Translate DFK

28
Translate Jurnal Nama Kelompok : Loviena Veronica N. (2443013319) Stevani Lely B. (2443013328) Tugas : Dasar Farmasi Komunitas Memahami perubahan praktik farmasi komunitas: Sebuah studi kualitatif di Australia Alison S. Roberts, B.Pharm. (Hons.)a,*, S.I. (Charlie) Benrimoj, Ph.D. a , Timothy F. Chen, Ph.D. a , Kylie A. Williams, Ph.D. a , Trine R. Hopp, M.Sc. (Pharm.) b , Parisa Aslani, Ph.D. a a Pharmacy Practice Research, Faculty of Pharmacy, University of Sydney, NSW 2006, Australia b Department of Social Pharmacy and FKL-Research Centre for Quality in Medicine Use, The Danish University of Pharmaceutical Sciences, Universitetsparken 2, 2100 Copenhagen Ø, Denmark Abstrak Latar Belakang: Sebagian besar penelitian tentang pelayanan farmasi kognitif telah difokuskan pada pemahaman atau mengubah perilaku apoteker di masyarakat, dengan beberapa studi yang berfokus pada apotek sebagai unit analisis atau mempertimbangkan seluruh profesi sebagai sebuah organisasi.

description

Tugas akhir mata kuliah Dasar Farmasi Komunitas, Translate Jurnal

Transcript of Translate DFK

Page 1: Translate DFK

Translate Jurnal

Nama Kelompok : Loviena Veronica N. (2443013319)

Stevani Lely B. (2443013328)

Tugas : Dasar Farmasi Komunitas

Memahami perubahan praktik farmasi komunitas:

Sebuah studi kualitatif di Australia

Alison S. Roberts, B.Pharm. (Hons.)a,*, S.I. (Charlie)

Benrimoj, Ph.D.a, Timothy F. Chen, Ph.D.a,

Kylie A. Williams, Ph.D.a, Trine R. Hopp, M.Sc.

(Pharm.)b, Parisa Aslani, Ph.D.a

aPharmacy Practice Research, Faculty of Pharmacy, University of Sydney,

NSW 2006, AustraliabDepartment of Social Pharmacy and FKL-Research Centre for Quality in Medicine Use,

The Danish University of Pharmaceutical Sciences, Universitetsparken 2,

2100 Copenhagen Ø, Denmark

Abstrak

Latar Belakang: Sebagian besar penelitian tentang pelayanan farmasi kognitif telah difokuskan

pada pemahaman atau mengubah perilaku apoteker di masyarakat, dengan beberapa studi yang

berfokus pada apotek sebagai unit analisis atau mempertimbangkan seluruh profesi sebagai

sebuah organisasi.

Tujuan: Untuk menyelidiki perubahan praktek dan mengidentifikasi fasilitator pada proses ini di

farmasi komunitas, dengan fokus khusus pada pelaksanaan layanan kognitif farmasi (CPS) dan

program terkait.

Page 2: Translate DFK

Metode : Tiga puluh enam peserta, dengan wawancara semi-struktur dilakukan dengan peserta

dari 2 kelompok, apotek di masyarakat dan farmasi ''strategi,'' di Australia. Panduan wawancara

didasarkan pada kerangka teori organisasi, dengan 5 bidang studi: peran dan tujuan dari peserta

dalam kaitannya dengan praktek perubahan; pengalaman dengan CPS; mengubah strategi yang

digunakan; jaringan penting untuk perubahan.

1. Pengantar

Perubahan yang terjadi pada praktek farmasi komunitas sebagai profesi merupakan upaya

transisi dari sebuah orientasi hasil ke orientasi pelayanan yang didokumentasikan dengan baik

dalam literature. Ada kesepakatan di antara semua penulis tentang mengubah: sulit, dan

umumnya lebih kompleks daripada orang pertama mengantisipasi. Untuk mencapai perubahan

yang sukses, telah disarankan 3 dimensi penting yang perlu ditangani. Ini merupakan konten (apa

yang harus diubah); konteks (mempertimbangkan dampak dari faktor internal dan eksternal); dan

proses (meniadakan yang dilakukan untuk melakukan perubahan, dan langkah-langkah menuju

keberhasilan pelaksanaan). Pada farmasi komunitas, ada kesepakatan mengenai pergeseran

konten ke layanan dan praktek. Namun, kurangnya literatur di bidang konteks dan proses.

Dampak dari faktor yang mempengaruhi perubahan sebagian besar telah dibatasi pada

pembahasan hambatan, dengan sedikit fokus pada faktor-faktor yang memfasilitasi perubahan.

Ada juga yang menjadi kecenderungan “sesuai” fasilitator hambatan, misalnya, jika kekurangan

uang adalah penghalang, maka sering diasumsikan bahwa penggantian adalah solusi akhir,

asumsi bahwa orang lain telah memperingatkan.

Ada sebuah badan peningkatan penelitian praktek farmasi di bidang pelayanan farmasi

kognitif (CPS), yang didefinisikan oleh cipolle et al sebagai ”penggunaan pengetahuan khusus

oleh apoteker untuk pasien atau perawatan kesehatan profesional untuk tujuan mempromosikan

keefektifan dan keaman suatu terapi obat”. Banyak penelitian ini telah difokuskan pada apoteker

di masyarakat dan pemahaman atau mengubah perilaku mereka, dengan beberapa studi yang

berfokus pada apotek di masyarakat sebagai unit analisis atau mempertimbangkan seluruh

profesi sebagai sebuah organisasi. Selain itu, fasilitator diidentifikasi tampaknya akan difokuskan

pada faktor internal, sering mengabaikan faktor organisasi yang lebih luas.

Page 3: Translate DFK

Strategi organisasi yang digunakan untuk membantu proses perubahan, yang dapat

dikategorikan berdasarkan proses atau berdasarkan perilaku, dapat membantu dalam pemahaman

tentang strategi perubahan proses. Hal ini didokumentasikan dalam literatur lain seperti

keperawatan tetapi hanya sedikit pada penelitian farmasi komunitas. Memang, beberapa studi

telah meneliti proses pelaksanaan perawatan farmasi atau CPS, terutama dalam pengaturan

Australia.

Mendapat informasi tentang struktur organisasi dan budaya dan mengidentifikasi para

pemegang kepentingan (stakeholder) dan peran mereka dalam perubahan, merupakan komponen

kunci dalam memahami proses perubahan. Kanter et al berpendapat bahwa perubahan akan

sangat kompleks dan menantang karena tidak ada kesepakatan tentang mengapa atau bagaimana

perubahan harus dilakukan, dan perlu diperhatikan bahwa “sudut pandang dari orang-orang yang

berpikir mereka menciptakan perubahan sebagai proses yang disengaja akan berbeda dari orang-

orang yang berada pada sisi penerima”. Kanter et al juga telah mengatakan bahwa program yang

lebih mungkin berhasil jika tujuan dari berbagai pemangku kepentingan diperhitungkan,

sehingga memungkinkan eksplorasi dimensi konteks perubahan. Selain itu, penting untuk

mempertimbangkan seberapa jauh kemajuan dalam proses perubahan pada orang-orang yang

akan menerima perubaham atau menolak adanya perubahan yang akan diterapkan, karena

dengan adanya “analisis ini dapat membantu Anda 'menyesuaikan' strategi implementasi yang

lebih sesuai lebih dengan kebutuhan dari berbagai identifikasi kelompok orang”.

Dalam penelitian ini, tujuannya adalah untuk :

1. menyelidiki proses perubahan praktek di farmasi komunitas, dengan fokus khusus pada

pelaksanaan CPS dan program terkait; dan

2. mengidentifikasi fasilitator dari proses perubahan praktek yang berkaitan dengan

pelaksanaan CPS dan terkait program di apotek masyarakat

1.1. pengaturan

Penelitian ini dilakukan di Australia. Sebuah ringkasan singkat dari sistem farmasi

komunitas di Australia ditunjukkan pada Gambar 1.

Page 4: Translate DFK

2. Metode

2.1. Kerangka teoritis untuk penelitian

Kerangka teori yang diterapkan dalam penelitian ini didasarkan pada teori organisasi.

Penjelasan lengkap dari kerangka muncul dalam publikasi lain.

Gambar 1. farmasi Komunitas di Australia.

Pendekatan seperti memberikan perspektif yang berguna untuk mengenali dan

menggambarkan komponen penting dari suatu organisasi, dan bagaimana mereka dapat

mempengaruhi satu sama lain dan seluruh organisasi. Teori organisasi tidak mengecualikan

perubahan individu. Namun, pada faktanya Woodman and Dewitt menyatakan, “hal ini tidak

benar-benar mungkin untuk mengubah organisasi dalam arti benar-benar bermakna kecuali

peserta organisasi melakukan pekerjaan mereka secara berbeda, [dan] mengubah pemikiran atau

sikap mereka dengan cara yang mendukung perubahan yang dibutuhkan”. Oleh karena itu, teori

Australia memiliki sekitar 12.000 apoteker komunitas dan 5.000 apotek komunitas, untuk populasi 20 juta orang.

Kepemilikan apotek komunitas dibatasi untuk apoteker.

Rasio komunitas farmasi rata-rata penjualan resep dibandingkan penjualan non resep adalah 70:30.

Pembayar utama adalah Kepada Pemerintah Australia, dengan farmasi komunitas mengeluarkan $169.000.000 dari resep bersubsidi per tahun (tidak termasuk kontribusi pasien).

Ada sejumlah CPS Pemerintah yang didanai disampaikan dari apotek komunitas Australia, yang dirancang untuk membantu pencapaian Kebijakan Kesehatan Nasional Pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan kualitas Penggunaan Obat. Mereka termasuk:

Obat diberikan untuk pasien disertai dengan pengobatan di rumah dan sesuai usia (Residential MedicationManagement Review) - bekerja sama dengan dokter pasien

Obat diberikan untuk pasien dengan pengobatan di rumah (Home Medicines Review) - bekerja sama dengan dokter pasien

Informasi Obat Konsumen (CMI), merek-spesifik informasi tertulis tentang produk obat, ditargetkan untuk konsumen.

Page 5: Translate DFK

kerangka organisasi memungkinkan identifikasi faktor yang mempengaruhi perubahan praktek

dari organisasi, bukan hanya individu, perspektif dan dengan demikian membantu dalam lebih

memahami proses perubahan pada apotek di masyarakat.

2.2 Populasi penelitian

Berdasarkan kerangka teoritis, subjek diambil dari 2 tingkat organisasi : tingkat komunitas

farmasi individu dan tingkat komunitas farmasi strategi. Mewawancarai berbagai peserta dari

sebuah organisasi merupakan teknik yang telah digunakan dalam penelitian studi kasus

organisasi, dan pengumpulan data pada 2 tingkat ini memungkinkan perspektif peserta yang

berbeda dalam profesi farmasi masyarakat untuk dimasukkan dalam temuan penelitian ini.

2.2.1. Tingkat farmasi komunitas individu

Populasi terdiri dari apoteker di masyarakat, pemilik apotek, manajer, dan apoteker

dipekerjakan lain dan staf yang bukan apoteker seperti teknisi apotek, asisten apoteker, atau

“manajer ritel” yang saat ini atau telah terlibat dalam upaya untuk melaksanakan CPS atau

program terkait dalam farmasi komunitas. Sebagai posisi seseorang dalam suatu organisasi dan

akses untuk informasi yang dapat mempengaruhi persepsi mengenai perubahan, melibatkan

peserta dengan peran yang berbeda dan tanggung jawab dalam apotek adalah penting untuk

memahami persepsi ini.

2.2.2. Tingkat farmasi komunitas strategi

Pada tingkat profesi yang lebih luas, populasi terdiri dari farmasi komunitas “strategi”,

didefinisikan dalam penelitian ini sebagai orang-orang yang terlibat dalam pengembangan dan

atau penyebaran proyek atau program yang melibatkan penyediaan CPS oleh apotek masyarakat,

seperti peneliti praktek farmasi dan orang yang dipekerjakan oleh organisasi farmasi profesional.

Peserta diambil dari 4 negara bagian Australia: New South Wales, Queensland, Australia

Selatan, dan Victoria, dan dari kedua wilayah metropolitan dan non metropolitan.

Page 6: Translate DFK

2.3. Pemilihan sampel

Setelah persetujuan dari University of Sydney Komite Penelitian Etika Manusia, peserta yang

memiliki beberapa pengalaman dengan 2 program farmasi komunitas kunci dari Perjanjian

Ketiga Komunitas Farmasi yang diupayakan untuk :

Program Tentang Pengobatan di Rumah (HMR), sebuah layanan ulasan mengenai obat yang

diberikan kepada pasien yang tinggal di rumah. Ini melibatkan kolaborasi antara pasien,

seorang apoteker terakreditasi (yang melakukan ulasan tentang obat-obatan), dan praktisi

medis pasien dan bertujuan untuk mengurangi masalah-obat. Program ini diperkenalkan

pada tahun 2001, dengan sekitar 55% dari apotek masyarakat terdaftar untuk memberikan

HMRC pada saat penelitian.

Program Kualitas Perawatan Farmasi Program (QCPP), program jaminan kualitas yang

diperkenalkan pada tahun 1998 dengan tujuan untuk meningkatkan standar layanan

pelanggan dan praktek professional diapotek pada masyarakat Australia. QCPP

dimaksudkan sebagai kerangka yang mendasari pengiriman HMR dan CPS masa depan.

Apotek yang ingin mendaftar untuk memberikan HMRC diminta untuk menjadi baik QCPP

terakreditasi atau menjalani proses akreditasi. Pada saat penelitian, sekitar 58% dari apotek

masyarakat yang terakreditasi dengan QCPP.

2.3.1. Apotek di masyarakat

Untuk mengidentifikasi apotek di masyarakat pada berbagai tahap dalam proses perubahan,

koordinator berbasis negara (dipekerjakan oleh The Pharmacy Guild of Australia) untuk HMR

dan QCPP. Koordinator masing-masing diminta untuk mencalonkan sekitar 10 apotek yang

memiliki beberapa pengalaman, tetapi pada berbagai tahap proses implementasi, baik HMR atau

QCPP. Sebuah metode yang sama telah dijelaskan oleh Tann dkk. Lima belas apotek dihubungi

melalui telepon. Dari jumlah tersebut, 14 pemilik apotek, 6 apoteker bekerja, dan 3 asisten

apoteker dari 13 apotek masyarakat setuju untuk berpartisipasi dalam wawancara.

2.3.2. Strategi

Stakeholder yang terlibat dalam pengembangan atau penyebaran HMR dan QCPP

diidentifikasi melalui diskusi dengan peneliti terkemuka di bidang ini, dan dihubungi melalui

telepon. Para ahli strategi juga diminta untuk menunjukkan stakeholder lainnya yang mungkin

Page 7: Translate DFK

berguna untuk berbicara tentang masalah ini, dengan menggunakan teknik yang dikenal sebagai

bola salju. Walaupun ada kerugian untuk pendekatan ini, misalnya hanya termasuk anggota dari

jaringan tertentu, itu masih dipercaya sebagai cara yang paling berguna untuk mengidentifikasi

para pemangku kepentingan utama atau para stakeholder. Lima belas strategi dihubungi dan dari

ini, 13 setuju untuk berpartisipasi dalam wawancara. Dua universitas (n=2 strategi), 2 organisasi

profesi (n=8), dan 3 “spanduk” kelompok (n=3) diwakili.

Metode pemilihan sampel dikenal sebagai purposive sampling. Terlepas dari kurangnya

generalisasi, salah satu kelemahan menggunakan teknik ini untuk menargetkan peserta dengan

beberapa pengalaman pada program tertentu adalah pandangan mereka yang tidak memulai

proses perubahan dikeluarkan. Hal ini penting karena faktor-faktor yang akan membantu mereka

dalam mengubah praktek mereka mungkin sangat berbeda dengan yang mayoritas, dan hampir

pasti akan berbeda dari peserta yang mengambil sebuah inovasi dalam tahap awal. Namun, ada

keuntungan untuk memperoleh informasi tentang fasilitator yang sebenarnya, bukan dirasakan,

perubahan, karena itu penting bagi peserta yang diwawancarai memiliki pengalaman dengan

perubahan praktek yang diperlukan untuk melaksanakan CPS. Phillips menjelaskan teknik

pemilihan sampel yang sama purposive memungkinkan akses ke “orang-orang yang memiliki

jenis pengetahuan yang saya cari atau yang bisa diandalkan untuk memberikan kontribusi

informasi berharga dan benar”.

2.4. Wawancara mendalam

Wawancara mendalam yang dipilih untuk penelitian ini karena mereka kemungkinan akan

memberikan deskripsi yang terperinci dari pengalaman individu dan perilaku penyebabnya,

dengan kesempatan untuk klarifikasi langsung dari hal yang tidak jelas dan menyelidik

tanggapan peserta. Wawancara setengah terstruktur, berdasarkan panduan wawancara tanpa kata-

kata tetap. Salah satu kelemahan wawancara mendalam adalah bagaimana untuk mengetahui

apakah peserta memberikan sebuah hasil data yang “akurat” representasi dari situasi. Untuk

tujuan penelitian ini dan banyak pertanyaan kualitatif lainnya. Namun, data yang lengkap

diperoleh berhubungan dengan pengalaman peserta, perasaan, pandangan, atau dijelaskan

“kebenaran” dan karena itu keakuratan informasi menjadi kurang dari sebuah isu. Kerugian lain

adalah potensi pewawancara; Namun, ini dapat dikurangi dengan teknik pewawancara yang baik:

menempatkan peserta dengan nyaman, menjaga nada bicara, memungkinkan masalah yang akan

Page 8: Translate DFK

dieksplorasi dari perspektif peserta, dan mendengarkan dengan baik. Dalam sekitar setengah dari

wawancara, peserta tahu pewawancara, dan dalam semua kasus menyadari bahwa pewawancara

adalah seorang apoteker. Argumen telah dibuat baik untuk dan terhadap penggunaan “insider”.

Meskipun keuntungan dari orang dalam adalah bahwa mereka mungkin “mengajukan

pertanyaan yang berbeda karena wawasan yang luar bisa yang dapat menafsirkan dari seluruh

sampel”. Lawan pandangan adalah orang dalam dapat mengambil makna dan konsep peserta

untuk diberikan. Upaya dilakukan untuk menjaga terhadap masalah potensial ini terakhir melalui

penggunaan pertanyaan menyelidik untuk mengklarifikasi isu-isu yang biasanya tidak akan

menjadi jelas bagi orang luar.

2.5. Desain alat

Instrumen penelitian untuk studi ini adalah panduan wawancara yang terdiri dari 5 kelompok

subjek : peran, pengalaman, strategi perubahan, jaringan, dan dampak bisnis. Wajah dan konten

validitas panduan wawancara diuji dengan sekelompok apoteker dan ahli strategi (n=5)

mengakibatkan beberapa modifikasi kecil yang dibuat. Kesulitan dalam mengukur ke efektifan

semi pedoman wawancara terstruktur digunakan dalam wawancara mendalam, karena

menggunakan teknik yang tidak mungkin untuk dapat meniru proses wawancara. Namun, jelas

menetapkan proses penelitian, termasuk penjelasan tentang perspektif teoritis diadopsi, memiliki

kode peneliti kedua data, dan pengecekan silang data, semua dilakukan untuk meningkatkan ke

efetifan alat yang digunakan.

2.6. Ukuran sampel

Sebanyak 36 wawancara yang mendalam dilakukan dari bulan Agustus sampai November

2002. Sementara wawancara mendalam mengenai definisi mereka yang dilakukan secara pribadi,

5 wawancara harus dilakukan melalui telepon, karena keterbatasan sumber daya dan kesulitan

dalam mencari waktu yang cocok untuk pertemuan tatap muka dengan peserta tertentu. Setelah

sekitar 20 wawancara, tidak ada informasi baru yang akan muncul. Oleh karena itu saturasi data

dianggap telah tercapai, dan keputusan dibuat untuk berhenti setelah semua wawancara yang

disepakati telah dilakukan.

Page 9: Translate DFK

2.7. Analisis data

Transkrip lengkap dari wawancara yang telah dipersiapkan lalu file-file ini dianalisis,

bersama-sama dengan rekaman digital dari wawancara, analisis isi menggunakan tematik. Data

wawancara in dikategorika secara luas, awalnya menggunakan bidang studi dari protokol

wawancara sebagai panduan. Dalam kategori ini, subkategori yang induktif berasal dari data

coding sementara. Coding dibantu oleh penggunaan NVivo, merupakan sebuah perangkat lunak

komputer untuk pengelolaan data kualitatif. Dua peneliti melakukan proses ini dengan 4

wawancara pertama yang memungkinkan mencangkup seluruh kategori untuk diturunkan dan

setiap perbedaan harus diselesaikan. Wawancara individu dianalisis dan kemudian dibandingkan

dengan orang lain dari kasus tertentu (misalnya, semua pemilik apotek, 3 wawancara dari apotek

tunggal), serta dengan kasus lain (misalnya, apoteker dan ahli strategi), dengan menggunakan

cross-kasus dan komparatif konstan metode. Teknik yang terakhir ini yang terlibat akan bolak-

balik melalui transkrip wawancara untuk membandingkan data dari transkrip yang berbeda dan

menemukan contoh berulang dari tema dan subtema. Kutipan dari individu yang digunakan

untuk menggambarkan tema yang timbul secara kolektif dari tingkat organisasi yang berbeda.

3. Hasil

Meskipun data dikumpulkan di bawah bidang studi dari panduan wawancara, tetapi tampak

jelas dalam proses analisis data yang digunakan ada 5 tema sentral yang muncul dari kumpulan

data lengkap (Tabel 1).

3.1. Proses perubahan praktek

3.1.1. perubahan strategi

Disediakan data wawancara mengenai proses perubahan dari perspektif strategi dan proses

perubahan digunakan. Sebuah pendekatan pragmatis yang rasional untuk mengubah, di mana

sistem dan dokumentasi yang digambarkan oleh banyak peserta dari kedua tingkat organisasi.

Dalam pendekatan ini, peserta menunjukkan bahwa prosedur dan checklist memainkan peran

penting, dan staf lebih diharapkan, daripada mendorong, sebaiknya diarahkan untuk lebih

terlibat. Ketika salah satu asisten farmasi ditanya bagaimana semua orang staf didorong untuk

Page 10: Translate DFK

berpartisipasi dalam QCPP, dia berkata, “mereka tidak memiliki pilihan, kami hanya mengatakan

kepada mereka, bahwa mereka harus terlibat”.

Tabel 1

Tema diidentifikasi dalam data wawancara kualitatif

Tema Penjelasan

Strategi perubahan Jenis strategi perubahan yang digunakan dalam proses perubahan

Jaringan sosial Orang-orang stakeholder atau organisasi yang terlibat dalam proses perubahan

Penggerak perubahan Siapa dan apa yang membuat dorongan untuk perubahan terjadi?

Motivator perubahan Apakah isu-isu penting atau nilai-nilai yang membuat seseorang ingin mengubah

praktek mereka?

Pendukung mengubah Faktor-faktor yang membantu keberhasilan pelaksanaan dan pemeliharaan

perubahan praktek

'' Saya pikir itu sangat baik, dengan semua checklist dan hal-hal lain yang seperti itu. Jika

checklist dilakukan, segala sesuatu di apotek akan berjalan lancar. '' (Asisten Farmasi)

Kurangnya suatu mekanis, perilaku yang berlebih, pendekatan untuk mengubah digambarkan

oleh peserta lainnya. Dalam pendekatan ini, peserta menunjukkan bahwa pendidikan, pelatihan,

dan dukungan, serta melatih perilaku yang baru untuk menjadi lebih baik, membentuk bagian

dalam dari proses perubahan untuk CPP dan HMR :

“Staf harus dilatih, kami menghabiskan sebagian waktu untuk meningkatkan pengetahuan

mereka, untuk meningkatkan pengetahuan terkin. Selain itu, dapat pula menawarkan layanan

lengkap tidak hanya produk tetapi mencangkup keseluruhan”. (Farmasi Downer)

3.1.2. Jaringan sosial

Peserta dari kedua tingkat organisasi berbagi pengetahuan ke dalam proses perubahan melalui

penggambaran jaringan sosial yang beroperasi di farmasi komunitas di beberapa tingkat

organisasi: dalam dan di luar apotek masyarakat. Strategi cenderung untuk menggambarkan

jaringan yang lebih luas yang mencakup universitas, kelompok banner, dan organisasi profesi

sebagai penting untuk proses perubahan, yang tercermin dari kutipan berikut:

Page 11: Translate DFK

“Saya berpikir bahwa kita tidak bisa hanya memiliki sudut pandang akademik, perlu ada

kebijaksanaan dan aspek politik. Untuk itu juga perlu ada sejumlah kelompok atau asosiasi atau

penyedia yang lebih dekat ke apoteker untuk memfasilitasi pelaksanaan program-program

tertentu”. (Strategist K)

Apoteker, sebaliknya lebih besar kemungkinannya untuk faktor-faktor lokal atau orang-orang

seperti praktisi medis dan apoteker lain dengan siapa mereka berinteraksi secara teratur, dalam

jaringan mereka:

“Anda harus tahu tempat Anda, tetapi juga Anda tidak harus patuh (ke dokter). Sehingga

selama periode waktu itu, Anda membangun hubungan yang baik. Hubungan yang benar dan

berhasil. '' (Farmasi Downer)

3.1.3. Pengendali perubahan

Peserta dari kedua tingkat organisasi menjelaskan tentang perasaan tekanan secara eksternal

untuk praktek farmasi komunitas saat ini, untuk itu diperlukan perubahan serta beralih dari peran

focus-produk menjadi pemberian layanan yang lebih berpusat pada pasien. Mereka menjelaskan

tekanan seperti ini berasal dari pemerintah, swalayan, dan organisasi farmasi profesional :

“Saya tidak berpikir peran apoteker telah mengalami banyak perubahan, tapi penekanan oleh

pemerintah. Saat ini benar-benar lebih diperlukan untuk layanan terbuka”. (Farmasi Downer)

“Kami kehilangan banyak produk dengan swalayan dan kurangnya penekanan atau kesadaran

pada kami. '' (Farmasi Edowner 2)

“Saya tidak berpikir profesi apoteker di masyarakat benar-benar tahu tujuannya. Dimana

apoteker saat ini sedang dikendalikan oleh PSA (Pharmaceutical Society of Australia) dan

kalangan akademis. Profesi Apotek bukan datang kepada masyarakat dan berkata, ‘kami ingin

layanan kognitif untuk sistem pengobatan’. Anda hanya tidak mendengarnya”. (Strategist C)

Page 12: Translate DFK

3.1.4. Motivator perubahan

Apoteker digambarkan dari berbagai sumber motivasi, atau nilai-nilai filosofis mereka

sendiri, yang memberi mereka dorongan untuk memulai proses perubahan. Ini termasuk

keinginan untuk berhasil bersaing dengan apotek lainnya, mencapai profesional dan karir

kepuasan, dan rasa kewajiban untuk profesi farmasi, sebagai ilustrasi dalam kutipan berikut:

“Benar-benar harus memulai ini sekarang dan jika Anda tidak siap untuk melakukan HMRC

dengan orang-orang lain di sekitar Anda, Anda mungkin kehilangan beberapa pasien tingkat

tinggi yang akan berpindah ke apotek lainnya”. (Farmasi Downer)

“Saya merasa seolah-olah inilah cara kita untuk mulai melakukan perubahan. Pada dasarnya ini

akan menimbulkan kepuasan kerja bagi anda yang benar-benar menggunakan semua

keterampilan”. (Farmasi Jdowner 2)

“Jika apoteker bergairah tentang sesuatu yang mereka akan investasikan di masa depan untuk

kepentingan profesi”. (Farmasi Downer)

3.2. Mengidentifikasi fasilitator atau pendukung dari proses perubahan praktek

Peserta dari kedua tingkat organisasi menjelaskan berbagai faktor-faktor yang telah

membantu mengatasi hambatan dan mencapai pelaksanaan QCPP dan HMR.

3.2.1. Penggajian pelaksanaan dan / atau jasa

Peserta menyatakan bahwa untuk mempertahankan program-program seperti HMR dan

QCPP, insentif dan struktur penggajian yang tepat dibutuhkan :

“Jika belum ada insentif keuangan yang berpotensi, mungkin tidak dilakukan [QCPP], karena

merupakan proses yang memakan waktu, sebetulnya. Namun, harus tetap dilakukan, karena uang

memang dibutuhkan, tapi itu juga akan membagi fokus kita. (Farmasi Browner 1)

'' Perlu ada suatu pengaturan keuangan yang insentif untuk disetujui sebagai penyedia layanan

dan menjadi terakreditasi untuk melakukan MR”. (Strategist C)

Page 13: Translate DFK

''Harus menghasilkan keuntungan agar kita dapat terus melakukannya”. (Farmasi Downer)

3.2.2. Dukungan eksternal atau bantuan

Para peserta mengatakan bahwa sangat perlu memiliki orang dari luar untuk membantu

pelaksanaan atau bertindak sebagai mentor, sebagai fasilitator dari perubahan dan pemeliharaan

praktek baru:

“Anda ingin ada orang yang dapat diikuti, seperti mereka yang mempunyai keahlian yang tidak

Anda lakukan. Karena Anda sering terjebak pada pemikiran bahwa apotek Anda adalah hal yang

paling penting di dunia dan Anda berutang jutaan rupiah pada bank. Hal ini yang menyebabkan

mengapa Anda perlu fokus pada hal itu, tetapi Anda juga perlu untuk berpikir hal-hal diluar itu”.

(Farmasi Adowner)

3.2.3. Pengorganisasian kembali struktur farmasi dan fungsi

Mencoba untuk menggabungkan kegiatan QCPP dan HMR ke dalam kehidupan sehari-hari

bekerja di farmasi komunitas diperlukan beberapa pengorganisasian kembali merupakan

kegiatan rutin, menurut peserta. Meski tak mudah, menciptakan struktur dan memiliki staf untuk

mendukung pengiriman CPS merupakan hal penting dalam memastikan keberlanjutan praktek.

Hal ini berkaitan dengan beberapa kasus, seperti mempekerjakan staf baru, mengalokasikan

tugas, dan mengubah tata letak fisik apotek:

“Saya tidak tahu bagaimana Anda benar-benar melakukannya jika Anda tidak mengetahui

struktur posisinya. Saya pikir masyarakat perlu mengerti bahwa mungkin mereka perlu

membawa apoteker lebih untuk dapat melakukannya dan berinvestasi di dalamnya”. (Farmasi

Downer)

Saran lain adalah bahwa tanpa suatu reorganisasi, keberlanjutan jangka panjang dari CPS akan

dikompromikan, seperti yang digambarkan oleh kutipan berikut:

“Apoteker melakukan hal-hal tambahan disamping beban sehari-hari mereka. Dan mereka hanya

menerima sebagian gajinya untuk itu, tapi tidak ada keberlanjutan dari isu ini”. (Strategist H)

Page 14: Translate DFK

3.2.4. Komunikasi dan kerja sama tim

Berkomunikasi adalah alasan untuk adanya keterlibatan farmasi dalam program seperti QCPP

dan HMR kepada semua anggota staf di apotek hal ini digaris bawahi oleh peserta sebagai faktor

penting dalam mencapai komitmen staf untuk perubahan, sukses kerja sama tim, dan visi

terpadu. Beberapa alat untuk membantu dalam komunikasi dan kerja sama tim yang diusulkan

oleh peserta, termasuk rapat staf dan wawancara dan buku komunikasi. Teknik ini digunakan

untuk membantu komunikasi antara anggota staf dan untuk memungkinkan masukan dari

masing-masing anggota tim:

“Saya kira Anda harus berkomunikasi dengan staf tentang apa yang Anda lakukan dan mengapa

Anda melakukannya. Staf melihat manfaat di dalamnya dan mereka akan tertarik karena mereka

melihat orang-orang yang mereka kunjungi di rumah, ada orang yang sedang berjuang dengan

pengobatan mereka dan yang akan baik untuk HMR, sehingga mereka menerima bagian dari

praktek dan mereka dapat mendukungnya. '' (Farmasi Downer)

3.2.5. Kepemimpinan

Tidak hanya alasan untuk perubahan dan proses yang terlibat harus jelas dikomunikasikan

kepada semua yang terlibat, peserta juga menunjukkan bahwa memiliki seseorang memimpin

perubahan dan bertindak sebagai panutan bagi orang lain adalah faktor penting dalam

keberhasilan. Kepemimpinan ini bisa menjadi profesi secara luas atau internal didalam apotek.

Untuk HMRC, masalah kepemimpinan itu tampaknya memiliki konotasi yang lebih luas untuk

melibatkan pemimpin profesi lebih umum. Ini adalah orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang

sama sebagaimana dijelaskan tapi mungkin tidak terhubung secara langsung dengan apotek

individu. Sebaliknya, dalam beberapa kasus untuk QCPP, itu adalah asisten farmasi yang

bertindak sebagai pemimpin dalam apotek:

“Staf melihat seberapa keras saya bekerja, sehingga mereka juga ikut mengerjakan bagian

mereka. Saya mengatakan bahwa itu karena mereka melihat saya sebagai contoh”. (Farmasi

Adowner)

Page 15: Translate DFK

“Jika Anda memiliki kepemimpinan yang kuat dan jika Anda menunjukkanya kepada publik

tentang hal itu, mereka pasti akan mengikuti. Apoteker ingin kepemimpinan yang baik dan

mereka ingin inovasi dan mereka ingin Anda untuk membuka lapangan kerja dan peluang baru

bagi mereka”. (Strategist J)

3.2.6. Pendelegasian tugas

Sementara memiliki seseorang untuk memimpin perubahan tersebut penting, banyak peserta

mengungkapkan pandangan bahwa melibatkan semua anggota staf melalui delegasi tugas juga

merupakan komponen penting dari keberhasilan pelaksanaan. Ini ternyata memiliki 3 hasil

utama: meningkatkan motivasi staf oleh mereka memiliki beberapa kepemilikan atas suatu tugas,

menciptakan rasa menjadi bagian dari tim, dan melepaskan apoteker dari tugas yang tidak

memerlukan keterlibatan apoteker, yang memungkinkan mereka untuk berkonsentrasi pada

kegiatan profesional, seperti HMR. Konsep delegasi tugas itu sangat relevan untuk QCPP, yang

secara khusus melibatkan semua staf. Untuk HMR, mengurangi waktu apoteker dihabiskan

untuk masalah non profesional adalah hasil yang positif delegasi:

“Teknisi apotik melakukan hal-hal yang jauh dari peranan apoteker, dimana apoteker tidak

perlu lagi melakukannya. Apoteker kemudian dapat berkonsentrasi lebih pada berbicara dengan

orang-orang dan melakukan hal-hal yang harus Anda lakukan”. (Farmasi Downer)

4. Diskusi

4.1. Proses perubahan praktek

Data wawancara kualitatif memberikan wawasan ke dalam proses perubahan praktek farmasi

komunitas. Jaringan sosial yang sempit digambarkan pada apoteker dibandingkan dengan

strategi, hal itu tidak mengherankan, seperti telah disoroti bahwa pentingnya apoteker untuk

dapat menjalin jaringan dengan apoteker lain agar memperoleh dorongan dan dukungan.

Menyadari perbedaan ini penting dan diperlukan jika kebijakan (yang dirancang oleh ahli

strategi) secara efektif terkait dengan berlatih (dilaksanakan oleh apoteker), dan untuk perubahan

menjadi lebih baik.

Hasil wawancara juga menunjukkan bahwa kedua strategi perubahan proses-berorientasi dan

perilaku yang digunakan oleh peserta, tergantung pada program yang sedang dilaksanakan.

Page 16: Translate DFK

Peneliti lain telah merekomendasikan bahwa kombinasi dari strategi ini adalah penting untuk

perubahan yang lebih baik.

4.1.1. Pengendali atau Penggerak

Kebijakan pemerintah, terutama dalam kaitannya dengan marjin keuntungan menurun pada

pengeluaran, dan peningkatan peluang pendanaan untuk CPS sebagai akibat dari Perjanjian

Farmasi Komunitas Ketiga, adalah faktor yang disebutkan oleh kedua apoteker dan strategi

sebagai penggerak untuk perubahan. Ini sependapat dengan penelitian sebelumnya yang

menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah dapat mendorong agenda perubahan. Yang penting,

bagaimanapun, adalah bagaimana kebijakan ini bereaksi terhadap dan digunakan oleh pimpinan

farmasi yang sangat penting. Organisasi farmasi profesional dan akademisi juga didukung oleh

peserta sebagai kelompok untuk memberikan desakan ke profesi agar berubah, menunjukkan

bahwa upaya perubahan di masa depan harus memperhitungkan pengaruh dan masukan dari

kelompok-kelompok ini.

Permintaan untuk layanan konsumen, meskipun ditonjolkan dalam beberapa penelitian lain

sebagai faktor pendorong bagi apoteker untuk melaksanakan CPS tidak merupakan hal utama

dalam penelitian ini. Ini mungkin karena di Australia, promosi langsung ke konsumen pelayanan

farmasi komunitas terbatas, baik di tingkat farmasi individu dan pada tingkat profesi secara luas.

Apoteker di masyarakat dalam penelitian ini, oleh karena itu, tidak mungkin mengalami

permintaan CPS dari konsumen dan karena itu tidak melaporkan hal perasaan tekanan yang

berasal dari sektor ini.

Kesadaran dari pengendali atau penggerak ini penting karena mereka menciptakan

lingkungan di mana perubahan bisa terjadi. Data kualitatif menunjukkan, bahwa kehadiran

mereka saja tidak berarti dapat langsung dipahami, namun “'tindakan'” di tingkat apotek individu

atau bahkan memberikan motivasi untuk berubah, dan untuk isu pemisahan antara kebijakan dan

praktek membutuhkan pemeriksaan lebih dalam.

4.1.2. Motivator

Sementara ada kesadaran di antara peserta dari dukungan tertentu yang mendorong

perubahan, ini tidak selalu berkaitan dengan faktor-faktor yang kemungkinan besar akan

membuat apoteker atau tenaga farmasi menjadi aktif dan benar-benar memulai proses perubahan.

Data wawancara menunjukkan bahwa ada spektrum motivasi untuk apoteker agar berubah. Pada

Page 17: Translate DFK

keadaan seperti ini, ada orang-orang yang lebih mungkin termotivasi oleh kepuasan profesional

dan keyakinan dalam peran mereka sebagai penyedia layanan kesehatan, dan di sisi lain, ada

orang-orang yang merasa tertekan karena dipaksa untuk berubah dan lebih cenderung termotivasi

oleh ancaman terhadap bisnis mereka. Tampaknya, bahwa sebagian besar apoteker benar-benar

ada di dalam 2 kategori ini. Kategorisasi ini juga telah didokumentasikan dalam literatur, dengan

saran bahwa mengenali motivasi atau nilai-nilai tersebut di apoteker juga dapat menjadi

prediktor penting dari keberhasilan farmasi dalam melaksanakan dan mempertahankan CPS.

Peserta menguraikan sejumlah faktor sehingga mereka termotivasi untuk berubah, telah

memungkinkan mereka untuk terus maju dan menerapkan CPS dan program terkait.

4.2. Fasilitator atau Pendukung perubahan praktek

Fasilitator diidentifikasi dari wawancara termasuk remunerasi, reorganisasi, komunikasi,

kepemimpinan, dukungan eksternal, dan delegasi. Itu menarik untuk dicatat bahwa meskipun

remunerasi diidentifikasi sebagai fasilitator, peserta tidak menjadikan itu sebagai penghalang

untuk membuat perubahan ketika membahas pengalaman mereka, berbeda dengan penelitian

sebelumnya. Hal ini kemungkinan besar karena fakta bahwa 2 program yang dibahas dalam

wawancara, HMR dan QCPP, saat ini memiliki remunerasi dan insentif struktur yang jelas.

Demikian pula, peserta tidak menyoroti pendidikan dan pelatihan sebagai fasilitator perubahan

praktek, meskipun ini sedang diidentifikasi dalam penelitian sebelumnya. Ini mungkin karena

pendidikan dan pelatihan merupakan bagian integral dari program HMR (mereka wajib bagi

apoteker untuk menjadi terakreditasi untuk melakukan pemahaman lebih mengenai obat) dan

karena itu tidak mungkin dipandang sebagai faktor penting, atau karena beberapa apotek yang

menggunakan penyedia eksternal untuk melakukan HMRS mereka sehingga pendidikan dan

pelatihan komponen tidak relevan untuk mereka. Data wawancara menunjukkan bahwa dengan

pelatihan dan remunerasi yang sesuai, keberlanjutan dari program ini beresiko jika apoteker tidak

membuat pertimbangan dengan kegiatan yang ada dan mengorganisasi kembali untuk

memberikan ruang yang tepat, waktu, dan sumber daya untuk memberikan layanan baru. Selain

sumber daya keuangan, nilai bekerja sebagai tim dan melibatkan semua staf dalam proses

perubahan praktek disorot dalam wawancara melalui tema komunikasi, kepemimpinan, dan

delegasi tugas, yang telah diusulkan oleh orang lain sebagai fasilitator.

Page 18: Translate DFK

Di luar literatur dari praktek farmasi, beberapa faktor yang sama untuk pengembangan

program yang berhasil dan pelaksanaannya sudah diidentifikasi, dan mendapatkan komitmen

aktif kepemimpinan dan menyiapkan komunikasi yang sistematis dengan para stakeholder yang

terlibat. Bagaimanapun, fasilitator merupakan bagian dari kerangka kerja yang terpadu

pelaksanaannya. Ini adalah titik penting untuk melihat fasilitator yang diidentifikasi dalam studi

kualitatif ini sebagai bagian dari strategi keseluruhan untuk mencapai perubahan praktek.

Gagasan ini didukung oleh teori organisasi, yang menunjukkan bahwa unsur-unsur yang

diidentifikasi mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi dan akan dipengaruhi oleh satu

sama lain. Oleh karena itu, tidak dapat dilihat secara terpisah.

5. Kesimpulan

Penggunaan sudut pandang organisasi dalam studi penyelidikan ini menghasilkan data yang

banyak yang tidak hanya pendamping atau fasilator perubahan praktek tetapi juga penggerak

atau penegendali dan motivator telah diidentifikasi (Tabel 1). Nilai identifikasi ini menunjukkan

bahwa mereka semua harus disertakan sebagai bagian dari pelaksanaan strategi menyeluruh

untuk masa CPS.

Dengan meneliti proses perubahan pelaksanaannya CPS, didapat pemahaman yang lebih luas

dari nilai-nilai peserta, diperoleh hasil bahwa mereka lebih menyukai pengetahuan tentang

strategi perubahan. Informasi ini juga penting untuk perencanaan upaya perubahan masa depan,

sebagai nilai-nilai yang apoteker memiliki, atau motivasinya karena ingin berubah, tampaknya

menjadi faktor penting dalam memprediksi keberhasilan perubahan. Kepentingan relatif dari satu

fasilitator diidentifikasi untuk apoteker dan apotek di dalam berbagai tahap perubahan praktek

dan dengan motivasi atau nilai-nilai yang berbeda merupakan jaminan untuk diteliti lebih lanjut.

Data kualitatif yang diperoleh dalam penelitian ini memberikan dasar yang baik untuk investigasi

tersebut, penggunaan metode kuantitatif dan teknik sampel acak untuk mendapatkan hasil secara

umum. Studi tersebut juga akan memungkinkan perbedaan antara kelompok peserta untuk

diidentifikasi dibandingkan dengan kelompok penduduk yang mewakili.