TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK...
Transcript of TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK...
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 11
TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK INDUSTRI DI COASTAL
CITY SEMARANG
Djatmiko Waloejono
Program Studi Arsitektur
Fakultas Teknik: Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang
ABSTRAK
Transformasi adalah proses perubahan dari satu ruang menjadi ruang baru secara bertahap sebagai respon dari
pengaruh unsur internal dan eksternal.
Semarang coastal city terletak di pantai utara jawa diapit dua kota besar Jakarta dan Surabaya. Sebagai coastal
city dengan ciri adanya pelabuhan maka, Semarang sejak awal menjadi pusat perniagaan antar pulau dan negara
ditandai dengan pertembuhan industri yang sudah ada sejak jaman kolonial hingga sekarang. Hasil peneitian
kawasan pelabuhan Semarang mengalami tranformasi cukup signifikan yaitu mulai masa pertumbuhan abad XV,
masa kolonial abad XIX, masa industri abad XX dan masa sekarang. Perubahan tersebut terjadi akibat faktor
geografi, topografi, kolonial dan modernisasi. Dinamika pertumbuhan industri itu tercermin dalam wujud
transformasi ruang kawasan pelabuhan Semarang. Makalah ini merupakan wacana untuk melihat bagaimana
proses transformasi ruang di sekitar pelabuhan dengan analisis historis dan prespektif diakronis mulai jaman
nusantara, kolonial sampai sekarang.
Kata kunci : transformasi, pertumbuhan industri, coastal city .
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kota atau kawasan bukanlah lingkungan binaan yang dibangun dalam waktu singkat,
tetapi dibentuk dalam waktu panjang dan merupakan akumulasi setian tahap perkembangannya.
Pada setiap lapis tahapan perkembangan tersebut merupakan keputusan banyak pihak dan
dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Seperti yang dikatakan Rossi (1982)1, bahwa kota
merupakan sebuah artefak urban yang kolektif dan dibangun dalam waktu lama mealui proses
yang mengakar dalam budaya masyarakatnya. Pada ruang-ruang kota tersebutlah tercipta
lingkungan fisik tempat untuk aktivitas manusi berlangsung, yang mempuyai bentuk sangat
kompleks dan selalu berubah.
Namun beberapa dekade belakangan ini terdapat suatu kecenderungan, sperti yang
dikatakan oleh Trancik (1986)2 bahwa pada kota-kota modern telah banyak terjadi ‘ruang-ruang
hilang’ atau lostspace.
Untuk menghindari agar kecenderungan pembangunan kota seperti tersebut tidak
berlanjut perlu dipelajari dan dijelaskan kondisi faktual ruang-ruang kota tersebut melalui
eksplorasi transformasi setiap tahap perkembangannya.
Studi tentang transformasi kawasan merupakan salah satu cara atau alat untuk melihat
dan mengenal sebuah kota, yang dapat dijelaskan melalui bentuk dan strukturnya berdasarkan
perkembangan kawasan sejak awal terbentuknya mulai sekarang. Penelitian ini penting
dilakukan, karena melalui perkembangan setiap tahap pembentukan kawasan dan faktor-faktor
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 12
yang mempengaruhinya, maka kondisi faktualnya dapat dijelaskan dan kecenderungan
perkembangan masa datang dapata diamati dan diantisipasi.
Sejarah perkembangan kota pantai (historical waterfront)adalah pelengkap dari
kebudayaan maritim, dan beberapa diantaranya berhubungan erat dengan awal kemakmuran dan
awal pemabngunan ekonomi. Kota pantai mampu menjaga sejarah kawasan pantainya dengan
pesona masa lampau yang dimiliki untuk kehidupan modern (Been dan Rigby, 1996: 115)3.
Pengembangan wilayah pantai di Indonesia tidak terlepas dari sejarah yang mengiringi
sebelumnya. Sejarah pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia lebih banyak dimulai dari
wilayah pantai, hal itu tidak terlepas bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan.
Sejarah Nusantara yang merupakan wilayah kepulauan dapat ditelusuri melalui bukti sejarah
perkembangan pusat-pusat kerajaan di wilayah pantai dan berhubungan dengan sistem sungai
dalam pengembangan wilayah pedalaman. Pada periode abad ke VII sampai XVII, secara silih
berganti bermunculan kerajaan berbasis wilayah pantai seperti Sriwijaya, Samudra Pasai,
Kasultanan Banten, Kasultanan Demak, Kasultanan Ternate yang pada periode keemasannya
mengembangkan perdagangan baik diperairan Nusantara hingga mancanegara (Baiquini, 2005:
2)4.
Pada zaman dahulu Semarang telah merupakan pelabuhan penting dapat dilihat dari
catatan yang dibuat oleh seorang Portugis bernama Tome Pires kira-kira ditahun 1531, waktu itu
ia berlayar menyusuri pantai Utara Pulau Jawa, ada 3 tempat yang ramai dikunjungi oleh kapal-
kapal pedagang antara lain mereka berlabuh di Losari, Tegal, Semarang. Kira-kira 150 tahun
kemudian ada pula catatan yang menerangkan pentingnya Semarang sebagai pelabuhan.
Disekitar tahun 1678 Cornelis Speelman mencatat ramainya pelabuhan Semarang yang melebihi
pelabuhan Jepara yang berada disebelah timur Semarang. Berabad-abad lalu hingga sekitar Abad
ke XVI di pantai Utara Pulau Jawa terdapat beberapa pangkalan-pangkalan dagang penting yang
sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari mancanegara. Dan salah satunya yang terramai
waktu itu adalah pelabuhan JEPARA. Namun dalam perkembangan selanjutnya ada banyak
pedagang-pedagang dari Arab, Tiongkok, India yang singgah dekat Jepara yaitu Semarang,
karena letak geografisnya yang ideal dan alami serta dataran yang subur dan indah. Sangat
ramainya pantai Utara Pulau Jawa dikala itu oleh orang Belanda daerah tersebut disebut sebagai
“JAVA’S NOORD-OOST KUST”5
Pedagangan dan industri terus berkembang dikawasan pelauhan Semarang hingga masa
kemerdekaan sampai sekarang. Namun demikian sekitar tahun 1980-an, sektor industri menurun
karena keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) kawasan pelabuhan tidak mampu mendukung
pembangunan yang besar dan industri bergeser ke daerah sekitar Semarang antara lain
Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang.
Timbul pertanyaan bagaimana sejarah Pelabuhan Semarang? Bagaimana transformasi
kawasan pelabuhan Semarang dalam mendukung industri dan perdagangan?
II. OBYEK DAN METODE
Wilayah obyek studi penelitian ini adalah kawasan pelabuhan di Coastal City Semarang
yang memiliki ciri kekotaan, pelabuhan dan batas geografis berhubungan secara langsung
dengan laut Jawa yang meliputi Kecamatan Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu.
Metode Penelitian
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 13
Transformasi merupakan salah satu pendekatan penelitian yang bertujuan memahami
proses terbentuknya kota atau kawasan melalui perspektif kesejarahan. Penelitian ini terdiri dari
dua metode analisis yang saling melengkapi yaitu analisa fenomenologis dengan menggunakan
tissue analysis dan analisis diktronik dengan menggunakan historical reading. Yang
berhubungan dengan eksplorasi perkembangan kota dan interprtasi fakta-fakta sejarah pada
setiap tahap pembentukan ruang kota sejak awal tumbuh. Analisis sejarah dibagi menjadi 4 tahap
:
1. Pertumbuhan Awal Pelabuhan Semarang
2. Masa Kolonial
3. Pertumbuhan Industri di Pelabuhan
4. Kawasan Pelabuhan Setelah Kemerdekaan Hingga Saat Ini
III. TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN SEMARANG
1. Pertumbuhan Awal Pelabuhan Semarang
Sejarah pelabuhan semarang beawal dari Kali Semarang yang membelah kota semarang
dan bermuara diLaut Jawa. Pada tempo doeloe, Kali Semarang memainkan peranan yang sangat
penting, karena berfungsi sebagai tempat berlabuh. Kapal milik pedagang Cina, Arab, India,
Portugis dan VOC Belanda melakukan kegiatan bongkar di Pelabuhan yang terletak ditepi Kali
Semarang.
Pada masa itu yang berkuasa adalah Kerjaaan Demak. Setelah runtuhnya kekuasaan
Majapahit, Raja Kerjaan Demak Raden Fatah mengambil alih kekuasaan. Raden Fatah menjadi
raja Demak pada tahun 1500 – 1518. Pada masa kekuasaan Raden Fatah, Kerajaan Demak
melakukan hubungan dagang dengan Malaka yang berada dibawah kekuasaan Portugis. Tome
Pires, seorang pelancong Portugis dalam bukunya Suma Oriental menyebut raja Demak dengan
panggilan Guste Pate.6
Disamping itu kerajaan Demak mengadakan hubungan dagang dengan India dan Arab.
Ketika itu daerah kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas, sampai ke Palembang, Jambi yang
merupakan daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya.
Berdasarkan catatan sejarah pelabuhan laut Semarang mulai berfungsi pada tanggal 2
Mei 1547 bertepatan dengan dinobatkannya Pandan Arang II, putra Kyai Ageng Pandan Arang I
sebagai bupati Semarang yang pertama. Dalam perkembangannya, pelabuhan menjadi
episentrum transaksi perdagangan barang, antar manusaia. Sebab itu sejak jaman dulu, pelabuhan
memainkan peranan penting dalam perdagangan. Pada jaman VOC (Vereenigde Oost Indische
Compagnie), kapal-kapal dagang milik VOC merapat diberbagai pelabuhan untuk mengangkut
barang dagangan.
Pada tahun 1513 tercatat 3 tempat di Jawa Tengah, yang ramai dikunjungi milik
pedagang. Antara lain Losari, Tegal dan Semarang. Namun Kali Semaranglah yang sangat ramai
dikunjungi kapal. Perdagangan menjadi ramai setelah Terusan Suez dibuka pada tahun 1896.
Kapal dari Eropa secara berduyung-duyung menuju Nusantara, termasuk pelabuhan Semarang
yang mulai berfungsi sejak 2 Mei 1547.
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 14
Gambar 1. Pelabuhan Semarang sebagai pintu masuk kerajaan di Jawa Tengah
Sumber : BAPPEDA Kota Semarang
Gambar 2. Awal Pelabuhan Semarang Abad XV
Sumber : BAPPEDA Kota Semarang
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 15
Gambar 3. Pergeseran Letak Pelabuhan Semarang mengikuti Sedimentasi
Sumber : BAPPEDA Kota Semarang
2. Tahap Kolonial
Perseroan dagang Belanda VOC pada tahun 1677 menerima penyerahan wilayah
pantai utara dan wilayah pedalaman mataram sebagai balas jasa atas pemadaman
pemberontakan Trunojoyo di Kaligawe semarang. VOC membangun benteng pertahanan
De Vijf Hoek dimuara kali semarang membangun kantor-kantor dagang diwilayah Kota
Lama dan menguasai pelabuhan dagang Gresik, Rembang, Lasem, Jepara, Demak,
Semarang, Kendal, Batang dan Pekalongan. Usaha perdagangan perserikatan dagang
Belanda VOC diwilayah Jawa Tengah maju pesat Semarang Kota Lama menjadi pusat
perdagangan besar. Pada tahun 1850 terusan banjir kanal barat dan terusan banjir kanal
timur dibuat oleh pemerintah kolonial Hindia Beland untuk menghindari banjir genangan
air. Pada tahun 1867 dibangun Stasiun dan rel kereta api pertama diIndonesia didesa
Mijen semarang Selatan sejauh 20 km. Pada tahun 1874 dibangun pelabuhan Samudra
Semarang dan pemecah gelombang dari muara Kali baru kearah utara panjang 1.000 m
pada tahun 1880 terjadi rob pertama didataran rendah semarang bawah sampai halaman
hotel Dibya Puri Semarang.7
Gambar 4. Gambar 5.
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 16
Gambar 6.
Gambar 4, 5, 6 Pelabuhan Semarang pada masa Kolonial
Sumber : Kota Semarang dalam Kenangan
3. Pertumbuhan Industri di kawasan pelabuhan
Industri adalah seluruh bentuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang mengolah bahan
baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga mempuanyai nilai tambah
atau manfaat lebih tinggi.8
Suatu daerah dapat berkembang menjadi kawasan industri, jika daerah itu
memiliki beberapa syarat penting baik untuk industri sendiri maupun masyarakat. Di satu
sisi, beberapa syarat untuk kawasan industri adalah tersedianya prasarana dan sarana
transportasi yang murah, tersediaanya ruang untuk pembangunan perusahaan atau pabrik,
tersedianya alat tenaga kerja dari daerah sekitar, dan faktor-faktor lain yang dapat
mendukung kegiatan industri secara lebih ekonomis. Di sisi lain, keberadaan industri
harus dapat memberi keuntungan bagi masyarakat, karena kondisi itu dapat membantu
semuanya untuk berfungsi secara lebuh baik. Berkaitan dengan syarat-syaratuntuk
kawasan industri Abad XX Semarang adalah kota yang memenuhi syarat tersebut, antara
lain :
1. Lingkungan Geografis
Gambaran tentang lingkungan geografis Kota Semarang kuno dapat disimak melalui
catatan Franscois Valentijn, yang mengungkapkan bahwa pada awal abad ke-18
Semarang merupakan salah satu kota pantai yang terbesar.
2. Sarana dan Prasarana
2.1.Jalan
Wajah fisik kota semarang semakin berkembang sejak kekuasaan VOC diambil
alih oleh Belanda. Upaya pemerintah kolonial dalam mengembangkan aset kota
semarang yang penting bagi perkermbangan perdagangan dan indurtri adalah
pembangunan jalan-jalan didalam kota dan ke daerah-daerah disekitarnya.
Pembangunan jalan raya diprakarsai oleh Herman Willem Daniels, yang
menjabat sebagai gurbernur jendral Hindia-Belanda dalam periode 1808-1811.
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 17
Atas perintahnya, dilakukan pembangunan jalan disepanjang pulau Jawa yang
dibangun dengan kerja paksa. Di Semarang dari arah jalan raya itu, melintas
diarah timur, melalui Bojong, Heerenstraat, Karangbidara, dan terus ke Demak.
2.2. Pelabuhan
Secara geologis, lokasi pelabuhan semarang kurang menguntungkan, jumlah
pasir yang amat banyak dan endapan lumpur yang berlangsung terus menerus
menyebabkan sungai yang menghubungkan kota dengan pelabuhan tidak dapat
dilayari. Bahkan pada muara sungai terbentuk dataran pasir yang sangat
menghambat pelayaran dari dan ke kota. Utnuk mengatasi kondisi goelogi yang
tidak menguntungkan bagi kapal-kapal besar itu, pada tahun 1868 beberapa
perusahaan dagang melakukan pengerukkan lumpur pertama kali. Selanjutnya
dibuat juga kanal pelabuhan baru. Niuwe Havenkanaala atau Kali Baroe, yang
pembuatannya berlangsung tahun 1872-1874.
2.3. Transportasi
Sarana transportasi yang cukup penting sebagai akses menuju perkembangan
industri di Semarang adalah kereta api. Semarang menempati posisi penting
dalam wacana pembangunan jalan kereta api di Jawa, karena disekitar wilayah
ini terdapat rural based-industries yang menghasilkan komoditi pertanian yang
laku dipasar dunia. Produk pertanaian yang dihasilkan oleh daerah-daerah
disekitar Semarang adalah terutama kopi da gula. Kedua produk ini merupakan
komoditi utama di Jawa, dan bahkan produk tersebut telah menjadikan Belanda
sebagai pasar kopi dan gula yang terbesar didunia pada pertengahan abad ke-19.9
Berbagai nama industri manufaktur di Semarang adalah : industri mebel
Andriesse, N.V.P.A. Renault’s Verf, Inkt- en Blikfabrieken (industri cat, tinta
dan kaleng), N.V. Constructiewerkplaatsen De Vries Robbe-Lingdeteves
(bergerak dalam bidang industri baja seperti : jembatan, gedung, tank, dsb.), Van
Dongen Industrileele Maatschaappij (industri minyak dan bungkil), pabrik obat
nyamuk, pabrik es dan limon, pabrik air mineral (Hygeia, Moedalbron, Aqua,
Lova, dan Van Dronggelen), N.V. Handleen en Industrie Maatschaappij Venus
(pengolahan parfum dan permen), industri sandal (sandal Orie, sandal Matjan,
sandal Srondol), industri tekstil Brantasena, industri dacin (timbangan), B.A.T.
(British American Tobacco Co.), industri percetaan : G.C.T. Van Dorp & Co.,
Van Masman & Stroink, Van de Bruin & Co., N.V. The Koei Lien, Misset, dan
Java Ien Boen Kongsie, industri jamu “Tjap Potret”, pabrik tegel dan beton
Midden Java te Semarang.10
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 18
Gambar 7. Gambar 8.
Gambar 7 & 8. Pertumbuhan Industri di Kawasan Pelabuhan Abad XX
Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas
Gambar 9. Pelabuhan Semarang menjadi Pusat Perdagangan dan Industri
Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas
4. Kawasan pelabuhan setelah kemerdekaan hingga saat ini
Sampai akhir masa penjajahan Belanda dan masuk masa kemerdekaan sampai
tahun 1970-an, pelabuhan semarang tidak mengalami kemajuan yang berarti. Bahkan
mengalami kehancuran bangunan dan lingkungan sampai penurunan muka tanah dan
banjir rob.11
Menurut beberapa pakar lingkungan, banjir rob yang melanda pantai utara kota
Semarang, karena terjadi penurunan deletasi tanah. Sementara itu air laut mengalami
peningkatan volume dan ketinggian elevasi, sehingga ancaman banjir rob tdidak dapat
dihindari. Terjadi penurunan tanah karena wilayah utara kota Semarang merupakan tanah
muda yang terjadi karena colmatege. Hal yang sangat wajar, karena pada masa silam
lokasi pelabuhan Semarang disebelah Timur Kantor Pos Semarang atau sekitar 3 km dari
pelabuhan eksisting. Menurut catatan sejarah kapal-kapal milik Laksamana Ceng-Ho
sandar dipelabuhan yang terletak disebelah selatan, sekitar 4-5 km dari pantai.
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 19
Pelabuhan Samudra Semarang tahun 1970 diberi nama Pelabuhan Tanjung Emas
dan mulai dibangun oleh pemerintah Indonesia melalui tahapan Repelita dan dilanjutkan
dengan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tahap 1 (2008-2012), Tahap
2 (2012-2016), Tahap 3 (2016-2022). Rencana Induk Ini memfokuskan pelabuhan
Tanjung Emas untuk perdagangan, Penumpang, pariwisata, peti kemas, pergudangan,
perkantoran, sedangkan sektor perindustrian dialihkan ke Hinterland yaitu Kabupaten
Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Demak.
Gambar 10. Gambar 11.
Gambar 10 & 11. Pelabuhan Semarang saat ini
Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas
Gambar 12. Tata Ruang Kota Semarang 2015
Sumber : BAPPEDA Kota Semarang
IV. KESIMPULAN
Kawasan tepi air (Water Front) adalah suatu area yang sangat dinamis dimana daratan
dan lautan bertemu. Perubahan itu disebabkan faktor geografis (Sumber Daya Alam) dan faktor
kebijakan perkotaan.
- Kawasan pelabuhan semarang mengalami perubahan yang signifikanberupa transformasi
ruang mulai awal pertumbuhan abad ke-XIV sampai saat ini. Transformasi ini
dipengaruhi oleh faktor topografi, geografi dan faktor kolonial serta modernisasi
pelabuhan.
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 20
- Dari sektor industri, pada abad ke-XVIII Semarang pernah menjadi kota industri yang
cukup besar dan penting ditandai dengan dibangunnya sarana prasarana berupa pabrik,
gudang, kantor, pasar, bank, jalan, jalan kereta api dan pelabuhan.
- Namun karena sumber daya alam tidak mendukung antara lain penurunan muka tanah,
banjir, rob, abrasi dll. Industri digeser ke daerah hinter land dan kawasan pelabuhan
menjadi kawasan jasa perdagangan hingga sekarang.
V. REFRENSI
1. Rossi, Aldo, 1982: Architectur of The City: The MIT Pres, Cambridge.
2. Trancik, Roger, 1986: Finding Lost Space Theories of Urban Design, Van Nostrand
Reinhold Co, NY, hal 4.
3. Breen and Rigby, 1996: The New Waterfront A Worldwide Urban Succes Story North
America, Mc Graw – Hill Inc.
4. Baiquini M, 2005: Sesat Pikir Perencanaan Pembangunan Regional, Refleksi Kritis di
Era Otonomi, Forum Perencana Pembangunan Edisi Khusus Januari 2005.
5. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.
6. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.
7. Ir. Wasono, 2000: Morfologi dan Potensi Kelautan di Kota Semarang, Aneka Ilmu,
Semarang.
8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.
9. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.
10. Agustinus Supriyono, 2000: Buruh Pelabuhan Semarang, Pemogokan Pada Zaman
Kolonial Belanda, Revolusi Dan Republik Tahun 1900 – 1965, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro Semarang, Hal 61 Dan 131.
11. PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Mas: Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Mas
2013 – Pro Fajar Jakarta, Hal 53.