petani miskin, serta meningkatkan

kesejahteraan masyarakat sekitarnya.

Faktor-faktor kependudukan yang berpengaruh

terhadap konsumsi adalah jumlah dan komposisi

penduduk. (a) jumlah penduduk, bila jumlah penduduk

bertambah pengeluaran konsumsi juga akan meningkat,

walaupun pengeluaran rata-rata per orang per keluarga

relatif rendah, namun secara absolut pengeluaran tetap

meningkat. (b) komposisipenduduk, makin banyak

penduduk yang ber usia kerja produktif makin tinggi

kebutuhan konsumsi. Makin tinggi tingkat pendidikan

masyarakat, tingkat konsumsinya juga makin tinggi, sebab

pada saat seseorang /suatu keluarga makin berpendidikan

tinggi, kebutuhan hidupnya makin banyak. Makin banyak

penduduk yang tinggal di wilayah perkotaan (urban)

pengeluaran konsumsinya juga makin tinggi. Sebab

umumnya pola hidup masyarakat perkotaan lebih

konsumtif dibanding masyarakat perdesaan.

Faktor-faktor non ekonomi yang paling berpengaruh

terhadap konsumsi adalah faktor sosial-budaya masyarakat.

Misal berubahnya pola kebiasaan makan, perubahan etika

dan tata nilai karena ingin meniru kelompok masyarakat

lain yang dianggap lebih hebat. Dalam kenyataannya sulit

memilah-milah faktor mana yang lebih dominan dan faktor

Page 94: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

84

mana yang mempengaruhi mana sehingga menyebabkan

terjadinya perubahan/peningkatan konsumsi.

Sebagaimana telah diungkapkan pada bagian

terdahulu bahwa pelaksanaan transmigrasi di era otonomi

daerah, dihadapkan berbagai tantangan yang terkait dengan

perubahan tata pemerintahan. Otonomi daerah selain

menyebabkan pergeseran kewenangan penyelenggaraan

transmigrasi, juga pelaksanaan transmigrasi harus

disesuaikan dengan potensi dan karakteristik spesifik

daerah. Menyangkut semakin terbatasnya lahan

(fragmentasi lahan), peningkatan produksi selama ini

dengan cara ekstensifikasi mungkin tidak tepat lagi dan

perlu dikombinasikan dengan pola diversifikasi dan

intensifikasi. Untuk memperoleh lahan bagi permukiman

transmigrasi ke depan semakin dibutuhkan dana (investasi)

yang cukup besar. Oleh karena itu dalam rangka

pembangunan wilayah berkelanjutan dan agar transmigrasi

tidak menjadi beban bagi daerah penerima yang berakibat

pada kemiskinan, maka perlu direncanakan pemanfaatan

lahan (ruang). Hal ini dapat diwujudkan melalui keterkaitan

pengelolaan yang tepat antara sum berdaya alam, dengan

aspek sosial ekonomi dan budaya setempat.

Terkait dengan pola tanaman yang diusahakan oleh

transmigran di daerah penelitian dapat dibedakan atas

tanaman karet, kelapa sawit dan tanaman pangan (padi).

Pola tanaman yang diusahakan tersebut telah berlangsung

dari generasi ke Generasi seperti yang terdapat di

Kabupaten Tebo, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten

Tanjung Jabung Barat. Keberhasilan yang telah dicapai oleh

transmigrasi tidak terlepas dari pada karakteristik sosial,

ekonomi dan budaya baik yang dibawa dari daerah asal

maupun yang telah tercipta dan berkembang di tempat

yang baru. Disisi lain karakteristik sosial, ekonomi dan

budaya untuk generasi kedua transmigran dan selanjutnya

juga akan berpengaruh terhadap sebaran permukiman

transmigrasi di masa yang akan datang.

Page 95: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

85

Berkembangnya daerah transmigrasi diharapkan juga

akan semakin kuat interaksinya tidak saja dengan desa-desa

eks transmigrasi akan tetapi juga dengan desa-desa non

transmigrasi, sehingga terjadi keterkaitan yang saling

menguntungkan. Pada tahap berikutnya kesenjangan

pembangunan antara daerah transmigrasi dengan daerah

diluar kawasan transmigrasi dapat dikurangi. Dengan

demikian transmigrasi dapat memacu pengembangan

wilayah ke arah yang lebih baik, dan tidak menambah

beban bagi daerah tujuan.

Pengembangan kawasan transmigrasi ke depan perlu

dikelola dengan baik agar mencapai tujuan pembangunan

yang telah ditetapkan. Dalam konsep pembangunan

berkelanjutan telah ditetapkan tujuan ekonominya adalah

untuk meningkatkan pendapatan masyarakat transmigran

dan masyarakat lokal, tujuan sosial untuk mencegah

terjadinya berbagai konflik dan kesenjangan serta

menciptakan keadilan dalam kehidupan bermasyarakat. Di

bidang lingkungan menjaga keanekaragaman hayati,

konservasi lahan dan air. Aspek teknologi dimaksudkan

mengaplikasikan teknologi tepat guna, serta tujuan

dibidang hukum dan kelembagaan adalah untuk mentaati

hukum dan berfungsinya kelembagaan. Untuk mencapai

tujuan tersebut perlu adanya sinergi semua stakeholder yang

terkait dalam pengembangan kawasan transmigrasi.

Selektivitas terhadap calon transmigrasi perlu

dilakukan dengan serius terutama terkait dengan kualitas

sumberdaya. Orientasinya harus berubah dari target

populasi ke target peningkatan kemampuan, sehingga di era

Otonomi daerah transmigrasi tidak lagi menjadi beban bagi

daerah penerima.

Page 96: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

86

BAB III

JAMBI: GAMBARAN UMUM,

PEREKONOMIAN DAN

TRANSMIGRASI

Pada bab ini akan dibahas tentang sisi geografis provinsi

Jambi mencakup topograsi, penggunaan lahan dan kependudu-

kan. Selanjutnya akan dijabarkan perekonomian provinsi Jambi

yang meliputi kesempatan kerja, ketanakerjaan, tingkat

pendidikan, pertumbuhan ekonomi dan upah di Jambi. Di bagian

akhir bab akan dibahas secara umum transmigrasi di Jambi seperti

sejarah, penempatan dan asal transmigran.

A. LETAK WILAYAH DAN TOPOGRAFI

Provinsi Jambi secara geografis terletak di bagian tengah

Pulau Sumatera yaitu pada koordinat 0°45’- 245’LS dan 101°10’-

105°55’BT. Membujur dari pantai timur Pulau Sumatera ke arah

barat. Secara administratif provinsi ini berbatasan, sebelah

Utara dengan Provinsi Riau, sebelah Selatan dengan Provinsi

Sumatera Selatan, sebelah Barat dengan Provinsi Sumatera

Barat dan sebelah Timur dengan Selat Berhala dan Provinsi

Kepulauan Riau. Posisi Provinsi Jambi cukup strategis karena

berhadapan langsung dengan kawasan pertumbuhan ekonomi

yaitu IMS-GT (Indonesia, Malaysia, Singapura Growth

Triangle). Dengan kondisi yang strategis tersebut dimana

Provinsi Jambi terletak di kawasan ASEAN, Asia dan Pasifik

sehingga sangat prospektif, dalam perdagangan antar wilayah

maupun perdagangan Internasional dan diharapkan dapat

mendukung pemerintah dalam menjalin kerja sama untuk

meningkatkan kemajuan pembangunan daerah.

Luas wilayah Provinsi Jambi sesuai dengan Undang-

undang nomor 19 tahun 1957, tentang pembentukan Daerah-

Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Barat, Jambi dan Riau,

dan kemudian ditetapkan menjadi Undang-Undang nomor 61

Tahun 1958 (Lembaran Negara tahun 1958 nomor 112) adalah

Page 97: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

87

seluas 53.435,72 km² yang terdiri dari daratan 50.160,05km² dan

perairan seluas 3.274,95km². Secara administratif, pada saat ini

Daerah Jambi terdiri dari 9 (Sembilan) kabupatendan 2 (dua)

kota.

Provinsi ini telah mengalami pemekaran wilayah, yang

sebelumnya terdiri dari 5 kabupaten dan 1 kotamadya.

Kabupaten yang mengalami pemekaran tersebut meliputi

Kabupaten Batanghari dengan ibukota Muara Bulian dan

Kabupaten Muaro Jambi dengan ibukota Sengeti. Kabupaten

Tanjung Jabung dimekarkan menjadi Kabupaten Tanjung

Jabung Barat dengan ibukota Kuala Tungkal dan Kabupaten

Tanjung Jabung Timur dengan ibukota Muara Sabak.

Kemudian Kabupaten Sarolangun Bangko dipecah menjadi

Kabupaten Merangin dengan ibukota Bangko dan Kabupaten

Sarolangun dengan ibukota Sarolangun, selanjutnya Kabupaten

Bungo Tebo menjadi Kabupaten Bungo dengan ibukota

Muara Bungo dan Kabupaten Tebo dengan ibukota

Muara Tebo. Terakhir Kabupaten Kerinci dimekarkan menjadi

Kabupaten Kerinci dengan ibukota Siulak dan Kota Sungai

penuh dengan pusat pemerintahan di Sungai Penuh. Secara

keseluruhan Provinsi Jambi meliputi 138 kecamatan dan terdiri

dari 1551 desa dan kelurahan. Kabupaten Merangin merupakan

daerah Tingkat II yang paling banyak memiliki kecamatan (24

kecamatan), sedangkan Kabupaten Kerinci mempunyai

desa/kelurahan yang paling banyak dengan jumlah 287

desa/kelurahan (BPS, 2016). Berikut ini dapat diketahui luas

Daerah Jambi menurut kabupaten dan kota seperti disajikan

pada Tabel 3.1.1.

Page 98: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

88

Tabel 3.1.1. Sebaran Luas Wilayah Provinsi Jambi

Berdasarkan Daerah Kabupaten/Kota, Tahun

2015.

Wilayah Luas(km²) Persentase

(%)

Kabupaten Kerinci 3.808,50 7,13

Kabupaten Bungo 6.461,00 12,09

Kabupaten Tebo 6.802,59 12,73

Kabupaten Merangin 7.451,30 13,94

Kabupaten Sarolangun 6.175,43 11,56

Kabupaten Batanghari 5.804,83 10,86

Kabupaten Muaro Jambi 5.246,00 9,82

Kabupaten Tanjab Barat 5.645,25 10,56

Kabupaten Tanjab Timur 5.444,98 10,19

Kota Jambi 205,78 0,38

Kota Sungai Penuh 391,50 0,73

Provinsi Jambi 53.435,72 100,00

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, tahun 2016.

Berdasarkan Tabel 3.1.1. diketahui bahwa

kabupaten/kota di daerah Jambi memiliki luas yang sangat

bervariasi. Kabupaten Merangin merupakan daerah tingkat II

yang paling luas yaitu sebesar 7.451,30 km² atau 13,94 persen

dari wilayah Provinsi Jambi diikuti oleh Kabupaten Tebo

(12,73%) dan Bungo dengan luas wilayah (12,09%). Kabupaten/

kota yang luas wilayahnya paling kecil adalah Kota Jambi,

yakni 205,78 km² atau hanya 0,38 persen dari luas Provinsi

Jambi secara keseluruhan.

Tujuan yang ingin dicapai dengan adanya pemekaran

wilayah ini adalah agar pelayanan yang diberikan kepada

masyarakat lebih baik, dan program kerja yang dilaksanakan

Page 99: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

89

lebih berpihak kepada kepentingan masyarakat. Dengan

demikian diharapkan akan berdampak terhadap penciptaan

lapangan kerja yang pada tahap selanjutnya mampu untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat Provinsi Jambi

khususnya.

Menurut topografis wilayah, Provinsi Jambi dapat

dikategorikan dalam tiga (kelompok) variasi ketinggian yakni:

1. Daerah daratan rendah antara 0-100 meter dari permukaan

air laut (dpal) merupakan daerah yang terluas (69,10%) dari

keseluruhan luas Provinsi Jambi. Daerah daratan rendah ini

terdapat di Kota Jambi, Kabupaten Tanjung Jabung Barat,

Kabupaten Tanjung Jabung Timur, sebahagian Kabupaten

Batang Hari, Kabupaten Tebo, Kabupaten Sarolangun dan

Kabupaten Merangin.

2. Daerah daratan sedang antara 100-500 meter dari

permukaan air laut (dpal) dengan luas wilayah sekitar 16,40

persen yang berada di wilayah tengah. Daerah dengan

ketinggian sedang ini berada di Kabupaten Tebo, Kabupaten

Sarolangun dan Kabupaten Merangin serta sebagian

Kabupaten Batang Hari.

3. Daerah dengan ketinggian lebih dari 500 meter dari

permukaan air laut (dpal) yang luasnya sekitar (14,50%)

umumnya terdapat di wilayah barat Provinsi Jambi. Daerah

perbukitan ini terdapat di Kabupaten Kerinci, Kota Sungai

Penuh, serta sebagian dari Kabupaten Tebo, Kabupaten

Merangin dan Kabupaten Sarolangun. Daerah ini masih

merupakan bagian dari bukit barisan dengan beberapa

gunung yang cukup tinggi seperti Gunung Kerinci dengan

ketinggian (3.805 m), Gunung Masurai (2.933 m), Gunung

Tujuh (2.605 m), dan Gunung Alas dengan tinggi 2.050 m.

Untuk lebih jelasnya ketinggian wilayah dalam Provinsi

Jambi menurut luas dan wilayah kabupaten/kota disajikan

pada Tabel 3.1.2.

Page 100: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

90

Tabel 3.1.2. Klasifikasi Topografi/ Ketinggian Wilayah di

Provinsi Jambi.

Topografi/ketinggian

(m/dpal)

Luas Wilayah/

Kabupaten Ha %

Dataran Rendah

(0-100) 3.431.165 69,10

Kota Jambi, Tanjab

BaratTanjung Jabung

Timur, Muaro Jambi,

Merangin, Batanghari

Dataran Sedang

(100-500) 903.180 16,40

Sebagian Batanghari, Kota

Sungai Penuh, Merangin,

Sebagian Sarolangun,

Tebo, Sungai Penuh,

Merangin, dan sebagian

Kabupaten Bungo

Dataran Tinggi

(>500) 765.655 14,50

Kerinci, Kota Sungai

PenuhSebagianMerangin,

sebagian Sarolangun dan

sebagian Kabupaten

Bungo

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, Tahun 2016

Pada umumnya wilayah Provinsi Jambi berada pada

dataran rendah yang ditandai dengan tanah-tanah yang penuh

air dan rentan terhadap banjir dengan pasang surut serta

banyaknya sungai besar dan kecil yang melewati daerah ini.

Dengan iklim tropis basah yang bervariasi dimana curah hujan

hampir merata sepanjang tahun. Sebagian kecil saja wilayah

Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh

yang beriklim bukan tropis dengan temperatur rata-rata

bulanan terdingin dibawah 20° C. Berdasarkan kawasan

Provinsi Jambi memiliki hutan seluas 2.962.969 Ha, yang terdiri

dari taman nasional, suaka alam, hutan lindung, serta kawasan

hutan gambut sebesar 18 persen. Jumlah hutan produksi

terbatas tercatat 12,25 persen, hutan produksi tetap 36,22 persen

dan hutan konversi sebanyak 92.487 Ha (Bappeda, 2010).

1. Penggunaan Tanah

Berdasarkan luas wilayah menurut jenis tanah yang

ada di Provinsi Jambi menunjukkan jenis tanah yang

dominan adalah Podzolik Merah Kuning (PMK) dengan

luas 2.272.729 hektar atau 44,56 persen dengan

Page 101: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

91

kesuburannya relatif rendah. Daya dukung lahan cukup

baik yang sangat potensial untuk pengembangan komoditas

pertanian dan perkebunan. Untuk jenis tanah Latosol dan

Litosol hanya sekitar 2.380 hektar atau 0,05 persen saja

(Bappeda, 2016).

Tabel. 3.1.3. Sebaran Penggunaan Lahan Di Provinsi Jambi

Tahun, 2015

No. Jenis Penggunaan Luas (Ha) Persentase (%)

1 Lahan Permukiman 49.631 1,002

2 Lahan Sawah Irigasi 40.446 0,817

3 Lahan Sawah Tadah Hujan 34.743 0,702

4 Lahan Sawah Lebak 33.271 0,672

5 Lahan Sawah Pasang Surut 70.719 1,428

6 Tegalan /Ladang 117.516 2,373

7 Kebun Campuran 112.787 2,277

8 Kebun Karet 1.284.003 25,926

9 Kebun Sawit 941.565 19,012

10 Kebun Kulit Manis 93.609 1,890

11 Kebun Teh 4.691 0,095

12 Semak dan Alang-alang 87.177 1,760

13 Hutan Lebat 1.433.470 28,944

14 Hutan Belukar 413.406 8,347

15 Hutan Sejenis 187.704 3,790

16 Lain-lain 47.757 3,790

Jumlah 4.952.495 100,00

Sumber: Bappeda Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Berdasarkan karakter kawasan ekologinya,

perkembangan kawasan budidaya khususnya untuk

pertanian terbagi atas tiga daerah yaitu kelompok ekologi

hulu, tengah dan hilir. Menurut Nainggolan (2017) masing-

masing kawasan budidaya memilikikarakter khusus,

dimana pada kawasan ekologi hulu merupakan daerah yang

terdapat kawasan lindung dan pertanian tanaman pangan.

Ekologi tengah merupakan kawasan budidaya dengan

ragam kegiatan yang sangat bervariasi terutama

Page 102: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

92

perkebunan dan pertanian tanaman pangan dan kawasan

ekologi hilir merupakan kawasan budidaya dengan

penerapan teknologi tata air untuk perikanan budidaya

perikanan tangkapdan pertanian tanaman pangan.

Berdasarkan Tabel 3.1.3. dapat dijelaskan bahwa

sekitar separuh (50,10 %) penggunaan lahan di Provinsi

Jambi diperuntukkan untuk lahan perkebunan. Dari jumlah

tersebut lebih separuhnya merupakan perkebunan Karet

diikuti untuk lahan perkebunan Kelapa Sawit, Kebun Kulit

Manis dan Kebun Teh. Sementara lahan yang digunakan

untuk kegiatan budidaya pertanian, baik pertanian lahan

sawah maupun pertanian bukan sawah mencapai sekitar

297 Ha, atau sekitar 7,56 persen, dan sisanya sebesar 42, 15

persen sebagian besar masih merupakan kawasan hutan

lebat.

2. Kependudukan

Salah satu modal dasar dan penting dalam

pembangunan adalah penduduk. Informasi tentang

penduduk, baik jumlah, pertumbuhan, persebaran, struktur

dan komposisi penduduk sangat dibutuhkan dalam

perencanaan pembangunan. Daerah dengan jumlah

penduduk yang besar dan berkualitas dianggap sebagai

asset potensial dan berguna dalam mendukung percepatan

pembangunan. Pertumbuhan penduduk merupakan

keseimbangan dinamis antara faktor-faktor yang menambah

dan faktor-faktor yang mengurangi jumlah Penduduk.

Pertumbuhan penduduk yang tinggi tanpa diimbangi

dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia, dapat

menimbulkan permasalahan dalam pembangunan. Berikut

ini pada Tabel 3.1.4 disajikan perbandingan laju

pertumbuhan penduduk Provinsi Jambi dan Indonesia

periode 1971-2015.

Page 103: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

93

Tabel 3.1.4 Perbandingan Laju Pertumbuhan Penduduk

Jambi dan Indonesia, Tahun 1971-2015.

No. Periode

( Tahun)

Jambi

(%)

Indonesia

(%)

1 1971 - 1980 4,07 2,31

2 1980 - 1990 3,40 1,98

3 1990 - 2000 1,84 1,49

4 2000 - 2010 2,56 1,49

5 2010 - 2015 2,34 1,38

Sumber: BPS Indonesia, Tahun 2016.

Tabel 3.1.4, menunjukkan bahwa laju pertumbuhan

penduduk Provinsi Jambi selalu berada diatas rata-rata

Indonesia. Ini berarti peningkatan pertambahan penduduk

Daerah Jambi lebih cepat dari pertambahan penduduk

nasional. Pada tahun 1990 penduduk Daerah ini berjumlah

sebanyak 2.020.568 jiwa, kemudian bertambah menjadi

2.407.160 jiwa menurut Sensus Penduduk (SP) tahun 2000

dan menjadi 3.092.365 jiwa,(SP 2010) dan kemudian

menurut hasil Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS)

tahun 2015, telah meningkat menjadi 3.292.265 jiwa

(BPS,2016). Tingginya angka pertumbuhan penduduk

selama periode 1971 sampai dengan tahun 2015, tidak

terlepas dari pada variabel-variabel yang berpengaruh

terhadap kekuatan-kekuatan yang menambah dan

kekuatan-kekuatan yang mengurangi pertambahan

penduduk. Dengan tingkat pertumbuhan penduduk sebesar

2,56 persen pada tahun 2010 kategori ini sudah tergolong

dalam peledakan penduduk atau Population explosion pada

tahun yang sama tingkat pertumbuhan penduduk secara

nasional sudah turun menjadi 1,49 persen atau disebut pada

tingkat pertumbuhan penduduk tergolong cepat atau Rapid.

Masih tingginya laju pertumbuhan penduduk di

Provinsi Jambi disebabkan oleh beberapa faktor terutama

faktor Demografi. Peubah yang dimaksud adalah Fertilitas,

Mortalitas dan Migrasi. Pertambahan alami (natural increase)

di Provinsi Jambi masih dibawah 2 persen yaitu selisih

Page 104: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

94

antara jumlah Kelahiran dikurangi dengan kematian, hal ini

diyakini salah satu karena faktor keberhasilan dalam

program Keluarga Berencana. Akan tetapi bila dibanding-

kan jumlah penduduk yang datang ke Daerah Jambi

(migrasi masuk) dikurang dengan penduduk Jambi yang

meninggalkan Provinsi ini, maka diperoleh angka migrasi

neto positif. Hal ini berarti jumlah penduduk yang masuk ke

Provinsi Jambi lebih banyak daripada penduduk Jambi yang

meninggalkan daerah ini. Migrasi berkaitan erat dengan

pembangunan, sebab perpindahan penduduk merupakan

bagian integral dari pembangunan. Di samping itu adanya

pemindahan penduduk secara permanen oleh pemerintah

dalam bentuk program transmigrasi telah mempercepat

pertumbuhan penduduk suatu daerah.

Kepadatan penduduk tahun 2015 tercatat rata-rata

61,65 jiwa/km², dan angka ini telah meningkat dibanding

sebelumnya pada tahun 2000 dengan rata-rata 58 jiwa/km².

Kota Jambi mempunyai tingkat kepadatan yang paling

tinggi dengan densitas rata-rata 2.589 jiwa/km² dan Kota

sungai Penuh sebesar 210 jiwa/km². Tingginya kepadatan

penduduk di Kota Jambi dimungkinkan karena sebagai

ibukota provinsi merupakan pusat aktivitas ekonomi,

sebagai pusat pemerintahan, Industri dan perdagangan.

Kondisi ini telah menyebabkan kota ini menjadi salah satu

tujuan yang menarik bagi migran masuk (pendatang) tidak

saja yang berasal Kabupaten dan Kota di Provinsi Jambi,

tapi juga dari berbagai daerah di luar Provinsi Jambi.

Berdasarkan Tabel 3.1.5, juga dapat dijelaskan bahwa

sebaran dan jumlah penduduk Provinsi Jambi menurut

kawasan wilayah Barat dan Jambi kawasan Timur secara

relatif lebih berimbang. Jumlah penduduk di wilayah Barat

yang terdiri dari (Kerinci, Kota Sungai Penuh, Merangin,

Sarolangun, Bungo dan Kabupaten Tebo dihuni oleh

penduduk sekitar 48 % ), sedangkan untuk kawasan Timur

yang meliputi (Kabupaten Batanghari, Muaro Jambi,

Tanjung Jabung Barat, Tanjung Jabung Timur dan Kota

Page 105: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

95

Jambi) jumlah penduduk yang berdomisili tercatat sebesar

52 persen. Pengelompokan penduduk dapat juga disusun

menurut karakteristik tertentu, misal menurut umur dan

jenis kelamin.

Tabel 3.1.5. Sebaran Jumlah Penduduk dan Kepadatan

Penduduk Berdasarkan Kabupaten /Kota di

Provinsi Jambi, Tahun 2015.

No. Kabupaten/Kota

Luas

daerah

(km²)

Jumlah

Penduduk

Kepadatan

Penduduk

(Jiwa/km2)

1 Kerinci 3.355,27 229.495 68,40

2 Merangin 7.679,00 333.206 43,39

3 Sarolangun 6.184,00 246.245 39,82

4 Batanghari 5.804,00 241.334 41,58

5 Muaro Jambi 5.326,00 342.952 64,39

6 Tanjabbar 4.649,85 278.741 59,95

7 Tanjabtim 5.445,00 205.272 37,70

8 Tebo 6.461,00 297.735 46,08

9 Bungo 4.659,00 303.135 65,06

10 Kota Jambi 205,43 531.857 2.588,99

11 Kota Sungai

Penuh

391,50 82.293 210,20

Jumlah 50.160,05 3.292.265 61,65

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2017

Komposisi penduduk menurut umur dan jenis

kelamin merupakan pencerminan dari proses demografi

yang pernah terjadi pada masa lalu dan juga dapat

menggambarkan perkembangan penduduk pada masa yang

akan datang melalui proses kelahiran dan kematian.

Pengelompokan penduduk menurut kelompok umur dan

jenis kelamin juga akan dapat digunakan untuk mengetahui

perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan

perempuan atau juga disebut dengan istilah (Sex Ratio).

Jumlah penduduk Provinsi Jambi menurut kelompok umur

dan jenis kelamin disajikan pada Tabel 3.1.6.

Page 106: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

96

Tabel 3.1.6 JumlahPenduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Provinsi Jambi, Tahun

2015.

Kelompok

umur

Laki- laki

(L)

Perempuan

(P) (L +P)

Rasio

Jenis

Kelamin

(SR)

0-4 165.483 158.906 324.389 104,14

5-9 162.472 157.329 319.801 103,27

10-14 159.250 156.241 315.491 101,93

15-19 152.857 148.294 301.151 103,08

20-24 153.877 148.139 302.016 103,87

25-29 154.735 146.471 301.206 105,64

30-34 148.885 145.271 294.156 102,49

35-39 144.164 138.456 282.620 104.12

40-44 126.280 117.939 244.219 107,07

45-49 104.498 97.854 202.352 106,79

50-54 85.648 80.294 165.992 106,73

55-59 67.313 61.372 128.685 109,68

60-64 46.298 41.283 87.581 112,15

65-69 28.380 27.205 55.585 104,32

70-74 18.391 19.315 37.706 95,22

75+ 17.468 21.634 39.102 80,71

Total 1.736.468 1.666.003 3.402.052 104,20

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2017

Berdasarkan kelompok umur dapat diketahui bahwa

Penduduk Provinsi Jambi masih tergolong dalam struktur

umur muda (young population), hal ini ditandai oleh jumlah

penduduk yang berumur konsumtif (0 – 14 tahun dan usia

60 tahun ke atas) lebih besar dari 30 %. Penduduk usia

produktif di Provinsi Jambi yaitu mereka yang berumur 15–

64 tahun sebesar 65,62 %, dan sebanyak 6,47 % merupakan

penduduk dengan usia lanjut (usila). Dengan membanding-

kan jumlah penduduk usia produktif dengan penduduk

yang non produktif dapat dihitung Rasio ketergantungan

(Dependency Ratio). Rasio ketergantungan atau “rasio beban

Page 107: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

97

tanggungan” penduduk Provinsi Jambi Pada tahun 2015

tercatat sebesar 62,25 persen. Ini berarti bahwa setiap seratus

penduduk yang produktif menanggung mereka yang tidak

produktif sebesar 62 orang. Semakin mendekati angka

seratus semakin besar beban tanggungan, sebaliknya

semakin kecil angka Dependency Ratio semakin sedikit

jumlah penduduk yang akan menjadi beban mereka yang

produktif. Hal ini juga berarti merupakan perbandingan

antara penduduk muda dan penduduk tua dengan

penduduk usia kerja.

Pada tahun 2015, rasio jenis kelamin (Sex ratio)

Penduduk daerah Jambi tercatat sebesar 104,20 atau 104 ini

berarti setiap seratus orang penduduk perempuan Provinsi

Jambi pada tahun tersebut, terdapat penduduk laki-laki

sebanyak 104 orang. Besar kecilnya rasio jenis kelamin di

suatu daerah dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:

a. Rasio jenis kelamin waktu lahir (Sex ratio at birth). Para

ahli kependudukan mengajukan bahwa perbandingan

antara bayi laki-laki dengan perempuan pada waktu

lahir berkisar antara 103-105 bagi laki-laki per 100 bayi

perempuan.

b. Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan

perempuan. Jika jumlah kematian laki-laki lebih besar

dari kematian perempuan, maka rasio jenis kelamin

semakin kecil. Hal ini bisa terjadi misalnya, di suatu

daerah dengan pekerjaan yang berbahaya bagi laki-laki

seperti pertambangan dan peperangan (Nurdin dan

Adioetomo, 2010).

c. Pola migrasi antara penduduk laki-laki dan perempuan.

Jika suatu daerah memiliki rasio jenis kelamin lebih kecil

dari 100, maka hal ini berarti di daerah tersebut lebih

banyak penduduk perempuan, dan sebaliknya jika rasio

jenis kelamin lebih besar dari 100 suatu pertanda bahwa

daerah yang bersangkutan lebih banyak penduduk yang

memasuki daerah tersebut. Ini tentu akibat dari

tingginya mobilitas penduduk laki-laki ke Provinsi Jambi

Page 108: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

98

dibanding perempuan Berpedoman pada komposisi

penduduk Provinsi Jambi tahun 2015, menurut umur

dan jenis kelamin dapat dikatakan bahwa banyaknya

jumlah penduduk laki-laki dibanding perempuan di

daerah ini lebih disebabkan karena faktor mobilitas

penduduk dibanding variabel fertilitas dan mortalitas.

Migrasi penduduk ke Provinsi Jambi baik itu dalam

bentuk migrasi spontan maupun dalam bentukprogram

yang dilaksanakan pemerintah seperti transmigrasi.

Berikut ini pada Tabel 3.1.7. disajikan penduduk

Provinsi Jambi yang berumur 15 tahun ke atas yang Bekerja,

Mencari Pekerjaan (pengangguran) dan Bukan Angkatan

Kerja menurut kabupaten/kota, tahun 2015.

Page 109: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

99

Tabel 3.1.7 Penduduk Provinsi Jambi Usia 15 tahun ke

atas yang Bekerja, Mencari Pekerjaan dan

Bukan Angkatan Kerja menurut Kabupaten/

Kota, Tahun 2015.

No Kabupaten/

Kota

Angkatan Kerja Bukan

Angkatan

Kerja

Bekerja Mencari

kerja/

Pengangguran

Total

1 Kerinci 121.140 4.615 125.755 50.386

2 Merangin 158.682 9.020 167.702 91.787

3 Sarolangun 130.586 6.202 136.788 57.250

4 Batanghari 114.560 4.003 118.563 67.223

5 Muaro Jambi 166.449 9.510 175.959 111.873

6 Tanjabtim 105.246 1.536 106.782 49.834

7 Tanjabbar 143.738 3.960 147.698 72.358

8 Tebo 165.912 3.280 169.192 65.888

9 Bungo 150.375 4.617 154.992 87.930

10 Kota Jambi 254.351 20.098 274.449 154.093

11 Sungai Penuh 39.364 3.508 42.872 21.090

Jumlah 1.550.4403 70.349 1.620.752 829.712

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Pada bagian lain penduduk dapat juga

dikelompokkan berdasarkan aktif secara ekonomi

(Economically Active population) dan penduduk yang tidak

aktif secara ekonomi (Economically In Active population).

Berdasarkan susunan ini penduduk Provinsi Jambi

dibedakan menurut status bekerja, mencari pekerjaan dan

bukan angkatan kerja. Dengan membandingkan jumlah

angkatan kerja dengan tenaga kerja (penduduk usia kerja)

akan dapat diketahui Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja

(TPAK).

Berdasarkan Tabel 3.1.7 dapat dijelaskan bahwa pada

tahun 2015 TPAK penduduk Provinsi Jambi sebesar 66,14 %.

Page 110: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

100

Ini berarti bahwa dari sekitar 100 orang penduduk usia kerja

di daerah ini telah masuk menjadi angkatan kerja sebanyak

66 orang. Meningkatnya TPAK dibandingkan pada tahun

2010 yang sebesar 64,25 % tidak terlepas dari semakin

bertambahnya peluang kerja yang terbuka di Provinsi

Jambi. Kondisi ini ditunjukkan pula oleh tingkat bekerja

penduduk daerah ini pada tahun 2015 tercatat sebesar 95,66

% yang berarti juga tingkat pengangguran terbuka (open un

employment) hanya sebesar 4,34 %. Tingkat pengangguran

terendah berdasarkan Kabupaten/Kota terdapat di

Kabupaten Tanjung Jabung Timur hanya sebanyak 1536

orang atau (1,43%), ini berarti bahwa hampir 99% angkatan

kerja di daerah ini telah tersalurkan. Namun demikian

tingkat pengangguran tertinggi terdapat di Kota Jambi

dengan angka 7,32 % dan disusul oleh Kabupaten Muaro

Jambi sebesar 5,40%. Tingginya angka pengangguran di

kedua daerah ini disebabkan oleh karena Kota Jambi

merupakan pusat Pemerintahan, selain pusat perdagangan

dan Pendidikan yang menjadi tujuan utama dari pendatang

untuk memperoleh kesempatan di daerah ini. Sementara itu

Kabupaten Muaro Jambi yang letaknya tidak begitu jauh

dari ibu Kota Provinsi Jambi jugamenjadi alternatif tujuan

dari pencari kerja baik yang datang dari kabupaten lain di

Provinsi Jambi, maupun yang datang dari luar Provinsi

Jambi.

3. Ketenagakerjaan

Penduduk dalam suatu daerah mengkonsumsi

barang dan jasa memenuhikebutuhannya, tetapi hanya

sebagian dari mereka yang secara langsung terlibat atau

berusaha terlibat dalam memproduksi barang dan jasa.

Penduduk Provinsi Jambi masih dikategorikan sebagai

masyarakat agraris, karena bagian terbesar dari mereka

yang bekerja (55,04%) pada tahun 2012 mempunyai mata

pencaharian pada sektor pertanian. Kendatipun keadaan ini

menunjukkan penurunan sampai akhir tahun 2015 mereka

Page 111: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

101

yang bekerja pada sektor tersebut masih lebih dari separuh

(52,86 %).

Masih dominannya penduduk usia 15 tahun ke atas

yang bekerja di sektor pertanian tidak terlepas dari semakin

berkembangnya usaha-usaha dalam bidang tersebut. Sektor

pertanian yang merupakan penggabungan dari sub sektor

perkebunan, pertanian tanaman pangan, kehutanan

peternakan dan perikanan. Untuk sub sektor perkebunan

terutama perkebunan Kelapa sawit dan Karet yang

merupakan bagian terbesar dari sub sektor yang

menampung tenaga kerja di sektor pertanian telah terjadi

pertambahan tenaga kerja sebanyak 36.044 orang atau 4,60

persen rata-rata selama periode 2012- 2015.

Secara lebih rinci jumlah penduduk umur 15 tahun ke

atas yang bekerja menurut lapangan usaha dapat disajikan

pada Tabel 3.1.8. berikut:

Tabel 3.1.8. Penduduk Provinsi Jambi umur 15 tahun ke

atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha

tahun 2012- 2015.

Lapangan Usaha 2012 2013 2014 2015

Pertanian (55,04) (52,37) (49,36) (52,86)

Pertambangan dan Penggalian.

( 1,96) ( 1,91) (2,27) (1,77)

Industri Pengolahan.

( 3,32) ( 3,80) ( 3,52) (3,40)

Konstruksi ( 4,37) ( 4,34) ( 4,15) (4,19)

Perdagangan (16,13) (16,74) (16,89) (16,87)

Pengangkutan ( 3,15) ( 3,79) ( 3,72) ( 3,55)

Lembaga Keuangan dan

Jasa Perusahaan ( 1,59) ( 1,61) ( 1,71) ( 1,38)

Jasa-Jasa ( 14,23) (15,33) (18,08) (15,27)

Total (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Untuk sektor lain yang banyak menyerap tenaga kerja

adalah sektor perdagangan dengan jumlah 16,13 % pada

Page 112: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

102

tahun 2012 dan 16,87 % di tahun 2015, diikuti oleh sektor

jasa yang menampung tenaga kerja sebanyak 236.782 orang

atau 15,27 % pada tahun 2015. Sektor industri yang

merupakan salah satu sektor yang menjadi tujuan dari

perkembangan ekonomi di Provinsi Jambi pada tahun 2015

hanya mampu menampung angkatan kerja sebesar 3,40 %,

sedangkan lapangan usaha yang paling sedikit menyerap

tenaga kerja, hanya (1,38%) dalam tahun 2015 yaitu lembaga

keuangan dan jasa perusahaan.

4. Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja dalam hal ini adalah jumlah orang

yang bekerja menurut lapangan pekerjaan. Jumlah angkatan

kerja yang bekerja di sektor pertanian pada tahun 2010

sebanyak 51,97 %, dan pada tahun 2014 menurun menjadi

49, 18 %. Secara absolut sebenarnya terjadi pertambahan

jumlah penyerapan tenaga kerja pada sektor pertanian dari

670.841 orang di tahun 2010 menjadi 755.612 orang pada

tahun 2014, atau bertambah sebanyak 84.771 orang.

Sektor perdagangan menempati posisi kedua dalam

penyerapan tenaga kerja di Provinsi Jambi, kemudian

diikuti oleh sektor Jasa yang masing-masing memberi

kontribusi 18,70% untuk perdagangan dan 17,73% untuk

Jasa pada Tahun 2014. Sektor lain masih memberikan

sumbangan yang relatif kecil terhadap penyerapan tenaga

kerja sehingga ke depan perlu ditingkatkan agar mampu

menyerap angkatan kerja baru yang semakin bertambah.

Perubahan Kesempatan kerja menurut Lapangan

pekerjaan di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 3.1.9.

Page 113: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

103

Tabel 3.1.9 Perubahan Kesempatan Kerja Menurut

Lapangan Pekerjaan di Provinsi Jambi Tahun

2010 – 2014.

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016

5. Tingkat Pendidikan

Karakteristik penduduk menurut tingkat pendidikan

akan mempengaruhi kemampuan dan daya saing penduduk

dalam memperoleh dan menciptakan Value Added dan pada

akhirnya mempengaruhi kemampuan ekonomi suatu

daerah. Tingkat pendidikan diukur dari jumlah penduduk

umur 15 tahun keatas menurut status tamat suatu jenjang

pendidikan formal. Tamat sekolah diartikan sebagai telah

selesainya seseorang mengikuti pelajaran pada kelas

No Lapangan Pekerjaan

Tahun 2010 Tahun 2014 Perubahan

Jumlah % Jumlah %

1 Pertanian 670.841 51,97 755.612 49,18 84.771

2 Pertam bangan

22.727 1,76 25.634 1,66 2.907

3 Industri

Pengolahan 34.821 2,70 43.971 2,86 9.150

4 Listrik, Gas,

Air 5.268 0,41 5.268 0,34 0,000

5 Bangunan 46.063 3,57 54.251 3,53 8.188

6

Perdaga ngan, Hotel,

dan Restoran

211.946 16,4

2 287.247 18,70 75.301

7

Angkutan dan

Telekomuni kasi

63.675 4,93 54.535 3,54 -9.140

8 Keuangan 13.526 1,05 37.300 2,42 23.774

9 Jasa-jasa 211.839 16,4

1 272.514

17,73

50.675

Total 1.290.706 100,00 1.536.332 100,00 245.625

Page 114: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

104

tertinggi sampai akhir dengan mendapatkan tanda tamat

belajar atau ijazah, baik dari sekolah negeri maupun swasta.

Mengetahui komposisi penduduk yang bekerja menurut

tingkat pendidikan yang ditamatkan akan diperoleh

informasi tentang kondisi sumber daya manusia yang

tersedia dalam suatu daerah, yang dapat dimanfaatkan

untuk kepentingan pembangunan khususnya wilayah yang

bersangkutan. (Tabel 3.1.10).

Tabel 3.1.10. Penduduk Provinsi Jambi Umur 15 tahun ke atas yang Bekerja Menurut Tingkat Pendidikan yang ditamatkan dan jenisKelamin Tahun 2015.

No Tingkat

Pendidikan Laki-laki Perempuan L + P Persentase

1 Tidak/belum

pernah Sekolah 18.124 19.228 37.352 2,41

2 Tidak/belum

tamat SD 127.615 85.873 213.488 13,77

3 Tamat SD 297.809 152.661 450.470 29,05

4 Tamat SMP/

sederajat 215.629 83.936 299.565 19,32

5 SMA/

sederajat 276.800 110.556 387.356 24,98

6

Diploma/

Akademik/

Universitas

82.234 79.938 162.172 10,46

Total 1.018.211 532.192 1.550.430 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Berdasarkan Tabel 3.1.10, diketahui bahwa kualitas

penduduk Daerah Jambi menurut tingkat pendidikan

formalnya sampai dengan tahun 2015 relatif masih rendah.

Hampir separuh penduduk (45,23%) belum tamat SD atau

hanya tamat SD. Persentase yang tidak bersekolah lebih

tinggi pada penduduk perempuan dibandingkan dengan

penduduk laki-laki. Keadaan yang sama juga terjadi pada

jenjang pendidikan tidak/belum tamat SD dimana laki-laki

Page 115: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

105

jumlahnya 59,78 % dan perempuan yang tidak/belum tamat

SD sebesar 40,22 %.

Pada jenjang pendidikan SMA/sederajat persentase

penduduk laki-laki yang tamat lebih 2 kali lipat penduduk

perempuan di Provinsi Jambi, dimana jumlah laki-laki

tercatat sebanyak 71,46 % dan perempuan hanya 28,54%.

Keadaan ini mengindikasikan bahwa masih terdapat

ketimpangan gender dalam bidang pendidikan terutama

pada level SMA/sederajat. Namun demikian suatu hal yang

cukup menarik adalah jumlah penduduk Jambi yang

menamatkan pendidikan Diploma/Akademi/ Universitas

antara penduduk laki-laki dan perempuan tidak terdapat

perbedaan yang mencolok. Jumlah penduduk laki-laki yang

menamatkan pendidikan tinggi tercatat sebanyak 50,71 %,

sedangkan perempuan berjumlah sebesar 49,29 %.

B. PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI JAMBI

Pertumbuhan ekonomi menggambarkan terjadinya

peningkatan jumlah barang dan jasa yang dapat dihasilkan oleh

suatu wilayah dalam periode tertentu (satu tahun). Bagi daerah

indikator ini penting untuk mengevaluasi terhadap kebijakan

pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam

perekonomian Daerah Jambi, peranan sektor pertanian sangat

penting dalam pembentukan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Data PDRB menjadi gambaran mengenai kemampuan

Provinsi Jambi dalam mengelola sumber daya yang ada melalui

suatu proses produksi sehingga menghasilkan nilai tambah

secara ekonomi. Pertumbuhan PDRB dari tahun ke tahun

menunjukkan tingkat pertumbuhan ekonomi yang dicapai

daerah tersebut semakin baik.

Sektor pertanian merupakan penyumbang utama dalam

PDRB, dan merupakan sumber pertumbuhan dominan. Untuk

itu apabila membicarakan kinerja pertumbuhan ekonomi

daerah secara tidak langsung bicara tentang kinerja sektor

pertanian. Sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan cukup

Page 116: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

106

pesat adalah sektor keuangan, listrik, gas dan air bersih diikuti

oleh sektor konstruksi.

Berdasarkan data tahun 2006 dan 2015, struktur

perekonomian Daerah Jambi masih didominasi oleh sektor

primer yang terdiri dari sektor pertanian, pertambangan dan

konstruksi (45,67%). Sektor sekunder yang tergabung dalam

listrik, gas dan air minum sebanyak 17,34% serta sektor tersier

yang meliputi sektor perdagangan hotel dan restoran, angkutan

dan telekomunikasi, keuangan serta Jasa-jasa sebesar 36,99%.

Dari informasi tersebut struktur perekonomian Provinsi Jambi

masih tergolong dalam kelompok agraris.

Struktur PDRB Provinsi Jambi menurut lapangan usaha

selama periode 2006-2015 disajikan pada Tabel 3.2.1.

Tabel 3.2.1. Struktur PDRB Provinsi Jambi Menurut

Lapangan Usaha, Tahun 2006 dan Tahun 2015.

No. Lapangan Usaha

Distribusi persentase (%)

PDRB ADHB PDRB ADHK 2000

Tahun

2006

Tahun

2015

Tahun

2006

Tahun

2015

1 Pertanian 27,53 29,69 31,75 29,34

2 Pertambangan 15,86 15,98 11,02 12,54

3 Industri

Pengolahan 11,94 10,68 13,85 12,18

4 Listrik, Gas, Air

Minum 1,01 0,96 0,79 0,86

5 Konstruksi 4,56 5,70 4,27 5,67

6 Perdagangan,

Hotel, Restoran 16,37 16,98 17,36 18,76

7 Angkutan,

Telekomunikasi 7,57 6,31 8,10 7,27

8 Keuangan 3,90 5,21 3,83 5,76

9 Jasa-jasa 11,26 8,49 9,05 7,62

Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Merujuk pada Tabel 3.2.1 dapat dijelaskan bahwa sektor-sektor basis di Wilayah Jambi sebagian besar berasal dari sektor

Page 117: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

107

pertanian, yang terdiri dari sub sektor pertanian tanaman pangan, perkebunan, peternakan, kehutanan, minyak dan gas bumi serta industri pengolahan hasil pertanian. Sektor-sektor tersebut mempunyai nilai Location Quation (LQ) lebih besar dari satu (LQ>1) artinya terdapat Comparative Advantages daerah

Jambi dibandingkan dengan daerah lain. Pertumbuhan ekonomi Provinsi Jambi selama periode

2000 – 2015 disajikan pada Tabel 3.2.2.

Tabel 3.2.2 Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jambi, Tahun

2000– 2015.

No. Tahun PDRB

(Jutaan Rupiah)

Perkembangan

(%)

1 2000 9.569.242 -

2 2001 10.205.592 6,65

3 2002 10.803.423 5,85

4 2003 11.343.280 5,00

5 2004 11.953.885 5,38

6 2005 12.619.972 5,57

7 2006 13.363.621 5,89

8 2007 14.275.161. 6,82

9 2008 15297.771. 7,16

10 2009 16.274.908 6,39

11 2010 17.471.686 7,35

12 2011 18.963.517 8,54

13 2012 20.201.072 7,05

14 2013 21.627.268 7,06

15 2014 23.303.381 7,75

16 2015 25.132.696 7,85

Rata-rata 6,65

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Sektor pertanian menjadi sektor basis karena potensi

alam yang berupa lahan pertanian yang masih sangat luas dan

sangat mungkin untuk dikembangkan. Meningkatnya sektor

basis dalam suatu daerah akan menambah arus kegiatan ke

Page 118: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

108

daerah tersebut, sehingga akan berpengaruh pula terhadap

permintaan barang dan dari daerah yang bersangkutan.

Berdasarkan sektor-sektor yang tergabung dalam PDRB

akan dapat dianalisis perekonomian DaerahJambi selama

periode tertentu. Meningkatnya kegiatan ekonomi masyarakat

dari waktu ke waktu dalam memproduksi barang dan jasa

akan berdampak terhadap peningkatan investasi yang pada

tahap berikutnya dapat memperluas kesempatan kerja.

Struktur ekonomi Provinsi Jambi dapat digambarkan

dengan tabel distribusi PDRB Provinsi Jambi seperti Tabel 3.2.2.

Pertumbuhan ekonomi Daerah Jambi dari tahun ke tahun

menunjukkan perkembangan pembangunan yang telah dicapai

selama kurun waktu tertentu.

Tabel 3.2.2 menunjukkan pada tahun 2001 pertumbuhan

ekonomi Provinsi Jambi mencapai sebesar 6,65 persen. Pada

tahun 2002 dan 2003 terjadi peningkatan perolehan PDRB akan

tetapi pertumbuhannya menurun masing-masing hanya 5,85 %

dan 5,00 persen pada tahun yang sama. Pada tahun 2003

tercatat sebagai peningkatan terkecil dalam PDRB Provinsi

Jambi selama periode analisis. Sejak tahun 2004 sampai dengan

tahun 2015 PDRB Daerah Jambi selalu meningkat, dengan

pertumbuhan tertinggi dicapai pada tahun 2015 dengan angka

7,85 persen. Tingkat pertumbuhan yang dicapai tersebut telah

memposisikan Provinsi Jambi sebagai Daerah Tingkat I dengan

tingkat pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera dan posisi

ke 2 diantara 34 Provinsi-provinsi yang ada di Indonesia.

Peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu daerah akan

berdampak terhadap terbukanya kesempatan kerja yang luas di

daerah tersebut. Dengan kesempatan kerja yang lebih luas dan

bervariasi akan menarik tenaga kerja untuk masuk ke daerah

yang bersangkutan. Pertumbuhan ekonomi yang relatif tinggi,

rata-rata (6,65%) per tahun selama periode analisis telah

menyebabkan Provinsi Jambi menjadi salah satu tujuan yang

menarik untuk migrasi masuk di Pulau Sumatra.

Page 119: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

109

1. Perkembangan Upah di Provinsi Jambi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia nomor 78 tahun 2015 pasal 1 tentang pengupahan,

yang dimaksud dengan upah adalah hak pekerja/buruh

yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai

imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja kepada pekerja/

buruh yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu

perjanjian kerja, kesepakatan atau peraturan perundang-

undangan, termasuk tunjangan dari pekerja/ buruh dan

keluarganya atas suatu pekerjaan dan/atau jasa yang telah

atau akan dilakukan. Upah merupakan tujuan utama

seseorang untuk bekerja, semakin tinggi upah semakin besar

keinginan orang untuk masuk ke pasar kerja.

Tabel 3.2.3 Perkembangan UMP di Provinsi Jambi

Periode 2000–2015.

No. Tahun UMP

( Rupiah)

Perkembangan

( %)

1 2000 173.000 -

2 2001 245.000 41,61

3 2002 304.000 24,08

4 2003 390.000 8,97

5 2004 425.000 14,12

6 2005 485.000 16,08

7 2006 563.000 16,87

8 2007 658.000 16,05

9 2008 724.000 10,03

10 2009 800.000 10,50

11 2010 900.000 12,50

12 2011 1.028.000 14,22

13 2012 1.142.000 11,09

14 2013 1.300.000 13,84

15 2014 1.502.000 15,55

16 2015 1.730.000 15,16

Sumber: BPS Provinsi Jambi, Disosnakertran, Tahun 2016.

Page 120: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

110

Berdasarkan tabel 3.2.3, dapat dijelaskan bahwa

perkembangan Upah Minimum Provinsi (UMP) sejak tahun

2000 sampai dengan tahun 2015 menunjukkan perkemba-

ngan yang berfluktuasi. Pada tahun 2000 – 2003 telah terjadi

penurunan UMP dari 41,61 persen di tahun 2001 menjadi

8,97 % pada tahun 2003. Secara rata- rata UMP telah

mengalami penurunan sebesar 24, 87 %, walaupun secara

absolut tetap terjadi penambahan upah dalam kurun waktu

tersebut. Penurunan tingkat upah ini diduga selama tahun

2000-2003 di Provinsi Jambi banyak perusahan-perusahan

yang melakukan rasionalisasi dalam penggunaan tenaga

kerja, sehingga banyak tenaga kerja yang mengalami

pemutusan hubungan kerja (PHK).

Setelah tahun 2004 sampai dengan tahun 2015 selama

periode analisis terjadi peningkatan upah setiap tahunnya.

Secara rata-rata UMP di Provinsi Jambi telah meningkat

selama periode 2000-2015 sebesar 16,04 %. Kendatipun upah

tidak satu-satunya variabel yang berpengaruh terhadap

daya tarik pendatang ke Provinsi Jambi namun kenyataan

menunjukkan selama periode 2010 – 2014 telah terjadi

pertambahan kesempatan kerja sebanyak 245.625 orang atau

rata meningkat sebesar 4,76 % per tahun.

2. Sejarah dan Perkembangan Transmigrasi di Provinsi

Jambi.

Pelaksanaan Transmigrasi di Provinsi Jambi telah di

mulai pada masa kolonisasi.Keberhasilan kolonisasi di

Lampung pada tahun 1905 dengan memberangkatkan

sebanyak 155 Kepala Keluarga asal Jawa Tengah dari

Kabupaten Karang Anyar, Kebumen dan Purworejo, ke

Gedong Tataan, Keresidenan Lampung merupakan tonggak

dari pada program kolonisasi Pemerintah Hindia Belanda.

Pada awalnya daerah Lampung merupakan tempat

percobaan terutama dalam penyediaan tanaman pangan,

keadaan ini telah memotivasi Pemerintah Belanda untuk

mengembangkan produksi pangan dengan memperluas

daerah kolonisasi di berbagai wilayah di Indonesia

Page 121: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

111

termasuk ke daerah Jambi. Mengetahui kolonisasi ke

Gedong Tataan ini diperkirakan telah terjadi pemindahan

yang terorganisasi buruh dari Jawa ke perkebunan di

Sumatera Timur yang dilakukan oleh pemerintah, perincian

lebih lanjut tidak ada data (P3T, 1990).

Pada masa kolonisasi, Provinsi Jambi (dulu berstatus

Keresidenan Jambi) tergabung dalam wilayah Sumatera

Tengah. Pelaksanaan program kolonisasi di mulai pada

tahun 1940 yang ditandai dengan mengirimkan 506 Kepala

keluarga (KK) atau sebanyak 1.945 jiwa dari Pulau Jawa

menuju daerah Bangko- Tabir dekat Rantau Panjang yang

sekarang di kenal dengan kampung 1 s/d kampung 12 Desa

Margoyoso. Kolonisasi pada waktu itu masih bersifat

kolonisasi pertanian dengan maksud menyediakan tenaga

kerja/buruh murah untuk membantu pembangunan

pertanian dalam jangka panjang (Junaidi, 2012).

Setelah kemerdekaan Pemerintah Indonesia

meneruskanpemindahan penduduk dari daerah asal di

Pulau Jawa ke daerahlainnya di luar Pulau Jawa dengan

istilah transmigrasi.Konsep transmigrasi yang dicetuskan

pada permulaan kemerdekaan Indonesia merupakan

kebijakan kependudukan yang ditujukan untuk mengurangi

jumlah penduduk di Pulau Jawa dengan jalan

memindahkan penduduk ke luar Pulau Jawa. Rencana

pemindahan penduduk waktu itu dikenal sebagai Rencana

Tambunan, dilaksanakan transmigrasi secara besar-besaran,

yang bertujuan tidak hanya untuk mengurangi

pertumbuhan penduduk di Jawa, tetapi juga untuk

mengurangi jumlah penduduk Pulau Jawa secara absolut

(Kartomo, W. 2010).

Penempatan transmigrasi pertama di Provinsi Jambi

dilangsungkan pada tahun 1967 (periode Pra Pelita) pada

Unit Permukiman Transmigrasi (UPT) Rantau Rasau I

Kabupaten Tanjung Jabung Timur sekarang. Sebelum

pemekaran Tahun 1999 berstatus sebagai Kabupaten

Page 122: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

112

Tanjung Jabung. Jumlah transmigran yang ditempatkan

pada periode pertama sebanyak 249 KK atau 1208 jiwa.

Selama Pelita I (tahun 1969/1970-1973/1974), jumlah

transmigran yang ditempatkan berjumlah 2.450 KK (11.371

jiwa) di 4 lokasi (UPT). Ke semua lokasi tersebut berada di

wilayah Kabupaten Tanjung Jabung Timur yang merupakan

kelanjutan dari UPT Rantau Rasau I dengan penempatan

pada UPT Rantau Rasau II, III, IV dan V.

Pada masa Pelita ke II (periode 1974/1975-1978/1979),

realisasi jumlah transmigran yang telah ditempatkan

tercatat sebanyak 13.476 KK atau setara dengan 61.161 jiwa

pada 33 lokasi (UPT). Pada periode ini lokasi penempatan

transmigrasi semakin diperluas pada 3 kabupaten lain

diluar Kabupaten Tanjung Jabung Timur, adalah Kabupaten

Bungo, Sarolangun dan Tebo.

Setelah Pelita II, program penempatan transmigrasi di

Provinsi Jambi dilanjutkan pada Pelita III. Selama Pelita III

(1979/1980-1983/1984) jumlah transmigran yang telah

ditempatkan sebanyak 22.741 KK (94.485 jiwa) tersebar pada

47 lokasi UPT. Pada masa ini semua kabupaten-kabupaten

penerima transmigrasi pada Pra Pelita, Pelita I, Pelita II dan

Pelita III, lokasi penempatan transmigrasi diperluas lagi ke

Kabupaten Batanghari, Merangin dan Muaro Jambi,

sehingga hampir semua Kabupaten yang ada di Provinsi

Jambi menjadi lokasi penempatan transmigrasi, kecuali

Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan Kerinci.

Selanjutnya pada Pelita IV (1984/1985-1988/1989),

terjadi penurunan dalam jumlah penempatan transmigrasi

di Daerah Jambi dibandingkan dengan periode sebelumnya,

kondisi yang sama juga terjadi secara nasional. Pada

periode ini jumlah transmigran yang ditempatkan hanya

sebanyak 11.141 KK atau 47.136 jiwa. Mereka ditempatkan

pada 27 lokasi (UPT), yang menyebar pada daerah baru

yaitu Kabupaten Tanjung Jabung Barat dan (sebelum

pemekaran tahun 1999 sebagai Kabupaten Tanjung Jabung).

Page 123: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

113

Pada Pelita V (1989/1990-1993/1994) jumlah

transmigran yang ditempatkan kembali mengalami

peningkatan. Dalam waktu ini telah berhasil ditempatkan

transmigran sebanyak 17.411 KK (71.676 jiwa) pada 43 lokasi

(UPT). Untuk kabupaten sebagai daerah tujuan transmigran

tidak mengalami perubahan dibanding dengan Pelita

sebelumnya.

Dimasa Pelita VI (1994/1995-1998/1999) kembali

terjadi penurunan penempatan transmigrasi menjadi 9.710

KK atau 41.871 KK. Dalam kurun waktu ini transmigran

ditempatkan pada 27 lokasi (UPT). Kabupaten sebagai

penerima transmigran meliputi Kabupaten Bungo,

Sarolangun, Tebo,Batanghari, Merangin, Muaro Jambi dan

Tanjung Jabung Barat.

Memasuki era otonomi daerah (periode 2000-2004)

penempatan transmigran di Provinsi Jambi semakin

menurun, keadaan ini sejalan dengan kondisi penempatan

transmigran yang juga menunjukkan penurunan secara

nasional. Pada periode ini jumlah transmigran yang

ditempatkan sebanyak 4.050 KK (17.028 jiwa) di 15 lokasi

(UPT). Mereka ditempatkan di Kabupaten Batanghari,

Bungo, Muaro Jambi, Sarolangun, Tanjung Jabung Barat dan

Tebo. Selanjutnya pada periode 2005-2009 dimukimkan

sebanyak 2.023 KK setara dengan 7.790 jiwa pada 11 lokasi

(UPT). Periode ini daerah penerima transmigran adalah

Kabupaten Batanghari, Bungo, Kerinci, Muaro Jambi dan

Sarolangun. Untuk periode (2010 -2015) ditempatkan lagi

transmigran sebanyak 383 KK (1441jiwa) pada 3 lokasi

(UPT), yaitu lokasi Sungai Bremas di Kabupaten Kerinci,

Rantau Pandan X di Kabupaten Bungo dan Sapintun untuk

Kabupaten Sarolangun.

Page 124: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

114

Tabel 3.2.4 Perkembangan Penempatan Transmigrasi di

Provinsi Jambi dari Pra Pelita Sampai dengan

Tahun 2015

No Periode

penempatan(a) UPT/ LPTb)

Penempatan(

b) KK Jiwa

Rata-rata per Tahun

KK Jiwa

1 Pra Pelita

(1950-1968) 1 249 1208 14 67

2 Pelita I (1969/

70-1973/74) 4 2450 11371 490 2274

3 Pelita II (1974/

75-1978/79) 33

13476

61161 2695 12232

4 Pelita III (1979/

80-1983/84) 47

22741

94485 4548 18897

5 Pelita IV (1984/

85-1988/89) 27

11141

47136 2228 9427

6 Pelita V (1989/

90-1993/94) 43

17411

71676 3482 14335

7 Pelita VI (1994/

95-1998/99) 27 9710 41871 1942 8374

8 2000 - 2004 15 4050 17082 810 3406

9 2005 - 2009 11 2030 7790 406 1558

10 2010 - 2015 3 383 1441 77 288

Jumlah 211 83.641 355221 1287 5465

Sumber:Kemenakertrans 2012, Junaidi 2012, Disosnakertran

Provinsi Jambi, 2016.

Keterangan: a) Berdasarkan tahun awal penempatan

b) Jumlah sampai akhir periode penempatan

Di era otonomi daerah, Pemerintah daerah memiliki

tanggung jawab dan wewenang yang lebih besar dalam

proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan

di daerahnya termasuk dalam hal transmigrasi. Khusus

Page 125: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

115

diera ini dilaksanakan dalam model kerja sama antar

daerah. Pola kerja sama tersebut yaitu kerja sama antara

daerah pengirim transmigrasi dan daerah penerima (dalam

hal ini Provinsi Jambi). Pada tanggal 17 Desember 2002,

disepakati kerja sama antara Provinsi Jambi dengan lima

provinsi asal transmigran yaitu D.I Yogyakarta, DKI Jakarta,

Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur (Junaidi, 2012).

Kerja sama yang disepakati mencakup di bidang

Komunikasi, Informasi dan Edukasi, Survei Potensi

Kawasan; Penyediaan Areal; Perencanaan Tata Ruang

Permukiman Transmigrasi; Penyiapan transmigrasi;

Pengerahan dan Penempatan Transmigrasi serta

Pemberdayaan Masyarakat. Pelaksanaan penyelenggaraan

transmigrasi berdasarkan konsep kerja sama antar daerah,

biaya penyelenggaraannya dibebankan pada Anggaran

Pendapatan dan Belanja Negara (APBN); Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), provinsi pengirim

transmigran; Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

(APBD) Provinsi Jambi; Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah (APBD) Kabupaten/ Kota terkait dengan

pelaksanaan kesepakatan bersama ini serta sumber dana

lain yang tidak mengikat.

Dalam konteks otonomi daerah, transmigrasi adalah

suatu kewenangan (urusan) pilihan, baik bagi pemerintah

(pusat) maupun pemerintah daerah (provinsi atau

kabupaten/kota). Namun konsekuensi yang muncul bagi

pusat dan daerah dari penentuan pilihan kewenangan

(urusan)ini belum jelas. Konsekuensi kebijakan yang

semestinya diambil pemerintah pusat terhadap daerah,

karena adanya klausul “pilihan”, selama ini juga masih

belum dirumuskan secara jelas. Artinya bahwa transmigrasi

masih diselenggarakan dan dilaksanakan dengan masih

tetap mengacu pada UU No. 15 tahun 1997 dan PP No. 2

Tahun 1999, sehingga klausul tentang kewenangan (urusan)

pilihan belum sepenuhnya berimplikasi pada proses

perencanaan transmigrasi, baik secara nasional, provinsi,

Page 126: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

116

maupun lokal, baik perencanaan program maupun

penganggaran (Anharudin, et al. 2008).

Berdasarkan penempatan transmigrasi mulai periode

Pra Pelita sampai tahun 2015; sebanyak 83.641 KK (355.221

jiwa) pada 211 lokasi (UPT). Perkembangan penempatan

transmigrasi disajikan pada Tabel 3.2.4.

Berdasarkan jumlah UPT di Provinsi Jambi sebanyak

211 UPT, 9 UPT diantaranya masih UPT Binaan. UPT binaan

tersebut berada pada 5 (lima) kabupaten di Provinsi Jambi,

dan merupakan transmigrasi yang dimukimkan dari tahun

2004 – 2015, dengan jumlah penempatan sebanyak 1433 KK

(5586 jiwa). Berikut ini disajikan UPT binaan di Provinsi

Jambi Tahun 2015.

Tabel 3.2.5. UPT Binaan Provinsi Jambi Tahun 2015

No Kabupaten Kecama

tan Lokasi UPT

Tahun

penempa

tan

Jumlah

penempat

an

KK Jiwa

1 Batanghari

Rantau

Pandan

Tebing Jaya

III 2007 200 781

2 Batanghari

Rantau

Pandan

Tebing jaya

IV 2008 150 576

3 Muaro

Jambi

Kumpeh

Ulu

Gd. Karya,

S.Aur 2009 200 717

4 Bungo

Rantau

Pandan

Rantau Pandan

V 2004 210 849

5 Bungo

Rantau

Pandan

Rantau Pandan

X 2008 200 720

6 Bungo Pelepat Pelepat II 2006 190 811

7 Kerinci Siulak

Sungai

Bernas 2009 100 420

8 Sarolangun Pauh

Lamban

Sigatal 2009 100 380

9 Sarolangun Pauh Sapintun 2015 83 332

Jumlah 1433 5586

Sumber: Junaidi 2012, Disosnakertrans Prov. Jambi, 2016.

Page 127: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

117

Ditinjau dari segi pembiyaannya penempatan

transmigrasi di Provinsi Jambi merupakan bentuk

transmigrasi umum (TU) dan transmigrasi swakarsa (TS).

Transmigrasi Umum dibangun atas dasar subsidi

(dukungan finansial) penuh pemerintah. Tantangan yang

muncul pada model transmigrasi ini salah satunya adalah

sistem hukum dan budaya kepemilikan tanah masyarakat.

Agar pelaksanaannya dapat berjalan dengan mulus,

sebaiknya penempatan transmigrasi dibangun diatas tanah-

tanah bekas hutan produksi (HP) sehingga tidak

bersinggungan dengan kepemilikan masyarakat.

Menurut UU No. 3 Tahun 1972 tentang Ketentuan

Pokok Transmigrasi, disebutkan tujuan pemerintah secara

bertahap menghapuskan transmigrasi umum dan

menggantikannya dengan transmigrasi swakarsa. Dengan

demikian pada tahun penempatan selanjutnya persentase

jumlah transmigrasi umum menjadi lebih kecil

danpersentase jumlah transmigrasi swakarsa meningkat.

Ada dua macam transmigrasi swakarsa, yaitu transmigrasi

swakarsa berbantuan dan transmigrasi swakarsa murni

(TSM). Transmigrasi swakarsa mandiri adalah transmigrasi

yang dilaksanakan oleh transmigran yang bersangkutan

secara perseorangan atau kelompok.

TSM dapat dikatakan sebagai transmigrasi “bebas

biaya pemerintah”. Namun demikian, pemerintah akan

terus memainkan peranan utama dalam mengatur dan

mengawasi transmigrasi, akan tetapi berusaha menghindari

pekerjaan yang lebih mahal yang diperlukan supaya

permukiman itu secara ekonomis dapat memberi harapan

(Hardjono, J. 1986). TSM tidak sepenuhnya bebas dari biaya

pemerintah, tapi bila dibandingkan dengan TU dan TSB,

bantuan atau subsidi dari pemerintah untuk TSM jauh lebih

sedikit. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009

pasal 15, transmigrasi swakarsa mandiri berhak

memperoleh bantuan dari pemerintah dan atau pemerintah

daerah dalam bentuk: a) pengurusan perpindahan dan

Page 128: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

118

penempatan di permukiman transmigrasi; bimbingan untuk

mendapatkan lapangan pekerjaan atau lapangan usaha atau

fasilitas untuk mendapatkan lahan usaha; b) lahan tempat

tinggal dengan status hak milik; dan c) bimbingan,

pengembangan, dan perlindungan hubungan kemitraan

usaha.

Sebaran tentang perkembangan Transmigrasi

Swakarsa Mandiri di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel

3.2.6 berikut.

Tabel 3.2.6 Perkembangan Transmigrasi Swakarsa

Mandiri (TSM) diProvinsi Jambi tahun

1990/1991 – 2015.

No.

Tahun

penempa

tan

Penataan Murni Total

KK Jiwa KK Jiwa KK Jiwa

1 1990/1991 400 1.240 0 0 400 1.240

2 1991/1992 1600 3.895 0 0 1.600 3.895

3 1992/1993 1.250 4.349 0 0 1.250 4.349

4 1993/1994 1.000 3.369 0 0 1.000 3.369

5 1994/1995 0 0 2.100 7.156 2.100 7.156

6 1995/1996 0 0 2.205 6.085 2.205 6.085

7 1996/1997 0 0 2.550 7.987 2.550 7.987

8 1997/1998 0 0 2.899 9.722 2.899 9.722

9 1998/1999 0 0 153 417 153 417

10 2000 0 0 127 464 127 464

11 2009 0 0 200 785 200 785

12 2010 0 0 200 720 200 720

13 2011 0 0 100 389 100 389

14 2015 0 0 83 332 83 332

Total 4.250 12.853 10.437 34.057 14.687 46.910

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi,

2016.

Di Provinsi Jambi Transmigrasi Swakarsa Mandiri

dibedakan atas dua bentuk yakni TSM Penataan dan TSM

Murni. TSM penataan dilaksanakan sejak tahun 1990/1991

Page 129: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

119

sampai dengan tahun 1993/1994, sedangkan TSM murni

diselenggarakan sejak tahun 1994/1995 sampai tahun 2015.

Sejak tahun 1990/1991 sampai dengan tahun 2015,

telah dimukimkan TSM di Provinsi Jambi sebanyak 14.687

KK (46.910 jiwa). Jumlah tersebut terdiri dari TSM penataan

sebanyak 4.250 KK (12.853 jiwa) dan TSM murni berjumlah

sebanyak 10.437KK atau 34.057 jiwa. Permukiman TSM

selama kurun waktu tersebut masih terbatas pada lokasi-

lokasi unit permukiman/desa eks transmigrasi yang telah

ada, memanfaatkan sisa cadangan areal yang belum

dimanfaatkan

3. Transmigrasi Berdasarkan Lokasi dan Daerah Penempatan

Di Provinsi

Jambi.

Penempatan transmigrasi di Provinsi Jambi terutama

sejak Pelita I (1969/1970) sampai dengan tahun 2015

tersebar hampir di semua daerah tingkat II kabupaten dan

kota kecuali di Kota Jambi dan Sungai penuh.

MenurutDisosnakertran Provinsi Jambi (2016) selama kurun

waktu 46 tahun (1969/1970- 2015) telah ditempatkan

transmigrasi di 210 lokasi (UPT) di Provinsi Jambi yang

tersebar di 9 (Sembilan) kabupaten yang di wilayah Jambi.

Kabupaten Bungo merupakandaerah yang paling banyak

dengan 34 Lokasi atau (16,19%). Diikuti dengan Kabupaten

Merangin (15,24%), Kabupaten Muaro Jambi (14,76%) dan

yang paling sedikit Lokasi di Kabupaten Kerinci hanya

(0,48%).

Untuk mengetahui lebih rinci transmigrasi menurut

Lokasi, dan jumlah penempatan disajikan pada Tabel 3.2.7

berikut ini. Berdasarkan jumlah 83.514 KK atau 327.674 jiwa

transmigrasi yang telah ditempatkan di Provinsi Jambi

penyebarannya adalah sebagai berikut. Penempatan

terbanyak adalah di Kabupaten Muaro Jambi dengan

proporsi sebesar 18,38 persen atau (60.237 jiwa), kendatipun

dari sisi jumlah Lokasi (31 UPT) lebih sedikit dari

Kabupaten Bungo.

Page 130: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

120

Tabel 3.2.7. Jumlah Transmigrasi Menurut Lokasi dan

Daerah Penempatan di Provinsi Jambi

(1969/1970- 2015).

No Kabupaten

Jumlah

Lokasi

(UPT)

KK Jiwa

(Orang)

Persen

Tase

(%)

1 Batanghari 19 6.763 26.372 8.05

2 Bungo 34 11.420 48.375 14,76

3 Merangin 32 13.134 53.966 16,47

4 Muaro jambi 31 14.318 60.237 18,38

5 Sarolangun 24 9.450 39.228 11,97

6 Tanjabbar 20 7.396 30.294 9,24

7 Tanjabtim 22 10.859 47.204 14,41

8 Tebo 27 9.974 21.254 6,49

9 Kerinci 1 200 744 0,23

Total 210 83.514 327.674 100,00

Sumber: Disosnakertrans Provinsi Jambi, Tahun 2016.

Selanjutnya kabupaten dengan jumlah penerima

transmigrasi terbanyak ke dua adalah Kabupaten Merangin

dengan jumlah 53.966 jiwa atau 16,47 persen, kemudian

disusul oleh Kabupaten Bungo dengan proporsi 14,79

persen (48.375 jiwa), dan yang paling sedikit adalah

Kabupaten Kerinci hanya sebanyak 200 KK (744 jiwa) atau

setara dengan 0,23 persen. Hal ini beralasan karena

Kabupaten Kerinci dengan luas wilayah yang terbatas hanya

(7,13 %) saja dari luas wilayah Provinsi Jambi termasuk

dalamnya areal Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang

merupakan paru-paru dunia.

4. Transmigrasi Berdasarkan Daerah Asal Dan Kabupaten

Penempatan di Provinsi Jambi.

Sesuai dengan konsep transmigrasi merupakan

perpindahan penduduk dari daerah yang padat

penduduknya di Pulau Jawa dan Bali ke wilayah yang

Page 131: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

121

masih kekurangan jumlah penduduk di luar Pulau Jawa dan

Bali. Provinsi Jambi merupakan salah satu daerah

penempatan transmigrasi yang utama di luar Pulau Jawa

sampai saat ini. Sebarantransmigrasi di sajikan pada Tabel

3.2.8.

Berdasarkan daerah asal transmigrasi yang ada di

Provinsi Jambi, dapat dijelaskan menurut Provinsi. Provinsi

pengirim utama transmigrasi berasal dari Jawa Tengah

dengan jumlah 26.928 KK atau 32,34 persen. Selanjutnya

diikuti oleh transmigrasi asal penduduk setempat (TPS)

sebanyak 19.340 KK (23,23%).

Tabel 3.2.8 Sebaran Transmigrasi Di Provinsi Jambi

Menurut Daerah Asal.

Kabupaten

penem

patan

Daerah Asal

DKI JABAR JATENG JATIM DIY TPS JUMLAH

Batanghari 245 1.309 1.181 816 428 2.784 6.763

Bungo 167 2.130 3.815 1.814 756 2.758 11.523

Merangin 50 2.094 5.173 2.909 1.220 1.688 13.134

Muaro

Jambi 607 2.338 2.253 2.411 1.275 5.384 14.268

Sarolangun 94 2.201 2.297 1.463 1.280 2.072 9.407

Tanjabbar 398 1.021 1.541 1.077 685 2.674 7.396

Tanjabtim 20 2.060 3.431 3.236 1.279 833 10.859

Tebo 68 520 7.212 588 406 1.180 9.974

Kerinci 0 50 50 0 0 100 200

Total 1.649 13.723 26.953 14.314 7.329 19.390 83.358

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi

2016.

Selanjutnya Provinsi Jawa Timur sebesar 14.314 KK

(17,19 %), Provinsi Jawa Barat sebesar 16,45 persen atau

setara dengan 13.698 KK, Provinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta sebesar 8,80 persen (7.329 KK), dan Provinsi

Pengirim transmigrasi yang paling sedikit adalah Provinsi

Daerah Khusus Ibukota (DKI) dengan jumlah transmigran

sebanyak 1.649 KK atau hanya 1,98 persen.

Page 132: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

122

Penempatan transmigrasi asal Jawa Barat, Jawa

Tengah dan Jawa Timur telah berlangsung sejak Pra Pelita,

kemudian transmigrasi dari DIY berlangsung mulai dari

Pelita I, sedangkan transmigrasi dari DKI terlaksana sejak

Pelita III.

Berdasarkan Tabel 3.2.8 diketahui bahwa transmigrasi

asal penduduk setempat (TPS) menempati posisi yang

cukup signifikan dari jumlah penduduk yang ditempatkan

di Provinsi Jambi. Khusus transmigran yang berasal dari

Provinsi ini merupakan kelompok masyarakat yang dapat

dikategorikan sebagai:

a. Transmigrasi Alokasi Penempatan Penduduk Daerah

Transmigrasi (APPDT)adalah penduduk setempat yang

berasal dari penduduk yang terkena areallokasi

transmigrasi dan penduduk desa sekitarnya di

kabupaten yangbersangkutan.

b. Transmigrasi yang berasal dari Taman Nasional Kerinci

Seblat (TNKS)adalah penduduk yang dipindahkan

karena termasuk dalam wilayah TNKS dengan alasan

guna menyukseskan program menjaga paru-paru dunia.

c. Transmigrasi yang berasal dari Kota Jambi adalah

mereka yang bertempattinggal sebelumnya di wilayah

perkotaan, dengan pertimbangan tertentu dalam rangka

pertimbangan pelaksanaan pembangunan dipindahkan

ke lokasitransmigrasi.

d. Transmigrasi yang berasal dari pensiunan PNS dan

purnawirawan ABRI.

e. Transmigrasi yang berasal dari penduduk pengungsi

(TPP).

Proporsi transmigran TPS di Provinsi Jambi secara normal sebesar 20 persen lebih besar dari total penempatan transmigrasi. Hal ini disebabkan mulai tahun 1992/1993 Menteri Transmigrasi dan PPH memberikan kebijakan penempatan transmigrasi TPS di Provinsi Jambi sebesar 50 persen dari target penempatan setiap tahun. Kondisi ini beralasan dengan mempertimbangkan untuk menampung

penduduk dari kawasan kumuh Kota Jambi, perambah

Page 133: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

123

hutan/peladang berpindahpindah dari kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) yang jumlahnya cukup besar serta memperkecil kesenjangan sosial antara transmigran dari daerah asal dan penduduk setempat (Junaidi, 2012).Berdasarkan penempatan lima kelompok masyarakat tersebut, proporsi TPSterbesar adalah untuk kelompok APPDT dengan proporsi sebesar 76,33 persen (15.054 KK) dari total TPS. Kemudian jumlah proporsi terbesar kedua adalah TNKS sebesar 17,54 persen (3.460 KK) diikuti oleh Kodya sebesar 3,46 persen(682 KK), ABRI sebesar 1,48 persen (293 KK), Pengungsi (TPP) sebanyak 0,78Persen (153 KK dan PNS sebesar 0,42 persen (81 KK). Untuk lebih rinci lihat tabel 3.2.9.

Tabel 3.2.9. Sebaran TPS di Provinsi Jambi Berdasarkan

Kelompok Masyarakat Kabupaten

Penempatan (KK) Tahun 2015.

Kabupaten

penempatan

Kelompok Masyarakat

APPDT TNKS KODYA ABRI PNS TPP JUMLAH

Batanghari 2.026 666 53 19 20 0 2.784

Bungo 2.893 20 0 0 0 45 2.958

Merangin 1.577 33 0 0 0 78 1.688

Muaro Jambi 3.338 1.477 366 183 20 0 5.384

Sarolangun 1.667 375 0 0 0 30 2.072

Tanjabbar 1.510 839 242 51 32 0 2.674

Tanjabtim 833 0 0 0 0 0 833

Tebo 1.060 50 21 40 9 0 1.150

Kerinci 150 0 0 0 0 0 150

Jumlah 15.054 3.460 682 293 81 153 19.723

Sumber: Junaidi, 2012; Disosnakertrans Provinsi Jambi,

2016.

Keterangan: APPDT= Transmigran Alokasi Penempatan

Penduduk Daerah Transmigrasi; TNKS = Transmigran

dari Taman Nasional Kerinci Seblat; KODYA=

Transmigran dari Kota Jambi; ABRI =Transmigran dari

ABRI; PNS= Transmigran dari Pegawai Negeri Sipil; TPP=

Transmigran Penduduk Pengungsi.

Page 134: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

124

BAB IV

PERBANDINGAN GENERASI

PERTAMA DAN KEDUA

TRANSMIGRAN

Pada bab ini akan dibahas tentang perbandingan antara

generasi pertama dan kedua transmigran di Porvinsi Jambi.

Pembahasan meliputi karakteristik generasi pertama dan generasi

kedua transmigran serta analisis tingkat kesejahteraan generasi

kedua dan pertama. Pada bagian akhir bab akan dianalisis Faktor-

Faktor yang mempengaruhi sebaran permukiman generasi kedua.

Berikut adalah penjabaran perbandingan kedua generasi

transmigran tersebut.

A. Karakteristik Generasi Pertama Transmigran

1. Umur Kepala Keluarga

Umur berpengaruh baik secara langsung maupun

tidak langsung terhadap perilaku dan pola pengambilan

keputusan individu. Umur seseorang memegang peranan

penting dalam proses produksi, hal ini dikarenakan sangat

menentukan produktivitas kerja dan kualitas seseorang.

Pengaruh umur juga dapat dikaitkan dengan pengalaman

maupun dari sisi kedewasaan dalam berpikir yang

menyertai peningkatan umur seseorang.

Rata-rata umur kepala keluarga generasi pertama di

daerah-daerah transmigrasi di Provinsi Jambi bervariasi,

dengan rata-rata umur 64,31 tahun. Berdasarkan kelompok

umurnya, dapat dijelaskan bahwa sebagian besar Kepala

keluarga (63, 10 %) berada dalam usia 60 tahun ke atas.

Kondisi ini menunjukkan bahwa hanya sekitar 36,90%

kepala keluarga yang masih berada dalam usia produktif.

Apabila dirinci menurut kabupaten yang dijadikan objek

penelitian keadaannya semakin bervariasi, dimana untuk

lokasi Rimbo Bujang jumlah kepala keluarga yang tidak

produktif tercatat sebanyak 94,64%, sedangkan untuk lokasi

Page 135: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

125

Batang Asam tercatat lebih rendah yaitu sebesar 61,50 % dan

untuk lokasi Sungai Bahar hanya berjumlah 32,14 % saja.

Tingginya perbedaan usia kepala keluarga generasi

pertama di daerah penelitian tidak terlepas dari pada waktu

penempatan transmigrasi yang berbeda di daerah ini. Di

lokasi transmigrasi Rimbo Bujang transmigran ditempatkan

pertama pada tahun 1976, sedangkan untuk lokasi Batang

Asam tercatat tahun 1987 dan Sungai Bahar pada tahun

1991. Umur kepala keluarga generasi pertama secara lebih

rinci disajikan pada Tabel 4.1.1.

Tabel 4.1.1 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut KelompokUmur di Lokasi

Transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2017

Kelompok

Umur

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

<=49 0 3 3 6

(0,00) (5,36) (5,36) (3,57)

50 – 59 3 18 35 56

(5,36) (32,14) (62,50) (33,33)

60 – 69 17 28 16 61

(30,36) (50,00) (28,57) (36,31)

70 – 79 17 5 1 23

(30,36) (8,93) (1,79) (13,69)

>79 19 2 1 22

(33,93) (3,57) (1,79) (13,10)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 73,45 61,88 57,59 64,31

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Page 136: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

126

2. Jenis Kelamin

Bila dilihat dari jenis kelamin, tidak semua kepala

keluarga di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi berjenis

kelamin laki-laki. Sebagian besar (79,76%) dari kepala

keluarga di daerah penelitian adalah laki-laki, dan sisanya

sebanyak 20,24 persen adalah perempuan. Berdasarkan

daerah sampel ternyata kepala keluarga perempuan untuk

Rimbo Bujang tercatat lebih tinggi dibanding Batang Asam

dan Sungai Bahar. Keadaan ini terlihat di Rimbo Bujang

Kepala keluarga adalah perempuan sebanyak 44,64 persen,

Sungai Bahar 16,07 persen dan tidak ada kepala keluarga

sampel di Batang Asam yang berstatus perempuan.

Keadaan kepala keluarga generasi pertama menurut jenis

kelamin di lokasi penelitian di Provinsi Jambi seperti terlihat

pada Tabel 4.1.2.

Tabel 4.1.2 Persentase Kepala Keluarga Menurut Jenis

Kelamin di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017.

Jenis Kelamin

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Laki-Laki 31 56 47 134

(55,36) (100,00) (83,93) (79,76)

Perempuan 25 0 9 34

(44,64) (0,00) (16,07) (20,24)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

3. Status Kawin

Secara umum komposisi penduduk menurut Status

perkawinan di Indonesia dapat dibedakanbelum kawin,

kawin, cerai hidup dan cerai mati. Pada penelitian ini status

kawin disederhanakan menjadi Kawin, cerai hidup/mati.

Page 137: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

127

Untuk kepala keluarga yang berstatus kawin artinya kedua

pasangan masih hidup, sedangkan untuk cerai hidup / mati

salah satu pasangan yang tidak lengkap. Sebagian besar

kepala keluarga generasi pertama (75,60%) masih berstatus

kawin dan sisanya sebanyak 24,40 persen kepala keluarga

tercatat sebagai single parent. Status perkawinan Generasi

Pertama disajikanpada Tabel 4.1.3.

Tabel 4.1.3 Persentase Kepala Keluarga Generasi Pertama

Menurut Status Perkawinan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Status Kawin

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Kawin 25 53 49 127

(44,64) (94,64) (87,50) (75,60)

Cerai

Hidup/Mati 31 3 7 41

(55,36) (5,36) (12,50) (24,40)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

4. Pendidikan

Sebagian besar responden generasi pertama di

wilayah penelitian (42,86%) hanya memiliki pendidikan

tamat Sekolah Dasar (SD). Responden yang tidak/belum

pernah sekolah dan yang tidak/belum tamat SD tercatat

sebanyak (33,92%). Jadi bila dijumlahkan responden yang

hanya tamat SD dan tidak tamat pendidikan serta tidak

pernah sekolah angkanya sangat besar yaitu mencapai

(76,78%). Dengan pendidikan yang begitu rendah tentu

akan mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang

mereka lakukan.

Page 138: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

128

Untuk responden dengan pendidikan tamat SLTP

Umum maupun kejuruan berjumlah sebanyak 13,09 persen.

Sementara itu responden yang diwawancarai memiliki

tingkat pendidikan SLTA berjumlah sebanyak (8,93%), dan

hanya sebesar 1,19% persen saja responden yang menikmati

pendidikan tamat DiplomaIV/ Sarjana.

Keadaan yang lebih memprihatinkan terjadi kalau

ditinjau menurut lokasi penelitian. Di Rimbo Bujang hampir

semua kepala keluarga generasi pertama (96,43%) hanya

memilki pendidikan SD ke bawah. Sisanya 3,57 persen

hanya memiliki pendidikan SLTP dan SLTA, dan tidak

ditemui responden yang menamatkan pendidikan

DiplomaIV/ Sarjana di lokasi penelitian.

Berbeda halnya dengan lokasi Batang Asam, tingkat

pendidikan yang dimiliki oleh responden lebih baik yang

ditandai dengan sekitar (64,29%) responden menamatkan

pendidikan SD. Kemudian yang tamat pendidikan SLTA

dan SLTP berjumlah sebanyak (12,50%), dan tidak ditemui

responden yang tidak/belum pernah sekolah.

Keadaan responden berdasarkan tingkat pendidikan

yang dapat ditamatkan disajikan secara rinci pada Tabel

4.1.4. berikut:

Page 139: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

129

Tabel 4.1.4 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut

Pendidikan yang Ditamatkan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Pendidikan

Generasi Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tdk/Blm Pernah

Sekolah 16 0 0 16

(28,57) (0,00) (0,00) (9,52)

Tdk/Blm Tamat SD 22 13 6 41

(39,29) (23,21) (10,71) (24,40)

SD 16 36 20 72

(28,57) (64,29) (35,71) (42,86)

SLTP Umum 0 5 13 18

(0,00) (8,93) (23,21) (10,71)

SLTP Kejuruan 1 0 3 4

(1,79) (0,00) (5,36) (2,38)

SLTA Umum 1 2 12 15

(1,79) (3,57) (21,43) (8,93)

Diploma IV/S1 0 0 2 2

(0,00) (0,00) (3,57) (1,19)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Untuk lokasi Sungai Bahar pendidikan yang dimiliki

oleh responden lebih bervariasi. Mereka yang tidak pernah

sekolah dan tidak tamat SD berjumlah sebanyak (33,92%).

Responden yang tamat SD tercatat sebesar 42,86 persen.

Selain itu ditemui responden sebanyak (22,02%) yang

memiliki pendidikan tamatan SLTP dan SLTA, di luar itu

masih terdapat responden yang memiliki pendidikan tamat

Diploma IV/Sarjana walaupun dengan jumlah yang relatif

sedikit dan hanya sebanyak (1,19 %).

Page 140: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

130

Rendahnya tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

para transmigran di daerah penelitian merupakan bagian

dari persoalan yang harus menjadi pertimbangan ketika

melakukan recruitment terhadap calon transmigrasi. Di

samping itu keterampilan yang dimiliki oleh calon

transmigrasi di masa yang akan datang merupakan

persyaratan lain yang harus diperhatikan. Jika tidak kesan

yang muncul selama ini bahwa transmigrasi hanya akan

memindahkan kemiskinan dari Pulau Jawa ke luar Pulau

Jawa tidak terbukti.

5. Provinsi Asal

Secara umum provinsi asal transmigrasi berasal dari

provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Menurut hasil penelitian

jumlah transmigrasi tercatat 88,69 persen di dominasi oleh

Provinsi Jawa Timur sebanyak (39,29 %), Yogyakarta

(21,43%), Jawa Barat (16,07 %) dan Jawa Timur sebesar 11,90

persen. Untuk pendatang yang berasal dari luar Pulau Jawa

yang jumlahnya tidak terlalu banyak merupakan migran

masuk dari Provinsi yang ada di Pulau Sumatera. Provinsi –

provinsi tersebut berturut-turut Provinsi Jambi (disebut juga

translok), kemudian diikuti oleh Provinsi Lampung (2,38%),

Sumatera Utara (1,79%) dan Sumatera Barat dan Sumatera

Selatan masing-masing 0,60 persen.

Bila dilihat secara lebih rinci asal provinsi

transmigran generasi pertama di daerah penelitian dapat

dijelaskan sebagai berikut. Semua sampel transmigran di

Rimbo Bujang (100%) waktu penempatan berasal dari 3(tiga)

provinsi Yakni Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat.

Tidak demikian halnya untuk lokasi Batang Asam dan

Sungai Bahar dimana terdapat transmigrasi lokal (Jambi),

masing-masing sebesar 16,07 persen dan 1,79 persen.

Keadaan responden generasi pertama menurut

provinsi asal transmigran di daerah transmigrasi

digambarkan pada Tabel 4.1.5.

Page 141: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

131

Tabel 4.1.5 Persentase Responden Generasi Pertama

berdasarkan Asal Provinsi di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, tahun 2017.

Provinsi

Asal

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Jawa

Tengah 35 19 12 66

(62,50) (33,93) (21,43) (39,29)

Yogyakarta 11 4 21 36

(19,64) (7,14) (37,50) (21,43)

Jawa Barat 10 6 11 27

(17,86) (10,71) (19,64) (16,07)

Jawa Timur 0 13 7 20

(0,00) (23,21) (12,50) (11,90)

Jambi 0 9 1 10

(0,00) (16,07) (1,79)

(5,95)

Sumatera Utara 0 0 3 3

(0,00) (0,00) (5,36) (1,79)

Lampung 0 4 0 4

(0,00) (7,14) (0,00) (2,38)

Sumatera

Selatan 0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Sumatera Barat 0 0 1 1

(0,00) (0,00) (1,79) (0,60)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

6. Tahun Awal Tinggal di Desa

Sebagaimana diketahui bahwa pelaksanaan

transmigrasi di Provinsi Jambi sudah berlangsung dalam

kurun waktu yang cukup lama. Secara terkoordinir program

Page 142: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

132

penempatan transmigrasi di wilayah ini dimulai sejak Pelita

I tahun (1969/70-1973/74). Di daerah penelitian

penempatan transmigrasi dapat dibedakan untuk Rimbo

Bujang merupakan transmigran yang ditempatkan periode

(1975- 1977), di Batang Asam periode (1986-1988) dan

periode (1991-1994) untuk lokasi Sungai Bahar.

Untuk mengetahui lebih rinci tahun awal responden

tinggal di desa transmigrasi disajikan pada Tabel 4.1.6.

Tabel 4.1.6 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Tahun AwalTinggal di Desa Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Tahun

Awal

Tinggal

di Desa

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

1975 - 1977 56 0 0 56

(100,00) (0,00) (0,00) (33,33)

1986 - 1988 0 0 56 56

(0,00) (0,00) (100,00

) (33,33)

1991 - 1994 0 56 0 56

(0,00) (100,00) (0,00) (33,33)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan tahun penempatan tersebut diperkirakan

di lokasi Rimbo Bujang transmigran telah bermukim lebih

kurang selama 41 tahun, di Batang Asam sekitar 30 tahun

dan 25 tahun untuk lokasi Sungai Bahar. Berdasarkan

lamanya mereka berdomisili di daerah transmigrasi di duga

dari sisi keturunan sudah memasuki generasi ke dua,

bahkan generasi ke tiga.

Page 143: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

133

7. Status Ketransmigrasian

Transmigrasi umum (TU) merupakan jenis

transmigrasi yang di sponsori oleh pemerintah. Sementara

transmigrasi spontan adalah bentuk perpindahan penduduk

yang dilakukan berdasarkan inisiatif sendiri, segala

konsekuensi yang muncul akibat tindakan ini menjadi

tanggung jawab pribadi. Sedangkan transmigrasi swakarsa

merupakan bentuk perpindahan penduduk yang dirancang

oleh pemerintah daerah dengan mengikutsertakan badan

usaha sebagai mitra usaha transmigran bagi penduduk yang

berpotensi berkembang untuk maju.

Status ketransmigrasian di daerah penelitian Provinsi

Jambi secara terperinci disajikan pada Tabel 4.1.7.

Tabel 4.1.7 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut

StatusKetransmigrasian di Lokasi Transmigrasi di

Provinsi Jambi, Tahun 2017

Status

Ketransmigrasian

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Transmigrasi

Umum 42 50 56 148

(75,00) (89,29) (100,00) (88,10)

Transmigrasi

Spontan 0 4 0 4

(0,00) (7,14) (0,00) (2,38)

Swakarsa 14 2 0 16

(25,00) (3,57) (0,00) (9,52)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Di lokasi penelitian sebagian besar (88,10%) transmigran merupakan transmigrasi umum, sedangkan transmigrasi swakarsa berjumlah sebanyak 9,52 persen, dan hanya sekitar 2,38 persen saja transmigran yang berstatus

Page 144: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

134

spontan. Bila dirinci menurut daerah sampel ternyata di Rimbo Bujang jumlah transmigrasi swakarsa sebanyak (25,00%), untuk Batang Asam terdapat (3,57%) dan tidak ada transmigrasi yang berstatus swakarsa di Sungai Bahar.

8. Alasan Ikut Transmigrasi

Terdapat beberapa alasan yang diberikan oleh responden kenapa mereka tertarik mengikuti program transmigrasi. Alasan-alasan dimaksud adalah: tidak memiliki lahan, terpaksa pindah karena pembangunan bendungan, tidak memiliki pekerjaan, demi masa depan yang lebih baik, dan ikut keluarga.

Untuk mengetahui Keadaan transmigran berdasarkan

alasan ikut transmigrasi di daerah penelitian dapat

diketahui pada Tabel 4.1.8.

Tabel 4.1.8 Persentase Responden Generasi Pertama Menurut Alasan Ikut Bertransmigrasi di Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun 2017

Alasan Ikut Transmigrasi

Kecamatan Total

Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

Tidak memiliki lahan

20 (35,71)

11 (19,64)

0 (0,00)

31 (18,45)

Terpaksa pindah karena pembangunan bendungan

6 (10,71)

0 (0,00)

0 (0,00)

6 (3,57)

Tidak memiliki pekerjaan

1 (1,79)

9 (16,07)

1 (1,79)

11 (6,55)

Demi masa depan lebih baik

28 (50,00)

34 (60,71)

53 (94,64)

115 (68,45)

Ikut keluarga 1 2 2 5

(1,79) (3,57) (3,57) (2,98)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 145: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

135

Sebagian besar responden (68,45%) ikut program

transmigrasi karena alasan demi masa depan yang lebih

baik, keadaan ini lebih tinggi lagi di lokasi Sungai Bahar

dengan jumlah sebanyak (94,64%). Sekitar 18,45 persen

transmigran meninggalkan daerah asal karena tidak

memiliki lahan untuk digarap, faktor ini mendorong mereka

untuk melakukan perpindahan. Transmigran yang ikut

bertransmigrasi karena alasan tidak memiliki pekerjaan

sebanyak 6,55 persen. Hanya sebagian kecil saja transmigran

(2,98%) yang meninggalkan daerah asal dengan alasan ikut

keluarga.

9. Kedatangan dari Daerah Asal

Bentuk mobilitas penduduk yang berlangsung selama

ini dapat dibedakan atas mobilitas langsung (Direct mobility)

dan mobilitas tidak langsung (indirect mobility).Migrasi

langsung merupakan perpindahan dari daerah asal menuju

daerah tempat tinggal terakhir. Migrasi tidak langsung

merupakan perpindahan dari tempat asalke tempat tujuan

yang telah melewati beberapa tahap atau lebih dari satu

tahap. Bentuk ini lazim juga disebut perpindahan bertahap

(chain migration).

Pola perpindahan ini banyak terjadi di Indonesia,

transmigrasi sebagai program perpindahan penduduk

dalam bentuk transmigrasi umum merupakan bentuk kasus

yang dilaksanakan oleh Pemerintah Indonesia. Sementara

perpindahan penduduk dalam bentuk perpindahan tidak

langsung ditandai dengan tempat tinggal sekarang tidak

sama dengan tempat tinggal sebelumnya dan tidak sama

dengan tempat tinggal asal. Contoh daerah asal dari Jawa

Barat lalu transmigrasi ke Lampung, dan kemudian pindah

lagi ke Rimbo Bujang di Provinsi Jambi

Sebagian besar dari transmigran di Provinsi Jambi di

daerah penelitian (88,10%) merupakan transmigrasi yang

pindahsecara langsung. Sisanya sekitar (11,90%) merupakan

transmigrasi yang telah melakukan perpindahan tidak dari

daerah asal tapi dari tempat perpindahan sebelumnya.

Page 146: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

136

Tinggi rendahnya tingkat perpindahan yang terjadi antara

daerah tujuan pertama dengan daerah selanjutnya sangat

dipengaruhi oleh banyak faktor. Penyebab-penyebab

tersebut dapat berupa faktor sosial, ekonomi, budaya,

keamanan dan sebagainya.

Untuk lebih jelasnya, kedatangan dari daerah asal

transmigrasi di Provinsi Jambi disajikan pada Tabel 4.1.9.

Tabel 4.1.9 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Kedatangan di Daerah Asal di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Kedatangan

dari Daerah

Asal

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Transmigrasi

Langsung

56

(100,00)

36

(64,29)

56

(100,00)

148

(88,10)

Transmigrasi

Tidak

Langsung

0

(0,00)

20

(35,71)

0

(0,00)

20

(11,90)

Total 56

(100,00)

56

(100,00)

56

(100,00)

168

(100,00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

10. Jumlah Anggota Rumah Tangga Yang Dibawa

Anggota Rumah Tangga (ART) dalam penelitian ini

adalah semua personal yang ada dalam suatu ikatan rumah

tangga termasuk kepala keluarga. Secara keseluruhan

jumlah anggota rumah tangga yang dibawa ketika

bertransmigrasi rata-rata sebesar(3,31 orang). Berdasarkan

lokasi penelitian terlihat bahwa rata-rata ART di Rimbo

Bujang sebesar (3,57 orang), lebih tinggi dibandingkan

dengan rata-rata ART di Batang Asam (3,66 orang) dan di

Sungai Bahar hanya sebesar (2,70 Orang).Lebih separuh

(55,95%) transmigrasi di daerah penelitian ketika mulai

Page 147: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

137

berangkat dari daerah asal memiliki jumlah ART berkisar

antara 3-4 orang. Terdapat sebanyak (30,36%) kepala

keluarga transmigran ketika meninggalkan daerah asalnya

dengan yang memiliki ART antara 1-2 orang, dan hanya

sekitar (13,69%) saja transmigran yang berangkat dari

daerah asalnya yang memiliki jumlah ART lebih besar dari 4

orang.

Keadaan transmigran berdasarkan jumlah anggota

rumah tangga yang dibawa ketika memulai berangkat

transmigrasi disajikan pada Tabel 4.1.10.

Tabel 4.1.10 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut JumlahAnggota Rumah Tangga

Yang Dibawa di Lokasi transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017

Jumlah

ART

yang

dibawa

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

1 - 2 16 9 26 51

(28,57) (16,07) (46,43) (30,36)

3 - 4 27 39 28 94

(48,21) (69,64) (50,00) (55,95)

> 4 13 8 2 23

(23,21) (14,29) (3,57) (13,69)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-

rata 3,57 3,66 2,70 3,31

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Terbatasnya jumlah ART yang dimiliki oleh transmigran ketika memulai berangkat dari kampung halamannya (daerah asal), memang salah satu syarat dalam melakukan transmigrasi. Dengan keluarga yang lebih mini diharapkan di daerah tujuan transmigran akan mempunyai

Page 148: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

138

waktu yang lebih banyak untuk kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga. Alokasi waktu yang tersedia untuk bekerja di sektor pertanian diharapkan dapat membantu transmigran dalam hal memenuhi kebutuhannya, sehingga secara bertahap mereka lebih produktif. Meningkatkannya produktivitas transmigran akan lebih mudah dalam mencapai kesejahteraannya.

11. Kegiatan Utama Saat Ini

Dalam konsep ketenagakerjaan kegiatan utama penduduk meliputi bekerja, mencari pekerjaan, sekolah, urus rumah tangga dan lainnya. Pada penelitian ini kegiatan utama hanya ditujukan untuk kepala keluarga generasi pertama. Kegiatan utama dalam hal ini hanya dibedakan sebagai kegiatan bekerja dan sebagai penerima pendapatan.

Hasil penelitian di lapangan menunjukkan hampir semua kepala keluarga (92,86%) memiliki kegiatan utama pada saat ini “Bekerja”, dan hanya sebagian kecil saja sebesar (7,14%) sebagai penerima pendapatan. Kepala keluarga yang tercatat sebagai penerima pendapatan ini baik disebabkan tidak produktif lagi karena usia lanjut, dan lahannya digarap oleh orang lain dan ada juga karena alasan dilarang oleh anak-anak mereka yang sudah mempunyai penghasilan lebih baik. Keadaan kepala keluarga di lokasi penelitian Provinsi Jambi menurut kegiatan utama pada saat ini disajikan pada Tabel 4.1.11.

Tabel 4.1.11 Persentase Responden Menurut Kegiatan

Utama Pada Saat ini di Lokasi Transmigrasi di

Provinsi Jambi, tahun 2017

Kegiatan

Utama Saat

Ini

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Bekerja 44

(78,57)

56

(100,00)

56

(100,00)

156

(92,86)

Penerima

pendapatan 12

(21,43)

0

(0,00)

0

(0,00)

12

(7,14)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Page 149: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

139

12. Lapangan Usaha

Lapangan usaha dalam penelitian ini dikelompokkan

atas 6(enam) bidang meliputi (Pertanian tanaman pangan,

Perkebunan, Peternakan, Bangunan Perdagangan, hotel dan

restoran dan Jasa lainnya). Hampir dua pertiga ( 65,38%)

responden di lokasi transmigrasi bekerja di sektor

perkebunan. Kemudian pertanian tanaman pangan

merupakan sektor kedua lapangan usaha dari responden

dengan jumlah sebanyak (26,92%). Sektor Jasa lainnya

tercatat sebanyak (3,21%).

Terkosentrasinya lapangan usaha generasi pertama

pada Sektor Perkebunan dan Pertanian Tanaman Pangan

(92,30%) tidak dapat disangkal karena memang bentuk

transmigrasi yang ada di Provinsi Jambi adalah

Transmigrasi Umum (TU) sebanyak (88,10%). Sebagaimana

diketahui pola transmigrasi ini semua beban biaya yang

muncul menjadi tanggungan pemerintah termasuk dalam

penyiapan lahan. Perkembangan sektor non Perkebunan

dan Pertanian tanaman pangan di lokasi transmigran relatif

masih terbatas.

Untuk mengetahui lebih rinci lapangan usaha

generasi pertama di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

disajikan pada Tabel 4.1.12.

Page 150: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

140

Tabel 4.1.12 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Lapangan Usaha di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Lapangan

Usaha

Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Pertanian

Tanaman

Pangan

3

(6,82)

39

(69,64)

0

(0,00)

42

(26,92)

Perkebunan 38

(86,36)

14 50 102

(25,00) (89,29) (65,38)

Peternakan 1

(2,27)

0

(0,00)

0

(0,00)

1

(0,64)

Bangunan 1

(2,27)

1

(1,79)

0

(0,00)

2

(1,28)

Perdaganga,

Hotel dan

Restoran

0

(0,00)

2

(3,57)

2

(3,57)

4

(2,56)

Jasa lainnya 1

(2,27)

0

(0,00)

4

(7,14)

5

(3,21)

Total 44

(100,00)

56

(100,00)

56

(100,00)

156

(100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

13. Jenis Pekerjaan

Salah satu pengelompokan dalam struktur

ketenagakerjaan adalah jenis pekerjaan. Jenis pekerjaan

dalam penelitian ini dibedakan atas (1). Tenaga professional,

(2). Tenaga Tata Usaha, (3). Tenaga usaha jasa dan usaha

penjualan, (4). Tenaga usaha pertanian dan peternakan, dan

(5). Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi.

Untuk mengetahui secara lebih rinci jenis pekerjaan

generasi pertama di lokasi penelitian disajikan pada Tabel

4.1.13 berikut.

Page 151: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

141

Tabel 4.1.13 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi jambi, Tahun 2017.

Jenis

Pekerjaan

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tenaga

Profesional

0 1 3 4

(0,00) (1,79) (5,36) (2,56)

Tenaga Tata

Usaha

0 1 1 2

(0,00) (1,79) (1,79) (1,28)

Tenaga usaha

jasa dan usaha

penjualan

1 1 2 4

(2,27) (1,79) (3,57) (2,56)

Tenaga usaha

pertanian dan

peternakan

40 52 35 127

(90,91) (92,86) (62,50) (81,41)

Pekerja kasar,

tenaga

kebersihan

dan tenaga

ybdi

3 1 15 19

(6,82) (1,79) (26,79) (12,18)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi diperoleh jenis pekerjaan generasi pertama

berikut. Sebagian besar generasi pertama (81,41%) bekerja

sebagai Tenaga usaha pertanian dan peternakan. Kemudian

diikuti oleh jenis pekerjaan sebagai pekerja kasar, tenaga

kebersihan dan tenaga ybdi sebanyak (12,18%). Sisanya

generasi pertama di wilayah penelitian bekerja sebagai

Tenaga professional sebesar (2,56%), dan Tenaga usaha jasa

dan usaha penjualan juga sebesar (2,56%), dan hanya sekitar

(1,28%) saja yang bekerja sebagai Tenaga tata usaha.

Page 152: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

142

Banyaknya jumlah generasi pertama yang bekerja

sebagai Tenaga usaha pertanian dan peternakan, cukup

beralasan karena pekerjaan ini secara relatif tidak

membutuhkan tingkat pendidikan yang tinggi. Keadaan ini

sesuai dengan tingkat pendidikan yang dimiliki oleh

generasi pertama di lokasi penelitian dimana sekitar

(42,86%) hanya memiliki pendidikan tamat sekolah Dasar

(SD) Bahkan generasi pertama yang tidak/belum pernah

sekolah dan yang tidak/belum tamat SD tercatat sebanyak

(33,92%). Secara akumulasi responden yang hanya tamat SD

dan tidak tamat angkanya sangat besar yaitu (76,78%).

Dengan bekal pendidikan yang mereka miliki sulit untuk

mengembangkan inovasinya terhadap sektor lain yang

membutuhkan keterampilan khusus.

14. Status Pekerjaan

Status pekerjaan dalam riset ini terdiri dari: 1).

Berusaha sendiri, 2). Berusaha dengan pekerja

keluarga/tidak dibayar, 3). Berusaha dengan buruh tetap,

dan 4). Buruh/ karyawan. Berdasarkan kelompok tersebut

status pekerjaan generasi pertama di daerah penelitian

dapat dijelaskan sebagai berikut.

Sebagian besar status pekerjaan generasi pertama

(70,51%) mereka berusaha sendiri. Artinya transmigrasi

generasi pertama di lokasi penelitian melakukan pekerjaan

tidak terikat pada pihak lain. Mereka merupakan petani

petani yang bekerja di lahan sendiri dan tidak tergantung

pada pihak lain, dan termasuk dalam proses produksi dan

pemasaran hasil-hasilnya. Keputusan yang diambil biasanya

ditetapkan tidak melalui musyawarah dengan pihak lain

akan tetapi keputusan final merupakan keputusan

perseorangan, yang merupakan ciri tersendiri dari status

pekerjaan berusaha sendiri.

Generasi pertama dengan status pekerjaan Berusaha

dengan pekerja keluarga/tidak dibayar berjumlah sebanyak

(13,46%). Artinya keterlibatan keluarga dalam melaksana-

kan pekerjaan cukup berarti walaupun secara ekonomis

Page 153: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

143

kontribusi keluarga kurang diperhitungkan. Peranan

anggota keluarga turut serta dalam menopang ekonomi

rumah tangga dalam bentuk berpartisipasi aktif untuk

kegiatan-kegiatan di luar rumah tangga dalam

menghasilkan barang dan jasa.

Hasil wawancara di lokasi transmigrasi juga

diperoleh sebanyak (6,41%) generasi pertama dengan status

pekerjaan Berusaha dengan buruh tetap. Ini menunjukkan

bahwa responden dalam menghasilkan produksi telah

menggunakan tenaga kerja tetap, baik diperoleh dari

lingkungan keluarga maupun dari luar yang menerima

penghasilan tetap. Kendatipun masih tergolong kecil

jumlahnya penggunaan tenaga kerja di luar keluarga sudah

diperhitungkan.

Responden dengan status pekerjaan sebagai

buruh/karyawan tercatat sebanyak (9,41%). Buruh atau

karyawan merupakan pekerja yang menerima balas jasa dari

pihak lain baik berupa uang atau barang yang dinilai

dengan uang. Penghasilan buruh/karyawan sangat

ditentukan diantaranya dari kelangsungan hidup

perusahaan/instansi yang ada di wilayah penelitian. Selain

itu kompensasi yang diberikan kepada buruh/karyawan

tidak terlepas dari tingginya pendidikan dan keterampilan

yang dimiliki oleh pekerja.

Untuk mengetahui lebih rinci sebaran status

pekerjaan generasi pertama disajikan pada Tabel 4.1.14

berikut.

Page 154: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

144

Tabel 4.1.14 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Status Pekerjaan Di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Status Pekerjaan

Generasi

Pertama

Berusaha

Sendiri

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

25 51 34 110

(56,82) (91,07) (60,71) (70,51)

Berusaha

dengan pekerja

keluarga/ tdk

dibayar

5 3 13 21

(11,36) (5,36) (23,21) (13,46)

Berusaha

dengan buruh

tetap

7 0 3 10

(15,91) (0,00) (5,36) (6,41)

Buruh/

Karyawan

7 2 6 15

(15,91) (3,57) (10,71) (9,62)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

15. Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Pekerjaan sampingan dalam penelitian ini maksudnya

adalah pekerjaan yang dilakukan oleh responden generasi

pertama diluar pekerjaan pokok (utama). Pengelompokan

atas pekerjaan utama dan sampingan biasanya didasarkan

pada waktu yang lebih intensif dalam melakukan suatu

pekerjaan. Atau pekerjaan yang lebih banyak menyita

waktu dan pikiran dari responden.

Keadaan responden menurut pekerjaan sampingandi

lokasi penelitian disajikan pada Tabel 4.1.15.

Page 155: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

145

Tabel 4.1.15 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

di Lokasi transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017.

Kepemilikan

Pekerjaan

Sampingan

Generasi Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Punya 14 16 16 46

(31,82) (28,57) (28,57) (29,49)

Tidak Punya 30 40 40 110

(68,18) (71,43) (71,43) (70,51)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Secara keseluruhan responden di daerah transmigrasi

yang memiliki pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak

(29,49%). Sisanya sebanyak (70,51%) responden tidak

memiliki pekerjaan sampingan. Berdasarkan lokasi

Kecamatan variasi responden punya pekerjaan sampingan

dan tidak punya pekerjaan sampingan tidak terlalu

signifikan.

Besarnya jumlah responden yang tidak memiliki

pekerjaan sampingan berarti bahwa fokus mereka lebih

tertuju pada pekerjaan pokok. Ini berarti pula bahwa

sumber utama pendapatan rumah tangga responden

bersumber dari hasil pekerjaan pokok. Dengan demikian

curahan waktu yang dialokasikan untuk memperoleh

produksi sebagian besar adalah untuk pekerjaan pokok.

16. Jam Kerja Per Minggu

Rata-rata jam kerja per minggu generasi pertama di

lokasi transmigrasi Provinsi Jambi berjumlah selama (31,54

Jam) dalam se minggu. Bila dibandingkan dengan jam kerja

normal menurut standar International Labor Organization

(ILO) selama 35 jam atau lebih, jam kerja generasi pertama

Page 156: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

146

masih tergolong kurang atau dibawah jam kerja penuh.

Secara keseluruhan generasi pertama yang bekerja dalam

seminggu 35 jam atau lebih berjumlah kurang dari separuh

(48,72%). Terdapat sebanyak 31,41 persen generasi pertama

yang memiliki jam kerja antara (14-34 jam) per minggu.

Pada bagian lain masih ada generasi pertama yang

mencurahkan waktunya bekerja kurang dari 14 jam per

minggu.Berdasarkan hasil wawancara di lokasi penelitian

jumlah generasi pertama yang bekerja kurang dari standar

kerja jam normal berjumlah (51,28%). Ini berarti bahwa lebih

separuh dari generasi pertama yang bekerja di daerah riset

belum memanfaatkan waktunya secara optimal.

Keadaan responden generasi pertama menurut jam

kerja dalam seminggu disajikan pada Tabel 4.1.16 berikut:

Tabel 4.1.16 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Jam kerja per Minggu di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jam Kerja

Perminggu

Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 14 8 0 23 31

(18,18) (0,00) (41,07) (19,87)

14 – 34 22 5 22 49

(50,00) (8,93) (39,29) (31,41)

>=35 14 51 11 76

(31,82) (91,07) (19,64) (48,72)

Total 44 56 56 156

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 24,83 46,20 22,17 31,54

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 157: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

147

B. KARAKTERISTIK GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN

1. Umur

Secara umum rata-rataumur generasi kedua di daerah

penelitian mencapai 35 tahun. Dengan umur tersebut

generasi kedua berada dalam kelompok umur produktif

dimana jumlah kelompok tersebut termasuk dalam rentang

(30-39 tahun), dan kelompok ini berjumlah sebanyak

(42,26%). Untuk generasi kedua yang berusia antara (40-49

tahun) tercatat sebanyak 20,83 persen, sebarannya di lokasi

Rimbo Bujang hampir separuhnya (48,21%), sementara di

Batang Asam terdapat sebanyak 12,50 persen, dan hanya

1,79 persen saja responden yang berada di lokasi Sungai

Bahar.

Untuk lebih jelasnya rincian keadaan responden

menurut umur di lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi

disajikan pada Tabel 4.2.1.

Tabel 4.2.1 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut KelompokUmurdi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kelompok

Umur

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

20 – 29 1 26 26 53

(1,79) (46,43) (46,43) (31,55)

30 – 39 19 23 29 71

(33,93) (41,07) (51,79) (42,26)

40 – 49 27 7 1 35

(48,21) (12,50) (1,79) (20,83)

50 + 9 0 0 9

(16,07) (0,00) (0,00) (5,36)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata 42,25 31,46 29,98 34,57

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 158: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

148

Pada bagian lain diperoleh temuan secara total terdapat generasi kedua yang telah berumur diatas 50 tahun yaitu sebanyak 5,36 persen. Suatu hal yang menarik adalah responden dengan umur 50 tahun atau lebih hanya ditemui di lokasi Rimbo Bujang, dan tidak ada responden dengan usia tersebut di lokasi Batang Asam dan Sungai Bahar. Hal ini sangat beralasan karena lokasi transmigrasi di Kecamatan Rimbo Bujang (sekitar 14- 16 tahun) lebih dahulu dari lokasiBatang Asam dan Sungai Bahar.

Untuk responden yang berusia antara (20-29 tahun) secara keseluruhan berjumlah sebanyak 31,55 persen. Berdasarkan lokasi di Batang Asam dan Sungai Bahar jumlahnya tercatat masing-masing sebanyak 46,43 persen, sedangkan di Rimbo Bujang jumlahnya sangat sedikit, hanya sekitar 1,79 persen saja.

2. Jenis Kelamin

Berdasar hasil penelitian di daerah sampel diperoleh informasi dua pertiga atau 66,67 persen responden berjenis kelamin laki-laki, sisanya sebanyak 33,33 persen adalah responden perempuan. Bila dipelajari menurut lokasi Kecamatan diperoleh hasil berikut. Ternyata persentase responden perempuan lebih besar di daerah Rimbo Bujang, dibanding dengan kedua lokasi Batang Asam maupun Sungai Bahar.

Secara lebih rinci keadaan responden generasi kedua

di daerah penelitian disajikan pada Tabel 4.2.2.

Tabel 4.2.2 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis Kelamindi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Kelamin Kecamatan

Total Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

Laki-Laki 35 39 38 112 (62,50) (69,64) (67,86) (66,67)

Perempuan 21 17 18 56 (37,50) (30,36) (32,14) (33,33)

Total 56 56 56 168 (100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: angka yang dikurung dalam persen

Page 159: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

149

Di Rimbo Bujang responden yang berjenis kelamin

perempuan tercatat sebanyak 37,50 persen, jumlah ini lebih

tinggi dibandingkan dengan responden yang ada di Batang

Asam sebesar 30,36 persen dan di Sungai Bahar berjumlah

sebanyak 32,14 persen. Keadaan ini diduga karena

perbedaan rata-rata usia responden di lokasi masing-masing

daerah penelitian.

3. Status Perkawinan

Sebagian besar jumlah responden di lokasi penelitian

berstatus kawin (88,69%). Terdapat responden sebanyak

(7,74%) dengan status perkawinan “belum kawin” (belum

menikah). Diluar itu diperoleh data responden dengan

status perkawinan“cerai hidup/mati” sebanyak (3,57%).

Untuk mengetahui lebih rinci tentang status

perkawinan responden di lokasi penelitian disajikan pada

Tabel 4.2.3.

Tabel 4.2.3 Persentase Responden Generasi Kedua

menurut Status Perkawinan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Status Kawin

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Belum

Kawin

0 0 13 13

(0,00) (0,00) (23,21) (7,74)

Kawin 53 56 40 149

(94,64) (100,00) (71,43) (88,69)

Cerai

Hidup/Mati

3 0 3 6

(5,36) (0,00) (5,36) (3,57)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 160: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

150

Bila dirinci berdasarkan lokasi kecamatan diperoleh

angka status perkawinan yang sangat bervariasi. Keadaan

ini dapat dijelaskan sebagai berikut.

Di Rimbo Bujang hampir semua responden (94,64%) berstatus kawin, sedangkan responden yang berstatus “cerai hidup/mati adalah sebanyak (5,36%) dan tidak terdapat responden generasi kedua yang status perkawinannya “ belum kawin,” di lokasi penelitian.

Berbeda dengan apa yang terjadi di lokasi lain di wilayah penelitian seperti di Sungai Bahar proporsi responden yang berstatus Kawin masih mendominasi dengan jumlah sebanyak (71,43%). Pada bagian lain responden yang berstatus belum kawin jumlahnya cukup banyak yaitu sebesar (23,21%), dan terdapat juga responden dengan status perkawinan “cerai hidup/mati sebanyak (5,36%). Di sisi lain semua responden (100,00%) yang diwawancarai di Kecamatan Batang Asam adalah mereka yang berstatus perkawinan “Kawin”.

4. Pendidikan

Generasi kedua yang merupakan anak (turunan) dari generasi pertama umumnya lahir dan dibesarkan di lokasi transmigrasi. Secara pendidikan umumnya generasi kedua memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang tuanya sebagai transmigrasi awal yang didatangkan dari daerah asal di Pulau Jawa.

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan diperoleh informasi berikut. Lebih seperduanya (54,76%) generasi kedua di wilayah transmigrasi Provinsi Jambi menamatkan pendidikan SLTA dan sederajat. Sementara itu generasi pertama yang menamatkan pendidikan SLTA sederajat hanya sebanyak 8,93 persen. Generasi kedua yang menamatkan pendidikan Diploma I dan III berjumlah sebanyak (7,04%), sedangkan yang berhasil mencapai pendidikan DIV/S1 tercatat berjumlah 10,71 persen.

Untuk generasi kedua yang berpendidikan SLTP, baik umum dan kejuruan berjumlah sebanyak 16,66%. Generasi kedua yang hanya menamatkan jenjang pendidikan dasar (SD) berjumlah sebanyak (10,71 %). Tidak ditemui generasi kedua yang Tidak/belum pernah sekolah dan Tidak/belum tamat SD ketika wawancara dilakukan.

Page 161: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

151

Berdasarkan rata-rata tingkat pendidikan yang ditamatkan oleh generasi kedua dibandingkan dengan generasi pertama, dapat disimpulkan bahwa pendidikan generasi kedua lebih tinggi dari generasi pertama. Tingkat pendidikan rata-rata generasi kedua adalah SLTA (54,76%), sedangkan pendidikan rata-rata generasi pertama (orang tuanya) hanya tingkat SD (42,86%). Berdasarkan data tersebut dapat dikatakan pendidikan generasi kedua, 2 (dua) tingkat lebih tinggi dibandingkan dengan generasi pertama.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pendidikan yang ditamatkan oleh generasi kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi disajikan secara rinci pada Tabel 4.2.4. berikut.

Tabel 4.2.4 Persentase Responden Generasi kedua

Menurut Pendidikan di Lokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Pendidikan Generasi Kedua

Kecamatan Total

Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

SD 16 2 0 18 (28,57) (3,57) (0,00) (10,71)

SLTP Umum 13 2 3 18 (23,21) (3,57) (5,36) (10,71)

SLTP Kejuruan 5 4 1 10 (8,93) (7,14) (1,79) (5,95)

SLTA Umum 15 37 24 76 (26,79) (66,07) (42,86) (45,24)

SLTA Kejuruan 3

(5,36) 4

(7,14) 9

(16,07) 16

(9,52)

Diploma I/II 0

(0,00) 2

(3,57) 2

(3,57) 4

(2,38)

Diploma III 2

(3,57) 1

(1,79) 5

(8,93) 8

(4,76)

Diploma IV/S1 2

(3,57) 4

(7,14) 12

(21,43) 18

(10,71)

Total 56

(100,00) 56

(100,00) 56

(100,00) 168

(100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 162: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

152

5. Lapangan Usaha

Berbeda halnya dengan generasi pertama, lapangan

usaha generasi kedua lebih berkembang dan bervariasi.

Lapangan usaha generasi kedua masih didominasi oleh

sektor Perkebunan (47,62%). Kemudian diikuti oleh sektor

Jasa lainnya sebesar 23,21 persen dan sektor Pertanian

Tanaman Pangan (15,48%).

Berikut ini dapat diketahui secara rinci keadaan lapangan usaha generasi kedua yang disajikan pada Tabel 4.2.5. Tabel 4.2.5 Responden Generasi Kedua Menurut

Lapangan Usaha di Lokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, tahun 2017.

Lapangan Usaha Generasi Kedua

Kecamatan Total

Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

Pertanian Tanaman Pangan

0 (0,00)

26 (46,43)

0 (0,00)

26 (15,48)

Perkebunan 48 8

(14,29) 24

(42,86)

80

(85,71) (47,62)

Kehutanan 0

(0,00)

0 1 1

(0,00) (1,79) (0,60)

Industri 0

(0,00)

3 1 4

(5,36) (1,79) (2,38)

Listrik, Gas dan Air Bersih

0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Bangunan 2

(3,57)

1 0 3

(1,79) (0,00) (1,79)

Perdagangan, Hotel dan Restoran

2 5 5 12

(3,57) (8,93) (8,93) (7,14)

Pengangkutan dan Komunikasi

0 (0,00)

1 0 1

(1,79) (0,00) (0,60)

Keuangan, Persewaan dan Jasa

1 (1,79)

0 0 1

(0,00) (0,00) (0,60)

Jasa lainnya 3

(5,36)

11 25 39

(19,64) (44,64) (23,21)

Total 56

(100,00)

56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 163: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

153

Diluar 3(tiga) sektor utama tersebut lapangan usaha

generasi kedua menyebar pada sektor Perdagangan, Hotel

dan Restoran (7,14%), Industri (2,38%) dan Bangunan

sebesar (1,79%). Selain itu masih terdapat generasi kedua

yang memiliki lapangan usaha di bidang Listrik, Gas dan

Air bersih, Pengangkutan dan Komunikasi, dan sektor

Keuangan, Persewaan dan Jasa masing-masing sebesar 0,60

persen.

Berkembangnya lapangan usaha generasi kedua di

daerah transmigrasi diluar sektor pertanian menunjukkan

bahwa aktivitas ekonomi diluar sektor tersebut semakin

meningkat. Pembentukan pusat-pusat pertumbuhan

bentukan transmigrasi berpotensi cukup besar untuk

dikembangkan lebih lanjut. Pusat pertumbuhan merupakan

tempat berkumpulnya kegiatan yang mampu berfungsi

sebagai penggerak pertumbuhan ekonomi serta mempunyai

keterkaitan produksi baik secara vertikal maupun

horizontal.

6. Jenis Pekerjaan

Bila generasi pertama hanya memiliki 5(lima) jenis

pekerjaan di daerah transmigrasi Provinsi Jambi, tidak

demikian dengan generasi kedua. Jenis pekerjaan generasi

kedua semakin luas dan berkembang sesuai dengan

peningkatan pendidikan dan keterampilan yang

dimilikinya.

Jenis pekerjaan utama generasi kedua masih sebagai

Tenaga usaha pertanian dan peternakan, akan tetapi

persentasenya menurun drastis dibanding generasi

pertama dan hanya berjumlah sebesar (57,74%). Pada

generasi kedua tercatat jumlah tenaga professional sebanyak

12,50 persen, jauh lebih besar bila dibandingkan dengan

generasi pertama yang hanya berjumlah (2,56%) saja. Untuk

Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan jumlah generasi

kedua yang memiliki pekerjaan ini tercatat sebanyak

(11,31%), serta yang mempunyai jenis pekerjaan sebagai

Page 164: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

154

Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan ybdi berjumlah

sebanyak ( 8,33%).

Selain itu pada generasi kedua ditemui pula beberapa

jenis pekerjaan yang tidak dijumpai pada generasi pertama.

Selain tenaga professional, ditemui pula generasi kedua

yang bekerja sebagai Teknisi dan Asisten tenaga profesional

dengan jumlah (2,98%). Terdapat pula jenis pekerjaan

sebagai Operator.

Berdasarkan data tersebut dikatakan Semakin

meluasnya jenis lapangan pekerjaan yang ditekuni oleh

generasi kedua transmigrasi di Provinsi Jambi. Keadaan ini

mengindikasikan bahwa telah banyak kemajuan yang

dicapai dalam perjalanan panjang program transmigrasi di

lokasi penelitian khususnya, dan di Provinsi Jambi

umumnya.

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan generasi kedua

menurut jenis pekerjaan yang ditekuni disajikan pada Tabel

4.2.6. berikut

Page 165: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

155

Tabel 4.2.6 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Pekerjaan Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

Pejabat Lembaga, Legislatif, Pejabat Tinggi, Manajer

1 1 1 3

(1,79) (1,79) (1,79) (1,79)

Tenaga Profesional 2 11 8 21

(3,57) (19,64) (14,29) (12,50)

Teknisi dan Asisten Tenaga Profesional

1 1 3 5

(1,79) (1,79) (5,36) (2,98)

Tenaga Tata Usaha 0 0 6 6

(0,00) (0,00) (10,71) (3,57)

Tenaga usaha jasa dan usaha penjualan

3 6 10 19

(5,36) (10,71) (17,86) (11,31)

Tenaga usaha pertanian dan peternakan

46 34 17 97

(82,14) (60,71) (30,36) (57,74)

Tenaga pengolahan dan kerajinan

0 1 0 1

(0,00) (1,79) (0,00) (0,60)

Operator dan perakit mesin

1 (1,79)

0 (0,00)

1 (1,79)

2 (1,19)

Pekerja kasar, tenaga kebersihan dan tenaga ybdi

2 (3,57)

2 (3,57)

10 (17,86)

14 (8,33)

Total 56

(100,00) 56

(100,00) 56

(100,00) 168

(100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

7. Status Pekerjaan

Berdasarkan informasi dari hasil penelitian status

pekerjaan yang ditekuni oleh generasi kedua menurut

bidang tidak berbeda dengan generasi pertama. Perbedaan

yang nyata adalah dari status pekerjaan Berusaha sendiri

dan sebagai Buruh/karyawan. Status pekerjaan generasi

kedua Berusaha sendiri lebih sedikit (61,31%) dibanding

Page 166: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

156

dengan generasi pertama yang berstatus demikian. Kondisi

ini dimungkinkan karena generasi kedua selain memiliki

tingkat pendidikan lebih tinggi dari generasi pertama.

Penyebab lain semakin terbukanya peluang kerja tidak

hanya di sektor pertanian, tapi juga di sektor non pertanian

di lokasi transmigrasi dalam Provinsi Jambi.

Dari status pekerjaan sebagai Buruh/karyawan dapat

dijelaskan persentase generasi kedua yang berstatus sebagai

Buruh/karyawan jumlahnya lebih dari dua kali lipat jumlah

generasi pertama. Bila generasi pertama yang menjadi

Buruh/karyawan hanya sebesar (9,62%), maka jumlah

generasi kedua yang tercatat sebagai Buruh/karyawan

berjumlah sebanyak (23,81%). Banyaknya persentase

transmigran generasi kedua yang menjadi Buruh/karyawan

dibandingkan dengan generasi pertama sangat

dimungkinkan karena generasi kedua lebih maju dan

berkembang dari generasi pertama.

Generasi pertama pada awal penempatan

transmigrasi memang semuanya diperuntukkan/ditujukan

untuk mengolah lahan di sektor pertanian. Dengan luas

lahan yang dianggap cukup untuk menghidupkan

transmigran dan keluarganya sehingga keinginan untuk

bekerja di sektor lain terbatas. Keterbatasan lain adalah

rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan generasi

kedua sehingga sulit untuk memasuki sektor non pertanian

yang secara relatif membutuhkan tingkat pendidikan dan

keterampilan yang tinggi.

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan status

pekerjaan generasi kedua di lokasi transmigrasi di Provinsi

Jambi disajikan pada Tabel 4.2.7.

Page 167: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

157

Tabel 4.2.7. Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Status Pekerjaan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Status

Pekerjaan

Generasi

Kedua

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Berusaha

Sendiri

41 44 18 103

(73,21) (78,57) (32,14) (61,31)

Berusaha

dengan

pekerja

keluarga/ tdk

dibayar

10 0 4 14

(17,86) (0,00) (7,14) (8,33)

Berusaha

dengan buruh

tetap

2 1 8 11

(3,57) (1,79) (14,29) (6,55)

Buruh/

Karyawan

3 11 26 40

(5,36) (19,64) (46,43) (23,81)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Untuk status pekerjaan generasi kedua Berusaha

dengan buruh tetap sedikit lebih tinggi dibandingkan

dengan generasi pertama. Sementara itu status pekerjaan

generasi kedua Berusaha dengan pekerja keluarga/tidak

dibayar jumlahnya lebih sedikit (8,33%) dibanding dengan

generasi pertama. Hal ini sejalan dengan semakin

terbukanya kesempatan kerja dari generasi kedua akibat

dari semakin berkembangnya keadaan sosial ekonomi di

daerah transmigrasi, dan adanya keinginan untuk

memperoleh penghasilan sendiri bagi generasi kedua

transmigran.

8. Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

Transmigrasi generasi kedua yang memiliki pekerjaan

sampingan berbeda jumlahnya dengan generasi pertama.

Page 168: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

158

Demikian juga untuk responden yang tidak punya

pekerjaan sampingan berbeda antara generasi kedua dan

generasi pertama.

Secara keseluruhan persentase generasi kedua yang

punya pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak (36,31%).

Dengan demikian jumlah generasi kedua yang tidak punya

pekerjaan sampingan berjumlah sebanyak 63,69 persen.

Berdasarkan lokasi kecamatan terdapat perbedaan

dalam generasi kedua yang tidak punya pekerjaan

sampingan. Untuk Kecamatan Sungai Bahar responden

yang tidak punya pekerjaan sampingan berjumlah (73,21%)

lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Batang Asam

(66,07%) dan Kecamatan Rimbo Bujang sebesar (51,79%).

Untuk generasi kedua yang mempunyai pekerjaan

sampingan menurut lokasi kecamatan dapat dijelaskan

berikut. Hampir separuh (48,21%) responden generasi

kedua di Kecamatan Rimbo Bujang mempunyai pekerjaan

sampingan. Di lokasi Kecamatan Batang Asam jumlah

generasi kedua yang punya pekerjaan sampingan tercatat

sebanyak (33,93 %) dan untuk Kecamatan Sungai Bahar

berjumlah sebanyak (26,79%). Tingginya jumlah responden

yang punya pekerjaan sampingan di Kecamatan Rimbo

Bujang dibanding dua lokasi Kecamatan yang lain diduga

lokasi ini jauh lebih maju dari daerah yang bersangkutan.

Selain itu daerah ini tercatat lebih dahulu sebagai

penempatan transmigrasi dibanding kedua Kecamatan

Batang Asam dan Sungai Bahar.

Secara lebih rinci keadaan responden generasi kedua

berdasarkan kepemilikan pekerjaan sampingan disajikan

pada Tabel 4.2.8 berikut.

Page 169: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

159

Tabel 4.2.8. Persentase Responden Generasi Kedua

Berdasarkan Kepemilikan Pekerjaan

Sampingan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Pekerjaan

Sampingan

Generasi

Kedua

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Punya 27 19 15 61

(48,21) (33,93) (26,79) (36,31)

Tidak Punya 29 37 41 107

(51,79) (66,07) (73,21) (63,69)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

9. Jam kerja per minggu

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 39,05

persen generasi kedua di lokasi penelitian di daerah

transmigrasi bekerja antara kurang dari 14 jam per minggu,

sd 35 jam atau lebih. Sebanyak (60,71%) responden bekerja

diatas jam kerja normal yaitu 35 jam atau lebih dalam

seminggu. Mereka yang bekerja dibawah jam kerja standar

terdiri dari 31,55 persen bekerja (antara 14 sd 34 jam per

minggu), dan masih terdapat responden yang bekerja

kurang dari 14 jam per minggu sebanyak (7,43%).

Dibanding dengan generasi pertama, baik menurut

lokasi kecamatan maupun berdasarkan total responden

yang mencurahkan waktunya untuk bekerja generasi kedua

lebih baik. Pada Kecamatan Batang Asam sebesar (92,86%)

transmigrasi bekerja dalam seminggu sesuai dengan standar

normal yaitu (35+ jam per minggu). Sedangkan di

Kecamatan Rimbo Bujang jumlahnya tercatat (48,21%), dan

di Sungai Bahar Mencapai 41,07 persen.

Page 170: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

160

Secara keseluruhan responden yang bekerja dalam satu minggu dibawah 35 Jam berjumlah sebanyak (31,55 %). Variasi per kecamatan menunjukkan di Sungai Bahar sebesar (58,93%) transmigrasi generasi kedua mencurahkan waktunya selama kurang dari 35 jam per minggu. Untuk Rimbo Bujang berjumlah (51,79%), sedangkan untuk Kecamatan Batang Asam jumlah responden yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu hanya sebesar (7,14%) saja. Ini berarti di Kecamatan Batang Asam transmigrasi telah mencurahkan waktu kerjanya per minggu sesuai dengan jam kerja standar.

Berdasarkan jam kerja yang telah dicurahkan oleh generasi kedua lebih tinggi dibanding rata-rata generasi pertama dimungkinkan karena sebagian besar generasi kedua berada dalam usia produktif. Sehingga hal ini sangat mendukung tercapainya pencurahan waktu jam kerja normal.

Berikut ini dapat dijelaskan secara rinci keadaan responden generasi kedua di lokasi penelitian berdasarkan jam kerja per minggu pada Tabel 4.2.9.

Tabel 4.2.9 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jam Kerja Per Minggu di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jam Kerja Per

minggu

Generasi Kedua

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 14 4

(7,14)

2

(3,57)

7

(12,50)

13

(7,74)

14 - 34 25

(44,64)

2

(3,57)

26

(46,43)

53

(31,55)

>=35 27

(48,21)

52

(92,86)

23

(41,07)

102

(60,71)

Total 56

(100,00)

56

(100,00)

56

(100,00)

168

(100,00)

Rata-rata 36,45 49,14 31,57 39,05

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Page 171: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

161

C. ANALISIS KESEJAHTERAAN GENERASI KEDUA

TRANSMIGRAN

1. Luas Lantai Per kapita Generasi Pertama dan Kedua

Luas lantai merupakan salah satu indikator yang

digunakan untuk mengetahui kondisi perumahan yang

ditempati oleh transmigran di lokasi penelitian Provinsi

Jambi. Untuk mendapatkan luas lantai per kapita dapat

dilakukan dengan membandingkan antara luas lantai secara

keseluruhan dengan jumlah anggota rumah tangga sebagai

penghuninya. Dengan luas lantai tertentu rumah tangga

tersebut akan dapat dikatakan memenuhi persyaratan

kondisi perumahan yang layak.

Secara total luas lantai per kapita rumah tangga

responden generasi pertama di lokasi penelitian adalah

seluas (36,81 M²). Bila dibandingkan dengan luas lantai per

kapita generasi kedua jumlah ini lebih besar, dimana

jumlahnya hanya seluas (27,80 M²). Berdasarkan kecamatan

lokasi penelitian untuk responden generasi pertama dan

kedua luas lantai per kapita menunjukkan kondisi berikut.

Untuk generasi pertama berdasarkan kecamatan

lokasi penelitian luas lantai per kapita di Rimbo Bujang

adalah seluas (51,67 M²). Keadaan ini lebih besar

dibandingkan dengan Kecamatan Sungai Bahar yang

berjumlah sebanyak (31,62 M²), dan Batang Asam dengan

luas (27,13 M²). Berdasarkan lokasi kecamatan antara

generasi pertama dan kedua juga memberi informasi

berikut. Di Rimbo Bujang luas lantai per kapita generasi

pertama lebih besar dari generasi kedua. Demikian juga

untuk Kecamatan Batang Asam dan Kecamatan Sungai

Bahar luas lantai per kapita menunjukkan kondisi yang

tidak berbeda dimana generasi pertama mempunyai luas

lantai per kapita yang lebih besar dari generasi kedua. Lebih

luas lantai per kapita generasi pertama dibanding generasi

kedua diduga karena jumlah anggota rumah tangga

generasi kedua lebih banyak dibanding generasi pertama.

Page 172: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

162

Secara terperinci luas lantai per kapita Generasi

Pertama dan kedua disajikan pada Tabel 4.3.1 berikut ini.

Tabel 4.3.1 Luas Lantai Per kapita Responden Generasi

Pertama dan Kedua di Lokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, Tahun 2017 (M²)

Kecamatan Lokasi

Penelitian Generasi I Generasi II

Rimbo Bujang 51.67 24.67

Batang Asam 27.13 20.97

Sungai Bahar 31.62 38.73

Rata-rata 36.81 27.80

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

2. Jenis Lantai Terluas Generasi Pertama dan Kedua

Secara umum jenis lantai yang digunakan oleh

transmigran generasi pertama dan kedua terdiri dari tanah,

Semen dan Keramik. Secara rata-rata bagian terbesar jenis

lantai terluas yang dipakai perumahan generasi pertama

adalah Semen (75,60%). Untuk generasi kedua luas lantai

terluas juga menggunakan Semen, akan tetapi secara

persentase jumlahnya lebih kecil dibanding dengan generasi

pertama yaitu sebesar (61,96%).

Jenis lantai terluas generasi pertama yang memakai

Keramik tercatat sebanyak (20,83%), dan hanya sekitar

(2,98%) saja generasi pertama yang masih menggunakan

Tanah sebagai jenis lantai terluas. Berbeda halnya dengan

generasi kedua dimana jenis lantai terluas adalah Keramik

jumlahnya lebih banyak dibanding dengan generasi

pertama yaitu sebesar (35,58%). Kondisi ini menunjukkan

bahwa generasi kedua memiliki “selera” yang lebih tinggi

dari generasi pertama. Penyebab lain karena pendapatan

rata-rata generasi kedua lebih tinggi dibandingkan dengan

generasi kedua seperti ditunjukkan pada tabel 4.3.11 dan

4.3.11a, sehingga hal ini memungkinkan mereka untuk

memiliki jenis lantai lebih baik.

Page 173: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

163

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian dapat

dijelaskan untukresponden generasipertama di Kecamatan

Batang Asam jenis lantai terluas adalah semen (78,57%),

lebih tinggi dibandingkan dengan Kecamatan Rimbo Bujang

dan Sungai bahar. Sementara itu Keramik merupakan jenis

lantai terluas yang digunakan oleh responden di Kecamatan

Sungai Bahar dengan jumlah mencapai sebesar (25,00%),

keadaan ini seperti terlihat pada Tabel 4.3.2.

Tabel 4.3.2 Persentase responden Generasi Pertama

Menurut Jenis LantaiTerluas Di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Jenis Lantai

Terluas

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tanah 3 1 2 5

(5.36) (1.79) (3.57) (2.98)

Semen 43 44 40 127

(76.79) (78.57) (71.43) (75.60)

Keramik 10 11 14 35

(17.86) (19.64) (25.00) (20.83)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Bila dibandingkan antara generasi pertama dengan

kedua diperoleh data berikut. Persentase responden yang

menggunakan Keramik sebagai jenis lantai terluas ternyata

di Kecamatan Rimbo Bujang jumlahnya mencapai hampir

separuh (44,64%) dan keadaan ini lebih banyak dibanding

Kecamatan Batang Asam dan Sungai bahar.

Untuk mengetahui lebih rinci penggunaan jenis lantai

terluas generasi kedua di lokasi penelitian disajikan pada

Tabel 4.3.2a.

Page 174: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

164

Tabel 4.3.2a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis Lantai Terluas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Jenis Lantai

Terluas

Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tanah 2 2 2 6

(3.57) (3.57) (3.92) (3.68)

Semen 30 33 38 101

(53.57) (58.93) (74.51) (61.96)

Keramik 25 21 12 58

(44.64) (37.50) (23.53) (35.58)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

3. Jenis Dinding Terluas Generasi Pertama dan Kedua.

Semua responden, baik generasi pertama maupun

generasi kedua di lokasi penelitian memiliki jenis dinding

rumah terdiri dari Papan atau Bata. Untuk generasi pertama

jenis dinding terluas secara keseluruhan menggunakan Bata

sebesar (64,29 %), dan sisanya sebanyak 35,71 persen rumah

mereka berdinding papan. Pada responden generasi kedua

rumah yang menggunakan jenis dinding terluas adalah Bata

dengan jumlah lebih banyak dibanding dengan generasi

pertama tercatat sebanyak (73, 62%). Hanya sekitar (26,38 %)

saja rumah generasi kedua yang menggunakan dinding

terluas yang terbuat dari papan.

Seiring dengan semakin baiknya keadaan sosial

ekonomi transmigran juga berdampak terhadap jenis

dinding terluas yang digunakan. Untuk itu dapat dikatakan

secara rata-rata generasi kedua lebih berhasil dibandingkan

dengan generasi pertama di daerah transmigrasi di Provinsi

Jambi.

Page 175: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

165

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian responden

generasi pertama dan kedua yang menggunakan jenis

dinding terluas dapat dijelaskan sebagai berikut. Dari ke

tiga kecamatan lokasi penelitian jumlah terbesar responden

generasi pertama yang menggunakan jenis dinding terluas

adalah Kecamatan Batang Asam dengan jumlah sebanyak

(71,43%) responden, sedangkan responden yang

menggunakan jenis dinding terluas adalah Papan berada

pada Kecamatan Rimbo Bujang sebanyak (41,07%). Secara

lebih rinci jenis dinding terluas generasi pertama disajikan

pada tabel 4.3.3.

Tabel 4.3.3 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Jenis Dinding Terluas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis

Dinding

Terluas

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Papan 23 16 21 60

(41.07) (28.57) (37.50) (35.71)

Bata 33 40 35 108

(58.93) (71.43) (62.50) (64.29)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Generasi kedua dengan jenis dinding terluas

berdasarkan lokasi kecamatan menggunakan Bata di Rimbo

Bujang berjumlah sebanyak (75,00%). Sementara itu untuk

kecamatan Batang Asam berjumlah sebanyak (73,21%), dan

untuk kecamatan Sungai Bahar sebesar (72,55%). Sedangkan

untuk jenis dinding yang paling banyak masih

menggunakan papan adalah Kecamatan Sungai Bahar

Page 176: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

166

dengan jumlah (27,45%), ini diduga salah satu faktor

penyebab lokasi ini relatif lebih baru dalam penempatan

transmigran dibanding dengan lokasi yang lain.

Untuk lebih jelasnya perbandingan jenis dinding

terluas yang digunakan generasi kedua disajikan pada Tabel

4.3.3a.

Tabel 4.3.3a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis DindingTerluas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis

Dinding

Terluas

Generasi

Kedua

Kecamatan

Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Papan 14 15 14 43

(25.00) (26.79) (27.45) (26.38)

Bata 42 41 37 120

(75.00) (73.21) (72.55) (73.62)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

4. Jenis Atap Terluas Generasi Pertama dan Kedua

Secara ekonomi nilai atap genteng lebih tinggi dan

berkelas dibanding atap seng. Penggunaan genteng sebagai

atap rumah selain nyaman juga memperindah gaya

perumahan.Berdasarkan hasil observasi di lapangan hanya

terdapat dua jenis yang digunakan sebagai atap rumah

responden baik untuk generasi pertama maupun kedua.

Pada generasi pertama jenis atap terluas yang banyak

digunakan adalah genteng. Tercatat jumlah responden yang

menggunakan genteng sebagai jenis atap terluas sebanyak

(58,93%), sisanya sebanyak (41,07%) menggunakan seng.

Bila penggunaan jenis atap terluas didasarkan pada

Page 177: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

167

kecamatan lokasi penelitian didapatkan informasi berikut.

Tidak terdapat perbedaan jenis atap terluas yang digunakan

berdasarkan kecamatan lokasi penelitian pada generasi

pertama dalam penggunaan seng dan genteng. Pada

generasi kedua jenis atap terluas yang menggunakan

genteng merupakan jumlah terbanyak (75,00%) berada pada

Kecamatan Rimbo Bujang. Responden yang terbanyak

menggunakan jenis atap terluas seng (48,21%) berada di

Kecamatan Batang Asam (lihat Tabel. 4.3.4).

Tabel 4.3.4 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Jenis Atap Terluas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Atap

Terluas

Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Seng 23 23 23 69

(41.07) (41.07) (41.07) (41.07)

Genteng 33 33 33 99

(58.93) (58.93) (58.93) (58.93)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Untuk generasi kedua yang menggunakan genteng

sebagai jenis atap terluas berjumlah lebih banyak dibanding

generasi pertama yaitu sekitar 61,35 %. Ini artinya generasi

kedua dari sisi ekonomi lebih mampu dibandingkan dengan

generasi pertama dalam meningkatkan kesejahteraannya.

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian jenis atap terluas

yang menggunakan genteng merupakan jumlah terbanyak

(75,00%) berada pada Kecamatan Rimbo Bujang. Responden

yang terbanyak menggunakan jenis atap terluas seng

Page 178: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

168

(48,21%) berada di Kecamatan Batang Asam. Keadaan ini

lebih rinci dapat dilihat pada tabel 4.3.4a.

Tabel 4.3.4a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis Atap Terluas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Jenis Atap

Terluas

Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Seng 14 27 22 63

(25.00) (48.21) (43.14) (38.65)

Genteng 42 29 29 100

(75.00) (51.79) (56.86) (61.35)

Total 56 56 51 163

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

5. Kepemilikan Lahan Generasi Pertama dan Kedua

Pada tahap awal penempatan transmigrasi di Provinsi

Jambi, transmigran dibekali oleh pemerintah dengan luas

lahan yang sama. Dengan pembagian lahan rata-rata (2Ha –

4,0 Ha) pemerintah menganggap jumlah tersebut dapat

mencukupi kebutuhan transmigran dan keluarganya. Dalam

perjalanannya lahan yang dijatahi oleh pemerintah tersebut

sudah mengalami banyak perubahan baik dari sisi

kepemilikan maupun dalam luas lahan yang digarap.

Secara total lahan yang digarap oleh generasi pertama

di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi sebagian besar

(79,76%) adalah Milik Sendiri dan digarap sendiri. Untuk

lahan Milik sendiri yang digarap oleh orang lain tercatat

sebanyak (26,19%), dan hanya sekitar 5,95 persen saja lahan

di lokasi transmigrasi yang milik orang lain yang digarap.

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa penguasaan

lahan oleh transmigrasi generasi pertama masih tergolong

Page 179: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

169

tinggi, dan ketergantungan mereka terhadap lahan di luar

wilayah transmigrasi tergolong rendah, lihat Tabel 4.3.5.

Tabel 4.3.5 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Kepemilikan Lahan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Lahan

Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Milik sendiri

digarap

sendiri

28 50 56 134

(50,00) (89,29) (100,00) (79,76)

Milik sendiri

digarap

orang lain

36

5 44

(64,29) (5,36) (8,93) (26,19)

Milik orang

lain yang

digarap

0 10 0 10

(0,00) (17,86) (0,00) (5,95)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Disisi lain dalam kepemilikan lahan dapat dibedakan

berdasarkan kecamatan lokasi penelitian. Secara

keseluruhan di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi rata-

rata Luas lahan milik sendiri dan digarap sendiri seluas

(1,74 Ha), dengan luas maksimum lahan (13.00 Ha) per

Kepala Keluarga (KK). Di Kecamatan Sungai Bahar rata-

rata Luas lahan milik sendiri, digarap sendiri adalah sebesar

(2,56 Ha). Kondisi ini lebih luas dibandingkan dengan lokasi

Batang Asam (1,62 Ha) dan lokasi Rimbo Bujang (1,03 Ha).

Untuk Luas lahan milik sendiri digarap orang lain

berjumlah rata-rata (0,58 Ha). Menurut lokasi penelitian

terdapat perbedaan dimana di Rimbo Bujang Luas Lahan

milik sendiri, digarap orang lain sebanyak (1,45 Ha).

Keadaan ini lebih tinggi dibandingkan dengan lokasi Sungai

Page 180: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

170

Bahar dan Batang Asam masing-masing sebesar (0,21 Ha)

dan (0, 07 Ha). Luas lahan milik orang lain yang digarap di

lokasi transmigrasi rata-rata (0,13 Ha), untuk lokasi Batang

Asam areal ini seluas (0,40Ha), sedangkan di dua lokasi

Rimbo Bujang dan Sungai Bahar tidak terdapat Luas lahan

orang lain yang digarap.

Secara lebih rinci tentang kepemilikan lahan generasi

pertama serta rata-rata kepemilikan lahan menurut lokasi

disajikan pada Tabel 4.3.5a berikut.

Tabel 4.3.5a Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Rata-rataKepemilikan Lahan di

LokasiTransmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017.

Kecamatan Lokasi

Penelitian

Luas

lahan

milik

sendiri,

digarap

sendiri

Luas

lahan

milik

sendiri,

digarap

orang lain

Luas lahan

milik orang

lain yang

digarap

Rimbo

Bujang

Mean 1,03 1,45 0,00

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 8,00 5,00 0,00

Batang

Asam

Mean 1,62 0,07 0,40

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 7,50 2,00 6,00

Sungai

Bahar

Mean 2,56 0,21 0,00

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 13,00 4,00 0,00

Total Mean 1,74 0,58 0,13

Minimum 0,00 0,00 0,00

Maximum 13,00 5,00 6,00

Page 181: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

171

6. Kepemilikan Lahan Generasi Kedua

Secara total luas lahan yang digarap oleh generasi

kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi masih

didominasi oleh Milik sendiri digarap sendiri. Namun

secara persentasenya jumlahnya lebih sedikit dibandingkan

dengan lahan yang digarap generasi pertama yaitu sebesar

(52,98%). Hal ini diduga bahwa perolehan lahan pertanian

generasi kedua berbeda dengan generasi pertama.

Kepemilikan lahan generasi kedua dapat merupakan

warisan orang tua, hasil dari pembelian sendiri atau dengan

cara lain.

Luas lahan Milik sendiri digarap orang lain secara

keseluruhan berjumlah sebanyak (13,69 %), jumlah ini bila

dibandingkan dengan kepemilikan lahan generasi pertama

lebih sedikit. Hal ini membuktikan bahwa luas lahan yang

dikuasai oleh generasi pertama lebih luas. Pada bagian lain

lahan Milik orang lain yang digarap ternyata hampir tiga

kali jumlah lahan generasi pertama yaitu sebanyak (16,67

%). ( Tabel 4.3.6).

Tabel 4.3.6. Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Kepemilikan Lahan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Lahan Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Milik sendiri

digarap sendiri

43 36 10 89

(76,79) (64,29) (17,86) (52,98)

Milik sendiri

digarap orang

lain

16 6 1 23

(28,57) (10,71) (1,79) (13,69)

Milik orang lain

yang digarap

12 7 9 28

(21,43) (12,50) (16,07) (16,67)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Page 182: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

172

Luas Kepemilikan lahan bila didasarkan pada

kecamatan lokasi penelitian dapat diuraikan sebagai berikut.

Secara keseluruhan (semua kecamatan lokasi penelitian)

rata-rata luas Lahan milik sendiri, yang digarap sendiri

seluas (0,9685 Ha), dengan simpangan baku sebesar

(1,19128) artinya penguasaan lahan milik sendiri dan

digarap sendiri tidak terlalu bervariasi diantara responden.

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian rata-rata

Luas lahan milik sendiri digarap sendiri di Kecamatan

Rimbo Bujang (1,4321 Ha) lebih luas dibandingkan dengan

yang ada di Kecamatan Batang Asam (1,1071 Ha) dan

demikian juga Kecamatan Sungai Bahar dengan rata-rata

(0,3661 Ha). Untuk luas Lahan milik sendiri yang digarap

orang lain menunjukkan bahwa rata-ratanya sebesar (0,2961

Ha) dengan standar deviasi (1,07037) yang mengindikasikan

bahwa penguasaan lahan ini tidak terlalu bervariasi antara

responden generasi kedua.

Suatu hal yang sangat berbeda adalah jumlah luas

Lahan orang lain yang digarap generasi kedua. Tidak ada

luas Lahan milik orang lain yang digarap oleh generasi

pertama di lokasi penelitian Rimbo Bujang dan Sungai

Bahar. Untuk generasi kedua luas Lahan orang lain yang

digarap di lokasi transmigrasi tercatat rata-rata sebesar

(0,5104), ini menandakan bahwa secara statistik generasi

pertama lebih menguasai lahan dibanding generasi kedua.

Untuk lebih jelasnya kepemilikan lahan generasi

kedua disajikan pada Tabel 4.3.6a.

Page 183: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

173

Tabel 4.3.6a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Rata-Rata Kepemilikan lahan di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Kecamatan Lokasi

Penelitian

Luas lahan

milik

sendiri,

digarap

sendiri G2

Luas

lahan

milik

sendiri,

digarap

orang lain

G2

Luas

lahan

milik

orang lain

yang

digarap

G2

Rimbo

Bujang

Mean 1,43 0,74 0,42

N 56 56 56

Std.

Deviation 1,12 1,73 0,93

Batang

Asam

Mean 1,11 0,12 0,33

N 56 56 56

Std.

Deviation 1,28 0,33 1,12

Sungai

Bahar

Mean 0,37 ,036 0,79

N 56 56 56

Std.

Deviation 0,90 0,27 2,11

Total Mean 0,97 0,30 0,51

N 168 168 168

Std.

Deviation 1,19 1,07 1,49

7. Kepemilikan Mobil Generasi Pertama dan Kedua

Mobil termasuk sarana angkutan yang tergolong

mewah di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi. Berdasarkan

hasil survei yang dilakukan tercatat hanya sekitar (7,74%)

saja generasi pertama yang memiliki mobil, sedangkan

sejumlah besar (92,26%) responden di daerah penelitian

tidak memiliki mobil. Kepemilikan mobil generasi pertama

Page 184: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

174

dilihat dari kecamatan lokasi penelitian menunjukkan untuk

Kecamatan Rimbo Bujang hampir semua responden

(98,21%) tidak memiliki mobil sebagai asset rumah tangga.

Jumlah responden generasi pertama yang memiliki mobil

sebagai asset rumah tangga yang terbanyak terdapat di

kecamatan sungai Bahar (14,29%). Secara lebih rinci

kepemilikan mobil disajikan pada Tabel 4.3.7.

Tabel 4.3.7 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Kepemilikan Mobil di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Mobil

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 55 52 48 155

(98.21) (92.86) (85.71) (92.26)

Memiliki 1 4 8 13

(1.79) (7.14) (14.29) (7.74)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Berbeda halnya dengan generasi kedua, jumlah total

responden yang memiliki mobil sekitar dua kali lebih

banyak dibandingkan dengan generasi pertama yaitu

sebanyak (15,48%). Kondisi ini merupakan salah satu

indikator yang dapat dipakai untuk mengatakan bahwa

kehidupan Generasi kedua lebih berhasil dibandingkan

dengan generasi pertama, sedangkan mereka yang tidak

memiliki asset mobil berjumlah sebanyak (84,52%). Bila

dibandingkan diantara generasi kedua menurut kecamatan

lokasi penelitian tentang kepemilikan mobil diperoleh

keterangan berikut. Di Kecamatan Rimbo Bujang tercatat

Page 185: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

175

sebanyak (21,43%)responden memiliki mobil sebagai asset

rumah tangga, sedangkan di Kecamatan lain mereka yang

memiliki mobil hanya berjumlah (12,50%).

Tabel 4.3.7a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Kepemilikan Mobil di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Mobil

Generasi

Kedua

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 44 49 49 142

(78.57) (87.50) (87.50) (84.52)

Memiliki 12 7 7 26

(21.43) (12.50) (12.50) (15.48)

Total 56 56 56 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

8. Kepemilikan Sepeda Motor Generasi Pertama dan Kedua

Sepeda motor merupakan salah satu sarana angkutan

yang digunakan oleh penduduk di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi sekaligus merupakan sebagai asset rumah

tangga. Sebagian besar responden generasi pertama

(44,05%) memiliki 1(satu) sepeda motor. Selain itu terdapat

sebanyak (39,88%) transmigrasi di lokasi penelitian memiliki

lebih dari 1 (satu) sepeda motor, dan hanya sekitar (16,07%)

saja responden yang tidak memiliki sepeda motor.

Bila diklasifikasikan Kepemilikan sepeda motor

generasi pertama menurut kecamatan lokasi penelitian

diperoleh informasi berikut. Di Kecamatan Batang Asam

jumlah responden yang memiliki 1(satu) sepeda motor

berjumlah sebanyak (71,43%). Kecamatan lokasi penelitian

yang memiliki lebih dari 1 sepeda motor sebagai sarana

Page 186: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

176

angkutan adalah Sungai Bahar mencapai (69,64%). Suatu hal

yang memprihatinkan adalah di Kecamatan Sungai Bahar

ditemui responden yang tidak memiliki sama sekali sepeda

motor sebagai sarana angkutan sekaligus sebagai asset

rumah tangga. Untuk lebih jelasnya keadaan responden

menurut kepemilikan sepeda motor disajikan pada Tabel

4.3.8 berikut.

Tabel 4.3.8 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut KepemilikanSepeda Motor di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Sepeda Motor

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 25 2 0 27

(44.64) (3.57) (0.00) (16.07)

Memiliki 1

sepeda motor 17 40 17 74

(30.36) (71.43) (30.36) (44.05)

Memiliki lebih

dari 1 sepeda

motor

14 14 39 67

(25.00) (25.00) (69.64) (39.88)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Informasi generasi kedua tentang kepemilikan sepeda

motor dapat dijelaskan seperti berikut. Jumlah generasi

kedua yang memiliki satu sepeda motor sebagai sarana

angkutan lebih separuh (54,17%). Terdapat sebanyak (1,79%)

responden di lokasi penelitian tidak memiliki sepeda motor

sebagai sarana angkutan. Jika dibandingkan berdasarkan

kecamatan lokasi penelitian generasi kedua tergambar

Page 187: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

177

sebagai berikut. Sebesar 71,43 persen responden di

Kecamatan Batang Asam memiliki satu sepeda motor. Di

Kecamatan Rimbo Bujang sebanyak (66,00%) responden

ternyata memiliki lebih dari satu sepeda motor, namun

demikian ada responden di Kecamatan tersebut sama sekali

tidak memiliki sepeda motor sebagai sarana angkutan dan

asset rumah tangga.

Untuk mengetahui lebih jelasnya responden generasi

kedua berdasarkan kepemilikan sepeda motor disajikan

pada Tabel 4.3.8a.

Tabel 4.3.8a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut KepemilikanSepeda Motor di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017.

Kepemilikan

Sepeda Motor

Generasi Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak Memiliki 0 1 2 3

(0.00) (1.79) (3.57) (1.79)

Memiliki 1

sepeda motor 19 40 32 91

(33.93) (71.43) (57.14) (54.17)

Memiliki lebih

dari 1 sepeda

motor

37 15 22 74

(66.07) (26.79) (39.29) (44.05)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

9. Kepemilikan Mesin Cuci Generasi Pertama dan Kedua

Mesin cuci merupakan salah satu asset rumah tangga

yang dibutuhkan umumnya oleh masyarakat. Belum

sepenuhnya setiap rumah tangga responden di lokasi

penelitian memiliki aset ini. Secara total responden generasi

pertama lebih dari separuh (53,57%) memiliki mesin cuci.

Page 188: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

178

Sisanya sebanyak 46,43 persen tidak memiliki mesin cuci,

dan kegiatan mencuci pakaian dilakukan dengan manual

(tenaga manusia). Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian

di Sungai Bahar merupakan jumlah responden generasi

pertama yang paling banyak memiliki Mesin cuci tercatat

(62,50%). Kecamatan lokasi penelitian tercatat paling banyak

tidak memiliki mesin cuci adalah Kecamatan Batang Asam

sebanyak (58,93 %).

Tabel 4.3.9 Persentase responden Generasi Pertama

Menurut Kepemilikan Mesin Cuci di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Mesin Cuci

Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 24 33 21 78

(42.86) (58.93) (37.50) (46.43)

Memiliki 32 23 35 90

(57.14) (41.07) (62.50) (53.57)

Total 56

(100,00)

56

(100,00)

56

(100,00)

168

(100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angkayang dikurung dalam persen

Generasi kedua yang memiliki mesin cuci lebih

banyak. Hasil wawancara menunjukkan jumlah rumah

tangga yang memiliki mesin cuci berjumlah sebanyak (57,

74%). Sisanya sebesar 42,26 persen tidak mempunyai mesin

cuci, dan jumlah ini lebih sedikit dibandingkan generasi

pertama. Bila dirinci berdasarkan kecamatan lokasi

penelitian Kecamatan Rimbo Bujang merupakan lokasi

penelitian yang paling banyak memiliki mesin cuci dengan

jumlah mencapai (80,36%). Dari responden yang tidak

memiliki mesin cuci ternyata untuk Kecamatan Sungai

Page 189: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

179

Bahar merupakan lokasi penelitian yang paling banyak

dengan jumlah (67,86%). (Lihat Tabel 4.3.9a).

Tabel 4.3.9a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Kepemilikan Mesin Cuci di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Mesin Cuci

Generasi

Kedua

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 11 22 38 71

(19.64) (39.29) (67.86) (42.26)

Memiliki 45 34 18 97

(80.36) (60.71) (32.14) (57.74)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, Tahun 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

10. Kepemilikan Kulkas Generasi Pertama dan Kedua

Aset rumah tangga lain yang juga sering dijadikan

sebagai ukuran kemajuan keluarga adalah kepemilikan

kulkas. Lebih dari dua pertiga generasi pertama di daerah

penelitian (73,21%) memiliki kulkas sebagai asset rumah

tangga. Jika dirinci berdasarkan kecamatan lokasi penelitian

kepemilikan kulkas adalah bervariasi. Di Kecamatan Sungai

Bahar jumlah rumah tangga yang memiliki kulkas tercatat

paling banyak yaitu sebesar (82,14%). Responden yang

paling banyak tidak memiliki kulkas terdapat di Kecamatan

Batang Asam yaitu berjumlah (33,93%), dan yang paling

sedikit tidak memiliki adalah Kecamatan Sungai Bahar

dengan jumlah (17,86%). Lihat Tabel 4.3.10.

Page 190: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

180

Tabel 4.3.10 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Kepemilikan Kulkas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Kulkas

Generasi

Pertama

Kecamatan

Total Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 16 19 10 45

(28.57) (33.93) (17.86) (26.79)

Memiliki 40 37 46 123

(71.43) (66.07) (82.14) (73.21)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang kurung dalam persen

Untuk generasi kedua hasil riset menunjukkan bahwa

sebanyak (72,62%) responden memiliki kulkas sebagai asset

rumah tangga. Jumlah ini jika dibandingkan dengan

kepemilikan kulkas pada generasi pertama sedikit lebih

rendah. Suatu hal yang menarik adalah kepemilikan kulkas

berdasarkan kecamatan lokasi penelitian. Di Kecamatan

Rimbo Bujang jumlah transmigran generasi kedua sebesar

(92,86 %) memiliki kulkas, hanya 7,14 persen saja responden

yang tidak memiliki kulkas. Disisi lain jumlah responden

yang memiliki kulkas di Kecamatan Sungai Baharberjumlah

sebanyak (44,64%), dan jumlah ini lebih sedikit

dibandingkan dengan transmigran generasi kedua yang

tidak memiliki kulkas, seperti terlihat pada Tabel 4.3.10a.

Page 191: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

181

Tabel 4.3.10a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Kepemilikan Kulkas di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan

Kulkas

Generasi

Kedua

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Tidak

Memiliki 4 11 31 46

(7.14) (19.64) (55.36) (27.38)

Memiliki 52 45 25 122

(92.86) (80.36) (44.64) (72.62)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

11. Sumber Penghasilan Generasi Pertama dan Kedua

Secara umum Sumber penghasilan responden

transmigrasi generasi pertama maupun kedua diperoleh

dari pekerjaan utama dan pekerjaan sampingan.

Penjumlahan dari penghasilan yang berasal dari kedua

pekerjaan tersebut dikatakan total penghasilan. Secara total

penghasilan dari responden generasi pertama rata-rata per

bulan sebesar Rp 3.743.155. Dari jumlah tersebut secara rata-

rata kontribusi sumber penghasilan yang berasal dari

pekerjaan utama adalah sebesar (82,07 %), dan sisanya

sebesar (17,93%) merupakan sumbangan dari pekerjaan

sampingan.

Bila dikelompokkan berdasarkan kecamatan lokasi

penelitian didapatkan gambaran berikut. Sungai Bahar

merupakan lokasi penelitian dengan tingkat pendapatan

tertinggi dibanding dengan dua lokasi penelitian lain.

Dengan total penghasilan sebesar Rp 4.784.821 ternyata

sebesar Rp 3.579.464 atau (74,81%) merupakan kontribusi

dari pekerjaan utama. Di Kecamatan Batang Asam

Page 192: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

182

kontribusi dari pekerjaan utama sebesar (85,00%) dari total

penghasilan total sebesar Rp 4.036.607, sedangkan di Rimbo

Bujang dengan total penghasilan sebesar Rp 2.408.036

kontribusi dari pekerjaan utama sebesar (91,66%).

Kendatipun total penghasilan generasi pertama di

Rimbo Bujang lebih rendah dibandingkan dengan lokasi

Batang Asam dan Sungai Bahar. Hal yang menarik adalah

kontribusi tertinggi dari pekerjaan utama responden

terdapat di lokasi transmigrasi Rimbo Bujang. Untuk

pendapatan tertinggi kontribusi pekerjaan sampingan

sebesar (25,19%) hal ini terjadi di Sungai Bahar.

Tabel 4.3.11 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Sumber Penghasilan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017 (Rp)

Sumber

penghasilan

Generasi

pertama

Pekerjaan

Sampingan

Pekerjaan

Utama

Total

Penghasilan

Rimbo

Bujang 200.893 2.207.143 2.408.036

Batang Asam 605.357 3.431.250 4.036.607

Sungai Bahar 867.857 3.579.464 4.784.821

Rata-rata 558.036 3.072.619 3.743.155

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Untuk generasi kedua secara total penghasilan rata-

rata di lokasi penelitian transmigrasi Provinsi Jambi adalah

sebesar Rp 4.195.833. Dari total penghasilan tersebut sebesar

(81,30%) merupakan kontribusi dari pekerjaan utama. Bila

dibandingkan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian

dapat dijelaskan sebagai berikut. Kecamatan Batang Asam

merupakan lokasi dengan pendapatan generasi kedua

tertinggi di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi dengan total

penghasilan rata-rata sebesar Rp 4.859.821. Dari jumlah

tersebut yang berasal dari pekerjaan utama adalah sebanyak

Page 193: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

183

(87,05%). Di lokasi Rimbo Bujang dengan total penghasilan

sebesar Rp 4.316.071, ternyata yang berasal dari pekerjaan

utama adalah sebesar Rp 3.195.535 atau setara dengan

(74,04%). Selanjutnya untuk lokasi Sungai Bahar dengan

total penghasilan sebesar Rp 3.411.607, sebesar (82,04%)

berasal dari kontribusi pekerjaan utama.

Berdasarkan data total penghasilan generasi pertama

dibandingkan generasi kedua dikatakan rata-rata

penghasilan generasi kedua lebih tinggi dari generasi

pertama. Generasi pertama memberikan kontribusi rata-rata

sebesar (82,07%) terhadap total pendapatan dari pekerjaan

utama, sedangkan untuk generasi kedua kontribusi

pekerjaan utama terhadap total pendapatan berjumlah

sebanyak (81,30%). Artinya kontribusi pekerjaan sampingan

lebih tinggi ditemui pada generasi kedua dibanding

generasi pertama.

Rata-rata pendapatan generasi pertama maupun

kedua yang diperoleh dari pekerjaan utama maupun

pekerjaan sampingan berdasarkan lokasi penelitian cukup

bervariasi. Bila dibandingkan dengan pendapatan

transmigran di desa-desa eks transmigrasi tahun 2011,

angka ini lebih besar. Hasil penelitian Junaidi (2012)

memperoleh rata-rata pendapatan transmigrasi di Provinsi

Jambi sebesar Rp3.070.000, per bulan. Tingginya pendapatan

responden saat ini diduga pengaruh inflasi yang

menyebabkan bertambahnya biaya hidup dan

meningkatnya Upah Minimum Provinsi (UMP) dari Rp

900.000 pada tahun 2011 menjadi Rp 1.730.000 di tahun 2016.

Untuk mengetahui lebih rinci sumber penghasilan

generasi kedua disajikan pada Tabel 4.3.11a.

Page 194: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

184

Tabel 4.3.11a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Sumber Penghasilan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

(Rp)

Sumber

penghasilan

Generasi

Kedua

Pekerjaan

Utama

Pekerjaan

Sampingan

Total

Penghasilan

Rimbo

Bujang 3.195.536 1.120.536 4.316.071

Batang Asam 4.230.357 629.464 4.859.821

Sungai Bahar .2.808.036 603.571 3.411.607

Rata-rata 3.411.310 784.524 4.195.833

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Berdasarkan total rata-rata pendapatan responden di

lokasi transmigrasi di daerah penelitian (lihat Tabel 5.3.11

dan Tabel 5.3.11a) dapat dihitung besarnya pendapatan per

kapita. Pendapatan per kapita generasi kedua dengan

jumlah anggota rumah tangga (ART) rata-rata 3,9 orang

adalah sebesar Rp 1.075.855, jumlah ini lebih tinggi dari

pendapatan rata-rata generasi pertama yang berjumlah

sebanyak Rp 1.039.765, dengan jumlah rata-rata ART sebesar

3,6 0rang. Pendapatan per kapita generasi kedua lebih tinggi

dibandingkan dari hasil penelitian Junaidi (2012) sebesar Rp

908.572, yang meneliti di desa-desa eks. transmigrasi dalam

Provinsi Jambi. Bila dibandingkan dengan pendapatan per

kapita Provinsi Jambi (proksi pengeluaran) pada Tahun 2015

sebesar Rp 724.489,- jumlah ini juga lebih besar, dan berada

diatas batas garis kemiskinan yang dikeluarkan oleh Bank

Dunia sebesar Rp 775.200, pada tahun 2017 (Anonim, 2017).

12. Tabungan Generasi Pertama dan Kedua

Tabungan (saving) merupakan bagian dari

penghasilan yang tidak di konsumsi akan tetapi disimpan.

Besar kecilnya tabungan sangat ditentukan oleh jumlah

penghasilan yang diterima oleh transmigran di lokasi

Page 195: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

185

transmigrasi dalam Provinsi Jambi. Secara total rata-rata

tabungan yang dimiliki generasi pertama pada saat ini

sebesar Rp 2.523.274. Besaran jumlah tabungan responden di

lokasi penelitian sangat bervariasi. Tingkat penabung

terbesar (35,71%) mempunyai jumlah tabungan antara (Rp

1.000.000 – Rp 1.999.999), kemudian diikuti dengan jumlah

tabungan (< Rp 1.000.000) sebanyak (27,38%) dan jumlah

penabung terbesar yaitu (>= Rp 4.000.000) berjumlah

sebanyak (17,26%). Kemudian masih terdapat responden

yang memiliki jumlah tabungan (Rp.2.000.000– Rp.3.999.999)

sebanyak (19,64%).

Dalam konteks rata-rata tabungan saat ini responden

generasi pertama berdasarkan kecamatan lokasi penelitian

dapat diuraikan sebagai berikut. Jumlah tabungan rata-rata

di Kecamatan Sungai Bahar sebesar (Rp 3.076.786), angka ini

lebih tinggi bila dibandingkan dengan rata-rata tabungan

transmigrasi generasi pertama untuk Provinsi Jambi.

Kondisi ini ditandai dengan responden yang mempunyai

tabungan rata-rata (>= Rp 4.000.000) berjumlah sebanyak

(23,21%).

Untuk memperoleh gambaran secara lebih rinci

tentang rata-rata tabungan saat ini generasi pertama dapat

diketahui pada Tabel 4.3.12.

Page 196: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

186

Tabel 4.3.12 Persentase Responden Generasi Pertama

Menurut Rata-rata Tabungan Saat ini di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017.

Tabungan Generasi

Pertama

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

< 1.000.000 11 12 23 46

(19.64) (21.43) (41.07) (27.38)

1.000.000 - 1.999.999 23 26 11 60

(41.07) (46.43) (19.64) (35.71)

2.000.000 - 2.999.999 8 8 7 23

(14.29) (14.29) (12.50) (13.69)

3.000.000 - 3.999.999 4 4 2 10

(7.14) (7.14) (3.57) (5.95)

>= 4.000.000 10 6 13 29

(17.86) (10.71) (23.21) (17.26)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00

)

(100,00

) (100,00)

Rata-rata Tabungan

saat ini(Rp)

2.417.85

7

.2.075.

179

3.076.7

86 .2.523.274

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan Tabel 4.3.12, pada lokasi Rimbo Bujang

dan Batang Asam rata-rata jumlah tabungan responden saat

ini berada dibawah rata-rata Provinsi Jambi. Hal ini

didukung oleh informasi yang menunjukkan jumlah rata-

rata tingkat tabungan responden sebesar (<Rp 1.000.000 dan

Rp 1.000.000 – Rp 1.999.999) berjumlah sebanyak (60,71%) di

Rimbo Bujang dan (67,86 % ) untuk lokasi Batang Asam.

Keadaan tersebut diperkuat lagi dengan jumlah tabungan

responden yang berada (>= Rp 4.000.000) di kedua lokasi

Page 197: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

187

dengan (17,86%) di Rimbo Bujang, dan hanya ( 10,71%)

untuk lokasi penelitian Batang Asam.

Berkaitan dengan generasi kedua, tentang besaran tabungan pada saat ini dapat dijelaskan. Secara keseluruhan rata-rata tabungan responden sebesar (Rp 3.071.845), jumlah ini lebih besar bila dibandingkan dengan rata-rata tabungan saat ini yang diperoleh generasi pertama sebesar (Rp 2.523.274). Terdapatnya perbedaan ini selain disebabkan oleh besarnya total penghasilan yang diterima oleh masing-masing responden, mungkin faktor kesadaran dari generasi kedua dalam hal pentingnya menabung juga semakin tingginya akses generasi kedua tentang perbankann. Pada tingkat besaran tabungan (Rp 3.000.000 – Rp 3.999.999) dan (>= Rp 4.000.000) jumlah responden sebanyak (25,00%).Sebanyak (60,71%) memiliki tabungan saat ini sebesar (Rp 1.000.000 – Rp 2.999.999), dan hanya sekitar (8,93%) saja yang punya tabungan saat ini (<Rp 1.000.000).

Untuk mengetahui lebih rinci rata-rata tabungan

responden generasi kedua di lokasi penelitian disajikan

pada tabel 4.3.12a.

Tabel 4.3.12a Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Rata-rata Tabungan saat ini di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Tabungan Generasi Kedua

Kecamatan Total

Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

< 1.000.000 2 5 8 15

(3.57) (8.93) (14.29) (8.93)

1.000.000 - 1.999.999 18 20 20 58

(32.14) (35.71) (35.71) (34.52)

2.000.000 - 2.999.999 8 8 14 30

(14.29) (14.29) (25.00) (17.86)

3.000.000 - 3.999.999 11 8 5 24

(19.64) (14.29) (8.93) (14.29)

>= 4.000.000 17 15 9 41

(30.36) (26.79) (16.07) (24.40)

Total 56 56 56 168

(100,00) (100,00) (100,00) (100,00)

Rata-rata Tabungan saat ini (Rp)

3.645.536 2.960.536 2.609.464 3.071.845

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen.

Page 198: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

188

Rata-rata tabungan saat ini responden generasi kedua

dibedakan berdasarkan kecamatan lokasi penelitian

diperoleh gambaran berikut. Di kecamatan lokasi penelitian

Rimbo Bujang rata-rata tabungan saat ini lebih besar

dibandingkan dengan lokasi Batang Asam dan Sungai

Bahar. Dari data yang disajikan jelas bahwa persentase

tabungan responden dengan jumlah (>=Rp 4.000.000)

terlihat di Rimbo Bujang sebesar 30,36% dan 26,79% di

Batang Asam serta hanya 16,07% saja di Sungai Bahar.

Keadaan ini diperkuat lagi rata-rata tabungan pada level

yang lebih rendah. Di Rimbo Bujang jumlah responden yang

memiliki jumlah tabungan (<Rp 1.000.000) tercatat hanya

sekitar (3,57%), sedangkan di dua lokasi Batang Asam dan

Sungai Bahar tercatat masing-masing sebanyak (8,93%) dan

(14,29%).

Selanjutnya berdasarkan (Tabel 5.3.12 dan 5.3.12a),

dengan diperolehnya besaran total tabungan generasi

pertama dan kedua dapat dijelaskan hal berikut. Tabungan

per kapita generasi pertama sebesar Rp 700.909, diperoleh

dari (Rp2.523.274 dibagi dengan 3,6 orang) sedangkan

generasi kedua memiliki tabungan per kapita saat ini

sebesar Rp 787.653 atau (Rp 3.071.845 dibagi dengan 3,9

orang) demikian dinyatakan tabungan per kapita saat ini

yang dimiliki oleh generasi kedua di daerah penelitian lebih

tinggi dibandingkan dengan generasi pertama. Jumlah ini

juga lebih tinggi dari rata-rata tabungan penduduk Provinsi

Jambi Tahun 2015 sebesar Rp.633.928. Diperolehnya

perbedaan ini diduga selain disebabkan oleh besarnya total

penghasilan yang diterima responden, juga karena

tingginya kesadaran dari generasi kedua dalam hal

pentingnya menabung dan semakin tingginya akses

generasi kedua tentang perbankan.

Page 199: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

189

D. Perbandingan Kesejahteraan Generasi Kedua Transmigran

1. Perbandingan Pendidikan Generasi Pertama dan Kedua.

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi di

Provinsi Jambi menurut pendidikan yang dimiliki oleh

generasi pertama dan kedua dapat dijelaskan sebagai

berikut. Bagian terbesar dari responden generasi kedua

menamatkan pendidikan tamat SLTA (54,76%), sedangkan

generasi pertama yang menamatkan pendidikan SLTA

tercatat hanya sebesar (8,93%). Generasi kedua yang tamat

dari pendidikan tinggi yaitu tamatan Diploma I-III dan

D4/S1 berjumlah sebanyak (17,85%), sementara itu generasi

pertama yang mampu menamatkan pendidikan tinggi

persentasenya kecil sekali yaitu (1,98%) saja.

Selanjutnya pada jenjang pendidikan Tidak/belum

pernah sekolah dan Tidak/Belum tamat SD, tidak ditemui

responden generasi kedua pada jenjang tersebut, sedangkan

untuk jenjang pendidikan ini tercatat generasi pertama

jumlahnya cukup banyak yaitu (33,92%). Pada bagian lain

generasi pertama yang tamat pendidikan SLTP sebanyak

(13,10%), dan untuk jenjang pendidikan ini jumlah generasi

kedua yang menamatkan pendidikan SLTP juga lebih besar

dibandingkan dengan generasi pertama yaitu sebanyak

(16,67%).

Tingginya pendidikan yang dicapai oleh generasi

kedua di lokasi penelitian tidak terlepas dari pada semakin

meningkatnya pembangunan sarana dan prasarana di

bidang pendidikan khususnya di lokasi-lokasi transmigrasi

dalam Provinsi Jambi. Kemudian semakin terbukanya akses

bagi generasi kedua untuk menuntut ilmu tidak saja di

lokasi transmigrasi, tetapi juga keluar dari kawasan

transmigrasi, dan hal ini didukung oleh semakin baiknya

sarana dan prasarana transportasi dari dan ke lokasi

transmigrasi.

Page 200: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

190

Tabel 4.4.1. Persentase Responden Generasi Pertama dan

Kedua Berdasarkan Pendidikan yang

Ditamatkan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017

Pendidikan Generasi

Pertama Kedua

Tdk/Blm pernah sekolah 16 0

(9,52) (0,00)

Tdk/Blm Tamat SD 41 0

(24,40) (0,00)

SD 72 18

(42,86) (10,71)

SLTP 22 28

(13,10) (16,67)

SLTA 15 92

(8,93) (54,76)

Diploma I-III 0 12

(0,00) (7,14)

DIV/S1 2 18

(1,19) (10,71)

Total 168 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Selain dari pada kemudahan-kemudahan bagi

generasi kedua dalam mencapai tingkat pendidikan yang

lebih tinggi. Suatu hal yang sangat penting adalah keluarnya

Peraturan Pemerintah tentang Pendidikan dasar 9 tahun.

Sejak tahun 1986 semua penduduk usia diatas 5(lima) tahun

sekurang-kurangnya harus menamatkan pendidikan SLTP.

Antinya bagi setiap penduduk yang memasuki pasar kerja

setidak-tidaknya harus menamatkan pendidikan SLTP/

sederajat.

Berdasarkan Peraturan tersebut, jika generasi kedua

memiliki pendidikan tertinggi hanya SLTP dapat dikatakan

pendidikan yang dicapai oleh generasi kedua sama dengan

apa yang dicapai generasi pertama. Apabila tingkat

Page 201: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

191

pendidikan yang dicapai oleh generasi kedua setingkat

SLTA atau lebih tinggi dari itu, maka generasi kedua

dikatakan memiliki tingkat pendidikan dua tingkat lebih

tinggi dari generasi pertama. Bila hal ini yang terjadi maka

dikatakan tingkat kesejahteraan generasi kedua khususnya

di bidangsumber daya manusia lebih dan berhasil

dibandingkan dengan orang tuanya (generasi pertama).

Selanjutnya untuk melakukan Uji Kecocokan atau

Goodness of fit disajikan pada output Tabel 4.4.1a Chy-Square

Tests berikut.

Tabel 4.4.1a Chi- Square Tests Pendidikan Generasi

Pertama dan KeduaDi Lokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, tahun 2017

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 170,331a 6 ,000

Likelihood Ratio 207,391 6 ,000

Linear-by-Linear

Association 151,348 1 ,000

N of Valid Cases 336

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5.

The minimum expected count is 6,00.

Berdasarkan output chy Square tests terlihat nilai

asymp. Sig sebesar 0,000. Karena nilai asymp sig 0,000 <

0.05, maka dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak yang

artinya terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan generasi pertama dan kedua. Hal ini juga dapat

diartikan bahwa pendidikan generasi pertama transmigrasi

mempunyai korelasi dengan tingkat pendidikan

yangdiperoleh generasi kedua. Faktanya pendidikan yang

diperoleh generasi kedua lebih tinggi dibandingkan dengan

pendidikan yang diperoleh generasi pertama. Keadaan ini

Page 202: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

192

juga memperkuat hasil analisis deskriptif yang telah

diungkapkan sebelumnya.

Kalau dilihat dari sebuah model, maka nilai P-value

sangat diperlukan untuk mengetahui keabsahan model.

Nilai P-value (Asymp. Sig) yang besar mengindikasikan

bahwa kecocokan atau sebaran distribusi responden di

lokasi penelitian kurang baik, sehingga hal tersebut dapat

dinyatakan sebagai tidak signifikan. Dalam uji X² juga

demikian, dalam menguji kecocokan antara dua kejadian P-

value menunjukkan kecocokan yang terjadi antara dua

hubungan. Nilai P-value selalu menegaskan nilai statistic uji

suatu kejadian, dalam hal ini nilai koefisien hubungan

Pearson Chi kuadrat.

2. Perbandingan Status Pekerjaan Generasi Pertama dan

Kedua

Status pekerjaan dapat pula dikelompokkan atas

status pekerjaan formal dan informal. Berdasarkan hasil

penelitian di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi sebanyak

(83,97%) responden generasi pertama berstatus pekerjaan

informal. Mereka merupakan gabungan dari pekerjaan

dengan status Berusaha sendiri, berusaha dengan pekerja

keluarga/Tidak dibayar, dan Berusaha dengan buruh tetap.

Tingginya jumlah pekerja di sektor informal karena

fleksibilitas yang lebih besar dalam menyikapi perubahan

kondisi ekonomi ataupun persaingan bisnis, dibandingkan

sektor formal (Feriyanto, 2014).

Bila dibanding dengan generasi pertama status

pekerjaan informal generasi kedua lebih sedikit (75,00%).

Sementara itu status pekerjaan generasi kedua yang bersifat

formal lebih tinggi, bahkan lebih dari dua kali lipat lebih

banyak dibanding dengan generasi pertama yaitu sebesar

(32,69%).

Kenyataan yang ditemui di lapangan menunjukkan

bahwa semakin berkembangnya suatu permukiman

transmigrasi semakin meningkat peluang kerja khususnya

di sektor non pertanian. Seiring dengan hal tersebut maka

Page 203: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

193

kebutuhan terhadap tenaga kerja yang memiliki pendidikan

dan keterampilan yang lebih baik semakin terbuka.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang status pekerjaan

generasi pertama dibandingkan dengan generasi kedua

disajikan pada Tabel 4.4.2.

Tabel 4.4.2 Perbandingan Persentase Responden

Generasi Pertama dan Kedua menurut Status

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017

Status Pekerjaan Generasi

Pertama Kedua

Informal 131 117

(83,97) (75,00)

Formal 25 51

(16,03) (32,69)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Untuk memperkuat hasil analisis secara deskriptif

status pekerjaan generasi pertama dan kedua digunakan uji

chi Kuadrat. Keadaan tersebut disajikan pada Tabel 4.4.2a

berikut.

Page 204: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

194

Tabel 4.4.2a Chi-Square Tests Generasi Pertama dan

Kedua Menurut Status Pekerjaan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (2-

sided)

Exact

Sig. (1-

sided)

Pearson

Chi-Square 9,253a 1 ,002

Continuity

Correctionb 8,472 1 ,004

Likelihood

Ratio 9,423 1 ,002

Fisher's

Exact Test ,003 ,002

Linear-by-

Linear

Association

9,225 1 ,002

N of Valid

Cases 324

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan Uji

Chi Kuadrat diperoleh hasil berikut. Nilai Asymp. Sig 0,002

< dari 0,005 % yang berarti H0 ditolak artinya terdapat

perbedaan yang signifikan dalam status pekerjaan generasi

pertama dan kedua. Untuk status pekerjaan Informal baik

generasi pertama maupun kedua masih lebih tinggi

dibanding status pekerjaan Formal. Akan tetapi persentase

generasi kedua dengan status pekerjaan formal lebih tinggi

dibanding generasi pertama.

Pergeseran status pekerjaan di lokasi transmigrasi di

Provinsi Jambi telah terjadi dari generasi pertama ke

generasi kedua. Transformasi seperti ini merupakan

konsekuensi dari kemajuan yang telah dicapai oleh

transmigrasi generasi kedua yang dianggap lebih mampu

Page 205: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

195

menyesuaikan dengan perkembangan pembangunan di

daerah transmigrasi khususnya, Provinsi Jambi umumnya.

3. Perbandingan Lapangan Usaha Generasi Pertama dan

Kedua

Sektor lapangan usaha dapat juga disederhanakan

dari 9(Sembilan) sektor menjadi 3 (tiga) sektor.

Pengelompokan ini terdiri dari Sektor pertanian (Primer),

Industri (Secondary), dan Jasa (Tersier). Tujuan

pengelompokan ini dimaksudkan agar aktivitas lapangan

usaha generasi pertama dan kedua transmigrasi di lokasi

penelitian lebih mudah dibandingkan. Hampir semua

generasi pertama (92,95%) di lokasi penelitian bekerja pada

lapangan usaha sektor Pertanian. Kondisi ini juga terjadi

pada generasi kedua walaupun persentasenya tidak sebesar

generasi pertama akan tetapi masih mendominasi sektor ini

dengan jumlah sebanyak (68,59%). Generasi pertama yang

bekerja di sektor Industri dan Jasa tercatat hanya sebesar

(7,05%) saja. Tingginya persentase generasi pertama yang

bekerja di sektor pertanian sangat dimungkinkan karena

prioritas utama lapangan usaha yang terbuka di lokasi

transmigrasi adalah sektor tersebut.

Selanjutnya persentase generasi kedua yang bekerja

di luar sektor pertanian cukup besar tercatat sebanyak

(5,13%) untuk sektor Industri dan (33,97%) di lapangan

usaha Jasa. Kondisi ini sangat beralasan karena kemajuan

pada sektor pertanian akan berdampak terhadap

perkembangan sektor lain seperti sektor Industri dan Jasa,

yang dalam gilirannya akan membuka peluang kerja pada

sektor tersebut. Perbandingan lapangan usaha generasi

pertama dan kedua disajikan pada Tabel 4.4.3.

Page 206: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

196

Tabel 4.4.3 Perbandingan Persentase Responden generasi

Pertama dan Kedua Menurut Lapangan Usaha

di lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Lapangan Usaha Generasi

Pertama Kedua

Pertanian 145 107

(92,95) (68,59)

Industri 2 8

(1,28) (5,13)

Jasa 9 53

(5,77) (33,97)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Untuk memperkuat dari hasil penelitian di lokasi

transmigrasi dalam Provinsi Jambi dilakukan dengan

menampilkan Uji Chi-kuadrat pada Tabel 4.4.3a.

Tabel 4.4.3a Chi-Square Tests Perbandingan Lapangan

Usaha Generasi Pertama dan Kedua di

Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun

2017

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 40,167a 2 ,000

Likelihood Ratio 43,749 2 ,000

Linear-by-Linear

Association 39,066 1 ,000

N of Valid Cases 324

a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 4,81.

Page 207: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

197

Berdasarkan Chy Square tests perbedaan lapangan

usaha antara responden generasi pertama dan kedua di

lokasi penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut. Frekuensi

yang diharapkan kurang dari 5%, dan tidak boleh lebih dari

20% dari kategori, dalam penelitian ini diperoleh angka

sebesar (4,81%), dimana lebih kecil dari (5%). Sedangkan

untuk kategori diperoleh angka (16,7%).

Hasil Asymp. Sig sebesar 0,000 lebih kecil dari angka

5% (Asymp.Sig 0,000< 0,005%) sehingga disimpulkan H0

ditolak yang berarti lapangan usaha generasi pertama

berbeda dengan lapangan usaha generasi kedua. Artinya

terdapat perbedaan yang signifikan dalam pemilikan hal

lapangan usaha generasi pertama dan kedua di lokasi

penelitian.

Berdasarkan kondisi tersebut lapangan usaha

generasi pertama dan kedua transmigrasi di lokasi

penelitian di Provinsi Jambi menunjukkan perubahan yang

berarti. Terjadi perubahan lapangan usaha antara generasi

pertama dan kedua, dimana untuk generasi pertama terjadi

penurunan jumlah mereka yang bekerja di sektor pertanian.

Untuk sektor Jasa maupun industri terjadi peningkatan

yang cukup besar antara generasi pertama dan kedua.

Terjadinya transformasi lapangan usaha dari sektor primer

ke sekunder dan tersier merupakan salah satu indikasi

semakin membaiknya keadaan sosial ekonomi masyarakat

di lokasi transmigrasi di Provinsi Jambi.

4. Perbandingan Jenis Pekerjaan Generasi Pertama dan

Kedua

Pengelompokan jenis pekerjaan generasi pertama dan

kedua transmigrasi dapat juga disederhanakanmenjadi 1).

Pekerja terampil, 2). Pekerja Setengah Terampil, dan 3).

Pekerja kasar. Generasi pertama yang memiliki jenis

pekerjaan sebagai Pekerja terampil hanya sebanyak (3,85%)

dan Pekerja Setengah terampil 2,56 persen. Responden yang

tercatat sebagai Pekerja Kasar mendominasi jumlah generasi

pertama sebanyak (93,59%). Hal ini cukup beralasan karena

Page 208: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

198

sebagian besar dari generasi pertama tidak memiliki tingkat

pendidikan dan keterampilan yang cukup.

Berbeda dengan generasi pertama, generasi kedua

yang telah berdomisili di lokasi penelitian lebih dari 20

tahun telah banyak tersentuh oleh pembangunan. Jumlah

generasi kedua yang masih tergolong dengan jenis

pekerjaan sebagai Pekerja kasar turun menjadi (73,08%).

Disisi lain terjadi kenaikan yang cukup tinggi pada jenis

pekerjaan Terampil yaitu sebesar (22,44%) dan Pekerja

SetengahTerampil mencapai 12,18 persen.

Perbandingan jenis pekerjaan generasi pertama

dengan generasi kedua disajikan pada Tabel 4.4.4

Tabel 4.4.4 Perbandingan Persentase Responden

Generasi Pertama dan Kedua Menurut Jenis

Pekerjaan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017

Jenis Pekerjaan Generasi

Pertama Kedua

Pekerja Terampil 6 35

(3,85) (22,44)

Pekerja Setengah Terampil 4 19

(2,56) (12,18)

Pekerja Kasar 146 114

(93,59) (73,08)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalan persen

Dalam usaha untuk lebih memperkuat hasil

penelitian secara deskriptif tentang jenis pekerjaan

responden di lokasi penelitian ditampilkan uji Chi kuadrat

dengan menyajikan Tabel 4.4.4a berikut.

Page 209: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

199

Tabel 4.4.4a Uji Chi-Square Generasi Pertama dan Kedua

Menurut Jenis Pekerjaan di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun, 2017

Value df

Asymp.

Sig. (2-

sided)

Pearson Chi-Square 33,835a 2 ,000

Likelihood Ratio 36,836 2 ,000

Linear-by-Linear

Association 31,170 1 ,000

N of Valid Cases 324

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 11,07.

Berdasarkan uji Chi kuadrat untuk mengetahui

perbandingan antara frekuensi observasi yang benar-benar

terjadi/ actual dengan frekuensi harapan/ekspektasi. Dapat

dijelaskan perbandingan jenis pekerjaan generasi pertama

dan kedua di daerah penelitian. Dari hasil Asymp. Sig 0,000

< 0,005 % diperoleh kesimpulan bahwa H0 ditolak yang

berarti terdapat perbedaan yang signifikan jenis pekerjaan

antara generasi pertama dan kedua.

Pada generasi pertama dengan jenis pekerjaan sebagai

pekerja kasar jumlahnya mendekati 100%, dan pada

generasi kedua terjadi penurunan yang cukup drastis.

Sebaliknya terjadi perubahan yang cukup besar dalam jenis

pekerjaan untuk Pekerja Setengah Terampil, dan Pekerja

Terampil. Kondisi ini semakin memperkuat hasil analisis

secara deskriptif dimana telah terjadi pergeseran dalam jenis

pekerjaan pada generasi kedua di lokasi transmigrasi dalam

Provinsi Jambi.

5. Perbandingan Jam Kerja Per Minggu Generasi

Pertamadan Kedua

Berdasarkan jam kerja yang dicurahkan untuk

menghasilkan barang dan jasa oleh responden di lokasi

transmigrasi dapat dibedakan. Bekerja < 14 jam per minggu

Page 210: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

200

disebut (Setengah pengangguran kritis), antara (14-34 jam)

per minggu disebut setengah pengangguran biasa, dan

bekerja >= 35 jam per minggu jam kerja normal.

Total jam kerja KK per minggu (Pekerjaan Utama +

Pekerjaan Sampingan) untuk generasi pertama rata-rata (31,

5 jam per minggu). Standar deviasi sebesar 16,84 jam dengan

tingkat kesalahan rata-rata 1,35 jam. Bila dibandingkan

dengan jam kerja standar sebesar 35 jam atau lebih per

minggu artinya generasi pertama di lokasi penelitian masih

tergolong sebagai setengah pengangguran. Setengah

Pengangguran menurut Sumarsono (2010) disebabkan oleh

1). Kurangnya jam kerja, 2). Rendahnya Pendapatan dan 3).

Ketidakcocokan antara pekerjaan dan keterampilan Pekerja.

Penyebab lain adalah karena sebagian generasi pertama

(lebih dari 26%) telah memasuki usia tidak produktif

(berusia 70 tahun ke atas).

Untuk generasi kedua total jam kerja yang dicurahkan

adalah sebesar 39,05 jam, keadaan ini menunjukkan bahwa

transmigrasi generasi kedua di daerah penelitian telah

bekerja sesuai dengan jam kerja normal dalam seminggu.

Dengan standar deviasi sebesar 18, 06 jam per minggu dan

tingkat kesalahan 1,39 jam. Dengan simpangan baku

(standar deviasi) sebesar 18,06 jam menunjukkan bahwa

data sampel semakin beragam.

Lebih bervariasinya jam kerja generasi kedua

dibandingkan dengan generasi pertama sangat beralasan.

Hal ini dimungkinkan karena secara umum generasi kedua

memiliki peluang yang lebih luas dengan pendidikan yang

lebih tinggi dan bervariasi.

Untuk mengetahui perbandingan jam kerja yang

dicurahkan oleh responden generasi pertama dan kedua

seperti disajikan pada Tabel 4.4.5.

Page 211: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

201

Tabel 4.4.5 Persentase Responden Generasi Pertama dan

Kedua Menurut Jam kerja per minggu di

Lokasi Transmigrasi di Provinsi Jambi, Tahun

2017

Std.

Devi

ation

Std.

Error

Mean

Total Jam

Kerja KK

Perminggu

(Utama +

Sampingan)

Pertama 156 31,55 16,84 1,35

Kedua 168 39,05

18,06

3 1,39

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Untuk memperkuat hasil penelitian secara deskriptif

tentang jam kerja per minggu dilakukan ChySquare

testseperti terlihat pada Tabel 4.4.5a.

Page 212: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

202

T

ab

el: 4

.4.5

a: U

ji C

hi

ku

adra

t v

ari

ab

el

ind

ep

en

den

di

Lo

ka

si T

ran

smig

rasi

Pro

vin

si J

am

bi,

Ta

hu

n 2

01

7

t-te

st f

or

Eq

ua

lity

of

Mea

ns

95

% C

on

fid

ence

Inte

rva

l o

f th

e

Dif

fere

nce

Up

per

-3,6

8336

-3,6

9326

Lo

wer

-11

,33

404

-11

,32

414

Std

.

Err

or

Dif

fere

nce

1,9

4440

1,9

3937

Mea

n

Dif

fere

nce

-

7,5

0870

- 7,5

0870

Sig

.

(2-

tail

ed )

,00

0

,00

0

df

32

2

32

1,9

94

t

-3,8

62

-3,8

72

Lev

ene'

s T

est

for

Eq

ua

lity

of

Va

ria

nce

s

Sig

.

,94

7

F

,00

4

Eq

ua

l

va

ria

nce

s

ass

um

ed

Eq

ua

l

va

ria

nce

s

no

t

ass

um

ed

To

tal

Jam

Ker

ja K

K

Per

min

gg

u

(Uta

ma

+

Sa

mp

ing

an

)

Page 213: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

203

6. Perbandingan Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

GenerasiPertama dan Kedua.

Sesuai dengan hasil temuan penelitian di lokasi

transmigrasi Provinsi Jambi terdapat perbedaan

kepemilikan pekerjaan sampingan antara generasi pertama

dan kedua. Dari informasi yang diperoleh jumlah generasi

pertama yang memiliki pekerjaan sampingan berjumlah

sebanyak (29,49%), sedangkan generasi kedua yang

memiliki pekerjaan sampingan tercatat lebih banyak dari

generasi pertama yaitu (39,10%). Terdapatnya perbedaan ini

diduga karena generasi kedua memiliki tingkat mobilitas

yang tinggi dibanding generasi pertama, kecuali itu juga

penguasaan lahan yang lebih sempit oleh generasi kedua

dibanding generasi pertama.

Untuk mengetahui perbandingan kepemilikan

pekerjaan sampingan antara generasi pertama dan kedua

disajikan pada Tabel 4.4.6 berikut.

Tabel 4.4.6 Persentase Responden Generasi Pertama dan

Kedua Menurut Kepemilikan Pekerjaan

Sampingan di Lokasi Transmigrasi Provinsi

Jambi, Tahun 2017.

Kepemilikan Pekerjaan

Sampingan

Generasi

Pertama Kedua

Punya 46 61

(29,49) (39,10)

Tidak Punya 110 107

(70,51) (68,59)

Total 156 168

(100,00) (100,00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berikut ini disajikan Uji Chi kuadrat untuk

mengetahui perbandingan Kepemilikan Pekerjaan

sampingan generasi pertama dan kedua di lokasi

Page 214: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

204

transmigrasi Provinsi Jambi seperti tertera pada Tabel 4.4.6a

berikut.

Tabel 4.4.6a Chi-Square Tests Generasi Pertama dan

Kedua Menurut Kepemilikan Pekerjaan

Sampingan di Lokasi Transmigrasi di

Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Value df

Asym

p. Sig.

(2-

sided)

Exact

Sig. (2-

sided)

Exact

Sig.

(1-

sided

)

Pearson Chi-

Square 1,702a 1 ,192

Continuity

Correctionb 1,408 1 ,235

Likelihood

Ratio 1,707 1 ,191

Fisher's Exact

Test ,196 ,118

Linear-by-

Linear

Association

1,697 1 ,193

N of Valid

Cases 324

a. 0 cells (0,0%) have expected count less than 5. The

minimum expected count is 51,52.

Berdasarkan Uji Chi Kuadrat pada Tabel 4.4.6a

diperoleh hasil berikut. Nilai Asymp. Sig sebesar 0, 192 >

0,005 % hipotesis H0 diterima, ini berarti terdapat hubungan

yang signifikan antara Kepemilikan Pekerjaan Sampingan

antara generasi pertama dan kedua. Pada bagian lain juga

diperoleh nilai Continuity Correction sebesar 1,408 lebih kecil

dibandingkan dengan frekuensi yang diharapkan sebesar

51,52. Dengan nilai tersebut artinya memperkuat kecocokan

Page 215: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

205

kepemilikan pekerjaan sampingan antara generasi pertama

dan kedua.

Tidak terdapat perbedaan yang tinggi dalam

Pemilikan Pekerjaan Sampingan antara generasi pertama

dan kedua. Generasi pertama yang Tidak Punya pekerjaan

sampingan sedikit lebih tinggi dari generasi kedua.

Sebaliknya jumlah responden generasi kedua yang Punya

Pekerjaan sampingan lebih tinggi dari generasi pertama.

Kondisi ini memperkuat hasil analisis secara deskriptif.

Page 216: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

206

BAB V

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI SEBARAN

PERMUKIMAN GENERASI KEDUA

TRANSMIGRAN

A. Tempat Tinggal Generasi Kedua

Untuk mengetahui lebih rinci keadaan responden generasi kedua menurut tempat tinggal di lokasi penelitian disajikan pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1 Persentase Responden Generasi Kedua Menurut Tempat Tinggal di Lokasi Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Tempat tinggal generasi kedua

Kecamatan Total

Rimbo Bujang

Batang Asam

Sungai Bahar

Di desa transmigrasi, serumah dengan orang tua

20 1 23 44

(35.71) (1.79) (41.07) (26.19)

Di desa transmigrasi, tidak serumah dengan orang tua

34 33 27 94

(60.71) (58.93) (48.21) (55.95)

Di luar desa transmigrasi, dalam kabupaten

2 14 4 20

(3.57) (25.00) (7.14) (11.90)

Di luar kabupaten 0 8 2 10 (0.00) (14.29) (3.57) (5.95)

Total 56 56 56 168 (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan hasil penelitian di lokasi transmigrasi dalam

Provinsi Jambi telah terjadi perubahan dalam hal tempat

Page 217: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

207

tinggal untuk transmigrasi generasi kedua. Terjadi berbagai

tipe tempat tinggal (permukiman) transmigrasi generasi kedua.

Hal ini mungkin disebabkan oleh berbagai alasan baik faktor

ekonomi, sosial, budaya dan perkawinan.

Sebagian besar generasi kedua (82,14%) masih bertempat

tinggal di desa transmigrasi. Dari jumlah tersebut tercatat

generasi kedua yang tinggal di desa transmigrasi tapi tidak

serumah dengan orang tuanya sebanyak (55,95%), sedangkan

mereka yang masih tinggal di desa transmigrasi tetapi serumah

dengan orang tuanya berjumlah sebanyak (26,19%). Kemudian

generasi kedua yang telah keluar dari desa transmigrasi,

namun masih dalam kabupaten berjumlah (11,90%), sedangkan

generasi kedua yang telah keluar dari kabupaten tempat orang

tuanya pertama kali ditempatkan hanya sekitar (5,95%).

Berdasarkan kecamatan lokasi penelitian tempat tinggal

generasi kedua pada saat wawancara dilakukan diperoleh

jawaban berikut. Di Kecamatan Rimbo Bujang jumlah generasi

kedua yang masih bertempat tinggal di desa transmigrasi, dan

tidak serumah adalah sebanyak (60,71%). Keadaan yang sama

juga terjadi di Kecamatan Batang Asam dan Sungai Bahar,

walaupun persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan

lokasi Rimbo Bujang. Keadaan lain yang menarik tentang

tempat tinggal terakhir generasi kedua adalah di Kecamatan

batang Asam dimana sebanyak (25%) responden generasi

kedua telah bertempat tinggal di luar desa transmigrasi, tapi

masih dalam kabupaten. Tidak terdapat generasi kedua yang

tinggal di luar kabupaten untuk Kecamatan Rimbo Bujang,

sedangkan di lokasi Sungai Bahar jumlahnya sebanyak (3,59 %)

dan Batang Asam (14,29%).

1. Alasan Masih Tinggal di Desa Transmigrasi

Dari jumlah generasi kedua transmigrasi yang

berhasil diwawancarai menunjukkan bahwa bagian terbesar

(82,14%) seperti terdapat pada Tabel 5.1 masih berdomisili

di desa transmigrasi. Baik mereka yang tinggal serumah

dengan generasi pertama, maupun yang sudah menempati

rumah sendiri.

Page 218: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

208

Sebanyak (50,00%) dari responden di lokasi

transmigrasi Provinsi Jambi menyampaikan alasan masih

tinggal di desa transmigrasi karena ‘lahan yang tersedia

masih luas’. Generasi kedua yang memberikan alasan masih

tinggal di desa transmigrasi (36,23%) lahan merupakan

warisan orang tua. Selanjutnya “mudah memperoleh

pekerjaan” sehingga alasan masih tinggal di desa

transmigrasi merupakan respon dari sebanyak (13,77%)

responden.

Untuk mengetahui lebih rinci tentang alasan generasi

kedua masih tinggal di desa transmigrasi seperti disarikan

pada Tabel 5.1.1.

Tabel 5.1.1 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Alasan Masih Tinggal Di Desa

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Alasan masih

tinggal di desa

transmigrasi

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Lahan yang tersedia

masih luas 26 12 31 69

(48.15) (35.29) (62.00) (50.00)

Lahan merupakan

warisan orang tua 27 14 9 50

(50.00) (41.18) (18.00) (36.23)

Mudah

memperoleh

pekerjaan

1 8 10 19

(1.85) (23.53) (20.00) (13.77)

Total 54 34 50 138

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Alasan masih tinggal di desa transmigrasi bila dilihat

dari kecamatan lokasi penelitian diperoleh jawaban yang

bervariasi. Untuk lokasi Rimbo Bujang alasan utama masih

tinggal di desa lokasi (50,00%) disebabkan ‘lahan

Page 219: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

209

merupakan warisan orang tua’, dan hanya sekitar (1,85%)

saja dengan alasan mudah memperoleh pekerjaan. Di loasi

Sungai Bahar sebagian besar (62,00%) responden yang

masih menetap tinggal di desa transmigrasi beralasan lahan

yang tersedia masih luas. Jumlah responden yang paling

banyak (23,53%) masih tinggal di desa transmigrasi adalah

dengan alasan mudah memperoleh pekerjaan.

2. Alasan Tidak Tinggal di Desa Transmigrasi

Seiring dengan berjalannya waktu dan semakin

meningkatnya kebutuhan baik barang dan jasa generasi

kedua telah terjadi berbagai perubahan.Kebutuhan

kebutuhan dimaksud terkait dengan usaha untuk

meningkatkan produksi, pendapatan, pendidikan dan

kesehatan. Ada kalanya barang dan jasa tersebut dapat

dipenuhi dari desa (lingkungan) sendiri, akan tetapi bila

mana tidak dapat diperoleh maka akan diusahakan sampai

keluar dari tempat tinggal. Hal ini telah memacu terjadinya

perpindahan dari desa lokasi transmigrasi ke luar dari

lokasi transmigrasi.

Secara lebih rinci pada Tabel 5.1.2 disajikan alasan

tidak tinggal di desa transmigrasi untuk responden generasi

kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi.

Page 220: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

210

Tabel 5.1.2 Persentase Responden Menurut Alasan Tidak

Tinggal di Desa Transmigrasi di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017

Alasan tidak tinggal

di desa transmigrasi

Kecamatan Total

Rimbo

Bujang

Batang

Asam

Sungai

Bahar

Terbatasnya lahan di

desa transmigrasi 1 1 0 2

(50.00) (4.55) (0.00) (6.67)

Untuk memperoleh

penghasilan lebih

baik

1 16 4 21

(50.00) (72.73) (66.67) (70.00)

Terbatasnya fasilitas

pendidikan dan

kesehatan

0 1 0 1

(0.00) (4.55) (0.00) (3.33)

Ikut keluarga 0 4 2 6

(0.00) (18.18) (33.33) (20.00)

Total 2 22 6 30

(100.00

)

(100.00

) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

Berdasarkan informasi dari responden generasi

kedua alasan tidak tinggal di desa transmigrasi atau mereka

meninggalkan lokasi transmigrasi adalah sebagai berikut.

Sebagian besar responden (70,00%) tidak tinggal di desa

transmigrasi mempunyai alasan untuk memperoleh

penghasilan lebih baik. Terdapat sebanyak (20,00%) generasi

kedua yang meninggalkan desa transmigrasi dengan alasan

ikut keluarga. Hanya sekitar (6,67%) saja yang tidak tinggal

di desa transmigrasi dengan alasan terbatasnya lahan di

desa transmigrasi. Hal ini di dukung oleh luasnya

kepemilikan lahan yang dikuasai oleh generasi kedua di

Page 221: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

211

lokasi penelitian. Berdasarkan Tabel 5.1.2 secara total

generasi kedua di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

memiliki rata-rata lahan yang digarap seluas (1,68Ha).

Berikut ini pada Tabel 5.1.2a disajikan Print out nilai

Khi Kuadrat (x²) tentang keputusan generasi kedua

transmigrasi untuk tinggal di desa atau diluar desa.

Tabel 5.1.2a Omnibus Tests of Model Coefficients

Chi-square Df Sig.

Step 1 Step 52,999 17 ,000

Block 52,999 17 ,000

Model 52,999 17 ,000

Print out di Tabel 5.4.3a merupakan nilai Chi-kuadrat

(x²) dari model regresi. Sebagaimana halnya model regresi

linier dengan metode OLS, dalam hal ini juga dapat

dilakukan pengujian arti penting model secara keseluruhan.

Bila dalam metode OLS menggunakan uji F, maka pada

model logit menggunakan uji G. Statistik G ini menyebar

menurut sebaran Chi-kuadrat(x²). Dalam pengujian nilai G

dapat dibandingkan dengan nilai x² tabel pada α tertentu

dan derajat bebas k-1. Kriteria pengujian dan cara pengujian

persis sama dengan uji F pada metode regresi OLS (Amri,

et.al, 2009).

Berdasarkan dari output SPSS, diperoleh model dari

nilai x² sebesar 52,999 dengan p-value 0,000. Karena nilai ini

jauh dibawah 10% (bilamenggunakan pengujian dengan α =

10%), maka dapat disimpulkan bahwa model regresi logistik

secara keseluruhan signifikan atau dapat menjelaskan atau

memprediksi keputusan generasi kedua transmigrasi untuk

tinggal di desa transmigrasi atau keluar dari desa

transmigrasi.

Page 222: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

212

B. Permukinan Generasi Kedua Transmigran

1. Permukiman Generasi Kedua Menurut Jenis Kelamin

Secara keseluruhan (82,14%) generasi kedua berada di

dalam desa transmigrasi, dan sisanya sebanyak (17,86%)

berada diluar desa transmigrasi. Berdasarkan jenis kelamin

jumlah generasi kedua perempuan yang berada di dalam

desa jumlahnya lebih banyak disbanding dengan laki-laki,

dimana perempuan tercatat sebanyak (83,93%), sedangkan

generasi kedua laki-laki berjumlah sebanyak (81,25%).

Dengan demikian jumlah generasi kedua yang tinggal

diluar desa dengan jenis kelamin laki-laki sedikit lebih

banyak dibandingkan dengan perempuan. Keadaan ini

seperti disajikan pada Tabel 5.2.1.

Tabel 5.2.1 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Jenis Kelamindi Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Jenis Kelamin Total

Laki-Laki Perempuan

Dalam Desa 91 47 138

(81.25) (83.93) (82.14)

Luar Desa 21 9 30

(18.75) (16.07) (17.86)

Total 112 56 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

Secara total generasi kedua dengan status pekerjaan

informal dan formal bertempat tinggal dalam desa

berjumlah sebanyak (82,84%). Hanya sebanyak (17,86%)

saja mereka yang bekerja baik formal maupun informal

yang berada di luar desa. Secara lebih khusus generasi

kedua yang bekerja di sektor informal tercatat tinggal dalam

desa sebanyak (80,34%), dan sisanya responden tinggal di

luar desa. Untuk generasi kedua dengan status pekerjaan

Page 223: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

213

formal yang tinggal dalam desa sedikit lebih tinggi yaitu

tercatat sebanyak (86,27%), dan hanya sekitar (13,17%) saja

yang berada di luar desa. Untuk lebih jelasnya permukiman

generasi kedua menurut status pekerjaan disajikan pada

Tabel 5.2.1a

Tabel 5.2.1a Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Status Pekerja adan Permukiman

di Lokasi Transmigrasi provinsiJambi,

Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Status Pekerjaan Total

Informal Formal

Dalam Desa 94 44 138

(80.34) (86.27) (82.14)

Luar Desa 23 7 30

(19.66) (13.73) (17.86)

Total 117 51 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

2. Permukiman Generasi Kedua Menurut Lapangan Usaha

dan Tempat Tinggal.

Pada penelitian ini lapangan usaha responden

disederhanakan atas sektor Pertanian dan Non-Pertanian.

Jumlah generasi kedua yang bekerja di sektor pertanian dan

non pertanian yang tinggal dalam desa berjumlah sebanyak

(82,14%).Sisanya sebanyak (17,86%) responden generasi

kedua yang bekerja baik di sektor pertanian maupun non

pertanian tersebar di luar desa.

Bila permukiman generasi kedua menurut lapangan

usaha hanya di sektor pertanian, diperoleh informasi

sebanyak (87,85%) mereka yang bekerja di sektor tersebut

berada dalam desa. Keadaan ini lebih tinggi daripada

responden yang tinggal dalam desa dengan lapangan usaha

di sektor non- pertanian yang berjumlah sebanyak (72,13%).

Page 224: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

214

Untuk mengetahui lebih rinci mengenai lapangan

usaha generasi kedua berdasarkan permukiman dalam desa

dan di luar desa disajikan pada Tabel 5.2.2.

Tabel 5.2.2 Permukiman Generasi Kedua Menurut

Lapangan Usaha diLokasi Transmigrasi

Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Lapangan Usaha Total

Pertanian Non-pertanian

Dalam Desa 94 44 138

(87.85) (72.13) (82.14)

Luar Desa 13 17 30

(12.15) (27.87) (17.86)

Total 107 61 168

(100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

3. Permukiman Generasi Kedua Menurut Daerah Asal Orang

Tua

Daerah asal orang tua generasi kedua dalam

penelitian ini berasal dari provinsi- provinsi di Pulau Jawa

(Jawa Barat, Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Jawa Timur)

serta Jambi beserta provinsi Lainnya di Sumatera). Secara

keseluruhan (sebanyak 82,14 %) generasi kedua yang orang

tuanya berasal dari beberapa provinsi di Pulau Jawa dan

Provinsi Jambi dan sekitarnya berada dalam desa

transmigrasi. Hanya sekitar (17,86%) saja responden yang

berada di luar desa.

Berdasarkan daerah asal orang tua, ternyata dari

Provinsi Jawa Barat merupakan jumlah terbanyak (96,30%)

generasi kedua yang berada dalam desa dan diikuti oleh

Provinsi Jawa Tengah dan Yogyakarta masing-masing

sebesar (87,88%) dan 83,33 persen. Untuk generasi kedua

permukiman berdasarkan daerah asal orang tua, ternyata

Provinsi Jambi dan Provinsi lainnya di Pulau Sumatera

Page 225: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

215

generasi keduanya paling banyak tinggal di luar desa

(47,37%), dibanding Provinsi Lain Jawa Timur sebanyak

(30,00%) diikuti Yogyakarta (16,67%) dan yang paling

sedikit generasi keduanya di luar desa Jawa Barat hanya

(3,70%).

Secara lebih rinci permukiman generasi kedua

menurut daerah asal orang tua digambarkan pada Tabel

5.2.3.

Tabel 5.2.3 Persentase Permukiman Generasi Kedua

Menurut daerah Asal Orang Tua di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permu

kiman

Daerah asal orang tua Total

Jabar Jateng Yogya Jatim Jambi+

Dalam Desa 26 58 30 14 10 138

(96.30) (87.88) (83.33) (70.00) (52.63) (82.14)

Luar Desa 1 8 6 6 9 30

(3.70) (12.12) (16.67) (30.00) (47.37) (17.86)

Total 27 66 36 20 19 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

4. Permukiman Generasi Kedua Menurut Pendidikan Orang

Tua

Pendidikan orang tua generasi kedua dibedakan atas

Tidak tamat SD, tamat SD, dan Tamat SLTP ke atas. Secara

keseluruhan sebesar (82,14%) orang tua generasi kedua baik

yang tidak Tamat SD, tamat SD dan berpendidikan SLTP ke

atas bermukim dalam desa. Sisanya sebesar (17,86%) berada

di luar desa.

Bila dirinci berdasarkan pendidikan yang ditamatkan

dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk generasi kedua

dengan pendidikan orang tua Tidak tamat SD, sebesar

(96,49%) berada dalam desa, dan hanya sekitar (3,51%) saja

yang berada diluar desa. Kondisi yang tidak jauh berbeda

Page 226: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

216

juga terjadi pada pendidikan orang tua yang tamat SD

bagian terbesar (73,61%) tinggal di dalam desa, dan begitu

juga dengan orang tua dengan pendidikan SLTP ke atas

jumlah responden yang bermukim dalam desa sebanyak

(76,92%).

Untuk mengetahui gambaran tentang permukiman

generasi kedua menurut pendidikan orang tua disajikan

pada Tabel 5.2.4

Tabel 5.2.4 Persentase Permukiman Generasi Kedua

Menurut Pendidikan Orang Tua di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Pendidikan Orang Tua Total

< SD SD SLTP+

Dalam Desa 55 53 30 138

(96.49) (73.61) (76.92) (82.14)

Luar Desa 2 19 9 30

(3.51) (26.39) (23.08) (17.86)

Total 57 72 39 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan:Angka yang dikurung dalam persen

5. Permukiman generasi kedua Menurut Komoditas utama

Secara keseluruhan generasi kedua (82,14%) dengan

komoditi utama tanaman Karet, Sawit dan Pangan berada

dalam desa. Sedangkan sisanya sebanyak (17,86%)

responden di daerah penelitian berada di luar desa.

Komoditi yang terbanyak (96,43%) dengan tanaman karet

generasi keduanya berada dalam desa, dan hanya sekitar

(3,57%) saja respondennya yang berada di luar desa. Untuk

komoditi sawit jumlah generasi kedua yang tinggal di

dalam desa berjumlah sebanyak (89,29%), dan lebih banyak

dari generasi kedua dengan komoditi Pangan sebesar

(60,71%). Sementara itu generasi kedua yang berada diluar

desa komoditi terbanyak yang diusahakan adalah pangan

Page 227: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

217

(padi) tercatat sebanyak (39,29%), kemudian diikuti oleh

komoditi sawit sebesar (10,71%).

Untuk mengetahui secara rinci keadaan generasi

kedua menurut komoditi utama disajikan pada Tabel 5.2.5

Tabel 5.2.5 Persentase Responden Generasi Kedua

Menurut Komoditi utama di Lokasi

Transmigrasi Provinsi Jambi, Tahun 2017.

Sebaran

Permukiman

Komoditi utama Total

Karet Sawit Pangan

Dalam Desa 54 50 34 138

(96.43) (89.29) (60.71) (82.14)

Luar Desa 2 6 22 30

(3.57) (10.71) (39.29) (17.86)

Total 56 56 56 168

(100.00) (100.00) (100.00) (100.00)

Sumber: Penelitian Lapangan, 2017.

Keterangan: Angka yang dikurung dalam persen

6. Uji Overall Model Fit.

Uji Overall Model Fit dari model tersebut disajikan pada Tabel 5.4.10. Berdasarkan Omnibus Test of Model Coefficients diperoleh nilai statistik Chi kuadrat sebesar 54,202 dengan probabilitas signifikansi (p) = 0,000. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peubah bebas dalam model secara bersama-sama mempengaruhi keputusan generasi kedua transmigran untuk tetap tinggal di dalam desa dan ke luar desa. Tabel 5.2.6 UjiOverall Model Fit Untuk Permukiman

Generasi KeduaTransmigran.

Chi-square df Sig.

Omnibus Test of Model

Coefficients

Step 54,202 14 ,000

Block 54,202 14 ,000

Model 54,202 14 ,000

Hosmer and Lemeshow

Test 3,825 8 ,873

Page 228: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

218

Berdasarkan uji Hosmer dan Lemeshow diperoleh

nilai Chy-Square sebesar 3,825 dengan nilai p sebesar 0,873.

Karena nilai Chy-Square tidak signifikan dimana (p> 0,05),

kesimpulan yang diperoleh adalah probabilitas yang

diprediksi sesuai dengan probabilitas yang diobservasi. Ini

menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan antara model

dengan data, sehingga model dapat dikatakan fit.

Berikut ini dari tabel klasifikasi 2 x 2 (Tabel 5.2.6a)

memperlihatkan seberapa baik model mengelompokkan

kasus ke dalam dua kelompok baik yang dalam desa

maupun di luar desa. Keakuratan prediksi secara

keseluruhan sebesar 83,90 persen,sedangkan keakuratan

generasi kedua tinggal dalam desa sebesar 93,50 persen dan

generasi kedua yang di luar desa sebanyak 40,00 persen.

Dengan kata lain, keakuratan model ini dalam memprediksi

probabilitas generasi kedua tinggal di dalam desa dan di

luar desa adalah berbeda. Atau dikatakan juga probabilitas

generasi kedua yang tinggal di dalam desa lebih dua kali

dari pada generasi kedua yang tinggal di luar desa.

Tabel 5.2.6a Klasifikasi 2 x 2 Untuk Model Generasi

Kedua Dalam Desa

Observasi

Prediksi

Kategori

Persentase

Benar

Dalam desa Luar desa

Kategori Dalam

desa 129 9 93,5

Luar desa 18 12 40,0

Persentase

Keseluruhan 83,9

Page 229: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

219

7. Uji Parsial Parameter Sebaran Generasi Kedua

Transmigrasi.

Estimasi parameter dan uji parsial dalam model

binary logit untuk permukimangenerasi kedua disajikan

pada Tabel 5.2.7. Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan

bahwa Umur (X1) tidak berpengaruh secara signifikan

dimana nilai (p > 0,05). Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terdapat pengaruh umur dari generasi

kedua yang bertempat tinggal di dalam desa dan di luar

desa trasmigrasi. Kondisi ini berarti keputusan untuk tetap

tinggal atau keluar dari desa transmigrasi tidak dipengaruhi

oleh umur generasi kedua. Hal ini diduga karena semua

generasi kedua berada dalam kelompok usia produktif (15-

64 tahun). Jenis kelamin (X2) juga memperlihatkan

pengaruh yang tidak signifikan yang ditandai dengan nilai

(p > 0,05). Ini berarti bahwa jenis kelamin tidak signifikan,

dengan kata lain tidak ada perbedaan preferensi generasi

kedua antara laki-laki dan perempuan untuk memilih

tinggal di dalam desa atau di luar desa transmigrasi. Secara

teori mengatakan tingkat mobilitas laki-laki lebih tinggi dari

pada perempuan. Pada awalnya variabel utama yang

menyebabkan perpindahan bagi laki-laki berturut-turut

adalah alasan pekerjaan, pendidikan dan ikut keluarga.

Untuk perempuan urutan alasannya adalah pendidikan,

ikut keluarga dan mencari pekerjaan. Tidak adanya

perbedaan berdasarkan jenis kelamin diduga semakin

meningkatnya kesempatan untuk bersaing antara laki-laki

dan perempuan di pasar kerja, karena semakin

meningkatnya pendidikan yang diperoleh perempuan di

daerah penelitian, semakin besar peluang perempuan untuk

meninggalkan tempat tinggalnya.

Pendidikan sebagai variabel (X3) dengan kategoridasar SLTP dan di bawahnya, dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas sebaran generasi kedua antara generasi kedua yang berpendidikan (X3D2) dengan generasi kedua yang berpendidikan (X3D1). Hal ini ditunjukkan oleh koefisien dalam model yang signifikan

Page 230: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

220

pada α = 10% diperoleh angka Odds ratio sebesar 8,149. Artinya ini menunjukkan bahwa generasi kedua yang berpendidikan SLTA ke atas memiliki peluang 8,149 kali untuk tinggal di luar desa dibandingkan dengan generasi kedua yang berpendidikan SLTP ke bawah. Dengan pendidikan yang lebih tinggi membuka kesempatan kepada generasi kedua untuk dapat bekerja di berbagai sektor baik di daerah transmigrasi maupun diluar daerah. Hal ini juga sejalan dengan hipotesis yang mengatakan semakin tinggi tingkat pendidikan generasi kedua semakin besar peluangnya untuk melakukan migrasi keluar. Sejalan dengan itu juga memperkuat pendapat Todaro (2000) dalam Expected Income Theory yang mengatakan dorongan bagi mereka untuk melakukan migrasi jauh lebih besar daripada yang dirasakan oleh mereka yang kurang berpendidikan.

Berikut ini pada Tabel 5.4.11 disajikan estimasi

parameter model permukiman generasi kedua transmigran

di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi.

Tabel 5.2.7 Estimasi Parameter Model Permukiman

Generasi Kedua Transmigran

Variabel B S.E. Wald df Sig. Odds ratio

Keterangan

X1 -,003 ,048 ,003 1 ,957 ,997 Umur

X2 -,082 ,580 ,020 1 ,888 ,921 Jenis Kelamin

X3 2,098 1,205 3,031 1 ,082 8,149 Pendidikan

X4 -1,104 ,643 2,945 1 ,086 ,332 Status Pekerjaan

X5 1,209 ,581 4,327 1 ,038 3,349 Lapangan Usaha

X6 5,080 4 ,279 Provinsi Asal

X6.D1 2,461 1,239 3,942 1 ,047 11,715 Jawa Tengah

X6.D2 2,862 1,317 4,725 1 ,030 17,496 Yogyakarta

X6.D3 2,129 1,266 2,825 1 ,093 8,404 Jawa Timur

X6.D4 2,358 1,218 3,751 1 ,053 10,571 Jambi+lainnya

X7 4,420 2 ,110 Pendidikan Ortu

X7.D1 1,699 ,865 3,855 1 ,050 5,470 SD

X7.D2 2,086 1,069 3,810 1 ,051 8,056 SLTP+

X8 -,253 ,303 ,695 1 ,405 ,777 Jumlah anak

X9 10,224 2 ,006 Komoditi utama

X9.D1 -,165 1,148 ,021 1 ,886 ,848 Sawit

X9.D2 2,117 1,028 4,238 1 ,040 8,302 Tanaman pangan

Constant -7,470 2,894 6,661 1 ,010 ,001

Sumber: Hasil Olahan Data Lapangan.

Page 231: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

221

Berdasarkan Tabel 5.2.7, Status Pekerjaan (X4) dimana

nilai 0 = informal, dan nilai 1 = formal. Pada α = 10 %,

signifikan pada angka 0,09 atau 9 persen diperoleh koefisien

negatif. Odds ratio sebesar = 0,332 ini bermakna bahwa

generasi kedua yang bekerja di sektor informal, peluang dia

untuk tinggal di luar desa 0,332 kali dibandingkan dengan

yang bekerja di sektor formal. Kondisi tersebut

menunjukkan bahwa masih terbatasnya kesempatan kerja di

sektor formal yang terbuka di lokasi transmigrasi dalam

Provinsi Jambi.Ini didukung oleh masih sedikitnya sektor

formal yang ada di daerah transmigrasi yang dapat untuk

memicu berkembangnya sektor informal di daerah

penelitian.

Variabel lapangan usaha (X5) dibedakan dengan

kategori 0 = pertanian, dan kategori 1= non pertanian.

Diperoleh angka Odds ratio sebesar 3,349. Dari angka

tersebut dapat disimpulkan bahwa generasi kedua yang

bekerja di sektor non pertanian mempuyai peluang 3,349

kali dari mereka yang bekerja di sektor pertanian untuk

tinggal di luar desa transmigrasi.Tingginya peluang usaha

dari generasi kedua yang tinggal di luar desa untuk bekerja

di luar sektor non pertanian dibandingkan dengan sektor

pertanian di duga karena lebih terbukanya kesempatan

kerja di luar lokasi permukiman transmigrasi dibanding

dalam desa transmigrasi.

Berdasarkan lapangan usaha (Lihat tabel 5.2.5)

generasi kedua yang bekerja di sektor pertanian tanaman

pangan dan perkebunan sebanyak (63,10%). Sisanya sebesar

(36,90%) memiliki lapangan usaha yang beragam di luar

sektor pertanian. Sebaran lapangan usaha generasi kedua

meliputi perdagangan hotel dan restoran, bangunan,

pengangkutan dan telekomunikasi, keuangan persewaan

dan jasa, industry dan lapangan usaha jasa lainnya.

Untuk variabel Daerah asal orang tua (X6) dimana

sebagai kategori dasar adalah Provinsi Jawa Barat. Dapat

dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas permukiman

Page 232: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

222

generasi kedua tinggal dalam desa atau di luar desa. Dapat

dikemukakan terdapat perbedaan probabilitas antara

generasi kedua yang tinggal dalam desa dengan yang di

luar desa berdasarkan Provinsi asal orang tua (X6D1). Untuk

Provinsi Jawa Tengah dimana diperoleh Odds ratio sebesar

11,715. Ini menunjukkan bahwa orang tua generasi kedua

yang berasal dari Jawa Tengah

Mempunyai peluang untuk tinggal di luar desa 11,715

kali dibanding generasi kedua yang tinggal dalam desa.

Provinsi asal orang tua Yogyakarta (X6D2) dengan Odds

ratio sebesar 17,496 mengindikasikan generasi kedua yang

orang tuanya berasal dari Yogyakarta mempunyai

kesempatan untuk tinggal di luar desa sebanyak 17,496 kali

dibanding untuk tinggal di dalam desa.

Generasi kedua yang orang tuanya berasal dari DIY

merupakan responden yang paling tinggi mempunyai

mobilitas keluar dibandingkan dengan provinsi lain yang

berasal dari Pulau Jawa. Keadaan ini dimungkinkan karena

Provinsi ini merupakan daerah dengan luas wilayah yang

paling kecil dibandingkan provinsi-provinsi lain yang ada

di Pulau Jawa, selain itu juga jumlah generasi kedua yang

orang tuanya berasal dari Provinsi DIY mempunyai jumlah

yang lebih banyak setelah Provinsi Jawa Tengah (Lihat

Tabel 5.1.5).

Kemudian untuk generasi kedua yang daerah asal

orang tuanya Jawa Timur (X6D3) nilai Odds rasionya

sebesar 8,404. Interpretasi yang dapat diberikan adalah

kemungkinan generasi kedua yang orang tuanya berasal

dari Jawa Timur peluangnya untuk tinggal di luar desa

adalah sebesar 8,404 kali dibandingkan dengan generasi

kedua tersebut tinggal di dalam desa. Kemudian daerah asal

orang tua Provinsi Jambi dan sekitarnya (X6D4) diperoleh

angka Odds ratio sebesar 10,571. Dengan kesimpulan yang

sama menunjukkan bahwa peluang generasi kedua untuk

menyebar di luar desa adalah sebesar 10,571 kali

dibandingkan dengan generasi kedua untuk tinggal di

Page 233: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

223

dalam desa tersebut. Atau dengan kata lain tingkat

mobilitas generasi kedua yang berasal dari Provinsi Jambi

dan sekitarnya untuk meninggalkan desanya mempunyai

peluang yang lebih besar. Suatu hal yang menarik untuk

generasi kedua yang berasal dari Provinsi Jambi dan

sekitarnya adalah faktor jarak yang lebih dekat dengan

provinsi asal. Sesuai dengan hukum-hukum migrasi yang

dikemukakan oleh Ravenstein mengatakan faktor jarak

merupakan salah satu fenomena migrasi. Disebutkan

semakin jauh jarak semakin berkurang volume migrasi, teori

ini dikenal dengan “Distance Decay Theory”.

Terkait dengan pendidikan orang tua (X7) dimana

dengan kategori dasar0 = SD dan tidak tamat; 1 = SLTP ke

atas. Mengamati Odds ratio terlihat bahwagenerasi kedua

dengan pendidikan orang tua (X7D1) dengan pendidikan

SD dan tidak tamat memiliki probabilitas 5,470kali untuk

menyebar di dalam desa dibandingkan ke luar desa.

Sedangkan untuk generasi kedua dengan pendidikan orang

tua SLTP ke atas (X7D2) dengan Odds ratio sebesar 8,056

dapat disimpulkan bahwa generasi kedua memiliki

probabilitas 8,056 kali lebih tinggi untuk tinggal di luar desa

dibandingkan dengan generasi kedua yang tinggal dalam

desa. Keadaan tersebut memperkuat analisis deskriptif yang

menunjukkan bahwa bagian terbesar dari generasi kedua

dengan tingkat pendidikan orang tua yang rendah

bermukim dalam desa. Semakin tinggi pendidikan orang

tua generasi kedua semakin besar peluang generasi kedua

tinggal di luar desa.

Hasil penelitian ini sejalan dengan apa yang telah

dikemukakan oleh Everett. S.Lee, dalam teorinya (Push Pull

Theory). Ada 4 faktor yang mempengaruhi terhadap

keputusan seseorang untuk melakukan migrasi diantaranya

faktor pribadi.Diantara faktor pribadi yang utama adalah

pendidikan, diluar pengalaman, kebutuhan dan sipat –sipat

pribadi. Pada bagian lain dikatakan karakteristik migran

dari sisi pendidikan lebih tinggi dari daerah yang

Page 234: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

224

ditinggalkan dan lebih rendah dari daerah yang dituju.

Semakin tinggi tingkat pendidikan semakin selektif migran.

Selanjutnya untuk jumlah anak dalam keluarga orang

tua (X8) tidak berpengaruh secara signifikan dimana

ditunjukkan nilai (p > 0,05). Dengan demikian dapat

disimpulkan tidak terdapat pengaruh dari jumlah anak

dalam keluarga orang tua terhadap sebaran permukiman

generasi kedua. Maksudnya besarnya jumlah anggota

rumah tangga orang tua tidak terkait dengan generasi kedua

tinggal di dalam desa atau di luar desa. Dengan Odds ratio

sebesar 0,777 memberikan makna bahwa generasi kedua

memiliki probabilitas 0,777 kali untuk tinggal di luar desa

dibandingkan dengan tinggal dalam desa. Dengan koefisien

negatif menunjukkan bahwa semakin kecil jumlah anggota

keluarga orang tua semakin besar peluang kemungkinan

terjadinya generasi kedua ke luar desa. Jumlah anggota

keluarga yang banyak memerlukan fasilitas dan kebutuhan

yang banyak pula sehingga berdampak pada biaya yang

harus ditanggung. Sebaliknya rumah tangga yang memiliki

jumlah anggota rumah tangga yang sedikit secara relatif

lebih sejahtera dibandingkan dengan jumlah anggota

keluarga besar.

Berkaitan dengan jumlah anggota keluarga dalam

fenomena migrasi menunjukkan rumah tangga dengan

jumlah anggota keluarga yang besar tingkat mobilitasnya

akan rendah. Ini berkaitan dengan pertimbangan besarnya

biaya yang akan dikeluarkan untuk memindahkan sumber

daya manusia dari tempat asal ke tempat yang baru.

Untuk komoditas utama yang diusahakan oleh

generasi kedua (X9D1) = sawit. Tidak berpengaruh secara

signifikan hal ini dibuktikan oleh nilai (p > 0,10). Sehingga

dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan probabilitas

permukiman dari generasi kedua dalam komoditas sawit

dan karet. Dengan kata lain permukiman generasi kedua di

dalam desa maupun di luar desa tidak dipengaruhi oleh

komoditas sawit atau pun karet.Kondisi hal ini di duga

Page 235: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

225

tanaman karet dan sawit merupakan tanaman yang tidak

terlalu berbeda dalam berproduksi, dan membutuhkan

rentangan waktu dalam tahunan. Kondisi ini sejalan dengan

temuan Junaidi (2012) dalam penelitiannya menyimpulkan

tidak terdapat perbedaan peluang transmigran untuk

mencapai stadia tertinggi antara desa komoditas tanaman

utama karet dengan komoditas tanaman utama kelapa sawit

di desa-desa eks transmigrasi dalam Provinsi Jambi.

Kemudian komoditas utama (X9D2) = tanaman

pangan (padi) ditunjukkan dengan nilai Odds ratio sebesar

8,302. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa

permukimangenerasi kedua memiliki probabilitas 8,302 kali

untuk tinggal di luar desa dibandingkan dengan generasi

kedua yang komoditas utamanya karet. Dengan kata lain

tingkat mobilitas keluar (meninggalkan permukiman) pada

generasi kedua yang menekuni komoditas pangan lebih

tinggi.Disisi lain diketahui bahwa komoditas tanaman

pangan (padi) yang merupakan tanaman musiman yang

dapat berlangsung beberapa kali dalam satu tahun.

Dibandingkan dengan tanaman perkebunan, hasil-hasil

pertanian tanaman pangan memiliki nilai jual produk yang

secara relatif kurang menguntungkan dibandingkan

tanaman perkebunan karet dan kelapa sawit, sehingga

konsekuensinya generasi kedua yang sumber mata

pencaharian orang tuanya berasal dari tanaman pangan

lebih mobil. Kondisi ini diperkuat oleh hasil penelitian

secara deskriptif (Tabel 5.4.9) yang menunjukkan bahwa

jumlah generasi kedua yang tinggal di luar desa dengan

tanaman utama pangan tercatat sebanyak sebesar (39,29%).

Page 236: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

226

BAB VI

PENUTUP

Hasil kajian di buku ini menunjukkan rata-rata umur kepala

keluarga (generasi pertama) di lokasi transmigrasi Provinsi Jambi

sebesar 64,31 tahun. Dengan usia tersebut responden termasuk

dalam kelompok umur tidak produktif, hal ini ditunjukkan oleh

sebesar 70,51% dari mereka yang diwawancarai tidak punya

pekerjaan. Bagian terbesar dari kepala keluarga berjenis kelamin

laki-laki. Bagian terbesar tingkat pendidikan yang ditamatkan

adalah SD/sederajat. Persentase generasi pertama berdasarkan

asal provinsi yang terbesar adalah Jawa Tengah. Persentase

generasi pertama menurut status ketransmigrasian adalah

Transmigrasi Umum (88,10%). Alasan utama ikut transmigrasi

adalah demi masa depan lebih baik. Kedatangan dari daerah asal

sebagian besar merupakan transmigrasi langsung. Jumlah anggota

rumah tangga yang dibawa dari daerah asal berjumlah antara 3-4

orang. Penguasaan lahan oleh generasi pertama masih tinggi dan

ketergantungan mereka terhadap lahan diluar wilayah

transmigrasi tergolong rendah. Jumlah generasi pertama yang

punya pekerjaan sampingan lebih sedikit dibandingkan generasi

kedua. Lapangan usaha yang paling banyak ditekuni generasi

pertama adalah di sektor pertanian sebesar 92,95 persen. Dari jenis

pekerjaan generasi pertama, yang paling banyak ditekuni adalah

pekerja kasar.

Rata-rata umur generasi kedua di lokasi transmigrasi

Provinsi Jambi adalah 34,57 tahun, dengan usia tersebut

menunjukkan mereka berada dalam kelompok umur produktif.

Persentase responden generasi kedua menurut jenis kelamin

sebagian besar adalah laki-laki. Jenis pekerjaan generasi kedua

masih berada sebagai tenaga usaha pertanian dan peternakan,

akan tetapi jumlahnya menurun drastis dibandingkan generasi

pertama. Bagian terbesar tingkat pendidikan yang ditamatkan

adalah SLTA/sederajat sebanyak 54,76 persen. Persentase

Page 237: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

227

generasi kedua yang bekerja di sektor formal lebih besar

dibandingkan dengan generasi pertama, terjadi peningkatan

dalam status pekerjaan dimana persentase generasi kedua sebagai

pekerja terampil dan setengah terampil lebih banyak

dibandingkan dengan generasi pertama yang menekuni bidang

tersebut.

Secara rata-rata generasi kedua di daerah penelitian dapat

dikatakan berhasil dan sejahtera dibandingkan generasi pertama.

Rata-rata jam kerja generasi kedua berjumlah sebesar 39,05 jam

dan telah melampaui jam kerja standar yaitu 35 jam per minggu.

Rata-rata pendapatan dan besarnya tabungan generasi kedua lebih

besar dari generasi pertama. Dari kondisi perumahan secara

keseluruhan kondisi generasi kedua lebih baik dari generasi

pertama hal ini terlihat dari penggunaan jenis lantai terluas,

dinding terluas, jenis atap terluas. Kepemilikan asset seperti:

mobil, sepeda motor, mesin cuci, dan kulkas generasi Kedua lebih

baik dan lebih banyak dari generasi pertama.

Permukiman transmigran generasi kedua sebagian besar

masih berada dalam desa. Hanya sekitar seperlimanya yang telah

keluar dari desa. Generasi kedua yang masih berada dalam desa

mempunyai alasan lahan yang tersedia pada saat ini masih cukup

luas. Sebagian generasi kedua yang keluar dari desa beralasan

untuk memperoleh penghasilan yang lebih baik. Faktor utama

yang mempengaruhi terjadinya sebaran permukiman transmigran

generasi kedua di Provinsi Jambi disebabkan faktor pendidikan,

lapangan usaha, provinsi asal orang tua, pendidikan orang tua dan

komoditas tanaman utama yang diusahakan.

Berdasarkan kepemilikan lahan generasi kedua lebih kecil

dibandingkan generasi pertama, namun demikian kesejahteraan

mereka lebih tinggi, hal ini disebabkan faktor penarik generasi

kedua untuk keluar dari desa adalah untuk memperoleh

penghasilan lebih baik dan faktor pendorong adalah rendahnya

tingkat pendidikan di dalam desa sehingga fragmentasi lahan

bukan faktor utama yang menyebabkan generasi kedua

meninggalkan desa. Hal ini merupakan model

pengembangangenerasi kedua transmigran yang terjadi di

Page 238: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

228

Provinsi Jambi dan dapat dijadikan model percontohan tidak saja

untuktransmigrasi generasi pertama tetapi juga generasi kedua

transmigran di masa mendatang.

Mengingat bahwa sebagian besar generasi kedua

transmigran masih berada di dalam desa dengan alasan

kesejahteraan mereka masih lebih baik, dan lahan yang digunakan

masih cukup oleh karena itu pemerintah sebagai pengambil

kebijakan perlu mengadakan pembekalan terhadap transmigran

di bidangketerampilan, dan pemerintah harus melakukan

alternatif agar generasi kedua tidak tergantung terhadap lahan

yang ada dan mereka tidak terjebak hanya di sektor pertanian

untuk mengantisipasi di masa yang akan datang, sehingga dapat

lebih meningkatkan pemanfaatan lahan ke arah yang lebih

produktif.

Tingkat pendidikan generasi kedua, lapangan usaha,

provinsi asal orang tua, tingkat pendidikan orang tua, dan jenis

komoditas utama merupakan faktor dominan yang

mempengaruhi sebaran permukiman generasi kedua di lokasi

penelitian, oleh karena itu variabel-variabel tersebut perlu

diperhatikan dalam pengambilan kebijakan di masa yang akan

datang terutama dalam proses seleksi calon transmigran di

Provinsi Jambi, sehingga di era otonomi daerah transmigrasi tidak

menjadi beban bagi daerah penerima yang pada akhirnya

berdampak terhadap kemiskinan.

Dalam meningkatkan kesejahteraan penduduk Provinsi

Jambi umumnya dan generasi kedua transmigran khususnya,

sesuai dengan era otonomi daerah, bahwa masyarakat

transmigrasi adalah transmigran dan penduduk setempat yang

ditetapkan sebagai transmigran. Ke depan perlu memberi peluang

yang lebih besar kepada penduduk setempat (lokal) terutama yang

tidak memiliki lahan atau yang mempunyai lahan sempit akan

tetapi mempunyai kemauan yang kuat untuk maju dan

meningkatkan kesejahteraannya. Untuk itu perlu pengembangan

pola usaha yang tidak semata-mata di sektor pertanian, akan tetapi

lebih mengutamakan untuk sektor-sektor non pertanian yang

Page 239: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

229

mampu mendorong terciptanya perluasan kesempatan kerja di

daerah transmigrasi.

Model pengukuran yang digunakan untuk mengetahui

kesejahteraan generasi kedua transmigran masih terbatas pada

beberapa indikator ekonomi, pada hal sebagaimana diketahui

ukuran kesejahteraan lebih luas dan komprehensif dari pada itu,

sehingga perlu menjadi pertimbangan untuk menggunakan

beberapa indikator lain dalam kesejahteraan. Perlu penelitian

lanjutan sejenis dengan mengajukan model yang lain atau dengan

memodifikasi variabel yang digunakan serta perlu

memperbanyak/memperluas wilayah dan jumlah sampel yang

dirujuk dalam penelitian mendatang.

Page 240: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

230

DAFTAR PUSTAKA

Ananta, A. 1986. Transmigrasi. Suatu Analisis Ekonomi. Dalam

Sepuluh Windu Transmigrasi Di Indonesia 1905-1985.

Editor Swasono dan Singarimbun. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Alatas, S. 1995. Studi Migrasi Penduduk Indonesia. Dalam Migrasi

dan Distribusi

Penduduk di Indonesia. Kantor Menteri Negara

Kependudukan/BKKBN.

Jakarta.

Alkadri, Muchdi, Suhandojo. 2001. Tiga Pilar Pengembangan

Wilayah:

SumberdayaAlam, Sumberdaya Manusia, dan Teknologi. Jakarta:

BPPT.

Adiatmojo, GD. 2008. Model Kebijakan Pengembangan Kawasan

Transmigrasi Berkelanjutan Di Lahan Kering (Studi

Kasus di Kawasan Transmigrasi Kaliorang Kabupaten

Kutai Timur). (Disertasi) Sekolah Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Amir. A. 2007. Pembangunan dan Kualitas Pertumbuhan Ekonomi

Dalam Era Globalisasi. (Teori, Masalah dan Kebijakan).

Penerbit Biografika. Bogor.

Anharudin, Priyono, Susilo SRT. 2008. Transmigrasi di Era Kabinet

Indonesia Bersatu.Telaah Kritis Atas Rencana Strategis

Transmigrasi Tahun 2005 – 2009. Jakarta. Bangkit Daya

Insana.

Amri, A, Junaidi, Yulmardi. 2009. Metodologi Penelitian Ekonomi

Dan Penerapannya. IPB PRESS. Bogor.

Page 241: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

231

Alihar,F. 2012. Transmigran dan Trauma Konflik Aceh. Jurnal

Ketransmigrasian. Vol. 29 No.2 Desember 2012.

Adisasmita, R. 2013. Teori-Teori Pembangunan Ekonomi:

Pertumbuhan Ekonomi dan Pertumbuhan Wilayah. Edisi

Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Ah Maftuchan, Hoelman,B M, Fanggidae, V. 2016. Transformasi

Kesejahteraan. Pemenuhan hak ekonomi dan Kesehatan

semesta. LP3ES. Jakarta.

Anonim. 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah

Provinsi Jambi 2016-2021. Peraturan daerah Provinsi

Jambi No. 7 Tahun 2016.

_______. 2017. Garis Kemiskinan Bank Dunia. September 2017.

Jambi Ekspres. 6 Maret, 2018.

Beller, W. 1990. How to Sustain a Small Island. In Beller, W, P.

d’Ayala and P Hein (editors): Sustainable Development

and Environmental Management of Small Island. Man

and the Biosphere Series, Vol.5. Unesco and The

Parthenon Publishing Group, Paris.

Blair, JP. 1991. Urban and Regional Economics. Boston: Richard D.

Irwing. Inc.

Budiharsono. 2001. Teknik Analisis Pembangunan Wilayah

Pesisir dan Kelautan. Jakarta. Pradnya Pramita. Of

Transmigration and Bondy, France: ORSTOM.

Bazzi, S, Gaduh,Rothenberg, and Wong. 2016. Skill

Transferability, Migration, and Development:

Evidence from Population Resettlement in

Indonesia: The American Economic Review.

September 2016.Artichel. Volume 106, number 9.

Page 242: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

232

Biro Pusat Statistik .1979. Definisi Desa dan Urban dalam

Sensus Penduduk Indonesia, Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2000. Penduduk Sumatera Utara Asal

Jawa. Jakarta.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2011. Jambi Dalam

Angka 2011. Jambi: BPS.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2015. Jambi Dalam

Angka 2015. Jambi.

Badan Pusat Statistik Provinsi Jambi 2016. Jambi Dalam

Angka 2016. Jambi.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah 2010, Provinsi

Jambi Tahun 2010.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015, Provinsi

Jambi. Tahun 2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015, Kabupaten

Tebo. Tahun 2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. 2015 Kabupaten

Muaro Jambi. Tahun 2015.

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah.2015. Kabupaten

Tanjung Jabung Barat. Tahun 2015.

Charras, Pain. 1993. Spontaneous Settlements in Indonesia:

Agricultural Pioneers in Suthern Sumatera. Jakarta:

Departemen.

Christou, A. 2008. Imagining “home”Diasporic landscapes

of the Greek-German Second Generation.

Page 243: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

233

Dirdjosisworo. 2003. Pengantar Ilmu hukum. Jakarta. PT.

Radja Grafindopersada.

Everret, S, Lee. 1966. “A Theory of Migration” dalam Demography,

vol. . . . 3

(Suatu Teori Migrasi) Pusat Penelitian Kependudukan. Universitas

Gadjah Mada, Yogyakarta.

Elfindri, Bachtiar. 2004. Ekonomi Ketenagakerjaan. Andalas

University Press. Padang.

Erfit.2011.Pengembangan Pola Kemitraan Pada Agribisnis

Hortikultura. (Disertasi). Program Pasca Sarjana,

Universitas Andalas Padang.

Fearnside.P.M. 1997. Transmigration in Indonesia: Lessons

From its Environmental and Social Impacts.

(journal) Environmental management Vol. 21. No.4.

Feriyanto, N. 2014. Ekonomi Sumber daya Manusia. Dalam

Perspektif Indonesia. Cetakan Pertama. UPP STIM

YKPN. Yogyakarta.

Hardjono, J. 1986. Beberapa Segi Geografis Daripada

Transmigrasi Swakarsa. Dalam Sepuluh Windu

Transmigrasi Di Indonesia. Penerbit Universitas

Indonesia. Jakarta.

Heryanti, Y. 2014. Analisis Dampak Interaksi Spasial

Terhadap Perkembangan PDRB dan Tenaga Kerja

Kabupaten/Kota di Provinsi Jambi. (Tesis).

Program Magister Ilmu Ekonomi. FEB Universitas

Jambi. Jambi.

Page 244: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

234

Ismail, R. 2007. Generasi Kedua Petani PIR: Perlu

Dipikirkan atau Biarkan Mereka Miskin?. Jurnal

Harmoni Sosial, Mei 2007, vol. I, N0.3.

Irawan dan Suparmoko, 2014. Ekonomika Pembangunan.

BPFE. UGM Yogyakarta. Edisi keenam.

John, Glasson. 1977. An Introduction to Regional Planning.

London: Hutchinson Educational.

Junaidi, Rustiadi, Slamet, Juanda. 2012. Pengembangan

Penyelenggaraan Transmigrasi Di Era Otonomi

Daerah, Jurnal Visi Publik, Vol.9.N0. 1, September

2012.

Junaidi .2012. Perkembangan Desa-Desa Eks Transmigrasi

Dan Interaksi Dengan Wilayah Sekitarnya Serta

Kebijakan Ke Depan (Kajian Di Provinsi Jambi),

(Disertasi), Sekolah Pasca Sarjana, Institut

Pertanian Bogor.

Kartomo,W. 2010. Kebijakan Kependudukan. Dalam Dasar-

Dasar Demografi. Edisi 2. LDFE UI. Jakarta.

Kemenakertrans. 2011. UPT Menjadi Pusat Pemerintahan

2010. Pusdatin Kemenakertrans. Jakarta.

Mc, Gee. 1976. An Analysis of The Determinants of Internal

labour mobility in India, in Annual of regional

Science 5.

Munasinghe, M. 1993. Environmental Economics and Sustainable

Development. World Bank Environmental paper No. 3

The World Bank, washington DC, Washington.

Page 245: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

235

Munir,R .2010. Migrasi dalam “Dasar-dasar Demografi”

Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi, Universitas

Indonesia, Penerbit Salemba Empat, Jakarta.

Muhammad, H.2015. Wawancara dengan Kepala Desa Sri

Agung. Tentang Generasi Kedua Transmigran.

Januari 2015.

Nugroho, I dan Dahuri R, 2004. Pembangunan Wilayah. Perspektif

Ekonomi, Sosial dan Lingkungan. Jakarta. LP3ES.

Najiyati. 2005S.. Peluang Pengembangan Koorporasi Usaha

Pertanian di Permukiman Transmigrasi Pola

Tanaman Pangan. Jurnal Penelitian dan

Pengembangan Ketransmigrasian.

Naim, M. .2013. Merantau Pola Migrasi Suku Minangkabau, Edisi

Ketiga, Divisi Buku Perguruan Tinggi, PT Raja Grafindo

Persada, Jakarta.

Purboadiwidjojo, S. 1985. Mencari Suatu Sistem Untuk

Melaksanakan Pemindahan Penduduk Secara Besar-

besaran. Dalam Sepuluh Windu Transmigrasi Di

Indonesia, 1905-1985. Editor Swasono dan Singarimbun.

Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.

P3T, 1990. Persatuan Pensiunan Pegawai Transmigrasi. Bunga

Rampai Transmigrasi dari Sabang – Dili- Merauke. Buku

II. Pemutra Jakarta.

Pasya. 2004. Perspektif Sejarah Status Kawasan Hutan, Konflik dan

Negosiasi di Sumberjaya, Lampung Barat-Provinsi

Lampung. Jurnal Agrivita. Vo.26 No1.

Purbandini,L dan Pandiadi. 2012. Analisis Proses Penyediaan

Tanah Hak Untuk Pembangunan Permukiman

Page 246: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

236

Transmigrasi Tinauka SP1 Kabupaten Donggala. Jurnal

Ketransmigrasian vol. 29 No. 1 Juli 2012. Puslitbang

Ketransmigrasian. Jakarta.

[Pusdatin Trans, IPB] Pusat Data dan Informasi Transmigrasi,

Institut Pertanian Bogor. 2012. Pengkajian Informasi dan

Analisis Tingkat Perkembangan UPT dan Tingkat

Kesejahteraan Transmigrasi. Jakarta: Pusdatin

Transmigrasi.

Rahardja dan Manurung. 2001. Teori Ekonomi Makro. Suatu

Pengantar. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi

Universitas Indonesia. Jakarta.

Ratna Sari. 2012. Kisah Sukses Generasi Kedua. Desa Karang

Indah, Kecamatan Mandastana,Kabupaten Barito Kuala,

Kalimantan Selatan.

www.jpnn.com/read/2012/08/05/135897.Efrianti,

September 2015.

Ria Efrianti. 2015. Kisah Sukses Generasi Kedua di Kawasan

Transmigrasi Sungai Bahar, Kabupaten Muaro Jambi.

Republik Indonesia. 1958. Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun

1958 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan

Transmigrasi. Jakarta: Sekretaris Negara.

Republik Indonesia 1959. Peraturan Pemerintah No. 13 Tahun

1959 tentang Pokok-Pokok Penyelenggaraan

Transmigrasi. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia 1960. Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang No. 29 Tahun 1960 tentang Pokok-

Pokok Penyelenggaraan Transmigrasi.

Page 247: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

237

Republik Indonesia 1965. Peraturan Presiden No. 5 Tahun 1965

tentang Gerakan Nasional Transmigrasi. Jakarta:

Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 1972. Undang-Undang No. 3 Tahun 1972

tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Transmigrasi.

Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 42 Tahun 1973

tentang Penyelenggaraan Daerah Transmigrasi. Jakarta.

Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 199

tentang Lingkup Geografis Kawasan Transmigrasi.

Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang No. 32 Tahun 2004.

TentangPemerintahan Daerah. Jakarta. Sekretariat

Negara.

Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang. Jakarta: Sekretariat Negara.

Republik Indonesia. 2009. Undang-Undang No. 29 Tahun 2009

tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 15 Tahun

1997 tentang Ketransmigrasian. Jakarta: Sekretariat

Negara.

Republik Indonesia. 2014. Peraturan Pemerintah No. 3 Tahun 2014.

Tentang Pelaksanaan Undang-Undang No.15 Tahun 1997

tentang Ketransmigrasian Sebagaimana telah diubah

dengan Undang-Undang No. 29 Tahun 2009 Tentang

Ketransmigrasian. Jakarta. Sekretariat Negara.

Rofiq. A. Utomo. 1998. Membangun Desa- Desa Transmigrasi

(Membangun UPT Model). Jakarta: Pusat Penelitian dan

Page 248: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

238

Pengembangan Departemen Transmigrasi dan

Permukiman Perambahan Hutan RI.

Riyadi. 2004. Pengembangan Wilayah dan Otonomi Daerah; Kajian

Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Pusat Pengkajian

Kebijakan Teknologi Pengembangan Wilayah BPPT.

Rustiandi, E dan Junaidi. 2011. Transmigrasi Dan Pengembangan

Wilayah (Makalah). Kementerian Tenaga Kerja dan

Transmigrasi RI di Jakarta. Februari 2011.

Sunarto, HS. 1985 Penduduk Indonesia Dalam Dinamika Migrasi

1971-1980, Dua Dimensi,Yogyakarta.

Sadono, S. 1986. Ekonomi Pembangunan. Borta Gorat. Medan.

Soetrisno. 1986. Peranan Transmigrasi Dalam Stabilitas Sosial

Politik

Daerah Perbatasan Dan Problematiknya: Kasus Irian Jaya. Dalam.

Windu Transmigrasi Di Indonesia. 1905-1985. Editor.

Swasono dan Singarimbun. PenerbitUniversitas

Indonesia (UI-PRESS)

Swasono dan Singarimbun. 1986. Sepuluh Windu Transmigrasi Di

Indonesia 1905- 1985. Penerbit Universitas Indonesia.

Jakarta.

Soeratno dan Arsyad, L. 1995. Metodologi Penelitian, Untuk

ekonomi dan Bisnis. UPP AMP YKPN. Yogyakarta.

Saefulhakim, Rustiadi, Panuju. 2001. Studi Penyusunan Wilayah

Strategis

Development Region). Bogor: IPB dan Bappenas..

Page 249: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

239

Santoso, AJ. 2003. Studi Kontribusi Transmigrasi Terhadap

Pembangunan Daerah. Puslitbang Ketransmigrasian.

Jakarta.

Siswono. Y. 2003. Transmigrasi. Kebutuhan Negara Kepulauan

Berpenduduk Heterogen dengan Persebaran yang

Timpang. Jakarta. PT. Junalindo Aksara Grafika.

Syahroni. 2004. Pengertian dasar dan Generik tentang Perencanaan

Pembangunan Daerah. (Makalah). Kerjasama

Departemen Dalam Negeri dengan GTZ. Jakarta.

Soegiarto S, Saidin S, Warsono, HS. Bustani N, Kuswandari D.

2005.Berbagai Model Permukiman kembali. Studi

Perbandingan Beberapa Negara. Pustaka Sinar Harapan.

Jakarta.

Strauss, A. 2005. Dasar –dasar Penelitian Kualitatif. Pustaka

Pelajar. Jakarta.

Setiawan, N.2006. Satu Abad Transmigrasi di Indonesia:

Perjalanan Sejarah Pelaksanaan, 1905-2005.Pusat

Penelitian Kependudukan. Universitas Padjadjaran.

Bandung.

Slamet. Y. 2006. Metode Penelitian Sosial. Lembaga Pengembangan

Pendidikan (LPP) Dan UPT Penerbitan dan Pencetakan

UNS (UNS Press) . Surakarta.

Sjafrizal. 2008. Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Penerbit

Baduose .Media, Padang.

Soegiarto, S. 2008. Transmigrasi. Belajar dari Kisah Sukses. Jakarta.

PT. Pustaka Sinar Harapan.

Page 250: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

240

Simbolon, HB. 2009. Model Analisis Kebijakan Pengembangan

Kawasan Transmigrasi Berkelanjutan. (Studi Kasus

Kawasan Transmigrasi Rasau Jaya Kabupaten

Pontianak). (Disertasi).Sekolah Pasca Sarjana. Institut

Pertanian Bogor.

Sumarsono, 2010. Teori dan Kebijakan Publik Ekonomi Sumber

daya Manusia. Edisi Pertama. Yogyakarta, Graha Ilmu.

Syofwan, B. 2012. Dulu Sempat Malu Mengaku Anak

Transmigrasi. Syofwan @ riaupos.co.

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif.

Cetakan ke 18 Penerbit Alfabeta Bandung, Bandung

Todaro, MP. 1979. Economic for a developing.World, an

Introduction to a Principle, Problem and Policies for

Development. London. Longman.

------------. 2000. Pembangunan Ekonomi Di Dunia Ketiga Jilid 1.

Alih Bahasa Munandar H. Edisi Ketujuh. Penerbit

Erlangga. Jakarta.

Titus, Milan, J .1982. Migrasi Antar Daerah DI Indonesia, PPS

Kependudukan, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Tarigan, R. 2005. Ekonomi Regional. Teori dan Aplikasi. Edisi

Revisi. Bumi Aksara. Jakarta.

Tukiran. 2002. Mobilitas Penduduk Indonesia. Tinjauan Lintas

Disiplin. Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan.

UGM. Yogyakarta.

Warsono, Sarjono Herry. 2012. Transmigrasi, Perpindahan

Penduduk dan

Page 251: repository.unja.ac.id Transmigrasi di Provinsi... · ii TRANSMIGRASI DI PROVINSI JAMBI (KESEJAHTERAN DAN SEBARAN PERMUKIMAN GENERASI KEDUA TRANSMIGRAN) Penulis Dr. H. Yulmardi, S.E.,

241

Disparitas Ekonomi Wilayah. Jurnal Visi

Publik.September 2012.

Widaryanto. 2012. Analisis Keragaman Jenis Usaha dan

Kelembagaan Ekonomi di Pusat Kota Terpadu (KTM).

Pusat Penelitian dan Pengembangan Ketransmigrasian.

Jakarta. Desember 2012.

Yudohusodo S. 1997. Refleksi Sejarah dan Arah Kebijaksanaan

Transmigrasi di Masa Mendatang. Di dalam Utomo M,

Ahmad R, editor. 90 Tahun Kolonisasi 45 Tahun

Transmigrasi. Jakarta: Puspa Swara.

Yulmardi, 2008. Makalah Mobilitas Penduduk. Pelatihan

Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD). Kerja Sama

Fakultas Ekonomi Universitas Jambi dengan Pemerintah

Daerah Kabupaten Sarolangun. Tahun 2008.