Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan...

87
Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua Hamah Sagrim 11 TRANS BUDAYA DALAM MEMAKNAI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU MAYBRAT IMIAN SAWIAT DAN PERHITUNGAN KENYAMANAN THERMAL Oleh Frank Hamah Sagrim Ilmuwan Arsitektur dan Sekretaris Lembaga Intelektual Tanah Papua Abstrak Paper ini merupakan sebuah kajian dalam kontradiksi trans kebudayaan yang mana terjadi interkoneksi perilaku arsitetkur tradisional Maybrat Imian Sawiat dan sentuhan Moderen yang seiring dengan perubahan zaman. Suatu rupa-rupa trans globalisasi telah menyusup dan merangsek jantung-jantung pertahanan kebudayaan sebagai identitas yang sedikit demi sedikit direduksi dan perlahan-lahan menjadi hilang dan terlupakan sehingga perlu untuk dikembangkan menjadi suatu bentukk dan idea yang khas bagi orang Maybrat, Imian Sawiat. A. Arsitektur dan Kebudayaan 1. Pengertian Budaya Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi” dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa. Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar.hampir keseluruhan tindakan manusia adalah kebudayaan. Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang berjiwa perencana. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya

description

good

Transcript of Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan...

Page 1: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

11

TRANS BUDAYA DALAM MEMAKNAI ARSITEKTUR TRADISIONAL SUKU

MAYBRAT IMIAN SAWIAT DAN PERHITUNGAN KENYAMANAN THE RMAL

Oleh

Frank Hamah Sagrim

Ilmuwan Arsitektur dan Sekretaris Lembaga Intelektual Tanah Papua

Abstrak

Paper ini merupakan sebuah kajian dalam kontradiksi trans kebudayaan yang mana terjadi

interkoneksi perilaku arsitetkur tradisional Maybrat Imian Sawiat dan sentuhan Moderen yang

seiring dengan perubahan zaman. Suatu rupa-rupa trans globalisasi telah menyusup dan

merangsek jantung-jantung pertahanan kebudayaan sebagai identitas yang sedikit demi sedikit

direduksi dan perlahan-lahan menjadi hilang dan terlupakan sehingga perlu untuk

dikembangkan menjadi suatu bentukk dan idea yang khas bagi orang Maybrat, Imian Sawiat.

A. Arsitektur dan Kebudayaan

1. Pengertian Budaya

Kebudayaan berasal dari bahasa sangsekerta “buddhayah” bentuk jamak dari “budhi”

dengan arti budhi atau akal, karenanya kebudayaan dapat diartikan dengan segala hal yang

bersangkutan dengan akal. Budaya dapat pula berarti sebagai hasil pengembangan dari kata

majemuk budi dan daya, yang berarti daya dari budi yang berupa cipta, rasa dan karsa.

Selanjutnya kebudayaan bila ditinjau dari ilmu Antropologi, adalah keseluruhan dari sistem

gagasan, tindakan pola hidup manusia dan karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat

yang dijadikan sebagai pemilik dari manusia dengan belajar.hampir keseluruhan tindakan

manusia adalah kebudayaan.

Menurut ilmu Arsitektur, manusia yang memiliki budaya membangun adalah manusia yang

berbudaya mencipta, orang yang berjiwa seni, orang yang berjiwa merancang, orang yang

berjiwa perencana. Hanya sedikit tindakan manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

tidak perlu dibiasakan dengan belajar, antara lain yang berupa tindakan naluriah, beberapa

refleksi, beberapa tindakan akibat proses psikologi, tindakan dalam kondisi tidak sadar, tindakan

dalam membabi buta, bahkan berbagai tindakan manusia yang merupakan kemampuan naluri

yang dibawa oleh manusia dalam genetik semenjak lahirnya juga telah dirombak olehnya

Page 2: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

12

menjadi tindakan kebudayaan. Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan yang dipunyai oleh

manusia sebagai makhluk sosial, yang isinya adalah perangkat model – model pengetahuan yang

secara efektif dapat digunakan untuk memahami dan menginterpretasikan lingkungan yang

dihadapi dan untuk mendorong dan menciptakan tindakan – tindakannya. Dalam pengertian ini

kebudayaan adalah suatu kumpulan pedoman atau pegangan yang kegunaan operasionalnya

dalam hal ini adalah manusia mengadaptasi diri dengan menghadapi lingkungan – lingkungan

tertentu (fisik, alam, sosial dan kebudayaan) untuk mereka dapat tetap melangsungkan

kehidupannya, yaitu memenuhi kebutuhan – kebutuhan dan untuk dapat hidup secara lebih baik

lagi. Karena itu seringkali kebudayaan juga dinamakan sebagai “blueprint” atau desain

menyeluruh dalam kehidupan.

Studi kaitan antara arsitektur dan budaya, menurut Zahnd, muncul pada akhir tahun 1960-an

yang berfokus secara khusus pada penyelidikan tingkah laku (behavioral studies) di dalam

lingkungan kota. Sejak saat itu telah banyak penelitian yang dilakukan di dalam lingkungan

sosiologi.Walaupun, belum banyak dibicarakan bagaimana keputusan-keputusan arsitektural

yang strategis terhadap rupa terbangun (built form) dan penyusunan spasial (spacial organzation)

memiliki konsekuensi sosial (Zahnd, 1999: 249).

Sistem masyarakat berhubungan dengan sistem pola perkotaan serta tanda pengenal yang

bersifat arsitektural, dimana setiap orang akan mampu menyesuaikan gambar mental dari

lingkungan sosial ke dalam sebuah budaya yang terwujud secara konkret (Zahnd, 1999 : 243).

Menurut Zhand pula, hubungan antara ruang dan khidupan sosial sangat kurang dipahami,

walaupun kehidupan sehari-hari dijalankan di dalamnya secara luas.Sehingga, kurangnya

pemahaman mengenai hubungan antara penyusunan spasial dan kehidupan sosial adalah

hambatan utama perancangan yang lebih baik (Hiller, 1984; Zahnd, 1999: 248).

Produksi dan konsumsi ruang terletak pada pengalaman manusia (human experiences) yang

hidup dalam ruang tersebut.Manusia mampu melakukan aksi dalam ruang (action in-space)

dengan mengkoordinasikan hubungan spasial yang berdasarkan dirinya.Manusia juga

mengembangkan presepsi dalam ruang (percepstion of space) untuk mengikat hubungan spasial

secara objektif di antara objek-objek. Atas dasar itu, ia mengembangkan konsepsi terhadap ruang

(conception about space) untuk menjaring hubungan spasial secara abstrak berdasarkan

koordinasi-koordinasi. Akhirnya, muncul apa yang disebut dengan formasi-melalui-ruang

Page 3: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

13

(formation-through-space), dimana ia kemudian mampu menciptakan hubungan spasial yang

nyata (Zahnd, 1999: 250).

Proses presepsi dan kognisi terhadap lingkungan, menggunakan istilah Down & Stea (1973)

diartikan tentang “suatu proses penyusunan suatu rangkaian transformasi psikologis dari

informasi yang diperoleh, disimpan, diingat oleh individu atau dimaknai (decode) tentang lokasi

relatif & fenomena yang melekat dalam lingkungan spasial kehidupan sehari-hari (Dawn & Stea,

1973: Altman & Chemers, 1980:44).

Perolehan informasi → Proses internal informasi → Fungsi-fungsi

Gambar.II.2.

Elemen dan persepsi lingkungan arsitektur Sumber: Analisis Penulis, 2012

Dengan demikian, arsitektur merupakan objek yang tidak bebas dari budaya. Tidak hanya

pada saat diproduksi (dirancang), tetapi juga pada saat dimanfaatkan, baik secara tersendiri atau

dalam bagian suatu region (kota). Pola, desain, lokasi, fungsi atau pemanfaatannya dipengaruhi

oleh nilai-nilai budaya di mana ia berada. Fenomena budaya bagi suatu jenis produk arsitektur

merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari budaya itu sendiri.

2. Wujud Arsitektur Tradisional Maybrat Imian Sawiat d an Kebudayaan

Pada hakekatnya Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan pencerminan

kehidupan yang menggambarkan jati diri Orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang mana ditampilkan

dalam meramu rumah mereka, termasuk didalamnya adalah: kehidupannya, sosialnya, ekonomi

– spiritual dan budayanya. Dengan demikian Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian,

Sawiat, merupakan salah satu artefak dari jejak perjalanan hidup Suku Maybrat, Imian, Sawiat.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan suatu ciri (idea), konsep,

kaidah, prinsip, yang merupakan dasar pengolahan batin pikiran dan perasaan mereka dalam

mencipta dan berkarya.

Pada dasarnya arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, sudah mampu memenuhi

tuntutan kebutuhan Arsitektur,yaitu :

• Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan Manusia.

Perolehan dan perabaan

Pengkodean, penyimpanan, pengingatan, pemaknaan

(decoding)

Lokasi dan atribut lingkungan

Page 4: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

14

• Mengembangkan kehidupan Manusia untuk lebih bermakna

• Membuat kehidupan Penghuni lebih nyaman

Dapat dikatakan bahwa Suku Maybrat, Imian, Sawiat, juga memiliki lima jenjang kebutuhan

terpenting dalam hidup mereka yaitu :

1) Physicological Needs atau Survival Needs, adalah kebutuhan yang menduduki peringkat

atas yang merupaka kebutuhan dasar manusia. Jenjang kebutuhan ini berisi kebutuhan –

kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang berkaitan dengan alam dan

keberadaannya sebagai manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, kebutuhan akan tempat

tinggal, dan teks.

2) Safety Needs atau Security Needs, adalah jenjang kebutuhan yang kedua berisi

kebutuhan – kebutuhan yang berkaitan dengan keamanan, agar dirinya merasa aman dan

terlindung dari setiap gangguan.

3) Social needs, atau Belonginess Needs, adalah jenjang kebutuhan yang ketiga yang berisi

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, berkaitan dengan kedudukannya

sebagai anggota masyarakat, sebagai makhluk sosial yang akan berinteraksi – interelasi

dan berinapendensi dengan anggota masyarakat lainnya.

4) Esteem Needs atau Ego Needs, adalah jenjang kebutuhan yang keempat yang berisikan

kebutuhan – kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, akan penghargaan yang

didasarkan pada keinginan untuk mendapat kekuasaan (power needs). Pada dasarnya

ingin dihargai dan keinginan inilah yang menghasilkan kebutuhan orang Maybrat, Imian,

Sawiat, akan penghargaan tersebut yang disebut dengan “Bobot”.

5) Self Actualization Needs atau Self Ful Fillment Needs, jenjang kebutuhan ini berisikan

kebutuhan orang Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga mereka dapat mengembangkan bakat

dan kemampuannya dengan sepenuhnya. Kebutuhan ini merupakan ciri hakiki manusia

umumnya.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai peranan penting dalam

pemenuhan kebutuhan – kebutuhan mereka, oleh karena itu, arsitektur Tradisional Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, bukan hanya menyangkut masalah fungsionalitas saja, bukan hanya

diperuntukan sebagai wadah kegiatan mereka belaka, dan tidak hanya sebagai sarana pemenuhan

kebutuhan fisiologik. Perwujudan arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak

hanya berlandaskan pada asas fungsionalitas atau kegunaan saja, walaupun asas ini cukup

Page 5: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

15

dominan, akan tetapi tidak akan menjadi asas satu – satunya ataupun penentuan didalam

perwujudan hasil – hasil karya arsitektur.

Perwujudan Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak hanya menyangkut

aspek – aspek fungional saja, melainkan menyangkut seluruh aspek kebutuhan didalam

kebutuhan Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat. Perwujudan arsitektur yang mengandung nilai –

nilai manusiawi.

Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan manifestasi dari nilai –nilai

budaya, yang mana ditentukan oleh lima masalah didalam kehidupan mereka yaitu : hakekat

hidup, hakekat karya, persepsi mereka tentang waktu, pandangan mereka tentang alam dan

hakekat mereka dengan Tuhan dan dengan sesamannya.

Kelima masalah dasar ini banyak berkaitan dengan lingkungan, baik lingkungan alami

maupun lingkungan fisik mereka yang mana terbangun dengan lingkungan sosial. Dua masalah

yang berkaitan dengan masalah lingkungan mereka yaitu pandangan mereka tentang alam, dan

hakekat mereka dengan Tuhan dan sesamanya. Kedua masalah ini akan menentukan orientasi

nilai budaya mereka terhadap alam dan sesama mereka, yang kemudian direfleksikan kedalam

wujud arsitekturalnya.

Berkaitan dengan sikap dan orientasi Suku Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap alamnya,

mereka telah mengalami peradaban dalam kebudayaan mereka yaitu :

• Pancosmism, merupakan fase dimana Suku Maybrat, Imian, Sawiat, tunduk kepada

Alam dan Merasa mereka adalah bagian dari alam. Hal ini merupakan kecenderungan

kehidupan mula – mula nenek moyang mereka yang mana tidak mampu dalam mencipta

segala sesuatu bagi mereka, termasuk membangun suatu tempat tinggal (rumah) bagi

mereka. Hal ini cenderung mendorong nenek moyang mereka menjadi bersikap pasrah

terhadap kondisi alam.

• Anthropocentries, merupakan fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan

kemampuannya menguasai alam dan merasa berkuasa atas alam sekitar mereka. Mereka

melakukan Eksploitasi alam, sehingga mendorong terjadinya kerusakan lingkungan alam

disekitar permukiman mereka.

• Holism, merupakan tahapan atau fase dimana Orang Maybrat, Imian, Sawiat, mampu

menyelaraskan kehidupan dan aktifitasnya dengan alam sekitar. Dalam mendaya gunakan

lingkungan alamnya. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, juga mampu memperhatikan daya

Page 6: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

16

dukung alam sekitar mereka sehingga kelangsungan aktifitas mereka tetap berlangsung

dan serasi dengan alam tanpa terganggu.

Pandangan – pandangan orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alamnya

memiliki pengaruh yang sangat besar bagi wujud Arsitektural mereka. Ketergantungan Orang

Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap situasi dan alam, termanifestasi kedalam wujud arsitekturnya

yang sangat tergantung pada karakter – karakter alam dan situasi lingkungan sekitar. Hasil karya

Arsitektur Tradisional mereka cenderung mengandung makna ketakutan dari mereka Terhadap

alam dan kehidupan mereka yang berkaitan dengan masalah – masalah mistis ataupun kekuatan

– kekuatan ghaib dan kekuatan musuh yang berada diluar diri mereka. Keinginan mereka untuk

menguasai alam membuat mereka cenderung berupaya untuk mengeksploitasi alam sekitar. Hasil

– hasil karya Arsitektur Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, menjadi sangat jauh dari

lingkungannya lepas dari lingkungan alamiahnya. Keselarasan dengan alam, Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, cenderung mencari pertautan dengan lingkungan mereka. Kekuatan – kekuatan

lingkungan dan alam sekitar tidak lagi dikaitkan dengan kekuatan Theologi moderen atau yang

dikenal pada wilayah mereka adalah theology kristiani. Alam merupakan faktor – faktor yang

dipertimbangkan bagi usaha – usaha mereka.

B. Aspek Sosial Budaya Suku Maybrat Imian Sawiat Pesisir dan Pegunungan.

Suku Maybrat, Imian, Sawiat, melengkapi diri mereka dengan kebudayaan, yaitu perangkat

pengendali berupa rencana, aturan, resep dan instruksi yang digunakan oleh mereka untuk

mengatur terwujudnya tingkah laku dan tindakan tertentu. Dalam pengertian ini, kebudayaan

wiyon/woflw mereka berfungsi sebagai “alat” yang paling efektif dan efisien dalam menghadapi

lingkungan. Kebudayaan mereka yang cenderung adalah bukanlah sesuatu yang dibawa

bersama semenjak kelahiran, melainkan diperoleh melalui sosial kehidupan sehari – hari mereka.

Dalam pengertian ini, kebudayaan adalah pengetahuan.

Secara sederhana, masyarakat pantai adalah merupakan sekelompok orang atau penduduk

yang kehidupannya tergantung pada laut baik sebagai sumber atau sarana. Menurut Mattuladan

dalam Sudharta P. Hadi, 1995, mengungkapkan bahwa masyarakat pantai berada dalam

kehidupan budaya laut atau kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh

dari suasana lautan, suasana maritim. Sebaliknya, secara sederhana, dapat kita simpulkan bahwa

masyarakt pegunungan/daratan merupakan kelompok atau penduduk yang hidupnya bergantung

pada perladangan dan hutan sebagai sumber. Masyarakat daratan/pegunungan berada pada

Page 7: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

17

kehidupan yang mendapatkan inspirasi dan kreativitas yang tumbuh dari suasan alam hutan di

daratan.

C. Makna Bangunan Rumah Sebagai Budaya

Pada hakekatnya, bangunan rumah merupakan pencerminan berbagai aspek kehidupan

manusia, termasuk didalamnya antara lain kehidupan sosial, ekonomi, spiritual dan budaya.

Dengan demikian bangunan rumah merupakan hasil produk manusia itu sendiri. Disadari bahwa

manusia hidup dengan keinginan akan segala sesuatu baik tempat tinggal, makanan, pakaian dan

teks yang mana disadari merupakan kebutuhan pokok.

Pada dasarnya bangunan rumah diadakan untuk memenuhi kebutuhan yang ditunjukkan

untuk :

1. Menjaga kelangsungan hidup dan kehidupan.

2. Mengembangkan kehidupan untuk lebih bermakna.

3. Membuat kehidupan untuk lebih nyaman.

C.1. Struktur Bangunan Rumah

Bangunan rumah merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia, selain sandang, pangan

dan teks, papan juga dibutuhkan. Manusia membutuhkan kenyamanan akan diri sehingga ia

mampu menciptakan segala sesuatu yang memenuhi kebutuhan akan kenyamanan itu.

Berbicara mengenai suatu bangunan rumah, berarti berkaitan dengan struktur dan elemen –

elemen pembentukan bangunannya, oleh karena itu tidak lengkap dan tidak jelas jika berbicara

suatu bangunan rumah tanpa berbicara strukturnya. Struktur bangunan rumah, terdiri dari tiga

elemen pokok yaitu; Koloum, Dinding dan Atap yang mana teruarai sebagai berikut:

C.1.a. Struktur Atap - Afi

Yang dimaksud dengan struktur atap adalah, bagian elemen atau struktur kelengkapan

sebuah bangunan yang posisinya berada di bagian atas (kepala) yang mana terdiri dari;

rangka, yaitu kuda-kuda, reng, nok/usuk dan atap.

Secara mayoritas Atap bangunan rumah suku Maybrat, Imian, Sawiat, membentuk atap

pelana. Atap sebagaimana layaknya filosofi kepala atau rambut seorang manusia yang bisa

digunting dengan beragam bentuk, begitupun atap bangunan dengan berbagai bentuk dan

gaya tergantung bentuk atau gaya mana yang ingin ditampilkan. Misalnya tampilan atap

perisai, tampilan atap pelana, tampilan atap kubah, tampilan atap joglo, atau tampilan atap

gabungan.

Page 8: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

18

C.1.b. Struktur Dinding - Kriras

Dinding adalah suatu bagian elemen bangunan yang posisinya di tengah (badan). Dinding

terdiri dari rangka, dan penutup dinding (walls).

Pada umumnya bahan dinding yang di gunakan oleh suku Maybrat, Imian, Sawiat, dalam

membangun rumah tinggal mereka adalah;

1. Bahan Kulit Kayu - Hri

2. Bahan Gaba – gaba - Turaf

3. Bahan bamboo - Bron

4. Bahan kayu - Ara

Jika filosofi kepala manusia sebagai atap, maka filosifi badan manusia diibaratkan

sebagai dinding bangunan, yang didalamnya terdapat ruang aktifitas penghuni.

C.1.c. Struktur Koloum - Hafot

Koloum merupakan struktur dasar (kaki) sebuah bangunan yang mana berdiri sebagai

ukuran dalam pembentukan suatu bangunan dengan ruang – ruangnya. Koloum yang

posisinya berhubungan langsung dengan pondasi, terdiri dari struktur koloum Induk dan

koloum Bantu.

C.1.d. Interior -Samu Mato

Tujuan dari membangun suatu bangunan adalah untuk menciptakan ruang beraktifitas

dan ruang berlindung yang nyaman. Interior dalam pengertian bahasa inggris atau (samu

mato) dalam bahasa Maybrat, adalah ruang dalam bangunan, oleh karena itu interior

merupakan salah satu elemen yang tercipta atas hasil bangunan yang terbentuk oleh elemen

vertikal (dinding-dinding) dan elemen horizontal (lantai)

Selain kepala, badan dan kaki, manusia juga memiliki hati. Hati adalah salah satu organ

penting manusia yang mana mampu memberikan yang terbaik dan yang tidak baik dalam

pertimbangan pemikiran seseorang, begitupun ruang dalam sebuah bangunan yang mana

mampu menyimpan segala rahasia seseorang penghuni baik itu yang berkaitan dengan hal

yang baik dan ‘hal tidak baik’.

C.2. Fungsi Bangunan Rumah

Bangunan rumah merupakan kebutuhan manusia, yang mana tidak hanya sekedar dibutuhkan

semata – mata namun secara umum bangunan dibutuhkan sebagai tempat melindungi diri atau

sebagai suatu hunian moderen dan gudang. Bangunan juga berfungsi sebagai tempat menampung

Page 9: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

19

segala sesuatu yang berkaitan dengan aktifitas dan kebutuhan penghuni yang berkelanjutan.

Khusus fungsi bangunan dapat kita ulas secara detail sebagai berikut :

C.2.a. Fungsi Atap

Atap yang secara uniforum dikenal, merupakan suatu struktur atau elemen bangunan

yang berfungsi sebagai penutup bangunan dan pelindung yang memberi kenyamanan kepada

penghuni dari matahari, hujan, angin serta pengaruh situasi iklim sekitarnya.

Atap (afi) dalam pengertian orang Maybrat, Imian, Sawiat, dibutuhkan sebagai penerus

aliran hujan dan penghambat terik matahari kedalam ruang bangunan (interior).

C.2.b. Fungsi Dinding

Dinding (kriras) merupakan struktur atau elemen suatu bangunan yang dibutuhkan.

Dinding berfungsi membentuk suatu ruang, melindungi penghuni dari angin, dan melindungi

penghuni dengan segala aktifitas yang sedang berlangsung dalam ruang.

C.2.c. Fungsi Koloum

Koloum (hafot) sebagai salah satu struktur atau elemen terpenting dalam membangun

sebuah bangunan, Karena selain kloum yang berfungsi sebagai pemikul bangunan beserta

segala isinya dan sebagai penyalur beban suatu bangunan ke tanah, struktur koloum juga

merupakan suatu elemen yang dijadikan sebagai patokan atau ukuran dalam membentuk

suatu bidang dan ruangan tertentu.

Bagi orang Maybrat, Imian, dan Sawiat, struktur koloum diperlukan untuk pembentukkan

suatu bentuk bangunan dan menambah ketinggian bangunan. Pemikiran tersebut berkaitan

dengan situasi mula – mula massive mereka yang hidupnya selalu berperang, sehingga

dalam meramu suatu rumah hunian biasanya terlihat sangat monumental dan dilapisi kayu,

karena dapat terhindar dari serangan musuh yang tiba – tiba di luar kemampuan dan kesiap

siagaan mereka.

C.2.d. Fungsi Ruang Dalam Interior

Interior (samu mato) merupakan pusat keberlangsungan segala aktifitas, oleh karena itu

interior mempunyai peranan dan fungsi yang sangat luas dalam mendirikan suatu bangunan.

Orang Maybrat, Imian, dan Sawiat pada hakekatnya membutuhkan suatu ruang untuk

kelangsungan aktifitas, hunian dan kenyamanan serta keberlangsungan hidup dan kehidupan

mereka.

Page 10: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

20

C.3. Makna Bangunan

Bangunan atau rumah di maknai sebagai jantung kehidupan yang mampu memberi

kehidupan yang layak kepada penghuninya. Rumah juga di isyaratkan dengan filosofi manusia,

yang terdiri dari kepala (atap), badan (dinding dan interior) dan kaki (koloum).

Ada ungkapan di masyarakat yang berbunyi “rumah mu, wajahmu, dan jiwamu”. Dari

ungkapan itu tampak bahwa perumahan dalam kehidupan manusia Maybrat, Imian, Sawiat,

mempunyai arti dan makna yang mendalam, yaitu; kesejahteraan, kepribadian, dan keberadaban

manusia penghuninya (suatu masyarakat atau suatu bangsa). Perumahan tidak sekedar dilihat

sebagai suatu benda mati atau sarana kehidupan semata – mata, tetapi lebih dari itu, perumahan

merupakan suatu proses bermukim. Kehadiran manusia dalam menciptakan ruang hidup di

lingkungan masyarakat dan alam sekitarnya.Bermukim pada hakekatnya adalah hidup bersama,

dan untuk itu fungsi rumah tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, adalah sebagai tempat

tinggal dalam suatu lingkungan yang mempunyai prasarana dan sarana yang diperlukan oleh

mereka untuk memasyarakatkan dirinya. Rumah juga merupakan sarana pengaman bagi diri

manusia, pemberi ketenteraman hidup, dan sebagai pusat kehidupan berbudaya. Didalam rumah

dan lingkungannya itu, dibentuk dan berkembang menjadi manusia yang berkepribadian.

Dilihat dari fungsinya rumah Tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, juga memiliki fungsi

lain yaitu; fungsi sosoial, fungsi ekonomi, fungsi politik. Sebagai fungsi sosial, masyarakat

Maybrat, Imian, Sawiat, memandang rumah sebagai pemenuhan kehidupan sosial budaya dalam

masyarakat. Dalam fungsi ekonomi, rumah merupakan investasi jangka panjang yang akan

memperkokoh jaminan penghidupan di massa depan. Dan sebagai fungsi politik, rumah

berfungsi sebagai indikator kedudukan/birokrat di masyarakat sekitarnya.

Perwujudan Arsitektur adalah sebuah BENTUK, yang mana lahir dari kebutuhan manusia

akan wadah untuk melakukan kegiatan. Karya Arsitektur biasanya merupakan suatu ungkapan

bentuk, yang mewadahi hal – hal sebagai berikut :

C.3.a. Guna dan Citra

Guna yang dimaksud adalah pengertian bahwa rumah memiliki pemanfaatan,

keuntungan. Rumah memiliki kemampuan/daya/manfaat agar hidup menjadi lebih mengikat.

Sedangkan Citra, menunjukkan suatu gambaran, kesan penghayatan bagi seseorang

mengenai rumah tersebut. Citra memiliki arti yang mendekat spiritual menyangkut derajad

Page 11: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

21

dan martabat manusia yang menghuni rumah tersebut. Misalnya istana megah, reyot, dan

sebagainya jadi Citra menunjukkan tingkatan kemampuan manusia itu.

C.3.b. Simbol Kosmologis

Arsitektur dimaksudkan sebagai simbol pandangan manusia terhadap dunianya.

Pandangan ini berubah sesuai dengan kemajuan zaman. Pada tahap awal manusia merasakan

terkungkung oleh alam, sehingga bentukan arsitektur tampil sebagai suatu pelindung

terhadap alam. Kemudian hal ini berkembang dengan pandangan bahwa manusia adalah

bagian dari alam. Bentuk menjadi personifikasi dari alam. Dengan mulai dikenalnya agama

pada tahap berikutnya, bentuk tanpa menjadi simbol pemujaan terhadap Yang Maha Kuasa

(bait suci). Namun hal ini masih belum terlepas dari budaya. Suatu masyarakat yang

mempunyai agama sama tetapi budaya mereka pasti berbeda yang mana bisa menghasilkan

bentuk yang berbeda.

C.3.c. Orientasi Diri

Orient = umur, bisa diartikan sebagai permulaan matahari terbit hingga terbenam. Hal ini

membawa pengertian adanya sumbu arah lainnya, yaitu utara selatan. Sehingga dengan dua

persilangan menimbulkan rasa satu pusat. Pusat ini dapat dianggap sebagai pusat kehidupan,

tempat berpegang. Sehingga kalau ada suatu pusat, tentunya akan menimbulkan nilai yang

berbeda. Perbedaan nilai – nilai bisa berdasarkan suatu prioritas dan tidak hanya berupa suatu

bidang yang berdua dimensi, tetapi juga kearah vertikal (tiga dimensi).

C.3.d. Cermin Sikap Hidup

Rumah sebagai cermin sikap hidup, berarti mampu menunjukkan cara pandang dalam

kehidupan. Sikap hidup tersebut bisa berarti religius, praktis dan sebagainya. Sikap yang

terbuka, mau bersahabat dan ramah terhadap sesama maupun alam akan tampil berbeda

dengan rumah penghuninya yang mana bersikap menguasai alam (tertutup)

Bangunan tradisional Suku Maybrat, Imian, Sawiat, memuat kaidah – kaedah sebagai

berikut :

a) Wujud

Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, merupakan perwujudan suatu

kebutuhan, yang mana mewadahi aktivitas – aktivitas penghuni yang akan terjadi

didalam.

b) Anatomi

Page 12: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

22

Arsitektur Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, Sebagai salah satu kreativitas.

Bentuk rumah tradisional Masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, yang terpakai,

dimana terdapat aturan/susunan yang harus dipenuhi agar bisa berfungsi.

c) Identitas

Mewakili si pemilik, fungsi, lokasi. Bangunan memberi gambaran akan apa

yang terwadahi.

C.4. Tipologi Rumah Tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat.

Rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, dibedakan atas 2 (dua) jenis aliran

bangunan rumah yaitu rumah hunian halit/mbol chalit dengan 8 (delapan) jenis bangunan dan 1

(satu) jenis aliran rumah Suci/sekolah/kemah/tabernakel k’wiyon/mbol wofle, sebagaimana

diuraikan antara lain adalah :

Bhs. Maybrat ----------- Bhs. Imian Sawiat -------- Bhs. Indonesia

1. Halit myi ----------- mbol chalit -------- Rumah gantung

2. Halit Wyan ----------- mbol chalit tein -------- Rumah kebun

3. Samu Kre ----------- mbol chonon -------- Rumah bersalin

4. Samu ----------- mbol -------- Rumah tinggal utama

5. Samu snek ----------- mbol snek -------- Benteng pertahanan

6. Smu mambo ----------- mbol se -------- Rumah nelayan

7. Samu ku sme ---------- mbol nandla -------- Rumah bujang laki - laki

8. Samu ku ano ----------- mbol nangli -------- Rumah bujang perempuan

8. Samu k’wiyon ----------- mbol wofle -------- Rumah suci /sekolah

Dengan data – data ini, maka tak bisa dipungkiri bahwa rumah tradisional suku Maybrat,

Imian, Sawiat, tidak hanya berhenti sampai disitu saja. Sebab rumah juga merupakan suatu

kebutuhan hidup umat manusia umumnya dan manusia Maybrat, Imian, Sawiat, khususnya yang

mana sangat penting untuk dijadikan sebagai tempat berlindung, baik dari kehujanan, dan

kepanasan, setelah mereka mencukupi diri dengan kebutuhan makan (pangan) dan pakaian

(sandang). Mengapa bentuk rumah tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, tidak berkembang?

Ini disebabkan karena keinginan berkembangnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, yang cenderung

untuk menyamai gaya hidup mereka dengan gaya hidup asing, maka mereka mengalami

hubungan dengan gaya hidup orang asing sehingga disitulah terjadi saling tukar menukar

informasi yang besar pengaruhnya tentang bangunan rumah sehingga corak rumah tradisional

Page 13: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

Maybrat, Imian, Sawiat, mengalami kemunduran atau cende

kebanyakan hanya dipertahankan diperkampungan

ukuran dalam Bentuk bangunan rumah dan bahan bangunan.

suku Maybrat, Imian, Sawiat

daerah lain. Pengaruh alam dan lingkungan

lebat, sungai-sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan

kecenderungan cepat terpengaruhnya orang Maybrat

moderen dan gaya hidup orang asing

berakibatkan terjadinya akumulasi

D. Spesifikasi Jenis – jenis B

D.1. Halit myi /mbol chalit →

Halit myi/mbol chalit

gantung, atau sejenis rumah

Maybrat, Imian, Sawiat, mula

rumah tersebut merupakan jenis bangunan

yang monumental, karena ukuran

bangunannya tinggi di banding bangunan

lainnya. Jenis rumah gantung di kategorikan

atas dua jenis, yaitu :

Bentuk bangunan yang dibangun dari

tanah (tanah sebagai tumpuan utama) yang

mana keseluruhan struktur koloum yang

berukuran panjang ditancapkan pada

Ukuran struktur koloum (sur) yang digunakan

dalam mendirikan bangunan (

halit) adalah ± 500cm – 700cm.

Suku Maybrat, Imian,

mulanya tidak mengenal adanya jenis pondasi

plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun a

mana secara otomatis pasti memakai ompak (termasuk pondasi setempat), seperti pada contoh

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

mengalami kemunduran atau cenderung tersembunyi, dimana

dipertahankan diperkampungan. Selain itu, mungkin Ekonomi juga menjadi

ukuran dalam Bentuk bangunan rumah dan bahan bangunan. Perkembangan rumah tradisional

Sawiat, sangat lamban dibanding perkembangan rumah

alam dan lingkungan yang berbeda dimana tumbuh hutan

sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan

kecenderungan cepat terpengaruhnya orang Maybrat, Imian, Sawiat, terhadap perkembangan

dan gaya hidup orang asing sehingga terjadilah perubahan pola hidup mereka

akumulasi akulturasi besar-besaran hingga Arsitektural

Bangunan Rumah Tinggal

→ Rumah Gantung

adalah rumah

gantung, atau sejenis rumah hunian suku

mula – mula. Jenis

rumah tersebut merupakan jenis bangunan

yang monumental, karena ukuran

bangunannya tinggi di banding bangunan

lainnya. Jenis rumah gantung di kategorikan

entuk bangunan yang dibangun dari

tanah (tanah sebagai tumpuan utama) yang

mana keseluruhan struktur koloum yang

berukuran panjang ditancapkan pada tanah.

) yang digunakan

mendirikan bangunan (halit myi/mbol

700cm.

, Sawiat, pada

tidak mengenal adanya jenis pondasi

plat menerus, karena kebanyakan rumah yang dibangun adalah rumah –

mana secara otomatis pasti memakai ompak (termasuk pondasi setempat), seperti pada contoh

Gambar: II.Halit myi/mbol chalit

(bentuk yang bertumpu diatas tanah )Sumber: Hamah sagrim, Laporan KKL II,

UWMY 2009

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

23

rung tersembunyi, dimana

Selain itu, mungkin Ekonomi juga menjadi

Perkembangan rumah tradisional

embangan rumah tradisional di

yang berbeda dimana tumbuh hutan – hutan yang

sungai yang mengalir cuaca yang dingin, kondisi geografi yang sukar dan

terhadap perkembangan

sehingga terjadilah perubahan pola hidup mereka yang

hingga Arsitektural pun ikut kena.

– rumah gantung yang

mana secara otomatis pasti memakai ompak (termasuk pondasi setempat), seperti pada contoh

Gambar: II.3 halit – rumah gantung

yang bertumpu diatas tanah ) amah sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

Page 14: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

24

uraian bentuk-bentuk Rumah diatas. Suku ini mengenal adanya jenis pondasi plat menerus pada

zaman penjajahan Kolonial Belanda abad ke-18.

Jenis-jenis rumah ini biasanya dibangun oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat, di ladang atau

perkebunan mereka yang terletak di hutan dan sangat jauh dengan areal hunian penduduk

(perkampungan). Selain jenis rumah ini dibangun di tengah-tengah hutan, jenis bangunan rumah

ini merupakan aliran rumah tertua yang pernah dibangun sebagai tempat hunian pertama orang

Maybrat, Imian, Sawiat, zaman lampau. Jenis bangunan rumah ini dengan menggunakan bahan

konstruksi utama adalah kayu dan tali rotan sebagai pengaku/ikatan. Kayu merupakan bahan

struktur rangka, sedangkan tali rotan digunakan sebagai bahan pengikat. Sebagaimana filosofi

Maybrat, mengatakan bahwa “nbo ara msya too su oh mi kbe nsgi samu to” bila diterjemahkan

demikian “kalo ada kayu dan tali baru bisa mendirikan sebuah rumah”. Pemahaman orang

Maybrat, demikian mungkin merujuk pada pembentukan aliran bentuk rumah dan struktur yang

kaku, karena memang demikian bahwa suatu bentuk bangunan dibentuk oleh struktur rangka

yang kaku sehingga ruang-ruang dalam itu terlihat ada, ketika ditutup dengan dinding-dinding

bangunan.

Bentuk berikut adalah bangunan yang dibangun diatas pohon-pohon besar yang mana

struktur koloumnya ditancapkan pada dahan – dahan pohon yang ada dengan pilar-pilar yang

terstrukturkan. Jenis bangunan rumah gantung seperti ini merupakan bangunan rumah mula –

mula yang mana dibangun sedemikian rupa sehingga memberi kenyamanan bagi penghuninya

adapun tujuan mengapa rumah ini dibangun dengan struktur yang tinggi dan bukan hanya

strukturnya yang tinggi namun lebih dari tinggi yang mana rumahnya dibangun diatas pohon-

pohon besar yang ukurannya sangat tinggi, agar terhindar dari musuh.

Musuh dalam kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, adalah Perang Saudara, antar keret

dan kampong sebagai persoalan utama yang sering dihadapi oleh orang Maybrat, Imian, Sawiat,

pada waktu itu. Karena pada zaman mula-mula, kehidupan orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu

berperang. Peperangan yang terjadi di sana bukanlah hanya peperangan antara suku namu peran

antar setiap orang (person) dan peran antara marga/family juga, yang mana sejak itu hidupnya

saling membunuh antara satu sama lain (massive man). Jenis banguan rumah ini tidak memiliki

ruangan sebagaimana rumah-rumah tinggal manusia moderen sekarang ini, akan tetapi jenis

bangunan halit/mbol chalit atau rumah gantung ini hanya terdiri atas satu buah ruangan yang

multi fungsi.

Page 15: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

25

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan bangunan rumah halit/mbol chalit atau

rumah gantung selalu hanya memiliki satu ruang kamar yang multi fungsi. Dikatakan multi

fungsi karena segala aktifitas dilakukan didalam satu ruang tersebut. Selain multi fungsi, juga

familiar atau memiliki kesan keakraban dan kebersamaan, karena setiap kegiatan yang dilakukan

dalam ruang tersebut tidak disembunyikan (tanpa ada halangan) bebas, serta transparan.

Sebagaimana dengan filosofi mereka yang kental bahwa “ohat sou su, samu sou su” artinya

satu tungku api dan satu rumah sebagai tempat tinggal bersama. Filosofi ini merujuk pada kesan

kebersamaan dan keakraban.

Jenis halit myi-mbol chalit – rumah gantung banyak dijumpai di hutan – hutan pada zaman

orang Maybrat, Imian, Sawiat, masih hidup dalam terma zaman dahulu, namun setelah mereka

sudah moderen, jenis rumah ini jarang ditemukan, karena kehidupan mereka sudah berkelompok

membentuk perkampungan masyarakat. Orang Maybrat, Imian, Sawiat, tidak secara gampang

melupakan jenis – jenis bangunan rumah tradisional mereka, akan tetapi masih sering juga

dibangun diperkampungan mereka. Pada tahun 2005, di Kota Sorong, Walikota

menginstruksikan bahwa untuk menyonsong hari natal 25, Desember, warga di Kota Sorong

dilombakan bangunan rumah tradisional, yaitu rumah gantung halit/mbol chalit, yang mana

diberikan hadiah kepada masing-masing pemenang yang mempunyai bangunannya estetis dan

layak. Ya begitulah sampai kini Orang Maybrat, Imian, Sawiat, terus membangunnya dan hal ini

patut di angkat jempol karena memberi inspirasi dan pengalaman tersendiri kepada kaum muda

yang ada di sana.

Dari bentuk bangunan yang ada, dapat dilihat bahwa rumah tradisional orang Maybrat,

Imian, Sawiat, mula – mula tidak mengenal adanya pembagian ruang, tetapi yang ada hanya satu

ruang yang multifungsi.

Dari kejelasan ruang tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa kehidupan dalam keluarga

memberi suatu kesan keakraban, demikianlah sebagaimana yang dijumpai. Dikatakan bahwa

rumah orang Maybrat, Imian Sawiat, memberi kesan keakraban, karena di dalam ruang tersebut

setiap anggota keluarga bilamana melaksanakan segala sesuatu tidak tersembunyi untuk dilihat

oleh sesama anggota keluarga lainnya. Apapun yang dilakukan oleh seseorang anggota keluarga

merupakan suatu kebersamaan, disinilah keluhuran dan keakraban yang sesungguhnya terlihat.

Page 16: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

26

Foto: II.1. Halit Wyan/Mbol Chalit tein - rumah kebun. Sumber: Hamah Sagrim, Laporan

KKL II, UWMY 2009

Gambar: II.4 Samu kre/mbol chonon

Rumah Bersalin Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II,

UWMY 2009

D.2. Halit wyan/mbol chalit tein→Rumah Kebun

Halit wyan/mbol chalit tein merupakan rumah

kebun, juga termasuk jenis rumah gantung yang proto

tipenya tidak berbeda dengan bangunan rumah gantung

lain. Rumah ini bertumpu pada tanah dan pohon

sebagai landasan terakhir yang mana berdirinya koloum

– koloum sebagai pilar utama.

Rumah kebun merupakan tempat hunian para petani

yang mana difungsikan sebagai rumah menjaga kebun,

seperti kebun kacang tanah, kebun keladi-tala, ubi, dan

lain sebagainya. Karena jika tidak dijaga atau dirawat

dengan baik maka pasti saja kebun – kebun tersebut

dirusaki atau dimakan oleh hewan-hewan liar seperti

rusa, babi maupun tikus.

Tipologi rumah di kebun memiliki beberapa prototype, yaitu tipe bangunan monumental

yang mana dibedakan atas dua tipe, yaitu tipe satu bangunannya monumental dengan kedudukan

diatas pohon yang mana struktur konstruksinya dibangun diatas pohon besar, dan yang kedua

dengan tumpuan diatas tanah, yang mana struktur konstruksinya dibangun dari tanah sebagai

tumpuannya. Ada pula yang bentuknya tidak

tinggi. Lihat pada gamba disamping kanan.

D.3. Samu kre/mbol chonon → Rumah

Bersalin

Samu kre/mbol chonon adalah merupakan

rumah bersalin yang mana bukan merupakan

rumah hunian sebagaimana lainnya, namun

jenis rumah tersebut akan dibangun ketika

seorang ibu hamil yang sedang melahirkan dan

hanya di huni oleh ibu yang telah bersalin itu.

Jenis rumah bersalin ini sangat sederhana baik

dari ukurannya maupun panjang lebarnya.

Bentuk ukurannya sengaja dibangun demikian

Page 17: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan

yang dilahirkannya.

Adapun beberapa aturan yang dipakai dal

anak kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu

(risk) baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu m

sedang melahirkan. Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja

tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau pada saat itu

seorang ibu hamil yang akan a

kurang lebih 3 x 3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan

bayinya. Lama waktu hunian, biasanya berkisar antara dua minggu

minggu, dan sampai dengan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk rumah

tersebut karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam

mitologi mereka).

D.4. Samu/amah/mbol → Rumah

utama

Samu/amah/mbol adalah rumah hunian

atau rumah tinggal utama yang hingga

sekarang tetap di kembang moderenkan.

rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk

jenis rumah semi moderen,

bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang

ruangnya sudah dipetakkan

pembagian kamar) sebagaimana rumah

moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya

berbentuk rumah panggung tetapi sudah

dibangun dengan tembok yang mana rumah

hasil kolaborasi antara bangunan moderen dan bangunan tradisional. Pada mulanya rumah

tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian

(halit myio/mbol halit) yang mana mula

namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga dianggap bangunan yang

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Foto: II.Samu/Amah/Mbol Rumah

Moderen.Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY

2009

karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan

Adapun beberapa aturan yang dipakai dalam fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak

anak kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu

(risk) baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut.

Orang Maybrat, Imian, Sawiat, selalu mendirikan rumahbersalin bagi istri mereka yang

sedang melahirkan. Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja

tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau pada saat itu

seorang ibu hamil yang akan atau sedang melahirkan. Rumah bersalin biasanya berukuran

3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan

bayinya. Lama waktu hunian, biasanya berkisar antara dua minggu dan sampai dengan tiga

gan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk rumah

tersebut karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam

→ Rumah tinggal

adalah rumah hunian

atau rumah tinggal utama yang hingga

sekarang tetap di kembang moderenkan. Jenis

rumah tersebut bisa dikategorikan termasuk

jenis rumah semi moderen, karena

bangunannya lebih besar, kuat, dan ruang –

ruangnya sudah dipetakkan (adanya

sebagaimana rumah

moderen lainnya. Jenis rumah ini tidak hanya

berbentuk rumah panggung tetapi sudah

dibangun dengan tembok yang mana rumah-rumah tembok yang dibangun selalu merupakan

hasil kolaborasi antara bangunan moderen dan bangunan tradisional. Pada mulanya rumah

tinggal semi moderen suku Maybrat, Imian, sawiat, merupakan turunan dari rumah gantung

) yang mana mula-mula memiliki ukuran struktur yang sangat tinggi

namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga dianggap bangunan yang

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

27

: II.2 umah Tinggal Utama Semi oderen. Laporan KKL II, UWMY

2009

karena yang akan menghuninnya terdiri dari seorang ibu yang baru melahirkan bersama bayi

am fungsi rumah tersebut, misalnya untuk anak-

anak kecil dilarang untuk masuk kedalam rumah tersebut karena dianggap sangat menggangu

(risk) baik gangguan yang akan dialami oleh seorang ibu maupun anak kecil tersebut.

endirikan rumahbersalin bagi istri mereka yang

sedang melahirkan. Jenis rumah bersalin ini biasanya tidak bersifat permanen (sebut saja

tergolong sebagai rumah musiman), yaitu rumah bersalin didirikan jikalau pada saat itu ada

sedang melahirkan. Rumah bersalin biasanya berukuran

3 m, dengan perhitungan hanya dihuni oleh ibu yang melahirkan dengan

dan sampai dengan tiga

gan tiga minggu, adapun larangan kepada anak kecil untuk masuk rumah

tersebut karena mengakibatkan sesuatu yang fatal (mungkin berkaitan dengan mistis dalam

g dibangun selalu merupakan

hasil kolaborasi antara bangunan moderen dan bangunan tradisional. Pada mulanya rumah

merupakan turunan dari rumah gantung

ukuran struktur yang sangat tinggi

namun ketika mengalami perubahan, jenis rumah gantung yang juga dianggap bangunan yang

Page 18: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

28

monumental dirubah menjadi rumah yang tampak semi moderen. Diantara itu adapun beberapa

hal sebagai dasar dalam perbedaan antara rumah gantung dengan rumah tinggal utama yang semi

moderen adalah sebagai berikut:

D.4.a. Ukuran.

Antara rumah gantung dan rumah tinggal semi moderen, yaitu rumah gantung berukuran

kecil sedangkan rumah hunian semi moderen ukurannya besar.

D.4.b. Fungsi

Dilhiat dari fungsinya, rumah gantung hanya mempunyai satu ruangan saja yang multifungsi,

sedangkan rumah semi moderen memiliki tiga sampai empat ruang yang mana memperkaya

fungsi ruangannya sebagaimana kebutuhan pemilik.

D.4.c. Struktur

Struktur bangunan rumah gantung sangat tinggi ukurannya, dengan ukuran pilar atau struktur

koloum yang sangat panjang mulai dari ± 500 cm – 700cm, ketimbang ukuran rumah semi

moderen yang mana ukurannya ± 300cm –500cm, terhitung dari tumpuan koloum pada tanah

hingga bubungan, dan ukuran 500cm kebanyakan pada rumah panggung sedangkan untuk

bangunan dinding tembok berukuran paling tinggi 400cm. Rumah gantung mudah tergerak

oleh tiupan angin ketimbang rumah semi moderen.

D.4.d. Masa/Waktu

Masa/waktu bangunan untuk rumah gantung mampu bertahan selama ± 3-4 tahun, dibanding

rumah semi moderen yang mana mampu bertahan hingga ± 4 – 8 tahun.

D.4.e. Tata

Dilihat dari struktur penataannya, rumah gantung tidak memiliki tata seperti rumah semi

moderen, misalnya pekarangan bunga, halaman rumah, tata ruang, dan tata wajah bangunan

maupun penataan kelengkapan dan finising bangunannya yang mana terlihat pada eksterior

dan interior bangunan.

D.4.f. Estetika

Berangkat dari uraian – uraian diatas, maka otomatis disimpulkan bahwa bangunan yang

berestetika adalah bangunan rumah semi moderen, yang mana dikembang moderenkan.

Bentuk rumah semi moderen ini dibangun dengan memiliki ruang atau kamar yang terdiri

dari kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, dapur dan balkon atau teras.

Page 19: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

29

D.5. Samu Snek/Mbol snek → Benteng Pertahanan/Rumah Persembunyian

Jenis rumah persembunyian

atau benteng pertahanan samu

snek/mbol snek biasanya

dibangun dengan

menggunakan penutup dinding

kulit kayu dan dilapisi oleh

kayu-kayu buah, yang disusun

sedemikian rapat dengan tujuan

sebagai penangkal tembusnya

benda-benda tajam yang

digunakan oleh musuh dalam

menyerang. Selain itu rumah

pertahanan kebanyakan

dibangun di puncak-puncak

gunung besar yang sisi-sisi gunungnya dikelilingi oleh tebing-tebing terjal yang sulit dijangkaui

oleh para musuh, selain menghindar dari musuh juga supaya bisa dengan gampang melihat

situasi sekitar dengan mudah karena posisi mereka diatas ketinggian gunung. Selain itu, juga ada

yang didirikan diatas pohon yang lebih tinggi ditengah belantara. Gua-gua atau lubang batu yang

disebut (bomit) juga sebagai tempat persembunyian. Samu snek/mbol snek, adalah benteng

pertahanan atau juga disebut-sebut sebagai rumah persembunyian. Disebut benteng pertahanan

atau rumah persembunyian karena rumah tersebut biasanya tersembunyi dan sulit untuk

dijangkaui orang lain dan juga biasanya banyak dipasang jebakan ranjau (mati susur) untuk

menghalangi para musuh, bahkan juga karena lokasi yang dibangun rumah ini adalah lokasi yang

sulit dan sangat sukar dijangkaui dan hanya bisa dijangkaui oleh orang – orang tertentu saja

seperti seorang Ayah, Ibu, Anak dan family terdekat karena suatu alasan, bahwa jangan orang

luar yang mengetahui dimana jalan yang di laluinya sebab bilamana diketahui orang lain atau

musuh, maka mereka akan dibunuh. Karena begitu ketatnya kehidupan pada zaman prasejarah

itu, yang mana terikat dengan kehidupan balas dendam atau saling membunuh antar keluarga

yang satu dengan yang lainnya (familiy war).

Foto: II. 3. Gambar: II.5 Samu Snek/Mbol Snek - Tipe Rumah Persembunyian

Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

Page 20: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

D.6. Samu Mambo/Mbol

Rumah nelayan

Samu mambo/mbol se merupakan

rumah nelayan yang dibangun ditengah

tengah danau, dan rumah tersebut

kebanyakan dibangun oleh Suku

Maybrat, yang tinggalnya disekitar

danau Ayamaru yang bermata

pencaharian sebagai nelayan.

suku maybrat yang membangun rumah

nelayan mereka, suku Imian dan sawiat

dipesisir laut pun memiliki jenis rumah

nelayan yang tidak kalah menarik

dengan rumah nelayan suku Maybrat,

yaitu rumah Kajang.

Rumah Kajang adalah suatu

jenis rumah nelayan orang Imian

dan Sawiat yang hidupnya di

pesisir laut dan bermata

pencaharian sebagai nelayan.

Perbedaan antara rumah nelayan

suku Maybrat dan suku Imian,

Sawiat, adalah, rumah nelayan

Maybrat dibangun sebagaimana

rumah inap biasa yaitu dengan

struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal dan kokoh

nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas

sebuah perahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia selalu

dibawa kemana-mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu beristirahat.

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Gambar: II. 6Samu mambo/mbol se: Rumah

Ayamaru. Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY, 2009

Gambar: II.7 Aken swya/ Rumah Kajang Orang Tehit Sawiat di

.Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

ol se →

merupakan

rumah nelayan yang dibangun ditengah-

tengah danau, dan rumah tersebut

kebanyakan dibangun oleh Suku

yang tinggalnya disekitar

danau Ayamaru yang bermata

pencaharian sebagai nelayan. Selain

suku maybrat yang membangun rumah

a, suku Imian dan sawiat

pun memiliki jenis rumah

nelayan yang tidak kalah menarik

ayan suku Maybrat,

ajang adalah suatu

jenis rumah nelayan orang Imian

dupnya di

dan bermata

pencaharian sebagai nelayan.

Perbedaan antara rumah nelayan

suku Maybrat dan suku Imian,

adalah, rumah nelayan suku

n sebagaimana

yaitu dengan

struktur bangunan yang berdiri tegak vertikal dan kokoh ditengah danau

nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas

rahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia selalu

mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu beristirahat.

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

30

6 umah Nelayan di Danau

Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY, 2009

rang Tehit Sawiat di Pesisir/Laut

Laporan KKL II, UWMY 2009

ditengah danau, namun untuk rumah

nelayan suku Imian dan Sawiat berbeda, yaitu rumah kajang adalah rumah yang dibangun diatas

rahu, dan rumah kajang tidak berdiri kokoh pada suatu tempat tertentu namun ia selalu

mana dengan perahu, baik diwaktu mengail maupu beristirahat.

Page 21: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

31

Foto: II.4. Samu Ku Sme/Mbol Nadla – Rumah Bujang laki-laki - sumber: Hamah Sagrim, Laporan

KKL II, UWMY 2009

Kelebihan rumah nelayan orang Maybrat adalah bentuknya yang besar, kuat dan nyaman,

sedangkan rumah nelayan orang Imian dan Sawiat adalah ukurannya kecil, tidak begitu kuat, dan

tidak begitu nyaman.

Bentuk bangunan rumah nelayan di danau Ayamaru wilayah Maybrat, kini menjadi

kabupaten Maybrat. Bentuknya seperti rumah-rumah mereka yang lainnya di daratan, namun

bangunannya terletak ditengah-tengah Danau. Fungsi rumah ini sebagai tempat hunian para

nelayan ketika mencari ikan bahkan ada pula yang didirikan untuk tempat hunian untuk mereka

yang berkebun di sekitar pulau-pulau seperti sato musyoh, sato amin dan yang lain sebagainya.

Bentuk rumah nelayan dipesisir pantai wilayah Tehit, Imians, Sawiat, memiliki sedikit

perbedaan yang tidak begitu rumit. Perbedaan yang menonjol adalah bentuk rumah kajang

yang mana dibangun diatas perahu (kole-kole) lihat gamba, sedangkan yang satunya mempunyai

kesamaan aliran bentuk dan struktur yang sesuai dengan rumah nelayan orang Maybrat di areal

Danau Ayamaru.

D.6. Samu Kusme /Mbol Nadla →

Rumah Bujang Laki – laki (Asrama

Putra)

Samu kusme/mbol nadla adalah rumah

bujangan/asrama laki – laki yang mana

dibangun dengan tujuan menampung segala

kegiatan anak – anak bujang, baik

menyangkut hasil buruan, tidur maupun

masak-memasak. Kebanyakan kegiatan –

kegiatan kepemudaan bermula dari rumah

ini yang mana sebagai wadah berkumpulnya

para pemuda, sehingga muncullah ide – ide

tertentu yang menyangkut kegiatan

kepemudaan.

Rumah bujangan laki – laki kebanyakan

berbentuk rumah gantung, namun setelah

terus menerus mengikuti perubahan, ada

juga yang dibangun semi moderen yang

Page 22: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

32

Foto: II.5 Samu ku Ano/Mbol Nangli Rumah Bujangan Perempuan atau Asrama Perempuan Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

mana bangunannya dibangun oleh sekelompok pemuda yang bisa dibilang geng pemuda.

Dikatakan geng, karena bukan hanya satu kelompok tertentu yang ada namun terlihat adanya

persaingan misalnya antara RT satu dengan RT yang berikutnya.

Rumah bujangan sering dibangun dengan beberapa tipe bangunan, dan khusus untuk rumah

bujang laki-laki. Bentuk-bentuk ini disesuaikan dengan keinginan para pemuda yang tergolong

masih bujang.

Bentuk rumah bujang yang dibangun ini tidak juga memiliki kesamaan antara perkumpulan

dari satu RT atau kompleks/kot, tetapi semuanya mengikuti perkembangan yang ada.

D.7. Samu Kuano/Mbol Nangli → Rumah

Bujangan Perempuan (Asrama Putri)

Samu kuano/Mbol nangli merupakan rumah

bujangan kaum perempuan yang masih bujang

(belum menikah). Rumah bujangan perempuan

berukuran tidak terlalu tinggi dibanding rumah

bujangan laki – laki, hal itu sudah merupakan

tradisi orang Maybrat, Imian dan Sawiat hingga

sekarang. Rumah perempuan biasanya dibangun

oleh orang laki – laki yang terdiri dari bapa-

bapa, maupun laki - laki bujang. Untuk

perempuan, khususnya memasak makanan

sebagai imbalan kepada para tukang/pekerja bangunan tersebut.

Bentuk aliran rumah bujangan perempuan ini tidak begitu berbeda dengan aliran-aliran

bangunan rumah yang lain pada umumnya. Perbedaan bentuk rumah bujangan perempuan

dengan rumah yang lain adalah skala/ukuran tinggi rendahnya. Ukuran rumah bujangan

perempuan tidak begitu monumental, mengingat wanita atau perempuan tidak diperbolehkan

untuk menaiki rumah yang tinggi, karena ‘akan terlihat aibnya’. Demikian sehingga bentuk

rumah bujangan perempuan Maybrat, Imian, Sawiat, selalu berukuran pendek.

Page 23: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

D.8. Samu K’wiyon/Mbol W

Rumah Suci / Rumah

Sekolah/Bangunan Terhormat

Samu k’wiyon/mbol wofle

bangunan rumah suci, yang mana

mempunyai fungsi ganda, yaitu

digunakan sebagai rumah maha suci atau

difungsikan sebagai tempat pendidikan

theology natural yang disebut

wofle. Theology ini bagi orang Maybrat,

Imian, Sawiat, sangat sakral dan

Jenis bangunan rumah suci berbentuk

segi empat dan memanjang serta memiliki

tiga fungsi ruang yang selalu dibagi dan

juga memiliki aturan – aturan penggunaan

ruangannya. Rumah suci tidak dibangun

oleh sembarang orang, tetapi harus

dibangun oleh mereka atau orang

tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran

theology natural tersebut (raa wi

wofle), dan yang berhak membangunnya

terdiri dari dua orang ra wiyon/na wofle

Menurut cerita petuah –

kami Tanya, asal usul rumah suci tidak

dibangun oleh manusia siapa

sungai /air. Bentuknya sangat unik

sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama

sembilan bulan agar bisa sempurna.

kepada Mbouk untuk didiri

merupakan tabernakel atau kemah

menerima taurat dari wiyon/w

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Gambar: II.8. K’wiyon/mbol wofleSuci/Sekolah/Tabernakel/K

Sumber: Hamah Sagrim. History of God In Tribals Religions, 2009

Gambar: II. 9. K’wiyon Matokemah suci.Sumber: Hamah Sagrim.

In Tribals Religion, 2009

ol Wofle →

Rumah Suci / Rumah

erhormat

bol wofle adalah

bangunan rumah suci, yang mana

mempunyai fungsi ganda, yaitu

digunakan sebagai rumah maha suci atau

difungsikan sebagai tempat pendidikan

theology natural yang disebut wiyon-

Theology ini bagi orang Maybrat,

Imian, Sawiat, sangat sakral dan magis.

Jenis bangunan rumah suci berbentuk

segi empat dan memanjang serta memiliki

tiga fungsi ruang yang selalu dibagi dan

aturan penggunaan

Rumah suci tidak dibangun

oleh sembarang orang, tetapi harus

dibangun oleh mereka atau orang – orang

tertentu yang sudah terdidik dalam ajaran

(raa wiyon/na

embangunnya

ra wiyon/na wofle.

– petuah yang

kami Tanya, asal usul rumah suci tidak

dibangun oleh manusia siapa – siapa namun rumah tersebut dengan sendirinya keluar dari dalam

Bentuknya sangat unik /estetis dan sempurna serta menyimpan magis yang luarbiasa

sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama

sembilan bulan agar bisa sempurna. Selanjutnya aliran rumah suci ini kemudian diperintahkan

kepada Mbouk untuk didirikan sebagai bait suci/kemah/tabernakel.

merupakan tabernakel atau kemah wiyon/wofle yang diperintahkan kepada Mbouk ketika

wofle. Mbouk diperintahkan oleh wiyon/wofle

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

33

bol wofle - Bentuk Rumah Tabernakel/Kemah suci.

History of God In Tribals Religions, 2009

ato - Denah sekolah-Hamah Sagrim. History Of God

In Tribals Religion, 2009

siapa namun rumah tersebut dengan sendirinya keluar dari dalam

estetis dan sempurna serta menyimpan magis yang luarbiasa

sehingga untuk membangunnya membutuhkan waktu yang lama, yaitu dibangun selama

Selanjutnya aliran rumah suci ini kemudian diperintahkan

K’wiyon/Mbol Wofle

yang diperintahkan kepada Mbouk ketika

ofle (Allah) bahwa dia

Page 24: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

34

harus mendirikan sebuah kemah (k’wiyon/mbol wofle) sebagai tempat meletakkan tabut

perjanjian. Dalam mendirikan k’wiyon/mbol wofle, ada beberapa aturan seperti perintah dan

larangan. Perintah dan larangan itu tampak pada aturan penggunaan ruang k’wiyon/mbol wofle

sebagaimana pada bilik-bilik bangunan yang terlihat di gambar denah diatas.

Keterangan Gambar:

1. Bohra mne/safom – Ruang Luar, Areal Bebas, Hutan Belantara.

Dalam aturan Ruang bilik tabernakel Wiyon/Wofle (k’wiyon/mbol wofle), bagian luar

yang berhubungan langsung dengan alam bebas atau hutan belantara biasanya tidak sakral

atau tertutup. Dibagian areal ini hanya diberi tanda atau kode (morse) sebagai pemberitahuan

kepada orang luar yang tergolong awam atau disebut (finya) atau wanita, (raa in) orang

awam yang melintas disekitar areal kemah k’wiyon/mbol wofle. Kode atau tanda pada

areal ini tidak ada kekuatan ghaib apa-apa, hanya sebagai rambu bahwa di areal tersebut

ada kemah suci (k’wiyon/mbol wofle). Warna hijau menunjukkan hutan belantara atau areal

bebas.

2. Kre finya & râ in – Ruang Biasa.

Bilik atau Ruang ini bisa dilewati oleh wanita (finya) biasa yang mempunyai anak

sedang di didik didalam Kemah.Wanita yang masuk dalam bilik tersebut mengantarkan

makanan dan tebu sebagai pengganti air minum dan mereka yang boleh masuk adalah wanita

yang tidak sedang mengalami haid atau semalam melakukan hubungan intim. Ruang ini juga

dilewati oleh laki-laki biasa yang bukan Râ wiyon/Na wofle. Ruang ini juga bagi

RaâWiyon/Na Wofle yang ketika malam sedang intim atau tidur dengan isterinya (berintim)

atau dengan wanita lain melakukan hal perzinahan, ia diharuskan hanya bisa sampai

diruang biasa dan tidak boleh memasuki ruang suci, ini merupakan suatu larangan keras. Kre

Finya & Raâ iin tidak memiliki suatu kekuatan atau kedahsyatan ghaib apa-apa sehingga

bebas bagi Wanita dan Orang biasa, namun tidak diperbolehkan bagi anak kecil untuk

memasukinya.Warna hitam merupakan ketidak kudusan, ketidak muliaan, ketidak kuatan,

ketidak ilahian, menggambarkan keduniawian namun sebagai rambu atau ukuran utama

fungsi ruang bilik sebelum memasuki ruang suci.

“kre finya, kbe raâ iin msya finya twok, soh kukek ginyah to mtwok fe, tna raâ wiyon-

na wofle ro mti mjien su msya finya wana tna mno bo ro sre to kbe m’twok mama

mhre sai mam kree ro finya”.

Page 25: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

35

“Ruang biasa boleh dimasuki oleh wanita dan orang biasa, tetapi kalau seorang Raâ

Wiyon-Na wofle (rasul) yang pada hari kemarin atau semalam telah berintim dengan

istrinya atau melakukan sesuatu yang zinah dan hina, ia juga hanya bisa masuk di

ruang biasa (kre finya) tersebut”.

3. Kre râ sme – Ruang Suci.

Bilik ruang ini tidak boleh dilewati oleh wanita (Finya), orang Biasa (Raâ iin/Na iin) dan

rasul (Raâ Wiyon/Na Wofle) yang melakukan zinah atau yang mana sebelumnya sudah tidur

dengan istrinya (intim). Ruang/bilik suci ini hanya boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon/Na Wofle

(Rasul) yang suci, Raâ Bam/Na Tmah (Imam) dan murid-murid (Wiyon Tna). Warna abu-abu

merupakan kemuliaan yang telah dipancarkan kepada raâ wiyon/na wofle, kekuatan

Wiyon/Wofle yang memberi kekuatan kepada Raâ Wiyon/Na Wofle, Kedahsyatan

Wiyon/Wofle yang diberikan kepada Raä wiyon/Na wofle, kesucian Raâ Wiyon/Na Wofle,

Kekuatan Raâ Wiyon/Na Wofle, yang diterima dari Wiyon/Wofle (Allah) yang me-Wiyonkan

(Meng-Allah-kan) mereka dengan kekuasaannya. Ketika dalam perjalanan melalui ruang

biasa termanya terasa biasa-biasa saja seperti kita berada pada situasi normal, akan tetapi

ketika kita memasuki zona Ruang suci (Kre Raâ Sme) ada suatu perbedaan. Menurut

ungkapan Raâ Wiyon/Na Wofle mengatakan bahwa :

“soh nyio n’truk mam kre raâ sme, n’yio nfibo nhau mam ö roto, masuf reto

mti/mamur mase tna nyio nfibo njien smi feto, kbe nawe nros si to nmat komeyan teit

ysia raâ wait makah wyak-aken mama meti mam aya maam tna anu ro wiyon tna to

nsok aken ro anu nut, aken ro anu nuủt to kbe oron yabi teit Y’hre mam aken mana

tna komeyan teit yabo min aken. Kbe râ wiyon/na wofle ysia wiyon tna rait to aro yaut

aken rait hahayah, ana mberur maut aken sou su fe, reto mbou toni ”.

“ketika melangkah melewati zona batas ruang suci, kita seperti berada dalam alam

lain, zona atau ruang atau bilik tersebut gelap gulita dan ketika itu kita akan melihat

terang sinar kemuliaan yang membias menerangi ruang suci itu, kita akan merasa

seperti kita dalam keadaan mimpi, dan ketika itu akan bermunculan bahtera (perahu)

Tuhan yang menghampiri setiap kita yang masuk kedalam ruang tersebut untuk

membawa kita ke suatu tempat yang suci, setiap kita yang telah masuk akan

dipersiapkan bahtera (perahu) yang sama jumlahnya dengan kita yang ada, dan setiap

orang menaiki satu bahtera (perahu) dan didalam bahtera itu kita hanya duduk dan

Page 26: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

36

didampingi oleh râ wiyon-na wofle dan yang mendayung bahtera (perahu) adalah

komeyan (Tuhan), dibagian kepala perahu (bahtera) duduklah seorang tua yang putih

kemilau rambutnya dan telinganya panjang dengan jubah yang bersinar, ia adalah

Allah (Oron Yabi)”.

Ungkapan tersebut diatas tentang rahasia bilik atau ruang, bila kita kaji dengan ukuran

keseluruhan bangunan atau bait tersebut, merupakan sebuah bangunan yang dibangun

langsung diatas tanah kering, akan tetapi bagi Raâ Wiyon/Na Wofle mereka harus berangkat

atau bepergian dengan menggunakan perahu, karena perjalanan mereka begitu jauh dan

melalui lautan samudera raya. Disini terdapat suatu keajaiban dan pengalaman yang begitu

mengherangkan ketika kita mengkaji dari penjelasan tentang perjalanan yang jauh dengan

luasan bangunan yang mana tidak begitu jauh antara ruang/bilik yang satu dengan ruang atau

bilik yang lainnya, akan tetapi karena kita sebagai manusia yang pada saat itu berada dalam

hadirat Tuhan, maka waktu itu akan menyeleksi kita. Menurut mereka Raâ Wiyon/Na Wofle

dan Wiyon tna, mengatakan bahwa perjalanan mereka begitu lama dan harus menempuh

suatu samudera raya, dan menurut mereka, lamanya mereka berpendidikan selama 3 bulan,

akan tetapi bagi orang biasa (Raa iin) yang berada diluar kemah mengatakan bahwa lama

pendidikan yang ditempuh dalam kemah k’wiyon/bol wofle adalah Enam bulan. Peristiwa-

peristiwa ini yang terjadi dalam perjalanan, ada yang boleh dibicarakan namun ada yang

tidak boleh untuk diungkapkan (sacral, rahasia dan tersembunyi bo snyuk/safo).

4. Mato Ro Mbou Toni (Ruang Maha Suci) – Mato Ro Oron Yabi Yhou (Takhta Allah).

Ruang Maha Suci tidak boleh dimasuki oleh Raâ Wiyon/ Na Wofle (Rasul), ruang ini

sangat sakral dan hanya bisa dimasuki atau yang berhak masuk kedalam ruang maha suci

adalah Raâ Bam/Na Tmah (Imam). Isi dalam Ruang Maha suci sangat rahasia, dan yang

berhak mengetahuinya hanya Raâ Bam/Na Tmah (imam), tidak mungkin bagi Raâ

Wiyon/Na Wofle untuk mengetahuinya. Berikut adalah ungkapan Raâ Wiyon/Na Wofle dalam

bahasa Maybrat:

“Mato ro mbou toni reto kbe Raâ Bam/Na Tmah meseit truk, amu refo (Raâ Wiyon/Na

Wofle) truk fe, kta ro mhou kre mato reto mamo bo snyuk ka Raâ Bam/Na Tmah, soh fibo

bo snyuk reto Raâ Bam/Na tmah yawe ka’amu fo tabam refo masu marak, Raâ tabam

refo mhai beta, aro mhou fe, bo snyuk reto safo meto, tnafo komeyan makan meto”

Page 27: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

37

“Ruang maha suci hanya boleh dimasuki oleh Imam (Raâ Bam/Na Tmah), bagi para

Rasul (Raâ Wiyon/Na Wofle) tidak diperkenankan untuk masuk ruang maha suci, sangat

sakral, rahasia, segala sesuatu yang ada didalam ruang itu merupakan rahasia khusus

bagi para Imam (Raâ Bam/Na Tmah), kalau rahasia ruang maha suci itu diberitahukan

kepada Rasul (Raâ Wiyon/Na Wofle), maka dunia ini akan hancur, semua manusia akan

mati, tak ada yang bisa hidup. Hal ini merupakan sesuatu yang sakral dan merupakan

inti dari Tuhan”.

Dari ungkapan tersebut, dianalisis bahwa dalam ruang maha suci merupakan tempat takhta

Allah dan tempat meletakan tabut perjanjian yang merupakan rahasia kerohanian “inti daripada

kerohanian” dalam teologi wiyon/wofle.

Dalam perjalanan pendidikan tersebut dan setelah selesai (tamat), setiap Wiyon Tna (Murid)

dan Raâ Wiyon/Na Wofle (Rasul/Guru pembimping) serta Raâ Bam/Na Tmah (Imam/Guru Besar

atau Kepala sekolah), tidak diperbolehkan keluar melalui pintu utama, mereka harus keluar

dengan cara membocorkan atap lalu keluar, setelah semuanya telah keluar dari dalam kemah

tersebut selanjutnya berbaris mengelilingi kemah itu dan Raâ Bam/Na Tmah (Imam/Guru besar

atau Kepala Sekolah) beserta Raâ Wiyon/Na Wofle (Rasul/Guru pembimbing) membakar Kemah

(K’wiyon/Mbol Wofle) dan disaksikan oleh Raâ Bam/Na Tmah, Raâ Wiyon/Na Wofle, Wiyon

Tna. Setelah Kemah terbakar, Raâ Bam/Na Tmah, Raâ Wiyon/Na Wofle, Wiyon Tna, menyelidiki

lagi dengan seksama isi abu tersebut dengan tujuan bahwa jangan ada sisa-sisa perkakas yang

belum terbakar, semuanya harus dibakar tanpa sisa. Dalam proses membakar K’wiyon/Mbol

wofle (Kemah/Sekolah), tidak dibiarkan segelintir perkakas atau sepotong kayu dari kemah yang

tersisa, semuanya harus dipastikan terbakar lebur menjadi abu. Setelah semuanya itu selesai

barulah Raâ Bam/Na Tmah, Raâ Wiyon/Na Wofle, Wiyon Tna, boleh meninggalkan lokasi kemah

untuk proses Ujian kepada Murid (Wiyon Tna), setelah diuji (sana Wiyon) baru Murid/murid

diteguhkan menjadi Raâ Wiyon/Na Wofle. Dalam peneguhan wiyon tna (Murid), biasanya

dilakukan dengan cara menguji setiap Murid dengan menyuruhnya menyembuhkan orang sakit

(tgif kiyam), menyembuhkan orang yang kena pagut dari ular (tgif aban), melancarkan persalinan

wanita hamil yang terhambat (tgif finya mabe), dan lain sebagainya. Ujian ini merupakan suatu

aktivitas terakhir bagi wiyon tna (Murid) barulah diteguhkan sebagai Raâ Wiyon/Na Wofle. Ujian

akhir ( sana Wiyon) yang dilakukan oleh Raâ Wiyon/Na Wofle (Rasul/Guru) dan Raâ Bam/Na

Tmah (Imam/Profesor) dan di ikuti oleh Wiyon tna (Murid) guna mencapai gelar sebagai seorang

Page 28: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

38

Raâ Wiyon/Na Wofle. Setiap Murid yang tamat dalam pendidikan Wiyon/Wofle, memiliki dua

nama, yaitu nama duniawi dan nama yang diberikan dari sekolah atau kemah (sum kafir) (nama

suci).1Rincian keterangan warna:

1. Warna merah, menunjukkan kekuatan ghaib, sakral.

2. Warna hijau, menunjukkan areal bebas.

3. Warna hitam, menunjukkan kefanaan, keduniawian, ketidak sempurnaan.

4. Warna putih, menunjukkan kesucian, kemurnian, keAllahan, kesempurnaan.

Atas dasar pengakuan Wiyon tna itu sendiri, maka Raâ Wiyon/Na Wofle dan Raâ Bam/Na

Tmah akan meneguhkan mereka dan mereka akan diterima sebagai anggota yang diperbaharui di

dalam persekutuan wiyon/wofle (sebagai Raâ Wiyon/Na Wofle) yang sungguh-sungguh percaya

kepada Wiyon/Wofle (Allah) mereka. Dengan demikian Wiyon Tna yang telah diteguhkan

sebagai Raâ Wiyon/Na Wofle pun boleh duduk bersama-sama dengan Raâ Wiyon/Na Wofle yang

lain bersama-sama di meja perjamuan kudus, turut bertanggung jawab dalam tugas Wiyon/Wofle,

memberitakan Allah yang dipercaya (Wiyon/Wofle) kepada dunia ini, dan turut bertanggung

jawab pula dalam pembangunan Wiyon/Wofle. Raâ Wiyon/Na Wofle dan Raâ Bam/Na Tmah,

percaya dan mengaku bahwa dalam Tuhan mereka (Wiyon/Wofle), mereka dikumpulkan sebagai

anak-anaknya dari segala bangsa dan mempersatukan mereka menjadi satu tubuh yang

Wiyon/Wofle adalah kepalanya dan Raâ Wiyon/Na Wofle adalah anggotanya. Dalam perjamuan

suci didalam k’wiyon/mbol wofle, Raâ Wiyon/Na Wofle memberi “Bofit” dan “Waif” sebagai

tanda dan materai dari tubuh dan darah, Wiyon/Wofle senangtiasa menghubungkan Raâ

Wiyon/Na ofle kepada persekutuan dengan dia sendiri dan persekutuan antara sesama Raâ

Wiyon/Na Wofle sebagai anak-anaknya. Dalam persekutuan dengan Wiyon/Wofle, Raâ Wiyon/Na

1Aktivitas Wiyon/Wofle bisa dipersepsikan sebagai pendidikan tradisional orang Maybrat, Imian, Sawiat, dan bisa dipersepsikan

sebagai teologi tradisional. Alasannya adalah karena aktivitas Wiyon/Wofle memiliki dua karakter dalam satu aktivitas, yaitu

pertama: dari segi pendidikan, Raâ Wiyon/Na Wofle disebut sebagai Guru, Guru Pembimbing, Dosen, Raâ Bam/Na Tmah

disebut sebagai Guru Besar , Guru kepala, Kepala sekolah, Profesor, Senator. Wiyon Tna disebut sebagai Murid . K’wiyon/mbol

Wofle disebut sebagai Sekolah, dan Asrama, aktivitas utama adalah Mber Wiyon atau Mendidik (belajar mengajar), dalam proses

ini mereka juga mengenal tulisan dan huruf. Kedua: Dari segi Teologi, Raâ Wiyon/Na Wofle disebut sebagai Rasul, Raâ

Bam/Na Tmah disebut sebagai Imam, Rumah disebut sebagai Kemah/Tabernakel dengan ruang-ruang atau bilik yang sakral,

Wiyon Tna disebut sebagai Murid, aktivitas utama dalam K’wiyon/mbol Wofle adalah Mber Wiyon (Pendidikan Dogmatik)

Pemuridan.

Page 29: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

39

Wofle dipanggil untuk mengaku dia sebagai Tuhan dan Juru selamat mereka melalui kata-kata

dan perbuatan mereka setiap hari dan memberitahukan tentang dia ke seluruh dunia. Jikalau

dalam setiap ucapan dan perbuatan mereka tidak sesuai dengan perintah yang telah mereka

terima dari Wiyon/Wofle, maka mereka akan menerima sangsi yang berat, yaitu mereka akan

meninggal secara tiba-tiba (komeyan biji), ditimpa kelaparan (haisre mama), ditimpa kesakitan

yang parah (kiyam mama), banyak persoalan yang menimpa (safo mai). Jenis bangunan rumah

suci atau sekolah tradisional semenjak masuknya injil kristiani di dataran papua, semua jenis

pengajaran maupun kepercayaan tradisional dilepaskan. Oleh karenanya kami sangat sulit untuk

mendapatkan bangunannya karena saat ini tidak dibangun bisa dibilang akan punah, dan hanya

saja kami dijelaskan bagaimana denah bangunannya saja sebagaimana pada gambar.

Struktur kolom utama rumah tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, terdiri dari empat kolom

utama yang disebut hafot sebagai fungsi keseimbangan bangunan.

Rumah Tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, berbentuk rumah limasan, Sebuah bangunan

limasan yang menimbulkan interpretasi arsitektur Maybrat, Imian, Sawiat, dengan

mencerminkan ketenangan, hadir di antara bangunan- bangunan yang beraneka ragam.

Interpretasi ini memiliki ciri pemakaian konstruksi atap yang kokoh dan bentuk pilar yang

kokoh. Rumah tradisional Maybrat, Imian, Sawiat, yang merupakan rumah peninggalan adat

kuno dengan karya seninya yang bermutu memiliki nilai arsitektur tinggi sebagai wujud dan

kebudayaan daerah yang sekaligus merupakan salah satu wujud seni bangunan atau gaya seni

bangunan tradisional yang telah berkembang bersama masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat.

Rumah tradisional halit/mbol chalit dan k’wiyon/mbol wofle merupakan kerangka bangunan

utama dari rumah adat Maybrat, Imian, Sawiat, yang terdiri atas hafot berupa empat tiang utama

dengan pengeret “sur jiet” (empat penopang), atau Struktur rumah Maybrat, Imian, Sawiat, yang

seperti itu, selain sebagai penopang struktur utama rumah, juga sebagai tumpuan atap rumah

agar atap rumah bisa terbentuk. Pada arsitektur bangunan rumah halit-mbol chalti dan

k’wiyon/mbol wofle, seni arsitektur bukan sekadar pemahaman seni konstruksi rumah, juga

merupakan refleksi nilai dan norma masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, sebagai pendukungnya.

Kecintaan masyarakat Maybrat, Imian, Sawiat, pada cita rasa keindahan, bahkan sikap

religiusitasnya terefleksikan dalam arsitektur rumah dengan gaya ini. Kolom pada rumah

halit/mbol chalit dan k’wiyon/mbol wofle berjumlah genap. Hal ini merupakan tata aturan dalam

mendirikan rumah adat suku Maybrat, Imian, Sawiat. Bahwa setiap rumah adat suku Maybrat,

Page 30: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

40

Imian, Sawiat, jumlah kolom bangunan harus genap, tidak boleh ganjil. Kolom rumah halit/mbol

chalit dan k’wiyon/mbol wofle tersebut disusun sesuai dengan titik sudut, sebagai keseimbangan.

Karena bangunan halit/mbol chalit dan k’wiyon/mbol wofle ini merupakan aliran arsitektur

Maybrat, Imian, Sawiat, yang keseluruhannya merupakan hasil dari ilmu pengetahuan dan

kebudayaan Maybrat, Imian, Sawiat, sehingga sistem keseimbangannya dibentuk dengan kolom

yang genap, dengan 4 kolom utama sebagai struktur sebagai hafot.

Bahan bangunan rumah adat Maybrat, Imian, Sawiat, pada umumnya menggunakan Kayu

(ara) sebagai konstruksi, rotan (to) sebagai pengikat, daun pandanus (kain dan afi) sebagai

penutup atap dan kulit kayu (hri ara) sebagai penutup dinding. Adapun dilakukan doa syukuran

kepada Tuhan untuk memohon berkat serta memohon kuasa Allah memagari rumah tersebut

yang dibangun tersebut. Kita akan lihat jenis-jenis rumah tradisional ini dalam bentuk gambar

berikut dibawah ini:

Page 31: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

Halit myi/mbol chalit Halit wyan/ Tipe Rumah gantung Tipe Rumah Kebun Tipe rumah bersalin Tipe rumah tinggal semi moderen Samu snek/mbol snek Tipe Benteng Pertahanan Tipe Rumah Nelayan Tipe rumah bujang laki

Samu ku ano/mbol nangli Tipe Rumah Bujang Perempuan

Gambar : II.10. Klasifikasi Tipologi B

Sumber.

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

/mbol chalit Halit wyan/mbol chalit Samu kre/mbol chonon Samu/amah /Tipe Rumah gantung Tipe Rumah Kebun Tipe rumah bersalin Tipe rumah tinggal semi moderen

mbol snek Samu mambo/mbol se Samu ku Sme/Tipe Benteng Pertahanan Tipe Rumah Nelayan Tipe rumah bujang laki

mbol nangli K’wiyon/Mbol Wofle mpuan Tipe rumah Sekolah/Kemah/Tabernakel

fikasi Tipologi Bangunan Rumah Tradisional Maybrat Sumber. Hamah Sagrim - Laporan KKL I UWMY, 2009

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

41

Samu kre/mbol chonon Samu/amah /mbol Tipe Rumah gantung Tipe Rumah Kebun Tipe rumah bersalin Tipe rumah tinggal semi moderen

Samu ku Sme/mbol nadla Tipe Benteng Pertahanan Tipe Rumah Nelayan Tipe rumah bujang laki-laki

Tipe rumah Sekolah/Kemah/Tabernakel

angunan Rumah Tradisional Maybrat Imian Sawiat

Page 32: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

42

E. Teknologi dan Teknik Membangun

E.1. Teknologi

Betapapun sederhananya sebuah bangunan, apalagi bangunan itu berupa rumah, teknologi

pasti dibutuhkan. Tidak ada satu sistem bangunanpun yang tidak memerlukan teknologi. Bahkan

kaum cerdik pandai mengatakan bahwa teknologi sama tuanya dengan usia manusia itu sendiri.

Sejak permulaan manusia ada, sejak masyarakat yang paling primitif pun, teknologi sudah

merupakan bagian mutlak dari kehidupan manusia itu sendiri. Benyamin Franklin, salah seorang

pemikir masyur pernah mengatakan bahwa manusia adalah “binatang pembuat alat”. Untuk

keperluan hidupnya, manusia memang memerlukan alat. Untuk berburu diperlukan pana atau

jubi, tombak, untuk mancing diperlukan pancing untuk mencari ikan di laut, juga diperlukan

jaring, jala, sampan, dan seterusnya. Kecakapan untuk membuat peralatan itu juga

penggunaanya merupakan syarat bagi kehidupan manusia yaitu bagi kelanjutan eksistensi

hidupnya. Kecakapan untuk membuat dan menggunakan alat itulah yang disebut teknologi.

Secara kasar teknologi adalah “perpanjangan tangan manusia”.

Teknologi pembuatan rumah (tempat tinggal) tidaklah rendah, hal ini dapat dilihat pada

karya arsitektur tradisional di tanah air. Baik arsitektur tradisional Jawa, Bali, Batak,

Minangkabau, Toraja ataupun Wamena Papua, sudah tampak tingkatan mutu nilainya yang

cukup tinggi. Begitupula rumah tinggal Suku Maybrat, Imian, Sawiat, walaupun berbentuk

sangat sederhana namun tidak lahir secara mendadak. Rumah tinggal tradisional Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, telah berabad – abad teruji kekuatannya, ia setua masyarakat Suku Maybrat,

Imian, Sawiat, itu sendiri.

Kekuatan dan ketangguhan kehadapan zaman telah terbukti dari waktu ke waktu. Teknologi

pembuatannya menunjukkan keseimbangan antara kekuatan daya topang tiang – tiang gapit

dengan besarnya bangunan, sehingga nampak seimbang (harmoni) dengan alam dan kehidupan

sekitar.

E.2. Teknik Membangun

Membangun rumah bagi warga suku Maybrta, Imian, Sawiat, tidak terlalu rumit seperti

terdahulu karena dilakukan secara gotong royong, walupun tukang yang khusus tidak ada.

Membangun atau mendirikan rumah banyak yang perlu diperhatikan dan dipertimbangkan

karena erat hubungannya dengan kesibukan dan tenaga.

E.3. Utilitas dan Perlengkapan

Page 33: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

43

Untuk keperluan air bersih atau air tawar, tidak begitu sulit bagi suku Maybrat, Imian,

Sawiat, karena Banyaknya persedian air tawar disepanjang wilayah Hunian. Untuk pembuangan

limbah manusia, biasanya para warga ditanah daratan memanfaatkan WC umum dan bagi warga

yang mampu sudah memilikinya sendiri. Namun bagi warga yang tinggal di perairan laut

biasanya pembuangan limbah langsung ke laut.

Untuk keperluan penerangan, Di Distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sudah menggunakan

listrik yang disediakan oleh PLN setempat, namun Distrik Sawiat menggunakan listrik tenaga

suria (solar sel). Dilingkungan permukiman ini juga sudah disediakan jaringan telepon (Wartel)

di distrik Ayamaru, Aitinyo dan Aifat sedangkan Distrik Teminabuan, Sawiat, menggunakan

telepon dari PT. Telkom dan untuk Teminabuan sudah menggunakan HP. Sehingga warga yang

bererokonomi mampu sudah dapat menikmatinya.

F. Iklim Sebagai Faktor Pembentukkan Kenyamanan Thermal

Valuasi atau penilaian kembali terhadap perancangan dan pembangunan tempat tinggal yang

telah ada terhadap teori-teori kenyamanan, terutama yang berhubungan dengan pengaturan dan

penyediaan pencahayaan dan penghawaan, sangat diperlukan untuk mendapatkan gambaran yang

lebih jelas di lapangan. Bagaimana sebenarnya pengetahuan masyarakat di sekitar kita tentang

pemanfaatan iklim pada bangunan tempat tinggal mereka. Dan bagaimana mereka

menerapkannya.

Berabad-abad lamanya sejak sejarah mulai mencatat, manusia selalu belajar, meneliti, dan

berusaha melindungi tempat kediamannya dari pengaruh-pengaruh buruk yang ditimbulkan oleh

iklim terutama dalam hal pencahayaan dan penghawaan. Tetapi sebaliknya, manusia juga

berusaha untuk mempelajari dan meneliti pengaruh-pengaruh yang baik dan menguntungkan

untuk dapat dimanfaatkan dengan tepat. Sejarah membuktikan, bahwa manusia telah beradaptasi

dengan lingkungannya secara alami. Hal ini dapat kita lihat pada bentuk arsitektur pada beberapa

tempat di belahan bumi:

a) Orang-orang Eskimo, dengan rumah-rumahnya yang terbuat dari es, menempatkan iglonya

sedemikian rupa sehingga pintunya berada searah dengan jalannya angin setempat (yang

biasanya sangat dingin dan kencang).

b) Orang-orang Indian di Amerika menempatkan pintu utama searah dengan angin.

c) Orang-orang Jepang membuat teritis atap yang lebar untuk melindungi ruangan-ruangan

terhadap pengaruh buruk sinar matahari, angin, dan hujan. Teritis atap tersebut dibuat

Page 34: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

44

dengan ukuran yang tepat, sehingga pada musim hujan ruangan masih dapat dibuka selebar-

lebarnya, sedangkan pada musim dingin sinar matahari masih dapat masuk dengan leluasa

ke dalam ruangan.

d) Negara India dengan mataharinya yang sangat terik dan hawa yang sifatnya panas kering,

membutuhkan penonjolan-penonjolan teritis yang cukup lebar dalam usahanya untuk

mencapai suasana dan iklim yang sejuk di dalam ruangan.

e) Orang Maybrat, Imian, Sawiat, dengan mataharinya yang terik tajam dan hawa yang panas

pada siang hari dan dingin pada malam hari sangat memperhitungkan sudut jatuh teritis atap

yang panjang hingga menutup bagian tubuh bangunan agar mampu menangkal tembusnya

sinar matahari pada siang hari, dan memberikan kehangatan pada malam hari yang dingin.

Iklim memegang peranan penting di dalam perancangan dan perencanaan bangunan,

perencana diwajibkan mempergunakan pertimbangan-pertimbangan seperti: aspek-aspek

penghawaan, kenyamanan, ventilasi, orientasi, penetrasi panas, dan refleksi sinar matahari untuk

pencahayaan alami. Aspek-aspek tersebut selanjutnya akan mempengaruhi pemilihan bahan

bangunan dipakai.

Aspek-aspek perencanaan bangunan seperti tersebut di atas, sangat ditentukan oleh jenis iklim

yang berlaku. Indonesia, dengan iklim tropis lembab, perencanaan bangunan harus dapat

menanggulangi hal-hal negatif yang ditimbulkan oleh jenis iklim ini, seperti rasa silau dan panas

yang dirasakan oleh penghuni bangunan atau angin yang sangat kencang. Atau sebaliknya,

bagaimana memasukkan cahaya pada ruang-ruang di dalam bangunan, dan mengalirkan udara

segar ke tiap ruang yang ada pada bangunan tempat tinggal mereka.

F. Iklim dan Proses Terjadinya Iklim

Iklim adalah perubahan kondisi cuaca yang relatif tetap dan secara berkala karena

pengaruh perputaran bumi (diteliti 10-20 tahun sekali), hasilnya berupa: tropis, sub tropis,

dingin dan lain-lain. Sedangkan cuaca merupakan perubahan kondisi udara yang sifatnya

setempat, dalam kurun waktu pendek, dan terjadi akibat bentang alam seperti pantai gunung

dan padang rumput.

Iklim suatu lingkungan atau regional merupakan suatu keadaan atmosphere yang

dipengaruhi oleh lima buah unsur penting berikut:

1. Suhu udara.

2. Kelembaban

Page 35: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

45

3. Angin

4. Curah hujan

5. Radiasi matahari

Unsur-unsur di atas tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Saling tergantung dalam

memberikan karakter dari iklim daerah tersebut. Ada 3 pelaku yang perlu mendapat

perhatian, yaitu:

a) Iklim

- Sinar matahari (MRT)

- Angin (v m/dt)

- Kelembaban (RH%)

- Curah hujan (mm/thn)

- Suhu udara (toC)

b) Modifier

- Pohon

- Dinding

- Screen

c) Manusia.

d) Modifikasi terbatas: pakaian, makanan, aktivitas, kebiasaan

F.2. Iklim Makro dan Iklim Mikro

Iklim mikro adalah faktor-faktor kondisi iklim setempat yang memberikan pengaruh

langsung terhadap kenikmatan (fisik) dan kenyamanan (rasa) pemakai di sebuah ruang

bangunan. Sedangkan iklim makro adalah kondisi iklim pada suatu daerah tertentu yang

meliputi area yang lebih besar dan mempengaruhi iklim mikro. Iklim makro dipengaruhi oleh

lintasan matahari, posisi dan model geografis, yang mengakibatkan pengaruh pada cahaya

matahari dan pembayangan serta hal-hal lain pada kawasan tersebut, misalnya radiasi panas,

pergerakan udara, curah hujan, kelembaban udara, dan temperatur udara.

Sistem lingkungan membentuk bangunan (buildings as a modifier, or climate modifier).

Modifier merupakan cara mengatasi iklim dengan mempergunakan teknologi tepat guna.

Modifier adalah barang buatan yang mampu membuat iklim mikro yang nyaman bagi

manusiaCara mengelola/memanfaatkan iklim makro adalah:

- Membuka jendela pada utara–selatan

Page 36: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

46

- Pohon perlu diletakkan di timur, sebab angin pada bulan Maret-September kering

(tidak membawa uap air), sehingga tidak lembab. Jika menanam pohon di barat,

sebaiknya dipertinggi agar tidak membawa uap air masuk ke ruangan

- Yang dibuka dinding timur, sehingga bila Desember, angin tidak masuk

- Kamar mandi sebaiknya ditaruh di sebelah barat saja agar cepat kering (tidak lembab)

- Angin yang baik adalah yang lewat depan/samping (posisi bangunan tidak

membelakangi angin). Angin dari bawah dan atas tidak baik.

Iklim mikro dipengaruhi oleh faktor-faktor:

� Orientasi bangunan

� Ventilasi (lubang-lubang pembukaan di dalam ruang untuk masuknya penghawaan)

� Sun shading (penghalang cahaya matahari)

� Pengendalian kelembaban udara

� Penggunaan bahan-bahan bangunan

� Bentuk dan ukuran ruang

� Pengaturan vegetasi

F.3. Keseimbangan Energi

Hal-hal yang berpengaruh terhadap keseimbangan energi (thermal performance) adalah:

- Solar Heat Gains (sinar langsung, lingkungan, dll)

- Pemilihan bahan (BJ, kalor jenis, time lag, daya hantar)

- Warna

- Tekstur

- Dimensi (kantor, hotel, apartemen, pabrik)

- Teknologi pembayang dan bentuk perimeter (vertikal horisontal, kisi-kisi, dan lain-lain)

- Teknologi insulasi (reflective, resistive, capacitive)

- Thermal Insulating Properties (dinding, atap, lantai)

- Ventilation System

F.3.a. Teori Energi:

- Sifat: massa dan materi terkecil penyeimbang alam

- Bentuk, gejala: panas, suara, gelombang, cahaya

- Penyebaran: pancaran dan radiasi (tanpa media), dapat dihalangi, dipantulkan,

diserap, dikumpulkan dan ditransmisikan oleh materi lain.

Page 37: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

47

F.3.b. Pembagian Iklim

Hingga saat ini klasifikasi iklim banyak berdasarkan penggunaan dalam ilmu pertanian.

Untuk aplikasi arsitektural, pembagian iklim lebih erat hubungannya dengan faktor

kenyamanan atau comfortable. Dalam hal ini, iklim selanjutnya dapat dibagi menjadi empat

bagian:

a) Iklim Dingin (cold climate)

Masalah utama dari iklim ini adalah kurangnya panas dari radiasi matahari, Suhu udara

rata-rata -15o C, dengan kelembaban relatif yang rata-rata tinggi selama musim dingin.

b) Iklim Moderat

Iklim ini ditandai dengan variasi panas yang berlebihan dan dingin yang berlebihan pula,

namun tidak terlalu menyolok. Suhu udara rata-rata terendah pada musim dingin ialah -

15o C dan suhu terpanas adalah sekitar 25o C.

c) Iklim Panas Kering

Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan, udara kering, suhu udara rata-rata 25o C

– 45o C terpanas dan 10o C terdingin disertai dengan kelembaban relatif yang sangat

rendah.

d) Iklim Panas Lembab

Iklim ini ditandai dengan panas yang berlebihan disertai dengan kelembaban relatif yang

tinggi pula. Suhu udara rata-rata di atas 20o C dengan kelembaban relatif sekitar 80-90 %.

F.3.c. Komponen-Komponen Iklim

Komponen-komponen iklim terdiri atas:

a. Angin (air movement)

Adalah pergerakan udara atau udara yang bergerak. Gerakan mempunyai arah dan

kecepatan (v) serta percepatan (a). Angin merupakan gerak akibat/penyeimbang di dalam

kumpulan partikel-partikel udara. Apabila sebagian partikel-partikel tersebut

mendapat/menerima energi sehingga geraknya semakin cepat – keregangan meningkat

dan berat jenis berkurang yang menyebabkan pergolakan volume udara tersebut terhadap

partikel yang lain.

Page 38: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

48

b. Kelembaban

Adalah Jumlah kandungan uap air dalam satuan volume udara. Iklim laut ditandai dengan

kelembaban tinggi sedangkan iklim kontinental ditandai dengan kelembaban rendah.

c. Curah Hujan

Adalah frekuensi dan banyaknya hujan yang terjadi di suatu daerah.

F.3.d. Iklim dan Arsitektur

Iklim dan arsitektur adalah bagian dari sains bangunan dan sains arsitektur. Sains bangunan

adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara manusia dan lingkungannya. Bangunan dan

shelter dalam hal ini berlaku sebagai pengubah (modifier) lingkungan luar (outdoor environment)

menjadi lingkungan dalam (indoor environment) yang mempunyai atau memenuhi syarat

habitasi dan penghunian bagi manusia.

Faktor-faktor yang harus diperhatikan antara lain:

- Iklim setempat

- Lingkungan panas, suara dan penerangan

- Manusia dan cara habitasinya

- Sistem lay-out bangunan

- Bentuk bangunan

- Sistem konstruksi bangunan

- Pemilihan material bangunan

F.3.e. Hubungan Iklim Dengan Teori Evolusi dan Ekologi Arsitektur

a) Proses Terjadinya Bentuk

- Form determinants

- Function

- Context

- Structure

- Form resolution

- Material dan cara penggunaan

- Metoda dan konstruksi

- Pertimbangan ekonomi dan sumber daya

- Estetika

b) Teori Bentuk Secara Ekologi

Page 39: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

49

Ekologi adalah ilmu yang mempelajari tempat tinggal makhluk hidup atau organisme.

Antara Ekologi dan Arsitektur dan antara evolusi dan perancangan (desain) terdapat

hubungan yang sangat erat. Berdasarkan hubungan yang konseptual ini maka timbulah

prinsip perancangan secara pre scriptis dengan dasar-dasar teori bentuk secara deskriptif

dalam alam ini.

Arsitektur dapat digambarkan sebagai bentuk dari strategi adaptasi manusia dengan

alam, gambaran tersebut bersifat suatu kesatuan yang menyeluruh, keseimbangan yang

dinamis dan penyempurnaan hal-hal yang relatif dan tidak jelas. Dari prinsip-prinsip di

atas maka terjadilah tiga prinsip utama dari penurunan bentuk, yaitu:

- Kesatuan yang utuh antara manusia dan tempat atau lingkungan

- Keseimbangan yang dinamis dari yang teratur dan tak teratur

- Penyempurnaan energi dan informasi

Hubungan antara ekologi dan arsitektur jelas terlihat pada arti asli (secara linguistik)

dari ekologi, yaitu ‘oikos’, kata asli dari ekologi dalam bahasa Greek yang berarti rumah

dan rumah tangga (house dan household). Apabila ekologi diartikan sebagai sains dan

organisme beserta tempat hidupnya (habitatnya), maka arsitektur dapat dipandang

sebagai art dan sains dari organisme manusia dalam merealisir habitasinya pada

lingkungan alam natural.

Bentuk dari organisme adalah hasil dari atau proses Interaksi antara bentuk genetik

dengan lingkungannya. Dalam teori arsitektur secara ekologi, bentuk arsitektur adalah

produk dari interaksi antara perubahan kebutuhan manusia atau fungsi dengan kontak

ekologi manusia.

- Forms follow both function and environment

- Form, function and environment are interdependent

Dalam hubungan dengan teori ini, arsitektur modern mempunyai kegagalan, yaitu:

- Arsitektur modern menolak tradisi sebagai kemungkinan sumber-sumber

kontiunitas untuk variasi di kemudian hari yang lebih kreatif.

- Arsitektur modern mengenyampingkan batas-batas konteks cultural

- Arsitektur modern terlalu memberikan nilai lebih hanya pada strategi adaptasi

arsitektural yang spesifik saja.

c) Bentuk dan Lingkungannya

Page 40: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

50

Alam memberikan tekanan secara langsung kepada proses terjadinya bentuk semua

yang berada di alam ini. Misalnya: bentuk ikan Diodon atau Landak. Di daerah dingin

bentuk ikan tersebut agak bulat dan padat, karena dengan bentuk ini dapat menyimpan

panas lebih lama. Sebaliknya ikan ini di daerah panas berubah bentuknya, menjadi lebih

melebar dan pipih, dengan bentuk ini panas yang diterima lebih cepat dilepas, karena

adanya lingkungan panas yang berlebihan.

Seperti apa yang telah disebutkan oleh Oliver Lodge: “Ignoratu mootu, Ignoratur

Natuna”, yang dapat berarti bahwa “perubahan yang konstan sesuai dengan teori

transformasi”, yaitu apabila “genus” atau spesies yang sama dengan lingkungan yang

berbeda akan memberikan pengaruh proporsi yang berbeda pula. Nampak pula dalam hal

ini dalam bentuk-bentuk tanaman yang berbeda-beda pada iklim yang berbeda.

Demikian pula proses terjadinya “shape” bangunan, shape yang optimum adalah

bentuk yang dapat menerima panas sesedikit mungkin di waktu musim panas, dan

mampu menahan panas sebanyak mungkin pada waktu musim dingin.

d) Bentuk Tata Lingkungan

Iklim mempengaruhi bentuk tata lingkungan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik

tata lingkungan pada beberapa daerah sesuai dengan iklim yang berlaku di tempat

tersebut:

- Untuk daerah beriklim tropis lembab atau panas lembab, jarak antara bangunan

mempunyai pengaruh yang sangat besar. Luasan dinding bangunan dengan

pembukaan untuk ventilasi sebanyak mungkin berhubungan dengan luar sangat

menguntungkan. Hal ini disebabkan karena kenyamanan di daerah tropis lembab

hanya dapat dicapai dengan bantuan aliran angin yang cukup pada tubuh manusia.

Perancangan land scape harus memperhatikan prinsip kelancaran angin yang

mengalir.

- Sebaiknya untuk di daerah panas kering, luasan dinding bangunan dikurangi

sebanyak mungkin untuk tidak berhubungan langsung dengan ruang luar. Antara

bangunan dihindari adanya ruang luar, satu sama lain kompak, sehingga sinar

matahari sangat sedikit yang menimpa langsung bangunan. Bila harus ada ruang

di antara bangunan pun diusahakan agar antara dinding bangunan yang satu

Page 41: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

51

dengan yang lain saling membayangi terhadap sinar matahari. Oleh sebab itu

kecenderungannya bangunan lebih efisien kalau rendah dan masif.

Oleh sebab itu, kepadatan bangunan di daerah tropis lembab kecenderungannya

rendah. Kepadatan bangunan tinggi untuk daerah tropis kering. Untuk di daerah dingin,

bentuk susunan bangunannya cenderung kompak, padat dan mempunyai luasan jendela

yang luas agar dapat menerima panas matahari yang lebih banyak.

e) Iklim Dalam Arsitektur

Untuk mengetahui lebih jauh tentang pengaruh iklim terhadap arsitektur, maka

analisis dapat dilakukan, yang meliputi:

1. Analisis Lahan

Analis ini meliputi adaptasi terhadap lingkungan.

2. Analisa Orientasi

Dicari arah yang terbaik agar didapat lingkungan yang sesuai dengan yang

disyaratkan.

3. Analisis Bentuk

Meliputi analisis dari rancangan bangunan dan komposisi kelompok bangunan.

Desain bangunan secara tunggal berpengaruh pada terbentuknya suatu lingkungan

dalam bangunan tersebut yang merupakan suatu modifikasi lingkungan luar yang

dibentuk oleh kelompok bangunan. Bentuk dari kelompok bangunan ini

mempunyai pengaruh pada lingkungan luar yang terjadi. Kepadatan bangunan

mempunyai pengaruh besar pada pembentukan iklim lingkungan luar.

4. Analisis Sistem Konstruksi

Sistem konstruksi berpengaruh pada proses modifikasi iklim atau lingkungan luar

menjadi lingkungan dalam yang terhuni dengan baik. Dengan analisa-analisa di

atas dapat diketahui gradasi pengaruh iklim pada setiap langkah perencanaan

f) Pengaruh Iklim Terhadap Manusia

Fungsi utama dari arsitektur adalah harus mampu menciptakan lingkungan hidup

yang lebih baik dengan cara menanggulangi tekanan iklim yang ada. “Stress” yang terjadi

harus sesedikit mungkin. Suatu sistem guna mencapai kondisi keseimbangan antara iklim

dan arsitektur sulit sekali untuk diketengahkan, sebab dalam hal ini banyak sekali cabang

ilmu yang tersangkut paut.

Page 42: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

52

Usaha untuk menyeimbangkan antara iklim dan arsitektur, dilakukan dengan

memanfaatkan unsur-unsur iklim yang ada, seperti angin, suhu udara, dan lain-lain,

sehingga akhirnya manusia dapat memperoleh kenyamanan yang diharapkan.

Kenyamanan dapat dikategorikan dalam tiga bentuk, yaitu:

1. Kenyamanan thermal

2. Kenyamanan visual

3. Kenyamanan audial

Dalam hal ini terutama membahas masalah kenyamanan termal pada bangunan kecil

(tempat tinggal).

G. Kenyamanan Thermal

G.1. Tingkat Perencanaan Lingkungan Binaan Dalam Aspek Kenyamanan Thermal

Aspek kenyamanan thermal untuk perencanaan lingkungan binaan mencakup:

1. Eksterior bangunan 2. Interior 3. Selubung bangunan. Perencanaan terhadap masing-

masing cakupan di atas berkaitan dengan bentuk bangunan, seperti: ketinggian lantai

bangunan, bentuk massa dan dimensi bangunan.

G.2. Perencanaan Untuk Bangunan Satu Lantai Eksterior Bangunan

Gubahan massa bangunan, merupakan hal penting yang harus diperhatikan dalam

perencanaan. Gubahan massa sendiri dipengaruhi oleh:

- Bentuk bangunan

- Jarak bangunan

- Ketinggian bangunan

- Kondisi bangunan di sekitarnya

- Vegetasi (penutup tanah, perdu, pohon, dan lain-lain)

- Bentang alam (danau, sungai, tebing, bukit, dan jurang)

- Kondisi iklim mikro

- Perkerasan tanah.

- Gubahan massa bangunan bertujuan untuk:

- Mengendalikan radiasi matahari

- Mengendalikan angin dan kelembaban.

Page 43: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

53

- Pada bangunan satu lantai, udara yang masuk adalah udara lembab yang menimbulkan

dan meningkatkan kelembaban udara dalam ruangan. Penambahan vegetasi pada ruang

luar harus diperhitungkan supaya pengaliran udara ke dalam bangunan dapat berfungsi.

Jarak vegetasi ke bangunan (s), tergantung dari tinggi (h). Pertimbangan terhadap vegetasi

sama halnya ketika kita membicarakan pagar bangunan. Pagar menghalangi aliran udara ke

rumahKetinggian dan bentuk pagar jangan sampai menghalangi pengaliran udara ke bangunan.

Pagar sirip dapat mengalirkan aliran udara ke rumah. Rumah ditinggikan dari tanah, sehingga

pagar tidak menghalangi pengaliran udara.

G.2.a. Interior Bangunan

Pada siang hari terjadi proses pemanasan, dan pada malam hari terjadi pelepasan panas

(pendinginan). Proses pendinginan secara berantai (melalui fase-fase) pada bangunan satu lantai

tetap efektif, tapi tidak untuk bangunan berlantai banyak. Massa udara menghambat radiasi dan

konduksi, digantikan dengan konveksi. Kondisi ini disebut dengan efek termos. Jadi, semakin

banyak udara akan menguntungkan.

Untuk memahami secara baik bagaimana pengaruh lingkungan luar terhadap bangunan,

dapat diketahui dengan memahami bagaimana perambatan panas yang terjadi pada bangunan.

Pada dasarnya perambatan panas terjadi secara bertingkat.

Perambatan panas tersebut berupa:

1. Konveksi

2. Radiasi

3. Konduksi (atap – dinding)

4. Evaporasi

Bentuk bangunan, seperti bentuk atap, dapat mempengaruhi perambatan panas pada

bangunan. Bangunan dengan bentuk atap datar akan menghantarkan radiasi yang lebih besar

daripada bangunan dengan bentuk atap miring. Hal ini disebabkan karena pada bangunan dengan

atap datar, panas yang diradiasikan ke dalam bangunan jatuhnya tegak lurus dan langsung masuk

ke fase 2.

Sedangkan pada bangunan dengan atap miring, panas yang masuk terlebih dahulu masuk ke

dalam ruang atap, ditahan dulu oleh udara (mengalami konveksi), sehingga panas yang masuk ke

fase 2 lebih kecil.

Page 44: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

54

Selain bentuk bangunan, bentuk ruangan juga berpengaruh terhadap kenyamanan. Berikut ini

kita lihat perbandingan kenyamanan pada beberapa bentuk ruang dengan luas yang sama. Bentuk

lingkaran merupakan bentuk ruang yang memiliki kenyamanan yang paling tinggi, karena zona

pori-porinya kecil dan jaraknya sama rata dari titik pusat geometri.

G.2.b. Selubung Bangunan

Aspek interior, eksterior dan selubung bangunan dapat saling mempengaruhi dalam

perencanaan bangunan. Untuk memperoleh kenyamanan, bangunan yang mempunyai ruang

kecil-kecil akan mempunyai dinding yang tebalnya berbeda dengan bangunan yang mempunyai

ruang-ruang yang besar.

Hal ini disebabkan karena bangunan dengan ruang-ruang yang kecil, dindingnya akan

menyimpan panas yang lebih besar. Sedangkan bangunan dengan ruang yang lebih besar, lebih

lambat panas dan lambat dingin (time lag besar). Untuk bangunan kecil, kenyamanan termal

dapat dicapai dengan:

1. Dinding lebih tipis, volume dinding berkurang

2. Menggunakan material dinding dengan kapasitas panas (kemampuan menyimpan panas)

kecil. Kapasitas panas berhubungan dengan massa jenis. Massa jenis A lebih besar dari

massa jenis B, setara dengan kapasitas panasnya.

3. Menggunakan material dinding dengan konduktivitas panas (kemampuan menyalurkan

panas) besar.

Untuk pemilihan bahan, kriteria yang harus diperhatikan:

1. Bangunan Kecil:

- Konduktivitas panas besar.

- Kapasitas panas kecil.

Pilihan Bahan Dapat Berupa:

- Bambu atau kayu, karena bersifat insulasi, yaitu kapasitas panas kecil dan konduktivitas

panas kecil.

- Hindari bahan logam, karena bersifat konduktor, yaitu kapasitas panas besar dan

konduktivitas panas juga besar.

2. Bangunan Besar:

- Konduktivitas panas boleh besar

- Kapasitas panas boleh besar

Page 45: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

55

G.2.c. Teori Kenyamanan Thermal

OT : Operational Temperatur, yaitu temperatur di luar bangunan, campuran antara panas sinar

matahari dan suhu udara

ET : Effective Temperature, yaitu temperatur di dalam bangunan.

ET tidak dipengaruhi oleh sinar matahari, tapi oleh jumlah uap air yang terkandung di udara. ET

akan efektif jika kelembaban terkontrol serendah mungkin sehingga suhu tubuh bisa turun

karena penguapan lancar.

CET, merupakan koreksi terhadap ET, karena ET lebih banyak melibatkan faktor iklim,

untuk bangunan bertingkat. Pada basement ET = OT = CET

1) Manusia dan kenyamanan thermal

Agar manusia survive maka keseimbangan panas (thermal balance) harus terjaga baik,

yang artinya heat loss (panas yang hilang) harus sama dengan heat production (panas yang

dihasilkan) dari tubuh.

Thermal comfort dipengaruhi oleh dua faktor:

a. Faktor fisik (physical environment)

- Suhu udara

- Kelembaban relatif

- Kecepatan angin

b. Faktor non fisik (non physical environment)

- Jenis kelamin

- Umur atau usia

- Pakaian yang dipakai

- Jenis aktivitas yang sedang dikerjakan

Di wilayah Indonesia sendiri, khususnya di daerah Jawa, nenek moyang orang Jawa sejak

zaman purbakala selalu menghadapkan pintu utama rumahnya ke arah selatan atau utara.Orang

Minangkabau memilih bentuk atap rumahnya yang tinggi serta curam, orang Maybrat, Imian,

Sawiat, untuk medirikan rumah k’wiyon/mbol wofle pintunya menghadap kea rah selatan dengan

atapnya yang tinggi dan curam. Hal ini dilakukan untuk mengisolir teriknya matahari yang

berlebihan dan memudahkan pengaturan air hujan yang seringkali jatuh dalam jumlah besar.

Rumah-rumah di Kalimantan, Sulawesi, Papua dan Priangan umumnya didirikan di atas tiang-

Page 46: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

56

tiang atau umpak. Hal ini baik untuk mengurangi dan menghilangkan kelembaban di dalam

ruangan.

Pada dasarnya, ada tiga faktor terpenting yang menyangkut bahan-bahan pemikiran dalam

melaksanakan suatu perencanaan bangunan, yaitu:

1. Manusia dengan kebutuhannya

2. Pengaruh iklim

3. Bahan bangunan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kenyamanan ruang:

1. Pergerakan udara

2. Suhu udara

3. Kelembaban udara

4. Radiasi

2) Lingkungan thermis

Faktor penting yang berpengaruh dalam perancangan lingkungan panas untuk bangunan

ialah:

a. Batasan minimum dan maksimum dan kenyamanan thermis (thermal comfort) pemakai

bangunan. Misalnya thermal comfort untuk orang Indonesia ialah antara 25,4 – 28,9

derajat Celcius.

b. Gambaran tentang iklim setempat, yaitu suhu udara, kecepatan angin, kelembaban relatif

dan solar radiasi.

c. Prosedur perancangan serta kelakuan fisik dari material bangunan dan sistem konstruksi

bangunan.

Faktor penting yang menentukan respon panas dari bangunan ialah:

1. Kemampuan menyimpan panas dari semua elemen bangunan

2. Kemampuan mengisolasi panas dari semua elemen bangunan

3. Radiasi matahari langsung dan tak langsung

4. Sistem penghawaan

5. Produksi panas dalam ruang, misalnya dari manusia, sistem penerangan.

3) Pengukuran Kenyamanan Thermal

Untuk mengetahui kenyamanan thermal, perlu adanya ukuran pasti terhadap kenyamanan

thermal, yang menjadi patokan terhadap unsur-unsurnya di dalam perancangan arsitektur.

Page 47: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

57

Kenyamanan thermal merupakan aspek alam yang mempengaruhi manusia secara langsung dan

dapat dikendalikan oleh arsitektur/lingkungan binaannya (primer/utama).

Alat-alat ukur yang dipakai untuk mengetahui ET (Effective Temperature)

- Tunggal (thermal comfort meter)

- Parsial

V : Anemometer

MRT : Bola hitam

T : Termometer udara

RH : Termometer/ hygrometer ( termometer sling)

4) Suhu Udara

Suhu udara diukur dengan termometer. Jenis-jenis termometer:

- Termometer air raksa,

- Termometer alkohol

- Termometer elektronis (thermocouple)

Kelebihan dari termometer ini adalah sangat teliti, hingga 50 angka di belakang koma. Kegunaan

thermocouple:

- Mengukur suhu udara

- Mengukur suhu permukaan

- Konduktivitas/Isolasi

- Time fag

- Kapasitas panas tidak langsung

5) Kecepatan Angin

Kecepatan angin adalah perpindahan udara tiap satu satuan waktu. Satuannya: m/dt atau

m/menit. Kecepatan angin berbanding lurus dengan tekanan udara. Kecepatan angin diukur

dengan anemometer. Ada 2 jenis anemometer, yaitu:

- Mekanis – elektronis

Kecepatan angin memicu beda potensial pada anemometer. Alat ini bisa mengevaluasi

pergerakan dan kecepatan angin, serta mengukur kontur kecepatan angin pada denah dan

bagian yang kecepatan anginnya tinggi atau rendah.

6) Kelembaban Udara Relatif

Page 48: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

58

Disebut relatif karena ditentukan oleh suhu udara, misalnya kelembaban pada suhu 20°C

dengan kandungan air dalam mg/m3, berbeda dengan kelembaban pada 30°C dengan kandungan

air dalam mg/m3. Kandungan air ini sangat tergantung pada suhu udara. Saat suhu udara naik,

kandungan air juga naik.

Alat ukur:

- Higrometer

Panjang pendeknya pengukuran dipengaruhi oleh kandungan air dalam udara (%)

Contoh: 100%, merupakan udara jenuh. Pada suhu tertentu, udara tidak mampu

menerima air lagi (bila diberi air lagi, pasti mengembun). Daerah tropis, angka

kelembabannya 70% – 90%. Pada saat hujan bisa mencapai 100%.

- Termometer sling – Termometer bola basah dan kering

Cara kerja higrometer:

� Penguapan air pada thermometer akan menurunkan suhu (perlu kalor

untuk penguapan). Dengan berkurangnya kalor, suhu akan turun.

� Berdasarkan suhu, dapat diketahui berapa kelembabannya.

Untuk menentukan suhu kenyamanan thermal, diperlukan:

• DBT ( Dry Bulb Temperature )

• WBT ( Wet Bulb Temperature )

• Temperatur bola basah dan kering

Untuk mencari kelembaban dari DBT dan WBT digunakan tabel yang disebut

psychometric chart. Saat radiasi masuk ada faktor GT (masuknya MRT,

digunakan bola hitam /GT)

Untuk menentukan suhu kenyamanan thermal dapat digunakan Nomogram

ET. Dengan menambah kecepatan angin, kelembaban bisa turun, suhu juga

kemungkinan besar turun. Kelembaban udara rendah bisa menurunkan suhu

dengan menambah kecepatan udara bergerak (angin). Pada saat GT tinggi

(temperatur bola hitam tinggi), maka jalan yang bisa ditempuh adalah mengurangi

radiasi misalnya dengan cara membentuk shading dan pepohonan (self shading).

Menurut CC. Webb temperatur nikmat adalah 26o C dan menurut Bedfort

temperatur nikmat dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:

S = P + 0,25 (tl + ts) + 0,1 X – 0,1 (37,8 – tl) V

Page 49: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

59

Dimana:

S = angka kenikmatan

P = angka konstanta = 10,6 (untuk tropis lembab/pada musim panas)

tl = suhu udara (o C) (ditempat teduh)

ts = temperatur udara pada pancaran cahaya matahari (oC)

X = kelembaban absolut (g/kg)

V = kecepatan angin (m/detik)

Berdasarkan perhitungan tersebut, dapat diketahui nilai S (angka kenikmatan)

yang bila bernilai +3 berarti sangat panas, bila S = +2 berarti panas, S = +1 berarti

panas nikmat, dan bila S = 0 berarti nikmat, dan bila S = -1 termasuk dingin, dan

jika nilai S = -2 dikategorikan sangat dingin. Siklus Kenyamanan Thermal dan

Potensi Pendinginan Pasif (Passive Cooling) Pengendalian suhu (ET) secara pasif

/ pendinginan pasif:

1. Suhu udara

Pagi hari tidak terlalu dingin. Malam hari tidak terlalu panas

2. RH (Termometer/ hygrometer)

Pagi hari tidak terlalu lembab, malam hari tidak terlalu lembab, siang

tidak terlalu kering

3. V (kecepatan angin)

Meningkatkan kecepatan angin di pagi/sore hari dan menurunkan

kecepatan angin di siang hari.

7) Potensi Pendinginan Pasif:

- Pada siang hari :

- Suhu udara tidak tinggi (kita berkeringat)

- RH naik/tinggi

- Kecepatan angin tinggi

� Manfaat kecepatan angin tinggi adalah untuk :

- Mengurangi RH dalam bangunan sehingga suhu turun

- Membawa keluar udara panas Pada pagi hari

- V luar tinggi

- RH tinggi

Page 50: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

60

- T luar rendah

Jendela harus ditutup agar kelembaban udara tidak masuk dan suhu dalam ruangan tidak

keluar. Pendinginan pasif dengan insulasi panas dapat dilakukan dengan cara;

1. Reflective (memantulkan)

2. Resistive (tahan panas)

- Atap merupakan bagian bangunan yang paling banyak menerima radiasi matahari

- Atap sebaiknya bersifat resistive terhadap radiasi matahari

- Atap juga sebaiknya bersifat reflektif terhadap pancaran radiasi panas (bukan cahaya)

3. Capacitive (menyimpan)

Mengatur udara yang masuk (pengendalian thermal) dengan memasukkan udara lewat

pembukaan-pembukaan.

Hal ini dapat dilakukan dengan:

- Menabung panas

- Menunda 15 jam, dari jam 3 sore (paling panas) sampai jam 6 pagi (paling dingin),

dengan bahan yang mampu menunda panas selama 15jam, sehlngga pada pagi hari

menjadi dingin.

Radiasi matahari tertinggi pada pukul 12 siang, tetapi udara dan panas bumi perlu waktu

untuk mengumpulkan panas sekitar 2-3 jam, sehingga bumi terpanas pada pukul 13.00-14.00

(menjadi panas sekali sebab radiasi matahari ditambah dengan udara panas).

8) . Pengaruh Kenyamanan Terhadap Prestasi Kerja

a. Pengaruh suhu udara yang terlalu tinggi.

- Bila suhu lingkungan jauh lebih tinggi di atas suhu tubuh, maka tubuh akan

berkeringat, jika terus menerus akan menyebabkan rasa haus.

- Menurunkan kapasitas dan daya guna kerja serta perubahan denyut nadi (normal:

110/detik).

b. Pengaruh suhu udara terlalu rendah

- Timbulnya rasa dingin (spontanitas)

- cara mengatasi:

• Proses metabolisme dari makanan

• Meningkatkan volume aliran darah untuk memperbanyak pembentukan kalor

• Kontraksi pada otot-otot akibat gerakan-gerakan mengigil

Page 51: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

61

c. Kelembaban

- Tidak punya efek langsung terhadap tubuh dan prestasi kerja

- Kelembaban rendah. Terjadi penguapan pada selaput kendang, tenggorokan,

mengeringkan kulit rambut.

- Sebaiknya kelembaban berada pada daerah selang 30% – 70%. Kelembaban baik

adalah tidak lebih 60% dan tidak lebih rendah dari 20% dan perubahan tidak

melebihi 20% per jam.

d. Gerakan udara

- Di dalam atau di luar ruangan tidak mempunyai pengaruh langsung terhadap

tubuh.

- Pengaruh udara terbesar adalah pada proses penguapan keringat.

- Makin cepat aliran udara g makin cepat penguapan keringat, sehingga kulit akan

terasa lebih dingin.

9) Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kondisi Udara Luar

a. Radiasi Matahari

- Daerah di sekitar garis khatulistiwa akan memperoleh radiasi matahari lebih besar

dan sering sehingga suhu udara daerah tropis relatif lebih tinggi dibanding daerah

lain.

b. Letak atau Ketinggian Daerah

- Daerah pantai suhu udara relatif lebih tinggi dibandingkan dengan daerah

pegunungan.

c. Kepadatan kota

- Jika sangat padat oleh gedung, jalan, sedikit tanaman atau taman kota g suhu udara

lebih tinggi dibanding kebalikannya.

10) Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi udara dalam bangunan

a) Ketebalan Dinding

- Makin tebal dinding makin kecil pengaruh suhu udara luar terhadap suhu udara di

dalam ruangan.

b) Bahan Bangunan

- Berkaitan dengan konduktivitas thermis (k)

- Jika ‘k’ kecil g menghasilkan kalor konduksi yang kecil pula.

Page 52: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

62

Tabel : II.1. Harga konduktivitas thermis beberapa bahan

Bahan K (Btu/jam oF ft)

Udara diam

Aluminium

Asbestos

Bata: – kerapatan rendah

- Kerapatan tinggi

Beton

Gabus: – bentuk rata

- Bentuk butiran

Besi

Kapuk

Rock wool

Pasir (tergantung campuran dan

pengerasannya)

Kayu: – maple

- Oak

- Pinnus

- Redwood

0,168

123,4

0,040

0,416

0,767

0,029

0,023

29,167

0,020

0,2

0,022

1,000

0,100

0,092

0,070

0,061

Sumber: Data Arsitektur, 1999, Gramedia.

c) Jendela Kaca

- Jenis kaca jendela (bahan, tebal)

- Luas jendela

- Warna kaca

d) Atap Bangunan

- Pada daerah bangunan tropis pengaruh radiasi terbesar terletak pada atap

bangunan.

- Jenis-jenis atap:

a. Atap Dasar

1. Terdapat pada gedung-gedung bertingkat tinggi terbuat dari beton atau sejenis,

dan tergolong pada atap berat.

Page 53: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

63

b. Atap miring

2. Terdapat pada rumah tinggal biasa dengan bahan dari kayu, seng, asbestos,

genting atau aluminium.

Antara atap dan langit-langit terdapat ruang kosong (udara), digolongkan pada atap

ringan.Inti: atap datar menerima radiasi matahari lebih besar dibanding atap miring.

e) Warna

Mempengaruhi suhu dalam ruangan yang disebabkan oleh penyerapan radiasi

matahari. Koefisien penyerapan radiasi (L) makin besar (mendekati: 1) untuk warna

hitam (gelap) dan sebaliknya.

H. Strategi Perencanaan Thermal

H.1. Ventilasi

Lubang yang dibuat pada dinding ruang dapat digunakan untuk ventilasi. Fungsi ventilasi

antara lain:

1. Menjaga kualitas udara di dalam ruangan

2. Menghasilkan kenyamanan penghuninya

3. Mempermudah/memperbesar gerakan udara dalam ruangan.

4. Untuk memperlancar penyaluran kalor dari dalam ruangan ke luar bangunan.

5. Ventilasi pada hakekatnya dapat dibedakan dalam beberapa jenis, yaitu:

� Ventilasi alamitergantung dari faktor alam: kecepatan angin, tekanan kecepatan

karena gerakan udara atau aliran angin bergerak penempatannya dapat diatur di

bagian bawah dekat lantai atau di bagian atas dekat atau pada langit-langit.

� Ventilasi buatan

- Kegunaan ventilasi

- Kesehatan

- Suatu ruangan yang sehat ialah bila kebutuhan akan O2 dipenuhi dengan

baik, kira-kira 1/5 dari laju metabolismenya.

- Kenyamanan

- Tujuan ventilasi

- Menghembuskan udara dalam ruangan dan mengeluarkan udara yang

sudah terpakai

- Thermal Insulation

Page 54: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

64

Tipe insulasi berbeda-beda, menurut karakter iklim dan beban panas pada bangunan.

Tipe-tipe tersebut adalah :

1. Reflective : reflector solar radiation

2. Resistive : lapisan convective atau conductive

3. Capasitive : kesenjangan panas dan masa tunggu (waktu tunda)

Letak lapisan insulasi sangat penting artinya dalam proses perambatan panas. Letak

lapisan insulasi seharusnya sedekat mungkin dengan lingkungan luar. Pemakaian lapisan

insulasi pada dinding dan atap perlu diperhatikan. Bila dinding dan atap sudah cukup mampu

menahan, maka lapisan insulasi tidak diperlukan lagi. Jika tetap dipasang insulasi, maka

apabila ada kelebihan panas di dalam, justru kelebihan panasnya terhambat dilepas keluar,

sehingga mengakibatkan suhu naik.

H.2. Pembayangan

Pembayang sinar matahari adalah satu-satunya cara yang efisien untuk mengurangi beban

panas, walaupun rambatan panas juga dapat dikontrol dengan perancangan luas jendela.

Pembayang sinar matahari merupakan usaha pengkondisian thermal dengan menyeleksi sinar

matahari yang masuk ke dalam bangunan dengan menggunakan sun shading (pembayang

matahari). Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pembayangan:

a. Sinar langsung yang membawa panas harus dibayangi

b. Sinar diffuse/tidak langsung/refleksi/terang langit (yang tidak menyilaukan) bila masuk

ke dalam bangunan untuk kebutuhan penerangan alami.

c. Kita perlu mempelajari SBV (Sudut Bayangan Vertikal) dan SBH (Susut Bayangan

Horisontal) Matahari terbit di timur, tenggelam di barat, hanya pada tanggal 21

September dan 21 Maret (panjang siang = panjang malam) atau Equinox.

d. Alat bantu lainnya, Solar Chart (diagram matahari, seperti bola dunia di tengah dan kita

melihat dari atas.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam perancangan pembayang sinar matahari adalah:

a. Mampu mengontrol hantaran panas

b. Jumlah sinar yang masuk yang diperlukan untuk penerangan alam

c. Silau yang terjadi

d. Waktu penyinaran matahari:

Page 55: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

65

Waktu dimana matahari mencapai titik terjauh di sebelah selatan khatulistiwa 21

Desember. Waktu dimana matahari mencapai titik terjauh di sebelah utara katulistiwa 21

Juni. Waktu matahari mencapai titik kulminasi.Waktu matahari mulai memancarkan

radiasinya yang dianggap sudah mulai panas 08.30 – 09.00 pagi.Waktu matahari telah

mengumpulkan radiasi terbanyak selama sehari (15.00) Sudut pembayangannya sendiri

berubah-rubah pada setiap saat, tergantung pada posisi matahari. Oleh sebab itu, ada tiga

macam pembayangan, yaitu:

1. Pembayangan vertikal

2. Pembayangan horizontal

3. Kombinasi pembayangan vertikal dan horizontal

Tipe yang terakhir adalah tipe yang paling efektif, karena sekaligus dapat menyelesaikan

arah sinar vertikal dan horizontal. Secara diagramatis dapat dilihat pada contoh berikut:

Secara terinci, aspek-aspek penting yang harus diperhatikan dalam perancangan pembayang

matahari adalah:

a. Pembayang akan lebih efisien apabila berada di sebelah luar daripada di sebelah dalam

bangunan.

b. Perbedaan efisiensi ini akan lebih nyata apabila pembayang tersebut berwarna gelap.

c. Pembayang luar akan lebih efisien apabila mempunyai warna gelap

d. Pembayang dalam bangunan akan efisien apabila menggunakan warna terang

e. Pemakaian pembayang dalam bangunan akan menyebabkan penambahan panas apabila

menggunakan warna gelap

f. Pembayang matahari sebaiknya dari bahan yang mempunyai kapasitas termis yang

rendah. Maksudnya agar cepat dingin setelah matahari terbenam, sehingga tidak

memberikan rambatan panas ke dalam bangunan. Sebaliknya apabila pembayang

matahari mempunyai kapasitas panas yang tinggi, misalnya beton, panas yang tersimpan

akan dilepaskan dan merambat ke dalam bangunan pada waktu malam hari. Akibatnya

akan menaikkan suhu udara dalam ruangan.

g. Pembayang matahari tidak saja berfungsi menghalangi masuknya radiasi matahari ke

dalam bangunan, namun juga jangan sampai berfungsi sebagai perangkap radiasi

matahari. Apabila radiasi matahari yang terperangkap telah terkumpul cukup, maka

selanjutnya panas sebagian akan merambat ke dalam bangunan. Pembayang matahari

Page 56: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

66

tidak selalu berupa sirip vertikal atau horizontal, atau keduanya secara bersama-sama,

tetapi ide self shading juga merupakan suatu potensi rancang arsitektur, sehingga bentuk

bangunan lebih bisa memberikan arti.

I. Fungsi dan Konsep Rumah Tradisional Suku Maybrat Imian Sawiat Dengan

Pertimbangan Iklim Sebagai Faktor yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal –

Fokus Rumah Hunia

I.1. Analisa Bentuk yang Mempengaruhi Kenyamanan Thermal Rumah halit/mbol chalit.

Pada bagian ini, akan dicoba untuk menganalisis bentuk arsitektur rumah halit-mbol chalit

yang tercipta dari hasil Wiyon/Wofle untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kenyamanan

thermal yang terjadi.

I.1.a. Lokasi

Penetapan lokasi bangunan adalah salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian dalam

konsep wiyon/wofle. Secara arsitektural, lokasi bangunan adalah salah satu faktor yang turut

berperan dalam pencapaian kenyamanan thermal bangunan. Misalnya lokasi didataran rendah

khususnya di daerah pantai kelembaban cukup mendatangkan masalah, disamping dampak-

dampak negatif yang disebabkan tingginya kadar garam. Untuk khusus rumah tinggal suku

Maybrat, Imian, Sawiat, lokasi bangunan cenderung mengikuti garis pantai dan terpencar ke

laut, sebagai konsekwensi dari mata pencaharian mereka sebagai nelayan. Lagi pula ini telah

menjadi aturan dan sudah membudaya bahwa suku Maybrat, Imian, Sawiat, jauh dari laut karena

merupakan tempat penyelamatan mereka. Disamping itu, basis hunian suku Maybrat, dan Imian,

Sawiat, berada di daratan. Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mengenal pola perletakan hunian dalam

tiga kelompok. Di darat dengan orientasi bangunan menghadap ke jalan untuk rumah hunian,

sedangkan untuk bangunan kemah k’wiyon/mbol wofle berorientasi kearah selatan-utara. Lebih

jelasnya dapat dilihat dalam gambar fisual perletakan rumah hunian berikut:

Page 57: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

Dari lokasi perletakan hunian suku

bahwa rumah k’wiyon/mbol wofle

hunian berbeda. Sebagaimana pada gambar, yaitu rumah

rumah yang berada diatas perairan air laut, sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan

angin kencang. Air laut merupakan penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi.

Disamping itu, angin yang bertiup dari arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi,

sehingga bahan-bahan dari logam mudah berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan

garis datar yang menunjukkan bahwa perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air

laut, juga masih dipengaruhi oleh pasang

korosi/kerusakan bahan logam akibat tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yan

diperhatikan untuk mendirikan bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara

daratan dan perairan laut. Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman

dari pengaruh pasang surut air laut. Namun kondisi kelembaban ma

Begitu pula dengan kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika

lokasinya masih berada di wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut.

Sedangkan yang berada di wilayah pegunungan dan jauh

diubahkan. Korosi akibat kadar garam di abaikan.

Gambar: II.11 Lokasi perletakan halit/mbol chalit mengikuti garis pberpencar ke laut. Sumber, Hamah Sagrim,

Laporan KKL II, UWMY 2009

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Dari lokasi perletakan hunian suku Maybrat, Imian, Sawiat, diatas maka

k’wiyon/mbol wofle selamanya berhadapan kea rah selatan-utara, sedangkan rumah

hunian berbeda. Sebagaimana pada gambar, yaitu rumah dengan garis gelombang merupakan

rumah yang berada diatas perairan air laut, sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan

ir laut merupakan penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi.

Disamping itu, angin yang bertiup dari arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi,

bahan dari logam mudah berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan

yang menunjukkan bahwa perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air

laut, juga masih dipengaruhi oleh pasang-surut air laut dan angin kencang. Kelembaban dan

korosi/kerusakan bahan logam akibat tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yan

diperhatikan untuk mendirikan bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara

daratan dan perairan laut. Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman

dari pengaruh pasang surut air laut. Namun kondisi kelembaban masih tinggi sekitar 61%

Begitu pula dengan kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika

lokasinya masih berada di wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut.

Sedangkan yang berada di wilayah pegunungan dan jauh dari air laut dan angin laut telah

diubahkan. Korosi akibat kadar garam di abaikan.

erletakan tiap rumah garis pantai dan Hamah Sagrim,

Laporan KKL II, UWMY 2009

Gambar: II.12. Arah perletakan kemah k’wiyon/mbol wofle dengan arah ke selatan

berdasarkan budaya w(Sumber, Analisis Peneliti, 2011).

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

67

maka, dapat dikatakan

utara, sedangkan rumah

dengan garis gelombang merupakan

rumah yang berada diatas perairan air laut, sangat dipengaruhi oleh pasang surut air laut dan

ir laut merupakan penyumbang besar terhadap kelembaban yang terjadi.

Disamping itu, angin yang bertiup dari arah laut membawa kadar garam yang sangat tinggi,

bahan dari logam mudah berkarat/korosi. Begitu pula dengan rumah dengan

yang menunjukkan bahwa perletakannya berada di peralihan daratan dan perairan air

surut air laut dan angin kencang. Kelembaban dan

korosi/kerusakan bahan logam akibat tingginya kadar garam merupakan konsekwensi yang harus

diperhatikan untuk mendirikan bangunan diatas perairan air laut maupun di peralihan antara

daratan dan perairan laut. Sedangkan untuk rumah yang perletakannya di wilayah daratan, aman

sih tinggi sekitar 61% - 95%.

Begitu pula dengan kadar garam yang mendatangkan korosi, masih perlu diperhatikan jika

lokasinya masih berada di wilayah pesisir pantai dan masih dijangkaui oleh angin laut.

dari air laut dan angin laut telah

12. Arah perletakan kemah engan arah ke selatan-utara,

berdasarkan budaya wiyon/wofle. (Sumber, Analisis Peneliti, 2011).

Page 58: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

68

I.1.b. Orientasi

Orientasi bangunan merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan untuk menciptakan

kenyamanan thermal dalam bangunan. Pengaruh sinar matahari dan angin merupakan dua hal

yang perlu dipertimbangkan dalam penetapan orientasi bangunan yang akan direncanakan.

Namun untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, orientasi bangun huniannya

tidak merupakan pengejawantahan dari hal-hal yang cenderung bersifat mistis. Namun secara

etika sosial yang terjadi, bagi suku bangsa Maybrat, Imian, Sawiat, mengatakan bahwa secara

terhormat bangunan harus menghadap ke jalan. Dilarang atau tidak terhormat membelakangi

jalan karena dianggap sombong dan kurang sopan atau tidak terhormat. Untuk itu, jalan yang

berfungsi sebagai sarana penghubung (kontak sosial) secara tidak langsung juga berpengaruh

terhadap orientasi bangunan. Begitu pula dengan bangunan yang berhubungan langsung dengan

air laut, memiliki larangan mistis, bahwa bangunan harus menghadap ke laut, karena laut

dipercaya sebagai tempat yang memberi penyelamatan. Sebagaimana kepercayaan mereka

bahwa daratan keras/jahat, dan laut lembut/baik.

Dari uraian diatas bahwa ternyata unsur iklim tidak menjadi pertimbangan dalam

penentuan orientasi bangunan, bahkan arah angin dan posisi lintasan matahari bukan merupakan

hal yang penting. Jadi rumah-rumah yang sisi panjang bangunannya tegak lurus dengan arah

angin, dan sisi pendek ditempatkan pada arah timur dan barat yang diketahui sebagai sisi yang

secara tidak disadari turut mewujudkan kenyamanan thermal yang diperlukan.

Gambar: II.13. Posisi Pertapakan Rumah Terhadap Orientasi Matahari dan Arah Angin

Sumber, Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY, 2009

Page 59: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

69

I.1.c. Bentuk dan Denah

Suku Maybrat, Imian, Sawiat, mempunyai ukuran-ukuran tersendiri dalam menentukan

bentuk bangunan. Ukuran-ukuran yang digunakan dalam menempatkan tinggi, lebar, panjang,

dipakai dasar ukuran jengkalan jari disesuaikan dengan panjang kayu yang digunakan untuk

memperoleh ukuran yang serasi, yaitu berupa depan, hasta, siku dan jengkal. Depan adalah

panjang ujung tangan kiri ke ujung tangan kanan jika direntangkan. Hasta adalah panjang dari

ujutng tangan ke ujung pangkal bahu atau sebaliknya. Siku adalah panjang dari ujung tangan ke

siku. Jengkal adalah panjang dari ujung jari ke ujung tengah ujung ibu jari jika tangan

dilebarkan.

Ukuran-ukuran tiap rumah halit/mbol chalit adalah sebagai berikut:

a. Jumlah tiang ke arah memanjang 6 buah, ke arah lebar 4 buah pada bagian teras dan

badan rumah. Jarak antara tiang-tiang menurut pengukuran 2,6 m ke arah memanjang dan

2 m ke arah melebar. Sulit menentukan berapa ukuran depan, hasta, siku atau jengkalnya

secara pasti setiap orang mempunyai ukuran yang berbeda-beda sesuai jengkalan jari

tangannya, lagipula tukang yang membangunnya sudah tidak ada lagi. Untuk ukuran arah

vertikal, tinggi kaki 5-6 m untuk tumpuan kolom pada tanah, sedangkan 9-10 m untuk

tumpuan di atas pohon, tinggi badan rumah berfariasi dari 1,70 m, 3,50 m, 2 m, tinggi

kepala 1,90 m.

Dari uraian diatas dapat dikatakan bahwa bentuk denah yang tercipta dari hasil ukuran-

ukuran tersebut adalah suatu bentuk denah yang pipih, sehingga memungkinkan untuk

diterapkan sistem cross ventilation dan pemanfaatan cahaya matahari kedalam bangunan. Bentuk

seperti ini sangat cocok diterapkan pada daerah tropis lembab, khususnya di wilayah pesisir

pantai sekitar Teminabuan, Inanwatan, Werisar dan sekitar perkampungan dipesisir pantai

lainnya yang kondisi kelembabannya sangat tinggi, seperti di perairan pantai sekitar Sorong

Selatan.

Bentuk rumah bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, harus memiliki tiga syarat, baik bentuk ke

arah vertikal maupun bentuk ke arah horizontal sesuai dengan aturan budaya wiyon/wofle. Arah

vertikal ditandai dengan hafot/sur (kaki), kriras (badan), dan timanaf (kepala). Arah horizontal

ditandai dengan isit (teras), samu tkah (badan rumah), dan ohat (tungku api/dapur). Syarat ini

masing-masing mempunyai arti dan fungsi tersendiri, yaitu hafot/sur (kaki) merupakan bagian

kotor yang dikelilingi oleh makhluk-makhluk jahat sehingga harus di tinggikan. Hal ini tentunya

Page 60: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

70

bermanfaat untuk mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah kolong rumah dan juga

bermanfaat untuk mengantisipasi luapan pasang surut air laut untuk bangunan di perairan laut.

Sumanaf (kepala) yang dilambangkan sebagai yang maha tinggi, suci, serta dipercaya sebagai

tempat makhluk halus. Tentunya keadaan seperti ini sangat baik untuk mengusir panas yang ada

didalam ruang. Samu tkah (badan rumah) yang posisinya ditengah diapit oleh isit (teras), dari

arah horizontal, hafot/sur (kaki) dan timanaf (atap) dari arah vertikal. Hal ini tentunya baik untuk

melindungi ruang aktivitas keluarga dari sinar matahari langsung, hujan, dan pasang surut air

laut. Disamping inti pengetahuan tentang kisaran pasang surut tercermin dari ketinggian lantai

dengan menentukan sekisar 1,5 – 2 m. Lantai yang ditinggikan dapat memberikan jalan untuk

pergerakan udara bawah lantai. Hal ini merupakan solusi yang baik untuk mengatasi

kelembaban. Bentuk rumah halit-mbol chalit dan kaitannya dengan kenyamanan thermal, dapat

diuraikan sebagai berikut:

Rumah halit-mbol chalit merupakan rumah yang berbentuk panggung yang memiliki kaki,

badan dan kepala sebagai konsekwensi dari aturan budaya wiyon/wofle. Tinggi kaki/kolong

berukuran tinggi sekitar 1,70 m keatas dari permukaan tanah. Kondisi ini memungkinkan untuk

mengatasi kelembaban yang terjadi dibawah lantai. Untuk lebih jelasnya dapt dilihat pada

gambar berikut:

Gambar: II.14 Rumah Halit/Mbol Chalit Berdasarkan Budaya Wiyon/Wofle

Sumber, Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

I.1.d. Bukaan-bukaan (Sistem Penghawaan)

Bukaan-bukaan sangat penting peranannya untuk mendapat penghawaan dalam bangunan.

Sistem penghawaan perlu diperhatikan untuk menciptakan kenyamanan dalam bangunan,

terutama pada bangunan rumah tinggal yang menggunakan sistem pendinginan pasif.

Page 61: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

71

Sistem penghawaan untuk pendingin positif perlu diperhatikan: orientasi jendela, dimensi

jendela, disain sistem daun jendela, dan waktu pembukaan jendela. Untuk kasus penghawaan

rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dilihat contoh rumah halit-mbol chalit

berikut:

a. Sistem penghawaan pada rumah halit-mbol chalit yang berada di sisi timur dan barat,

terdiri dari jendela, bukaan keluar yang terbuat dari kulit kayu dan kaca bening, ventilasi

dan kisi-kisi kayu, bukaan pintu dan kisi-kisi kayu pada batasan atas kearah atap dan

kebawah. Ini tidak searah dengan jalur angin, padahal arah angin dari utara. Jadi posisi

bukaan sejajar arah angin. Hal ini tentunya kurang menguntungkan apabila tidak

ditangani dengan sempurna. Pengontrolan dan pembelokan arah angin ke bangunan

sangat diperlukan supaya ventilasi silang atap tetap terjadi. Yang menguntungkan pada

rumah ini adalah ventilasi atap, yaitu kisi-kisi sisa kayu diantara dinding dan atap yang

tidak ditutup dan bukaan sekitar 50,20% dari luas dinding pada sisi utara atau tegak lurus

arah datangnya angin. Namun kondisi ini belum mampu menghapus panas untuk

menurunkan temperatur dalam, khususnya sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00

sore, sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam kondisi hangat yaitu sekitar 28°C

– 30,2°C.

b. Sistem penghawaan pada rumah yang berdiri pada sisi utara dan selatan terdiri dari

jendela, ventilasi dari kisi-kisi kayu. Orientasi bukaan terbesar berada di sisi utara dan

selatan. Hal ini tentunya sangat menguntungkan karena arah angin terbesar pada daerah

ini adalah dari utara, jadi memungkinkan adanya ventilasi silang. Disamping itu,

didukung dengan bukaan sekitar 40,80% dari luas dinding. Namun kondisinya seperti

halnya dengan rumah yang posisi timur dan barat, belum mampu menghapus panas untuk

menurunkan temperatur dalam kasusnya sekitar jam 10.00 siang sampai jam 16.00 sore.

Sehingga kondisi dalam ruang masih berada dalam kondisi hangat, yaitu sekitar 28°C –

29,5°C.

I.1.e. Atap dan Dinding

Atap dan dinding adalah unsur yang harus diperhatikan untuk melindungi bangunan dari

alam luar. Atap merupakan elemen yang paling banyak menerima radiasi matahari secara

langsung. Untuk itu perlu adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari

Page 62: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

72

terhadap ruang bawahnya. Atap bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap

kebasahan/kelembaban dan hempasan.

Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap selain berfungsi untuk

melindungi bangunan dan panas matahari dan kebasahan hujan, atap juga berpengaruh terhadap

kebiasaan mereka, terutama bagi yang berada disekitar laut selalu memanfaatkan atap untuk

menampung air hujan untuk keperluan minum sehari-hari. Untuk itu kemiringan atap pada

rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, rata-rata 30° - 45°. Kemiringan ini tentu saja dapat

merupakan solusi yang baik untuk mempercepat turunnya air hujan dari atap, sehingga dapat

mengurangi kebocoran dan pembusukan pada bahan atap, disamping dapat mengurangi

kelembaban yang datang dari atap. Kemiringan atap juga berpengaruh terhadap besarnya panas

yang diterima. Sebagaimana yang dikatakan Zokolay (1981) bahwa atap datar lebih besar 50%

menerima panas matahari daripada atap miring.

Disamping atap bangunan, dinding juga perlu mendapat perhatian untuk menciptakan kondisi

nyaman dalam bangunan. Dinding yang baik harus senantiasa menjadi pelindung terhadap

radiasi matahari, pelindung terhadap hempasan hujan dan kelembaban dan pelindung terhadap

arus angin luar, serta harus senantiasa memelihara suhu yang diminta di dalam ruang.

Untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi pada bangunan maka dinding harus dibayangi

dan dihindari dari sinar matahari dan dihindari dari sinar matahari langsung. Disamping itu,

bahan dinding sebaiknya mempunyai time lag yang besar namun kerapatan dinding harus diatur

agar tetap memiliki bagian-bagian yang berlubang sebagai ventilasi alami.

Untuk khusus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, bahan dinding terdiri atas

beberapa bahan utama, yaitu Kulit kayu, Papan kayu, gaba-gaba/pelepah sago, dedaunan. Namun

yang masih digunakan hingga sekarang adalah papan kayu yang mempunyai time lag yang kecil,

sehingga panas yang ada langsung diterima dan dipancarkan.

Temperatur ruang luar dan ruang dalam tidak mempunyai perbedaan yang signifikan. Untuk

itu, dinding dan bukaan-bukaan baru senantiasa dilindungi dari sinar matahari.

I.1.f. Overstek

Overstek atau pelindung seperti yang diuraikan didepan sangat besar peranannya untuk

menciptakan kenyamanan dalam bangunan. Overstek yang lebar dan sudut jatuh atap yang

begitu memanjang hingga badan bangunan sangat dibutuhkan untuk menghambat sinar matahari

yang masuk kedalam ruang secara langsung, memberi bayangan peneduh dan melindungi hujan.

Page 63: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

73

Untuk kasus rumah tinggal Maybrat, Imian, Sawiat, overstek atau pelindung sangat

dibutuhkan seperti sisi bangunan. Hal ini tentunya untuk melindungai dinding terutama dari sinar

matahari langsung, mengingat bahan dinding yang digunakan dari papan dan kayu dengan time

lag yang kecil. Namun kenyataan penggunaan overstek/pelindung pada rumah halit-mbol chalit

yang diteliti hanya bagian depan dan belakang yang mendapat perlindungan overstek, sedangkan

bagian sisi kiri dan kanan tidak, atau hanya menggunakan panjangnya ukuran jatuh atap yang

hingga menutup paruh dinding bagian atas. Ukurannya sekitar 80-100 cm.

I.1.g. Material dan Warna

Material dan warna yang digunakan pada bangunan juga perlu mendapat perhatian, karena

kedua unsur ini sangat berpengaruh terhadap penambahan panas di dalam bangunan. Color can

influence of heat absorbed by the building surface that effect internal temperature. Jika

pendinginan fakor utama pada perencanaan bangunan, maka kombinasi bidang dengan warna-

warna muda dan dinding yang mampu melawan panas perlu diperhatikan.

Untuk kasus rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, penggunaan material dan warna

pada atap, dinding dan lantanya dapat diuraikan sebagai berikut:

� Atap

Roof design is the result of geographical condition, climate is the reason for the “slope”,

while the local soil conditions explain the choise of certain “materials”. Pengertian ini

sangat relevan bila melihat kondisi tanah yang sangat lemah daya dukungnya, berupa tanah

lempung dan tanah lumpur sehingga pemilihan material atap bangunan sangat dipengaruhi

oleh daya dukung tanah. Penggunaan material atap dipermukiman kampung Maybrat, Imian,

Sawiat, hanya dijumpai dua jenis, yaitu atap daun dan atap seng. Penggunaan atap daun bagi

suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada faktor ekonomi dalam ukuran sekarang ini,

namun merupakan bahan utama pada zaman lampau (prasejarah). Namun perlu diketahui

bahwa penggunaan atap daun sangat baik untuk meredam pengaruh radiasi matahari karena

tidak menyerap panas, pengudaraan baik, dan warnanya pun merupakan warna alami. Atap

daun ini dapat merefleksi panas antara 20% -23%. Kekurangan/kendala penggunaan atap

daun yaitu, atap ini berongga sehingga mudah mengundang cendawan, lumut, serangga, dan

hama lain yang tidak menyedapkan, bahkan sering berbahaya. Atap ini juga mudah untuk

terbakar. Namun untuk pencegahan terhadap hama dan lain-lain dapat diatasi dengan

pengawetan atau difusi dengan cara mengawetkannya dibawah sinar matahari selama 1-2

Page 64: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

74

bulan tergantung kekuatan bahan yang diawetkan, yang mana jika terlihat pada bentuknya

jika sudah awet baru difungsikan. Namun untuk penduduk yang berada di pesisir air laut,

biasanya mengawetkan dengan menggunakan air garam, dan sinar matahari, hal ini tentunya

menguntungkan untuk penggunaan atap daun. Tapi disisi lain penggunaan atap seng tentu

saja air garam menjadi musuh dan sangat bertolak belakang, karena dapat menyebabkan

korosi sehingga mudah bocor. Penggunaan atap seng bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat,

disamping karena pertimbangan konstruksi modern dan ringan juga terhadap kebiasaan

menampung air hujan, terutama mereka yang berada di air laut. Air hujan dari cucuran atap

seng lebih jernih dan lebih bersih dibanding atap daun. Atap seng dapat merefleksi panas

90% - 70% akibat radiasi matahari. Pada rumah tingga suku Maybrat, Imian, Sawiat, atap

seng rata-rata tidak diberi warna. Warna ini dapat merefleksi panas sekitar 40% - 35%

walaupun demikian penggunaan material ini cepat menjadi panas, sehingga berpengaruh

pada kondisi comfort di dalam ruangan. Untuk itu, guna dapat mengantisipasinya dengan

pasangan plafond dan bukaan jendela yang cukup. Disamping itu, di sisi bawah atap seng

mudah menjadi kondensasi khususnya dipagi hari. Untuk itu, konstruksi kayu yang berada

dibawahnya harus terlindungi benar dari kelembaban. Hal ini dapat diatasi dengan pemberian

cat atau ter dan harus bisa bernafas, artinya hawa udara senantiasa mengalir berputar

dibawahnya. Pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, dapat dikatakan telah

merespon terhadap kondisi ini, dapat dilihat pada pemasangan kisi-kisi kayu yang

memungkinkan terjadinya pengalihan udara.

� Dinding

Material dinding yang digunakan pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat,

umumnya dari Papan Kayu, dan ada yang diberi cat/warna, ada yang memanfaatkan warna

alami kayu, sehingga permukiman kampung nampak ramai dengan warna-warni. Pemilihan

material kayu untuk bahan dinding didasarkan pada pengetahuan warga tentang lingkungan

alamnya, yaitu mereka cenderung memilih kayu yang permukaannya kasar dengan jenis-jenis

kayu tertentu yang sudah dikenal semenjak temurun yang digolongkan sebagai kayu yang

kuat. Dari rumah yang diteliti, hampir keseluruhan rumah hunian suku Maybrat, Imian,

Sawiat, menggunakan jenis kayu yang sama, yaitu kayu besi (ataf), Matoa, dan kayu ulin

yang dianggap berkualitas baik. Materi kayu mempunyai kemampuan pemantulan sekitar

60% - 40% tahan terhadap angin, hujan dan mempunyai kemampuan pengisolasian panas

Page 65: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

75

sedang, serta tingkat penyerapan sekitar 40% - 60% apabila dengan perawatan yang baik dan

konstruksi yang tepat.

Penggunaan warna bagi suku Maybrat, Imian, Sawiat, didasarkan pada pengetahuan

tentang tingginya kelembaban di lingkungan dengan mengikuti pola yang dilakukan oleh

orang Hindia Belanda terdahulu dan juga tentunya untuk memberi nilai estetika. Menurut

pengalaman mereka bahwa dengan memberi warna atau cat pada dinding, lebih dapat

bertahan terhadap basah/lembab daripada tidak sama sekali. Pemakaian cat pada dinding tiap

rumah halit-mbol chalit, semuanya memakai warna yang memiliki daya serap sekitar 20% -

60% atau daya pantul 80% - 35%. Hal ini tentunya dapat membantu untuk mengurangi

perolehan panas dalam bangunan.

� Lantai

Penggunaan material lantai sama dengan dinding, yaitu yang memilih material kayu yang

permukaannya licin. Terhadap pertimbangan pengaruh iklim, pemakaian lantai kayu sangat

mereduksi panas, lagi pula lantai kayu hangat untuk malam hari yang begitu dingin.

Sedangkan kelembaban yang timbul akibat penguapan air di kolong lantai disiasati dengan

konstruksi panggung tanpa penutup kolong, sehingga dapat mengalir dengan baik.

I.2. Pola Penataan Hunian

Pola penataan Hunian permukiman ini boleh dikatakan masih semrawut dan tidak teratur.

Hanya barisan depan menghadap jalan yang berbaris rapi, sedangkan hunian lainnya bersebaran

ke arah laut dan hutan tanpa keteraturan. Pola penataan hunian dikampung agaknya menyimpang

dari teori bahwa untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan yang teratur dalam bentuk

grid dan dengan pola jalan yang saling memotong tegak lurus dengan bangunan sebagai

pembatas tepi akan sangat sesuai, dengan pola yang dimanfaatkan untuk ventilasi dalam

bangunan dan diharapkan menjadi lancar (Gideon S Golony, 1995).

I.2.a. Faktor – faktor Iklim Tropis yang Mempengaruhi Keny amanan Thermal Dalam

Ruang.

Penelitian mengenai kenyamanan thermal baik dari Szokolay (1980), Egan (1975), maupun

dari Santoso (1986), tidak disepakati suatu besaran kenyamanan yang sama. Kenyamanan

thermal tidak dapat diartikan sebagai suatu besaran tetap, tetapi merupakan ambang batas relatif

yang menunjukkan bahwa kondisi iklim tertentu, lingkungan sekitar, jenis kelamin, kelompok

Page 66: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural

usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor

mendukung kenyamanan thermal adalah

FAKTOR FISIOLOGI

Makanan Ras Bangsa Umur Jenis Kelamin Kondisi Tubuh Situasi lingkungan

Sumber: Analisis Peneliti, 2011

Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh

Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya

memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon

seseorang terhadap lingkungan sekitarnya, s

thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan

kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor

kenyamanan thermal tertentu. Untuk lebih jelas

Gambar: II.1 Sumber:

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor

mendukung kenyamanan thermal adalah sebagaimana pada tabel berikut :

Tabel: II.2. Faktor – Faktor Kenyamanan Thermal

FAKTOR FISIOLOGI

FAKTOR PERANTARA

FAKTORFISIK

Pakaian Temperature UdaraAktivitas Temperature dinding

Penyesuaian Kelembaban Musim Gerakan udara

Jumlah penghuni Tekanan Udara Situasi lingkungan Psiko factor Komposisi Udara

Listrik Udara Pengaruh Akustik Pengaruh Mata

Sumber: Analisis Peneliti, 2011

Kehilangan panas pada manusia disebabkan oleh konveksi kondisi, evaporasi dan radiasi.

Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya

memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon

seseorang terhadap lingkungan sekitarnya, sehingga ia akan mampu merasakan kenyamanan

thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan

kelembaban relatif. Kombinasi dan faktor – faktor ini akan menghasilkan suatu nilai

kenyamanan thermal tertentu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram berikut:

Gambar: II.15. Diagram faktor – faktor kenyamanan thermalSumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY- 2009

suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

76

usia, aktifitas dan lain sebagainya. Hal ini diperjelas dengan memperhatikan faktor – faktor yang

FAKTOR

Temperature Udara Temperature dinding

Komposisi Udara

Pengaruh Akustik

konveksi kondisi, evaporasi dan radiasi.

Konveksi sekitar 40%, evaporasi 20%, radiasi matahari sekitar 40% dan konduksi biasanya

memberi kontribusi sangat kecil. Jumlah kehilangan panas ini akan menentukan respon

ehingga ia akan mampu merasakan kenyamanan

thermal yang mana didukung oleh : temperatur udara, radiasi penggerakan udara, dan

faktor ini akan menghasilkan suatu nilai

nya dapat dilihat pada diagram berikut:

hermal 2009

Page 67: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

77

Elemen – Elemen iklim yang mempengaruhi kenyamanan thermal adalah :

I.2.b. Radiasi (Radiation)

Kenyamanan radiasi (thermal comfort) merupakan hal penting dalam menciptakan suatu

kenyamanan dalam ruang. Walau hal ini tergantung pada Radiasi matahari (sun rise).

I.2.c. Temperatur Udara (Air Temperature)

kenyamanan temperatur (thermal comfortable) juga merupakan suatu hal penting dalam

menciptakan suatu kenyamanan di dalam ruang, walau hal ini tergantung dari perasaan pada

bagian subjektif (subjective veeling state) dan perasaan kenyamanan (convortable veeling)

namun ini harus tetap diusahakan agar dapat tercipta, karena walaupun bagaimana manusia

mempunyai kemampuan adaptasi yang terbatas, dan bila hal ini terlampaui maka bisa

mengakibatkan gangguan. Penyelesaian dari masalah ini kaitannya sangat erat dengan faktor

– faktor kenyamanan lainnya sehingga tidak dapat dipisahkan.

Sesungguhnya sangat sukar sekali dalam menentukan ukuran – ukuran kenikmatan secara

tepat oleh karena kombinasi dan pergerakan udara dengan kecepatan 4,57m -7,63m /menit,

suhu udara 20,4°C dan kelembaban 20% - 70%, dan kecepatan pergerakan udara sama

seperti disebutkan di atas. Kombinasi temperature udara, kelembaban, dan kecepatan angin

yang membentuk temperatur nyaman pada saat tersebut di katakan sebagai temperatur

efektif. Lihat tabel beikut:

Gambar : II.16. Diagram Kenyamanan, Menurut Olgyay (Sumber, Lippsmeier, 1994) Dikomposisikan oleh Penulis

Page 68: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

78

I.2.d. Kelembaban dan Curah Hujan (Evaporate and Rain)

Kelembaban udara dapat mengalami fluktuasi yang tinggi, sangat tergantung terutama

pada perubahan temperatur udara. Semakin tinggi temperatur, semakin tinggi pula

kemampuan udara menyerap air. Kelembaban relatif menunjukkan perbandingan antara

tekanan uap air yang ada terhadap tekanan uap air maksimum yang mungkin dalam kondisi

temperatur udara tertentu yang dinyatakan dalam porsen. Udara yang telah jenuh tidak dapat

menyerap air lagi karena tekanan air maksimum telah tercapai. Sedangkan kelembaban

absolut adalah kadar air dari udara yang dinyatakan dalam garam per kilogram udara kering,

dengan cara mengukur tekanan yang ada pada udara dalam kilo pascal (Kpa) atau disebut

juga tekanan uap air.

Kelembaban udara yang nikmat untuk tubuh berkisar 40 – 70%. Padahal tempat – tempat

seperti ditepi pantai, berkisar 80%-98%. Untuk itu diperlukan pengembangan lain demi rasa

comfort tubuh. Dengan kata lain proses penguapan harus dipercepat. Jika kelembaban udara

sudah jenuh, maka tubuh kita tidak bisa menguapkan keringat lagi. Khusus yang tinggal di

daerah pantai harus diingat bahwa angin laut selain membawa kelembaban, jug membawa

kadar garam yang tinggi, yang menyusup dan merusak bahan – bahan logam dimana – mana.

Pengaturan kelembaban dalam ruang juga sangat penting karena kelembaban ruangan

yang tinggi dapat menyebabkan penggemburan permukaan kaca pada musim dingin dan

kelembaban rendah dapat mengakibatkan masalah listrik statis. Di daerah iklim tropis yang

bercurah hujan tinggi, faktor kelembaban harus mendapat perhatian. Kelembaban dapat

membawa bahaya dan kerugian – kerugian. Mengakibatkan dinding – dinding menjadi basah

yang mana bisa mengurangi daya isolasi kalor, sedangkan penguapan kebasahan dinding juga

membuat ruang menjadi dingin, menambah kadar uap air didalamnya. Itu semua mendorong

uap air dalam ruangan untuk berkondensasi. Kelembaban yang tidak ditiup pergi oleh angin

dapat menjadi penyebab ketidaknyamanan di dalam ruang.

Pada kenyataannya orang dipantai tidak terlalu merasa kesal terhadap suhu. Yang paling

dirasakan sebagai penyebab ketidak enakan bukan suhu udara yang terutama, melainkan

kelembaban. Selain itu kelembaban dapat menimbulkan pembusukan pada kayu, pengkaratan

logam – logam.

Page 69: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

79

Gambar: II.17. Diagram psikometerik, menurut lippsmeier (Sumber, Lippsmeier, 1994 ) Dikomposisikan Oleh Penulis

I.2.e. Pergerakan Udara (Air wave)

Penggerakan udara terjadi karena disebabkan oleh pemanasan lapisan – lapisan yang

berbeda – beda. Angin yang diinginkan, angin lokal, sepoi – sepoi yang memperbaiki iklim

makro, angin yang memiliki gerakan kuat tidak diharapkan sehingga pemecahan harus

diberikan. Gerakan udara didekat permukaan tanah dapat bersifat sangat berbahaya dengan

gerakan di tempat yang tinggi. Semakin kasar permukaan yang dilalui, semakin tebal lapisan

udara.

Arah angin sangat menentukan orientasi bangunan. Di daerah lembab diperlukan

sirkulasi udara yang terus – menerus. Di daerah tropika basah, dinding – dinding luas sebuah

bangunan terbuka untuk sirkulasi udara lebih besar daripada yang dibutuhkan untuk

pencahayaan. Sedangkan perbandingan untuk kecepatan angin, dan akibat serta pengaruh

yang ditimbulkan pada manusia di lingkungannya. Lihat tabel :

Page 70: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

80

Tabel: II.3. Perbandingan Untuk Kecepatan Angin, Dan Akibat Serta Pengaruh Yang Ditimbulkan Pada Manusia Di

Lingkungannya

Beufort Indikasi / Gejala Kecepatan(kmph)

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Asap berhembus vertical Arah angin tampak dari serabut lepas dari asap, belum dari kepulan Asap yang condong menuju arah angin. Angin terasa diwajah, menimbulkan desiran, kepulan asap condong Menuju arah angin. Ranting – ranting kecil dan dedaunan bergerak terus, angin bisa meningkatkan kibaran bendera Angin menghamburkan debu dab kertas, menggerakkan gerakan dahan- dahan kecil Angin menggoyangkan pepohonan kecil, terjadi riak – riak kecil ombak / gelombang Bergoyangnya dahan besar, timbulnya bunyi kabel telegraph bersinggungan akibat tertiup angin, paying terbuka sulit dikuasai Seluruh pepohonan bergoyang, gangguan melawan angin dirasakan oleh pejalan kaki Ranting pohon patah, kepayahan pejalan kaki di jalan Pepohonan bertumbangan, timbulnya kerusakan kecil pada bangunan, genteng – genteng bangunan mulai beterbangan. Terjadinya kerusakan lebih parah pada konstruksi bangunan, pohon – pohon ambruk Terjadinya kerusakan/malapetaka yang lebih luas Angin ribut / badai tofan

Kurang dari 1.5

Sumber: Analisis Peneliti, 2011 Untuk bangunan di daratan yang berdataran tinggi, harus memperhatikan sifat angin yang

kadang – kadang kencang dan hal ini perlu dihindari. Jadi kecuali mempelajari cepat dan

lembabnya gerakan angin di suatu daerah, dan sangat perlu juga diketahui arah angin

setempat.

Untuk daerah panas lembab, pola penataan bangunan teratur dalam bentuk grid dengan

pola jalan yang saling memotong tegak lurus, namun di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat,

menggunakan pola linear, yang mana penataan bangunan mengikuti alur gunung, sungai dan

pantai.

I.2.f. Mendefinisikan Kembali Arsitektur Tropis di Indones ia

Salah satu alasan mengapa manusia membuat bangunan adalah karena kondisi alam/iklim

tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya. Aktivitas

Page 71: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

81

manusia yang bervariasi memerlukan kondisi iklim sekitar tertentu yang bervariasi pula.

Untuk melangsungkan aktivitas kantor, misalnya, diperlukan ruang dengan kondisi visual

yang baik dengan intensitas cahaya yang cukup; kondisi termis yang mendukung dengan suhu

udara pada rentang-nyaman tertentu; dan kondisi audial dengan intensitas gangguan bunyi

rendah yang tidak mengganggu pengguna bangunan.

Karena cukup banyak aktivitas manusia yang tidak dapat diselenggarakan akibat

ketidaksesuaian kondisi iklim luar, manusia membuat bangunan. Dengan bangunan,

diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi dan diubah

menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai.

Usaha manusia untuk mengubah kondisi iklim luar yang tidak sesuai menjadi iklim

dalam (bangunan) yang sesuai ini seringkali tidak seluruhnya tercapai. Dalam banyak kasus,

manusia di daerah tropis seringkali gagal menciptakan kondisi termis yang nyaman di dalam

bangunan. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan

udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan.

Pada saat arsitek melakukan tindakan untuk menanggulangi persoalan iklim dalam

bangunan yang dirancangnya, ia secara benar mengartikan bahwa bangunan adalah alat untuk

memodifikasi iklim. Iklim luar yang tidak sesuai dengan tuntutan penyelenggaraan aktivitas

manusia dicoba untuk diubah menjadi iklim dalam (bangunan) yang sesuai. Para arsitek yang

kebetulan hidup, belajar dan berprofesi di negara beriklim sub-tropis, secara sadar atau tidak

atau karena aturan membangun setempat kerap melakukan tindakan yang benar. Karya

arsitektur yang mereka rancang selalu didasari pertimbangan untuk memecahkan

permasalahan iklim setempat yang bersuhu rendah. Bangunan dibuat dengan dinding rangkap

yang tebal, dengan penambahan bahan isolasi panas di antara kedua lapisan dinding sehingga

panas di dalam bangunan tidak mudah dirambatkan ke udara luar.

Meskipun mereka melakukan tindakan perancangan guna mengatasi iklim sub-tropis

setempat, karya mereka tidak pernah disebut sebagai karya arsitektur sub-tropis, melainkan

sebagai arsitektur Victorian, Georgian dan Tudor; sementara sebagian karya yang lain

diklasifikasikan sebagai arsitektur modern (modern architecture), arsitektur pasca-modern

(post-modern architecture), arsitektur modern baru (new modern architecture), arsitektur

teknologi tinggi (high-tech architecture), dan arsitektur dekon.

Page 72: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

82

Di sini terlihat bahwa arsitektur yang dirancang guna mengatasi masalah iklim setempat

tidak selalu diberi sebutan arsitektur iklim tersebut, karena pemecahan problematik iklim

merupakan suatu tuntutan mendasar yang 'wajib' dipenuhi oleh suatu karya arsitektur di

manapun dia dibangun. Sebutan tertentu pada suatu karya arsitektur hanya diberikan terhadap

ciri tertentu karya tersebut yang kehadirannya 'tidak wajib', serta yang kemudian memberi

warna atau corak pada arsitektur tersebut. Sebut saja arsitektur yang 'bersih' tanpa embel-

embel dekorasi, yang bentuknya tercipta akibat fungsi (form follows function) disebut

arsitektur moderen. Arsitektur dengan penyelesaian estetika tertentu yang antara lain

menyangkut bentuk, ritme dan aksentuasi diklasifikasikan (terutama oleh Charles Jencks) ke

dalam berbagai nama, seperti halnya arsitektur Pasca-modern, moderen baru dan

dekonstruksi. Semua karya arsitektur tersebut tidak pernah diberi julukan 'arsitektur sub-

tropis' meskipun karya tersebut dirancang di daerah iklim sub-tropis guna mengantisipasi

masalah iklim tersebut.

Kemudian mengapa muncul sebutan arsitektur tropis? Seolah-olah jenis arsitektur ini

sepadan dengan julukan bagi arsitektur moderen, moderen baru dan dekonstruksi. Jenis yang

disebut belakangan lebih mengarah pada pemecahan estetika seperti bentuk, ritme dan hirarki

ruang. Sementara arsitektur tropis, sebagaimana arsitektur sub-tropis, adalah karya arsitektur

yang mencoba memecahkan problematik iklim setempat.

Bagaimana problematik iklim tropis tersebut dipecahkan secara desain atau rancangan

arsitektur? Jawabannya dapat seribu satu macam. Seperti halnya yang terjadi pada arsitektur

sub-tropis, arsitek dapat menjawab dengan warna pasca-moderen, dekonstruksi ataupun High-

Tech, sehingga pemahaman tentang arsitektur tropis yang selalu beratap lebar ataupun

berteras menjadi tidak mutlak lagi. Yang penting apakah rancangan tersebut sanggup

mengatasi problematik iklim tropis, hujan deras, terik radiasi matahari, suhu udara yang relatif

tinggi, kelembaban yang tinggi (untuk tropis basah) ataupun kecepatan angin yang relatif

rendah sehingga manusia yang semula tidak nyaman berada di alam terbuka, menjadi nyaman

ketika berada di dalam bangunan tropis itu. Bangunan dengan atap lebar mungkin hanya

mampu mencegah air hujan untuk tidak masuk bangunan, namun belum tentu mampu

menurunkan suhu udara yang tinggi dalam bangunan tanpa disertai pemecahan rancangan lain

yang tepat.

Page 73: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

83

Dengan pemahaman semacam ini, kemungkinan bentuk arsitektur tropis, sebagaimana

arsitektur sub-tropis, menjadi sangat terbuka. Ia dapat bercorak atau berwarna apa saja

sepanjang bangunan tersebut dapat mengubah kondisi iklim luar yang tidak nyaman, menjadi

kondisi yang nyaman bagi manusia yang berada di dalam bangunan itu. Dengan pemahaman

semacam ini pula, kriteria arsitektur tropis tidak perlu lagi hanya dilihat dari sekedar 'bentuk'

atau estetika bangunan beserta elemen-elemennya, namun lebih kepada kualitas fisik ruang

yang ada di dalamnya: suhu ruang rendah, kelembaban relatif tidak terlalu tinggi,

pencahayaan alam cukup, pergerakan udara (angin) memadai, terhindar dari hujan, dan

terhindar dari terik matahari. Penilaian terhadap baik atau buruknya sebuah karya arsitektur

tropis harus diukur secara kuantitatif menurut kriteria-kriteria fluktuasi suhu ruang (dalam

unit derajat Celcius); fluktuasi kelembaban (dalam unit persen); intensitas cahaya (dalam unit

lux); aliran atau kecepatan udara (dalam unit meter per detik); adakah air hujan masuk

bangunan; serta adakah terik matahari mengganggu penghuni dalam bangunan. Dalam

bangunan yang dirancang menurut kriteria seperti ini, pengguna bangunan dapat merasakan

kondisi yang lebih nyaman dibanding ketika mereka berada di alam luar.

Penulis menganggap bahwa definisi atau pemahaman tentang arsitektur tropis di

Indonesia hingga saat ini cenderung keliru. Arsitektur tropis sering sekali dibicarakan,

didiskusikan, diseminarkan dan diperdebatkan oleh mereka yang memiliki keahlian dalam

bidang sejarah atau teori arsitektur. Arsitektur tropis seringkali dilihat dari konteks 'budaya'.

Padahal kata 'tropis' tidak ada kaitannya dengan budaya atau kebudayaan, melainkan

berkaitan dengan 'iklim'. Pembahasan arsitektur tropis harus didekati dari aspek iklim. Mereka

yang mendalami persoalan iklim dalam arsitektur mengatakan bahwa persoalan yang

cenderung dipelajari oleh disiplin ilmu sains bangunan (fisika bangunan) akan dapat

memberikan jawaban yang lebih tepat dan terukur secara kuantitatif. Mereka yang dianggap

ahli dalam bidang arsitektur tropis Koenigsberger, Givoni, Kukreja, Sodha, Lippsmeier dan

Nick Bakermemiliki spesialisasi keilmuan yang berkaitan dengan sains bangunan, bukan ilmu

sejarah atau teori arsitektur.

Kekeliruan pemahaman mengenai arsitektur tropis di Indonesia nampaknya dapat

dipahami, karena pengertian arsitektur tropis sering dicampur adukkan dengan pengertian

'arsitektur tradisional' di Indonesia, yang memang secara menonjol selalu dipecahkan secara

tropis. Pada masyarakat tradisional, iklim sebagai bagian dari alam begitu dihormati bahkan

Page 74: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

84

dikeramatkan, sehingga pertimbangan iklim amat menonjol pada karya arsitektur tersebut.

Manusia Indonesia cenderung akan membayangkan bentuk-bentuk arsitektur tradisional

Indonesia ketika mendengar istilah arsitektur tropis. Dengan bayangan ini yang sebetulnya

tidak seluruhnya benar pembicaraan mengenai arsitektur tropis akan selalu diawali dan dari

sini pula pemahaman mengenai arsitektur tropis lalu memiliki konteks dengan budaya, yakni

kebudayaan tradisional Indonesia. Hanya mereka yang mendalami ilmu sejarah dan teori

arsitektur yang mampu berbicara banyak mengenai budaya dalam kaitannya dengan

arsitektur, sementara arsitektur tropis (basah) tidak hanya terdapat di Indonesia, akan tetapi di

seluruh negara yang beriklim tropis (basah) dengan budaya yang berbeda-beda, sehingga

pendekatan arsitektur tropis dari aspek budaya menjadi tidak relevan.

Dari uraian di atas, perlu ditekankan kembali bahwa pemecahan rancangan arsitektur

tropis (basah) pada akhirnya sangatlah terbuka. Arsitektur tropis dapat berbentuk apa saja dan

tidak harus serupa dengan bentuk-bentuk arsitektur tradisional yang banyak dijumpai di

wilayah Indonesia, sepanjang rancangan bangunan tersebut mengarah pada pemecahan

persoalan yang ditimbulkan oleh iklim tropis seperti terik matahari, suhu tinggi, hujan dan

kelembapan tinggi.

I.2.g. Analisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah halit-mbol

chalit

Bentuk arsitektur rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta berdasarkan

budaya Wiyon/Wofle ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan – pertimbangan kondisi iklim

lingkungannya. Dengan demikian bahwa, rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang

tercipta dari hasil budaya Wiyon/Wofle mampu mengantisipasi iklim untuk mencapai

kenyamanan thermal dalam bangunannya, sebagai berikut:

1) Pengaruh Sinar Matahari

Secara umum, sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya matahari

dapat digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun, sinar matahari terutama sinar matahari

langsung, mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya

panas kedalam bangunan perlu dihindari.

Letak georafis Kabupaten Maybrat dan Kabupaten Sorong Selatan (Suku Maybrat, Imian,

Sawiat) pada daerah khatulistiwa berada pada posisi 131° 42¹ 0”BT - 132° 58¹ 12”BT dan 0°

55¹ 22” LS - 2° 17¹ 24” LS. Luas Kabupaten Maybrat, Penulis masih menggunakan luasan

Page 75: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

85

Kabupaten Sorong Selatan karena perhitungan luasan wilayah Kabupaten Maybrat belum

ada, yaitu luasnya sekitar 1.321.189,39 ha (berdasarkan peta). Berdasarkan Penelitian kami

menunukkan bahwa diagram posisi matahari (sun-path diagram), waktu riil Kabupaten

Maybrat pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 12.6. jadi jumlah panas maksimum

yang diterima apabila matahari mencapai titik kulminasi yaitu pukul 12.6 siang.

Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul

10.00 – 15.00. berdasarkan sun-path diagram sudut pembayangan untuk setiap rumah sampel

dapat ditentukan. Berdasarkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi penelitian ini

dipilih 6° selatan. Kedalaman pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam

13.00 dan jam 15.00 dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel: II.4

Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Bangunan Rumah Halit/Mbol Chalit

Tgl/bl

n

Tampak

Bangunan

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

SV AH AZ TM SV SH AZ TM SV SH AZ TM

22

Juni

Utara 59¹

49¹

49¹

62¹ 24¹

338¹

60¹

55¹ 56¹

316¹

40¹

Selatan - - - - -

Timur 58¹ - - - -

Barat - 78¹ 67¹ 45¹ 34¹

22 Des

Utara -

119¹

56¹

- -

217¹

70¹

- -

245¹

46¹

Selatan 72¹ 75¹ 37¹ 70¹ 56¹

Timur 60¹ - - - -

Barat - 78¹ 53¹ 48¹ 25¹

Sumber: Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY-2009

Berdasarkan sudut matahari pada tabel diatas, maka kedalaman pembayangan matahari pada

fasade dapat diketahui dengan menggunakan formula dari persamaan (1) seperti terlihat dalam

tabel berikut:

Page 76: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

86

Tabel: II.5 Kedalaman pembayangan matahari pada fasade bangunan rumah Halit/mbol chalit

Tgl/

bln

Tpk Bgn

PEMBAYANGAN MATAHARI (M)

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6 1 2 3 4 5 6

22

Juni

Ut 7.2 1.6 1.4 1.8 5.2 1.8 6.3 1.4 1.2 1.5 4.9 1.5 7.3 1.6 1.4 1.8 5.3 1.8

Sel Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Tim 0.78 6.3 1.3 6.4 1.48 6.27 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Bar Max Max Max Max Max Max 5.6 5 4.48 5.6 0.99 0.89 0.79 0.99 0.79 0.99 0.89 0.99

22

Des

Ut Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Sel 3.69 3.3 13.7 3.69 3.3 3.69 2.88 2.59 10.7 2.88 2.59 2.88 3.85 3.47 14.2 3.85 3.47 3.85

Tim 1.51 5.78 1.2 5.9 1.37 5.78 Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max Max

Bar Max Max Max Max Max Max 4 3.7 3.3 4 3.7 4 1 0.9 0.8 1 0.9 1

Sumber: Data penelitian Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY 2009

Dari Tabel hasil analisis tersebut, maka dapat dikatakan bahwa untuk rumah halit-mbol chalit

pada bulan Juni dan Desember Jam 10.00, dinding dengan bukaan kaca disisi timur masih

terkena sinar matahari langsung. Untuk itu masih membutuhkan pematah sinar matahari

sepanjang 1,4 – 1,7 m. Begitu pula pada sisi barat Jam 13.00 dan 15.00 masih membutuhkan

pematah sinar matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m. Sedangkan yang lainnya pada bulan Desember

disisi timur jam 10.00, sisi barat Jam 13.00 dan jam 15.00, serta sisi selatan pada bulan

Desember Jam 13.00 dan jam 15.00 masih membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang

masing-masing 1,4 – 1,8 m, 1,5 -2 m dan 1,2 – 1,5 m. Sedangkan pada bagian rumah yang lain,

pada bulan Juni jam 15.00 sisi utara dan pada bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00 dan

15.00, masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,3 – 1,5 m dan 1,5 – 2

m. Bagian rumah yang lain, pada bulan Juni dan Desember sisi selatan jam 10.00, 13.00, dan

15.00 masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,5 – 1,7 m, 1,5 – 1,8 m,

dan 1,3 – 1,5 m. Sedangkan untuk sisi rumah yang lain, pada bulan Desember sisi selatan jam

10.00, bulan Juni sisi utara jam 10.00 dan bulan Juni dan Desember sisi barat Jam 13.00, jam

15.00, masing-masing membutuhkan pematah sinar matahari sepanjang 1,2 – 1,5 m, 1,2 – 1,4 m,

dan 1,5 – 1,7 m. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Page 77: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

87

Tabel: II.6. Kebutuhan Panjang Pematah Sinar Matahari

Rumah

Fasade

bangunan

Jam

Bulan

Panjng pemath Sinar matahari

Yang dibutuhkan Bpk,

Moses Timur 10.00

Juni & Des 1.4m – 1.7m

Barat 13.00 , 15.00 1.4m – 1.8m

St. Bilbroun

Utara 10.00 , 13.00 15.00

Juni 1.2m – 1.5m

Selatan Des 1.2m – 1.3m

Ibu Balandina

Timur 10.00 Juni & Des 1.4m – 1.8m

Barat 13.00 , 15.00

1.5m – 2m Utara Des 1.2m – 1.5m

Bpk,

Harun

Utara 15.00 Juni 1.3m – 1.5m

Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des

1.5m – 2m

Timur 10.00 1.5m – 1.7m 1.5m – 1.8m

Bpk, Yafet

Barat 13.00 , 15.00 Des 1.3m – 1.5m

Selatan 10.00 , 13.00, 15.00 1.2m – 1.5m

Selatan 10.00 Juni 1.2m – 1.4m

Bpk, Yefta

Utara

Barat 13.00 , 15.00 Juni & Des 1.5m – 1.7m

Sumber: Data penelitian Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY - 2009

2) Hubungan Bentuk Arsitektur Rumah Tinggal Dengan Kenyamanan Thermal.

Iklim tropis lembab adalah jenis iklim yang sangat sulit ditangani untuk mendapatkan tingkat

responsibilitas yang maksimal.Tanpa pengkondisian udara buatan, jelas sulit untuk mencapai

kondisi internal yang nyaman untuk dihuni (Szokoli 1981).

Segala bentuk pendinginan pasif sulit untuk dirancang secara arsitektur, hal ini disebabkan

karena kondisi iklim yang unik. Kelembaban radiasi inframera. Demikian pula suhu udara

malam hari yang tidak terlalu rendah tidak mungkin untuk memanfaatkan pendinginan secara

konveksi.

Kenyamanan hanya dapat dicapai apabila pada suatu kondisi udara tertentu, hanya dapat

dicapai apabila terdapat suatu kecepatan angin tertentu yang mampu menghasilkan proses

evaporasi tubuh yang seimbang, dengan kata lain eksistensi angin dalam hal ini diperlukan

terutama untuk perancangan ruang luar. Dalam rangkaian tatanan ruang berhubungan erat

dengan elemen rumah seperti: atap, dinding, lantai dan sebagainya. Dari uraian ini maka dapat

Page 78: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

88

dikatakan bahwa rumah tinggal (bangunan) beserta elemen – elemen pembentukan dan tatanan

lingkungannya memberikan sumbangan terhadap kenyamanan didalam bangunan. Berikut

uraiannya :

3) Faktor Pembentukan dan Elemen Bangunan

Bentuk dan elemen bangunan merupakan faktor penting yang perlu dipertimbangkan untuk

mencapai kenyamanan thermal dalam bangunan. Bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk

yang mampu memanfaatkan cahaya matahari untuk pencahayaan alam dan menghindari panas

yang timbul. Bentuk tersebut bisa juga berpengaruh pada jalannya angin untuk mendapatkan

pergantian udara yang diperlukan. Bentuk dan elemen – elemen bangunan yang dimaksudkan

meliputi : Bentuk dan denah, atap dan dinding, overstek, serta material dan warna.

���� Bentuk dan Denah

Bentuk bangunan yang tepat adalah bentuk bangunan yang mampu mendapatkan

matahari pagi dengan menghindari panas pada siang hari. Bentuk tersebut bisa juga

berpengaruh pada jalannya angin untuk mendapatkan pergantian udara yang diperlukan.

Sehubungan dengan pergantian udara didalam ruang, maka didalam ruang tersebut harus

diperbarui, misalnya untuk ruang yang bervolume 5 m³/orang, bahwa udara dapat diganti

sebanyak 15 m³/orang/jam. Bila volume kurang dari itu, maka pergantian udara harus

lebih cepat lagi yaitu 25 m³/orang/jam. Pada dasarnya bentuk Arsitektur Tradisional Suku

Maybrat, Imian, Sawiat, dengan denah membentuk Empat Persegi.

���� Bukaan

Tidak dapat disangkal lagi didalam usaha untuk menghasilkan suatu perencanaan

yang baik, bukan saja luas dan sisi dari ruangan yang harus mendapat perhatian, tetapi

juga penempatan serta ukuran yang tepat dari bukaan – bukaan (Pintu, Jendela dan

lubang ventilasi) perlu mendapat kajian yang teliti lagi, demi tercapainya kenyamanan.

Ukuran dari bukaan lebih tergantung pada pertimbangan kemampuan menerima sinar

matahari, dan kemudian memeriksa daripada pertimbangan temperatur. Dari sisi

menerima sinar matahari paling sedikitnya bukaan. Penempatan bukaan juga dibuat pada

sisi paling mudah untuk memeriksa. Untuk ventilasi dari penerangan alami, dalam

banyak kasus, suatu jendela dengan 20% luasan dinding dapat mencukupi.

Jika kelebihan panas terjadi, ventilasi silang perlu diberikan, tetapi pada beberapa

bagian waktu, hal itu turut menyumbang pada perasaan dinding yang tak nyaman

Page 79: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

89

sehingga perlu disiapkan penutup bukaan – bukaan, jendela dan pintu. Disisi lain, jika

tidak ada angin yang kuat untuk dihindari, maka orientasi bukaan tidak memperhatikan

perlunya angin langsung, sehingga perolehan panas matahari menjadi satu – satunya

faktor dalam pengaturan orientasi jendela.

���� Atap dan Dinding

Atap dan dinding pada bangunan adalah bagian – bagian yang paling banyak

menerima radiasi matahari secara langsung. Radiasi tersebut melalui proses refleksi dan

atau transmisi yang dihantarkan masuk kedalam ruangan. Atap sampai sejauh ini

merupakan elemen yang sangat penting, karena menerima radiasi terbesar. Hal ini

disebabkan karena kedudukannya yang langsung menghadap matahari, untuk itu perlu

adanya usaha penyekatan untuk mengurangi pengaruh matahari terhadap ruang

dibawahnya.

Bangunan selain berfungsi sebagai pelindung terhadap panas dan sinar matahari, juga

terhadap hujan yaitu terhadap kebasahan / kelembabannya dan hempasannya. Atap

berfungsi sama dengan dinding. Dinding bangunan harus menghadapi alam luar dan

ruang dalam. Untuk menghadapi alam luar, dinding harus menjadi pelindung terhadap

radiasi matahari, isolasi/penghalang kalor dari luar, pelindung terhadap hempasan hujan

dan kelembaban dari luar, serta pelindung terhadap arus angin luar.Terhadap ruang

dalam, dinding harus senangtiasa memelihara suhu yang diminta dalam ruang, pengatur

derajad kelembaban dalam ruangan, dan mengatur ventilasi didalam ruangan.

Terhadap kenyamanan bangunan yang berkesinambungan/menerus ada beberapa cara

yang dilakukan untuk mengurangi besarnya pengaruh radiasi terhadap bangunan, yaitu

dengan cara pembayangan atap dan didalam ruangan, kerapatan dinding harus diatur agar

tetap memiliki bagian – bagian yang berhubungan sebagai ventilasi alami.

���� Overstek / Pelindung

Pada daerah dengan iklim panas – lembab, overstek – overstek yang lebar dan

serambi yang luas sangat dibutuhkan untuk menahan silau langit, melindungi dari hujan

dan juga memberi bayangan peneduh. Penahan matahari dan kisi – kisi digunakan untuk

melindungi bukan – bukan selama periode kemarau, dan juga memberi keuntungan pada

musim hujan, yaitu dapat melindungi dari hempasan air hujan.

Page 80: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

90

Sistem pemayungan atau penyaringan merupakan cara yang cukup bermanfaat untuk

mencapai kenikmatan terhadap sengatan dan silau matahari. Pemayungan atau

penyaringan sinar matahari selain bermaksud mengurangi atau memperlunak sengatan

dan silau, sekaligus juga mengurangi kalor yang terpantul dari benda atau bidang –

bidang halaman.

Penggunaan overstek atau elemen – elemen pematah sinar matahari harus

deperhitungkan terhadap arus ventilasi. Jika sebuah bangunan akan memanfaatkannya

dengan semaksimal mungkin maka potensi alami elemen fisiknya harus dipilih

sedemikian rupa sehingga cocok sebagai alat pelindung matahari tetapi sekaligus tetap

untuk sistem ventilasinya.

���� Material dan Warna

Material dan warna juga merupakan salah satu unsur yang mempengaruhi panas

dalam bangunan. Warna dapat mempengaruhi jumlah panas yang berpengaruh terhadap

suhu udara dalam bangunan. Pemilihan warna, struktur dan material/bahan bangunan

harus benar – benar dikombinasikan dengan cermat.

Permukaan air / kulit bangunan yang reflektif dapat digunakan sepenuhnya untuk

mengurangi beban panas. Warna putih atau permukaan terang sangat menguntungkan

untuk bangunan yang dihuni sepanjang siang hari. Dalam kasus bangunan digunakan

sepanjang hari, akan lebih baik kalau panas matahari bisa disimpang untuk malam hari.

Namun hal ini kurang tepat untuk daerah tropis di dataran rendah. Pada malam hari

temperatur menjadi rendah tetapi kelembabannya tinggi. Karena itu bahan terang yang

lebih memantulkan panas bisa lebih cocok.

Nilai – nilai pemantulan dan penyerapan cahaya untuk berbagai bahan dan jenis

permukaan tidak hanya penting berhubungan dengan kesilauan, tetapi juga merupakan

data – data yang sangat penting untuk penggunaan bahan bangunan yang tepat. Berikut

lihat tabel nilai – nilai pemantulan dan penyerapan berbagai bahan jenis permukaan

sebagai berikut :

Page 81: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

91

Tabel: II.7. Nilai – nilai Pemantulan Dan Penyerapan Berbagai Bahan Jenis Permukaan

Bahan Kondisi Permukaan % Penyerapan % Pemantulan

Aluminium Cat Semen Asbes Aspal / bitmen left Beton Genteng Merah Tanah lading Rumput Kayu Kaleng Tembaga Marmer Pasir putih Slate abu – abu Batu–batu karang Pudar Air Bata merah

Dipoles Foil Dioksida Perunggu Aluminium Kuning Abu – abu muda Hijau muda Merah muda Hitam Putih, berkilat Putih kapas Baru putih Slate Lama Pinus atau baru Kayu keras Baru Pudar Putih Perak Danau atau Laut

10 – 30 35 – 40 40 – 65 50 – 55 25 – 55 50 70 – 80 50 – 60 65 – 75 85 – 95 20 – 30 10 – 20 40 – 60 60 – 95 70 – 85 85 – 95 60 - 70 60 – 75 70 – 85 80 40 – 60 85 25 – 30 65 40 – 50 40 70 – 90 75 – 90 80 – 85 90 – 95 90 – 95 60 – 75

90 – 70 65 – 60 60 – 36 50 – 45 75 – 45 50 30 – 20 50 – 40 35 – 25 15 – 5 80 – 70 90 – 80 60 – 40 20 – 5 30 – 15 15 – 5 40 – 30 40 – 35 30 -15 20 60 – 40 15 73 – 70 35 60 – 50 60 30 – 10 25 – 10 20 – 15 10 – 5 10 – 5 40 – 25

Sumber: Hasil Analisis Bahan Teknik Arsitektur ITS, 1996

I.2.h. Kriteria Perancangan Kenyamanan Thermal Bangunan

Dalam bangunan rumah tinggal, yang dikehendaki adalah pendayagunaan alam natural untuk

proses pendinginan, maka salah satu cara mengurangi dampak panas ini adalah dengan cara

memberikan sistem control pada bangunan. Sistem kontrol dengan pendekatan semacam ini

disebut sebagai sistem pendinginan pasif. Pada dasarnya kontrol thermal di dalam bangunan

dilakukan dengan pendekatan perancangan arsitektur yang beradaptasi optimal terhadap kondisi

alam.

Penempatan bangunan dan konstruksi serta pemilihan bahan yang sesuai, maka temperatur

ruangan dapat diturunkan beberapa derajat tanpa peralatan mekanis. Perbedaan temperatur yang

Page 82: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

92

kecil saja terhadap temperatur luar atau gerakan udara lebat pun suda dapat menciptakan

perasaan nyaman bagi manusia yang sedang berada di dalam ruang.

Telaah kenyamanan thermal bangunan tidak bisa berdiri sendiri pada suhu udara, namun

harus bersama dengan aspek iklim yang lain, yaitu kelembaban relatif, radiasi, matahari dan

kecepatan angin yang ada. Proses perancangan yang dapat mempengaruhi iklim interior adalah :

• Orientasi bangunan

• Ventilasi

• Pelindung matahari

• Pelembaban udara (tindakan pengurangan)

• Pengisolasian panas

• Vegetasi

Hal ini memang bahwa perancangan dengan tujuan mencapai tingkat kenyamanan thermal

optimal dalam ruang bisa ditinjau dengan memperhatikan variabel – variabel rancangan sebagai

berikut:

� Orientasi bangunan

� Luas ruang / kebutuhan ruang

� Tinggi laingit – langit / sistem penghawaan

� Luas bukaan / sistem penghawaan

� Tipe insulasi pada atap dan dinding

� Kemampuan insulasi atap dan dinding (material dan faktor refleksi)

� Sistem pembayangan radiasi matahari

� Kemampuan serap panas atap dan dinding

Pada perancangan thermal terdapat tiga aspek utama yang menjadi inti permasalahan yaitu :

• Iklim , (aspek panas dan terang matahari, aspek keberadaan dan kecepatan angin dan

aspek curah hujan)

• Kondisi dalam ruang, yang sesuai untuk aktivitas pemakai.

• Bangunan, yang berlaku sebagai filter sekaligus modife.

Dalam skala lingkungan yang lebih besar, lingkungan luar membentuk kondisi makro yang

bisa berupa kondisi geometri, kepadatan bangunan, serta kondisi permukaan pada lokasi

bersangkutan.

Page 83: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

93

Gambar:II. 18 Diagram Pembentukkan Kondisi Makro Pada Permukaan Lokasi

Sumber: Data analisis Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY – 2009

Akhir dalam perancangan thermal ini adalah kondisi dalam ruang yang langsung

berhubungan dengan manusia. Akhirnya bahwa bangunan harus berubah, sistem lingkungan

diluar menjadi suatu lingkungn didalam yang sesuai untuk habitasi manusia.

I.2.i. Analisa Lokasi dan Sistem Tatanan Lingkungan.

1) Lokasi

Lokasi adalah salah satu faktor yang harus dipertimbangkan untuk mendirikan bangunan,

khususnya bila ditinjau dari sisi kelembaban. Misalnya, daeraj lembah pada pagi hari penuh

dengan kabut yang mengandung kelembaban dan begitu pula pada pembangunan rumah diatas

sungai atau rawa – rawa. Khususnya yang tinggal didaerah pantai harus diingat, bahwa angin laut

selain membawa kelembaban, juga mengandung kadar garam yang tinggi sehingga dapat

merusak bahan dari logam dan besi.

Dari sisi temperatur, bidang daratan menjadi panas duakali lebih cepat daripada bidang air

dengan luas yang sama. Bidang air kehilangan sebagaian energi panasnya karena penguapan,

temperatur udara sebagian besar ditentukan oleh sentuhan udara dengan permukaan tanah, maka

temperatur yang tinggi selalu berhubungan dengan permukaan tanah, olehkarena itu temperatur

yang tinggi selalu berhubungan dengan kelembaban udara yang rendah, dan temperatur yang

sedang dengan kelembaban yang tinggi. Akhirnya menjadi suatu gejala bahwa pada garis lintang

yang sama dan waktu musim panas yang sama, temperatur terrendah terjadi diatas permukaan air

dan temperatur tertinggi diatas bentuk didalam musim dingin terjadi dengan berbanding balik.

Page 84: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

94

2) Kepadatan Bangunan

Kepadatan bangunan adalah jarak antara bangunan disuatu area yang akan membentuk

temperatur lingkungan. Area dengan kepadatan tinggi secara umum akan memiliki temperatur

lebih tinggi daripada area yang kurang padat. Meskipun hal ini juga harus memperhatikan

kondisi lainnya seperti ; kecepatan angin, jenis dan kerapatan vegetasi, ketinggian dan laut serta

posisinya terhadap garis edar matahari.

3) Geometri Tatanan

Bentuk dan keteraturan tatanan lingkungan akan banyak berpengaruh pada kecepatan angin.

Dengan semakin banyak belokan – belokan maka kecepatan ini dapat dipertimbangkan apakah

angin diperlukan untuk menghembus lebih kuat ataukah sebaliknya angin harus dikurangi

kecepatannya.

I.2.j. Anlisis Pengaruh Iklim Terhadap Kenyamanan Thermal Rumah Hunian halit/mbol

chalit

Bentuk Arsitektur tradisional suku Maybrat, Imian, Sawiat, yang tercipta berdasarkan budaya

wiyon/wofle ternyata juga tidak lepas dari pertimbangan – pertimbangan kondisi iklim

lingkungannya. Untuk itu pada bait analisa ini dicoba untuk membuktikan bahwa rumah tinggal

suku Maybrat, Imian, sawiat, yang tercipta dari hasil budaya wiyon/wofle, mampu mengantispasi

iklim untuk mencapai kenyamanan thermal dalam bangunannya.

a) Pengaruh Sinar Matahari

Secara umum sinar matahari dapat memberikan pengaruh baik, karena cahaya dapat

digunakan sebagai pencahayaan alami. Namun sinar matahari terutama sinar matahari langsung

mengandung panas yang dapat mempengaruhi kenyamanan, untuk itu masuknya panas kedalam

bangunan perlu dihindari.

Letak geografis wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, Kabupaten Sorong Selatan dan Kabupaten

Maybrat pada daerah Khatulistiwa berada pada pisisi 131° 42¹ 0” BT - 132° 58¹ 12” BT dan 0°

55¹ 12” LS - 2° 17¹ 24” LS. Berdasarkan posisi matahari (sun-path diagram), waktu riil

Kabupaten Sorong Selatan Pada pukul 12.00 (waktu matahari) adalah pukul 12.6. jadi jumlah

panas maksimum yang diterima apabila matahari mencapai titik Kulminasi yaitu pukul 12.6.

siang.

Untuk rumah tinggal, sinar matahari langsung yang dirasakan mengganggu adalah pukul

10.00 – 15.00. berdasarkan hasil penelitian kami untuk posisi matahari (sun-path) diagram sudut

Page 85: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

95

pembayangan untuk setiap rumah di wilayah Maybrat, Imian, Sawiat, dapat ditemukan.

Berdasrkan diagram matahari yang sesuai untuk lokasi ini dipilih dari 6° selatan. Kedalam

pembayangan setiap fasade bangunan pada jam 10.00 jam 12.00 dan jam 15.00 dapat dilihat

pada tabel:

Tabel: II.8 Sudut Jatuh Matahari Pada Fasade Rumah tradisional Maybrat Imian Sawiat

Tgl/bln

Tampak Bangunan

Jam 10.00 Jam 13.00 Jam 15.00

SV SH AZ TM SV SH AZ TM SV SH AZ TM

22 Jan

Utara 59¹ 47¹

46¹

49¹

62¹ 24¹

338¹

60¹

55¹ 56¹

316¹

40¹

Selatan - - - - - -

Timur 58¹ 43¹ - - - -

Barat - - 78¹ 67¹ 45¹ 34¹

22 Des

Utara - -

119¹

56¹

- -

217¹

70¹

- -

217¹

46¹ Selatan 72¹ 61¹ 75¹ 37¹ 70¹ 66¹

Timur 60¹ 28¹ - - - -

Barat - - 78¹ 53¹ 48¹ 25¹

Sumber: Dara penelitian Hamah Sagrim, Laporan KKL II, UWMY – 2009 b) Pemanfaatan Cahaya Matahari

Pemanfaatan cahaya matahari untuk pencahayaan alami pada tiap rumah tradisional Maybrat,

Imian, Sawiat, dapat dikatakan hampir seluruhnya berfungsi dengan baik karena ruangnnya

memiliki kedalaman dalam ukuran tertentu. Dari lubang bukaan dan lubang kisi – kisi yang

mana memberi celah pada pemasangan dinding.

c) Pengaruh Temperatur Udara

Temperatur udara pada rumah tinggal suku Maybrat, Imian, Sawiat, erat hubungannya

dengan pengaruh radiasi panas matahari dan asap api yang menimpa dalam rumah. Pada

permukaan hunian Suku Maybrat, Imian, Sawiat, umumnya merupakan bidang air dan daratan

sehingga pada bidang air temperaturnya berkisar dari temperatur sedang ke temperature rendah

dan dengan kelembaban yang tinggi. Hal ini berbeda dengan di daratan, yang mana temperatur

dari tinggi dan kelembaban udara rendah. Hal ini disebabkan karena bidang daratan lebih panas

duakali lebih cepat daripada bidang air pada luas yang sama. Dan bidang air kehilagan sebagai

energi panasnya karena penguapan. Temperatur udara dalam bangunan rumah tradisional

Maybrat, Imian, Sawiat, sehari juga dipengaruhi oleh kepulan asap hasil pembakaran api dalam

rumah. Namun dalam pengukuran kenyamanan kepulan asap yang keluar merupakan salah satu

Page 86: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

96

hasil energi panas yang menetralisir temperatur udara dalam rumah yang sangat lembab di

banding kalau tanpa membakar api, yang mana kenyamanan dalam rumah sangat terasa lembab

(dingin) terhitung pada waktu jam 19.00 – 07.00 pagi.

Pada analisa ini menunjukan temperatur ruang luar (Isit/teras) pada siang hari rara – rata

lebih rendah daripada temperatur ruang dalam (samu mato), namun perbedaan rentang

temperaturnya kecil. Hal ini disebabkan karena material dinding yang digunakan adalah Kulit

kayu, papan Kayu, Gaba – gaba yang dipasang secara porus (bercelah), sehingga suhu dingin

atau panas serta kepulan asap akibat pembuangan dapat dengan mudah masuk keluar dalam

rumah. Dari nilai rentang temperatur sepanjang hari, hanya pada jam 8.00 pagi dan 16.00 sore

yang menunjukkan keadaan sebaliknya. Karena pada jam – jam ini sudut matahari mengecil

(Ayi Hawer) sehingga bayangan yang terjadi merupakan bayangan pendek yang mengakibatkan

ruang dalam menerima sinar matahari langsung.

d) Pengaruh Hujan dan Kelembaban

Curah hujan di kabupaten Maybrat, Imian, Sawiat, relatif terjadi tiap tahun dan hujan yang

terjadi di kabupaten Maybrat, dan Kabupaten Sorong Selatan adalah jenis hujan orograsif.

Pengaruh hujan sangat berkaitan dengan elemen atap pada bangunan. Atap merupakan

bagian penting suatu bangunan People have lived without walls but never without roofs,

manusia ditakdirkan sebagai makhluk yang memerlukan perlindungan dan bentuk perlindungan

awal adalah atap. Atap merupakan elemen bangunan yang paling banyak menerima radiasi

matahari. Jadi dapat dikatakan bahwa iklim merupakan faktor yang mempengaruhi sudut

kemiringan atap dalam perancangan tipe arsitekturnya.

Untuk mengurangi kondisi yang tidak nyaman akibat kelembaban yang terlalu tinggi, dapat

diatasi dengan adanya pembuatan tungku api dalam ruang dan memberi gerakan udara melalui

cross ventilasi dan tatanan massa yang membantu mengarahkan jalannya angin, yang mana

sebagai pengarah keluarnya kepulan asap melalui cross ventilation dan lubang – lubang dalam

tatanan massa bangunan.

Usaha yang dilakukan oleh Suku Maybrat, Imian, Sawiat, untuk mengurangi kelebaban dan

mencegah kepulan asap yang mana merupakan zat yang mempengaruhi paru – paru pernapasan,

maka yang pertama diperhatikan adalah ventilasi yang berfungsi mengarahkan angin kedalam

ruang dan tungku api, yang berfungsi sebagaui tempat pembakaran kayu yang bisa memberi

kehangatan pada malam hari yang terasa dingin akibat kelembaban. Walau tidak disadari akan

Page 87: Trans Budaya-Arsitektur-Kenyamanan-Maybrat, Imian, Sawiat, Papua-oleh Hamah Sagrim - Ilmuwan Arsitektur

Trans Budaya dalam memaknai arsitektural suku Maybrat Imian Sawiat Papua

Hamah Sagrim

97

adanya tungku api pada mulanya, yang mana mungkin dipikir hanya sebagai tempat memasak,

namun bermanfaat untuk mengusir kedinginan dan kelembaban yaitu dengan membakar api.

e) Kenyamanan Thermal Rumah Hunian Suku Maybrat, Imian, Sawiat.

Kenyamanan thermal yang dirasakan oleh penghuni rumah tradisional Maybrat, Imian,

Sawiat, dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : temperatur Udara, Kelembaban Udara,

kecepatan aliran udara, penguapan asap api, dan radiasi panas. Disamping itu aktivitas yang

dilakukan, segala jenis simpanan dan pakain yang dikenakan juga akan berpengaruh. Kondisi

udara didalam bangunan (thermal) dikatakan nyaman, jika penghuni merasa tidak panas dan

tidak dingin, kondisi udara yang dirasakan nyaman mempunyai kombinasi harga – harga tertentu

dari temperature, kelembaban dan kecepatan aliran udara.