Transaction Cost Theory

25
MAKALAH Filsafat Bisnis TEORI BIAYA TRANSAKSI “Transaction Cost Theory” Disusun oleh : Muhamad Wawan 135030200111143 JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG 1

description

TEORI BIAYA TRANSAKSI, FILSAFAT BISNIS

Transcript of Transaction Cost Theory

Page 1: Transaction Cost Theory

MAKALAHFilsafat Bisnis

TEORI BIAYA TRANSAKSI“Transaction Cost Theory”

Disusun oleh :

Muhamad Wawan 135030200111143

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2014

1

Page 2: Transaction Cost Theory

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring berkembangnya zaman, perubahan terjadi di berbagai bidang. Begitu

pula dunia bisnis yang harus bersifat dinamis untuk menyesuaikan diri dengan

mobilitas yang semakin tinggi. Dunia bisnis dituntut untuk meningkatkan semua

komponen pendukung agar dapat mengejar langkah zaman yang semakin cepat.

Keseimbangan antar komponen memang sangat dibutuhkan agar tidak terjadi

kesenjangan dalam internal perusahaan.

Maka timbulah sebuah teori yaitu : Teori biaya transaksi atau transaction

cost theory menurut penjelasan Oliver E. Williamson (1975, 1985, dalam

Donaldson, 1995), yang konsern/peduli pada biaya transaksi, menyimpulkan

bahwa transaksi adalah pertukaran barang atau jasa antara orang dalam berbagai

batasan.

Pada proses pertukaran sumber-sumber menurut pendapat penganut teori biaya

transaksi ternyata terdapat sejumlah faktor penting penciptaan dan pengembangan

struktur organisasi, yaitu biaya-biaya keseluruhan dari sebuah rantai perekonomian

(Scott, 1983, dalam Donaldson, 1995).

Williamson memandang berbeda terhadap dua pandangan pengembangan

struktur yaitu pasar dan organisasi. Pada pasar, pertukaran terjadi lewat negosiasi

kontrak dimana semua bagian diasumsikan bergerak untuk kepentingan pribadi.

Dalam pandangan pengetahuan murni, pertukaran/transaksi merupakan kebutuhan

semua bagian, dan harga didasarkan atas kepentingan individual serta tangan tak

kelihatan (invisible hand) pada perekonomian bebas (sebagian besar adalah penjual

dan pembeli) sehingga pengendalian biaya dibutuhkan oleh pasar bebas (pure

market).

2

Page 3: Transaction Cost Theory

Dengan pemahaman tersebut di atas kemudian akan memberi penjelasan baru

kepada kita tentang organisasi dalam perspektif biaya transaksi. Penjelasan pada

pendekatan yang dibuat teori biaya transaksi memungkinkan kita membuka

perspektif baru pula dengan lebih mendalam bagi penjelasan sejarah bisnis sebuah

perusahaan (yang mungkin tidak dikenal) yang entah muncul dari mana, dan dalam

waktu beberapa tahun telah mengambil kepemimpinan dengan mantap,

kelihatannya tanpa usaha yang susah payah.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan Teori Transaksi Biaya?

2. Apa kegunaan dari Teori Transaksi Biaya ?

3. Apa kekurangan dari Teori Transaksi Biaya ?

4. Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Robbins?

5. Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Perrow?

6. Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Coase?

7. Bagaimana kritik teori transaksi biaya menurut Drucker?

8. Contoh biaya transaksi di Indonesia yang beredar di masyarakat

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Teori Transaksi Biaya.

2. Untuk mengetahui apa saja kegunaan teori transaksi biaya.

3. Untuk mengetahui kelemahan dari teori tansaksi biaya.

4. Mengetahui biaya transaksi di negara berkembang contohnya Indonesia.

5. Mengetahui kritik terhadap teori biaya transaksi menurut para ahli.

1.4 Manfaat

Manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah pengetahuan

mahasiswa/i tentang system teori transaksi biaya, dan implementasinya di

Indonesia sendiri.

3

Page 4: Transaction Cost Theory

1.5 Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan meliputi: latar belakang, rumusan masalah, tujuan,

mamfaat dan sistematika penulisan.

BAB II Penjelasan landasan tentang teori transaksi biaya.

BAB III Menguraikan yang berhubungan dengan teori tranksaksi bisnis

sebagai aktivitas utamanya.

`BAB VI Penutup meliputi: Kesimpulan dan saran.

4

Page 5: Transaction Cost Theory

2. LANDASAN TEORI

2.1 Alasan Mengetahui Teori Transaksi Biaya

Teori biaya transaksi memberikan kerangka acuan sebagai penjelasan umum

terhadap titik pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung keputusan pada

kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis terhadap pertukaran.

Merupakan fokus utama penciptaan efisiensi dan dilakukan hampir pada semua

pendekatan ekonomi (Scott, 1993, dalam Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya

yang menjadi fokus utama dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar.

Teori ini menjelaskan bahwa organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan pasar

(market failure) dalam perusahaan besar (Williamson, 1975, 1985, Arrow, 1985,

Williamson dan Ouchi, 1981, dalam Doz dan Prahalad, 1991).

Fokus sekunder dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi pada hirarki,

pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi (Fama and

Jensen, 1983; Jensen and Mackling, 1976, Doz dan Prhaland, 1991). Selain

penjelasan bagi persoalan kegagalan pasar yang telah disebutkan diatas, teori ini

juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki

manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol

terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan

personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan

semacam ‘empire building’ dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk

kepentingan pribadi mereka (Williamson, 1970, 1985, dalam Donaldson, 1995).

Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi

titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa

digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional

(MNC) (Burkley dan Cason 1986, Duning, 1980, Henard 1982, Teece, 1985, dalam

Doz dan Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk

memulihkan kontrol di tingkat midle manajemen dengan kontribusi yang lebih

bertanggungjawab terhadap perusahaan melalui temuan the M-form Coorporation,

sebuah struktur multi-divisi dengan perkalian pusat keuntungan yang dibawahi

5

Page 6: Transaction Cost Theory

seorang kepala kantor badan hukum yang waspada atau hati-hati yang membuat

pelaksanaan manajerial terlihat memiliki disiplin organisasi (Williamson, 1970,

1985, dalam Donaldson, 1995). Kegunaan analisa transaksi untuk riset terhadap

proses manajemen dibatasi oleh penyederhanaan asumsi yang inheren di dalamnya

adalah tingkatan hirarki, dan fokus utamanya adalah transaksi secara menyeluruh

sebagai sebagai unit analisis.

2.2 Kegunaan

1. Sebagai bahan acuan untuk penjelasan umum terhadap titik

pijak/organisasi sebagai mekanisme guna mendukung keputusan pada

kondisi ketidakpastian dan mencegah sifat opportunistis terhadap

pertukaran.

2. Teori ini menjelaskan bahwa analisa biaya transaksional memberi titik

pijakan yang kuat bagi analisis.

3. Menemukan solusi dari teori transaksi bisnis..

4. Menjadikan acuan pengambilan keputusan terhadap suatu masalah yang

terjadi.

3. PEMBAHASAN

3.1 Teori Biaya Transaksi

3.1.1 Konsep Dasar

Definisi: Teori Biaya Transaksi (Transaction Cost Theory)

Teori biaya transaksi merupakan gabungan inter – disipliner antar hukum,

ekonomika dan organisasi. Teori ini berusaha memandang perusahaan bukan

sebagai suatu unit ekonomik impersonal dalam suatu dunia pasar sempurna dan

keseimbangan, melainkan perusahaan sebagai suatu organisasi yang terdiri dari

orang-orang dengan pandangan dan tujuan yang berbeda-beda.

6

Page 7: Transaction Cost Theory

3.1.2 Teori Transaksi Biaya dari sudut pandang perusahaan

Teori biaya transaksi secara eksplisit memandang perusahaan sebagai

governance structure (struktur penggunaan tata kelola ). Teori ini juga

menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi titik pijakan yang kuat

bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa digunakan dalam

menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional (MNC) (Burkley

dan Cason 1986, Duning, 1980, Henard 1982, Teece, 1985, dalam Doz dan

Prahalad, 1991). Solusi dari teori ini adalah solusi terstruktur untuk memulihkan

kontrol di tingkat midle manajemen dengan kontribusi yang lebih

bertanggungjawab terhadap perusahaan melalui temuan the M-form

Coorporation, sebuah struktur multi-divisi dengan perkalian pusat keuntungan

yang dibawahi seorang kepala kantor badan hukum yang waspada atau hati-hati

yang membuat pelaksanaan manajerial terlihat memiliki disiplin organisasi

(Williamson, 1970, 1985, dalam Donaldson, 1995). Jadi sesuai namanya yang

menjadi fokus utama dari teori transaksi adalah biaya-biaya transaksi di pasar.

Teori ini menjelaskan bahwa organisasi adalah konsekwensi dari kegagalan

pasar (market failure) dalam perusahaan besar (Williamson, 1975, 1985, Arrow,

1985, Williamson dan Ouchi, 1981, dalam Doz dan Prahalad, 1991).

3.1.3 Kegunaan Teori Transaksi Biaya

Teori Transaksi Biaya juga memiliki kegunaan untuk menganalisa tipe

spesifik hubungan inter organisasional dalam konteks negara Amerika Utara

seperti hubungan antara perusahaan Amerika Serikat dengan pemasok mereka,

integrasi vertikal bounded rationality diartikan sebagai konsep kapasitas

manusia yang terbatas saat memformulasikan dan memecahkan masalah.

7

Page 8: Transaction Cost Theory

Sumber : Douma dan Schrender (1992)

Gambar 3.1. Winning Strategies Values Creation

Keterangan gambar:

Oportunism diartikan sebagai kepentingan pribadi. Akan tetapi tidak

dimaksudkan sebagai perilaku keseharian melainkan hanya sebagai sikap pesimistis

terhadap sikap alamiah manusia (Williamson, 1975,1985, dalam Douma dan Schrender,

1992).

Atmosphere diartikan sebagai cakupan luar yang mempengaruhi atau mengatur

dimensi transaksi yaitu manusia dan lingkungan sekitar. Biaya produksi dan transaksi

dapat diminimalisasi dengan konsep teori biaya transaksional, misalnya dengan bentuk

kontrak. Jadi faktor luaran yang selalu mempengaruhi model transaksi tersebut disebut

sebagai atmosphere.

8

Page 9: Transaction Cost Theory

3.2 Kritik Terhadap Teori Biaya Transaksi

Kritik terhadap teori teori biaya transaksi dilakukan oleh Robbins (1987),

Perrow (1986), Donaldson (1985, 1990), Arrow (1985), Chalmers (1982), Drucker

(1995), McCloskey (1983), Agryris (1964), Schein (1972), Eisenhardt (1989), Anderson

dan Tollison (1982), Kosnik dan Batenhansen (1988), Barney (1990), Jones (1987), Hill

(1990), Chanon (1978), Berle dan Means (1932), Stigler dan Friedland (1983), Coase

(1991).

Secara umum kritik terhadap teori ekonomi organisasi ditujukan pada idiologi

teori biaya transaksi yang sangat materialistis. Donaldson (1995), mengatakan hal ini

sebagai idiologi yang memuji setinggi langit lembaga kepemilikan swasta tanpa

memperhatikan hak asasi manusia (human rights) dan hak cipta (property rights).

Kesalahan umum yang dilakukan oleh positivis teori ekonomi organisasional adalah

pendekatannya yang parsial dimana berbagai aspek dalam manajemen diabaikan.

Barney (1990), menyimpulkannya sebagai tindakan simplifikasi terhadap teori

manajemen.

Teori ini bercuriga terhadap para manajer dan pendidikan manajemen yang

mengasumsikan bahwa pendidikan menolong organisasi lewat proses pengajaran dan

penilitian agar pekerjaan organisasi menjadi lebih efektif. Bagi para manajer axioma

dalam teori ini sangat menyerang integritas dan idealisme mereka tentang organisasi

sebagai tempat untuk bekerja dalam suatu masa yang panjang dan bekerja keras untuk

organisasi mereka, untuk sebuah komunitas yang lebih besar, termasuk kepada para

pemilik organisasi.

Terhadap para akademisi hal yang sama terjadi pula. Asumsi teori ini

mengabaikan keyakinan mereka tentang penanaman kebenaran kepada peserta didik

khususnya para calon manajer lewat proses pengajaran dan penilitian. Jadi teori ini tidak

memiliki nilai positif terhadap para manajer, manajemen dan bahkan akademisi.

9

Page 10: Transaction Cost Theory

3.2.1 Pandangan tentang teori biaya transasksi menurut para ahli.

Robbins (1987), melihat teori ini selalu menggeneralisir dan melakukan

deduksi secara umum terhadap perilaku perusahaan secara individual.

Argumen Robbins menyatakan bahwa teori biaya transaksi tidak bisa

mengkonstruksi hubungan kausal yang menjadi sebuah pernyataan umum,

karena hal ini akan mengurangi kepercayaan manajer terhadap institusi,

terhadap apresiasi perilaku ekonomi yang diyakini dalam struktur yang

spesifik.

Transaksi dalam pasar secara alamiah melibatkan transaksi organisasi secara

hirarkis, dimana semua pihak dalam organisasi dilibatkan dalam proses

tersebut. Secara alamiah organisasi sosial-ekonomi dapat dipahami dengan

merevers pembentukan sejarahnya yang spesifik sebagai sebuah kelas dan

perilaku sosial yang terjadi padanya. Hal yang sama dilihat oleh Dore (1983),

pada perusahaan Jepang dan supliers mereka. Hubungan mereka dibangun atas

dasar hubungan saling bergantung dan percaya bahwa hubungan tersebut

merupakan hubungan yang saling menguntungkan, dan jauh dari usaha

mementingkan diri sendiri. Dasar hubugan seperti ini adalah win-win

framework dalam jangka panjang.

Robbins (1987), tidak pernah menemukan hubungan kausal antara teori biaya

transaksi sebagai sebuah pendekatan yang mengarah terhadap lingkungan yang

spesifik. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana

lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya

penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik Robbins merupakan elemen yang

penting bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan

bahwa hal ini merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan

kembali teori biaya transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.

10

Page 11: Transaction Cost Theory

Perrow (1986), mengkritik pemahaman teori ini akan ide integrasi vertikal atau

merger. Merger yang biasa dilakukan pada pemahaman teori ini terjadi karena

pertimbangan dominasi pasar demi keuntungan pemilik semata bukan karena

pertimbangan efisiensi bagi kepentingan publik. Kritik Perrow konsisten

dengan kritik yang dilakukan gerakan kiri baru (new left), yang peduli terhadap

eksploitasi kapitalisme terhadap pekerja.

Coase (1991), secara tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori

biaya transaksi yaitu akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher

Body sebagai supplier dengan General Motors sebagai klien yang

menyebabkan hilangnya kebebasan A.O Smith. Ia sebagai pengelola

mengalami kehilangan kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk

hubungan kontraktual yang diciptakan lewat integrasi vertikal.

Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun

Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal

dan oportunisme. Ia menjelaskan penolakannya dengan mereview kembali

artikel klasiknya pada tahun 1937 tentang biaya transaksi. Menurutnya konsep

integrasi vertikal yang dibangun dalam teori biaya transaksi kontemporer telah

menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi oleh karenanya perlu

disanggah. Dalam realitas, konsep oportunisme penting guna membandingkan

hal-hal yang berhubungan dengan organisasi ekonomi yaitu masalah

ketamakan para manajer, akan tetapi konsep ‘sisi-gelap manusia’ yang

dimaksudkan oleh Williamson dan Klein (termasuk yang lainnya; Barney,

Ouchi, Jones, dan tulisan kontemporer biaya transaksi lainnya) perlu disanggah

karena menyimpang dari pemahaman awal teori biaya transaksi. Pandangan

seperti ini akan membawa pusaran masalah baru.

Drucker (1995), juga mengkritik model keiretsu atau integrasi vertikal pada

konteks perusahaan Amerika Utara yang dibangun dalam pemahaman teori ini

bermasalah karena antara tahun 1950 sampai dengan 1960 penyatuan pada

peruhaan General Motors tersebut menimbulkan biaya-biaya tenaga kerja yang

lebih tinggi pada divisi-divisi suku cadang GM daripada biaya tenaga kerja

pada perusahaan-perusahaan kompetitor mereka. Ketika para pelanggan luar

11

Page 12: Transaction Cost Theory

mereka yaitu perusahaan-perusahaan mobil independen seperti Packard dan

Studebaker, yang telah membeli 50 persen barang yang dihasilkan divisi-divisi

suku cadang di GM, menghilang satu per satu, kontrol yang dilakukan oleh

GM pada biaya maupun kualitas dari pemasok utamanya ikut menghilang.

Namun selama empat puluh tahun atau lebih, perhitungan biaya sisem GM

memberikan keunggulan bagi para kompetitornya yang paling efektif, yang

sering muncul kala itu yaitu Studebaker sendiri. Menurut Drucker (1995), para

eksekutif perlu mengorganisir dan mengelola bukan saja rantai biaya, namun

juga segala sesuatu yang lain, khususnya strategi perusahaan dan perencanaan

produk sebagai satu kesatuan ekonomi, apapun pembatas hukum setiap

perusahaan.

3.2.2 Kritik teori biaya transaksi terhadap organisasi terhadap perusahaan

multinasional.

Dalam mengukur kontribusi teori biaya transaksi terhadap organisasi yang

berskopa luas dan kompleks yaitu perusahan multinasional. Kritik terhadap

teori ini dilakukan oleh Bukley dan Casson (1983), Dunning (1980), Henard

(1983), Teece (1985), Kreps (1984), Dore (1983), Stokey (1983), Doz dan

Prahalad (1991), Hedlund (1981), Eisenhardt (1989). Indikator kontribusi teori

biaya transakasional diukur dalam beberapa elemen manajemen antara lain

determinansi teori terhadap struktur, diferensiasi internal, optimalisasi

pengambilan keputusan, pengelolaan informasi, akselerasi, penciptaan

hubungan antar perusahaan, kontinuitas dan pembelajaran.

Kreps (1984), menyatakan kelemahan teori ini tehadap proses manajemen

terletak pada simplifikasi asumsi yang inheren, di dalamnya ada penciptaan

hirarki dengan transaksi sebagai fokus tunggal unit analisis, karena terjadi

simplifikasi pada struktur maka teori biaya transaksional tidak terlalu formal

menjelaskan teori mereka dalam kriteria-kriteria manajemen perusahaan

multinasional. Termasuk menurut Dore (1998), terhadap pembahasan dimensi

hubungan kontraktual inter-organisasional.

12

Page 13: Transaction Cost Theory

3.2.3 Aplikasi dari teori biaya transaksi

Teori Transactional Cost memiliki kegunaan terhadap analisa tipe spesifik

hubungan inter organisasional dalam konteks negara Amerika Utara seperti hubungan

antara perusahaan Amerika Serikat dengan pemasok mereka, integrasi vertikal

(Monteverde and Teece, 1982, Stokey, 1983) dan joint venture dengan batasan atau

konstrain yang kaku dalam hubungan alamiah pada joint venture (Hemart, 1982). Akan

tetapi Dore (1983), melihat hal ini tidak terjadi pada perusahaan Jepang dan supliers

mereka, dimana hubungan mereka dibangun atas hubungan saling bergantung dan

percaya bahwa hubungan mereka merupakan hubungan yang saling menguntungkan

yang jauh dari usaha mementingkan diri sendiri. Dasar hubungan seperti ini adalah win-

win framework dalam jangka panjang.

Hubungan seperti ini biasanya dikembangkan pula dalam bentuk keiretsu. Doz

dan Prahalad (1991), melihat asumsi teori biaya transaksi yang sangat materialistis

terlalu jauh mengatur tugas-tugas manajerial pada perusahaan multinasional, terutama

hal-hal yang menyangkut budaya organisasi, perilaku clan (misalnya hubungan

perusahaan dengan pemasok), masalah pengendalian, atau integrasi normatif pada

perusahaan multinasional. Analisa biaya transaksional berasumsi secara berlebihan

terhadap kemanusiaan dan organisasi sehingga fokus Teori Biaya Transaksi

(Transaction Cost Theory) menjauh dari isu-isu sentral manajemen.

3.2.4 biaya transaksi terjadi dalam kegiatan ekonomi masyarakat Indonesia.

1. Biaya ekonomi riil seringkali sulit ditentukan karena informasi yang tidak

lengkap

2. Biaya transaksi menjadi tinggi

3. Interest aktor ekonomi sangat tinggi memegang peranan daripada elemen harga

4. Aktor ekonomi cenderung mencari pengaruh pada kekuatan-kekuatan politik

sehingga dapat memonopoli dan cenderung memelihara monopoli tersebut.

5. Biaya ekonomi ditambah biaya rent seeking cenderung tinggi

13

Page 14: Transaction Cost Theory

3.2.5 Kebijakan dalam transaksi biaya.

1. Mengurangi Biaya Tansaksi dan Praktik Ekonomi Biaya Tinggi.

2. Memperbaiki Harmonisasi Peraturan Perundangan antara Pusat dan Daerah.

3. Memperbaiki Kepastian Hukum.

4. Memperbaiki Kebiajakan Inversatasi.

5. Mengembangkan Iklim Ketenagakerjaan.

6. Meningkatkan Kapasitas Pelayanan Infrastuktur.

14

Page 15: Transaction Cost Theory

1. PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Dari ulasan diatas, teori transaksi baiaya adalah biaya-biaya transaksi pada

hirarki, pengendalian dan pemenuhan (compliance) biaya pada organisasi. teori ini

juga menjelaskan bahwa pertumbuhan sebuah badan hukum besar dengan hirarki

manajemennya yang menyebabkan manajer tingkat atas kehilangan kontrol

terhadap personal level bawah dan menengah yang berdampak pada kemungkinan

personal menengah mengikuti kepentingan pribadi mereka dengan menciptakan

semacam ‘empire building’ dan memanfaatkan sumber-sumber organisasi untuk

kepentingan pribadi mereka.

Penganut teori ini juga menyatakan bahwa analisa biaya transaksional memberi

titik pijakan yang kuat bagi analisis pilihan antara bentuk institusional yang bisa

digunakan dalam menetapkan batasan efisiensi pada perusahaan multinasional.

4.2 SARAN

Setiap perusahaan pasti mempunyai tujuan yang sama yaitu bagaimana

mendapatkan keuntungan yang tinggi dan membuat setiap pelanggan merasa puas

terhadap setiap produknya. Maka dari itu untuk mencapai tujuan itu diperlukan

planning yang matang baik itu bagaimana mengelola SDA, SDM, manajemen

persediaan dan pelayanan pelanggannya, maupun structure organisasinya. Semua

aspek itu harus bisa dijalankan dengan prosedur yang sudah diterapkan sebagai

strategi suatu perusahaan itu. Sehingga apa yang menjadi tujuan utama sebuah

perusahaan bisa tercapai dengan baik.

Adapun banyak kritik dari para ahli terhadap teori transaksi biaya yang secara

tegas menolak contoh yang sering digunakan pada teori biaya transaksi yaitu

akuisisi yang dilakukan pada tahun 1926, antara Fisher Body sebagai supplier

dengan General Motors sebagai klien. Ia sebagai pengelola mengalami kehilangan

kebebasan selama dua puluh tahun lebih karena bentuk hubungan kontraktual yang

diciptakan lewat integrasi vertikal.

15

Page 16: Transaction Cost Theory

Coase menolak dua pilar utama dari teori integrasi vertikal yang dibangun

Williamson (1975) dan Klein (1978), yaitu transaksi spesifik penanaman modal dan

oportunisme. Kesimpulannya menyatakan bahwa teori ini hanya sebagai sarana

lebih lanjut bagi integrasi teori struktural kontingensi dengan upaya-upaya

penjelasan yang lebih luas. Walaupun kritik ini merupakan elemen yang penting

bagi teori biaya transaksional tetapi dia tidak pernah menyimpulkan bahwa hal ini

merupakan perspektif dan pijakan untuk mengintegrasikan kembali teori biaya

transaksional dan penilitian teori ini di masa datang.

Dengan adanya kiritik tersebut diharapkan bagi yang menjalankan teori tidak

lagi mengulangi kesalahan yang sama, karena sudah banyak ulasan terhadap

kelemahaan teori ini sendiri.

16

Page 17: Transaction Cost Theory

DAFTAR REFRENSI

Niswonger, RC., Fess EP . 1990. Accountingprinciples, 14th, Edition, Terjemahan

Penerbit Erlangga.

Sofyan Assauri, 1990. Manajemen inventory, Edisi ketiga, Jakarta. Lembaga-

Penerbit FE-UI.

Anonim. 20011. Pengertian Teori Biaya Transaksi . (Online) Teori Biaya

Transaksi (Transaction Cost Theory) _ Teori dan Perilaku Organisasi.html Diakses pada

tanggal 14 Juni 2014 pukul 17.15.

Hendar. 2002.” Kemampuan Koperasi Mengendalikan Ketidakpastian ( Uncertainty ) dan Mereduksi Biaya Transaksi ( Transaction Cost ) “. Jurnal Ekobis Vol. 3.

Hining, C.R., Brown, J. and Greenwood, R. (1996). Change in an automous prprofessional organization, Journal of Management Studies 28:375-393.

Rusdarti. 2003. “Faktor -faktor yang mempengaruhi biaya transaksi dan pengaruhnya terhadap keunggulan kompetitif koperasi survey pada KUD Mina di Pripinsi Jawa Tengah” . Jurnal Media Ekonomi dan Bisnis Vol. XV No. 2 hal 89-113.

17