TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK...

10
Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 11 TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK INDUSTRI DI COASTAL CITY SEMARANG Djatmiko Waloejono Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik: Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang ABSTRAK Transformasi adalah proses perubahan dari satu ruang menjadi ruang baru secara bertahap sebagai respon dari pengaruh unsur internal dan eksternal. Semarang coastal city terletak di pantai utara jawa diapit dua kota besar Jakarta dan Surabaya. Sebagai coastal city dengan ciri adanya pelabuhan maka, Semarang sejak awal menjadi pusat perniagaan antar pulau dan negara ditandai dengan pertembuhan industri yang sudah ada sejak jaman kolonial hingga sekarang. Hasil peneitian kawasan pelabuhan Semarang mengalami tranformasi cukup signifikan yaitu mulai masa pertumbuhan abad XV, masa kolonial abad XIX, masa industri abad XX dan masa sekarang. Perubahan tersebut terjadi akibat faktor geografi, topografi, kolonial dan modernisasi. Dinamika pertumbuhan industri itu tercermin dalam wujud transformasi ruang kawasan pelabuhan Semarang. Makalah ini merupakan wacana untuk melihat bagaimana proses transformasi ruang di sekitar pelabuhan dengan analisis historis dan prespektif diakronis mulai jaman nusantara, kolonial sampai sekarang. Kata kunci : transformasi, pertumbuhan industri, coastal city . I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kota atau kawasan bukanlah lingkungan binaan yang dibangun dalam waktu singkat, tetapi dibentuk dalam waktu panjang dan merupakan akumulasi setian tahap perkembangannya. Pada setiap lapis tahapan perkembangan tersebut merupakan keputusan banyak pihak dan dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Seperti yang dikatakan Rossi (1982) 1 , bahwa kota merupakan sebuah artefak urban yang kolektif dan dibangun dalam waktu lama mealui proses yang mengakar dalam budaya masyarakatnya. Pada ruang-ruang kota tersebutlah tercipta lingkungan fisik tempat untuk aktivitas manusi berlangsung, yang mempuyai bentuk sangat kompleks dan selalu berubah. Namun beberapa dekade belakangan ini terdapat suatu kecenderungan, sperti yang dikatakan oleh Trancik (1986) 2 bahwa pada kota-kota modern telah banyak terjadi ‘ruang-ruang hilang’ atau lostspace. Untuk menghindari agar kecenderungan pembangunan kota seperti tersebut tidak berlanjut perlu dipelajari dan dijelaskan kondisi faktual ruang-ruang kota tersebut melalui eksplorasi transformasi setiap tahap perkembangannya. Studi tentang transformasi kawasan merupakan salah satu cara atau alat untuk melihat dan mengenal sebuah kota, yang dapat dijelaskan melalui bentuk dan strukturnya berdasarkan perkembangan kawasan sejak awal terbentuknya mulai sekarang. Penelitian ini penting dilakukan, karena melalui perkembangan setiap tahap pembentukan kawasan dan faktor-faktor

Transcript of TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK...

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 11

TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN DALAM ASPEK INDUSTRI DI COASTAL

CITY SEMARANG

Djatmiko Waloejono

Program Studi Arsitektur

Fakultas Teknik: Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG) Semarang

ABSTRAK

Transformasi adalah proses perubahan dari satu ruang menjadi ruang baru secara bertahap sebagai respon dari

pengaruh unsur internal dan eksternal.

Semarang coastal city terletak di pantai utara jawa diapit dua kota besar Jakarta dan Surabaya. Sebagai coastal

city dengan ciri adanya pelabuhan maka, Semarang sejak awal menjadi pusat perniagaan antar pulau dan negara

ditandai dengan pertembuhan industri yang sudah ada sejak jaman kolonial hingga sekarang. Hasil peneitian

kawasan pelabuhan Semarang mengalami tranformasi cukup signifikan yaitu mulai masa pertumbuhan abad XV,

masa kolonial abad XIX, masa industri abad XX dan masa sekarang. Perubahan tersebut terjadi akibat faktor

geografi, topografi, kolonial dan modernisasi. Dinamika pertumbuhan industri itu tercermin dalam wujud

transformasi ruang kawasan pelabuhan Semarang. Makalah ini merupakan wacana untuk melihat bagaimana

proses transformasi ruang di sekitar pelabuhan dengan analisis historis dan prespektif diakronis mulai jaman

nusantara, kolonial sampai sekarang.

Kata kunci : transformasi, pertumbuhan industri, coastal city .

I. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Kota atau kawasan bukanlah lingkungan binaan yang dibangun dalam waktu singkat,

tetapi dibentuk dalam waktu panjang dan merupakan akumulasi setian tahap perkembangannya.

Pada setiap lapis tahapan perkembangan tersebut merupakan keputusan banyak pihak dan

dipengaruhi oleh berbagai macam faktor. Seperti yang dikatakan Rossi (1982)1, bahwa kota

merupakan sebuah artefak urban yang kolektif dan dibangun dalam waktu lama mealui proses

yang mengakar dalam budaya masyarakatnya. Pada ruang-ruang kota tersebutlah tercipta

lingkungan fisik tempat untuk aktivitas manusi berlangsung, yang mempuyai bentuk sangat

kompleks dan selalu berubah.

Namun beberapa dekade belakangan ini terdapat suatu kecenderungan, sperti yang

dikatakan oleh Trancik (1986)2 bahwa pada kota-kota modern telah banyak terjadi ‘ruang-ruang

hilang’ atau lostspace.

Untuk menghindari agar kecenderungan pembangunan kota seperti tersebut tidak

berlanjut perlu dipelajari dan dijelaskan kondisi faktual ruang-ruang kota tersebut melalui

eksplorasi transformasi setiap tahap perkembangannya.

Studi tentang transformasi kawasan merupakan salah satu cara atau alat untuk melihat

dan mengenal sebuah kota, yang dapat dijelaskan melalui bentuk dan strukturnya berdasarkan

perkembangan kawasan sejak awal terbentuknya mulai sekarang. Penelitian ini penting

dilakukan, karena melalui perkembangan setiap tahap pembentukan kawasan dan faktor-faktor

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 12

yang mempengaruhinya, maka kondisi faktualnya dapat dijelaskan dan kecenderungan

perkembangan masa datang dapata diamati dan diantisipasi.

Sejarah perkembangan kota pantai (historical waterfront)adalah pelengkap dari

kebudayaan maritim, dan beberapa diantaranya berhubungan erat dengan awal kemakmuran dan

awal pemabngunan ekonomi. Kota pantai mampu menjaga sejarah kawasan pantainya dengan

pesona masa lampau yang dimiliki untuk kehidupan modern (Been dan Rigby, 1996: 115)3.

Pengembangan wilayah pantai di Indonesia tidak terlepas dari sejarah yang mengiringi

sebelumnya. Sejarah pertumbuhan kota-kota besar di Indonesia lebih banyak dimulai dari

wilayah pantai, hal itu tidak terlepas bahwa negara Indonesia merupakan negara kepulauan.

Sejarah Nusantara yang merupakan wilayah kepulauan dapat ditelusuri melalui bukti sejarah

perkembangan pusat-pusat kerajaan di wilayah pantai dan berhubungan dengan sistem sungai

dalam pengembangan wilayah pedalaman. Pada periode abad ke VII sampai XVII, secara silih

berganti bermunculan kerajaan berbasis wilayah pantai seperti Sriwijaya, Samudra Pasai,

Kasultanan Banten, Kasultanan Demak, Kasultanan Ternate yang pada periode keemasannya

mengembangkan perdagangan baik diperairan Nusantara hingga mancanegara (Baiquini, 2005:

2)4.

Pada zaman dahulu Semarang telah merupakan pelabuhan penting dapat dilihat dari

catatan yang dibuat oleh seorang Portugis bernama Tome Pires kira-kira ditahun 1531, waktu itu

ia berlayar menyusuri pantai Utara Pulau Jawa, ada 3 tempat yang ramai dikunjungi oleh kapal-

kapal pedagang antara lain mereka berlabuh di Losari, Tegal, Semarang. Kira-kira 150 tahun

kemudian ada pula catatan yang menerangkan pentingnya Semarang sebagai pelabuhan.

Disekitar tahun 1678 Cornelis Speelman mencatat ramainya pelabuhan Semarang yang melebihi

pelabuhan Jepara yang berada disebelah timur Semarang. Berabad-abad lalu hingga sekitar Abad

ke XVI di pantai Utara Pulau Jawa terdapat beberapa pangkalan-pangkalan dagang penting yang

sering disinggahi kapal-kapal pedagang dari mancanegara. Dan salah satunya yang terramai

waktu itu adalah pelabuhan JEPARA. Namun dalam perkembangan selanjutnya ada banyak

pedagang-pedagang dari Arab, Tiongkok, India yang singgah dekat Jepara yaitu Semarang,

karena letak geografisnya yang ideal dan alami serta dataran yang subur dan indah. Sangat

ramainya pantai Utara Pulau Jawa dikala itu oleh orang Belanda daerah tersebut disebut sebagai

“JAVA’S NOORD-OOST KUST”5

Pedagangan dan industri terus berkembang dikawasan pelauhan Semarang hingga masa

kemerdekaan sampai sekarang. Namun demikian sekitar tahun 1980-an, sektor industri menurun

karena keberadaan Sumber Daya Alam (SDA) kawasan pelabuhan tidak mampu mendukung

pembangunan yang besar dan industri bergeser ke daerah sekitar Semarang antara lain

Kabupaten Demak, Kabupaten Kendal, Kabupaten Semarang.

Timbul pertanyaan bagaimana sejarah Pelabuhan Semarang? Bagaimana transformasi

kawasan pelabuhan Semarang dalam mendukung industri dan perdagangan?

II. OBYEK DAN METODE

Wilayah obyek studi penelitian ini adalah kawasan pelabuhan di Coastal City Semarang

yang memiliki ciri kekotaan, pelabuhan dan batas geografis berhubungan secara langsung

dengan laut Jawa yang meliputi Kecamatan Genuk, Semarang Utara, Semarang Barat dan Tugu.

Metode Penelitian

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 13

Transformasi merupakan salah satu pendekatan penelitian yang bertujuan memahami

proses terbentuknya kota atau kawasan melalui perspektif kesejarahan. Penelitian ini terdiri dari

dua metode analisis yang saling melengkapi yaitu analisa fenomenologis dengan menggunakan

tissue analysis dan analisis diktronik dengan menggunakan historical reading. Yang

berhubungan dengan eksplorasi perkembangan kota dan interprtasi fakta-fakta sejarah pada

setiap tahap pembentukan ruang kota sejak awal tumbuh. Analisis sejarah dibagi menjadi 4 tahap

:

1. Pertumbuhan Awal Pelabuhan Semarang

2. Masa Kolonial

3. Pertumbuhan Industri di Pelabuhan

4. Kawasan Pelabuhan Setelah Kemerdekaan Hingga Saat Ini

III. TRANSFORMASI KAWASAN PELABUHAN SEMARANG

1. Pertumbuhan Awal Pelabuhan Semarang

Sejarah pelabuhan semarang beawal dari Kali Semarang yang membelah kota semarang

dan bermuara diLaut Jawa. Pada tempo doeloe, Kali Semarang memainkan peranan yang sangat

penting, karena berfungsi sebagai tempat berlabuh. Kapal milik pedagang Cina, Arab, India,

Portugis dan VOC Belanda melakukan kegiatan bongkar di Pelabuhan yang terletak ditepi Kali

Semarang.

Pada masa itu yang berkuasa adalah Kerjaaan Demak. Setelah runtuhnya kekuasaan

Majapahit, Raja Kerjaan Demak Raden Fatah mengambil alih kekuasaan. Raden Fatah menjadi

raja Demak pada tahun 1500 – 1518. Pada masa kekuasaan Raden Fatah, Kerajaan Demak

melakukan hubungan dagang dengan Malaka yang berada dibawah kekuasaan Portugis. Tome

Pires, seorang pelancong Portugis dalam bukunya Suma Oriental menyebut raja Demak dengan

panggilan Guste Pate.6

Disamping itu kerajaan Demak mengadakan hubungan dagang dengan India dan Arab.

Ketika itu daerah kekuasaan Kerajaan Demak sangat luas, sampai ke Palembang, Jambi yang

merupakan daerah yang pernah dikuasai Kerajaan Sriwijaya.

Berdasarkan catatan sejarah pelabuhan laut Semarang mulai berfungsi pada tanggal 2

Mei 1547 bertepatan dengan dinobatkannya Pandan Arang II, putra Kyai Ageng Pandan Arang I

sebagai bupati Semarang yang pertama. Dalam perkembangannya, pelabuhan menjadi

episentrum transaksi perdagangan barang, antar manusaia. Sebab itu sejak jaman dulu, pelabuhan

memainkan peranan penting dalam perdagangan. Pada jaman VOC (Vereenigde Oost Indische

Compagnie), kapal-kapal dagang milik VOC merapat diberbagai pelabuhan untuk mengangkut

barang dagangan.

Pada tahun 1513 tercatat 3 tempat di Jawa Tengah, yang ramai dikunjungi milik

pedagang. Antara lain Losari, Tegal dan Semarang. Namun Kali Semaranglah yang sangat ramai

dikunjungi kapal. Perdagangan menjadi ramai setelah Terusan Suez dibuka pada tahun 1896.

Kapal dari Eropa secara berduyung-duyung menuju Nusantara, termasuk pelabuhan Semarang

yang mulai berfungsi sejak 2 Mei 1547.

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 14

Gambar 1. Pelabuhan Semarang sebagai pintu masuk kerajaan di Jawa Tengah

Sumber : BAPPEDA Kota Semarang

Gambar 2. Awal Pelabuhan Semarang Abad XV

Sumber : BAPPEDA Kota Semarang

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 15

Gambar 3. Pergeseran Letak Pelabuhan Semarang mengikuti Sedimentasi

Sumber : BAPPEDA Kota Semarang

2. Tahap Kolonial

Perseroan dagang Belanda VOC pada tahun 1677 menerima penyerahan wilayah

pantai utara dan wilayah pedalaman mataram sebagai balas jasa atas pemadaman

pemberontakan Trunojoyo di Kaligawe semarang. VOC membangun benteng pertahanan

De Vijf Hoek dimuara kali semarang membangun kantor-kantor dagang diwilayah Kota

Lama dan menguasai pelabuhan dagang Gresik, Rembang, Lasem, Jepara, Demak,

Semarang, Kendal, Batang dan Pekalongan. Usaha perdagangan perserikatan dagang

Belanda VOC diwilayah Jawa Tengah maju pesat Semarang Kota Lama menjadi pusat

perdagangan besar. Pada tahun 1850 terusan banjir kanal barat dan terusan banjir kanal

timur dibuat oleh pemerintah kolonial Hindia Beland untuk menghindari banjir genangan

air. Pada tahun 1867 dibangun Stasiun dan rel kereta api pertama diIndonesia didesa

Mijen semarang Selatan sejauh 20 km. Pada tahun 1874 dibangun pelabuhan Samudra

Semarang dan pemecah gelombang dari muara Kali baru kearah utara panjang 1.000 m

pada tahun 1880 terjadi rob pertama didataran rendah semarang bawah sampai halaman

hotel Dibya Puri Semarang.7

Gambar 4. Gambar 5.

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 16

Gambar 6.

Gambar 4, 5, 6 Pelabuhan Semarang pada masa Kolonial

Sumber : Kota Semarang dalam Kenangan

3. Pertumbuhan Industri di kawasan pelabuhan

Industri adalah seluruh bentuk kegiatan-kegiatan ekonomi yang mengolah bahan

baku dan atau memanfaatkan sumber daya industri sehingga mempuanyai nilai tambah

atau manfaat lebih tinggi.8

Suatu daerah dapat berkembang menjadi kawasan industri, jika daerah itu

memiliki beberapa syarat penting baik untuk industri sendiri maupun masyarakat. Di satu

sisi, beberapa syarat untuk kawasan industri adalah tersedianya prasarana dan sarana

transportasi yang murah, tersediaanya ruang untuk pembangunan perusahaan atau pabrik,

tersedianya alat tenaga kerja dari daerah sekitar, dan faktor-faktor lain yang dapat

mendukung kegiatan industri secara lebih ekonomis. Di sisi lain, keberadaan industri

harus dapat memberi keuntungan bagi masyarakat, karena kondisi itu dapat membantu

semuanya untuk berfungsi secara lebuh baik. Berkaitan dengan syarat-syaratuntuk

kawasan industri Abad XX Semarang adalah kota yang memenuhi syarat tersebut, antara

lain :

1. Lingkungan Geografis

Gambaran tentang lingkungan geografis Kota Semarang kuno dapat disimak melalui

catatan Franscois Valentijn, yang mengungkapkan bahwa pada awal abad ke-18

Semarang merupakan salah satu kota pantai yang terbesar.

2. Sarana dan Prasarana

2.1.Jalan

Wajah fisik kota semarang semakin berkembang sejak kekuasaan VOC diambil

alih oleh Belanda. Upaya pemerintah kolonial dalam mengembangkan aset kota

semarang yang penting bagi perkermbangan perdagangan dan indurtri adalah

pembangunan jalan-jalan didalam kota dan ke daerah-daerah disekitarnya.

Pembangunan jalan raya diprakarsai oleh Herman Willem Daniels, yang

menjabat sebagai gurbernur jendral Hindia-Belanda dalam periode 1808-1811.

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 17

Atas perintahnya, dilakukan pembangunan jalan disepanjang pulau Jawa yang

dibangun dengan kerja paksa. Di Semarang dari arah jalan raya itu, melintas

diarah timur, melalui Bojong, Heerenstraat, Karangbidara, dan terus ke Demak.

2.2. Pelabuhan

Secara geologis, lokasi pelabuhan semarang kurang menguntungkan, jumlah

pasir yang amat banyak dan endapan lumpur yang berlangsung terus menerus

menyebabkan sungai yang menghubungkan kota dengan pelabuhan tidak dapat

dilayari. Bahkan pada muara sungai terbentuk dataran pasir yang sangat

menghambat pelayaran dari dan ke kota. Utnuk mengatasi kondisi goelogi yang

tidak menguntungkan bagi kapal-kapal besar itu, pada tahun 1868 beberapa

perusahaan dagang melakukan pengerukkan lumpur pertama kali. Selanjutnya

dibuat juga kanal pelabuhan baru. Niuwe Havenkanaala atau Kali Baroe, yang

pembuatannya berlangsung tahun 1872-1874.

2.3. Transportasi

Sarana transportasi yang cukup penting sebagai akses menuju perkembangan

industri di Semarang adalah kereta api. Semarang menempati posisi penting

dalam wacana pembangunan jalan kereta api di Jawa, karena disekitar wilayah

ini terdapat rural based-industries yang menghasilkan komoditi pertanian yang

laku dipasar dunia. Produk pertanaian yang dihasilkan oleh daerah-daerah

disekitar Semarang adalah terutama kopi da gula. Kedua produk ini merupakan

komoditi utama di Jawa, dan bahkan produk tersebut telah menjadikan Belanda

sebagai pasar kopi dan gula yang terbesar didunia pada pertengahan abad ke-19.9

Berbagai nama industri manufaktur di Semarang adalah : industri mebel

Andriesse, N.V.P.A. Renault’s Verf, Inkt- en Blikfabrieken (industri cat, tinta

dan kaleng), N.V. Constructiewerkplaatsen De Vries Robbe-Lingdeteves

(bergerak dalam bidang industri baja seperti : jembatan, gedung, tank, dsb.), Van

Dongen Industrileele Maatschaappij (industri minyak dan bungkil), pabrik obat

nyamuk, pabrik es dan limon, pabrik air mineral (Hygeia, Moedalbron, Aqua,

Lova, dan Van Dronggelen), N.V. Handleen en Industrie Maatschaappij Venus

(pengolahan parfum dan permen), industri sandal (sandal Orie, sandal Matjan,

sandal Srondol), industri tekstil Brantasena, industri dacin (timbangan), B.A.T.

(British American Tobacco Co.), industri percetaan : G.C.T. Van Dorp & Co.,

Van Masman & Stroink, Van de Bruin & Co., N.V. The Koei Lien, Misset, dan

Java Ien Boen Kongsie, industri jamu “Tjap Potret”, pabrik tegel dan beton

Midden Java te Semarang.10

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 18

Gambar 7. Gambar 8.

Gambar 7 & 8. Pertumbuhan Industri di Kawasan Pelabuhan Abad XX

Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas

Gambar 9. Pelabuhan Semarang menjadi Pusat Perdagangan dan Industri

Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas

4. Kawasan pelabuhan setelah kemerdekaan hingga saat ini

Sampai akhir masa penjajahan Belanda dan masuk masa kemerdekaan sampai

tahun 1970-an, pelabuhan semarang tidak mengalami kemajuan yang berarti. Bahkan

mengalami kehancuran bangunan dan lingkungan sampai penurunan muka tanah dan

banjir rob.11

Menurut beberapa pakar lingkungan, banjir rob yang melanda pantai utara kota

Semarang, karena terjadi penurunan deletasi tanah. Sementara itu air laut mengalami

peningkatan volume dan ketinggian elevasi, sehingga ancaman banjir rob tdidak dapat

dihindari. Terjadi penurunan tanah karena wilayah utara kota Semarang merupakan tanah

muda yang terjadi karena colmatege. Hal yang sangat wajar, karena pada masa silam

lokasi pelabuhan Semarang disebelah Timur Kantor Pos Semarang atau sekitar 3 km dari

pelabuhan eksisting. Menurut catatan sejarah kapal-kapal milik Laksamana Ceng-Ho

sandar dipelabuhan yang terletak disebelah selatan, sekitar 4-5 km dari pantai.

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 19

Pelabuhan Samudra Semarang tahun 1970 diberi nama Pelabuhan Tanjung Emas

dan mulai dibangun oleh pemerintah Indonesia melalui tahapan Repelita dan dilanjutkan

dengan Rencana Induk Pelabuhan Tanjung Emas Semarang Tahap 1 (2008-2012), Tahap

2 (2012-2016), Tahap 3 (2016-2022). Rencana Induk Ini memfokuskan pelabuhan

Tanjung Emas untuk perdagangan, Penumpang, pariwisata, peti kemas, pergudangan,

perkantoran, sedangkan sektor perindustrian dialihkan ke Hinterland yaitu Kabupaten

Kendal, Kabupaten Semarang, dan Kabupaten Demak.

Gambar 10. Gambar 11.

Gambar 10 & 11. Pelabuhan Semarang saat ini

Sumber : Revitalisasi pelabuhan Tanjung Mas

Gambar 12. Tata Ruang Kota Semarang 2015

Sumber : BAPPEDA Kota Semarang

IV. KESIMPULAN

Kawasan tepi air (Water Front) adalah suatu area yang sangat dinamis dimana daratan

dan lautan bertemu. Perubahan itu disebabkan faktor geografis (Sumber Daya Alam) dan faktor

kebijakan perkotaan.

- Kawasan pelabuhan semarang mengalami perubahan yang signifikanberupa transformasi

ruang mulai awal pertumbuhan abad ke-XIV sampai saat ini. Transformasi ini

dipengaruhi oleh faktor topografi, geografi dan faktor kolonial serta modernisasi

pelabuhan.

Seminar Nasional “Menuju Arsitektur dan Ruang Perkotaan yang Ber-kearifan Lokal” PDTAP 2015 | 20

- Dari sektor industri, pada abad ke-XVIII Semarang pernah menjadi kota industri yang

cukup besar dan penting ditandai dengan dibangunnya sarana prasarana berupa pabrik,

gudang, kantor, pasar, bank, jalan, jalan kereta api dan pelabuhan.

- Namun karena sumber daya alam tidak mendukung antara lain penurunan muka tanah,

banjir, rob, abrasi dll. Industri digeser ke daerah hinter land dan kawasan pelabuhan

menjadi kawasan jasa perdagangan hingga sekarang.

V. REFRENSI

1. Rossi, Aldo, 1982: Architectur of The City: The MIT Pres, Cambridge.

2. Trancik, Roger, 1986: Finding Lost Space Theories of Urban Design, Van Nostrand

Reinhold Co, NY, hal 4.

3. Breen and Rigby, 1996: The New Waterfront A Worldwide Urban Succes Story North

America, Mc Graw – Hill Inc.

4. Baiquini M, 2005: Sesat Pikir Perencanaan Pembangunan Regional, Refleksi Kritis di

Era Otonomi, Forum Perencana Pembangunan Edisi Khusus Januari 2005.

5. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.

6. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.

7. Ir. Wasono, 2000: Morfologi dan Potensi Kelautan di Kota Semarang, Aneka Ilmu,

Semarang.

8. Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2014 Tentang Perindustrian.

9. Dewi Yuliati, 2009: Menuju Kota Industri, Semarang pada Era Kolonial, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang, hal 31, 46, 51.

10. Agustinus Supriyono, 2000: Buruh Pelabuhan Semarang, Pemogokan Pada Zaman

Kolonial Belanda, Revolusi Dan Republik Tahun 1900 – 1965, Badan Penerbit

Universitas Diponegoro Semarang, Hal 61 Dan 131.

11. PT. Pelabuhan Indonesia III Cabang Tanjung Mas: Revitalisasi Pelabuhan Tanjung Mas

2013 – Pro Fajar Jakarta, Hal 53.