Transisi Intelijen Negara

15
Transisi Intelijen Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Intelijen yang modern tentunya inelijen yang bisa beradaptasi terhadap permasalahan yang ada baik ketika permasalahan tersebut masih berada dalam embrio, mulai memasuki taap proses ataupun sampai dengan terlanjur pecah atau terjadinya masalah tersebut. Hal ini tentunya memerluka ketajaman dalam melihat masalah. Pada prinsipnya teori intel dasar tidak pernah berubah yaitu mengawali, menyertai, dan mengakhiri. Dari lini tersebut terkadang banyak dilupakan sehingga sering terjadinya “pemadam kebakaran” karena tidak mau melihat suatu permasalahan dari awal penyebabnya adalah ketidak jelian dan ketidakingintahuan untuk mengetahui permasalahan. Hakekat intelijen secara umum yaitu kemahiran mendayagunakan pikiran manusia (kecerdasan) dalam rangka mencermati perkembangan dinamika kehidupan yang dihadapi oleh pengguna inteijen. Bagi suatu organisasi, intelijen berfungsi untuk mendeteksi “what is going on inside and outside the organization ?” , mencakup aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan ancaman (threat) sehingga organisasi dapat menentukan langkah-langkah yang harus diambil dengan efektif dan efisian dalam menjalankan tugas-tugas pokoknya, dalam hal ini terdapat peran vital intelijen dalam melakukan proses intelijen berupa early detection guna menghasilkan produk intelijen berupa early warning bagi pimpinan organisasi (user)

description

Transisi Intelijen Negara

Transcript of Transisi Intelijen Negara

Page 1: Transisi Intelijen Negara

Transisi Intelijen Negara

BAB I

PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang Masalah

Intelijen yang modern tentunya inelijen yang bisa beradaptasi terhadap

permasalahan yang ada baik ketika permasalahan tersebut masih berada dalam

embrio, mulai memasuki taap proses ataupun sampai dengan terlanjur pecah atau

terjadinya masalah tersebut. Hal ini tentunya memerluka ketajaman dalam melihat

masalah. Pada prinsipnya teori intel dasar tidak pernah berubah yaitu mengawali,

menyertai, dan mengakhiri. Dari lini tersebut terkadang banyak dilupakan sehingga

sering terjadinya “pemadam kebakaran” karena tidak mau melihat suatu

permasalahan dari awal penyebabnya adalah ketidak jelian dan ketidakingintahuan

untuk mengetahui permasalahan.

Hakekat intelijen secara umum yaitu kemahiran mendayagunakan pikiran manusia

(kecerdasan) dalam rangka mencermati perkembangan dinamika kehidupan yang

dihadapi oleh pengguna inteijen. Bagi suatu organisasi, intelijen berfungsi untuk

mendeteksi “what is going on inside and outside the organization ?”, mencakup

aspek kekuatan (strength), kelemahan (weakness), kesempatan (opportunity) dan

ancaman (threat) sehingga organisasi dapat menentukan langkah-langkah yang

harus diambil dengan efektif dan efisian dalam menjalankan tugas-tugas pokoknya,

dalam hal ini terdapat peran vital intelijen dalam melakukan proses intelijen berupa

early detection  guna menghasilkan produk intelijen berupa early warning bagi

pimpinan organisasi (user) sehingga pengabilan keputusan (decision making) oleh

pimpinan organisasi dapat dilakukan dengan cepat dan tepat.

Dalam ruang lingkup (scoop) negara sebagai suau negara, intelijen memiliki peranan

yang sangat strategis terkait dengan kelangsungan stabilitas kehidupan bernegara.

Bahkan ada ungkapan (adagium) ”jika ingin menghancurkan suatu negara, maka

hancurkanlah intelijennya terlebih dahulu”. Namun hal tersebut tida berarti secara

serta merta stabilitas kehidupan bernegara begitu saja ditumpukan kepada kekuatan

intelijennya, masih terdapat aspek-aspek utama lainnya yang juga menjadi tumpuan

stabiltas negara antara lain aspek pertahanan dan keamanan negara.

Gelombang kekerasan yang melanda Indonesia, seperti konflik aceh, kerusuhan Mei

1998, kekerasan komunal di Kalimantan Barat dan Tengah, konflik komunal di Poso

Page 2: Transisi Intelijen Negara

dan Maluku, serta strategi bumi hangus Timor Timur pasca jejak pendapat,

mengundang banyak perhatian dari masyarakat internasional, media massa,

organisasi non pemerintahan, dan juga akademisi. Cukup banyak akademisi yang

berupaya untuk menjelaskan fenomena kekerasan yang terjadi dalam konteks ruang

dan waktu yang spesifik. Gelombang kekerasan diatas terjadi antara lain karena

Indonesi memiliki struktur negara yang lemah (weak state). Dalam suatu negara

lemah kebijakan politik yang diambil terkondisikan oleh instabilitas politik, krisis

legitimasi, lemahnya identitas nasional, tidak berfungsinya institusi sosial politik,

kemiskinan ekonomi dan sangat rentan terhadap tekanan-tekanan eksternal. Hal ini

membuat Indonesia terus menerus berada dalam process of crisis menagement

atau yang lebih dikenal dengan the politics of survival.

Sebagai sebuah fungsi, intelijen akan cendrung bersifat statis. Dalam hal ini, apapun

jenis situasi dan kondisinya, intelijen akan tetap berfungsi sebagai suatu intrumen

pengindraan awal bagi para pembuat kebijakan dalam pembuatan sebuah

keputusan. Sementara sebagai sebuah organisasi, intelijen harusnya akan

berkembang mengikuti situasi dan kondisi tertentu, misalnya struktur organisasi

intelijen dalam negara yang tidak demokratis. Apabila hendak diteliti lebih lanjut,

studi mengenai intelijen pada dasarnya akan bertentangan dengan prinsip dasar

pemerintahan yang baik (good governance). Intelijen pada dasarnya akan berkaitan

erat dengan prinsip-prinsip kerahasiaan sementara prinsip good gevernance akan

menuntut transparansi dan keterbukaan. Akan tetapi kedua kondisi ini buan berarti

tidak dapat ditemukan titik tengahnya. Dengan demikian jelas bahwa studi intelijen

harus lebih memfokuskan diri pada penemuan titik tengah antara karakteristik alami

intelijen dengan prinsip good governance.

B.    Rumusan Masalah

1. Sebutkan dimensi intelijen yang berkaitan dengan perkembangan

Kamtibmas ?

2. Sejauh mana peran kepolisian dalam menjaga Kamtibmas berkaitan

dengan perannya sebagai intelijen penegak hukum ?

C.    Maksud dan Tujuan

Maksud dan tujuan dari peneitian ini adalah memberikan masukan baik bersifat dan

bersifat praktis untuk menambah ilmu pengetahuan di bidang intelijen serta

Page 3: Transisi Intelijen Negara

mengetahui berbagai perkembangan tentang intelijen yang saat ini terjadi di

Indonesia. Serta memahami sejauh mana Kepolisian Negara Republik Indonesia

menjalankan tugasnya sebagai intelijen penegak hukum.

BAB  II

PEMBAHASAN

A.     Tiga Dimensi Intelijen dalam Menjaga Kamtibmas

Pada dasarnya sudi Intelijen harus memfokuskan pembahasan terhadap tiga

dimensi intelijen. Dimensi pertama adalah jenis produk informasi intelijen. Dimensi

kedua ialah dimensi aktivitas dan dimensi ketiga adalah dimensi organisasi intelijen.

Dalam dimensi informasi, intelijen setidakya memiliki tiga produk intelijen dan

semuanya berupa informasi. Jenis produk intelijen pertama adalah current

intelligence. Produk ini pada umumnya berupa informasi yang dapat menjawab

pertanyaan apa, bagaimana, dimana serta kapan. Jenis produk kedua adalah

intelligence estimates. Produk ini meliputi informasi intelijen yang berupa alternatif

pilihan kebijakan yang diperlukan oleh para pembuat kebijakan dalam membuat

keputusan. Secara kualitas, dimensi ini dapat dikatakan bersifat sebagai konstanta

karena pada dasarnya kualitas intelijen haruslah selalu akurat, aktual dan faktual.

Namun apabila dilihat dari ragamnya, maka dimensi ini merupakan sebuah variabel.

Dimensi berikutnya adalah dimensi aktivitas intelijen. Secara umum ktivitas intelijen

dapat dibagi ke dalam beberapa jenis. Aktivitas pertama adalah pengumpulan

informasi. Berdasarkan metode pengumpulan informasi, aktivitas intelijen dapat

dibedakan menjadi beberapa jenis antara lain pengumpulan informasidari sumber

data publik, aktivitas yang mengandalkan kemampuan manusia atau yang lebih

dikenal dengan human intelligence aktivitas yang lebih mengandalkan kemajuan

teknologi atau yang dikenal dengan technological inteligence (techint), aktivitas yang

menggunakan simbol, signal dan lambang atau yang lebih dikenal dengan signal

intelligence (sigint) serta aktivitas yang menggunakan foto satelit atau yang lebih

dikenal dengan imagery intelligence (imint).

Aktivitas intelijen berikutnya adalah analisis. Aktivitas ini terkait erat dengan aktivitas

pengumpulan data sehingga para pembuat keputusan mampu merumuskan

keputusan terbaik sesuai dengan informasi dan analisis informasi yang dihasilkan

oleh intelijen. karena informasi yang telah dikumpulkan baru akan memiliki arti

setalah dianalisis dan diinterpretasikan sebelum disalurkan kepada pihak pembuat

Page 4: Transisi Intelijen Negara

keputusan. Misalnya, apabila terdapat informasi mengenai pengembangan kekuatan

Angkatan Laut Indonesia, maka tidak selamanya berarti Indonesia akan menyerang

negara lain. Oleh karena itu, interpretasi dan analisis data menjadi sangat krusial

dalam penentuan kebijakan negara lain untuk merespon adanya peningkatan

kekuatan Angkatan Laut Indonesia tersebut.

Aktivitas ketiga adalah aktivitas yang berkaitan dengan operasi rahasia atau yang

disebut dengan covert action. Aktivitas ini adalah aktivitas yang selama ini selalu

dikaitkan dengan kerja intelijen. Pada dasarnya informasi ini berkaitan dengan

informasi yang tidak dapat didapatkan dari sumber informasi publik dan

membutuhkan sebuah operasi yang bersifat rahasia24. Aktivitas ini merupakan

aktivitas yang sangat mengandalkan faktor manusia atau yang biasa disebut dengan

human intelligence dalam studi intelijen.

Aktivitas keempat adalah aktivitas counter-intelligence. Aktivitas ini berkaitan dengan

kegiatan untuk memberikan persepsi dan informasi  yang tidak tepat kepada lawan

dan/atau menjaga distribusi informasi hanya kepada pihak yang memiliki hak

sehingga pihak lawan tidak berhasil mengambil keuntungan yang dapat merugikan.

Lebih lanjut aktivitas ini juga terkait erat dengan kebutuhan akan manajemen

proteksi data sehingga setiap jenis informasi bisa diakses oleh pihak yang

berkepentingan dengan otorisasi yang sesuai dengan kapasitasnya.

Berdasarkan dimensi organisasi, intelijen dapat diamati melalui beberapa instrumen.

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, organisasi intelijen ini harus dapat

mempertemukan antara karakteristik alami intelijen yang rahasia dengan berbagai

prinsip penafsiran yang baik seperti penghargaan terhadap nilai nilai demokrasi, hak

asasi manusia serta hak hak sipil lainnya. Oleh karena itu, instrumen-instrumen ini

seharusnya menjamin pemenuhan target efektivitas intelijen sekaligus perwujudan

dari prinsip prinsip penafsiran yang baik. Instrumen pertama adalah struktur

organisasi intelijen, baik struktur di internal lembaga intelijen maupun struktur

intelijen dalam sebuah sistem ketatanegaraan.

Selain struktur organisasi intelijen, dimensi organisasi juga harus diamati dengan

instrumen mekanisme pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan yang sesuai.

Mekanisme ini akan menegaskan kembali struktur organisasi intelijen dalam sebuah

negara demokratis yang akuntabel.

Instrumen berikutnya adalah instrumen kode etik dan pengawasan intelijen. Kode

etik intelijen setidaknya harus menjadi dasar untuk menjaga moralitas tindakan

Page 5: Transisi Intelijen Negara

intelijen26. Sementara itu, pengawasan intelijen akan berfungsi untuk menjaga

profesionalitas intelijen. Lebih lanjut, pengawasan intelijen harus dilakukan di

beberapa area dan level secara sekaligus.

Pertama, pengawasan intelijen harus dilakukan secara politik. Hal ini artinya harus

ada mekanisme pengawasan terhadap proses pengambilan keputusan, otorisasi

aktivitas intelijen serta pelaksanaan operasi intelijen. Pengawasan ini dapat

dilakukan setidaknya di empat level. Level pertama adalah internal, artinya

pengawasan dilakukan oleh atasan yang berwenang. Level berikutnya adalah pihak

eksekutif sebagai pengguna utama intelijen. Level berikutnya adalah pihak parlemen

sebagai pemberi mandat kepada pihak eksekutif, dan terakhir adalah level publik

sebagai pemegang kekuasaan utama dalam sebuah negara yang demokratis.

Kedua, pengawasan intelijen juga harus dilakukan di bidang hukum. Hal ini terutama

dilakukan karena intelijen adalah sebuah institusi sipil yang harus tunduk kepada

hukum sebagai sebuah konsekuensi dari negara hukum. Oleh karena itu setiap

prosedur penggunaan intelijen maupun pelaksanaan operasi intelijen haruslah

berdasar kepada aturan hukum yang berlaku baik di tingkatan nasional maupun

internasional.

Ketiga, pengawasan intelijen harus dilakukan untuk urusan finansial. Sebagai

konsekuensi dari sebuah negara demokratis, pembiayaan aktivitas intelijen harus

sepenuhnya ditanggung oleh anggaran negara. Oleh karena itu, sistem audit dan

bentuk pengawasan finansial lain juga harus dilakukan untuk organisasi intelijen.

Jika digambarkan dalam kondisi di Indonesia seperti kasus tahun 1945 sampai

tahun 1960-an masih merupakan periode awal kemerdekaan di mana Indonesia

masih dapat dikatakan dalam situasi perang melawan kekuatan kekuatan kolonialis.

Oleh karena itu menjadi wajar apabila Indonesia menerapkan logika perang dalam

setiap perencanaan dan pelaksanaan aksi intelijen negaranya. Salah satu contoh

yang cukup signifikan dalam periode ini adalah pembentukan Badan Rahasia

Negara Indonesia (Brani) pada 7 Mei 1946. Pada awal pembentukannya, Brani

memiliki setidaknya empat kelompok kecil. Kelompok pertama bertugas untuk

memburu kelompok simpatisan Belanda. Kelompok kedua dikenal sebagai kelompok

yang melakukan penginderaan dan mempersiapkan kondisi lapangan baik di Jawa,

Bali, Kalimantan, Maluku, Nusa Tenggara, Sulawesi dan Sumatera. Kelompok ketiga

adalah kelompok yang bertugas menjalankan fungsi intelijen luar negeri dan

kelompok keempat adalah kelompok yang bertugas mencari pendanaan operasi

Page 6: Transisi Intelijen Negara

intelijen, misalnya dengan menangkap peredaran opium oleh Belanda dan kemudian

mengedarkannya kepada pedagang Cina. Dapat disimpulkan bahwa selama periode

ini, intelijen Indonesia masih mengutamakan efektivitas dibandingkan nilai-nilai yang

demokratik dengan tujuan spesifik mengalahkan kekuatan kolonialis asing dan tanpa

ragu ragu melakukan aktivitas yang bersifat ofensif.

Dalam periode berikutnya, sekali lagi Indonesia masih menerapkan logika intelijen

perang karena selama periode ini intelijen Indonesia masih tetap mengutamakan

efektivitas serta melakukan tindakan tindakan ofensif. Hal ini dapat dilihat misalnya

dalam pembentukan Badan Pusat Intelijen (BPI) yang melakukan operasi intelijen di

Papua, Malaysia, Singapura dan Timor bagian Timur yang saat itu masih dikuasai

oleh Portugis. Periode Suharto dimulai ketika beliau menjadi kepala Komando

Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib). Kopkamtib mengepalai

satu satuan tugas intelijen, Satuan Tugas Intelijen (STI) yang dirancang untuk

menjadi pasukan investigasi bersenjata. Selain itu Kopkamtib juga mengepalai satu

institusi intelijen strategik yang lebih dikenal dengan nama Komando Intelijen Negara

(KIN). Institusi ini bertugas untuk memberikan laporan atas keadaan keamanan

nasional dan internasional termasuk di dalamnya mengenai isu politik, ekonomi,

sosial serta militer dalam dan luar negeri. Periode intelijen berikutnya di Indonesia

ternyata tetap menggunakan logika yang sama walaupun organisasi intelijen di

Indonesia berkembang silih berganti. Ken Conboy, Stanley, Otto Pratama dan

Danang Widoyoko menggambarkan dengan lebih rinci bagaimana intelijen Indonesia

bergerak dengan kerangka organisasi yang mengutamakan efektivitas,

melaksanakan operasi-operasi ofensif dan eksesif serta cenderung

mengesampingkan nilai-nilai yang demokratis.

B.    Peran Kepolisian Sebagai Intelijen Penegak Hukum

Intelijen Kepolisian dalam melaksanakan tugasnya sebagai Intel Yustisial adalah

intelijen yang melekat pada badan-badan yustsial (polisi, jaksa, imigrasi,dll) dn

merupakan intelijen yang menjalanan aktivitas rutin di seluruh wilayah yuridiksi

NKRI, dalam rangka menegakan internal security (Kamdagri) yang benuk keputusan

yang diambil berkaitan dengan proses Law enforcement. Intelijen merupakan bagian

penting bagi dinamika kegiatan kepolisian dalam era reformasi dan globalisasi

dewasa ini, dimana kondisi sosial dan dinamika masyarakat dapat berubah dengan

cepat. Gejala akan adanya perubahan saat ini sangat sulit dibaca, sehingga upaya-

Page 7: Transisi Intelijen Negara

upaya early warning dan early detection yang tajam dan akurat sangat diperlukan

dalam mengetahui dan memahami gejala tersebut.

Intelijen penegakan hukum secara khusus bekerja sebagai bagian dari sitem

penegakan hukum suatu negara. Wewenang kepolisian di bidang penegakan hukum

memerlukan aktivitas intelijen karena dalam rangka pelaksanaan penegakan hukum

tersebut diperlukan data-data tertentu yang spesifik sesuai dengan keperluan

penegakan huku untuk disajikan sebagai informasi kepada pimpinan organisasi

kepolisian (user) sehingga dapat diambil suatu keputusan yang cepat dan tepat atas

suatu kondisi atau permasalahan tertentu. Perolehan data-data guna kepentingan

penegakan hukum tersebut diawali dengan pelaksanaan proses intelijen yaitu

deteksi dini (early detection ) secara sistematis mengikuti tahapan-tahapan sesuai

siklus intelijen yaitu tahap pengarahan atau perencanaan, tahap pelaksanaan

(pulbaket) tahap pengolahan, tahap penyajian.

Penggunaan intelijen untuk dalam penegakan hukum menentukan karakteristik data

maupun informasi yang dibutuhkan oleh user, dengan dilandasi filosofi universal

tugas pokok kepolisian, yaitu fight crime (penanggulangan kejahatan), help deliquent

(menolong pelaku kejahatan) dan love humanity (mencintai kemanusiaan). Dalam

rangka penanggulangan kejahatan, maka dalam hal ini aparat kepolisian perlu

mengumpulkan berbagai bahan keterangan yang diperlukan terkait dengan suatu

kejahata melalui implementasi upaya penyelidikan, anatara lain dtaa tentang pelaku

kejahatan (khususnya DPO dan residivis), data tentang modus operandi kejahatan,

data tentang jaringan pelkau kejahatan, data tentang waktu dan tempat terjadinya

kejahatan, crime total, crime index, dan lain-lain. Selanjutnya data tersebut diolah

melalui proses intelijen sampai dengan menghasilkan informasi yang disajikan

dalam bentuk produk intelijen diperuntukan bagi user.

Produk intelijen sebagai sarana peringatan dini akan digunakan oleh user untuk

pengambilan keputusan berupa langkah-langkah tertentu sehubungan dengan

pelaksanaan operasional organisasi kepolisian yang meliputi langkah-langkah yang

bersifat pre-emtif antara lain iwujudkan melalui kegiatan community policing

(polmas), preventif antara lain diwujudkan melalui kegiatan pengaturan, penjagaan,

pengawalan, dan patroli dan represif meliputi tindakan yustisial dan non yustisial.

Sedangkan upaya penggalangan oleh kepolisian perlu ditempuh dengan cara

membangun empati terhadap masyarakat melalui tindakan-tindakan humanis antara

lain dengan cara membantu para pelaku kejahatan agar memiliki kesadaran atas

Page 8: Transisi Intelijen Negara

kesalahan yang dilakukan dengan berbuat jahat sehingga tidak mengulangi lagi dan

menjunjung tinggi hak asasi manusia dengan tidak bertindak sewenang-wenang

terhadap masyarakat dalam menjalankan wewenang kepolisian.

Upaya penyelidikan dan penggalangan tersebut selanjutnya harus didukung dengan

pelaksanaan upaya pengamanan secara internal mupn eksternal terhadap

organisasi kepolisian. Ketiga upaya tersebut harus terlaksana secara kompherensif

agar aktivitas intelijen penegakan hukum dapat berjalan dengan baik sehingga dapat

dicapai outcome dari tugas pokok kepolisian berupa keamana dan ketertiban

masyarakat, tertib dan tegaknya hukum serta perlindungan, pengayoman, dan

pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan harapan publik.

BAB III

PENUTUP

A.     Kesimpulan

Berdasarkan berbagai penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa intelijen adalah

salah satu instrumen penting bagi pemegang kekuasaan tertinggi dalam suatu

negara. Intelijen dapat digunakan sebagai alat untuk mengurangi kekhawatiran

terhadap ancaman bangsa dan negara, tetapi di saat yang bersamaan intelijen juga

dapat digunakan sebagai alat untuk melindungi kepentingan pribadi sang penguasa.

Oleh karena itu, pengelolaan sistem intelijen yang efektif, profesional dalam tatanan

yang demokratis merupakan kondisi wajib bagi sebuah negara. Tuntutan terhadap

efektivitas seringkali mengalahkan kebutuhan terhadap penegakan hak asasi

manusia, nilai-nilai sipil dan prinsip-prinsip demokratis lainnya. Prinsip kerja

demokratis dalam sistem intelijen negara dapat dilihat dari beberapa pengaturan

dasar. Pertama, intelijen harus ditempatkan sebagai institusi sipil dan menjadi

bagian dari sistem keamanan nasional. Kedua, Adanya mekanisme

pertanggungjawaban dan pertanggunggugatan yang akuntabel untuk memastikan

penggunaan intelijen secara proporsional dan mencegah akumulasi kekuasaan.

Ketiga, adanya mekanisme pengawasan untuk memastikan keberlangsungan sistem

checks and balances.

Berkaitan dengan hal tersebut kepolisian sebagai intelijen penegakan hukum

melakukan tugasnya membimbing dan mengayomi masyaraat dan tujuan agar

masyarakat merasa aman dari berbagai ancaman dan gangguan kamtibmas, proses

intelijen mutlak diperlukan. Intelijen sangat berfungsi bagi satuan, apabila organisasi

Page 9: Transisi Intelijen Negara

intelijen cukup solid, sistem dan metodanya berkembang sesuai hakekat ancaman

yang dihadapi. Namun lebih penting adalah pelaksanaan tugas tugas dari intelijen,

baik perorangan maupun unit harus memiliki komitmen yang tinggi terhadap

intelijen., mampu mengimplementasikan dan mengembangkan teori intelijen dalam

kondisi lapangan yang berubah-ubah, serta menghasilkan produk intel yang tajam,

akurat, dan terpercaya sesuai kebutuhan satuannya. Tugas dari intelijen ialah

mencari informasi, dimana informasi tersebut digunakan untuk mendukung sebagai

alternatif pengambilan keputusan tentang tindakan apa yang harus dilakukan oleh

pimpinan dalam pengambilan kebijakan dalam hal ini tentunya menjadi tugas Polri.

B.    Saran – saran

Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat disarankan beberapa hal

penting. Pertama, negara juga akan mengalami kesulitan untuk dapat

mengembangkan dua sistem manajemen intelijen yang dapat digunakan dalam

kondisi damai dan perang secara terpisah. Hal ini dialami oleh Indonesia yang masih

dalam proses pembangunan bangsa dan negara (nation and state building). Tetapi

seharusnya negara dapat mengembangkan satu sistem manajemen intelijen

demokratik yang memiliki satu-satuan khusus dan dapat digunakan untuk kondisi

perang dengan berbagai aturan khusus dan sistem pengawasan yang secara

langsung melekat ketika satuan ini digunakan. Kedua, kebutuhan terhadap faktor

efektivitas yang meningkat dalam situasi perang dapat diatasi bukan dengan cara

menegasikan sistem yang berdasar pada prinsip demokratis tetapi dengan

mengefektifkan waktu, sumberdaya serta meningkatkan profesionalitas dan

kemampuan teknologi intelijen sebuah negara. Dengan demikian diharapkan baik

dalam kondisi damai maupun perang, negara tetap dapat menjalankan sistem

intelijen yang demokratis sekaligus efektif dalam pencapaian tujuan keamanan

nasionalnya.

Dalam dinamika dan kondisi masyarakat yang semakin berkembang, informasi yang

digunakan sebagai bahan baku pengambilaan keputusan sangat kompleks dan

bervariasi sehingga diperlukan kecepatan,ketepatan, dan manfaat terhadap

informasi yang disajikan. Tetapi yang menjadi kendala intelijan ebagai penegak

hukum yaitu sarana dan prasarana maupun anggaran dalam membiayai aktifitas

intelijen polri masih sangat minim. Untuk mendukung tugas Polri yang samrat

kendala tersebut, jelas akan berpulang pada sejauh mana sense dari setiap anggota

Page 10: Transisi Intelijen Negara

intelijen Polri harus dapat bertindak setiap saat, karena keputusan tersebut haruslah

tepat. Dalam pemberian informasi berupa saran dan pertimbangan haruslah melekat

pada anggota Polri. Untuk itu sense of intelligence sangat diperlukan oleh anggota

Polri sebagai intelijen penegak hukum.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4dbed66334a35/ruu-intelijen-rusak-

sistem-penegakan-hukum-

http://www.unescap.org/huset/gg/governance.htm.

http://en.wikipedia.org/wiki/Prehistoric_warfare.

http://en.wikipedia.org/wiki/List_of_wars_before_1000.

http://seala1990.wordpress.com/2012/08/08/makalah-transisi-intelijen-negara/