Translate Jurnal
-
Upload
mada-oktav-cakradwipa -
Category
Documents
-
view
102 -
download
5
description
Transcript of Translate Jurnal
INTERPRETASI RONTGEN THORAX PADA PEDIATRI
Rosemary Arthur
Konsultan Radiologi, Departemen X-ray dan Ultrasonography, The
Clarendon Wing, UK
KESIMPULAN
Interpretasi rontgen thorax pada pediatri sering diintimidasi, namun pengetahuan
dan panduan dasar dalam intrepetasi yang mungkin di pengaruhi oleh umur dan
teknik pengambilan gambar sangat membantu dalam menegakkan diagnosis oleh
klinisi pada berbagai macam kasus. Diferensial diagnosis yang terbatas diberikan
kepada seorang pasien dengan beberapa gambaran radiologi abnormal pada anak-
anak.
KATA KUNCI
X-ray thorax, pediatric, diagnosis, bentuk pengenalan
PENDAHULUAN
Rontgen thorax sering digunakan sebagai pemerikasaan radiografi pada anak-
anak. Interpretasi yang benar dalam pemeriksaan rontgen sangat berhubungan
dengan ketepatan diagnosis dan terapi. Hal yang sangat penting dalam evaluasi
pemeriksaan rontgen thorax adalah
1. Memeriksa nama pasien dan tanggal pemeriksaan.
2. Catatan proyeksi (supine atau erect, antero-posterior atau postero-anterior),
fase dari respirasi, dan keadaan rotasi, mengidentifikasi adanya artefak.
3. Mengidentifikasi tanda radiologi abnormal dengan secara sistematik
misalnya dari trakea, carina, bronkus mayor, regio hilus, bentuk dan
1
ukuran jantung, vaskularisasi dari paru, posisi fisura, diafragma, sudut
costofrenikus, jaringan lunak dan tulang.
4. Mengajukan beberapa deferensial diagnosis pada gambar radiologi yang
telah diinterpretasikan.
PENGARUH TEKNIK DAN UMUR DALAM INTERPRETASI
RADIOLOGI
Proyeksi
Dari indikasi klinik yang paling sering, proyeksi frontal tunggal dalam rontgen
thorax sangat di rekomendasikan, namun poyeksi lateral terkadang digunakan
untuk beberapa indikasi misalnya massa pada mediantinum. Posisi supine
antero-posterior digunakan pada foto rontgen bayi, biasanya posisi tersebut
dilakukan secara erect karena bayi tersebut tidak bisa berkoordinasi untuk
posisi postero-anterior. Ukuran jantung dan mediastinum akan terihat lebih
lebar jika di foto pada posisi AP. Cairan pleura dan pneumothorax akan susah
dideteksi pada posisi supine. Posisi horizontal baik sekali untuk menampilkan
adanya udara-cairan pada kasus hydropneumothorax yang didahului oleh
trauma.
Fase Respirasi
Diafragma diproyeksikan antara 5 sampai 7 costa anterior saat fase inspirasi
yang baik. Pada infant, fase ekspirasi akan memperlihatkan ukuran jantung
dan corakan bronkovaskuler sedangakan interpretasi yang salah akan
mengakibatkan kesalahan diagnosis dari penyakit jantung atau
bronkopneumonia. Posisi tinggi diafragma akan merepresentasikan keadaan
paru (Gambar 1).
2
(a)
(b)
Gambar 1. (a) Gambaran rontgen thorax dengan fase ekspirasiyang buruk sehingga menyebabkan adanya penonjolan broncho-vaskular menonjol bayangan jantung yang besar. (b) Pemeriksaan ulang. Perhatikan ukuran jantung normal; konsolidasi di dasar paru kiri sekarang menjadi lebih jelas divisualisasikan pada gambaran rontgen thirax dengan fase inspirasi yang benar (panah).
Posisi
Rotasi adalah yang paling banyak menyebabkan translucensi antara dua paru
dan harus dibedakan dari peningkatan hasil transradiensi dari berbagai macam
3
penyebab, misalnya adanya air trapping. Rotasi dapat dilihat melalui
pemeriksaan kesimetrisan costa dan jarak garis tengah klavikula dari prosesus
spinosum pada vertebra.
Artefak
Foto rontegn yang diambil mempunyai kemungkinan untuk terdapatnya
artefak. Misalnya ada sebuah lubang translucen yang diakibatkan oleh Perspex
dari inkubator, lipatan kulit pada bayi, semua itu dapat dengan mudah dikenali
sebagai artefak. Pada anak yang lebih tua bisa saja dijumpai rambut yang
tertangkap foto sebagai artefak dalam foto rontgen thorax (Gambar 2).
Gambar 2. Translusensi linear yang ditimbulkan oleh bayangan rambut menimpa trachea dan menyerupai udara mediastinum (panah).
Umur
Umur pasien dari bayi sampai dewasa harus dapat dikenali melalui foto. Pada
bayi, foto rontgen thorax biasanya lebih triangular dan relatif lebih dalam pada
diameter antero-posterior. Udara dalam bronkogram dapat dilihat di bayangan
jantung pada bayi dan anak-anak namun akan menjadi patologis jika terlihat 4
pada sisi perifer. Aspek anterior dari diafragma lebih tinggi, sudut
costofrenicus relative lebih menebal pada infant, dan bagian yang lebih rendah
sulit untuk dinilai.
Kelenjar Timus
Kelenjar timus terlihat pada bagian anterior mediastinum dengan ukuran yang
bervariasi dan dapat dikenali melalui bentuknya yang seperti layar dengan
konsistensi yang lembut dan terletak pada interkosta. Kelenjar timus terlihat
pada usia 2-8 tahun, setelah umur tersebut maka kelenjar timus tidak akan
terlihat. Pada waktu-waktu tertentu, kelenjar timus dapat terlihat membesar
dan harus dapat dibedakan dengan massa mediastinum atau area konsolidasi
paru. Pencitraan tambahan menggunakan ultrasonografi dan atau CT
sacan/MRI juga dapat sangat bermanfaat (Gambar 3).
Gambar 3. Gambaran berbentuk layar dari kelenjar timus (panah).
5
INTERPRETASI TANDA ABNORMAL RADIOLOGI
Walaupun pemeriksan rontgen dapat menjelaskan gejala yang pathogomonik
spesifik namun proses diagnostik sangat tergantung pada umur anak, perjalanan
klinis dan pemeriksaan klinis serta pemeriksaan labortorium selanjutnya. Ada
beberapa situasi, diagnosis harus dikonfirmasi dengan follow up pasien dengan
respos terapi dan biopsi lanjutan.
PENILAIAN SISTEMATIK PADA RONTGEN THORAX
Trakea, bronkus mayor dan regio hilus
Pada infant, trakea masih mobile, terkadang lebih ke depan atau ke kanan saat
ekpirasi. Teknis spesial, misalnya teknik Cincinnati membantu untuk melihat
udara pada proyeksi AP sehingga dapat memperlihatkan carina dan bronkus
mayor. Untuk melihat laring dan dan karina sangat disarankan pada posisi
lateral. Subglotis pada trakea dapat terlihat pada laringotrakeabrokitis akut
(misalnya croup) namun, kompresi ekstrinsik melalui cincin avaskular,
stenosis trakea kongenital, dan tumor intraluminal dapat dijadikan diferensial
diagnosis. Pelebaran trakea dapat juga dikarenakn pasien tersebut pernah
mendapatkan intubasi yang lama atau bisa dikarenakan batuk kronik,
contohnya fibrosis kistik dan sindrom in Mounier-Kuhn (trakheomegali
congenital). Pembesaran regio hilus dapat diakibatkan misalnya pembesaran
kelenjar getah bening yang dikarenakan infeksi virus atau bakteri atau bisa
juga dikarenakan fibrosis kistik. Ketika tampak membesar, infiltrasi tumor,
tuberculosis dan sarcoidosis harus difikirkan. Gambaran lateral dari hilus
berguna untuk mengkonfirmasi sumber pembesaran hilus, walaupun patologi
lain, seperti konsolidasi paru diproyeksikan di depan hilus pada film frontal
dan limfadenopati hilus.
Mediastinum Superior
Mediastinum superior dapat dideskripsikan baik bentuk maupun ukurannya.
Pelebaran yang terjadi dapat unilateral dan bilateral. Jika masih terpasang
6
nasogastric tube maka dapat diidentifikasi saluran esofagus (Gambar 4).
Mediastinum superior dapat dibagi menjadi anterior, medial dan posterior
yang terdiri dari pembuluh darah besar, trakea, esofagus, dan limpe
paratrakea. Pada massa mediastinum anterior dapat dicurigai adanya
limphoma atau tumor terato dermoid. Deviasi lateral pada trakea atau sebagian
pada trakea dan esofagus merupakan titik tunjuk pada massa mediastimum
medial, misalnya kista bronkogenik. Massa yang terdapat pada posterior
mediastinum misalnya adalah tumor neurogenik yang dapat terlihat terjadi
kalsifikasi serta destruksi dari kosta posterior. Penentuan lokasi kelainan
radiografi menjadi salah satu kompartemen ini akan membantu untuk lebih
fokus pada anatomi dan sifat dasar dari kelainan tersebut.1
Infeksi akut dan terapi steroid menyebabkan atrofi timus sementara. Namun,
jika atrofi terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan hilangnya kelenjar
timus, contohnya pada sindrom Di George, atau penyakit jantung kongenital.
Gambar 4. Massa mediastinum menutupi arkus aorta. Endotracheal dan nasogastric tubes bergeser ke kiri (tanda panah) akibat adanya massa, dan juga menyebabkan hilangnya aerasi pada lobus kanan atas (panah). Glandula timus tampak normal di sebelah kiri.
7
Jantung dan pembuluh darah besar
Mediastinum dan kontur jantung relatif lebih besar pada bayi dan diameter
transversal dari jantung normal mendekati 60% dari diameter transversal
thorax. Gambaran atrial dan organ vicera seharusnya dapat terbentuk pada
pemeriksaan anatomi bronkial dan posisi dari rongga perut dan sisi asenden
dan desenden aorta juga harus diperhatikan. Sisi kanan arkus aorta umumnya
dihubungkan dengan penyakit jantung bawaan, dan cincin vaskular
berhubungan dengan sisi kanan arkus aorta.2 Peningkatan ukuran jantung juga
memerlukan pemeriksaan yang lebih teliti terhadap paru untuk menilai
vaskularisasi paru. Cabang arteri pulmonalis seharusnya tidak dapat terhilat
pada tiga bagian perifer paru, namun jika cabang ini terlihat maka
menunjukkan adanya peingkatan aliran darah paru. Hipertensi arteri
pulmonalis diindikasikan dengan adanya pengurangan arteri pulmonalis yang
ditunjukkan dengan adanya dilatasi arteri proksimal dan perbedaan penurunan
ukuran dari arteri pulmonalis sentral dan perifer (Gambar 5). Kardiomegali
dapat disebabkan oleh berbagai macam penyebab, seperti penyakit jantung
bawaan, kardiomiopati, penyakit jantung kongetif, dan efusi perkardial.
Abnormalistas pada kontur jantung dapat bermanfaat untuk menilai apakah
telah terjadi pembesaran ruang jantung, namun penampakannya tidak spesifik
dan membutuhkan penilaian yang lebih lengkap, sehingga disarankan untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut seperti pemeriksaan echocardiography.
8
Gambar 5. Pengurangan cabang arteri pulmonal mengindikasikan adanya hipertensi pulmonal dan multipel emboli paru yang disebabkan penggantian ventriculo-artrial shunt oleh aventriculo-atrial shunt (tanda panah).
Paru/ Cavitas pleura-pola penyakit
Abnormalitas paru dan rongga pleura seringkali ditandai dengan peningkatan
fokal atau generalisasi daerah translusen paru, dapat berupa peningkatan atau
penurunan daerah translusen pada paru, cincin ataupun nodul paru.
Peningkatan translusensi
Peningkatan translusensi generalisata pada thorax berhubungan dengan
pendataran diafragma yang rendah, hal ini dapat terlihat pada anak yang
sehat, dimana terdapat upaya inspirasi yang besar, namun hal ini juga umum
ditemukan pada penyakit yang menyebabkan terjebaknya udara dalam thorax
seperti asma, bronchiolitis, dan cystic fibrosis (Gambar 6). Selain itu dapat
juga dipertimbangkan adanya obstruksi saluran napas atas akibat obstruksi
trakea contohnya pada cincin vaskular atau benda asing pada trakea.
Translusensi yang tidak merata pada paru harus mendapatkan pertimbangan
yang lebih serius. Rotasi pasien biasanya menjadi penyebab yang paling
umum, dan harus dieksklusi dengan terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan
9
radiografi ulangan untuk menghindari kelebihan kejadian emfisema obstruktif
unilateral jika ada keraguan akan penyebab obstruksi tersebut (Gambar 7).
Gambar 6. Diafragma rendah mendatar dan hiperinflasi paru pada fibrosis kistik. Tampak bayangan penonjolan hilus dan bayangan cincin multipel (panah) pada bagian kanan atas dan kiri bawah lobus.
Gambar 7. Gambaran translusen pada hemithorax kanan karena terjebaknya udara akibat kacang yang terinhalasi pada bronkus kanan. Terdapat tanda penurunan aliran darah pulmonal di sebelah kanan.
10
Jika kedua paru mempunyai perbedaan densitas, maka akan sulit untuk
menilai sisi yang sebelah mana yang sebenarnya memiliki kelainan, namun
dengan menggunakan pertimbangan beberapa point seperti yang
dikemukakan Swischuk dan John, 3 dapat membantu untuk mengidentifikasi
sisi abnormal dari paru.
Vaskularisasi Pulmoal
- Sisi yang memiliki kelainan adalah sisi yang mengalami penurunan
vaskularisasi
- Sisi dengan peningkatan vaskularisasi atau yang memiliki
vaskularisasi yang normal, biasanya merupakan sisi yang normal
Perbedaan gambaran inspirasi dan ekspirasi pada film
- Sisi yang abnormal adalah sisi yang paling sedikit menampakkan
perubahan pada ekspirasi
Ukuran hemithorax
- Gambaran kecil opak yang jelas pada hemitorax merupakan suatu
kelainan.
Emfisema kompensatorik dan emfisema obstruktif, keduanya dihubungkan
dengan adanya gambaran translusen yang luas pada hemithorax dengan
peningkatan opasitas pada bagian paru kontralateralnya (Gambar 8).
Peningkatan translusensi akibat emfisema obstruktif, seperti pada kejadian
terhirupnya benda asing atau lobar emfisema bawaan, seringkali dihubungkan
dengan kelemahan vaskularisasi pulmonal dan perbedaan antara kedua bagian
paru akan jelas terlihat pada fase ekspirasi, dimana akan terlihat adanya
overinflasi pada bagian paru yang abnormal. Sementara itu, emfisema
kompensatorik akibat adanya kolaps atau hipoplasia pada bagian paru
kontralateral, biasanya lebih sedikit terlihat pada fase ekspirasi dan
berhubungan dengan peningkatan vaskularisasi atau aliran darah akan terlihat
normal. Gambaran kecil translusen pada hemithorax, pada umumnya
berhubungan dengan adanya hipoplasia pulmonal dengan hipoplasia pada
arteri pulmonalis ipsilateral, contohnya pada kasus penyembuhan dari hernia
diafragmatika kongenital, namun hal ini juga dapat dijumpai pada sindrom
11
Swyer-James-Mcleod dimana terjadi bronchiolitis obliterans yang dapat
berkembang menjadi pneumonia.
Gambar 8. (a) Emfisema lobaris kongenital pada lobus kanan atas yang disebabkan oleh kolaps inkomplit pada lobus kanan tengah dan bawah dan paru kiri. Terlihat penurunan vaskularisasi pada lobus kanan atas yang mengalami emfisema. (b) Paru kanan menunjukkan emfisema kompensatorik akibat kolapsnya lobus kiri bawah. Terlihat penonjolan vaskularisasi pada bagian kanan yang mengindikasikan daerah normal (panah putih).
12
Kebocoran udara
Diagnosis pneumothorax dapat diketahui berdasarkan visualisasi tepi paru,
dimana terlihat adanya peningkatan translusensi thorax (Gambar 9). Namun,
ketika udara bertempat di bagian anterior, maka kelainan yang dapat terlihat
hanya kejelasan batas antara jantung paru akibat tidak tampaknya tepi paru.
Dugaan adanya udara pada mediastinum dapat terlihat dengan adanya
peningkatan gambaran translusensi pada daerah sentral dan peningkatan
kejelasan batas jantung. Udara pada cavum mediastinum lebih mudah untuk
dideteksi apabila udara berada pada garis lobus timus atau ketika udara
berada di sepanjang jaringan lunak leher, maka akan terlihat garis linear
translusen pada akar leher. Gambaran horizontal lateral berguna untuk
mengonfirmasi adanya pneumothorax anterior dan udara mediastinal. Udara
akan bocor kedalam ruangan perikardium, peritoneum dan sistem peredaran
darah sistemik, selain intersisial paru, pada penyakit respiratory distress
syndrome pada neonatus terdapat gambaran perkembangan emfisema.
Gambar 9. Respiratory distress syndrome pada orang dewasa. Sisi kanan pneumothorax sudah didrainase. Pada sisi kiri, ditemukan adanya pneumothorax anterior (panah) dan pneumothorax subpulmonal (mata panah) yang menetap meskipun telah dilakukan dua drainase.
13
Peningkatan opasitas paru
Peningkatan opasitas paru dapat disebabkan karena adanya infiltrat paru,
colaps paru, hipoplasia dan agenesis paru, dapat juga disebabkan karena
cairan pleura dan infiltrasi tumor. Lesi massa atau penebalan difuse dari dada
dapat meningkatkan opasitas paru.
Infiltrat paru dapat terdapat pada alveolus (rongga udara) atau intersisial
paru, hal ini dihubungkan dengan karakteristik gambaran radiologi.4
Bayangan ruang udara ditunjukkan dengan adanya peningkatan opasitas paru
yang kabur maupun padat, dapat pula tidak homogen maupun menyatu
membentuk daerah konfluen pada bayangan paru, dimana udara dapat terlihat
melalui bronchogram. Gambaran bayangan ruang udara dihubungkan dengan
adanya infeksi dimana terdapat infiltrat segmental atau lobar (Gambar 10)
atau dapat pula akibat edema pulmo dan infeksi oportunistik dimana terdapat
perubahan secara menyeluruh dan bilateral (Gambar 11a). Infiltrat intersisial
berkembang menjadi pemadatan intersisium paru atau dinding alveolus akibat
inflamasi, fibrosis, infiltrasi atau peningkatan cairan intersisial. Sejumlah pola
opasitas paru dapat terlihat.
Pola linear dengan cuffing peribronchial karena penebalan dari dinding
bronkial dikaitkan dengan edema jaringan interstitial paru akut (Gambar 11b)
atau infeksi, misalnya akibat Mycoplasma pneumoniae (Gambar 12).
Gambaran interstitial lainnya biasanya berkaitan dengan penyakit interstitial
kronis yang meliputi retikulo-nodular, nodular, milier dan terutama pada
penyakit stadium akhir, yakni berupa honeycomb appearance (sarang lebah).
Berbagai diskusi mengenai diferensial diagnosa dari pola-pola ini dapat
ditemukan dalam literatur.5
Cairan pleura dapat meningkatkan opasitas seluruh hemithorax ketika x –
ray diambil dalam posisi supine. Efusi pleura yang masif dapat menggeser
mediastinum ke sisi kontralateral kecuali paru ipsilateral kolaps (Gambar 13).
Pemeriksaan USG dapat menentukan apakah cairan pleura berada di dalam
lokus atau dapat dilakukan drainase perkutan, dan juga dapat membantu
untuk mengidentifikasi patologi lain, misalnya tumor atau kelainan bawaan
pada paru.
14
Sebuah tumour thorax dapat menunjukkan gambaran opak yang luas dan
sulit dibedakan dari efusi pleura masif tanpa pemeriksaan pencitraan lebih
lanjut. mediastinum biasanya bergeser ke sisi kontralateral dan trakea dapat
membungkuk jauh dari lokasi massa. Munculnya fokus atau kalsifikasi atau
destruksi tulang atau erosi menjadi oetanda diagnosis yang penting.
Gambar 10. Pneumonia lobaris, menunjukkan adanya udara pada gambaran bronkogram, dan hilangnya kontur mediastinum mengindikasikan adanya infeksi pada lobus kiri atas (tanda Silhouette).
15
Gambar 11. Infiltrat paru. (a) Air space shadowing dengan penonjolan bronkogram udara (panah). (b) Interstitial shadow dengan pola penonjolan linear, cairan di fissura horisontal (panah) dan efusi pleura kanan minimal.
16
Gambar 12. Infiltrat bilateral jaringan interstitial paru karena Mycoplasma pneumoniae.
Gambar 13. A hemithorax sepenuhnya buram karena besar efusi pleura dengan shiftof mediastinum ke kanan.
17
Diagnosis banding dari opasitas bilateral tergantung pada usia anak,
meskipun fase inspirasi yang buruk atau obstruksi trakea dapat
mengakibatkan peningkatan bayangan paru pada setiap umur. penyebab
paling umum untuk anak neonatus dan anak yang lebih tua dapat dilihat pada
tabel I.
Tabel 1. Gambaran opak pada paru bilateral.
Neonatus Anak dengan Usia Lebih Tua
• Respiratory Distress Syndrome
idiopatik
• Respiratory Distress Syndrome akut
• Perdarahan pulmonal • Edema pulmonal
• Gagal jantung • Penyakit neuromuscular
• Infeksi Streptococcal Grup B • Infeksi oportunis
• Hipoplasia pulmonal • Efusi pleura bilateral
• Efusi pleura bilateral • Penyakit paru kronis
Pada neonatus, aspirasi mekonium, infeksi dan aspirasi adalah penyebab
paling umum ddari kemunculan opasitas yang multifocal dan tidak homogen.
Diferensial diagnosis pada anak yang lebih tua meliputi aspirasi, infeksi,
terutama karena TBC, dan infeksi atipikal atau oportunistik, dan infiltrasi
tumor (Gambar 14). Diagnosis biasanya bergantung pada korelasi dari
tampilan radiologi dengan anamnesis, pemeriksaan fisik serta pemeriksaan
laboratorium,
Opasitas fokal pada 1 lobus atau segmen lebih banyaj disebabkan
konsolidasi sekunder terhadap infeksi atau atelektasis, dan bentuk kolaps dan
konsolidasi pada lobus dijelaskan lebih lanjut dalam teks.6 Keberadaan udara
bronchogram dalam daerah yang opak menegaskan adanya air space
shadowing pada pneumonia bakterialis, misalnya pneumonia pneumokokus.
Lobus yang terkena dapat dilihat dari foto rontgen frontal menggunakan tanda
siluet, di mana mediastinum atau batas jantung dikaburkan oleh area
konsolidasi yang berdekatan (Gambar 10). Pneumonia atipikal, misalnya
18
Mycoplasma pneumoniae, sering mengakibatkan kerusakan interstitial dan
bilateral (Gambar 12).
Kolapsnya paru dikaitkan dengan penambahan suatu daerah paru yang
meningkat opasitasnya akibat dari hilangnya volume paru, seperti yang
terlihat melalui perubahan posisi fisura mayor dan/atau bayangan hilus
(Gambar 15). Lokasi hilangnya volume paru mungkin juga menyebabkan
pergeseran mediastinum ke arah paru yang kolaps dan elevasi diafragma
ipsilateral.
Merupakan hal yang penting untuk membedakan area fokus konsolidasi
dari bagian yang kolaps, karena paru yang kolaps dapat berhubungan dengan
inhalasi benda asing atau obstruksi ekstrinsik sehingga menyebabkan
bronkoskopi atau operasi diindikasikan. Namun, ketika kolaps terjadi di area
subsegmental, mungkin sulit untuk membedakan dari air space shadow dari
infeksi, terutama pada anak-anak dengan asma. Dalam situasi ini, gambaran
klinis akan membantu memutuskan apakah infiltrate paru adalah karena
obstruksi sumbatan mukus atau penyakit infeksi yang mendasarinya.
19
Gambar 14. Overinflasi bilateral dan infiltrat paru yang luas pada bayi yang diintubasi dengan bronkiolitis berat dengan infeksi sekunder bakteri.
Gambar 15. Kolapsnya lobus media dan inferior paru kanan (panah).
20
N odul paru
Nodul paru adalah opasitas diskrit terlihat pada paru. Nodul inidapat
soliter maupun multiple, dengan ukuran yang berbeda-beda dan dapat
menunjukkan kalsifikasi atau kavitasi. Terdapat berbagai diagnosis
diferensial, tapi sejauh ini penyebab paling umum dari sebuah opasitas soliter
pada paru anak-anak adalah pneumonia, yang sering dikaitkan dengan infeksi
pneumokokus. Pada fase akut, udara bronkogram biasanya tidak terlihat dan
mereka mungkin disalahartikan sebagai lesi fokal akibat tumor (Gambar 16).
Temuan klinis biasanya mengarah pada infeksi, dan opasitas dan keadaan
klinis memberikan respon cepat terhadap terapi antibiotik.
Nodul multifokal dapat menunjukkan metastase multiple, tetapi infeksi
multifokal, granuloma, papillomatosis laring dan beberapa emboli juga harus
dipertimbangkan dalam diagnosis diferensial. Kavitasi dalam nodul soliter
atau multiple paru yang paling sering berkaitan dengan infeksi, dan apabila
multiple, meningkatkan kemungkinan emboli septik.
Gambar 16. Pneumonia berbentuk bulat menunjukkan lesi massa di lobus inferior paru kanan.
21
Banyanga n cincin
Bayangan cincin mengacu pada lesi kistik berisi udara berdinding tipis di
paru-paru yang mungkin soliter atau multiple, dan mungkin bilateral,
misalnya dalam bronkiektasis. Deteksi dinding tipis adalah hal penting untuk
membedakannya dari nodul kavitasi lain, terutama abses. Pneumatocoeles
adalah penyebab paling sering munculnya gambaran bayangan cincin yang
terlihat pada anak-anak, dan biasanya mempengaruhi lobus tengah dan lobus
bawah, dapat soliter atau multiple dan bervariasi dalam ukuran. Hal ini
berhubungan dengan pneumonia staphylococcus dan streptokokus.
Lesi kongenital yang dapat dilihat sebagai sebuah soliter lesi kistik
berdinding tipis termasuk kista bronkogenik atau sekuestras extralobar,
sedangkan massa kompleks yang terdiri dari beberapa bayangan cincin
meliputi diagnosis hernia diafragmatika kongenital dan malformasi
adenomatoid kistik dariparu.7 (Gambar 17).
Gambar 17. Beberapa bayangan cincin berlanjut dengan pola gas usus pada bayi dengan hernia diafragmatika kongenital. Perhatikan pergeseran mediastinum (mata panah), dan drainase dimasukkan di sebelah kanan untuk mendrainase pneumotorax.
22
Diferensial diagnosis untuk perubahankista paru secara
keseluruhanmisalnya bubbly lung berbeda dari bayangan cincin. Pada
neonatus, emfisema interstitial paru displasia bronkopulmonalis dan Penyakit
MickityWilson harus dipertimbangkan. Pada anak-anak, fibrosis kistik,
penyakit Hodgkin kavitasi luas, infeksi jamur disebarluaskan dan honeycomb
paru dapat menunjukkan abnormaltias.
Diafragma
Elevasi diafragma menunjukkan berkurangnya volume paru, kelumpuhan,
eventrasi, hernia diafragma kongenital atau efusi subpulmonal. Pendataran
diafragma menunjukkan adanya overinflasi paru, tapi juga mungkin karena
pneumotorax subpulmonal (Gambar 9). Hilangnya kejelasan diafragma
mungkin terkait dengan kolaps paru yang berdekatan atau konsolidasi, tapi
kemungkinan sekuestrasi extralobar kongenital harus juga dipertimbangkan,
terutama jika opasitas lambat menghilang setelah pengobatan untuk infeksi.
Hubungan dari hemitoraks kecil dan opasitas basal di sebelah kanan harus
meningkatkan kecurigaan terhadap sindrom Scimitar dan pencarian harus
dilakukan untuk menemukan kepadatan linear vena Scimitar (Gambar 18).
Gambar 18. Sindrom Scimitar. Hemitoraks kecil yang berhubungan dengan opasitas di basal kanan yang sebagian menutupi kontur diafragma. Perhatikan vena Scimitar (panah).
23
Kerangka thorax dan jaringan lunak
Kelainan kerangka toraks penting untuk diidentifikasi karena mereka dapat
menjadi penanda untuk gangguan tulang secara umum, termasuk pembesaran
bagian anterior ujung tulang rusuk pada rakhitis rosari, dysplasia skeleton,
dan lesi destruktif pada tulang akibat keganasan dan infeksi. Identifikasi patah
tulang rusuk pada rontgen thorax anak di ruang perawatan intensif mungkin
menjadi satu-satunya petunjuk bahwa trauma kepala mungkin juga terjadi
secara tidak sengaja. Penebalan menyeluruh pada dinding dada
mengakibatkan penurunan opasitas dari paru, sedangkan ketiadaan muskulus
pectoralis unilateral yang terjadi secara congenital dapat menunjukkan udara
yang terperangkap melalui peningkatan translusensi thorax. Massa multiple
jaringan lunak , misalnya neurofibroma dapat diproyeksikan sebagai opasitas
multiple pada paru. Namun, inspeksi secara dekat terhadap jaringan lunak
dapat mengungkapkan asal dari bayangan yang muncul.
Setelah menyelesaikan tinjauan sistematis pada dada, sangatlah bermanfaat
untuk menilai lokasi abnormalitas yang sering terabaikan, misalnya di
belakang klavikula , mediastinum dan daerah retrokardiak dari basal paru.
Pengamatan kedua pada hasil x - ray sering bermanfaat ketika kelainan sulit
diiterpretasi atau ada perbedaan dengan kesan klinis. Diskusi dengan ahli
radiologi dapat membantu untuk menemukan minimal 1 lagi petunjuk
radiologi untuk sampai pada diagnosis yang benar dalam kasus-kasus yang
sulit .
24
REFERENSI
1. Meza PM, Benson M, Slovis M. Imaging of mediastinal masses in children.
Radiolog Clin N Am 1993; 31: 583--604.
2. Burton EM, Brody AS. Cardiovascular system. In: Essentials of Pediatric
Radiology. Thieme, Stuttgart/New York, 1999; pp. 239--269.
3. Swischuk LE, John SD. Differential Diagnosis in Pediatric Radiology.
Lippincott, Williams and Wilkins, Philadelphia 1995.
4. Willich E, Richter E. The thorax. In Ebel K-D, Blickman H, Willich E, Richter
E (eds) Differential Diagnosis in Pediatric Radiology. Thieme, Stuttgart/New
York, 1999; pp. 3--151.
5. Bokulic RE, Hilman BC. Interstitial lung disease in children. Pediatr Clin N
Am 1994; 41: 543--567.
6. Caffey’s Pediatric X-ray Diagnosis: an Integrated Imaging Approach, 9th ed.
Mosby Year Book Publishers, 1992.
7. Kravitz RM. Congenital malformations of the lung. Pediatr Clin N Am 1994;
41: 453--470.
25