TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza)...

25
TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI KEHARUSAN Yatna Yuwana Martawirya Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Kelompok Keahlian Teknik Produksi Mesin, Institut Teknologi Bandung, Jln Ganesha 10, Bandung, Indonesia, 40132 e-mail: [email protected] ABSTRAK Tulisan ini merupakan gagasan profesional yang dapat diterapkan di Indonesia berhubungan dengan strategi peningkatan kebisaan sumber daya manusia (SDM). Seperti yang kita lihat dan kita alami bersama, sangat sulit untuk menumbuhkan industri manufaktur di negara ini, padahal industri manufaktur adalah salah satu bidang industri yang dapat memberikan nilai tambah yang tinggi pada produk yang dibuat. Di sisi lain, ada hal yang kurang diperhatikan, yaitu pengumpulan Knowledge and Know How (KKH) yang saat ini kita kuasai, tetapi tanpa ada strategi untuk pengembangan dan pengelolaan yang baik, dikhawatirkan akan hilang bersama semakin menurunnya aktivitas industri tertentu ataupun adanya pindah tangan kepemilikan ke industri prinsipal, misalnya industri otomotif, industri gas, demikian pula dengan

Transcript of TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza)...

Page 1: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI KEHARUSAN

Yatna Yuwana Martawirya

Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Kelompok Keahlian Teknik Produksi Mesin,

Institut Teknologi Bandung, Jln Ganesha 10, Bandung, Indonesia, 40132

e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tulisan ini merupakan gagasan profesional yang dapat diterapkan di Indonesia berhubungan

dengan strategi peningkatan kebisaan sumber daya manusia (SDM). Seperti yang kita lihat

dan kita alami bersama, sangat sulit untuk menumbuhkan industri manufaktur di negara ini,

padahal industri manufaktur adalah salah satu bidang industri yang dapat memberikan nilai

tambah yang tinggi pada produk yang dibuat. Di sisi lain, ada hal yang kurang diperhatikan,

yaitu pengumpulan Knowledge and Know How (KKH) yang saat ini kita kuasai, tetapi tanpa

ada strategi untuk pengembangan dan pengelolaan yang baik, dikhawatirkan akan hilang

bersama semakin menurunnya aktivitas industri tertentu ataupun adanya pindah tangan

kepemilikan ke industri prinsipal, misalnya industri otomotif, industri gas, demikian pula

dengan industri batu bara dan minyak. Metode yang diajukan adalah dengan penyusunan

“kebisaan” (keprofesian) secara strategis sehingga menuntut setiap industri untuk

meningkatkan kebisaan SDM yang dimiliki sampai setinggi mungkin, sampai yang

bersangkutan pensiun. Konsep internal training yang saling menguntungkan antara

perusahaan, senior SDM dan yunior SDM diperkenalkan. Konsep ini, bersama-sama dengan

perancangan jenjang karir bagi SDM, dapat digunakan sebagai pedang bermata dua, di satu

sisi memberikan hak dan tuntutan kepada perusahaan, dan di sisi yang lain memberikan hak

dan tuntutan kepada SDM. Contoh rancangan tentang materi pelatihan dan tuntutan performa

diberikan untuk satu jenjang tertentu di jalur tertentu. Pendekatan ini diyakini dapat

diterapkan di semua jenis bidang bisnis, seperti indutri manufaktur, industri energi, bisnis

pendidikan, bisnis layanan (misalnya, rumah sakit) dan sebagainya. Pada semua bidang

tersebut, sudah pernah diuji-cobakan/diimplementasikan. Diharapkan, dengan adanya

Page 2: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

dukungan kebijakan nasional akan dapat dijadikan landasan bagi industri untuk menuntut

peningkatan kebisaan ke industri prinsipal, dan apa yang dicita-citakan dapat dipercepat

pencapaiannya.

PENDAHULUAN

Bagi orang yang berkecimpung di dunia manufaktur atau teknik produksi mesin, tentu

akan merasa prihatin melihat dunia manufaktur di Indonesia. Semua industri yang berinduk

pada industri prinsipal (yang biasanya terletak di negara asalnya) telah tumbuh menjadi

“dinosaurus”. Sebaliknya, industri lokal yang mulai tumbuh dari kelas “kambing” menjadi

kelas “sapi” akan segera disantap atau, paling tidak, dibunuh atau dimusnahkan oleh

dinosaurus-dinosaurus yang ada. Apa yang salah di negara ini?

Kalaupun ada yang ingin memperbaiki kondisi tersebut, dari mana harus memulai dan

oleh siapa? Ujung-ujungnya, yang terjadi adalah saling menyalahkan sehingga tidak pernah

ada satu penyelesaian yang elegan, yang saling menghargai semuanya dalam kemitraan

global tanpa ada paksaan dan misi untuk mengumpulkan ilmu pengetahuan dan

mencerdaskan bangsa, universal education, dapat tercapai.

Tulisan ini merupakan salah satu pemikiran yang mungkin terlewat untuk diamati,

mungkin juga akan ada yang melihatnya sebagai alternatif lain dari alternatif-alternatif yang

selama ini ada, baik yang sudah diimplementasikan ataupun yang belum. Yang jelas, tulisan

ini merupakan gagasan yang terkumpul dengan sendirinya berdasarkan pengalaman penulis

dalam membantu industri-industri di Indonesia.

Secara umum, produksi mempunyai bermacam arti, misalnya produksi benda-benda

industri, produksi perangkat lunak (software), produksi energi, dan sebagainya. Pada tulisan

ini, contoh-contoh ilustrasi agak meluas mencakup industri/bisnis pendidikan, energi dan

lainnya, sekadar untuk memperlihatkan bahwa konsep yang digunakan sebenarnya dapat

diterapkan di jenis industri manapun.

Produksi dapat diartikan sebagai kegiatan untuk meningkatkan atau menciptakan nilai

suatu benda/produk dengan masukan berupa faktor-faktor produksi, sehingga menjadi suatu

produk sebagai keluarannya. Produksi sebagai suatu sistem dapat diperlihatkan pada Gambar

1.

Page 3: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

§

Gambar 1. Pengertian Umum Produksi

Untuk dapat memiliki suatu produk, konsumen harus membayar harganya. Harga tersebut

ditentukan oleh 4 aspek :

- fungsi dan kualitas produk,

- ongkos produksi + ongkos purna produksi,

- jumlah pesanan dan waktu penyerahan yang diminta, serta

- keuntungan yang diminta perusahaan.

Jika ditinjau dari harga, maka dapat dikemukakan suatu parameter yang disebut nilai

tambah (added value), yang dapat digunakan untuk mengukur kenaikan nilai suatu produk

dibandingkan dengan ongkos/biaya produksinya, yaitu:

NILAI TAMBAH = HARGA JUAL - ONGKOS PRODUKSI

Nilai tambah ini sebagian berupa keuntungan perusahaan, sedangkan sebagian lainnya berupa

keuntungan yang dinikmati masyarakat, yang dapat menunjang kesejahteraan sosial.

Pada Tabel 1, dapat dilihat perbandingan harga beberapa jenis produk untuk setiap

gram berat. Harga-harga tersebut merupakan hasil survei terkini, 9 Juni 2010, yang dilakukan

untuk mempersiapkan tulisan ini, dan dapat digunakan sebagai gambaran mengenai seberapa

besar peningkatan nilai tambah dapat terjadi pada berbagai jenis produksi. Sebenarnya,

harga-harga pada tabel tersebut lebih sesuai untuk disebut sebagai hasil bertanya kanan - kiri,

dibandingkan dengan hasil survei yang sebenarnya.

Page 4: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

BIDANG INDUSTRI PRODUK HARGA(Rp)*

Pertanian dan Peternakan 1. Beras 6

2. Telor 10

3. Susu 8

4. Daging 7

Industri Logam 1. Besi Cor 25

2. Baja 50

3. Aluminium 60

4. Tembaga 80

Industri Otomotif 1. Spd Motor (Supra X)

100

2. Mobil (Avanza)

150

Industri Elektronika 2. Camcorder DVD

14,000

3. Blackberry Bold

36,000

Industri Energi 1 Gas 7* Harga di tahun 2010

Tabel 1. Harga Setiap Gram Produk

Industri otomotif, seperti sepeda motor dan mobil, seperti diketahui, komponen-

komponennya terbuat dari logam, karet, dan plastik. Namun, setelah menjadi produk

otomotif, per satuan beratnya (per gram), harganya akan meningkat antara 3 sampai 12 kali

lipat dari harga material logam. Jelas terlihat adanya peningkatan nilai atau nilai tambah, dari

material logam ke produk-produk otomotif. Peningkatan nilai tambah yang besar terlihat dari

harga per gram produk-produk elektronika. Sama halnya dengan produk manufaktur

otomotif, produk elektronika juga terbuat dari logam, plastik (sebagian besar), karet, dan

gelas, walaupun di dalamnya memang ada logam-logam mulia yang relatif mahal harganya.

Peningkatan nilainya bisa lebih dari 1000 kali, luar biasa!

Untuk meningkatkan nilai (memberikan nilai tambah) pada produk, faktor dominan

yang berperan adalah tingkat “kebisaan” manusianya dan tingkat teknologi (peralatan

Page 5: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

produksi dan metode/proses produksi) yang digunakan. Secara tidak langsung, sebenarnya

teknologi juga dipengaruhi oleh kebisaan manusianya dalam mengembangkan peralatan dan

metode berproduksi, walaupun uang/modal lebih berperan secara langsung.

Sampai di sini, mulai agak jelas bahwa pengembangan “kebisaan” manusia

merupakan faktor yang memegang peranan besar dalam kemampuan suatu negara untuk

memberikan nilai tambah pada produk. Apakah pengembangan kebisaan hanya dapat

dilakukan melalui jalur pendidikan formal? Bagaimana merancang pendidikan sepanjang

hayat? Marilah pembahasan kita berpindah dahulu ke strategi pengembangan kebisaan, yang

dapat dimulai dengan membahas cara pandang terhadap kebisaan, kemudian konsep P3JJ

(Profesi dengan 3 Jalur Berjenjang), teknik penjenjangan, dan terakhir, pelatihan dan

peningkatan kemampuan sumber daya manusia (SDM).

PEMBAHASAN

Cara Pandang Terhadap Kebisaan (Profesi)

Gambar 2 memperlihatkan hubungan antara 3 (tiga) buah sumbu, yang masing-masing

menyatakan suatu lahan. Sumbu tegak menyatakan lahan bisnis, tempat tumbuhnya pohon-

pohon bisnis seperti pendidikan, engineering, konstruksi, transportasi dan sebagainya. Sumbu

horizontal memperlihatkan lahan pekerjaan, proses, fungsi, atau aktivitas.

Page 6: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

Gambar 2. Hubungan antara Lahan Bisnis-Pekerjaan-Profesi (Kebisaan)

Pada bisnis pendidikan, hanya sebagai contoh, terdapat pohon pekerjaan yang

berhubungan dengan pengelolaan sumber daya, yaitu kepegawaian, keuangan dan

sebagainya; Design/engineering/planning yang berhubungan dengan perencanaan kurikulum

dan perencanaan strategis; serta pohon pekerjaan akademik yang berhubungan dengan

penjadwalan kuliah, pembuatan Satuan Acuan Pembelajaran (SAP), perkuliahan dan

sebagainya.

Satu sumbu yang lain, yang sebenarnya digambarkan dengan orientasi tegak lurus

pada kedua sumbu sebelumnya (arah transversal), menyatakan lahan Profesi (Kebisaan).

Misalnya, pada bisnis pendidikan di Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara (FTMD), terdapat

Page 7: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

pohon kebisaan pendukung seperti pohon administratif, akuntansi, teknisi dan sebagainya dan

pohon keahlian teknik seperti mesin propulsi, perancangan mesin, teknik produksi dan

sebagainya. Lahan yang terakhir inilah yang menuntut untuk dikembangkan secara sistematis

agar tenaga kerja Indonesia mampu memberikan nilai tambah yang setinggi-tingginya pada

produk.

Tahapan dalam pembuatan produk secara sederhana dapat dinyatakan sebagai berikut,

tahap perancangan produk, perancangan komponen, perancangan metoda produksi,

perancangan peralatan produksi, dan proses manufakturing. Masalah utama di industri

otomotif yang sudah dikuasai oleh industri-industri prinsipal, biasanya industri di Indonesia

hanya dilibatkan di tahap yang terakhir, yaitu proses manufakturing. Tahapan lainnya

dilakukan di industri prinsipal, di negara tempat industri prinsipal tersebut berada.

Dari segi kebutuhan tenaga kerja, pada tahap proses manufakturing lebih banyak

membutuhkan tenaga operator dan teknisi daripada tenaga insinyur. Kesalahan yang fatal

adalah adanya cara/sudut pandang yang meletakkan tingkatan tenaga operator dan teknisi di

bawah insinyur, dan insinyur di bawah tenaga manajerial, seperti yang diperlihatkan pada

Gambar 3.

Gambar 3 Letak Kebisaan Operator/Teknisi-Insinyur-Manajerial

Peletakan atau penjenjangan ini tentunya berhubungan pula dengan penjenjangan dalam

remunerasi. Yang lebih penting dari anggapan ini, adalah bahwa (1) seakan-akan tenaga

operator/teknisi adalah tenaga level bawah yang pengembangan karirnya tidak terlalu perlu

untuk diperhatikan, (2) jika tenaga operator/teknisi ingin naik ke jenjang yang lebih tinggi,

Page 8: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

mereka harus menjadi insinyur, (3) demikian pula dengan insinyur yang ingin naik ke jenjang

lebih tinggi, mereka harus pindah ke profesi manajerial.

Kondisi ini menyebabkan industri tidak akan pernah mempunyai tenaga terampil,

operator atau teknisi, dan juga insinyur pada jenjang yang tinggi. Seakan-akan jalur

manajerial adalah segala-galanya dan ke sanalah orang harus menuju.

Gambar 4. Dengan Sudut Pandang Baru, Operator/ Teknisi-Keinsinyuran-Manajerial, masing-masing

merupakan jalur kebisaan yang berbeda.

Seandainya penjenjangan tersebut kita lihat dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dengan

orientasi diputar 90 derajat, maka akan terlihat hamparan kebisaan yang sangat luas, seperti

diperlihatkan pada Gambar 4.

Pada cara pandang baru, Operator/Teknisi-Keinsinyuran-Manajerial, masing-masing

merupakan jalur atau pohon besar yang berbeda yang ketiga-tiganya dapat dikembangkan

sampai setinggi mungkin di sepanjang hayat para pengembannya atau para “pemanjatnya”.

Cara pandang inilah yang mendasari pengembangan Konsep P3JJ.

Konsep P3JJ (Profesi dengan 3 Jalur Berjenjang)1

Dalam pola pengembangan sumber daya manusia P3JJ, pengembangan dibedakan

dalam tiga jalur berbeda. Pembagian ini didasarkan pada kenyataan bahwa pengembangan 1 Jika ingin mempelajari konsep ini secara lebih mendalam, silahkan membaca buku: Taufiq Rochim, Pola Dasar Pengembangan SDM P3JJ, Profesi Dengan 3 Jalur Berjenjang, Penerbit ITB, 2005

Page 9: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

kebisaan pada masing-masing jalur memerlukan penekanan yang berbeda. Pengembangan

kebisaan pada jalur operating, lebih menekankan pada pengembangan keterampilan

(motorik) dengan pengembangan pengetahuan yang sifatnya implementasi. Pengembangan

kebisaan pada jalur utilizing, lebih menekankan pada kemampuan analisis, daya nalar,

pemanfaatan, dengan keterampilan motorik secukupnya. Sedangkan pengembangan kebisaan

pada jalur managing, lebih menekankan pada kemampuan pengelolaan sumber daya. Ketiga

jalur tersebut masing-masing mempunyai jenjang, seperti yang diperlihatkan pada Gambar 5.

Pada jenjang yang setara, untuk ketiga jalur, masing-masing diberi penamaan yang

setara juga. Misalnya, Chief Manager setara dengan Chief Engineer, dan setara dengan Chief

Technician. Dengan penamaan yang setara, disarankan penghargaannya (baca: gajinya) juga

setara. Jenjang terendah dari jalur operating, bisa dari lulusan Sekolah Menengah Kejuruan

(SMK), memang lebih rendah dibandingkan dengan jenjang terendah pada jalur utilizing,

yang biasanya lulusan S1. Jenjang terendah pada jalur managing lebih tinggi daripada jenjang

terendah dua jalur lainnya.

Jenjang pada ketiga jalur tersebut adalah penjenjangan kebisaan yang ada di industri.

Jenjang pendidikan formal, D1, D2, D3, D4, S1, S2, S3 di dalam konsep ini digunakan

sebagai entry level untuk memasuki jenjang yang ada di industri. Kebisaan di setiap jenjang

di industri harus disusun secara baik dan, yang lebih penting, secara “manusiawi” artinya

dapat dicapai oleh manusia normal. Jadi, bukan disusun secara “setani”. Pendidikan S3 yang

merupakan jenjang tertinggi di pendidikan formal, adalah bukan segala-galanya. Kalau boleh

menamakan sendiri, di industri masih ada yang setara jenjang S4, S5, S6 dan seterusnya.

Kebisaan-kebisaan di setiap pohon profesi dan di setiap jenjangnya inilah yang harus

dirancang untuk pendidikan sepanjang hayat

Page 10: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

Gambar 5. P3JJ (Profesi dengan 3 Jalur Berjenjang)

Teknik Penjenjangan

Untuk membahas teknik penjenjangan, perlu dipilih satu jalur di antara ketiga jalur yang ada

sebagai fokus bahasan. Di sini, dipilih jalur Pemanfaat. Performa Pemanfaat (engineers,

researchers, trainers, teachers, etc.) dapat diukur berdasarkan kriteria seperti yang

diperlihatkan pada Gambar 6. Sebagai catatan, yang dijenjangkan di sini adalah hard

Page 11: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

competency bukan membahas soft competency.

Gambar 6. Matriks Dasar SDM untuk Jalur Pemanfaat

Bagi setiap jenjang, digunakan kombinasi dari tiga kriteria untuk menyederhanakan

teknik penjenjangan dan juga sebagai ukuran bagi evaluasi performa. Ketiga kriteria tersebut

adalah Knowledge & Skill, Transfer of Knowledge, dan Assignment & Authority. Dari gambar

tersebut, terlihat bahwa berdasarkan Knowledge & Skill, kebisaan SDM dapat dijenjangkan

mulai dari jenjang terendah ke tertinggi sesuai urutan basic-specific-system-optimization-

advance-integration. Sedangkan berdasarkan Transfer of Knowledge, jenjangnya adalah

learning-assisting-tutoring-advising. Yang terakhir, berdasarkan Assignment & Authority

jenjangnya adalah operating-supervising-managing-directing.

Selanjutnya, untuk setiap pohon profesi, kebisaan ini harus diterjemahkan dalam

bentuk kemampuan atau kompetensi yang harus dikuasai oleh SDM. Untuk itu, di setiap

Page 12: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

jenjang dari setiap pohon profesi, perusahaan juga harus memberikan fasilitas dengan

pelatihan/pembelajaran yang diperlukan oleh SDM. Yang harus diingat, hak dan kewajiban

antara SDM dan perusahaan harus seimbang. Jenjang karir tersebut juga harus dirancang

mulai dari usia termuda yang masuk kerja sampai dengan batas usia pensiun.

Pelatihan & Peningkatan Kemampuan SDM

Sebagai contoh, pada perusahaan minyak dan gas, peralatan dengan teknologi tinggi

dan rumit memerlukan kualifikasi tingkat tertentu dari operator yang mengoperasikannya.

Proses-proses berbahaya yang disebabkan oleh adanya tekanan tinggi serta material proses

yang mudah terbakar tidak memberikan ruang bagi operator untuk melakukan kesalahan

dalam pengoperasian agar tidak terjadi kecelakaan yang fatal. Semua aspek tersebut menuntut

usaha yang memadai bagi usaha untuk mempersiapkan operator yang memenuhi kualifikasi.

Gambar 7. Program Benefit CircleJelas terlihat bahwa penyiapan dan pengembangan operator yang memenuhi

kualifikasi adalah titik kritis dalam menjalankan train produksi. Pelatihan dan peningkatan

secara berkesinambungan bagi operator akan memberikan keuntungan langsung pada

perusahaan. Dengan perencanaan yang cerdas, biaya untuk aktivitas tersebut dapat

diminimalkan dengan melaksanakan program pelatihan yang berbasis pada hubungan yang

saling menguntungkan antara ketiga pihak, yaitu perusahaan, operator berpengalaman tinggi,

Page 13: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

dan operator baru atau yunior. Program yang saling menguntungkan ini diperlihatkan pada

Gambar 7.

Perusahaan akan memperoleh keuntungan langsung dari senior operator dalam dua

bentuk, pertama, jaminan akan kelangsungan operasi dan jaminan untuk mengatasi masalah

yang ada, serta keberlangsungan pelatihan internal dari operator berpengalaman lebih tinggi

kepada operator yang berpengalaman lebih rendah dan pembuatan manual teknis. Operator

berpengalaman juga akan memperoleh keuntungan dari perusahaan melalui pemberian status

yang lebih tinggi dan penghargaan/remunerasi yang lebih tinggi juga, serta sikap hormat dari

operator yang lebih muda. Sedangkan operator muda akan memperoleh keuntungan karena

keterampilannya akan terus ditingkatkan dengan bimbingan operator senior dan jaminan akan

kepastian jenjang karir dari perusahaan.

Pengetahuan dan keterampilan operator yang harus mengoperasikan anjungan minyak

lepas pantai, seperti yang dibahas pada contoh ini, merupakan persyaratan utama untuk

meyakinkan agar anjungan dapat dioperasikan dengan aman. Oleh sebab itu penjenjangan

performa dan kebutuhan akan pelatihan menjadi sangat penting. Contoh untuk tingkatan

Knowledge & Skill bagi semua level operator anjungan lepas pantai, dalam hal ini dirancang

ada 8 (delapan) jenjang, diperlihatkan pada Tabel 2.

Pengetahuan dan keterampilan operator dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu umum,

teknis, dan penunjang. Kode keilmuan yang berhubungan dengan Tabel 2 dijelaskan di dalam

Tabel 3. Sebagai contoh, kode 223, pada Tabel 2 termasuk dalam kelompok kemampuan

teknis tentang process, dan pada Tabel 3, dijelaskan tingkat pengetahuan dan

keterampilannya adalah spesifik, dan target kemampuan yang diharapkan juga spesifik.

Page 14: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

Tabel 2 Pengetahuan dan Keterampilan untuk Setiap Jenjang Operator

Tabel 3. Arti dari Kode Pengetahuan dan Keterampilan (sebagian)

Bagi operator dengan jenjang tertinggi di perusahaan tertentu, mungkin tidak ada

Page 15: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

operator lain yang dapat memberikan pelatihan kepadanya, dalam hal ini perusahaan

berkewajiban untuk memberikan pelatihan dengan memanggil instruktur dari luar atau

instruktur dari industri prinsipal. Dengan demikian, pengetahuan dan keterampilan yang

sebelumnya sudah dirancang tetapi belum ada di perusahaan tertentu, akan dapat diisi dari

luar, baik dari sumber nasional di luar perusahaan ataupun sumber internasional, dan bisa dari

industri prinsipalnya. Dengan demikian, diharapkan transfer teknologi atau pengetahuan akan

dapat berjalan sesuai rancangan, bukan karena paksaan tetapi karena keharusan.

Rancangan untuk setiap jenjang kebisaan bagi operator memang harus dibuat rinci.

Contoh kasus adalah pada industri minyak dan gas lepas pantai. Pada suatu anjungan

mungkin terdapat peralatan seperti berikut:

- Air Compressor (ACS), Electric Water Heater (EWH),

- Skim Oil Sump (SOS), Diesel Fuel Tanks & Pumps (DFP)

- Electric Generator (EGE), RO Water Maker (RWM),

- Portable Water Tank Pump (PWP), Sump Tank Pump (STP),

- Service Water & Jockey Pumps (SWP), Nitrogen Gen (NGE),

- Well Head (WHD), Gas Compressor (GCP), Hydraulic (HPU),

- Separator (STR), Hypochlorite Generator (HGE)

- Hydrocyclone (HCN), Flare Scrubber (FSR),

- Gas Scrubber (GSR), Pipe Line System (PLS),

- Chemical (CHM), Cooler (CLR), Sewage Treatment (SWT)

- Nitrogen Generator (NGE), Control Room (CTR)

Sebagai contoh, untuk jenjang Operator 2, pada pohon profesi Offshore Platform

Production Operators, rancangan tentang pelatihan, pengalaman, tambahan pengetahuan

serta performa yang harus dicapai diperlihatkan pada Tabel 4.

Grade Training, Experience, Additional Knowledge on:(Specify the main activities which are useful inincreasing the skill)

Performance that should be achieved:(Specify the main performance that can be achieved by the personnel withthe grade concerned)

Page 16: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

Operator 2(AssistanceTechnician)

- Operating equipment/machineries with mediocre/average complexity.- Job Assignment; Grade 1 (specific assignmentrelated to technology/process/equipment beingused in the ascending order ofcomplexity/difficulty).- Using Technical Database (volume: mediocre).

Performance aspects: Specific-Learning-Operating- Performing average complexity processes.- Preparing average complexity work- Understanding working procedure (partly specified in detail).- Helping higher technician/operator.- Check liquid from sump pump (STP)- Start/Stop the Unit (ACS)(SOS)(RWM)(PWP)(SWP)(cooler motor, GCP)(pump unit; CHM)- Switch Over the unit (ACS) (EWH)- Preparation for Maintenance- Adjust Pressure Setting of Pump Gas Driven (SOS)- Replace Filters/Membranes (RWM)- Cleaning Tank (PWP),- Adjust (pressure, voltage, current)(flow rate of water pump) (HGE)- Refill Chemical (CHM), Fixing Leakage (CLR),- Check Sample Liquid Oil Content (SOS)- Circulate Diesel Fuel, Coordinate, (DFP)- Log & Record Usage/Gauges/Unusual Condition (DFP) (EGE) (GCP)(RWM) (WHD)- Maintain Chlorine Content or TDS Meter (RWM)- Prepare Unit for Start Up (GCP), Wells Start Up (HPU)- Swab Over Process Cooler and GG Enclosure Vent- Fan- Regulate Drain Condensate (GCP)- Line Up Unit (PWP)- Check Chemical Injection Rate & Pump (CHM)- Check & Monitor All Process Parameters (CTR)- Create Report (CTR), Manage File System (CTR)- Operate DCS (CTR)- Assist Operator 3 in Maintenance of Cell (HGE), Start Up from ControlRoom (FSF), Fixing Leakage (CLR)

Tabel 4. Performa untuk Jalur Operator/Teknisi, jenjang Operator 2, pada Pohon Prefesi Offshore Oil and Gas

Production Industries2

Materi training atau tambahan pengetahuan dan keterampilan ini dapat disusun

berdasarkan modul-modul pembelajaran. Dengan sistematika yang baik, penyusunan

Knowledge & Know How (KKH) akan dapat dilakukan secara sistematis dan ini akan

menjadi intangible asset bagi perusahaan dan akan bermanfaat pula secara nasional. Sebagai

contoh, negara kita pernah menjadi produsen gas terbesar di dunia. Sekarang, tahun ini, mulai

terjadi penurunan. Apakah KKH di bidang ini sudah terkumpul dengan baik? Jika dapat

dikumpulkan dengan baik, kita tidak hanya mampu menjual gas tapi juga mampu

memberikan atau menjual jasa service tentang gas, misalnya O&M (Operation &

Maintenance), TA (Turn Around) dan sebagainya, untuk perusahaan lain di manca negara.2Diambil dari: Yatna Yuwana M dan tim, Final Report: Manpower Assessment of Offshore Gas/Oil Production Operation, Dept. Teknik Mesin - Conoco, 2002

Page 17: TRANSFER TEKNOLOGI BUKAN PAKSAAN TETAPI ... · Web viewSpd Motor (Supra X) 100 2. Mobil (Avanza) 150 Industri Elektronika 2. Camcorder DVD 14,000 3. Blackberry Bold 36,000 Industri

Banyak sekali KKH di Indonesia yang harus dikumpulkan dan dikelola secara

sistematis. Bagaimana caranya? Tugas siapa?

PENUTUP

Agar dapat meningkatkan kesejahteraan sosial, kita harus mempunyai SDM yang bisa

memberikan nilai tambah pada produk. Namun, agar dapat meningkatkan kebisaan SDM,

perlu dirancang jalur kebisaan/profesi yang sistematis dan manusiawi. Selanjutnya, untuk

mengisi peningkatan kebisaan pada setiap jenjang di setiap pohon profesi, perlu disusun

KKH secara sistematis pula.

Secara nasional, kita harus strategis dalam memilih industri atau produk apa yang

akan kita pilih. Strategis, artinya produk tersebut dapat memberikan nilai tambah yang

signifikan bagi peningkatan kesejahteraan sosial, dan secara nasional mampu menyiapkan

SDM sesuai kualifikasi yang diperlukan.

Tidak hanya pendidikan formal yang mempunyai tanggung jawab untuk peningkatan

kemampuan SDM sepanjang hayat, peran perusahaan untuk menyelenggarakan internal

training, dan peran keprofesian untuk menyediakan kebisaan yang tidak dimiliki oleh industri

juga menjadi sangat penting.

Terakhir, sebaiknya KKH secara nasional dikelola oleh badan ataupun institusi yang

mampu menyusun jenjang pada setiap Pohon Profesi secara sistematis, mampu mengisi

modul-modul pembelajarannya, dan mampu mengajarkan maupun menguji kompetensi di

setiap jenjang dan di setiap pohon profesi yang ada. Institusi dengan kemampuan seperti ini,

bolehlah menyebut dirinya sebagai Center of Excellent!

DAFTAR PUSTAKA

Rochim, Taufiq, Pola Dasar Pengembangan SDM P3JJ Profesi Dengan 3 Jalur Berjenjang,

Penerbit ITB, Bandung, 2005

Yuwana M, Yatna dan tim, Final Report: Manpower Assessment of Offshore Gas/Oil

Production Operation, Dept. Teknik Mesin-Conoco, 2002